laporan hasil kegiatan karakterisasi dan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KARAKTERISASI DAN KOLEKSI SUMBERDAYA GENETIK TANAMAN DAN TERNAK LOKAL
DI PROVINSI ACEH
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN :
ISKANDAR MIRZA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Karakterisasi dan Koleksi Sumberdaya Genetik Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh.
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan Panglima Nyak Makam No. 27 Kotak Pos 41 Kode Pos 23125 Telp. (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077.
4. Sumber Dana : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
5. Status Penelitian : Lanjutan 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P. b. Pangkat/ Golongan : Penata/ III/c c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : Multiagroekosistem 9. Tahun Mulai : 2015 10. Tahun Selesai : 2015 11. Output Tahunan : Memperoleh informasi dan sumber
benih, bibit untuk pengidentifikasian sumber daya genetic serta pemeliharaan kebun koleksi tanaman dan ternak lokal lingkup di Provinsi Aceh
12. Output Akhir : Memperoleh database dan buku catalog tentang keberadaan, penyebaran, ciri-ciri spesifik lokal tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh
13. Biaya : Rp. 214.260.000,- (dua ratus empat belas juta dua ratus enam puluh ribu rupiah).-
Koordinator Program, Penanggungjawab kegiatan,
Dr. Rahman Jaya, S.Pi., M.Si.. Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P. NIP. 19740305 200003 1 001 NIP. 1963 199403 1 001
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si.
NIP. 19600811 198503 1 001
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah “Segala Puji bagi Alloh” dan syukur penulis ucapkan kepada Alloh
Subhanuhu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dan
tim mampu menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul ”Karakterisasi dan Koleksi
Sumberdaya Genetik Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh”. Kegiatan ini
merupakan tindak lanjut Kementerian Pertanian/Badan Litbang Pertanian dalam menan t
dan melestarikan serta mengembangkan sumberdaya genetik tanaman dan ternak lokal.
Tujuan kegiatan ini adalah mengkarakterisasi hasil kegiatan inventarisasi di Tahun 2014,
mengkoleksi secara ek situ sumberdaya genetik di lahan pekarangan BPTP Aceh serta
menginisiasi pembentukan komisi daerah (Komda) sumberdaya genetik di Provinsi Aceh.
Hasi kegiatan berupa data tentang karakterisasi dan keberadaan sumberdaya geneti
tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh.
Dengan segala kerendahan hati, disadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, sehingga memerlukan masukan guna perbaikannya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga
laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Banda Aceh, Desember 2015
Penulis
4
RINGKASAN
1 Judul : Karakterisasi dan Koleksi Sumberdaya Genetik
Tanaman dan Ternak Lokal di Provinsi Aceh.
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3 Lokasi : Provinsi Aceh
4 Agroekosistem : Multiagroekosistem
5 Status (L/B) : Lanjutan
6 Tujuan : 1. Tersedianya informasi tingkat keberagaman SDG tanaman dan ternak lokal spesifik Aceh, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh.
2. Tersedianya informasi status SDG tanaman dan ternak lokal yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun kebijakan pengelolaan SDG tanaman dan ternak di Provinsi Aceh.
7 Keluaran : 1. Luaran penelitian ini adalah Mendapatkan informasi tingkat keberagaman sumberdaya genetik tanaman perkebunan, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh.
2. Memperoleh database dan buku katalog inventaris SDG tanaman dan ternak spesifik lokal di Provinsi Aceh.
8 Hasil : Koleksi keanekaragaman SDG baik secara insitu
maupun eksitu dan memperoleh database tentang
tanaman dan ternak spesik lokal di Provinsi Aceh.
9 Prakiraan Manfaat : Manfaat pengkajian bagi masyarakat adalah
Informasi keanekaragaman genetik tanaman dan
ternak lokal di Provinsi Aceh, lokasi, ciri spesifik dan
lokasi penyebarannya.
10 Prakiraan Dampak : Informasi yang tersedia tentang sumber daya genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh dapat menjadi daya tarik bagi masyrakat secara luas dan pemerintah Aceh khusunya untuk melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik itu sebesar-besarnya demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Aceh khususnya.
11 Prosedur : 10 tahapan : Persiapan, survey calon lokasi dan calon
petani kooperator, sosialisasi dan koordinasi dengan
PEMDA, menentukan rancangan pelaksanaan
5
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, karakterisasi dan
pengamatan, temu koordinasi dengan PEMDA, petani
dan penyuluh, monitoring dan evaluasi, pelaporan.
12 Jangka Waktu : 1 tahun.
13 Biaya : Rp. 214.260.000,- (dua ratus empat belas juta dua
ratus enam puluh ribu rupiah).-
6
SUMMARY
1 Title : Characterization and Collection of Local Plant and
Livestock Genetic Resources in Aceh province
2 Implementation Unit : Institute for Agricultural Technology Aceh
3 Location : Aceh Province
4 Agroecosystem : Multiagroekosystem
5 Status : Continued
6 Objectives : 1. Availability information SDG level diversity of crops and livestock specific local Acehnese , both in their yards , gardens and farmers' fields collection in the province of Aceh.
2. Availability status information SDG local crops and livestock that can be used as building blocks SDG management policies crops and livestock in the province of Aceh.
7 Output : 1. Outcomes of this research is Getting information
resource levels of genetic diversity of plantation
crops , both in their yards , gardens and farmers'
fields collection in the province of Aceh.
2. Acquire inventory database and catalog books SDG
specific local crops and livestock in the province of
Aceh.
8 Outcome : Collection SDG diversity both in situ and eksitu and obtain a database of local crops and local livestocks in Aceh Province.
9 Expected benefit : Benefits for the community assessment is information
genetic diversity of crops and livestock locally in Aceh
Province , location , specific characteristics and location
of distribution.
10 Expected Impact : The information provided on plant genetic resources and
local livestock in the province of Aceh can be an
attraction for the community and the government of
Aceh widely especially to preserve and develop the
genetic resources as much as possible for the prosperity
and welfare of the people of Aceh in particular.
11 Procedure : 10 stages : Preparation, candidate surveys and
prospective farmer cooperators, socialization and
7
coordination with the local government, determines the
design of the activities, the implementation of the
inventory, collection and characterization in the yard and
outside yard, characterization and observation , meeting
coordination with local government, farmer and
extension , monitoring and reporting.
12 Duration : ten months
13 Budget : Rp. 214.260.000,- (two hundred and fourteen million
two hundred and sixty thousand dollars),-
8
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
RINGKASAN iii
SUMMARY v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Dasar Pertimbangan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Keluaran 3
II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Kerangka Teoritis 4
2.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian 4
III METODOLOGI 6
3.1. Pendekatan 6
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan 6
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 6
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9
4.1. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Pala 9
4.2. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman di Pekarangan 13
4.3. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Ubi Jalar 18
4.4. Eksplorasi Sumberdaya Genetik Jeruk Purut Manis dan Sawo Aceh
30
4.5. Eksplorasi dan Karakterisasi Sapi Keupong 37
4.5. Status inventarisasi dan karakterisasi SDG 39
4.6. Pengelolaan Kebun Koleksi 41
9
4.7. Kelembagaan Sumberdaya Genetik 41
4.6. Karya Tulis Ilmiah (KTI) 42
V KESIMPULAN DAN SARAN 44
5.1. Kesimpulan 44
5.2. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Tenaga dan Organisasi Pelaksanaan 46
LAMPIRAN 2. Anggaran 47
LAMPIRAN 3. Foto Kegiatan 49
10
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel
Halaman
1 Karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan. 11
2 Tabulasi hasil inventarisasi beberapa jenis tanaman di lahan pekarangan. 14 3 Karakterisasi Batang dan Daun pada 6 varietas di kecamatan Lembah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar
20
4 Karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas
di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
21
5 Dokumentasi pada saat karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh
Besar.
22
6 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Hitam 24
7 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Madu 25
8 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Jepang 26 9 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Rujak 27
10 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sarioto 28 11 Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sari
Madu
29
12 Data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut biasa dan jeruk purut manis. 31 13 Data hasil karakterisasi sawo Aceh dan sawo biasa di Kabupaten Aceh Utara 34
14 Status inventarisasi dan karakterisasi SDG di Provinsi Aceh. 37
15 Data Kebun koleksi 39
11
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar
Halaman
1 Perbandingan Pala Hutan yang besar dengan pala lokal dari ukuran buah 10 2 Kebun tanaman pala induk dan pembibitan pala di kebun milik petani
pelestari
12
3 Peta Formasi ubi jalar 19 4 Bentuk umbi 6 varietas ubi jalar 19
5 Perbedaan bentuk buah jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b) 32 6 Keragaan morfologi daun jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis (b) 33
7 Keragaan bentuk tanaman jeruk purut biasa (a) dan jeruk purut manis (b) 33
8 Keragaan morfologi bentuk buah sawo biasa (a) dan sawo Aceh (b) 35 9 Tampilan buah sawo kecik dibandingkan sawo kecik 36 10 Tampilan sapi Aceh 38 11 Tampilan sapi Keupong 38
12
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran
Halaman
1 Tenaga dan Organisasi pelaksana kegiatan 46 2 Anggaran kegiatan SDG 47
3 Foto kegiatan SDG 49
13
I . PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Sumber daya genetik tanaman pertanian merupakan bahan yang dapat
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung ketahanan
pangan. Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung
untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui
pemuliaan. SDG tanaman yang memiliki keunikan secara geografis, maka
dapat dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan indikasi geografis.
Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan
genetik yang terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di Indonesia, Provinsi
Aceh khususnya sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan
dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi SDG tanaman,
baik melalui inventarisasi SDG tanaman yang berada di lahan pekarangan rumah
petani, lahan petani maupun kebun koleksi. Data inventariasi SDG tanaman mencakup
identitas petani, lokasi, jenis/spesies tanaman yang dibudidayakan, cakupan dan
deskripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat
memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta
sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spasial.
Pengumpulan data keanekaragaman SDG tanaman melalui kegiatan
inventarisasi berupa survai memerlukan panduan agar diperoleh keseragaman
dalam menerapkan prosedur dan format di antara para pelaksana kegiatan
dalam prosedur pengambilan contoh (sample) petani serta data dari variabel-
variabel yang perlu dikumpulkan dalam rangka inventarisasi SDG tanaman.
Rencana kegiatan SDG 2015 adalah fokus pada karakterisasi sumber daya
genetik tanaman lokal yang belum dilakukan karakterisasi dan melakukan inventarisasi,
koleksi dan karakterisasi ternak lokal di lingkup Provinsi Aceh. Hal ini dilakukan karena
keberadaan sumberdaya genetik belum menjadi sorotan dan program utama pemerintah
14
provinsi maupun daerah untuk melindungi apalagi memanfaatkan aset-aset sumberdaya
genetik lokal yang akan semakin digeser oleh tanaman dan ternak yang didatangkan
dari luar Provinsi Aceh.
Berlanjutnya kegiatan pengelolaan sumber daya genetik di Tahun 2015 ini
diharapkan mampu menginisiasi dan menyadarkan pemegang kebijakan di lingkup
Provinsi Aceh untuk bersama-sama melindungi, melestarikan dan mengembangkan
sumberdaya genetik lokal yang ada. Perubahan iklim yang menyebabkan pergeseran
iklim secara makro dan mikro menyebabkan terjadi perubahan terhadap kemampuan
hidup dan daya juang dari masing-masing individu baik tanaman maupun ternak di
lingkungannya.
Sumber daya genetik lokal tanaman dan ternak yang berada di lingkup
agroekosistem Provinsi Aceh telah beradaptasi dengan baik selama-lama berates tahun
sehingga daya adaptasi yang dimiliki oleh individu lokal ini juga yang diharapkan untuk
tetap bertahan terhadap perubahan iklim yang terjadi.
