laporan ilmiah penelitian fotokatalisis - ario guritno, harsono (isi)
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawatan gigi yang ada pada saat ini marak dengan penggunaan kawat
gigi, implant, gigi palsu, khususnya di kalangan remaja dan orang tua. Selain itu,
angka permasalahan gigi yang cukup banyak khususnya gigi berlubang
menjadikan perawatan dan restorasi gigi semakin marak. Permasalahan pada
penggunaan material gigi tersebut adalah adanya aktivitas pertumbuhan plak dan
koloni bakteri yang semakin meningkat (Ken, 2010). Hal ini menyebabkan
terjadinya karies pada gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai
90,05%.
Pertumbuhan karies merupakan interaksi kompleks antara gigi dengan
asam yang diproduksi koloni bakteri Streptococcus mutans dalam plak gigi. Asam
laktat sebagai penyebab plak berasal dari sukrosa dalam makanan yang tertinggal
(Schuster, 1983). Dengan demikian diperlukan adanya penanggulangan masalah
karies pada gigi, terutama dalam penanganan penyebab karies dan pendukung
penyebab karies pada gigi, dalam hal ini adalah sukrosa yang terdapat pada
makanan dan tersisa pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu
material gigi, pada penelitian ini digunakan kawat gigi yang dilapisi dengan
fotokatalis TiO2 sebagai agen degradator senyawa penyebab karies.
Fotokatalisis dengan katalis titanium dioksida (TiO2) mempunyai efek
pathogen (Slamet, 2009). Aktivitas TiO2 dapat menghasilkan radikal OH- dan
radikal O2 dengan baik pada sinar UV sehingga berpotensi mendegradasi bakteri.
Penelitian tentang aktivitas tersebut telah dilakukan untuk Escherichia coli dan
Staphylococcus epidermis secara in vitro dengan sinar UV (Sunada, 1998).
Degradasi bakteri tersebut dapat berlangsung dengan baik. Pengembangan
fenomena fotokatalisis pada dunia kesehatan masih terbuka lebar mengingat
belum banyak penelitian tentang TiO2 dan aplikasinya pada alat-alat kesehatan.
Pada penelitian ini dikembangkan material gigi berupa kawat gigi berbasis
fotokatalis TiO2 untuk mendegradasi senyawa-senyawa penyebab karies pada
2
gigi, misalnya sukrosa yang terdapat pada gula, pewarna makanan, dan lain
sebagainya. Material gigi yang dikembangkan mampu diaktivasi pada cahaya
tampak.
Penelitian ini akan menghasilkan material gigi untuk degaradasi senyawa
penyebab karies pada gigi. Penelitian ini menggunakan bahan-bahan yang dapat
dengan mudah ditemukan di Indonesia, sehingga dapat dikembangkan hingga
skala industri yang juga mampu menaikkan nilai tambah bahan alam Indonesia.
Penggunaan material gigi ini diharapkan dapat membantu mendorong penelitian
serupa dengan teknologi fotokatalisis pada biomaterial dan instrumen kesehatan
lain yang belum banyak dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan daya saing
bangsa.
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan mengembangkan material gigi berbasis fotokatalis
TiO2 untuk degradasi senyawa kimia dan bahan makanan sisa penyebab karies
pada gigi. Material gigi yang dimaksud adalah kawat gigi berbahan dasar stainless
steel. Senyawa yang akan didegradasi adalah sukrosa yang terdapat pada gula
pasir sebagai sumber utama penyebab plak dan juga pewarna minuman. Pada
penelitian ini juga akan dilakukan uji swabersih pada material gigi dengan
pengotor berupa susu cokelat.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja fotokatalis TiO2 untuk degradasi senyawa kimia
penyebab karies pada gigi.
