laporan hasil sgd lbm 1 blok 17 sgd 6
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL SGD
“Management Of Dental & Supporting Tissues Diseases”
BLOK 17 LBM 1
Disusun Oleh :
Kelompok SGD 6
1. Yutia Indra Kusuma (112080050)
2. Andhinda Pramudya (112100112)
3. Dyflia Irfania (112100126)
4. Febia Astiawati S (112100132)
5. Karina Wyne S (112100142)
6. Lita Paramita (112100146)
7. Mentari Nurul A (112100150)
8. Risky Hanugrahani P (112100162)
9. Rr. Sarah Ladytama (112100165)
10. Susanti Arisonya (112100169)
11. .Thuba Fitriana (112100171)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010 / 2011
SKENARIO :
Tn. Supeno (45 th) seorang PNS datang ke RSGM Unissula dengan keluhan sakit pada gigi
atas bagian depan kanan sejak 1 minggu yang lalu. Gigi tersebut patah dikarenakan trauma
pada saat kecelakaan sepeda motor. Pasien sudah minum obat penghilang rasa sakit, sakitnya
hilang kemudian timbul lagi. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik. Drg
melakukan pemeriksaan klinis dan foto rontgen sebagai penujang pemeriksaan.
Pemeriksaan obyektif, didapatkan :
Ekstra Oral (EO)
- Pada daerah bibir atas terdapat laserasi, sakit bila ditekan
Intra Oral (IO)
- Oral hygiene bagus
- Gigi 11 : fraktur horizontal, klas 3 Ellis, fraktur lebih dari 1/3 mahkota. Perkusi
dan tekan terasa sakit.
- Gigi 21 : fraktur horizontal, klas 2 Ellis fraktur kurang dari 1/3 mahkota, perkusi
dan tekan tidak sakit.
Rongent (Ro)
- Gigi 11 : fraktur sudah mengenai ruang pulpa, terdapat pelebaran ligament
periodontal bagian distal dan mesial terdapat gambaran diffuse radiolusen pada
apical gigi.
- Gigi 21 : fraktur mengenai bagian dentin. Tidak terdapat pelebaran ligament
periodontal.
Dokter gigi menyarankan untuk dilakukan perawatan gigi yang sesuai dengan temuan
objektif diatas.
I. PENDAHULUAN
Perawatan Endodontik
Perawatan endodontic bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin agar dapat
dipergunakan sesuai fungsinya.
Indikasi Perawatan Endodontik
Dibawah ini merupakan indikasi dilakukannya perawatan endodontic :
1. Gigi dengan kelainan jaringan pulpa dan jaringan periapikal
2. Gigi sebagai penyangga gigi tiruan
3. Gigi tanpa kelainan jaringan pulpa atau jaringan periapikal yang membutuhkan pasak
sebagai retensi restorasinya
4. Perawatan pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
5. Jaringan pendukung gigi baik dan cukup untuk perawatan endodontik
6. Kesehatan umum pasien baik
Kontraindikasi Perawatan Endodontik
Dibawah ini merupakan kontraindikasi dari dilakukannya perawatan endodontik :
1. Gigi tidak dapat direstorasi baik secara fungsional dan estetik
2. Gigi yang tidak cukup didukung jaringan periodonsium
3. Gigi maloklusi, tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional
4. Fraktur akar vertical
5. Saluran akar tidak dapat dipreparasi
6. Resorpsi yang luas baik resorpsi eksternal ataupun internal
7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga menyulitkan dalam instrumental
8. Kesehatan umum jelek
Macam-macam Perawatan Endodontik
Perawatan endodontik terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Endodontik konvensional
Tujuan perawatan endodontik konvensional yaitu meringankan rasa sakit dan mengontrol
sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi
yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya.
Perawatan endodontik konvensional terbagi menjadi :
- Pulp capping
Didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di
atas pulpa vital yang terbuka. Pulp capping bertujuan menghilangkan iritasi ke
jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat
mempertahankan vitalitasnya.
1. Direct : yaitu aplikasi bahan langsung ke jaringan pulpa, pada atap pulpa yang
terbuka dan tidak terkontaminasi saliva.
2. Indirect : yaitu penempatan bahan adhesive di atas sisa dentin karies, pada
gigi vital yang terbebas dari inflamasi.
- Pulpotomi
Merupakan pemotongan jaringan pulpa pada bagian koronal yang telah
mengalami infeksi kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis untuk
menstimulasi perbaikan atau memumifikasi sisa jaringan pulpa vital di akar gigi.