1.2. Dasar Pertimbangan
Pengelolaan sumberdaya genetik (SDG) pertanian yang mencakup pelestarian
dan pemanfaatan memerlukan informasi status dan sebaran SDG. Hingga saat ini,
informasi tentang status dan sebaran SDG tanaman di Provinsi Aceh belum ada atau
masih sangat terbatas. Kegiatan ini merupakan inventarisasi SDG tanaman. Kegiatan ini
dilakukan agar data yang dikumpulkan dari peneliti setiap daerah
(kabupaten/kecamatan) yang akan melaksanakan inventarisasi SDG menjadi seragam,
sehingga akan mempemudah untuk melakukan analisis data. Kegiatan ini mencakup
inventarisasi SDG tanaman yang ada di lahan pekarangan, lahan petani dan kebun
koleksi.
Hasil Inventarisasi dan Karakterisasi sumber daya genetik Tahun 2013 adalah 9
aksesi padi lokal, 1 aksesi tanaman durian, 2 aksesi tanaman melinjo, 20 aksesi
tanaman bunga, 5 aksesi tanaman obat. Hasil inventarisasi SDG Tahun 2014 adalah 40
aksesi tanaman kopi, 14 aksesi tanaman telah dikarakterisasi, 4 aksesi tanaman durian,
2 aksesi tanaman padi lokal dan pembuatan kebun koleksi SDG tanaman kopi di KP.
Gayo. Untuk SDG ternak telah dilakukan inventarisasi 1 aksesi sapi aceh, 1 aksesi kuda,
1 aksesi gajah dan 1 aksesi kerbau Simeulue. Tahun 2015 akan dilakukan karakterisasi
semua SDG tanaman dan ternak yang telah dikarakterisasi dan pengembangan SDG
15
kopi di KP. Gayo juga Tim SDG berencana membuat kebun Koleksi SDG tanaman durian
di Desa Lamno, Kabupaten Aceh Jaya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan tahunan kajian ini yaitu :
1. Tersedianya informasi tingkat keberagaman SDG tanaman dan ternak local baik di
lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di Provinsi Aceh.
1.3.2. Tujuan jangka panjang kajian ini yaitu :
1. Tersedianya informasi status SDG tanaman dan ternak lokal yang dapat digunakan
sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan SDG tanaman di Provinsi
Aceh.
1.4. Keluaran
1.4.1. Keluaran tahunan dari kajian ini yaitu :
1. Mendapatkan informasi tingkat keberagaman sumberdaya genetik tanaman
perkebunan, baik di lahan pekarangan, lahan petani maupun kebun koleksi di
Provinsi Aceh.
1.4.2. Keluaran jangka panjang dari kajian ini yaitu :
2. Memperoleh database dan buku katalog inventaris SDG tanaman perkebunan di
Provinsi Aceh.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.5.1. Perkiraan manfaat dari kajian ini yaitu :
Informasi keanekaragaman genetik tanaman dan ternak lokal di Provinsi Aceh,
lokasi, ciri spesifik dan lokasi penyebarannya.
1.5.2. Perkiraan dampak dari kajian ini yaitu :
Informasi yang tersedia tentang sumber daya genetik tanaman dan ternak lokal
di Provinsi Aceh dapat menjadi daya tarik bagi masyrakat secara luas dan pemerintah
16
Aceh khusunya untuk melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik itu
sebesar-besarnya demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Aceh khususnya.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka teoritis
Potensi kekayaan alam Indonesia yang telah diakui secara internasional, yakni
sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (mega biodiversity), haruslah
merupakan kekuatan komparatif pembangunan. Keanekaragaman hayati yang meliputi
keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetik,
merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable). Upaya
pengembangan potensi kekayaan alam tersebut dapat dilakukan tanpa mengganggu
kelestariannya. Indonesia yang memiliki 36 juta hektar hutan konversi dan sekitar 57
juta hektar areal tanah lainnya dapat digunakan untuk mengembangkan komoditas
potensial. Selain itu potensi pedesaan yang beranekaragam memungkinkan untuk
dijadikan pola pengembangan alternatif yang spesifik lokasi. Menurut Zuhud dan Putro
(2000), rendahnya kesadaran manusia akan ketergantungannya terhadap sumberdaya
hayati menyebabkan rendahnya apresiasi manusia terhadap sumberdaya tersebut.
Ditambah lagi dengan kecenderungan untuk meremehkan pengetahuan tradisional yang
digali dengan pengalaman empiris. Gerakan dunia untuk menggali potensi pengetahuan
tradisional dan eksplorasi nilai-nilai manfaat baru telah dimulai di berbagai negara.
Menurut laporan US National Research Council, pohon mimba (Azadirachta
indica) telah digunakan masyarakat India untuk berbagai kepentingan selama berabad-
abad yang lalu. Pohon ini dikenal sebagai village pharmacy. Pohon mimba ini dikenal
sebagai insektisida alami yang banyak disarankann sebagai tanaman sela di lahan-lahan
perkebunan, pertanian dan hutan tanaman. Di Indonesia sendiri, ancaman kelestarian
plasma nutfah tumbuhan obat hutan tropika saat ini menjadi sangat serius dengan
adanya formasi hutan tropika dataran rendah selama dua tahun terkahir ini mengalami
kerusakaan yang sangat parah, akibat eksploitasi kayu, perambahan hutan, kebakaran
hutan, konversi hutan, perladangan berpindah dan lain-lain (Hasanah, 2004).
2.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian
Provinsi Aceh dengan keberadaan hutan yang luas, membentang dari barat,
selatan, utara hingga timur, berdampak pada variasi biodiversitas. Sumberdaya lahan
dan perairan ditambah dengan iklim yang khas Informasi terhadap potensi kekayaan
alam tersebut perlu digali dan dikelola secara bijaksana dan lestari untuk mendukung
18
pembangunan di wilayah Provinsi Aceh. Kondisi erosi genetik terus berlangsung oleh
akibat gangguan alam dan ulah manusia yang tidak bertanggung jawab (Rifai, 1983).
Masyarakat Indonesia menyadari bahwa ancaman kelestarian tanaman rempah dan obat
sangat serius. Keadaan hutan rempah dan obat sangat parah akibat eksprolasi kayu,
perambah hutan, konversi hutan serta kebakaran hutan (Hadad et al., 2002). Pada
masa mendatang keanekaragaman hayati akan memegang peranan penting dalam
pembangunan karena kebutuhan dunia akan bahan baku yang berasal dari alam akan
terus meningkat. Ketersediaan bahan baku tersebut harus didukung oleh ketersediaan
sumber daya genetik yang menjadi dasar dari plasma nutfah (kerabat liar) yang belum
terganggu dari lingkungannya (Shaller, 1989).
Negara kita bersama-sama dengan 157 negara anggota PBB lainnya telah
menandatangani dokumen tentang Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati
pada Konferensi Tingkat Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada bulan Juni 1992,.
Kesepakatan tersebut telah diratifikasi melalui Undang-undang no 5 tahun 1994
mengenai Konvensi Keanekaragaman hayati (Diwyanto dan Setiadi, 2000). Dalam UU
No. 22 Th 1999 tentang pemerintahan daerah telah dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
memperhatikan potensi daerah dengan kewenangan mendayagunakan sumber daya
alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Daerah
berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Hasanah, 2004).
19
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Inventarisasi SDG tanaman di lahan pekarangan rumah petani dilakukan dengan
metode survey, mendatangi rumah petani contoh (sample), melakukan observasi dan
wawancara dengan petani. Prosedur inventarisasi SDG tanaman di luar pekarangan
petani dilakukan dengan mencatat semua tanaman yang memiliki ciri spesifik (unik) dan
bila terdapat tanaman yang memiliki manfaat sebagai tanaman obat, pangan alternatif
atau lainnya juga dicatat. Tahap berikutnya adalah melakukan koleksi baik secara insitu
maupun eksitu. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap tanaman maupun ternak
lokal yang terdapat di luar pekarangan.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan karakterisasi sumberdaya genetik tanaman dilakukan terhadap tanaman
yang telah dilakukan inventarisasi dan koleksi pada kegiatan pengelolaan sumber daya
genetik di tahun 2014, sedangkan kegiatan inventarisasi, koleksi dan karakterisasi
terhadap ternak lokal di lakukan situasional berdasarkan info keberadaan dan
penyebaran ternak lokal yang berada lingkup Provinsi Aceh.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Bahan
Bahan yang didapatkan pada kegiatan sumberdaya genetik untuk tanaman
dilakukan sebagian besar secara insitu di kebun petani. Bhaan tersebut adalah aksesi
dari masing-masing varietas lokal yang berada di Provinsi Aceh.
3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metoda Analisis Data
Metode sampling
Banyaknya sample: 30 responden/rumah tangga atau lebih untuk setiap kabupaten.
1. Banyaknya kabupaten : sesuai dengan dana yang tersedia
2. Kabupaten yang dipilih, sedapat mungkin mencakup/meliput atau menyebar
secara geografis di dalam propinsi.
3. Pemilihan rumah petani contoh (sample) dilakukan secara stratifikasi. Dasar
stratifikasinya berdasarkan jarak dari ibukota kabupaten dan jenis jalan.
[Asumsi: SDG pekarangan dekat kota lebih sedikit daripada jauh dari kota
20
kabupaten. Di samping itu, SDG tanaman pekarangan yang dilalui jalan besar
lebih sedikit daripada jalan sedang atau jalan kecil].
Pengamatan
Data yang dikumpulkan:
1. Waktu inventarisasi dan Lokasi.
1. Tanggal inventarisasi: tanggal pada saat dilakukan survai inventarisasi.
2. Lokasi mencakup :
Letak lintang (LU atau LS) dan Bujur (BT atau BB).
Ketinggian tempat/lokasi (meter dari permukaan air laut).
3. Identitas Petani.
1. Nama.
2. Alamat RT/RW. Nomor.
3. Kampung/dukuh atau wilayah lebih kecil dari desa/kelurahan.
4. Desa/Kalurahan.
5. Kecamatan.
6. Kabupaten.
7. Propinsi.
8. Komoditas tanaman.
1. Perkebunan (kopi, coklat, nilam dan pala).
Data Tiap Komoditas Tanaman.
1. Spesies (nama tanaman).
2. Jumlah varietas tiap spesies.
3. Nama varietas (kalau diketahui).
4. Jumlah tanaman atau luas.
5. Deskripsi morfologi dan karakter unik/memiliki indikasi geografis (kalau
ada).
6. Pemanfaatan.
Inventarisasi SDG tanaman Kebun Koleksi
Prosedur inventarisasi SDG tanaman dari kebun koleksi langsung mencatat
deskripsi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No37/Permentan/OT.140/7/ 2011,
mencakup:
21
a. nama dan alamat lengkap;
b. status (perorangan/badan hukum);
c. akta pendirian dan perubahannya;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. tujuan kebun koleksi dan/atau tempat penyimpanan SDG;
f. jenis dan jumlah SDG yang dikoleksi dan/atau disimpan; dan
g. status lahan kebun koleksi dan/atau tempat penyimpanan.
Kebun koleksi yang diinventarisasi mencakup kebun milik perorangan, PEMDA,
swasta, LSM, serta sejenis kebun koleksi lain seperti Taman Kehati.
Indeks diversitas SDG dalam suatu wiayah
Indeks diversitas SDG dalam suatu wilayah dapat dihitung dengan Indeks Shanon.
Indeks Shanon (H) dan Indeks Equitability (EH) dirumuskan sebagai:
s
H = - ∑ pi ln pi, dan EH = H ln S;
i=1
sedangkan pi = proporsi spesies ke-i dan S=banyaknya spesies dalam suatu wilayah.
