laporan kunjungan kerja spesifik komisi vi dpr ri ke pt ... · unit pengolahan limbah yang terdiri...
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE PT PETROKIMIA GRESIK (PERSERO)
DI PROVINSI JAWA TIMUR
TANGGAL 14 S.D 16 NOVEMBER 2019
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
Pasal 67 dan 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), sebagaimana diubah
terkahir kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MD3,
diatur bahwa DPR RI memilki 3 (tiga) fungsi, yakni Fungsi Legislasi, Fungsi
Anggaran dan Fungsi Pengawasan. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut,
dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan kunjungan kerja, baik di dalam
maupun ke luar negeri, sebagaimana diatur dalam Pasal 98 UU MD3.
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Ke PT. Petrokimia Gresik (Persero)
didasarkan pada aturan pada undang-undang tersebut. Selain itu, pelaksanaan
kunjungan ini juga didasarkan pada Keputusan Pimpinan DPR RI tentang
Penugasan Anggota Komisi I s.d. XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja
dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020. Dan Keputusan Rapat
Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek Kunjungan Kerja
Spesifik Komisi VI dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019–2020.
B. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI
NO NO ANGGOTA NAMA ANGGOTA FRAKSI KETERANGAN
1 A-33 FAISOL RISA, SS. F-PKB KETUA TIM
2 A-327 GDE SUMARJAYA LINGGIH, SE., M.A.P. F-PGOLKAR WATUA TIM
3 A-208 dr. H. MUFTI A.N ANAM F-PDIP ANGGOTA
4 A-161 DARMADI DURIANTO F-PDIP ANGGOTA
5 A-158 SONDANG TIAR DEBORA TAMPUBOLON F-PDIP ANGGOTA
6 A-229 SONNY T. DANAPARAMITA F-PDIP ANGGOTA
7 A-334 DRS. MUKHTARUDIN F-PGOLKAR ANGGOTA
8 A-274 Ir. H. M. IDRIS LEANA F-PGOLKAR ANGGOTA
9 A-268 LAMHOT SINAGA F-PGOLKAR ANGGOTA
10 A-115 KHILMI F-PGERINDRA ANGGOTA
11 A-65 ANDRE ROSIADE F-PGERINDRA ANGGOTA
12 A-362 Drs. H. NYAT KADIR F-PNASDEM ANGGOTA
13 A-36 Ir. H. M. NASIM KHAN F-PKB ANGGOTA
14 A-19 MARWAN JA’FAR F-PKB ANGGOTA
15 A-536 Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI F-PDEMOKRAT ANGGOTA
16 A-447 AMIN AK., M.M F-PKS ANGGOTA
17 A-493 EKO HENDRO PURNOMO, S.SOS. F-PAN ANGGOTA
II. INFORMASI DAN TEMUAN KUNJUNGAN KERJA
a. Profil Perusahaan
Lokasi perusahaan berada di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
dengan luas lahan sekitar 500 hektare yang posisi geografisnya berada di
Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas, dan Kecamatan Manyar. Saat ini,
perusahaan memiliki 14 (empat belas) pabrik pupuk dengan kapasitas
produksi sebesar 5.010.000 ton/tahun dan 17 (tujuh belas) pabrik non pupuk
dengan kapasitas 3.960.200 ton/tahun.
Tabel 1. Kapasitas Produksi Pabrik Menurut Jenis Produk Yang Dihasilkan (Ton/Tahun)
Dalam proses produksi dan distribusi, pabrik-pabrik perusahaan ditunjang oleh
sarana dan prasarana penunjang yang terdiri dari:
a. Unit Penjernihan Air yang berada di Gunung Sari Surabaya, kapasitas 720
m3/jam dan panjang pipa 22 km; Babat, kapasitas 2.500 m3/jam, dan panjang
pipa 60 km; dan IPA Gunung Sari yang saat ini sedang pengembangan
kapasitas menuju 3.000 m3/jam (In Progress).
b. Unit Pengolahan Limbah yang terdiri dari Unit pengolahan limbah cair
berkapasitas 240 m3/jam, Unit pengolahan/pengendali limbah gas, dan Unit
pengolahan limbah padat.
c. Pelabuhan yang mampu disandari oleh kapal dengan bobot maksimal 60,000
DWT di sisi laut dan 40,000 DWT di sisi darat, Pelabuhan Batu Bara,
Construction Jetty, serta Dermaga C.
d. Alat bongkar muat yang terdiri dari Kangaroo Crane: 2 unit (800 ton / jam);
CSU (Continuous Ship Unloader): 2 units (1,000 ton / jam); dan Ship loader: 2
unit (600 ton / jam).
