laporan modul 1 zuldah

37
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN No Keterangan Nilai 1 Pendahuluan 2 Tinjauan Pustaka 3 Materi dan Metode 4 Hasil dan Pembahasan 5 Kesimpulan 6 Daftar Pustaka 7 Lampiran Nilai Akhir Semarang, 21 April 2015 1 Asisten M Hafidz Ibnu Khaldun 26020212130016 Praktikan Annisa Lutfi Zuldah 26020213140046 Mengetahui Koordinator Mata Kuliah Pasang Surut Ir. Warsito Atmodjo, M.Si

Upload: annisa-lutfi-zuldah

Post on 12-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan modul 1 pasang surut

TRANSCRIPT

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

NoKeteranganNilai

1Pendahuluan

2Tinjauan Pustaka

3Materi dan Metode

4Hasil dan Pembahasan

5Kesimpulan

6Daftar Pustaka

7Lampiran

Nilai Akhir

Semarang, 21 April 2015

Asisten M Hafidz Ibnu Khaldun26020212130016 PraktikanAnnisa Lutfi Zuldah26020213140046

MengetahuiKoordinator Mata KuliahPasang SurutIr. Warsito Atmodjo, M.SiNIP 19590328 198902 1 001

DAFTAR ISI

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN1DAFTAR ISI23I.PENDAHULUAN31.1.Latar Belakang31.2.Tujuan4II.TINJAUAN PUSTAKA52.1.Pengertian Pasang Surut52.2.Teori Pasang Surut52.3.Gaya Pembangkit Pasang surut72.4.Tipe Pasang Surut82.5.Elevasi Muka Air Rencana92.6.Konstanta Harmonik Pasang Surut112.7.Formzahl1222.8.Metode Admiralty13III.MATERI DAN METODEError! Bookmark not defined.14IV.HASIL DAN PEMBAHASAN20V.KESIMPULAN222DAFTAR PUSTAKA233LAMPIRAN244

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDi pantai didapatkan fenomena bahwa air laut tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, akan tetapi air laut akan selalu bergerak naik turun secara dinamis dan berkala berdasarkan siklus tertentu. Jika diamati, akan kita dapatkan bahwa permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum kemudian akan turun perlahan-lahan sapai pada ketinggian minimum.Pasang-surut adalah fenomena naik turunnya permukaan laut karena pengaruh gravitasi bulan dan matahari. Gaya gravitasi dri bulan dan matahari itu menyebabkan permukaan air laut di suatu tempat tertentu naik mencapai ketinggian tertentu dan kemudian turun kembali seiring dengan perubahan konfigurasi benda-benda langit tersebut.Energi dari fenomena pasang-surut ini diambil dengan memanfaatkan perbedaan ketinggian permukaan air laut ketika pasang dan ketika surut, dan arus yang terjadi ketika air laut bergerak naik pada waktu pasang dan arus yang terjadi ketika air laut bergerak turun pada waktu surut. Perbedaan ketinggian permukaan air laut dapat dimanfaatkan dengan cara membuat bendungan di mulut terul atau estuariPasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas.Pasang surut merupakan output gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal (dorongan ke arah luar pusat rotasi). Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara laut, matahari, dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Gravitasi berbanding terbalik terhadap jarak. Sehingga meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan ke bumi lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi (sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari)Pengetahuan mengenai pasang surut tentunya sangat diperlukan dalam transportasi, laut, pembangunan di daerah pesisir pantai, kegiatan di pelabuhan, dan sebagainya. Pasang surut mempunyai sifat periodik (berulang-ulang). Oleh karena itu pasang surut menjadi dapat diramalkan terlebih dahulu. Untuk dapat meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Seperti yang telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru.

1.2. TujuanTujuan Praktikum Pasang Surut yaitu sebagai berikut :1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pasang surut dengan metode Admiralty. 2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonik serta mengetahui tipe pasang surut di suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pasang SurutPasang surut atau pasut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil (Dronkers, 1964). Sedangkan menurut Triatmodjo (1999), Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik menarik benda-benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut dibumi. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2, kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari.Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Pariwono, 1989).

