laporan mikrobiologi.docx
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................2
BAB II METODE KERJA..................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................7
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air susu ibu adalah makanan yang terbaik bagi bayi, namun karena satu dan lain hal, ibu
tidak mampu menyusui bayinya, sehingga membutuhkan bantuan susu formula. Susu formula
yang diperdagangkan di Indonesia umumnya dalam bentuk formula bubuk.
Bentuk bubuk tidak memerlukan cara penyimpanan yang khusus, setelah kemasan dibuka,
susu formula cukup disimpan pada tempat yang kering dan tertutup rapat. Pelarutannya kembali,
cukup ditambahkan air matang dengan suhu minimal 70oC, maka susu formula sudah bisa
dikonsumsi (Codex Alimentarius Commission, 2007). Anjuran tersebut tidak sepenuhnya
dipatuhi oleh para ibu dalam melarutkan susu formula. Perlakuan yang tidak semestinya pada
penyimpanan dan preparasi, menjadikan susu formula sebagai pangan yang berisiko tinggi
karena kepekaan bayi terhadap bakteri enterik patogen dan respon yang berlebihan terhadap
toksin. Tetapi terlepas dari banyaknya kandungan yang ada, susu juga merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, yang juga menjadikan susu sebagai pangan yang
berbahaya dan merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Karena merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme, maka susu bisa menjadi sarana untuk penyebaran bakteri
patogenik. Pencemaran mikroorganisme pada susu bisa terjadi oleh lingkungan sekitarnya,
seperti kandang sapi, alat pemerah, rumput yang dimakan oleh sapi, dan bisa juga dari sapi itu
sendiri. Karena adanya mikrobiologi yang terdapat pada susu maka mutu dan keamanannya akan
menurun, yang ditandai oleh perubahan fisik dari susu tersebut, seperti perubahan rasa, warna,
bau, konsistensi, dan juga penampilannya, sehingga susu menjadi tidak layak untuk dikonsumsi.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah adanya cemaran bakteri pada susu yaitu telah
dikeluarkannya acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3141-1998 tentang syarat mutu
susu segar dan SNI No. 7288:2009 tentang batas maksimal cemaran mikroba dalam pangan.
Dalam SNI disebutkan bahwa cemaran bakteri maksimal untuk total bakteri (Total Plate
Count/TPC) (1×106 CFU/ml), Coliform (20/ml), Angka Paling Mungkin (Most Probable
Number/MPN) Escherrichia coli <3/ml,Staphylococcus aureus 1×102/ml, serta negatif untuk
Salmonella, Escherrichia coli (patogenik), dan Streptococcus Group B.
Page | 2
BAB II
METODE KERJA
Metode kerja untuk pengujian susu bubuk formula yang diindikasi mengandung bakteri
dapat dilakukan dengan metode berikut sesuai dari SNI 01-2970-2006 dan SNI 01-2782-1998.
Prinsip metode ini yaitu dengan meneumbuhkan bakteri pada media selektif yang mengandung
senyawa kromaganik sesuai dengan bakteri yang ingin di uji, pada kasus ini bakteri yang
diinginkan ditemukan yaitu Enterobacter Sakazakii dan Salmonella sp.
Pengujian Salmonella spp.
I. Prinsip
Pertumbuhan Salmonella pada media selektif dengan pra pengayaan (pre-enrichment), dan
pengayaan (enrichment) yang dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji serologi.
II. Media dan Reagen
Buffered Peptone Water (BPW) 0,1 %
Media agar kromogenik berformulasi Druggan-Forsythe-Inversen (DFI) atau
Chromocult E. sakazakii
Enterobacteriaceae enrichment broth (EE broth)
Mac Conkey Agar (MCA)
Xylose lysine deoxycholate agar (XLD)
LB;
SCB;
TSB;
TTB
TSIA;
LIA;
MR-VP
RV;
XLDA
VRBG
Page | 3
III. Peralatan
cawan petri;
tabung reaksi;
tabung serologi ukuran 10 x 75 mm;
pipet ukuran 1 ml, 2 ml, 5 ml,10 ml;
botol media;
gunting;
pinset;
jarum inokulasi (ose);
stomacher;
pembakar bunsen;
pH meter;
timbangan;
magnetic stirer;
pengocok tabung (vortex);
inkubator;
penangas air temperature 45,5°C ± 0,2
°C
autoklaf;
lemari steril (clean bench);
lemari pendingin (refrigerator);
freezer.
