laporan ibw perguruan tinggi
TRANSCRIPT
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 1/47
i
LAPORAN AKHIR
IPTEK BAGI WILAYAH (IbW)
IbW MUNTIGUNUNG DAN PEDAHAN
Oleh:
Prof. Dr. I Wayan Sadia, M.Pd., NIDN.0005084901, Ketua
Prof. Dr. I Wayan Rai, M.S., NIDN.0016104903, Anggota
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A., NIDN.0017025103, Anggota
Ir. I Ketut Widnyana, M.P., NIK. 826480163, Anggota
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, M.Sc., NIDN.0009046901, Anggota
Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S., 0001015913, Anggota
Prof. Dr. IBP. Arnyana, M.Si., NIDN>0031125821, Anggota
Dr. IGN. Alit Wiswasta, MP., NIDN.0018115001, Anggota
Dibayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor: 044/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V/2013 Tanggal 13 Mei 2013
LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
LPPM UNIVERSITAS MAHASARASWATI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARANGASEM
Desember 2013
U N I V E R S I T A
S
P E NDI D I K A N
G A N E S H A
U N D IK S H A
D E P A R T E
M E N
P ENDID I K AN N A
S I O
N A L
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 2/47
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : IbW Muntigunung dan Pedahan
1. Perguruan Tinggi Pengusul :
a. LPM/PT A : Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)Alamat LPM : Jalan Udayana No. 12C Singaraja 81116
Telp./ fax. : 0362 22927/ 0362 25735 b. LP2M/PT B : Universitas Mahasaraswati (Unmas)
Alamat LP2M : Jalan Kamboja No. 11A Denpasar Bali
Telp./Fax. : 0361 2270192. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Prof. Dr. I Wayan Sadia, M.Pd b. NIP/NIDN : 194908051977101001/0005084901
c. Jabatan/Golongan : Pembina Utama/IVed. Jurusan/Fakultas : Jurusan Pendidikan Fisika/ FMIPAe. Perguruan Tinggi : Undiksha
f. Bidang Keahlian : Pendidikan IPAg. Alamat Kantor/Telp/Faks : Jalan Udayana 11c, Singaraja 81116 Bali, Telp.
036225072, Fax. 0362253353. Anggota Pelaksana Kegiatan :
a. Universitas Pendidikan
Ganesha
: Dosen: 6 orang, pegawai: 4 orang,
alumni: 1 orang b. Universitas Mahasaraswati : Dosen: 2 orang, pegawai 2 orang
b. Staf Pemda : 3 orang4. Lokasi Pelaksanaan IbW :
a.
Nama Wilayah(Desa/Kecamatan) : Munti Gunung dan Pedahan (Desa Tianyar Baratdan Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu) b. Kabupaten : Karangasem
c. Propinsi : Bali5. Periode waktu Pelaksanaan : 3 tahun (2011 – 2013)
: Tahun III: Maret – Desember 2013 (10 bulan)
6. Biaya Kegiatan Total 3 Tahun : Rp. 555.000.000,00Biaya Kegiatan Total Tahun III : Rp. 220.000.000,00
Dikti Tahun III : Rp. 95.000.000,00Pemkab Karangasem Tahun III : Rp. 115.000.000,00Undiksha Tahun III : Rp. 10.000.000,00
Mengetahui/Menyetujui Singaraja, 6 Desember 2013Ketua LPM Undiksha Ketua Pelaksana,
(Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S.) (Prof. Dr. I Wayan Sadia,M.Pd.)
NIP. 195901011984031003 NIP. 194908051977101001
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 3/47
iii
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, maka laporan
pengabdian kepada msayarkat yang berjudul IbW Muntigunung dan Pedahan dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Pelaksanaan IbW Muntigunung dan Pedahan dapat berjalan lancar dan mencapai target-
target sasaran sesuai dengan yang telah ditetapkan, berkat adanya dukunga dan kerjasama dari
berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, maka melalui kesempatan ini tim pelaksana
mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, atas
bantuan dana yang disediakan untuk pelakasanaan IbW ini;
2. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha dan Rektor Universitas Mahasaraswati, atas
dukungan terhadap pelaksanaan IbW ini;
3. Bupati Kepala Daerah Kabupaten Karangasem, atas ijin dan bantuan dana untuk
pelaksanaan IbW ini;
4. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, atas
dukunga dan layanan administrasi dalam pelaksanaan IbW ini;
5.
Kepala desa Tianyar Tengah dan Tianyar Barat, atas dukungan dan kerjasamanya dalam
pelaksanaan IbW ini;
6. Kepala dusun Muntigunung dan Pedahan yang telah berpartisipasi secara aktif dalam
pelaksanaan kegiatan IbW ini;
7. Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan satu persatu, atas berbagai bantuan dan
kerjasamanya dalam pelaksanaan IbW Muntigunung dan Pedahan.
Semoga proses dan hasil pelaksanaan IbW Muntigunung dan Pedahan dapat bermanfaat
bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Muntigunung dan Pedahan.
Singaraja, 6 Desember 2013
Tim Pelaksana,
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 4/47
iv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL MUKA LAPORAN IbW i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
ABSTRAK vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Analisis Situasi 1
1.2 Permasalahan Wilayah 5
1.3 Solusi yang Ditawarkan 6
BAB II TARGET DAN LUARAN 7
2.1 Target Kegiatan IbW 7
2.2 Luaran 8
BAB III METODE PELAKSANAAN 10
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16
5.1 Faktor-Faktor Penyebab Masyarakat Menggepeng 16
5.2 Penanganan Masalah Menggepeng Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup 18
5.3 Pembahasan 26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 28
6.1 Kesimpulan 28
6.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 31
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 5/47
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01 : Luaran Tahunan 8
Tabel 02 : Kelompok Pengrajin Berbasis Lontar dan Kelompok Peternak 19
Tabel 03 : Capaian Luaran Tahunan 25
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 6/47
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 01 : Peta Lokasi IbW Muntigunung dan Pedahan 1
Gambar 02 : Produk Gula Kristal Kemasan 0,25 kg 21
Gambar 03 : Produk Gula Cetak Kemasan 100 gram dan 200 gram 22
Gambar 04 : Produk Ingka 23
Gambar 05 : Prpduk Kerajinan Jejahitan Daun Lontar 24
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 7/47
vii
ABSTRAK
Permasalahan pokok wilayah Muntigunung dan Pedahan yang menginspirasi kegiatan ini
adalah masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) dari wilayah ini yang tetap resisten dan
bahkan meningkat dari tahun ke tahun, serta rendahnya pendidikan dan keterampilan kecakapanhidup masyarakat. Akar masalah dari permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
empat hal:(1) Rendahnya sikap mental dan kesadaran masyarakat untuk membangun diri,
masyarakat dan lingkungannya. (2) Rendahnya keterampilan hidup yang dimiliki masyarakat
yang mampu menjamin hidup dan mengembangkan kesejahteraan berbasis sumberdaya alamyang ada. (3) Keadaan geografis yang kurang menguntungkan, sementara potensi sumber dayaalam di balik keadaan geografis yang demikian belum diolah dan dikelola dengan baik. (4)
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di wilayah ini belum terintegrasi secarasistemik, memberdayakan dan berkelanjutan.
Metode yang diterapkan untuk memecahkan permasalahan ini adalah metode sistem tindakan
dan pembelajaran yang partisipatif yang dikenal sebagai metode PALS ( participatory action and
learning system). Dengan metode PALS ini, proses dan evaluasi dilaksanakan secara partisipatif.Evaluasi program dilakukan terhadap proses, outcome, dan stakeholder. Implementasi dari
strategi, pendekatan dan metode pemecahan masalah yang diuraikan di atas diterjemahkan dalam
Program IPTEKS bagi Wilayah (IbW) Muntigunung dan Pedahan yang meliputi berbagai
aktivitas-aktivitas yang terukur kinerjanya. Aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan selama tigatahun (2011-2013) diarahkan untuk mengubah pola pikir dan pola tindak untuk memutus rantai
gepeng dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Aktivitas-aktivitas yang dikerjakan adalah
sebagai berikut. (1) Peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi kemasyarakatan di wilayahMuntigunung dan Pedahan dengan pengubahan paradigma manusia pasif menjadi manusia aktif
dan kreatif. (2) Peningkatan keterampilan hidup untuk menghasilkan masyarakat produktif dan
mampu mengolah dan mengelola sumber daya alam sekitar. (3) Pemberdayaan secara intensif
dan terpadu warga penggepeng dan keluarganya. (4) Peningkatan ketahanan pangan dan pembinaan keluarga harapan dan keluarga miskin. (5) Peningkatan perencanaan dan
implementasi program-program pembangunan desa terpadu melalui peningkatan kapasitas desa
dinas, banjar/dusun dan desa pekraman. (6) Pengentasan buta aksara, peningkatan pendidikanTK, SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi serta pembinaan spiritualitas generasi muda.