2.2. Teori Pasang Suruta. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Gross, 1990).Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1990).

b. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)Dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Faktor-faktor tersebut adalah kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis), dan gesekan dasar (Pond dan Pickard, 1978).Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda. Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan (Pond dan Pickard, 1978).

2.3. Gaya Pembangkit Pasang surutGaya pembangkit pasut secara umum terbagi 2 (dua), yaitu : non astronomi dan astronomi berkala perubahan permukaan laut (Byun, 2004). Gaya non-astronomi merupakan hasil dari variasi massa air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim dunia dan efek meteorologi (misalnya atmosfer, tekanan, angin, arus, dan penguapan dan presipitasi. Efek ini menyebabkan perubahan permukaan laut seperti permukaan laut yang signifikan. Kenaikan (100 m) pada periode postglacial, mengarah ke perubahan pasang surut (Uehara et al., 2002 dalam Byun, 2004). Faktor-faktor non astronomi yang mempengaruhi tunggang air (interval antara air tinggi dan air rendah) dan waktu datangnya air tinggi atau waktu air rendah adalah morfologi pantai, kedalaman perairan dan kedalaman meteorologi serta faktor hidrografi lainnya (Setiadi, 1988). Gaya astronomi pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik bumi, bulan dan matahari (Triatmodjo, 2012). Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama (common axis of revolution). Selain itu, terdapat gaya sentrifugal yang mengimbangi gaya tarik bumi-bulan dan matahari. Resultan gaya yang berbeda-beda tersebut menyebabkan gaya pembangkit pasut.Penjelasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang suatu sistem bumi-bulan, sedang untuk sistem bumi-matahari penjelasannya adalah identik. Dalam penjelasan ini dianggap bahwa permukaan bumi yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik bulan, tertutup secara merata oleh laut (bentuk permukaan air adalah bundar) (Triatmodjo, 1999).Rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih tinggi dari pada di garis lintang yang lebih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya yang seragam disepanjang garis lintang yang sama, sehingga tidak bisa diamati sebagai suatu variasi pasang surut. Oleh karena itu, rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut. Di dalam pasang surut ini bahwa bumi tidak berotasi (Triatmodjo, 1999).

2.4. Tipe Pasang SurutMenurut Djaja (1989) dalam Ongkosongo dan Suyarso (1989) mengatakan bahwa dilihat dari pola pergerakan muka air lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibedakan dalam 4 tipe yaitu :a. Pasang Surut Harian Ganda (Semi Diurnal Tide)Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat diselat Malaka sampai laut Andaman.b. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata dan Perairan antara Sumatera dan Kalimantan. c. Pasang surut campuran condong keharian ganda (Mixed Tide Prevalling Semidiurnal)Dalam satu hari terjad dua kali pasang san dua kali surut tetapi tinggi dan periodanya berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat diperairan indonesia timur.d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide Prevalling Diurnal)Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan perioda yang berbeda.pasang surut ini terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Gambar 1. Kurva Tipe Pasang Surut

Gambar 2. Sebaran Pasang Surut di perairan Indonesia

2.5. Elevasi Muka Air RencanaElevasi muka air rencana diperlukan untuk pengembangan dan pengelolaan daerah pantai. Mengingat elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut. b. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut. c. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 18,6 tahun. d. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air rendah selama periode 18,6 tahun. e. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. f. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. g. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. h. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran. i. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.(Fadilah dkk, 2014)

Elevasi yang cukup penting yaitu muka air tinggi tertinggi dan muka air rendah terendah. Muka air tinggi tertinggi sangat diperlukan untuk perencanaan bangunan pantai, sedangkan mua air rendah terendah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan. Elevasi muka air rencana dapat ditentukan menggunakan komponen pasang surut melalui perhitungan rumus-rumus sebagai berikut :