IV. Prosedur Kerja
Setiap proses pengujian selalu disertai dengan menggunakan kontrol positif.
1. Pra-pengayaan
a) Timbang sampel bubuk formula padat dan semi padat sebanyak 25 g atau ukur
sebanyak 25 ml contoh cair secara aseptik kemudian masukkan dalam wadah
steril atau kedalam tabung Erlenmeyer. Masing-masing di lakukan 3 kali
pengulangan (triplicate).
b) Masukkan sampel susu bubuk kedalam plastic stomacher steril, Tambahkan 225
ml larutan LB ke dalam kantong steril yang berisi contoh, homogenkan dengan
stomacher selama 1 menit sampai dengan 2 menit (kecuali untuk contoh susu
cair).
c) Panaskan sampai 45,5 °C dengan penangas air. Lanjutkan dengan Inkubasikan
pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam.
2. Pengayaan
2.1 Enterobacter sakazakii
Page | 4
Pipet 1 ml suspensi, masukkan ke dalam botol pengenceran dan tambahkan 10 ml EE
broth.
Inkubasikan pada temperatur 36°C ± 1°C selama 24 jam.
2.2 Salmonella spp
a) Aduk perlahan biakan pra-pengayaan kemudian ambil dan pindahkan masing-masing 1
ml ke dalam media 10 ml TTB, sedangkan untuk media RV pindahkan 0,1 ml ke dalam
10 ml RV.
b) Contoh dengan dugaan cemaran Salmonella spp. tinggi (high microbial load).
Inkubasikan media RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam ± 2 jam.
Sedangkan untuk media TTB inkubasi pada temperatur 43 °C ± 0,2 °C selama 24 jam ± 2
jam.
c) Contoh dengan dugaan cemaran Salmonella spp. rendah (low microbial load).
Inkubasikan media RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam ± 2 jam.
Sedangkan untuk media TTB inkubasi pada temperatur 35 °C ± 2 °C selama 24 jam ± 2
jam.
3. Isolasi dan identifikasi
3.1 Enterobacter sakazakii
Ambil 0,1 ml sampel dan ratakan pada permukaan media VRBG agar dalam cawan Petri
dengan menggunakan batang gelas bengkok (hockey stick).
Inkubasikan pada temperatur 36°C ± 1°C selama 24 jam pada posisi terbalik.
Amati koloni tersangka (bakteri) dengan ciri berlendir dan berwarna ungu dikelilingi
dengan zona keunguan.
Ambil koloni bakteri dan inokulasikan/goreskan (streak) pada media agar kromogenik
berformulasi DFI atau Chromocult E. sakazakii.
Inkubasi pada temperatur 36 °C ± 1°C selama 24 jam pada posisi terbalik.
Amati koloni. Pendekatan hasil dilakukan secara kualitatif, satuan hasil / nilai
pengukuran dinyatakan dalam positif atau negatif. Uji positif jika Enterobacter sakazakii
(Cronobacter spp.) menunjukan warna hijau toska atau hijau-kebiruan
Pengujian Salmonella sp
Page | 5
a) Ambil dua atau lebih koloni dengan jarum ose dari masing-masing media pengayaan
yang telah diinkubasikan, dan inokulasikan pada media HE, XLD dan BSA. Inkubasikan
pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam. Untuk BSA apabila belum jelas dapat
dinkubasikan lagi selama 24 jam ± 2 jam.
b) Amati koloni Salmonella pada media HE terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau
tanpa titik hitam (H2S).
c) Pada media XLD koloni terlihat merah muda dengan atau tanpa titik mengkilat atau terlihat
hampir seluruh koloni hitam.
d) Pada media BSA koloni terlihat keabu-abuan atau kehitaman, kadang metalik, media di
sekitar koloni berwarna coklat dan semakin lama waktu inkubasi akan berubah menjadi
hitam.
e) Lakukan identifikasi dengan mengambil koloni yang diduga dari ketiga media tersebut.
