laporan agroklim kelompok 3 agroteknologi paralel
DESCRIPTION
AgrTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :
Aristo Tellesyla S (A1L112016)
Khairul Rizal (A1L112017)
Avit Stya B (A1L112019)
Agus Suyitno (A1L112020)
Aryanto (A1L112021)
Sri Wahyuningsih (A1L112022)
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI
ACARA IPENGENALAN ALAT PENGAMATAN CUACA
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :Avit Setya Budiman
A1L112019
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
ACARA 1
PENGENALAN ALAT PENGAMATAN CUACA (IKLIM)
A. TUJUAN
1. Mengenal peralatan yang dugunakan untuk pengamatan.
2. Mengetahui tata letak alat pengamatan cuaca di stasiun cuaca.
3. Mengetahui prinsip – dasar kerja alat pengamata.
B. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan :
1. Termometer maksimum dan minimum
2. Termometer permukaan tanah
3. Termometer tanah
4. Thermohigrometer
5. Camblestokes
6. Anemometer
7. Pengukur curah hujan jenis observatorium dan jenis Hellman
B. Alat :
1. Lembar pengamatan
2. Alat tulis
C. PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan satu alat pengamatan cuaca
2. Diamati lalu digambar
3. Dijelaskan prinsip kerja alat.
4. Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.
No
1.
Nama Alat
Campbell
Stokes
Gambar
1. 2.
4. 3. 6.
5.
Bagian
1. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga)
jenis menurut letak matahari.
2. Bola kaca pejal ( umumnya
berdiameter 96 mm).
3. sekrup menyetel kedudukan
horisontal.
4. Plat logam berbentuk mangkuk,
sisi bagian dalamnya bercelah –
celah sebagai tempat kartu
pencatat dan penyanggah
tempat bola kaca pejal dilengkapi
skala dalam derajat yang sesuai
dengan derajat lintang bumi .
5. Bagian dasar terbuat dari logam
yang dapat di-leveling.
6. Sekrup penyetel dudukan bola
kaca
Prinsip Kerja
Prinsip kerja Campbell
Stokes adalah mengukur
lama penyinaran
berdasarkan kertas grafik
khusus yang terbakar akibat
fokus penyinaran oleh bola
kristal jernih (Turyanti et
al., 2006).
Fungsi
Merupakan
alat untuk
mencatat lama
penyinaran
matahari.
2. Thermohi-
grometer
1. 2.
1. Angka yang menunjukkan
kelembaban
2. Angkayang menunjukkan
temperatur.
Hygrometer mempunyai
prinsip kerja yaitu
Mengukur suhu dan
kelembaban dalam ruangan
yang ditangkap oleh sensor
dan diterjemahkan secara
otomatis oleh alat.
Digunakan dua termometer.
Termometer pertama
dipergunakan untuk
mengukur suhu udara biasa
dan yang kedua untuk
mengukur suhu udara
jenuh/lembab (Hanum,
2009). Alat pengukur suhu
dan kelembapan udara
relative pada suatu ruangan/
daerah secara digital.
Untuk
mengukur
kelembapan
relatif (RH)
dan suhu
dalam suatu
ruangan
ataupun
keadaan
tertentu.
3. Termometer
Tanah Tipe
Bengkok
Bagian:
1. Pipa kaca.
2. Titik didih.
3. Reservoir air raksa.
4. Skala
Prinsip kerja termometer
tanah adalah pemuaian
raksa dalam tabung ketika
reservoir dimasukkan ke
dalam tanah (Nawawi,
2007).
Untuk
mengetahui
suhu tanah
(Term. Tanah
Bengkok)
dapat
dilakukan
dengan
mengamati
angka pada
skala yang
bertepatan
dengan air
raksa pada
setiap
kedalaman
tanah.
4. Anemometer Bagian:
1. Cup Counter
2. Wind Vane
3. Generator sinyal atau alat
penghitung pencatatan
4. Lengan ruji.
Prinsip kerja alat ini adalah
diletakkan di tempat
terbuka, tinggi alat 2m di
atas tanah. Pada saat tertiup
angin, baling-baling atau
mangkok yang terdapat
pada anemometer akan
bergerak sesuai arah angin.
