laporan mokuuu

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral optik adalah. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat mirip akan tetapi masih bisa dibedakan berdasarkan sifat optiknya. Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral secara mikroskopis ini adalah mikroskop polarisasi. Sedangkan bahan atau objek yang diamati adalah sayatan mineral. Pengamatan sayatan mineral dilakukan untuk menentukan sifat optik suatu mineral secara nikol silang dan untuk menentukan jenis dan nama mineral. Maka dari itu dilakukanlah praktikum ini. 1.2 Maksud dan Tujuan

Upload: said-zaidun

Post on 11-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ftft

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMineral optik adalah. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat mirip akan tetapi masih bisa dibedakan berdasarkan sifat optiknya. Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral secara mikroskopis ini adalah mikroskop polarisasi. Sedangkan bahan atau objek yang diamati adalah sayatan mineral. Pengamatan sayatan mineral dilakukan untuk menentukan sifat optik suatu mineral secara nikol silang dan untuk menentukan jenis dan nama mineral. Maka dari itu dilakukanlah praktikum ini.

1.2 Maksud dan TujuanMaksud diadakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami tentang sifat optik suatu mineral melalui nikol silang.Tujuan dari praktikum ini adalah 1. Agar mahasiswa dapat menentukan sifat optik mineral berdasarkan nikol silang.2. Agar mahasiswa menentukan nama mineral berdasarkan sifat optiknya.

1.3 Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:1. Lembar Kerja Praktikum2. Buku Penuntun3. Pensil Warna4. Penggaris5. Alat Tulis (Pensil, Penghapus, Rautan)6. Mikroskop Polarisasi7. Buku Penuntun8. Buku Optical Mineral9. Objek Pengamatan (sayatan tipis mineral)

1.4 Prosedur KerjaAdapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:1. Menyediakan lembar kerja praktikum dan alat tulis2. Menyalakan mikroskop kemudian menyentringkannya3. Melakukan pengamatan pada sayatan tipis menggunakan perbesaran objektif 5x dan perbesaran okuler 10x dengan menggunakan analisator dan tanpa analisator.4. Kemudian mengidentifikasi sifat optik mineral menggunakan lembar kerja praktikum.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPengamatan mineral dengan menggunakan ortoskop nikol silang dapat diartikan sebagai suatu pengamatan mineral yang menggunakan bagian mikroskop berupa analisator dan polarisator, dimana analisator tegak lurus dengan polarisator.

Gambar 2.1 pengamatan nikol silangDalam pengamatan menggunakan ortoskop nikol silang ini, sifat optik yang diamati antara lain:

2.1 Warna InterferensiDiantara nikol bersilang, warna - warna akan dipengaruhi sedemikian rupa menjadi warna yang disebut juga warna interferensi. Warna interferensi dikenal juga sebagai suatu warna yang akibat dari cahaya yang masuk diteruskan melalui analisator kepada pengamat. Warna interferensi suatu mineral ditentukan pada saat mineral menunjukkan kenampakan terang maksimum atau pada saat kedudukan sumbu indikatrik mineral membentuk sudut 45 dengan arah getar polarisator dan analisastor. Kedudukan kenampakan terang maksimum pada mineral adalah berselisih 45 dengan kedudukan kenampakan gelap maksimum pada mineral, karena pada saat gelap maksimum kedudukan sumbu indikatrik mineral sedang sejajar atau tegak lurus dengan kedudukan kedua lensa polarisator. Sehingga untuk menentukan kedudukan terang maksimum akan lebih mudah menentukan lebih dahulu kedudukan gelap maksimum, baru kemudian memutar meja obyek sebesar 45.

Gambar 2.2 Kenampakan gelap maksimum dan terang maksimum mineralpiroksenRangkaian warna interferensi dapat dibagi menjadi beberapa orde mulai dari orde yang pertama dan seterusnya. Orde I : Dari hitam ke abu-abu, putih kuning, kuning batang padi, jingga ke merah orde pertama. Disini tidak ada warna biru dan hijau. R = 0 -560 milimikron. Orde II : Dari ungu ke biru cerah, biru kehijauan yang muda, hijau kuning, jingga ke merah orde kedua. Disini warna biru lebih menyolok daripada hijau. Orde III : Dari biru ke hijau cerah, dan kuning ke merah orde tiga. Disini warna hijau lebih menyolok daripada warna biru. Harga R = 1120 1600 milimikron. Orde IV : Dari hijau ke putih kotor, ke merah orde ke empat. Pada warna interferensi tersebut berangsur semakin cerah atau muda.

