laporan minisriset
TRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/1.jpg)
RANCANGAN MINIRISET
FISIOLOGI TUMBUHAN
Pengaruh pH dan Suhu terhadap Stabilitas Pigmen dalam Ekstrak Kasar
Mahkota Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)
Oleh :
Dikta Karlina G.F 0805685
Khairul Ummah 0800300
Renata Sihole 0807586
KELAS B 2008
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATTEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
![Page 2: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/2.jpg)
A. JUDUL PENELITIAN
Pengaruh pH dan Suhu terhadap Stabilitas Pigmen dalam Ekstrak Kasar
Mahkota Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)
B. LATAR BELAKANG
Hortensia merupakan tanaman hias yang cukup populer di Indonesia, disukai orang
karena bunganya yang besar. Spesies yang paling banyak ditanam adalah Hydrangea
macrophylla yang terdiri dari sekitar 600 kultivar. (Anonim, 2008). Hortensia merupakan
salah satu tumbuhan yang banyak diminati oleh sebagain besar masyarakat indonesia. Salah
satu ciri unik dari tumbuhan ini adalah memilki bunga yang bisa berubah warnakarena
adanya interaksi pigmen anthosianin yang banyak dikandung bunga tersebut dengan
akumulasi ion alumunium (Al+) yang dilakukan tumbuhan. Selain itu, daun dan akar
tanaman ini juga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Anonim, 2008).
Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan pigmen.
anthosianin yang sangat tinggi. Pada kesempatan sekarang, Anthosianin mendapatkan
perhatian yang tinggi tentang potensinya dalam dunia kesehatan dalam kurun waktu kurang
dalam lima belas tahun terakhir. Selain itu, anthosianin dipercaya sebagai salah satu
nutraceutical yang penting (Jodheim, 2008). Hal ini dimungkinkan dengan berbagai
penemuan terbaru tentang manfaat anthosianin yang banyak ditemukan akhir-akhir ini
Secara garis besar, hal ini disebabkan karena kemungkinannya yang bisa memberikan
efek antioksidan, dan anthosianin juga berpotensi dengan perannya dalam terapeutik yang
berhubungan dengan penyakit kardiovaskular., tretmen kanker, penghambatan beberapa jenis
virus termasuk virus HIV-1, dan membentu meningkatkan akurasi penglihatan. Secara luas
potensi anthosianin untuk manusia sebagai anthosianin dan berbagai efek positif lain untuk
kesehatan ang telah diobservasi secara in vitro, juga tentu secara invivo yang bergantung
kepada absorpsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi dan senyawa ini dalam tubuh (Rice-
Evans, 2003 dalam Jordheim 2007). Berbagai manfaat yang telah ditemukan ini merupakan
sebuah potensi yang sangat besar bagi anthosianin dalam pemanfaatan kedepannya sebagai
salah satu zat organik yang banyak digunakan dalam dunia kesehatan.
![Page 3: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/3.jpg)
Dalam berbagai pemanfaatan anthosianin, termasuk pemanfaatan anthosianin dari
bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla), diperlukan sebuah pengkajian terlebih dahulu
tentang berbagai informasi spesifik mengenai jenis pigmen anthsianin ini dalam bunga
Hortensia. Beberapa informasi penting yang diperlukan dalam hal ini antara lain mengenai
stabilitasnya dalam berbagai kondisi yang berbeda. Penelitian yang berhubungan dengan
stabilitas anthosianin dari berbagai parlakuan yang diberikan serta berbagai jenis tumbuhan
sumber anthosianin telah banyak dilakukan. Sebagai contoh pengaruh cahaya, suhu dan pH
terhadap stabilitas anthosianin telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Stringheta,
1991; Kuskoskidk k, 2000 dalam Ozela 2008). Hal ini dikarenakan pH, cahaya dan suhu
mrupakan beberapa aspek perlakuan yang dapat memberikan informasi tentang stabilitas
anthosianin (Iacobucci dan Sweeny, 1983; Jackmandkk., 1987; Francis, 1989; Cabrita, 1999
dalam Jordheim, 2007). Oleh karena penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
cahaya, suhu pH terhadap stabilitas anthosianin pada bunga hortensia perlu dilakukan.