Untuk mengetahui tingkat kemiripan struktur spesies antar 2 wilayah, dapat
diduga dari besaran koefisien Sorenson (SC) yang dirumuskan sebagai SC = 2 C / S1 +
S2, C=jumlah spesies yang sama, S1 dan S2 jumlah seluruh spesies dalam wilayah 1
dan 2.
Sebaran varietas
Distribusi frekuensi dan cakupan secara geografis setiap varietas dan jenis
komoditas tanaman secara visual disajikan dalam bentuk Tabel frekuensi dan peta
sebarannya secara spasial.
Dokumentasi data inventarisasi
Pendokumentasi database dari hasil inventarisasi dalam bentuk softcopy sementara
dapat menggunakan MS-EXCEL. Hasil inventarisasi dalam bentuk hardcopy disajikan
dalam bentuk buku Katalog. Untuk memudahkan penelusuran, maka katalog disusun
menurut kelompok komoditas tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan,
22
rempah dan obat, hias, tanaman pangan ternak lalu diurutkan menurut abjad nama
jenis tanaman.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan Sumber Daya Genetik tahun 2015 adalah lanjutan dari
kegiatan tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan karakterisasi hasil inventarisasi
ditahun 2014 yang belum selesai dilakukan. Kegiatan karakterisasi diawali di
Kabupaten Aceh Selatan melakukan karakterisasi terhadap beberapa aksesi
tanaman pala yang khas di Aceh Selatan terutama pala hutan dan beberapa jenis
pala lokal lainnya.
4.1. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Pala
Kegiatan karakterisasi tanaman pala dan nilam di Kabupaten Aceh Selatan
Kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tahun 2015 dilakukan di Desa Jambu
Apa, Kab. Aceh Selatan. Tim SDG melakukan survey ke beberapa lokasi kebun pala
milik beberapa orang petani. Sebagian besar petani tidak paham tentang perbedaan
aksesi pada tanaman pala. Kemudian tim SDG mendapat rekomendasi dari petani
pelestari lainnya untuk bertemu dengan ketua forum pala Kabupaten Aceh Selatan
yaitu Bpk. Hamdani karena beliau telah banyak mendapat pelatihan pada saat ada
LSM caritas di Kabupaten Aceh Selatan. Kedatangan tim SDG yang bertujuan
melestarikan tanaman pala lokal. Dari hasil wawancara dengan beliau (Bpk.
Hamdani) terdapat beberapa jenis pala yang beliau ketahui berdasarkan perbedaan
bentuk buah ada sekitar 5 sampai 7 jenis pala.
Kendala yang dihadapi petani pala di Kabupaten Aceh Selatan adalah harga
pala yang semakin turun dan tidak pasti. Untuk itu beliau dan kelompok forum pala
telah mendapat bantuan pelatihan pembuatan aneka produk olahan pala, sehingga
petani bisa mendapat keuntungan yang lebih baik, daripada bergantung kepada
harga dari pemerintah yang tidak pasti.
4.1.1. Penyebaran Varietas Pala Lokal
Varietas pala saat ini masih dibudidayakan pada perkebunan rakyat dan
halaman rumah, petani pelestari dan masyarakat di Desa Jambu Apha dan beberapa
kecamatan di sekitarnya.
Penyebaran tanaman pala mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh
Barat Daya hingga Aceh Selatan. Tanaman pala banyak dijumpai di daerah
perbukitan disetiap kabupaten yang terdapat tanaman pala. Tanaman ini tetap
diusahakan petani karena tanaman pala mudah dalam perawatan dan dapat
tumbuh pada kondisi tanah dengan kemiringan yang >35%. Penyebaran terbesar
24
tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya. Berdasarkan
kesesuaian lahan dan tanaman
4.1.2. Eksplorasi dan Inventarisasi Varietas Pala Lokal
Kegiatan eksplorasi dan diinventarisasi dilakukan pada beberapa kebun
petani pelestari di Kabupaten Aceh Selatan. Tanaman pala saat ini masih
dibudidayakan oleh petani secara tradisional dengan pengetahuan dan teknik
budidaya didapat secara turun temurun. Tanaman pala dibudidayakan di kebun-
kebun rakyat pada daerah perbukitan bahkan ada juga yang tetap ditanam dengan
kemiringan lereng mencapai 60%. Walaupun harga pala naik turun, tanaman pala
tetap diusahakan petani karena sudah menjadi pekerjaan rutin yang dikerjakan
bersama-sama secara kelompok untuk memetik pala. Kendala dalam budidaya pala
saat ini adalah tanaman pala yang terserang penyakit hama pengerek batang dan
penyakit fusarium.
Tim SDG merencanakan membentuk kebun koleksi di kebun petani pelestari
di Desa Jambu Apha karena di lokasi petani pelestari tersebut memiliki beberapa
aksesi tanaman pala. Selain itu petani pelestari sudah mampu membedakan secara
morfologi perbedaan antara aksesi. Hal ini karena petani pelestari telah mendapat
pelatihan dari Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM) yang didanai luar negeri. Hasil
inventarisasi didapat 5 aksesi tanaman pala yang berbeda berdasarkan bentuk
daun, ujung daun, panjang daun, lebar daun, warna permukaan daun, warna kulit
luar buah, bentuk buah (besar dan kecil).
Gambar 1. Perbandi ngan pala hutan dan lokal
4.1.3. Karakterisasi Hasil Inventarisasi
Hasil karakterisasi beberapa tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan
terdapat 5 aksesi. Secara morfologi perbedaan terlihat pada tampilan bentuk daun,
ujung daun, panjang daun, lebar daun, warna permukaan daun, warna kulit luar
Gambar 1. Perbandingan Pala Hutan yang besar dengan pala lokal dari ukuran buah
buah
25
buah, bentuk buah (besar dan kecil). Berikut di bawah ini Tabel 1, hasil
karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan.
Tabel 1. Karakterisasi 5 aksesi tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan.
Karakter morfologi Aksesi pala
1
Aksesi pala
2
Aksesi
pala 3
Aksesi
pala 4
Aksesi
pala hutan
Morfologi daun
Bentuk ujung daun Acutus dan
lurus
Acutus dan
bengkok ke
kiri
Acutus dan
bengkok ke
kanan
Acutus dan
bengkok
ke kiri
Acutus dan
lurus
Panjang daun (cm) 5 4 3,4 3,6 13
Lebar daun (cm) 3 3 2 2 6
Warna permukaan daun hijau tua hijau muda hijau tua hijau muda hijau tua
Panjang petiolus (cm) 1 1 0,9 0,9 2
Bentuk petiolus panjang,
lurus
panjang,
bengkok
panjang,
bengkok
panjang,
bengkok
panjang,
lurus
Morfologi buah
Diameter buah (cm) 4 4 2,5 3 6
Warna kulit buah (matang
fisiologis)
kuning cerah kuning cerah kuning
kehijauan
kuning Kuning
kecoklatan
Tebal kulit buah (cm) 0,9 0,9 0,5 0,5 1,5
Penamaan masing-masing aksesi belum ada ditingkat petani pelestari, untuk
itu inventor menamakan aksesi dengan penomoran sederhana. Untuk pala hutan
dinamakan pala hutan karena sebagian besar populasi pala hutan tumbuh di hutan.
26
Menurut petani pelestari keberadaan pala hutan tidak ditanam dan telah berada di
hutan selama beratus tahun. Akan tetapi keberadaan pala hutan tidak
dibudidayakan petani bahkan hanya sebagian kecil petani yang memanen pala jenis
ini di hutan. Hal ini disebabkan harga jual buah pala hutan ditingkat pedagang yang
masih rendah.
4.1.4. Koleksi Insitu dan Pengembangan Tanaman Pala Lokal
Koleksi insitu dilakukan di kebun milik petani pelestari di Desa Jambu Apha,
Kabupaten Aceh Selatan. Petani pelestari melakukan perbanyakan secara generatif
melalui biji buah pala yang telah matang fisiologis, petani menandainya dengan
buah pala yang telah jatuh dari pohonnya. Bibit tanaman pala ini digunakan untuk
menganti tanaman pala yang telah terkena penyakit atau mengembangkan
tanaman pala di lahan bekas penanaman tanaman sawit. Sebagian petani yang
telah sadar akan arti penting menjaga lingkungan, maka tanaman sawit yang tidak
lagi menghasilkan akan menganti tanaman sawit dengan tanaman pala. Berikut di
bawah ini dokumentasi koleksi tanaman pala dan pembibitan tanaman pala di kebun
milik petani pelestari.
27
Gambar 2. Kebun tanaman pala induk dan pembibitan pala di kebun milik petani pelestari.
Luas kebun petani pelestari sekitar 10 hektare dengan jumlah populasi
tanaman pala sekitar 5.000 pohon. Untuk jumlah masing-masing aksesi pada kebun
tersebut belum dilakukan oleh petani pelestari. Kendala yang dihadapi petani
pelestari di sebagian besar Kabupaten Aceh Selatan adalah serangan hama
pengerek batang dan penyakit fusarium. Di tahun 2008 ada sekitar 2 hektare
tanaman pala yang terserang pengerek batang dan jamur fusarium dan berakhir
dengan seluruh tanaman ditebang dan dilakukan karantina dan radikasi untuk
beberapa bulan terhadap lahan tersebut. Setelah perlakuan tersebut kemudian
lahan ditanam kembali dengan tanaman pala. Keberadaan tanaman pala sudah
mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian
setempat, hal ini merupakan tindakan yang sangat baik untuk melestarikan dan
mengembangkan tanaman pala. Kepala Daerah (Bupati) Kabupaten Aceh Selatan
telah melakukan kerjasama dengan BPTP Aceh dan Balai Pengkajian Tanaman
Hortikultura (Balitri) untuk mengatasi endemik serangan pengerek batang dan
penyakit fusarium.
4.2. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman di Pekarangan
4.2.1. Inventarisasi Tanaman di Lahan Pekarangan
Hasil inventariasasi tanaman di lahan pekarangan untuk ekologi di perkotaan
cenderung pada jenis tanaman buah (Mangifera indica , Citrus aurantifolia, Euphoria
longana, Artocarpus heterophyllus, Psidium guajava, Saccharum officinarum,
Averrhoa bilimbi, Ficus carica L.), jenis tanaman hias (Plumeria acuminata ,
Casuarina spp, Saraca asoka, Aloe barbadensis Milleer, Orthosiphon spicatus,
Cocos nucifera , Bougainvillea sp, Areca cathecu, Hisbiscus rosinensis, Jasminum
sambac, Veitchia merilli) dan jenis tanaman obat (Alpinia galangal , Zingiber
officinale , Cymbopogon nardus L., Phaleria macrocarpa , Centella asiatyca , Gynura
procumbens , Murraya koenigii). Jenis tanaman buah dan jenis tanaman hias di
lahan pekarangan berasal dari berbagai tempat dan beradaptasi dengan baik di
lingkungan yang baru. Keberadaan tanaman lokal sebagian besar adalah jenis
tanaman obat.
28
Tabel 2. Tabulasi hasil inventarisasi beberapa jenis tanaman di lahan pekarangan.