Urea 1.030.000 Amoniak 1.105.000
NPK 2.700.000 Asam Sulfat 1.170.000
ZA 750.000 Asam Fisfat 400.000
SP-36 500.000 AIF3 12.600
ZK 20.000 Gypsum 800.000
Organik 10.000 Cement Retarder 440.000
CO2 Cair 21.000
HCl 11.600
Pabrik Pupuk Pabrik Non Pupuk
e. Pembangkit listrik dengan total kapasitas 114 MW, yang terdiri dari Gas
Turbine Generator (GTG), Steam Turbine Generator (STG), Steam Turbin
Generator (STG) Cogeneration, serta Coal Fired Power Plant.
b. Kinerja Produksi Perusahaan
Dari sisi produksi, total produksi perusahaan (pupuk dan non pupuk)
mengalami tren meningkat dari tahun 2014-2017 dan mengalami penurunan
di 2018. Untuk produksi pupuk, mengalami penurunan periode 2014-2016,
meningkat pada 2017 dan kembali mengalami penurunan di 2018. Sedangkan
produksi non pupuk, meningkat sepanjang 2014-2017 dan menurun cukup
drastis di 2018 (gambar 1).
Gambar 1. Produksi Pupuk dan Non Pupuk, 2014-2018
Untuk produksi pupuk tahun 2019, produksi pupuk PT Petrokimia Gresik
sudah sesuai dengan kapasitas yang diharapkan dan total produksinya
meningkat 7,8 persen dibanding 2018 (tabel 2).
Tabel 2. Kapasitas Produksi Pabrik Menurut Jenis Produk Yang Dihasilkan (Ton/Tahun)
Dalam pencapaiannya sebagai perusahaan solusi agroindustri, produksi
perusahaan menyelaraskan dengan pertumbuhan penduduk dan ketahanan
pangan serta melakukan pengembangan pada 3 segmen yaitu :
▪ Hulu/upstream. Perusahaan terus memperbesar untuk mengembangkan
Pabrik Pupuk dengan melakukan investasi baru dalam pembangunan
Produk Pupuk RKAP Prognosa Persentase
Urea 821.000 901.749 109,80%
ZA 685.500 701.587 102,30%
SP-36 500.000 505.098 101,00%
NPK 2.620.000 2.597.766 99,20%
Total 4.626.500 4.706.200 101,70%
pabrik pupuk tunggal, majemuk, organik dan hayati, mengembangkan
benih tanaman pangan, dekomposer dan probiotik, serta memperbesar
anak usaha bidang pestisida.
▪ On farm. Seiring peningkatan penduduk maka kebutuhan pangan akan
meningkat, sehingga perlunya peningkatan produktivitas terhadap lahan
yang luasnya cenderung stagnan. Untuk mewujudkan hal tersebut
perusahaan melakukan sosialisasi pemupukan berimbang antara pupuk
organik, majemuk (NPK), dan pupuk tunggal (urea), serta demonstrasi plot
dan penyediaan mobil uji tanah untuk pemupukan yang lebih tepat dan
sesuai lokasi.
c. Kinerja Keuangan Perusahaan
Dari sisi kinerja keuangan, pendapatan perusahaan mengalami fluktuasi
pada periode 2014-2018. Sedangkan untuk laba perusahaan, mengalami
penurunan sepanjang 2014-2017 dan meningkat lebih dari 100 persen pada
2018 dibanding tahun sebelumnya (gambar 2). Penurunan kinerja keuangan
perusahaan pada tahun 2016 terjadi karena adanya disparitas harga bahan
baku. Penurunan kinerja keuangan perusahaan pada 2017 disebabkan oleh
perubahan alokasi penyaluran pupuk bersubsidi di akhir 2017. Sedangkan
untuk 2018, peningkatannya terutama disebabkan oleh optimalnya penyaluran
pupuk subsidi dan tingginya penjualan pupuk ekspor.