C. RUMUSAN MASALAH
Apa pengaruh pH, cahaya dan suhu terhadap stabilitas pigmen dalam ekstrak kasar mahkota
bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)?
D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh pH, cahaya dan suhu terhadap stabilitas pigmen dalam ekstrak
kasar bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)
E. HIPOTESIS
Ada pengaruh pH dan suhu yang sinifikan terhadap stabilitas pigmen dalam ekstrak kasar
bunga Hortensia (Hydrangea Macrophylla)
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian yang didapat diharapkan bisa dijadikan
informasi awal sebagai dasar pengembangan aplikasi pemanfaatan anthosianin dalam bunga
Hortensia (Hydrangea marophylla)
![Page 4: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/4.jpg)
G. DASAR TEORI
- Hortensia
Hortensia merupakan tanaman hias yang populer, disukai orang karena bunganya yang
besar. Spesies yang paling banyak ditanam adalah Hydrangea macrophylla yang terdiri dari
sekitar 600 kultivar. Pada umumnya Hydrangea macrophylla memiliki bunga yang besar
tapi seluruhnya steril (Anonim, 2008)
Tanaman berhabitus semak dengan tinggi 1-3 meter, tapi ada juga yang merambat di
tanaman lain hingga mencapai ketinggian 30 meter. Daun berbentuk bulat telur, tepi
beringgit, warna hijau muda berkilau. Selain dari spesies yang tumbuh di daerah beriklim
sejuk yang memiliki sifat menggugurkan daun (deciduous), sebagian besar spesies
merupakan tanaman yang berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen). Di Indonesia, Hortensia
juga dikenal dengan nama Kembang Bokor, sedangkan dalam bahasa Melayu dikenal dengan
nama Bunga Tiga Bulan (Anonim, 2008).
Gambar 1. Kiri : Bunga hortensia berwarna yang pink dan ungu, Kanan :
Sekelompok Bunga Hortensia yang bergerombol membentuk semak
![Page 5: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/5.jpg)
TAKSONOMI
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Cornales
Familia : Hydrangeaceae
Genus : Hydrangea
Spesies : Hydrangea macrophylla
Pada tanaman ini yang terlihat seperti daun mahkota sebenarnya adalah daun kelopak.
Perbungaan majemuk, berbentuk malai, keluar dari ujung tangkai, membentuk rangkaian
membulat seperti sanggul, di daerah beriklim sejuk mekar di awal musim semi hingga akhir
musim gugur. Pada sebagian spesies, malai terdiri dari 2 jenis bunga, kelompok bunga yang
fertil di tengah malai dan bunga-bunga steril yang berukuran lebih besar terangkai
membentuk lingkaran. Ada juga spesies yang memiliki bunga yang semuanya fertil dan
bentuknya sama (Anonim, 2008).
Bunga Hortensia yang banyak ditemukan di Indonesia adalah H. macrophylla.
Bunganya berwarna putih pada sebagian besar spesies, tapi beberapa spesies terutama H.
macrophylla mempunyai bunga yang bisa berwarna biru, merah, merah jambu, atau ungu
bergantung pada tingkat pH tanah. Sewaktu masih kuncup, bunga berwarna hijau, berubah
menjadi putih, sewaktu mekar berwarna biru muda atau merah jambu yang secara bertahap
berubah menjadi warna-warna yang lebih tua tua (biru tua atau merah) sebelum bunga rontok.
Tanah yang bersifat asam menghasilkan bunga berwarna biru, tanah dengan pH normal
menghasilkan bunga berwarna putih krem, dan tanah yang bersifat basa menghasilkan bunga
berwarna merah jambu atau ungu. Hortensia merupakan salah satu dari tanaman yang pada
daun bunga mengumpulkan unsur aluminium yang dilepaskan tanah yang bersifat asam
sehingga bunga menjadi berwarna biru (Anonim, 2008).
