laporan akhir kegiatan identifikasi calon …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/11-01-bab i ii...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
IDENTIFIKASI CALON LOKASI, KOORDINASI, BIMBINGAN DAN
DUKUNGAN TEKNOLOGI UPSUS PJK, ATP, DAN KOMODITAS UTAMA
KEMENTAN DI PROVINSI ACEH
Basri A. Bakar
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
2
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
3
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP Kegiatan 2015
:
Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, ATP, dan Komoditas Utama Kementan
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : Dipa BPTP Aceh 2015
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Ir. Basri AB, M.Si
B. Pangkat / Golongan : Pembina / IV a
C. Jabatan Kepala BPTP Aceh
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Multi agroekosistem
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : Teridentifikasi Lokasi Kegiatan UPSUS, terkoordinasi dengan Instansi terkait di daerah, Terdiseminasi Teknologi Komoditas utama Kementan
12. Output Akhir : Terjadi peningkatan produktivitas PJK dan Komoditas utama kementan
13. Biaya : Rp. 900.000.000,- (Sembilan ratus juta rupiah).
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si.
NIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program, Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001
Penanggungjawab Kegiatan RPTP, Ir. Basri AB, M.Si NIP. 19600811 198503 1 001
4
KATA PENGANTAR
Laporan akhir ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan Identifikasi
Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, ATP,
dan Komoditas Utama Kementan yang dilakukan mulai Bulan Januari sampai
Desember 2015.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga administrasi serta semua pihak yang telah
membantu mulai dari perencanaan hingga tersusunnya laporan akhir ini.
Demikianlah laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban
terhadap hasil pelaksanaan dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat
pengguna dan pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan.
Banda Aceh, Desember 2015
Penanggungjawab Kegiatan,
Ir. Basri AB, M.Si
NIP. 19600811 198503 1 001
5
RINGKASAN
1 Judul : Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, ATP, dan Komoditas Utama Kementan
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3 Lokasi : Provinsi Aceh
4 Agroekosistem : Multi Agroekosistem
5 Status (L/B) : Baru
6 Tujuan : - Mendukung Program Kementerian
Pertanian dalam swasembada pangan
melalui pendampingan teknologi adaptif
spesifik lokasi.
- Untuk meningkatkan produktivitas Padi,
Jagung, Kedele dan komoditas unggulan
lainnya (kakao, sapi dan bawang merah)
7 Keluaran : - Adanya dukungan Program Kementerian
Pertanian dalam swasembada pangan
melalui pendampingan teknologi adaptif
spesifik lokasi.
- Peningkatan produktivitas Padi, Jagung,
Kedele dan komoditas unggulan lainnya
(kakao, sapi dan bawang merah).
8 Hasil : - Sinkronisasi kegiatan UPSUS Peningkatan
Pajele dan Program Kementerian
Pertanian di tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota pada Dinas/Instansi
terkait.
- Terjadinya percepatan proses diseminasi
inovasi teknologi PTT Padi, kakao, sapi
dan bawang merah.
- Peningkatan produksi dan produktivitas
padi di lokasi pendampingan.
6
9 Prosedur : Koordinasi Program UPSUS di tingkat
Propinsi dan Kabupaten
Identifikasi Calon Lokasi
Pelaksanaan Diseminasi dalam bentuk
Demplot/ Demfarm/ Publikasi dan Bimbingan
serta Dukungan Teknologi UPSUS Padi,
Komoditas Unggulan Kementan
Monitoring dan evaluasi
10 Jangka Waktu : Satu tahun
11 Biaya :
Rp 900.00.000,- (Sembilan Ratus Juta Rupiah)
7
SUMMARY
1. Title : The Identification of candidate sites, coordination, Guidance, Support UPSUS PJK, ATP Technology dan The Main Commodities Ministry of Agriculture.
2. Implementation Unit : Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT Aceh)
3. Location : Aceh Province
4. Agroecosystem : Multi Agroecosystem
5. Status : New 6. Objectives
: - The program supports the Agriculture of
Department in food self-sufficiency through site-specific adaptive technology specific location.
- To improve the productivity of paddy, corn, soybeans and other leading commodities (cocoa , beef and onion).
7. Output
: - The support program is the Ministry of Agriculture in food self-sufficiency through site-specific adaptive technology specific location.
- Increased productivity of paddy, corn, soybeans and other leading commodities (cocoa , beef and onion).
8. Outcome
: - Synchronization of activities UPSUS Pajele Improvement Program and the Ministry of Agriculture at the Province and District/State at the Department relevant.
- The occurrence of the acceleration of the process of dissemination of technological innovation PTT Rice, cocoa , beef and onion.
- Increased production and rice productivity on site assistance.
9. Procedure
: - Coordination Program UPSUS at province and district level
- Identification of Candidate - Implementation Dissemination in the form
of demonstration plots / Demfarm / Publications and Guidance and Support Technology UPSUS Rice, Good Commodities Agriculture Department
- Monitoring and evaluation. 10. Duration : 1 Year
11. Budget : IDR 900.000.000 (
8
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................. iii
SUMMARY ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Dasar Pertimbangan ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Keluaran ...................................................................................... 2
II. PROSEDUR PELAKSANAAN ................................................................... 3
2.1. Pendekatan ............................................................................... 3
2.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................. 3
2.3 Bahan dan Alat .......................................................................... 6
2.4. Analisa Data ............................................................................... 6
2.4. Laporan ...................................................................................... 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
3.1. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Pasir Putih Kecamatan
Peurelak Kota Kabupaten Aceh Timur ........................................... 7
3.2. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Blang Cut Kecamatan Suka
Makmur Kabupaten Aceh Besar ................................................... 14
3.3. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Cucum Kecamatan Kota Baro
Kabupaten Aceh Besar ................................................................ 19
3.4. Demplot Padi Sawah di Desa Meunasah Pulo Kecamatan
Peudada Kabupaten Bireuen ……………………………………………………. 23
3.5. Pelatihan Petani dan Penyuluh .…………………………………………………. 27
9
3.6. Pendampingan Kawasan Hortikultura Mendukung UPSUS
Gerakan Peningkatan Produksi Bawang Merah Kab. Aceh Besar
dan Kab. Aceh Tengah …………..………………………………………………. 28
3.5. Rekapitulasi data-data UPSUS Peningkatan Pajale
di Kabupaten ……………………………………………………………………....... 46
IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………………… 48
4.1. Kesimpulan......................……………… ......................................... 48 4.2. Saran ....................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….. 49
10
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Keragaan tinggi tanaman IPB 3S dan Sidenuk kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa .............................. 10
Tabel 2. Keragaan jumlah anakan IPB 3S dan Sidenuk berdasarkan varietas kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa ...................................................................................... 10
Tabel 3. Keragaan produktivitas IPB 3S dan Sidenuk berdasarkan varietas kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa ...................................................................................... 11
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nagan Raya ................... 42
Tabel 5. Luas baku sawah, luas tanam padi, realisasi tanam padi per Kabupaten ................................................................................ 46
Tabel 6. Sasaran tanam, jumlah realisasi tanam dan selisih tanam jagung per Kecamatan ............................................................... 47
Tabel 7. Sasaran tanam, jumlah realisasi dan selisih tanam kedelai per kecamatan ................................................................................ 47
11
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Ka BPTP Aceh bersama petani dan babinsa melakukan tanam perdana padi IPB 3S dan Sidenuk dengan sistim Jarwo 2:1 .............................................................................. 9
Gambar 2. Ka. Dinas Pertanian Aceh Timur membuka acara Pelatihan Petani dan Penyuluh Kegiatan UPSUS ...................................... 9
Gambar 3. tanaman padi pada saat menjelang panen ............................... 12
Gambar 4. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 40 HST ....................... 19
Gambar 5. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 40 HST ....................... 23
Gambar 6. Pemindahan bibit padi saat berumur 14 hari setelah semai ....... 25
Gambar 7. Pada hari ke 22 setelah tanam jumlah anakan rata-rata 28 batang per rumpun dengan tinggi tanaman 50 cm .................... 25
Gambar 8. Pengamatan anakan dan tinggi tanaman pada hari ke 42 ......... 26
Gambar 9. Panen padi demplot UPSUS Desa Meunasah Pulo ..................... 26
Gambar 10. Pelatihan Perbenihan Bawang Merah di Kec. Peukan Bada ...... 29
Gambar 11. Penyampaian materi oleh Ir. T. Iskandar. M. Si ...................... 30
Gambar 12. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si ........................... 30
Gambar 13. Penyampaian materi oleh Baihaqi,SP dari BPSB TPH Prop. Aceh ................................................................................... 31
Gambar 14. Diskusi Team BPTP dengan petani bawang merah .................. 32
Gambar 15. Pelaksanaan temu lapang bawang merah .............................. 32
Gambar 16. Pembukaan Pelatihan Perbenihan Bawang Merah oleh Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Bintang .............................................................. 35
Gambar 17. Penyampaian materi oleh Ir. T. Iskandar. M. Si ...................... 35
Gambar 18. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si ........................... 36
Gambar 19. Penyampaian materi oleh Rusli ,SP MM .................................. 37
Gambar 20. Peserta Pelatihan Perbenihan Bawang Merah ......................... 37
Gambar 21. Temu Lapang kegiatan Pendampingan UPSUS Bawang merah ................................................................................. 38
Gambar 22. Peta Kabupaten Nagan Raya ................................................. 40
Gambar 23. Kondisi tanaman kakao masyarakat Desa Lung Tgk Ben.......... 43
Gambar 24. Foto bersama peserta pelatihan di lahan kebun kakao petani Desa Lung Tgk Ben Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya ........................................................................ 44
12
Gambar 25. Peserta pelatihan sedang mempraktekkan sambung samping .............................................................................. 45
Gambar 26. Penanggung Jawab lapangan UPSUS Perkebunan Kakao Firdaus, SP., M.Si, memberikam materi pelatihan .................... 45
13
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menghadapi tahun 2015–2019 sektor pertanian masih dihadapkan pada
berbagai kendala, antara lain berupa : jumlah penduduk yang terus meningkat,
kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, terbatasnya infrastruktur (jaringan
irigasi, jalan usahatani, jalan produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan
pergudangan), belum cukup tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk,
pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat
usahatani, konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian yang
tidak terkendali, ketergantungan konsumsi beras, kompetisi pemanfaatan air dan
status kepemilikan lahan. Disamping sejumlah kendala tersebut, pertanian kita ke
depan juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, antara
lain: (1) Masyarakat Ekonomi ASEAN; (2) Otonomi Daerah; (3) Perubahan Pola
Konsumsi; dan (4) Dinamika Pasar Pangan.
Untuk menghadapi kendala dan tantangan yang ada, Kabinet Kerja telah
menetapkan Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta
Swasembada Kedelai yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun
target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi
sebesar 73,40 juta ton dengan pertumbuhan 2,21%; jagung sebesar 20,33 juta
ton dengan pertumbuhan 5,57%; dan kedelai sebesar 1,27 juta ton dengan
pertumbuhan 26,47%. Untuk mencapai swasembada berkelanjutan padi dan
jagung serta swasembada kedelai, Kementerian Pertanian melakukan upaya
khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale).
Provinsi Aceh pada tahun 2015 dalam mendukung dan mensukseskan
UPSUS Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung,
kedele masing-masing 567.000 ha, 82.658 ha, 87.828 ha dan target produksi
masing-masing sebesar 2.700.000 ton, 364.346 ton, 127.208 ton.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana
Badan Litbang Pertanian yang berada di tingkat provinsi untuk mendukung
suksesnya program UPSUS Pajale dan Komoditas Utama Kementan
(Perkebunan, Peternakan, dan Hortikultura) melakukan koordinasi,
pendampingan teknologi dan diseminasi dalam bentuk demplot maupun
15
demfaram serta publikasi. Peragaan teknologi dan hasil penelitian melalui
kegiatan pendampingan diharapkan lebih meyakinkan pengguna agar teknologi
tersebut dapat diterima petani pada saat yang tepat dan menjadi pembelajaran
bagi petugas, petani dan masyarakat pada umumnya.
1.2. Dasar Pertimbangan
Pengembangan sektor tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan
peternakan merupakan strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi
pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa
yang besar, juga merupakan sebagai sumber kehidupan bagi sebahagian
penduduk Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, semakin
meningkatnya tingkat pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula
peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya
Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan dari berbagai komoditi.
