laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

15
LAPORAN HASIL SGD Management Of Dental & Supporting Tissues DiseasesBLOK 17 LBM 1 Disusun Oleh : Kelompok SGD 6 1. Yutia Indra Kusuma (112080050) 2. Andhinda Pramudya (112100112) 3. Dyflia Irfania (112100126) 4. Febia Astiawati S (112100132) 5. Karina Wyne S (112100142) 6. Lita Paramita (112100146) 7. Mentari Nurul A (112100150) 8. Risky Hanugrahani P (112100162) 9. Rr. Sarah Ladytama (112100165) 10. Susanti Arisonya (112100169) 11. .Thuba Fitriana (112100171) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Upload: rsigm

Post on 06-Jul-2015

3.051 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

LAPORAN HASIL SGD

“Management Of Dental & Supporting Tissues Diseases”

BLOK 17 LBM 1

Disusun Oleh :

Kelompok SGD 6

1. Yutia Indra Kusuma (112080050)

2. Andhinda Pramudya (112100112)

3. Dyflia Irfania (112100126)

4. Febia Astiawati S (112100132)

5. Karina Wyne S (112100142)

6. Lita Paramita (112100146)

7. Mentari Nurul A (112100150)

8. Risky Hanugrahani P (112100162)

9. Rr. Sarah Ladytama (112100165)

10. Susanti Arisonya (112100169)

11. .Thuba Fitriana (112100171)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Page 2: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

SKENARIO :

Tn. Supeno (45 th) seorang PNS datang ke RSGM Unissula dengan keluhan sakit pada gigi

atas bagian depan kanan sejak 1 minggu yang lalu. Gigi tersebut patah dikarenakan trauma

pada saat kecelakaan sepeda motor. Pasien sudah minum obat penghilang rasa sakit, sakitnya

hilang kemudian timbul lagi. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik. Drg

melakukan pemeriksaan klinis dan foto rontgen sebagai penujang pemeriksaan.

Pemeriksaan obyektif, didapatkan :

Ekstra Oral (EO)

- Pada daerah bibir atas terdapat laserasi, sakit bila ditekan

Intra Oral (IO)

- Oral hygiene bagus

- Gigi 11 : fraktur horizontal, klas 3 Ellis, fraktur lebih dari 1/3 mahkota. Perkusi

dan tekan terasa sakit.

- Gigi 21 : fraktur horizontal, klas 2 Ellis fraktur kurang dari 1/3 mahkota, perkusi

dan tekan tidak sakit.

Rongent (Ro)

- Gigi 11 : fraktur sudah mengenai ruang pulpa, terdapat pelebaran ligament

periodontal bagian distal dan mesial terdapat gambaran diffuse radiolusen pada

apical gigi.

- Gigi 21 : fraktur mengenai bagian dentin. Tidak terdapat pelebaran ligament

periodontal.

Dokter gigi menyarankan untuk dilakukan perawatan gigi yang sesuai dengan temuan

objektif diatas.

Page 3: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

I. PENDAHULUAN

Perawatan Endodontik

Perawatan endodontic bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin agar dapat

dipergunakan sesuai fungsinya.

Indikasi Perawatan Endodontik

Dibawah ini merupakan indikasi dilakukannya perawatan endodontic :

1. Gigi dengan kelainan jaringan pulpa dan jaringan periapikal

2. Gigi sebagai penyangga gigi tiruan

3. Gigi tanpa kelainan jaringan pulpa atau jaringan periapikal yang membutuhkan pasak

sebagai retensi restorasinya

4. Perawatan pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal

5. Jaringan pendukung gigi baik dan cukup untuk perawatan endodontik

6. Kesehatan umum pasien baik

Kontraindikasi Perawatan Endodontik

Dibawah ini merupakan kontraindikasi dari dilakukannya perawatan endodontik :

1. Gigi tidak dapat direstorasi baik secara fungsional dan estetik

2. Gigi yang tidak cukup didukung jaringan periodonsium

3. Gigi maloklusi, tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional

4. Fraktur akar vertical

5. Saluran akar tidak dapat dipreparasi

6. Resorpsi yang luas baik resorpsi eksternal ataupun internal

7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga menyulitkan dalam instrumental

8. Kesehatan umum jelek

Macam-macam Perawatan Endodontik

Perawatan endodontik terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Endodontik konvensional

Page 4: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

Tujuan perawatan endodontik konvensional yaitu meringankan rasa sakit dan mengontrol

sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi

yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya.

