laporan observasi ykab surakarta.docx
DESCRIPTION
mmTRANSCRIPT
LAPORAN OBSERVASI SLB/A YKAB SURAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd
DISUSUN OLEH:
1. Dina Nur Adilah (K2311019)
2. Khotimah (K2311040)
3. Maria Monasias (K2311046)
4. Rezki Alif Pambudi (K2311066)
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada perkembangan masa kini, terdapat anak-anak berkebutuhan khusus
di sekitar kita. Mereka memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun
psikis. Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri sehingga mereka
membutuhkan bantuan dan pendampingan orang lain dalam menjalani
kehidupannya. Beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang menglami cacat
lahiriah, misalnya tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Mereka
memerlukan penanganan khusus yang berbeda satu sama lain.
Selama ini, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus disediakan
dalam tiga macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB),
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai
lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak dengan jenis kelainan yang
sama, sehingga ada SLB Tunanetra, SLB Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB
Tunadaksa, SLB Tunalaras, dan SLB Tunaganda. Sedangkan SDLB menampung
berbagai jenis anak berkebutuhan khusus, sehingga di dalamnya mungkin
terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan/atau
tunaganda. Sedangkan pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang juga
menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana
pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama.
Peraturan mengenai pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah
diatur dalam Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bagian 11 yang menyebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan
khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu ada Permendiknas No.22
tahun 2006 tentang kurikulum, standar isi, serta Permendiknas No.70 tahun 2009
tentang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.
Dalam Permendiknas No.70 tahun 2009 ini menybutkan bahwa yang dimaksud
pendidikan inklusif adalah sistem penyelanggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik pada umumnya. Peserta didik yang memiliki kelainan tersebut terdiri atas :
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunawicara
d. Tunagrahita
e. Tunadaksa
f. Tunalaras
g. Berkesulitan belajar
h. Lamban belajar
i. Autis
j. Memiliki gangguan motorik
k. Menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif
lainnya
l. Memiliki kelainan lainnya
m. Tunaganda
Salah satu anak berkebutuhan khusus yang memang perlu mendapatkan
kesempatan untuk merasakan pendidikan di sekolah inklusi adalah tuna netra.
Tunanetra sendiri terbagi menjadi dua macam, yakni tunanetra (hambatan dalam
penglihatan) dan low vision (kekurangan penglihatan). Walaupun penderita tuna
netra memiliki keterbatasan yang membedakannya dengan manusia norml
lainnya, tetapi mereka dapat mengecap bangku pendidikan sejak taman kanak-
kanak. Pada masa global seperti sekarang, akses pendidikan bagi para anak
berkebutuhan khusus, termasuk penderita tuna netra, lebih terbuka dan mudah
didapat. Kemajuan zaman yang pesat membawa pandangan baru terhadap
penderita tuna netra bahwa mereka juga harus memiliki kemampuan mandiri
untuk menopang hidupnya. Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah
diatur dalam beberapa paying hukum yang ada, seperti pada undang-undang,
peraturn mendiknas, dan sebagainya. Integrasi nasional yang sudah diatur secara
konstitusional memberikan ruang bagi para anak berkebutuhan khusus untuk
mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan.
Adapun tujuan pemberian mata kuliah pendidkan inklusi pada prodi
pendidikan fisika ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan dan
pengetahuan sains untuk anak berkebuthan khusus. Oleh karena itu kami
melakukan observasi ke salah satu sekolah untuk anak berkebutuhan khusus
yaitu tunanetra di SLB/A-YKAB Surakarta.
B. TUJUAN
1. Mengetahui ciri-ciri siswa tuna netra.
2. Mengetahui sistem pendidikan, metode pembelajaran, alat bantu
pembelajaran dan fasilitas di sekolah anak berkebutuhan khusus.
3. Mengetahui potensi-potensi yang ada dalam diri siswa tuna netra.
4. Mengetahui perbedaan antara Sekolah Luar Biasa YKAB dengan sekolah
regular lainnya.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN DAN PENYEBAB TUNANETRA
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang
yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Secara
garis besar tunanetra sendiri terbagi menjadi dua macam, yakni :
1. Tunanetra seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan/tidak
berfungsinya indera penglihatan.