2. Mendapatkan material gigi berbasis fotokatalis TiO2 sebagai salah satu
alternatif bahan biomaterial dalam dunia kesehatan dengan kegunaan untuk
degradasi senyawa berpotensi racun pada manusia.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
3
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menjelaskan proses fotokatalisis secara umum, fotokatalis
TiO2, material kawat gigi, dan sukrosa serta proses pembentukan
plak gigi.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bagian ini menjelaskan peralatan penelitian, bahan penelitian, dan
prosedur penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan hasil yang didapat berdasarkan penelitian
yang telah dilaksanakan, terdiri dari: uji degradasi sukrosa, uji
degradasi pewarna minuman, dan uji swarbersih.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini menjelaskan kesimpulan yang didapat berdasar penelitian
yang telah dilaksanakan dan beberapa hal yang disarankan untuk
kepentingan pengembangan penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Fotokatalisis
Proses fotokatalitik merupakan teknologi yang bersih dan efektif untuk
degradasi berbagai jenis polutan. Proses fotokatalisis pada permukaan
semikonduktor dapat dijelaskan melalui gambar 1 berikut.
Gambar 1. Fenomena fotoeksitasi elektron pada suatu semikonduktor
Sumber: Linsebigler, 1995
Jika semikonduktor dikenai cahaya (hv) dengan energi sesuai, elektron (e-) pita
valensi akan mengalami fotoeksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan lubang
positif (hole+, disingkat h+) pada pita valensi. Kemungkinan yang terjadi pada h+
dan e- yang tereksitasi adalah sebagai berikut:
1. Rekombinasi antara h+ dan e- terfotoeksitasi, baik di permukaan (jalur A)
ataupun di dalam partikel semikonduktor (jalur B).
2. Pasangan e- dan h+ bertahan hingga permukaan semikonduktor, di mana h+
menginisiasi reaksi oksidasi (jalur D) dan e- menginisiasi reaksi reduksi (jalur
C) zat kimia di sekitar permukaan semikonduktor (Gunlazuardi, 2001).
Pada prinsipnya, reaksi oksidasi pada permukaan semikonduktor dapat
berlangsung melalui donasi elektron dari substrat ke h+ (menghasilkan radikal
pada substrat yang akan menginisiasi reaksi berantai). Apabila potensial oksidasi
yang dimiliki oleh h+ pada pita valensi cukup besar untuk mengoksidasi air
5
dan/atau gugus OH pada permukaan partikel, maka akan dihasilkan radikal OH.
Radikal OH adalah spesi oksidator kuat yang memiliki potensial redoks sebesar
2,8 Volt (relatif terhadap eletroda hidrogen Nernst). Energi potensial sebesar ini
cukup kuat untuk mengoksidasi kebanyakan polutan organik dalam konsentrasi
rendah menjadi air, asam mineral, dan karbondioksida (Gunlazuardi, 2001).
Reaksi yang terjadi pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan melalui persamaan-
persamaan reaksi sebagai berikut.
Jalur A: (2.1)
Jalur B: (2.2)
Jalur C: (2.3)
Jalur D: (2.4)
(2.5)
Berdasarkan kelima tahapan reaksi di atas, dihasilkan oxydizing agent, yaitu
radikal bebas hidroksil yang dapat menginisiasi proses degradasi berbagai jenis
polutan.
B. Fotokatalis TiO2
TiO2 adalah semikonduktor yang paling sering digunakan sebagai
fotokatalis dalam aplikasi reaksi fotokatalitik karena beberapa keunggulan sebagai
berikut:
1. Indeks refraksi dan transmitansi baik pada infra merah dan cahaya tampak
2. Konstanta dielektrik tinggi (sifat listrik)
3. Stabilitas kimia dan cahaya baik
4. Tidak beracun, aman bagi manusia
5. Harganya relatif terjangkau (Litter, 1996)
6. Sumber O2 di alam melimpah (Tompkins, 2005)
Untuk aplikasi dalam dunia kesehatan, dalam hal ini sebagai untuk mendegradasi
polutan udara ruang, sifat terpenting dari TiO2 adalah tidak beracun. Partikel TiO2
tidak menunjukkan asosiasi dengan risiko penyebab kanker paru-paru maupun
penyakit pernapasan kronis lainnya (Blake, 1999).