Inokulasikan ke TSIA dan LIA dengan cara menusuk ke dasar media agar, selanjutnya
digores pada media agar miring.
f) Inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam ± 2 jam. Amati koloni spesifik
Salmonella dengan hasil reaksi seperti tercantum pada Lakukan uji Indol pada tabung tripton
borth, metal merah dan Voges-proskauer pada tabung MRVP broth. kemudian amati hasil.
Uji indole : tambahkan tiga sampai 5 tetes reagen kovac pada typtone broth dengan
menggunakan pipet pasteur. Hasil positif bila terbentuk cincin merah pada permukaan.
Uji Voges-Proskauer (VP) : pindahkan 1 ml kultur dari MR-VP broth ke tabung yang
steril, tambahkan 0,6ml naftol dan kocok. Tambahkan 0,2ml 40% larutan KOH, kemudian
dikocok. Lihat hasilnya setelah 4 jam: perubahan warna merah muda menjadi merah rubby
pada broth menunjukkan hasil positif.
Uji Methyl Red (MR) : pindahkan 5 ml MR-VP broth kedalam tabung steril. Tambahkan
lima sampai enam tetes indikator metil merah. Hasil positif bila media berwarna merah.
Uji simmons sitrat agar: hasil positif bila warna berubah dari hijau menjadi biru.
BAB III
Page | 6
PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi sangat ditentukan oleh persyaratan
yang diacu, umumnya pengujian dilakukan secara kualitatif dengan metode pengkayaan
(enrichment) yaitu isolasi dan identifikasi mikroba dan interpretasi hasil (negatif per gram/ml
atau negatif per 25 gram atau per 100 gram/ml).Pengujian secara kuantitatif (enumerasi) dengan
penghitungan jumlah mikroba dan interpretasi hasil berupa koloni per ml/g atau koloni/100 ml.
Untuk mendeteksi adanya Enterobacter sakazakii dapat digunakan metode FDA/BAM
(Food and Drug Analytical / Bacteriological Analytical Manual). Setelah sampel melewati tahap
pengkayaan (Pre-enrichment dan Selective enrichment) dalam media Buffered Peptone Water
(BPW) dan EE Broth. Metode tersebut menggunakan media agar Violet Red Bile Glucose
(VRBGA) dimana setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 36°C akan tampak koloni
berwarna ungu yang dikelilingi oleh halo berwarna ungu yang merupakan hasil endapan dari bile
salt. Kemudian diikuti dengan identifikasi biokimia menggunakan Tryptic Soy Agar (CASO
Agar) untuk mengamati ciri khusus, yaitu pembentukan pigmen kuning yang dimiliki E.
sakazakii setelah diinkubasi selama 48 – 72 jam pada suhu 25°C.
Metode FDA/BAM ini secara keseluruhan membutuhkan sekitar 7 hari untuk melakukan
analisa. Selain membutuhkan waktu yang sangat lama, ternyata berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Iversen dan Forsythe (2007) menunjukkan bahwa sekitar 2% dari strain
Enterobacter sakazakii tidak membentuk pigmen kuning pada saat ditumbuhkan pada media
CASO Agar di suhu 25°C. Padahal, karakteristik itulah yang sering digunakan sebagai
identifikasi Enterobacter sakazakii. Bahkan beberapa penelitian sebelumnya juga menyebutkan
bahwa seringkali beberapa strain Enterobacter sakazakii tidak dapat tumbuh pada media standar
untuk bakteri Entrobacteriaceae dan Coliform.Oleh karena itulah metode baru yang lebih baik
untuk mengidentifikasi Enterobacter sakazakii kemudian dikembangkan oleh para ahli. Setelah
dilakukan berbagai penelitian, kemudian diketahui bahwa Enterobacter sakazakiimemiliki
karakteristik yang lebih spesifik dibandingkan dengan pembentukan pigmen kuning pada CASO
Agar, yaitu bakteri tersebut memiliki enzim α-D-glucosidase. Karakteristik ini dimiliki oleh
100% strain Enterobacter sakazakii dan tidak dimiliki oleh 100% strain Enterobacter lainnya.