Gambar 2. Kinerja Pendapatan dan Laba, 2014-2018
d. Penugasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Dalam kegiatan pendistribusian pupuk bersubsidi, PT Petrokimia Gresik
berpedoman kepada Permendag No. 15 tahun 2013 serta Permentan No. 47
tahun 2018. Dalam aturan tersebut diatur beberapa hal utama, yakni:
a. Produsen wajib menjamin kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi
berdasarkan prinsip 6 (enam) tepat dan memiliki / menguasai gudang di
Lini III pada wilayah yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini III sampai
ke Lini IV (Kios Pengecer).
c. Pengecer melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan prinsip
6 (enam) tepat kepada petani dan atau Kelompok Tani berdasarkan RDKK
dengan mengacu pada alokasi pupuk bersubsidi sesuai Permentan/SK
Kadisperta Propinsi/SK Kadisperta Kabupaten.
Gambar 3. Kinerja Pendapatan dan Laba, 2014-2018
Dalam menyalurkan pupuk bersubsidi, Petrokimia Gresik mengacu
kepada alokasi yang tersedia di tiap daerah sesuai dengan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Penyediaan pupuk di gudang penyangga juga
memperhitungkan alokasi dengan ditambah buffer stock sebesar 2 – 3 minggu
kebutuhan di daerah tersebut. Oleh sebab itu, walaupun terdapat kelebihan
stok di Petrokimia Gresik, tidak ada daerah khusus yang diprioritaskan untuk
penyaluran.
Untuk 2019, alokasi pupuk bersubsidi secara nasional sebanyak
8.874.000 ton, dimana hampir 60 (enam puluh) persen merupakan tanggung
jawab PT. Petrokimia Gresik atau sebesar 5.252.014 ton. Adapun rincian tugas
penyaluran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea, sebesar 633.904 ton dengan wilayah penyaluran di 22 Kabupaten di
Provinsi Jawa Timur.
b. Za, sebesar 996.000 ton dengan wilayah penyaluran seluruh Indonesia.
c. SP-36, sebesar 779.000 ton dengan wilayah penyaluran seluruh Indonesia.
d. NPK Phonska, sebesar 1.987.295 ton dengan wilayah penyaluran seluruh
Indonesia.
e. Petrogenik, sebesar 855.815 ton dengan wilayah penyaluran seluruh
Indonesia (kecuali Provinsi Banten dan Jawa Barat).
Hingga November 2019, realisasi penyalurannya telah mencapai 81 persen
atau sebesar 4.234.283 ton.
e. Piutang Pupuk Bersubsidi
Posisi piutang saat ini (31 Oktober 2019), sesuai neraca keuangan
sebesar Rp7.517.934 juta dengan rincian kurang bayar 2018 sebesar
Rp3.488.397 juta dan Tahun Berjalan 2019 sebesar Rp4.029.537 juta. Piutang
yang relatif besar ini berdampak pada pemanfaatan pinjaman Petrokimia
Gresik yang cukup tinggi. Dengan asumsi tingkat bunga pinjaman sesuai
RKAP sebesar 9% maka piutang subsidi tersebut berdampak pada timbulnya
bunga Rp. 56,38 M per bulan.
f. Roadmap Petrokimia Gresik dalam 5 (lima) tahun ke depan
Dalam 5 (lima) tahun kedepan, perusahaan menargetkan pendapatan
sebesar Rp34,4 T dengan melakukan beberapa terobosan antara lain :
1. Melakukan Strategi Pertumbuhan pada Bisnis Eksisting dan Bisnis Baru.
Untuk eksisting akan dilakukan penguatan struktur bisnis untuk efisiensi
dengan melakukan pembangunan pabrik MAP (Mono Ammonium
Phosphate) dan peningkatan pangsa pasar dengan meningkatkan
kapasitas produksi Alumunium Flouride dan NPK. Sedangkan untuk bisnis
baru, perusahaan akan melakukan diversifikasi dengan membangun pabrik
Soda Ash sebagai penguatan industri kimia nasional dan subtitusi impor
soda ash. Hasil produk samping berupa Ammonium Chloride sebagai
penguatan struktur harga produk pupuk untuk peningkatan laba.
