laporan observasi smk 4 jakarta

67
LAPORAN OBSERVASI Pendekatan Psikologis Guru Dalam Pembelajaran Elektronika di SMK Negeri 4 Jakarta Disusun oleh: Adik Niko Heri Mukti Kusuma (5215122652) Anggi Rachmad (5215120370) Gigih Lukma Prasetia (5215120366) Sinta Nurkhoiriyyah (5215122631) Tifla Daniati (5215122653) Pendidikan Teknik Elektronika Reguler Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta 2013

Upload: niko-heri-mukti-kusuma

Post on 07-Aug-2015

571 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Pendekatan Psikologi Guru Terhadap Pembelajaran Elektronika

TRANSCRIPT

Page 1: laporan observasi SMK 4 Jakarta

LAPORAN OBSERVASI

Pendekatan Psikologis Guru Dalam Pembelajaran

Elektronika di SMK Negeri 4 Jakarta

Disusun oleh:

Adik Niko Heri Mukti Kusuma (5215122652)

Anggi Rachmad (5215120370)

Gigih Lukma Prasetia (5215120366)

Sinta Nurkhoiriyyah (5215122631)

Tifla Daniati (5215122653)

Pendidikan Teknik Elektronika Reguler

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Jakarta

2013

Page 2: laporan observasi SMK 4 Jakarta

iii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga laporan observasi

yang berjudul “(Pendekatan Psikologis Guru Dalam Pembelajaran Elektronika di

Smk Negeri 4 Jakarta)” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang telah

direncanakan. Tidak lupa salawat serta salam penulis haturkan kepada Junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya

hingga akhir zaman yang selalu berada di jalan kebenaran.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Drs. Herwanto

M.Si selaku dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan. Tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi

perkembangan dan untuk mengetahui sistem belajar mengajar di Smk Negeri 4

Jakarta. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna

menjadi bahan evaluasi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.

Jakarta, 25 Desember 2012

Penulis

Page 3: laporan observasi SMK 4 Jakarta

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 1

1.3 Kajian Pustaka ............................................................................. 2

BAB II LAPORAN HASIL OBSERVASI ................................................... 28

2.1 Deskripsi Data ............................................................................. 28

2.2 Analisis Data ............................................................................... 29

BAB III PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI .......................................... 31

BAB IV KESIMPULAN & REFLEKSI ........................................................ 33

4.1 Kesimpulan ................................................................................. 33

4.2 Refleksi ....................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 35

LAMPIRAN ................................................................................................. 36

Page 4: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK adalah sekolah yang

memprioritaskan lulusannya nanti terjun ke dunia industri. Biasanya para guru di

SMK kurang memperhatikan terhadap kegiatan proses belajar mengajar di kelas

maupun terhadap siswa itu sendiri. Karena mereka beranggapan bahwa akhirnya

nanti siswa-siswinya hanya akan kerja di Perusahaan saja, jadi untuk proses

belajar mengajar kurang dimaksimalkan. Berbeda dengan Sekolah Menengah Atas

atau SMA yang lulusannya nanti akan diprioritaskan untuk ke Perguruan Tinggi,

sehingga para guru bekerja secara maksimal dalam mengajarkan siswa-siswinya.

Belakangan ini juga banyak siswa-siswa yang terlibat tawuran antar

sekolah khususnya siswa SMK yang lebih banyak terjadi. Hal ini bisa terjadi

karena sekolahnya yang kurang tegas terhadap aturan-aturan yang berlaku di

sekolahnya, bisa juga dari didikan kedua orang tuanya di rumah, dan bisa juga

letak strategis dari sekolah itu sendiri yang bisa menimbulkan terjadinya tawuran.

Di sini kami mengadakan observasi ke sekolah khususnya SMK Negeri 4 Jakarta

untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar di sekolah tersebut.

Bagaimanakah cara pengajaran guru di kelas dan bagaimana pula tindakan untuk

siswa di sekolah tersebut jika terlibat dalam kegiatan tawuran.

B. Tujuan

1. Mengetahui proses belajar mengajar di SMK Negeri 4 Jakarta, apakah

sudah berjalan lancar atau belum

2. Mengetahui cara pengajaran guru terhadap siswa di SMK Negeri 4 Jakarta

3. Mengetahui media pembelajaran apakah yang lebih efektif dalam proses

belajar mengajar di kelas

4. Mengetahui tindakan apa yang dilakukan oleh sekolah terhadap siswa yang

terlibat dalam kegiatan tawuran belakangan ini

Page 5: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 2

C. Kajian Pustaka

C.I Macam-Macam atau Jenis Pendidikan

Disebutkan beberapa jenis pendidikan yang berkembang di indonesia, yaitu:

A. Pendidikan Umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

B. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan

peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan

pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jenis ini termasuk ke

dalam pendidikan formal.

C. Pendidikan Akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pasca

sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan

tertentu.

D. Pendidikan Profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang

profesional. Salah satu yang dikembangkan dalam pendidikan tinggi dalam

keprofesian adalah yang disebut program diploma, mulai dari D1 sampai dengan

D4 dengan berbagai konsentrasi bidang ilmu keahlian. Konsentrasi pendidikan

profesi dimana para mahasiswa lebih diarahkan kepada minat menguasai keahlian

tertentu.

Page 6: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 3

E. Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta

didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam

jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

F. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut

penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan atau menjadi

ahli ilmu agama.

G. Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik

yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa

satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam

bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

C.2 Teori–Teori Tentang Pendidikan

1. Teori Koneksionisme

Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan

pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal

dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara

stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus akan memberi kesan kepada panca

indra, sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut

sebagai teori Connectionism. Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah

menghadapkan subjek pada situasi yang mengandung problem. Thorndike

merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-

36), sebagai berikut:

Page 7: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 4

a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)

Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang

merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu stimulan.

Pertama, bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku,

pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan melakukan

tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah benar-benar siap menempuh

ujian, dia akan puas bila ujian itu benar-benar dilaksanakan.

Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak

dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan

tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah

belajar tekun untuk ujian, tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain

(misalnya: berbuat gaduh, protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.

Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus

melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan

melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku

tersebut. Contoh, peserta didik tiba-tiba diberi tes tanpa diberi tahu lebih dahulu,

mereka pun akan bertingkah untuk menggagalkan tes.

Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak

melakukannya, maka ia akan puas. Contoh, peserta didik akan merasa lega bila

ulangan ditunda, karena dia belum belajar.

b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)

Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use),

dan hukum bukan penggunaan (the law of disuse). Hukum penggunaan

menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang, hubungan stimulus dan

respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan penggunaan menyatakan

bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan

dihentikan.

Contoh: Bila peserta didik dalam belajar bahasa Inggris selalu menghafal

perbendaharaan kata, maka saat ada stimulus berupa pertanyaan “apa bahasa

Inggrisnya kata yang berbahasa Indonesia.” maka peserta didik langsung bisa

merespons pertanyaan itu dengan mengingat atau mencari kata yang benar.

Page 8: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 5

Sebaliknya, jika tidak pernah menghafal atau mencari, ia tidak akan memberikan

respons dengan benar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip utama

belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran diulang, akan semakin

banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin tidak pernah diulang, pelajaran

semakin sulit untuk dikuasai.

c. Hukum Akibat (The Law of Effect)

Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang

ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah, jika

yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti

dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk diulang. Tetapi jika

akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau dihentikan.

Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward) dan sanksi

(punishment).

Contoh: Peserta didik yang biasa menyontek lalu dibiarkan saja atau justru diberi

nilai baik, anak didik itu akan cenderung mengulangnya, sebab ia merasa

diuntungkan dengan kondisi seperti itu. Tetapi, bila ia ditegur atau dipindahkan

sehingga temannya tahu kalau ia menyontek, ia akan merasa malu (merasa tidak

diuntungkan oleh kondisi). Pada kesempatan lain, ia akan berusaha untuk tidak

mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang tidak menyenangkan

baginya.

2. Teori Classical Conditionins

Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga

Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang conditioned

reflects. Pavlov mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah.

Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing

diberi stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu

ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan. Ketika akan

makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu

diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi

bunyi saja tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan

Page 9: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 6

anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov

meletakkan dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai

penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.

Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:

a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan

atau mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang

dengan perangsang yang lebih lemah.

b. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan

lingkungan.

c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.

d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.

e. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.

C.3 Tiga Teori yang Melandasi Pendidikan

1. Teori Tabularasa (John Locke dan Francis Bacon)

Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat

diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper

avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan

pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Di sini

kekuatan ada pada pendidik. Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas

pembentukan anak. Pendapat John Locke seperti di atas dapat disebut juga

empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala

kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiris) yang

masuk melalui alat indera.

Kaum behavioris juga berpendapat senada dengan teori tabularasa itu.

Behaviorisme tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat

yang turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah

pembentukan kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di

dalam lingkungan seorang anak.

Page 10: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 7

2. Teori Navitisme (Schopenhauer)

Lawan dari empirisme ialah nativisme. Nativus (latin) berarti karena

kelahiran. Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan

sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut

arahnya masing-masing. Pembawaan anak-anak itu ada baik dan ada yang buruk.

Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa. Aliran Pendidikan yang

menganut paham nativisme ini disebut aliran pesimisme. Sedangkan yang

menganut empirisme dan teori tabularasa disebut aliran optimisme. Kedua teori

tersebut ternyata berat sebelah. Kedua teori tersebut ada benarnya dan ada pula

yang tidak benarnya. Maka dari itu, untuk mengambil kebenaran dari keduanya,

William Stern, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, telah memadukan kedua teori itu

menjadi satu teori yang disebut teori konvergensi.

3. Teori Konvergensi (William Stern)

Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki

potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu

harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan

pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah menghantarkan perkembangan

semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna

bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya. Hak negara terhadap

pengajaran dan pendidikan juga diterimanya dari Tuhan (bukan negara polisi atau

totaliter), seperti hak orang tua terhadap anaknya. Tetapi, hak itu bukan karena

kedudukannya sebagai orang tua, melainkan karena gezag atau kekuasaan yang

menjadi milik negara untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

bangsanya, yang sudah menjadi tujuan negara itu sendiri.

C.4 Teori-Teori Yang Berhubungan Dengan Pendekatan Psikologis Pembelajaran

1. Teori Psikoanalisis (Sigmund Freud)

Yaitu suatu pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan

kekuatan ketidaksadaran yang dapat mendorong tingkah laku manusia. Teori ini

menggunakan pendekatan: dinamik, struktual, mekanisme pertahanan diri.

Page 11: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 8

2. Teori Psikososial (Eric Erikson)

Teori ini memandang bahwa secara mendasar manusia adalah makhluk

yang rasional, pikiran, perasaan, dan tindakannya sebagian besar dikontrol oleh

ego. Teori berdasarkan prinsip epigenetik.

3. Teori Kognitif (Jean Piaget)

Teori ini beranggapan bahwa tujuan aktivitas intelektual adalah untuk

mencapai keseimbangan. Selanjutnya beranggapan juga bahwa suatu fungsi

kehidupan yang mendasar yang membantu organisme untuk meyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Teori ini mengenal 4 tingkat perkembangan kognitif,

yaitu:

Periode Sensori Motor

Periode Pra Operasional

Periode Operasional Konkret

Periode Operasional Formal

4. Teori Belajar Sosial

Teori ini membagi beberapa fase yang dilalui individu dalam mengamati

perilaku tertentu, diantaranya: fase memperhatikan, fase menyimpang, fase

memproduksi, fase motivasi.

5. Teori Humanistik

Teori ini berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai

dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimiliknya,

dan mencapai aktualitas diri.

C.5 Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2)

strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)

taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan

Page 12: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 9

istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang

penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai

titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk

pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran

yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher

centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin

Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap

usaha, yaitu:

Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan

aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan

ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,

metode dan teknik pembelajaran.

Page 13: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 10

Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa

strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)

menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.

Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang

keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian

pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning

(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara

pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi

pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”

sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;

(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)

simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara

yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa

Page 14: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 11

yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis

akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah

siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu

digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan

kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti

teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi

mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam

penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena

memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi

kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu

elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya

pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,

sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang

bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus

juga seni (kiat).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah

apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil

(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)

kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model

Page 15: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 12

pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi

tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model

pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih

jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat

divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga

istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan

pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain

pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem

lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika

dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai

kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah

gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan

kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan

cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang

diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria

penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah

ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Page 16: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 13

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki

keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi

pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru

saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-

kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian

tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para

guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran

yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana

dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif

mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,

sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada

gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan,

yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah

ada.

C.6 Konsep Dasar Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Ibrahim dan Syaodih mengemukakan bahwa media pembelajaran

diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan suatu

pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan

siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Sedangkan menurut

Djamarah dan Zain bahwa media pembelajaran adalah penyalur informasi belajar

atau pesan dari guru kepada siswa. Mempertegas kedua pendapat di atas, Samana

menegaskan bahwa, media pengajaran adalah alat penyalur pesan pengajaran, baik

yang bersifat langsung maupun tidak langsung misal media rekaman.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan sarana atau alat bantu yang digunakan guru, dalam

Page 17: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 14

rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi disajikan dalam proses

interaksi pembelajaran.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Rohani Ahmadi mengatakan bahwa media pembelajaran yang telah

dikenal dewasa ini, secara Ahmadi mengatakan bahwa media pembelajaran yang

telah dikenal dewasa ini, secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu ; (a)

media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti radio dan cassette recorder. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau

mempunyai kelainan dalam pendengaran; (b) media visual adalah media yang

hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan

gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar

atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau

simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun; (c) media audiovisual adalah

media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi

kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam; (1)

audiovisual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti

film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara; (2) audiovisual

gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang

bergerak seperti film suara dan video cassette.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Media Pembelajaran

Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah mengemukakan bahwa

faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan media pembelajaran yaitu ; (a)

segi praktisan; (b) segi anak didik; (c) segi isi; dan (d) segi guru. Keempat faktor

yang mempengaruhi penggunaan media pembelajaran ini secara singkat diuraikan

sebagai berikut :

Page 18: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 15

a. Segi kepraktisan.

Segi kepraktisan dari penggunaan media pembelajaran mencakupi (1)

media akan efektif bila tersedia pada saat dibutuhkan; (2) biaya, besarnya dana,

usaha dan waktu serta semua faktor dalam menetapkan mahal tidaknya media

yang dibutuhkan; (3) kondisi fisik, yang dipertimbangkan adalah warna, bentuk,

ukuran, bunyinya jelas, bentuk tulisan dan lainnya akan efektif untuk belajar

siswa; (4) desainnya, sederhana atau tidak, aspek yang diperhatikan adalah mudah

dan praktis dipergunakan; (5) dapat digunakan oleh siswa atau tidak; (6) dampak

emosional, apakah media tersebut cukup mengandung nilai estetika dan dapat

menyentuh emosi anak didik.

b. Segi anak didik

Dari segi anak didik yang dipertimbangkan dalam pemanfaatan media

adalah (1) karakteristik siswa, yaitu sikap pribadi dan kematangan anak didik dan

usia perlu diperhatikan dalam memilih media yang sesuai; Media tersebut

dapat juga untuk belajar individual; (2) keterlibatan siswa, apakah media yang

dipilih mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar lebih efektif; (3)

relevansinya, apakah media yang dipilih ada kepentingan/ kesesuaian dengan

kehidupan siswa.

c. Segi isi

Faktor yang mempengaruhi dari segi isi media pembelajaran meliputi

kesesuaian dengan kurikulum yang digunakan, ketepatan dan kebenaran isinya,

dan layak tidaknya untuk ditampilkan.

d. Segi guru

Faktor yang mempengaruhi dari segi guru meliputi utilisasi oleh guru,

apakah media itu dapat didayagunakan oleh guru, mulai mengoperasikan alat

sampai memanfaatkan isinya.

Page 19: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 16

4. Tujuan Penggunaan Media Dalam Kegiatan Pembelajaran

Marsadji mengatakan bahwa, “ media pembelajaran biasanya digunakan

oleh guru untuk mencapai tiga tujuan yaitu (a) memudahkan para siswa untuk

mempelajari konsep, prinsip dan keterampilan motorik tertentu; (b) menciptakan

suatu respon emosional; (c) memajukan motivasi siswa untuk kegiatan

instruksional.

