laporan akhir basis data 2012 - irigasi.info

102
PANGKAL G LAPORAN AKHIR LAN DATA DAN SISTEM INFORM GEOGRAFIS BIDANG IRIGASI TAHUN ANGGARAN 2012 Desember, 2012 MASI

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

PANGKALAN

GEOGRAFIS

LAPORAN AKHIR

PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS BIDANG IRIGASI

TAHUN ANGGARAN 2012

Desember, 2012

DATA DAN SISTEM INFORMASI

Page 2: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air i

KATA PENGANTAR

Laporan ini merupakan gambaran hasil dari kegiatan Pangkalan Data dan

Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi yang dilaksanakan oleh Balai Irigasi,

Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan,

Kementerian Pekerjaan Umum yang dibiayai oleh APBN tahun anggaran 2012.

Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data irigasi

permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem Informasi Geografis

Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk menunjang tersusunnya buku

data daerah irigasi sebagai katalog irigasi.

Kami berharap semoga hasil dari kegiatan ini dapat digunakan sebagai

dasar dalam pengambilan kebijakan oleh pimpinan terkait dengan kondisi daerah

irigasi terkini.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu

terlaksananya kegiatan ini. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk

menyempurnakan laporan ini.

Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air

Ir. Bambang Hargono, Dipl.HE, M.Eng

NIP. 19540425 198012 1 002

Page 3: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air ii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diberikan pengesahan penyelesaian penyusunan Laporan Akhir dengan

Judul: “PANGKALAN DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BID ANG

IRIGASI” di bawah pembinaan Balai Irigasi.

Mengetahui/Menyetujui, Bekasi, Desember 2012

Penanggungjawab Kegiatan, Ketua Tim,

Ir. Dwi Kristianto, M.Eng Widya Utaminingsih, SP NIP: 19651016 199303 1 002 NIP: 19850205 200801 2 006

Page 4: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air iii

LEMBAR PERSETUJUAN Telah diberikan persetujuan penyusunan Laporan Akhir Tahun Anggaran 2012,

setelah dilakukan evaluasi oleh Tim Evaluator Balai untuk :

Judul Kegiatan : Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang

Irigasi

(tahun ke 3 dari 5 tahun)

Kelompok : Program Litbang : 1. Ketahanan Pangan dan Air 2. Peningkatan Kualitas Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 3. Pengelolaan Bencana yang terkait dengan Air 4. Peningkatan Kualitas Data dalam Pengelolaan SDA 5. Peningkatan Akses Partisipasi Masyarakat dalam rangka

Pengelolaan

Capaian Kegiatan : Fisik 100%, Keuangan 98.87 %

Output Kegiatan : Model Sistem Pangkalan Data dan SIG Bidang Irigasi

(indikasi tercapai/ tidak tercapai) *

Ketua Tim : Widya Utaminingsih, SP

Bekasi, Desember 2012 Mengetahui/Menyetujui

Tim Evaluator Balai Irigasi

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1. Wildan Herwindo, ST, SIP, MT Ketua KJF

........................

2. Subari, ME Peneliti Madya

........................

3. Marasi Deon Joubert, ST, MPSDA

Kepala

Seksi Penelitian dan

Pengembangan

........................

Page 5: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air iv

LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA

Ketua : Widya Utaminingsih, SP

Pengendali Teknik : Ir. Muqorrobin

Anggota : Marasi Deon Joubert, ST,MPSDA

Dewi Arifianty A, SP

Bambang Misgiyanta, SST

Indri Swatini Setianingwulan, ST

Hanhan Ahmad Sofituddin, STP

Dadan Rahmandani, ST

Joko Triyono, STP

Nur Choiri, ST

Winarsih

Agus Setianto

Parmin, SIP

Sulardi, S.Sos

Eni Widiarti, Amd.

Mapilindo, AMd

M.Paisal, Amd

Santi Lestari, S.Sos

Page 6: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air v

ABSTRAK

Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.

390/KPTS/M/2007 adalah 7.469.796 ha yang terbagi kedalam 33.210 Daerah Irigasi dengan jumlah hampir 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat luas dan banyaknya daerah irigasi di Indonesia, maka perlu dibangun sebuah sistem untuk pengelolaan data keirigasian yang terstruktur dengan baik. Penyusunan Sistem basis data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan penyusunan pangkalan basis data maupun dengan penyusunan data spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis sehingga dapat digunakan dengan mudah dalam pengambilan keputusan berdasarkan lokasi geografis. Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data Irigasi baik irigasi permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi sebagai katalog irigasi. Kegiatan ini dilakukan dengan survei dan pengumpulan data irigasi permukaan dan mikro kemudian dianalisa dan diinput kedalam software (Sistem Informasi Data Dasar Irigasi) SIDDI dan dievaluasi perubahan luasannya untuk usulan penyesuaian data pada Kepmen 390/KPTS/M/2007. Survei dan Pengumpulan data pada tahun 2012 dilakukan di BWS Sumatera I, BWS Sumatera II, BWS Sumatera III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatera V, BWS Sumatera VI, BBWS Sumatera VIII, BWS Kalimantan I, BWS Kalimantan II, BWS Kalimantan III, BBWS Pompengan Jeneberang, BWS BWS Nusa Tenggara I dan Nusa Tenggara II. Hasil yang diperoleh adalah data luasan penerapan irigasi mikro di Indonesia yaitu 8.817,15 Ha yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Untuk sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi diperlukan penyesuaian data daerah irigasi kewenangan pusat. Dari 133 daerah irigasi seluas 893.776 Ha menurut Kepmen 390/KPTS/M/2007 perlu penyesuaian data menjadi 147 daerah irigasi seluas 1.067.772 ha.

Kata Kunci :Data, Sistem Informasi Geografis, Daerah Irigasi,Irigasi

Page 7: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air vi

ABSTRACT Irrigation Area widespread in Indonesia by Decree of minister of Public Works No. 390/KPTS/M/2007 was 7,469,796 ha, divided into 33,210 Irrigation area with almost 6000 Watershed (DAS). Given the large and the number of irrigation areas in Indonesia, it is necessary to build a system for irrigation data management well structured. Preparation of a database system can be done in various ways, namely the preparation of database and spatial data using Geographic Information System so that it can be used easily in make decisions based on geographic location. The purpose of this activity was to establishment of data base both irrigation micro irrigation and surface irrigation and the availability of Geographic Information System for Water Resources to support completion of irrigation data book catalog irrigation area as irrigation. This activity is done with the survey and data collection surfaces and micro irrigation was analyzed and input into the software (Basic Data Information System of Irrigation) and evaluated changes to the proposed adjustments to its range data by Decree of Minister of Public Works No.390/KPTS/M/2007 Surveys and data collection conducted in 2012 in, BWS Sumatera I, BWS Sumatera II, BWS Sumatra III, BWS Sumatera IV, BWS Sumatra V, BWS Sumatra VI, BBWS Sumatera VIII, BWS Kalimantan I, BWS Kalimantan II, BWS Kalimantan III, BBWS Pompengan Jeneberang, BWS Nusa Tenggara I and BWS Nusa Tenggara II. For most of Sumatra, Kalimantan and Sulawesi necessary adjustments irrigated area data centers from 133 local authority area of 893 776 ha irrigated by decree 390/KPTS/M/2007 necessary data adjustment to 147 irrigated areas covering 1,067,772 ha.

Keywords: Data, Gographic Information System, Irrigated Area, Irrigation.

Page 8: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iii LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA ................................................................. iv ABSTRAK................................................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah. .................................................................................. 2 1.3 Batasan Masalah. ...................................................................................... 3 1.4 Lingkup Kegiatan. ...................................................................................... 4 1.5 Tujuan dan Sasaran .................................................................................. 4 1.6 Tahapan Kegiatan ..................................................................................... 6 1.7 Penerima Manfaat ..................................................................................... 7 1.8 Lokasi Kegiatan ......................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 9 2.1. Basis Data dan Sistem Informasi Sumber Daya Air .................................. 9 2.2. Sistem Informasi Geografis ....................................................................... 9 2.3. Kondisi Jaringan Irigasi ............................................................................ 11

METODOLOGI ..................................................................................................... 15 3.1 Metodologi ............................................................................................... 15 3.2 Kerangka Kegiatan .................................................................................. 16

PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN ............................................................... 17

4.1. Pencapaian Pelaksanaan ..................................................................... 17

4.2. Pencapaian Pembiayaan ...................................................................... 27

4.3. Kendala ................................................................................................ 27

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 27

5.1. HASIL KEGIATAN ................................................................................ 27

5.2. ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

Page 9: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel tahapan kegiatan ........................................................................... 6

Tabel 4.1. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro ................................................. 21

Tabel 4.2. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA) ................................ 22

Tabel 4.3 Pencapaian Pembiayaan ....................................................................... 25

Tabel 5. 1 Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (> 3000 Ha) di BWS Sumatera VIII .................................................................................................... 28

Tabel 5.2. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II ............. 29

Tabel 5.3. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I .............. 30

Tabel 5.4. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III ............ 31

Tabel 5.5. Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V .... 31

Tabel 5.6. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII .................................. 32

Tabel 5.7. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II .................................. 33

Tabel 5.8. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I ................................... 33

Tabel 5.9. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III .................................. 38

Tabel 5.10. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang ........... 39

Tabel 5.11. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... 41

Tabel 5.12. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... 42

Tabel 5.13. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro ............................................... 43

Tabel 5.14. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA) .............................. 45

Tabel 5.15. Lokasi daerah Irigasi Cihea ............................................................... 52

Tabel 5.16. Golongan Pembagian Air .................................................................. 54

Tabel 5.17. Luas aerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera VIII ........... 56

Tabel 5.18. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II ........... 57

Tabel 5.19. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III .......... 57

Tabel 5.20.Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I ............. 59

Tabel 5.21. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII. ............................... 60

Tabel 5.22. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II ................................ .61

Tabel 5.23. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I. ................................. 62

Tabel 5.24. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III. ............................... 63

Tabel 5.25. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang. ........... 64

Tabel 5.26. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II ......................... .66

Tabel 5.27. Data usulan perubahan Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II. ........................................................................................................... 68

Page 10: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia ................................................ 12

Gambar 3.1. Kerangka pemikiran kegiatan pangkalan data dan sistem informasi geografis bidang irigasi ...................................................................... 14

Gambar 4.1. Identitas Daerah Irigasi .................................................................... 18

Gambar 4.2. Tampilan Data setelah Proses input ................................................. 19

Gambar 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan pada Saluran Induk .............. 19

Gambar 4.4. Tampilan Rekapitulasi OP pada Saluran Induk ................................ 19

Gambar 4.5. Pengelompokan Data ....................................................................... 20

Gambar 4.6. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi ..................................... 22

Gambar 5.1. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi ..................................... 46

Gambar 5.2. Proses Overlay peta DAS dengan Wilayah Sungai .......................... 47

Gambar 5.3. Proses Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta Daerah Irigasi ................................................................................................. 47

Gambar 5.4.Tampilan Peta Daerah Irigasi setelah proses Overlay. ...................... 48

Gambar 5.5. Tampilan daerah Irigasi di pulau jawa dan Madura .......................... 48

Gambar 5.6. Penyesuaian Atribut peta ................................................................. 48

Gambar 5.7. Atribut Daerah Irigasi ........................................................................ 49

Gambar 5.8. Bendung Cisokan ............................................................................. 51

Gambar 5.9. Batas Wilayah Kabupaten Cianjur .................................................... 53

Gambar 5.10. Bendung Cisokan dan Ciranjang .................................................... 53

Page 11: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L-1 Kurva S ............................................................................................ L1

Lampiran L-2 Tabel Capaian Sasaran Output ...................................................... L2

Lampiran L-3 Lembar Konsultasi Narasumber ..................................................... L3

Page 12: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luas Daerah Irigasi di Indonesia berdasarkan Kepmen PU No.

390/KPTS/M/2007 ± 7.469.796 ha yang terbagi kedalam 33.210 Daerah

Irigasi dengan jumlah hampir 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengingat

luas dan banyaknya daerah irigasi di Indonesia, maka perlu dibangun

sebuah sistem untuk pengelolaan data keirigasian yang terstruktur dengan

baik. Untuk itu Pusat Litbang SDA perlu menyusun pengelolaan basis data

dan sistem informasi SDA untuk pengarsipan dan diseminasi data dari

berbagai sumber di pusat dan daerah, termasuk komputerisasi (digitalisasi),

validasi dan sebagainya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pengelolaan

Basis Data dan Sistem Informasi SDA untuk mendukung peningkatan

kualitas data dalam pengelolaan SDA. Kegiatan ini merupakan kegiatan

multiyears yang dimulai pada tahun 2006.

Pembuatan sistem pengelolaan data keirigasian tersebut telah dimulai

dari tahun 2006 dengan pembuatan struktur data base menggunakan

compiler Delphi dan dilakukan penyempurnaan setiap tahunnya melalui

ujicoba inputing data dalam software tersebut pada setiap menu dan sub

menu yang ada. Pada tahun 2009 pembuatan software sistem pengelolaan

data irigasi diyatakan telah sempurna yang selanjutnya disebut SIDDI

(Sistem Informasi Data Dasar Irigasi). Software tersebut kemudian

dikembangkan menjadi software yang berbasis open source yang kemudian

disebut sebagai SIDDI-OSS (Sistem Informasi Data Dasar Irigasi Open

Source System).

Sistem yang telah dibangun tersebut harus selalu dijaga

kemutakhirannya, agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

kebijakan oleh pimpinan terkait dengan kondisi daerah irigasi terkini,

sehingga harus selalu dilakukan updating sistem maupun data yang ada

didalamnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka updating sistem dan data

harus secara terus-menerus dilakukan sehingga basis data irigasi dapat

Page 13: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 2

terpenuhi untuk seluruh wilayah di Indonesia. Kegiatan ini direncanakan akan

selesai pada tahun 2014, updating data tersebut dilakukan bertahap yaitu;

pada tahun 2011 dilakukan updating data Pulau Jawa, sebagian Sumatera

dan Kalimantan; tahun 2012 dilakukan updating data irigasi permukaan dan

irigasi mikro di sebagian Kalimantan, Sulawesi, NTB dan NTT; tahun 2013

akan dilakukan updating data di sebagian Sulawesi, NTB, NTT, Kepulauan

Maluku dan Papua serta untuk tahun 2014 akan dilakukan updating data di

sebagian Kepulauan Maluku dan Papua.

Selain data irigasi permukaan, data irigasi mikro juga perlu diidentifikasi

lebih lanjut untuk mengetahui luas penerapannya oleh masyarakat sehingga

prioritas pengembangan irigasi mikro dapat sesuai dengan peruntukannya

melalui penyusunan peta potensi pengembangan irigasi mikro di Indonesia.

Penyajian Data Irigasi secara Geografis dapat memberikan informasi

yang lebih mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan maupun oleh

masyarakat umum sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara sinergis

dan dapat menjawab tantangan dalam penyediaan data dan informasi secara

geospasial.

Kegiatan ini sangat mendukung terselenggaranya sarana dan

prasarana ke-PU-an terutama untuk mendukung rencana strategis Balitbang

PU agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan oleh

pimpinan terkait dengan kondisi daerah irigasi terkini. Oleh karena itu, maka

perlu dilakukan kegiatan Pengelolaan basis data dan Sistem Informasi

Sumber Daya Air Bidang Irigasi.

1.2 Identifikasi Masalah.

Permasalahan yang muncul terkait dengan Pangkalan Data dan

Sistem informasi Geografis Bidang Irigasi adalah sebagai berikut:

1. Kualitas pengelolaan data dan informasi bidang irigasi relatif masih

rendah.

2. Data luasan irigasi tingkat nasional antar berbagai instansi (Kementerian

Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan BPS) tidak sama.

3. Data yang ada sangat jarang diperbaharui atau di update.

4. Data Irigasi tidak uptodate, disajikan tidak secara time series.

5. Aksesibilitas data dan informasi masih terbatas.

Page 14: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 3

6. Data dan informasi sumber daya air seringkali berbeda-beda untuk

obyek yang sama.

7. Minimnya pembiayaan dalam perawatan maupun pencarian data untuk

penelusuran jaringan irigasi.

8. Keterbatasan biaya dalam pembuatan dan pengelolaan software

pangkalan data.

9. Belum tersedianya software yang memadai untuk menampung

kebutuhan data yang ada, atau juga kemungkinan software yang sudah

ada belum mampu menampung informasi yang akan disampaikan sesuai

dengan update data dan perkembangan permasalahan irigasi yang ada

di lapangan.

10. Kurang diperhatikannya keberlanjutan pengelolaan sistem (software) dan

data irigasi.

11. Kemampuan SDM yang masih terbatas dalam mengelola software

pangkalan data irigasi secara rutin maupun menganalisa data yang telah

ada untuk diinput kedalam software.

12. Kurangnya SDM yang dapat mengoperasikan software SIG (Sistem

Informasi Geografis) seperti ArcView, MapInfo, dll untuk mendukung

tersedianya data irigasi dan informasi yang dituangkan dalam bentuk

peta informasi.

13. Data irigasi mikro dan potensi pengembangannya di Indonesia belum

teridentifikasi.

14. Struktur data Geografis Sumber Daya Air (Geospasial) belum baik dalam

penyajian data maupun kelengkapan informasinya (pulau Jawa).

15. Buku daerah irigasi secara spesifik belum disusun oleh pengelola irigasi.

1.3 Batasan Masalah.

Beberapa permasalahan yang akan ditindak lanjuti dalam kegiatan ini

adalah sebagai berikut:

1. Data Irigasi tidak uptodate, disajikan tidak secara time series.

2. Data irigasi mikro dan potensi pengembangannya di Indonesia belum

teridentifikasi.

Page 15: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 4

3. Data dan informasi sumber daya air seringkali berbeda-beda untuk obyek

yang sama,

4. Struktur data Geografis Sumber Daya Air (Geospasial) belum baik dalam

penyajian data maupun kelengkapan informasinya (pulau Jawa).

5. Buku daerah irigasi secara spesifik belum disusun oleh pengelola irigasi.

1.4 Lingkup Kegiatan.

Ruang Lingkup pelaksanaan Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi

Geografis Bidang Irigasi pada tahun 2012 sebagai berikut :

1. Basis data Irigasi, meliputi kegiatan:

a. Validasi/updating data bidang irigasi permukaan dan irigasi mikro.

b. Sinkronisasi dan integrasi data/informasi irigasi dengan data yang ada

di Direktorat Jenderal SDA.

c. inputing data irigasi permukaan kedalam software SIDDI.

2. Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi

Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.

3. Penyusunan Katalog Irigasi

Kegiatan Pengelolaan Basis Data dam Sistem Informasi Sumber Daya Air

Bidang Irigasi dilaksanakan secara multiyears, lingkup kegiatan tersebut

dilaksanakan secara periodik setiap tahunnya hanya saja berbeda lokasi yang

akan di update data irigasinya.

1.5 Tujuan dan Sasaran

1.5.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah terwujudnya Pangkalan data Irigasi

baik irigasi permukaan maupun irigasi mikro serta tersedianya Sistem

Informasi Geografis Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk

menunjang tersusunnya buku data daerah irigasi sebagai katalog irigasi.

1.5.2 Sasaran

Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi

merupakan kegiatan multiyears yang dilaksanakan mulai tahun 2006 dengan

sasaran output setiap tahunnya sebagai berikut:

Page 16: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 5

2006: Model Sistem; pembangunan software Sistem Informasi Data Dasar

Irigasi.

2007: Model sistem; Pangkalan data hasil penyempurnaan software SIDDI.

2008: Model sistem; pangkalan informasi tentang data dasar sistem irigasi

yang dikemas dalam satu kesatuan software (SIDDI).

2009: Model Sistem: berupa pangkalan data dan informasi Irigasi hasil

ujicoba dan penyempurnaan software SIDDI dan pengembangan

software SIDDI berbasis opensource.

2011: Model Sistem SIG-SDA bidang Irigasi serta buku pangkalan data dan

informasi bidang irigasi di Pulau Jawa, Sebagian Sumatera dan

Kalimantan.

