laporan ammatoa

28
STATUS KARIES DAN PENYAKIT PERIODONTAL MASYARAKAT KAWASAN ADAT AMMATOA DUSUN BENTENG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Dewi Sartika Arif Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Abstract Background: Dental caries and periodontal disease is a tooth and mouth disease most commonly found in Indonesia. Both of these diseases can attack all walks of life. Information about the status of dental caries and periodontal disease is one of the things that are required in the planning, implementation and evaluation of dental and mouth disease prevention efforts. But there are still some areas which still lack health information, one of which is in the custom area of Ammatoa Benteng Hamlet Kajang District Bulukumba Regency. Thus, the research needs to be done to obtain preliminary data severity of caries and periodontal disease community the ammatoa sub-district of kajang. Aim: To determine status of caries and periodontal disease the community customs area of ammatoa Benteng Hamlet Tana Towa Village Kajang District Bulukumba Regency. Method: This type of research is observational descriptive with cross sectional study design. Research done in the custom area of ammatoa Benteng Hamlet Tana Towa Village Kajang District Bulukumba Regency on January 28 – 30, 2014. The population of the entire custom area of ammatoa the Benteng Hamlet >12 years old were 238 people. The sampling technique with methods of convenience sampling. Data tabulation using Microsoft Excel. Examination is carried out by using an index of DMF-T and CPITN. Results: The female having an average dmf-t higher than male is 5,9 with caries category is high, average DMF-T in the group aged 12 - 18 years higher than the other group.status of periodontal disease the most widely found is calculus (score 2). Conclusion: Status of dental caries community in custom area of Ammatoa 1

Upload: dewi-sartika-arif

Post on 25-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Laporan penelitian gigi dan mulut

TRANSCRIPT

STATUS KARIES DAN PENYAKIT PERIODONTAL MASYARAKAT KAWASAN ADAT AMMATOA DUSUN BENTENG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Dewi Sartika ArifBagian Ilmu Kesehatan Gigi MasyarakatFakultas Kedokteran GigiAbstract Background: Dental caries and periodontal disease is a tooth and mouth disease most commonly found in Indonesia. Both of these diseases can attack all walks of life. Information about the status of dental caries and periodontal disease is one of the things that are required in the planning, implementation and evaluation of dental and mouth disease prevention efforts. But there are still some areas which still lack health information, one of which is in the custom area of Ammatoa Benteng Hamlet Kajang District Bulukumba Regency. Thus, the research needs to be done to obtain preliminary data severity of caries and periodontal disease community the ammatoa sub-district of kajang. Aim: To determine status of caries and periodontal disease the community customs area of ammatoa Benteng Hamlet Tana Towa Village Kajang District Bulukumba Regency. Method: This type of research is observational descriptive with cross sectional study design. Research done in the custom area of ammatoa Benteng Hamlet Tana Towa Village Kajang District Bulukumba Regency on January 28 30, 2014. The population of the entire custom area of ammatoa the Benteng Hamlet >12 years old were 238 people. The sampling technique with methods of convenience sampling. Data tabulation using Microsoft Excel. Examination is carried out by using an index of DMF-T and CPITN. Results: The female having an average dmf-t higher than male is 5,9 with caries category is high, average DMF-T in the group aged 12 - 18 years higher than the other group.status of periodontal disease the most widely found is calculus (score 2). Conclusion: Status of dental caries community in custom area of Ammatoa Benteng Hamlet Tana Towa Village Kajang District Bulukumba Regency according to WHO categories include very high namely 39% and status of periodontal disease most societies is score 2 (calculus)amount of 53,6%Key words: Caries, Periodontal disease