Dimana : MSL= Muka air laut rerata, adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. HHWL = Muka air tinggi tertinggi, adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati MHWL = Muka air tinggi rerata, adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun MLWL = Muka air rendah rerata, adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun LLWL = Muka air rendah terendah, adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati

Secara teoritis, panjang data yang dibutuhkan untuk nilai yang lebih valid adalah 18,6 tahun yang merupakan periode ulang pasang surut, dengan menggunakan proses pengolahan data pasang surut yang sama. Hal ini berkaitan dengan periode pergeseran titik tanjak orbit bulan yaitu selama 18,6 tahun. Selain itu, panjang data pasang surut 18,6 tahun untuk memastikan bahwa pada saat surut astronomis terendah selang waktu 18,6 tahun berada dalam satu periode gelombang (Hasibuan, 2009).

2.6. Konstanta Harmonik Pasang SurutMatahari dan bumi akan menghasilkan fenomena pasang surut yang mirip dengan fenomena yang diakibatkan oleh bumi dan bulan (Pariwono, 1989). Perbedaan yang utama adalah gaya penggerak pasang surut yang disebabkan oleh matahari hanya separuh dari kekuatan yang disebabkan oleh bulan, dikarenakan jarak bumi dan bulan yang jauh lebih dekat dibanding jarak matahari dan bumi, meskipun massa matahari jauh lebih besar daripada bulan. Gaya penggerak pasang surut dapat diuraikan sebagai hasil gabungan sejumlah komponen harmonik pasang surut, dan data dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian komponen, yaitu : tengah harian, harian, dan periode panjang. Beberapa komponen harmonik yang penting dan perbandingan relatif kekuatannya dapat dilihat dalam Tabel 1Tabel 1. Komponen harmonik pasang surut yang penting (Sumber : Pond and Pickard, 1981)NamaSimbolPeriode (Jam matahari)Perbandingan (relatif)

Tengah Harian (Semi-diurnal)

Principal lunarM212,40100

Principal solarS212,0047

Larger lunar ellipticN212,7019

Luni-solarsemi-diurnalK211,9713

Harian (Diurnal)

Luni-solar diurnalK123,9058

Principal lunar diurnalO125,8042

Principal solar diurnalP124,1019

Larger lunar ellipticQ126,908

PeriodePanjang (Long-period)

Lunar fortnightlyMf238,017

Lunar monthlyMm661,09

Solar semi-annualSsa2191,08

Tabel 2. Komponen Harmonik Pasut (Ilahude, 1999)Tipe PasutKomponen HarmonikSimbolPeriode (jam)Gaya yang ditimbulkan

Gandabulan utamaM212,42100

matahari utamaS212,0047

elips bulan besarN212,6619

bulan-matahariK211,9713

Tunggalbulan-matahariK123,9358

bulan utamaO126,8741

matahari utamaP124,0719

Periode panjangbulan 2 mingguanMf327,8617

bulan 4 mingguan Mm661,308

matahari semesteran Ssa 4384,908

bulan matahari mingguanMsf 354,369

2.7. Formzahlbilangan Formzahl yaitu perbandingan jumlah amplitudo dua komponen diurnal utama (K1 dan O1) terhadap jumlah amplitudo dua komponen semi-diurnal utama (M2 dan S2 )

dimana: F = bilangan Formzahl O1 = amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulanK1 = amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahariM2= amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan S2= amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Berdasarkan nilai bilangan Formzahl (F), dapat diklasifikasikan karakteristik dari pasang surut, yaitu: 0 < F < 0.25 : semi diurnal 0.25 F < 1.5 : campuran condong semi diurnal 1.5 F 3.0 : campuran condong diurnal F > 3.0 : diurnal