2012: Model Sistem pangkalan data dan sistem informasi geografis bidang

irigasi

Dari output tersebut dihasilkan pula Komponen Output dari Model

Sistem Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis yaitu:

1. Buku pangkalan data Daerah Irigasi;

2. Buku SIG Bidang Irigasi;

3. Katalog Irigasi.

2013: Model Sistem; berupa Model SIG-SDA bidang Irigasi serta buku

pangkalan data dan informasi bidang irigasi daerah Sulawesi, NTT,

NTB, Kep. Maluku dan Papua

2014: Model Sistem; berupa Model SIG-SDA bidang Irigasi serta buku

pangkalan data dan informasi bidang irigasi daerah Kep. Maluku dan

Papua

Page 17: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 6

1.6 Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan dalam kegiatan Pangkalan Data dan Sistem

Informasi Geografis Bidang Irigasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Tahapan Kegiatan (Sumber: RMP, 2012)

No Kegiatan Tahapan Kegiatan

PERSIAPAN a. Penyusunan Tim Pelaksana dan Narasumber b. Penyusunan Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)

1 Basis data Irigasi

1. Konsultasi dan studi referensi 2. Penyiapan kebutuhan data dan diskusi dengan Narasumber

pemilik data (Direktorat Irigasi dan Rawa) guna mendapatkan inventarisasi data daerah Irigasi;

3. Penyiapan form kebutuhan data permukaan; 4. Penyiapan form kebutuhan data untuk irigasi mikro.

2 Kodefikasi Geografis

pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.

1. Koordinasi dengan Puslitbang Sumber Daya Air mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SIG-SDA)

2. Penetapan field dan atribut kodefikasi bidang irigasi. 3. Penyiapan peta geografis Pulau Jawa dengan batas DAS-

nya. 4. Penyiapan data daerah irigasi di Pulau Jawa. 5. Penyiapan Software dan komputer.

3 Penyusunan Katalog

Irigasi

1. Diskusi dan konsultasi dengan nara sumber. 2. Koordinasi dengan pihak direktorat irigasi dan BBWS . 3. Penyiapan data daerah irigasi yang meliputi data identitas

daerah irigasi dan inventarisasi bangunan maupun salurannya.

4. Penyusunan outline katalog irigasi. 5. Menentukan daerah irigasi yang akan disusun menjadi

katalog irigasi dengan melihat ketersedian data dari hasil survey dan pengumpulan data serta proses analisa data.

SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA IRIGASI 1 Basis data Irigasi

2. Pengumpulan data yang ada di direktorat irigasi. 3. Survey dan Pengumpulan data irigasi mikro. 4. Survey dan verifikasi data irigasi untuk wilayah Sulawesi,

NTT dan NTB di BBWS/BWS maupun dinas PSDA terkait. 5. Validasi data ke daerah yang telah diupdate pada tahun

sebelumnya (Sebagian Sumatera dan Kalimantan). 6. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data

2 Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.

1. Pengumpulan data irigasi yang ada di direktorat irigasi. 2. Survey dan verifikasi data irigasi untuk wilayah Jawa di

BBWS dan Dinas PSDA. 3. Pengumpulan data alih fungsi lahan dan Produksi pertanian

di PEMDA dan Dinas Pertanian terkait. 4. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data

Page 18: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 7

No Kegiatan Tahapan Kegiatan

3 Penyusunan Katalog Irigasi

1. Pengumpulan data irigasi yang ada di Direktorat Irigasi dan Rawa.

2. Survey dan verifikasi data irigasi. 3. Pembuatan Laporan Hasil survey dan Pengumpulan data.

PELAKSANAAN 1. Basis data Irigasi

1. pencatatan data pada form datasheet tiap Daerah Irigasi

berdasarkan kewenangan pengelolaannya. 2. Analisa (pengolahan) data hasil survey dan pengumpulan

data dari skema jaringan irigasi. 3. Inventarisasi data potensi pengembangan lahan irigasi mikro. 4. Analisa data potensi pengembangan irigasi mikro. 5. Penyusunan data potensi pengembangan irigasi mikro. 6. Pengisian data yang telah dianalisa kedalam software Sistem

Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI). 7. Pencetakan hasil inputing data irigasi ke software SIDDI

untuk Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB.

2 Kodefikasi Geografis

pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa.

1. penyiapan peta geografis yang akan dikodefikasi dengan format .shp. (peta geografis digitasi berdasarkan pembagian DAS untuk Pulau Jawa)

2. Pelaksanaan kodefikasi untuk poligon daerah irigasi serta pengisian atribut pada field daerah irigasi yang telah didigitasi.

3. Melakukan ujicoba tampilan informasi dan hasil informasi yang diinput

4. Pembuatan Laporan SIG-SDA bidang Irigasi 5. Penyampaian data dan evaluasi SIG-SDA Bidang irigasi di

Tim Basis Data Pusair 6. Uji coba pada SIG-SDA Puslitbang SDA.

3. Penyusunan Katalog

Irigasi 1. Konsultasi dan validasi data pada katalog irigasi yang telah

disusun ke instansi pengelola daerah irigasi. 2. Diskusi dengan narasumber. 3. Finalisasi Katalog irigasi

PELAPORAN 1 Pelaporan Menyusun laporan kegiatan, yaitu:

1. Laporan Awal 2. Laporan Interim 3. Draft Laporan Akhir 4. Laporan Akhir

1.7 Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah:

1. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. Masyarakat Umum

Page 19: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 8

1.8 Lokasi Kegiatan

1. Lokasi Kegiatan survey dan pengumpulan data irigasi permukaan maupun

irigasi mikro dilakukan di Sumatera yaitu di BBWS Sumatera VIII (sumatera

selatan), BWS Sumatera II (Sumatera Utara), BWS Sumatera I (Aceh), BWS

Sumatera III (Riau), BWS Sumatera IV (Batam), BWS Sumatera V (Sumatera

Barat), BWS Sumatera VII (Bengkulu). Sedangkan di Kalimantan, lokasi

survey dan pengumpulan data irigasi permukaan dan irigasi mikro yaitu di

BWS Kalimantan II (Kalimantan Selatan), BWS Kalimantan I (Kalimantan

Barat), BWS Kalimantan III (Kalimantan Timur). Survey dan pengumpulan

data irigasi permukaan dan irigasi mikro di Sulawesi dilaksanakan di BBWS

Pompengan Jeneberang (Sulawesi Selatan), survey dan pengumpulan data

irigasi permukaan dan irigasi mikro di Provinsi NTT dilakukan di BWS Nusa

Tenggara II dan di NTB di lakukan di BWS Nusa Tenggara I.

2. Kegiatan Kodefikasi Geografis pada peta digital dan updating Sistem

Informasi Geografis-Sumber Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi dilakukan di

Balai Irigasi Bekasi untuk kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi Pulau Jawa.

3. Lokasi Penyusunan Katalog Irigasi dilakukan di Balai Irigasi Bekasi

sedangkan untuk pengumpulan data katalog irigasi dilakukan di PSDA Jawa

Barat dan Balai PSDA Wilayah III Ciranjang.

Page 20: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Data Dasar dan Sistem Informasi Sumber Daya Ai r

Data Dasar (database) adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam

komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu

program komputer untuk memperoleh informasi dari data dasar tersebut.

Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query)

data dasar disebut sistem manajemen data dasar (Data Base Management

System, DBMS). Sistem manajemen data dasar sebagai suatu sistem atau

perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu data dasar dan

menjalankan operasi terhadap data yang diminta banyak pengguna merupakan

hasil perkembangan ilmu teknologi informasi yang banyak memberikan

kemudahan dalam penyajian data dan informasi (Balai Irigasi, 2009).

Data dasar merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan

berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan

menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan

dalam data dasar untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di

dalam data dasar perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang

dihasilkan berkualitas. Organisasi data dasar yang baik juga berguna untuk

efisiensi kapasitas penyimpanannya. Data dasar diakses atau dimanipulasi

menggunakan perangkat lunak paket yang disebut Data Base Management

System (DBMS) (Magaline,dalam http://apr1l-si.comuf.com/SI.pdf, 2011).

Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan

data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya

yang menggambarkan suatu kejadian yang nyata yang digunakan untuk

pengambilan keputusan. Informasi merupakan data yang telah diklasifikasikan

atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan

keputusan (Mahamudu, dalam http://apr1l-si.comuf.com/SI.pdf, 2011).

2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Aini (2007), definisi SIG sangat beragam, karena selalu

berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa

definisi SIG:

Page 21: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 10

1. Kang-Tsung Chang (2002), mendefinisikan SIG sebagai : is an a computer

system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic

data.

2. Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer

yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu

pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan

kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir

(output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

3. Menurut Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung

pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi

dengan karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang

lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data

spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.

4. Burrough (1986) mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang

digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan

mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk

berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.

Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam

mendapatkan data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi

atau obyek. Data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial

dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi

geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat

peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat

yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara

dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta

cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan

mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (Barus dan

Wiradisastra, 2000 dalam Prahasta 2005).

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG,

menurut Prahasta, 2005 alasan yang mendasarinya adalah:

1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi.

2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan data dasar

Page 22: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 11

3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan

bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial

4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data

spasial berikut atributnya

5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif

6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik

7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial

dan geoinformatika.

Posisi SIG dengan segala kelebihannya, semakin lama semakin berkembang

bertambah dan bervarian. Pemanfaatan SIG semakin meluas meliputi berbagai

disiplin ilmu, seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu

pertanian, militer dan lain sebagainya.

2.3. Kondisi Jaringan Irigasi Permukaan

Kondisi jaringan irigasi pada berbagai daerah di Indonesia rusak dan kurang

berfungsi sebelum umur layanan. Operasi dan pemeliharaan irigasi belum

menunjukan kualitas pelayanan air irigasi yang adil dan merata. Dengan kondisi

ini, memunculkan pertanyaan mendasar bagaimana sesungguhnya operasi dan

pemeliharaan irigasi dimonitor dan dievaluasi (Supadi, 2009).

Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan

merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan

perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras dan

Ketahanan Pangan Nasional.

Dukungan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap program pemerintah

Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 salah satunya menitikberatkan

terhadap faktor penyediaan air irigasinya, dalam hal ini sangat erat kaitannya

dengan penyiapan sarana dan prasarana irigasi yang efektif dan efisien. Kondisi

jaringan irigsi yang rusak dan memerlukan perbaikan (rehabilitasi) pada tahun

2007 mencapai 44,78% baik rusak karena umur bangunannya sendiri maupun

karena faktor bencana alam yang terjadi. Data-data ini tentunya perlu di update

secara terus-menerus dan konsisten mengingat sangat pentingnya peranan

penyediaan data bagi terlaksananya program pemerintah. Adapun data

mengenai kondisi jaringan irigasi disajikan dalam gambar 2.1.

Page 23: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 12

Gambar 2.1. Kondisi Jaringan Irigasi di Indonesia

Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal SDA

2.4. Irigasi Mikro.

Irigasi mikro adalah salah satu terobosan yang bisa dilakukan. Teknologi ini

adalah suatu istilah bagi sistem irigasi yang mengaplikasikan air hanya di sekitar

zona perakaran tanaman.

Ada beberapa jenis irigasi mikro, yaitu irigasi tetes (drip irrigation),

microspray, dan mini sprinkler. Masing-masing jenis irigasi tersebut dapat

dibedakan berdasarkan tipe outlet atau pengeluaran air yang digunakan, yaitu:

(1) irigasi tetes, meneteskan air melalui pipa berlubang dengan diameter kecil

atau sangat kecil, (2) microspray, mencurahkan air di sekitar perakaran dengan

diameter pembasahan 1-4 m, dan (3) mini sprinkler, mencurahkan air di sekitar

perakaran dengan diameter pembasahan hingga 10 m.

Keuntungan Sistem Irigasi mikro memberikan beberapa keuntungan, antara

lain hemat air, laju aliran air rendah, dapat dilakukan bersamaan dengan

pemupukan, dan dapat diterapkan pada berbagai topografi lahan. Penggunaan

irigasi mikro dapat lebih menghemat air irigasi karena air didistribusikan secara

Page 24: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 13

perlahan pada daerah perakaran tanaman. Ini berbeda dengan irigasi

permukaan yang membutuhan air cukup banyak untuk membasahi lahan. Laju

aliran air juga lebih rendah dibanding irigasi permukaan karena tekanan

pengalirannya hanya 1-2 kg/cm2. Keuntungan lainnya adalah petani dapat

sekaligus melakukan pemupukan bersamaan dengan pengairan.

Irigasi mikro dapat diterapkan pada berbagai topografi lahan, mulai dari

lahan datar, bergelombang hingga berbukit. Di balik keuntungan tersebut, dalam

menerapkan irigasi mikro petani kadang menghadapi beberapa masalah, seperti

lubang emitter (penetes) sering tersumbat tanah, lumut atau kotoran lain yang

terbawa aliran air. Kotoran tersebut perlu segera dibersihkan karena dapat

mengganggu kelancaran aliran air ke daerah perakaran tanaman.

Membersihkannya cukup mudah, yaitu dengan memasukkan lidi, potongan

bambu atau benda logam seperti peniti ke dalam lubang yang tersumbat. Karena

ukurannya sangat kecil perlu ketelatenan dalam membersihkan lubang yang

tersumbat. Irigasi sangat tepat diterapkan pada lahan kering untuk mengairi

tanaman yang bernilai ekonomis tinggi salah satunya tanaman cabe.

Menurut Inderawati (1982) dalam Sumarni dan Muharam (2008), potensi

hasil yang dapat dicapai oleh tanaman cabai mencapai 6.21 ton/ha bila dilakukan

perlakuan yang tepat terhadap jarak tanam, pH tanah dan pemberian air yang

tepat waktu dan kebutuhan.

Dengan sistem ini efisiensi dapat ditingkatkan sampai lebih dari 90%, juga

dapat memberikan efisiensi dan efektifitas yang tinggi dalam memenuhi

kebutuhan air bagi tanaman. Hal ini akan lebih berhasil jika sistem tetes

dirancang dengan tepat dan dioperasikan dengan teratur sesuai dengan jumlah

kebutuhan dan waktu pemberian air (Saprianto dan Nora, 1999).

Irigasi tetes (drip irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam

bidang irigasi yang telah berkembang hampir di seluruh dunia. Teknologi irigasi

tetes ini pertama kali diperkenalkan di Israel, dan kemudian menyebar hampir ke

seluruh penjuru dunia. Pada hakekatnya teknologi ini sangat cocok diterapkan

pada kondisi lahan berpasir, air yang sangat terbatas, dan iklim yang relatif

kering (Buckman, 1982).

Page 25: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 14

2.5. Katalog Irigasi

Katalog adalah sarana bagi suatu lembaga untuk menyajikan secara rinci

cakupan produk yang dihasilkan kepada pengguna produk tersebut. Katalog

Irigasi merupakan sebuah buku yang menggambarkan suatu daerah irigasi yang

berisi data statis daaerah irigasi dan menunjukkan data inventarisasi sumber air,

bangunan dan saluran irigasi serta kelembagaannya.

Katalog Irigasi disusun berdasarkan hasil pengumpulan data yang dapat

dilakukan dengan melakukan penelusuran jaringan dari hulu sampai hilir dengan

menggunakan Global Positioning System (GPS), dengan tujuan mendapatkan

koordinat tiap-tiap bangunan dan dapat digunakan untuk proses pemetaan

daerah irigasi.

Page 26: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 15

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metodologi Metode yang digunakan untuk kegiatan Pangkalan Data dan Sistem

Informasi Geografis Bidang Irigasi meliputi:

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berupa data primer maupun sekunder, data primer

didapatkan dengan survey lapangan dengan melakukan penelusuran jaringan

di beberapa daerah irigasi untuk mendapatkan data kondisi daerah irigasi.

Sedangkan data sekunder berupa referensi, laporan Survey Investigasi dan

Desain Rehabilitasi Partisipatif Daerah Irigasi dan laporan Pemantauan

Pelaksanaan TP-OP (Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan) dari

BBWS/BWS maupun Dinas PSDA tingkat Provinsi/Kabupaten.

Adapun data yang akan diambil yaitu nama Daerah Irigasi, luasan Daerah

Irigasi, Jenis bangunan utama dan jumlah bangunan serta kondisinya, Jenis

saluran irigasi dan jumlah saluran irigasi yang ada serta kondisinya, Debit

ketersediaan dan kebutuhan air irigasi, Tata tanam/pola tanam dan Indek

Pertanamannya, data P3A/GP3A, nama dan jumlah anggotanya serta peta ,

Skema Jaringan, Skema Bangunan pada DI tersebut.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan terhadap indikator kebutuhan data pada struktur

database yang telah disusun. Keragaman bentuk data yang diperoleh

dianalisis secara kualitatif melalui parameter format data yang sesuai dengan

Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) dan kebutuhan data layer untuk

SIG-SDA dengan menggunakan datasheet sehingga terjadi pemilahan antara

data yang dibutuhkan dengan data pendukung. Sedangkan analisa data

Kuantitatif dilakukan dengan verifikasi dan penghitungan ulang terhadap

sumber data (Skema jaringan dan skema bangunan irigasi).

3. Inputing data

Tahap analisa data dilanjutkan dengan inputing data ke dalam SIDDI. Proses

inputing data berbanding lurus dengan identifikasi tingkat kelengkapan data

sehingga menjadi bagian dari analisa kebutuhan data berikutnya.

Page 27: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 16

Selain inputing ke software SIDDI dilakukan juga Inputing data kebutuhan

informasi SIG-SDA Bidang Irigasi dengan menyiapkan peta digital wilayah per

DAS dan membuat tabel informasi sesuai Kodefikasi yang harus

diinformasikan serta link dengan lokasi DI pada Peta digital dengan

menggambar peta Daerah Irigasi dengan memberi warna sesuai luasan dan

kewenangan pengelolanya. Hasil dari penggabungan pengumpulan data

irigasi permukaan serta kegiatan kodefikasi geografis bidang irigasi pada SIG-

SDA bidang irigasi kemudian digunakan sebagai bahan untuk penyusunan

katalog irigasi.

3.2 Kerangka Kegiatan

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi

Geografis Bidang Irigasi

INFORMASI LOKASI DI PER TAHUN:

TA.2011: WILAYAH JAWA, SUMATERA +

KALIMANTAN.

TA.2012: WILAYAH SUMATERA,

KALIMANTAN, SULAWESI,

NTT dan NTB

TA.2013: WILAYAH SULAWESI, NTT, NTB,

KEP. MALUKU dan PAPUA

TA.2014: WILAYAH KEP. MALUKU dan

PAPUA

MULAI

PERSIAPAN FORM DATA DAN PETA GEOGRAFIS

PENETAPAN FIELD DAN ATRIBUT KODEFIKASI BIDANG

IRIGASI.

PENGUMPULAN DATA (VERIFIKASI DAN VALIDASI)

KODEFIKASI GEOGRAFIS PETA DAERAH IRIGASI

PANGKALAN DATA DAN INFORMASI

UJICOBA TAMPILAN

SELESAI

TIDAK

ANALISA DAN INPUTING DATA

YA

PENYUSUNAN KATALOG IRIGASI

SOFTWARE SIDDI

Page 28: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 17

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

Secara garis besar kegiatan Pangkalan Data dan Sistem Informasi

Geografis Bidang Irigasi terbagi kedalam 3 subkegiatan yang bisa dijadikan

komponen output dari model sistem pangkalan data dan SIG bidang Irigasi yaitu

Basis Data Irigasi, SIG-SDA Bidang Irigasi, dan Penyusunan Katalog Irigasi.

4.1 Basis Data Irigasi

Basis data irigasi dikelompokkan menjadi 2 subkegiatan yaitu basis data

irigasi permukaan dan irigasi mikro. Basis data irigasi permukaan bertujuan untuk

menginventarisasi data irigasi permukaan yaitu: data luas daerah irigasi,

inventarisasi bangunan dan saluran irigasi, data sumber air, skema jaringan dan

bangunan irigasi, kelembagaan dan dilengkapi pula dengan data pola tanam dan

debit intake tersedia, untuk selanjutnya diolah dan diinput kedalam software

sistem informasi data dasar irigasi (SIDDI). Sedangkan untuk basis data mikro

bertujuan untuk menginventarisasi penerapan irigasi mikro di masing-masing

daerah di Indonesia dengan harapan mendapatkan luas eksisting penerapan

irigasi mikro, selanjutnya akan dikembangkan menjadi potensi pengembangan

irigasi mikro yang dapat di kembangkan di Indonesia pada tahun selanjutnya.