5. Fungsi Media Pembelajaran

Sardiman menegaskan bahwa, “ Media pembelajaran sebagai alat bantu

dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi, dalam enam (6) kategori yaitu ;

(a) penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi

tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan

situasi belajar mengajar yang efektif; (b) penggunaan media pengajaran

merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti

bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan

guru; (c) media pembelajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan

tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan

(pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran; (d)

penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti

digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik

perhatian siswa; (e) penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap

pengertian yang diberikan guru; (f) penggunaan media dalam pembelajaran

diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain

menggunakan media hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat

siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.

Marsadji bahwa: “ Secara umum kegunaan media pendidikan dalam

proses belajar mengajar dapat disebutkan sebagai berikut; (a) memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis; dan (b) mengatasi keterbatasan

ruang,waktu dan daya indera. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan

Page 20: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 17

bahwa fungsi utama pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk memotivasi

dan meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

6. Karakteristik Pemanfaatan Media Pembelajaran

Jamaludin mengatakan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan

kegiatan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut

; (a) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran; (b) dukungan terhadap isi bahan

pelajaran; (c) kemudahan memperoleh media; (d) keterampilan guru dalam

menggunakannya; (e) tersedianya waktu untuk menggunakannnya; (f) Sesuai

dengan taraf berfikir siswa. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran

mengandung makna bahwa media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan

instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan–tujuan instruksional yang berisikan

unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, lebih mungkin digunakannya

media pembelajaran. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran yang bersifat fakta,

prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih

mudah dipahami siswa.

7. Langkah-Langkah Pemanfaatan Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran tidak asal-asalan menurut keinginan

guru, tidak terencana dan sistematik. Guru harus memanfaatkannya menurut

langkah-langkah tertentu. dengan perencanaan yang sistematik. Djamarah dan

Zain mengatakan bahwa, ” Ada enam langkah yang dapat ditempuh guru pada

waktu ia mengajar dengan mempergunakan media. Langkah-langkah itu adalah:

(a) merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media; (b) persiapan

guru; (c) persiapan kelas; (d) langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan

media; (e) langkah kegiatan siswa; (f) langkah evaluasi pengajaran.

Pada fase memilih dan menetapkan media mana yang akan

dimanfaatkan guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar

pertimbangannya patut diperhatikan. Sebelum media pembelajaran digunakan

dalam kegiatan proses pembelajaran, maka alangkah baiknya, seorang guru

mempelajari terlebih dahulu cara penggunaan media yang digunakan, serta

Page 21: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 18

menganalisis sejauhmana keakuratan media tersebut terhadap isi materi yang akan

diajarkan kepada siswa. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai

persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media.

Guru harus dapat memotivasi siswa agar dapat menilai, menganalisis, menghayati

pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran.

8. Nilai-Nilai Praktis Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran

Sardiman menegaskan bahwa, nilai-nilai kepraktisan terhadap media

pembelajaran sebagai berikut : (a) dengan media dapat meletakkan dasar-dasar

yang nyata untuk nembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap; (d)

memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha

sendiri pada setiap siswa; (e) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan

berkesinambungan; (d) membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya

kemampuan berbahasa; (f) memberikan pengalaman yang mudah diperoleh

dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman

belajar yang lebih sempurna; (g) bahan pelajaran lebih jelas maknannya, sehingga

dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pembelajaran lebih baik; (h) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-

mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa

tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

9. Rasionalisasi Penggunaaan Media Pembelajaran

Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran itu diaplikasikan ke dalam

proses pembelajaran, maka menurut Winarno Surakhmad menegaskan bahwa :

Terlihat peranannya sebagai berikut : (a) media yang digunakan guru sebagai

penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan; (b) media

dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh

para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat memperoleh media

sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa; (c) media sebagai sumber

belajar bagi siswa. Media sebagai sumber bahan kongkret berisikan bahan–bahan

yang harus dipelajari para siswa, baik individu maupun kelompok. Kekongkritan

Page 22: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 19

sifat media itulah akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan

pembelajaran.

10. Pentingnya Pemanfaatan Media Bagi Kegiatan Pembelajaran di Sekolah

Secara lebih mendalam oleh Suryosubroto menegaskan bahwa media

pendidikan memiliki peranan sebagai berikut: (a) mendemonstrasikan tugas-tugas

yang harus dikerjakan oleh siswa; (b) mensimulasikan pengalaman yang

sebenarnya; (c) media dapat digunakan untuk memperbaiki persepsi siswa; (d)

mendemonstrasikan suatu keterampilan motorik tertentu yang dapat diamati; (e)

menjelaskan ciri-ciri konsep; (f) menggambarkan hubungan di antara konsep-

konsep; (g) mendapatkan balikan atau feed back; (h) memberikan bahan stimulus.

Siswa sering dimintakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang rumit,

tanpa lebih dahulu melihat tugas tersebut. Hal ini disebabkan karena dalam

mengikuti demonstrasi, murid-murid menyaksikannya secara bersama-sama dan

demonstrasi itu sendiri biasanya diberikan secara cepat dan dalam garis besarnya

saja. Dalam hubungan ini media pembelajaran dapat digunakan sebagai sarana

untuk memberikan persiapan laboratorium bagi siswa untuk melihat bagaimana

percobaan itu harus dilakukan jauh sebelum mereka sendiri melaksanakannya.

Mereka dapat menyaksikan melalui media pendidikan dengan tepat mengenai hal-

hal yang mereka lakukan dalam mengadakan percobaan nanti. Persiapan

laboratorium itu dapat dikembangkan melalui slide suara,televisi dan sebagainya.

Tujuan penggunaan media dalam kasus ini bukanlah untuk mendemonstrasikan

bagaimana suatu tugas harus dikerjakan seperti tersebut di atas, melainkan untuk

memberikan suatu alternatif yang secara tidak langsung untuk menggantikan

pengalaman yang sebenarnya atau karya wisata.

Media dapat digunakan untuk membantu siswa didalam melihat dan

mendengar secara lebih baik tentang hal-hal yang harus diketahuinya, yang

kiranya tidak mungkin bila tidak menggunakan media tersebut. Misalnya melalui

televisi dapat disajikan suatu gambar mikroskopis kepada siswa yang tidak

mungkin dapat diamati dengan mata telanjang biasa.

Page 23: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 20

Apabila kita harus mengerjakan suatu keterampilan motorik tertentu, kita

perlu mendemonstrasikan cara-cara yang terbaik untuk melaksanakan

keterampilan tersebut. Suatu demonstrasi pelaksanaan keterampilan motorik

tertentu melalui pemanfaatan media pendidikan memungkinkan guru, untuk

memfokuskan perhatiannya pada tugas-tugas pengajaran dan bukan kepada

demostrasinya itu sendiri, melalui media pendidikan dapat pula didemonstrasikan

secara lebih rinci mengenai analisis keterampilan yang didemonstrasikan dari

pada melalui demonstrasi secara langsung (live demonstration). Misalnya dengan

menggunakan teknik fotografi, gerakan lambat atau berhenti pada media film

dapat didemonstrasikan.

11. Kemampuan Guru Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran

Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan sejumlah alternatif

bagaimana media pendidikan dapat digunakan untuk membantu guru dalam

mencapai tujuan instruksional seperti yang diharapkan. Kesadaran terhadap

penggunaan berbagai media pendidikan tersebut sangat penting jika harus

memanfaatkan media secara efektif. Oemar Hamalik mengatakan bahwa: Dalam

memanfaatkan media pembelajaran hendaknya guru memiliki sejumlah

kemampuan tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang

baik. Kemampuan-kemampuan itu antara lain; (a) menganalisis dengan tepat

dan jelas tujuan instruksional yang akan dicapai; (b) menetapkan ciri-ciri

pokok atau utama atas hal-hal yang dipelajari; (c) menentukan jenis media dengan

tepat; (d) menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat.

12. Prinsip-prinsip penggunaan dan pemilihan media

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa setiap media pengajaran

memiliki keampuhan masing–masing, maka diharapkan kepada guru agar

menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat suatu kali pertemuan.

Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang

proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas. Harapan yang besar

tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat atau

mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.

Page 24: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 21

Ketika suatu media akan dipilih, ketika suatu media akan dipergunakan, ketika

itulah beberapa prinsip perlu guru perhatikan dan pertimbangkan. Winataputra

2003 mengemukakan bahwa, “ Beberapa prinsip pemilihan media pembelajaran

yang dibaginya ke dalam tiga kategori, yaitu : (a) tujuan pemilihan, (b)

karateristik media pembelajaran dan (c) alternatif pilihan.

Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan

tujuan pemilihan yang jelas. Apabila dalam pemilihan media pembelajaran tidak

memiliki tujuan yang jelas maka, pemanfaatan media pembelajaran akan bergeser

dari makna yang sebenarnya. Di mana makna yang terkandung dalam

pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk memotivasi belajar siswa agar

lebih giat dan tekun serta memahami dengan jelas apa yang disajikan oleh guru.

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi

keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.

Memahami karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan

kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan

pemilihan media pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan kepada

guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi.

Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan

dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. Memilih pada

hakekatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagi alternatif pilihan. Guru

bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat

beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media

pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan

apa adanya.

C.7 Sistem pembelajaran E-learning

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic

learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-

learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid)

Page 25: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 22

tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan

dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal

target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus

dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.

Plus Minus E-learning

Seperti Sebagaimana yang disebutkan di atas, e-learning telah

mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-

learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi,

peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta

didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar

setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik

dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Dalam e-

learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau

bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah

komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents writer",

designer e-learning dan pemrogram komputer.

Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah :

melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung

jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir

mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan

wawasannya

mengontrol kegiatan belajar peserta didik.

Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi

secara langsung dengan para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik

e-learning ini. Inilah yang menjadi ciri khas dari kekurangan e-learning yang tidak

bagus. Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan

learning (belajar), maka sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Page 26: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 23

Sejarah dan Perkembangan E-learning

E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan

oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem

instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer

bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah

sebagai berikut:

(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai

bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun

berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun

multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.

(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun

1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi

secara massal.

(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan

perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan

internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai

dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan

lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat

pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu

dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar

yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM,

IEEE LOM, ARIADNE, dan sebagainya.

(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan

LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik

untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai

digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga

semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan

interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran

kecil.

Page 27: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 24

C.8 Teknik Mengajar Yang Baik dan Efektif

Seorang guru/instruktur/dosen harus memiliki kemampuan yang baik

dalam menyampaikan materi yang diajarkannya, bila tidak maka yang terjadi

adalah siswa/mahasiswa akan kurang faham, tidak menyukai mata pelajaran

tersebut atau bahkan kita sendiri sebagai pengajar tidak disukai. Tidak pelit nilai

mungkin hal yang bijak sebagai seorang pengajar dan tentunya kita akan menjadi

pengajar favorit dikelas, tetapi hal ini tidak mendidik dan merugikan siswa yang

kita didik. Berikut ini ada beberapa tips yang biasa dilakukan dalam

menyampaikan materi dikelas :

Sebelum Menyampaikan Materi :

Pelajarilah kembali materi yang akan disampaikan dan buatlah rangkuman

atau point-point penting pada materi tersebut, karena mungkin kita banyak

mengajar mata pelajaran lainnya maka terkadang sudah agak lupa dengan

materi ini sehingga perlu dipelajari lagi agar lebih siap.

Buatlah diktat atau rangkuman yang dapat di fotocopy atau disalin oleh

siswa, sehingga kita tidak perlu merujuk banyak buku kepada siswa. Hal

ini juga memudahkan siswa sehingga ia tidak perlu banyak membeli buku.

Apabila mata pelajarannya eksak/hitungan, buatlah rangkuman rumus

kepada siswa.

Siapkan soal-soal latihan sebanyak-banyaknya dan dibagi menjadi kategori

ringan, sedang, dan susah. Rangkum semua soal tersebut dalam satu buku

atau file dan buat memo disetiap soal tersebut, memo ini dibuat agar kita

tahu kapan kita pernah memberikannya kepada siswa dan pada kelas

berapa, sehingga soal yang sudah diberikan tidak disampaikan lagi pada

pertemuan berikutnya.

Milikilah absen siswa yang kita ajar, dan buatlah tabel nilai dan presentase

kemajuan siswa. Hal ini berguna agar kita dapat mengetahui apakah materi

kita telah diserap dengan baik oleh siswa dan siswa mana yang perlu kita

bimbing lebih ekstra agar nilainya tidak jatuh.

Page 28: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 25

Saat di Kelas :

Buatlah suasana yang menarik dan tidak membosankan, untuk itu kita

harus banyak latihan agar cara berbicara, sikap, dan metode ajar kita dapat

diterima dengan baik oleh siswa. Menjadi guru yang garang dan terlalu

disiplin terkadang akan membentuk siswa yang keras juga, untuk itu

buatlah siswa takut karena hormat kepada kita dan bukan takut karena

hukuman kita. Pernah ada siswa yang sangat nakal, namun ia justru malu

dan takut dengan salah satu guru yang sangat dihormatinya. Berikan

perhatian kita dengan penuh kasih sayang, bukan mencari kesalahan

mereka.

Buatlah quiz di awal dan akhir penyampaian materi, bila waktu tidak

memungkinkan lakukan hanya di akhir materi bukan diawalnya, hal ini

dapat menjadi indikator apakah materi yang telah disampaikan sudah

diterima dengan baik oleh siswa. Apabila quiz dilakukan hanya di awal

materi, hal ini hanya membuang waktu dan tidak efisien karena secara

logika tentunya siswa belum mengetahui materi yang akan disampaikan.

Kalo soal quiznya materi hari kemarin itu namanya ulangan. Sampaikan

materi dengan menyampaikan point-point pentingnya saja, jangan terlalu

banyak bertele-tele atau terlalu banyak bercerita yang bukan dalam ruang

lingkup materi kita. Untuk materi eksak, perbanyaklah contoh soal,

sampaikan perlahan dan buat agar siswa juga sama-sama ikut berfikir.

Lakukan sistem ajar yang lebih interaktif berupa tanya jawab, pancinglah

siswa agar banyak bertanya. Selain itu ada juga perlunya kita bersenda

gurau disela-sela penyampaian materi agar tidak terlalu tegang.

Pekerjaan Rumah (PR) dapat kita berikan setiap akhir penyampaian

materi, namun bila ternyata itu tidak efektif misalnya banyak yang tidak

mengerjakan atau ternyata banyak yang saling mencontek pekerjaan

teman-temannya sebaiknya metode PR nya kita ubah misal dengan beda

soal tiap siswa atau cara lainnya.

Page 29: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 26

Kita perlu melakukan evaluasi terhadap cara kita mengajar, ini bisa

dilakukan dengan memberikan questioner pada siswa terhadap cara

mengajar kita.

Kita juga dapat melakukan quiz interaktif, yaitu dengan membaca soal

satu persatu dan siswa langsung menjawab, kita berikan waktu yang

terbatas untuk menjawab soal tersebut. Misal bacakan soal no. 1 kemudian

langsung dijawab oleh siswa, setelah itu bacakan soal no.2 kemudian

siswa menjawab, demikian seterusnya, metode ini membuat siswa berfikir

cepat dan tidak dapat mencontek.