2. Low vision seseorang yang mengalami kekurangan penglihatan
Berdasarkan adaptasi pendidikannya, tunanetra diklasifikasikan menjadi:
a. Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability).
b. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability).
c. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability).
Penyebab tuna netra pun ada berbagai macam. Ditinjau dari waktu
terjadinya, penyebab tuna netra dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penyebab pre-natal, yaitu penyebab tunanetra yang muncul ketik sejak
dalam kandungan. Sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan
pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
2. Penyebab post-natal, yaitu penyebab tunanetra yang muncul setelah bayi
lahir, misalnya akibat kecelakaan atau sang ibu yang menderita
gonorrhoeae
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tunanetra,
meliputi tiga cara, yaitu: secara medis, sosial, dan edukatif.
B. PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
Sekolah Luar Biasa bagian tuna netra (SLB/A-YKAB) yang beralamat
di jalan HOS. Cokroaminoto no.43 Jagalan Surakarta menyelenggarakan jenjang
pendidikan untuk TKLB (Taman Kanak-Kanak Luar Biasa, SDLB (Sekolah
Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa), dan
SMALB (Sekolah Menengah Luar Biasa). Sekolah ini bukan sekolah inklusi,
bukan juga sekolah negeri tetapi sebuah lembaga social yang dinanungi Yayasan
Kesejahteraan Anak Buta sekarang dikepalai oleh Bapak Marzuki. Pada
awalnya, sekolah ini hanya menerima anak tuna netra. Namun sekarang, sekolah
ini juga menerima anak berkebutuhan khusus lain seperti tuna grahita, autis, dan
tuna rungu. Selain itu, sekolah ini juga menerima anak yang tinggal kelas dari
sekolah lain.
Menurut Permendiknas nomor 70 tahun 2009, tenaga pendidik untuk
sekolah inklusi meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru pembimbing
khusus (GPK). Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan, tenaga
kependidikan yang bekerja di sekolah ini meliputi 17 orang guru DPK, 1 orang
guru dari provinsi, dan 7 orang guru yang sedang wiyata bakti, dan 1 guru dari
Departemen Agama. Menurut standar yang ada, seharusnya 1 guru membimbing
5 anak kurang penglihatan dan atau 8 anak ber-IQ rendah. Namun karena
keterbatasan jumlah murid, maka standar itu tidak terpenuhi. Dalam satu kelas
misalnya, hanya ada 2-4 siswa.
Fasilitas di YKAB ini, ada tiga laboratorium komputer, studio musik,
ruang kesenian kerawitan, ruang kewirausahaan, aula, klinik pijat “Saras Sehat”,
lapangan olahraga, ruang percetakan, perpustakaan, mushola, dan kantin. Di
dalam perpustakaan ada peta timbul, Al Qur’an, buku-buku pelajaran, majalah
Gema Braile yang terbit 3 bulan sekali, kaset, buku cerita, buka buatan sendiri
yang selesai 3 bulan. Namun, belum ada perawatan khusus karena tidak adanya
tenaga ahli yang mengelolanya. Di sana juga terdapat beberapa alat permainan.