4.1.1 IRIGASI PERMUKAAN

Kegiatan basis data irigasi permukaan ini meliputi tahap persiapan tabel

kebutuhan data irigasi, survey dan pengumpulan data di direktorat Irigasi dan

rawa serta direktorat pengelola air baku dan air tanah, Direktorat Jenderal

Sumber Daya Air, dilanjutkan dengan validasi dimasing-masing BBWS/BWS,

Analisa data dan inputing kedalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi

(SIDDI).

Data irigasi Permukaan merupakan data hasil iventarisasi BBWS/BWS

dengan menggunakan software Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) serta

pelaksanaan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TP-OP) dari

BBWS/BWS kepada Dinas PSDA maupun Dinas Pengairan Tingkat Provinsi.

Adapun Pencapaian pelaksanaan kegiatan pangkalan Data dan Sistem Informasi

Page 29: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 18

Sumber Daya Air Bidang Irigasi berdasarkan struktur organisasi kegiatan

Pangkalan data irigasi meliputi:

1. Identifikasi Kebutuhan Data

Kebutuhan Data irigasi disesuaikan dengan platform basis data yang telah

disusun sebelumnya pada TA 2011 dan dievaluasi pada TA 2012, dimana

penyusunannya berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi revisi tahun 2010

serta permen PU No. 32 /PRT/M/ 2007 tentang Operasi dan Pemeliharaan

Jaringan Irigasi. Kebutuhan data tersebut dikelompokkan menjadi kebutuhan

data untuk Perencanaan, Operasi dan Pemeliharaan serta Pengembangan

jaringan irigasi.

Secara garis besar kebutuhan data untuk pangkalan data irigasi adalah: data

luasan DI, data bangunan, data saluran, operasi dan pemeliharaan, rencana

tata tanam, kelembagaan, skema jaringan dan bangunan serta peta ikhtisar

jaringan irigasi.

2. Inventarisasi Data Irigasi Permukaan (Perencanaa n, Operasi dan

Pemeliharaan serta Pengembangan Irigasi).

Inventarisasi data irigasi dilakukan dengan melakukan survei dan

pengumpulan data di BBWS/BWS/PSDA Provinsi serta Dinas PU Pengairan

Tingkat Provinsi. Inventarisasi data dilakukan untuk melengkapi kebutuhan

data pada poin 1. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada instansi sebagai

berikut:

a. BBWS Sumatera VIII.

b. BWS Sumatera II.

c. BWS Sumatera I.

d. BWS Sumatera III.

e. BWS Sumatera V.

f. BWS Sumatera VII.

g. BWS Kalimantan II.

h. BWS Kalimantan I.

i. BWS Kalimantan III.

j. BBWS Pompengan Jeneberang.

k. BWS Nusa Tenggara II.

l. BWS Nusa Tenggara I.

Page 30: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 19

3. Analisa Data

Analisa data pada kegiatan ini ditekankan pada perubahan luas daerah

irigasi baik dalam bentuk penambahan aeal baru (pengembangan jaringan irigasi)

maupun penyusutan Daerah irigasi (alih fungsi lahan irigasi). Untuk mengetahui

data tersebut, maka perlu dilakukan input data kedalam software. Proses inputing

data dilakukan pada software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi (SIDDI) melalui

beberapa tahapan input data yaitu:

a. Rekapitulasi Data Bangunan dan Panjang saluran dari skema jaringan dan

skema bangunan irigasi.

b. Pengelompokan data.

c. Analisa data alih fungsi luasan irigasi.

Beberapa jendela yang perlu dilakukan inputing data untuk pembaharuan

data irigasi dapat digambarkan dalam gambar 4.1 sampai dengan 4.5.

a. Informasi Umum

Data identitas daerah irigasi mencakup: Nama Daerah Irigasi, Kabupaten,

Kecamatan, desa/sungai/sumber air, Jumlah P3A, Jumlah Anggota P3A,

Status dan Kondisi P3A, Wilayah Sungai, Kategori DI, dan Luas Baku.

.

Gambar 4.1. Identitas Daerah Irigasi

Page 31: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 20

Gambar 4.2. Tampilan Data setelah Proses input

b. Operasi dan Pemeliharaan

Data Operasi dan Pemeliharaan pada bangunan dan saluran di input

berdasarkan data lapangan yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan TP-

OP di tingkat Provinsi. Adapun tampilan jendela input disajikan dalam gambar

4.3.

Gambar 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan pada Saluran Induk

Gambar 4.4. Tampilan Rekapitulasi OP pada Saluran Induk

Page 32: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 21

c. Pengelompokan Data

Pengelompakan data dilakukan untuk mempermudah inpting data. Data

yang diinput merupakan data kewenangan pusat (>3000 ha).

Gambar 4.5. Pengelompokan Data

4.1.2 IRIGASI MIKRO

Identifikasi Luas Lahan Penerapan Irigasi Mikro telah dilakukan pada

beberapa wilayah di Indonesia, Penerapan irigasi mikro oleh petani maupun

perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian masih sangat jarang.

Inventarisasi data irigasi mikro dilakukan di Dinas Pertanian tingkat Provinsi, Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tingkat Provinsi dan BBWS/ BWS.

Inventarisasi Irigasi Mikro telah dilakukan di sebagian Pulau Jawa,

Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Adapun lokasi yang telah dikunjungi

untuk dilakukannya inventarisasi tersebut adalah:

1. Cipanas, di kawasan Ciherang Provinsi Jawa Barat dengan luas penerapan

seluas 15 ha untuk komoditas buah strawberry, blueberry dan blackberry.

2. Sarangan, Magetan Provinsi Jawa Timur dengan luas penerapan 25 ha untuk

komoditas sayur-sayuran dan bawang merah.

3. Amor-amor, Provinsi NTB dengan luas penerapan 2 ha untuk komoditas buah-

buahan

Page 33: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 22

4. Cipanas Provinsi Jawa Barat dengan luas 10 ha untuk budidaya tanaman

mawar.

5. Lembang, Bandung Provinsi Jawa Barat dengan luas 3 ha untuk budidaya

tanaman paprika dan buah-buahan.

6. Cisarua Provinsi Jawa Barat dengan luas 33 ha untuk budidaya tanaman

paprika.

7. Pangalengan, Kab. Bandung, Provinsi Jawa barat dengan luas 100 ha untuk

tanaman teh.

8. Bayan, Provinsi NTB dengan luas 0.5 ha untuk tanaman semangka.

9. Parug, Bogor dengan luas 2 ha merupakan lahan yang dikembangkan oleh

BPPT.

10. Bali, dengan luas 0.5 ha untuk budidaya tanaman cabe.

11. Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 3 ha untuk komoditas Cabe dan

mentimun (pengembangan Irigasi Mikro oleh BWS Nusa Tenggara I)

12. Kab. Bantaeng dan Kab. Enrekang dengan total luas 8.150 ha untuk komoditas

tanaman sayuran yang dikembangkan secara tradisional.

13. Pontianak, Kalimantan barat menggunakan sistem unit petak sawah yang

dibina oleh kementerian pertanian untuk tanaman lidah buaya.

14. Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat dengan luas 249,5 ha dan 468,15

ha yang dibina dan dikembangkan oleh Kementerian Pertanian.

4.2 SIG-SDA Bidang Irigasi

Sistem Informasi Geografis SDA merupakan penyampaian informasi secara

digital melalui web pusair yang meliputi seluruh balai yang ada di pusair sesuai

dengan bidang penelitian masing-masing. Balai Irigasi melakukan digitasi dan

kodefikasi geografis bidang irigasi dimana penentuan informasi yang akan

disampaikan disepakati dalam diskusi working group yang diadakan oleh

pusair. Pelaksanaan SIG-SDA Bidang Irigasi ini meliputi: Penyiapan peta dan

data, digitasi dan pengisian atribut peta.

Page 34: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 23

Diskusi SIG-SDA tersebut dilaksanakan pada 17 April 2012 untuk

membahas platform SIG-SDA terkait dengan atribut/informasi yang akan

ditampilkan dalam web SIG-SDA Puslitbang SDA. Perubahan informasi pada

SIG-SDA bidang Irigasi adalah:

1. Polygon; yang berisi informasi mengenai nama DI, Luasan DI, Indeks

Pertanaman dan status pengelolaan.

2. Point; berisi informasi mengenai bangunan, P3A dan petak tersier.

3. Peta Alih Fungsi lahan irigasi.

Adapun informasi tersebut secara rinci disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA)

No Informasi Atribut

1 Peta Daerah Irigasi (pusat dan propinsi) Nama Irigasi Luas Area Indeks Pertanaman (IP) Status pengelolaan 2 Skema Irigasi Kode Bangunan Kode Petak Kondisi Debit Kebutuhan Luas Petak Nama dan status P3A Jenis bangunan irigasi Tahun dibangun 3 Alih Fungsi Lahan Per 5 tahun Perhitungan alih fungsi lahan Layer Alih fungsi lahan per 5 tahun.

Diskusi lanjutan dilakukan pada 29 Juni 2012 dengan mengagendakan

tampilan website SIG-SDA, dengan melakukan perubahan tampilan yang

disusun berdasarkan DAS. Hasil diskusi tersebut diantaranya membahas

perubahan atribut pada masing-masing balai. Balai Irigasi mengajukan

perubahan digitasi dari point menjadi polygon sedangkan informasi skema

jaringan disampaikan dalam bentuk pdf. Perubahan atribut SIG-SDA bidang

Irigasi disajikan dalam gambar 4.6.

Page 35: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 24

Gambar 4.6. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi

Kodefikasi geografis SIG-SDA bidang irigasi dilaksanakan dengan

memberikan informasi secara geografis untuk bidang irigasi pada peta

geografis yang dikeluarkan oleh pusair dan ditayangkan melalui website pusair-

pu.go.id, pata tahun 2012 kodefikasi Geografis bidang irigasi akan dilaksanakan

untuk pulau Jawa.

4.3 Katalog Irigasi

Katalog irigasi disusun berdasarkan analisa data dari hasil survey dan

pengumpulan data dari BBWS/BWS yang telah dikunjungi, pada TA 2012

penyusunan katalog ini merupakan langkah awal dalam penginventarisan data-

data yang telah didapatkan agar menjadi satu kesatuan data yang mudah

dibaca dan dipahami oleh pengguna.

Adapun pelaksanaan kegiatan dalam penyusunan katalog irigasi ini

adalah:

1. Diskusi dengan Narasumber

2. Penyusunan outline katalog irigasi

3. Menentukan Daerah Irigasi yang dijadikan contoh katalog irigsi.

4. Melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui lokasi/koordinat tiap

bangunan dan panjang saluran serta sumber airnya.

5. Penyusunan katalog irigasi.

6. Validasi isi katalog kepada Balai PSDA Wilayah Ciranjang.

Page 36: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 25

Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,

terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:

1. Data yang dimasukkan untuk katalog irigasi ditekankan pada data yang

bersifat statis, antara lain:

a. Kapan dibangun (sejarah pembangunan)

b. Pengelola daerah irigasi.

c. Luasan daerah irigasi

d. Lokasi daerah irigasi

e. Berdasarkan kewenangannya (kewenangan pusat)

2. Data yang dimasukkan dalam katalog irigasi adalah inventarisasi bangunan

dan saluran saja, mengenai data OP lebih baik tidak diikutsertakan.

3. Memperhatikan kontinuitas data dari tahun ke tahun, termasuk mengarah

ke data buku pintar irigasi yang sudah ada.

Outline katalog disusun berdasarkan masukan-masukan dari narasumber,

adapun outline katalog yang telah disusun adalah sebagai berikut:

I. Pendahuluan

1.1. Informasi Umum

1.2. Kondisi Geografis (koordinat lokasi)

1.3. Batas Wilayah

II. Sumber Air (sumber air, nama sungai, ketersediaan air, bentuknya)

sistem pengambilannya (bendung tetap, gerak)

III. Bangunan dan Saluran Irigasi (diinformasikan /diterjemahkan dari skema)

� nomenklatur, termasuk aset irigasi.

IV. Kelembagaan

Pelaksanaan pengumpulan data melalui penelusuran jaringan irigasi

Daerah irigasi Cihea untuk melengkapi kekurangan bahan dalam penyusunan

katalog irigasi. Penelusuran dilakukan untuk menginventarisasi bangunan dan

saluran irigasi yang dilengkapi dengan koordinatnya.

Data hasil penelusuran jaringan irigasi selanjutnya dijadikan bahan dalam

penyusunan katalog irigasi. Katalog irigasi disusun berdasarkan outline yang

telah disusun dari hasil diskusi bersama narasumber. Hasil rapat 2 mingguan

ditingkat balai terhadap katalog irigasi ini adalah masukan untuk

Page 37: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 26

menyederhanakan katalog ini menjadi lebih ringkas, agar tidak menyerupai

buku data Daerah Irigasi.

Page 38: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 27

BAB V

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL KEGIATAN

Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis Bidang Irigasi terbagi

kedalam 3 subkegiatan yaitu Basis Data Irigasi, SIG-SDA Bidang Irigasi, dan

Penyusunan Katalog Irigasi, subkegiatan tersebut merupakan komponen

output dari model sistem pangkalan data dan SIG bidang Irigasi. Hasil dari

kegiatan tersebut dituangkan dalam buku output secara terpisah.

5.1.1. Basis Data Irigasi

Basis data irigasi dikelompokkan menjadi 2 subkegiatan yaitu basis data

irigasi permukaan dan irigasi mikro. Basis data irigasi permukaan bertujuan

untuk menginventarisasi data irigasi permukaan yaitu: data luas daerah irigasi,

inventarisasi bangunan dan saluran irigasi, data sumber air, skema jaringan

dan bangunan irigasi, kelembagaan dan dilengkapi pula dengan data pola

tanam dan debit intake tersedia, untuk selanjutnya diolah dan diinput kedalam

software sistem informasi data dasar irigasi (SIDDI). Sedangkan untuk basis

data mikro bertujuan untuk menginventarisasi penerapan irigasi mikro di

masing-masing daerah di Indonesia dengan harapan mendapatkan luas

eksisting penerapan irigasi mikro, selanjutnya akan dikembangkan menjadi

potensi pengembangan irigasi mikro yang dapat di kembangkan di Indonesia

pada tahun selanjutnya.

A. Irigasi Permukaan

Inventarisasi data irigasi dilakukan dengan melakukan survei dan

pengumpulan data di BBWS/BWS/PSDA Provinsi serta Dinas PU Pengairan

Tingkat Provinsi. Adapun pelaksanaannya dilakukan pada instansi sebagai

berikut:

a. BBWS Sumatera VIII.

Wilayah kerja Wilayah Sungai Sumatera VIII meliputi provinsi Sumatera

Selatan dan Provinsi Bangka Belitung. Wilayah Sungai Sumatera VIII terdiri

dari 5 Wilayah Sungai (WS) yaitu, WS Musi, WS Sugihan, WS Banyuasin, WS

P. Bangka dan WS P. Belitung. Berdasarkan kewenangannnya, BBWS

Page 39: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 28

Sumatera VIII mengelola 13 Daerah Irigasi kewenangan pusat (>3000 ha).

Adapun daerah irigasi yang dimaksud dituangkan dalam tabel 5.1.

Tabel 5. 1 Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (> 3000 Ha) di BBWS Sumatera VIII

No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha)

Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja (%)

1 Komering 64.854 Kab. OKU Timur Musi 55.00 2 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 Kab. Lubuk Linggau

Kab. Musi Rawas Musi 55.00

3 Muara Riben 6.658 Kota Pagaralam Musi 56.53 4 Lematang Kanan 5.750 Kota Pagaralam Musi 55.00 5 Air Mulak 3.500 Kab. Lahat Musi 55.00 6 Masam Balau 3.000

1.2.1 Kab. Lahat Musi 55.00

7 Air Keruh 3.500 Kab. Empat Lawang Musi 55.02 8 Air Lintang Kanan 5.400 Kab. Empat Lawang Musi 55.89 9 Air Gegas 3.845 Kab. Musi Rawas Musi 60.50 10 Selangis/Jemair 3.000 Kota Pagar Alam Musi 67.42 11 Belitang 20.968 Kab. OKU Timur Musi 12 Muncak Kabau 7.370 Kab. OKU Timur Musi 13 Lakitan 13.950 Kab. Musi Rawas Musi

TOTAL LUAS 151.958

Sumber: BBWS Sumatera VIII, 2012.

Data Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII tersebut

sebagian diinput telah ke dalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi

(SIDDI) yang hasilnya dilampirkan dalam buku data irigasi.

b. BWS Sumatera II (Sumatera Utara).

Wilayah kerja BWS Sumatera Utara meliputi Provinsi Sumatera Utara.

Wilayah sungai yang menjadi kewenangan pengelolaan pada BWS Sumatera

II adalah:

1. Empat (4) Wilayah Sungai Kewenangan Pusat, yaitu: WS Batang Natal –

Batang Batahan, WS Belawan - Ular – Padang, WS Toba – Asahan, WS

Batang Angkola – Batang Gadis.

2. Satu (1) WS Lintas Provinsi yaitu WS Alas Singkil.

3. Lima (5)WS Kewenangan Provinsi, yaitu; WS Mampu – Besitang, WS Bah

Bolon, WS Barumun Kualuh, WS Pulau Nias dan WS Sibundong – Batang

Toru.

Page 40: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 29

Berdasarkan Kewenangan Pengelolaannya, BWS Sumatera II

mempunyai 13 Daerah Irigasi Kewenangan Pusat dengan penjelasan pada

tabel 5.2

Tabel 5.2. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II

No Daerah Irigasi Luas (Ha)

Lokasi Wilayah Sungai Indeks Kinerja (%)

1 Namu Sira-sira 6300 Kab. Langkit/ Binjai

Wampu – Besitang 59.70

2 Paya Sordang 4350 Tapanuli Selatang

Batang Angkola-Batang Gadis

60.16

3 Bandar Sidoras 3017 Deli Serdang Belawan – Ular – Padang

65.45

4 Sungai Ular 18500 Deli Serdang Belawan – Ular – Padang

72.40

5 Perbaungan 5920 Serdang Bedagai

Belawan – Ular – Padang

56.34

6 Sei Buluh 4020 Serdang Bedagai

Belawan – Ular – Padang

66.33

7 Belutu 5082 Serdang Bedagai

Belawan – Ular – Padang

61.40

8 Kerasaan 5000 Simalungun WS Bah Bolon 73.07 9 Bah Bolon 10500 Batu Bara Bah Bolon 72.75 10 Silau Bondo 3231 Asahan Bah Bolon 11 Batang Ilung 4194 Tapanuli

Selatan Kualuh Barumun 55.31

12 Batang Angkola 7200 Tapanuli Selatan

Batang Angkola – Batang Gadis

13 Batang Gadis 6628 Mandailing Natal

Batang Angkola – Batang Gadis

64.95

14 Bulung Ihit 3300 Labuhan Batu

Kualuh Barumun

TOTAL LUAS 87.242

Sumber: BWS Sumatera II, 2012

Data Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII tersebut

sebagian diinput telah ke dalam software Sistem Informasi Data Dasar Irigasi

(SIDDI) yang hasilnya dilampirkan dalam buku data irigasi.

c. BWS Sumatera I

Wilayah kerja BWS Sumatera I meliputi 5 Wilayah Sungai yaitu WS

Krueng Meureudo – Baro, WS Krueng Jambo Aye, WS Woyla – Seunangan,

WS Tripa – Batee, WS Alas Singkil dan WS Krueng. Terdapat 18 Daerah

Irigasi kewenangan pusat yang menjadi pengelolaan BWS Sumatera I yang

disajikan dalam tabel 5.3.