Perawatan endodontik konvensional terbagi menjadi :

- Pulp capping

Didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di

atas pulpa vital yang terbuka. Pulp capping bertujuan menghilangkan iritasi ke

jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat

mempertahankan vitalitasnya.

1. Direct : yaitu aplikasi bahan langsung ke jaringan pulpa, pada atap pulpa yang

terbuka dan tidak terkontaminasi saliva.

2. Indirect : yaitu penempatan bahan adhesive di atas sisa dentin karies, pada

gigi vital yang terbebas dari inflamasi.

- Pulpotomi

Merupakan pemotongan jaringan pulpa pada bagian koronal yang telah

mengalami infeksi kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis untuk

menstimulasi perbaikan atau memumifikasi sisa jaringan pulpa vital di akar gigi.

- Perawatan saluran akar :

1. Pulpektomi : merupakan pengambilan menyeluruh pulpa normal dan patologis

dari rongga pulpa suatu gigi.

2. Endointrakanal

- Apeksifikasi

Suatu metode perawatan pendahulu saluran akar dengan tujuan merangsang

pertumbuhan apeks yang belum sempurna pada gigi nonvital, supaya terbentuk

osteodentin atau jaringan keras lainnya.

Page 5: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

b. Endodontik bedah

- Kuratase apeks

- Reseksi apeks

- Intentional replant

- Hemiseksi

- Implant endodontik

Fraktur Gigi

Fraktur gigi merupakan patahnya jaringan keras akar gigi karena tekanan atau trauma

yang dapat berpengaruh pada sementum, dentin dan pulpa. Atau dapat juga didefinisikan sebagai

pecahnya gigi (mahkota atau akar gigi) karena adanya tekanan atau kekuatan yang melebihi

resistensinya.

a. Fraktur mahkota

Fraktur mahkota umunya diagonal, melibatkan bagian tengah gigi, terbanyak sisi

mesial

b. Fraktur email

Merupakan fraktur mahkota yang hanya melibatkan email saja, yang mungkin berupa

crack yang dapat melibatkan dentin

c. Fraktur email dan dentin dengan pulpa belum terbuka

Fraktur yang melibatkan email dan dentin, tetapi pulpa belum terbuka

Terbagi menjadi :

- Fraktur horizontal

- Fraktur oblique

- Fraktur vertical

d. Fraktur email dan dentin dengan pulpa terbuka

Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin dengan pulpa sudah terbuka.

e. Fraktur akar

Merupakan patahnya jaringan keras akar gigi karena tekanan atau trauma yang dapat

berpengaruh pada sementum, dentin dan pulpa.

Page 6: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

II. RUMUSAN MASALAH

Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada LBM 1 ini, kami

menganalisis dan mendapatkan beberapa masalah yang timbul. Yaitu mengenai perawatan

endodontic dan dengan gigi dalam keadaan fraktur.

Pada step pertama kami membahas mengenai kata-kata yang belum mengerti yang

terdapat dalam scenario diatas terdapat dua kata yang belum dimengerti yaitu laserasi dan diffuse

radiolusen. Laserasi yang berarti luka yang disebabkan oleh robekan dimana dalam scenario

disebutkan bahwa bibir atas dari pasien mengalami laserasi. Sedangkan pengertian dari diffuse

radiolusen adalah daerah gambaran lunak yang menyebar dengan batas tidak jelas atau daerah

tersebut dapat ditembus oleh sinar x yang menunjukkan terdapatnya jaringan lunak pada daerah

tersebut.

Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan berbagai pertanyaan yang

berhubungan dengan rumusan masalah utama yang sesuai dengan scenario diatas. Di dapatkan

ada 14 pertanyaan yang telah disampaikan dan disetujui oleh semua anggota SGD kami.

Pertanyaan tersebut terdiri dari :

1. Macam-macam fraktur klas ellis ?

2. Apa etiologi dari fraktur ?

3. Pada gigi 11 terdapat gambaran radiolusen mengapa ?

4. Pada gigi 11 mengapa ada pelebaran ligament ?

5. Pada gigi 11 terdapat pelebaran ligament sedangkan pada gigi 21 tidak terdapat pelebaran

ligament ?

6. Pasien sudah minum obat, tapi mengapa pasien masih merasa sakit ?

7. Perawatan untuk masing-masing gigi ?

8. Obat yang digunakan pasien untuk menghilangkan rasa sakit ?

9. Jika pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik apakah jenis perawatan untuk pasien

tetap sama ?

10. Diagnosis untuk kasus gigi 11 dan 21 dilihat dari hasil foto rontgen ?

11. Bagaimana prognosis kasus di scenario ?

12. Apa factor keberhasilan dan kegagalan dari perawatan pada kasus diskenario ?

13. Pemeriksaan klinis dari fraktur ?

Page 7: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

14. Mengapa pada kasus diskenario menggunakan pemeriksaan penunjang foto rontgen

periapikal ?

III. PEMBAHASAN

Pembahasan

Berdasarkan scenario yang menjadi latar belakang LBM 1 ini kami membahas mengenai

hal-hal yang terkait dengan pokok permasalahan yang muncul yaitu mengenai perawatan

endodontik dan fraktur gigi. pada pembahasan ini kami akan menguraikan mengenai jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari scenario.

Pembahasan pertama mengenai klasifikasi fraktur gigi yaitu terdapat dua macam

klasifikasi menurut Ellis dan Davey serta menurut Ellis

Menurut ellis dan davey

- Klas I : fraktur gigi melibatkan email

- Klas II : fraktur gigi melibatkan email dan dentin tetapi belum mencapai pulpa

- Klas III : fraktur melibatkan email , dentin dan pulpa dengan atau tanpa perubahan

tempat

- Klas IV : gigi non vital

- Klas V : avulsi ( gigi lepas karna trauma )

- Klas VI : fraktur akar

- Klas VII : gigi berpindah tempat

- Klas VII : fraktur mahkota

- Klas IX : fraktur pada gigi decidui

Menurut ellis

- Klas I : fraktur melibatkan email

- Klas II : fraktur melibatkan email dan dentin

- Klas III : fraktur email , dan pulpa

- Klas IV : fraktur akar

- Klas V : Luksasi gigi

- Klas VI : intrusi gigi

Page 8: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

Fraktur gigi yang sudah dijelaskan pengertiannya pada bab pendahuluan dapat terjadi

disebabkan oleh berbagai etiologi yaitu :

- Trauma : kerusakan jaringan akibat benturan atau benda lain

a. Jaringan lunak (kulit , otot dan saraf )

b. Jaringan keras (tulang, gigi)

Jenis trauma

o Trauma fisik

o Trauma mekanik

- Bersifat iatrogenic tekanan yang berlebih saat PSA

- Fraktur berkembang lambat disebabkan oleh bruxism atau clenching

Dan etiologi fraktur secara umum yaitu :