Page 30: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 27

BAB II

LAPORAN HASIL OBSERVASI

2.1 Hasil Penelitian

Wawancara yang dilakukan pada hari Jumat, 14 Desember 2012 di

SMK Negeri 4 Jakarta. Kami mewawancarai Drs. H.Eko Ariadi, M.Si

selaku wakil kepala bidang kurikulum SMK Negeri 4 Jakarta. Berikut

adalah hal yang didapatkan selama wawancara:

a. Jumlah mata pelajaran di SMK Negeri 4 Jakarta

b. Jumlah guru studi elektronika di SMK Negeri 4 Jakarta

c. Karakteristik guru di SMK Negeri 4 Jakarta

d. Jadwal belajar siswa siswi di SMK Negeri 4 Jakarta

e. Metode pembelajaran bagi para guru di SMK Negeri 4 Jakarta

2.1.1 Deskripsi Hasil Observasi

Observasi dan wawancara yang dilakukan hari Jumat, 14

Desember 2012 di SMK Negeri 4 Jakarta. Kami mewawancarai

Drs. Mawardi selaku guru Produktif SMK Negeri 4 Jakarta

sekaligus Kepala Program Keahlian Teknik Audio Video. Berikut

adalah hal yang didapatkan selama wawancara:

a. Jumlah kelas yang di ajar

b. Jumlah siswa siswi yang di ajar

c. Jadwal pemakaian ruang bengkel

d. Fasilitas ruang bengkel

e. Metode pembelajaran saat di bengkel

Keseluruhan kelas dalam pembelajaran di bengkel setiap

harinya ada 2 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih 40 siswa di

setiap kelasnya, jadwal pemakaian ruang bengkel bagi siswa

maupun siswi 7x pertemuan teori dan 2x pertemuan praktek.

Page 31: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 28

Fasilitas yang terdapat cukup memadai meskipun terjadi

kekurangan di banyaknya alat tidak sebanding dengan jumlah

siswa siswi yang memakai alat tersebut,pemberian materi

digunakan tv LCD dan proyektor dan pembelajaran teori maupun

praktek.

Kesulitan yang sering di hadapi keseringan pada siswi

perempuan, tapi itu semua tidak jadi masalah karena semua siswa

siswi saling membantu dalam pemberian materi di bengkel,selain

itu jika ada sks yang belum selesai sebagian siswa di perbolehkan

hingga larut malam berada di bengkel ,terkecuali siswi perempuan.

2.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara

a. Tempat , tanggal dan waktu : SMK Negeri 4 Jakarta, Jumat 14

Desember 2012 pukul 16.00 WIB

Narasumber yaitu siswa-siswi SMK Negeri 4 Jakarta.

Diketahui siswa siswi bernama Ervina widiastuti,Whika

Mariana, dan Bizar Alhamidi. Menurut hasil wawancara

terhadap siswa-siswi SMK Negeri 4 Jakarta, dari segi minat

menutut ilmu di SMK Negeri 4 Jakarta,mereka memang

diawali dengan orientasi langsung kerja ketika nanti lulus,

namun setelah mengikuti proses pembelajaran niat tersebut

menjadi meningkat dikarenakan lingkungan di SMK Negeri 4

Jakarta sangat kondusif .

Tingkat pemahaman siswa siswi lebih paham,ketika saat

pelajaran di bengkel ketimbang teori di karenakan langsung di

praktekkan,siswa siswi sering mendapat kesulitan pada saat

proses belajar mengajar di bengkel dikarenakan siswa sistwi

tidak semua memegang alat praktek karena ketebatasan

alat,tapi itu semua bukan jadi kendala mereka sering belajar

hingga larut malam demi mencapai pelajaran yang belum

dimengerti.

Page 32: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 29

Dalam proses belajar mengajar siswa-siswi lebih paham

dan mengerti ketika guru menjelaskan dengan ditulis di papan

tulis daripada menggunakan proyektor, dikarenakan jika

menggunakan papan tulis mereka lebih bisa mencatat materi

yang di jelaskan oleh guru daripada menggunakan proyektor.

Terkadang mereka tidak memerhatikan guru ,ketika guru

tersebut membosankan seperti hanya menunjukkan materi

dengan proyektor tanpa memberi waktu untuk siswa mencatat

materi.

Siswa-siswi ternyata menyukai karakteristik seorang guru

yang tegas,lucu, dan memperhatikan muridnya,karena sebagian

guru di SMK Negeri 4 Jakarta terlihat acuh tak acuh dalam

memberikan materi pelajaran. Semua itu terlihat ketika guru

membiarkan muridnya yang bercanda ketika proses belajar

mengajar.Pengajar di SMK Negeri 4 Jakarta hanya mengajari

siswa siswi yang ingin belajar, bukan siswa siswi yang ingin

bermain saja di SMK Negeri 4 Jakarta.

2.2 Analisis Data

Berdasarkan analisis hasil observasi dan wawancara di SMK Negeri 4

Jakarta didapatkan bahwa fasilitas di SMK Negeri 4 Jakarta sudah cukup

memadai, tetapi dalam jumlah alat tidak sebanding dengan jumlah siswa

siswi yang memakai alat bengkel tersebut.dalam preoses belajar mengajar

siswa siswi lebih suka dan paham akan guru yang menjelaskan dengan

menggunakan papan tulis ketimbang dengan menggunakan proyektor.

Karakteristik siswa siswi lebih senang dan mengerti akan karakteristik

guru yang pada saat mengajar dan memberi materi yangg mempunyai sifat

tegas, lucu, dan memperhatikan muridnya.

Metode Pembelajarn guru ternyata dengan menggunakan proyektor

tidak disegani oleh para siswa-siswi. Dikarenakan siswa-siswi menjadi

tidak paham dan sulit untuk menerima materi yan diberikan oleh guru

Page 33: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 30

tersebut. Metode dengan papan tulislah yang kini siswa siswi lebih di

segani ,walaupun terlihat masih menggunakan metode lama ,tapi dengan

metode ini siswa siswi dapat menerima materi pelajarn dengan paham dan

dapat dimengerti.

Sikap guru yang kebanyakan acuh tak acuh terhadap siswa siswi yang

susah menerima materi ,berdampak adanya diskriminasi dalam proses

pembelajaran.Guru dengan kriteria ini lebih suka dan perhatian terhadap

siswa siswi yang pintar dan rajin dalam mengerjakan tugas ketimbang

dengan siswa siswi yang terlambat mengerti atau paham akan materi yang

diberikan.

Page 34: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 31

BAB III

PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

Setelah kami melakukan observasi di SMK Negeri 4 Jakarta Utara,

ternyata terdapat beberapa point penting dari guru untuk mengajar siswanya,

yaitu menggunakan media pembelajaran yang tepat, cara mengajar yang tidak

membosankan, dan peralatan yang mendukung dan memadai dalam proses

belajar mengajar.

Media pembelajaran yang tepat merupakan media dalam proses

pembelajaran yang memadai dan tepat dalam penggunaannya. Para siswa dapat

memahami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru melalui media proyektor.

Namun media penggunaan proyektor kurang efektif karena masih ada beberapa

siswa yang kurang paham dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru

melalui media ini. Mereka menganggap melalui media proyektor hanya

langsung menampilkan hasil tanpa ada proses.

Cara mengajar yang tidak membosankan merupakan cara mengajar yang

tepat untuk siswa. Cara mengajar yang tidak membosankan yaitu dengan cara

belajar dengan santai, tidak tergesa-gesa, dan ditambahkan dengan selingan

lelucon. Selain itu, peralatan yang memadai dan mendukung sangat penting

sekali untuk kemajuan siswa.

Siswa boleh meminjam bengkel dan alat yang mereka butuhkan untuk

kegiatan praktek maupun untuk mengerjakan tugas. Kebanyakan dari siswa-

siswi lebih suka berada di sekolah daripada pulang kerumah masing-masing.

Jika ada siswa yang berbuat tidak wajar, guru tidak langsung

menghukumnya. Tapi guru lebih mendekat kepada anak yang bermasalah

tersebut dan lakukan pembinaan dan perjanjian agar siswa yang bermasalah

tersebut tidak melakukan perbuatannya kembali.

Page 35: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 32

Dalam hal tawuran, SMK Negeri 4 Jakarta Utara pernah tersangkut dalam

masalah itu. Namun Wakil Kepala Bidang Kurikulum menerapkan sistem baru

yaitu adanya jam pelajaran tambahan sepulang sekolah. Jadi siswa lebih

prestatif dan lebih bersemangat mengikuti pelajaran. Buktinya SMK Negeri 4

Jakarta Utara selalu eksis dalam menjuarai berbagai perlombaan, baik itu tingkat

Provinsi, Nasional, dan bahkan tingkat Asean. Diantaranya mendapat juara 2

tingkat nasional dalam lomba English Club, juara 3 dalam lomba olimpiade

Fisika se-Jawa di UNJ, Juara 1 LKS tingkat Nasional, Juara 2 lomba ASEAN

SKILL tingkat Asean.