No. Nama Daerah Nama Latin Jumlah
Spesies
Gambar
Jenis Tanaman Hias
1. Bungong kamboja Plumeria acuminata 25
2. Bak cemara Casuarina spp 6
3. Bungong asoka Saraca asoka 21
4. Lidah buaya Aloe barbadensis Milleer 10
5. Bungong kumih
kucing
Orthosiphon spicatus 4
29
6. Bungong pou
delapan
30
7. Bak u Cocos nucifera 20
8. Bungong bougenvil Bougainvillea sp 40
9. Bak pineung Areca cathecu 30
10. Bungong sipatu Hisbiscus rosinensis 9
11. Bungong melati Jasminum sambac 20
30
12. Bak pineung
putroe
Veitchia merilli 39
Jenis Tanaman Buah
1. Bak mangga Mangifera indica 35
2. Bak jerok nipis Citrus aurantifolia 6
3. Bak lengkeng Euphoria longana 12
31
4. Bak nangka Artocarpus
heterophyllus
10
5. Bak jambu bije Psidium guajava 20
6. Bak teube Saccharum officinarum 12
7. Boh asan
keeng/Boh
seulimeng
Averrhoa bilimbi 15
8. Bak tin Ficus carica L. 2
32
Jenis Tanaman Obat
1. Lengkuas Alpinia galangal 15
2. Jahe Zingiber officinale 25
3. Serai wangi Cymbopogon nardus L. 10
4. Mahkota dewa Phaleria macrocarpa 12
5. Pegagan Centella asiatyca 10
33
6. Sambung nyawa Gynura procumbens 14
7. Temuru Murraya koenigii 30
4.2.2. Koleksi Insitu
Koleksi insitu dilakukan di pekarangan milik masyarakat pelestari di Desa Ie
Masen, Banda Aceh. Masyarakat pelestari melakukan perbanyakan secara generatif
melalui biji buah yang telah matang fisiologis, maupun secara vegetatif melalui
batang, contohnya tanaman bougenvil. Koleksi data disimpan dalam data base
sebagai informasi tentang status, keberadaan dan penyebaran spesies tanaman.
4.3. Karakterisasi dan Koleksi Tanaman Ubi Jalar
4.3.1. Karakterisasi Jumlah dan Bentuk Umbi
Hasil pengamatan menunjukkan, karakter 6 varietas ubi jalar cukup
beragam. Jumlah umbi berkisar antara 5-7 buah per enam tanaman. Keragaman
jumlah umbi tiap tanaman merupakan potensi sink. Plasma nutfah ubi jalar yang
memiliki jumlah umbi rata-rata lebih dari empat buah per tanaman adalah aksesi
Manado, Wenawe, Towekodan G14, dengan potensi hasil 14,4-23,8 t/ha. Terdapat
hubungan antara jumlah umbi tiap tanaman dengan bobot total umbi, makin
banyak jumlah umbi per tanaman makin rendah bobot umbi (Gambar 1) (Sutoro
dan Minantyorini, 2003). Bentuk umbi beragam dari bulat-ellip hingga panjang tidak
beraturan, sedangkan formasi umbi tiap tanaman dalam susunan tandan-terbuka
hingga menyebar atau skor 3 (susunan tandan-terbuka) dan skor 5 (menyebar).
34
Gambar 3. Formasi ubi jalar Sumber : (CIP, AVRDC, IBPGR 1991).
Hasil skoring bentuk umbi ubi jalar berdasarkan CIP, AVRDC, IBPGR 1991,
nilai skor masing-masing aksesi adalah : umbi ubi jalar hitam (skor 1, round), umbi
ubi jalar madu (skor 2, round eliplic), umbi ubi jalar jepang (skor 3, eliplic), umbi
ubi jalar rujak (skor 2, round eliplic), umbi ubi jalar sarioto, skor 6, oblong) dan
umbi ubi jalar sari madu (skor 5, ovate).
Gambar 4. Bentuk umbi 6 varietas ubi jalar
Kegiatan pengkajian karakterisasi, koleksi dan pemanfaatan tanaman ubi
jalar (Ipomea batatas) sumber daya genetik (SDG) dilakukan di Kecamatan Lembah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi tersebut dipilih karena Kecamatan Lembah
Seulawah banyak diusahakan tanaman ubi jalar oleh masyarakat tani di daerah
tersebut.
Identifikasi karakter morfologi (karakterisasi) dilakukan untuk mengetahui
keragaman varietas lokal (Afuape et al. 2011). Hasil karakterisasi yang telah
dilakukan didapatkan 6 jenis varietas ubi jalar yaitu didapat 6 varietas ubi jalar yaitu
35
ubi jalar hitam, ubi jalar madu, ubi jalar jepang, ubi jalar rujak, ubi jalar sariotodan
ubi jalar sari madu. Perbedaan masing-masing varietas secara morfologi yaitu
diameter batang, warna sekunder pada batang, ukuran daun, warna petulangan
daun, panjang tangkai daun dan warna daging ubi. Berikut ini Tabel 1, hasil
karakterisasi pada 6 varietas yang didapat di Kecamatan Lembah Seulawah yaitu ubi
jalar hitam, ubi jalar madu, ubi jalar jepang, ubi jalar rujak, ubi jalar sarioto dan ubi
jalar sari madu.
Tabel 3. Karakterisasi Batang dan Daun pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
KARAKTER Varietas
NILAI / SKOR
Karakter Batang KH Madu Jpg Rjk Sr SM
Twining/kemampuan membelit
0 0 0 0 0 0
Tipe Batang 5 5 5 5 3 5 Diameter ruas batang 3 7 1 3 3 3 Panjang ruas batang 7 5 1 3 3 1 Warna predominan batang 7 1 7 1 3 1 Warna sekunder pada batang
1 6 1 1 6 1
Rambut batang 5 3 3 3 5 3 Karakter Daun Membentuk umum daun 4 6 6 6 5 4 Tipe lobus 3 5 3 5 7 3 Jumlah lobus 5 5 7 5 5 3 Bentuk lobus tengah 2 6 5 4 5 2 Ukuran daun 7 5 5 5 5 3 Warna petulangan daun 5 5 6 2 7 2 Warna daun tua 2 2 8 2 2 2 Warna daun pucuk 9 2 9 9 6 3 Warna tangkai daun 3 3 9 1 4 1 Panjang tangkai daun 5 3 1 1 1 3
Keterangan : ubi jalar hitam (KH), ubi jalar madu (Madu), ubi jalar jepang (Jpg), ubi jalar
rujak (Rjk), ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar sari madu (SM).
Perbedaan secara morfologi pada karakter batang tampak pada panjang
ruas batang ubi jalar hitam (KH) lebih panjang dibandingkan varietas lainnya begitu
juga pada warna predominan ubi jalar hitam (KH) lebih berwarna ungu tua
dibandingkan varietas lainnya. Pada karakter daun tampak jelas pada ukuran daun
yaitu ubi jalar hitam (KH) memiliki ukuran daun yang lebih besar dibandingkan
dengan ubi jalar lainnya. Selainnya itu panjang tangkai daun ubi jalar hitam (KH)
lebih panjang dibandingkan varietas ubi jalar lainnya. Karakter morfologi lainnya
36
adalah karakter pada ubi, warna kulit ubi jalar, warna daging ubi jalar. Berikut ini
Tabel 4, hasil karakterisasinya. Keterangan Nilai/Skor pada Lampiran 1.
Tabel 4. Karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
KARAKTER Varietas
NILAI / SKOR
Karakter pada Ubi KH Madu Jpg Rjk Sr SM
Bentuk ubi 2 6 4 3 4 2 Cacat ubi 5 2 7 1 1 1 Tebal korteks 3 5 5 5 3 5 Karakter Kulit Ubi
Warna predominan 9 1 2 3 8 8 Intensitas warnanya 3 1 1 1 2 1 Warna sekunder 1 0 1 5 1 1 Warna Daging Ubi Warna predominan 9 2 2 8 2 4 Warna sekunder 3 6 4 0 1 0 Distribusi warna sekunder 8 3 3 9 3 9 Formasi umbi 3 3 5 5 5 5
Keterangan : ubi jalar hitam (KH), ubi jalar madu (Madu), ubi jalar jepang (Jpg), ubi jalar rujak (Rjk), ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar sari madu (SM).
Hasil karakterisasi morfologi pada karakter ubi, dari nilai/skor terlihat ukuran ubi
jalar madu memiliki ukuran buah yang lebih besar dibanding varietas lainnya,
disusul varietas ubi jalar jepang. Untuk karakter kulit ubi, warna predominan ungu
tua dimiliki oleh ubi jalar hitam (KH), kemudian ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar
sari madu (SM). Berikut ini dokumentasi warna kulit ubi, warna daging ubi pada 6
varietas ubi jalar yang didapat di Kecamatan Lembah Seulawah (Tabel 5).
Tabel 5. Dokumentasi pada saat karakterisasi pada ubi, warna kulit ubi dan warna
daging ubi pada 6 varietas di kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
37
No. Jenis Varietas Gambar
1. Ubi jalar hitam (KH)
2. Ubi jalar madu (Madu)
3. Ubi jalar jepang (Jpg)
4. Ubi jalar rujak (Rjk)
5. Ubi jalar sarioto (Sr)
6. Ubi jalar sari madu (SM)
Keragaman jenis ubi jalar yang ada di Kecamatan Seulawah menunjukkan
bahwa masyarakat di kecamatan tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap
berbagai jenis ubi jalar dan telah lama mengenal komoditi ini bertahun-tahun.
Keragaman jenis ubi jalar juga menunjukkan keragaman nilai gizi secara kualitas
dan kuantitas tergantung pada karakteristik genotipnya. Keragaman nilai gizi antar
jenis ubi jalar antara lain perbedaan pada kandungan karbohidrat dengan indeks
glisemik rendah, vitamin, mineral, serat, protein, dan biokimia pangan lainnya
(Ishida et al., 2000; Manrique & Roca, 2007; Burri, 2011). Ubi jalar berdaging umbi
jingga dan kuning merupakan sumber karoten (Mitra et al., 2010; Bechoff et al.,
38
2011), ubi jalar berdaging kuning dan cerah merupakan sumber vitamin C
(Chattopadhyay et al., 2002) dan ubi jalar berdaging putih dominan mempunyai
konsentrasi Zn, Fe, Ca, dan K lebih tinggi (Manrique & Roca, 2007). Ubi jalar
berdaging umbi ungu mengandung antioksidan berkualitas tinggi (Yoshinaga et al.,
1999; Ishida et al., 2000; Yoshimoto et al., 2002; Suda et al., 2003; Fu et al., 2008;
Islam et al., 2009; Jung et al., 2011).
Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu diperhatikan kebutuhan unsur
hara dan pengaturan jarak tanamnya, agar tidak terjadi kompetisi antar tanaman
yang bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal ini berkaitan dengan
adanya persaingan dalam penggunaan hara, air, cahaya dan ruang tumbuh (Abadi
et al., 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi umbi ubi jalar
antara lain populasi per luasan masih rendah, teknik budidaya masih tradisional,
serangan organisme penganggu tanaman (OPT) (Suharno, 2007).
Hasil survey yang dilakukan terhadap ke 6 varietas ubi jalar terhadap
pemanfaatan masing-masing ubi jalar berdasarkan preferensi (kesukaan) petani dan
pedagang. Metode yang digunakan adalah tanya jawab langsung kepada petani dan
pedagang. Huaman et al. 1999 menyatakan identifikasi morfologi pada suatu
wilayah ekogeografis berguna untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan secara
langsung dan upaya koleksi serta konservasi genetik. Jika identifikasi varietas
berdasarkan morfologi berhasil menentukan jenis yang berbeda, maka kegiatan
produksi ubi dan pengelolaan plasma nutfah ubi jalar menjadi efektif dan efisien
(Karuniawan et al. 2012). Koleksi insitu 6 varietas berada di Kecamatan Lembah
Seulawah. Keberadaan masing-masing varietas berada di Kecamatan Lembah, telah
diusahakan petani 10 tahun ini. Bibit yang didapat dari Medan – Sumatera Utara
untuk jenis ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar jepang. Bibit ubi jalar sari madu (SM)
dan ubi jalar madu dikirm dari Jawa. Sedangkan ubi jalar yang telah ada di
kecamatan tersebut selama turun temurun adalah ubi jalar sarioto (Sr) dan ubi jalar
rujak (Rjk).