Page 41: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 30

Tabel 5.3. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 Jambo Aye

Langkahan 19473 Aceh Utara /

Aceh timur Jambo Aye 63.45

2 Krueng Tiro 6924 Piddie, Piddie Jaya

3 Krueng Jreu/Keuliling

8077 Aceh Besar Meurebo Baro 59.50

4 Krueng Aceh/Leubok

7.884 Aceh Besar Krueng Aceh 70.05

5 Pante Lhong 6.562 Bireuen Meurebo Baro 65.76 6 Paya Nie 3121 Bireuen Meurebo Baro 60.80 7 Alue Ubay 4144 Aceh Utara 8 Krueng Pase 8922 Aceh Utara Jambo Aye 58.40 9 Datar Diana 1700 Bener Meriah 10 Jeuram 7499 Nagan Raya Woyla Seunagan 61.50 11 Krueng Tripa 17000 Nagan Raya 12 Susoh 5966 Aceh Barat Daya Woyla Seunagan 57.90 13 Lawe Alas/Kuta

Cane Lama 15000 Aceh Barat Daya

14 Baroraya 12194 Piddie Meurebo Baro 62.81 15 Gunung Pudung 5250 Aceh Selatan 16 Lhok Guci 18542 Aceh Barat Woyla Seunagan 56.50 17 Tamiang 5000 Aceh Tamiang 18 Peureulak 5000 Aceh timur

TOTAL LUAS 158258

Sumber: BWS Sumatera I, 2012

d. BWS Sumatera III.

Data yang diperoleh di BWS Sumatera III (Riau) berupa inventarisasi

data Luasan daerah Pengairan, dari data tersebut diperoleh luas Derah Irigasi

yang menjadi kewenangan BWS Sumatera III yang menjadi kewenangan

provinsi sebesar 7.157 ha. Adapun data yang diperoleh tersebut disajikan

dalam Tabel 5.4. Sedangkan Wilayah kerja Balai WS Sumatera 3 berada di

Provinsi Riau, meliputi:

1. WS Rokan (lintas Provinsi Riau, Sumatra Barat dan Sumatera Utara),

2. WS Kampar (lintas Provinsi Riau dan Sumatra Barat),

3. WS Siak.

4. WS Indragiri (linta Provinsi Riau dan Sumatera Barat),

5. WS Reteh dan

6. WS Bengkalis-Rupat.

Page 42: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 31

Tabel 5.4. Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera III

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Indeks

Kinerja (%) 1 Uwai Pangoan 1.029 Kampar 63.82 2 Sei Tibun Patapahan 1.105 Kampar 67.53 3 Sei Sirah 1.203 Kampar 70.43 4 Sei Paku 1.123 Kampar 67.92 5 Bancah Labi Sei 1.063 Kampar 55.00 6 Kaiti Samo 1.634 Rokan Hulu 68.88

TOTAL 7.157

Sumber: BWS Sumatera III, 2012

e. BWS Sumatera V.

Total Luas Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat di BWS

Sumatera V, Padang adalah 73.066 ha. Balai Wilayah Sungai Sumatera V

dengan wilayah kerja 1 WS yaitu WS Anai-Kuranji-Arau-Mangau-Antokan

(Akuaman), dan 2 Wilayah Sungai kewenangan Provinsi yaitu WS Silaut

Tarusan, WS Masang-Pasaman, serta 1 WS kewenangan Kabupaten yaitu

WS P. Siberut-Pagai-Sipora (Kepulauan Mentawai).Data luasan daerah irigasi

di Provinsi Sumatera Barat disajikan dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5. Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 Pantai Rao 8.300 Pasaman Rokan 76.00

2 Batang Tongar 6.644 Pasaman barat Masang Pasaman

74.00

3 Batang Batahan 6.246 Pasaman Barat Natal Batahan 66.00

4 Batang Anai 13.604 Padang Pariaman Ankuman 76.00

5 Antokan 4.200 Agam/ Padang Pariaman

Ankuman 74.00

6 Batang Indrapura 6.040 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 63.5

7 Malapang Ampang Tulak 3.000 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 72.50

8 Batang Bayang 6.000 Pasaman Barat Masang Pasaman

68.20

9 Lunang Tanjung Jati 6.113 Pesisir Selatan Silaut Tarusan 55.00

10 Batang Palangki 4.300 Sijunjung Silaut Tarusan

11 Sinarmar 3.000 Tanah Datar Kuantan Inderagiri

12 Kawasan Ubo 5.616 Kota Solok Kuantan Inderagiri

TOTAL LUAS 73.063 Sumber; BWS Sumatera V, 2012

Page 43: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 32

f. BWS Sumatera VII.

Wilayah kerja BWS Sumatera VII meliputi 2 wilayah sungai yaitu WS

Temarang dan WS Nasal. Mempunyai 5 daerah irigasi kewenangan pusat

seluas 32.694 ha, data luasan daerah irigasi di Provinsi Bengkulu disajikan

dalam tabel 5.6.

Adapun cakupan wilayah sungai yang berada pada Balai Wilayah

Sungai Sumatera VII yaitu:

1. WS Teramang - Ipuh meliputi 8 DAS yaitu :DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS

Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, DAS Manjuto.

2. WS Nasal – Padang Guci meliputi 10 DAS yaitu :DAS Air Nasal, DAS Air

Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DAS Air Kinal, DAS Air Padang

Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, DAS Air

Manna.

Tabel 5.6. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Sumatera VII.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 Muko-Muko Kanan -Kiri 11979 Kab. Muko-muko Musi 70

2 Air Lais Kuro Tidur 7053 Bengkulu Utara Musi 69.10

4 Air Seluma 7496 Seluma Musi 70.15

6 Air Ketahun 3050 Lebong Musi 60.70

7 Air Nipis Seginim 3116 Bengkulu Selatan Musi 64.80

TOTAL 32.694

Sumber: BWS Sumatera VII, 2012

g. BWS Kalimantan II.

Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan II meliputi Provinsi

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Wilayah Sungai yang menjadi

kewenangan pengelolaan BWS Kalimantan II yaitu; WS Barito Kapuas, WS

Kahayan, Cengal Batulicin, WS Pulau Laut, WS Ketingan dan WS Mentaya.

BWS Kalimantam II mempunyai 7 Daerah Irigasi dengan Luas 38.561

ha yang berada pada Wilayah Sungai Barito. Adapun data dearah irigasi yang

menjadi kewenangan pusat di BWS Kalimantan II disajikan dalam tabel 5.7.

Page 44: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 33

Tabel 5.7. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan II.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 Riam Kanan 6.000 Banja Barito 76.61 2 Tapin 3.471 Tapin Barito 75.65

3 Alabio 6.000 Hulu Sungai Utara Barito 70.17

3 Telaga Langsat 3.018 Hulu Sungai Selatan Barito 72.19

4 Amandit 5.472 Hulu Sungai Selatan Barito -

5 Batu Licin 3.000 Tanah Bambu Cengal Batulicin -

6 Sungai Bungur 3.600 Kota Baru -

7 Batang Alai 8.000 Hulu Sungai Tengah Barito -

TOTAL 38.361 Sumber: BWS Kalimantan II, 2012

h. BWS Kalimantan I (Kalimantan Barat)

Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan I berada pada Provinsi

Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang meliputi 5 Wilayah Sungai,

yaitu:

15. Wilayah Sungai Kapuas

16. Wilayah Sungai Mempawah

17. Wilayah Sungai Jelai Kendawangan

18. Wilayah Sungai Pawan

19. Wilayah Sungai Sambas

Terdapat 5 Daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat pada BWS

Kalimantan Barat dimana perencanaan pengembangannya dimulai pada tahun

2011. Adapun status pengembangan daerah irigasi di BWS Kalimantan Barat

disajikan dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan I.

No Nama DI Luas (Ha) Lokasi Status 1 DI Sanggau Ledo 6.500 Kab. Bengkayang Uji Amdal (2012) 2 DI Nanga Kalis 6.000 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 3 DI Sebangki 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011) 4 DI Mentebah 3.037 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 5 DI Sambe 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)

TOTAL 21.537 Sumber: BWS Kalimantan I, 2012

Page 45: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 34

DI Sanggau Ledo

Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang terletak di Kabupaten Bengkayang merupakan

salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengembangan areal/lahan

pertanian, dimana luas potensial yang ada diperkirakan mencapai 6500 Ha.

Sebagian lahan telah dibuat jaringan irigasinya secara teknis seluas 1.451 Ha.

Sumber air berasal dari Sungai Pisak, Sungai Tebudak, Sungai Tahu dan Sungai

Ngadan anak sungai dari Sungai Tanggi (anak sungai Sambas). TA 2008 telah

dilakukan “Studi Pontensi Pengembangan DI Sanggau Ledo, sebagai tindak lanjut

studi tersebut TA 2011 BWS Kalimantan I melakukan kegiatan perencanaan DED

Pengembangan DI Sanggau Ledo. Ruang Lingkup pekerjaan DED

Pengembangan DI Sanggau Ledo meliputi:

a. Perencanaan detail desai DI Sanggau Ledo

b. Analisa ketersediaan air

c. Analisa kesuburan tanah

d. Analisa ketersediaan petani

e. Analisa pemasaran hasil produksi dan sarana transportasi yang

menghubungkan ke tempat pemasaran

f. Analisa status lahan

g. Analisa adanya banjir atau genangan

h. Analisa geologi dan mekanika tanah

DI Nanka Kalis

Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai.

Salah satunya adalah Sungai Kalis yang bermuara di Sungai Mandai yang

merupakan anak Sungai Kapuas. Sungai Kalis mempunyai debit andalan

sebaesar 80 terbesar adalah 19,69 m3/dtk dan terendah 9,13 m3/dtk. Jika

jaringan irigasi teknis dikembangkan, maka Kabupaten Kapuas Hulu akan menjadi

lumbung beras. Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah

mengkonsultasikan DI Nangakalis kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011 BWS

Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS) dan TA

2012 akan melakukan detail desain DI Nangakalis.

Saat ini sudah ada jaringan irigasi eksisting, yaitu :

a. DI Tanap Putih

Page 46: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 35

b. DI Nanga Danau Bak

c. DI Nanga Danau Kauk

d. DI Hulu Tubuk

e. DI Lubuk Mantuk

f. DI Tekudak

DI Sebangki

Kabupaten Landak banyak dialiri oleh sungai, sungai terbesarnya adalah Sungai

Landak yang bermuara di Sungai Kapuas. Sungai Landak dapat dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Jika jaringan irigasi teknis dikembangkan

secara berkesinambungan, maka kabupaten Landak akan dapat menjadi lumbung

padi/beras. Sebelum dilakukan pekerjaan fisik, maka perlu adanya studi

kelayakan/ Feasibility Study (FS) untuk mengetahui daerah yang layak dibangun.

Feasibility Studi meliputi:

a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water

balance), dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis

b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama

c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi

d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis,

dan dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material

bangunan di sekitar lokasi

e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,

ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.

Data yang dikumpulkan meliputi:

a. Data topografi

b. Data geoteknik

c. Data sumber daya air

d. Data pertanian dan kesesuaian lahan

e. Data sosial ekonomi

DI Mentebah

Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh banyak sungai.

Sungai terbesarnya adalah Sungai Mentebah yang bermuara di Sungai Kapuas.

Page 47: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 36

Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah mengkonsultasikan DI

Mentebah kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011 BWS Kalimantan I

melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS) dan TA 2012 akan

melakukan detail desain DI Mentebah. Keluaran yang dihasilkan dari Feasibiliti

Study adalah:

a. Peta situasi rencana pengembangan daerah irigasi

b. Perenacnaan peta petak termasuk trase saluran dan lokasi bangunan

irigasi

c. Rencana lokasi bendung dan pra desain bendung

d. Perumusan UKL dan UPL rencana pembangunan daerah irigasi

e. Kajian ekonomi dan teknis rencana pembangunan daerah irigasi

f. Kegiatan lanjutan pengembangan daerah irigasi

Dari irigasi Mentebah yang dapat dikembangkan seluas + 3.073 Ha yang terdiri

dari:

a. a. Petak tersier mentebah seluas = 864 ha

b. b. Petak tersier Tekalong atas seluas = 497 ha

c. c. Petak tersier Tekalong Tengah seluas = 1034 ha

d. d. Petak tersier Tekalong Bawah seluas = 678 ha

Saluran yang direncanakan terdiri dari:

a. Saluran induk Mentebah

b. Saluran Sekunder Tekalong Atas

c. Saluran Sekunder Tekalong Tengah

d. Saluran Sekunder Tekalong Bawah

DI Sambe

Kabupaten Landak banyak tersebar sungai yang bermuara di Sungai Kapuas,

diantaranya lokasi DI. Sambe yang merupakan daerah yang akan diamati segala

potensinya, dengan harapan agar daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan irigasi mengingat debit air yang mengalir sepanjang tahun

cukup memadai. Sebelum diterapkan pembangunan fisik, BWS Kalimantan I telah

melakukan studi kelayakan/ Feasibility Study (FS) pada TA. 2011. Kegiatan studi

kelayakan ini meliputi:

Page 48: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 37

a. Perhitungan ketersediaan air dan luas areal yang dapat dilayani (water

balance), dengan memilih lokasi pengambilan yang strategis dan ekonomis

b. Menentukan tipe bangunan pengambilan/ bendung, layout jaringan utama

c. Penyusunan sistem planning daerah irigasi

d. Menentukan/ memilih perencanaan teknis konstruksi yang tepat, ekonomis,

dan dapat dibangun dengan memperhatikan ketersediaan material

bangunan di sekitar lokasi

e. Melihat tingkat kelayakan pelaksanaan suatu proyek dilihat dari segi teknis,

ekonomi, finansial dan aspek ligkungan.

i. BWS Kalimantan III.

Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan III adalah Provinsi

Kalimantan Timur, sedangkan kewenangan pengelolaannya pada 5 Wilayah

Sungai, yaitu;

1. WS Mahakam, meliputi; DAS Mahakam, DAS Semboja, DAS Senipah, DAS

Semoi.

2. WS Sesayap, meliputi; DAS Segah, DAS sesayap, DAS Sebakung, DAS

Sebakis, DAS Sebuku, DAS Sembaleun, DAS Simenggaris, DAS Noteh,

DAS Sinaulan, DAS Itai, DAS Sekata, DAS Linuang Kayan, DAS Ansam,

DAS Belayau.

3. WS Kayan, meliputi; DAS Kayan, DAS Bulungan, DAS Bengara, DAS

Berasan, DAS Malimpung, DAS Selor, DAS Ansam.

4. WS Berau – Kelai, meliputi; DAS Berau, DAS Kuning, DAS Bakau, DAS

Pangkung, DAS Kasal, DAS Pantai.

5. WS Karangan, meliputi; DAS Karangan, DAS Sangata, DAS Bengalon,

DAS Marangkayu, DAS Santan.

6. WS Kendilo, meliputi’ DAS Kendilo, DAS Sengedang, DAS Janggeru, DAS

Kerang, DAS Tunan.

Terdapat 4 Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan pusat di

Kalimantan Timur dengan total luas 13.136 ha. Adapun data hasil inventarisasi

pada BWS Kalimantan III disajikan pada tabel 5.9.

Page 49: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 38

Tabel 5.9. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Kalimantan III.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Wilayah Sungai Indeks Kinerja (%)

1. Babulu Darat 3.200 Mahakam 36.78 2. Waru 3.300 Mahakam 42.34 3. Marancang 3.500 Mahakam 4. Kaubun 3.160 Mahakam 77.5

Sumber: BWS Kalimantan III, 2012

j. BBWS Pompengan Jeneberang.

Wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

meliputi 2 Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Wilayah Sungai yang terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

1. WS Jeneberang, meliputi; DAS Jeneberang, DAS Jeneponto, DAS Maros,DAS Matulu, DAS Salangketo, DAS Tangka, DAS Aparang, DAS Pamukulu.

2. WS Saddang, meliputi; DAS Sadang, DAS Mamasa, DAS Rupang, DAS Libukasi, DAS Galang-galang, DAS Lissu, DAS Barru, DAS Lakepo, DAS Lampoko, DAS Kariango, DAS Pangkajene, DAS Bone-Bone, Segeri, DAS Karajae, DAS Malipi.

3. WS Walanae-Cenranae, meliputi; DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS Paremang, DAS Bajo, DAS Awo, DAS Paneki, Keera, Ranang, Larompong, DAS Gilirang, DAS Noling, DAS Suli, DAS Suto.

4. WS Pompengan Larona, meliputi; DAS Pompengan, DAS Larona, DAS Kalaena, DASLatuppa, DAS Bua, DAS DAS Lamasi, DAS Makawa, DAS Bungadidi, DAS Kebo, DAS Rongkong, DAS Balease.

Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Barat, terdiri dari 1 Wilayah Sungai yaitu

WS Kaluku-Karama.

Terdapat 33 Daerah irigasi kewenangan pusat di Provinsi Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Barat dengan luas total 332.969,74 ha. Adapun data

hasil inventarisasi pada BBWS Pompengan Jeneberang disajikan pada tabel

5.10.

Page 50: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 39

Tabel 5.10. Data Luas Daerah Irigasi di BBWS Pompengan Jeneberang.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 D.I. Tabo-Tabo 8,615 Pangkep Sadang 63.21

2 D.I. Bantimurung 6,513 Maros Walanae Cenranae 67.96

3 D.I. Lekopancing 3,626 Maros Jeneberang 66.36 4 D.I. Kampili 10,454 Gowa, Takalar Jeneberang 66.57 5 D.I. Pamukkulu 5,204 Takalar Jeneberang 68.46 6 D.I. Bissua 10,758 Gowa Jeneberang 67.45 7 D.I. Kelara/Karalloe 7,185 Jeneponto Jeneberang 68.03 8 D.I. Bila Kalola 9,743 Sidrap, Wajo Sadang 64.19 D.I. Kalola Kalosi 5,736 Sidrap, Wajo

9 D.I. Tinco 3,520 Soppeng Walanae Cenranae 65.24

10 D.I. Langkeme 6,708 Soppeng Walanae Cenranae 66.30

11 D.I. Lawo 3,500 Soppeng 12 D.I. Walanae 3,600 Soppeng

13 D.I. Awo 5,324 Wajo Walanae Cenranae 66.00

14 D.I. Pattiro 4,970 Bone Walanae Cenranae 69.04

15 D.I. Palakka 4,663 Bone Walanae Cenranae 66.93

16 D.I. Sanrego 6,615 Bone Walanae Cenranae 69.30

17 D.I. Bayang-Bayang 5,300 1.2.2 Bulukumba

Jeneberang 65.60

18 D.I. Gilirang 7,000 Wajo 19 D.I. Boya 10,000 Wajo, Sidrap 20 D.I. Padangeng 4,200 Soppeng

21 D.I. Walimpong 26,000 Soppeng, Bone, Wajo

22 D.I. Kalaena 17,584 Luwu Timur Pompengan - Larona 65.46

23 D.I. Kanjiro 3,100 Luwu Utara Pompengan – Larona 68.90

24 D.I. Bungadidi Lauwo Senggeni 4,900 Luwu Utara

25 D.I. Baliase 28,800 Luwu Utara 26 D.I. Rongkong 31,400 Luwu Utara

27 D.I. Lamasi 10,303 Luwu Pompengan - Larona 66.78

28 D.I. Padang Sappa 6,500 Luwu Pompengan - Larona 68.32

29 D.I. Padang Sappa 5,500 Luwu Pompengan - Larona 68.32

30 D.I. Bajo 6,350 Luwu Pompengan - 66.56

Page 51: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 40

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) Larona

31 D.I. Bulu Cenrana 5,999 Sidrap Walanae Cenranae 69.06

32 D.I. Bulu Timorang 5,442 Sidrap Sadang 68.97 33 D.I. Saddang 62,203 Pinrang & Sidrap Sadang 69.60 347.315

Sumber: BBWS Pompengan Jeneberang, 2012

k. BWS Nusa Tenggara II.

Wilayah Kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II meliputi 6

Wilayah Sungai yaitu;

1. Wilayah Sungai Noelmina, meliputi; DAS Noelmina, DAS N. Termanu,

DAS Nungkurus, DAS P. Rote, DAS P. Sabu.