2.2 Birefringence (Bias Rangkap)Cahaya yang masuk kedalam suatu media optik anisotrop akan dibiaskan menjadi 2 sinar yang bergetar dengan 2 bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar dalam suatu mineral. Selisih maksimum sinar yang bergetar dalam suatu mineral jika sinar yang bergetar adalah sinar yang mempunyai indeks bias maksimum dan indeks bias minimum.2.3 Orientasi OptikMerupakan suatu hubungan panjang kristalografi dari suatu mineral dengan sumbu indikatrik (arah getar sinar). Dalam kedudukan sinarnya suatu mineral terhadap sumbu kristalografinya adalah tertentu. Jadi orientasi optiknya pada mineralnya: Orientasi optik length slow, apabila suatu sumbu panjang mineral C sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar lambat. Orientasi optic length fast apabila suatu sumbu panjang mineral sumbu C sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat.Addisi merupakan gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral sejajar dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator gejala ini terlihat dengan adanya penambahan warna interferensi.Substraksi merupakan gejala yang terjadi apabila sumbu indikatrik sinar Z mineral tegak lurus dengan sumbu indikatrik sinar Z komparator, gejala ini terlihat dengan adanya pengurangan warna interferensi.

2.4 KegelapanPemadaman dapat terjadi apabila sumbu indikatrik (arah getaran sinar) mineral yang sejajar dengan arah getar polalisator atau analisator. Pada pengamatan mineral anisotrop, apabila meja objek diputar 3600 maka terjadi pengelapan sebanyak 4 kali. Tidak semua mineral memperlihatkan dalam pemadaman yang sempurna, adanya pemadaman yang bintik (misalnya biotit) dan adanya suatu pemadaman yang sedang bergelombang (misalnya pada kuarsa).2.5 Sudut GelapanSayatan mineral mineral anisotrop yang miring terhadap sumbu optiknya biasanya memiliki pemadaman sebanyak 4 kali pada satu kali putaran meja mikroskop, yaitu masing masing terletak pada jarak 90o dari kedudukan padam yang satu dengan kedudukan padam yang lain. Sudut pemadaman adalah suatu sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristalografi Sb C dengan sumbu indikatrik mineral (baik sinar cepat atau sinar lambat). Macam macam sudut pemadaman : Gelapan sejajar (paralel), terjadi bila pemadaman berada pada posisi dimana sumbu panjang atau belahan mineralnya sejajar sumbu-c dan sejajar pula dengan benang silang. Gelapan ini umumnya terjadi pada sistem kristal tetragonal, heksagonal, trigonal dan ortorombik. Gelapan simetris, terjadi bila pemadaman pada posisi simetris (X,Z = 45o). Umumnya pada sayatan mineral sistem ortorombik, monoklin, misalnya pada jenis mineral piroksin dan amphibol. Gelapan miring, gelapan jenis ini merupakan pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator atau polarisator. Gelapan bergelombang, gelapan jenis ini terjadi karena keseluruhan mineral telah mengalami tekanan namun belum sampai rekristalisasi secara sempurna, umumnya pada kuarsa.2.6 KembaranKembaran merupakan suatu kenampakan pada kristal yang diamati dengan ortoskop nikol silang, justru karena kedudukan sisi kristal dari 2 lembaran yang berdampingannya berbeda dengan demikian kedudukan gelap dan warna interferensi yang nampak pada kedua kembaran tersebut juga berlainan. Berdasarkan genesanya kembaran terjadi: Kembaran tumbuh (Growth twining) yaitu karena adanya gangguan pada saat proses kristalisasi. Diperlihatkan dengan lembar lembar kembaran tertentu dan bidang batasnya lurus. Kembaran deformasi (Deformation twining). Kembaran tumbuh merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan terbentuk pada waktu kristal sedang bertumbuh, sedangkan kembaran deformasi itu sendiri terbentuk pada kristal yang sudah padat lalu terkena proses deformasi.Berbagai macam bentuk macam kembaran melihat bentuk pola dan kembarannya saja.