Kondisi lingkungannya cukup bersih, banyak terdapat pohon hijau. Komputer di
laboratorium merupakan komputer bicara yang di desain sesuai dengan keadaan
anak tunanetra, yaitu terdapat aplikasi JAWS dimana komputer dapat
mengeluarkan suara sesuai perintah yang diberikan pada komputer sehingga
membuat pengoperasian computer menjadi dimungkinkan oleh para tunanetra. Di
sana juga sudah mempunyai alat cetak huruf braile yang sebelumnya di convert
dengan aplikasi MiBee Braile Converter dari komputer. Untuk biaya pendidikan,
dari yayasan mematok biaya sebesar Rp 20.000/bulan untuk siswa SDLB dan Rp
25.000/bulan untuk siswa SMPLB dan SMALB.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di YKAB Surakarta ini dimulai dari
pukul 07.00- 12.50 dengan asumsi satu jam pelajaran itu 40 menit dengan
waktu istirahat selama 10 menit. Untuk teknik pembelajarannya secara
individual yang dimodifikasi. Kegiatan belajar mengajar tersebut dilaksanakan
dengan metode ceramah dan dibantu dengan alat peraga, alat bantu, dan alat
pendidikan khusus. Hal ini dikarenakan alat peraga, alat bantu, dan alat
pendidikan khusus tersebut dapat membantu mereka dalam mendeskripsikan
suatu objek. Alat peraga ini dapat menggantikan fungsi indera penglihatan
mereka yang kurang berfungsi, sehingga materi pembelajaran tetap dapat
mereka terima. Metode ini digunakan sebagai upaya mengoptimalkan semua
indera yang dimiliki anak berkebutuhan khusus.
Contoh dari alat peraga yaitu alat peraga tactual atau audio yaitu alat
peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengaran seperti patung
hewan, patung tubuh manusia , peta timbul. Alat bantu untuk anak tunanetra ini
ada kaset, CD, dan talking books. Sedangkan alat bantu bagi anak low vision
yaitu kaca mata pembesaran. Untuk siswa tunanetra biasanya memiliki alat
bantu jalan yang dinamakan white chane yang di tongkat tersebut ada lingkaran
merah di tengah. Ada juga beberapa anak yang memiliki jam tangan bicara, jam
tangan braile sehingga mereka dapat mengetahui waktu. Buku yang tersedia di
cetak dalam huruf braile. Alat pendidikan khusus di sana antara lain reglet dan
pen, mesin tik braile, dan komputer braile. Menulis huruf braile dengan reglet
ditulis dari kanan dan dibaca dari kiri.
Kurikulum yang digunakan sama seperti sekolah reguler namun
dimodifikasi sesuai kebutuhan pesrta didik di YKAB tersebut. Pelajaran yang
diberikan juga sama seperti di sekolah reguler. Untuk ujian nasional, naskah
soal sudah dalam bentuk braile, sehingga dapat memudahkan siswa dalam
mengerjakannya. Waktu tempuh studii sama seperti sekolah reguler, yaitu 6
tahun untuk SDLB, dan 3 tahun untuk SMPLB dan SMALB.
Siswa di sekolah ini juga memiliki berbagai bakat dan potensi yang
sangat mengagumkan, diantaranya yang paling menonjol adalah potensi dalam
bidang seni, dapat dilihat dari kemampuan dari para siswa yang sangat
menonjol dan juga sarana prasarana dalam bidang seni yang sangat terupgrade
dari sekolahnya. Mereka banyak yang mahir memainkan alat musik baik alat
musik modern seperti gitar, drum, keyboard, dan sebagainya maupun alat musik
daerah seperti alat- alat gamelan jawa. Pihak sekolah pun sangat mendukung
potensi- potensi siswa- siswinya, sekolah menyediakan peralatan dan instrumen
yang cukup lengkap untuk menunjang bakat dan potensi peserta didiknya.
Selain potensi dalam bidang seni, juga terdapat potensi dalam bidang
akademis. Menurut penuturan kepala sekolahnya banyak dari alumnus SLB/A
YKAB yang dapat masuk ke Universitas terkemuka di Indonesia, diantaranya
ada yang masuk ke IAIN Surakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan
ISI Surakarta. Selain ke Universitas, juga banyak alumni SLB YKAB yang
menuntut ilmu di beberapa sekolah reguler seperti SMPN 12 Surakarta, SMA
Kebakkramat Karanganyar, SMAN 8 Surakarta, dan SMKN 8 Solo.
Tenaga pendidik (guru) disana sangat sabar dan telaten dalam mengajar
para siswanya. Terdapat guru- guru yang dahulunya juga berkebutuhan khusus
dan sekarang menjadi pengajar juga menambah adanya banyak potensi dari
sekolah tersebut karena guru- guru tersebut walaupun berkebutuhan khusus
tetapi juga memiliki kemampuan yang sangat istimewa saat mengajar, ada yang
mengajar karawitan serta dapat memainkan instrument karawitan dan instrumen
music lainnya.