2. Wilayah Sungai Benanain, meliputi; DAS Benanain, DAS Mena.

3. Wilayah Sungai Aesesa, meliputi; DAS Aesesa, DAS Wae Mokel, DAS

Nanggaroro, DAS Mautenda, DAS Wolowona, DAS Waiwajo, DAS Nebe.

4. Wilayah Sungai Wae Jamal, meliputi; DAS Wae Jamal, DAS Wae

Raho/Lembor, DAS Wae Pesi, DAS P. Komodo.

5. Wilayah Sungai Pulau Sumba, meliputi; DAS Baing, DAS Kambaniru, DAS

Memboro, DAS Polapare, DAS Wanakoka.

6. Wilayah Sungai Flotim Lembata Alor, meliputi DAS Konga, DAS P.

Adonara, DAS P. Solor, DAS P. Lomblen, DAS P. Aalor, DAS P. Pantar.

Daerah irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa

Tenggara II seluas 100,997 ha. Data tersebut merupakan data usulan

perubahan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur

dengan rincian pada tabel 5.11.

Page 52: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 41

Tabel 5.11. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara II.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%) 1 Batu Merah 3070 Kab. Kupang 55.00 2 Manikin 3197 Kab. Kupang 57.20 3 Oesao 3125 Kab. Kupang 58.9 4 Tilong 3814 Kab. Kupang 5 Lokopehapo 3237 Kab. Sabu Raijua 70.50

6 Lurasik 3305 Kab. Timor Tengah Utara

7 Haekto 3250 Kab. Timor Tengah Utara 57.30

8 Mena 3550 Kab. Timor Tengah Utara 58.50

9 Haekesak 4400 Kab. Belu 69.00 10 Malaka 10386 Kab. Belu 84.5 11 Benlelang 3619 Kab. Alor 12 Danau Tua 4104 Kab. Rote Ndao 13 Ngada 7208 Kab. Ngada 81.0

14 Mbay 6378 Kab. Nagekeo 84.00

15 Wae Mantar 4788 Kab. Manggarai 82.00

16 Way Musur 3391 Kab. Manggarai Timur 81.00

17 Wae Dingin 4016 Kab. Manggarai Timur 87.00

18 Lembor 4430 Kab. Manggarai Barat 79.00

19 Nggorang 3613 Kab. Manggarai Barat

20 Bena 3514 Kab. Timor Tengah Selatan 73.00

21 Kambaniru 4943 Kab. Sumba Timur

22 Baing 3559 Kab. Sumba Timur

23 Kodi 3100 Kab. Sumba Barat Daya

24 Mautenda 3000 Kab. ende Sumber: BWS Nusa Tenggara II, 2012

l. BWS Nusa Tenggara I.

Wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I meliputi 3 Wilayah

Sungai, yaitu:

1. Wilayah Sungai Lombok, meliputi; DAS Dodokan, DAS Jangkok, DAS

Babak, DAS Segara, DAS Pamenang, DAS Meninting, DAS Sidutan.

Page 53: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 42

2. Wilayah Sungai Sumbawa, meliputi; DAS Sumbawa, DAS Beh, DAS

Sekongkang, DAS Rea, DAS Moyo, DAS Lamang, DAS Empang, DAS

Jiram, DAS Batu Bulan, DAS BAnggo.

3. Wilayah Sungai Dompu, meliputi; DAS Sambana, DAS Jatanga, DAS

Kwangko, DAS Solo, DAS Jatibaru, DAS Parado.

Daerah Irigasi kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Nusa

Tenggara I berjumlah 10 DI dengan total luas 42.927 ha, merupakan data hasil

kegiatan Monitoring dan Evaluasi TP-OP daerah irigasi >3000 ha Balai

Wilayah Sungai Nusa Tenggara I yang disajikan pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Data Luas Daerah Irigasi di BWS Nusa Tenggara I.

No Daerah Irigasi Luas (Ha) Lokasi Wilayah Sungai

Indeks Kinerja

(%)

1 Mujur II 3506 Kab. Lombok Tengah

WS Pulau Lombok 67.81

2 Batujai 3580 Kab. Lombok Tengah

WS Pulau Lombok 69.79

3 Pengga 3589 Kab. Lombok Barat

WS Pulau Lombok 67.44

4 Jurang Sate Hilir 6439 Lombok Barat WS Pulau Lombok 69.26

5 Jurang Sate Hulu 4229 Lombok Tengah WS Pulau Lombok 69.79

6 Jurang Batu 3500 Lombok Tengah WS Pulau Lombok 55.00

7 Batu Bulan 5576 Sumbawa Sumbawa 64.02 8 Mamak 5416 Sumbawa 58.08 9 Pelaparado 3834 Bima Dompu

10 Surabaya 3258 Praya/Lombok tengah WS Lombok 61.40

Sumber: BWS Nusa Tenggara I, 2012

B. Irigasi Mikro

Identifikasi Luas Lahan Penerapan Irigasi Mikro telah dilakukan pada

beberapa wilayah di Indonesia, Penerapan irigasi mikro oleh petani maupun

perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertanian masih sangat jarang.

Inventarisasi data irigasi mikro dilakukan di Dinas Pertanian tingkat Provinsi,

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tingkat Provinsi dan BBWS/ BWS.

Page 54: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 43

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan didapatkan luasan penerapan

irigasi mikro di Indonesia seluas 9.066,15 Ha, dengan rincian yang disajikan

dalam tabel 5.13.

Tabel 5.13. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro

No Lokasi Luas (ha) Jenis Irigasi Komoditas Keterangan Sumber

Tekanan

1 Ciherang (Cipanas)

15 Drip Strawberry, blueberry, blackberry

Swasta Pompa

2 Sarangan Magetan 25 Mikro sprayer

sayuran dan bawang merah

petani mandiri Gravitasi

3 NTB (amor-amor) 2 Mikro sprayer, drip

buah-buahan petani mandiri Pompa

4 Cipanas 10 Drip Mawar Swasta Pompa

5 Lembang 3 Drip paprika dan buah-buahan

petani mandiri Pompa

6 Cisarua 8 Drip paprika petani mandiri Pompa

Cisarua 30 Embor paprika petani mandiri

7 Pangalengan 100 Drip teh Swasta Pompa

8 NTB Bayan 0,5 drip Semangka Penelitian pompa dan gravitasi

9 Parung 2 - - BPPT Pompa

10 Bali 0,5 Drip Cabe BBWS Penida Bali

Pompa dan Gravitasi

11 NTT 3 Drip Cabe, Mentimun BBWS Pompa

12 Sulawesi Selatan 8150 Mikro sprayer

Hortikultura(tomat, wortel, kentang, Bawang Merah

Petani Mandiri (terdapat 741 Kelompok tani) Gravitasi

13

Kalimantan Tengah + Kalimantan Barat

249,5 468,15 --

Binaan Kementerian Pertanian -

Irigasi mikro telah banyak dikembangkan di Indonesia, namun sampai

dengan saat ini inventarisasi luasan irigasi mikro tersebut belum pernah dilakukan.

Penerapan irigasi mikro umumnya dilakukan oleh petani mandiri maupun oleh

perusahaan beras perkebunan swasta untuk komoditas hortikultura.

Penerapan irigasi tetes di Propinsi Kalimantan Barat telah dilakukan sejak

tahun 2006 oleh Dinas Pertanian setempat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Propinsi Kalimantan Barat, terdapat 3 lokasi penerapan irigasi

bertekanan, yaitu:

Page 55: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 44

1. Kabupaten Sambas

Jenis irigasi berupa irigasi sprinkler sebanyak 2 unit yang berada di Desa

Semburing Kec. Semparuk dan Ds. Mensere Kec. Tebas. Sedangkan

irigasi tetes hanya diterapkan 1 unit di Ds. Semparuk Kec. Semparuk.

2. Kota Pontianak

Kota pontianak telah menerapkan irigasi sprinkler sebanyak 6 unit yang

berada di Ds. Siantan Hilir Kec. Pontianak Utara.

BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi telah mengkaji

pemanfaatan irigasi tetes untuk tanaman lidah buaya. Di Indonesia, sentra

produksi tanaman lidah buaya terdapat di daerah Pontianak, Kalimantan Barat.

Tanaman lidah buaya dengan kultur jaringan dengan irigasi tetes memiliki hasil

cukup signifikan dibanding tanaman lidah buaya konvensional.

Secara umum, untuk saat ini irigasi mikro tidak terlalu dipergunakan oleh

petani setempat karena kondisi cuaca yang masih sering terjadi hujan, sehingga

petani masih dapat mengandalkan air hujan untuk irigasinya.

Di Banjarmasin - Kalimantan Tengah, Irigasi mikro mulai dikembangkan

tahun 2010 yang di bina oleh Kementerian Pertanian. Irigasi mikro dikembangkan

untuk mengoptimalisasikan penggunaan air irigasi dari bendungan Amandit.

Potensi areal yang dimiliki Bendungan Amandit tahun 2010 sebesar 5.472 ha,

lahan sawah fungsional sebanyak 3.062,6 ha, potensi areal jaringan makro

sebanyak 1.474,0 ha. Jaringan mikro yang sudah terbangun sampai dengan tahun

2010 seluas 249,5 ha dan tahun 2011 seluas 468,15 ha.

Pengembangan irigasi mikro di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai luasan

8.150 ha yang dikembangkan oleh petanin secara tradisional di Kecamatan

Bantaeng dan Enrekang untuk komoditas tanaman kol, tomat, wortel, kentang dan

bawang merah. Teknologi yang digunakan adalah dengan irigasi mikro sprayer

sederhana bertenaga gravitasi.

5.1.2. SIG SDA Bidang Irigasi

Software yang digunakan untuk kodefikasi data irigasi adalah ArcView3.3.

Proses kodefikasi dilakukan untuk mengisi atribut daerah irigasi dengan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Nama dan Luas Daerah Irigasi.

Page 56: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 45

2. Status Kewenangan Pengelolaan berdasarkan Kepmen PU No.

390/KPTS/M/2007.

3. Data Bangunan

4. Tahun dibangun

5. Sumber Air.

6. Alih Fungsi Lahan

Metode yang digunakan adalah dengan meng-overlay peta DAS terbaru

serta Peta Wilayah Sungai berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012

tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peta hasil overlay antara peta DAS dan

Wilayah sungai tersebut kemudian di overlay dengan peta daerah irigasi,

kemudian dilakukan pengisian atribut pada masing-masing daerah irigasi pada

peta yang ada.

A. Platform SIG SDA Bidang Irigasi

Diskusi SIG-SDA tersebut dilaksanakan pada 17 April 2012 untuk membahas

platform SIG-SDA terkait dengan atribut/informasi yang akan ditampilkan dalam

web SIG-SDA Puslitbang SDA. Perubahan informasi pada SIG-SDA bidang Irigasi

disajikan dalam tabel 5.14.

Tabel 5.14. Atribut Irigasi pada SIG-SDA (platform SIG-SDA)

No Informasi Atribut

1 Peta Daerah Irigasi (pusat dan propinsi)

Nama Irigasi Luas Area Indeks Pertanaman (IP) Status pengelolaan 2 Skema Irigasi Kode Bangunan Kode Petak Kondisi Debit Kebutuhan Luas Petak Nama dan status P3A Jenis bangunan irigasi Tahun dibangun 3 Alih Fungsi Lahan Per 5

tahun Perhitungan alih fungsi lahan

Layer Alih fungsi lahan per 5 tahun.

Page 57: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 46

Beberapa bentuk yang dapat digunakan sebagai informasi spasial bidang

irigasi dalam adalah sebagai berikut:

1. Polygon; yang berisi informasi mengenai nama DI, Luasan DI, Indeks

Pertanaman dan status pengelolaan).

2. Point; berisi informasi mengenai bangunan, P3A dan petak tersier.

3. Peta Alih Fungsi lahan irigasi.

Diskusi lanjutan dilakukan pada 29 Juni 2012 dengan mengagendakan

tampilan website SIG-SDA, dengan melakukan perubahan tampilan yang disusun

berdasarkan DAS. Hasil diskusi tersebut diantaranya membahas perubahan

atribut pada masing-masing balai. Balai Irigasi mengajukan perubahan digitasi dari

point menjadi polygon sedangkan informasi skema jaringan disampaikan dalam

bentuk pdf. Perubahan atribut SIG-SDA bidang Irigasi disajikan dalam gambar 5.1.

Gambar 5.1. Perubahan Atribut SIG SDA Bidang Irigasi

Kodefikasi geografis SIG-SDA bidang irigasi dilaksanakan dengan

memberikan informasi secara geografis untuk bidang irigasi pada peta geografis

yang dikeluarkan oleh pusair dan ditayangkan melalui website pusair-pu.go.id,

pada tahun 2012 kodefikasi Geografis bidang irigasi akan dilaksanakan untuk

pulau Jawa.

B. PROSES KODEFIKASI

Pelakanaan pekerjaan SIG-SDA bidang Irigasi dilakukan dengan

menggunakan software ArcView 3.3 dengan proses sebagai berikut:

Page 58: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 47

1. Overlay peta Daerah Aliran Sungai dengan Peta Wilayah Sungai terbaru

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2012 seperti ditunjukkan

pada gambar 5.2.

Gambar 5.2. Proses Overlay peta DAS dengan Wilayah Sungai

2. Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta daerah irigasi, seperti

disajikan dalam gambar 5.3.

Gambar 5.3. Proses Overlay peta DAS dan Wilayah Sungai dengan peta Daerah Irigasi

Page 59: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 48

Gambar 5.4.Tampilan Peta Daerah Irigasi setelah proses Overlay.

Gambar 5.5. Tampilan daerah Irigasi di pulau jawa dan Madura

3. Penyesuaian dan pengisian atribut peta.

(a) (b) Gambar 5.6. Penyesuaian Atribut peta

(a) Sebelum penyesuaian atribut irigasi (b) Sesudah penyesuaian.

Page 60: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 49

Gambar 5.7. Atribut Daerah Irigasi

Pelaksanaan kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi tidak hanya dilakukan pada

perubahan atribut saja, akan tetapi juga mengupdate data-data sesuai dengan

data terbaru hasil survey dan pengumpulan data bidang irigasi tahun 2012.

Berdasarkan kodefikasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah

daerah irigasi berdasarkan data spasial pada pekerjaan ini adalah 2214 daerah

irigasi yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta kewenangan

pusat.

Page 61: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 50

Sampai dengan disusunnya laporan ini, pengisian atribut daerah irigasi

belum sepenuhnya selesai, kekurangan data berupa data skema jaringan maupun

skema bangunan irigasi menjadi kendala dalam pengisian atribut berupa jumlah

bangunan dan saluran serta petak tersier yang ada. Selain itu, skema yang juga

akan ditampilkan sebagai informasi tambahan pada SIG SDA bidang irigasi ini,

pada kenyataannya setiap daerah irigasi belum tentu memiliki data skema

jaringan maupun skema bangunan, terutama untuk daerah irigasi desa (non

teknis).

Kodefikasi geografis peta Pulau Jawa tersebut selanjutnya dapat digunakan

untuk melengkapi SIG-SDA Puslitbang Sumber Daya Air, tampilan informasi

bidang irigasi yang telah diupdate ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai kondisi daerah irigasi di Pulau Jawa dan Madura.

5.1.3. Katalog Irigasi

Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,

terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:

Berdasarkan diskusi dengan narasumber yang telah dilaksanakan,

terdapat beberapa masukan penting dalam penyusunan katalog irigasi yaitu:

1. Data yang dimasukkan untuk katalog irigasi ditekankan pada data yang

bersifat statis, antara lain:

a. Kapan dibangun (sejarah pembangunan)

b. Pengelola daerah irigasi.

c. Luasan daerah irigasi

d. Lokasi daerah irigasi

e. Berdasarkan kewenangannya (kewenangan pusat)

2. Data yang dimasukkan dalam katalog irigasi adalah inventarisasi bangunan

dan saluran saja, mengenai data OP lebih baik tidak diikutsertakan.

3. Memperhatikan kontinuitas data dari tahun ke tahun, termasuk mengarah ke

data buku pintar irigasi yang sudah ada.

Daerah irigasi yang akan dijadikan contoh katalog irigasi adalah Daerah

Irigasi Cihea Cianjur Jawa Barat. Pelaksanaan pengumpulan data melalui

penelusuran jaringan irigasi Daerah irigasi Cihea untuk melengkapi kekurangan

Page 62: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 51

bahan dalam penyusunan katalog irigasi melalui inventarisasi bangunan dan

saluran irigasi yang dilengkapi dengan koordinatnya.

Daerah irigasi Cihea merupakan salah satu daerah irigasi yang dibangun

pada masa penjajahan Belanda tahun 1879 dengan luas areal 5.610 Ha. Pada

mulanya daerah irigasi ini merupakan daerah yang tidak produktif dan sumber

penyakit malaria. Kemudian pada tahun 1879–1984 dilakukan survey dan

perencanaan untuk mengubah daerah tersebut menjadi daerah yang produktif.

Gambar 5.8. Bendung Cisokan

Tahun 1885 dilakukan persiapan rencana pelaksanaan pembangunan

jaringan irigasi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan fisik

jaringan utama (saluran primer dan sekunder) pada tahun 1886 – 1889. Tahun

1898 – 1904 dilaksanakan pembangunan fisik jaringan tersier yang dapat

difungsikan seluruhnya pada tahun 1914.

Awalnya, Daerah Irigasi Cihea dapat mengairi areal seluas 5.610 ha,

namun seiring dengan adanya alih fungsi lahan pertanian (sawah irigasi)

menjadi areal permukiman, maka sampai saat ini Daerah Irigasi Cihea ini

memiliki luas areal 5.495 ha.

Page 63: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 52

a. Kondisi Geografis

Daerah Irigasi Cihea memiliki topografi yang relatif datar dengan elevasi

488 m pada bendung Cisokan. Daerah irigasi Cihea terletak di Kabupaten

Ciajur yang meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Ciranjang dan

Kecamatan Bojong Picung yang terdiri dari 25 desa seperti yang disajikan

dalam tabel 5.15.

Tabel 5.15. Lokasi daerah Irigasi Cihea

Kecamatan Bojong Picung, terdiri

dari 14 desa, sebagai berikut:

Kecamatan Ciranjang, terdiri dari 11

desa, sebagai berikut:

1. Desa Sukarama

2. Desa Sukajaya

3. Desa Cikondang

4. Desa Jatisari

5. Desa Jati

6. Desa Cibarengkok

7. Desa Sukaratu

8. Desa Neglasari

9. Desa Hegarmanah

10. Desa Bojongpicung

11. Desa Mekarwangi

12. Desa Ramasari

13. Desa Haurwangi

14. Desa Kertasari

1. Desa Nanggalamekar

2. Desa Ciranjang

3. Desa Cibiuk

4. Desa Kertajaya

5. Desa Karangwangi

6. Desa Sindangjaya

7. Desa Cipeuyeum

8. Desa Hegarmanah

9. Desa Mekargalih

10. Desa Kertamukti

11. Desa Gunungsari

Sumber, Balai PSDA Wilayah Ciranjang, 2012

b. Batas Wilayah

Secara administrasi daerah irigasi Cihea termasuk dalam wilayah

Kabupaten Cianjur, dengan batas wilayah sebagai berikut:

a) Selatan : Saluran induk Cisokan

b) Utara : Bendungan Cirata

c) Barat :Sungai Cisokan

d) Timur : Sungai Citarum

Page 64: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 53

Gambar 5.9. Batas Daerah Irigasi Cianjur

Gambar 5.10. Letak Daerah Irigasi Cihea dalam Wilayah Sungai Citarum

c. Sumber air

Sumber air utama diambil dari sungai Cisokan melalui sebuah bendung

Cisokan yang berada di Desa Sukarama, selain dari bendung Cisokan sumber air

lain yang melayani daerah irigasi Cihea adalah Bendung Ciranjang yang

mendapatkan suplesi dari bendung Cisokan. Bendung Ciranjang terletak di Desa

Bojongpicung Kecamatan Bojongpicung.