16

PENDAHULUANKesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi. Hal ini terlihat bahwa sekitar 90% penduduk dunia berisiko mengalami penyakit gigi dan mulut, mulai dari karies gigi dan penyakit periodontal hingga kanker mulut.1 Status kesehatan gigi - mulut pada umumnya dinyatakan dalam status karies gigi dan penyakit periodontal, hal ini disebabkan karena penyakit karies gigi dan penyakit periodontal hampir dialami seluruh masyarakat di dunia.2Informasi tentang keparahan karies dan penyakit periodontal merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi upaya pencegahan penyakit mulut.2 Namun masih terdapat beberapa daerah yang informasi kesehatannya masih minim, salah satunya yaitu di kawasan Ammatoa Dusun Benteng Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Masyarakat adat Ammatoa hidup mendiami sebagian wilayah Desa Tana Toa seluas sekitar 331,17 ha termasuk wilayah Kajang dalam maupun Kajang luar . Terletak sekitar 210 km sebelah selatan Makassar dan berjarak 56 km dari kota Bulukumba. Suku Kajang Dalam meliputi tujuh dusun di Desa Tana Toa. Pusat kegiatan komunitas suku Kajang Ammatoa berada di Suku Kajang Dalam tempatnya di dusun Benteng yang ditandai dengan kehadiran rumah Ammatoa.3 Masyarakat yang tinggal di Kajang Dalam dengan kondisi hutan yang sangat lebat. Jalanan di kawasan sekitar 331 hektar itu dibangun tanpa aspal. 4Lokasi mereka sangat terisolir sehingga jangkauan kesehatan masih minim serta masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan gigi dan mulut harus keluar dari kawasan adat dan menempuh 20 km.Memasuki kawasan Adat, penduduk tidak menggunakan alas kaki dan identik dengan pakaian berwarna hitam, dari bahan kain yang mereka tenun sendiri dan berbahan pewarna alami yang harganya sangat mahal bahkan sampai jutaan rupiah.3 Masyarakat kawasan adat Ammatoa masih sepenuhnya berpegang teguh pada adat Ammatoa. Mereka mempraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu yang berbau teknologi.5 Kawasan adat Ammatoa Kajang, selama ini dikenal sebagai komunitas yang mempertahankan nilai-nilai leluhur. Mereka menolak segala bentuk modernisasi, termasuk teknologi, listrik, pakaian berlebihan dan gaya hidup modern lain. Bangunan rumah warga sangat sederhana dan tak ada perbedaan mencolok antara rumah satu dengan yang lain. Bahkan dengan rumah pemimpin adat mereka, Amma Toa.4Daerah ini penuh keserhanaan. Bahkan, salah satu contoh program pemerintah adalah memberikan akses penerangan (listrik) di daerah ini, di tolak oleh komunitas adat, sehingga sampai saat ini, daerah adat Kajang Ammatoa masih menggunakan penerangan lampu tembok yang dulunya terbuat dari buah jarak, tetapi sekarang sudah memakai minyak tanah.6Jadi tidak ada media elektronik untuk memperoleh berbagai informasi termasuk informasi kesehatan.Kearifan masyarakat adat Kajang dalam mengelola sumber daya alamnya dikenal dengan kepedulian mereka terhadap alam. Kondisi air sangat alami, bersih dan jernih, konon tak pernah kering bahkan di musim kemarau paling parah sekalipun. Mereka tidak mau menggali sumur dalam. Menurut mereka, jika sumur sampai lebih dua meter maka mata air akan lari ke sumur dalam yang digali. Aturan ini diberlakukan untuk meminimalisir persaingan yang tidak sehat antar warga komunitas.3 Kondisi demikian yang memperlihatkan kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk keperluan sehari hari seperti memasak, dan untuk mandi akan sangat berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh termasuk kesbersihan gigi dan mulut.Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data awal mengenai status karies dan penyakit periodontal masyarakat kawasan ammatoa kecamatan kajang.Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. Kedua penyakit ini dapat menyerang semua lapisan masyarakat.7 Karies gigi adalah penyakit yang multifaktorial sehingga untuk terjadinya karies gigi terdapat faktor-faktor yaitu permukaan gigi, substrat, mikroorganisme dan waktu.8 Tandanya adalah adanya deminerlisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.9 Penyakit periodontal merupakan peradangan pada jaringan pendukung gigi yaitu gingiva, ligamentum periodontal, sementum dan tulang alveolar. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah kondisi inflamasi yang reversible dari papilla dan tepi gingival. Periodontitis adalah penyakit peradangan jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme, sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamentum periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi atau keduanya.10 Tahap awal dari peradangan jaringan pendukung gigi adalah peradangan gingiva (gingivitis) dan berlanjut menjadi periodontitis kronis. Periodontitis terjadi karena lepasnya/ hilangnya ikatan serabut periodontal dan gangguan terhadap perlekatan pada sementum dan juga resorpsi terhadap tulang alveolar. Periodontitis selalu diawali oleh adanya gingivitis, tetapi gingivitis belum tentu berlanjut menjadi periodontitis.11Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk penyakit jantung koroner dan stroke, bayi lahir prematur atau bayi berat badan lahir rendah, pneumonia, mempersulit kontrol metabolik penyakit diabetes mellitus, osteoporosis dan demensia. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan periodontal merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan beberapa penyakit sistemik.12 Pembentukan poket yang progresif yang menyebabkan destruksi jaringan periodontal pendukung dan kehilangan serta eksfoliasi gigi. Golongan umur tua lebih banyak menderita periodontitis terutama pada umur 45 tahun keatas.11Penyakit periodontal berkaitan dengan plak yang ditandai dengan peradangan. Peradangan akan meluas ke jaringan lebih dalam yaitu timbul kerusakan pada jaringan ikat, perlekatan epitel cekat bermigrasi ke arah apikal dan selanjutnya timbul poket. Jika hal ini berlanjut terus, akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada tulang alveolar dan gigi akan terlepas dari soketnya.10 Pada kelompok umur 65 tahun keatas hilangnya seluruh gigi mencapai 17,6%, jauh diatas target WHO 2010 yaitu 5%.13 Akibat dari proses menua, akan menimbulkan berbagai masalah fisik biologik, psikologik dan sosial. Proses menua dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup seseorang yang akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang berlangsung secara bertahap pada berbagai organ tubuh dan perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan.

METODEJenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasional deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di kawasan adat Ammatoa Dusun Benteng Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang dilaksanakan pada tanggal 28 30 Januari 2014. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh masyarakat kawasan adat Ammatoa Dusun Benteng yang berusia >12 tahun yang berdasarkan survei awal berjumlah 238 orang. Kriteria inklusi yaitu bersedia dengan sukarela untuk dijadikan sebagai sampel penelitian dengan menandatangani informed consent. Sampel penelitian yang sudah kehilangan semua gigi geliginya dimasukkan dalam kriteria eksklusi. Metode pengambilan sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan convenience sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara memasuki rumah warga dari satu rumah ke rumah yang lain. Warga yang bersedia untuk dijadikan sampel penelitian dipersilahkan duduk kemudian diminta untuk membuka mulut lalu dilakukan pemeriksaan gigi dan jaringan periodontal. Pemeriksaan dilakukan dengan indeks DMF-T yang akan menunjukkan status karies seseorang atau sekelompok orang. Karies merupakan gigi yang berlubang, gigi yang berlubang dan apabila ditelusuri dengan sonde akan tersangkut,kecoklatan sampai hitam pada fisur gigi serta gigi yang telah direstorasi dan terbentuk lubang kembali, . Angka D adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M adalah gigi yang dicabut karena karies, angka F adalah gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies. Kategori dalam perhitungan DMF-T berdasarkan WHO: Sangat rendah (0,0 1,1), rendah (1,2 2,6), sedang (2,7 4,4), tinggi (4,5 6,5), sangat tinggi ( > 6,6). Pada usia 45 tahun hanya dilakukan penghitungan DF-T. Pengelompokan umur dilakukan berdasarkan kategori WHO.Penyakit periodontal merupakan penyakit jaringan pendukung gigi yaitu terjadinya perdarahan gingival, terdapat kalkulus dan terbentuk poket. Kondisi jaringan periodontal diperiksa dengan indeks Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Pemeriksaan menggunakan kaca mulut dan WHO examining probe pada rongga mulut yang telah dibagi menjadi enam sektan dan telah ditentukan gigi indeks untuk dilakukan pemeriksaan. Pada usia 20 tahun dilakukan pemeriksaan 10 gigi indeks sedangkan pada usia 19 tahun hanya dilakukan pemeriksaan 6 gigi indeks, molar 2 tidak diperiksa untuk menghindari false pocket. Skor pemeriksaan CPITN yang menunjukkan keadaan jaringan periodontal ialah sebagai berikut : Skor 0 : Gingiva sehat, Skor 1 : Perdarahan saat probing, skor 2: Terdapat kalkulus supra atau subgingiva, skor 3: Poket dangkal dengan kedalaman 4 - 5 mm, skor 4: Poket dalam dengan kedalaman > 6 mm. Tabulasi data menggunakan Microsoft excelHASILPenelitian ini dilakukan di daerah kawasan adat Ammatoa Dusun Benteng Desa Tana towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Sampel penelitian yang sesuai kriteria inklusi yaitu 41 orang yang tinggal di kawasan adat Ammatoa.