Makin besar kecepatan
angin meniup mangkok-
mangkok tersebut, makin
cepat pula kecepatan
berputarnya piringan
mangkok-mangkok. Dari
jumlah putaran dalam satu
detik maka dapat diketahui
kecepatan anginnya.Arah
angin dapat diketahui
Untuk
mengukur
kecepatan dan
arah angin.
dengan melihat arah dari
wind vane pada saat ada
angin. Kecepatan angin
dapat dipilah dengan dua
macam, yaitu kecepatan
angi sesaat dan kecepatan
angin rata-rata pada periode
tertentu (Lakitan, 1994)
5. Termometer Maksimum dan minimun
Bagian:
1.Skala
2.Suhu maksimum
3.Suhu minimum
4.Jarum perak
5.Alkohol
6.Air raksa
Prinsip kerja termometer
minimum maksimum
adalah pemuaian alkohol di
dalam tabung. Jika suhunya
tinggi maka alkohol akan
mendorong raksa pada
tabung hingga mencapai
suhu maksimum. Jika
suhunya rendah maka
alkohol akan menyusut dan
Termometer
maksimum dan
digunakan
untuk
mengukur
suhu tertinggi
yang terjadi
dalam periode
waktu 24 jam.
Termometer
mendorong raksa pada
tabung hingga mencapai
suhu minimum (Arisworo,
2006).
minimum
digunakan
untuk
mengukur
suhu yang
terendah yang
terjadi dalam
periode waktu
24 jam.
6. Termometer Permukaan Tanah Atau Termometer Tanah Selubung Kayu
Bagian:
1.Batang thermo.
2.Kaca pelindung atau tutup.
3.Jarum penunjuk suhu.
4.Skala.
Prinsip kerja termometer
tanah adalah pemuaian
raksa dalam tabung ketika
reservoir dimasukkan ke
dalam tanah (Nawawi,
2007).
Fungsi dari
terometer
permukaan
tanah untuk
mengukur
suhu
permukaan
tanah dengan
jeluk 5cm
7. Ombrometer Tipe Observation
1. Corong penampung air hujan
2. Leher penakar hujan
3. Tabung penampung air hujan
4. Kran pembuangan air
5. Penampung untuk meletakan
kedudukan penakar hujan
terhadap kayu
penyanggah/pondasi
Prinsip kerja tipe
observatorium adalah
menghitung besar air yang
tertampung pada alat dan
diukur dengan gelas ukur.
Pengukuran dengan
ombrometer manual
dilakukan setiap hari jam
07.00 pagi. Bagian dasar
mengukur
jumlah atau
curah hujan
pada kurun
waktu harian
(hujan harian).
1. 2. 5. 3. 4.
dari corong tersebut terdiri
dari pipa sempit yang
menjulur ke dalam tabung
kolektor dan dilengkapi
dengan kran. Air yang
ditampung dalam tabung
kolektor dapat diketahui
bila kran dibuka kemudian
air diukur dengan gelas
ukur. Ada gelas ukur yang
mempunyai skala khusus,
yaitu langsung dapat
menunjukkan jumlah curah
hujan yang terjadi, tetapi
apabila menggunakan gelas
ukur biasa, maka setiap 10
cm³ setara dengan curah
hujan sebesar 1 mm
(Prawirowardoyo,1996)
8. Ombrometer Tipe Helman
3. 1.
4. 2. 8. 7. 6. 5.
1. permukaan corong
penangkar hujan otomatis
tipe helman luasnya 200
cm2
2. tangkai pelampung
3. jam berbentuk silinder
4. tangkai pena
5. tabung berisi pelampung
6. gelas sippon
7. ember pekampung air
hujan
8. pintu penangkar hujan
1. Setiap terjadi hujan air
akan masuk corong
kemudian disalurkan ke
pelampung sehingga
membuat pena naik dan
membuat grafik pada
pias
2. Ketinggian grafik
menunjukkan jumlah
curah hujan yang turun.
3. Jika curah hujan
mencapai 10 mm/ lebih
maka pena
menunjukkan angka 10
mm sebagai angka
maksimal, kemudian air
akan tumpah dari
pelampung melalui pipa
hevel dan pena akan
Pencatat
Instensitas
Curahhujan /
tingkat
kelebatannya
turun lagi ke angka 0
( nol) . Jika masih ada
hujan lagi maka pena
akan akan mencatat lagi,
demikian berlangsung
terus menerus.