Hasil kegiatan IbW Muntigunung dan Pedahan menunjukkan bahwa (1) Telah terjadi
penurunan jumlah warga yang menggepeng secara signifikan, karena mereka telah memilikiketerampilan hidup yaitu keterampilan membuat ingka, membuat gula kristal dan gula cetak
kemasan, kerajinan (jejahitan) untuk upakara berbasis daun lontar, dan keterampilan beternak
babi dan ayam upakara; (2) Kualitas produk ingka, jejahitan daun lontar, dan gula kristal dan
gula cetak kemasan cukup baik dan diterima pasar; (3) Telah terjadi penurunan angka putussekolah dan peningkatan jenjang kualifikasi pendidikan melalui program SD Vilial dan SMP
Satu Atap
Kata Kunci: IbW Muntigunung dan Pedahan, gepeng, kecakapan hidup.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 8/47
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Wilayah Muntigunung dan Pedahan yang terletak di Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem (45 km dari Kota Singaraja, peta lokasi lihat Lampiran 2) sejak dahulu hingga
sekarang dikenal masyarakat Bali, nasional dan bahkan internasional sebagai daerah asal dari
gelandangan dan pengemis (gepeng) yang tersebar di pelosok Pulau Bali. Permasalahan gepeng
ini menjadi momok Pemda Karangasem dan Pemprop Bali di balik berbagai keberhasilan dan
kemajuan Karangasem dan Bali yang telah dicapai. Berdasarkan hasil pantauan Departemen
Sosial Propinsi Bali tahun 1994, jumlah gepeng asal wilayah Muntigunung dan Pedahan
sebanyak 26 keluarga gepeng, 11 keluarga asal Muntigunung dan 15 keluarga asal Pedahan.Sejak itu, peningkatan gepeng terhitung sangat tajam. Pada tahun 2009, jumlah KK gepeng dari
Muntigunung sebanyak 53 KK, dan dari Pedahan 72 KK.
Gambar 01. Peta Lokasi IbW Muntigunung dan Pedahan
Wilayah IbW
Tianyar
Tengah
Pedahan
Munti-
gunung
Tianyar
Barat
Ds. Tembok,
Buleleng
Laut Bali
Kintamani,
Bangli
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 9/47
2
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakat dan tetua di wilayah
Muntigunung (Desa Tianyar Barat) dan Pedahan (Desa Tianyar Tengah) dan hasil penelitian
beberapa peneliti sebelumnya, bahwa sejak dahulu tidak ada norma-norma sosial yang mengatur
dan mengharuskan masyarakat desa Tianyar (kini telah dimekarkan menjadi tiga desa yaitu Desa
Tianyar Barat, Tianyar tengah dan Tianyar Timur) untuk berperilaku gepeng. Hal ini merupakan
sesuatu yang spesifik dari fenomena perilaku gepeng dari wilayah ini, bila dibandingkan dengan
sejarah gepeng dari wilayah lainnya yang ada di Bali. Diceritakan bahwa sebelum bencana alam
Gunung Agung meletus (tahun 1963), masyarakat wilayah ini hanya mengenal perilaku kegiatan
meurup-urup (berjualan barter ke desa-desa yang lebih makmur). Biasanya barang yang ditukar
adalah hasil produksi pertanian lahan kering, seperti jagung, kacang-kacangan, gula merah dari
nira lontar, dan lain sebagainya. Munculnya kegiatan barter ini akibat keterbatasan sumber daya
alam yang dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, karena wilayah ini
merupakan wilayah kering, apalagi pada musim kemarau sangat sulit mendapatkan air untuk
keperluan pertanian maupun kebutuhan rumah tangga. Setelah sekian lama melakukan kegiatan
barter, lambat laun perilaku mereka berubah menjadi gelandangan dan pengemis (gepeng).
Menggepeng yang mereka lakukan dengan cara menampilkan ekspresi wajah yang sangat
menderita, miskin, dan membawa anak-anak kecil bahkan menggendong bayi dengan pakaian
yang kotor dengan harapan mendapatkan rasa iba dan belas kasihan dari orang yang melihatnya.
Mereka berjalan menuju pintu ke pintu rumah di kota-kota ataupun di desa-desa yang relatif
subur dan maju. Tidak ada yang tahu kapan persisnya perubahan perilaku dari barter ke
menggepeng ini terjadi.
Penuturan beberapa gepeng yang beroperasi di Kota Singaraja mengenai mengapa
mereka menggepeng dan mengapa tidak lagi meurup-urup seperti yang mereka atau leluhur
mereka lakukan dahulu, cukup bervariasi. Sebagian dari mereka memberikan alasan lugu namun
pragmatis yaitu supaya cepat mendapatk an uang, sebagaian lagi bahkan menyatakan ’kalau boleh
gantian dan kami mampu melakukannya, kami juga ingin memberi, bukan meminta-minta.Sebagian dari mereka menyampaikan bahwa pada dasarnya mereka ingin tetap meurup-urup,
namun orang-orang yang mereka janjakan barang-barang bawaan mereka tidak mau
dipertukarkan karena dianggap kotor dan tidak sesuai dengan kebutuhan orang-orang tersebut,
apalagi mereka langsung diberi uang atau makanan tanpa mau menukarkan barang-barang
mereka. Bahkan sebagian dari mereka berdalih, kalau tidak ada pengemis dan gelandangan,
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 10/47
3
maka tidak ada tempat bagi orang-orang kaya dan berkecukupan untuk menunjukkan
kedermawanannya. Beberapa alasan inilah, kiranya yang menyebabkan tumbuhnya sikap mental
yang menggelandang dan mengemis.
Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem telah banyak mengambil kebijakan dalam
penanganan gepeng dengan tujuan untuk mempercepat proses penanganan kemiskinan yang ada
di Kabupaten Karangasem secara komprehensif dengan menuntaskan masalah gepeng secara
terpadu baik secara lintas instansi maupun lintas sektoral dari seluruh unit yang ada di Kabupaten
Karangasem. Namun demikian, tetap saja masalah gepeng ini resisten. Berbagai faktor penyebab
warga menggepeng di wilayah ini telah banyak diungkap berbagai instansi dan pihak terkait,
namun penanganannya tidak pernah tuntas sehingga gepeng tetap saja meningkat tahun ke tahun
jumlah dan sebarannya. Pendekatan sosial ekonomi yang berfokus pada pendekatan
kesejahteraan belum mampu menangani masalah ini.
Permasalahan pendidikan atau kualitas SDM merupakan permasalahan utama wilayah
ini. Warga gepeng asal wilayah ini umumnya (lebih dari 70%) tidak pernah mengenyam bangku
sekolah, sedangkan sisanya pernah sekolah namun tidak tamat sekolah dasar (umumnya baru
sampai di kelas-kelas awal). Hal ini berarti bahwa sebagian besar para gepeng ini masih
tergolong buta aksara. Selain warga yang menggepeng, warga yang menetap (tidak pernah
menggepeng) kualitas pendidikannya dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kepala keluarga yang
mengenyam pendidikan sekolah dasar, hampir 50% tamat SD, 48% tidak tamat SD, dan hanya
sekitar 2 % yang tamat SMP dan yang lebih tinggi. Dengan demikian, kualitas pendidikan dan
SDM warga masyarakat di wilayan ini tergolong sangat rendah. Hal ini sangat disadari oleh
Pemkab Karangasem. Menurut penuturan Bapak Bupati Karangasem saat audensi program ini,
Pemkab Karangasem sangat konsent dengan masalah pendidikan dan SDM. Tindakan nyata yang
dilakukan adalah meningkatkan kesejahteraan para guru dengan pemberian tunjangan
kesejahteraan (tiap guru diberikan rata-rata sat juta rupiah per bulan diluar gaji dan tunjangan
lain sesuai aturan). Hal ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan banyak guru yang pindah ke
wilayah atau kabupaten lain yang lebih subur wilayahnya. Disamping itu, telah dilakukan
peningkatan jumlah pengangkatan guru dan perbaikan kualitas guru (melalui berbagai kegiatan
pelatihan profesi) serta peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Peningkatan kesadaran
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 11/47
4
masyarakat tentang pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan
mutu pendidikan adalah hal mendesak yang perlu dilakukan di wilayah ini.
