laporan observasi jelaja situs di kampung thintir · menyelesaikan laporan observasi tentang situs...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN OBSERVASI
JELAJA SITUS
DI KAMPUNG THINTIR
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Wawasan Budaya Nusantara
Progam Studi Televisi dan Film
Jurusan Seni Media Rekam
Oleh:
RESMI NURMAULIDIA 16148105
FRISIANANDA YUASA GIRI 16148118
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2018
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
A. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
B. METODE ................................................................................................................... 7
C. PEMBAHASAN ........................................................................................................ 8
D. PENUTUP ................................................................................................................ 16
3
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi tentang situs di kampung Thintir pada kegiatan
wisata Ngenger.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini terutama komunitas thintir yang telah
mengenalkan situs lokal kepada kami.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami berterima kasih juga kepada Pemangku Adat, Bapak Indra Ristanto dan
juga warga Desa Thintir.
Akhir kata kami berharap semoga laporan observasi tentang situs di
kampung thintir ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Surakarta, 22 September 2018
Penyusun
4
A. PENDAHULUAN
Wisata Ngenger V merupakan gelar budaya yang terletak di Kampung
Thintir, Dusun Demping, Desa Anggrasmanis Kecamatan, Jenawi
Kabupaten Karanganyar. Di dalam wisata ini terdapat berbagai kegiatan
yang dapat digunakan untuk mengkaji budaya, sosial, alam dan juga
digunakan untuk memahami titik imbang mencari jalan kedamaian hati,
kedamaian keluarga serta kedamaian lingkungan yang mampu membawa
kedamaian nusantara.
Acara ini dilaksanakan setiap 210 hari pada hari sabtu kliwon wuku
wayang sebagai simbol wahyu budoyo spirit yang bertepatan pada tanggal
21 dan 22 September 2018. Rentetan acaranya berupa sarasehan dengan
pemangku adat kampung, sosialisasi kampung bersama warga, diskusi
ringan dan ngopi bersama di Asram. Kegiatan ini juga dinaungi oleh
komuntas Thintir yang anggotanya merupakan warga sekitar yang memang
masih berkaitan erat dengan tradisi di kampung ini. Anggota komunitas
inilah yang menjadi pemandu wisata dalam setiap acara yang
diselenggarakan.
Salah satu kegiatan yang dapat membantu menambah wawasan kita
terhadap budaya lokal khususnya di kampung Thintir adalah jalan-jalan
mengunjungi situs. Dalam kegiatan ini para peserta berjalan beriringan
bersama-sama didampingi oleh pemandu wisata atau panitia untuk
mengunjungi situs-situs yang memiliki nilai budaya dan filosofi yang sangat
5
menarik. Di kampung Thintir sendiri terdapat 7 situs yang dapat dikunjungi
sesuai sesi yang ada.
Peserta yang mengikuti acara inipun beragam mulai dari mahasiswa
dari segala jurusan dan juga pengamat budaya dari berbagai daerah. Pengisi
acaranya pun tidak hanya warga sekitar, namun ada juga beberapa pengisi
acara dari luar negeri yang memang sudah lama mempelajari budaya di
Indonesia dan tertarik untuk datang ke wisata Ngenger dikampung Thintir
ini.
Banyak hal menarik yang terdapat di kampung ini mulai dari warga
sekitar yang siap meyambut para pengunjung dengan keramah tamahan,
kemudian budaya dan tradisi yang memang masih kuat dijaga oleh warga
dikampung ini. Upacara adat agama Hindu juga masih sering dilakukan di
kampung ini yang mayoritas agamanya adalah agama Hindu.