- Langsung

Contoh : trauma yang langsung mengenai jaringan

- Tidak langsung

Contoh : trauma pada satu tempat dan menyebabkan kerusakan pada tempat lain

Pada risiko terjadinya fraktur gigi dapat diperparah oleh adanya factor predisposisi,

dimana factor predisposisi terdiri dari :

a. Klas II divisi 1 lebih mudah terkena trauma sehingga menyebabkan fraktur

b. Overjet lebih dari 3mm

c. Overjet lebih dari 6mm resiko 3x lebih besar

d. Olahraga, jatuh , berkelahi, kecelakaan

e. Pada anak usai 2-5 th keseimbangan tubuh belum sempurna sehingga rawan terkena

fraktur

f. Usia 5 – 10 th trauma saat bermain

g. Usia diatas 10 th trauma saat berolahraga

h. Anak reterdasi mental resiko lebih tinggi

i. Penutupan bibir atas dan bawah yang kurang sempurna

j. Resiko fraktur paling tinggi pada usia 7 – 12 th

Page 9: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

k. Kasus fraktur lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (2 : 1)

l. Pada kasus pasien yang memiliki kebiasaan mouth breathing (kasus gigi protusi)

Kembali pada kasus diskenarip dijelaskan bahwa gigi 11 pasien dari hasil pemeriksaan

penunjang foto rontgen terdapat gambaran diffuse radiolusen, gambaran tersebut di sebabkan

oleh dua kemungkinan yang kami bahas yaitu :

1. Gigi 11 fraktur sudah mencapai pulpa invasi bakteri sehingga terjadi inflamasi

tumbuh memberikan respon pulpitis (peradangan terus menerus) bakteri menyebar

melalui jaringan periapikal terjadi perubahan secara histologist kerusakan jaringan

apical dengan resorbsi tulang alveolar sehingga pada Ro: terlihat diffuse radiolusen

2. Gambaran radiolusen tersebut dikarenakan abses

Gigi 11 fraktur sudah mencapai pulpa terjadi inflamasi tumbuh memberikan respon

terjadi abses

Dari hasil diskusi anggota kelompok SGD 6 lebih menyetujui kemungkinan pertama

yang menyebabkan terjadinya gambaran diffuse radiolusen pada gigi 11 pasien dikarenakan jika

pada kemungkinan kedua yang disebabkan oleh abses, belum dapat dipastikan psien mengalami

kecelakaan yang menyebabkan giginya fraktur sudah sejak kapan karena pembentukan abses

memerlukan waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh beberapa factor.

Factor yang mempengaruhi terjadinya abses :

a. Jenis dan virulensi kuman penyebab

b. Daya tahan tubuh penderita

c. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi

d. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot

Didapatkan pada pemeriksaan penunjang foto rontgen dari scenario terhadap pasien

bahwa pada gigi 11 terdapat pelebaran ligament, hal tersebut dikarenakan oleh :

- Tekanan dari trauma (diskontuinitas) terjadi respon inflamasi menyebabkan

aktifitas sel mediator kimiawi terjadi pelebaran ligament

Page 10: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

- Bakteri yang mengivasi pulpa kemudian ke jaringan periapikal bakteri

memproduksi toksik pada jaringan sekitar jika toksik keluar melalui jar periapikal,

akan menyebar ke jar periodontal dan merangsang jar periodontal respon inflamasi

(menghasilkan eksudat dan terakumulasi di jar periodontal)

Selanjutnya dari hasil pemeriksaan radiografi terlihat terdapat pelebaran ligament bagian

mesial distal gigi 11 yang pelebaran ligament tersebut dikarenakan kasus fraktur yang sudah

mengenai pulpa. Gigi 11 termasuk fraktur klas III ellis (mengenai pulpa)

Mekanismenya yaitu :

Fraktur mengenai pulpa pulpa terbuka bakteri yang mengivasi pulpa kemudian

ke jaringan periapikal bakteri memproduksi toksik pada jaringan sekitar jika

toksik keluar melalui jar periapikal, akan menyebar ke jar periodontal dan

merangsang jar periodontal respon inflamasi (menghasilkan eksudat dan

terakumulasi di jar periodontal)

Sedangkan pada gigi 21 fraktur klas II ellis hanya mengenai email dan dentin, karena

jauh dari jar ligament sehingga tidak terdapat pelebaran ligament. Tetapi pada kasus lain fraktur

klas II Eliss dapat terjadi pelebaran ligament jika ada invasi bakteri yang masuk melalui tubulus

dentin.