Page | 7
a. EE BROTH (Enterobacteriaceae Enrichment Broth)
Merupakan sebuah media yang digunakan sebagai media pengkayaan untuk
Enterobacteriaceae dalam pengujian bakteriologi dalam makanan.Typical formula : (g/L)
Peptone 10.0
Glucose 5.0
Disodium hydrogen phosphate anhyd. 6.45
Disodium hydrogen phosphate anhyd. 2.0
Ox Bile purified 20.0
Brilliant green 0.0135
pH 7.2 ± 0.2 @ 25°C
b. VRBGA(Violet red bile glucose Agar) ,
A medium for the enumeration of Enterobacteriaceae in foodstuff.Typical formula :
(g/L)
Peptone 7.00
Yeast Extract 3.00
Sodium Chloride 5.00
Bile Salts No.3 1.50
Glucose 10.00
Neutral Red 0.030
Crystal Violet 0.002
Agar 12.00
pH 7.4 ± 0.2
c. Mac Conkey Agar (MCA)
Merupakan media yang mengandung garam empedu (untuk menginhibisi bakteri gram
positif), pewarna kristal violet (yang juga menginhibisi bakteri gram positif), pewarna netral
merah (digunakan untuk mikroba yang dapat memfermentasi laktosa), laktosa dan pepton.
Komposisi :
Peptone 17 g
Proteose peptone 3 g
Lactose 10 g
Bile salts 1.5 g
Sodium chloride 5 g
Neutral red 0.03 g
Agar 13.5g
Page | 8
Water - add to make 1 litre; adjust pH to 7.1 ± 0.2
Pewarna crystal violet yang mempunyai konsentrasi 0.0001% (0.001 g per liter) digunakan saat
mengecek bakteri gram positif yang sudah dihambat.
d. Xylose lysine deoxycholate agar (XLD)
XLD Agar dikembangkan oleh Taylor untuk meningkatkan efisiensi isolasi dan identifikisi dari
patogen-patogen Shigella tertentu.Patogen-patogen yang dibedakan tidak hanya dari yang dapat
memfermentasi lactose non pategenik tapi juga banyak dari non patogen yang tidak dapat memfermentasi
laktosa dan sukrosa.Ditambah lagi, medium ini sudah dapat digunakan untuk pertumbuhan Shigella, yang
mana media yang lain sering gagal untuk menumbuhkan Shigella karena dapat dimasuki oleh inhibitor
beracun. Hasil MPN yang diperoleh didukung dengan adanya efisiensi yang tinggi dari media XLD Agar ini
untuk isolasi primer Shigella dan Salmonella. Komposisi Xylose per L air murni (3.5 g) :
L-Lysine 5.0
Lactose 7.5
Sucrose 7.5
Sodium Chloride 5.0
Yeast Extract 3.0
Phenol Red 0.08
Sodium Desoxycholate 2.5
Sodium Thiosulfate 6.8
Ferric Ammonium Citrate 0.8
Agar 13.5
Metode kuantitatif (Enumerasi)
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel,
umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling Mungkin atau
MostProbable Number (MPN). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob
mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual dan dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam koloni(CFU) per ml/g atau
koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar. Angka
Paling Mungkin (MPN) menggunakan media cair dengan tiga replikasi dan hasil akhir berupa
kekeruhan atau perubahan warna dan atau pembentukan gas yang juga dapat diamati secara visual,
dan interpretasi hasil dengan merujuk kepada Tabel MPN. Dikenal 2 cara yaitu metode 3 tabung dan
metode 5 tabung. Metode kuantitatif dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
Homogenisasi sampel
Sebagai tahap pendahuluan dalam pengujian yang berguna untuk membebaskan sel bakteri yang
mungkin terlindung partikel sampel dan untuk memperoleh distribusi bakteri sebaik mungkin.Homogenisasi
dapat dilakukan menggunakan alat seperti stainless steel blender atau stomaker.Sedang sampel bentuk cair
tidak perlu menggunakan alat, cukup langsung dicampur dengan pengencer dan dikocok sampai homogen.
Tahap pengenceran
Page | 9
Menggunakan larutan pengencer yang berfungsi untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang
mungkin kehilangan vitalitasnya karena kondisi di dalam sampel yang kurang menguntungkan.