Dilihat dari budidayanya, umur panen ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar
jepang (Jpg) memiliki umur panen 4 (empat) bulan, sedangkan ke 4 (empat)
varietas lainnya memiliki umur panen 3 bulan. Untuk pemeliharaan hampir sama
dalam perlakuan budidaya sampai panen. Sedangkan dari pedagang pemanfaatan
ubi jalar sarioto, ubi jalar rujak tidak dapat digunakan untuk panganan rebus karena
39
memiliki kadar air yang lebih banyak dibandingkan ke 4 varietas lainnya yang dapat
digunakan untuk direbus maupun gorengan. Untuk varietas sarioto hanya dapat
digunakan untuk panganan gorengan. Varietas ubi jalar hitam (KH) dan ubi jalar
jepang (Jpg) tetap diusahakan petani karena memiliki nilai ekonomis yang sangat
bagus karena rasa daging buah yang gurih dan lebih tahan lama dalam
penyimpanan. Ubi jalar sarioto dan ubi jalar rujak memiliki pangsa pasar tersendiri,
ubi jalar sarioto sangat diminati oleh pedagang gorengan karena memiliki rasa yang
gurih, begitu juga dengan ubi jalar rujak yang diminati oleh pedagang rujak karena
tidak pahit, renyah dan sangat cocok untuk campuran rujak khas Aceh.
Varietas yang berbeda di Kecamatan Lembah Seulawah menjadi salah satu
upaya untuk melestarikan keragaman genetik juga berfungsi untuk pergantian
varietas lokal secara dinamis pada rentang waktu tertentu potensial untuk
menambah kekayaan genetik sekaligus merupakan ancaman kepunah terhadap
varietas lokal. Hal ini dinyatakan sebagai ancaman serius terhadap keberadaan
varietas lokal yang ada di masyarakat (Waluyo et al., 2011).
4.3.2. Karakterisasi Tanaman Ubi Jalar Berdasarkan Skor
Kegiatan karakterisasi pada tanaman ubi jalar memiliki spesifikasi khusus
dengan melakukan skoring, yang bertujuan untuk membedakan masing-masing
karakter fenotipe. Berikut ini hasil karakterisasi tanaman ubi jalar berdasarkan CIP,
AVRDC, IBPGR 1991.
Sebutan local : Ketela Hitam Umur Panen : 4 Bulan Ketinggian : 665 dpl Tabel 6. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela
Hitam.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan membelit
0 Tidak membelit
2. Tipe Batang 5 Semi tegak
3. Diameter ruas batang 3 Tipis
4. Panjang ruas batang 7 Panjang
5. Warna predominan batang
7 Sebagian besar ungu gelap
6. Warna sekunder pada 1 Tidak ada
40
batang
7. Rambut batang 5 Sedang
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 4 Triangular/segitiga
9. Tipe lobus 3 Semi-circular
10. Jumlah lobus 5 lima
11. Bentuk lobus tengah 2 Triangular
12. Ukuran daun 7 Besar (16-25 cm
13. Warna petulangan daun 5 Ibu tulang dau sebagian ungu
14. Warna daun tua 2 Hijau
15. Warna daun pucuk 9 Ungu Pada permukaan Daun
16. Warna tangkai daun 3 Hijaudengan warna ungu dekat daun
17. Panjang tangkai daun 5 Sedang
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 2 Bulat lonjong
19. Cacat ubi 5 Berongga dangkal memanjang/longtudinal
20. Tebal korteks 3 Tipis
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 9 Ungu tua/gelap
22. Intensitas warnanya 3 Gelap
23. Warna sekunder 1 Putih
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 9 Ungu
25. Warna sekunder 3 Kuning
26. Distribusi warna sekunder
8 Hampir menutup semua daging
27. Formasi umbi 3 Tandan Terbuka
Sebutan local : Madu
Umur Panen : 3 Bulan
Ketinggian : 665 dpl
Tabel 7. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela
Madu.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan
membelit
0 Tidak Membelit
2. Tipe Batang 5 Semi Tegak
3. Diameter ruas batang 7 Tebal
4. Panjang ruas batang 5 Sedang
5. Warna predominan
batang
1 Hijau
6. Warna sekunder pada
batang
6 Mata tunas Ungu
41
7. Rambut batang 3 Sedikit
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 6 Lobet/ terbelah atau berlobus
9. Tipe lobus 5 Sedang
10. Jumlah lobus 5 Ellip
11. Bentuk lobus tengah 6 Lanceolate
12. Ukuran daun 5 Sedang
13. Warna petulangan daun 5 Ibu tulang daun sebagian ungu
14. Warna daun tua 2 Hijau
15. Warna daun pucuk 2 Hijau
16. Warna tangkai daun 3 Hijau dengan warna ungu dekat daun
17. Panjang tangkai daun 3 Pendek
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 6 Lurus
19. Cacat ubi 2 Berurat
20. Tebal korteks 5 Sedang
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 1 putih
22. Intensitas warnanya 1 pucat
23. Warna sekunder 0 Tidak ada
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 2 Krem
25. Warna sekunder 6 Merah
26. Distribusi warna
sekunder
3 Bercak menyebar di daging
27. Formasi umbi 3 Tandan terbuka
Sebutan local : ubi jalar Jepang
Umur Panen : 4 Bulan
Ketinggian : 665 dpl
Tabel 8. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Jepang.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan
membelit
0 Tidak membeli
2. Tipe Batang 5 Semi tegak
3. Diameter ruas batang 1 Sangat tipis
4. Panjang ruas batang 1 Sangat pendek
5. Warna predominan batang 7 Sebagian besar ungu gelap
6. Warna sekunder pada
batang
1 Dasarnya hijau
7. Rambut batang 3 Sedikit
42
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 6 Lobet/ terbelah atau berlobus
9. Tipe lobus 3 Bergerigi
10. Jumlah lobus 7
11. Bentuk lobus tengah 5 Ellip
12. Ukuran daun 5 Sedang
13. Warna petulangan daun 6 Ibu tulang daun sebagian besar ungu atau
semuanya ungu
14. Warna daun tua 8 Permukaan atas hijau,permukaan bawah ungu
15. Warna daun pucuk 9 Ungu pada kedua permukaan daun
16. Warna tangkai daun 9 Sebagian bedar atau total berwarna ungu.
17. Panjang tangkai daun 1 Sangat pendek
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 4 Ovate
19. Cacat ubi 7 Berlekuk dan berrongga dalam
20. Tebal korteks 5 sedang
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 2 Kream
22. Intensitas warnanya 1 Pucat
23. Warna sekunder 1 Putih
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 2 Kream
25. Warna sekunder 4 Oranye
26. Distribusi warna sekunder 3 Bercak menyebar di daging
27. Formasi umbi 5 Menyebar
Sebutan local : Rujak
Umur Panen : 3 bulan
Ketinggian : 665 dpl
Tabel 9. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Rujak.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan
membelit
0 Tidak membelit
2. Tipe Batang 5 Semi tegak
3. Diameter ruas batang 3 Tipis
4. Panjang ruas batang 3 Pendek
5. Warna predominan
batang
1 Hijau
6. Warna sekunder pada
batang
1 Dasarnya hijau
7. Rambut batang 3 Sedikit
43
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 6 Lobet/ terbelah atau berlobus
9. Tipe lobus 5 Sedang
10. Jumlah lobus 5
11. Bentuk lobus tengah 4 Semi Ellip
12. Ukuran daun 5 Sedang
13. Warna petulangan daun 2 Hijau
14. Warna daun tua 2 Hijau
15. Warna daun pucuk 9 Ungu pada kedua permukaan daun
16. Warna tangkai daun 1 Hijau
17. Panjang tangkai daun 1 Sangat pendek
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 3 Lonjong
19. Cacat ubi 1 Berurat
20. Tebal korteks 5 Sedang
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 3 Kuning
22. Intensitas warnanya 1 Pucat
23. Warna sekunder 5 Oranye kecoklatan
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 8 Oranye tua
25. Warna sekunder 0 Tidak ada
26. Distribusi warna
sekunder
9 Menutup daging
27. Formasi umbi 5 Menyebar
Sebutan local : Sarioto
Umur Panen : 3 bulan
Ketinggian : 665 dpl
Tabel 10. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sarioto.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan
membelit
0 Tidak membelit
2. Tipe Batang 3 Tegak
3. Diameter ruas batang 3 Tipis
4. Panjang ruas batang 3 Pendek
5. Warna predominan
batang
3 Hijau,dengan sedikit bintik ungu
6. Warna sekunder pada
batang
6 Mata tunas ungu
7. Rambut batang 5 Sedang
44
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 5 Hastate
9. Tipe lobus 7 Dalam
10. Jumlah lobus 5
11. Bentuk lobus tengah 5 Ellip
12. Ukuran daun 5 Sedang
13. Warna petulangan daun 7 Semua petulangan daun sebagian ungu
14. Warna daun tua 2 Hijau
15. Warna daun pucuk 6 Sedikit ungu
16. Warna tangkai daun 4 Hijau dengan warna ungu dekat batang dan
daun
17. Panjang tangkai daun 1 Sangat pendek
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 4 Ovate
19. Cacat ubi 1 Seperti kulit buaya
20. Tebal korteks 3 Tipis
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 8 Merah keunguan
22. Intensitas warnanya 2 Sedang
23. Warna sekunder 1 Putih
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 2 Kream
25. Warna sekunder 1 Putih
26. Distribusi warna
sekunder
3 Bercak ungu di daging
27. Formasi umbi 5 Menyebar
Sebutan local : Sari Madu
Umur Panen : 3 bulan
Ketinggian : 665 dpl
Tabel 11. Karakterisasi berdasarkan skor CIP, AVRDC, IBPGR 1991 pada Ketela Sari Madu.
No. KARAKTER NILAI / SKOR
keterangan
A Karakter Batang
1. Twining/kemampuan
membelit
0 Tidak membelit
2. Tipe Batang 5 Semi tegak
3. Diameter ruas batang 3 Tipis
4. Panjang ruas batang 1 Sangat pendek
5. Warna predominan
batang
1 Hijau
6. Warna sekunder pada
batang
1 Dasarnya hijau
45
7. Rambut batang 3 Sedikit
B. Karakter Daun
8. Membentuk umum daun 4 Triangular/segitiga
9. Tipe lobus 3 Bergerigi
10. Jumlah lobus 3
11. Bentuk lobus tengah 2 Segitiga
12. Ukuran daun 3 Kecil
13. Warna petulangan daun 2 Hijau
14. Warna daun tua 2 Hijau
15. Warna daun pucuk 3 Hijau bertepi daun ungu
16. Warna tangkai daun 1 Hiau
17. Panjang tangkai daun 3 Pendek
C. Karakter Pada Ubi
18. Bentuk ubi 2 Bulat lanjong
19. Cacat ubi 1 Seperti kulit buanya
20. Tebal korteks 5 Sedang
D. Warna Kulit Ubi
21. Warna predominan 8 Merah Keunguan
22. Intensitas warnanya 1 Pucat
23. Warna sekunder 1 Putih
E. Warna Daging Ubi
24. Warna predominan 4 Kuning pucat
25. Warna sekunder 0 Tidak ada
26. Distribusi warna
sekunder
9 Menutup daging
27. Formasi umbi 5 Menyebar
4.4. Eksplorasi Sumberdaya Genetik Jeruk Purut Manis dan Sawo Aceh
4.4.1. Eksplorasi Plasma Nutfah
Kegiatan eksplorasi diawali dengan koordinasi dengan Dinas Pertanian,
Badan Penyuluhan untuk mendapatkan data sekunder tentang curah hujan, kondisi
plasma nutfah dan pelestariaannya. Kemudian dilakukan juga sosialisasi dengan
tokoh masyarakat tentang keberadaan plasma nutfah yang unik yang dulu pernah
ada di sekitar lingkungannya melalui metoda wawancara langsung. Hasil
wawancara dengan tokoh masyarakat disekitar lokasi eksplorasi, dahulunya
terdapat buah jeruk purut yang rasanya manis dan dapat ditemui di pasar dan
warung sebagai jajanan. Akan tetapi sekarang keberadaan buah jeruk purut
maupun tanamannya sukar didapat dimanapun, biasanya dahulu di tanam di lahan
pekarangan atau tumbuh bebas di ladang. Keberadaan tanaman jeruk purut ini
46
hilang dari tatanan sosial karena masyarakat mulai beralih ke tanaman yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti pinang dan sawit.
