laporan gizi kel 1
DESCRIPTION
giziTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aceh adalah salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang masih berstatus
kesehatan buruk. 8 propinsi lainnya masing-masing Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kesembilan provinsi tersebut akan menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) serta mensinergikan
kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan daerah.
1. Status Gizi Balita menurut indikator BB/U:
Secara nasional, prevalensi berat kurang pada 2011 adalah 17,9% yang terdiri dari
4,9% gizi buruk dan 13 % gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015
yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar
2,4% dalam periode 2011 - 2015
Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas angka
prevalensi nasional yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi Banten sampai 30,5% di NTB. Urutan
ke 18 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah:
NO. Provinsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan tengah
Sulawesi Tengah
Papua barat
Gorontalo
Page | 1
8.
9.
10.
11
12.
13
14.
15.
16.
17.
18.
Maluku
Sulawesi Selatan
Aceh
Maluku Utara
Kalimantan selatan
Sulawesi utara
Sulawesi Barat
Sulawesi selatan
Sumatera selatan
Jambi
Banten
Semua provinsi di Indonesia masih memiliki prevalensi berat kurang masih diatas batas non-
public health problem menurut WHO yaitu 10,0%
2. Status Gizi Balita berdasarkan indikator TB/U
Prevalensi kependekan secara nasional tahun 2011 sebesar 35,6% yang terdiri dari
18,5% sangat pendek dan 17,1% pendek.
Sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi kependekan diatas angka prevalensi
nasional. Urutan dari yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:
NO Provinsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NTT
Papua Barat
NTB
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera selatan
Gorontalo
Page | 2
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kalimantan Barat
Kalimantan tengah
Aceh
Sulawesi selatan
Sulawesi Utara
Maluku
Lampung
Sulawesi tengah
Bila dibandingkan dengan batas non public health problem menurut WHO untuk
masalah kependekan sebesar 20%, maka semua provinsi di Indonesia masih dalam kondisi
bermasalah kesehatan masyarakat.
3. Status Gizi Balita berdasarkan indikator BB/TB
Prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2011 masih cukup tinggi yaitu 6,0%
dan tidak banyak perbedaan dengan keadaan 2007 sebesar 6,2%. Demikian pula halnya dengan
prevalensi kurus sebesar 7,3% pada tahun 2011 yang tidak berbeda banyak dengan keadaan
tahun 2007 sebesar 7,4%.
Terdapat 19 provinsi yang memiliki prevalensi kekurusan diatas angka prevalensi nasional.
Urutan ke-19 provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:
NO Provinsi
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
Sulawesi utara
Bengkulu
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Sulawesi utara
Page | 3
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Jawa Tengah
Aceh
Kalimantan tengah
Jawa Barat
Maluku
Kepulauan Bangka Belitung
Papua
Lampung
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Papua Barat
Jambi
Menurut UNHCR masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila
prevalensi BB/TB kurus antara 10,1% - 15,0% dan dianggap kritis bila diatas 15%. Pada tahun
2011, secara nasional prevalensi BB/TB kurus pada balita masih 13,3%. Hal ini berarti bahwa
masalah kekurusan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Berdasarkan indikator BB/TB dapat juga dilihat prevalensi kegemukan dikalangan
balita. Pada tahun 2011 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia 14,0%. Terjadi
peningkatan prevalensi kegemukan yaitu 12,2% tahun 2007 menjadi 14% tahun 2011. 10
provinsi memiliki masalah kegemukan diatas angka nasional dari prevalensi tertinggi sampai
terendah adalah:
NO Provinsi
1.
2.
3.
4.
5.
DKI Jakarta
Sumatera utara
Sulawesi utara
Bali
Sumatera Selatan
Page | 4
6.
7.
8.
9.
10.
Lampung
Aceh
Riau
Bengkulu
Jawa Barat
Dari pembahasan diatas Aceh bukan daerah yang paling buruk status gizinya, namun
Aceh berada di tengah. Status gizi di aceh mempunyai persentase gizi baik 41,1%, gizi lebih
11,76 %, gizi kurang 23,5%, gizi buruk23,5%.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi
pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat
kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal
(Depkes RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang
sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004 ).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang
atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita,
masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun
penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake
(konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh
pemerintah dan masyarakat karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan
ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang telah swasembada pangan
bahkan telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga (misalnya program raskin),
masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati
beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang
anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya
Page | 5
adalah masyarakat atau keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat badan
anak (status gizi anak) atau juga belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak,
sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti
halnya orang dewasa harus makan tiap harinya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui status gizi Balita dan Bumil di Kecamatan Darul Imarah, Desa Geu
Gajah, Aceh besar Tahun 2012.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Mampu menimbang BB/U balita dengan benar sehingga mengetahui status gizi, meliputi
gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk.
2. Mampu mengukur TB/U balita dengan benar sehingga mengetahui status gizi, meliputi
Tinggi, Normal dan pendek.
3. Mampu mengukur dan menimbang BB/TB dengan benar, meliputi Gemuk/obesitas,
Normal, Kurus dan kurus sekali.