Upaya dalam memacu peningkatan produksi dan produktivitas
diberbagai sektor pertanian agar memenuhi kebutuhan pangan dari berbagai
komoditi, maka Kementerian Pertanian melakukan strategi dengan melakukan
program upaya khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
(Pajale) dan komoditas ungulan kementan (cabe, bawang merah, kakao, dan
sapi potong).
1.3. Tujuan
Mendukung Program Kementerian Pertanian dalam swasembada
pangan melalui pendampingan teknologi adaptif spesifik lokasi.
Untuk meningkatkan produktivitas Padi, Jagung, Kedele dan
komoditas unggulan lainnya (kakao, sapi dan bawang merah)
1.4. Keluaran
Adanya dukungan Program Kementerian Pertanian dalam
swasembada pangan melalui pendampingan teknologi adaptif spesifik
lokasi.
Peningkatan produktivitas Padi, Jagung, Kedele dan komoditas
unggulan lainnya (kakao, sapi dan bawang merah).
16
II. PROSEDUR PELAKSANAAN
2.1. Pendekatan
Dalam pelaksanaan pendampingan program peningkatan produksi padi,
jagung, kedelai dan komoditas unggulan nasional lainnya, pendekatan yang
diterapkan antara lain dengan melaksanakan sosialisasi, pelatihan, dan
demonstrasi di lapangan secara langsung. Seluruh rangkaian kegiatan-kegiatan
tersebut sebelumnya dikoordinasikan dengan Dinas-dinas Pertanian dan Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat untuk
diselaraskan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi-instansi
tersebut beserta jajaran di bawahnya.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendampingan diupayakan semaksimal
mungkin melibatkan partisipasi sumberdaya manusia setempat, seperti kelompok
tani, PPL, dan staf instansi terkait agar tingkat partisipasi dan keberlanjutan
program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Koordinasi Program UPSUS di tingkat Propinsi dan Kabupaten
Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait,
dan pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan
dan pendampingan Program UPSUS Pajake dan Komoditas Unggulan Kementan.
Identifikasi Calon Lokasi
Tim upsus melaksanakan identifikasi calon lokasi untuk menentukan
lokasi yang akan dilaksanakan kegiatan diseminasi dan bimbingan serta
dukungan teknologi upsus padi, komoditas unggulan kementan. .
Pelaksanaan Diseminasi dalam bentuk Demplot/ Demfarm/
Publikasi dan Bimbingan serta Dukungan Teknologi UPSUS Padi,
Komoditas Unggulan Kementan
Kegiatan demfarm PTT UPSUS dilaksanakan mulai bulan September s/d
Desember 2015. kegiatan demfarm PTT ditempatkan di dua kabupaten
diantaranya di Desa Pasir Putih Kecamatan Peureulak Kota Kabupaten Aceh
Timur, sedangkan di Kabupaten Aceh Besar terdapat dua lokasi yaitu di Desa
Cuncum Kecamatan Kota Baro dan Desa Blang Cut Kecamatan Suka Makmur.
17
Kegiatan Demfarm PTT UPSUS melibatkan petani kooperator dan penyuluh yang
berada di BP3K Kecamatan lokasi demfarm.
Demfarm PTT ini dilakukan pada lahan sawah irigasi, dekat dengan jalan
nasional sehingga kegiatan ini menjadi model untuk di adopsi dan dikembangkan
oleh petani di lokasi kegiatan. Luas lahan masing-masing lokasi kegiatan adalah
5 Ha.
Demplot PTT dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2015,
di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen dengan pertimbangan Peudada
adalah salah satu kecamatan dengan luas baku sawah terbesar di kabupaten
Bireuen (2.250 ha), akan tetapi produktivitas rata-rata 5 ton/ha dengan tingkat
adopsi teknologi yang masih sangat rendah.
Pendampingan kawasan agribisnis hortikultura mendukung upaya khusus
gerakan peningkatan produksi bawang merah desa Lambaro Nejid kec. Peukan
Bada kab. Aceh Besar dan desa Nosar kec Bintang kab. Aceh Tengah
Diseminasi Teknologi Budidaya Kakao Sehat dilaksanakan pada bulan Juni
sampai dengan Desember 2015, di Kecamatan Kuala Pesisir di Kab. Nagan Raya.
Diseminasi pengembangan kawasan peternakan berbasis sapi potong
dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Desember 2015,desa Uber-Uber
kec. Meusidah di Bener Meriah.
Komponen teknologi yang dilakukan pada demplot dan demfarm PTT
a. Varietas unggul baru Kebutuhan benih untuk menunjang kegiatan demfarm PTT yang telah
dilaksanakan di tiga lokasi diperoleh dari BPTP Aceh via UPBS. Benih benih yang
ditanam di dilokasi demfarm PTT Kabupaten Aceh Timur yaitu Benih VUB label
ungu yang terdiri dari VUB IPB 3S, dan Inpari Sidenuk. Sedangkan di Aceh Besar
adalah Inpari 30.
b. Bibit muda (15 - 21 Hari setelah semai)
c. Jumlah bibit (1-2 bt) perlubang dan jajar legowo 2;1
c. Pemupukan pertama dilakukan 10 HST berupa 50 kg urea bersamaan
dengan 100 kg SP 36 dan 50 kg KCl/ha dengan cara disebar merata.
Pemupukan N susulan berdasar BWD dan pemberiannya hanya 2 kali.
d. Pemupukan P dan K dilakukan berdasarkan status hara tanah, PUTS
18
e. Bahan organik (pupuk kandang 2-2,5 t/ha) diberikan 2 minggu sebelum
tanam
f. Pengendalian gulma secara terpadu dilakukan 2 kali yaitu umur 15 HST
dan 30 Hst.
h. Pengendalian hama/penyakit didasarkan Pada konsep PHT
h. Panen beregu dan pasca panen pakai perontok
Komponen teknologi yang dilakukan pada komoditi bawang merah
NNo
Komponen Teknologi
Sesudah Kegiatan
1. Varietas
Perlakuan Bibit bawang
- Kramat 1, Pancasona dan Mentes - Bibit bawang dipotong 1/3 bagian
ujungnya 2. Cara
Pengolahan Tanah
- Pengolahan tanah dengan cangkul dan dilakukan pembentukan bedeng
- Ukuran bedengan 1 -1.2 m, tinggi 30 cm
- Pemberian pupuk organik pada bedengan dan juga pada saat tanam
3. Cara dan sistem tanam - Jarak tanam - pola tanam
- waktu tanam
- 20 x 15 cm
- Dilakukan pergiliran tanaman, setelah
penanaman bawang kemudian ditanam padi
- Musim Hujan 4. Pemupukan
- jenis
-dosis
- Cara
- Waktu
- NPK mutiara, KCl, Za, Pupuk Kandang
- NPK 350 kg/ha - KCl 150 kg/ha - ZA 150 kg/ha - Pupuk Kandang 3000 kg/ha - Ditabur dibedengan dan dicor
- Sebelum tanam dan pupuk susulan
pada umur 15 dan 30 HST 5. Pemeliharaan
- Pengendalian OPT
- Dilakukan dengan sistem terpadu
untuk menurunkan populasi OPT sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan
19
Teknik Pelaksanaan
1. Mengadakan kunjungan awal ke Dinas Pertanian kabupaten dan Bakorluh
dalam rangka menghimpun data tenaga penyuluh, sistim kerja penyuluh,
dan data wilayah kerja penyuluh serta lain-lainnya yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan pemberdayaan penyuluhan.
2. Mengadakan pertemuan baik dalam bentuk sarasehan atau temu lapang
dengan pemda, penyuluh dan petani serta tokoh tani.
3. Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL dengan pelatihan
pelatihan baik teori di ruangan maupun praktek di lapangan.
Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari
kegiatan yang dilakukan.
2.3. Bahan dan Alat
ATK, bahan saprodi (benih, pupuk, pestisida), alsintan, juknis, poster,
spanduk, dokumentasi, konsumsi, transportasi dan lain-lain.
2.4. Analisa Data
Data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan data primer
yang dikumpulkan dari hasil kegiatan di lapangan diolah secara tabulasi untuk
dilakukan analisis secara deskriptif.
2.5. Laporan
Laporan merupakan salah satu kegiatan yang harus dipenuhi oleh setiap
kegiatan. Setiap kegiatan dilapangan didokumentasi untuk pertanggung jawaban
bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan. Laporan juga merupakan umpan
balik dan kesimpulan kegiatan. Laporan kegiatan dibuat 2 kali yaitu laporan
tengah tahunan dan laporan akhir kegiatan. Lapuran akhir yang dibuat
dilengkapi dengan gambar/foto kegiatan lapangan yang dimuat di lampiran-
lampiran.
20
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Pasir Putih Kecamatan Peurelak Kota Kabupaten Aceh Timur
3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Demfarm Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Sawah Mendukung Program UPSUS di laksanakan di Desa Pasir Putih di
Kecamatan Peureulak.
Desa memiliki luas wilayah 327 ha dengan batasan desa meliputi :
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Cot Geulumpang dan Matang Peulawi
- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Blang Bitra dan Cotkeh
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Keude Peureulak
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Seumatang Muda Itam
Desa ini memiliki tanah pertanian sejumlah 217 ha, diantaranya adalah
sawah yang beririgasi setengah teknis sebanyak 21 ha. Sedangkan penduduk
desa Pasir Putih berjumlah 3.740 jiwa dan mayoritas mata pencaharian
masyarakat adalah petani. Sementara di desa ini memiliki delapan kelompok tani
yaitu : (1) Kelompok Tani Analan ; (2) Kelompok Tani Mawar ; (3) Kelompok Tani
Cot Payanga ; (4) Kelompok Tani Bijeeh Mata ; (5) Kelompok Tani Hidup Subur ;
(6) Kelompok Tani Pemuda Aceh Mandiri ; (7) Kelompok Tani Parang Sikureung ;
(8) Kelompok Tani Mudah Rezeki.
3.1.2. Tanam Perdana Demfarm Padi Sawah dan Pelatihan Petani
Pada acara penanaman perdana turun kesawah dalam rangka program
kegiatan UPSUS di Aceh Timur, BPTP Aceh memperkenalkan dua varietas Unggul
Baru IPB 3S dan Inpari Sigenuk. Menurut penemu padi IPB 3 S Dr Hajrial
Aswidinnur pemulia padi dari IPB mengatakan padi IPB 3S mampu berproduksi
13,4 ton /ha atau lebih tinggi rata-rata 3 ton/ha padi ciherang. Selanjutnya padi
IPB 3S yang dirilis tahun 2012 tahan terhadap penyakit tunggro dan HDB Petotip
III. Menurut pengamatan petani kelebihan padi IPB 3S adalah bulirnya
tersembunyi di dalam daun, sehingga hama burung tidak bisa memakan bulirnya.
21
Sementara VUB yang kedua adalah inpari sidenuk. VUB ini berpotensi
hasil 9.1 ton/ha. Padi sigenuk tidak direkomendasi ditanam pada areal serangan
penyakit blas dan tunggro. Hasil penelitian Inpari sidenuk rentan terhadap
hawar daun bakteri petotip VIII. Petani menyukai padi ini karena rasa nasi yang
pulen.
Pada acara Penanaman perdana, selain petani dan penyuluh turut juga
dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Timur, BP4K Aceh Timur,
Unsur Muspika, dan tokoh tokoh Masyarakat. Disamping memperkenalkan VUB
padi sawah, BPTP Aceh pada kegiatan UPSUS ini juga menyerahkan alat tanam
jajar legowo “Caplak” kepada petani melalui kepala BP3K Kec Peurelak kota Ibu
Hj. Nuraini.
Sistem tanam pada lahan demfarm seluas 5 Ha adalah Jajar Legowo 2:1
seperti Gambar dibawah ini. Hasil penelitian sistem tanam jarwo mampu
meningkatkan hasil mencapai 15% dibandingkan sistim tanam tegel. Hal ini
dapat dibuktikan dilapangan dengan penambahan jumlah populasi tanaman
mencapai 33 ribu tanaman.
Ka BPTP Aceh Ir Basri AB, M.Si pada saat penanaman padi menjelaskan
teknologi menggunakan bibit umur muda < 15 hari dan 1- 2 tanaman per lobang
tanam, dapat menghemat biaya mencapai 15 Milyar rupiah.
22
Gambar 1. Ka BPTP Aceh bersama petani dan babinsa melakukan tanam perdana padi IPB 3S dan Sidenuk dengan sistim Jarwo 2:1
Selanjutnya setelah acara penanaman perdana, kegiatan dilanjutkan
dengan pelatihan petani dan penyuluh tentang teknik budidaya PTT padi sawah.
