laporan kodingareng
TRANSCRIPT
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 1/38
1
Mata Kuliah : Kapal Perikanan
Dosen : Budiman,ST
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN KAPAL PERIKANAN DI PULAU
KODINGARENG
RUSDI
NIM : Stk 38035
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK) BALIK
DIWA MAKASSAR
2011
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 2/38
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kasih sayang-Nya Laporan Praktek Lapangan Kapal Perikanan di
Pulau Kodingareng dapat kami selesaikan.
Laporan ini membahas tentang pengertian kapal perikanan, stabilitas kapal
perikan,desain kapal perikanan yang ada pada kapal perikanan di Pulau
Kodingareng, serta cara pendesainan masing-masing dari kapal tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.
Makassar 10, Februari 2011
Penyusun
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 3/38
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….……………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..5
1.2 Tujuan dan Kegunaan…………………………………………………………………..5
1.2.1 Tujuan…………………………………………………………………….………….5
1.2.2 Kegunaan……………………………………………………………………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………4
2.1 defenisi kapal perikanan……………………………………………………………6
2.1.1 stabilitas kapal………………………………………………………………………..15
BAB III perhitungan
desain.....................................................................................29
BAB IV HASIL SURVEI……………….……………………….…………..31
4.1 Kapal purse seine…….…………………………………..….31
4.2 kapal bagang ............................................................................34
4.3 jolloro.........................................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN..........................................................................37
4.1 Kesimpulan ..................................................................37
4.2 Saran……………………………………………………………………………….….37
DAFTAR PUSTA KA……………………………………………………………………….38
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 4/38
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapal perikanan merupakan mata kuliah yang khusus mempelajari
stabilitas kapal perikanan, cara pendesignan kapal dan cara
merancang pelabuhan. Di mata kuliah ini di bahas tentang ukuran-
ukuran kapal mulai dari LOA, LBP, B, T dan lain-lain. Selain itu, di matakuliah kapal perikanan juga mempelajari hubungan desain kapal
dengan kecepatan kapal.
Berhasil tidaknya kapal yang kita buat tergantung dari desain kapal
yang kita buat
Sehubungan untuk mengetahui dengan jelas tentang desain kapal
perikanan maka kami bersama rekan-rekan mahasiswa yang
didampingi beberapa orang dosen mengadakan praktek lapangan diPulau Kodingareng dengan tujuan agar kami dapat mengetahui
dengan jelas membandingkan beberapa desain kapal perikanan baik
kapal bagan, kapal purse seine, dan kapal Jolloro’.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 5/38
5
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Untuk lebih mengetahui tata cara pendesainan berbagai jenis kapal
yang berbeda sehingga dapat meningkatkan pemahaman antara
teoriyang ada dengan desaign kapalsecara nyata pada praktek
lapang di pulau kodingareng
1.2.2 Kegunaan
Praktek lapang yang telah dilakukan di harapkan mampu membuat
mahasiswa lebih berwawasan dan keinginan untuk terjun langsung
pada proses desain kapal dapat terwujud sehingga pengetahuan
mengenai desain kapal dapat di terapkan di masyarakat.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 6/38
6
BAB II
DEFENISI KAPAL PERIKANAN DAN STABILITAS KAPAL
PERIKANAN
2.1 Defenisi Kapal Perikanan
Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 angka 36:
Kapal adalah Kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan
di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
Apa yang dimaksud dengan Perusahaan Pelayaran National?
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Perusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 7:
Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah perusahaan angkutan laut
berbadan hukum Indonesia (Indonesian national shipping company) yang
melakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan
atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri. Perusahaan angkutan laut nasional
dapat berupa badan hukum yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Warga
Negara Indonesia (WNI) atau badan hukum Indonesia maupun dalam bentuk
kerjasama dengan asing (PMA/joint venture) asalkan telah memenuhi
persyaratan yang diatur dalam UU nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut khususnya dalam Pasal 20
serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan:
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 7/38
7
PASAL 20 KM 33 TAHUN 2001:
(1). Perusahaan angkutan laut nasional atau badan hukum Indonesia atauwarga negara Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan
angkutan laut asing atau badan hukum asing atau warga negara asing
dalam bentuk (usaha patungan joint venture) dengan membentuk satu
perusahaan angkutan laut nasional.
(2). Perusahaan angkutan laut patungan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib memiliki kapal berbendera Indonesia yang laik laut sekurang-
kurangnya 1 (satu) unit ukuran GT.5000 (lima ribu).
(3). Ketentuan persyaratan untuk memperoleh izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 butir a,c,d,e dan f berlaku pula terhadap
persyaratan pendirian perusahaan angkutan laut yang melakukan usaha
patungan (joint venture).
3. Jika perusahaan angkutan laut asing dapat mendirikan perusahaan
angkutan laut national dengan berpatungan dengan perusahaan national
apakah atas batas kepemilikan saham asing atas perusahaan patungan joint
venture tersebut ?
Sesuai dengan UU Pelayaran No 17 / 2008 Bab V Pasal 158 Ayat (2) Kapal
yang dapat di daftar di Indonesia yaitu (sesuai Ayat 2 (c )) kapal milik badan
hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia. Mengenai batasan
kepemilikan saham asing dalam perusahaan patungan joint venture atau
apakah bidang usaha tersebut tertutup untuk penanaman modal diatur dalam
Peraturan Presiden nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 8/38
8
nomor 111 Tahun 2007. Untuk bidang usaha pelayaran yang terbuka untuk
penanaman modal maksimal kepemilikan saham yang diperbolehkan oleh
asing hanya sebesar 49 (empat puluh sembilan) persen.