Pasien pada kasus diskenario sudah meminum obat penghilang rasa sakit yang

kemungkinan pasien meminum obat analgesic, dikarenakan obat analgesic merupakan obat

penghilang rasa sakit. Tetapi pasien masih merasakan rasa sakit hilang timbul, hal itu disebabkan

karena gigi tersebut sudah mengalami infeksi yang sudah menyebar, dan pasien mungkin tidak

meminum antibiotic hanya meminum obat analgesic. Sehingga microorganism penyebab utama

terjadinya infeksi tetap masih menginvasi jaringan tersebut.

Selain itu kami juga membahas mengenai durasi onset obat yang digunakan oleh pasien.

Durasi onset obat analgesic

- Obat analgesic NSAID (durasi kerja 24jam)

Co :

a. Aspirin

Page 11: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

b. Asetaminoven

c. Ibuprofen Asam mefenamat

- Obat analgesic Opioid

Co :

a. morfin (mengurangi persepsi nyeri diotak, durasi 4 – 6 jam),

b. metadon (durasi 25 jam )

c. meperidin (durasi kerjad 2-4 jam)

Diagnose untuk gigi 11 dan gigi 21 pada kasus di scenario adalah :

a. Gigi 11 fraktur klas III ellis dengan nekrosis disertai lesi periapikal

Gejala : pembengkakan, Ro: lesi radiolusen, tes pulpa (-), tes vital (-)

b. Gigi 21 fraktur klas II ellis

Perawatan untuk masing-masing gigi adalah :

Perawatan untuk gigi 11

a. Dihilangkan infeksi dengan antibiotic

b. Pulpektomi untuk gigi fraktur lebih dari 72 jam

Pulpektomi

Apek akar yang sempurna, mahkota mengalami fraktur yang sangat parah sehingga

menyebabkan terbukanya pulpa. Jika apeks belum sempurna tidak boleh dilakukan pulpektomi

tetapi dilakukan pulpotomi.

Cara kerja :

a. Isolasi daerah kerja

b. Anastesi lokal

c. Pembukaan atap pulpa hingga orifice terlihat

d. Pengambilan jar sal akar dengan ekstirpasi

e. Preparasi

f. Irigasi

g. Sterilisasi / dressing (jika ada lesi dengan dressing dapat sembuh)

h. Pengisian ZnOE

Page 12: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

i. Tutup kapas sementara

j. Basis semen ZnPO4

k. Tumpat sementara control 1 minggu

l. Restorasi tetapi

Perawatan pulpektomi terdiri dari :

a. Vital

Indikasi : Tidak kondisi patologis dengan resorbsi akar yang lebih dari 2/3 akar

b. Devital

Indikasi : dilakukan pada gigi yang mengalami pulpitis dan pada pasien yang tidak tahan

terhadap anastesi

c. Nonvital

Indikasi :

- mahkota gigi masih dapat direstorasi

- gigi tidak goyang dan periodontal normal

- resorbsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal

- belum terlihat adanya fistula

- kondisi pasien baik

Kontra indikasi :

- Gigi tidak dapat direstorasi

- Kesehatan umum pasien jelek

- Pembengkokan ujung akar dengan granuloma yang sukar dibersihkan

Jenis perawatan pada fraktur klas III ellis (tidak perlu dilakukan splinting)

a. Diberikan antibiotic

1. amoxicillin 500mg 3x sehari selama 5 hari

2. penicillin apabila ada alergi terhadap amoxicilin

b. Pulp capping direct digunakan untuk fraktur yang kurang dr 24jam dan belum terjadi

infeksi

Page 13: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

c. Pulpotomi untuk gigi fraktur 24 – 72 jam

d. Pulpektomi dengan endodontic untuk gigi fraktur lebih dari 72 jam dan gigi yang

nekrosis

e. Apeksifikasi untuk gigi yang sudah nekrosis dan pada gigi permanen muda

f. Pulpotomi dengan formokresol

Pelebaran ligament pada gigi 11

Yaitu dengan menghilangkan Infeksi dengan antibiotic

Perawatan untuk gigi 21

a. Kalsium hidroksit diatas tubulus dentin untuk mendisiinfeksi

b. Dentin ditambal dengan GIC

c. Pemeriksaan vitalitas pulpa sesudah 6-8 minggu

d. Restorasi mahkota dengan resin komposit atau mahkota jaket

Perawatan untuk laserasi pada bibir atas

Yaitu dengan suturing untuk mengembalikan fungsi bibir.