4. Mampu menyusun laporan hasil kegiatan dengan benar sebagai ujian final gizi
kesehatan masyarakat.
Page | 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI / PENGERTIAN
2.1.1 Definisi gizi kesehatan masyarakat.
Berikut merupakan pengertian – pengertian gizi kesehatan masyarakat menurut para ahli :
Gizi kesehatan masyarakat adalah pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan
dalam memecahkan permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan gizi ( Michael J.Gibney,
2009 ).
Gizi kesehatan masyarakat ialah tindakan kolektif yang dilakukan masyarakat untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan seluruh populasi ( WHO, 2009 )
Gizi kesehatan masyarakat ialah seni dan pengetahuan tentang pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan dan perpanjangan usia harapan hidup melalui berbagai upaya yang
terorganisasi di dalam masyarakat.
Gizi kesehatan masyarakat ialah upaya promosi untuk mencapai kesehatan optimal
melalui pencegahan primer gizi di dalam populasi masyarakat ( Margetts, 2008 ).
Gizi kesehatan masyarakat ialah upaya promosi dan menjaga kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan gizi melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat dan memberikan informasi hasil pilihan masyarakat.
Page | 7
2.1.2 Definisi penilaian / pengukuran status gizi.
Berikut merupakan pengertian – pengertian penilaian / pengukuran status gizi :
Penilaian status gizi merupakan salah satu indicator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran
secara antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur.
Penilaian / Pengukuran Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu,
contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh ( supariasa, dkk,2007 )
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan
zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Keadaan gizi yang
baik adalah jika intake zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu sering juga disebut
dengan gizi seimbang. Kurang gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya intake zat
gizi dibandingkan dengan kebutuhannya, sedangkan lebih gizi adalah keadaan yang diakibatkan
oleh intake zat gizi yang berlebih dibandingkan dengan kebutuhannya (Purwadianto, A., 2009).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara
zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Almatsier, 2005).
2.2. JENIS – JENIS PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian status gizi terbagi atas 2, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian
status gizi seacara tidak langsung.
Page | 8
2.2.1 Penilaian status gizi secara langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
Penilaian Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pedoman ini bertujuan
memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal
berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain
yang sehat.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = ——————————————————
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Page | 9
Penilaian Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
Penilaian Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Penilaian Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Page | 10
2.2.2 Penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung
dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Schrimshaw, 1964).
2.2.3 Penimbangan BB / U
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling banyak atau
sering di gunakan untuk mendiagnosa apakah balita tersebut berstatus gizi baik atau tidak.
Page | 11
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat
normal merupakan idaman bagi setiap orang agar tercapai tingkat kesehatan yang optimal.
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang
dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan ( Depkes, 2004).
Kelebihan indeks BB/U:
1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
3. Berat badan dapat berfluktuasi
4. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
5. Dapat mendeteksi kegemukan
Page | 12
Kelemahan indeks BB/U:
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun
asites
2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir
secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik
3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun
4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan
anak pada saat penimbangan
5. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat.
2.2.3.1 Tujuan penimbangan BB / U
Tujuan daripada di lakukan nya penimbangan berat badan / umur pada balita yaitu :
1. Untuk dapat melihat status gizi balita tersebut meliputi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang
dan gizi buruk.
2. Untuk melihat keadaan ( status) gizi saat sekarang.
3. Untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan nya.
4. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
5. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua bulan
berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan
dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
2.2.3.2 Cara Penimbangan BB / U
Cara penimbangan berat badan / umur :
1. Periksalah dacin dengan seksama apakah masih dalam kondisi baik atau tidak.
gantungkan dacin pada : dahan pohon, palang rumah.
2. Periksalah dacin sudah tergantung kuat, tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.
Page | 13
3. Sebelum di pakai letakkan bandul geser pada angka 0. Batang dacin di kaitkan dengan
tali pengaman.
4. Pasanglah celana timbang, kotak timbang/sarung timbang yang kosong pada dacin.
Ingat bandul geser pada angka 0.
5. Seimbang kan dacin yang sudah di bebani celana timbang, sarung timbang atau kotak
timbangan.
6. Balita di timbang dan seimbang kan dacin.
7. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.
8. Catat hasil penimbangan di atas.
9. Geserkan bandul ke angka 0 letakkan batang dacin dalaam tali pengaman, setelah itu
balita dapat di turun kan.
2.2.3.3 Menghitung dan menganalisis hasil penimbangan BB / U.
DATA BERAT BADAN ( Kg ) ANAK BALITA YANG SETELAH DI URUTKAN
DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH
TAHUN 2012
No. Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Berat Badan
( Kg )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Habib
Dafa
Zalfa
Nabil
Syifa Sarmila
Thomas
Furqan
Hanif
Rajwa
5 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
LK
LK
PR
LK
PR
LK
LK
LK
PR
24 Kg
21 Kg
21 Kg
20 Kg
20 Kg
18 Kg
17 Kg
16 Kg
15 Kg
Page | 14
10
11
12
13
14
15
16
Altaf
Bunga
Saddiq
M. Nazid
Khaira
Syifa Khairunnisa
Zia
5 Tahun
4 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
LK
PR
LK
LK
PR
PR
PR
15 Kg
15 Kg
15 Kg
15 kg
13 Kg
13 Kg
10 Kg
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa Balita yang mempunyai berat badan terberat
yaitu Habib dengan berat badan 24 Kg sedangkan untuk balita yang terkurus yaitu Zia dengan
berat badan 10 Kg.