4. Definisi Perusahaan Angkutan Laut Asing
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 8:
Perusahaan Angkutan Laut Asing adalah perusahaan angkutan laut berbadan
hukum asing (foreign shipping company) yang kapal-kapalnya melakukan
kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia.
Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran:
Pasal 11, ayat 4 dan 5 UU no 17 Tahun 2008:
(1) Perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan
angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri dan wajib menunjuk perusahaan nasional sebagai
agen umum.
(2) Perusahaan angkutan laut asing yang melakukan kegiatan angkutan laut
ke atau dari pelabuhan Indonesia yang terbuka untuk perdagangan luar
negeri secara berkesinambungan dapat menunjuk perwakilannya di
Indonesia.
5. Apa yang dimaksud oleh Kapal Berbendera Indonesia?
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 11:
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 9/38
9
Kapal Berbendera Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Pasal 158 UU nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran:
(1) Kapal yang telah diukur dan mendapat Surat Ukur dapat didaftarkan di
Indonesia oleh pemilik kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama
Kapal yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Kapal yang dapat didaftar di Indonesia yaitu:
a. kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh
GrossTonnage);
b. kapal milik warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; dan
c. kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.
(3) Pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan
dicatat dalam daftar kapal Indonesia.
(4) Sebagai bukti kapal telah terdaftar, kepada pemilik diberikan grosse akta
pendaftaran kapal yang berfungsi pula sebagai bukti hak milik atas kapal
yang telah didaftar. (5) Pada kapal yang telah didaftar wajib dipasang Tanda
Pendaftaran.
6. Definisi Kapal Asing
Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 angka 39:
Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan
tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 10/38
10
7. Apakah kapal bendera Indonesia dapat dimiliki oleh perusahaan Asing?
Tidak boleh karena Indonesia menganut sistem “closed registry” dan menurutPasal 158 Ayat (2)UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kapal yang
dapat didaftar di Indonesia yaitu:
a. kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh
GrossTonnage);
b. kapal milik warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; dan
c. kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.
8. Apakah persyaratan untuk mendapatkan izin usaha angkutan laut untuk
perusahaan national?
Persyaratan untuk mendapatkan izin usaha angkutan laut nacional secara
umum dapat dilihat pada pasal 29 UU RI No.17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran yaitu:
Pasal 29 UU nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran:
(1) Untuk mendapatkan izin usaha angkutan laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) badan usaha wajib memiliki kapal berbendera
Indonesia dengan ukuran sekurangkurangnya GT 175 (seratus tujuh puluh
lima Gross Tonnage).
(2) Orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dapat
melakukan kerja sama dengan perusahaan angkutan laut asing atau badan
hukum asing atau warga negara asing dalam bentuk usaha patungan (joint
venture) dengan membentuk perusahaan angkutan laut yang memiliki kapal
berbendera Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu) unit kapal dengan ukuran
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 11/38
11
GT 5000 (lima ribu Gross Tonnage) dan diawaki oleh awak
berkewarganegaraan Indonesia.
Persayaratan khusus dan tata cara untuk mendapatkan izin usaha pelayaran
diatur dalam KM nomor 33 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut khususnya pada Bab III.
9. Apakah kapal bendera Asing dapat dimiliki oleh perusahaan Indonesia?
Hal ini harus sesuai dengan peraturan atau hukum tentang pelayaran dari
negara bendera kapal tersebut. Sebagian negara seperti contoh Panama atau
Liberia (yang menjalankan open registry - atau flag of convenience)
memperbolehkan tetapi sebagian negara membatasi dan sebagian sama
sekali tidak diperbolehkan.
10. Apa itu PPKA?
PPKA adalah Persetujuan Kelonggaran Syarat Bendera (Dispensasi)
Penggunaan Kapal Asing Angkutan Laut Dalam Negeri.
11. Apa itu PKKA?
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Pasal 50:
PKKA adalah Pemberitahuan Keagenan Kapal Asing
12. Apakah ada batas tahun pengoperasian kapal asing ?
Sesuai dengan KM 33/2001 Pasal 5 ayat 1 (a) penggunaan kapal asing
dibatasi maksimal 20 tahun.
13. Apakah semua kapal asing harus menggunakan PPKA untuk beroperasi
di Indonesia?
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 12/38
12
Diharuskan sesuai dengan Pasal 5 ayat 2 KM 33 tahun 2001, yang berbunyi
sebagai berikut:
”Penggunaan kapal asing untuk angkutan laut dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada pasal 4 ayat (1), sebelum dioperasikan oleh perusahaan
angkutan laut nasional selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja wajib
dilaporkan dan diterima Direktur Jenderal menurut contoh pada lampiran I
Keputusan ini, untuk selanjutnya dapat diberikan kelonggaran syarat bendera
(dispensasi) menurut contoh pada Lampiran II Keputusan ini.” Kapal asing
yang tidak memenuhi persyaratan PPKA ini dilarang beroperasi di wilayahperairan Indonesia dan tidak diberikan pelayanan di pelabuhan Indonesia.