2. PEMBAHASAN
Cuaca merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, mau tidak mau kehidupan
manusia akan dipengaruhi oleh suatu cuaca atau iklim baik itu secara langsung maupun secara
tidak langsung. Cuaca dan iklim sama-sama mengacu pada keadaan atmosfer pada suatu tempat
dan waktu tertentu.Cuaca dan iklim berbeda dalam rentang waktu dan luas tempat.Cuaca
didefinisikan sebagai keadaan atmosfer pada daerah dan waktu tertentu.Iklim adalah keadaan
atmosfer pada daerah yang lebih luas dalam kurun waktu yang panjang. Dengan kata lain iklim
adalah rata-rata cuaca dalam periode waktu yang panjang dan daerah yang lebih luas.
Alat yang digunakan dalam memperdiksi iklim dan cuaca adalah : Campbell Stock,
Higrometer (digital), Termometer Permukaan Tanah, Anemometer, Termometer Maximum –
Minimum, Termometer Tanah, Ombrometer Type Observatorium, Ombrometer Type Helman.
Kita dapat mengetahui cuaca di suatu tempat dengan mengukur langsung keadaan cuaca di
tempat tersebut.Namun, untuk mengetahui iklimnya kita memerlukan rekaman data keadaan
atmosfer di tempat tersebut puluhan tahun yang lalu.Pada praktikum ini dilaksanakan jam 5 sore
di empat lahan yaitu lahan campur, lahan tegalan, lahan sawah, dan lahan rumput gajah untuk
mengetahui cuaca di lahan pada jam tertentu. Sedangkan untuk mengetahui iklim di lahan
tersebut dengan cara merata-ratakan data suhu, tekanan, atau curah hujan yang telah kita
kumpulkan dalam waktu puluhan tahun. Oleh karena itu, dapatlah dipahami, informasi yang
diberitakan oleh media televisi maupun surat kabar setiap hari adalah prakiraan cuaca bukan
prakiraan iklim.
Berikut ini adalah penjelasan dan fungsi dari beberapa alat untuk memprediksi iklim dan
cuaca sebagai berikut:
1. Campbell Stokes
Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke
permukaan bumi selama periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari
disini lebih tepat disebut panjang hari yakni jangka waktu selama surya berada di
atas horison.
Prinsip alat adalah pembakaran pias.Panjang pias yang terbakar
dinyatakan dalam jam.Alat ini mengukur lama penyinaran surya. Hanya pada
keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang terukur adalah lama
penyinaran surya terang.Pias ditaruh pada titik api bola lensa. Pembakaran pias
terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas pias adalah kertas khusus
yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api lensa. Alat dipasang di tempat
terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari terbit dan ke barat matahari
terbenam.Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak lintang
setempat.Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat
diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama:
1) Pias waktu matahari di ekuator
2) Pias waktu matahari di utara
3) Pias waktu matahari di selatan
Halangan terhadap pancaran cahaya surya terutama awan, kabut, aerosol
atau benda-benda pengotor atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam
satuan jam sampai nilai persepuluhan atau dalam persen terhadap panjang hari.
Lama penyinaran surya dapat diukur dengan berbagai macam alat yang dapat
merekam sinar yang mencapai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam;
mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluh jam (6menit). Terdapat
empat macam/tipe alat perekam sinar surya, yaitu : Tipe Campbell Stokes, Tipe
Jordan, Tipe Marvin, dan Tipe Foster. Dari 4 tipe tersebut hanya tipe Tipe
Campbell Stokes dan Tipe Jordan saja yang banyak dipakai di Indonesia
(Sutiknjo. 2005).
2. Higrometer (digital)
Dalam pengukuran suhu udara terdapat dua proses. Pertama termometer
menyamakan suhunya dengan udara secara termodinamik, sehingga terjadi
kesetimbangan.Kedua, suhu termometer terukur.Pengukuran suhu dapat terus-
menerus dengan alat perekam atau secara manual pada periode-periode tertentu.