1.Albit 2. Karlsbad albit

3.Karslbald 4.Periklin

Gambar 2.3 Jenis Jenis Kembaran

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil3.1.1 Sampel 1Nikol Sejajar

No. Urut: 01No. Peraga: A21Pembesaran Objektif: 5 XPembesaran Okuler: 10 XPembesaran Total: 5 x 10 = 50 XBilangan Skala: = = 0,02 Nikol Silang

Kedudukan: (47,3;24,8)NIKOL SEJAJARWarna Absorbsi: OrangePleokroisme: MonokroikIntensitas: KuatTRO

Bentuk: Subhedral-AnhedralIndeks Bias: n min > n cbBelahan: -Pecahan: -Relief: RendahInklusi Warna: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 0,4 mmNIKOL SILANGUkuran Mineral: 0,4 mmW.I Maksimum: Hitam OrangeBias Rangkap: Lemah (Orde II bawah / 0.001-0,002)Kembaran : -Sudut Gelapan: 350Jenis Gelapan: MiringT.R.O: Adisi (Length Fast)Komposisi Kimia: Nama Mineral: Almandite (Garnet Grup)

3.1.2 Sampel 2No. Urut: 02Nikol Sejajar

No. Peraga: A6Pembesaran Objektif: 5 XPembesaran Okuler: 10 XPembesaran Total: 5 x 10 = 50 XBilangan Skala: = = 0,02 Kedudukan: (65,7;20,2)NIKOL SEJAJARNikol Silang

Warna Absorbsi: Tidak BerwarnaPleokroisme: MonokroikIntensitas: SedangBentuk: Subhedral-anhedralIndeks Bias: n min > n cbBelahan: 1 ArahTRO

Pecahan: RataRelief: Sedang-RendahInklusi Warna: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 0,7 mmNIKOL SILANGUkuran Mineral: 0,7 mmW.I Maksimum: Abu abu kehitamanBias Rangkap: Lemah terdapat pada orde I (0,001-0,002)Kembaran : Karlsbad-AlbitSudut Gelapan: 390Jenis Gelapan: MiringT.R.O: Adisi (Length Slow)Komposisi Kimia: Nama Mineral: Andesin (Plagioklas Grup)

3.1.3 Sampel 3No. Urut: 03Nikol Sejajar

No. Peraga: B2Pembesaran Objektif: 5 XPembesaran Okuler: 10 XPembesaran Total: 5 x 10 = 50 XBilangan Skala: = = 0,02 Kedudukan: (66,7;29,9)Nikol Silang

NIKOL SEJAJARWarna Absorbsi: Orange KecoklatanPleokroisme: MonokroikIntensitas: KuatBentuk: Subhedral-AnhedralIndeks Bias: n min > n cbTRO

Belahan: -Pecahan: Tidak RataRelief: RendahInklusi Warna: - Bentuk: - Ukuran: -Ukuran Mineral: 2,2 mmNIKOL SILANGUkuran Mineral: 2,2 mmW.I Maksimum: Orange KecoklatanBias Rangkap: Kuat (Orde II / 0,03-1,04)Kembaran : -Sudut Gelapan: 360Jenis Gelapan: MiringT.R.O: Substraksi (Length Fast)Komposisi Kimia: Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3Nama Mineral: Augit (Piroksin)

3.2 PembahasanPraktikum kali ini berjudul Ortoskop Nikol Silang yang bertujuan. Pada pengamatan ini kami mengamati sayatan tipis mineral menggunakan perbesaran lensa objektif 5x dan lensa okuler 10x. Adapun perbesaran total yaitu 50x dengan bilangan skala 0,002.