Permasalahan besar lainnya yang dihadapi oleh warga masyarakat di wilayah Kecamatan
Kubu (Karangasem) terutama wialyah Muntigunung dan Pedahan adalah rendahnya
keterampilan hidup yang dimiliki. Hal ini meruapakn faktor utama mengapa sebagaian warga
masyarakat dari wilayah ini pergi menggepeng ke wilayah lain. Alasan kekeringan sering
menjadi pembenar mereka karena saat musim kering tidak ada harapan untuk menghasilkan
sesuatu untuk hidup mereka. Sebagaian masyarakat (terutama yang memiliki kualitas
SDM/pendidikan) yang lebih baik bermatapencaharian sebagai petani, peternak dan aneka usaha
kerajinan. Para petani mengembangkan usaha pertanian lahan kering seperti tanaman lontar dan
jambu mete, selain tanaman musiman (terutama saat musim hujan) seperti jagung, kacang tanah
dan palawija lainnya. Selain bertani, ada beberapa warga masyarakat mengembangkan kerajinan
berbasis lontar seperti pembuatan nira lontar, gula merah lontar, kerajinan daun lontar (untuk
aneka sarana upakara/sesajen umat Hindu yang lebih awet pengganti janur/daun kelapa muda),
dan kerajinan ingka lidi lontar. Usaha pertanian tanaman lontar dan aneka kerajinan berbasis
tanaman lontar merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dengan berbagai
asupan IPTEKS dan kewirausahaan. Sedangkan pertanian jambu mete dan aneka produk
olahannya juga merupakan potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan di wilayah ini.
Sementara itu usaha peternakan perlu mendapat perhatian besar untuk menunjang ketahanan
ekonomi keluarga. Asupan IPTEKS peternakan lahan kering merupakan kebutuhan masyarakat
wilayah ini.
Keadaan alam wilayah Muntigunung dan Pedahan (Peta Lokasi Wilayah IbW
Muntigunung dan Pedahan lihat Lampiran 2) tergolong wilayah tandus, musim kemarau yang
panjang, tanah kering berpasir dan berbatu (akibat letusan Gunung Agung). Selain potensi
pertanian lahan kering seperti yang disampaikan di atas, potensi alam yang ada di wilayah ini
adalah galian C berupa pasir dan batu lahar yang belum dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Sementara ini, pasir dan batu lahar hanya ditambang begitu saja, dijual dengan harga murah dan
belum ada uasah untuk memberi nilai tambah yang mampu mendongkrak pendapatan dan
penambahan tenaga kerja. Asupan teknologi pengolahan bahan tambang ini sangat diperlukan.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 12/47
5
Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa penduduk di wilayah ini mengalami
krisis mental, sosial dan ekonomi sehingga mereka menjadi penduduk yang seolah-olah
terpinggirkan dari hiruk pikuk pembangunan di Bali.
1.2 Permasalahan Wilayah
Permasalahan pokok wilayah Muntigunung dan Pedahan yang menjadi fokus perhatian
adalah masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) dari wilayah ini yang tetap resisten dan
bahkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan pokok lainnya adalah pendidikan
masyarakat yang rendah (termasuk besarnya angka buta aksara), kemiskinan dan pendapatan
yang rendah, dan ketahanan pangan yang memprihatinkan, serta kualitas kesehatan yang rendah.
Akar masalah dari permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat hal:
(1) Rendahnya sikap mental dan kesadaran masyarakat untuk membangun diri, masyarakat
dan lingkungannya. Sikap mental dan kesadaran masyarakat yang dimaksud tidak saja
masalah mereka terjun menggepeng, tetapi juga masalah kesadaran akan pendidikan,
kesehatan dan lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pembinaan masyarakat
yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pembinaan masyarakat perlu diarahkan pada
peningkatan partisifasi aktif masyarakat, dengan melibatkan seoptimal mungkin tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh-tokoh adat setempat dan orang-orang terpelajar yang berasal
dari wilayah ini.
(2) Rendahnya keterampilan hidup yang dimiliki masyarakat yang mampu menjamin hidup
dan mengembangkan kesejahteraan berbasis sumberdaya alam yang ada. Degradasi
perilaku masyarakat dari meurup-urup (barter) menjadi idih-idih (gepeng)
membuktikan bahwa tidak saja kurangnya pembinaan mental (pendidikan) dan sosial
budaya tetapi juga lemahnya uapaya-upaya peningkatan keterampilan hidup
masyarakat.
(3) Keadaan geografis yang kurang menguntungkan, sementara potensi sumber daya alam
di balik keadaan geografis yang demikian belum diolah dan dikelola dengan baik.
Walaupun wilayah kering berbatu dan sebagian ditutupi oleh pasir dan batu lahar bekas
letusan Gunung Agung di sepanjang wilayah Kecamatan Kubu ini, namun sampai saat
ini penduduk di wilayah ini masih mampu bertahan hidup (walaupun dengan berbagai
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 13/47
6
keterbelakangan). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada potensi yang
menjanjikan yang mampu membuat mereka bertahan. Potensi tanaman lontar, tanaman
mete (hasil usaha-usaha pengembangan masyarakat), pertanian musiman, serta galian
C (pasir, kerikil, kerakal dan batu lahar) merupakan potensi yang dapat dikembangkan
dan memerlukan uluran tangan dari berbagai pihak, baik kebijakan, IPTEKS,
pendanaan, pengelolaan, dan pemasaran.
(4) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di wilayah ini belum terintegrasi
secara sistemik, memberdayakan dan berkelanjutan. Siklus pembangunan yang
partisipatif dengan melibatkan masyarakat seoptimal mungkin perlu dilakukan sehingga
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembangunan yang dijalankan di wilayah
ini benar-benar harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tepat dengan kondisi
wilayah.
1.3 Solusi yang Ditawarkan
Berdasarkan paparan permasalahan wilayah dan potensi-potensi yang dimiliki wilayah
Muntigunung dan Pedahan, strategi yang ditawarkan untuk menangani akar permasalahan
tersebut adalah strategi pemberdayaan terpadu, sinergis dan berkelanjutan. Strategi
pemberdayaan ini meliputi tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap penyadaran menyeluruh
dari level masyarakat paling bawah sampai level atas, sinergis dan terpadu antar komponen
penyadaran yaitu pendekatan spiritual dan agama, pendekatan pendidikan, pendekatan budaya,
pendekatan sosial dan kemasyarakatan. Tahap kedua adalah tahap pengkapasitasan yang meliputi
pendekatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (ipteks), pendekatan
keterampilan hidup dan pendekatan kewirausahaan. Tahap ketiga adalah tahap pemberdayaan
melalui pendekatan pendampingan melekat, pendekatan penyediaan sarana, prasarana dan
sistem.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 14/47
7
BAB II
TARGET DAN LUARAN
2.1 Target Kegiatan IbW
Sasaran strategis dari program IbW ini selama tiga tahun (2011 – 2013) adalah sebagai
berikut.