Pengukuran suhu dilakukan:
1. Udara dekat permukaan
2. Udara lapisan atas
3. Dalam tanah dalam berbagai kedalaman
4. Permukaan air laut atau danau (Dadjoeni,1983)
Termometer yang berada di dalam sangkar cuaca terdiri atas termometer
maksimum dan minimum, termometer bola kering dan basah.Prinsip kerja
termometer maksimum adalah termometer dengan kapiler berisi air raksa.Kapiler
dekat reservoir adalah penyempitan sehingga air raksa dapat kelur bila memuai
tetapi tidak bisa kembali bila suhu turun.(Urip, 1970).
Termohygrometer adalah alat untuk mengukur suhu udara sekitar secara
digital.Prinsip kerjanya yaitu dengan menekan tombol indikator yang terletak di
kanan bawah alat untuk mengetahui suhu maksimum dan minimum.
Hygrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban
yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di
tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah
skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu
dengan derajat celcius.
3. Termometer Permukaan Tanah
Prinsip kerja alat ini adalah mengukur suhu permukaan tanah pada
kedalaman terentu. Tancapkan alat tersebut hingga lingkar pembatas, tunggu
beberapa saat hingga indikator air raksa menunjukkan suhu.
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu tanah pada kedalaman 5
cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm, dan 100 cm. Penggunaan termometer ini adalah dengan
cara menggali lubang di tanah sedalam yang disesuaikan dengan kedalaman tanah
yang akan diukur yaitu 5 cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm. Untuk
termometer 5 cm cukup menggali lubang yang tidak begitu dalam, untuk
termometer ukuran yang lain setelah digali tanah tersebut dimasukan pipa
berdiameter kecil untuk tempat termometer itu. Diatas termometer diikat tali
panjang yang berguna ketika akan mengukur suhu tanah dengan cara menarik tali
tersebut dari pipa. Pengamatan dilakukan selama 3 hari dan diukur suhu tanahnya
setiap satu jam sekali.
Pada praktikum kali ini dalam pengamatan suhu tanah terdapat kendala
yaitu untuk termometer ukuran 75 cm, tali pengikat terlepas pada hari kedua
sehingga tidak bisa ditarik keatas. Solusi dari permasalahan tersebut adalah
dengan mengganti termometer yang baru dan diletakkan dilubang yang sama,
tetapi untuk kali ini tali pengikat diikat dengan kencang agar tidak terulang
kejadian sebelumnya. Suhu terendah untuk tanah yaitu terjadi pada malam hari,
tepatnya sekitar pukul 01.00 sampai dengan pukul 04.00, suhu berkisar 22 derajat.
4. Anemometer
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak dipakai
dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca.Nama alat
ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin.Perancang pertama dari alat
ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450.Selain mengukur kecepatan
angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.
Angin merupakan suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah.Besaran
yang dimaksud adalah kecepatannya sedang arahnya adalah darimana datangnya
angin.Kecepatan angin dapat dihitung dari jelajah angin (cup counter anemometer)
dibagi waktu (lamanya periode pengukuran).Ada alat pengukuran angin yang
langsung mengukur kecepatannya.Jadi jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu
bila ada angin.
Untuk menentukan arah angin, yaitu menekan tombol yang ada pada alat
penunjuk dan kemudian membaca jarum penunjuk yang menunjukkan arah berapa
derajat. (Arah angin 90º = arah timur, 180º = arah selatan, 270º = arah barat, dan
360º = arah utara) (Ance, 2004).
Arah angin ditunjukkan oleh wind-vane yang dihubungkan dengan alat
penunjuk arah mata angin atau dalam angka.Angka 360 derajat berarti ada angin
dari utara, angka 90 ada angin dari timur demikian seterusnya.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada angka nol, karena angka nol
menandakan tak ada angin. Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup
counter anemometer dalam keadaan bergerak. Sebagaimana alat lainnya
pemasangan alat di lapang terbuka penting sekali karena mempengaruhi besaran
yang akan diukur. Di lapangan terbuka tak ada pohon-pohonan tinggi alat dipasang
2 meter di atas tanah.Bila ada halangan, alat dipasang pada ketinggian 10 sampai
15 meter dari atas tanah.Waktu pengamatan tergantung dari data yang
diinginkan.Bila data harian, pengamatan sekali dalam 24 jam untuk jelajah angin
yaitu pada pagi hari.