14. Untuk batas waktu penggunaan kapal asing terdapat perbedaan yaitu:
1. Berdasarkan Pasal 341 UU No 17/2008 tentang Pelayaran (UU Pelayaran)
disebutkan bahwa kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukannya kegiatannya paling
lama 3 tahun terhitung sejak tanggal berlakunya UU ini yaitu tanggal 7 Mei
2008.
2. Sedangkan berdasarkan Pasal 3 (1) g, h, i KM 71 Tahun 2005 batas
waktunya paling lambat adalah 1 Januari 2011.
Dengan perbedaan tersebut, timbul pertanyaan batas waktu manakah yang
berlaku?
Pertama yang harus diperhatikan adalah, jangka waktu yang diatur dalam UU
no 17/2008 hanya untuk kapal asing yang sudah beroperasi/melayani
kegiatan angkutan dalam negeri sebelum UU no 17/2008 itu berlaku. Tetapi
setelah berlakunya UU no 17/2008 (tanggal 7 Mei 2008), apabila ada kapal
asing yang baru
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 13/38
13
mau beroperasi/melayani kegiatan angkutan dalam negeri maka berlaku
ketentuan Pasal 8 dan Pasal 284 UU No 17/2008 yaitu berupa larangan bagi
kapal asing untuk melakukan kegiatan angkutan dalam negeri.
Berdasarkan Pasal 353 UU No 17/2008 disebutkan bahwa pada saat
berlakunya UU Pelayaran ini, segala peraturan pelaksanaan UU No 21 Tahun
1992 (UU Pelayaran lama) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan UU No
17/2008. Dalam hal ini KM 71 Tahun 2005 yang merupakan peraturan
pelaksanaan UU no 21/1992 (UU Pelayaran lama) tetap berlaku hanyamengenai aturan-aturan yang tidak bertentangan dengan UU no 17/2008.
Masalah ini menjadi dilemma untuk semua stakeholder tetapi sesuai
penjelasan dari Dephub Pasal 341 UU 17/2008 harus dilihat sebagai “nafas”
dan bukan celah dalam melaksanakan implementasi azas cabotage.
15. Bagaimana dengan pengertian Undang Undang atau KM yang
bertentangan dengan UU nomor 17 tahun 2008 ?
Sesuai Pasal 353 UU no 17/2008 dinyatakan sebagai berikut: “Pada saat
Undang-Undang ini berlaku semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.” Dengan demikian semua peraturan pelaksanaan
sebelumnya tetap berlaku asalkan tidak bertentangan dengan UU no 17
tahun 2008 dan jika bertentangan harus mengacu kepada UU nomor 17
tahun 2008.
16. Apa sanksi pelanggar cabotage ?
Sanksi atas pelanggaran asas cabotage diancam dengan ancaman pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 284 UU nomor 17 tahun 2008, yaitu:
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 14/38
14
“setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut
penumpang dan/atau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah
perairan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak RP
600,000,000 (enam ratus juta rupiah).” Selain sanksi pidana, pelanggaran
asa cabotage juga dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam Pasal 59 UU nomor 17 Tahun 2008, berupa:
a. Peringatan;
b. Denda administratif;
c. Pembekuan izin atau pembekuan sertifikat;
d. Pencabutan izin atau pencabutan sertifikat.
17. Apakah ada batas umur kapal untuk impor?
Berdasarkan pada Keppres nomor 22 Tahun 11998 dalam Pasal 3 disebutkan
bahwa impor kapal niaga dan atau kapal ikan dalam keadaan baru dan bukan
baru dilakukan sesuai dengan Ketentuan Umum Di Bidang Impor yang
ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Selanjutnya dalam
Permendag 57/M-DAG/PER/12/2008 batas umur kapal yang ditentukan
adalah tidak lebih tua dari 25 tahun.
18. Apa itu klarifikasi INSA?
Informasi yang dikeluarkan DPP INSA yang dijadikan sebagai lampiran dalam
permohonan Pemberitahuan Pengoperasian Kapal Asing (PPKA) olehPerusahaan angkutan laut nasional kepada Dirjen Hubla. Klarifikasi dilakukan
untuk mengetahui ketersediaan kapal berbendera nasional sesuai kebutuhan
sebelum pengajuan izin operasi kapal asing sesuai dengan amanat Inpres 5
dan Kepmen 71/2005 Pasal 3 Ayat 2.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 15/38
15
2.2 STABILITAS KAPAL
1. PENGERTIAN STABILITAS
Stabilitas adalah keseimbangan dari kapal, merupakan sifat atau
kecenderungan dari sebuah kapal untuk kembali kepada kedudukan
semula setelah mendapat senget (kemiringan) yang disebabkan oleh
gaya-gaya dari luar (Rubianto, 1996). Sama dengan pendapat Wakidjo
(1972), bahwa stabilitas merupakan kemampuan sebuah kapal untuk
menegak kembali sewaktu kapal menyenget oleh karena kapalmendapatkan pengaruh luar, misalnya angin, ombak dan sebagainya.