(1) Berkurangnya jumlah dan sebaran gepeng yang berasal dari wilayah ini secara signifikan
disertai adanya perubahan mind-set, attitude, and behaviour serta terciptanya masyarakat
mandiri dan partisipatif dalam melaksanakan pembangunan daerah secara berkelanjutan
sebagai ciri perubahan paradigma masyarakat peminta-minta – menjadi masyarakat produktif
dan mandiri
(2) Terselenggaranya berbagai aktivitas penyadaran masyarakat melalui pendekatan religius,
antropologis, sosiologis, edukatif dan memberdayakan dan ditunjukkan degan perubahan
perilaku ke arah tujuan;
(3) Peningkatan keterampilan hidup masyarakat dengan target terbentuknya kelompok-kelompok
pengerajin yang produktif dan kelompok peternak;
(4) Meningkatnya jumlah usaha mikro yang dilakukan oleh warga, terutama warga penggepeng;
(5)
Peningkatan taraf kesehatan diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan serta peningkatan
kapasitas dan keberdayaan secara mandiri dari keluarga, masyarakat dan organisasi desa
dalam memelihara kesehatan badan dan sanitasi lingkungan;
(6) Meningkatnya pendapatan perkapita dan pendapatan asli desa sebagai dampak berjalannya
berbagai usaha kecil dan industri rumah tangga binaan;
(7) Berkurangnya warga butaaksara
(8) Meningkatnya warga usia sekolah yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;
(9)
Tersusunnya perencanaan pembangunan desa terpadu yang strategis melalui penyusunanRPJMDes yang partisipatif yang merupakan pengejewantahan RPJM Kabupaten di tingkat
desa,
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 15/47
8
2.2 Luaran
Sebagai luaran dari pelaksanaan kegiatan IbW selama tiga tahun adalah sebagai berikut
(Tabel 01)
Tabel 01. Luaran Tahunan
No Uraian LuaranTarget Luaran
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
1. Pengurangan keluarga yang
menggepeng (% denganbaseline jumlah keluarga
penggepeng tahun 2010)
- 20% - 50% -75%
2. Peningkatan pendapatan
keluarga miskin dan keluarga
yang menggepeng (% dari pendapatan per keluarga per
tahun dari keluarga-keluarga
yang ditangani denganbaseline tahun 2010)
+ 10% + 30% + 70%
3. Peningkatan jumlah usaha
mikro dan usaha kecil (%dihitung dari jumlah existing
usaha mikro dan kecil diwilayah Muntigunung danPedahan dengan baseline
tahun 2010)
+ 20 % + 40% + 60%
4. Adanya rumah singgah untuk
penampungan sementara
para penggepeng asalwilayah Muntigunung –
Pedahan dan berfungsi baik
(buah)
1 2 3
5. Jumlah varian produk hasil
kerajinan berbahan lontardan olahan jambu mete yang
dijual sebagai komoditas
unggulan wilayah ini dan
varian produk peternakan
4 5 7
6. Pembebasan buta aksara (%yang dihitung sebagai pengu-
rangan jumlah warga yang
30% 60% 90%
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 16/47
9
buta aksara dengan baseline
keadaan tahun 2010)
7 Peningkatan kualifikasi
jenjang pendidikan20% 40% 60%
8. Jumlah buku RPJM Des dan
profil desa adat
1 buah 2 buah 3 buah
9. Publikasi dalam bentukartikel ilmiah maupun
publikasi media elektronik
lainnya
1 buah 2 buah 3 buah
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 17/47
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode yang diterapkan untuk mencapai pemecahkan permasalahan ini adalah metode
sistem tindakan dan pembelajaran yang partisipatif yang dikenal sebagai metode PALS
( participatory action and learning system). Metode pemberdayaan masyarakat ini dikembangkan
oleh Linda Mayoux tahun 2000-an (Chambers, 2007). Dengan metode PALS ini, proses dan
evaluasi dilaksanakan secara partisipatif. Evaluasi program dilakukan terhadap proses, outcome,
dan stakeholder. Evaluasi proses menggunakan metode evaluasi Snyder (Dick, 1997b).
Implementasi dari strategi, pendekatan dan metode pemecahan masalah yang diuraikan di
atas diterjemahkan dalam Program IPTEKS bagi Wilayah (IbW) Muntigunung dan Pedahan
yang meliputi berbagai aktivitas-aktivitas yang terukur kinerjanya. Program IbW Muntigunung
dan Pedahan ini diusulkan dalam tiga tahun pelaksanaan (2011 – 2013). Aktivitas-aktivitas
dalam program IbW ini sejalan dengan RPJM Kabupaten Karangasem yaitu pembangunan desa
terpadu berbasis masyarakat yang dibarengi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang
memberdayakan. Aktivitas-aktivitas yang diusulkan selama tiga tahun (2011-2013) diarahkan
mampu mengubah pola pikir dan pola tindak untuk memutus rantai gepeng dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki. Aktivitas-aktivitas yang akan dikerjakan adalah sebagai
berikut.
(1) Peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi kemasyarakatan di wilayah Muntigunung dan
Pedahan dengan pengubahan paradigma manusia pasif menjadi manusia aktif dan kreatif.
Potensi utama orang peminta-minta (gepeng) dari wilayah ini adalah insan yang tahan
terhadap rasa malu sebagai peminta-minta yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lainnya dan potensi fisik yang mampu berkelana (berjalan jauh). Melalui pendekatan
sosiologis antropologis serta pendekatan religi dan pendekatan ekonomi kesejahteraan, potensi insan ini akan diubah mind setnya menjadi insan yang tangguh sebagai pelaku usaha
dagang langsung dan keliling (direct selling ). Sampai saat ini, masyarakat Bali masih malu,
belum mau bahkan belum mampu melakukan penjualan langsung yang menguntungkan
sehingga Bali diserbu oleh direct seller dari luar daerah.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 18/47
11
(2) Peningkatan keterampilan hidup untuk menghasilkan masyarakat produktif dan mampu
mengolah dan mengelola sumber daya alam sekitar. Aktivitas ini akan diisi dengan berbagai
pelatihan dan pendampingan keterampilan hidup seperti keterampilan yang mendukung
pengembangan usaha kerajinan berbasis lontar (gula, ingka, anyaman daun lontar, dsbnya),
keterampilan yang mendukung usaha pertanian dan peternakan di lahan kering, keterampilan
untuk mengelola dan mengolah galian C pasir, kerikil, kerakal dan batu lahar, keterampilan
berusaha (kewirausahaan, koperasi), serta keterampilan merencanakan dan melaksanakan
program-program pembangunan untuk kalangan pengelola adat dan desa/banjar setempat.
Aktivitas ini dilanjutkan dengan pemberdayaan dan penguatan kelompok tani lontar wilayah
IbW, kelompok pengerajin dan kelompok pengolah galian C.
(3) Pemberdayaan secara intensif dan terpadu warga penggepeng dan keluarganya dan perintisan
dan pengembangan rumah singgah yang mendidik dan memberdayakan.
(4) Peningkatan ketahanan pangan dan pembinaan keluarga harapan dan keluarga miskin.
(5) Peningkatan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan desa terpadu
melalui peningkatan kapasitas desa dinas, banjar/dusun dan desa pekraman bahkan banjar
pekraman
(6) Pengentasan buta aksara, peningkatan pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan
tinggi serta pembinaan spiritualitas generasi muda.
Mekanisme pelaksanaan program IbW Muntigunung dan Pedahan untuk setiap tahunnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Tahap persiapan yang meliputi (a) rapat kerja persiapan, (b) penyusunan berbagai instrumen
dan detail rencana implementasi dan pengaturan kerja, dan (c) sosialisasi program IbW ke
kantor kecamatan, desa-desa sasaran dan desa-desa sekitar dan sosialisasi ke dusun yang
menjadi sasaran strategis.
(2) Tahap Pelaksanaan meliputi:
(a) Aktivitas peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi kemasyarakatan di wilayah
Muntigunung dan Pedahan dengan pengubahan paradigma manusia pasif menjadi manusia
aktif dan kreatif. Kegiatan ini dilakukan dengan (i) pembinaan spiritual dan keagamaan, dan
(ii) belajar kewirausahaan penjualan langsung menggantikan gepeng ke luar daerah, melalui
pembelajaran praktis berbasis proyek kewirausahaan dan insentif.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 19/47
12
(b) Aktivitas peningkatan keterampilan hidup untuk menghasilkan masyarakat produktif dan
mampu mengolah dan mengelola sumber daya alam sekitar. Kegiatan ini dilakukan dengan
(i) pelatihan dan pendampingan keterampilan hidup: berbagai kerajinan berbasis lontar yang
akan dilakukan pada dua kelompok masyarakat yaitu satu kelompok di Mutigunung dan satu
kelompok di Pedahan, dan (ii) pelatihan dan pendampingan keterampilan hidup: pertanian
lahan kering dan peternakan yang akan disasar masing-masing dua kelompok di
Muntigunung (satu kelompok petani dan satu kelompok ternak) dan di Pedahan (satu
kelompok petani dan satu kelompok ternak).