Tabel 1. Distribusi karakteristik sampel penelitianKarakteristikJumlah orang (n)Persentase(%)

Jenis KelaminLaki lakiPerempuan9322278

Umur (tahun)12 1819 4445 59 6052934

1271710

Total41100

Pada tabel 1, berdasarkan karakteristik jenis kelamin memperlihatkan jumlah sampel penelitian terbesar yaitu perempuan sebanyak 32 orang (78%), serta pada tabel memperlihatkan jumlah sampel penelitian terbesar berdasarkan umur yaitu pada kelompok umur 19 - 44 tahun sebanyak 29 orang (71%) sedangkan jumlah sampel penelitian terkecil yaitu pada kelompok umur 45 59 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7%).

Table 2. Distribusi karies berdasarkan rerata DMF-TKarakteristikNDMFDMF-T

Jenis KelaminLaki lakiPerempuan9323,52,12,62,42,0 1,33,23,2005,53,15,94,2

Umur (tahun) 12 1819 4445 59 6052934

4 1,92,7 2,43,72,92,02,03,22,23,02,80000007,22,95,74,15,74,75,05,2

Total412,82,32,92,905,83,9

Pada tabel 2, berdasarkan hasil pemeriksaan status karies gigi pada sampel penelitian menunjukkan perempuan memiliki rerata DMF-T lebih tinggi dibanding laki laki yaitu sebesar 5,9 gigi atau 6 gigi jika dibulatkan, dengan rerata decay (D) laki laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu sebesar 3,5 gigi atau 3 gigi jika dibulatkan. Serta pada tabel menunjukkan kelompok umur yang memiliki rerata DMF-T tertinggi yaitu pada kelompok umur 12 18 tahun sebanyak 7,2 gigi atau 7 gigi jika dibulatkan dengan rerata decay (D) yaitu 4 gigi dan missing (M) yaitu 3,2 gigi atau 3 gigi jikadibulatkan. Table 3. Distribusi sampel berdasarkan kategori kariesKarakteristikNKategori Karies

Sangat rendahRendahSedangTinggiSangat tinggi

Jenis KelaminLaki lakiPerempuan93203(9,4%)1(11,1%)5(15,6%)3(33,3%)7(21,9%)2(22,2%)4(12,5%)3(33,3%)13(40,6%)

Umur (tahun)12 1819 4445 59 605293401(3,4%)02(50%)05(17,2%)1(33,3%)009(31%)1(33,3%)02(40%)3(10,3%)01(25%)3(60%)11(37,9%)1(33,3%)1(25%)

Total413(7,3%)6(14,6%)10(24,4%)6(14,6%)16(39%)

Pada tabel 3 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan kategori karies. Terdapat 3 orang (7,3%) yang memiliki skor karies sangat rendah, 6 orang (14,6%) memiliki skor karies rendah, 10 orang (24,4%) memiliki skor karies sedang dan 6 orang (14,6%) yang memiliki skor karies tinggi. Terdapat 16 orang (39%) dari sampel penelitian yang memiliki skor karies sangat tinggi dan 3 orang (7,3%) yang memiliki skor karies sangat rendah.