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / U
ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH
TAHUN 2012
No. Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Berat Badan
( Kg )
Z-SCORE KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rajwa
Khaira
Dafa
Altaf
Syifa Khairunnisa
Bunga
Zia
Syifa Sarmila
Hanif
Thomas
4 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
3.5 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
PR
PR
LK
LK
PR
PR
PR
PR
LK
LK
15 Kg
13 Kg
21 Kg
15 Kg
13 Kg
15 Kg
10 Kg
20 Kg
16 Kg
18 Kg
-0.4 SD
-0.5 SD
+3.4 SD
-1 SD
-0.5 SD
-0.4 SD
-2.3 SD
+1.7 SD
-0.6 SD
+2.05 SD
Gizi Baik
Gizi Baik
Gizi lebih
Gizi Baik
Gizi Baik
Gizi Baik
Gizi buruk
Gizi baik
Gizi Baik
Gizi lebih
Page | 15
11
12
13
14
15
16
Zalfa
Nabil
Furqan
Saddiq
M. Nazid
Habib
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
PR
LK
LK
LK
LK
LK
21 Kg
20 Kg
17 Kg
15 Kg
15 Kg
24 Kg
+1.2 SD
+0.8 SD
-0.2 SD
+0.4 SD
+0.4 SD
+2.3 SD
Gizi baik
Gizi baik
Gizi Baik
Gizi baik
Gizi baik
Gizi lebih
Data Primer : Diolah tahun 2012
Keterangan :
Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Indeks yang
dipakai
Batas
Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita gizi buruk 1 orang, balita gizi kurang 0
orang, gizi baik 12 orang dan gizi lebih 3 orang.
Page | 16
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
1. Gizi buruk : 116x 100%=6.25%
2. Gizi kurang :016x 100%=0%
3. Gizi baik :1216x 100%=75%
4. Gizi lebih : 316x 100%=18.7%
Dari hasil proporsi diatas dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu
terdapat pada anak balita gizi baik yaitu sebesar 75% (12 orang), gizi lebih 18.7% (3 orang) dan
gizi buruk 6.25% (1 orang). Dapat kita lihat pula bahwa status gizi pada anak balita di desa geu
gajah sudah baik, karena tinggi nya angka persentase, tapi masih adanya angka gizi lebih dan
angka gizi buruk pada anak balita di desa geu gajah, dan ini merupakan tugas kita sebagai
tenaga SKM untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang ada di desa geu gajah akan
pentingnya makanan yang bergizi bagi anak balita.
2.2.4 Pengukuran TB / U
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi (Quack stick) faktor umum dapat dikesampingkan. (Supariasa, dkk. 2001).
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini mengambarkan status gizi
masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan
gambaran status gizi masa lampau, juga telah erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.
(Supariasa, dkk. 2001).
Page | 17
Kelebihan indeks TB/U :
1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Kelemahan Indeks TB/U :
1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan
2 orang untuk melakukannya.
3. Ketepatan umur sulit di dapat.
2.2.4.1 Tujuan pengukuran TB/U adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana status gizi balita saat sekarang.
2. Untuk menilai pertumbuhan anak melalui perbandingan tinggi badan.
3. Untuk mengetahui tinggi dan pendeknya seseorang.
4. Untuk membedakan proporsi badan.
2.2.4.2 Cara pengukuran TB/U adalah :
1. Alatnya: meteran / mikrotoise , pulpen dan buku
2. cara pengukuran :
a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar setinggi 2
meter. Angka 0 ( nol ) pada lantai yang datar rata.
b. Lepaskan sepatu atau sandal.
c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus,
tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan
muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.
f. Catat hasil pengukuran pada buku.
Page | 18
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang susah berdiri dapat dilakukan dengan alat
pengukur tinggi mikrotoa (mikrotoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. (Supariasa, dkk.
2001).
2.2.4.3 Menghitung dan menganalisis pengukuran TB / U
DATA TINGGI BADAN ( Cm ) ANAK BALITA YANG SETELAH DI URUTKAN
DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH
TAHUN 2012
No
.
Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Tinggi Badan
( Cm )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Zalfa
Habib
Hanif
Nabil
Syifa Sarmila
Rajwa
ALtaf
M. Nazid
Thomas
Dafa
Bunga
Furqan
Saddiq
Syifa Khairunnisa
Khaira
Zia
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
PR
LK
LK
LK
PR
PR
LK
LK
LK
LK
PR
LK
LK
PR
PR
PR
109 Cm
107 Cm
106.5 Cm
106 Cm
105 Cm
102 Cm
102 Cm
97.7 Cm
97 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
91.1 Cm
91 Cm
91 Cm
Page | 19
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa balita yang tertinggi yaitu Zalfa dengan tinggi badan 109
Cm, sedangkan untuk balita yang terendah yaitu Zia dengan tinggi badan 91 Cm.