2. Melakukan Transformasi Bisnis dalam rangka mencapai target untuk
menjadi pemimpin pasar dan pemain dominan di agroindustri nasional,
efisien dalam pembiayaan, serta diversifikasi produk untuk peningkatan
pendapatan dan laba
Dalam pembangunan Soda Ash yangh hendak dilakukan ada beberapa
tantangan yang dihadapi, antara lain: Minimnya sumber garam industri
nasional dengan konsentrasi minimum 98% serta pembatasan impor garam
industri; Belum ada perlindungan tarif dan non tarif terhadap soda ash impor;
Perlunya dukungan kebijakan terhadap tax holiday dan tax allowance untuk
industri pionir secara khusus Pabrik Soda Ash; Jaminan pembelian Soda Ash
PG oleh konsumen (khususnya pabrik kaca dan detergen).
Sedangkan untuk pengembangan pupuk NPK, tantangan terbesarnya
antara lain adalah Kebutuhan pupuk NPK yang spesifik lokasi dan komoditas
membutuhkan fleksibilitas proses produksi yang lebih tinggi; Intensitas
persaingan baik dengan NPK swasta maupun impor yang cukup ketat
sehingga diperlukan perlindungan produksi dalam negeri; Sebagian besar
bahan baku NPK berupa phosphate rock, DAP dan KCl diperoleh dari impor
sehingga diperlukan keringanan pajak dan bea masuk bahan baku tersebut.
g. Tantangan daya saing dan pengembangan perusahaan kedepan
Dalam konteks pengembangan perusahaan ke depan dan peningkatan
daya saing perusahaan dalam pasar, terdapat tantangan dan hambatan antara
lain: Harga gas yang tinggi; Keringanan impor atas bahan baku yang tidak
tersedia di Indonesia; Ketergantungan pada bahan baku impor dan sangat
rentan terhadap fluktuasi dollar maka perlu adanya dukungan pemerintah
untuk investasi / kerjasama pada sumber tambang; serta Kebutuhan untuk
mengerti dan memenuhi kebutuhan pasar secara tepat dan cepat serta
meningkatkan daya saing produk. Dari seluruh tantangan tersebut, persoalan
gas merupakan permasalahan yang paling krusial yang dihadapi oleh
perusahan. Hal ini disebabkan oleh komposisi gas sebagai bahan baku
merupakan komponen terbesar proses produksi. Persoalan gas tersebut
mencakup kurangnya pasokan gas dan harga gas yang relatif tinggi.
Untuk mendapatkan volume gas yang cukup, perusahaan harus
bersaing dengan industri-industri lain yang berlokasi di Jawa Timur (termasuk
PLN), yang rata-rata digunakan sebagai bahan bakar. Sehingga KKKS
memiliki nilai tawar yang tinggi hingga di atas 6 USD/MMBtu. Dengan
demikian, industri pupuk sulit bersaing di pasar internasional yang diakibatkan
oleh perbedaan harga gas (rata-rata harga gas internasional di kisaran 3-5
USD/MMBtu).
Terkait harga gas yang tinggi, langkah yang sudah dilakukan oleh
perusahaan untuk menekan efisiensi biaya adalah meminimalisasi pemakaian
gas untuk bahan bakar (prioritas untuk gas proses) diganti dengan batu bara
sebagai alternatif bahan bakar dan membangun Pabrik Amurea dengan
teknologi baru yang lebih efisien sehingga dapat menurunkan harga pokok
produksi dan produk yang dihasilkan lebih kompetitif.
h. Strategi Dan Inovasi Perusahaan Untuk Bersaing Dengan Perusahaan
Swasta Terkait Persaingan Di Pasar Pupuk Komersial
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing pupuk komersial
di sektor B to B atau B to G adalah sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi penjualan setiap bulannya dengan
mempertimbangkan harga pesaing di bulan tersebut.
2. Melakukan perhitungan harga jual untuk kebutuhan tender berdasarkan
histori harga pemenang di tender sebelumnya.
3. Menetapkan personil pemasar untuk tiap-tiap perusahaan perkebunan
potensial.
4. Mendorong untuk melakukan kontrak penjualan jangka panjang dengan
konsumen potensial.
5. Melakukan kunjungan dan pelayanan setelah pembelian untuk
memperoleh pengulangan ataupun tambahan order.
6. Menetapkan distributor non subsidi sebagai kepanjangan tangan untuk
mempermudah term transaksi.
i. Daya serap pupuk organik dari masyarakat
Permasalahan dan kendala yang terjadi pada daya serap pupuk organik
Petrokimia Gresik adalah :
▪ Petani tanaman pangan masih fokus menggunakan pupuk Urea dan NPK.
