laporan kasus bp presentasi

16
LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA Disusun oleh: Mutiara Dara Ratih, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya Kepaniteraan Klinik Rehabilitasi Medik dan Kedokteran Emergensi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya 2015

Upload: mutiaradara

Post on 22-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

CASE REPORT MENGENAI BRPNKOPNEUMONIAPENANGANAN DI IGD

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA

LAPORAN KASUSBRONKOPNEUMONIADisusun oleh:Mutiara Dara Ratih, S. KedFakultas Kedokteran Universitas PalangkarayaKepaniteraan Klinik Rehabilitasi Medik dan Kedokteran EmergensiRSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya2015

PENDAHULUANBronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularisperadangan pada parenkim paru terlokalisir, mengenai bronkiolus DAN mengenai alveolus disekitarnya, sering pada anak-anak dan balita, disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.Bennete MJ. Pediatric Pneumonia. Medscape. 2013. Laporan KasusIdentitas pasien:Nama: An. HLJenis kelamin: Laki-lakiUsia: 2 Tahun 3 bulanAnamnesis:KU: Sesak napasRPS: sesak napas sejak 3 hari yll dan memberat tadi malam hingga pagi ini. Batuk dan demam tanpa menggigil sejak 4 hari yll. Aktivitas fisik menjadi berkurang, badan terasa lemas. Sejak 2 hari yang lalu os kurang nafsu makan dan minum. Makan hanya beberapa suap, minum tidak begitu banyak. Kencing sedikit. Tadi malam os sudah ke IGD dan mendapatkan nebulisasi namun keluhan sesak dan batuk hanya berkurang sedikit.

RPD: Saat umur 2 bulan os pernah dirawat karena batuk, demam dan sesak.RPK: Riwayat asma disangkal, keluarga yang tinggal serumah sedang pengobatan TB.Imunisasi: Lengkap

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum: tampak sakit sedang; kesadaran: CM; GCS: eye (4), verbal (5), motorik (6)Tanda vital didapatkan nadi 135x/m reguler, isi dan tegangan cuku; suhu 38,8oC; respirasi 48x/m cepat dangkal. BB: 11 kg, kulit: turgor < 2 detik, kelembaban cukup, pucat (-).

Kepalarambut: warna hitam, tebal, distribusi merata, tidak mudah dicabut.kepala: bentuk mesocephalmata: konjungtiva anemis (-/-), seklera ikterik (-/-), air mata cukup, diameter pupil 3mm/3mm, isokor, refleks cahaya (+/+).hidung: bentuk normal, napas cuping hidung (+), sekret (-).mulut: bentuk normal, stomatitis angularis (-),T1-T1 tak hiperemis, faring tak hiperemis.

Leher: pembesaran KGB (-), tak terlihat merah. masa (-), kaku kuduk (-).Toraks: dada tampak simetris, retraksi suprasternal(+/+),retrasksi interkostal, sonor, vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (+/+). S1-S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).Abdomen: supel, datar, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, turgor kulit < 2 detik.Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang:Hasil laboratorium:Hb: 11,4 g/dlHct: 36,6%Leukosit: 6.670/uLeritrosit: 4,44x106/uLtrombosit: 254.000/uLGDS 66 mg/dl.

Usul pemeriksaan: foto toraksPROGNOSISQuo ad vitam: Ad bonamQuo ad functionam: Ad bonamQuo ad sanationam: Ad bonam

Diagnosis:Diagnosis bandingBronkopneumonia TB ParuDiagnosis kerja: bronkopneumonia dan dehidrasi Ringan Sedang

Tatalaksana:Infus D5 NS: 12 tpm Nebulisasi: combivent 1/3Injeksi: cefotaxime 3x350 mg (IV); Deksametason 2x1,5mg (IV)Peroral: Puyer batuk: 3x1 pulv (CTM 1 g, ambroxol 5,5 mg, salbutamol 0,4 mg)

PEMBAHASANBronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Bennete MJ. Pediatric Pneumonia. Medscape. 2013.

Etiologi: Bakteri ex Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, dan Mycobacterium tuberculosis. Virus ex Respiratory syntical virus, Virus influenza, dan Virus sitomegalik. Jamur ex Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.Bradley JS, et al. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630. 2011.Patogenesis:Stadium I/Hiperemia (4 12 jam pertama/kongesti) :respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Bradley JS, et al. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630. 2011.

Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag.Bradley JS, et al. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630. 2011.

DiagnosisDiagnosis BP ditegakkan bila ditemukan 3 dari gejala berikut:Sesak napas disertai NCH dan tarikan dinding dada. Panas badanRonkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difusLeukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)3 dari 5 terpenuhi BP ditegakkanPasien memiliki gejala sesak napas, demam dan ditemukan rhinki pada pemeriksaan

Bennete MJ. Pediatric Pneumonia. Medscape. 2013.

Tatalaksana:Pneumonia beratOksigen untuk mempertahankan saturasi >92%. Dipantau setiap 4 jam. Bila asupan per oral kurang, dapat diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan ketat agar tidak terjadi hidrasi berlebihan.Pada distress berat pemberian makanan dapat melalui NGTBila suhu 39oC dapat diberikan parasetamolNebulisasi agonis beta 2 dan/atau NaCl 0,9% dapat diberikan untuk meperbaiki klirens mukus.Pemberian antibiotikAmoksisilin 50-100 mg/kgBB IV/IM per 8 jam. Dipantau dalam 72 jam bila respon baik, antibiotik diteruskan hingga 5 hari.Antibiotik lini kedua adalah seftriakson 80-100 mg/KgBB IM/IV 1 kali sehari.

Seharusnya pasien mendapatkan terapi antibiotik berupa ampisilin dan gentamisin injeksi.Pemberian kortikosteroid sudah tepat menghambat produksi sitokin dan kemokin, menghambat sintesis eikosanoid, menghambat peningkatan basofil, eosinofil, dan leukosit lain di jaringan paru dan menunrunkan permeabilitas vaskularCombivent mengandung :salbutamol Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase Efek utama adalah bronkodilatasi Ipatropium bromide antagonis kolinergik asetilkolin pada reseptor kolinergik, yang memblok asetilkolin di saraf parasimpatetik otot bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl cyclase dan menekan peningkatan cGMP ;(mediator bronkokonstriksi), sehingga menimbulkan bronkodilatasi.

KESIMPULANdilaporkan kasus pasien An. HL, usia 2 tahun 3 bulan datang dengan keluhan sesak, batuk dan demam disertai intake yang kurang. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh napas takipnea, dan suhu febris serta pada pemeriksaan paru diperoleh rhonki dan wheezing ditemukan pada kedua lapang paru. Pasien didiagnosis dengan bronkopneumonia dengan terpenuhinya trias BP, disertai adanya dehidrasi ringan. Pasien mendapatkan terapi awal berupa nebulisasi dengan menggunakan kombivent dan NaCl tujuannya adanya melebarkan bronkus dan membersihkan mukus, diberikan obat batuk oral yang terdiri dari ambroksol, salbutamol, dan CTM. Diberikan antibiotik IV berupa cefotaxim dimana sebaiknya pasien lebih baik mendapatkan ampisilin dan gentamisin. Diberikan injeksi kortikosteroid untuk mengurangi proses inflamasi.