Pengenceraan suspensi sampel dilakukan untuk mendapatkan koloni yang tumbuh secara terpisah dan dapat
dihitung dengan mudah, hal ini akan sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran yang sangat
tinggi. Umumnya pengencer yang digunakan adalah peptone water 0,1%, buffer fosfat atau larutan ringers (4
kali kuat), dan peptone 0,1% plus NaCL 0,85% (ISO 6887:1983).
Tahap pencampuran dengan media (padat/cair)
Media padat yang digunakan umumnya adalah Plate Count Agar (PCA) atau Nutrient Agar (NA)
sedangkan untuk inokulasi suspesi homogenat sampel ke dalam media, tergantung dengan metode yang
telah dipilih dan kesesuaian dengan sifat sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam sampel. Pada
keadaan tertentu, media perlu ditambah dengan bahan lain seperti glukosa untuk Enterococcus, atau serum
untuk Mycoplasma dan egg yolk. Untuk bakteri tertentu misalnya yang tidak tahan panas terutama untuk
pencampuran dengan media dengan suhu kira-kira 45oC, dilakukan dengan metode sebar atau tetes dan
suhu inkubasi rendah (misal. bakteri Psychrotroph dan Psychrophiles).
Tahap inkubasi dan pengamatan
Inkubasi dilakukan pada suhu dan lama yang sesuai dan kondisi dibuat sedemikian rupa disesuaikan
dengan sifat mikroba (kondisi aerob atau anaerob):
- 0 – 10oC untuk bakteri Psikrotrof dan Psikrofil
- 20 – 32oC untuk bakteri Saprophtic mesophiles
- 35 – 37oC (atau 45oC) untuk bakteri parasites mesofil
- 55 – 63oC atau lebih tinggi untuk bakteri Termofilik
- 30 – 32oC (ISO 4833:1991)
Metode Kualitatif (Pengkayaan)
Pada metode kualitatif dilakukan perbanyakan (enrichment pengkayaan) terlebih dahulu dari sel
mikroba yang umumnya dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan kadang-kadang dalam kondisi
lemah. Ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu tahap pengkayaan (enrichment), tahap isolasi pada
media selektif, tahap identifikasi dengan reaksi biokimia, dan dilanjutkan dengan analisa antigenik
atau serologi atau immunologi dan bila diperlukan dapat juga dilakukan identifikasi DNA bakteri
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tahap pengkayaan
Umumnya digunakan media cair yang berguna untuk memberi kesempatan supaya bakteri dapat tumbuh
pada media pengkaya, karena bakteri lain juga dapat tumbuh, maka dapat ditambahkan inhibitor untuk
mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri lain dan dilanjutkan dengan menumbuhkan kembali
bakteri dalam media selektif atau differensial. Pada keadaan tertentu dimana bakteri sangat lemah perlu
dilakukan terlebih dahulu tahap pra-pengkayaan (pre-enrichment) misalnya pada uji Salmonella ataupun
Page | 10
Enterobacter sakazakii, dimana media ini mengandung cukup gizi yang non selektif. Tahap ini dimaksudkan
untuk “menyembuhkan atau menguatkan” sel bakteri yang sangat lemah atau sakit disebabkan oleh proses
pengolahan makanan. Umumnya pada tahap pra-pengkayaan digunakan media Lactose Broth (LB) atau
Buffered Pepton Water (BPW), walaupun kadang-kadang media ini belum tentu sesuai untuk semua jenis
sampel. Pada makanan kering seperti yeast dan susu bubuk, sampel hanya memerlukan rekonstitusi dalam
air suling yang mengandung Brilliant Green. Sedangkan untuk sampel yang sangat berlemak seperti hasil
olahan jeroan maka ke dalam media pra-pengkaya ditambahkan Tergitol 7 sehingga memudahkan dispersi
lemak pada media.