6
Gambar 1. Pengunjung dan panitia berjalan menuju situs
(Foto : Frisiananda, 2018)
Gambar 2. Jalan memasuki Kampung Thintir
(Foto : Resmi, 2018)
Gambar 3. Tugu Kampung Thintir
(Foto : Resmi, 2018)
7
B. METODE
Laporan ini menggunakan metode observasi di Kampung Thintir,
Dusun Demping, Desa Anggrasmanis Kecamatan, Jenawi Kabupaten
Karanganyar. Metode observasi yaitu aktivitas pengamatan terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan yang sudah
diketahui sebelumnya atau lebih singkatnya observasi adalah aktivitas yang
digunakan untuk mengetahui sesuatu dari sebuah fenomena yang didasari
oleh pengetahuan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang terkait
dengan fenomena yang sudah atau sedang terjadi di lingkungan.
Selain mengamati, untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam kami membaca literatur dan melakukan wawancara kepada panitia
yang berada disana, salah satunya yaitu Indro Ristanto. Kami sebagai peneliti
memilih narasumber tersebut dikarenakan selama proses retreat atau jalan-
jalan mengenal situs, diantara panitia yang mengikuti retreat beliau
merupakan satu-satunya panitia yang memahami sejarah dan filosofi tentang
situs disana.
Wawancara dengan narasumber kami lakukan secara informal yaitu
melakukan obrolan santai on the spot ketika sedang berada di dalam situs
yang sedang dikunjungi. Kami menanyakan berbagai hal yang berkaitan
dengan situs atau objek yang berada di kampung tersebut. Mulai dari sejarah,
fungsi, filosofi dan juga beberapa mitos-mitos yang ada di dalam situs.
8
Selain itu dengan metode ini kami menjadi lebih mudah dalam
menyerap informasi yang ada dikarenakan narasumber menjelaskan sembari
menunjukkan letak dan juga bentuk-bentuk yang ada pada bagian-bagian
situs. Sehingga kami dapat mengerti betul filosofi dan sejarah yang ada.
Gambar 4. Peneliti sedang berfoto bersama narasumber Indra Ristanto
(Foto : Nining, 2018)
9
D. PEMBAHASAN
Konsep kegiatan di kampung Thintir ini lebih mengutamakan
kesedarhanaan dan kembali kepada kehidupan atau budaya masa lalu yang
apa adanya. “Tujuan kegiatannya sendiri untuk mengingatkan bahwa tanah
jawa nusantara kental dengan budaya, sesuai dengan wuku wayang tahun ini
yaitu wuku budaya” (Wawancara, Pemangku Adat, Mangku Djito,
22/09/2018). Untuk membuat masyarakat atau pegunjung lebih memahami
dan mengenal tentang budaya di kampung ini maka dibuatlah kegiatan retreat
atau jalan-jalan mengunjungi situs. Dalam kegiatan ini para peserta berjalan
beriringan bersama-sama didampingi oleh pemandu wisata atau panitia untuk
mengunjungi situs-situs yang memiliki nilai budaya dan filosofi yang sangat
menarik. Di kampung thintir sendiri terdapat 7 situs yang dapat dikunjungi
diantaranya :
1. Situs Dasamala dengan filosofi definisi kata doso artinya 10, molo
artinya dosa atau kekotoran yang ada di dalam pribadi setiap hidup yang
bersumber dari nafsu melalui panca driya, nafsu yang melalui
penglihatan atau mata, yang melalui penciuman atau hidung, yang
melalui pendengaran atau telinga, melalui perasa atau lidah, melalui
merasa atau energi pikiran. Pancadriya yang bersumber dari panca
indriya molo antara lain kemaluan, dubur, ketiak kiri, ketiak kanan, dada,
simbol wadah dan mewadahi istana pikiran. Makna Dasamala sebagai
pembersihan lahir batin.
2. Situs Sendang Panguripan, untuk mencari jalan kasampurnaning urip.
10
3. Situs Sendang Kamulyan untuk memahami arti hidup, menyadari profesi,
nrimo ing pandum.
4. Situs Sumur Wijoyokusumo untuk jalan merenungkan hidup dengan hati,
pikiran yang tenang.
5. Situs Pura Indra Loka Marga Dharma atau Bhuana Agung Mahendrajati
dengan filosofi indra artinya ketinggian, loka artinya tempat, marga
adalah jalan, dharma adalah kebaikan dan buana adalah jagad, agung
adalah wadah, maha indra adalah tujuan, jati adalah kesejatian tanpa ada
kepalsuan.