Kegiatan pelatihan selain dihadiri oleh petani dan penyuluh, juga di hadiri oleh
Kepala Dinas Pertanian dan BP4K. Acara tersebut dibuka oleh Kepala Distan Kab
Aceh Timur bapak Ir Sanusi. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan
materi teknik Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan teknologi PTT.
Gambar 2. Ka. Dinas Pertanian Aceh Timur membuka acara Pelatihan Petani dan Penyuluh Kegiatan UPSUS
23
3.1.3. Keragaan Tanaman Padi
3.1.3.1. Keragaan tanaman padi fase vegetatif
Pengamatan fase vegetatif dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2015 yaitu
saat pertanaman padi berumur 21 HST. Pada fase vegatatif tersebut komponen
agronomis yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan serta keadaan
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil pengamatan fase
vegetatif dapat dibaca pada Tabel 1.
Tabel 1. Keragaan tinggi tanaman IPB 3S dan Sidenuk kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa.
Varietas Tinggi Tanaman (cm)
21 HST 45 HST Panen
IPB 3S 49,5 76,1 91,13
Sidenuk 48,7 70.5 90,73
Dari Tabel 1 terlihat bahwa tinggi tanaman relatif sama antara IPB 3S dan
Sidenuk pada umur tanam 21 dan 45 HST dan pada saat menjelang panen.
3.1.3.2. Jumlah anakan
Keragaan jumlah anakan IPB 3S dan Sidenuk pada umur 21 HST dan 45
HST serta jumlah anakan produktif pada saat menjelang panen disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Keragaan jumlah anakan IPB 3S dan Sidenuk berdasarkan varietas kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa.
Varietas Jumlah Anakan (batang/rumpun)
21 HST 45 HST Panen
IPB 3S 8,9 15,3 10,5
Sidenuk 7,3 15.1 10,3
Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah anakan relatif sama antara varietas
IPB 3 S dan Sidenuk pada umur tanam 21 dan 45 HST dan pada saat menjelang
panen.
24
3.1.4. Produktivitas
Keragaan produktivitas hasil ubinan berdasarkan varietas jajar
legowo 2:1 dan varietas legowo 4:1 dibandingkan dengan varietas tegel diluar
kegiatan Demplot dapat dibaca pada Tabel 3.
Tabel 3. Keragaan produktivitas IPB 3S dan Sidenuk berdasarkan varietas kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih Kec. Peurelak Kota Langsa.
Varietas Produktivitas (t/ha)
GKP GKG
IPB 3S 7,28 6,01
Sidenuk 6,00 5,68
Varietas lokal (Pembanding) 5,70 4,53
Dari Tabel 3 terlihat bahwa produktivitas varietas IPB 3S dari lahan
demfarm menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan produktivitas varietas Sidenuk dan lokal. Pada varietas IPB
3S terjadi peningkatan produktivitas gabah kering giling (GKG) 1,28 t/ha atau
naik 21,33% dan pada varietas lokal meningkat 1,58 t/ha atau 27,71%.
Produktivitas yang dicapai kegiatan UPSUS tersebut belum optimal karena pada
musim tanam tersebut pertanaman padi di berbagai lokasi dan berbagai wilayah
banyak mendapat serangan OPT antara lain hama burung, penggerek batang,
ulat penggulung daun dan serangan penyakit blas. Lahan sawah di sekitar lokasi
kegiatan banyak yang gagal panen karena mendapat serangan hama burung.
25
Gambar 3. Kondisi tanaman padi pada saat menjelang panen
3.1.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pertanaman padi pada kegiatan UPSUS di Desa Pasir Putih terjadi
serangan Organisme Pengganggu Tanaman. Pertumbuhan tanaman padi pada
fase vegetatif agak terganggu karena serangan Blast sekitar 25% dan daun
terlihat agak kekuningan dan dikendalikan dengan Fungisida dari Petrosida.
Selain itu, terjadi serangan penggerek batang mencapai 5 %. Pada fase
generatif (primordia), terjadi serangan wereng batang hijau dengan populasi 2
ekor/rumpun. Pada pertanaman umur 75 hari yaitu pada saat tanaman padi
keluar malai sekitar 30% terjadi serangan hama walang sangit. Organisme
Pengganggu Tanaman yang paling dominan merugikan pertanaman padi adalah
hama walang sangit.
Prosentase tingkat serangan adalah sebagai berikut (i) populasi wereng
batang hijau sekitar 2 ekor/rumpun, (ii) ulat penggulung daun bendera sekitar
3 %, (iii) Hawar daun Bakteri 5% dan (iv) hama walang sangit sekitar 16% (v)
hama burung pipit 25 %. Upaya pengendalian OPT dilakukan dengan
mengaplikasikan pestisida Topdor, fungisida dan diberikan pupuk daun.
Pertanaman IPB 3S di lapangan terlihat lebih tahan terhadap serangan penyakit
blas dibandingkan berbagai varietas padi sidenuk.
3.1.6. Temu Lapang
Dalam rangka mensosialisasikan dan mendapatkan umpan balik tentang
padi IPB 3S dan Inpari Sidenuk dari pengguna yaitu petani, petugas/penyuluh
pertanian maka pada kegiatan Demfarm UPSUS di Desa Pasir Putih Kecamatan
Peureulak Kabupaten Aceh Timur dilaksanakan Temu Lapang. Adapun tujuan
dilaksanakannya Temu Lapang adalah :
26
a. Mendiseminasikan/mengkomunikasikan/menyebarluaskan hasil kegiatan
Demfarm UPSUS “Budidaya Padi Varietas Unggul Baru IPB 3S dan Inpari
Sidenuk” kepada para pengguna yaitu petani, penyuluh/petugas pertanian.
b. Memberikan pengalaman kepada petani pelaksana untuk mempercepat
teknologi yang direkomendasikan.
Peserta Temu Lapang Penggunaan “Budidaya Padi Varietas Unggul Baru
IPB 3S” berjumlah + 170 orang peserta, terdiri dari unsur :
- Petani pelaksana dan non pelaksana : 50 orang
- Penyuluh pertanian, THL, POPT/PHP, / Ka. BPP, Babinsa : 50 orang
- Aparat Kecamatan dan Desa, dll : 15 orang
- Kepala BP4K Kabupaten Aceh Timur dan staf. : 15 orang
- Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan staf : 13 orang
- Ka. BPTP Aceh dan pengkaji : 13 orang
- Tim BB Biogen Pusat : 5 orang
- Bupati Aceh Timur dan jajarannya : 10 orang
Temu Lapang diawali dengan kunjungan lapang dan panen
simbolis/ubinan oleh Bupati Aceh Timur dan para undangan di pertanaman
kegiatan Demfarm UPSUS budidaya padi Varietas IPB 3S dipandu oleh Ketua
Kelompok Tani dan Penyuluh Pertanian Pendamping. Setelah dilaksanakan
panen secara simbolis oleh Bupati Aceh Timur maka acara dilanjutkan di halaman
BPP Peureulak. Adapun rangkaian acara temu lapang adalah :
1. Sambutan Kepala BB Biogen, Dr.Karden Mulya
2. Sambutan dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh
Timur, Ir. Sanusi, MM
3. Sambutan/penjelasan dari Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Aceh Ir. Basri AB,M.S, tentang peningkatan Produksi dan
produktivitas padi melalui penggunaan padi Varietas Unggul Baru
4. Sambutan dari Kepala BP4K Kabupaten Aceh Timur, Lukman, SP, M.Si
5. Ditutup dengan doa bersama
27
3.2. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Blang Cut Kecamatan Suka
Makmur Kabupaten Aceh Besar
Kegiatan Demfarm Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Sawah Mendukung Program UPSUS di laksanakan di Desa Blang Cut Kecamatan
Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar seluas 5 ha.
3.2.1. Gambaran Umum Desa Blang Cut
Keadaan Potensi dan Geografis
Desa Blang Cut adalah salah satu desa di Kecamatan Sukamakmur yang
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Krueng Aceh
- sebelah selatan berbatasan dengan Desa Meunasah Tuha
- sebelah barat berbatasan dengan Niron
- sebelah timur berbatasan dengan Desa Aneuk Galong Baro
Keadaan topografinya terdiri dari pedataran, bergelombang, perbukitan dan
pegunungan. Ketinggian tempat 0 – 50 meter dpl, dan 100% berada pada
ketinggian 10 – 20 meter dpl.
Desa ini memiliki sumberdaya alam dan manusia yang cukup baik untuk
mendukung berbagai usahatani terutama padi sawah yang meliputi :
1. Sumberdaya Alam
a. Penggunaan Lahan
- Lahan Sawah : 30 Ha
Irigasi Teknis : 30 Ha Irigasi ½ Teknis : - Ha Irigasi Pedesaan : - Ha Pompanisasi : - Ha Tadah Hujan : - Ha
- Lahan Kering : 27 Ha
Pekarangan : 27 Ha Tegalan/Kebun : - Ha Ladang/Huma : - Ha Perkebunan : - Ha Hutan Rakyat : - Ha Hutan Negara : - Ha
Kolam : - Ha Tambak : - Ha Lahan Terlantar : - Ha
28
Padang Pengembalaan : - Ha Sungai : - Ha Lain-lain : 10 Ha
b. Tingkat Keasaman dan Jenis Tanah Tingkat keasaman (pH) lahan pertanian berkisar antara 5,6 s/d 6,5. Jenis
tanah pada lahan pertanian terdiri dari Alluvial, Regosol, Andosol, Latosol dan
sedikit Organosol.
c. Keadaan Suhu dan Kelembaban
Suhu terendah 28 0C dan suhu tertinggi 35oC dengan rata-rata 31,50C.
Kelembaban tertinggi 45%, terendah 80% dengan rata-rata 62,5%.
d. Keadaan Curah Hujan
Dalam 10 tahun terakhir (2003 – 2012) keadaan curah hujan rata-rata
14,873 mm/tahun (123,394 mm/bulan) dengan jumlah hari hujan 156
hari/tahun (13 hari/bulan). Bulan kering (< 50 mm/bulan) terjadi pada bulan
Juli, bulan lembab ( 50 – 100 mm/bulan) terjadi pada bulan Maret, April dan
Mei ,sedangkan bulan basah(>100mm/bulan)terjadi bulan Januari, Februari,
Juni, Agustus, September, Oktober, November dan Desember, dengan
demikian maka iklim Desa Blang Cut tergolong kedalam Tipe Iklim B.
e. Komoditi Pertanian yang Diusahakan.
Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim seperti yang diuraikan di atas,
maka di Desa Blang Cut sangat cocok untuk pengembangan jenis tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan/kehutanan dan cocok pula untuk
budidaya peternakan dan perikanan. Jenis komoditi yang diusahakan oleh
petani adalah:
- Tanaman Pangan : Padi
- Tanaman Hortikultura : Cabe merah, rambutan, langsat, mangga
- Tanaman Perkebunan : Kelapa, kakoa, pinang
- Peternakan : Sapi, kambing, ayam dan itik
- Perikanan : Ikan Nila, Lele
29
Sumberdaya Manusia
a. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga
Jumlah penduduk Desa Blang Cut adalah 300 Jiwa, Jumlah kepala
keluarga (KK) 80 KK, yang terdiri dari 50 KK tani dan 30 KK non tani.
b. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Blang Cut adalah sebagai berikut :
- petani : 45 Orang 38,89 %
- nelayan : 2 Orang 2,67 %
- pedagang : 3 Orang 3 %
- tukang : 8 Orang 10,67 %
- P N S/POLRI/TNI : 7 Orang 9,33 %
- lain-lain : 20 Orang 25 %
Jumlah : 85 Orang 100 %
Di desa Blang Cut untuk mendukung kegiatan agribisnis maka
kelembangaan yang ada hanya Koperasi sebanyak dua buah. Sedangkan mesin
pertanian yang dimiliki desa antaa lain ; dua buah power thresser, empat buah
hand sprayer dan dua buah emposan tikus.
3.2.2. Keadaan Produktivitas Padi Sawah dan Pendapatan Petani
Produktivitas padi sawah rata-rata yang dicapai oleh petani 55 ku/ha GKP
dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp. 20.500.000,-/ha/musim tanam.
Produktivitas potensial yang dihasilkan melalui demonstrasi plot mencapai 60
ku/ha GKP dengan tingkat pendapatan Rp. 24.100.000,-/ha/musim tanam.