Tahap isolasi
Setiap koloni atau galur mikroba yang akan diidentifikasi harus benar benar murni dan untuk
mendapatkan biakan murni digunakan media selektif yang memungkinkan untuk isolasi koloni mikroba
tersangka berdasarkan pada karakter biokimia dari mikroba yang akan mempengaruhi sifat pertumbuhan
bakteri pada suatu media spesifik. Identitas mikroba dapat dilihat dari pembentukan koloni yang spesifik
pada media.Saat ini, perkembangan metode pengujian cepat (rapid test) dengan menggunakan media selektif
sudah makin berkembang dimana pada media sudah ditambahkan suatu indikator/ bahan kimia tertentu yang
dapat menandai adanya hasil reaksi enzimatis sehingga terbetuk warna atau fluoresensi sehingga media
tersebut lebih spesifik lagi (misalnya media kromokult dan fluorokult).
Pengujian Enterobacter sakazakii
Tahap Pra-pengkayakan
Media kultur cair Buffered Peptone Water (BPW) untuk memulihkan kondisi bakteri yang injured,
sehingga meminimalkan terjadinya falsenegative
Tahap pengkayakan
Pada tahap pengkayaan, digunakan media EE Broth.Metode tersebut menggunakan media agar Violet
Red Bile Glucose (VRBGA). Pada media VRBGA setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 36°C, E.
sakazakiiakan tampak sebagai koloni berwarna ungu yang dikelilingi oleh halo berwarna ungu yang
merupakan hasil endapan dari bile salt.
Tahap selektif media
Penambahan media Chromogenic Enterobacter sakazakii Agar (DFI formulation) atau suatu media
chromogenic menghasilkan koloni khas berwarna biru – hijau – turqois pada media Enterobacter
sakazakii Agar, sedangkan bakteri lainnya akan tampak tidak berwarna. Warna biru-hijau-turqois
tersebut adalah hasil reaksi α-D-glucosidase (enzim yang hanya dimiliki E. sakazakii)yang
menghidrolisis senyawa 5-bromo-4-chloro-3-indolyl-α-D-glucopyranoside (x-α-Glc) yaitu senyawa
yang sengaja ditambahkan dalam media Enterobacter sakazakii Agar sebagai penanda kehadiran E.
sakazakii (Kane V, 2004) setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 45°C ± 1°C, pada posisi terbalik.
Penggunaan suhu inkubasi 45°C selama 24 jam disebutkan sebagai suhu inkubasi yang paling optimal
untuk pertumbuhan strain E. sakazakii dan paling optimal untuk menghambat pertumbuhan mikroflora
background. Metode ini lebih cepat dibandingkan metode konvensional yang biasa dilakaukan.Page | 11
Pengujian Salmonella spp
Sampel susu atau bubuk formula padat dan semi padat yang ada di dalam tabung steril, kemudian
ditambahkan TSB. Aduk hingga merata. Inkubasi selama 24jam pada suhu 37OC. TSB (tryptic soy broth)
merupakan media umum yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian 1 ml hasil
inkubasi diinokulasikan pada TT (tetrathionate) broth dan SC ( selenite cystine) broth. Inkubasikan pada
suhu 37OC selama 24 jam. TT broth dan SC broth merupakan media selektif untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi salmonella pada makanan. Natrium selenite pada media SC broth berfungsi untuk
menghambat bakteri coliform. Sistin untuk mengfasilitasi pertumbuhan salmonella. TT broth mengandung
natrium tiosulfat, garam empedu, proteose pepton dan kalsium karbonat. Kemudian dalam persiapan media
ditambahkan larutan iodin sehingga membentuk TT. TT yang dihasilkan ini akan menghambat pertumbuhan
bakteri coliform. Garam empedu pada media TT berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri positif.
Kalsium karbonat berfungsi sebagai buffer dan proteose pepton berfungsi sebagai penghasil nutrisi. Hasil
inkubasi dari TT broth dan SC broth masing-masing diinokulasikan pada tiga media yaitu BS broth, XLD
agar dan HE agar. Ketiga media ini digunakan untuk menseleksi dan membedakan salmonella dari bakteri
lainnya. Kemudian inkubasi pada suhu 35OC selama 24 jam. Lakukan pengamatan koloni salmonella pada
setiap media, kemudian ambil koloni yang menunjukkan hasil positif dari masing-masing media. Hasil
positif bila:
HE: koloni berwarna hijau biru atau biru, dengan atau tanpa warna hitam di tengah koloni.