Page 65: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 54

Gambar 5.11. Bendung Cisokan dan Bendung Ciranjang

Areal sawah yang dilayani oleh Bendung Cisokan adalah 3.715 ha dan

1.780 ha sawah diairi oleh Bendung Ciranjang. Pemberian air pada lahan irigasi

tersebut dibagi kedalam 3 golongan yaitu Golongan I, II dan III, dimana Golongan I

dan II mendapatkan air dari Bendung Cisokan sedangkan untuk Golongan II

mendapat air dari sungai Ciranjang melalui Bendung Ciranjang.

Tabel 5.16. Golongan Pembagian Air.

Nama Areal Potensial (Ha) Areal Fungsional (Ha) Golongan I 1.863 1.863 Golongan II 1.852 1.852 Golongan III 1.780 1.769 TOTAL 5.495 5.484

d. Pola Dan Intensitas Tanam

Berdasarkan data di Balai PSDA Wilayah III Ciranjang, Intensitas tanam di

Daerah Irigasi Cihea cukup tinggi hamper mencapai 300%, data tersebut disajikan dalam

tabel 5.17.

Tabel 5.17. Intensitas tanam Daerah Irigasi Cihea

Tahun Luas Padi (Ha)

Palawija IP MT-I MT-II MT-III

1995 5.495 5.495 5.495 450 3.900 279 1996 5.495 5.495 5.495 301 3.894 276 1997 5.495 5.495 5.495 118 4.170 278 1998 5.495 5.495 5.495 827 3.830 284

Produktivitas tanam untuk padi rata-rata 6,7 ton/ha, sedangkan untuk palawija

mencapai 1.3 ton/ha.

Pola tanam yang diterapkan untuk Daerah Irigasi Cihea adalah PADi –

PADI – PALAWIJA, dapat digambarkan dalam tabel 5.18.

Page 66: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 55

Tabel 5.18. Pola Tanam DI Cihea. GOLONGAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

Golongan I

Golongan II

Golongan II

Keterangan:

Golongan I

a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): Oktober Minggu ke-I – Februari Minggu ke-I.

b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Februari Mingg ke II – Juni Minggu ke-II

c. Musim Tanam III (Palawija) : Juli Minggu ke I – September Minggu Ke-I

Golongan II

a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): Oktober Minggu ke-II – Februari Minggu ke-II.

b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Februari Mingg ke-III – Juni Minggu ke-III

c. Musim Tanam III (Palawija) : Juli Minggu ke II – September Minggu Ke-II

Golongan III

a. Musim Tanam I (Padi Rendeng): November Minggu ke-I – Maret Minggu ke-I.

b. Musim Tanam II (Padi Gadu) : Maret Mingg ke II – Juli Minggu ke-II

c. Musim Tanam III (Palawija) : Agustus Minggu ke I – Oktober Minggu Ke-I

e. Saluran

Daerah Irigasi Cihea mempunyai 2 Saluran Induk yaitu Saluran Induk

Cisokan sepanjang 17.100 m dan Saluran Induk Ciranjang km dan 5.100 m.

Total panjang saluran sekunder pada Daerah Irigasi Cihea adalah 29.040 m.

Air irigasi dari Bendung Cisokan dialirkan melalui 7 Saluran Sekunder yaitu

saluran sekunder Cikondang, Saluran Sekunder Cidukuh, Saluran Sekunder

Cidukuh Timur, Saluran Sekunder Cibarengkok, Saluran Sekunder Cibarengkok

A, Saluran Sekunder Cipetir Barat dan Saluran Sekunder Cipetir Timur.

Saluran Sekunder yang menginduk pada saluran Induk Ciranjang yaitu

Saluran sekunder Pasir Dawuan, Saluran sekunder Cikoronjo , Saluran

Sekunder Cibanteng dan Saluran Sekunder Ngamprah.

MT I MT II

MT I MT I MT II

MT II MT I MT I

MT I MT III

MT III

MT III

Page 67: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 56

f. Bangunan

Bangunan irigasi pada daerah irigasi Cihea berjumlah 376 bangunan yang

terdiri dari 2 buah bendung, 1 buah bangunan bagi, 8 buah bangunan bagi

sadap, 91 buah bangunan sadap, 96 buah bangunan terjun, 11 buah bangunan

ukur, 7 buah bangunan talang, 22 buah bangunan suplesi, 38 buah gorong-

gorong.

5.2. ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.2.1. Pangkalan Data Irigasi (Irigasi Permukaan da n Irigasi Mikro)

A. Irigasi Permukaan.

Pangkalan Data dan Sistem Informasi Geografis bidang Irigasi sangat

ditentukan oleh keberadaan data dan updating data bidang irigasi, hasil

pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian dihitung dan dikelompokkan

kedalam sub menu yang tedapat dalam Software Sistem Informasi Data Dasar

Irigasi (SIDDI). Sejauh ini data yang telah dikelompokkan berdasarkan

keberadaan bangunan, saluran dan sumber air irigasi. Data tersebut terlebih

dahulu akan dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 .

Berdasarkan data tersebut penyusutan luasan lahan irigasi yang ada

akan dianalisa apakah termasuk kedalam alih fungsi lahan irigasi. Analisa

dilakukan berdasarkan data yang ada. Data disusun dalam bentuk tabel yang

menyajikan luasan daerah irigasi berdasarkan Kepmen PU No.

390/KPTS/M/2007 dengan luasan usulan perubahan berdasarkan hasil

pengumpulan data irigasi di BWS/BBWS/Balai PSDA Provinsi/Dinas Pekerjaan

Umum. Nilai yang didapat berupa alih fungsi lahan irigasi tersebut selanjutnya

akan diserahkan kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk bahan revisi

Kepmen tersebut.

a. BBWS Sumatera VIII.

Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 5.19

dapat dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang

tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BBWS

Sumatera VIII). Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan

perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

Page 68: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 57

1. Luas Daerah Irigasi kewenangan pusat yang yang menjadi tanggung jawab

pengelolaan oleh BWS Sumatera II adalah 151.958 ha.

2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat

selisih luasan sebesar 39.494 ha.

3. Daerah Irigasi yang tidak sesuai dengan di lapangan yaitu Daerah Irigasi

Komering dengan Luas 64.854 ha, berdasarkan Kepmen 390/KPTS/M/2007

Daerah Irigasi Komering/Way Komering mempunyai luas 67.828 ha yang

merupakan daerah irigasi lintas provinsi Sumatera Selatan (Kab. OKU

Timur) dan Lampung (Kab. Way Kanan). Selain itu, didalam Kepmen PU

Nomor 390/KPTS/M/2007 menyebutkan bahwa terdapat DI Komering Utara

seluas 18.077 ha dan DI Komering Selatan seluas 18443 ha, dimana

Daerah Irigasi tersebut dilapangan merupakan satu daerah irigasi seluas

64.854 ha.

Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi.

Tabel 5.19. Perubahan/ Evaluasi Luas aerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Sumatera VIII

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Komering 64.854 Komering Selatan / Way

Komering 67.828 55.00

2 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 55.00 3 Muara Riben 6.658 Muara Riben 6.658 56.53 4 Lematang Kanan 5.750 Lematang Kanan 5.750 55.00 5 Air Mulak 3.500 Air Mulak 3.500 55.00 6 Masam Balau 3.000 Masam Balau 3.000 55.00 7 Air Keruh 3.500 Air Keruh 3.500 55.02 8 Air Lintang Kanan 5.400 Air Lintang Kanan 5.400 55.89 9 Air Gegas 3.845 Air Gegas 3.845 60.50 10 Selangis/Jemair 3.000 Selangis/Jemair 3.000 67.42 11 Belitang 20.968 Belitang 20.968 12 Komering Utara 18.077 13 Komering Selatan 18.443 12 Muncak Kabau 7.370 Muncak Kabau 7.370 13 Lakitan 13.950 Lakitan 13.950

TOTAL LUAS 151.958 191.452

Page 69: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 58

b. BWS Sumatera II.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan

yang disajikan dalam tabel 5.20.

Tabel 5.20. Perubahan/ Evaluasi Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera II

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha)

No Nama Daerah Irigasi

Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) Indeks

Kinerja (%) 1 Namu Sira-sira 6.300 Namu Sira-sira/Paya

Sordang 6.300

59.70

2 Paya Sordang 4.350 Paya Sordang 4.350 60.16 3 Bandar Sidoras 3.017 Bandar Sidoras 3.017 65.45 4 Sungai Ular 18.500 72.40 5 Perbaungan 5.920 Perbaungan 5.920 56.34 6 Sei Buluh 4.020 Sei Buluh 4.020 66.33 7 Belutu 5.082 Belutu 5.082 61.40 8 Kerasaan 5.000 Kerasaan 5.000 73.07 9 Bah Bolon 10.500 72.75 10 Silau Bondo 3.231 Silau Bondo 3.231 11 Batang Ilung 4.194 Batang Ilung 4.194 55.31 12 Batang Angkola 7.200 13 Batang Gadis 6.628 Batang Gadis 6.628 64.95 14 Bulung Ihit 3.300 Bulung Ihit 3.300 Perkotaan 3.457

TOTAL LUAS 87.242 54.499

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat data luasan daerah irigasi

yang telah ditetapkan dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yang tidak

sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang

dapat dijadikan masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah

sebagai berikut:

1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera II bahwa daerah irigasi

kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera II adalah 87.242 ha.

2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS

Sumatera II terdapat selisih luasan sebesar 32.743 ha.

3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum

dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Sei Ular seluas

18.500 ha dan DI Batang Angkola seluas 7.200 Ha.

Page 70: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 59

4. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tertera dalam Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 namun tidak tertera dalam data daerah irigasi di

lapangan (Kewenangan BWS Sumatera II) yaitu DI Perkotaan dengan Luas

3.457.

Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi.

c. BWS Sumatera I.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan

yang disajikan dalam tabel 5.21.

Tabel 5.21. Perubahan/ Evaluasi Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera I

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Jambo Aye Langkahan 19.473 Jambo Aye Langkahan 19.360 63.45 2 Krueng Tiro 6.924 3 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 Krueng Jreu/Keuliling 8.077 59.50 4 Krueng Aceh/Leubok 7.884 Krueng Aceh/Leubok 7.884 70.05 5 Pante Lhong 6.562 Pante Lhong 6.562 65.76 6 Paya Nie 3.121 Paya Nie 3.121 60.80 7 Alue Ubay 4.144 Alue Ubay 4.141 8 Krueng Pase 8.922 Krueng Pase 8.791 58.40 9 Datar Diana 1.700 Datar Diana 3.200 10 Jeuram 7.499 Jeuram 12.446 61.50 11 Krueng Tripa 17.000 Krueng Tripa 17.000 12 Susoh 5.966 Susoh 5.793 57.90 13 Lawe Alas/Kuta Cane

Lama 15.000 Kuta Cane Lama 5.425

14 Baroraya 12.194 Baroraya 19.118 62.81 15 Gunung Pudung 5.250 16 Lhok Guci 18.542 56.50 17 Tamiang 5.000 18 Peureulak 5.000

TOTAL LUAS 158.258 120.918

Berdasarkan data luasan daerah irigasi yang disajikan dalam tabel 5.21

dapat dievaluasi bahwa data luasan Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 terdapat beberapa Daerah Irigasi yang

tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan (pengelolaan BWS Sumatera

Page 71: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 60

I). Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan kepada

direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Sesuai dengan data lapangan di BWS Sumatera I bahwa daerah irigasi

kewenangan pusat yang dikelola oleh BWS Sumatera I adalah 158.258 ha.

2. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS

Sumatera I terdapat selisih luasan sebesar 37.340 ha.

3. Selisih Luasan Tersebut merupakan data daerah irigasi yang tidak tercantum

dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, yaitu DI Krueng Tiro dengan

Luas 6.924 ha, DI Gunung Pudung seluas 5.250 ha, DI Lhok Guci seluas

18.542 ha, DI Tamiang seluas 5.000 ha dan DI Peureulak dengan luas 5.000

ha, data tersebut menjadi catatan perubahan untuk usulan dalam perubahan

data Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007.

4. Adanya penambahan luas areal daerah irigasi Jambo Aye Langkahan seluas

113 ha, DI Alue Ubay seluas 3 ha, DI Krueng Pase seluas 131 ha, DI Susoh

seluas 173 ha, DI Lawe Alas/Kuta Cane Lama dari 5.425 ha menjadi 15.000

ha (9.575 ha).

5. Adanya Alih Fungsi lahan (pengurangan data luasan DI) pada DI Datar Diana

dari 3.200 ha menjadi 1.700 ha (1.500 ha), DIJeuram dari 12.446 menjadi

7.499 ha (4.967 ha), DI Baroraya dari 19.118 ha menjadi 12.194 ha (6924

ha).

Berdasarkan 5 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi.

d. BWS Sumatera V.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan

yang disajikan dalam tabel 5.22.

Page 72: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 61

Tabel 5.22. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera V.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Pantai Rao 8.300 Pantai Rao 8.300 76.00

2 Batang Tongar 6.644 Batang Tongar 6.644 74.00

3 Batang Batahan 6.246 Batahan 6.246 66.00

4 Batang Anai 13.604 BAtang Anai 13.604 76.00

5 Antokan 4.200 Antokan 4.200 74.00

6 Batang Indrapura 6.040 Batang Indrapura 6.040 63.5

7 Malapang Ampang Tulak

3.000 Malapang Ampang Tulak

3.000 72.50

8 Batang Bayang 6.000 Batang Bayang 6.500 68.20

9 Lunang Tanjung Jati 6.113 Lunang Tanjung Jati 6.113 55.00

10 Batang Palangki 4.300 Batang Palangki 4.300

11 Sinarmar 3.000 Batang Sinamar 3.000

12 Kawasan Ubo 5.616

TOTAL LUAS 73.063 67.947

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan

perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) di BWS

Sumatera V bahwa terdapat selisih luasan sebesar 5616 Ha.

2. Terdapat 1 Daerah Irigasi yang tidak tercantum dalam Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 namun daerah irigasi terbut di lapangan menjadi

kewenangan pemerintah pusat yaitu DI Kawasan Ubo seluas 5.616 Ha.

Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama dan

Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan Luas

Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

e. BWS Sumatera VII.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS

Sumatera VII yang disajikan dalam tabel 5.23.

Page 73: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 62

Tabel 5.23. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Sumatera VII.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Muko-Muko Kanan -Kiri 11.979 Muko-muko Kanan 6.600 70

2 Air Lais Kuro Tidur 7.053 Air Lais Kuro Tidur 5.936 69.10

3 Air Seluma 7.496 Air Seluma 7.496 70.15

4 Air Ketahun 3.050 Air Majunto kiri 7.060 60.70

5 Air Nipis Seginim 3.116 Air Nipis Seginim 3.116 64.80

TOTAL 32.694 30.208

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan

perubahan kepada Direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat

selisih luasan antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan sebesar 2468 Ha.

2. Selisih luasan tersebut dikarenakan terdapat 2 Daerah Irigasi yang

luasannya tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan

daerah irigasi di lapangan, daerah irigasi tersebut mengalami

pengembangan atau penambahan luasan yaitu DI Muko-Muko Kanan, di

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 mempunyai luas 6.600 ha mengalami

pengembangan luas sebesar 5.379 ha menjadi seluas 11.979 ha dan Daerah

Irigasi Air Lais Kuro Tidur pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007

seluas 5936 ha, padahal luasan sebenarnya di lapangan adalah 7.053 ha

mengalami penambahan luas sebesar 1117 ha.

3. Terdapat 1 daerah irigasi yang mengalami alih fungsi lahan 4.010 ha dari

7.060 ha pada Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007, sedangkan kondisi

yang ada di lapangan seluas 3.050 ha.

Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

Page 74: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 63

f. BWS Kalimantan II.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS

Kalimantan II yang disajikan dalam tabel 5.24.

Tabel 5.24. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Kalimantan II.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Riam Kanan 6.000 Riam Kanan 6.000 76.61 2 Tapin 3.471 Tapin 5.472 75.65 3 Alabio 6.000 - - 70.17 3 Telaga Langsat 3.018 Telaga Langsat 3.018 72.19 4 Amandit 5.472 - - - 5 Batu Licin 3.000 Batu Licin 3.000 - 6 Sungai Bungur 3.600 Sungai Bungur 3.600 - 7 Batang Alai 8.000 - TOTAL 38.561 21.090

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan

perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Dari total luasan Daerah Irigasi Kewenangan pusat (>3000 ha) terdapat

selisih luasan antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan sebesar 17.471 Ha.

2. Selisih luasan daearah irigasi antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007

dengan kondisi yang ada di lapangan tersebut diantaranya adalah adanya 3

daerah irigasi yang ada di lapangan namun tidak tercantum dalam Kepmen

PU Nomor 390/KPTS/M/2007 yaitu DI Alabio seluas 6.000 ha DI Amandit

seluas 5.472 ha dan DI Batang Alai seluas 8.000 ha.

3. Perubahan luasan yang disebabkan alih fungsi (penurunan luasan lahan

irigasi) seluas 2.001 ha yaitu daerah irigasi Tapin yang mempunyai luas

3.471 ha di lapangan sedangkan yang tercantum dalam Kepmen PU No.

390/KPTS/M/2007 adalah 5.472 ha.

Page 75: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 64

Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

g. BWS Kalimantan I.

Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab

pengelolaan BWS Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi yang tercantum dalam

tabel 5.25. Kelima Daerah Irigasi tersebut merupakan daerah irigasi baru yang

merupakan pengembangan daerah irigasi menjadi 1 sistem jaringan irigasi.

Tabel 5.25. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Kalimantan I.

No Nama DI Luas (Ha) Lokasi Status 1 DI Sanggau Ledo 6.500 Kab. Bengkayang Uji Amdal (2012) 2 DI Nanga Kalis 6.000 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 3 DI Sebangki 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011) 4 DI Mentebah 3.037 Kab. Kapuas Hulu Detail Desain (2012) 5 DI Sambe 3.000 Kab. Landak Feasibility Study (2011)

TOTAL 21.537

Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang terletak di Kabupaten Bengkayang

merupakan salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengembangan

areal/lahan pertanian, dimana luas potensial yang ada diperkirakan mencapai

6500 Ha. Sebagian lahan telah dibuat jaringan irigasinya secara teknis seluas

1.451 Ha. Sumber air berasal dari Sungai Pisak, Sungai Tebudak, Sungai Tahu

dan Sungai Ngadan anak sungai dari Sungai Tanggi (anak sungai Sambas).

Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau dialiri oleh

banyak sungai. Salah satu sungai adalah Sungai Kalis yang bermuara di

Sungai Mandai yang merupakan anak Sungai Kapuas. Jika jaringan irigasi

teknis dikembangkan, maka Kabupaten Kapuas Hulu akan menjadi lumbung

beras. Pada TA 2010 Balai Wilayah Sungai Kalimantan I telah

mengkonsultasikan DI Nangakalis kepada Direktorat Jenderal SDA. TA 2011

BWS Kalimantan I melakukan pekerjaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (FS)

dan TA 2012 akan melakukan detail desain DI Nangakalis.

DI Sebangki seluas 3000 ha terletak di Kabupaten Landak, dengan

memanfaatkan Sungai Landak yang bermuara di Sungai Kapuas. DI Mentebah

seluas 3.037 haterletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan memanfaatkan

Page 76: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 65

Sungai Mentebah sebagai sumber airnya. DI Sambe seluas 3000 ha juga akan

dikembangkan menjadi daerah irigasi baru yang terletak di Kabupaten Landak

dengan memanfaatkan sumber air dari Hulu Kapuas.

Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS

Kalimantan I adalah 5 Daerah Irigasi dengan total luas 32.694 Ha yang belum

tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian,

data tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa,

Ditjen SDA.

h. BWS Kalimantan III.

Daerah Irigasi kewenangan pusat yang menjadi tanggungjawab

pengelolaan BWS Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas

13.160 hayang tercantum dalam tabel 5.26.