▪ Belum seluruh petani tebu rakyat kemitraan menggunakan pupuk
Petroganik (hanya menggunakan paket kredit ZA dan Phonska).
▪ Terdapat beberapa kelompok tani yang tidak mengisi kebutuhan pupuk
organik dalam RDKK.
j. Peran Sosial Perusahaan Terhadap UMKM
Peran sosial perusahan terhadap UMKM dilakukan melalui program
kemitraan. Dalam pelaksanaannya, mayoritas program kemitraan tersebut
disalurkan ke beberapa sektor dan jenis produk, yakni:
▪ Industri : Batik, batik tulis, busana muslim, kerajinan tangan, songkok,
sarung tenun, dan produk makanan.
▪ Perdagangan : Pupuk dan pestisida (kios pupuk), meubel, ikan, dan
busana.
▪ Pertanian : Padi, jagung, dan benih padi.
▪ Peternakan : Sapi pedaging (penggemukan sapi) dan kambing.
▪ Perkebunan : Tebu, kelengkeng, dan nanas.
▪ Perikanan : Ikan bandeng, gurame, dan lele.
▪ Jasa : Bengkel, persewaan, dan katering
k. Peran Sosial Perusahaan Terhadap UMKM
Saat ini, persuhaan sedang dalam proses melakukan penyediaan lahan
dan reklamasi yang ditujukan sebagai lahan pembangunan pabrik smelter PT.
Freeport Indonesia. Luas lahan yang dipersiapkan tersebut mencapai 90
(sembilan puluh) hektare.
III. CATATAN DAN REKOMENDASI
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
kunjungan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Komisi VI DPR RI,
antara lain:
1. Salah satu hambatan yang dihadapi PT. Petrokimia Gresik (Persero) dalam
meningkatkan produksi, penguasaan pasar dan daya saing adalah kurangnya
pasokan gas dan harga gas yang relatif tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
rapat gabungan antara Komisi VI DPR RI dan Komisi VII DPR RI bersama
dengan Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, SKK Migas dan PT. Pupuk
Indonesia. Rapat gabungan ini diperlukan agar anak perusahaan yang berada
di bawah PT. Pupuk Indonesia (termasuk PT. Petrokimia Gresik) dapat
memperoleh pasokan gas yang mencukupi dengan harga yang lebih rasional.
2. Terkait persiapan lahan dan reklamasi untuk pembangunan smelter PT.
Freeport Indonesia yang sedang disiapkan oleh PT. Petrokimia Gresik
(Persero), Komisi VI DPR RI perlu melakukan rapat bersama Kementerian
BUMN dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) untuk memastikan
pembangunan smelter dapat secepatnya direalisasikan di lahan yang telah
disediakan oleh PT. Petrokimia Gresik (Persero).
3. Terkait dengan piutang pupuk bersubsidi sebesar Rp7,52 triliun yang belum
dibayarkan oleh Pemerintah dan berdampak pada timbulnya beban bunga
pinjaman yang cukup tinggi bagi perusahaan, Komisi VI DPR RI perlu meminta
Kementerian BUMN untuk secepatnya berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan agar tagihan piutang pupuk bersubsidi kepada PT. Petrokimia
Gresik (Persero) dapat diselesaikan dengan cepat.
4. Terkait dengan peran strategis PT. Petrokimia Gresik (Persero) dalam
mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan, serta perekonomian
nasional, Komisi VI DPR RI perlu untuk terus mengawasi pelaksanaan strategi
pertumbuhan pada bisnis eksisting dan bisnis baru, serta transformasi bisnis
yang telah direncakan oleh PT. Petrokimia Gresik (Persero). Upaya ini
diperlukan agar PT. Petrokimia Gresik (Persero) mampu menjadi pemimpin
pasar dan pemain dominan di agroindustri nasional, berdaya saing,
memberikan kontribusi terhadap perbaikan neraca perdagangan nasional,
serta memberikan kontribusi optimal terhadap perwujudan kedaulatan dan
ketahanan pangan nasional.
IV. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke PT. Petrokimia
Gresik (Persero) di Jawa Timur pada masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-
2020. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam
laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam rapat-
rapat Komisi VI DPR RI.
Jakarta, November 2019
Ketua Tim Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI
Ke PT. Petrokimia Gresik (Persero)
di Provinsi Jawa Timur
TTD.
Faisol Riza
A – 33