6
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas TiO2 sebagai fotokatalis
adalah bentuk kristalnya. TiO2 memiliki tiga struktur kristal, yaitu rutile, anatase,
dan brookite (Slamet, 2007). Keberadaan rutile dan anatase cukup stabil dan biasa
digunakan sebagai fotokatalis, sedangkan brookite hanya ditemukan pada mineral.
Struktur rutile lebih stabil pada temperatur tinggi dan mulai terbentuk pada
temperatur 700 oC. Rutile memiliki bandgap energy (celah pita energi yang
menggambarkan energi cahaya minimum untuk mengeksitasi elektron) sebesar
3,0 eV yang lebih dekat ke sinar tampak dengan panjang gelombang maksimum
413 nm. Gambar 2 berikut memperlihatkan struktur kristal rutile TiO2.
Gambar 2. Perspektif struktur kristal rutile
Sumber: Licciuli, 2002
Sementara itu, anatase memiliki luas permukaan yang lebih besar dan
densitas permukaan aktif yang lebih tinggi untuk adsorpsi dan katalisis. Anatase
merupakan tipe paling aktif karena memiliki bandgap energy sebesar 3,2 eV yang
lebih dekat ke sinar ultraviolet dengan panjang gelombang maksimum 388 nm.
Gambar 3 di bawah ini menunjukkan struktur kristal anatase TiO2.
Gambar 3. Perspektif struktur kristal anatase
Sumber: Licciuili, 2002
7
Semakin kecil band gap maka akan semakin mudah fotokatalis menyerap foton,
namun kemungkinan h+ dan e- untuk berekombinasi juga semakin besar (Slamet,
2007). Kedua aspek ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan fasa katalis TiO2.
C. Material Kawat Gigi
Berbagai macam bahan telah digunakan sebagai bahan kawat gigi, di
antaranya adalah stainless steel, aluminium, titania, dan logam lainnya. Material
kawat gigi yang diusulkan penggunaan pada penelitian ini adalah kawat gigi
berbahan stainless steel dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut.
1. Stainless steel adalah material yang baik, dengan ketahanan struktural yang
tinggi terhadap panas, yang dibutuhkan untuk heat treatment TiO2.
2. Bahan ini mudah dibentuk, termasuk logam yang cukup ulet, mudah
dilakukan pelapisan atau coating.
3. Saat diberikan perlakuan panas dengan suhu tinggi (terutama kalsinasi),
senyawa penyusun utama dari stainless steel berdifusi ke daerah TiO2.
Senyawa yang dimaksud adalah ion Fe dan Cr yang meningkatkan
keefektifan proses fotokatalitik TiO2.
4. Banyak metode pelapisan atau coating untuk material stainless steel ini.
5. Mudah didapat dan murah.
D. Sukrosa
Sukrosa merupakan disakarida yang dibentuk dari monomer berupa unit
glukosa dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal
sebagai sumber nutrisi yang dibentuk oleh tumbuhan dan bukan oleh organisme
lain seperti hewan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit.
Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi
alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan
lima cincin fruktosa (Wikipedia, 2011). Gambar 4 berikut menunjukkan struktur
kimia sukrosa.
8
Gambar 4. Struktur molekul sukrosa
Sumber: Wikipedia, 2011
Bakteri Streptococcus mutans dalam mulut menyebabkan pembusukan
dan lubang pada gigi. Bakteri ini menghasilkan enzim glukosil transferase yang
bekerja spesifik dalam penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim
ini selanjutnya merombak glukosa menjadi polisakarida yang disebut dextran.