Secara umum hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar yaitu :
a. Faktor internal yaitu tata letak barang/cargo, bentuk ukuran kapal,
kebocoran karena kandas atau tubrukan
b. Faktor eksternal yaitu berupa angin, ombak, arus dan badai
Oleh karena itu maka stabilitas erat hubungannya dengan bentuk kapal,
muatan, draft, dan ukuran dari nilai GM. Posisi M (Metasentrum) hampir
tetap sesuai dengan style kapal, pusat buoyancy B (Bouyancy) digerakkan
oleh draft sedangkan pusat gravitasi bervariasi posisinya tergantung pada
muatan. Sedangkan titik M (Metasentrum) adalah tergantung dari bentuk
kapal, hubungannya dengan bentuk kapal yaitu lebar dan tinggi kapal,bila lebar kapal melebar maka posisi M (Metasentrum) bertambah tinggi
dan akan menambah pengaruh terhadap stabilitas.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 16/38
16
Kaitannya dengan bentuk dan ukuran, maka dalam menghitung stabilitas
kapal sangat tergantung dari beberapa ukuran pokok yang berkaitan
dengan dimensi pokok kapal.
Ukuran-ukuran pokok yang menjadi dasar dari pengukuran kapal adalah
panjang (length), lebar (breadth), tinggi (depth) serta sarat (draft).
Sedangkan untuk panjang di dalam pengukuran kapal dikenal beberapa
istilah seperti LOA (Length Over All), LBP (Length Between Perpendicular)
dan LWL (Length Water Line). Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum
melakukan perhitungan stabilitas kapal yaitu :
1. Berat benaman (isi kotor) atau displasemen adalah jumlah ton air yang
dipindahkan oleh bagian kapal yang tenggelam dalam air.
2. Berat kapal kosong (Light Displacement) yaitu berat kapal kosong
termasuk mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.
3. Operating Load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk
mengoperasikan kapal dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat
berlayar.
Displ = LD + OL + Muatan
DWT = OL + Muatan
Dilihat dari sifatnya, stabilitas atau keseimbangan kapal dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu satbilitas statis dan stabilitas dinamis. Stabilitas
statis diperuntukkan bagi kapal dalam keadaan diam dan terdiri dari
stabilitas melintang dan membujur. Stabilitas melintang adalah
kemampuan kapal untuk tegak sewaktu mengalami senget dalam arah
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 17/38
17
melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja
padanya, sedangkan stabilitas membujur adalah kemampuan kapal untuk
kembali ke kedudukan semula setelah mengalami senget dalam arah yang
membujur oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya. Stabilitas
melintang kapal dapat dibagi menjadi sudut senget kecil (00-150) dan
sudut senget besar (>150). Akan tetapi untuk stabilitas awal pada
umumnya diperhitungkan hanya hingga 150 dan pada pembahasan
stabilitas melintang saja.
Sedangkan stabilitas dinamis diperuntukkan bagi kapal-kapal yang sedang
oleng atau mengangguk ataupun saat menyenget besar. Pada umumnya
kapal hanya menyenget kecil saja. Jadi senget yang besar, misalnya
melebihi 200 bukanlah hal yang biasa dialami. Senget-senget besar ini
disebabkan oleh beberapa keadaan umpamanya badai atau oleng besar
ataupun gaya dari dalam antara lain GM yang negative. Dalam teori
stabilitas dikenal juga istilah stabilitas awal yaitu stabilitas kapal pada
senget kecil (antara 00 –150). Stabilitas awal ditentukan oleh 3 buah titik
yaitu titik berat (Center of gravity) atau biasa disebut titik G, titik apung
(Center of buoyance) atau titik B dan titik meta sentris (Meta centris) atau
titik M.
2. MACAM-MACAM KEADAAN STABILITAS
Pada prinsipnya keadaan stabilitas ada tiga yaitu Stabilitas Positif (stable
equilibrium), stabilitas Netral (Neutral equilibrium) dan stabilitas Negatif
(Unstable equilibrium).
(a). Stabilitas Positif (Stable Equlibrium)
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 18/38
18
Suatu keadaan dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga sebuah
kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu menyenget mesti memiliki
kemampuan untuk menegak kembali.
(b). Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)
Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berhimpit dengan titik M.
Maka momen penegak kapal yang memiliki stabilitas netral sama dengan
nol, atau bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali
sewaktu menyenget. Dengan kata lain bila kapal senget tidak ada MPmaupun momen penerus sehingga kapal tetap miring pada sudut senget
yang sama, penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan berimpit dengan
titik M karena terlalu banyak muatan di bagian atas kapal.
(c). Stabilitas Negatif (Unstable Equilibrium)
Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berada di atas titik M,
sehingga sebuah kapal yang memiliki stabilitas negatif sewaktu
menyenget tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali, bahkan
sudut sengetnya akan bertambah besar, yang menyebabkan kapal akan
bertambah miring lagi bahkan bisa menjadi terbalik. Atau suatu kondisi
bila kapal miring karena gaya dari luar , maka timbullah sebuah momen
yang dinamakan MOMEN PENERUS/Heiling moment sehingga kapal akan
bertambah miring.
3. TITIK-TITIK PENTING DALAM STABILITAS
Menurut Hind (1967), titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah
titik berat (G), titik apung (B) dan titik M.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 19/38
19
(a). Titik Berat (Centre of Gravity)
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal,
merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah
terhadap kapal. Letak titik G ini di kapal dapat diketahui dengan meninjau
semua pembagian bobot di kapal, makin banyak bobot yang diletakkan di
bagian atas maka makin tinggilah letak titik Gnya.
Secara definisi titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya – gaya
yang bekerja kebawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan olehhasil percobaan stabilitas. Perlu diketahui bahwa, letak titik G tergantung
daripada pembagian berat dikapal. Jadi selama tidak ada berat yang di
geser, titik G tidak akan berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk.