Page 36: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 33

BAB IV

KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Kesimpulan

Guru Elektronika:

Dalam proses belajar mengajar memerlukan cara yang efektif untuk

menyampaikan materi. Setiap siswa/siswi membutuhkan guru yang mampu

menyampaikan materi pembelajaran yang dapat dipahami dengan siswa/siswinya.

Proses belajar mengajar yang baik juga membutuhkan media pembelajaran, alat-

alat khususnya dalam mata pelajaran produktif yang dapat memudahkan para

siswa/siswi dalam memahami setiap materinya.

Seorang guru harus mampu menjadi fasilitator yang baik untuk

siswa/siswi sehingga siswa/siswi tidak bersikap acuh tak acuh dalam proses

belajar mengajar.

Wakasek Bidang Kurikulum:

Di bidang akademik, siswa dituntut untuk memiliki nilai sesuai dengan

kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal tersebut, membutuhkan pendekatan

yang baik antara guru dan siswa/siswi. Guru harus menjadi motivator yang baik

untuk siswa/siswi agar dapat meningkatkan mutu belajarnya dan mampu

terhindar dari pergaulan yang negatif di era globalisasi ini. Siswa/siswi pun harus

mampu meningkatkan iman dan takwanya masing-masing dan memantapkan diri

untuk menentukan jalan yang baik.

Siswa/Siswi:

Siswa/siswi membutuhkan seorang guru yang dapat menjadi pengajar akan

tetapi menjalin kedekatan dengan murid sehingga terjalin hubungan yang

harmonis dalam proses belajar mengajar. Setiap siswa/siswi juga sangat

membutuhkan fasilitas ataupun alat-alat yang dapat menunjang proses belajar

mengajar khususnya mata pelajaran produktif. Siswa juga membutuhkan

bimbingan dalam pergaulan agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang negatif.

Page 37: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 34

Refleksi

Guru memiliki sifat yang baik di contoh untuk setiap siswa/siswi seperti

keikhlasan dalam mengajari setiap siswa/siswi nya. Setiap guru juga sering

meninggalkan suatu kenangan yang sangat berarti dan berharga untuk menjalani

masa depan nantinya. Seorang guru memiliki ketabahan yang tinggi ketika

siswa/siswi tidak mengerti dengan apa yang telah di jelaskan. Dan seorang guru

selalu memperhatikan semua perubahan yang terjadi pada setiap muridnya.

Guru Elektronika khusunya pada program keahlian Teknik Audio Video di

SMKN 4 Jakarta saat proses belajar mengajar telah melakukan pendekatan

terhadap peserta didiknya, seperti menghampiri salah seorang siswa dan

mengajarkan kembali dengan lebih detail lagi dari materi yang belum dipahami

atau dimengerti oleh salah seorang siswa tersebut.

Guru Elektronika khusunya pada program keahlian Teknik Audio Video di

SMKN 4 Jakarta selalu memberikan motivasi atau dorongan terhadap peserta

didiknya baik untuk akademik maupun non-akademik. Seperti memotivasi siswa

yang akan menghadapi OSTN (Olimpiade Sains Terapan Nasional) dan dalam

kegiatan LKS (Lomba Kompetensi Siswa). Di sini Guru selalu memberikan

motivasi dan semangat kepada siswa-siswinya.

Terkadang seorang guru juga membutuhkan perbaikan dalam cara

mengajarnya atau sikapnya terhadap siswa/siswi nya. Salah satu hal, yang sering

dan harus diperbaiki adalah ketika guru menemukan siswa yang menurut nya

pandai, guru tersebut seakan melupakan siswa/siswi lainnya. Mungkin hal itu

yang sangat membutuhkan perbaikan untuk kedepannya. Dalam proses belajar

mengajar, seorang guru juga harus mampu menemukan minat dan bakat apa yang

dimiliki dari setiap siswa. Hal tersebut, jarang sekali menjadi pusat perhatian.

Page 38: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 35

DAFTAR PUSTAKA

Soetopo, Hendyat. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran (Teori, Permasalahan, dan

Praktek). Malang : UMM Press.

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar

(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ahmad Sudrajat.2008.Model Pembelajaran http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ (29 Desember 2012 11.58 am)

Anonim.2012.Teori Pendidikan http://silverhawk.student.umm.ac.id/category/teori-teori-pendidikan/ (29 Desember 2012

12.46 pm)

Muhammad Afgani.2012.Teori Pendidikan http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/2012/01/tiga-teori-yang-melandasi-pendidikan.html (29 Desember 2012 12.45 pm)

Anonim.2012.Media Pembelajaran http://dewasastra.wordpress.com/2012/02/15/media-pembelajaran/ (29 Desember 2012

12.44 pm)

Irfan.2009.Teknik Mengajar Yang Baik dan Efektif http://irfansworld.com/2009/06/24/teknik-mengajar-yang-baik-dan-efektif/ (29 Desember 2012 11.14 am)

Page 39: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 36

LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : X/1

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 12 Jam

Standar Kompetensi : Menguasai Teori Dasar Elektronika

Kompetensi Dasar : Teori Kelistrikan

Indikator :

Struktur atom, komponen-komponen dari

muatannya, serta pentingnya atom bagi

teknologi elektronika dijelaskan.

Disebutkan sepuluh kegunaan magnetism

dalam teknologi elektronika.

Dijelaskan manfaat dasar dari kelistrikan.

Dijelaskan dan digambarkan metode -

metode dasar kelistrikan untuk

menggerakkan motor dan bagaimana

gerakan mekanik pada generator bisa

menghasilkan arus listrik.

Dijelaskan perbedaan antara tegangan,

arus, dan resistansi

Disebutkan dengan benar bahan-bahan

resistif dan resistor dipakai dalam bidang

elektronika

Page 40: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 37

Ditunjukkan beberapa kegunaan kapasitor

dan disebutkan beberapa jenis dan

konstruksinya.

Dijelaskan bagaimana induktansi

berhubungan dengan magnetism dan

digambarkan konstruksi kumparan, inti

dan kegunaannya.

Ditunjukkan perbandingan antara reaktansi

dan resistansi dan digambarkan

hubungannya dengan arus/ tegangan.

Dibandingkan antara impedansi dengan

reaktansi dan resistansi, dan dijelaskan

sebab dan akibat dari impedansi.

Bisa disebutkan dengan benar berbagai

macam sumber tegangan, AC dan DC,

battery, dll.

Disebutkan rumus-rumus hukum Ohm

untuk arus, tegangan, resistansi, dan daya

serta kegunaannya

Perhitungan konsumsi daya dan

persyaratannya. didemonstrasikan.

I. Tujuan Pembelajaran :

Teliti dan cermat dalam Menghitung daya

listrik

Menganalisis rangkaian R,L, C

Mengaktif beberapa jenis motor listrik

Mengaktif generator listrik

menguasai Teori Dasar Elektronika

II. Materi Ajar :

Listrik dan Elektronika

Kimia Listrik

Page 41: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 38

Tahanan Listrik

Medan listrik dan kondensator

III. MetodePembelajaran : Teori, Observasi/Pengamatan,Tugas dan Praktek

(laporan)

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal : Penjelasan singkat tentang teori kelistrikan

B. Kegiatan Inti : Pelaksanaan latihan, tugas dan Praktek

C. Kegiatan Akhir : Pemeriksaan dan evaluasi latihan, tugas dan

Praktek.

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Media Pengajaran

- Soal dan lembaran tugas

Bahan : - Jenis-jenis komponen resistor

- Multitester

Sumber Belajar : - Buku / modul dasar komponen elektronika.

VI. Penilaian : Penugasan, Observasi, Praktek (laporan) dan

Tes tertulis.

VII. Evaluasi : Terdapat didalam modul Dasar Kompetensi

Kejuruan Audio Video.

Page 42: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : X/1

Pertemuan Ke- : 2

Alokasi Waktu : 24 Jam

Standar Kompetensi : Menguasai Teori Dasar Elektronika

Kompetensi Dasar : Mengenal Komponen Elektronika

Indikator :

Resistor dengan beragam nilai diidentifikasi

berdasar kode warna atau kode lain dan

bahan penyusunnya disebutkan disertai

kegunaan masing - masing.