Kegiatan eksplorasi berupa survey untuk mengetahui dan mencari
keberadaan tanaman jeruk purut manis yang dilakukan di beberapa kecamatan di
Aceh Utara. Berdasarkan informasi yang diterima melalui hasil wawancara dengan
petani setempat, tokoh masyarakat dan penyuluh lapangan akhirnya lokasi terakhir
yang dikunjungi di Kecamatan Kuta Mamur didapat tanaman jeruk purut manis.
Tanaman jeruk purut manis berada di lokasi tersebut ada secara sporadis tanpa ada
campur tangan budidaya oleh petani pelestari. Populasi tanaman ini hanya tinggal 1
(satu) batang tanaman induk dan 1 (satu) batang tanaman anakan yang berada di
dekat tanaman induk. Tanaman induk ini berada di tengah ladang karet (Havea
brasiliensis) milik petani pelestari. Keberadaan tanaman jeruk purut manis juga
direncanakan akan di tebang karena mengganggu pada saat pengangkutan
tanaman karet. Penulis dan tim eksplorasi plasma nutfah (sumberdaya genetik)
membuka wawasan untuk menjaga kelestarian sumber daya genetik yang sangat
berharga. Tujuannya adalah agar koleksi insitu terjaga oleh petani pelestari. Berikut
di bawah ini Tabel 12, data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut manis
dibandingkan dengan jeruk purut lokal (biasa).
Tabel 12. Data hasil karakterisasi tanaman jeruk purut biasa dan jeruk purut manis.
No. Data Karakterisasi Jeruk purut biasa Jeruk purut manis
1. Asal Lokal/tidak teridentifikasi
(telah berada di lokasi
selama turun temurun)
Lokal/tidak teridentifikasi
(telah berada di lokasi
selama turun temurun)
2. Tinggi tanaman 2-4 m >4 m
3. Umur tanaman >5 tahun >40 tahun
4. Bentuk batang Bulat, berduri Bulat, berduri
5. Bentuk tajuk Piramida Piramida
6. Warna kulit batang Abu-abu Abu-abu
7. Bentuk daun Oval, panjang, tulang
daun menjari
Oval panjang, tulang
daun menjari
8. Warna daun bagian atas Hijau tua kusam Hijau muda cerah
47
9. Warna daun bagian
bawah
Hijau tua kusam Hijau muda cerah
10. Perabaan permukaan
daun
Licin (agak kesat) Licin
11. Tepi daun Agak bergelombang,
terbagi dua bagian sama
besar antara ujung dan
pangkal
Tidak bergelombang,
terbagi dua bagian tidak
sama besar antara ujung
daun lebih besar 80%
dibandingkan dengan
pangkal daun
12. Ujung daun Meruncing Meruncing
13.
14.
Panjang daun
Lebar daun
3-9,5 cm
1,5-3 cm
3,5-9 cm
2-3 cm
15. Panjang tangkai daun 1-1,5 cm 0,8-1,1 cm
16. Tipe buah Tidak berduri Tidak berduri
17. Bentuk buah Bulat berkerut Bulat berkerut
18. Tekstur daging buah Berongga, berair dan
berbiji
Berongga, berair dan
berbiji
19. Produksi buah/pohon 300-400 buah/musim 50-70 buah/musim
20. Pemanfaatan buah penambah flavor (rasa) dikonsumsi segar
Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap keragaan morfologi tanaman
jeruk purut manis yang didapat. Krismawati dan Sabran (2006) menyatakan bahwa
hasil eksplorasi plasma nutfah dikarakterisasi meliputi sifat-sifat kuantitatif dan
kualitatifnya. Sifat kuantitatif meliputi tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil.
Jeruk purut yang ditemukan di Aceh Utara adalah jeruk purut yang memiliki rasa
yang manis, berbeda dengan jeruk purut pada umumnya yang memiliki rasa asam
segar. Perbedaan terlihat pada bentuk daun, warna permukaan daun, warna bagian
bawah daun, perabaan permukaan daun, tepi daun, panjang daun, panjang tangkai
daun, preferensi rasa daging buah dan pemanfaatan daging buah.
48
(a) (b)
Gambar 5. Perbedaan bentuk buah jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut manis
(b).
(a) (b)
Gambar 6. Keragaan morfologi daun jeruk purut biasa (a) dengan jeruk purut
manis (b).
(a) (b)
Gambar 7. Keragaan bentuk tanaman jeruk purut biasa (a) dan jeruk purut manis
(b).
Selain jenis tanaman jeruk purut manis yang unik tersebut ditemukan juga
tanaman sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) dengan bentuk buah dan
tanaman yang berbeda dengan buah sawo pada umumnya. Untuk itu dilakukan
karakterisasi tanaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi sifat morfologi dan
49
sifat fisiologi spesifik dari tanaman yang ditemukan, termasuk potensial hasilnya.
Tanaman sawo pada umumnya berbuah sepanjang tahun, memiliki batang besar
dan rindang, berdiameter bunga sampai dengan 1,5 cm, bunga berwarna
kecoklatan, kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran yaitu mahkota bentuk
genta, putih, berbagi sampai setenagh panjang tabung. Tanaman ini memiliki daun
tungal, terletak pada ujung ranting. Daun berwarna hijau tua mengkilap dan
memiliki bentuk telur lonjong dan bulat keovalan. Tanaman sawo memiliki batang
berukuran besar dan juga ada yang kecil, berwarna kecoklatan muda dan tua,
berbatang kasar, memiliki ukuran diameter sedang tergantung dengan varietes.
Batang tanaman sawo lokal (biasa) memiliki kandungan latek yang sangat tinggi,
namun juga batang tanaman ini juga terdapat bercak atau garis kehitaman yang
terdapat di batang utama atau cabang. Buah ini memiliki biji yang sangat
mengkilap, berwarna kehitaman lonjong, dalam satu buah memiliki biji 6-8 biji.
Berikut di bawah ini Tabel 13, perbandingan deskripsi tanaman sawo lokal (biasa)
dengan sawo Aceh.
Tabel 13. Data hasil karakterisasi sawo Aceh dan sawo biasa di Kabupaten Aceh Utara.
No. Data Karakterisasi Sawo biasa Sawo Aceh
1. Asal Lokal/tidak
teridentifikasi (telah
berada di lokasi selama
turun temurun)
Lokal/tidak teridentifikasi
(telah berada di lokasi
selama turun temurun)
2. Tinggi tanaman 3 m >5 m
3. Umur tanaman >10 tahun >45 tahun
4. Bentuk batang Bulat Bulat
5. Bentuk tajuk Bulat Piramida
6. Warna kulit batang coklat coklat
7. Bentuk daun Oval panjang, tulang
daun menjari
Oval panjang, tulang daun
menjari
8. Warna daun bagian atas Hijau tua cerah Hijau muda cerah
9. Warna daun bagian
bawah
Hijau muda Hijau muda
50
10. Perabaan permukaan
daun
Licin Licin
11. Tepi daun Rata, tipe tunggal,
terletak berseling, dan
mengumpul pada ujung
ranting
Rata, tipe tunggal, terletak
berseling, dan mengumpul
pada ujung ranting
12. Ujung daun Runcing Meruncing
13. Panjang daun 6-9 cm 7,1-10,5 cm
14.
15.
Lebar daun
Panjang tangkai daun
2-3 cm
0,6-07 cm
3-5 cm
0,8-1 cm
16. Tipe buah Tidak berduri Tidak berduri
17. Bentuk buah Lonjong Lonjong
18. Tekstur daging buah Berserat kasar dan
berbiji, berwarna coklat
Berserat kasar dan berbiji,
berwarna putih susu
19.
20.
21.
Warna buah yang matang
Warna buah yang belum
matang
Produksi buah/pohon
Coklat muda
Coklat muda
150-200 buah/musim
Kuning orange
Hijau
80-100 buah/musim
22.
23.
24.
25.
26.
Panjang buah
Lebar buah
Preferensi rasa
Pemanfaatan buah
Tipe Batang
5-7 cm
3-5 cm
manis bergetah
Dikonsumsi sebagai
buah segar
Banyak mengandung
getah (lateks)
9-10 cm
5-6 cm
manis bergetah
Dikonsumsi sebagai buah
segar
Tidak mengandung getah
(lateks)
Berdasarkan perbandingan morfologi tanaman sawo biasa dan sawo Aceh di
atas Tabel 2, perbedaan secara morfologi terlihat pada bentuk tajuk, warna buah
yang telah matang, warna buah yang belum matang, panjang daun, panjang
51
tangkai daun, panjang tangkai daun dan produksi buah. Berikut di bawah ini
Gambar 4, tampilan keragaan sawo biasa dengan sawo Aceh.
(a) (b)
Gambar 8. Keragaan morfologi bentuk buah sawo biasa (a) dan sawo Aceh (b).
Perbedaan pada tampilan warna buah yang telah matang, buah sawo lokal,
memiliki permukaan kulit buah yang kasar dan dapat berkilat bila dibersihkan
dengan baik. Tampilan warna kulit buah sawo Aceh yang belum matang berwarna
hijau dan berwarna kuning orange apabila telah matang fisiologis (Gambar 4).
Berdasarkan hasil pengamatan dan study literatur, sawo Aceh memiliki
kemiripan dengan sawokecik (Manilkara kauki L.Dubard) yang ada di Jawa yaitu di
Priangan Barat dan di Banten. Menurut Sidiyasa (1998), tanaman sawokecik adalah
tumbuhan berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 30 m. Yuniarti (2012)
melaporkan tanaman sawo kecik memiliki daun tunggal yang berkelompok di ujung
ranting, berbentuk bulat telur terbalik melebar hingga menjorok lebar, berukuran 5-
15 cm x 3-8 cm. Permukaan atas daun licin, berwarna hijau tua mengkilap,
permukaan bawah berbulu halus menyerupai beludru berwarna kelabu kecoklatan,
pangkal melancip, ujungnya membundar hingga agak bertakik. Tulang daun utama
menonjol ke bawah, tulang daun sekunder berjumlah 9-30 pasang, dan panjang
tangkai daun 1,3-3,7 cm.
Buah sawo kecik dapat dimakan, rasanya manis agak sepat dan tidak
banyak mengandung air. Buah yang muda berwarna hijau, semakin tua warna buah
berangsur-angsur menjadi kuning, oranye sampai kemerahan. Buah mengandung
biji 1-6 (umumnya 2-3), mengkilap, berukuran sekitar 2 cm x 1 cm x 0,75 cm
(Sidiyasa, 1998). Buah sawo Aceh juga dapat dimakan, rasanya manis agak sepat
dan tidak banyak mengandung air. Buah pada saat belum matang berwarna hijau
52
dan buah pada saat matang berwarna kuning orange dan sedikit hijau. Berikut di
bawah ini Gambar 5, tampilan buah sawo kecik dan sawo Aceh.
Gambar 9. Tampilan buah sawo kecik dibandingkan sawo kecik
Perbedaan utama sawo kecik dengan sawo Aceh adalah ukuran sawo kecik
adalah kecil, warna kulit luar buah berwarna merah orange, bentuk daun, panjang
daun, lebar daun, warna tangkai buah, warna tekstur daging buah.