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE TB / U
ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH
TAHUN 2012
No. Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Tinggi Badan
( Cm )
Z-SCORE KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rajwa
Khaira
Dafa
Altaf
Syifa Khairunnisa
Bunga
Zia
Syifa Sarmila
Hanif
Thomas
Zalfa
Nabil
Furqan
Saddiq
M. Nazid
Habib
4 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
3.5 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
PR
PR
LK
LK
PR
PR
PR
PR
LK
LK
PR
LK
LK
LK
LK
LK
102 Cm
91 Cm
95 Cm
102 Cm
91.1 Cm
95 Cm
91 Cm
105 cm
106.5 Cm
97 Cm
109 Cm
106 Cm
95 Cm
95 Cm
97.7 Cm
107Cm
+0.1 SD
-0.7 SD
+0.1 SD
-1.7 SD
-0.7 SD
-1.6 SD
-1.6 SD
+0.8 SD
-0.7 SD
+0.5 SD
+0.1 SD
-0.8 SD
-3.2 SD
+0.1 SD
+1.3 SD
-0.6 SD
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
pendek
Normal
Normal
Normal
Data Primer : DIolah tahun 2012
Page | 20
Keterangan :
Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Indeks yang
dipakai
Batas
Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita yang sangat pendek 0 orang,
pendek 1 orang dan balita yang bertubuh normal 15 orang, sedangkan untuk balita yang
bertubuh tinggi tidak ada sama sekali.
1. Sangat Pendek : 016x 100%=0%
2. Pendek :116x 100%=6.25%
3. Normal :1516x 100%=93.7%
4. Tinggi : 016x 100%=0%
Page | 21
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
Dari hasil proporsi diatas dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu terdapat pada
tubuh anak balita yang normal, yaitu sebesar 93.7% (15 orang), dan jumlah balita yang
bertubuh pendek hanya 6.25% (1 orang), dan ini menunjukkan bahwa status gizi anak balita di
desa geu gajah sudah baik, karena kecil nya persentase balita yang bertubuh pendek.
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB/TB
ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH
TAHUN 2012
N
o
Nama Balita Umur Jenis
kelam
in
TB
( Cm )
BB
(kg)
Z-score ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Zalfa
Habib
Hanif
Nabil
Syifa Sarmila
Rajwa
ALtaf
M. Nazid
Thomas
Dafa
Bunga
Furqan
Saddiq
Syifa Khairunnisa
Khaira
Zia
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
PR
LK
LK
LK
PR
PR
LK
LK
LK
LK
PR
LK
LK
PR
PR
PR
109 Cm
107 Cm
106.5 Cm
106 Cm
105 Cm
102 Cm
102 Cm
97.7 Cm
97 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
91.1 Cm
91 Cm
91 Cm
21 kg
24 kg
16 kg
20 kg
20 kg
15 kg
15 kg
15 kg
18 kg
21 kg
15 kg
17 kg
15 kg
13 kg
13 kg
10 kg
+1.6 SD
+3.7 SD
-1 SD
+1.5 SD
+1.8 SD
-0.5 SD
-0.8 SD
-0.1 SD
+2 SD
+4.6 SD
+0.6 SD
+1.7 SD
+0.3 SD
-0.1 SD
-0.1 SD
-2.2 SD
Normal
Gemuk
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Gemuk
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sangat kurus
DataPrimer : diolah tahun 2012
Page | 22
Keterangan :
Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Indeks yang
dipakai
Batas
Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
BB/TB < -3 SD Sangat kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk / obesitas
Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita yang normal sebanyak 13 orang,
gemuk 2 orang dan balita sangat kurus 1 orang, sedangkan untuk balita yang bertubuh kurus
tidak ada sama sekali.
1. Sangat Kurus : 116x 100%=6.25%
2. Kurus :016x 100%=0%
3. Normal :1316x 100%=81.2%
Page | 23
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
4. Gemuk/obesitas : 216x 100%=12.5%
2.3 SIKLUS GIZI KESEHATAN MASYARAKAT ( PHN )
Gizi kesehatan masyarakat berkenaan dengan pemecahan permasalahan. Siklus gizi
kesmas telah dikembangkan untuk mencapai arah tujuan ini. Siklus ini di rancang untuk
mengidentifikasikan langkah – langkah penting yang di perlukan dalam pengembangan suatu
pendekatan logis dengan cara terbaik bagi pemecahan permasalahan.
Page | 24
1. Mengidentifikasi permasalahan penting yang berkaitan dengan gizi
3. Mendefinisikan tujuan khusus (objektif) untuk tujuan umum
5. Menyusun program
7. Mengevaluasi program2. Menetapkan tujuan umum ( goal )
6. Mengimplementasikan program
4. Menetapkan target kuantitatif
Siklus gizi kesmas menyerupai siklus kebijakan umum. Beberapa organisasi internasional
dan pemerintah ( misalnya UNICEF dan Departemen Kesehatan Afrika selatan ) Menggunakan
siklus perencanaan “triple A” ( AAA : assessment, analysis dan action ).