Dengan demikian masih terdapat kesenjangan produktivitas sebesar 5 ku / ha
GKP (5 %) serta kesenjangan pendapatan sebesar Rp. 3.600.000 ,-/ha/musim
tanam.
Terjadinya kesenjangan produktivitas dan pendapatan rata-rata yang
dicapai oleh petani dengan produktivitas dan pendapatan potensial yang cukup
besar tersebut disebabkan karena :
i. Faktor Teknis :
b. Penerapan teknologi penanaman Padi sistem PTT baru mencapai 55 %
dari jumlah petani yang ada di Desa Blang Cut yang mau mengikuti
30
penerapan teknologi ini dan petani yang mau melaksanakan penanaman
padi sawah sesuai dengan petunjuk Teknis Pertanian.
c. Penerapan teknologi pengairan berselang baru mencapai
30 %
ii. Faktor Sosial :
a. Penerapan teknologi penanaman Padi PTT baru mencapai 58 % dari
jumlah petani yang ada di Desa Blang Cut yang mau melaksanakan
penanaman padi sawah sesuai dengan petunjuk teknis pertanian.
b. Masih adanya saluran tersier dan saluran pembuang yang belum di
rehab, sehingga sulit mengatur air di petak sawah, Masalah ini sudah
bertahun-tahun tidak terselesaikan oleh pemerintah daerah, karena setiap
pertemuan tentang kegiatan pertanian( Musyawarah Turun Ke sawah)
selalu terkesan bahwa masalah ini di anggap kurang penting sehingga
kurang perhatian pemerintah dari daerah.
iii. Faktor Ekonomi :
a. Tidak adanya Analisa Usaha Tani yang tepat, sehingga petani
beranggapan sistim tanam legowo tidak menguntungkan.
b. Kelompok Tani ataupun desa belum mampu memperbaiki saluran
irigasi.
3.2.3. Permasalahan Usahatani Padi Sawah
Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat
WKPP, kecamatan dan kabupaten pada semua sub sektor instansi terkait, maka
ditemukan masalah-masalah yang mencakup aspek tehnis, sosial dan ekonomi
yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kinerja para Penyuluh Pertanian,
tingkat pencapaian produktivitas usahatani, pendapatan dan kesejahteraan
pelaku utama (petani) serta dinamika kelompoktani, yaitu :
Aspek Teknis
a. Jumlah bibit perlobang dan sistem tanam baru mencapai rata-rata 35% .
Masalah tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Faktor perilaku :
- Sebagian petani masih belum memahami manfaat jumlah bibit yang di
gunakan dan sistim tanam yang menguntungkan pada tanaman padi
31
- Sebagian petani masih belum mengetahui cara penanaman sisitem PTT
( legowo ).
Faktor nonperilaku :
- Pelaksanaan demplot di kelompok tani belum memberi dampak yang
berarti
b. Pengairan berselang baru mencapai rata-rata 15 %. Masalah tersebut di
atas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Faktor perilaku :
- Sebagian petani belum mengetahui manfaat pengairan berselang pada
tanaman padi.
Faktor nonperilaku :
- Sulitnya mengatur air di petak sawah karena banyak saluran tersier dan
skunder yang belum di rehap.
- Usulan perbaikan saluran tersier dari kelompok tadi pada setiap
musyawarah turun ke sawah di tingkat kecamatan sering terabaikan oleh
pemerintah.
Masalah Sosial
Jumlah bibit per lobang tanam baru mencapai rata-rata 35%. Masalah
tersebut disebabkan oleh beberapa factor yaitu :
Faktor perilaku :
- Petani belum terbiasa menanam padi dengan memperhatikan jumlah bibit
dan sistem tanam
Faktor non perilaku :
- Pelaksanaan demplot di kelompok tani belum memberi dampak yang
berarti
Masalah Ekonomi
Jumlah bibit per lobang tanam baru mencapai rata-rata 35%. Masalah
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Faktor perilaku :
- Masih adanya petani menanam jumlah bibit lebih dari yang dianjurkan
karena para petani khawatir akan terjadinya serangan hama keong mas
Faktor non perilaku :
- pelaksanaan demplot jajar legowo di kelompok tani sudah sedikit
memberi perubahan yang nyata
32
3.2.3. Perkembangan Tanaman
Tanaman padi mulai dari persemaian sampai umur 40 HST menunjukkan
pertumbuhan yang sangat baik. tanaman dipindahkan pada saat berumur 14
hari setelah semai.
Gambar 4. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 40 HST
3.3. Demfarm Padi Sawah 5 Ha di Desa Cucum Kecamatan Kota Baro
Kabupaten Aceh Besar
Kegiatan Demfarm Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Sawah Mendukung Program UPSUS r di laksanakan di Desa Cucum Kecamatan
Kota Baro Kabupaten Aceh Besar seluas 5 ha.
3.3.1. Gambaran Umum Desa Cucum
Keadaan Potensi
Desa Cucum adalah salah satu desa di Kecamatan Kota Baro yang
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lampuja
- sebelah selatan berbatasan dengan Desa Deyah
- sebelah barat berbatasan dengan Desa Rumpet
- sebelah timur berbatasan dengan Desa Cot Yang
Keadaan topografinya terdiri dari pedataran, bergelombang, perbukitan dan
pegunungan. Ketinggian tempat 0 – 50 meter dpl, dan 100% berada pada
ketinggian 10 – 20 meter dpl.
Desa ini memiliki sumberdaya alam dan manusia yang cukup baik untuk
mendukung berbagai usahatani terutama padi sawah yang meliputi :
Sumberdaya Alam
b. Penggunaan Lahan
33
- Lahan Sawah : 60 Ha
Irigasi Teknis : - Irigasi ½ Teknis : 30 Ha Irigasi Pedesaan : - Ha Pompanisasi : 25 Ha Tadah Hujan : 5 Ha
- Lahan Kering : 20 Ha
Pekarangan : 15 Ha Tegalan/Kebun : 5 Ha Ladang/Huma : - Ha Perkebunan : - Ha Hutan Rakyat : - Ha
Hutan Negara : - Ha Kolam : 0,02 Ha Tambak : - Ha Lahan Terlantar : - Ha
Padang Pengembalaan : - Ha Sungai : - Ha Lain-lain : - Ha
b. Tingkat Keasaman dan Jenis Tanah Tingkat keasaman (pH) lahan pertanian berkisar antara 5,6 s/d 7,0. Jenis
tanah pada lahan pertanian terdiri dari Alluvial, Regosol, Andosol, Latosol dan
sedikit Organosol.
c. Keadaan Suhu dan Kelembaban
Suhu terendah 25,7 0C dan suhu tertinggi 32oC dengan rata-rata
28,80C. Kelembaban tertinggi 69%, terendah 82% dengan rata-75,5%.
e. Keadaan Curah Hujan
Dalam 10 tahun terakhir (2003 – 2015) keadaan curah hujan rata-rata
1877 mm/tahun (1444 mm/bulan) dengan jumlah hari hujan 156 hari/tahun
(13 hari/bulan). Bulan kering (< 50 mm/bulan) terjadi pada bulan Juli, bulan
lembab ( 50 – 100 mm/bulan) terjadi pada bulan Februari, April, Mai, Juni,
Agustus, dan September,sedangkan bulan basah(>100mm/bulan)terjadi bulan
Januari, Maret, oktober, November dan Desember, dengan demikian maka
iklim Desa Cucum tergolong kedalam Tipe Iklim B.
34
f. Komoditi Pertanian yang Diusahakan.
Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim seperti yang diuraikan di atas,
maka di Desa Cucum sangat cocok untuk pengembangan jenis tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan/kehutanan dan cocok pula untuk
budidaya peternakan dan perikanan. Jenis komoditi yang diusahakan oleh
petani adalah:
- Tanaman Pangan : Padi
- Tanaman Hortikultura : Cabe merah, bawang merah, tomat,
pisang, pepaya, kangkung, kacang panjang dan mangga
- Tanaman Perkebunan : Kelapa,dan pinang
- Peternakan : Sapi, kambing, ayam dan itik
- Perikanan : Ikan Nila, gabus
2. Sumberdaya Manusia
a. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga
Jumlah penduduk Desa Cucum adalah 800 Jiwa, Jumlah kepala
keluarga (KK) 210 KK.
b. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Cucum adalah sebagai berikut :
- petani : 90 %
- nelayan : - %
- pedagang : 1,18 %
- tukang : 2,18 %
- P N S/POLRI/TNI : 1,10 %
- lain-lain : 0,81 %
Jumlah 100 %
Di desa Blang Cut untuk mendukung kegiatan agribisnis maka
kelembangaan yang ada hanya Kios Saprotan dua buah. Sedangkan mesin
pertanian yang dimiliki desa antaa lain ; lima buah hand traktror, empat buah
power thresser, dua puluh buah hand sprayer dan empat buah pompa air.
35
3.3.2. Keadaan Produktivitas Padi Sawah dan Pendapatan Petani
Produktivitas padi sawah rata-rata yang dicapai oleh petani 55,18 ku/ha
GKP dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp. 22.072.000,-/ha/musim tanam.
Produktivitas potensial yang dihasilkan melalui demonstrasi plot mencapai 65
ku/ha GKP dengan tingkat pendapatan Rp. 26.000.000,-/ha/musim tanam.
Dengan demikian masih terdapat kesenjangan produktivitas sebesar 9,82
ku / ha GKP (45,93 %) serta kesenjangan pendapatan sebesar Rp. 3.928.000 ,-
/ha/musim tanam.
Terjadinya kesenjangan produktivitas dan pendapatan rata-rata yang
dicapai oleh petani dengan produktivitas dan pendapatan potensial yang cukup
besar tersebut disebabkan karena :
i. Faktor Teknis :
b. Penerapan teknologi penanaman Padi sistem PTT baru mencapai
64,23 % dari jumlah petani yang ada di Desa Cucum yang mau
mengikuti penerapan teknologi ini dan petani yang mau
melaksanakan penanaman padi sawah sesuai dengan petunjuk
Teknis Pertanian.
Komponen teknologi PTT yang masih lemah penerapannya oleh
petani adalah :
- Pemupukan P dan K berdasarkan status hara : 30 %.
- Penggunaan bibit muda : 45 %.
- Pengendalian gulma secara terpadu : 50 %.
- Pengairan berselang : 56,67 %.
- Jumlah bibit per lobang dan sistem tanam : 57,14 %
- Pemberian bahan organik : 59,80 %.
ii. Faktor Sosial :
Kerjasama kelompok dalam kegiatan usahatani padi sawah baru
mencapai rata-rata 15 % terutama dalam :
a. Bidang kegiatan secara berkelompok : 9,25 %
b. Jumlah anggota yang ikut serta dalam kegiatan kelompok : 25,75 %.
iii. Faktor Ekonomi :
Tidak adanya Analisa Usaha Tani yang tepat, sehingga petani
beranggapan sistim tanam legowo tidak menguntungkan.
36
3.3.3. Perkembangan Tanaman
Tanaman padi mulai dari persemaian sampai umur 40 HST menunjukkan
pertumbuhan yang sangat baik. tanaman dipindahkan pada saat berumur 14
hari setelah semai.
Gambar 5. Pertumbuhan tanaman padi pada umur 40 HST
3.4. Demplot Padi Sawah di Desa Meunasah Pulo Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen
3.4.1. Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Peudada adalah salah satu kecamatan sentra produksi padi
untuk Kabupaten Bireuen dengan luas potensi sawah mencapai 2.250 ha.
Kegiatan Demplot Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Mendukung Program UPSUS di laksanakan di Desa Meunasah Pulo di Kecamatan
ini. Desa Meunasah Pulo memiliki luas wilayah 1.008 ha dengan jumlah dusun
10 buah, berpenduduk 2.054 jiwa yang terbagi atas 272 Kepala Keluarga.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani.
Desa ini memiliki tanah pertanian sejumlah 177,5 ha, diantaranya adalah
sawah yang beririgasi setengah teknis sebanyak 80 ha. Memiliki tiga kelompok
tani dewasa dengan jumlah anggota 150 orang, yaitu; Kuta Makmur, Mufakat
dan Selat Malaka yang bergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Makmu Beusare.
Desa Meunasah Pulo mempunyai kelembagaan ekonomi perdesaan yang
mendukung pelaksanaan usahatani yang baik, diantaranya; Koperasi diluar KUD
1 unit, Bank Unit Desa 1 unit, pasar 2 unit dan kios saprodi 2 unit.