(b). Titik Apung (Centre of Buoyance)
Titik apung (center of buoyance) diikenal dengan titik B dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari resultan gaya-gaya yang menekan
tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam dalam air. Titik tangkap B
bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan berpindah-
pindah oleh adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal,
titik B inilah yang menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali
setelah mengalami senget. Letak titik B tergantung dari besarnya senget
kapal ( bila senget berubah maka letak titik B akan berubah / berpindah.
Bila kapal menyenget titik B akan berpindah kesisi yang rendah.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 20/38
20
(c). Titik Metasentris
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal,
merupakan sebuah titik semu dari batas dimana titik G tidak boleh
melewati di atasnya agar supaya kapal tetap mempunyai stabilitas yang
positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik metasentris dapat
berubah letaknya dan tergantung dari besarnya sudut senget.
Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak lebih dari 150), maka titik
apung B bergerak di sepanjang busur dimana titik M merupakan titik pusatnya di bidang tengah kapal (centre of line) dan pada sudut senget
yang kecil ini perpindahan letak titik M masih sangat kecil, sehingga masih
dapat dikatakan tetap.
4. DIMENSI POKOK DALAM STABILITAS KAPAL
(a). KM (Tinggi titik metasentris di atas lunas)
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak
dari lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM),
sehingga KM dapat dicari dengan rumus :
KM = KB + BM
Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap
sarat (draft) saat itu.
(b). KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)
Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan tetapi
berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat atau senget kapal
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 21/38
21
(Wakidjo, 1972).
Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat dicari :
Untuk kapal tipe plat bottom, KB = 0,50d
Untuk kapal tipe V bottom, KB = 0,67d
Untuk kapal tipe U bottom, KB = 0,53d
Dimana d = draft kapal
Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, dimana nilai KB dapat
dicari pada setiap sarat kapal saat itu (Wakidjo, 1972).
(c). BM (Jarak Titik Apung ke Metasentris)
Menurut Usman (1981), BM dinamakan jari-jari metasentris atau
metacentris radius karena bila kapal mengoleng dengan sudut-sudut yang
kecil, maka lintasan pergerakan titik B merupakan sebagian busur
lingkaran dimana M merupakan titik pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya.
Titik M masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil (100-150).
Lebih lanjut dijelaskan Rubianto (1996) :
BM = b2/10d , dimana : b = lebar kapal (m)
d = draft kapal (m)
(d). KG (Tinggi Titik Berat dari Lunas)
Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas (inclining
experiment), selanjutnya KG dapat dihitung dengan menggunakan dalilmomen. Nilai KG dengan dalil momen ini digunakan bila terjadi pemuatan
atau pembongkaran di atas kapal dengan mengetahui letak titik berat
suatu bobot di atas lunas yang disebut dengan vertical centre of gravity
(VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 22/38
22
momen bobot tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot
di kapal dibagi dengan jumlah bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu.
KG total = ? M ? W
dimana, ? M = Jumlah momen (ton)? W = jumlah perkalian titik berat
dengan bobot benda (m ton)
(e). GM (Tinggi Metasentris)
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara
titik G dan titik M.
Dari rumus disebutkan :
GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau
keadaan stabilitas kapal selama pelayaran nanti
(f). Momen Penegak (Righting Moment) dan Lengan Penegak (Righting
Arms)
Momen penegak adalah momen yang akan mengembalikan kapal ke
kedudukan tegaknya setelah kapal miring karena gaya-gaya dari luar dan
gaya-gaya tersebut tidak bekerja lagi (Rubianto, 1996).
Pada waktu kapal miring, maka titik B pindak ke B1, sehingga garis gaya
berat bekerja ke bawah melalui G dan gaya keatas melalui B1 . Titik M
merupakan busur dari gaya-gaya tersebut. Bila dari titik G ditarik garis
tegak lurus ke B1M maka berhimpit dengan sebuah titik Z. Garis GZ inilah
yang disebut dengan lengan penegak (righting arms). Seberapa besar
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 23/38
23
kemampuan kapal tersebut untuk menegak kembali diperlukan momen
penegak (righting moment). Pada waktu kapal dalam keadaan senget
maka displasemennya tidak berubah, yang berubah hanyalah faktor dari
momen penegaknya. Jadi artinya nilai GZ nyalah yang berubah karena
nilai momen penegak sebanding dengan besar kecilnya nilai GZ, sehingga
GZ dapat dipergunakan untuk menandai besar kecilnya stabilitas kapal.
Untuk menghitung nilai GZ sebagai berikut:
Sin ? = GZ/GM
GZ = GM x sinus ?
Moment penegak = W x GZ
(g). Periode Oleng (Rolling Period)
Periode oleng dapat kita gunakan untuk menilai ukuran stabilitas. Periode
oleng berkaitan dengan tinggi metasentrik. Satu periode oleng lengkap
adalah jangka waktu yang dibutuhkan mulai dari saat kapal tegak, miring
ke kiri, tegak, miring ke kanan sampai kembali tegak kembali.