6. Situs Menara Dewa dengan filosofi kebinekaan yang tidak membedakan
ras, suku,agama, bahasa dan budaya.
7. Situs Batu Pamuksan dengan filosofi apa yang kalian cari dalam
kehidupan ini apapun bentuknya, pengetahuan, kekuasaan, anak, istri,
keluarga, materi semuanya akan kalian tinggalkan. semua kehidupan
akan menuju alam kematian atau maha pralaya. Selagi masih bisa
berbuat, bisa berpikir, mari kita belajar memprogram kebaikan dalam
pribadi masing-masing hidup. Bila sedikit ada kebaikan dalam diri
sendiri pastikan akan berdampak pada keluarga dan juga lingkungan,
bangsa dan negara untuk menuju toto, titi, tentrem gemah lipah loh
jinawi sarto toto kerto lan raharjo, saindenging Nuswantoro.
Namun pada retreat yang kami ikuti pada hari tersebut, kami hanya
mengunjungi 2 situs saja. Yaitu situs Dasamala dan situs sendang panguripan.
11
Gambar 5. Air Terjun Dasamala
(Foto : Frisiananda, 2018)
Situs Dasamala merupakan air terjun ketika di musim hujan dan juga
mata air di musim kemarau. Mata airnya sendiri bersumber dari atas bukit
kemudian keluar melewati pecahan atau belahan batu yang berada lereng.
Seiring dengan perkembangan jaman, mata air tersebut di alirkan oleh PDAM
melalui pipa-pipa ke sekitar desa yang berada disana. Namun warga sekitar
desa Thintir biasanya mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari langsung
menuju ke pancuran mata air yang ada di Dasamala.
Gambar 6. Mata Air Dasamala
(Foto : Resmi, 2018)
12
“Air ini sendiri dipercaya mampu membersihkan 10 dosa (Dasamala)
yang berada di dalam jiwa dan tubuh manusia.” (Wawancara, Indro Ristanto,
22/09/2018). Air yang juga dianggap cukup sakral ini biasanya juga
digunakan dalam upacra-upacara adat agama Hindu dan juga sering
digunakan untuk memebersihkan benda pusaka oleh pendatang yang bukan
warga desa Thintir.
Gambar 7. Bangunan Adat Dasamala
(Foto : Frisiananda, 2018)
Upacara keagamaan yang sering dilaksanakan di tempat ini adalah
melasti yaitu upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya nyepi oleh
seluruh umat Hindu. Upacara melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran
alam menggunakan air. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air dianggap
sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan. Sumber-sumber air tersebut
memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup termasuk umat manusia,
karena itulah upacara melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti
situs ini.
13
Gambar 8. Pantung Penjaga Desa
(Foto : Frisiananda, 2018)
Diawal perjalanan menuju situs Dasamala terdapat patung penjaga,
patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan simbol pusar jagad. “Patung
penjaga yang berada di samping kanan jalan setapak menuju situs ini
dipercaya oleh warga sekitar sebagai penjaga dan penyelamat. Selain itu
warga sekitar juga meletakkan sesajen di dekat patung penjaga ketika mereka
memiliki nazar, hajatan seperti pernikahan, khitan dan lain-lain sebagai
permohonan restu dan keselamatan kepada energi yang berada di alam.
Patung penjaga ditempat ini dibuat berpasangan yaitu patung laki-laki dan
perempuan.” (Wawancara, Indro Ristanto, 22/09/2018)
14
Gambar 9. Patung Garuda Wisnu Kencana
(Foto : Frisiananda, 2018)
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan salah satu simbol
dari pulau Bali yang melambangkan kebudayaan yang berbasis keseimbangan
alam yang menjaga keselarasan hubungan antar manusia dengan lingkungan,
manusia dengan manusia dan manusia dengan tuhan. Dalam konsep tri murthi
dimana Dewa Wisnu bertugas untuk memelihara alam dan semesta,
sedangkan garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu disimbolkan sebagai
pengabdian yang tanpa pamrih.