Dalam berusahatani padi sawah, desa Meunasah Pulo didukung oleh alat
mesin pertanian (Alsintan) berupa; Hand Sprayer sebanyak 23 unit, 21 unit
37
diantaranya adalah milik petani dan 2 unit milik Dinas Pertanian setempat,
disamping juga memiliki 1 unit traktor milik petani.
3.4.2. Teknologi Eksisting
Budidaya tanaman padi sudah dilakukan oleh masyarakat sejak turun
menurun. Umumnya petani di Desa Meunasah Pulo sudah melakukan beberapa
komponen dasar dan pilihan dari teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
padi sawah, seperti; pengolahan tanah sempurna, penggunaan bibit muda dan
penggunaan varietas unggul baru. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Bireuen melaporkan bahwa produktivitas rata-rata di
Kecamatan Peudada baru 5,9 ton/ha. Produktivitas ini masih memungkinkan
untuk ditingkatkan.
Varietas umum yang digunakan petani adalah Ciherang, dengan system
tanam tegel, penanaman system legowo belum memasyarakat sama sekali
terutama legowo 2: 1. Petani setempat masih beranggapan bahwa penanaman
legowo 2:1 hanya membuang tanah sehingga produksi menurun.
3.4.3. Penerapan Teknologi Demplot
Teknologi yang diterapkan pada demplot adalah teknologi dasar dan
teknologi pilihan yang ada pada komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
padi sawah, yang dipadukan dengan rekomendasi teknologi dalam Kalender
Tanam (KATAM) terpadu. Teknologi yang diaplikasikan meliputi; Penggunaan
varietas unggul baru (VUB) berlabel, Pemberian bahan organic, Pengaturan
populasi tanaman secara optimum melalui system tanam legowo 2 : 1
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman atau status hara tanah, dalam hal
ini sesuai dengan rekomendasi pemupukan pada Kalender Tanam (KATAM)
terpadu dan Pengendalian hama penyakit terpadu.
Disamping teknologi dasar, beberapa teknologi pilihan juga dilaksanakan
dengan baik pada kegiatan demplot, yaitu; Pengolahan tanah sesuai musim dan
pola tanam, Penggunaan bibit muda (< 21 hari), Tanam bibit 1 – 3 batang per
rumpun , Pengairan secara efektif dan efisien, Penyiangan dan Panen tepat
waktu dan gabah segera di rontok.
Berdasarkan Kalender Tanam (KATAM) terpadu, jadwal tanam di
Kecamatan Peudada di prediksikan berkisar antara Mei III – Juni I. Penanaman
38
pada demplot dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2015, yang berarti terlambat
lima hari dari jadwal KATAM. Hal ini disebabkan terlambatnya pengolahan tanah
karena minimnya ketersediaan traktor di lokasi bersangkutan. Varietas yang
digunakan adalah Inpari 30 dengan pola tanam legowo 2:1.
Penggunaan pupuk berdasarkan rekomendasi teknologi KATAM, yaitu;
pupuk majemuk NPK Phonska sebanyak 125kg/ha yang dikombinasikan dengan
pupuk urea 200 kg/ha serta penambahan pupuk organik 2 ton/ha.
3.4.4. Perkembangan Tanaman
Intensifnya perawatan, tanaman padi mulai dari persemaian sampai
panen menunjukkan performance yang sangat baik tanpa ada masalah yang
berarti. tanaman dipindahkan pada saat berumur 14 hari setelah semai.
Gambar 6. Pemindahan bibit padi saat berumur 14 hari setelah semai
Gambar 7. Pada hari ke 22 setelah tanam jumlah anakan rata-rata 28 batang per rumpun dengan tinggi tanaman 50 cm
39
Pengamatan terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman juga dilakukan
pada hari ke 42 setelah tanam. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata anakan
berjumlah 30 per rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 81,75 cm.
Gambar 8. Pengamatan anakan dan tinggi tanaman pada hari ke 42
3.4.5. Produktivitas
Penerapan teknologi melalui pendekatan PTT padi sawah yang
dikombinasikan dengan rekomendasi teknologi Kalender Tanam (KATAM) terpadu
telah memberikan dampak yang signifikan terjadap produktivitas tanaman padi di
Desa Meunasah Pulo Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Produktivitas yang
didapatkan mencapai 7,8 ton/ha, sedangkan produktivitas eksisting sebelumnya
dan petani setempat yang tidak menerapkan tekologi yang didemontrasikan
hanya 5,8 ton/ha.
Gambar 9. Panen padi demplot UPSUS Desa Meunasah Pulo
Demplot teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah
mendukung Program Upsus Di Provinsi Aceh, telah memberikan beberapa
informasi kepada petani, antara lain; pengenalan varietas unggul baru (inpari
40
30), penggunaan pupuk berdasarkan kebutuhan sesuai dengan rekomendasi,
tanam jurong 2 : 1 dan tanam bibit muda. Kegiatan ini diharapkan berdampat
pada peningkatan adopsi teknologi, paling tidak pada beberapa komponen yang
dianggap sesuai oleh masyarakat.
3.5. Pelatihan Petani dan Penyuluh
Dalam rangka mensosialisasikan Teknologi PTT Pajale pada kegiatan
UPSUS maka dilaksanakan kegiatan pelatihan petani dan penyuluh. Tujuan
pelatihan adalah ; (1). untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani
dan penyuluh dalam PTT Pajale sehingga tercapainya peningkatan produktivitas
pertanian terutama padi, jagung dan kedele ; (2). Agar para penyuluh lebih
berperan aktif dalam menyampaikan suatu teknologi dan inovasi baru kepada
petani sehingga program swasembada pangan berkelanjutan dapat terwujud.
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di lokasi demfarm kegiatan UPSUS Aceh
Besar yaitu di Aula BPP Kecamatan Kuta Baro dan Aula BPP Suka Makmur. Pada
kegiatan ini turut hadir Kepala BPTP Aceh, Penyuluh BPTP Aceh, Kepala BPP dan
para penyuluh BPP serta anggota kelompok tani dan petani. .
Pada pelatihan dilaksanakan forum diskusi tentang Inovasi Teknologi
dan kendala yang di hadapi para penyuluh dan petani di lapangan, dimana yang
bertindak sebagai nara sumber adalah Kepala BPTP Aceh, Para Penyuluh dari
BPTP Aceh sebagai berikut :
1. Ir. Basri AB, M.Si dengan Materi Budidaya Padi Sawah Sistem Jajar Legowo
2. Lamhot Edi Pakpahan, SP dengan Materi Teknologi Penangkar Benih Padi
3. Ir. Chairunnas, M.Si dengan Materi Teknologi PTT Kedelai
4. Ir. Ferizal, M.Si dengan Materi Pengukuran Hasil Panen Padi, Jagung, Kedelai
5. Firdaus, SP, M.Si dengan Materi Hama Pengendalian Penyakit
Respon dari petani dan penyuluh setelah pemaparan beberapa materi
dari para nara sumber, yaitu :
1. Kedepannya diharapkan BPTP dapat membantu kelompok tani dalam
memperoleh benih padi, dan petani sangat mengharapkan dari pihak BPTP
melakukan pembinaan berkelanjutan.
2. Peserta sangat mengharapkan pertemuan atau temu lapang, bisa antara
petani, penyuluh, peneliti dari BPTP untuk bisa mentransfer ilmu dan
teknologi yang tepat guna bagi kami.
41
3.6. Pendampingan Kawasan Hortikultura Mendukung UPSUS Gerakan Peningkatan Produksi Bawang Merah Kab. Aceh Besar dan Kab. Aceh Tengah
A. Kawasan Pendampingan Bawang Merah di Kab. Aceh Besar
3.6.1. Keadaan Umum Daerah
Kabupaten Aceh Besar mempunyai luas 2.974,12 km2, sebagian besar
wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Sekitar
10% desa di kabupaten Aceh Besar merupakan desa pesisir. Suhu Udara rata-
rata berkisar antara 26-280C.
Batas Wilayah Kabupaten Aceh Besar meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka / kota Banda Aceh
Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya
Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
Umumnya jenis tanah yang terdapat di kabupaten Aceh Besar berupa
tanah Podzolod Merah Kuning sekitar 31,55%, Podzolod Coklat 13.85%, dan
lainnya terdiri dari Latosol,Alluvial dan Hidromoft Kelabu. Kabupaten Aceh Besar
memiliki kelas kemiringan 40% lebih sebanyak 44,77% dan kelas kemiringan 0-
2% hanya 14,26%. Sedangkan lahan kritis memiliki luas 7.819 Ha.
Kabupaten Aceh Besar mempunyai lahan kering sekitar 108.980 Ha yang
sangat potensial untuk pengembangan sayuan dan tanama obat. Lahan kering
tesebut yang baru diusahakan baru mencapai 53.832 Ha sehingga masih
terdapat 55.148 Ha yang belum diusahakan. Diharapkan dengan adanya kegiatan
pengembangan kawasan Hortikultura di Kabupaten Aceh Besar maka lahan yang
belum diusahakan tersebut bisa menjadi lahan produktif.
3.6.2. Pelatihan Perbenihan bawang merah
Di Propinsi Aceh terutama pada sentra-sentra pengembangan bawang
merah seperti di Kabupaten Pidie, Bener Meriah dan Aceh Tengah, produktivitas
rata-rata masih rendah berkisar 7,87 ton/ha – 10,5 ton/ha (BPS, 2014). Salah
satu penyebab rendahnya produktivitas antara lain karena tidak menggunakan
bibit unggul, atau bibit yang digunakan bukan berasal dari bibit produksi yang
diperbanyak secara khusus. Pada umumnya para petani menggunakan umbi bibit
42
bawang merah yang berasal dari umbi konsumsi yang telah mengalami pecah
dormansi, sehingga kemurnian serta daya tahan terhadap penyakit maupun
kemampuan produksinya masih diragukan, khususnya penyakit yang sebelumnya
menyerang pertanaman bawang, sehingga dikhawatirkan akan terbawa pada
generasi berikutnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh melakukan pendampingan
program akselerasi alih teknologi hortikultura yang dilaksanakan untuk
mendukung program Pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) gerakan
peningkatan produksi bawang merah mengadakan kegiatan Pelatihan
Pebenihan Bawang Merah untuk lebih meningkatkan penggunaan benih
bawang yang bermutu dan bersertifikat di tingkat petani
Pelatihan Perbenihan bawang merah dilaksanakan di desa Lam Manyang
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar yang dihadiri oleh petani bawang
merah, penyuluh pertanian, Petugas lapangan Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar dan Team BPTP
Aceh.
Gambar 10. Pelatihan Perbenihan Bawang Merah di Kec. Peukan Bada
Selanjutnya Ir. T. Iskandar M.Si, selaku Penanggung jawab Kegiatan
menyampaikan materi tentang Pengembangan Perbenihan Bawang merah di
Propinsi Aceh dan mengharapkan kepada petani dan petugas yang mengikuti
pelatihan perbenihan bawang merah pada masa mendatang dapat melakukan
budidaya bawang merah sesuai dengan GAP/SOP dan menggunakan benih
unggul bawang merah sehingga produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.
43
Gambar 11. Penyampaian materi oleh Ir. T. Iskandar. M. Si
Pada kesempatan ini juga disampaikan materi tentang perbenihan bawang
merah oleh Ir. Nurbaiti, M. Si. Diharapkan dengan diadakan pelatihan
perbenihan bawang merah ini petani dan petugas memahami tentang alur
penyedian benih bawang merah, melakukan kegiatan perbanyakan bawang
merah, dan yang paling penting mampu menyediakan benih bawang merah
untuk penanaman sendiri atau untuk kebutuhan petani lainnya. Dan juga
diharapkan menjadi daerah mandiri benih sehingga dapat mencukupi kebutuhan
benih untuk penanaman bawang .
Gambar 12. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si
Selanjutnya Baihaqi SP. dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Kabupaten Aceh Besar
menyampaikan materi tentang persyaratan sertifikasi benih bawang merah. Agak
sedikit berbeda kegiatan penangkaran benih dan kegiatan budidaya bawang
merah, pada kegiatan penangkaran dalam melaksanakan kegiatannya harus
berkoodinasi dengan petugas BPSBTPH untuk setiap tahapan pertumbuhan
tanaman bawang. Kegiatan pertama harus membuat surat permohonan
44
identifikasi lahan calon lokasi penanaman, surat pemohonan pemeriksaan
pendahuluan, Surat permohonan pemeriksaan fase vegetative, kegiatan rouging,
surat permohonan pemeriksaan fase generative, surat pemeriksaan umbi di
gudang dan proses pelabelan.