Jenis-jenis kapasitor diidentifikasi,

dijelaskan fungsi utamanya dan bagaimana

metode mengubah-ubah nilai kapasitansi,

serta diterangkan tentang istilah muatan

dan coulomb.

Jenis-jenis induktor diidentifikasi dan

dijelaskan macam -macam bahan inti,serta

bagaimana ukuran diameter kumparan dan

Kawatnya mempengaruhi nilai induktansi

nya.

Jenis-jenis transformer yang umum di

identifikasi dan disebutkan kegunaannya

masing- masing bagaimana metode

stepup/down dan dijelaskan kenapa

diperlukan laminasi.

Page 43: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 40

Beberapa jenis transistor di-identifikasi

berdasarkan jenis dan kegunaannya, seperti

unijunction, FET,dan MOSFET; dijelaskan

beta dan alfa dan tegangan bias DC yang

umum dipakai

Semiconductor yang lain di-identifikasi dan

Dijelaskan kegunaannya, misalnya gun-

diode, darlington, dan transistor unijunction

yang lain

Thyristo dibandingkan dengan

semikonduktor lain; diac, triac, dan SCR,

dan dijelaskan Kegunaan masing - masing

Batasan kerja diode zener dijelaskan dan

digambarkan kegunaannya dalam rangkaian

regulator.

Berbagai piranti optik yang umum

disebutkan misalnya LED, LCD, Laser, dll.

Digambarkan bagaimana photovoltaic

diaktifkan. Simbol - simbol dari

photoresistor, photodiode, photo-transistor

digambarkan dan dijelaskan dari bahan apa

piranti ini dibuat.

Dijelaskan aplikasi daridari MOS, CMOS,

dan FET.

I. Tujuan Pembelajaran :

Teliti dan cermat dalam mengenali

komponen elektronika pasif dan aktif.

Teliti dan cermat dalam perhitungan nilai

resistor.

Menganalisis rangkaian resistor.

Menganalisis rangkaian kapasitor

Menganalisis rangkaian inductor

Page 44: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 41

Menganalisis dan menguji transistor.

Menguji Komponen Dasar Elektronika pasif

dan aktif.

II. Materi Ajar :

Macam – macam Komponen Pasif dan

Aktif.

Macam – macam Rangkaian Komponen

Pasif.

Fungsi dan Karakteristik Komponen Pasif

dan Aktif.

Menguji Komponen Pasif dan Aktif.

III. Metode Pembelajaran : Teori, Observasi/Pengamatan,Tugas dan Praktek

(Laporan)

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal : Penjelasan singkat tentang Mengenal

Komponen Elektronika.

B. Kegiatan Inti : Pelaksanaan latihan, tugas dan Praktek.

C. Kegiatan Akhir : Pemeriksaan dan evaluasi latihan, tugas dan

Praktek.

VI. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Media Pengajaran

- Soal dan lembaran tugas

Bahan : - Jenis-jenis komponen pasif dan aktif

- Multitester

Page 45: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 42

Sumber Belajar : - Tabel Warna resistor dan kapasitor.

- Buku / modul dasar komponen elektronika.

VI. Penilaian : Penugasan, Observasi, Praktek (laporan) dan

Tes tertulis.

VII. Evaluasi : Terdapat didalam modul Dasar Kompetensi

Kejuruan Audio Video.

Page 46: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 43

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : X / 2

Pertemuan Ke- : 1- 3

Alokasi Waktu : 24 Jam (8 jam T/16 jam P)

Standar Kompetensi : Menguasai dasar elektronika terapan

Kompetensi Dasar : 1. Amplifier Daya Rendah dan Menengah

Indikator : 1.Jenis-jenis amplifier

2. Fungsi komponen pada amplifier

3. Macam-macam kelas pada amplifier

4. Karakteristik biasing dan gain

5.Fungsi Pre-amp dan Op-amp serta

penggunaannya

6. Penyebab distorsi pada amplifier

7. Kesalahan pengukuran pada amplifier

8. Spesifikasi Amplifier

I. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menguasai amplifier

daya rendah/menengah

II. Materi Ajar : 1. Jenis dan kelas pada amplifier serta

penggunaannya

2. Karakteristik biasing dan gain

3. Penyebab distorsi dan spesifikasi amplifier

Page 47: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 44

III. Metode Pembelajaran: Teori dan Praktek

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal : Penjelasan jenis dan kelas-kelas pada amplifier serta

penggunaanya

B. Kegiatan Inti : Penjelasan karakteristik biasing dan gain

C. Kegiatan Akhir : Penjelasan masalah-masalah pada amplifier

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Multimeter

- Solder

- Osciloscop

- Rangkaian amplifier

Bahan : - Kabel konektor, speaker

Sumber Belajar : - Modul Amplifier daya rendah/manengah

VI. Penilaian : Penugasan dan observasi

Page 48: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 45

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : X / 2

Pertemuan Ke- : 4 - 6

Alokasi Waktu : 24 Jam (8 jam T/16 jam P)

Standar Kompetensi : Menguasai dasar elektronika terapan

Kompetensi Dasar : 2. Sistem Audio dan Video

Indikator : 1. Produk elektronika untuk hiburan di rumah

2. Fungsi dan kontruksi mikropon serta

speaker

3. Prinsip kerja recording dan play back pada

mekanik

4. Instalasi sistem audio video

I. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menguasai sistem audio

dan video

II. Materi Ajar : 1. Produk elektronika untuk hiburan di rumah

2. Fungsi dan kontruksi mikropon serta speaker

3. Prinsip kerja recorder dan play back

4. Instalasi sistem audio dan video

III. Metode Pembelajaran : Teori dan Praktek

Page 49: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 46

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal : Penjelasan singkat produk elektronik untuk

audio dan video

B. Kegiatan Inti : Penjelasan fungsi dan kotruksi mikropon

serta speaker Penjelasan prinsip kerja recorder

dan play back

C. Kegiatan Akhir : Penjelasan instalasi sistem audio dan video

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Multimeter

- Solder

- Osciloscop

- Peralatan audio video

Bahan : - Kabel konektor, speaker

Sumber Belajar : - Modul sistem audio video

VI. Penilaian : Penugasan dan observasi

Page 50: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 47

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : XI/3

Pertemuan Ke- : 1

Alokasi Waktu : 6 Jam (2 jam T/4jam P)

Standar Kompetensi : Menguasai Dasar Perbaikan Power Suplly

Kecil

Kompetensi Dasar : 1. Menguasai ilmu dasar adaptor

Indikator : 1. Prinsip kerja adaptor

2. Batas kerja maksimum (Rating) adaptor

3. Komponen-komponen adaptor

4. Cara membuat adaptor

I.Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menguasai ilmu dasar

adaptor

II. Materi Ajar : 1. Teori dasar adaptor

2. Pengukuran adaptor

3. Cara membuat adaptor

III. Metode Pembelajaran : Teori dan Praktek

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal : Penjelasan singkat teori dasar adaptor

B. Kegiatan Inti : Pengukuran batas tegangan maksimum

adaptor

Page 51: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 48

C. Kegiatan Akhir : Penjelasan cara membuat adaptor

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Multimeter

- Adaptor

- Toolset

- Solder

Bahan : - Komponen Adaptor

- Box adaptor

Sumber Belajar : - Modul Perbaikan/Reparasi Power Supply

Kecil

VI. Penilaian : Penugasan dan observasi

Guru Produktif

Drs.Yopi Soepriyono

NIP. 132 193 816

Page 52: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 49

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( R P P )

Mata Pelajaran : Dasar Kompetensi Kejuruan Audio Video

Kelas/Semester : XI/3

Pertemuan Ke- : 2

Alokasi Waktu : 6 Jam (2 jam T/4 jam P)

Standar Kompetensi : Menguasai Dasar Perbaikan Power Suplly

Kecil

Kompetensi Dasar : 2. Menguasai troubleshooting dan reparasi

adaptor

Indikator : 1. Memeriksa dan menguji adaptor

2. Penggunaan tester saku (Polarity Checker)

3. Membuka dan melihat isi adaptor

4. Polaritas adaptor

I.Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menguasai

troubleshooting dan reparasi adaptor

II. Materi Ajar : 1. Troubleshooting Adaptor

2. Pengukuran tegangan kerja pada adaptor

3. Reparasi adaptor

III. Metode Pembelajaran : Teori dan Praktek

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Page 53: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 50

A. Kegiatan Awal : Penjelasan melihat gejala kerusakan

(troubleshooting) adaptor

B. Kegiatan Inti : Pengukuran tegangan kerja adaptor

C. Kegiatan Akhir : Reparasi adaptor

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Multimeter

- Adaptor

- Toolset

- Solder

- Atractor

Bahan : - Komponen Adaptor

- Timah

Sumber Belajar : - Modul Perbaikan/Reparasi Power Supply

Kecil

VI. Penilaian : Penugasan dan observasi

Guru Produktif

Drs.Yopi Soepriyono

NIP. 132 193 816

Page 54: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 51

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Mata Pelajaran : KOMPETENSI KEJURUAN AUDIO

VIDIO

Kelas/Semester : XII / 5

Pertemuan Ke- : 1 (satu) s/d 4 (empat)

Alokasi Waktu : 30 Jam Pembelajaran @ 45 Menit

Standar Kompetensi : MEMPERBAIKI / REPARASI TELEVISI

Kompetensi Dasar : Mempersiapkan pekerjaan perbaikan /

reparasi.