2.8. Metode AdmiraltyPada tahun 1928, Doodson mengenalkan metode yang amat praktis untuk analisa pasang surut dari pengamatan 15 atau 29 hari, yang kemudian terkenal denagn sebutan Admiralty Methode of Analysis Of Tide. Dengan metode ini maka analisa praktis pasang surut akan menghasilkan sampai 64 komponen termasuk diantaranya 36 komponen laut dangkal (Mihardja, 1994). Metode admiralty merupakan metode yang dikembangkan oleh A.T. Doodson untuk menganalisi data pasang surut jangka pendek (15 dan 29 hari / piantan). Metode admiralti yaitu dengan cara dimana permukaan air laut rata rata diperoleh dengan menghitung konstanta konstanta pasang surut. Cara melaksanakan perhitungan ini dilakukan dengan skema skema (Djaja, 1989).Seperti juga metode analisis harmonik yang lain, metode admiralti digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik dari data pasang surut yang ada. Dalam metode admiralti harus mencari nilai amplitude dan phasa sesaat dari masing masing komponen ( Mihardja, 1994). Perhitungan admiralti dimulai dengan melakukan yang disebut proses harian, yakni menyusun kombinasi dari tinggi muka air laut perjam dari setiap hari pengamatan. Metode admiralti membedakan ke 9 komponen yang akan dihitung berdasarkan kecepatan sudutnya ke dalam 4 kelompok yang masing masing beranggotakan (S2, K2, K1 dan P1), (M2, MS4, dan O1), (N2) dan (M4) (Mihardja, 1994) Sebenernya komponen komponen yang berada dalam satu kelompok yaitu (S2, K2), (K1, P1), (M2 dan N2) tidak dapat dipisahkan dengan analisa periode pendek. Dalam analisa komponen komponen ini akan muncul dalam bentuk satu komponen. Dalam hal ketiga kelompok diatas kompnen utamanya adalah S2, K1, dan N2. (Mihardja, 1994)

III. MATERI DAN METODE

3.1 MateriHari: Selasa, 14 April 2015Waktu: 15.00 WIB SelesaiTempat: Ruang E. 304 Gedung E Fakultas Ilmu Kelautan UNDIP

3.2 Metode3.2.1 Perhitungan (Penjelasan Skema)Pengolahan data pasang surut dengan metode Admiralty terdiri dari: Skema ISebelum dilakukan pengolahan data pasut terlebih dahulu dilakukan perubahan satuan menjadi centimeter pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan praktikum, kemudian menentukan bulan yang akan diamati berdasarkan nilai akhir nim, setelah itu melihat tabel skema 1 dimana ke kanan menunjukkan waktu pengamatan dari pukul 00:00 sampai 23:00 dan ke bawah adalah tanggal 1 Juli s/d 29 Juli 2014.Tabel 1. Skema I

Skema IIIsi tiap kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel 2 yaitu dengan mengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali pada tabel 2 untuk setiap hari pengamatan. Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4 ada bilangan 0 (nol) yang tidak dimasukkan dalam perkalian,maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) dibawah kolom X1,Y1,X2,Y2,X4, dan Y4. Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom dibawah tanda -.

Tabel 2. Skema II

Skema IIIUntuk mengisi kolom kolom pada skema-III, setiap kolom pada kolom-kolom skema-III merupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom kolom pada skema-II Untuk Xo (+) merupakan penjumlahan antara X1 (+) dengan X1 (-) tanpa melihat tanda (+) dan (-) mulai tanggal 1 Mei sampai 31 Mei 2014 Untuk X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 merupakan penjumlahan tanda (+) dan (-), untuk mengatasi hasilnya tidak ada negative makan ditambahkan dengan 2000. Hal ini dilakukan juga untuk kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4Tabel 3. Skema III

Skema IVDalam mengisi seluruh kolom-kolom pada skema 4, diisi dengan data setelah penyelesaian skema 3 dibantu dengan daftar 2 konstanta pengali skema 4. Arti indeks pada skema 4:Indeks 00 untuk X berarti Xoo, Xo pada skema 3 dan indeks 0 pada daftar 2Indeks 00 untuk Y berarti Yoo, Yo pada skema 3 dan indeks 0 pada daftar 2Contoh:Harga Xoo yang disikan untuk kolom x (tambahan) adalah penjumlahan harga Xo dari skema-III yang telah dikalikan dengan faktor pengali dari daftar 2 kolom 0, perkalian dilakukan baris per baris. Untuk baris ke 2 ke kolom 0 dari daftar 2, factor 29 menunjukan beberapa kali harus dikurangi dengan factor bilangan tambahan dalam hal ini 2000 begitu pengisian diskema-IV.Tabel 4. Skema IV