Gambar 13. Penyampaian materi oleh Baihaqi,SP dari BPSB TPH Prop. Aceh
3.6.3. Kegiatan Temu lapang Bawang merah di Kab. Aceh Besar
Pada kegiatan Pendampingan UPSUS juga diselenggarakan Kegiatan
Temu Lapang yang dilaksanakan di lokasi demplot display varietas yang turut
dihadiri oleh petugas, koordinator BPSB Kabupaten Aceh Besar, kepala Balai dan
Tim BPTP Aceh serta beberapa kelompok tani bawang merah diantaranya
kelompok tani Rasa Sayang, Pande Meh dan kelompok tani Badeuk Meh.
Gambar 14. Diskusi Team BPTP dengan petani bawang merah
Temu Lapang merupakan pertemuan antara petani dengan peneliti
untuk bertukar pikiran dan pengalaman serta belajar atau saling mengajarkan
sesuatu pengetahuan dan ketrampilan untuk diterapkan. Bentuk kegiatannya
ungkapan pengalaman seseorang yang telah berhasil menerapkan suatu
45
teknologi baru dibidang usahataninya.
Gambar 15. Pelaksanaan temu lapang bawang merah
Pada pada acara temu lapang juga disampaikan pentingnya penggunaan
benih unggul Bawang merah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
bawang merah. Kegiatan panen yang dilakukan terhadap tiga varietas bawang
merah yaitu Mentes, Pikatan dan Kramat 1 yang berasal dari Balai Penelitaan
Sayuran.
A. Kawasan Pendampingan Bawang Merah di Kab. Aceh Tengah
1. Keadaan Umum Daerah
Luas wilayah 4.318.390 km2 dengan ketinggian tempat bervariasi antara
200-2.600 m dari permukaan laut, dari jumlah tersebut sebesar 49,23 % dataran
Aceh Tengah berada pada elevasi 750-1.500 m dari permukaan laut. Suhu
berkisar antara 20 – 28 derajat celcius dan curah hujan rata-rata 2.184 mm per
tahun dengan distribusi hampir merata sepanjang tahun, panjang penyinaran
42,86 % dengan kabut 57,14 %, jenis tanah podsolit coklat, podsolit merah
kuning, litosol, komplekpodsolit merah, alluvial, komplek tonzina (batu endapan),
andosol (batuan beku), topsoil dan latosol.
Batas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Bener Meriah
Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues
Sebelah Barat dengan Nagan Raya
46
Di tengah perbukitan tedapat sebuah danau yang disebut Danau Laut
Tawar. Luas danau sekitar 5.472 ha dengan air yang sejuk dan bersih yang
bersumber dari sejumlah mata air dan 21 buah sungai kecil. Danau ini telah
memperindah alam Tanah Gayo, merupakan objek wisata yang sangat menarik.
Tabel 3. Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012
No NNo. Penggunaan Lahan Luas (ha) %
1. Tanah Sawah 7.754 1,75
2. Tegal/kebun 10.871 2.51
3. Ladang/huma 5.601 1.29
4. Perkebunan 52.995 12.24
5. Hutan rakyat 14.726 3.40
6. Padang rumput 42.006 9.70
7. Sementara tidak diusahakan 7.037 1.63
8. Lainnya (hutan negara) 228.956 52.90
9. Lahan bukan pertanian 63.073 14.58
Jumlah 432.839 100.00
Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka 2013
Kabupaten Aceh Tengah memiliki potensi yang cukup besar disektor
tanaman pangan dan hortikultura dan telah berkembang sejak lama yang
didukung oleh potensi alam, kesuburan tanah dan luas lahan yang tersedia
seperti yang terlihat pada Tabel 3.
2. Pelatihan Perbenihan bawang merah
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas antara lain karena tidak
menggunakan bibit unggul, atau bibit yang digunakan bukan berasal dari bibit
produksi yang diperbanyak secara khusus. Pada umumnya para petani
menggunakan umbi bibit bawang merah yang berasal dari umbi konsumsi yang
telah mengalami pecah dormansi, sehingga kemurnian serta daya tahan
terhadap penyakit maupun kemampuan produksinya masih diragukan, khususnya
penyakit yang sebelumnya menyerang pertanaman bawang, sehingga
dikhawatirkan akan terbawa pada generasi berikutnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh melakukan pendampingan
program akselerasi alih teknologi hortikultura yang dilaksanakan untuk
47
mendukung program Pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) gerakan
peningkatan produksi bawang merah mengadakan kegiatan Pelatihan Pebenihan
Bawang Merah untuk lebih meningkatkan penggunaan benih bawang yang
bermutu dan bersertifikat di tingkat petani
Pelatihan Perbenihan bawang merah dilaksanakan di desa Nosar
Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah yang dihadiri oleh petani bawang
merah, penyuluh pertanian, Koordinator Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tengah dan Team BPTP
Aceh.
Gambar 16. Pembukaan Pelatihan Perbenihan Bawang Merah oleh Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Bintang
Selanjutnya Ir. T. Iskandar M.Si, selaku Penanggung jawab Kegiatan
menyampaikan materi tentang Pengembangan Perbenihan Bawang merah di
Propinsi Aceh dan mengharapkan kepada petani dan petugas yang mengikuti
pelatihan perbenihan bawang merah pada masa mendatang dapat melakukan
budidaya bawang merah sesuai dengan GAP/SOP dan menggunakan benih
unggul bawang merah sehingga produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.
48
Gambar 17. Penyampaian materi oleh Ir. T. Iskandar. M. Si
Pada kesempatan ini juga disampaikan materi tentang perbenihan
bawang merah oleh Ir. Nurbaiti, M. Si. Diharapkan dengan diadakan pelatihan
perbenihan bawang merah ini petani dan petugas memahami tentang alur
penyedian benih bawang merah, melakukan kegiatan perbanyakan bawang
merah, dan yang paling penting mampu menyediakan benih bawang merah
untuk penanaman sendiri atau untuk kebutuhan petani lainnya. Dan juga
diharapkan menjadi daerah mandiri benih sehingga dapat mencukupi kebutuhan
benih untuk penanaman bawang .
Gambar 18. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si
49
Selanjutnya Rusli, SP. MM dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Kabupaten Aceh Tengah
menyampaikan materi tentang persyaratan sertifikasi benih bawang merah. Agak
sedikit berbeda kegiatan penangkaran benih dan kegiatan budidaya bawang
merah, pada kegiatan penangkaran dalam melaksanakan kegiatannya harus
berkoodinasi dengan petugas BPSBTPH untuk setiap tahapan pertumbuhan
tanaman bawang. Kegiatan pertama harus membuat surat permohonan
identifikasi lahan calon lokasi penanaman, surat pemohonan pemeriksaan
pendahuluan, Surat permohonan pemeriksaan fase vegetative, kegiatan rouging,
surat permohonan pemeriksaan fase generative, surat pemeriksaan umbi di
gudang dan proses pelabelan.
Gambar 19. Penyampaian materi oleh Rusli ,SP MM.
50
Disamping itu pada acara pelatihan perbenihan juga dikemukakan
kegiatan untuk mendaftarkan varietas local yang sudah beredar di masyarakat
setempat yang dikenal dengan bawang local takengon. Varietas bawang merah
yang sesuai untuk daerah dataran tinggi sangat terbatas ketersediaannya jjika
dibandingkan dengan varietas untuk dataran rendah, untuk itu kegiatan
pendaftaran varietas bawang merah local menjadi salah satu solusi untuk
mengatasi keterbatasan persedian benih yang ditanam oleh petani
Gambar 20. Peserta Pelatihan Perbenihan Bawang Merah
Setelah penyampaian materi di dalam ruangan kegiatan dilanjutkan
dengan kunjungan ke lahan petani untuk melihat langsung kondisi lahan
penanaman bawang yang lokasinya di desa Nosar Kecamatan Bintang.
Temu lapang
Kegiatan Temu Lapang UPSUS bawang merah di Kabupaten Aceh Tengah
dihadiri petani bawang merah yang berasal dari kecamatan Bintang, Koordinator
BP3K kecamatan Bintang, Juanda SP, Koordinator Balai Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB) Kabupaten Aceh Tengah Rusli, SP MM,
koodinator Pengamat OPT kabupaten Aceh Tengah Sulaiman SP, Penyuluh
Pertanian dan Team BPTP Aceh.
Pada Temu Lapang ini Kepala BPP memberikan kata sambutan dimana
beliau sangat senang dan antusias sekali , harapan beliau kepada peserta pada
kesempatan yang baik ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan serius mengikutinya
kegiatan ini dan berharap kiranya ilmu yang didapat dari Temu Lapang UPSUS
Bawang merah tersebut bermanfaat bagi anggota kelompok tani dilapangan.
Pada kesempatan ini koordinator BP3K kecamatan bintang mengemukan
permasalahan tentang permasalahan tentang ketersediaan benih bawang merah.
51
Petani bawang merah di Kabupaten Aceh Tengah khususnya di Kecamatan
Bintang menggunakan benih bawang merah local yang di tanam lansung oleh
petani. Kedepannya diharapkan benih lokal bawang merah ini dapat didaftarkan
ke Kementrian Pertanian sehingga dapat diakui keunggulannya dan bersertifikat.
Gambar 21. Temu Lapang kegiatan Pendampingan UPSUS Bawang merah
Ir. Masna Manurung MP yang merupakan penyuluh pertanian menyatakan
bahwa dengan tidak bersertifikatnya benih local membawa kerugian kepada
petani. Dicontohkan pada kegiatan kan pengembangan bawang merah yang
dananya bersumber dari APBN-P yang memasukkan semua saprodi kebutuhan
budidaya bawang merah termasuk benih dalam Rincian anggaran Biaya (RAB).
Dengan tdk adanya setifikat bawang merah local sehingga kebutuhan benih
merah tidak dapat diakomodir dan untuk mencari benih bawang merah
bersertifikat yang sesuai untuk dataran tinggi sangat sulit dan terbatas, akhirnya
dana dialihkan untuk pengadaan saprodi lainnya. Seperti diketahui komponen
benih bawang merah merupakan komponen terbesar dalam melakukan budidaya
bawang merah.
Selanjutnya Koordinator BPSBTPH Kabupaten Aceh Tengah, Rusli, SP.MM
menyampaikan bahwa untuk melakukan pendaftaran Varietas Tanaman
Hortikultura harus mengikuti beberapa persyaratan khusus diantaranya adalah
melakukan pemurnian varietas bawang merah, menyusun deskripsi sementara
bawang merah, melakukan uji adaptasi untuk melihat keunggulan dari varietas
bawang merah yang akan didaftarkan ke Pusat Pendaftaran Varietas Tanaman
Kementerian Pertanian.
52
Bptp Aceh sebagai salah satu lembaga Litbang mencoba memfasilitasi
untuk melakukan proses pendaftaran varietas bawang merah ini dan diharapkan
pada tahun 2016 UPTD Balai Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Aceh dapat melakukan uji adaptasi terhadap varietas bawang merah
dengan melakukan penanaman bawang merah local dan bawang merah yang
sesuai pertumbuhannya di dataran tinggi sudah dilepas oleh Kementrian
Pertanian. Dengan adanya Uji Observasi yang merupakan salah satu tahapan
yang harus dilaksanakan untuk mendaftarkan varietas hortikultura.
Dalam pertemuan kegiatan temu lapang ini juga mengemuka nama yang
akan digunakan untuk varietas local bawang ini dan peserta kegiatan sepakat
untuk menamakanva dengan nama Lassun Gayo sehingga nama dataran tinngi
Gayo kembali digunakan untuk varietas local bawang merah
3.7. Percepatan Diseminasi Budidaya Kakao Sehat
Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
A. Geografis
Kabupaten Nagan Raya merupakan Kabupaten Pemekaran dari
Kabupaten Aceh Barat dengan Ibu Kota Suka Makmue yang dibentuk dengan
undang-undang Nomor 4 Tahun 2002.