Indikator : Dapat Menspesifikasikan jenis TV dan cara

kerja TV sesuai SOP serta mengidentifikasi

terhadap gejala-gejala yg timbul sesuai dgn

fungsinya.

I.Tujuan Pembelajaran : 1. Dapat menjelaskan spesifikasi dan cara kerja TV.

2. Dapat Mempersiapkan dan mengidentifikasi

kebutuhan peralatan kerja mekanis dan alat ukur

listrik serta bahan reparasi sesuai dengan Tepat

dan Benar Sesuai SOP.

3. Dapat Mempersiapkan tempat kerja yang bebas

dari kemungkinan bahaya kecelakaan.

4. Dapat menjelaskan keselamatan dan kesehatan

kerja.

II. Materi Ajar : 1. Perbaikan Pesawat TV.

2. Keselamatan Kerja.

Page 55: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 52

III. Metode Pembelajaran: Teori dan Praktek

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal : 1. Menjelaskan spesifikasi dan cara kerja TV

Kegiatan Inti : 1. Membaca Buku Petunjuk Operasi TV

2. Mengidentifikasi kebutuhan peralatan kerja

mekanis dan alat ukur listrik serta bahan

reparasi sesuai dengan Tepat dan Benar

Sesuai SOP.

Kegiatan Akhir : Membuat Laporan Hasil Praktek

VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Multimeter

- Sumber Tegangan AC Variable

- Sumber Tegangan DC Variable

Bahan : - TV trainer

Sumber Belajar : - Buku Modul TV trainer

VI. Penilaian : - Laporan Hasil Praktek

VII. Evaluasi : - Tercantum Pada Modul

Guru Produktif

KURNIAWAN PRASTYA

NIPTT. 01.09031

Page 56: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 53

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Mata Pelajaran : KOMPETENSI KEJURUAN AUDIO

VIDIO

Kelas/Semester : XII / 5

Pertemuan Ke- : 5 (lima)

Alokasi Waktu : 6 Jam Pembelajaran @ 45 Menit

Standar Kompetensi : MEMPERBAIKI / REPARASI TELEVISI

Kompetensi Dasar : Mengamati gejala kerusakan

Indikator : Dapat mengamati gejala TV saat

dioperasikan dengan melakukan pengamatan

pada kontrol-kontrol tombol

Power,Volume, warna, Antenna dan

Fasilitas – fasilitas lainnnya.

I.Tujuan Pembelajaran : 1. Dapat Menjelaskan Gejala kerusakan Televisi

2.Dapat Mengamati gejala kerusakan melalui

tombol kontrol:Tombol volume, pengatur

kecerahan layar, kontras gambar,warna, pemilih

saluran, Antena, fasilitas-fasilitas lain.

3. Dapat Mengidentifikasi gejala kerusakan.

II. Materi Ajar : 1. Perbaikan Pesawat TV.

2. Keselamatan Kerja.

III. Metode Pembelajaran : Teori dan Praktek

Page 57: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Psikologi Perkembangan Page 54

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal : 1. Menjelaskan spesifikasi dan cara kerja TV

Kegiatan Inti : 1. Membaca Buku Petunjuk Operasi TV

2. Menidentifikasi kebutuhan peralatan

kerja mekanis dan alat ukur listrik serta

bahan reparasi sesuai dengan Tepat dan

Benar Sesuai SOP.

Kegiatan Akhir : Membuat Laporan Hasil Praktek

VIII. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat : - Oscilloscope

Bahan : - TV trainer

Sumber Belajar : - Buku Modul TV trainer

VI. Penilaian : - Laporan Hasil Praktek

VII. Evaluasi : - Terdapat Pada Modul

Guru Produktif

KURNIAWAN PRASTYA

NIPTT. 01.09031

Page 58: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Gambar 1. Persiapan Berangkat ke SMKN 4 Jakarta (08.30 am)

Gambar 2. Tiba di SMKN 4 Jakarta (11.00 am)

Page 59: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Gambar 3. Persiapan Interview ke Bengkel (11.10 am)

Gambar 4. Kegiatan Interview Guru Elektronika Teknik Audio Video (11.15 am)

Page 60: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Gambar 5. Foto Bersama Guru-Guru Elektronika Teknik Audio Video (11.58 am)

Gambar 6. Kegiatan Interview Wakasek Kurikulum (13.10 pm)

Page 61: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Gambar 7. Foto Bersama Wakasek Kurikulum Sekaligus Penyerahan Bingkisan

(14.10 pm)

Gambar 8. Kegiatan Interview Siswa-Siswi Elektronika Teknik Audio Video

(15.20 pm)

Page 62: laporan observasi SMK 4 Jakarta

Gambar 9. Foto Bersama Siswa-Siswi Elektronika T. Audio Video (16.30 pm)

Gambar 10. Foto Bersama Siswa-Siswi Elektronika T. Audio Video (16.38 pm)

Page 63: laporan observasi SMK 4 Jakarta

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Gigih Lukma Prasetia

N No. Registrasi : 5215120366

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Desember 1994

Agama : Islam

A Alamat : Jalan Sungai Kendal Rt

002/08 no 27 Rorotan

Cilincing Jakarta Utara

14140

Nomor Telepon : 08985315607

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Pend.Teknik Elektronika

Tanda Tangan

(Gigih Lukma Prasetia)

Page 64: laporan observasi SMK 4 Jakarta

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Sinta Nurkhoiriyyah

N No. Registrasi : 5215122631

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 21 Desember 1994

Agama : Islam

A Alamat : Jalan Sosial Rt 002/06 no

56c Jatiwaringin Pondok

Gede Bekasi 17411

Nomor Telepon : 085774686433

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Pend.Teknik Elektronika

Tanda Tangan

(Sinta Nurkhoiriyyah)

Page 65: laporan observasi SMK 4 Jakarta

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Adik Niko Heri M.K

N No. Registrasi : 5215122652

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 24 Juli1994

Agama : Islam

A Alamat : Jalan Sejahtera blok a2 no 7

Rt 13/07 Jurang Mangu

Timur, Pondok Aren

Tangerang Selatan

Nomor Telepon : 08888742190

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Pend.Teknik Elektronika

Tanda Tangan

(Adik Niko Heri M.K)

Page 66: laporan observasi SMK 4 Jakarta

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Anggi Rachmad

N No. Registrasi : 5215120370

Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 10 Oktober 1993

Agama : Islam

A Alamat : Jalan Pemuda III Rt 13/02

Rawamangun Jakarta Timur

Nomor Telepon : 085729887855

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Pend.Teknik Elektronika

Tanda Tangan

(Anggi Rachmad)

Page 67: laporan observasi SMK 4 Jakarta

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Tifla Daniati

N No. Registrasi : 5215122653

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 12 Mei 1994

Agama : Islam

A Alamat : Partia Jaya, Jalan bayu Rt

8/14 no 2 Jatirahayu,

Pondok Melati Bekasi

Nomor Telepon : 081287999067

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Pend.Teknik Elektronika

Tanda Tangan

(Tifla Daniati)