(c) Aktivitas pemberdayaan secara intensif dan terpadu warga penggepeng dan keluarganya, dan
perintisan dan pengembangan rumah singgah yang mendidik dan memberdayakan, dilakukan
dengan: (i) pelacakan sebaran dan pemetaan potensi positif dari penggepeng dan keluarganya
asal Muntigunung dan Pedahan; (ii) penyadaran dan pengkapasitan terlingkung dengan
aktivitas-aktivitas lainnya; dan (iii) perintisan satu rumah singgah di Kota Singaraja sebagai
salah satu tujuan kota sebaran gepeng asal Muntigunung dan Pedahan, dan (iii) pelibatan
secara intensif warga menggepeng dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan kecakapan
hidup (life skills)
(d) Aktivitas peningkatan ketahanan pangan dan pembinaan keluarga harapan dan keluarga
miskin, dilakukan dengan (i) pendampingan keluarga miskin/harapan dalam peningkatan gizi
keluraga secara mandiri; dan (ii) gerakan efisiensi penggunaan air dan penggunaan air limbah
rumah tangga untuk membantu penghijaun pekarangan dengan tanaman pangan bergizi .
(e) Aktivitas peningkatan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan desa
terpadu melalui peningkatan kapasitas desa dinas, banjar/dusun dan desa pekraman bahkan
banjar pekraman, dilakukan dengan (i) pelatihan dan pendampingan penyusunan program-
program pembangunan desa terpadu, dan (ii) rembug penyusunan RPJMDes untuk Desa
Tianyar Barat (Pedahan) dan Tianyar Tengah (Muntigunung).
(f) Aktivitas pengentasan buta aksara, peningkatan pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK dan
perguruan tinggi serta pembinaan spiritualitas generasi muda, dilakukan dengan (i)
Pendataan buta aksara dan pendampingan pendidikan informal terpadu pengentasan buta
aksara dan keterampilan hidup dalam kelas-kelas satelit (melibatkan mahasiswa KKN), dan
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 20/47
13
(ii) Pemberian beasiswa untuk anak putus sekolah (SD, SMP dan SMA/SMK), dan (iii)
Persembahyangan bersama dan ceramah agama ke sekolah-sekolah, dan karang taruna.
(3) Tahap pemantuan, evaluasi dan sosialisasi, yaitu meliputi: (a) pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan, (b) pelaporan, evaluasi dan refleksi
program IbW dalam kurun waktu tiga tahun.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 21/47
14
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Program ini akan dilaksanakan secara kerjasama tripartit Universitas Pendidikan Ganesha
– Universitas Mahasaraswati – Pemkab Karangasem.
Universitas Pendidikan Ganesha yang merupakan perluasan mandat dari IKIP Negeri
Singaraja (sejak Mei 2007) memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri sebagai sebuah
universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk lokal baik di bidang
pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan untuk mampu berkontribusi dalam
meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah kompetitif yang dimenangkan
Undiksha, universitas negeri satu-satunya di Bali Utara ini, di samping sedang memperkuat
kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan
seperti pengembangan komunitas (community development ) yang diharapakan mampu
menghasilkan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri ( self generating revenue
activities), pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian
Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan yang
dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Undiksha diantaranya adalah
Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan Penerapan IPTEK dan
Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan
Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut diharapan motivasi Undiksha untuk dapat
turut mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di
Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan.
Berkaitan dengan usulan IbW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi
untuk turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Dorongan lain
adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan scientific based enterpreneurship di
kalangan masyarakat yang mendukung pengembangan kawasan Bali Utara yang membentang
dari Gilimanuk (Kabupaten Jembrana hingga Tianyar (Kabupaten Karangasem). Pelibatan dosen
dan mahasiswa/alumni dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat
memberikan timbal balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan program-
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 22/47
15
programnya yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan yang mampu
meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global. Undiksha telah mulai bangkit dalam
menyukseskan program-program P2M yang diselenggarakan oleh PPM DP2M DIKTI program
multiyears dalam dua tahun terakhir sebagai berikut: (1) Sibermas Kubutambahan 2009
(dilanjutkan sebagai IbW Kubutambahan 2010), (2) IbW Gerokgak (2010), IbIKK Pigmen
Anorganik (2010).
Universitas Mahasaraswati (Unmas) yang menjadi partner kerja Undiksha merupakan
universitas yang telah mampu berkiprah banyak dalam pengabdian kepada masyarakat di Bali.
Banyak program pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan Universitas
Mahasaraswati telah diapresiasi oleh masyarakat Bali, para pejabat di pemkab maupun pemprop
bahkan di tingkat nasional. Di samping itu Universitas Mahasaraswati telah mampu
memenangkan beberapa pendanaan kompetitif pengabdian kepada masyarakat yang
diselenggarakan oleh DP2M Dikti dan telah mampu pula menjalankannya dengan baik.
Pengalaman dan best practices yang telah dimiliki Universitas Mahasaraswati dalam
berkontribusi membangun Bali menjadi bahan berbagi (sharing) serta adanya motivasi dan
komitmen tinggi untuk berkolaborasi dan menjadi partner kerja Undiksha tidak saja di bidang
kependidikan tetapi juga di bidang-bidang non-kependidikan, menyebabkan LPM Undiksha dan
LP2M Universitas Mahasaraswati menjalin kemitraan yang sinergis dan saling menguntungkan.
Motivasi khusus adalah Undiksha belum memiliki Fakultas Pertanian sementara Universitas
Mahasaraswati memiliki Fakultas Pertanian dengan SDM yang sangat memadai.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 23/47
16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor Penyebab Masyarakat Menggepeng
Hasil kajian pada tahun pertama dari kegiatan IbW Muntigunung dan Pedahan
menunjukkan bahwa permasalahan pokok wilayah Muntigunung dan Pedahan yang menjadi
fokus perhatian adalah masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) dari wilayah ini yang tetap
resisten dan bahkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan pokok lainnya adalah
pendidikan masyarakat yang rendah (termasuk besarnya angka buta aksara), kemiskinan dan
pendapatan yang rendah, dan ketahanan pangan yang memprihatinkan, serta kualitas kesehatan
yang rendah. Akar masalah dari permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat hal:
(1) Rendahnya sikap mental dan kesadaran masyarakat untuk membangun diri, masyarakat
dan lingkungannya. Sikap mental dan kesadaran masyarakat yang dimaksud tidak saja
masalah mereka terjun menggepeng, tetapi juga masalah kesadaran akan pendidikan,
kesehatan dan lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pembinaan masyarakat
yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pembinaan masyarakat perlu diarahkan pada
peningkatan partisifasi aktif masyarakat, dengan melibatkan seoptimal mungkin tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh-tokoh adat setempat dan orang-orang terpelajar yang berasaldari wilayah ini. Secara khusus karakter diri masyarakat penggepeng rendah, mereka
kurang memiliki rasa malu, kurang memiliki harga diri, tanggungjawabnya rendah, dan
etos kerjanya rendah.
(2) Rendahnya keterampilan hidup yang dimiliki masyarakat yang mampu menjamin hidup
dan mengembangkan kesejahteraan berbasis sumberdaya alam yang ada. Degradasi
perilaku masyarakat dari meurup-urup (barter) menjadi idih-idih (gepeng)
membuktikan bahwa tidak saja kurangnya pembinaan mental (pendidikan) dan sosial budaya tetapi juga lemahnya upaya-upaya peningkatan keterampilan hidup masyarakat.
(3) Keadaan geografis yang kurang menguntungkan, sementara potensi sumber daya alam
di balik keadaan geografis yang demikian belum diolah dan dikelola dengan baik.