Kabupaten Nagan Raya terletak pada 03°40’ - 04°38’ Lintang Utara dan
96°11’ - 96°48 Bujur Timur dengan luas wilayah 3.363,72 Km² (336.372 hektar)
dengan batas-batas sebagai berikut (Gambar 5) :
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah
b. Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia
c. Sebelah Timur dengan Kabupaten Gayo Luwes dan Aceh Barat Daya
d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat
53
Gambar 22. Peta Kabupaten Nagan Raya
Wilayah Kabupaten Nagan Raya adalah wilayah yang sangat cocok untuk
budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus.
Salah satu cuaca yang sangat signifikan untuk budidaya pertanian adalah tingkat
curah hujan, dimana untuk setiap tahunnya jumlah curah hujan yang terjadi
sebesar 3.301,9 mm atau rata-rata 275,2 mm setiap bulannya. Selain
ketersediaan hamparan sawah yang cukup luas dan potensial, dengan
berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah
yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkatan
produksi tanaman perkebunan dan kehutanan serta mempunyai peluang besar
bagi peningkatan potensi kelautan. Karena hampir sepanjang garis pantai yang
ada, merupakan daerah potensi perikanan laut yang masih belum dikelola secara
optimal.
B. Topografis
Secara Topografis, Kabupaten Nagan Raya dibagi menjadi 8 Kecamatan,
27 Kemukiman dan 222 Desa. Wilayah daratan tinggi berupa pegunungan yang
merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan daratan rendah dengan
54
berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai
membujur dari arah barat ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai
biota laut. Luas daerah pengairan dari sungai-sungai di Kabupaten Nagan Raya
sebagian besar digunakan untuk mendukung kegiatan bidang pertanian dan
perkebunan yang merupakan salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Nagan
Raya.
C. Kondisi Iklim
Kondisi iklim di Kabupaten Nagan Raya memiliki 2 (dua) musim yaitu
musim kamarau dan musim penghujan. Namun demikian secara umum
perbedaan waktu antara musim kemarau dan musim penghujan tidak membawa
dampak berarti bagi pengembangan pertanian di Kabupaten Nagan Raya.
Adapun rata-rata curah hujan selama setahun angkanya berkisar antara 5 mm –
15 mm, terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni. Sedang bulan Juli sampai
dengan Desember angkanya berkisar antara 1 mm – 18 mm. sedang bulan-bulan
lain angka rata-rata suhu udara yang terjadi pada kisaran 27 derajat celcius.
Kisaran angka-angka dalam ukuran tersebut merupakan tingkat kedinginan satu
wilayah yang cukup ideal bagi pengembangan bidang pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Namun dalam dua tiga tahunini kondisi iklim di Kabupaten Nagan
Raya tidak menentu, ini disebabkan karena terjadinya Pemanasan Global
deseluruh dunia. Kondisi seperti ini tidak sepenuhnya mempengaruhi aktifitas
masyarakat pada bidang pertanian, perkebunan, kehutanan maupun pada bidang
kelautan oleh para masyarakat pesisir pantai.
D. Gambaran Umum Demografis
Kabupaten Nagan Raya merupakan Kabupaten baru yang dimekarkan dari
Kabupaten induk yaitu Kabupaten Aceh Barat. Awalnya Kabupaten Nagan Raya
terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan pada tahun 2004 dimekarkan menjadi 8
(delapan) Kecamatan, namun didalam melakukan pendataan penduduk sampai
dengan tahun 2006 masih didata pada Kecamatan induk yaitu pada 5 (lima)
Kecamatan awal. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk
diharapkan dapat memprediksi perkembangan penduduk pada setiap tahunnya
dan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan kebijakan pemerintah daerah
dalam berbagai bidang. Selengkapnya dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Nagan Raya pada Tabel 4.
55
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nagan Raya
NO KECAMATAN
PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN
(individu)
2006 2007 2008 2009
1 Beutong 12.973 13.131 13.815 14.431
2 Seunagan Timur 11.375 11.989 12.130 12.315
3 Seunagan 25.578 14.567 15.093 15.374
4 Suka Makmue 10.889 10.916 9.290
5 Kuala 34.965 17.935 18.071 18.116
6 Kuala Pesisir 13.416 13.554 13.620
7 Tadu Raya 11.316 11.567 11.688
8 Darul Makmur 46.732 50.256 52.291 52.717
Jumlah 131.623 143.519 144.959 146.651
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nagan Raya 2014
1.3. Kondisi terkini kebun kakao di lokasi kegiatan
Beberapa permasalahan yang dihadapi petani kakao di Desa Lung Tgk
Ben Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya antara lain: (a) penggunaan benih
asalan, belum banyak menggunakan benih klonal, (b) masih tingginya serangan
hama PBK (penggerek buah kakao), hingga saat ini belum ditemukan klon kakao
yang tahan terhadap hama PBK, (c) budidaya masih dengan cara tradisional dan
(d) umur tanaman kakao sebagian besar sudah tua, di atas 20 tahun jauh di atas
usia paling produktif 13-19 tahun.
Bibit kakao yang ditanam petani di lokasi pengkajian berasal dari Medan
Sumatera Utara. Menurut Badan Ketahanan Pangan Aceh Timur, bibit kakao
yang di salurkan kepada petani tidak jelas asal usulnya (bukan klon unggul),
sehingga produktivitas rendah dan banyak terserang busuk buah dan penggerak
buah kakao (Gambar 23).
Gambar 23. Kondisi tanaman kakao masyarakat Desa Lung Tgk Ben
56
Kenyataan di lapangan banyak kebun kakao rakyat sudah ditinggalkan
oleh petani atau tidak terawat lagi. Para petani kecewa dan putus asa, karena
kebanyakan buah pentil berubah menjadi hitam kekeringan dan satu persatu
berguguran. Malah ada petani telah mengganti tanaman kakao dengan sawit.
Sebelum dilakukan kegiatan UPSUS Perkebunan, petani kakao masih
tertinggal di bidang teknis budidaya seperti penggunaan bibit unggul, cara
perbanyakan bahan tanam dengan setek, sambung pucuk dan okulasi. Di
samping itu informasi sambung samping untuk merahabilitasi tanaman yang
sudah tidak produktif belum pernah dilakukan. Sementara itu pemangkasan
pohon pelindung dan tanaman kakao tidak dilakukan. Petani beranggapan setiap
cabang dan ranting tanaman kakao akan menghasilkan buah, akibatnya jika
dilakukan pemangkasan.
Salah satu budidaya kakao yang paling penting adalah pemupukan.
Kenyataan di lapangan bertolak belakang, sejak tanaman kakao ditanam tidak
pernah dipupuk, tanaman tumbuh kerdil dan terserang hama penyakit. Petani
beranggapan tanaman cokelat tidak perlu dipupuk karena daun-daunnya akan
menjadi pupuk.
Berdasarkan permasalahan dan kebiasaan petani kakao di lokasi kegiatan,
maka BPTP Aceh melakukan kegiatan sub UPSUS berbasis kakao untuk
mempercepat adopsi teknologi di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Di
samping tanaman kakao yang produktivitas rendah, permasalahan lain adalah
tidak ada sumber tanaman klon unggul yang diketahui oleh petani, sehingga
petani menanam bibit kakao yang tidak jelas asal usulnya.
1.4. Peningkatan Kapasitas
Guna mengatasi permasalahan di lapangan, BPTP melalui kegiatan UPSUS
Pendampingan perkebunan berbasis komoditi kakao melakukan peningkatan
kapasitas sumberdaya manusia. Sebanyak 65 petani kakao dan penyuluh
pertanian Kecamatan Kuala mengikuti pelatihan perbanyakan bahan tanam
unggul kakao secara vegetatif seperti okulasi, sambung pucuk, sambung
samping dan setek (Gambar 24 ).
57
Gambar 24. Foto bersama peserta pelatihan di lahan kebun kakao petani Desa Lung Tgk Ben Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya
Pelatihan yang dilaksanakan di Desa Lung Tgk Ben kerjasama BPTP Aceh
dengan Pemkab Nagan Raya bertujuan untuk memberdayakan petani kakao di
Nagan Raya dalam mengembangkan tanaman kakao untuk meningkatkan
produksi karena kondisi kakao selama ini di wilayah tersebut tidak lagi produktif
dengan produktivitas rata-rata di bawah 300 kg/ha/thn.
Petani yang dilatih berasal dari desa yang potensial kakao yakni Lung Tgk
Ben, Simpang Peut, Porwodadi, dan Kuala Tuha, didampingi 5 penyuluh
pertanian. Materi pelatihan yang diperoleh selama pelatihan diharapkan dapat
ditranfer kepada para petani lain di desa mereka masing-masing, sehingga
proses transfer teknologi budidaya kakao cepat sampai di kebun petani (Gambar
25).
Gambar 25. Peserta pelatihan sedang mempraktekkan sambung samping
58
Pelatihan tersebut terdiri dari teori dan praktek dengan menghadirkan
narasumber dari BPTP Aceh, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Nagan Raya,
Bapelluh Kabupaten Nagan Raya.
Pelatihan tersebut meskipun sangat singkat, namun dirasakan manfaat
oleh peserta. Para peserta mengaku pelatihan tersebut sangat berguna bagi
mereka berupa teori budidaya kakao dan praktek seperti pengenalan klon
unggul, perbanyakan secara generatif dan vegetatif, pemangkasan dan
pengendalian OPT. Selama ini para petani sudah putus asa karena buah kakao
diserang hama dan penyakit yang tidak mampu dikendalikan, umumnya kebun
kakao berubah menjadi hutan dan tidak dapat dipanen, ada pula yang
menggantikan kakao dengan tanaman lain.
Gambar 26. Penanggung Jawab lapangan UPSUS Perkebunan Kakao Firdaus, SP., M.Si, memberikam materi pelatihan
Sementara itu penyuluh senior dari Bapelluh Kabupaten Aceh Timur Ir.
Tajuddin mengatakan umumnya penyebab rendahnya produktivitas kakao di
Pante Bidari karena pengetahuan petani tentang teknis budidaya kakao seperti
pengenalan klon-klon unggul, perbanyakan bahan tanam, pemangkasan,
pengelolaan hama dan penyakit masih terbatas, sehingga produksi sangat
rendah. Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani
bertambah 25%.
3.8. Diseminasi Pengembangan Kawasan Peternakan berbasis Sapi
Potong
59
a. Penanaman Rumput Gajah
Jenis rumput unggul yang diintroduksi adalah rumput potong jenis
rumput gajah seluas 2 ha. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu
dilakukan pengolahan tanah yang dilakukan dengan menggunakan traktor.
Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara ditabur merata
dengan takaran 2 ton per hektar, kemudian dicangkul dan digaru agar
bercampur merata dengan tanah.
Penanaman rumput gajah dilakukan dengan menggunakan stek yang
panjangnya 3 ruas. Stek yang digunakan mempunyai lingkar batang yang ideal
dengan panjang ruas berkisar antara 21 - 26 cm. Sebelum dilakukan penanaman
semua stek terlebih dahulu diletakkan di tempat yang teduh selama dua malam
dan dilakukan penyiraman pagi dan sore. Stek yang telah terlihat bakal tunas
dan akarnya ditanam dengan cara membenamkan sedalam 1 ruas. Setiap lubang
ditanam dengan 1 atau stek dengan posisi agak miring dengan jarak tanam 50
cm x 50 cm.
Penyiraman dilakukan jika dianggap perlu terutama pada musim kering.
Penyiangan dilakukan juga jika dianggap perlu terhadap gulma yang dilakukan
secara manual dengan cara mencabut setiap gulma yang terdapat pada petakan
rumput.
b. Penanaman Gamal
Tanaman leguminosa pohon telah dikenal memiliki potensi sebagai
sumber pakan berkualitas tinggi, terutama selama musim kering saat mana
ketersediaan hijauan rumput menurun tajam. Gamal adalah salah satu jenis
tanaman leguminosa pohon penting bagi ternak ruminansia.
Penanaman gamal dapat dilakukan tanpa olah tanah. Tanaman gamal
ditanam di hamparan dan juga sebagai tiang pagar. Penanaman dilakukan
dengan menggunakan stek batang atau biji. Stek batang yang baik berasal dari
batang bawah, dan tengah yang telah berumur lebih dari 12 bulan. Diameter
stek yang ideal berkisar antara 3-5 cm dan panjang stek 50 cm. Stek terlebih
dahulu disemaikan dalam kantong plastik. Setelah bertunas 15-20 cm tingginya
(berumur 2-3 bulan) dapat ditanam langsung di lapangan. Jarak tanam dengan
jarak antara barisan 1-2 m. Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan.