Perawatan yang sudah dibahas di atas digunakan pada pasien di kasus scenario yang tidak

memiliki riwayat penyakit sistemik. Tetapi jika pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik

untuk jenis perawatan belum tentu sama. Dikarenakan pada orang yang mempunyai penyakit

sistemik :

a. Penyembuhan luka lama

b. Kegoyangan gigi lebih meningkat

c. Terjadi kerusakan jar periodontal

d. Pemberian analgesic dan antibiotic hati-hati

e. Pada penyakit DM jangan diberi analgesic yang memerlukan metabolism di ginjal

Co : aspirin

Sedangkan pada orang tanpa penyakit sistemik biasa terdapat lesi periapikal

Jika pasien memiliki penyakit sistemik perawatan untuk gigi 11 yaitu :

Page 14: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

- Pada penyakit jantung tidak boleh dilakukan pulpektomi

Dikarenakan bisa menyebabkan focal infeksi, seperti endocarditis . Sehingga perawatan jika

pasien memiliki penyakit jantung yaitu di ekstraksi.

- DM bisa dilakukan perawatan pulpektomi tetapi dikontrol dulu untuk DM nya

Sedangkan pada gigi 21 jika pasien mempunyai penyakit sistemik bisa dilakukan

perawatan.

Prognosis untuk gigi 11 dan gigi 21 yaitu mempunyai prognosis yang baik.

Faktor keberhasilan dan kegagalan dari perawatan endodontic yaitu :

1. Factor keberhasilan :

a. Factor pasien

- Usia penderita

- Kooperatif pasien

b. Factor patologis

- Keadaan umum pasien

2. Factor kegagalan :

a. Factor pasien

- Usia penderita ( pada usia tua terjadi kalsifikasi menyebabkan prognosis buruk )

- Kooperatif pasien

b. Factor patologis

- Keadaan umum pasien

c. Diagnose salah

d. Perawatan dengan diagnosis buruk

e. Preparasi dan sterilisasi kurang baik

f. Teknik pengisian kurang

g. Microorganism menetap

h. Restorasi yang kurang baik

i. Irigasi yang kurang

Page 15: Laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa kasus gigi fraktur yaitu :

1. Pemeriksaan visual (untuk melihat adanya ulserasi, inflamasi)

2. Palpasi , pada mukosa yang menutupi akar dan apeks gigi

3. Perkusi, mahkota gigi diketuk secara vertical dan horizontal

4. Transluminasi (untuk melihat adanya garis fraktur)

5. Tes vitalitas:

a. Termal

b. elektrik

6. Mobilitas

7. Pemeriksaan penunjang :

Radiografi :

a. Periapikal

b. Oklusal melihat adanya fragmen asing yang masuk ke jaringan luka

c. Orthopantogram melihat apakah melibatkan fraktur pada tulang sekitar

Tetapi pada gigi fraktur kontra indikasi pada pemeriksaan tes vital karena mengalami parastesia

sementara sehingga menghasilkan reaksi palsu.

Pada skenario menggunakan pemeriksaan penunjang foto rontgen periapikal dikarenakan

pemeriksaan radiografi menggunakan foto rontgen digunakan untuk melihat keseluruhan

mahkota, akar, jaringan pendukung tetapi hanya untuk melihat beberapa gigi saja. Dan rontgen

periapikal untuk melihat keadaan gigi lebih detail dan pada skenario hanya terjadi pada gigi 11

atau 21. Selain itu hasil dari radiografi periapikal tidak menimbulkan bias.