Wakidjo (1972), menggambarkan hubungan antara tinggi metasentrik
(GM) dengan periode oleng adalah dengan rumus :
T = 0,75?GM
dimana, T = periode oleng dalam detik
B = lebar kapal dalam meter
Yang dimaksud dengan periode oleng disini adalah periode oleng alami
(natural rolling) yaitu olengan kapal air yang tenang.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 24/38
24
(h). Pengaruh Permukaan Bebas (Free Surface Effect)
Permukaan bebas terjadi di dalam kapal bila terdapat suatu permukaancairan yang bergerak dengan bebas, bila kapal mengoleng di laut dan
cairan di dalam tangki bergerak-gerak akibatnya titik berat cairan tadi
tidak lagi berada di tempatnya semula. Titik G dari cairan tadi kini berada
di atas cairan tadi, gejala ini disebut dengan kenaikan semu titik berat,
dengan demikian perlu adanya koreksi terhadap nilai GM yang kita
perhitungkan dari kenaikan semu titik berat cairan tadi pada saat kapal
mengoleng sehingga diperoleh nilai GM yang efektif.
Perhitungan untuk koreksi permukaan bebas dapat mempergunakan
rumus:
gg1 = r . x l x b3
12 x 35 x W
dimana, gg1 = pergeseran tegak titik G ke G1
r = berat jenis di dalam tanki dibagi berat jenis cairan di luar kapal
l = panjang tangki
b = lebar tangki
W = displasemen kapal, (Rubianto, 1996)
KAPAL MENURUT UNDANG-UNDANG
1. Apa yang di maksud kapal?
Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 angka 36:
Kapal adalah Kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 25/38
25
di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
2. Apa yang dimaksud dengan Perusahaan Pelayaran National?
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Perusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 7:
Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah perusahaan angkutan laut
berbadan hukum Indonesia (Indonesian national shipping company) yang
melakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan
atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri. Perusahaan angkutan laut nasional
dapat berupa badan hukum yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Warga
Negara Indonesia (WNI) atau badan hukum Indonesia maupun dalam bentuk
kerjasama dengan asing (PMA/joint venture) asalkan telah memenuhi
persyaratan yang diatur dalam UU nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut khususnya dalam Pasal 20
serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan:
PASAL 20 KM 33 TAHUN 2001:
(1). Perusahaan angkutan laut nasional atau badan hukum Indonesia atau
warga negara Indonesia dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan
angkutan laut asing atau badan hukum asing atau warga negara asing
dalam bentuk (usaha patungan joint venture) dengan membentuk satuperusahaan angkutan laut nasional.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 26/38
26
(2). Perusahaan angkutan laut patungan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib memiliki kapal berbendera Indonesia yang laik laut sekurang-
kurangnya 1 (satu) unit ukuran GT.5000 (lima ribu).
(3). Ketentuan persyaratan untuk memperoleh izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 butir a,c,d,e dan f berlaku pula terhadap
persyaratan pendirian perusahaan angkutan laut yang melakukan usaha
patungan (joint venture).
3. Jika perusahaan angkutan laut asing dapat mendirikan
perusahaan angkutan laut national dengan berpatungan dengan
perusahaan national apakah atas batas kepemilikan saham asing
atas perusahaan patungan joint venture tersebut ?
Sesuai dengan UU Pelayaran No 17 / 2008 Bab V Pasal 158 Ayat (2) Kapal
yang dapat di daftar di Indonesia yaitu (sesuai Ayat 2 (c )) kapal milik badan
hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas
sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia. Mengenai batasan
kepemilikan saham asing dalam perusahaan patungan joint venture atau
apakah bidang usaha tersebut tertutup untuk penanaman modal diatur dalam
Peraturan Presiden nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden
nomor 111 Tahun 2007. Untuk bidang usaha pelayaran yang terbuka untuk
penanaman modal maksimal kepemilikan saham yang diperbolehkan oleh
asing hanya sebesar 49 (empat puluh sembilan) persen.
4. Definisi Perusahaan Angkutan Laut Asing
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 27/38
27
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 8:
Perusahaan Angkutan Laut Asing adalah perusahaan angkutan laut berbadan
hukum asing (foreign shipping company) yang kapal-kapalnya melakukan
kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia.
Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran:
Pasal 11, ayat 4 dan 5 UU no 17 Tahun 2008:
(1) Perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan
angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri dan wajib menunjuk perusahaan nasional sebagai
agen umum.
(2) Perusahaan angkutan laut asing yang melakukan kegiatan angkutan laut
ke atau dari pelabuhan Indonesia yang terbuka untuk perdagangan luar
negeri secara berkesinambungan dapat menunjuk perwakilannya diIndonesia.
5. Apa yang dimaksud oleh Kapal Berbendera Indonesia?
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Pasal 1 angka 11:
Kapal Berbendera Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Pasal 158 UU nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran:
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 28/38
28
(1) Kapal yang telah diukur dan mendapat Surat Ukur dapat didaftarkan di
Indonesia oleh pemilik kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama
Kapal yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Kapal yang dapat didaftar di Indonesia yaitu:
a. kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 (tujuh
GrossTonnage);
b. kapal milik warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; dan
c. kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.
(3) Pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan
dicatat dalam daftar kapal Indonesia.