Skema V dan Skema VIPada penyusunan skema 5 ini diperlukan konfirmasi dari Tabel 30 (untuk 29 piantan) dan Tabel 31 (15 piantan). Perhitungannya diperlukan data dari skema 4 pada Tabel 29 yaitu hasil perhitungan harga X dan Y indeks ke-2 dari skema 4. Pada Tabel ini terdiri dari 10 kolom. Penyusunan tabel V sudah memperhatikan sembilan unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4). Pada penyusunan skema ini pertama kita sudah memperoleh nilai So, M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4 dari skema sebelumnya kemudian dikali dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya. Lalu masing-masing kolom dijumlahkan ke bawah. Untuk perhitungan pada tabel V yaitu mencari nilai X00, X10, selisih X12 dan Y1b, selisih X13 dan Y1c, X20, selisih X22 dan Y2b, selisih X23 dan Y2c, selisih X42 dan Y4b dan selisih X44 dan Y4d.Pada penyusunan skema 6 caranya sama dengan skema 5. Tetapi yang dicari adalah nilai Y10, jumlah Y12 dan X1b, jumlah Y13 dan X1c, Y20, jumlah Y22 dan X2b, jumlah Y23 dan X2c, jumlah Y42 dan X4b, dan jumlah Y44 dan X4d. Disini terdapat hubungan antara konstanta pasut yang diperoleh dengan W, f, V, u, dan g.Tabel 5. Skema V dan VI

Skema VIIPada Skema VII kita diminta untuk menuntukan nilai nilai yang ada pada Tabel dengan menggunakan beberapa table bantu dan melakukan interpolasi.Tabel bantu digunakan dalam menentukan besarnya nilai P,V,V,V,dan p.Interpolasi digunakan dalam menetukan nilai f dan w.Tabel 6. Skema VII

Tabel VIIITabel VIII dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Untuk menghitung (1+W) dan w untuk S2 dan MS4 Untuk menghitung (1+W) dan w untuk K1 Untuk menghitung (1+W) dan w untuk N2

Tabel 7. Tabel w dan (1+w)

Skema VIIIPada Skema VIII ini akan menentukan harga amplitudo (A) dan beda fase (g0).Tabel 8. Skema VIII

3.2.2 Analisa Dan Interpretasi3.2.2.1 Tipe Pasut Melalui nilai FSetelah hasil akhir diperoleh kemudin menghitung nilai F dengan rumus

Kemudian mengelompokkan tipe pasutnya ,jika F :< 0,025: Pasut bertipe ganda0,26 - 1,50: Pasut bertipe campuran condong ke ganda1,50 - 3,00: Pasut bertipe campuran condong ke tunggal> 3,00: Pasut bertipe tunggal

3.2.2.2 Hitungan Kedudukan Air Laut terendah dan tertinggiTabel 10. LLWL,MSL, HHWL

kedudukan air terendah :LLWL= So-(M2+S2+N2+K2+K1+O1)Kedudukan air tertinggi :HHWL= So+( M2+S2+N2+K2+K1+O1)3.2.2.3 Hitungan Tunggang (Range) pasut rata Pasang surut rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus : MSL = So

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil4.1.1 SkemaTabel 11. Hasil skema VIII