Walaupun wilayah kering berbatu dan sebagian ditutupi oleh pasir dan batu lahar bekas
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 24/47
17
letusan Gunung Agung di sepanjang wilayah Kecamatan Kubu ini, namun sampai saat
ini penduduk di wilayah ini masih mampu bertahan hidup (walaupun dengan berbagai
keterbelakangan). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih ada potensi yang
menjanjikan yang mampu membuat mereka bertahan. Potensi tanaman lontar, tanaman
mete (hasil usaha-usaha pengembangan masyarakat), pertanian musiman, serta galian
C (pasir, kerikil, kerakal dan batu lahar) merupakan potensi yang dapat dikembangkan
dan memerlukan uluran tangan dari berbagai pihak, baik kebijakan, IPTEKS,
pendanaan, pengelolaan, dan pemasaran.
(4) Kemiskinan. Masyarakat melakukan kegiatan menggepeng karena rendahnya kualitas
hidup dan tidak adanya sumber penghidupan yang layak. Mereka tidak memiliki mata
pencaharian yang tetap yang dapat digunakan untuk menopang kehidupannya. Mereka
juga tidak memiliki keterampialn hidup (life skill) untuk mengolah sumber daya alam
yang ada di desanya.
(5) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di wilayah ini belum terintegrasi
secara sistemik, memberdayakan dan berkelanjutan. Siklus pembangunan yang
partisipatif dengan melibatkan masyarakat seopimal mungkin perlu dilakukan sehingga
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembangunan yang dijalankan di wilayah
ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tepat dengan kondisi wilayah
ini.
(5) Rendahnya Tingkat Pendidikan. Pendidikan masyarakat yang menggepeng masih
rendah dan bahkan banyak yang masih buta aksara. Anak-anak yang sering diajak
menggepeng sesungguhnya ingin sekolah, tetapi mereka mengalami keterbatasan biaya.
Hasil wawancara dengan guru dan para siswa menunjukkan bahwa: (1) para siswa
sangat ingin sekolah, dan bahkan mereka ingin sekolahs ampai SMP dan SMA/SMK;
(2) anak-anak yang menggepeng adalah anak-anak kelas I, II, III, dan IV. Jika merekasudah kelas V dan VI mereka tidak mau lagi diajak menggepeng, mereka sudah merasa
malu untuk menggepeng; (3) anak-anak yang absen berturut-turut selama dua hari atau
tiga hari, karena diajak menggepeng oleh ibunya atau ibu orang lain, (4) sekarang ada
kecenderungan, siswa SD absen beberapa hari (tiga hari) lalu masuk lagi, absen
beberapa hari lagi kemudian masuk lagi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, dan
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 25/47
18
bahkan bisa terjadi putus sekolah; (5) sumber belajar (buku-buku pelajaranh ) sangat
kurang dis sekolah.
5.2 Penanganan Masalah Menggepeng Melalui Pelatihan Keterampilan Kecakapan Hidup
Berdasarkan paparan faktor-faktor penyebab masyarakat menggepeng serta
memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki wilayah Muntigunung dan Pedahan, strategi yang
ditawarkan untuk menangani akar permasalahan tersebut adalah strategi pemberdayaan terpadu,
sinergis dan berkelanjutan. Strategi pemberdayaan ini meliputi tiga tahapan. Tahap pertama
adalah tahap penyadaran menyeluruh dari level masyarakat paling bawah sampai level atas,
sinergis dan terpadu antar komponen penyadaran yaitu pendekatan spiritual dan agama,
pendekatan pendidikan, pendekatan budaya, pendekatan sosial dan kemasyarakatan. Tahap
kedua adalah tahap pengkapasitasan yang meliputi pendekatan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni (ipteks), pendekatan keterampilan hidup dan pendekatan kewirausahaan.
Tahap ketiga adalah tahap pemberdayaan melalui pendekatan pendampingan melekat,
pendekatan penyediaan sarana, prasarana dan sistem.
Aktivitas-aktivitas dalam model pemecahan masalah disesuaikan dengan RPJM
Kabupaten Karangasem yaitu pembangunan desa terpadu berbasis masyarakat yang dibarengi
dengan pembangunan sarana dan prasarana yang memberdayakan. Aktivitas-aktivitas yang
diusulkan diarahkan mampu mengubah pola pikir dan pola tindak untuk memutus rantai gepeng
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Aktivitas-aktivitas yang akan dikerjakan adalah
sebagai berikut.
1) Peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi kemasyarakatan di wilayah Muntigunung
dan Pedahan dengan pengubahan paradigma manusia pasif menjadi manusia aktif dan
kreatif. Potensi utama orang peminta-minta (gepeng) dari wilayah ini adalah insan yang
tahan terhadap rasa malu sebagai peminta-minta yang berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lainnya dan potensi fisik yang mampu berkelana (berjalan jauh). Melalui
pendekatan sosiologis antropologis serta pendekatan religi dan pendekatan ekonomi
kesejahteraan, potensi insan ini akan diubah mind setnya menjadi insan yang tangguh
sebagai pelaku usaha dagang langsung dan keliling (direct selling ). Peningkatan
kesadaran potensi diri harus dimulai sejak dini melalui pendidikan di Sekolah Dasar.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 26/47
19
Salah satunya adalah dengan cara meningkatkan intensitas dan kualitas pendidikan
karakter, guna membangun jati diri, rasa tanggung jawab, etos kerja, harga diri, moral,
dan kejujuran. Dengan demikian siklus menggepeng akan dapat diputus sejak dini
melalui jalur pendidikan. Melalui strategi peningkatan kesadaran potensi diri dan potensi
kemasyarakatan di wilayah Muntigunung dan Pedahan dengan pengubahan paradigma
manusia pasif menjadi manusia aktif dan kreatif, telah dapat dibentuk kelompok-
kelompok pengrajin berbasis lontar yakni 1) kelompok pengrajin gula kristal, dan gula
cetak kemasan, 2) kelompok pengrajin jejahitan berbahan baku daun lontar, dan 3)
kelompok pengrajin ingka berbahan lidi daun lontar. Di samping itu, mulai tahun kedua
telah dapat dibentuk kelompok peternak babi dan ayam upacara (ayam brumbun).
Jumlah kelompok pengrajin berbasis lontar dan kelompok peternak dari tahun pertama
sampai tahun ketiga disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 02. Kelompok Pengrajin Berbasis Lontar dan Kelompok Peternak
No. Kelompok Tahun 2011
Kel/anggota
Tahun 2012
Kel/anggota
Tahun 2013
Kel/anggota
Total
Kel/anggota
1 Gula Kristal
Pedahan
1/10 orang 2/20 orang 2/20 6/60
2 Gula Kristal
Muntigunung
1/10 2/20 2/20 5/50
3 Gula cetak
Pedahan
- 1/10 2/20 3/30
4 Gula cetak
Muntigunung
- 1/10 1/10 2/20
5 Ingka Pedahan 1/20 2/20 2/20 6/60
6 IngkaMuntigunung
2/10 2/20 2/20 6/60
7 Jejahitan Lontar
Pedahan
1/10 1/10 1/10 3/30
8 Jejahitan Lontar 1/10 1/10 1/10 3/30
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 27/47
20
Muntigunung
9 Peternak babi
dan ayam
Pedahan
- 1/10 1/10 2/20
10 Peternak babi
dan ayam
Muntigunung
- 1/10 1/10 2/20
11 Kue singkong
Pedahan
- - 2/20 2/20
12 Kue singkong
Muntigunung
- - 2/20 2/20
7/70 14/140 19/190
Dalam kurun waktu tiga tahun telah dibentuk 19 kelompok pengrajin dengan jumlah
anggota sebanyak 190 orang, yang tersebar dalam enam varians kecakapan hidup (life skills).
Dari seluruh peserta pelatihan dan pendampingan kecakapan hidup, sekitar 50% diantaranya
adalah mereka yang selama ini melakukan kegiatan menggepeng yaitu sebanyak 84 orang.