1.Mengenali problem terkait gizi yang penting
Gizi kesehatan masyarakat bertujuan untuk memecahkan permasalahan. Karna itu, kita
harus mulai dengan memeriksa permasalahan penting apa yang berkaitan dengan gizi dan
berada dalam wilayah kerja atau Negara yang relevan.
Sebelum bertindak kita harus ajukan pertanyakan dulu, yaitu sebagai berikut:
Permasalahan kesehatan masyarakat apa yang penting dinegara atau wilayah yang kita
teliti tersebut.
Mengukur kesehatan dan kualitas hidup, morbiditas dan mortalitas, insidens, dan
prevalensi.
Tinjauan berbasis evidens terhadap keterkaitan antara gizi dan permasalahan.
Faktor-faktor gizi yang terindentifitas relevan dengan target populasi.
Model relevansi yang teoritis
Pada tahap ini, kita perlu mulai berfikir tentang kendala utama apa yang menghalangi
perubahan. Teori yang relavan untuk dipertimbangkan pada tahap ini dapat menjelaskan
kepercayaan masyarakat tentang intervensi yang diusulkan, norma-norma social atau persoalan
praktik institusi atau organisasi dalam masyarakat. Jika bukti menunjukkan perlunya perubahan
fuden mental pada kebiasaan makan dalam masyarakat, kita harus mempertimbangkan apakah
lingkungan social, budaya, politik cendrung siap menghadapi perubahan yang tampaknya
diperlukan.
2. Menetapkan tujuan umum dan arah yang luas
Page | 25
Tanpa adanya tujuan umum (goal) yang jelas dan arah yang luas, dampak setiap pogram
yang bertujuan untuk memperbaiki kesehatan tidak akan mungkin diukur. Jelaslah bahwa arah
pogram gizi kesehatan masyarakat adalah memperbaiki kesehatan yang berkaitan dengan gizi.
Keberhasilan pogram yang diukur dari latar belakang yang didefinisikan secara kuantitatif harus
dinilai. Tidak perduli bagaimana penyampaian pogramnya, ukuran penting untuk menilai
dampaknya adalah perubahan yang diukur pada outcome kesehatan.
Tujuan umum akan mengingformasikan dan mengarahkan kebijakan pemerintah pada
level tinggi. Ini merupakan pernyataan luas yang harus ditandatangani dan digunakan oleh
politisi dalam berargumentasi untuk dapat dukungan fisical serta kekuatan politis bagi
pencapaian tujuan umum tersebut.
3. Mengidentifikasikan tujuan khusus ( objektif )
Setelah mengidentefikasikan tujuan umum (goal), langkah berikutnya adalah
mengindentifikasikan factor-faktor kunci yang merupakan determinan penting dan sumber
keragaman dalam menetapkan tujuan umum pada target populasi. Gizi atau asupan zat
makanan , dapat menjadi satu-satunya dari sejumlah objektif atau tujuan khusus yang perluh
didefinisikan dan ditangani untuk mencapai goal atau tujuan umum.
Poin dalam objektif gizi yang disoroti adalah memastikan apakah apakah objektif
tersebut tidak hilang ketika disandingkan bersama objektif lain yang lebih memberikan
keuntungan politis.
Tujuan umum harus dapat diukur dan dipantau sepanjang waktu untuk menilai
perubahan. Jika tujuan akhirnya bersifat spesifik bagi subkelompok tertentu, kita harus
memastikan tersedianya data pada tingkat subkelompok tersebut.
4.Menetapkan Target kuantitatif
Setelah menetapkan sekumpulan tujuan khusus, langkah selanjutnya adalah
menetapkan target spesifik untuk setiap tujuan khusus gizi. Mungkin ada sejumlah target yang
dapat ditetapkan untuk setiap tujuan khusus. Kita harus memutuskan target mna yang
Page | 26
pencapaiannya paling memungkinkan dan untuk setiap target harus terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa pencapaian target tersebut dapat mencapai perubahan pada tujuan
khusus dan tentunya pada tujuan umum.
Contohnya adalah:
Pengurangan beban penyakit infeksi.
Cara mengindentifikasi target.
Dari hasil pengkajian berdasarkan bukti yang ada, kita dapat mengindetifikasi aspek
makanan mana yang berdampak paling besar pada populasi target, sedangkan dari hasil
pengkajian terhadap pola makanan dan dengan pertimbangan lingkungan praktik setempat,
kita perluh mengindentifikasi masalah tersebut secara kuantitatif.
Tidak realities jika kita mengajukan rekomendasi internasional asupan buah dan sayur
sebesar 400g/hari sebagai taerget, ketika tingkat konsumsi yang ada sekarang mencapai
250g/hari dan tidak pernah berubah melebihi 10% selama 10 tahun terakhir.Jika sasarannya
adalah peningkatan asupan sebesar 150g/hari dalam 5 tahun, tetapi tidak tercapai, pogram
tersebut akan tampak gagal, tapi jika sasarannya adalah peningktan asupan sebesar 10% ( dari
250 menjadi 275 g/hari ), walau terlihat sederhana, sasaran itu masih dapat tercapai dan
merupakan peningkatan yang berguna.