- Athosianin
Anthosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos”
yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Senyawa ini merupakan
sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut di dalam air dan tersebar sangat luas
di dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai pewarna alami yang
![Page 6: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/6.jpg)
tersebar luas dalam tumbuhan (bunga, buah-buahan, dan sayuran). Pigmen yang berwarna
kuat dan larut dalam air adalah penyebab hampir semua warna merah, oranye, ungu, dan biru
(Kumalaningsih, 2007)
Anthosianin merupakan salah satu janis senyawa flavonoid. Flavoniod adalah salh satu
subsrat phenolic yang diisolasi dari banyak tanaman berpembuluh, adan lebih dari 8150 jenis
flavonoid telah dilaporkan (Andersen and Markham, 2006). Mereka bertindak di tumbuhan
sebagai antioxidan, antimikroba, fotoreseptor, antraktans visual, feeding repellents, and
menyaring cahaya (Pieatta, 2000). Banyak kajian yang telah mengangkat pembahasan bahwa
flavoniod mempunyai banyak manfaat, yang mencakup antiallergenik, anti virus, anti
peradangan, dan berpengaruh pada pelebaran pembuluh darah.
Gambar 2. Struktur flavonoid dasar dengan keterangnan penomoran.
Struktur dasar flavonoid dasar mengandung inti flavon, which consists of 15 carbon
atoms derived from a C6-C3-C6 skeleton (Figure 1). Anthosianin sebelumnya biasa
digunakan untuk mengambarkan pigmen biru dari bunga cornflower, Centaurea cyanus
(Marquart,1835). Anthosianin menyebabkan terjadinya perubahan warna pigmen cyanin yang
bersifat bertahap dari jingga atau merah dan ungu atau biru kehitaman dari banyak bunga,
buah, daun dan batang. Pigmen yang larut dalam air ini terdapat dalam sebagian besar
kelompok dari kerajaan tumbuhan (Strack and Wray, 1994), dan selama kurang lebih 10
tahun terakhir terdapat penambahan laporan hasil penelitian anhosianin yang cukup
eksponensial (Andersen and Jordheim, 2006). Dalam satu sisi, hal ini bisa dijelaskan dengan
banyanya penelitian yang bertujuan untuk perbaiakan metode analitis, Tetapi kengunaan yang
potensial dari anthosianin sebagai senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan merupakan sisi
lain dari peningkatan penelitian terhadap pigmen ini.
![Page 7: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/7.jpg)
Anthosianin adalah indikator alami dari pH. Dalam media asam, tampak merah, saat pH
meningkat menjadi lebih biru. Warna dari anthosianin biasanya lebih stabil pada pH dibawah
3,5. Pigmen anthosianin stabil pada pH 1-3. Pada pH 4-5, anthosianin hampir tidak berwarna.
Kehilangan warna ini bersifat reversibel dan warna merah akan kembali ketika suasana asam
Ion logam yang sering ditemukan mengubah warna ialah Magnesium dan Almunium
(Robinson, 1991). Antosianin ditampakkan oleh panjang gelombang dari absorbansi
maksimal spektrum pada 525 nm (Hendry, 1996). Masing-masing memiliki absorbansi
maksimal pada panjang gelombang tertentu, untuk jenis pelargonidin berkisar antara 498-513
nm, sianidin pada 523 nm, delfinidin pada 534 nm dan malvidin pada 534 nm. (Mabrydkk.,
1970, Harborne 1967, Jurd dan Horowitz, 1961 dalam Markam, 1988).
Gambar 3. Kiri: Struktur Anthosianin yang sering ditemukan dalam keadaan alami. Kanan: Struktur
dari beberapa 5-karbosipiranoanthosianidin.
- Stabilitas Anthosianin
Mengingat tentang stabilitas anthosianin akan berhubungan dengan warna, bentuk
kesetimbangan dan ko-pigmentasi (Jordheim, 2007). faktor-faktor tersebut adala pH, suhu,
Oksigen, cahaya asam askorbat, agen nukleopilik, gula bebas dan kehadiran enzim (Iacobucci
dan Sweeny, 1983; Jackmandkk., 1987; Francis, 1989; Cabrita, 1999 dalam Jordheim, 2007).