3.2.1 Sampel 1Pada sampel dengan nomor peraga A21 pertama-tama kami melakukan pengamatan nikol sejajar terlebih dahulu. Pada pengamatan nikol sejajar ini kami mengamati warna absorbsi yaitu pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorbsi panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropik. Warna absorbsi mineral ini yaitu berwarna orange, dengan pleokroisme monokroik. Pleokroisme merupakan perubahan warna mineral ketika diputar 900, dan ketika mineral ini diputar tidak terjadi perubahan warna. Selanjutnya intensitas pada mineral ini kuat dimana intensitas merupakan kemampuan mineral dalam menembus cahaya sangat baik. Bentuk yang nampak pada mineral ini yaitu subhedral anhedral dimana batas mineral yang terlihat pada mineral ada yang jelas dan ada yang sama sekali tidak terlihat jelas. Indeks bias pada mineral ini yaitu n min > n cb. Mineral ini tidak memiliki belahan dan pecahan. Relief pada mineral ini rendah karena pemisahan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain rendah dan hampir tidak terlihat. Mineral ini berukuran 0,4 mm dengan kedudukan x,y (47,3;24,8).Kemudian dalam pengamatan nikol silang yang diamati yaitu warna interferensi, bias rangkap, sudut gelapan, jenis gelapan serta T.R.O. Warna interferensi merupakan warna yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan melalui analisator kepada mata pengamat. Warna interferansi dihasilkan oleh mineral ini yaitu orange kehitaman. Bias rangkap pada mineral ini ditentukan dengan menggunakan diagram Michel Levy dimana warna yang tampak pada mineral diputar sampai berubah warna kemudian bandingkan warna pada mineral dengan tabel Michel Levy. Bias rangkap pada mineral ini lemah dimana terdapat pada orde II bawah (0.001-0,002). Selanjutnya sudut gelapan yang dihasilkan yaitu 350. Gelapan yaitu keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum. Gelapan dari mineral ini miring dimana gelapan miring ini merupakan pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sudut dengan arah polarisator dan analisator dengan sudut 10-440. Kemudian pengamatan T.R.O ( Tanda Rentang Optik ) merupakan suatu hubungan panjang kristalografi dari suatu mineral dengan sumbu indikatrik (arah getar sinar). TRO pada mineral ini yaitu adisi (length fast) dimana ketika keping gips dimasukkan terjadi perubahan warna yang sangat jauh dan terjadi penambahan warna mineralBerdasarkan indentifikasi diatas dapat ditentukan nama mineral ini yaitu Almandite (Garnet Grup) dengan komposisi kimia.

3.2.2 Sampel 2Selanjutnya pengamatan dengan peraga A6, sama pada pengamatan sebelumnya yaitu dengan pengamatan nikol sejajar terlebih dahulu. Pada pengamatan nikol sejajar ini sampel yang kami amati memiliki warna absorbsi yaitu netral atau tidak berwarna ,dengan pleokroisme monokroik. Selanjutnya intensitas pada mineral ini sedang dimana merupakan kemampuan mineral dalam menembus cahaya tidak begitu terang dan tidak gelap pula. Bentuk yang nampak pada mineral ini yaitu subhedral anhedral dimana batas mineral yang terlihat pada mineral ada yang jelas dan ada yang sama sekali tidak terlihat jelas. Indeks bias pada mineral ini yaitu n min > n cb. Mineral ini memiliki belahan 1 arah, dengan pecahan rata. Relief pada mineral ini sedang sampai rendah karena pemisahan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain ada yang rendah dan hampir tidak terlihat. Mineral ini berukuran 0,7 mm dengan kedudukan x,y (65,7;20,2).Kemudian dalam pengamatan nikol silang yang diamati yaitu warna interferensi, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan, jenis gelapan serta T.R.O. Warna interferensi dihasilkan oleh mineral ini yaitu abu abu kehitaman. Bias rangkap pada mineral ini ditentukan dengan menggunakan diagram Michel Levy dimana warna yang tampak pada mineral diputar sampai berubah warna kemudian bandingkan warna pada mineral dengan tabel Michel Levy. Bias rangkap pada mineral ini lemah dimana terdapat pada orde I (0,001-0,002). Kembaran merupakan suatu kenampakan pada kristal yang diamati dengan ortoskop nikol silang, justru karena kedudukan sisi kristal dari 2 lembaran yang berdampingannya berbeda dengan demikian kedudukan gelap dan warna interferensi yang nampak pada kedua kembaran tersebut juga berlainan. Kembaran yang terdapat pada mineral ini yaitu karlsbad albit dimana seperti terdapat garis pada mineral ada yang tebal dan ada yang tipis. Selanjutnya sudut gelapan yang dihasilkan yaitu 390. Berdasarkan sudut gelapannya dapat ditentukan jenis gelapannya yaitu miring. Kemudian pengamatan T.R.O ( Tanda Rentang Optik ) Adisi (length slow) dimana ketika keeping gips dimasukkan terjadi perubahan warna dimana warna mineral relatif gelap dibanding mineral aslinya.Berdasarkan identifikasi diatas dapat ditentukan nama mineral ini yaitu Andesin (Plagioklas Grup) dengan komposisi kimia