Kita juga harus pertimbangkan apakah targetnya adalah meningkatkan konsumsi dalam
keseluruhan populasi atau meningkatkan konsumsi mereka yang memiliki tingkat konsumsi
rendah. Perbedaan itu jarang dibuat hingga dapat memberikan dampak lanjutan terhadap
intervensi yang telah dilakukan.
Dalam menetapkan target juga harus diperhatikan jangka waktu yang telah di tentukan,
target juga dapat di pantau.
5.Menyusun pogram
Page | 27
Jumlah dari target yang telah ditentukan jelas dan tepat telah tersusun, langkah
selanjutnya adalah mempertimbangkan metode paling efektif untuk mencapai target tersebut.
Semua pilihan yang relevan harus diperhitungkan, dengan pro dan kontra dievaluasi sebelum
membuat keputusan akhir mengenai metode yang akan digunakan.
Dalam menyusun suatupogram kerja, kita harus:
1.Mengindentifikasi factor penentunya
2. Mengkaji risiko-manfaat atau kemungkinan dampak
3.Mengkaji kebutuhan/dendala dalam masyarakat
4. Mengindentifikasi model teori yang paling tepat
5. Mengintenfikasi dan mengkaji pilihan; memutuskan apa yang akan dilakukan.
6. Memilih indicator untuk evaluasi
Mengindentifikasi faktor penentu
Faktor-faktor kunci apakah yang menentukan pola yang ada dan kendala apa saja yang
menghalangi keberhasilan.
Contoh :
Folat, sasarannya mungkin berupa peningkatan asupan folat bagi mereka yang tingkat
asupannya terendah. Mengapa, saat ini, kelompok target tersebut mengonsumsi makanan yang
rendah folat, alasannya mungkin perpaduan antara pendapatan dan ketersediaan, sikap
makanan yang kaya folat, keahlian memasak makanan yang kaya folat terbut dan
sebagainya.Kendalanya mungkin berubah antar-waktu dan mungkin bersifat dinamis sesuai
priolitas yang bersaing.
Faktor yang mungkin menghambat atau memengaruhi prilaku kedalam tiga tingkatan:
Predisposisi ( pemicu )
Page | 28
Reinforcing ( penguat )
Enabling ( pendorong)
Mengkaji untung-rugi atau kemungkinan dampak
Sebelum menerapkan pogram, kita perluh memastikan bahwa perubahan yang diajukan
tidak menimbulkan efek negative atau yang membahayakan diet maupun kesehatan.
Mengkati kebutuhan dan kendala dalam masyarakat
Memperhitungkan apakah populasi target memiliki kepedulian dan priolitas yang sama.
Jika kelompok sasaran tidak memandang pentingnya target tersebut bagi mereka, mungkin kita
akan menemui kesulitan dalam memotivasi mereka untuk mengubah prilakunya, bahkan jika
situasi lainnya sangat memungkinkan.
Memutuskan apa yang akan dilakukan
Setelah mempertimbangkan semua pilihan, tiba waktunya untuk memutuskan apa yang
akan dilakukan.
Mempertimbangkan jenis intervensi yang tepat yaitu:
Kebijakan ( tingkat strategis )
Pogram yang ditujukan pada tingkat individu atau kelompok yang mengkaji faktor
penentu kunci dalam kelompok target.
Pogram yang ditujukan pada tingkat lembaga yang mengkaji penyebab utama semacam
persoalan persediaan makanan, askes, dan ketersediaan ( produsen, penjaja,
pemerintah ).
Pogram yang ditujukan untuk mengkaji penyebab dasar semacam kemiskinan dan
ketidak setaraan.
Page | 29
Pada akhirnya, metode harus berbiaya paling efektif dan memiliki dampak yang paling
besar pada kesehatan terkait gizi. Jika gabungan pendekatan memang di perlukan dan memiliki
dukungan yang kuat, hal itu dapat dijalankan.
Memiliki indicator untuk evaluasi
Dalam mengembangkan suatu pogram, kita perlu mengidentifikasi indicator yang akan
digunakan dalam mengkaji efektifitas intervensi, sementara perubahan atau perbaikan apapun
dapat langsung dikaitkan dengan intervinsi.
6. Penerapan
Rincian praktis memekai cara pelaksanaan pogram harus di perhitungkan gagasan yang
baik belum tentu behasil jika tidak dapat dituangkan dalam tindakan. Dengan demikian,
didalam rencana penerapan harus diterapkan untuk melaksanakan pogram serta cara untuk
menyingkirkan semua kendala sehingga pelaksanaan pogram dapat berjalan dengan efektif.
Walau program sudah direncanakan dengan sangat cermat, faktor tak terduga masih
dapat muncul dan menghambat kemajuan. Selain itu, pogram yang tidak berhubungan mungkin
dilaksanakan secara bersamaan, anggaran dipotong karna ada perubahan kebijakan
pemerintah, atau staf mungkin sakit dan tidak dapat digantikan. Tindakan yang kerap diabaikan
adalah mengumpulkan semua pihak yang berkepentingan dalam pertemuan curah pendapat
untuk menyepakati sesuatunya.