![Page 8: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/8.jpg)
Dengan emmanaskan sebuah larutan anthosianin, titik kesetimbangan berbegerak ke arah
bentuk chalcone denga melepaskan kation Favylium berwarna (Jordheim, 2007). Dapat
disebutkan lagi bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas anthosianin adalah
oksigen, pH, temperatur, cahaya, ion logam, enzim, dan asam askorbat. Stabilitas anthosianin
dipengaruhi oleh pH dan panas sensitif. Kecepatan kerusakan anthosianin pada pH yang lebih
tinggi dan juga reaksi ini lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Kumalaningsih, 2007).
H. Alat dan bahan
Tabung Reaksi 15 Buah
Bunga Hortensia(Hydrangea
macrophylla)
Lumpang dan Alu
Ethanol (CH3CH2OH) 99,99 %
Tabung cuvete 3 buah
Aquadest (H2O)
Gelas kimia 100 ml 4 buah
Kalium Oksida(KOH) padat
Gelas Ukur
Asam Klorida (HCl) 99,99 %
Corong Gelas
Kain kassa
Penangas Air 40oC dan 60oC
Centrifuge
Timbangan elektrik
Batang pengaduk
Pipet biasa
Pipet mikro
Spatula
pH meter elektrik
Refifgerator
Lampu Neon
Kardus
![Page 9: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/9.jpg)
I. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan acak kelompok dengan 3 kali pengulangan. Prosedur
pelaksanaan penelitian terbagi menjadi tahap persiapan yang mencakup persiapan bahan
(ekstrak, pebuatan larutan campuran) dan tahap penelitian stabilitas ekstrak. Pengujian
stabilitas ekstrak dilakukan dengan perlakukan kondisi pH, Cahaya dan Suhu.
I. 1. Tahap Persiapan
I.1.a. Ekstraksi
1. Ambil dan bersihkan sampel bunga hortensia yang memiliki warna yang seragam.
Potong- potong menjadi bagan-bagian yang lebih kecil dan kemudian timbang hingga
mencapai berat sekitar 75 gram.
2. Ukur 75 ml Ethanol 99,99 % dan tempatkan dalam gelas kimia.
3. Gerus bagian-bagian bunga hrotensia yang telah ditimbang dengan menggunkan lumpang
dan alu, tambahkan sedikit demi sedikit Ethanol 99,99% dengan menggunakan pipet tetes,
hingga ekstrak halus.
4. Masukan ekstrak dalam larutan Ethanol 99,99 % sisa dan kemudian aduk
hingga rata. Ukur pH campuran dengan pH meter.
5. Tambahkan HCl hingga mencapai pH 2,0 aduk hingga capuran homogen,tutup dengan
alumunium foil/plastik.
6. Masukan campuran dalam refrigerator dengan suhu 5oC, simpan selama
kurang lebih 24 jam.
7. Setelah 24 jam, Keluarkan ekstrak dan buka penutupnya, kemudian aduk
kembali ekstrak agar kembali homogen
8. Masukan ekstrak dalam tabung centrifuge, kemudian centrifuge dengan
kecepatan 2000 rpm selama 10 menit.
9. Setelah selesai angkat, ambil pisahkan bagian supernatan (lapisan atas-cair) dari ekstrak ke
dalam gelas kimia. Hati-hati jangan sampai bagian endapan terbawa degan menggunakan
pipet.
![Page 10: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/10.jpg)
I.I.b. Pembuatan larutan Campuran
1. Untuk membuat larutan campuran agar ekstrak dapat dikondisikan dalam pH 4,0, 5,0 dan
6,0, digunakan larutan KOH dengan konsentrasi dan volume yang telahditentukan
sebelumnya.