BS: koloni salmonella berwarna coklat, abu-abu, hitam atau terkadang seperti metal. Media akan
berwarna coklat kemudian menjadi hitam selama waktu inkubasi.
XLD: koloni akan berwarna merah muda, dengan atau tanpa warna hitam. Koloni salmonella
seringkali berwarna hitam dan mengkilap.
Ambil koloni positif dengan cara menyentuhkan jarum yang telah ada koloninya ke permukaan
media secara zigzag dan akhiri dengan menusukkan ujung jarum tersebut pada bagian bawah tabung
media TSI (triple sugar iron) dan LIA (lysin iron) agar miring. Inkubasikan TSI dan LIA pada suhu
37OC selama 24 jam. TSI agar merupakan media yang direkomendasikan untuk identifikasi bakteri
gram negatif berdasarkan fermentasi glukosa, laktosa dan sukrosa dan produksi hidrogen sulfit. LIA
agar merupakan medium yang digunakan untuk membedakan mikroorganisme berdasarkan
dekarboksilase lisin dan produksi hidrogen sulfida. Ambil koloni dari media TSI agar miring yang
menghasilkan hasil positif. Inokulasikan pada triptone broth, MRVP broth dan simmons sitrat agar.
Inkubasikan triptone broth pada suhu 35OC selama 24 jam. Inkubasikan MRVP broth pada suhu 35OC
selama 48 jam. Dan inkubasikan simmons sitrat agar pada suhu 35OC selama 46 jam. Tripton broth
merupakan media hasil pencernaan kasein dan digunakan karena karena mengandung triptofan.
Media ini membedakan kultur yang dapat menghasilkan indol atau tidak menghasilkan indol. MR-
VP broth berisi glukosa, pepton, dan beberapa garam. Media ini digunakan untuk membedakan
organisme yang menggunakan asam pada metabolisme (dideteksi dengan metil merah) atau Page | 12
menggunakan butilen glikol (dideteksi dengan uji voges-proskauer). Simmon sitrat agar medium ini
digunakan untuk mengetahui organisme yang menggunakan natrium sitrat sebagai sumber karbon.
Jika natrium sitrat digunakan, product alkaline seperti NaOH dihasilkan. Indikator yang digunakan
adaah bromotimol biru, yang akan berwarna biru pada pH basa. Lakukan uji indol pada tabung
tripton broth, metil merah dan voges-proskauer pada tabung MRVP broth. Kemudian amati hasil
pada media simmons sitrat. Uji indol digunakan untuk mengetahui apakah bakteri dapat
menghidrolisis asam amino triptofan menjadi senyawa indol. Uji metil merah dan voges proskauer
digunakan untuk membedakan bakteri yang mampu menggunakan asam atau tidak. .
Page | 13
BAB IV
KESIMPULAN
1. Untuk mendeteksinya adanya Enterobacter sakazakii dan Salmonella spp dalam susu bubuk dapat
digunakan dengan metode FDA/BAM
2. Ada 3 tahap untuk mendeteksi adanya bakteri Enterobacter sakazakii pada susu bubuk formula
yaitu :
Tahap Pra-pengkayaan
Tahap Pengkayaan
Tahap Selektif Media
Positif jika:
- Enterobacter sakazakii: koloni khas berwarna biru – hijau – turqois pada media Enterobacter
sakazakii Agar,
- Salmonella yaitu : TT broth dan SC broth merupakan media selektif untuk mendeteksi dan
mengidentifikasikan salmonella pada makanan. Sedangkan pada media XLD Agarakan
tampak sebagai koloni berwarna hitam dan mengkilap.
Page | 14
DAFTAR PUSTAKA
McLandsborough, Lynne;2005; Food Microbiology Laboratory; Boca Raton, London, New York,
Washington D.C; CRC press
Volk Wesley, Margaret Wheeler, 1988, MIKROBIOLOGI DASAR Edisi V, Jakarta: Erlangga
SNI 01-2970-2006, Susu bubuk.http://sisni.bsn.go.id/
SNI 01-2782-1998, metode pengujian susu segar http://sisni.bsn.go.id/
Karsinah. 1994. Batang Negatif Gram: Entrerobacteriaceae. Di dalam: Staf Pengajar FK UI Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. hlm 150
Page | 15