3.2.3 Sampel IIISelanjutnya pengamatan dengan nomor peraga B2. Pada pengamatan nikol sejajar ini sampel yang kami amati memiliki warna absorbsi orange kecoklatan , dengan pleokroisme monokroik. Selanjutnya intensitas pada mineral ini kuat dimana intensitas merupakan kemampuan mineral dalam menembus cahaya sangat baik. Bentuk yang nampak pada mineral ini yaitu subhedral anhedral dimana batas mineral yang terlihat pada mineral ada yang jelas dan ada yang sama sekali tidak terlihat jelas. Indeks bias pada mineral ini yaitu n min > n cb. Mineral ini tidak memiliki belahan, dengan pecahan tidak rata. Relief pada mineral ini rendah karena pemisahan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain hampir tidak terlihat. Adapun ukuran mineral ini 2,2 mm dengan kedudukan x,y (66,7;29,9).Selanjutnya dilakukan pengamatan pada nikol silang. Dalam pengamatan nikol silang yang diamati yaitu warna interferensi, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan, jenis gelapan serta T.R.O. Warna interferensi dihasilkan oleh mineral ini yaitu orange kecoklatan. Bias rangkap pada mineral ini ditentukan dengan menggunakan diagram Michel Levy dimana warna yang tampak pada mineral diputar sampai berubah warna kemudian bandingkan warna pada mineral dengan tabel Michel Levy. Bias rangkap pada mineral ini kuat dimana terdapat pada orde II (0,03-1,04). Mineral ini tidak memiliki kembaran sama sekali. Selanjutnya sudut gelapan yang dihasilkan yaitu 360. Berdasarkan sudut gelapannya dapat ditentukan jenis gelapannya yaitu miring. Kemudian pengamatan T.R.O ( Tanda Rentang Optik ) susbtraksi (length fast) dimana ketika keping gips dimasukkan terjadi perubahan warna dimana ada pengurangan warna mineral.Berdasarkan identifikasi diatas dapat ditentukan nama mineral Augit yang tergolong dalam grup Piroksin tersebut dengan komposisi kimia Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanAdapun kesimpulan dari diadakannya praktikum kali ini adalah:1. Bahwa dalam menentukan sifat optis mineral dengan menggunakan nikol silang yaitu dengan melihat warna interferensi maksimum, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan, jenis gelapan serta T.R.O2. Bahwa dalam menentukan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan identifikasi mineral yang kita amati secara nikol sejajar dan nikol silang dengan album mineral optik sebagai referensi.

4.2 Saran4.2.1 Untuk AsistenTerimakasih atas bimbingan dari kakak kakak asisten. Tingkatkan lagi kinerja pengajarannya. Sukses buat kakak kakak asisten.4.2.2 Untuk LaboratoriumKami terkendala dalam penggunaan mikrokop yang sangat minim sehingga praktikum yang kami lakukan kurang optimal maka dari itu saya harapkan laboratorium yang ada di gowa saat ini untuk dapat digunakan.

DAFTAR PUSTAKAAlbum mineral optik.Hartosuwarno,S, dkk. Mineralogi Optik. Yogyakarta: UPNUlva Ria Irfan. 2015. Penuntun Praktikum Mineral Optik. Makassar: Universitas HassanuddinKerr, PF. 1957. Optical Mineral. Columbia: Columbia University.