2)
Peningkatan keterampilan kecakapan hidup (life skills) untuk menghasilkan masyarakat produktif dan mampu mengolah dan mengelola sumber daya alam sekitar. Aktivitas ini
akan diisi dengan berbagai pelatihan dan pendampingan keterampilan hidup seperti
keterampilan yang mendukung pengembangan usaha kerajinan berbasis lontar (gula,
ingka, anyaman daun lontar, dsbnya). Sebagai pilot project telah dilakukan pelatihan-
pelatihan keterampilan bekal hidup antara lain (1) pelatihan dan pendampingan
pembuatan gula kristal, (2) pelatihan dan pendampingan kerajinan gula cetak kemasan,
(3) pelatihan dan pendampingan kerajian daun lontar, dan (4) pelatihan dan
pendampingan pembuatan ingke, (5) pelatihan dan pendampingan peternakan babi dan
ayam upakara (ayam brumbun), dan (6) pelatihan dan pendampingan pembuatan kue
berbahan baku singkong.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 28/47
21
(1) Biaya produksi, nilai jual, dan penghasilan pengrajin gula kristal
Biaya produksi gula kristal per kilogram:
1.Nira/tuak 10 liter @ Rp. 800,- = Rp. 8.000,-
2. Gas LPJ = Rp. 4.000,-
---------------------
Total = Rp. 12.000,-
Nilai jual gula Kristal/kg = Rp. 40.000,-
Produksi per bulan = 50 kg
Penghasilan pengrajin gula Kristal per bulan: 50 x Rp. 28.000 = Rp. 1.400.000,-
Gambar 02. Produk Gula Kristal Kemasan 0,25 kg
(2) Biaya produksi, nilai jual, dan penghasilan pengrajin gula cetak kemasan
Biaya produksi gula cetak kemasan per kilogram:
1. Nira/tuak 5 liter @ Rp. 800,- = Rp. 4.000,-
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 29/47
22
2. Gas LPJ = Rp. 1,500,-
3. Kemasan plastik = Rp. 500,-
------------------
Total = Rp. 6.000,-
Nilai jual gula cetak kemasan/kg = Rp. 20.000,-
Produksi per bulan = 120 kg
Penghasilan pengrajin gula cetak kemasan per bulan: 120 x Rp. 14.000 = Rp. 1.680.000
Gambar 03. Produk Gula Cetak Kemasan 100 gram dan 200 gram
(3) Biaya produksi, nilai jual, dan penghasilan pengrajin ingka
Biaya produksi ingka per ingka (bahan baku lidi lontar) = Rp. 1.000,-
Nilai jual per ingka = Rp. 3.500,-
Jumlah produksi per bulan 600 buah ingka
Penghasilan pengrajin ingka lidi lontar per bulan: 600 x Rp. 2.500,- = Rp. 1.500.000
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 30/47
23
Gambar 04. Produk Ingka
(4) Pengrajin jejahitan berbahan daun lontar
Seorang pengrajin dapat memproduksi 1500 buah tamas per bulan, dengan nilai jual Rp.
1000,- per biji dan bahan baku per biji tamas Rp. 250,-. Penghasilan pengrajin jejahitan
daun lontar (tamas) per bulan Rp. 1.125.000,-
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 31/47
24
Gambar 05. Produk Kerajinan Jejahitan Daun Lontar
Berdasarkan hasil analisis biaya produksi dan nilai jual pengrajin gula kristal, gula cetak
kemasan, pengrajin ingka dan jejahitan daun lontar tampak bahwa warga dusun Muntigunung
dan Pedahan yang dilibatkan dalam kegiatan IbW ini memperoleh penghasilan yang cukup
memadai. Kondisi ini telah menyebabkan mereka yang semula menggepeng telah memilih
profesi sebagai pengrajin dengan bahan baku yang tersedia di desa mereka. Dampak dari
dimilikinya keterampilan kecakapan hidup berkat kegiatan IbW antara lain 1) mereka yang
semula menggepeng telah berbah menjadi pengrajin, 2) taraf hidupnya bertambah baik, 3)
pendidikan keluarganya telah meningkat yang ditandai oleh berkurangnya warga buta aksara,
berkurangnya angka putus sekolah di SD, sebagian besar anak usia sekolah setealh tamat SD
melanjutkan ke SMP Satu Atap yang terdapat di desa Tianyar Tengah dan desa Tianyar Barat.
Secara rinci, capaian target luaran dari kegiatan IbW ini yang telah dilaksanakan selama tiga
tahun dapat dilihat pada Tabel 03 berikut.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 32/47
25
Tabel 03. Capain Luaran Tahunan
No Uraian LuaranTarget Luaran
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
1. Pengurangan keluarga yangmenggepeng (% dengan
baseline jumlah keluarga
penggepeng tahun 2010)
- 20% - 40% -66%
2. Peningkatan pendapatankeluarga miskin dan keluarga
yang menggepeng (% dari
pendapatan per keluarga per
tahun dari keluarga-keluargayang ditangani dengan
baseline tahun 2010)
+ 10% + 30% + 70%
3. Peningkatan jumlah usahamikro dan usaha kecil (%dihitung dari jumlah existing
usaha mikro dan kecil diwilayah Muntigunung dan
Pedahan dengan baseline
tahun 2010)
+ 20 % + 40% + 60%
4. Adanya rumah singgah untuk penampungan sementara
para penggepeng asal
wilayah Muntigunung –
Pedahan dan berfungsi baik(buah)
1 2 3
5. Jumlah varian produk hasilkerajinan berbahan lontar
dan olahan jambu mete yang
dijual sebagai komoditasunggulan wilayah ini dan
varian produk peternakan
4 6 8
6. Pembebasan buta aksara (%
yang dihitung sebagai pengu-
rangan jumlah warga yang
buta aksara dengan baseline keadaan tahun 2010)
30% 45% 60%
7 Peningkatan kualifikasi jenjang pendidikan
20% 40% 60%
8. Jumlah buku RPJM Des dan
profil desa adat1 buah 2 buah 3 buah
9. Publikasi dalam bentuk
artikel ilmiah.1 buah 1 buah 1 buah
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 33/47
26
5.3 Pembahasan
Capaian luaran pertama dari pelaksanaan kegiatan IbW ini menunjukkan bahwa telah
terjadi penurunan persentase warga Muntigunung dan Pedahan yang menggepeng yakni sebesar
66% . Dari 127 orang warga penggepeng berkurang sebanyak 84 orang karena telah ikut serta
dalam program pelatihan keterampilan kecakapan hidup dan tinggal sebanyak 43 orang yang
belum ikut pelatihan keterampilan kecakapan hidup. Dari seluruh peserta pelatihan keterampilan
kecakapan hidup yang jumlahnya 190 orang dalam kurun waktu tiga tahun hanya sekitar 45%
yang berasal dari warga penggepeng dan 55% dari warga biasa yang tidak menggepeng.
Pendekatan sosiologis humanistik yang dilakukan oleh tim IbW telah mampu merubah mindset
warga penggepeng untuk beralih menjadi pengrajin berbasis pohon lontar yang merupakan
potensi sumber daya alam yang terdapat di dusun Muntigunung dan Pedahan. Peserta pelatihan
kecakapan hidup yang berasal dari warga bukan penggepeng juga berperan mempengaruhi warga
penggepeng agar berubah dari menggepeng menjadi pengrajin berbasis pohon lontar. Hasil
wawancara dengan peserta pelatihan yang semula menggepeng menunjukkan bahwa mereka
menggepeng karena ketidak tersediaan lapangan pekerjaan di desa mereka dan juga mereka tidak
memiliki keterampilan kerja. Karena itu kegiatan IbW dengan fokus pada pelaksanaan pelatihan
kecakapan hidup disambut baik oleh warga penggepeng, terlebih lagi karena mereka diberi
bantuan bahan baku dan peralatan pada saat ikut pelatihan.