- Perawatan saluran akar :
1. Pulpektomi : merupakan pengambilan menyeluruh pulpa normal dan patologis
dari rongga pulpa suatu gigi.
2. Endointrakanal
- Apeksifikasi
Suatu metode perawatan pendahulu saluran akar dengan tujuan merangsang
pertumbuhan apeks yang belum sempurna pada gigi nonvital, supaya terbentuk
osteodentin atau jaringan keras lainnya.
b. Endodontik bedah
- Kuratase apeks
- Reseksi apeks
- Intentional replant
- Hemiseksi
- Implant endodontik
Fraktur Gigi
Fraktur gigi merupakan patahnya jaringan keras akar gigi karena tekanan atau trauma
yang dapat berpengaruh pada sementum, dentin dan pulpa. Atau dapat juga didefinisikan sebagai
pecahnya gigi (mahkota atau akar gigi) karena adanya tekanan atau kekuatan yang melebihi
resistensinya.
a. Fraktur mahkota
Fraktur mahkota umunya diagonal, melibatkan bagian tengah gigi, terbanyak sisi
mesial
b. Fraktur email
Merupakan fraktur mahkota yang hanya melibatkan email saja, yang mungkin berupa
crack yang dapat melibatkan dentin
c. Fraktur email dan dentin dengan pulpa belum terbuka
Fraktur yang melibatkan email dan dentin, tetapi pulpa belum terbuka
Terbagi menjadi :
- Fraktur horizontal
- Fraktur oblique
- Fraktur vertical
d. Fraktur email dan dentin dengan pulpa terbuka
Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin dengan pulpa sudah terbuka.
e. Fraktur akar
Merupakan patahnya jaringan keras akar gigi karena tekanan atau trauma yang dapat
berpengaruh pada sementum, dentin dan pulpa.
II. RUMUSAN MASALAH
Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada LBM 1 ini, kami
menganalisis dan mendapatkan beberapa masalah yang timbul. Yaitu mengenai perawatan
endodontic dan dengan gigi dalam keadaan fraktur.
Pada step pertama kami membahas mengenai kata-kata yang belum mengerti yang
terdapat dalam scenario diatas terdapat dua kata yang belum dimengerti yaitu laserasi dan diffuse
radiolusen. Laserasi yang berarti luka yang disebabkan oleh robekan dimana dalam scenario
disebutkan bahwa bibir atas dari pasien mengalami laserasi. Sedangkan pengertian dari diffuse
radiolusen adalah daerah gambaran lunak yang menyebar dengan batas tidak jelas atau daerah
tersebut dapat ditembus oleh sinar x yang menunjukkan terdapatnya jaringan lunak pada daerah
tersebut.
Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan berbagai pertanyaan yang
berhubungan dengan rumusan masalah utama yang sesuai dengan scenario diatas. Di dapatkan
ada 14 pertanyaan yang telah disampaikan dan disetujui oleh semua anggota SGD kami.
Pertanyaan tersebut terdiri dari :
1. Macam-macam fraktur klas ellis ?
2. Apa etiologi dari fraktur ?
3. Pada gigi 11 terdapat gambaran radiolusen mengapa ?
4. Pada gigi 11 mengapa ada pelebaran ligament ?
5. Pada gigi 11 terdapat pelebaran ligament sedangkan pada gigi 21 tidak terdapat pelebaran
ligament ?
6. Pasien sudah minum obat, tapi mengapa pasien masih merasa sakit ?
7. Perawatan untuk masing-masing gigi ?
8. Obat yang digunakan pasien untuk menghilangkan rasa sakit ?
9. Jika pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik apakah jenis perawatan untuk pasien
tetap sama ?
10. Diagnosis untuk kasus gigi 11 dan 21 dilihat dari hasil foto rontgen ?
11. Bagaimana prognosis kasus di scenario ?
12. Apa factor keberhasilan dan kegagalan dari perawatan pada kasus diskenario ?
13. Pemeriksaan klinis dari fraktur ?
14. Mengapa pada kasus diskenario menggunakan pemeriksaan penunjang foto rontgen
periapikal ?
III. PEMBAHASAN
Pembahasan
Berdasarkan scenario yang menjadi latar belakang LBM 1 ini kami membahas mengenai
hal-hal yang terkait dengan pokok permasalahan yang muncul yaitu mengenai perawatan
endodontik dan fraktur gigi. pada pembahasan ini kami akan menguraikan mengenai jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari scenario.