4.4.2. Koleksi Insitu dan Eksitu
Koleksi insitu dilakukan agar plasma nutfah tanaman tetap terjaga keaslian
pada habitatnya, sehingga dapat dilakukan usaha konservasi untuk pelestarian
plasma nutfah tanaman dapat lebih mudah dan cepat dilakukan. Koleksi insitu di
lahan milik petani dilakukan usaha penyadaran untuk tetap menjaga keberadaan
plasma nutfah di lahan milik petani pelestari tersebut. Penulis dan tim sumberdaya
genetik BPTP berjanji untuk kembali lagi dalam rangka konservasi tanaman jeruk
purut manis dan sawo Aceh. Koleksi eksitu baru dapat dilakukan pada tanaman
jeruk purut manis yaitu membawa anakan jeruk purut manis tersebut dan ditanam
di kebun koleksi sumberdaya genetik BPTP di Lampineung-Banda Aceh. Sebelum
ditanam di kebun, anakan jeruk purut manis ditanam di polybag dan diberi naungan
60% sampai tanaman cukup sehat sekitar 4 bulan,selanjutnya tanaman dipindahkan
ke lapangan.
4.5. Eksplorasi dan Karakterisasi Sapi Keupong
Sapi Aceh yang banyak dijumpai mempunyai warna yang beragam dan
dominan berwarna merah bata (23,37%) dan coklat muda (22,44%). Serta pada
umumnya sapi aceh ini bertanduk akan tetapi terdapat 10,24% sapi yang tersebar
di wilayah Aceh ini tidak bertanduk sama sekali yang dikenal dengan nama sapi
keupong (Kopong), (Rizal,F.2013). Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
2907/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Aceh menyatakan
bahwa karakteristik sapi aceh mempunyai ;
53
1. Sifat Kualitatif
1. Warna tubuh dominan : merah kecokelatan pada yang jantan dan merah
bata pada yang betina;
2. Kepala : sekeliling mata, telinga bagian dalam dan bibir atas berwarna
keputihputihan
3. Leher : lebih gelap pada yang jantan
4. Garis punggung : cokelat kehitaman;
5. Paha belakang : merah bata;
6. Pantat : cokelat muda;
7. Kaki : keputih-putihan;
8. Ekor : bagian ujung berwarna hitam;
9. Rambut : merah bata sampaicokelat;
10. Bentuk muka : pada umumnya cekung;
11. Bentuk punggung : pada umumnya cekung
12. Bentuk tanduk : mengarah ke sampingan melengkung keatas;
13. Bentuk telinga : kecil, mengarah ke samping, tidak terkulai.
II. Sifat kuantitatif (dewasa)
1. Ukuran permukaan tubuh
2. Tinggi gumba : 116 ± 24 cm (jantan) dan 102 ± 21 cm (betina)
3. Panjang badan : 121 ± 26 cm (jantan) dan 105 ± 22 cm(betina)
4. Lingkar dada : 153 ± 32 cm (jantan)dan 127 ± 27 cm (betina)
5. Bobot badan : 253 ± 65 kg (jantan) dan148 ± 37 kg (betina)
6. Persentase karkas : 49 – 51%
Dilihat dari sifat-sifat kualitatif sapi Aceh yang ditetapkan oleh SK Kementan
RI, maka terdapat perbedaan yang significant baik dari tinggi gumba, panjang
badan , lingkar dada. Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah sapi Keupong
tidak memiliki tanduk sama sekali dan sapi Aceh memiliki tanduk dan gumba dari
sapi keupong ini lebih pendek dibandingkan dari sapi Aceh. Berdasarkan survey
kelapangan yang dilakukan oleh BPTP Aceh pada beberapa Kabupaten di Aceh
terdapat perbedaan dengan sapi ACEH. Dimana sapi keupong ini badan lebih
panjang yaitu bisa mencapai 130 cm, lingkar dada yaitu 137 cm.
54
Pada gambar dibawah ini akan terlihat perbedaan yang cukup jelas antara
sapi keupong dengan sapi aceh pada umumnya.
Gambar.1. Sapi Aceh
Gambar 10. Tampilan sapi Aceh
Gambar 11. Tampilan sapi Keupong
Kelebihan dan keunggulan dari sapi Aceh juga dimiliki oleh oleh sapi
Keupong, seperti toleransi dengan rumput kualitas rendah jadi semua jenis rumput
disukai oleh sapi ini. Selain itu Sapi Keupong ini juga tahan terhadap berbagai
penyakit yang biasanya menyerang ternak sapi. Karena Sapi Keupong ini memiliki
panjang badan yang lebih tinggi dari Sapi Aceh, maka produksi daging dari Sapi
keupong ini juga lebih besar. Dengan demikian lebih memiliki keuntungan yang
lebih besar
4.6. Status inventarisasi dan karakterisasi SDG
55
Hasil karakterisasi dan koleksi diinventarisasi dalam tabulasi data koleksi
sumberdaya genetik yang telah dilakukan sejak tahun 2013 hingga tahun 2015.
Berikut ini disajikan data hasil tabulasi bank data koleksi sumberdaya genetik yang
ada di lingkup Provinsi Aceh
Tabel 14. Status inventarisasi dan karakterisasi SDG di Provinsi Aceh.
N
o
.
SDG (Spesies/Varietas)
yang sudah diinventarisasi)
Karakterisasi Rencana
Karakterisasi
SDG
(2014-2016)
Keterangan
(Siapa pengelola)
Kendala
Sudah
(√)
Belum
(√)
1 Tanaman pangan:
Padi Sigupai √ Petani pelestari
Padi Rom Kuring √ Petani pelestari
Padi Rom Kuning √ Petani pelestari
Padi Rom Putih √ Petani pelestari
Padi Tangse Putih √ Petani pelestari
Padi Tangse Lembayung √ Petani pelestari
Padi Ramos King √ Petani pelestari
Padi Ramos √ Petani pelestari
Padi Rias Kuning √ Petani pelestari
Padi Rias Bengkok √ Petani pelestari
Kedelai var. Kipas Merah √ Petani pelestari
Kedelai var. Kipas Putih √ Petani pelestari
Kacang Tanah Kuala Batee √ Petani pelestari
Sukun Medan √ Petani pelestari
Sukun Lokal √ Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Padee √ Petani pelestari
Ubi Jalar Madu √ Petani pelestari
Ubi Jalar Ungu √ Petani pelestari
Ubi Jalar Hitam √ Petani pelestari
Ubi Jalar Jepang √ Petani pelestari
56
Ubi Jalar Sarioto √ Petani pelestari
Ubi Jalar Sari Madu √ Petani pelestari
Ubi Jalar Rujak √ Petani pelestari
Tanaman Kulu √
2. Tanaman hortikultura:
Cabe Odeng √ Petani pelestari
Cabe Odeng King √ Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Gajah √ Petani pelestari
Melinjo (Mulieng) Padee √ Petani pelestari
Jeruk Purut Manis √ Petani pelestari
Sawo Aceh √ Petani pelestari
Durien Suasa √ Petani pelestari
Durien Jalo √ Petani pelestari
Durien Lamno √ Petani pelestari
Tanaman Obat Sari Bulan √ Petani pelestari
Tanaman Obat Sirih Hutan √ Petani pelestari
Tanaman Obat Tapak Kuda √ Petani pelestari
Tanaman Obat Tongkat Ali √ Petani pelestari
Tanaman Obat Gadung √ Petani pelestari
Tanaman Obat Ranup Ubit √ Petani pelestari
Tanaman Obat Akar Janeng √ Petani pelestari
Pisang sayur √ Petani pelestari
Tanaman Bak Kala √ Petani pelestari
Tanaman Pinang Arab √ Petani pelestari
Tanaman Pinang Mawah √ Petani pelestari
Tanaman Pinang Lokal √ Petani pelestari
Tanaman Obat Tuba Jenu √ Petani pelestari
Tanaman Obat Cempala Patah √ Petani pelestari
57
Tanaman Obat Ranup Dong √ Petani pelestari
Tanaman Obat Keumelue √ Petani pelestari
Tanaman Obat Jambe Kling √ Petani pelestari
Tanaman Obat Paku ngamat √ Petani pelestari
Tanaman Obat Teumeran √ Petani pelestari
Tanaman Obat Paku Kunyet √ Petani pelestari
Tanaman Obat Sa’diyah √ Petani pelestari
Tanaman Obat Ranup Duk √ Petani pelestari
Tanaman Obat Uret Pisang √ Petani pelestari
3. Tanaman hias:
Bunga Cemara √ Petani pelestari
Bunga Asoka √ Petani pelestari
Bunga Bougenvil √ Petani pelestari
Bunga Jeumpa √ Petani pelestari
Pinang Putri √ Petani pelestari
Kamboja √ Petani pelestari
Bunga Kembang Sepatu √ Petani pelestari
Bunga Melati √ Petani pelestari
Jeruk Nipis √ Petani pelestari
Tanaman Lengkeng √ Petani pelestari
Tanaman Nangka √ Petani pelestari
Tanaman Jambu Biji √ Petani pelestari
Tanaman Jambu Air √ Petani pelestari
Tanaman Tebu √ Petani pelestari
Tanaman Asam Belimbing √ Petani pelestari
Tanaman Sambung Nyawa √ Petani pelestari
Tanaman Temuru √ Petani pelestari
Tanaman Mahkota Dewa √ Petani pelestari
58
4. Tanaman perkebunan:
Nilam Lhouesemawe √ Petani pelestari
Nilam Lokal √ Petani pelestari
Nilam LL (Lhousemawe vs lkl) √ Petani pelestari
Pala Hutan √ Petani pelestari
Pala Besar (Mawah) √ Petani pelestari
Pala Kecil (Ubit) √ Petani pelestari
Kopi Var. Gayo 1 √ Petani pelestari
Kopi Var. Gayo 2 √ Petani pelestari
Kopi Var. Ateng Super √ Petani pelestari
Kopi Var. USDA √ Petani pelestari
Kopi Var. S J √ Petani pelestari
Kopi Var. CTT √ Petani pelestari
Kopi Var. C 47 √ Petani pelestari
Kopi Var. C 48 √ Petani pelestari
Kopi Var. CH 306 √ Petani pelestari
Kopi Var. C 49 √ Petani pelestari
Kopi Var. CH 1 √ Petani pelestari
Kopi Var. SLN 9 √ Petani pelestari
Kopi Var. P 88 √ Petani pelestari
Kopi Var. BP 542 √ Petani pelestari
Kopi Var. Sinensie √ Petani pelestari
5. Ternak
Sapi Aceh √ Petani pelestari
Sapi Kepong √ Petani pelestari
Kuda Gayo √ Petani pelestari
Ayam Hutan Aceh √ Petani pelestari
59
4.7. Pengelolaan Kebun Koleksi
1. Nama kebun koleksi : Kebun Percobaan Kopi Gayo
2. Lokasi kebun koleksi : Bener Meriah
Tabel 15. Data kebun koleksi
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten : Bener Meriah
Provinsi : Aceh
Titik koordinat :
Status kepemilikan : Milik Negara (BPTP Aceh)
Legalitas : Sertifikat/SKT
Jumlah SDM : 6 orang
Deskripsi kebun koleksi
: Lokasi terdapat di dalam Kebun Percobaan (KP) /di luar KP : Agroekosistem : Lahan Kering Ketinggian tempat : 1050 dpl Tipe iklim : Basah- Kering Jenis tanah : Lempung liat Curah hujan : Luas lahan KK : Jumlah dan jenis koleksi tanaman/ternak: Koleksi insitu 40 varietas kopi, yang dapat dideskripsi baru 14 varietas
Masalah dan solusi : Pemeliharaan rutin naungan, pemeliharaan dan rawat tanaman kopi yang telah berumur > 25 tahun (pergantian varietas). Dana yang disediakan untuk pemeliharaan rutin berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara maksimal.