Tabel 4. Jumlah dan persentase sextan dengan skor 0,1,2,3,4

SextanSkor CPITN

Sehat

0Perdarahan

1Kalkulus

2Poket dangkal (4-5mm)3Poket dalam(>6 mm)4

Sextan 15(12%)6(14,6%)23(56,1%)4(9,8%)2(4,9%)

Sextan 224(58,5)6(14,6)8(19,5%)2(4,9%)1(2,4%)

Sextan 33(7,3%)9(22%)23(56,1%)4(9,8%)1(2,4%)

Sextan 4013(31,7%)19(46,3%)7(17,1%)1(2,4%)

Sextan 519(46,3%)8(19,5%)9(22%)3(7,3%)1(2,4%)

Sextan 6011(26,8%)23(56,1%)4(9,8%)1(2,4%)

Pada tabel 4 ditampilkan jumlah dan persentase sextan dengan skor 0,1,2,3,4. Pada sextan 1 skor CPITN yang paling banyak yaitu skor 2 (kalkulus) sebanyak 23 sampel (56,1%), pada sextan 2 skor CPITN yang paling banyak yaitu skor 0 (sehat) sebanyak 24 sampel (58,5%), pada sextan 3 skor CPITN yang paling banyak yaitu skor 2 (kalkulus) sebanyak 23 sampel (56,1%), pada sextan 4 skor CPITN yang paling

banyak yaitu skor 2 (kalkulus) sebanyak 19 sampel (46,3%), pada sextan 5 skor CPITN yang paling banyak yaitu skor 0 (sehat) sebanyak 19 sampel (46,3%), pada sextan 6 skor CPITN yang paling banyak yaitu skor 2 (kalkulus) sebanyak 23 sampel (56,1%).

Tabel 5. Jumlah dan persentase sampel dengan skor sextan tertinggi.

KarakteristikNsehatberdarahkarang gigipocket pocket

dangkal 4-5 mmdalam 6 mm

01234

Jenis Kelamin

Laki laki901(11,1%)2(22,2%)5(55,6%)1(11,1)%

Perempuan3202(6,3%)20(62,5%)7(21,9%)3(9,4%)

Umur (tahun)

12 18501(20%)4(80%)00

19 442902(6,9%)18(62,1%)8(27,6%)1(3,4%)

45 5930001(33,3)2(66,7%)

6040003(75%)1(25%)

Total4103(7,3%)22(53,6%)12(29,3%)4(9,8%)

Pada tabel 5 memperlihatkan jumlah dan persentase sampel dengan skor sextan tertinggi. Berdasarkan jenis kelamin, persentase seluruh skor sextan tertinggi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki- laki. Berdasarkan kelompok umur, persentase skor sextan tertinggi pada skor 1 yaitu kelompok umur 19 44 tahun sebanyak 2 orang. Persentase skor sextan tertinggi pada skor 2 yaitu kelompok umur 19 44 tahun sebanyak 18 orang (62,1%). Persentase skor sextan tertinggi pada skor 3 yaitu kelompok umur 19-44 sebanyak 8 orang(62,1%). Persentase sextan tertinggi pada skor 4 yaitu kelompok umur 45- 59 tahun sebanyak 2 orang (66,7%).Tabel 6. Kebutuhan perawatan periodontalKebutuhan Perawatan Skor CPITN NPresentase