4.1.2 Nilai MSL, HHWL, DAN LLWL.Tabel 15. LLWL,MSL,HHWL

4.1.3 Tipe pasutTipe pasut : Campuran condong ke harian ganda4.1.4 Grafik Pasang-surutGrafik 1. Grafik Pasang-Surut

4.2 PembahasanDari hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh nilai Formzahl sebesar 0.70 . Nilai ini dikategorikan sebagai tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, dan bila bandingkan tipe pasut berdasarkan pada grafik pasang surut hasilnya sama. Pada grafik pasang surut menunjukkan tipe pasut condong ke harian ganda.dimana jarak antara pasang dan surut berbeda jauh. Untuk nilai HHWL dan LLWL dapat kita tentukan dengan melihat dari data yang telah diolah. HHWL merupakan air tinggi tertinggi pada saat surut purnama atau bulan mati, sedangakan LLWL merupakan air rendah terendah pada saat surut purnama atau bulan mati. Bulan purnama terjadi pada tanggal 12-17 dan bulan mati terjadi pada tanggal 1-5, sehingga kita dapat mencari nilai HHWL dan LLWL dari data pada tanggal tersebut.Nilai MSL yang di dapat dari data pasang surut Semarang bulan Juli 2014 yaitu 59.91. Nilai HHWL yang diperoleh dari perhitungan yaitu 442.28 sedangkan nilai LLWL -332.46. Pada nilai LLWL diperoleh nilai negatif (-) hal ini dikarenakan ada beberapa kesalahan saat melakukan perhitungan metode admiralty.Hasil akhir berupa nilai amplitudo dan nilai sudut fase untuk S0, dan nilai dari 9 komponen utama pembangkit pasang surut yaitu M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4. dan MS4. Sedangkan dari grafik yang dihasilkan, digunakan untuk mengetahui bahwa tipe pasang surut pada bulan Juli di perairan Semarang memiliki tipe pasang surut campuran condong ke ganda, hal ini juga diperkuat dengan nilai F yang menunjukkan bahwa tipe pasang surutnya adalah campuran condong ke ganda. Nilai F yang didapatkan adalah sebesar 0.70 .

IV. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum Modul 1 ini adalah 1. Metode admiralty adalah metode perhitungan pasang surut yang digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan perbedaan fasa.2. Perhitungan dengan cara admiralty akan mendapatkan konstanta harmonik yang akan dilanjutkan dengan analisa data menggunakan bilangan Formzahl untuk menentukan tipe pasang surut suatu perairan. Dan tipe pasang surut pada Perairan Semarang bulan Juli 2014 adalah harian ganda.

5.2. Saran1. Perbedaan penyampaian setiap asisten membingungkan praktikan. Penyampaian materi dan tabel yang diterima praktikan kurang begitu jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Dronkers, J.J.1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North-Holland Publishing Company. Amsterdam.

Hutabarat Sahala. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitan Indonesia press: Jakarta.

Miharja, D. K., S. Hadi, dan M. Ali. 1994. Pasang Surut Laut. Kursus Intensive Oseanografi bagi perwira TNI AL. Lembaga Pengabdianmasyarakat dan jurusan Geofisika dan Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Edisi Revisi. Gedia : Jakarta.

Ongkosongo, S.R., Otto, Suyarso, 1989. Project 1 : Tides and Tidal Phenomena, PASANG_SURUT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta.

Pariwono JI. 1989. Pasang Surut diIndonesia. Di dalam: O.S.R.Ongkosono, Suyarso, editor. PasangSurut. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi LIPI.Jakarta

Pariwono, J.I., Ed. Ongkosongo, O.S.R., dan Suyarso. 1989.Gaya Penggerak Pasang Surut, Pasang Surut. P3O-LIPI, pp. 13-23. Jakarta.

Pond, S and G.L Pickard, 1981. Introductory Dynamic Oceanography, Pergamon Press, 241 pp.

Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Djambatan ; Jakarta.

Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanographyof the South EastAsian Waters. NagaReport Vol. 2 Scripps,InstituteOceanography,California.

LAMPIRAN

Skema 1

Skema 2

Skema 3

Skema 4

Skema 5 dan Skema 6

Skema 7

Skema 8

Grafik Pasang Surut Bulan Juli 2014

Nilai F, LLWL, MSL, dan HHWL

26