4.8. Kelembagaan Sumberdaya Genetik
Tabel 16. Data kelembagaan Komda SDG
Uraian
1. Status Komda SDG : Belum terbentuk
2. Susunan kepengurusn : -
3. Program kegiatan Komda : Belum ada
4. Pelaksanaan kegiatan Komda
: -
60
5. Deskripsi kegiatan kelembagaan
:
4.9. Karya Tulis Ilmiah (KTI)
No. Judul KTI Jenis KTI Penerbit
1 Inventarisasi, Karakterisasi Dan
Pemanfaatan Keanekaragaman
Sumberdaya Genetik Padi Gogo
Dan Padi Sawah Lokal Di Provinsi
Aceh
Prosiding Nomor
ISSN : 2302-9617
Baristand Aceh
2 Eksplorasi, Karakterisasi Dan
Koleksi Keanekaragaman
Sumberdaya Genetik Tanaman Kopi
Di Dataran Tinggi Gayo
Prosiding Nomor
ISSN : 2302-9617
Baristand Aceh
3 Inventarisasi, Karakterisasi Dan
Pemanfaatan Keanekaragaman
Sumberdaya Genetik Tanaman
Obat Lokal Di Provinsi Aceh
Prosiding Nomor ISBN : 978-602-0898-00-1
Jurusan Biologi,Unsyiah
4 Eksplorasi, Karakterisasi Dan Koleksi Keanekaragaman anaman Hortikultura di Provinsi Aceh
Prosiding Nomor ISBN : 978-602-0898-00-1
Jurusan Biologi,Unsyiah
5 Sumber Daya Genetik (SDG) Tanaman Nusantara Spesifik Aceh
ISBN : 978-979-1415-91-0
BPTP Aceh
6 Inventarisasi, Karakterisasi Dan Koleksi Insitu Mulieng Gajah (Gnetum Gnemon Spp) Dan Mulieng Padee Di Kabupaten Pidie
Prosiding dalam proses penerbitan, telah diseminarkan
Jurusan Biologi, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
7 Eksplorasi Dan Inventarisasi Padi
Lokal Sigupai : Aromatik Pandan,
Rasa Nasi Pulen, Efisiensi Pupuk,
Berumur Sedang, Disukai Petani
Dan Pedagang
Prosiding dalam proses penerbitan, telah diseminarkan
Jurusan Biologi, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
8 Eksplorasi, Inventarisasi, Koleksi
Dan Pemanfaatan Padi Gogo Lokal
Varietas Tangse Di Kabupaten Pidie
Prosiding dalam proses penerbitan, telah diseminarkan
Jurusan Biologi, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
61
9 Inventarisasi, Karakterisasi Dan
Pemanfaatan Cabai Odeng
(Capsicum annum) Di Kabupaten
Bener Meriah
Makalah Poster pada Semnas SDG di BBP2TP, Bogor (Prosiding)
BB Biogen dan BBP2TP
10 Inventarisasi, Karakterisasi, Koleksi
Insitu Dan Peningkatan Nilai
Tambah Tanaman Pala (Myristica
fragrans)
Di Kabupaten Aceh Selatan
Makalah Poster pada Semnas SDG di BBP2TP, Bogor (Prosiding)
BB Biogen dan BBP2TP
Usulan Tulisan untuk KTI
1 Sapi Kepong seagai salah satu variasi genetik Sapi Aceh
Usulan Tulisan.. BBP2TP dan BB Biogen
2 Karakterisasi, Koleksi Dan
Pemanfaatan Tanaman Ubi Jalar
(Ipomea Batatas) Di Kabupaten
Aceh Besar
Usulan Tulisan.. BBP2TP dan BB Biogen
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan sumberdaya genetik di tahun 2015 dilakukan inventarisasi tanaman
pala di Aceh Selatan dan didapat 5 aksesi tanaman pala. Aksesi tanaman pala yang
paling unik adalah aksesi pala hutan. Aksesi pala hutan memiliki keunikan pada
bentuk buah yang besar, berwarna coklat, daun yang panjang dan lebar, tangkai
daun yang panjang. Selain itu secara testimoni petani disekitar aksesi tanaman paa
hutan ini menyakini dan telah mencoba untuk melakukan entres pala hutan sebagai
batang bawah. Tujuan pala hutan aksesi tanaman pala hutan dijadikan batang
bawah adalah agar terhindar dari penyakit Fusarium sp dan hama pengerek batang.
Selain itu dilakukan juga inventarisasi tanaman di lahan pekarangan dan didapat 3
kelompok tanaman yaitu tanaman hias, tanaman buah dan tanaman obat.
Karakterisasi juga dilakukan di Kecamatan Lembah Seulawah untuk
62
mengkarakterisasi keragaman klon ubi jalar. Hasil karakterisasi didapat 6 klon ubi
jalar yaitu ubi jalar Jepang, ubi jalar Sarioto, ubi jalar Sari Madu, ubi jalar Hitam, ubi
jalar Madu dan ubi jalar Rujak. Hasil kegiatan eksplorasi dilakukan di Kabupaten
Aceh Utara dan didapatkan varietas lokal jeruk purut manis dan sawo Aceh.
Saran
Kegiatan sumberdaya genetik butuh perhatian yang serius dari Pemerintah
Daerah setempat untuk segera merespon hasil eksplorasi, inventarisasi dan
karakterisasi yang telah dilakukan oleh tim SDG BPTP Aceh. Inisiasi keberadaan
SDG telah dilakukan tim SDG kepada Pemda setempat untuk segera mendaftarkan
varietas lokal yang ditemukan sebagai varietas lokal dan butuh usaha pelestarian
dan evaluasi untuk mengetahui potensi SDG tersebut dan selanjutnya
dikembangkan secara masal.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyanto, 2014. Pengkayaan, praevaluasi dan pengelolaan sumberdaya genetik
tanaman lokal sumatera barat. Laporan Akhir Kegiatan SDg 2014. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat.
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Pala (Myristica Fragan Hait ).
http://www.ristek.go.id
Nurbani, Rudarmono, Subiono T, Rusdiansyah. 2004. Koleksi, Karakterisasi dan
Budidaya Padi Ladang Lokal Kalimantan Timur. Laporan Akhir Kerjasama
Dinas Pertanian dan BPTP Kalimantan Timur. hal 30.
63
Suhartini T, Soemantri IH, Abdullah B. 2003. Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma
Nutfah Spesies Padi Liar. Buletin Plasma Nutfah. 9:
64
Lampiran 1. Tenaga dan organisasi pelaksanaan
Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama Lengkap
dan Gelar
Posisi dalam
Kegiatan
Gol/
Pangkat
Instansi/ Unit
Kerja
Jabatan
Struktural/F
ung.
Bidang
Keahlian
Alokasi
Waktu
(jam/mgg)
Dr. drh. Iskandar
Mirza, M.P.
Penjab IIIc/
Penata BPTP Aceh Peneliti
Muda
Peternakan 20
Ir. Syarifah
Raihanah
Anggota IIId/
Penata Tk.
I
BPTP Aceh PNK Peternakan 20
Didi Darmadi,
S.P., M.Si.
Anggota IIIb/Penata Muda Tk
I
BPTP Aceh Penyuluh
pertama
Agronomi
dan
Hortikultura
20
Eka Fitria, S.P. Anggota IIIb/Penat
a Muda Tk I
BPTP Aceh PNK Sosial
Pedesaan
20
Rosdewani, S.E. Anggota IIIb/
Penata
Muda Tk. I
BPTP Aceh PNK Sosial
Ekonomi
20
65
Lampiran 2. Anggaran
Rekap Pembiayaan
Uraian Volume Satuan Jumlah
(Rp)
1. Belanja Bahan 1 Keg 7.600.000,-
2. Belanja Gaji Upah 1 Keg 15.250.000,-
3. Belanja Perjalanan 1 Keg 187.000.000,-
4. Belanja Barang Operasional lainnya 1 Keg 20.000.000,-
Total Biaya 214.260.000,-
Bahan
No. Bahan Volume Biaya Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1. ATK
- kertas ukuran A4 70gr - kertas ukuran F4 70gr - Toner - Ballpoint - Blocknote - Map Mika - Post it - Map Folder - Tip Ex
5 rim 5 rim
1 buah 1 lusin
15 buah 6 buah 3 buah 4 buah 10 buah
35.000,- 35.000,-
750.000,- 35.000,- 10.000,- 20.000,- 5.000,-
20.000,- 10.000,-
175.000,- 175.000,- 750.000,- 35.000,-
150.000,- 120.000,- 20.000,- 40.000,-
100.000,-
Jumlah 1.600.000,-
2. Saprodi (pupuk, benih, pestisida, dll.)
- Kertas Label - Handspayer
4 pak 4 unit
15.000,- 400.000,-
60.000,- 1.600.000,-
Jumlah 42.200.000,-
3. Bahan Pembantu lapangan
- Papan Nama Kegiatan - Sepatu Lapangan - Topi Lapangan
1 buah 10 pasang 10 buah
1.000.000,- 90.000,- 50.000,-
1.000.000,- 900.000,- 500.000,-
Jumlah 2.400.000,-
66
Jumlah Biaya (1+2+3) 49.000.000,-
Belanja Gaji Upah
Honorarium tidak tetap (untuk petugas lapang jika ada)
No. Pelaksana Jumlah
Pelaksana
Jumlah
Hari Honor/hari Biaya
1. Upah Harian Lepas 250 OH 1 THN 50.000,- 12.500.000,-
Jumlah Biaya 12.500.000,-
Perjalanan
No. Kota/Tempat Tujuan Volume Biaya Satuan Biaya
1.
Belanja Perjalanan Lainnya
1. Perjalanan ke pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan (2 ORG X 2 KALI)
2 OP 5.500.000,- 22.000.000,-
2. Perjalanan ke daerah dalam rangka
pelaksanaan kegiatan di 6 kab. (10
ORG X 6 KALI)
160 OP 1.500.000,- 90.000.000,-
Jumlah Biaya 112.000.000,-
Belanja Barang Operasional Lainnya (Konsinyasi, Fotocopy, rapat, dll)
No. Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan Biaya
67
1. Temu Koordinasi 1 paket 15.000.000,- 15.000.000,-
2. Bahan Pendukung temu
koordinasi
1 paket 5.000.000,- 5.000.000,-
Jumlah Biaya 20.000.000,-
68
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan SDG T.A. 2015
Survey data sosial ekonomi petani pala di Kabupaten Aceh Barat Daya.
69
Karakterisasi tanaman pala di kebun petani, Kabupaten Aceh Barat Daya.
Kunjungan Tim Monev dari BB Biogen ke Kebun Percobaan Gayo.
Koleksi benih berbagai jenis kopi di KP. Gayo.
70
Kunjungan ke lapangan TIM Monev BB Biogen ke Kebun Percobaan Gayo.
Inisiasi pembentukan Komda bersama tim inisiator dari Komnas SDG (Dr. Sabran dan
Tim Komnas) ke Sekda Provinsi Aceh (Bpk. Drs. Darmawan).
71
Karakterisasi sapi kepong di Kabupaten Aceh Jaya.
(a) (b)
Karakterisasi Tanaman Pala biasa (a) dan pala hutan (b) di Kabupaten Aceh
Selatan.
72
Survey sosial ekonomi kondisi pengembangan produk pala menjadi minyak angin ke
produsen minyak pala di Kabupaten Aceh Selatan.
Inventarisasi tanaman jeruk purut manis di Kabupaten Aceh Utara.
Karakterisasi sawo Aceh di Kabupaten Aceh Utara.
73
Acara temu lapang di Kabupaten Aceh Selatan.
Survey ke lokasi petani pala yang memanfaatkan tanaman pala sebagai batang bawah
entres.
74
Karakterisasi tanaman ubi jalar di Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh
Besar.
75
Design kebun koleksi di lahan pekarangan BPTP Aceh Tahun 2015.