TN-1Skor 1+2+3+441100%

TN2Skor 2+3+43893%

TN3Skor 4410%

Berdasarkan tabel 6, kebutuhan perawatan yang dibutuhkan oleh sampel penelitian yaitu pada kebutuhan perawatan TN-1 = Treatment need 1, dengan skor CPITN 1+2+3+4 sebanyak 100% sampel memerlukan instruksi kebersihan mulut, kebutuhan perawatan TN-2 = Treatment need 2, dengan skor CPITN 2+3+4 sebanyak 93% sampel memerlukan memerlukan tindakan pencegahan / prophylaxis, kebutuhan perawatan TN-3 = Treatment need 3, dengan skor CPITN 4 sebanyak 10% sampel memerlukan tindakan perawatan komplek yang ditangani oleh spesialis periodontal.PEMBAHASANHasil pemeriksaan menunjukkan bahwa, jika dilihat dari seluruh sampel yang diperiksa, semua sampel memiliki masalah apada kesehatan giginya. Data diperoleh menggambarkan persentase DMF-T yang mencapai 100%, yang berarti tidak ada dari sampel yang bebas dari karies(D) ataupun kehilangan gigi (M). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki rerata DMF-T lebih tinggi daripada laki - laki yaitu 5,9 gigi atau 6 gigi jika dibulatkan, nilai tersbut termasuk dalam kategori karies tinggi. Hal tersebut sependapat menurut Volker Russel,13 mengatakan bahwa prevelensi karies gigi permanen perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki - laki. Hasil Prevalensi karies yang tinggi pada perempuan sering dijelaskan dengan tiga faktor yaitu : 1) Erupsi gigi pada perempuan lebih awal, sehingga paparan gigi terhadap lingkungan serta substrat yang bersifat kariogenik lebih lama, 2) Frekuensi konsumsi makanan pada perempuan 3) Kehamilan.14 Sedangkan untuk rerata decay (D) dan missing (M) berdasarkan jenis kelamin, laki laki memiliki rerata decay (D) lebih besar dibanding permpuan namun hal tersebut berlawanan terhadap rerata missing (M) dimana perempuan memiliki rerata missing (M) lebih besar dibanding laki laki. Kehilangan gigi pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki laki, hal ini berkaitan dengan karies dan paritas.15Beradasarkan kelompok umur, rerata DMF-T pada kelompok umur 12 18 lebih tinggi dibanding kelompok umur lainnya. Hal ini berlawanan dengan pernyataan menurut Finn,13 yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Namun dalam hal ini, rerata DMF-T pada kelompok umur 12 18 tahun lebih tinggi dibanding kelompok lain dapat disebabkan karena pengaruh diet terhadap kelompok umur tersebut. Pada kelompok umur ini, mereka lebih banyak mengonsumsi makanan yang bersifat kariogenik hal tersebut disebabkan mulai banyaknya makanan ringan yang dapat diperoleh diluar kawasan adat seperti disekolah dan tempat umum lainnya. Hasil penelitian menunjukkan 39% sampel termasuk dalam kategori karies sangat tinggi, hal tersebut memperlihatkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam bidang perawatan gigi baik preventif maupun kuratif dimana masyarakat cenderung membiarkan keadaan giginya yang terserang karies bila tidak ada rasa sakit dan tidak langsung ke dokter gigi, hal tersebut dapat pula dilihat pada tabel 2 yaitu Filling (F) DMF-T yang tidak ada. Tidak ada masyarakat yang pernah melakukan penambalan (Filling), hal tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor yaitu pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, faktor ekonomi, serta faktor geografis dimana kawasan adat ammatoa berada pada lokasi yang jauh dari sarana fasilitas kesehatan. Berdasarkan pemeriksaan status karies masyarakat pada kawasan adat Ammatoa menunjukkan kategori yang sangat tinggi. Padahal salah satu tujuan Oral Health 2020 yang telah disepakati WHO, FDI, dan IADR untuk penyakit karies gigi di Indonesia adalah mengurangi komponen D (Decay) pada usia 12 tahun.16 Oleh karena itu penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih perlu.Berdasarkan pemeriksaan status periodontal, hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi periodontal yang paling banyak ditemukan adalah adanya kalkulus (skor 2). Hal tersebut serupa dengan penelitian Miyazaki,dkk17 dalam artikelnya melaporkan tentang survey CPITN pada dua kelompok umur (19 tahun dan 35 44 tahun). Laporan tentang kondisi periodontal dilakukan pada kelompok dewasa lebih dari 100 survei di 60 negara. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah kalkulus (skor 2) baik dengan ataupun tanpa pendarahan.17Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan jumlah dan persentase sextan pada setiap skor CPITN. Jumlah dan persentase sextan pada setiap skor CPITN dapat memberikan gambaran mengenai besarnya masalah periodontal yang ditemukan pada setiap sektan. Pada tabel menunjukkan sextan yang memiliki jumlah dan persentase skor CPITN tertinggi yaitu sextan 1,3, 4 dan 6 yang menunjukkan region posterior maksila dan mandibula. Hal ini menunjukkan bahwa regio tersebut memiliki kondisi periodontal yang paling bermasalah. Masalah yang paling banyak ditemukan pada daerah ini ialah adanya kalkulus. Kalkulus dapat terjadi akibat gigi geligi yang tidak dibersihkan dengan baik.18 Sedangkan sextan yang memiliki jumlah dan persentase skor CPITN yang rendah yaitu pada sextan 2 dan 5 yang menunjukkan regio anterior. Hal ini menunjukkan bahwa regio tersebut memiliki kondisi periodontal yang paling jarang bermasalah. Regio anterior merupakan regio yang mudah dibersihkan karena letaknya yang mudah dijangkau dalam penyikatan gigi sehingga regio ini kebersihannya lebih terjaga. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4 juga dapat dilihat pada sextan 2 dan 5, jumlah sampel yang memiliki skor sehat (0) lebih banyak pada sextan 2 dibanding sextan 5. Hal ini menunjukkan bahwa regio anterior mandibula memiliki kondisi periodontal yang lebih banyak bermasalah dibandingkan dengan regio anterior maksila. Hal ini serupa dengan teori yang mengatakan bahwa daerah lingual gigi anterior mandibula pada umumnya merupakan lokasi yang banyak ditemukan kalkulus supragingiva dikarenakan pada daerah tersebut terpapar saliva langsung dari glandula saliva submandibularis dan sublingualis.19Kebutuhan perawatan yang dibutuhkan oleh sampel penelitian yaitu 100% sampel merlukan instruksi kebersihan mulut (TN-1= Treatment need 1), 93% memerlukan tindakan pencegahan/ prophylaxis (TN-2=Treatment need 2) berupa scalling dan root planing, 10% memerlukan tindakan perawatan komplek yang ditangani oleh spesialis periodontal (TN-3=Treatment need 3) seperti tindakan bedah periodontal.20Beberapa peneliti menjelaskan adanya hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies dan periodontal. Perbedaan kultur sosial penduduk yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan keparahan karies dan penyakit periodontal. Hal tersebut dapat pula dikarenakan perbedaan keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap wilayah.21Pada penelitian ini, masyarakat dikawasan adat ammatoa menunjukkan tingkat kesehatan gigi dan mulut yang masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena lokasi mereka sangat terisolir sehingga jangkauan kesehatan masih minim, Kawasan adat Ammatoa Kajang, Kearifan masyarakat adat Kajang dalam mengelola sumber daya alamnya dikenal dengan kepedulian mereka terhadap alam. Mereka tidak mau menggali sumur dalam. Kondisi demikian dmenyebabkan kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk keperluan sehari hari seperti memasak, dan untuk mandi akan sangat berpengaruh terhadap perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh termasuk kesbersihan gigi dan mulut.SIMPULANBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat status karies gigi masyarakat kawasan adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba menurut WHO termasuk kategori sangat tinggi yaitu sebesar 