(4) Sebagai bukti kapal telah terdaftar, kepada pemilik diberikan grosse akta
pendaftaran kapal yang berfungsi pula sebagai bukti hak milik atas kapal
yang telah didaftar. (5) Pada kapal yang telah didaftar wajib dipasang Tanda
Pendaftaran
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 29/38
29
BAB III
PERHITUNGAN DESAIN
DATA PEMBANDING KAPAL
Menurut : Pangestu ( 331 GRT )
a. LbpR =
}
X LbpP
=
} X 11 ton
= 11,47
b. LWLR = 1,025 X LbpP
= 1,025 X 11,47 ton
= 11,75 m
c. LOAR = 110% X LbpP
= 110% X 11,47 ton
= 12,61 m
d. BR =
} X BP
DWTR
(ton)
DWTp
(ton)
LbpP
(ton)
LWL
(m)
LOA
(m)
B
(m)
H
(m)
T
(m)
V
(knot)Cb
7,3 7 11 10.7 12 3 1,66 0,65 8
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 30/38
30
=
} X 3 m
= 3,12
e. TR =
} X TP
= X 0,65 m
= 0,67
f. Cb = 1,179 – 0,33 ( )
= 1,179 – 0,33 (
√ )
= 1,179 – 0,33 ( )
= 1,179 – 0,33 X 2,362
= 1,179 – 0,779
= 0,400
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 31/38
31
BAB IV
HASIL SURVEI DI PULAU KODINGARENG
1. Kapal Purse Seine
DATA PEMBANDING KAPAL
Penentuan ukuran utama kapal
Menurut : Pangestu ( 331 GRT )
g. LbpR =
} X LbpP
=
} X 16 ton
= 14,88 m
h. LWLR = 1,025 X LbpP
= 1,025 X 14,88 ton
= 15,25 m
i. LOA R = 110% X LbpP
= 110% X 14,88 ton
= 16,36 m
j. BR =
} X BP
=
} X 6 m
= 5,58 m
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 32/38
32
k. TR
=
} X T
P
=
X 2 m
= 1,86 m
l. HR =
} X TP
=
X 3,5 m
= 3,25m
m. Cb = 1,179 – 0,33 (
)
= 1,179 – 0,33 (
√ )
= 1,179 – 0,33 (
)
= 1,179 – 0,33 X 1,478
= 1,179 – 0,487
= 0,692
a. Kapasitas muatan
Kapasitas muatan pada kapal Purse Seine yang ada pada nelayan
Kodingareng yaitu 15 ton. Hal ini di sebabkan karena kapal tersebut
mempunyai dimensi yang tidak terlalu besar.
b. Fasilitas kapal
- Mempunyai sebuah mesin lampu dari genset sebagai penerang bila
kapal beroperasi pada malam hari - Terdapat sebuah jaring dengan panjang 60 m
- Sebuah lampu 115 watt sebagai penerang
- Sebuah dynamo 30.000 watt
c. Pendapatan 1 x operasi
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 33/38
33
Pendapatan yang didapatkan oleh kapal tersebut setiap kali operasi
kadang tidak tetap. Hal ini deisebabkan karena adanya pengaruh arus,
gelombang, dan kecepatan angin. Selain itu, daerah Fishing Ground
juga sangat mempengaruhi karena apabila nelayan tidak beroperasi
pada daerah penangkapan yang tepat maka hasil yang didapatkan
tidak maksimal. Menurut wawancara dengan nelayan di daerah
tersebut mereka mendapatkan ± 1 ton atau kira-kira 10 basket atau
mendapatkan hasil yang maksimal.
d. Cara pendesignan kapal
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan cara pendesainan kapal
Purse Seine pada nelayan tersebut yaitu berdasarkan pengalaman
yang disebabkan mata pencaharian mereka hanya mencari ikan karena
tempat tinggal mereka berada di Pulau.
e. Tingkat kesulitan dalam pendesignan kapal
Dalam mendesain sebuah kapal perlu ketelitian yang cermat sebelum
membuatnya menjadi sebuah kapal. Menurut pernyataan oleh salah
seorang nelayan di Kodingareng bahwa dalam pendesignan gading
merupakan hal yang sulit. Mengapa sulit? Karena oleng tidaknya
sebuah kapal yang telah dibuat tergantung dari cara keseimbangan
gading.
f. Tingkat kesulitan dalam operasi alat tangkap
Yang menjadi penghambat dalam melakukan pengoperasian
Alat tangkap yaitu arus, gelombang, dan angin. Hal ini dapat dilihat
bila angin kencang akan mengakibatkan tinggi gelombang air laut
yang berdampak pada penangkapan kurang maksimal.
g. Kesulitan tersedianya bahan baku pada pembuatan kapal
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 34/38
34
Bahan baku yang digunakan merupakan kayu impor dari Banggai
Kalimantan yang sukar didapat karena transpor yang mahal sehingga
harga kayu ikut mahal. Dari masalah ini mereka mengambil tukang
pembuat kapal dari daerah Tanah Beru Bulukumba yang dirakit di
daerah Kodingaren itu sendiri.
Menurut hasil survei kami sebuah kapal yang telah di buat mempunyai
harga ± 90 juta di luar mesin dan segala fasilitas di atasnya.
2. Kapal Bagang
Berdasarkan pada survey yang dilakukan di lapangan ternyata ada beberapa
orang yang memiliki kapal bagang diantaranya adalah H.Naif.beliau memiliki
kapal yang cukup besar yang di beri nama Setia jaya. Setelah melakukan
wawancara maka ada beberapa informasi yang berhasil kami himpun seperti
di mensi kapal.