Pembahasan pertama mengenai klasifikasi fraktur gigi yaitu terdapat dua macam
klasifikasi menurut Ellis dan Davey serta menurut Ellis
Menurut ellis dan davey
- Klas I : fraktur gigi melibatkan email
- Klas II : fraktur gigi melibatkan email dan dentin tetapi belum mencapai pulpa
- Klas III : fraktur melibatkan email , dentin dan pulpa dengan atau tanpa perubahan
tempat
- Klas IV : gigi non vital
- Klas V : avulsi ( gigi lepas karna trauma )
- Klas VI : fraktur akar
- Klas VII : gigi berpindah tempat
- Klas VII : fraktur mahkota
- Klas IX : fraktur pada gigi decidui
Menurut ellis
- Klas I : fraktur melibatkan email
- Klas II : fraktur melibatkan email dan dentin
- Klas III : fraktur email , dan pulpa
- Klas IV : fraktur akar
- Klas V : Luksasi gigi
- Klas VI : intrusi gigi
Fraktur gigi yang sudah dijelaskan pengertiannya pada bab pendahuluan dapat terjadi
disebabkan oleh berbagai etiologi yaitu :
- Trauma : kerusakan jaringan akibat benturan atau benda lain
a. Jaringan lunak (kulit , otot dan saraf )
b. Jaringan keras (tulang, gigi)
Jenis trauma
o Trauma fisik
o Trauma mekanik
- Bersifat iatrogenic tekanan yang berlebih saat PSA
- Fraktur berkembang lambat disebabkan oleh bruxism atau clenching
Dan etiologi fraktur secara umum yaitu :
- Langsung
Contoh : trauma yang langsung mengenai jaringan
- Tidak langsung
Contoh : trauma pada satu tempat dan menyebabkan kerusakan pada tempat lain
Pada risiko terjadinya fraktur gigi dapat diperparah oleh adanya factor predisposisi,
dimana factor predisposisi terdiri dari :
a. Klas II divisi 1 lebih mudah terkena trauma sehingga menyebabkan fraktur
b. Overjet lebih dari 3mm
c. Overjet lebih dari 6mm resiko 3x lebih besar
d. Olahraga, jatuh , berkelahi, kecelakaan
e. Pada anak usai 2-5 th keseimbangan tubuh belum sempurna sehingga rawan terkena
fraktur
f. Usia 5 – 10 th trauma saat bermain
g. Usia diatas 10 th trauma saat berolahraga
h. Anak reterdasi mental resiko lebih tinggi
i. Penutupan bibir atas dan bawah yang kurang sempurna
j. Resiko fraktur paling tinggi pada usia 7 – 12 th
k. Kasus fraktur lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (2 : 1)
l. Pada kasus pasien yang memiliki kebiasaan mouth breathing (kasus gigi protusi)
Kembali pada kasus diskenarip dijelaskan bahwa gigi 11 pasien dari hasil pemeriksaan
penunjang foto rontgen terdapat gambaran diffuse radiolusen, gambaran tersebut di sebabkan
oleh dua kemungkinan yang kami bahas yaitu :
1. Gigi 11 fraktur sudah mencapai pulpa invasi bakteri sehingga terjadi inflamasi
tumbuh memberikan respon pulpitis (peradangan terus menerus) bakteri menyebar
melalui jaringan periapikal terjadi perubahan secara histologist kerusakan jaringan
apical dengan resorbsi tulang alveolar sehingga pada Ro: terlihat diffuse radiolusen
2. Gambaran radiolusen tersebut dikarenakan abses
Gigi 11 fraktur sudah mencapai pulpa terjadi inflamasi tumbuh memberikan respon
terjadi abses
Dari hasil diskusi anggota kelompok SGD 6 lebih menyetujui kemungkinan pertama
yang menyebabkan terjadinya gambaran diffuse radiolusen pada gigi 11 pasien dikarenakan jika
pada kemungkinan kedua yang disebabkan oleh abses, belum dapat dipastikan psien mengalami
kecelakaan yang menyebabkan giginya fraktur sudah sejak kapan karena pembentukan abses
memerlukan waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh beberapa factor.