2. Untuk mendapatkan pH 4,0 digunakan larutan campuran KOH dengan konsentrasi 0,0032
M dengan besar volume 45 ml. (0,50126 gram KOH padat dicampurkan dalam 45 ml
aquadest)
3. Untuk mendapatkan pH 5,0 digunakan larutan campuran KOH dengan konsentrasi 0,0066
M dengan besar volume 36 ml. (0,8260 gram KOH padat dicampurkan dalam 36 ml
aquadest)
4. Untuk mendapatkan pH 6,0 digunakan larutan campuran KOH dengan konsentrasi 0,0122
M dengan besar volume 27 ml. (1,1944 gram KOH padat dicampurkan dalam 27 ml
aquadest)
I.I.c. Pencampuran ekstrak + Larutan KOH
1. Ekstrak dalam gelas kimia, kemudian dicampurkan dengan larutan campuran yang telah
dibuat denga ketentuan :
Label larutan ekstrak Larutan campuran keterangan
P4 Ekstrak 15 ml Larutan KOH
0,0032 M, 45 ml
pH campuranyang diharapkan 4,0
P5 Ekstrak 24 ml Larutan KOH
0,0066 M, 36 ml
pH campuran yang diharapkan 5,0
P6 Ekstrak 33 ml Larutan KOH
0,0122 M, 27 ml
pH campuranyang diharapkan 6,0
2. Setelah semua ekstrak dicampurkan dengan masing-masing larutan pencampurnya (KOH),
ukur pH dengan pH meter untuk memastikan kondisi pH yang diharapkan. Jika belum
mencapai kondisi yang diharapkan tambahkan HCl atau KOH, hingga mencapai kondisi pH
yang diinginkan (Sampel label P1,P2,P3).
![Page 11: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Setelah itu, aduk masing-masing campuran hingga homogen. Masukan masing-masing larutan
kedalam 36 tabung reaksi sebanyak 5 ml untuk setiap tabung reaksi (Sampel label P4,P5,P6).
Label Gelas kimia Larutan campuran Keterangan
P4 Ekstrak + KOH, V = 60
ml, pH 4,0
Campuran dimasukan kedalam 12
tabung reaksi, masing-masing 5 ml (12
sampel P4)
P5 Ekstrak + KOH, V= 60
ml, pH 5,0
Campuran dimasukan kedalam 12
tabung reaksi, masing-masing 5 ml (12
Sampel P5 )
P6 Ekstrak + KOH, V = 60
ml, pH 6,0
Campuran dimasukan kedalam 12
tabung reaksi, masing-masing 5 ml (12
sampel P6)
I. 2. Tahap Penelitian Stabilitas Pigmen dalam Ekstrak
1. Catat semua taraf absorbansi awal (t0) dari semua sampel (12 sampel P4, 12 sampel P5
dan 12 sampel P6) dengan mengukurnya menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang (λ) 540 nm, dengan memindahkan terlebih dahulu setiap ekstrak kedalam
tabung hitung cuvete.
2. Sampel ekstrak dalam tabung reaksi yang telah dihitung taraf awalnya kemudian,
dipersiapkan untuk dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan 2 perlakuan berbeda
(Cahaya dan Suhu). Untuk lebih jelasnya dapat dipengelompokan sampel dilakukan
sebagai berikut :
Kelompok Sampel Pengelompokan Sampel Sistem
L1
(Light presence)
3 sampel P4 (pH 4,0) 3
Sampel P5 (pH 5,0) 3
Sampel P6 (pH 6,0)
Sampel ditempatkan dengan
kehadiran cahaya (neon)
L2
(Light Absence)
3 sampel P4 (pH 4,0) 3
Sampel P5 (pH 5,0) 3
Sampel P6 (pH 6,0)
Sampel ditempatkan tanpa
kehadiran cahaya (Gelap)
T40 3 sampel P4 (pH 4,0) 3
Sampel P5 (pH 5,0) 3
Sampel ditempatkan dalam
![Page 12: LAPORAN MINISRISET](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061412/5571fa054979599169910bd5/html5/thumbnails/12.jpg)
(40oC
temperature)
Sampel P6 (pH 6,0) penangas air dengan
Suhu 40oC
T60
(60oC
temperature)
3 sampel P4 (pH 4,0) 3
Sampel P5 (pH 5,0) 3
Sampel P6 (pH 6,0)
Sampel ditempatkan dalam
penangas air dengan
Suhu 60oC
3 . Pengamatan dilakukan dalam interval 30 menit selama 6 jam. Catat perubahan taraf
absorbansi dari tiap sampel (PnLn, PnTn) dengan panjang gelombang (λ) 540 nm, degan
memindahkan semua sampel terlebih dahulu kedalam tabung cuvete satu-persatu. Usahakan
agar setiap kondisi setelah pengamatan, sistem dapat terjaga tetap/konsisten.
J. HASIL PENGAMATAN
K. PEMBAHASAN
D. KESIMPULAN