Dead weight tonnage (dwt ) : 30 ton
Leng berween perpendicular (lbp ) : 16 m
Leng water line (lwl ) : 18 m
Leng overall (loa ) : 21 m
Lebar (B ) : 6 mTinggi ( h ) : 3,5 m
Mesin yang di gunakan merupakan mesin dengan jenis
Mesin pendorong : Mitsubishi 6 silinder
Mesin lampu : 300 Pk dan F 300
Adapun fasilitas yang digunakan
Lampu :115 watt
Dynamo 2 buah : 30.000 watt
Kamar ABK sebanyak 12 orang
Pada desain kapal ini dilakukan sendiri oleh H.Naim dan teman teman.
Beliau mendesain kapal sesuai dengan pengalaman yang telah dia
kerjakan sejal dulu, beliau tidak pernah mengenyam pendidikan secara
formal dan tidak pula oleh keturunan, dia melakukan usaha sendiri yang
digelutinya sampai sekarang.Dalam mendesain ia menyatakan tidak a da
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 35/38
35
kendala yang seriusyang bias menghambat selesainya kapal. Pengalaman
membuat beliau tahu betul bagaimana seharusnya mengerjakan tiap tiap
sudut dan bahan apa yang dibutuhkan dalam pengerjaannya.
Bahan baku pembuatan kapal ternyata banyak tersedia terbukti dengan
lancarnya proses pengerjaan kapal yang dilakukan. Tidak perlu jauh jauh
untuk mencari bahan baku cukup menyeberang ke pulau tetangga yaitu
pulau sabutung. Jenis kayu yang banyak di gunakan adalah dari jenis
Sappu, berkaitan dengan harga maka tergantung pada jenis dan ukuran
yang di pesan. Dalam menafsirkan berapa dana yang digunakan dalam
penyelesaian kapal yaitu sebesar Rp. 600.000.000,-.
Setelah pendesainan dan pengerjaan kapal telah selesai maka penurunan
ke permukaan air menjadi pertaruhan akuraasi desain yang dilakukan.
Namun H.Naif mengatakan selama ia mendesain tidak pernah kapal yang
dimilikinya mengalami oleng, begitupun saat pemasangan dan
pengoperasian alat tangkap tersa sangat mudah. Adapun penghasilan
yang dia dapatkan selama semalam jika di rupiahkan mencapai
Rp.5.000.000,- - Rp.10.000.000,- tergantung kondisi pada perairan
tersebut.
.3. Kapal Jolloro’
Terkait dengan desain jolloro , maka kami berhasil mewawancarai 2
pemilik kapal dan 1 pendesain jolloro. Orang pertama bernama Baduddin
dengan jolloro di beri nama Satria. Dimensi yang dimilikinya dijabarkan
sebagai berikut :
Dwt : 1 ton
Loa : 10 m
Lwl : 8 m
Lbp : 6,5 m
B : 1,10 m
H : 65 cm
Mesin : chandom 115 Pk
Fasilitas yang digunakan berupa :
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 36/38
36
a.Basket untuk menampung ikan
b.Gabusc. Lampu untuk penerangan
Setelah kami mewawancarai ternyata jolloro tidak digunakan untuk
menangkap ikan melaingkan hanya membeli langsung pada kapal pencari
ikan seperti kapal bagan dan purse seine.baduddin dalam semalam
membawa ikan rata rata 100 kg.Masalah yang sering didpatkan berupa
kerusakan mesin dan kipas.Karena beliau tidak mampu mendesain sendiri
maka jolloro dibeli dengan kisaran harga Rp.25.000.000,- juta dengan
mesin.Selain jolloro dari baduddin H.naif pun memiliki jolloro yang
digunakan untuk mengangkut hasil tangkapannya pada kapal Bagang
yang dimiliki.Pendesai jolloro dari pak baduddin bernama baharuddin, dia
mendesain kapal sudah 10 tahun lebih. Pengalaman membuat dia sudah
tau bagaimana model yang harus di buatt sesuai dengan pesanan yang
ada.Kesulitan yang sering didapatkan berupa penanganan pada bagian
gading. Jenis kayu yang sering digunakan berupa kayu samarinda, kayu
sappu , kayu sappu dll,yang di bbeli langsung di kota Makassar.desain dan
pembuatan satu jolloro memakan waktu 20 – 1 bulan.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 37/38
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Menurut UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 angka 36:
Kapal adalah Kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah.
2. Sebuah kapal dapat mengoleng disebabkan karena kapal mempunyai
kemampuan untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget yang
dikarenakan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja pada kapal.
Beberapa contoh pengaruh luar yang dimaksud adalah: arus, ombak,
gelombang, angin dan lain sebagainya. Dari sifat olengnya apakah sebuah
kapal mengoleng terlau lamban, ataukah kapal mengoleng dengan cepat
atau bahkan terlau cepat dengan gerrakan yang menyentak-nyentak, atau
apakah kapal mengoleng dengan enak, maka dibawah ini akan diberikan
pengertian dasar tentang olengan sebuah kapal.
5.2 Saran
1. Selama kegiatan praktikum lapangan berlansung mahasiswa tidak boleh
melakukan kegiatan lain di luar mata kuliah yang bersangkutan.
2. Mahasiswa tidak boleh melakukan kegiatan yang bisa mengganggu
jalannya praktikum lapangan terssebut.
5/16/2018 laporan kodingareng - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kodingareng 38/38
38