Tabel 5.26. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusatdi BWS Kalimantan III.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1. Babulu Darat 3.200 - - 36.78 2. Waru 3.300 - - 42.34 3. Marancang 3.500 - - 4. Kaubun 3.160 - - 77.5

TOTAL 13.160

Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab pengelolaannya oleh BWS

Kalimantan II adalah 4 Daerah Irigasi dengan total luas 13.160 Ha yang belum

tercantum dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007. Dengan demikian,

data tersebut menjadi catatan yang dapat dijadikan masukan perubahan dalam

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 kepada direktorat Irigasi dan Rawa,

Ditjen SDA.

i. BBWS Pompengan Jeneberang.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di lapangan

yang disajikan dalam tabel 5.27.

Page 77: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 66

Tabel 5.27. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Pompengan Jeneberang.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 D.I. Tabo-Tabo 8,615 Tabo-Tabo 8.615 63.21 2 D.I. Bantimurung 6,513 Bantimurung 6.513 67.96 3 D.I. Lekopancing 3,626 Lekopancing 3.626 66.36 4 D.I. Kampili 10,454 Jeneberang/Kampili 10.545 66.57 5 D.I. Pamukkulu 5,204 Pammukulu 5.204 68.46 6 D.I. Bissua 10,758 Kampili/Bissua 10.758 67.45 7 D.I. Kelara/Karalloe 7,185 Kelara 7.199 68.03 8 D.I. Bila Kalola 9,743 Bila Kalola 9.743 64.19 D.I. Kalola Kalosi 5,736 Kalola Kolasi 5.405 9 D.I. Tinco 3,520 Tinco kiri/kanan 3.520 65.24 10 D.I. Langkeme 6,708 Langkeme 6.708 66.30 11 D.I. Lawo 3,500 Lawo 3.600 12 D.I. Walanae 3,600 Walanae 3.600 13 D.I. Awo 5,324 Awo 5.254 66.00 14 D.I. Pattiro 4,970 Pattiro 4.970 69.04 15 D.I. Palakka 4,663 Palakka 4.633 66.93 16 D.I. Sanrego 6,615 Sanrego 9.457 69.30 17 D.I. Bayang-Bayang 5,300 Bayang-Bayang 5.030 65.60 18 D.I. Gilirang 7,000 Gelirang 7.000 19 D.I. Boya 10,000 20 D.I. Padangeng 4,200 Paddange 4.200 21 D.I. Walimpong 26,000 22 D.I. Kalaena 17,584 Kalaena 17.584 65.46 23 D.I. Kanjiro 3,100 Kalaena kiri/kanan 16.945 68.90

24 D.I. Bungadidi Lauwo Senggeni 4,900 Bungadidi 3.500

25 D.I. Baliase 28,800 Baliase 28.800 26 D.I. Rongkong 31,400 Rongkong/Malangke 31.400 27 D.I. Lamasi 10,303 Lamasi Kanan/Kiri 10.306 66.78 28 D.I. Padang Sappa 6,500 Padang Sappa 6.450 68.32 29 D.I. Padang Sappa 5,500 Padang Sappa 12.588 68.32 30 D.I. Bajo 6,350 Bajo 6.350 66.56 31 D.I. Bulu Cenrana 5,999 Bulucenrana 5.999 69.06 32 D.I. Bulu Timorang 5,442 Bulutimorang 5.442 68.97 33 D.I. Saddang 62,203 Sadang Sidrap 15.195 69.60 34 Kalaera Kiri 3.875 35 Kalaera Kanan I 6.615 36 Wajo 7.000 37 Kalaera Kanan II 4.226 38 Baranti 5.037 39 Bajo 7.000 40 Ponre-Ponre 4.411 41 Pinrang 42.931 42 Bontomanai 3.830 43 Sindenrang 3.400

Page 78: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 67

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan. Adapun beberapa catatan yang dapat dijadikan masukan

perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Total Alih fungsi lahan irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan data pada Kepmen

PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data luasan irigasi di Lapangan adalah

27.149 ha.

2. Jumlah Daerah Irigasi di Sulawesi Selatan berdasarkan Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 adalah 42 Daerah Irigasi dengan total luas 374.464,

sedangkan di lapangan sejumlah 33 daerah irigasi dengan luas 347.315 ha.

3. Terdapat 10 Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007

yang tidak sesuai dengan lapangan yaitu DI Kalaera Kiri (3.875 ha), DI

Kalaera Kanan I (6.615 ha), DI Wajo (7000 ha), DI Kalaera Kanan II (4.226

ha), DI Baranti (5.037 ha), DI Bajo (7.000), DI Ponre-Ponre (4.411 ha), DI

Pinrang (42.931), DI Bontomanai (3.830 ha), DI Sindenrang (3. 400 ha), DI

KAlaena Kiri/Kanan (16.945).

4. Terdapat 3 Daerah Irigasi yang belum tercantum dalam Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 yaitu DI Boya (10.000 ha) dan DI Walimpong (26.000

ha)dan DI Kanjiro (3.100 ha).

5. Usulan perubahan luasan pada 14 daerah irigasi di Sulawesi Selatan yaitu DI

Kampili dengan luas 10.545 ha menjadi 10.454 ha, DI Kelara/Karalloe

dengan luas 7.199 menjadi 7.185 ha, DIKalola Kolasi dengan Luas 5.405

menjadi 5.736, DI Lawo dengan luas 3.600 ha menjadi 3.500, DI Awo

dengan Luas 5.254 ha menjadi 5.324 ha, DI Palakka dengan Luas 4.633 ha

menjadi 4.663 ha, DI Sanrego dengan luas 9.457 ha menjadi 6.615 ha, DI

Bungadidi Lauwo Sanggeni dengan luas 3.500 ha menjadi 4.900 ha, DI

Lamasi dengan Luas 10.306 ha menjadi 10.303 ha, DI Padang Sappa

dengan Luas 6.450 ha menjadi 6.500 ha, DI Padang Sappa dengan Luas

12.588 ha menjadi 5.500 ha, DI Sadang Sidrap dengan Luas 15.195 ha

menjadi 62.203 ha.

Berdasarkan 3 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

Page 79: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 68

j. BWS Nusa Tenggara II.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa

Tenggara II yang disajikan dalam tabel 5.28.

Tabel 5.28. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat i di BWS Nusa Tenggara II.

Usulan Perubahan Kepmen PU No.390 (Ha) Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Batu Merah 3.070 Batu Merah 3,200 55.00 2 Manikin 3.197 Manikin 5,007 57.20 3 Oesao 3.125 Oesao 4,075 58.9 4 Tilong 3.814 Tilong 3,369 5 Lokopehapo 3.237 Lokopehapo 3,275 70.50 6 Lurasik 3.305 Beluana 3,200 7 Haekto 3.250 Haekto 3,235 57.30 8 Mena 3.550 Mena 3,450 58.50 9 Haekesak 4.400 Haekesak 3,400 69.00 10 Malaka 10.386 Malaka 6,700 84.5 11 Benlelang 3.619 Benlelang 3,459 12 Danau Tua 4.104 Danau Tua 3,800 13 Ngada 7.208 Ngada 3,000 81.0 14 Mbay 6.378 Mbay 3,378 84.00 15 Penginer 3,862 82.00 16 Wae Mantar 4.788 Way Mantar 3,733 81.00

17 Way Musur 3.391 Way Musur, Way Bobo,

Way Peot 6,184 87.00

18 Wae Dingin 4.016 Wae Dingin + Wae

Laku 4,016

79.00

19 Lembor 4.430 Lembor 4,525

20 Nggorang 3.613 Nggorang (Mese, Dongkong, Galung) 3,583

73.00

21 Terang 3,029 22 Bena 3.514 Bena 3,514 23 Kodi 3.100 Baus 3,000 24 Kambaniru 4.943 25 Mautenda 3.000 26 Baing 3.559

TOTAL 100,997 87.994

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan

masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

Page 80: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 69

1. Usulan perubahan luasan daerah Irigasi di Nusa Tenggara Barat dalam

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 adalah dari total luas 87.994 ha

menjadi 100.997.

2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai

dengan kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 adalah pada DI Batu Merah dengan Luas 3.200 ha

menjadi 3.070 ha, DI Manikin denga luas semula 5.007 ha menjadi 3.197

ha, DI Oesaso dengan luas semula 4.075 ha menjadi 3.125 ha, DI Tilong

dengan luas semula 3.369 ha menjadi 3.814 ha, DI Lekopehapo dengan

luasan semula 3.275 ha menjadi 3.237 ha, DI Beluana dengan luas semula

3.200 menjadi 3.305 ha, DI Haekto dengan luasan semula 3.235 ha

menjadi 3.250 ha, Di Mena dengan luas semula 3.450 ha menjadi 3.550 ha,

DI Haekesak dengan Luas semula 3.400 ha menjadi 4.400 ha,DI Malaka

dengan luas 6.700 ha menjadi 10.386 ha, DI Benlelang dengan luas 3.459

ha menjadi 3.619 ha, DI Danau Tua dengan luasan 3.800 ha menjadi 4.104

ha, DI Ngada dengan Luas 3.000 ha menjadi 7.208 ha, DI Mbay 3.378 ha

menjadi 6.378 ha, DI Way Mantar dengan luas 3.733 ha menjadi 4.788 ha,

Way Musur dengan luas 6.184 ha menjadi 3.391 ha, DI Lembor dengan

luas 4.525 ha menjadi 4.430, DI Nggorang dengan luas 3.583 ha menjadi

3.613 ha.

3. DI Penginer menjadi satu system daerah irigasi Mbay, sedangkan daerah

irigasi Baus dan Terang yang tercantum dalam Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007, di lapangan tidak terdapat DI tersebut.

4. Usulan daerah irigasi baru untuk tahun 2012 untuk revisi Kepmen PU

Nomor 390/KPTS/M/2007 adalah DI Kodi dengan Luas 3.100 ha, DI

Kambaniru dengan Lua 4.943 ha, DI Mautenda dengan luas 3.000 ha, DI

Baing dengan Luas 3.559 ha.

Berdasarkan 4 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

Page 81: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 70

k. BWS Nusa Tenggara I.

Evaluasi dilakukan terhadap data luasan Daerah Irigasi berdasarkan

Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan data yang ada di BWS Nusa

Tenggara II yang disajikan dalam tabel 5.29.

Tabel 5.29. Perubahan/ Evaluasi Data Luas Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BWS Nusa Tenggara I.

Usulan Perubahan tahun 2012 Kepmen PU No.390 tahun 2007 Indeks Kinerja

(%) No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) Nama Daerah Irigasi Luas

(Ha) 1 Mujur II 3506 Mujur II 3506 67.81 2 Batujai 3580 Batujai 3580 69.79 3 Pengga 3589 Pengga 3589 67.44 4 Jurang Sate Hilir 6439 Jurang Sate Hilir 6439 69.26 5 Jurang Sate Hulu 4229 Jurang Sate Hulu 4229 69.79 6 Jurang Batu 3500 Jurang Batu 3500 55.00 7 Batu Bulan 5576 Bend. Batu Bulan 4955 64.02 8 Mamak 5416 Mamak 3884 58.08 9 Pelaparado 3834 Pelaparado 3834 10 Surabaya 3258 Surabaya 3258 61.40

TOTAL 42927 40774

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terdapat Data luasan Daerah Irigasi

yang tidak sesuai antara Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 dengan kondisi

yang ada di lapangan, terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan

masukan perubahan kepada direktorat Irigasi dan Rawa adalah sebagai berikut:

1. Penambahan luas areal baru pada DI Mamak dan Batu Bulan dengan total

luas penambahan luasan total 2.153 ha, dari 40.774 ha menjadi 42.927 ha.

2. Perubahan Luasan Daerah irigasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai

dengan kondisi luasan di lapangan untuk revisi Kepmen PU Nomor

390/KPTS/M/2007 adalah; DI Batu Bulan dengan luas semula 4.955 ha

menjadi 5.576 ha dan DI Mamak dengan luas semula 3.884 ha menjadi

5.416 ha.

Berdasarkan 2 catatan tersebut maka perlu penyesuaian terhadap Nama

dan Luasan Daerah Irigasi sebagai bahan masukan dalam revisi Nama dan

Luas Daerah Irigasi dalam Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007.

Page 82: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 71

B. Irigasi Mikro

Luasan Irigasi mikro di Indonesia belum pernah terinventarisir

sebelumnya, berdasarkan data yang didapatkan melalui survey lapangan yang

telah dilakukan oleh balai irigasi, diperoleh data luasan irigasi mikro dengan

luasan total adalah 9.066,15 Ha, dengan rincian yang disajikan dalam tabel

5.30.

Tabel 5. 30. Inventarisasi Luas Lahan Irigasi Mikro

No Lokasi Luas (ha)

Jenis Irigasi

Komoditas Keterangan Sumber Tekanan

1 Ciherang (Cipanas)

15 Drip Strawberry, blueberry, blackberry

Swasta Pompa

2 Sarangan Magetan

25 Mikro sprayer

sayuran dan bawang merah

petani mandiri Gravitasi

3 NTB (amor-amor)

2 Mikro sprayer, drip

buah-buahan petani mandiri Pompa

4 Cipanas 10 Drip Mawar Swasta Pompa

5 Lembang 3 Drip paprika dan buah-buahan

petani mandiri Pompa

6 Cisarua 8 Drip paprika petani mandiri Pompa Cisarua 30 Embor paprika petani mandiri 7 Pangalengan 100 Drip teh Swasta Pompa

8 NTB Wilayah Bayan

0,5 drip Semangka Penelitian pompa dan gravitasi

9 Parung 2 - - BPPT Pompa

10 Bali 0,5 Drip Cabe BBWS Penida Bali

Pompa dan Gravitasi

11 NTT 3 Drip Cabe, Mentimun BBWS Pompa

12 Sulawesi Selatan

8150 Mikro sprayer

Hortikultura(tomat, wortel, kentang, Bawang Merah

Petani Mandiri (terdapat 741 Kelompok tani)

Gravitasi

13

Kalimantan Tengah + Kalimantan Barat

249,5 468,15

-- Binaan Kementerian Pertanian

-

Data irigasi mikro yang telah terinventarisir tersebut selanjutnya dapat

digunakan sebagai data awal untuk penerapan irigasi mikro kedepannya,

sehingga dapat digunakan sebagai bahan utnuk penyusunan peta potensi

pengembangan irigasi mikro di Indonesia.

Irigasi mikro dapat diterapkan lebih luas untuk berbagai komoditas yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Page 83: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 72

balai irigasi, dengan penerapan irigasi mikro terbukti dapat menghemat air

irigasi yang diperlukan oleh tanaman, sehingga kedepannya penerapan irigasi

mikro dalam skala luas sangat disarankan salah satunya adalah untuk mitigasi

kelangkaan air karena pengaruh adanya perubahan iklim, selain itu, penerapan

irigasi mikro diharapkan dapat meningkatkan hasil pendapatan petani dan

mampu mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan

oleh pemerintah.

5.2.2. SIG-SDA Bidang Irigasi

Pelaksanaan kodefikasi SIG-SDA bidang irigasi tidak hanya dilakukan

pada perubahan atribut saja, akan tetapi juga mengupdate data-data sesuai

dengan data terbaru hasil survey dan pengumpulan data bidang irigasi pada

tahun ini.

Berdasarkan kodefikasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah

daerah irigasi berdasarkan data spasial pada pekerjaan ini sejumlah 2214

daerah irigasi yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta

kewenangan pusat.

Kodefikasi geografis peta Pulau Jawa tersebut selanjutnya dapat

digunakan untuk melengkapi SIG-SDA Puslitbang Sumber Daya Air, tampilan

informasi bidang irigasi yang telah diupdate ini diharapkan dapat memberikan

gambaran mengenai kondisi daerah irigasi di Pulau Jawa dan Madura.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 390/KPTS/M/2007.

Tentang Penetapan Status Daerah Irigasi, Pengelolaan daerah irigasi dibagi

menjadi daerah irigasi Tanggung Jawab Pemerintah (>3000 ha), Pemerintah

Provinsi (1000 – 3000 ha) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (<1000 ha). Dalam

buku ini akan dijelaskan daerah irigasi pada peta yang menjadi tanggungjawab

kewenangan pemerintah pusat (>3000ha). Adapun penjelasannya adalah

berdasarkan provinsi dan Wilayah Sungai.

5.2.2.1 BANTEN

Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12

Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Banten terdapat 5

Wilayah Sungai seperti pada gambar 8, yaitu:

a. WS Cidanau Ciujung Cidurian.

Page 84: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 73

b. WS Ciliwung Cisadane.

c. WS Ciliman Cibungur.

d. WS Cibaliung Cisawarna.

e. WS Kepulauan Seribu

Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang

terdapat pada provinsi Banten disajikan dalam tabel 5.31 dan 5.32.

Gambar 5.12. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Banten

Tabel 5.31. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Cidanau Ciujung Cidurian.

BD B/BS/S BPLTOTAL (buah)

Induk Sekunder total (km)

1 Ciliman 5423 Pandeglang

Cidanau Ciujung Cidurian Cisawarna 0 26 122 148 31.7 29.2 60.9

2 Cibaliung 4228 Pandeglang

Cidanau Ciujung Cidurian Ciliman 60 20 80 45.5 18.44 63.94

3 Cidurian 10272 Tangerang

Cidanau Ciujung Cidurian Cidurian 1 134 394 529 25.82 74.51 100.33

4 Ciujung 21350 Serang

Cidanau Ciujung Cidurian Ciujung 1 226 287 514 94.88 122.42 217.3

TOTAL 41273

PANJANG SALURANWILAYAH SUNGAI

DASJUMLAH BANGUNAN

NO NAMA DI LUASKABUPATEN/

KOTA

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap

Page 85: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 74

Tabel 5.32. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Ciliwung Cisadane

B B/BS/S BPL TOTAL Induk Sekunder total

1 Cisadane 22,053 Kab.

Tangerang,

Kota

Tangerang, DKI

Ciliwung

Cisadane

Cisadane 1 198 373 572 84.08 120.9 204.98

JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURANLUAS LOKASINO

WILAYAH

SUNGAIDASNAMA DI

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap

5.2.2.2 JAWA BARAT

Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun

2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Banten terdapat 5 Wilayah

Sungai seperti pada gambar 5.13, yaitu:

a. WS Citarum

b. WS Cimanuk Cisanggarung

c. WS Citanduy

d. WS Ciwulan Cilaki

e. WS Cisadea Cibareno

Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang

terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.33 - 5.35.

Gambar 5.13. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Barat.