Plak atau karang gigi (dental plaque) merupakan sejumlah besar dextran yang
menempel pada enamel gigi dan menjadi media pertumbuhan bagi berbagai jenis
bakteri. Pembentukan plak gigi merupakan langkah awal proses pembusukan gigi.
Hasil penguraian sukrosa berikutnya adalah fruktosa, di mana bakteri
Lactobacillus bravis mengubah fruktosa menjadi asam laktat melalui reaksi
glikolisis dan fermentasi. Terbentuknya asam laktat menyebabkan penurunan pH
pada permukaan gigi. Suasana asam ini menyebabkan kalsium dari enamel gigi
akan rusak. Plak gigi ini menahan keberadaan bakteri. akibatnya asam laktat akan
tetap terbentuk dan akan merusak enamel gigi (Irwan, 2009). Gambar 5 berikut
menunjukkan proses pembentukan karang gigi akibat penguraian sukrosa.
Gambar 5. Mekanisme pembentukan plak gigi
Sumber: Irwan, 2009
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kawat gigi berbahan stainless steel
2. Kaca preparat
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Pengaduk kaca
6. Spatula besi
7. Timbangan elektronik
8. Gelas beaker
9. Gelas ukur 10 ml
10. Kaca arloji
11. Pembakar Bunsen
12. Pipet tetes
13. Sonikator
14. Magnetic stirrer
15. Plastic wrap
16. Atmozpheric furnace
17. Alat spin-coating dan dip coating
18. Alat pengering rambut
B. Bahan Penelitian
Bahan-bahan habis pakai yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Degussa P25 TiO2
2. Air demin
3. TEOS 98%
4. Gula pasir (sumber sukrosa)
10
5. Minuman berwarna
6. Susu cokelat
7. Korundum
8. Reagen Nelson-Somogy (CuSO4, Na2CO3, Na2SO4, K-Na-tartrat)
9. Larutan folinfenol
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian ini
dibagi berdasarkan tahapan yang dilalui dalam melaksanakan aktivitas penelitian,
yaitu preparasi katalis, preparasi model material gigi, pelapisan katalis pada model
material gigi, dan pengujian degradasi bahan kimia.
1. Preparasi Katalis
a. Menambahkan 1 g TiO2 Degussa P25 ke dalam 80 ml air demin.
b. Menambahkan TEOS 98% sebanyak 1 ml ke dalam campuran.
c. Melakukan sonikasi selama 30 menit.
2. Preparasi Model Material Gigi
Model material gigi yang digunakan pada penelitian ini adalah kaca
preparat dan kawat gigi berbahan stainless steel.
a. Menggosok kawat gigi dengan menggunakan amplas, sedangkan kaca
preparat menggunakan korundum.
b. Mencuci kaca preparat dan kawat gigi dengan air hingga bersih untuk
menghilangkan pengotor.
3. Pelapisan Katalis pada Model Material Gigi
a. Memasukkan kaca preparat ke dalam alat spin coating.
b. Meneteskan campuran TiO2 ke atas kaca preparat sambil diputar perlahan
dengan kecepatan 100 rpm.
c. Menaikkan kecepatan hingga 300 rpm dan memutar kembali selama 2
menit.
d. Mengeringkan kaca preparat menggunakan alat pengering rambut.
e. Mengulangi langkah b-d sebanyak 4 kali.
f. Sementara itu, kawat gigi dimasukkan ke dalam alat dip coating.
11
g. Mencelupkan kawat gigi ke dalam campuran TiO2 kemudian menaikkan
alat dengan kecepatan 2 mm/s.
h. Mengulangi prosedur f dan g sebanyak 4 kali.
i. Kaca preparat dan kawat gigi kemudian dikalsinasi dalam furnace pada
suhu 200oC selama 2 jam.
j. Memotong kaca preparat menjadi empat bagian.