60
Panen pertama pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur
1 tahun. Selang waktu atau interval pemotongan selanjutnya setiap 3 bulan
sekali. Rata-rata produksi hijauan segar berkisar 2-5 kg per potong per pohon.
Pemberian pupuk kandang atau pupuk buatan seperti pupuk P sebanyak 35-40
kg per hektar per tahun. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk layu.
Banyaknya pemberian daun gamal untuk ternak dewasa tidak lebih dari 5 kg per
ekor per hari.
c. Indigofera
Salah satu jenis tanaman leguminosa pohon yang belum banyak
dieksplorasi adalah Indigofera sp. Sekitar tahun 1900 tanaman Indigofera sp
dibawa oleh kolonial Eropa ke Indonesia. Tanaman Indigofera sp tergolong
leguminosa merupakan tanaman dari kelompok kacangan dengan genus
Indigofera berbentuk pohon dengan ukuran sedang. Tumbuh tegak, jumlah
cabang banyak, akar dapat menembus tanah cukup dalam. Ciri khas tanaman ini
adalah warna daun hijau terang pada bagian permukaan dan umur 12 bulan
sudah berbunga dengan bunga berwarna unggu.
Pada umur 12 bulan tinggi tanaman dapat mencapai 2 meter dengan
diameter batang 18-20 cm. Dapat tumbuh dengan baik pada daerah sampai
ketinggian 1200 m dari permukaan laut, pada tanah yang kurang subur dan
tahan terhadap musim kemarau yang panjang.
Tanaman Indigofera sp dapat dikembangkan dengan menggunakan biji,
tidak dapat diperbanyak dengan menggunakan steak (batang). Biji disemaikan
lebih dahulu di dalam polybag selama 60 hari kemudian setelah tumbuh lalu
ditanam. Tingkat pertumbuhan penanaman dengan biji sekitar 80%. Produksi
Indigofera sp pada saat tanaman berumur satu tahun dengan jarak tanam 1 x
0,5 meter dapat menghasilkan produksi bahan kering 33,25 ton/ha/thn dengan
interval pemotongan 3 bulan sekali dengan tinggi pemotongan 1,5 m di atas
permukaan tanah. Setelah pemangkasan 1,5 meter setiap pohon rata-rata
tumbuh 28 tunas dengan rasio/perbandingan daun dengan batang 0.72.
Tanaman Indigofera sp merupakan jenis leguminosa yang kaya akan
protein, kalsium dan fosfor. Kandungan nutrisi tanaman Indigofera sp berumur 1
tahun dengan interval pemotongan 3 bulan terkandung protein kasar rata-rata
23,20%, bahan organik 90,68%, NDF 36,72%, fosfor 0,83% dan kandungan
kalsium 1,23%. Dengan kandungan nutrisi tersebut, tanaman Indigofera sp
61
sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia sepanjang
tahun.
Pemanfaatan tanaman Indigofera sp pada pakan ternak ruminansia dapat
diberikan dengan beberapa teknologi di antaranya pemberiaan tanaman
Indigofera sp segar dicampur dengan rumput lapang atau jenis rumput yang
diintroduksi.
d. Kaliandra
Kaliandra merupakan salah satu leuguminosa pohon atau semak yang
memiliki beberapa spesies. Kaliandra yang ditanam pada kegiatan ini adalah jenis
kaliandra bunga merah (Calliandra calothyrsus) sebanyak 500 batang. Pada
kegiatan ini pengembangan kaliandra dengan menggunakan biji dengan tahapan
kerja sebagai berikut:
Ujung biji kaliandra potong dengan gunting, di bagian yang lancip.
Selanjutnya di rendam dalam air panas (80o C) selama 1 menit
Tanam pada persemaian (pasir + tanah subur dengan perbandingan 1 :1)
dengan posisi bagian yang sudah dipotong pada bagian bawah
Pindahkan pada polybag setelah keluar 3 daun
Dipindah lapang setelah umur tanaman mencapai 3 minggu pada waktu mulai
musim hujan, dan tanah telah dipersiapkan (1 kali cangkul dan 1 kali garu).
Jarak untuk menanam tanaman kaliandra:
Sebagai kebun tunggal , jarak tanam 2 x 0.5 m atau 1 x 1 m
Sebagai pagar hidup, jarak tanam tanaman kaliandra 0,5 m
Sebagai padang gembala jarak tanam 2 x 8 m
Untuk panen awal, tanaman kaliandra dapat dipotong pada ketinggian sudah
mencapai 3-5 meter.
Setalah mencapai satu tahun biasanya sudah bisa untuk panen tahap
pertama.
Jarak panen tanaman kaliandra yaitu sekitar 12 minggu sekali.
Cara memenen tanaman kaliandra dengan memangkas atau memotong
bagian tanaman serata mungkin dan pada ketinggian tertentu.
Pada tahap awal pemanenan kaliandra dipotong setinggi 75 cm dan
seterusnya pada tinggi potong 100cm
Jangan ada pemotongan batang utama secara berulang.
62
Tanaman kaliandra bisa dimanfaatkan 50% sebagi pengganti hijauan atau
rumput untuk sapi.
3.9. Rekapitulasi data-data UPSUS Peningkatan Pajale di Kabupaten
Tabel 5. Luas baku sawah, luas tanam padi dan realisasi tanam padi per Kabupaten
No KABUPATEN
LUAS BAKU
SAWAH 2014
(HA)
LUAS SAWAH
DITANAMI
PADI 2014
SASARAN TANAM PADI
TAHUN 2015
REALISASI
TANAM PADI
TAHUN 2015
IP 2015
CAPAIAN
TANAM 2015
PERSENTASE
REALISASI TANAM
1 SIMEULUE 10.927 4.26 8.571 5.735 0.52 -2.836 66.91%
2 ACEH SINGKIL 2.308 1.078 3.519 1.598 0.69 -1.921 45.41%
3 ACEH SELATAN 15.187 1.3913 28.288 14.730 0.97 -13.558 52.07%
4 ACEH TENGGARA 14.106 1.2494 21.848 21.630 1.53 -218 99.00%
5 ACEH TIMUR 35.065 35.065 61.502 54.438 1.55 -7.064 88.51%
6 ACEH TENGAH 8.252 7.94 9.606 8.687 1.05 -919 90.43%
7 ACEH BARAT 18.589 14.631 27.100 25.660 1.38 -1.440 94.69%
8 ACEH BESAR 31.845 2.9057 48.372 44.816 1.41 -3.556 92.65%
9 PIDIE 29.759 29.659 48.702 42.475 1.43 -6.227 87.21%
10 BIREUN 22.601 22.541 45.005 44.454 1.97 -551 98.78%
11 ACEH UTARA 45.485 44.719 87.100 74.927 1.65 -12.173 86.02%
12 ACEH BARAT DAYA 11.837 11.673 21.042 21.713 1.83 671 103.19%
13 GAYO LUES 7.746 7.534 11.053 10.470 1.35 -583 94.73%
14 ACEH TAMIANG 16.488 16.305 31.955 31.386 1.90 -569 98.22%
15 NAGAN RAYA 17.899 15.684 30.855 25.054 1.40 -5.801 81.20%
16 ACEH JAYA 13.824 12.254 20.755 16.860 1.22 -3.895 81.23%
17 BENER MERIAH 2.105 1.925 3.070 2.166 1.03 -904 70.55%
18 PIDIE JAYA 13.824 8.739 18.477 16.282 1.86 -2.195 88.12%
19 BANDA ACEH 2.105 73 182 111 1.08 -71 60.99%
20 SABANG 0 0 0 1 - 1 -
21 LANGSA 1.925 1.925 2.834 2.944 1.53 110 103.88%
22 LHOKSEUMAWE 2.070 1.654 2.699 2.506 1.21 -193 92.86%
23 SUBULUSSALAM 4.094 1.459 2.048 2.049 0.50 1 100.05%
JUMLAH 320.979 294.129 534.583 470.692 1.47 -63.891 160.03%
Tabel 6. Sasaran tanam, jumlah realisasi tanam dan selisih tanam jagung per Kabupaten
No KABUPATEN SASARAN TANAM
TAHUN 2015 (HA)
JUMLAH REALISASI TANAM
SELISIH TANAM
1 SIMEULUE 80 0 -80 2 ACEH SINGKIL 550 197 -353 3 ACEH SELATAN 13,000 10,639 -2,361 4 ACEH TENGGARA 25,617 27,954 2,337 5 ACEH TIMUR 15,000 1,696 -13,304 6 ACEH TENGAH 1,140 106 -1,034 7 ACEH BARAT 100 163 63 8 ACEH BESAR 2,000 1,594 -406 9 PIDIE 1,578 263 -1,315 10 BIREUEN 1,900 1,870 -30 11 ACEH UTARA 2,013 2,920 907 12 ACEH BARAT DAYA 1,000 187 -813 13 GAYO LUES 6,000 1,511 -4,489 14 ACEH TAMIANG 5,757 1,274 -4,483 15 NAGAN RAYA 1,318 195 -1,123 16 ACEH JAYA 1,500 1,182 -318 17 BENER MERIAH 1,034 496 -538 18 PIDIE JAYA 1,350 482 -868 19 BANDA ACEH - 0 0 21 LANGSA 13 5 -8 22 LHOKSEUMAWE 58 29 -29 23 SUBULUSSALAM 1,630 1,152 -478
JUMLAH 82,658 53,945 -28,713
63
Tabel 7. Sasaran tanam, jumlah realisasi dan selisih tanam kedelai per kabupaten
No KABUPATEN SASARAN TANAM TAHUN 2015 (HA)
JUMLAH REALISASI TANAM
SELISIH TANAM
1 SIMEULUE - 0 0
2 ACEH SINGKIL 300 0 -300
3 ACEH SELATAN 700 1,126 426
4 ACEH TENGGARA - 0 0
5 ACEH TIMUR 15,000 11,536 -3,464
6 ACEH TENGAH 734 642 -92
7 ACEH BARAT 500 45 -455
8 ACEH BESAR 1,000 766 -234
9 PIDIE 3,000 2,897 -103
10 BIREUEN 32,050 9,077 -22,973
11 ACEH UTARA 11,322 8,180 -3,142
12 ACEH BARAT DAYA 2,000 0 -2,000
13 GAYO LUES 514 9 -505
14 ACEH TAMIANG 8,306 3,303 -5,003
15 NAGAN RAYA 3,534 72 -3,462
16 ACEH JAYA 2,000 921 -1,079
17 BENER MERIAH 500 14 -486
18 PIDIE JAYA 6,000 1,692 -4,308
19 BANDA ACEH - 0 0
20 SABANG 13 14 1
21 LANGSA - 0 0
22 LHOKSEUMAWE 105 0 -105
23 SUBULUSSALAM 250 53 -197
JUMLAH 87,828 40,347 -47,481
64
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Peningkatan produktivitas tanaman padi dapat dilakukan melalui pendekatan
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yang
dikombinasikan dengan penerapan teknologi Kalender Tanam (KATAM)
Terpadu
2. Demontrasi teknologi mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan
dan mendekatkan teknologi/sosialisasi kepada pengguna.
3. Kegiatan UPSUS berbasis budidaya Kakao telah diadopsi oleh petani kakao
di Desa Lung Tgk Ben Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Petani
kakao sudah bisa memperbanyak bahan tanam kakao unggul dengan cara
sambung pucuk, setek, okulasi, dan meremajakan kebun kakao sendiri
dengan teknik sambung samping klon unggul, sehingga diharapkan nantinya
terjadi peningkatan produktivitas kakao.
4.2. Saran
Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan tingkat adopsi serta
mendukung Program Khusus (UPSUS) padi sawah di Provinsi Aceh, demontrasi
teknologi merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mendekatkan inovasi teknologi kepada pengguna.
65
DAFTAR PUSTAKA
Annonimous. 2015. Pedoman Teknis GPPTT Padi 2015. Badan Litbang Pertanian, 2011. Panduan Umum Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), Badan Litbang Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Pedoman Umum Dukungan Inovasi Teknologi
dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. 35 hal. BPS. 2014. Aceh Besar Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. BPS. 2014. Aceh Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. BPS. 2014. Aceh Tengah Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2009. Standar Prosedur Operasional
(SPO) Produksi Benih Bawang Merah Bawang Merah. Ditjen Produksi Hortikultura . Jakarta.
Putrasamedja, S. 2013. Varietas Unggul Bawang Merah. Balai Penelitian Sayuran
Lembang. Bandung.