Berdasarkan pengamatan kami, dapat dianalisis bahwa penyandang
tunanetra memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1. Kelopak mata lebih menjorok ke dalam
2. Pupil tidak terlihat, apabila terlihat hanya sedikit
3. Sering berkedip dan kedipannya dalam
4. Sering memicingkan mata atau mengerutkan terutama di cahaya terang
atau saat mencoba melihat sesuatu.
5. Sering melakukan perilaku stereotif, seperti menggosok-gosok mata dan
menepuk-nepuk tangannya
6. Pada umumnya meiliki kepekaan indra pendengaran dan perabaan yang
lebih tinggi dibanding orang pada umumnya
7. Gerakan tubuhnya kurang ajeg serta agak kaku dan kurang fleksibel
8. Membawa bukunya di dekat mata saat membaca bagi anak low vision
9. Lebih sensitif terhadap orang lain dan lingkungan sekitar
10. Cenderung lebih suka menyendiri, kurang sosialisasi
Selain sebagai sekolah, YKAB Surakarta ini juga menyediakan
asrama bagi siswa yang memang membutuhkan tempat tinggal karena
rumahnya jauh dari YKAB tersebut. Jumlah siswa yang menempati asrama ini
yaitu kurang lebih 30 anak. Adapun untuk kamarnya, satu kamar untuk
ditempati dua orang. Walaupun mereka tunanetra, tetapi mereka diajarkan
hidup mandiri. Mereka sanggup mencuci baju, menyetrika sendiri. Untuk
makan ada pihak pengurus dari yayasan yang menyiapkannya. Asrama ini tidak
hanya dihuni oleh siswa dari SLB/A YKAB Surakarta saja, tetapi juga ada
siswa dari sekolah inklusi lain.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. SLB/A YKAB Surakarta merupakan sekolah yang dikhususkan untuk
penyandang tunanetra, tetapi di dalamnya juga menampung anak tunagrahita,
autis, dan tuna rungu. Terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
2. Ciri-ciri fisik dan perilaku penyandang tunanetra antara lain : kelopak mata lebih
menjorok ke dalam, sering berkedip, sering memicingkan mata atau mengerutkan
terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu, sering melakukan
perilaku stereotif (menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangannya), pada
umumnya memiliki kepekaan indra pendengaran dan perabaan yang lebih tinggi
dibanding orang pada umumnya, gerakan tubuhnya kurang ajeg serta agak kaku,
dan membawa bukunya di dekat mata saat membaca bagi anak low vision.
Sedangkan ciri-ciri psikisnya antara lain: lebih sensitif terhadap orang lain dan
lingkungan sekitar serta cenderung lebih suka menyendiri, kurang sosialisasi.
3. Sistem pendidikan maupun kurikulum pada SLB/A YKAB Surakarta ini sama
seperti sekolah regular pada umumnya tetapi metode pembelajarannya yang
dimodifikasi. Alat bantu pembelajarannya ada reglet dan pen, komputer bicara,
mesin tik braile, audio, kaset, CD, talking books, peta timbul dan lain-lain.
4. Fasilitas di sana antara lain: laboratorium computer, studio musik, ruang
kesenian kerawitan, ruang kewirausahaan, aula, klinik pijat “Saras Sehat”,
lapangan olahraga, ruang percetakan, perpustakaan, mushola, asrama dan kantin.
5. Potensi yang menonjol dari siswa SLB/A YKAB Surakarta ini adalah dalam
bidang seni, terutama seni karawitan dan bermain alat musik.
6. Perbedaan SLB/A YKAB Surakarta dengan sekolah regular lainnya adalah
model pembelajarannya yang dimodifikasi serta penggunaan alat bantu ataupun
alat peraga dan alat pendidikan khusus dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009.
Jakarta : Kemendiknas, Dirjen Pendidikan Dasar
Kementrian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. Jakarta: Kemendiknas, Dirjen Pendidikan Dasar
http://wikipedia.org/tunanetra
LAMPIRAN