4. Uji Degradasi Bahan Kimia dan Swa-Bersih
Uji degradasi bahan kimia dilakukan pada tiga jenis bahan, yaitu pada
larutan sukrosa, minuman berwarna, dan pada susu cokelat. Perlakuan pada susu
cokelat adalah untuk menguji sifat swa-bersih.
a. Uji degradasi sukrosa
a. Membuat larutan gula dalam air sebesar 0,5 M sebanyak 2 buah.
b. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO2 pada satu larutan
dan material gigi yang tidak dilapisi TiO2 pada larutan yang lain.
c. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam.
d. Menambahkan Reagen Somogy sebanyak 1 ml pada masing-masing
larutan.
e. Menambahkan folinfenol sebanyak 1 ml pada masing-masing larutan.
f. Mengocok larutan hingga tercampur merata.
g. Membandingkan warna kedua larutan.
b. Uji degradasi pewarna minuman
a. Membagi minuman berwarna ke dalam 2 bagian.
b. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO2 pada satu bagian
dan material gigi yang tidak dilapisi TiO2 pada bagian yang lain.
c. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam.
d. Membandingkan warna kedua bagian minuman.
c. Uji swa-bersih pada minuman cokelat
a. Memasukkan susu cokelat ke dalam wadah.
b. Memasukkan model material gigi yang dilapisi TiO2.
c. Menjemur di bawah sinar matahari selama 2 jam.
d. Mengambil material gigi dan meletakkan di bawah aliran air.
e. Melihat kemampuan swabersih material gigi yang dilapisis TiO2.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Degradasi Sukrosa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 6. Hasil uji degradasi larutan sukrosa
Warna larutan memperlihatkan jumlah sukrosa yang terdapat dalam larutan.
Semakin pekat warna biru larutan maka semakin besar sukrosa yang larut dalam
larutan gula. Dengan demikian diketahui bahwa larutan yang diberi material
dengan TiO2 memiliki konsentrasi sukrosa yang lebih sedikit dibanding larutan
dengan material tanpa TiO2.
Mekanisme proses fotokatalitik yang terjadi pada sukrosa adalah sebagai
berikut. Sukrosa mengalami oksidasi dengan radikal OH yang dibentuk dengan
persamaan berikut.
Oksidasi sukrosa dengan radikal OH membentuk senyawa asam, yaitu senyawa
dengan gugus karboksilat. Asam karboksilat ini bukan senyawa penyebab plak
atau karies pada gigi karena tidak mampu dicerna oleh bakteri Streptococcus
mutans dalam mulut.
Perbedaan warna pada penambahan reagen dan folinfenol dapat dijelaskan
sebagai berikut. Reagen Nelson Somogy yang terdiri dari Na2CO3, Na2SO4, K-Na-
Dengan TiO2 Tanpa TiO2
13
tartrat kecuali CuSO4 membentuk kompleks dengan sukrosa. Kompleks sukrosa
ini mampu mereduksi Cu2+ menjadi Cu. Ion Cu+ membentuk kompleks dengan
folinfenol dan mengubha warna folinfenol yang sebelumnya kuning menjadi biru.
Warna biru ini hanya dipengaruhi pada jumlah sukrosa dan bukan pada banyaknya
penambahan reagen, sehingga warna yang muncul adalah hasil reduksi dari
sukrosa.
B. Uji Degradasi Pewarna Minuman
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 7. Hasil uji degradasi pewarna minuman
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa minuman yang diberi material berlapis
TiO2 lebih gelap dibanding minuman yang diberi material tanpa TiO2. Hal ini
dikarenakan pewarna tartrazine yellow yang terdapat dalam minuman telah
terdegradasi. Minuman dengan kadar pewarna lebih rendah menunjukkan warna
yang lebih gelap dibandingkan minuman dengan pewarna dalama jumlah tinggi.
Hal ini dikarenakan pewarna minuman telah dioksidasi oleh radikal OH yang
dihasilkan oleh proses fotokatalitik seperti uji sebelumnya.