Menyusun Biaya
Berapa biaya yang diperluhkan dalam menyelesaikan masalah ini, peralatan yang
digunakan, dan semua biaya yang dipakai dalam penyusunan, pelaksanaan serta evaluasi
pogram harus diperhitungkan.
Merencanakan proyek
Dalam merencanakan proyek, berikut hal-hal yang perluh di pertimbangkan adalah :
Page | 30
Apa yang perluh dipersiapkan terkait tempat dan waktu.
Siapa yang perluh direkrut dan dilatih untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan
Perlengkapan dan sumber daya apa yang diperluhkan
Kerangka waktu dan menejemen pengatur kehiatan
7. Evaluasi
Tujuaan khusus dari evaluasi adalah memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
menilai tercapainya tujuan umum, dan jika tidak, mengapa hal tersebut terjadi, atau jika
tercapai dalam kondisi yang bagaimana atau dengan biaya berapa. Evaluasi memberikan
informasi bagi pembuat kebijakan dan keputusan.
Pembuatan kebijakan mungkin memerluhkan informasi yang berbeda dengan yang
dibutuh kan ahli gizi kesehatan. Secara umum evaluasi dibagi menjadi:
Apakah pogram diselenggarakan ( evaluasi proses atau evaluasi kinerja )
Apakah tujuan umumnya tercapai ( evaluasi dampak ).
Page | 31
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PENGUKURAN
3.1 Letak, Luas dan batas desa
Letak desa Sibreh Kumude adalah di jalan Banda Aceh-Medan kilometer 16,8 kecamatan
Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe aceh Darussalam, dengan luas wilayah
1 kilometer persegi.
Desa sibreh kumude berbatasan dengan : Di bagian utara berbatasan dengan desa
Reuhat Tuha, sebelah selatan berbatasan dengan desa Reulueng Karing, sebelah barat
berbatasan dengan persawahan kampung Dilih Bukti dan sebelah timur berbatasan dengan
Desa Krueng Aceh.
3.2 Demografi
Jumlah penduduk desa Sibreh Kumude adalah 827 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah
402 jiwa dan perempuan 425 jiwa dengan jumlah KK 211, balita 24 jiwa dan bumil 9 jiwa.
Jumlah
penduduk
Jumlah
KK
Jumlah
LK
Jumlah
PR
Jumlah
Balita
Jumlah
Bumil
jlh 827 211 402 425 24 9
Page | 32
Proporsi / Persentase nya :
1. Jumlah KK : 211827
x 100%=¿25,5%
2. Jumlah Laki-laki : 402827
x 100%=48,6%
3. Jumlah perempuan : 425827
x 100%=51,3%
4. Jumlah balita : 24827
x 100%=2,9%
5. Jumlah Ibu Hamil : 9827
x 100%=1,08%
Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah KK di desa sibreh sebesar 25,5%,
jumlah laki-laki 48,6%, jumlah perempuan 51,3%, jumlah balita 2,9% dan jumlah bumil hanya
1,08%. Dengan melihat kecilnya jumlah persentase ibu hamil, dapat pula kita simpulkan bahwa
kesadaran akan menggunakan alat kontrasepsi ( KB ) pada penduduk desa sibreh kecamatan
Suka Makmur sudah tinggi, yaitu di lihat dengan sedikit nya jumlah ibu hamil di desa tersebut.
3.2 Hasil penimbangan dan pengukuran anak balita
DATA BERAT BADAN ( Kg ) DAN TINGGI BADAN ( Cm ) ANAK BALITA
DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH
TAHUN 2012
BERAT BADAN :
No. Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Berat Badan
( Kg )
1
2
3
Habib
Dafa
Zalfa
5 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
LK
LK
PR
24 Kg
21 Kg
21 Kg
Page | 33
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nabil
Syifa Sarmila
Thomas
Furqan
Hanif
Rajwa
Altaf
Bunga
Saddiq
M. Nazid
Khaira
Syifa Khairunnisa
Zia
5 Tahun
4 Tahun
3 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
LK
PR
LK
LK
LK
PR
LK
PR
LK
LK
PR
PR
PR
20 Kg
20 Kg
18 Kg
17 Kg
16 Kg
15 Kg
15 Kg
15 Kg
15 Kg
15 kg
13 Kg
13 Kg
10 Kg
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / U :
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1
2
3
4
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
1
0
12
3
6.25%
0%
75%
18.7%
TINGGI BADAN :
No
.