Factor yang mempengaruhi terjadinya abses :
a. Jenis dan virulensi kuman penyebab
b. Daya tahan tubuh penderita
c. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi
d. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot
Didapatkan pada pemeriksaan penunjang foto rontgen dari scenario terhadap pasien
bahwa pada gigi 11 terdapat pelebaran ligament, hal tersebut dikarenakan oleh :
- Tekanan dari trauma (diskontuinitas) terjadi respon inflamasi menyebabkan
aktifitas sel mediator kimiawi terjadi pelebaran ligament
- Bakteri yang mengivasi pulpa kemudian ke jaringan periapikal bakteri
memproduksi toksik pada jaringan sekitar jika toksik keluar melalui jar periapikal,
akan menyebar ke jar periodontal dan merangsang jar periodontal respon inflamasi
(menghasilkan eksudat dan terakumulasi di jar periodontal)
Selanjutnya dari hasil pemeriksaan radiografi terlihat terdapat pelebaran ligament bagian
mesial distal gigi 11 yang pelebaran ligament tersebut dikarenakan kasus fraktur yang sudah
mengenai pulpa. Gigi 11 termasuk fraktur klas III ellis (mengenai pulpa)
Mekanismenya yaitu :
Fraktur mengenai pulpa pulpa terbuka bakteri yang mengivasi pulpa kemudian
ke jaringan periapikal bakteri memproduksi toksik pada jaringan sekitar jika
toksik keluar melalui jar periapikal, akan menyebar ke jar periodontal dan
merangsang jar periodontal respon inflamasi (menghasilkan eksudat dan
terakumulasi di jar periodontal)
Sedangkan pada gigi 21 fraktur klas II ellis hanya mengenai email dan dentin, karena
jauh dari jar ligament sehingga tidak terdapat pelebaran ligament. Tetapi pada kasus lain fraktur
klas II Eliss dapat terjadi pelebaran ligament jika ada invasi bakteri yang masuk melalui tubulus
dentin.
Pasien pada kasus diskenario sudah meminum obat penghilang rasa sakit yang
kemungkinan pasien meminum obat analgesic, dikarenakan obat analgesic merupakan obat
penghilang rasa sakit. Tetapi pasien masih merasakan rasa sakit hilang timbul, hal itu disebabkan
karena gigi tersebut sudah mengalami infeksi yang sudah menyebar, dan pasien mungkin tidak
meminum antibiotic hanya meminum obat analgesic. Sehingga microorganism penyebab utama
terjadinya infeksi tetap masih menginvasi jaringan tersebut.
Selain itu kami juga membahas mengenai durasi onset obat yang digunakan oleh pasien.
Durasi onset obat analgesic
- Obat analgesic NSAID (durasi kerja 24jam)
Co :
a. Aspirin
b. Asetaminoven
c. Ibuprofen Asam mefenamat
- Obat analgesic Opioid
Co :
a. morfin (mengurangi persepsi nyeri diotak, durasi 4 – 6 jam),
b. metadon (durasi 25 jam )
c. meperidin (durasi kerjad 2-4 jam)
Diagnose untuk gigi 11 dan gigi 21 pada kasus di scenario adalah :
a. Gigi 11 fraktur klas III ellis dengan nekrosis disertai lesi periapikal
Gejala : pembengkakan, Ro: lesi radiolusen, tes pulpa (-), tes vital (-)
b. Gigi 21 fraktur klas II ellis
Perawatan untuk masing-masing gigi adalah :
Perawatan untuk gigi 11
a. Dihilangkan infeksi dengan antibiotic
b. Pulpektomi untuk gigi fraktur lebih dari 72 jam
Pulpektomi
Apek akar yang sempurna, mahkota mengalami fraktur yang sangat parah sehingga
menyebabkan terbukanya pulpa. Jika apeks belum sempurna tidak boleh dilakukan pulpektomi
tetapi dilakukan pulpotomi.
Cara kerja :
a. Isolasi daerah kerja
b. Anastesi lokal
c. Pembukaan atap pulpa hingga orifice terlihat
d. Pengambilan jar sal akar dengan ekstirpasi
e. Preparasi
f. Irigasi
g. Sterilisasi / dressing (jika ada lesi dengan dressing dapat sembuh)
h. Pengisian ZnOE
i. Tutup kapas sementara
j. Basis semen ZnPO4
k. Tumpat sementara control 1 minggu
l. Restorasi tetapi
Perawatan pulpektomi terdiri dari :
a. Vital
Indikasi : Tidak kondisi patologis dengan resorbsi akar yang lebih dari 2/3 akar
b. Devital
Indikasi : dilakukan pada gigi yang mengalami pulpitis dan pada pasien yang tidak tahan
terhadap anastesi
c. Nonvital
Indikasi :
- mahkota gigi masih dapat direstorasi
- gigi tidak goyang dan periodontal normal
- resorbsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal
- belum terlihat adanya fistula
- kondisi pasien baik
Kontra indikasi :
- Gigi tidak dapat direstorasi
- Kesehatan umum pasien jelek
- Pembengkokan ujung akar dengan granuloma yang sukar dibersihkan
Jenis perawatan pada fraktur klas III ellis (tidak perlu dilakukan splinting)
a. Diberikan antibiotic
1. amoxicillin 500mg 3x sehari selama 5 hari
2. penicillin apabila ada alergi terhadap amoxicilin
b. Pulp capping direct digunakan untuk fraktur yang kurang dr 24jam dan belum terjadi
infeksi
c. Pulpotomi untuk gigi fraktur 24 – 72 jam
d. Pulpektomi dengan endodontic untuk gigi fraktur lebih dari 72 jam dan gigi yang
nekrosis
e. Apeksifikasi untuk gigi yang sudah nekrosis dan pada gigi permanen muda
f. Pulpotomi dengan formokresol
Pelebaran ligament pada gigi 11
Yaitu dengan menghilangkan Infeksi dengan antibiotic
Perawatan untuk gigi 21
a. Kalsium hidroksit diatas tubulus dentin untuk mendisiinfeksi
b. Dentin ditambal dengan GIC
c. Pemeriksaan vitalitas pulpa sesudah 6-8 minggu
d. Restorasi mahkota dengan resin komposit atau mahkota jaket
Perawatan untuk laserasi pada bibir atas
Yaitu dengan suturing untuk mengembalikan fungsi bibir.