Gambar 10. Bangunan Pusar Jagad
(Foto : Frisiananda, 2018)
15
Simbol Pusar Jagad yang berada di sebelah kiri jalan setapak menuju
situs menggunakan konsep arsitektur yang terinspirasi dari Candi Prambanan.
“Pusar Jagad memiliki 4 pintu yang memiliki filsafat, yaitu keempat pintunya
tidak dibuka dimaksudkan bahwa semua keyakinan dan kepercayaan bisa
masuk dengan tujuan yang sama kepada tuhan.” (Wawancara,Indro
Ristanto,22/09/2018)
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat disana yaitu bahasa Jawa,
bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa
Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Oleh sebab itu, kampung
Thintir yang berada di Dusun Demping, desa Anggramanis, Kec. Jenawi,
Kab. Karang anyar prov. Jawa tengah ini menggunakan bahasa jawa sebagai
bahasa kesehariannya. Akan tetapi, walaupun desa ini sangat kental dengan
budaya dan tradisinya, banyak masyarakat yang bisa dan paham dengan
bahasa Indonesia. Seperti pada saat kegiatan reatreat ini para panita atau
pemandu acara menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara kepada para
peserta, sehingga para peserta yang bearasal dari luar jawa mengerti tentang
apa yang mereka sampaikan.
Pada saat proses kegiatan berlangsung, kami menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang kami dalam mengumpulkan informasi. Kami
menggunakan kamera untuk merekam kegiatan serta mengambil foto yang
kami anggap sangat penting dan relefan dengan kegiatan tersebut. Selain itu,
kami juga menggunakan handphone untuk merekam suara narasumber pada
saat proses wawancara. Selain sebagai bukti,rekaman suara ini mempermudah
16
kami untuk mengingat kembali tentang informasi yang telah diucapkan oleh
narasumber sehingga rekaman suara ini dapat meminimalisir kesalahan pada
saat menuliskan kembali tentang informasi yang telah disampaikan oleh
narasumber.
E. PENUTUP
Kegiatan reatreat atau jalan-jalan mengunjungi situs ini memberikan
kesan yang sangat berarti yaitu membuat kami sadar bahwa masih banyak
budaya nusantara yang sangat menarik untuk dipelajari, membuat kami lebih
mengetahui dan memahami tentang kebudayaan, sejarah, dan situs yang
berada di kampung Thintir sehingga kegiatan ini mampu menambah wawasan
budaya nusantara kami.
Nilai-nilai budaya dalam film sangatlah penting karena film
merupakan cerminan masyarakat. Di Indonesia nilai – nilai yang terkandung
dalam film mempengaruhi realita kehidupan di masyarakat, kurangnya film
yang mengangkat budaya lokal membuat budaya yang berada di masyarakat
semakin lama semakin samar dan melebur dengan sendirinya, sudah
seharusmya film yang dibuat di Indonesia harus memilliki nilai budaya lokal.
Selain itu, karena film merupakan media komunikasi yang dapat memberikan
dampak sebagai pembawa pesan. Maka jika nilai budaya diangkat dalam
sebuah film, film tersebut mampu memberikan pengaruh besar terhadap
kehidupan sosial ekonomi yang mampu memajukan kesejahteraan
masyarakat.
17
DAFTAR ACUAN
Buku atau Artikel :
Warsono, Jero Mangku Djito. 2018. Konsep Budaya Jowo Jawoto, Jowo Jawi,
Jowo Jewawut dalam Perspektif Budaya. Makalah.
Narasumber :
Indro Ristanto. Pemandu wisata. Kampung Thintir, Dusun Demping, Desa
Anggrasmanis Kecamatan, Jenawi Kabupaten Karanganyar.
Mangku Djito. Pemangku Adat. Kampung Thintir, Dusun Demping, Desa
Anggrasmanis Kecamatan, Jenawi Kabupaten Karanganyar.