39%. Status periodontal masyarakat kawasan adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba paling banyak pada skor 2 yaitu terdapat kalkulus sebanyak 53,6%.SARANBerdasarkan penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk lebih memerhatikan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat kawasan adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dengan mengadakan program kesehatan gigi dan mulut. Diharapkan juga untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan gigi dan mulut di kawasan ini.DAFTAR PUSTAKA1. Januar P. Kesehatan gigi sebagai bagian integral dari kesehatan umum pada hari kesehatan gigi se dunia 2013.Available from: http://www.pdgi.or.id/news/detail/ kesehatan-gigi-sebagai-bagian-integral-dari-kesehatan-umum-pada-hari-kesehatan-gigi-se-dunia-2013.(diakses: 25 Januari 2014)2. Notohartojo IT, Magdarina DA.Penilaian indeks DMF-T anak usia 12 tahun oleh dokter gigi dan bukan dokter gigi di kabupaten ketapang propinsi Kalimantan Barat. Media Litbangkes.2013;23(1);41-63. Kacici. Kearifan lokal adat kajang "Ammatoa" .Available from: http://kacici-kacici.blogspot.com/2013/03/kearifan-lokal-adat-kajang-ammatoa.html. (diakses 15 Februari 2014)4. ChandraW. Menanti realisasi perda masyarakat adat kajang. Available from: http://www.mongabay.co.id/2013/12/09/menanti-realisasi-perda-masyarakat-adat-kajang/. (diakses 15 Februari 2014)5. Putra AS. Hidup Selaras dengan Alam sebagai Kosmologi Suku Kajang, Bulukumba,SulawesiSelatan. Available from: http://sejarah kajangardiansyah putra 32.wordpress. com /. (diakses: 4 Februari 2014)6. Anonim. Suku kajang antara keterasingan dan kearifan. Available from: http://www.psychologymania.com/2011/09/suku-kajang-antara-keterasingan-dan.html. (diakses pada 15 Februari 2014)7. Prasetya RC. Perbandingan jumlah koloni bakteri saliva pada anak anak karies dan non karies setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi. Indonesia Journal of Dentistry. 2008;15(1);65-708. Tarigan AR. Kesehatan gigi dan Mulut. Jakarta: EGC. 1994 ; 14 189. Narlan S,Faruk S. Dasar dasar karies penyakit dan penanggulangannya.Jakarta: EGC. 1992. 1-210. Amaliya. Silabus periodonti. Jakarta: EGC; 3011. Carranza, Newman MG, Takei HH. The carranza's - clinical periodontology. 9 ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company.2006; 100-412. Seymour GJ, Ford PJ,Cullinan MP, Leishman S, dan Yamazaki K. Relation between periodontal infections and systemic disease. Journal Compilation European Society of Clinical Microbiology and Infectious Disease, 2007;13;3-10. 13. Anonim.Karies Gigi. Available from http:// utamadental. wordpress. com/category/ uncategorized/. (diakses: 4 Februari 2014)14. Lukacs JR, Largaespada LL. Explaining Sex Differences in Dental Caries Prevalence: Saliva,Hormones, and Life-History Etiologies. American Journal Of Human Biology.2006;18:54055 15. Lukacs JR. Sex differences in dental caries experience: clinical evidence, complex etiology. Clinical Oral Investigation. 2011;15(5);649-56.16. Hobdell M, et al. Global goals for oral health 2020. International Dental Journal.2003; 53; 285-8.

17. Miyazaki, Pilot, Leclerq, dan Barnes DE. Profiles of periodontal conditions in adolescente measured by CPITN. International Dental Journal.2010; 41; 67 -73.

18. Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. 2nded. Jakarta: Hipokrates. 1993; 26-719. Carranza, Newman MG, Takei HH. The carranza's - clinical periodontology. 9 ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company. 2006. p. 21720. Holmgren CJ. CPITN--interpretations and limitations. Int Dent J. 1994;44; 533-4621. Vandana KL, Reddy SM.Assesment periodontal status in dental fluorosis subject using community periodontal index of treatment needs. Indian Journal of Dental Research.2007;18(2); 67-71.