Perawatan yang sudah dibahas di atas digunakan pada pasien di kasus scenario yang tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik. Tetapi jika pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik
untuk jenis perawatan belum tentu sama. Dikarenakan pada orang yang mempunyai penyakit
sistemik :
a. Penyembuhan luka lama
b. Kegoyangan gigi lebih meningkat
c. Terjadi kerusakan jar periodontal
d. Pemberian analgesic dan antibiotic hati-hati
e. Pada penyakit DM jangan diberi analgesic yang memerlukan metabolism di ginjal
Co : aspirin
Sedangkan pada orang tanpa penyakit sistemik biasa terdapat lesi periapikal
Jika pasien memiliki penyakit sistemik perawatan untuk gigi 11 yaitu :
- Pada penyakit jantung tidak boleh dilakukan pulpektomi
Dikarenakan bisa menyebabkan focal infeksi, seperti endocarditis . Sehingga perawatan jika
pasien memiliki penyakit jantung yaitu di ekstraksi.
- DM bisa dilakukan perawatan pulpektomi tetapi dikontrol dulu untuk DM nya
Sedangkan pada gigi 21 jika pasien mempunyai penyakit sistemik bisa dilakukan
perawatan.
Prognosis untuk gigi 11 dan gigi 21 yaitu mempunyai prognosis yang baik.
Faktor keberhasilan dan kegagalan dari perawatan endodontic yaitu :
1. Factor keberhasilan :
a. Factor pasien
- Usia penderita
- Kooperatif pasien
b. Factor patologis
- Keadaan umum pasien
2. Factor kegagalan :
a. Factor pasien
- Usia penderita ( pada usia tua terjadi kalsifikasi menyebabkan prognosis buruk )
- Kooperatif pasien
b. Factor patologis
- Keadaan umum pasien
c. Diagnose salah
d. Perawatan dengan diagnosis buruk
e. Preparasi dan sterilisasi kurang baik
f. Teknik pengisian kurang
g. Microorganism menetap
h. Restorasi yang kurang baik
i. Irigasi yang kurang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa kasus gigi fraktur yaitu :
1. Pemeriksaan visual (untuk melihat adanya ulserasi, inflamasi)
2. Palpasi , pada mukosa yang menutupi akar dan apeks gigi
3. Perkusi, mahkota gigi diketuk secara vertical dan horizontal
4. Transluminasi (untuk melihat adanya garis fraktur)
5. Tes vitalitas:
a. Termal
b. elektrik
6. Mobilitas
7. Pemeriksaan penunjang :
Radiografi :
a. Periapikal
b. Oklusal melihat adanya fragmen asing yang masuk ke jaringan luka
c. Orthopantogram melihat apakah melibatkan fraktur pada tulang sekitar
Tetapi pada gigi fraktur kontra indikasi pada pemeriksaan tes vital karena mengalami parastesia
sementara sehingga menghasilkan reaksi palsu.
Pada skenario menggunakan pemeriksaan penunjang foto rontgen periapikal dikarenakan
pemeriksaan radiografi menggunakan foto rontgen digunakan untuk melihat keseluruhan
mahkota, akar, jaringan pendukung tetapi hanya untuk melihat beberapa gigi saja. Dan rontgen
periapikal untuk melihat keadaan gigi lebih detail dan pada skenario hanya terjadi pada gigi 11
atau 21. Selain itu hasil dari radiografi periapikal tidak menimbulkan bias.