Nama Balita Umur Jenis
kelamin
Tinggi Badan
( Cm )
1 Zalfa 5 Tahun PR 109 Cm
Page | 34
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Habib
Hanif
Nabil
Syifa Sarmila
Rajwa
ALtaf
M. Nazid
Thomas
Dafa
Bunga
Furqan
Saddiq
Syifa Khairunnisa
Khaira
Zia
5 Tahun
5 Tahun
5 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
LK
LK
LK
PR
PR
LK
LK
LK
LK
PR
LK
LK
PR
PR
PR
107 Cm
106.5 Cm
106 Cm
105 Cm
102 Cm
102 Cm
97.7 Cm
97 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
95 Cm
91.1 Cm
91 Cm
91 Cm
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE TB / U :
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1
2
3
4
Sangat pendek
Pendek
Normal
Tinggi
0
1
15
0
0%
6.25%
93.7%
0%
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / TB :
Page | 35
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1
2
3
4
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk/obesitas
1
0
13
2
6.25%
0%
81.2%
12.5%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan yang telah
kami lakukan pada anak balita di desa geu gajah kecamatan darul imarah, maka hasil
yang kami dapat adalah sebagai berikut :
Hasil Perhitungan BB/U :
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1
2
3
4
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
1
0
12
3
6.25%
0%
75%
18.7%
Page | 36
Berdasarkan hasil diatas, dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu
terdapat pada anak balita status gizi baik yaitu sebesar 75% , gizi lebih 18.7% dan gizi buruk
6.25%. Dari hasil diatas dapat kita simpulkan pula bahwa status gizi balita di desa geu gajah
sudah baik, karena kecil nya angka persentase gizi buruk, tapi masih adanya angka gizi buruk
dan angka gizi lebih pada anak balita di desa geu gajah, dan ini merupakan tugas kita sebagai
tenaga SKM untuk dapat menghilangkan angka gizi buruk dan gizi lebih pada balita.
Hasil Perhitungan TB/U :
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1
2
3
4
Sangat pendek
Pendek
Normal
Tinggi
0
1
15
0
0%
6.25%
93.7%
0%
Berdasarkan hasil diatas, dapat kita lihat bahwa persentase tertinggi yaitu terdapat pada
anak balita yang bertubuh normal yaitu sebesar 93.7%, dan anak balita yang bertubuh pendek
hanya sebesar 6.25%. Dapat kita simpulkan pula bahwa status gizi pada anak balita di desa geu
gajah sudah sangat baik.
Hasil perhitungan BB/TB :
No Status Gizi Jumlah Persen (%)
1 Sangat Kurus 1 6.25%
Page | 37
2
3
4
Kurus
Normal
Gemuk/obesitas
0
13
2
0%
81.2%
12.5%
Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa persentase terbesar yaitu terdapat pada anak
balita yang bertubuh normal yaitu sebesar 81.2%, gemuk/obesitas 12.5%, dan sangat kurus
6.25%. Dari hasil tersebut dapat pula kita simpulkan bahwa status gizi pada anak balita di desa
geu gajah sudah baik, tapi hal yang tak kita lupakan pula bahwa disini masih adanya angka
sangat kurus dan gemuk/obesitas, ini merupakan tugas kita sebagai tenaga SKM untuk dapat
menghilangkan angka balita sangat kurus dan gemuk/obesitas.
2. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah kami lakukan di posyandu desa sibreh
kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar maka hasil yang kami dapat adalah sebagai
berikut :
Jumlah penduduk desa Sibreh Kumude adalah 827 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah 402
jiwa, perempuan 425 jiwa dengan jumlah KK 211, balita 24 jiwa dan bumil 9 jiwa.
Jumlah %
Jumlah KK
Jumlah LK
Jumlah PR
Jumlah Balita
Jumlah Bumil
211
402
425
24
9
25.5%
48.6%
51.3%
2.9%
1.08%
Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah KK di desa sibreh sebesar 25,5%,
jumlah laki-laki 48,6%, jumlah perempuan 51,3%, jumlah balita 2,9% dan jumlah bumil hanya
1,08%. Dengan melihat kecilnya jumlah persentase ibu hamil, dapat pula kita simpulkan bahwa
Page | 38
kesadaran akan menggunakan alat kontrasepsi ( KB ) pada penduduk desa sibreh kecamatan
Suka Makmur sudah tinggi, yaitu di lihat dengan sedikit nya jumlah ibu hamil di desa tersebut.
4.2 Saran :
Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita untuk selalu memantau tumbuh kembang
anak dan usahakan untuk selalu menimbang dan mengukur berat badan anak setiap bulannya,
agar kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak dan apabila ada terjadi gangguan
maka kita dapat mengatasinya sedini mungkin, agar balita tidak mengalami gizi kurang maupun
gizi lebih, sebab gizi yang tepat untuk anak balita merupakan hal yang sangat penting, karena
akan menyangkut akan kehidupannya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001
2. Djoko Pekik Irianto, Drs. M.Kes, Panduan Gizi Lengkap keluarga dan Olahraga, Penerbit
ANDI, Yogyakarta, 2007
3. Sapriasa, I Dewa Wyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran.
4. Suhardjo, 1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. Bogor: IPB.
5. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta
6. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
7. IGB. Supariasa, 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar
8. Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat
9. Sunita Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
10. Warisman, 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Setia
Page | 39
DOKUMENTASI KEGIATAN :
Page | 40
Page | 41
Page | 42
Page | 43
Page | 44
Page | 45