Dengan TiO2 Tanpa TiO2
14
C. Uji Swabersih Lapisan TiO2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 8. Kondisi awal dan setelah 1 jam material dengan TiO2
dimasukkan dalam susu cokelat
Material gigi kemudian diuji swabersih dengan diletakkan di bawah air mengalir,
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 9. Hasil uji swabersih material berlapis TiO2
Pada gambar 9 dapat dilihat dua bagian pada kaca preparat. Bagian atas adalah
bagian yang dikenai aliran air, sementara bagian bawah digunakan sebagai
pembanding. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa material gigi berlapis
TiO2 yang dikembangkan memiliki kemampuan swabersih.
Kondisi awal
Setelah 1 jam
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Degradasi senyawa organik dengan proses fotokatalitik dilakukan dengan
memanfaat radikal OH yang tebentuk.
2. Uji degradasi sukrosa menunjukkan bahwa material gigi berlapis TiO2
yang dikembangkan mampu mendegradasi dan mengurangi kadar sukrosa
dalam larutan.
3. Uji degradasi pewarna minuman menunjukkan bahwa material gigi
berlapis TiO2 yang dikembangkan mampu mendegradasi dan mengurangi
kadar pewarna minuman tartrazine yellow dalam minuman.
4. Uji swabersih menunjukkan bahwa material gigi berlapis TiO2 yang
dikembangkan memiliki kemampuan swabersih.
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan untuk uji disinfeksi bakteri
mulut sebagai penyebab utama pembentukan karies pada gigi.
2. Pelapisan TiO2 pada material dapat dilakukan dengan metode lain,
misalnya dengan anodisasi sehingga lapisan TiO2 dapat lebih tahan lama.
16
DAFTAR PUSTAKA
Blake, D.M. et al. 1999. “Application of the photocatalytic chemistry of titanium
dioxide to disinfection and the killing of cancer cells”. Separation and
Purification Methods, Volume 28(1), pp. 1-50.
Gunlazuardi, J. 2001. “Fotokatalisis pada permukaan TiO2: Aspek fundamental
dan aplikasinya”. Prosiding Seminar Nasional Kimia Fisika II.
Irwan, S. 2009. “Pelajaran kimia di kamar mandi”
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/pelajaran-kimia-di-
kamar-mandi/ (Diakses tanggal 26 Mei 2011)
Linsebigler, A.L. 1995. “Photocatalysis on TiO2 surfaces: Principles, mechanism,
and selected results”. Chem. Rev., 95, pp. 735-758.
Litter, M.I. dan Navio, J.A. 1996. ”Photocatalytic properties of iron-doped titania
semiconductors”. J. of Photochem. and Photobiology A: Chemistry, 98, pp.
171–181.
Schuster, G.S. 1983. Oral Microbiology and Infectious Disease. 2nd ed. London:
Williams & Wilkins.
Slamet, Bismo, S., dan Arbianti, R., 2007. ”Modifikasi zeolit alam dan karbon
aktif dengan TiO2 serta aplikasinya sebagai bahan adsorben dan fotokatalis
untuk degradasi polutan organik”. DIKTI-Laporan Hibah Bersaing.
Slamet, Raisuli, R.F., dan Tristantini, D. 2009. “Disinfeksi bakteri E.coli secara
fotokatalitik dengan katalis komposit TiO2-karbon aktif berpenyangga batu
apung”. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia-SNTKI 2009.
Sunada, K, et al. 1998. “Bactericidal and detoxification effects of TiO2 thin film
photocatalysts”. Environmental Science & Technology, Vol. 32 No.5.
Tompkins, D.T. et al. 2005. “Evaluation of photocatalysis for gas-phase air
cleaning-part 1: Process, technical, and sizing considerations”. American
Society of Heating, Refrigeration, and Air Conditioning Engineers
(ASHRAE), Volume 111, pp. 60-84.