Dari hasil analisis biaya produksi dan nilai jual produk kerajinan sebagai dampak dari
kegiatan pelatihan keterampilan kecakapan hidup, menunjukkan bahwa para pengrajin baik
pengrajin gula kristal, gula cetak, ingka, dan jejahitan daun lontar memperoleh penghasilan
antara Rp 1.125.000,- sampai Rp. 1.680.000,- per bulan. Hal ini telah menambah pendapatan
perkapita warga sekitar 70%, yang bermuara pada terjadinya peningkatan taraf hidup dan
kesehatan mereka. Di samping itu, adanya peningkatan pendapatan warga Muntigunung dan
Pedahan telah berdampak pada terjadinya peningkatan kualifikasi jenjang pendidikan anak-anak
usia sekolah, dan berkurangnya angka putus sekolah. Anak-anak usia sekolah dasar (SD) yangrumahnya jauh dari sekolah induk mau bersekolah pada SD Vilial. Keberadaan SMP Satu Atap
di desa Tianyar Tengah dan di desa Tianyar Barat telah secara signifikan member dorongan dan
motivasi kuat bagi anak-anak SD untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada tahun ketiga tim IbW telah memprogram dan melaksanakan kegiatan yang khusus
ditujukan untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di SD Vilial dan SMP Satu Atap.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 34/47
27
Tujuan utamanya adalah untuk memotivasi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
dan bermuara pada terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa, menekan angka putus sekolah,
dan tumbuhnya keinginan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Jumlah varian produk pelatihan yang semula pada tahun pertama hanya empat telah
bertambah menjadi delapan pada tahun ketiga, diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan
warga di masa datang. Pemerintah kabupaten Karangasem melalui forum desiminasi produk IbW
yang di selenggarakan di Kampus Undiksha telah memberi janji akan melajutkan kegiatan-
kegiatan IbW pada tahun berikutnya mengingat anggaran dari Dikti telah berakhir. Produk
unggulan IbW Muntigunung dan Pedahan yaitu gula kristal, gula cetak kemasan, dan ingka yang
berkualitas sangat baik diharapkan dapat menjadi ikon dan merubah image masyarakat di Bali
yang semula dusun Muntigunung dan dusun Pedahan sebagai penghasil gepeng menjadi
penghasil gula kristal, gula cetak kemasan dan ingka. Produk gula kristal dan gula cetak kemasan
telah terjual ke pasaran dengan label “Dewata Sugar”
Berdasarkan target luaran IbW yang telah tercapai yakni terjadinya penurunan warga
menggepeng sebesar 65%, peningkatan pendapatan masyarakat Muntigunung dan Pedahan
meningkat sekitar 60%, peningkatan jumlah usaha mikro sekitar 60%, peningkatan jumlah varian
produk menjadi delapan jenis, peningkatan kualifikasi jenjang pendidikan warga usia sekolah,
penguranganjumlah warga yang buta aksara, maka dapat secara implicit dan eksplisit
pelaksanaan program IbW Muntigunung dan Pedahan telah mampu meningkatkan Indek
Pembangunan Manusia (IPM) di Muntigung dan Pedahan.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 35/47
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan capaian target luaran program IbW Muntigunung dan Pedahan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, program IbW Muntigunung dan Pedahan melalui pendekatan sosiologis
humanistik dan pelaksanaan pelatihan keterampilan kecakapan hidup (life skills) secara
signifikan mampu menurunkan jumlah warga menggepeng sebesar 66%.
Kedua, pemberian keterampilan kecakapan hidup melalui pelatihan dan pendampingan
telah dapat meningkatkan pendapatan perkapita warga peserta pelatihan, dengan peningkatan
sekitar 70%.Ketiga, program IbW dalam bidang pendidikan serta terjadinya peningkatan pendapatan
perkapita dan keberadaan SMP Satu Atap telah mampu meningkatkan jumlah warga usia
sekolah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Di samping itu, juga
telah terjadi pengurangan warga buta aksara.
Keempat, telah terjadi penambahan usaha mikro dan usaha kecil sebagai dampak dari
bertambahnya varians produk IbW.
Kelima, sebagai sinergi dan akumulasi dari telah terjadinya peningkatan pendapatan per
kapita, peningkatan taraf hidup dan kesehatan, peningkatan kualitas dan jenjang pendidikan,
program IbW Muntigunung dan Pedahan secara signifikan telah mampu meningkatkan Indek
Pembangunan Manusia (IPM) di Muntigunung dan Pedahan.
6.2 Saran
Berdasarkan temuan dan capaian target luaran kegiatan IbW Muntigunung dan Pedahan,
maka diajukan saran-saran sebagai berikut.
Pertama, pelaksanaan program IbW Muntigunung dan Pedahan telah mampu
menurunkan jumlah warga yang menggepeng secara siginfikan yakni sekitar 66% selama tiga
tahun dan masih ada sebagian warga yang masih menggepeng. Oleh karena itu, kepada pihak
pemerintah kabupaten Karangasem disarankan agar tetap melanjutkan kegiatan pelatihan dan
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 36/47
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 37/47
30
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, N.B. 2010. Komodifikasi Tubuh Perempuan Joged “Ngebor” di Bali. Denpasar:
Pustaka Larasan.
Atmadja, N. B. 2010a. Ajeg Bali, Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi. Yogyakarta:LKiS.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
De Soto, H. 1991. Masih Ada Jalan Lain Revolusi Tersembunyi di Negara Dunia Ketiga.
[Penerjemah: M. Maris]. Jakarta: Yayasan Obor.
Halpern, D. 2005. Socia Capital . Cambridge: Polity Press.
McClelland, D. 1987. Memacu Masarakat Berprestasi Mempercepat Laju Pertumbuhan
Ekonomi Melalui Peningkatan Motivasi Berprestasi. [Penerjemah: S. Suyanto]. Jakarta:
Intermedia.
Rohidin, T.R. 2000. Ekspresi Seni Orang Miskin Adaptasi Simbolik Terhadap Kemiskinan.
Jakarta: Penerbit Nuansa.
Ropke, J. 1988. Kebebasan yang Terhambat Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan
Usaha di Indonesia. [Penerjemah: Tim Penerjemah]. Jakarta: Gramedia.
Sanderson, S. K. 1993. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan terhadap Realita. [Penerjemah: F.
Wadjidi]. Jakarta: Rajawali Grafindo.
Singarimbun, M. Dan D.H. Penny. 1976. Penduduk dan Kemiskinan Kasus Sriharjo di Pedesaan
Jawa. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Walgito, B. 2007. Psikologi Kelompok . Yogyakarta: Andi.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 38/47
31
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN PELATIHAN IbW DI DUSUN MUNTIGUNUNG DAN
PEDAHAN
Gambar 1. Proses penyaringan nira lontar sebelum dimasak menjadi gula Kristal
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 39/47
32
Gambar 2. Nira lontar setelah disaring dan siap dimasak
Gambar 3. Peserta pelatihan memasak nira lontar hasil penyaringan
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 40/47
33
Gambar 3. Gula lontar diaduk-aduk sampai terbentuk gula berbentuk serbuk kristal berwarna
merah kecoklatan
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 41/47
34
Gambar 4. Peserta pelatihan sedang menyaring gula lontar kristal untuk memisahkan ukuran
serbuk halus dengan yang lebih kasar.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 42/47
35
Gambar 5. Mesin penggiling gula lontar menjadi serbuk halus (disesuaikan dengan ukuran mesh
atau saringan)
Gambar 6. Instruktur bersama peserta pelatihan sedang menggiling gula lontar Kristal dengan
menggunakan mesin penggiling
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 43/47
36
Gambar 7. Gula lontar kristal sudah dikemas dan siap di pasarkan
Gambar 8. Pameran produk gula lontar kristal dari hasil pelatihan pada gebyar Ipteks IbW.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 44/47
37
Gambar 9. Peserta pelatihan sedang membuat kerajinan daun lontar dan ingka.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 45/47
38
Gambar 10. Instruktur mendampingi peserta pelatihan membuat kerajinan daun lontar dan
ingka.
Gambar 11. Tahap akhir ( finishing ) pembuatan kerajinan daun lontar.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 46/47
39
Gambar 12. Peserta pelatihan sedang membuat kerajinan ingka dari lidi daun lontar.
Gambar 13. Pameran produk kerajinan daun lontar dan kerajinan ingka dari hasil pelatihan pada
gebyar Ipteks IbW.
7/21/2019 Laporan IbW perguruan Tinggi
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-ibw-perguruan-tinggi 47/47
Foto Kegiatan Pelatihan Analisis dan Implementasi Kurikulum 2013
Bagi Guru-Guru SD Vilial dan SMP Satu Atap
Desa Pedahan Kecamatan Kubu, Karangasem
Foto Kegiatan Pelatihan Analisis dan Implementasi Kurikulum 2013
Bagi Guru-Guru SD Vilial dan SMP Satu Atap
Desa Pedahan Kecamatan Kubu, Karangasem