Page 86: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 75

Tabel 5.33. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Citanduy

B B/BS/S BPLTOTAL

(buah)Induk Sekunder

total

(km)

1 Manganti (Lakbok

Selatan)

Ciamis, Kota

Banjar, Cilacap

1 516 118 635 75.3 272.05 347.36

Cihaur 13229 Citanduy Citanduy 0 0

Sidareja 9188 Citanduy Citanduy 0 0

Lakbok Selatan 4537 Citanduy Citanduy 0 0

2 Bantarheulang 0 0

Panulisan 563 Citanduy Citanduy 0 0

Rawa Onom 947 Citanduy Citanduy 0 0

3 Lakbok Utara 6673 Ciamis Citanduy Citanduy 1 46 105 152 5.58 57.3 62.88

4 Cikunten I 3352 Tasikmalaya Citanduy Citanduy 1 48 103 152 14.7 31.7 46.4

5 Cikunten II 4393 Tasikmalaya,

Kota

Tasikmalaya

Citanduy Citanduy 2 38 101 141 24.2 38.3 62.5

TOTAL 42882

PANJANG SALURAN

LUAS

LOKASI

(KABUPATEN/K

OTA)

WILAYAH

SUNGAIDAS

JUMLAH BANGUNAN

NAMA DAERAH

IRIGASINO

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap Tabel 5.34. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Citarum

B B/BS/S BPL TOTAL

(buah)

Induk Sekunder total

(km)

1 Jatiluhur 236,986 Kab. Indramayu,

karawang,

bekasi, subang

Citarum 3 969 802 1774 236 1430 1666

2 Cipancuh 6,318 Kab. Indramayu Citarum 1 74 11 86 0.93 31.11 32.04

3 Leuwinangka 4,306 Kab. Subang Citarum 1 24 10 35 4.71 25.91 30.62

4 Cipamingkis 4,899 Bekasi/Bogor Citarum 1 113 169 283 18.24 63.93 82.17

5 Cileuleuy 5,385 Kab. Subang Citarum 4 70 60 134 0.52 40.3 40.82

6 Ciletuh 4,200 Kab. Sukabumi Citarum 1 189 123 313 7.9 57.9 65.8

7 Cikaranggeusan 4,038 Sukabumi Citarum 2 64 167 233 12 23.5 35.5

NO NAMA DAERAH

IRIGASI

LUAS LOKASI

(KABUPATEN/KO

TA)

JUMLAH BANGUNANWILAYAH

SUNGAI

PANJANG SALURAN

Keterangan: - BD : Bendung

- B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap - BPL : Bangunan Pelengkap

Page 87: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 76

Tabel 5.35. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di WS Cimanuk Cisanggarung

B B/BS/S BPL TOT

AL

Ind

uk

Sekun

der

total

(km

1 Rentang 88160

Cirebon,

indramayu,

Majalengka Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung Cimanuk 1 628 6 635 24 156.9 181

2 Ciwaringin 3261

Majalengka,

Cirebon Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung

Ciwaringin &

Cikondang 1 47 118 166 13 20.31 34

3 Cikeusik 6987 Kota Cirebon Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung Cisanggarung 0 0

4 Seuseupan 3932 Kota Cirebon Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung Cijuray 0 0

5 Kamun 9296 Majalengka Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung Cipanas 0 0

6 Cipanas II 3265 Indramayu Jawa Barat

Cimanuk

Cisanggarung Cipanas 0 0

7 Jengkelok 6646 Brebes

Jawa

Tengah

Cimanuk

Cisanggarung Kabuyutan 1 117 169 287 52 50.6 103

8 Kabuyutan 3883 Brebes

Jawa

Tengah

Cimanuk

Cisanggarung Kabuyutan 1 58 74 133 4.3 4.7 9

9 Babakan 2528 Brebes

Jawa

Tengah

Cimanuk

Cisanggarung Kabuyutan 1 34 30 65 12 28.8 41

127958

DASJUMLAH BANGUNAN PANJANG

SALURANWILAYAH SUNGAIN

O

NAMA

DAERAH

IRIGASI

LUAS

LOKASI

(KABUPATEN

/KOTA)

PROVINSI

Keterangan: BD : Bendung

B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap

BPL : Bangunan Pelengkap

5.2.2.3 JAWA TENGAH DAN DI YOGYAKARTA.

Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun

2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 9

Wilayah Sungai seperti pada gambar 5.14, yaitu:

a. WS Pemali Comal.

b. WS Bodri Kuto.

Page 88: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 77

c. WS Karimun Jawa.

d. WS Wiso Gelis.

e. WS Jratun Seluna.

f. WS Citanduy.

g. WS Serayu Bogowonto.

h. WS Progo Opak Serang.

i. WS Bengawan Solo.

Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000ha yang

terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.36-5.38.

Gambar 5.14. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Tengah

Page 89: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 78

Tabel 5.36. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Pemali Juana

B B/BS/S BPLTOTAL

(buah)Induk Sekunder

total

(km)

1 Pemali Bawah

(Notog)

28310 Brebes Tegal Pemali Comal 1 184 222 407 9.55 20.12 29.67

2 Cacaban 9179 tegal Pemali Comal 1 96 55 152 6.42 4.56 10.98

3 Sidorejo 6038 Grobogan Serang Lusi

Juana

1 75 130 206 13.15 11.68 24.83

4 Sedadi 16055 Grobogan -

Demak

Serang Lusi

Juana

1 100 140 241 54.58 69.75 124.33

5 Gunung Rowo 3921 Pati Serang Lusi

Juana

15 49 113 177 6.87 65.61 72.48

6 Gembong 4605 Pati Serang Lusi

Juana

22 12 162 196 1.46 53.72 55.18

7 Kumisik 4142 Brebes - Tegal Pemali Comal 1 37 37 75 15.2 17.28 32.48

8 Gung 12504 tegal Pemali Comal 1 92 74 167 14.22 14.22

9 Comal 9005 Pemalang Pemali Comal 1 148 40 189 73.63 32.77 106.4

10 Sungapan/Grogek 7064 Pemalang Pemali Comal 1 102 155 258 43.33 43.33

11 Kaliwadas 7223 Pemalang -

Pekalongan

Pemali Comal 1 140 38 179 17.19 53.67 70.86

12 Pesantren Kletak 3159 Pekalongan -

Kota Pekalongan

Pemali Comal 1 42 83 126 14.04 38.15 52.19

13 Sragi 3399 Pekalongan Pemali Comal 2 14 26 42 44.06 44.06

14 Kupang Krompeng 3150 Pekalongan -

Kota Pekalongan

Pemali Comal 1 42 83 126 14.04 38.15 52.19

15 Kedung Asem 4353 Kendal - Batang Jragung Tuntang 3 93 88 184 0.55 62.81 63.36

16 Bodri Trompo 8939 Kendal Jragung Tuntang 2 92 138 232 17.92 60.15 78.07

17 Jragung 4053 Demak Jragung Tuntang 1 34 118 153 7.62 27.07 34.69

18 Glapan 18740 Grobogan -

Demak

Jragung Tuntang 1 142 133 276 24.37 149.04 173.41

19 Klambu 37451 Grobogan -

Demak - Kudus -

Jepara - Pati

Serang Lusi

Juana

2 337 513 852 57.16 165.85 223.01

20 Dumpil 4669 Grobogan Serang Lusi

Juana

1 49 88 138 35.51 26.91 62.42

PANJANG SALURANWILAYAH

SUNGAI

JUMLAH BANGUNAN

NO NAMA DI LUAS LOKASI

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap

Page 90: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 79

Tabel 5.37. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Serayu Opak

BD B/BS/S BPLTOTAL

(buah)Induk Sekunder

total

(km)

1 Sempor 7702 Kebumen Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 1 53 36 90 32.48 27.43 59.91

2 Banjar Cahyana 5001

Banjarnegara -

Purbalingga Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 1 58 78 137 31.35 24.07 55.42

3 Wadaslintang 32847

Purworejo -

Kebumen Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 2 42 34 78 47.9 13.88 61.78

4 Selinga 9100 Jawa Tengah 0 0

5 Tajum 3200 Banyumas Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 1 55 121 177 23.63 11.81 35.44

6 Singomerto 5863 Banjarnegara Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 1 85 114 200 0

7 Boro-Kedung Putri 9352 Purworejo Jawa Tengah 2 115 110 227 30.17 111.53 141.7

8 Kalibawang 7152 Kulon Progo Jogjakarta 313 854 301 1468 27.5 94 121.5

9 Serayu 20795

Kebumen -

Banyumas -

Cilacap Jawa Tengah

Serayu -

Bogowonto 111 107 218 40.9 15 55.9

10 Saluran Induk Mataram 5154 Jawa Tengah 0 0

11 Progo Manggis 3590 Magelang Jawa Tengah

Progo - Opak -

Oyo 2 20 21 43 1.94 13 14.94

12 Sapon 2250 Bantul Jogjakarta 1 1 0

PANJANG SALURAN

NO NAMA DI LUAS

LOKASI

(KABUPATEN/KOT

A)

PROVINSI

JUMLAH BANGUNAN

WILAYAH

SUNGAI

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap

Page 91: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 80

Tabel 5.38. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Bengawan Solo

B B/BS/S BPLTOTAL

(buah)Induk Sekunder total (km)

1 Colo 24961 Sukoharjo,

K.Anyar,Srage

n, Ngawi,

Wonogiri,

,Sukoharjo,

Klaten

Jawa tengah -

Jawa Timur

Bengawan Solo 1 314 197 512 84.86 185.36 270.22

2 Gondang 10588 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 60 57

118

5.47 36.64

42.11

3

SIM (Sistem Irigasi

Madiun) 10859

Madiun,

Ngawi,

Magetan Jawa Timur Bengawan Solo 10 85 271

366

28.02 59.59

87.61

4 Prijetan 5513 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 48 93

142

3.46 15.52

18.98

5 Jejeruk 5657

Madiun,

Magetan Jawa Timur Bengawan Solo 1 50 246

297

0.31 65.19

65.5

6 Pacal 16688 Bojonegoro Jawa Timur Bengawan Solo 3 125 195

323

34.54

34.54

7 Waduk Pondok 3128 Ngawi Jawa Timur Bengawan Solo 4 63 102

169

34.54

34.54

8 Sungkur 3065 Ponorogo Jawa Timur Bengawan Solo 1 22 2

25 0

9 Semen Krinjo 929

Rembang/Tub

an Jawa Timur Bengawan Solo

0 0

10 Gombal Dupok 6741

Madiun,

Ponorogo Jawa Timur Bengawan Solo 1 4 24

29

2.39 4.59

6.98

11 Beron 4834 Tuban Jawa Timur Bengawan Solo 37

12 bengawan jero 14952 Lamongan Jawa Timur Bengawan Solo 1 37

TOTAL 107915

JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURAN

NONAMA DAERAH

IRIGASIPROVINSILUAS

LOKASI

(KABUPATEN/

KOTA)

WILAYAH

SUNGAI

Keterangan:

BD : Bendung

B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap

BPL : Bangunan Pelengkap

Page 92: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 81

5.2.2.4 JAWA TIMUR

Berdasarkan pembagian wilayah sungai berdasarkan Kepres No. 12 Tahun

2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 9

Wilayah Sungai seperti pada gambar 5.15, yaitu:

a. WS Kepulauan Madura

b. WS Brantas

c. WS Welang Rejoso

d. WS Pekalen Sampean

e. WS Bondoyudo Bedadung

f. WS Baru Bajulmati

Adapun daerah irigasi kewenangan pemerintah dengan luasan >3000 ha yang

terdapat pada provinsi Jawa Barat disajikan dalam tabel 5.39.

Gambar 5.15. Peta Sebaran Daerah Irigasi di Provinsi Jawa Timur

Page 93: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 82

Tabel 5.39. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat di BBWS Brantas

B B/BS/S BPLTOTAL

(buah)Induk Sekunder total (km)

1 Lodoyo 12,743 Kab. Blitar & Tulungagung Brantas 2 142 250 394 31.98 126.68 158.66 Waduk wlingi

2 Siman 23,562 Kab.kediri & Jombang Brantas 2 158 399 559 13.35 103.66 117.01 Waduk Konto Selorejo

3 Mrican Kanan 17,162 Kota Kediri & Jombang Brantas 1 188 501 690 40.18 105.24 145.42 Waduk Selorejo

4 Mrican Kiri 12,853 Kab. Kediri & Nganjuk Brantas 1 168 151 320 18.92 143.54 162.46 Waduk Sutami Cs

5 Waduk Bening 8,873 Kab. Nganjuk Brantas 8 161 290 459 25.3 75.31 100.61 Waduk Bening

6 Menturus 3,223 Kab.Mojokerto Brantas 1 62 63 12.51 23.46 35.97 Waduk Sutami Cs

7 Delta Brantas 23,708 Kab. Sidoarjo Brantas 1 392 393 71.75 311.3 383.05 Waduk Sutami Cs

8 Molek 3,986 Kab. Malang Brantas 1 76 192 269 17.55 19.47 37.02 Sungai Molek

9 Padi Pomahan 4,807 Kab. Mojokerto Brantas 1 80 357 438 2.77 87.9 90.67 Sungai Pikatan

10 Kedung Kandang 5,208 Kab. Malang Brantas 1 10 254 265 28.8 19.37 48.17 Sungai Amprong

11 Baru 16,165 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 15 120 285 420 8.57 114.73 123.3 Sungai Baru

12 Bedadung 13,245 Kab. Jember Baru-Bedadung 1 95 236 332 5.92 90.1 96.02 Sungai Bedagung

13 Bondoyudo 11,802 Kab. Lumajang & Jember Bondoyudo 1 93 223 317 29.94 81.12 111.06 Sungai Bondoyudo

14 Sampean 10,347 Kab. Situbondo Pekalen Sampean 12 160 423 595 43.6 66.56 110.16 Sungai Sampeyan

15 Pekalen 6,488 Kab. Porolinggo Pekalen Sampean 31 157 361 549 10.44 72.99 83.43 Sungai Pekalen

16 Jatiroto 4,337 Kab. Lumajang Bondoyudo 1 42 26 69 1.75 27.16 28.91 Sungai Jatiroto

17 Talang 8,844 Kab Jember Bondoyudo 1 90 184 275 21.74 65.23 86.97 Sungai Mayang

18 Pondok Waluh 7,606 Kab. Jember Bondoyudo 1 51 139 191 13.96 56.17 70.13 Sungai Tanggul

19 Sampean Baru 8,145

Kab. Bondowoso dan

Situbondo Pekalen Sampean 1 125 758 884 43.7 38.85 82.55 Sungai Sampean

20 Setail 15,788 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 3 51 146 200 7.05 46.34 53.39 Sungai

21 K (setail) 6,422 Kab. Banyuwangi Baru-Bedadung 1 39 49 89 3.64 35.3 38.94 Sungai Setail

22 Porolinggo 4,031 Kab. Banyuwangi welang Rejoso 16 37 13 66 4.27 5.18 9.45 Sungai Porolinggo

23 Banyuputih 3,566 Kab Situbondo Pekalen Sampean 1 27 46 74 5.2 23.61 28.81 Sungai Banyuputih

TOTAL 232,911

JUMLAH BANGUNAN PANJANG SALURAN

SUMBER AIRNAMA DAERAH

IRIGASI LUAS LOKASI (KABUPATEN/KOTA) WILAYAH SUNGAINO

Keterangan: BD : Bendung B/BS/S : Bangunan Bagi/Bagi Sadap/Sadap BPL : Bangunan Pelengkap

Page 94: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 83

5.2.3. Katalog Irigasi

Isi dari katalog irigasi menggambarkan data-data yang statis dan

menunjukkan data inventarisasi sumber air, bangunan dan saluran irigasi serta

kelembagaannya, Daerah Irigasi Cihea menjadi contoh Katalog Irigasi.

Katalog irigasi yang disusun adalah Katalog Irigasi Cihea yang terletak di

Kabupaten Cianjur. Penyusunan Katalog Irigasi Cihea kemudian diasistensikan

kepada pengelola daerah irigasi Cihea yaitu Balai PSDA Wilayah III Ciranjang

kabupaten Cianjur Jawa Barat. Informasi yang terdapat dalam katalog irigasi

mencakup lokasi, luas dan letak geografis, pola dan intensitas tanam, sumber

air, dan pengelolaan kelembagaan.

Data dalam Katalog irigasi diperoleh dengan melakukan penelusuran

jaringan irigasi Cihea di Kabupaten Ciajur, jawa Barat. Dari hasil penelusuran

jaringan tersebut diperoleh data koordinat bangun sekaligus dapat digunakan

untuk penginventarisasian jumlah bangunan. Jumlah bangunan yang diperoleh

dari hasil penelusuran jaringan juga digunakan untuk melakukan penyesuaian

skema bangunan irigasi Daerah Irigasi Cihea. Ada beberapa bangunan yang

sudah tidak sesuai lagi dengan skema awal daerah irigasi Cihea, terdapat

beberapa penambahan bangunan bagi/bagi sadap/bagi yang baru dan belum

masuk dalam skema bangunan irigasi yang lama, terdapat pula bangunan yang

sudah hilang yaitu tempat pemandian hewan, sehingga perlu dilakukan

penyesuaian skema bangunan irigasi yang baru. Hasil penyesuaian tersebut

disampaikan terlampir dalam lampiran 4.

Page 95: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 84

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. BASIS DATA IRIGASI

a. Survei dan Pengumpulan data pada tahu 2012 dilakukan di Sumatera

yaitu BBWS Sumatera VIII (sumatera selatan), BWS Sumatera II

(Sumatera Utara), BWS Sumatera I (Aceh), BWS Sumatera III (Riau),

BWS Sumatera IV (Batam), BWS Sumatera V (Sumatera Barat), BWS

Sumatera VII (Bengkulu). Sedangkan di Kalimantan, yaitu BWS

Kalimantan II (Kalimantan Selatan), BWS Kalimantan I (Kalimantan

Barat), BWS Kalimantan III (Kalimantan Timur). Wilayah Sulawesi

dilaksanakan di BBWS Pompengan Jeneberang (Sulawesi Selatan),

Provinsi NTT dilakukan di BWS Nusa Tenggara II dan Provinsi NTB di

lakukan di BWS Nusa Tenggara I.

b. Perubahan/Evaluasi untuk total data berdasarkan data lapangan jika

dibandingkan dengan Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007 untuk

wilayah sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi adalah 1.067.772

ha dari 893.776 ha dengan jumlah Daerah Irigasi 147 DI dari 133 DI.

c. Luasan penerapan irigasi mikro di Indonesia hasil inventarisasi data oleh

balai irigasi adalah 9.066,15 Ha yang tersebar di seluruh wilayah di

Indonesia.

2. SIG-SDA Bidang Irigasi

Jumlah daerah irigasi berdasarkan data spasial dan telah melalui proses

kodefikasi geografis bidang irigasi pada pelaksanaan pekerjaan SIG bidang

irigasi Pulau Jawa adalah 2214 daerah irigasi yang merupakan

kewenangan kabupaten/kota, provinsi serta kewenangan pusat.

3. Katalog Irigasi

Isi dari katalog irigasi menggambarkan data-data yang statis dan

menunjukkan data inventarisasi sumber air, bangunan dan saluran irigasi

serta kelembagaannya, Daerah Irigasi Cihea menjadi contoh Katalog

Irigasi.

Page 96: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 85

B. SARAN

1. Perlu disusun Peta Potensi Pengembangan irigasi mikro untuk mengetahui

Kesesuaian daerah untuk penerapan irigasi mikro.

2. Anggota Kegiatan yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Kodefikasi

Geografis pada peta digital dan updating Sistem Informasi Geografis-Sumber

Daya Air (SIG-SDA) bidang irigasi untuk Pulau Jawa hendaknya mengikuti

pelatihan mengenai software pemetaan (ArcGIS ArcView) untuk kelancaran

pekerjaan ini.

Page 97: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 86

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Anisah. 2007. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/juni07/02%20-%20STMIK%20AMIKOM%20Yogyakarta%20Sistem%20Informasi%20Geografi,%20Pengertian%20dan%20Pemanfaatannya.pdf. Diakses tanggal 30 Juni 2011.

Balai Irigasi. 2009. Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan dan Pembaharuan

Basis Data dan Sistem Informasi SDA Bidang Irigasi. Balai Irigasi, Pusat Litbang SDA Badan Litbang PU. Tahun Anggaran 2009. Bekasi.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum . No. 390/KPTS/M/2007. Tentang Penetapan

Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya menjadi Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Magaline, Ferdinan. 2011. Konsep Dasar Sistem Informasi. http://apr1l-

si.comuf.com/SI.pdf. diakses tanggal 2 Januari 2011. Mahamudu, N Billy. 2011. Komponen dan Elemen Sistem Informasi. http://apr1l-

si.comuf.com/SI.pdf. diakses tanggal 2 Januari 2011. Prahasta, Edy. 2005. Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, Cetakan Kedua.

Bandung. C.V.Informatika. Sapriyanto, dan H.T. Nora, 1999. Efisiensi Penggunaan Air pada Sistem Irigasi

Tetes dan Curah untuk Tanaman Krisan (chrysantenum sp). Buletin Keteknikan Pertanian. Vol. 13 No. 7.

Supadi. 2009. Model Pengelolaan Irigasi Memperhatikan Kearifan Lokal. Disertasi

Doktor Teknik Sipil. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 98: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 87

Page 99: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 88

LAMPIRAN 1

Kurva S

Page 100: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 89

LAMPIRAN 2

Capaian Sasaran Output

Page 101: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 90

LAMPIRAN 3

Lembar Konsultan dengan Narasumber

Page 102: LAPORAN AKHIR BASIS DATA 2012 - irigasi.info

Laporan Akhir

Pusat Litbang Sumber Daya Air 91

LAMPIRAN 4

Skema Bangunan Irigasi Daerah Irigasi Cihea (Baru dan Lama)