Waktu pengamatan arah angin lebih dari sekali dalam 24 jam. Arah yang
paling banyak ditunjuk dalam 24 jam merupakan arah rata-rata dalam hari
tersebut. Sensor yang menghubungkan dengan alat mencatat otomatis disebut
anemograf.Alat ini mencatat kecepatan dan arah angin setiap saat pada kertas
pias.Alat pencatat ini ada yang harian, mingguan ataupun bulanan.Cara kerja alat
tersebut diatas, adalah sebagai berikut :
1) Vane (baling‐baling) yang berbentuk anak panah mempunyai tahanan yang
melingkar merupakan lingkaran, tahanan tersebut dihubungkan dengan 3
buah saluran ke alat penunjuk, pada tiap titik yang satu sama lain berjarak
sama. Arus rata dialirkan tahanan tersebut pada 2 titik, dan jika vane
berputar maka kedua kotak tersebut ikut berputar, kumparan penunjuk arah
angin dibuat sedemikian rupa sehingga putaran sama dengan putaran vane.
2) Tahanan pada vane ini dihubungkan dengan 3 buah kawat pada kumparan
penunjuk, ditengah dipasang sebuah magnit yang mempunyai jarum
penunjuk, dan alat ini memerlukan arus DC 12 Volt.
3) Cup anemometer terdiri dari 3 buah mangkok yang dipasang simetris pada
sumbu vertical, dimana pada bagian bawah sumbu vertical dipasang sebuah
generator, dan jika tertiup angin ketiga mangkok tersebut akan berputar.
Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan putaran ketiga
mangkok, yang kemudian diteruskan ke jarum penunjuk.
5. Termometer Maximum – Minimum
Termometer yang berada di dalam sangkar cuaca terdiri atas termometer
maksimum dan minimum, termometer bola kering dan basah.Prinsip kerja
termometer maksimum adalah termometer dengan kapiler berisi air raksa.Kapiler
dekat reservoir adalah penyempitan sehingga air raksa dapat kelur bila memuai
tetapi tidak bisa kembali bila suhu turun.(Urip, 1970).
Ciri khas dari termometer maksimum adalah terdapat penyempitan pada
pipa kapiler di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui bagian yang sempit ini
pada suhu naik dan pada suhu turun air raksa tak bisa kembali ke reservoir,
sehingga air raksa tetap berada posisi sama dengan suhu tertinggi. Setelah dibaca
posisi ujung air raksa tertinggi, air raksa dapat dikembalikan ke reservoir dengan
perlakuan khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum diletakkan pada
posisi hampir mendatar, agar mudah terjadi pemuaian .Pengamatan sekali dalam
24 jam.
Termometer ini berfungsi mengukur suhu udara ekstrim rendah.Zat cair
dalam kapiler gelas adalah alkohol yang bening.Pada bagian ujung atas alkohol
yang memuai atau menyusut terdapat indeks.Indeks ini hanya dapat didorong ke
bawah pada suhu rendah oleh tegangan permukaan bagian ujung kapiler
alkohol.Bila suhu naik alkohol memuai, indeks tetap menunjukkan posisi suhu
terendah.Setelah ujung indeks yang dekat miniskus alkohol dibaca dan dicatat,
dengan perlakuan khusus indeks dikembalikan mendekati miniskus alkohol.
Posisi termometer pada waktu mengukur hampir sama dengan termometer
maksimum yaitu agak mendatar. Perlu diperhatikan bahwa kapiler alkohol harus
dalam keadaan bersambung, tidak boleh terputus-putus. Bila kapiler alkohol
terputus, termometer tidak boleh lagi dipakai sebagai alat pengukur suhu, harus
dibetulkan terlebih dahulu, Pengamatan sekali dalam 24 jam.
6. Termometer Tanah
Prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan
panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu
udara.Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar
daripada udara.
Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya
aplikasinya digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20,
50 dan 100 cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung
silinder untuk menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan
pembacaan. Untuk kedalaman 0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola
tempat air raksa sesuai dengan kedalaman yang diperlukan (Ariffin, 2001).
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas
mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca
atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang
optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor
penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat
sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan
yang mendekati 100 %. (Waryono, 1987).
7. Ombrometer Type Observatorium
(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso
Malang,2013)
Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe
observatorium. Semua alat penakar hujan yang beragam bentuknya atau yang
otomatis dibandingkan dengan alat penakar hujan otomatis (OBS).Penakar hujan
OBS adalah manual.Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur
yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi
sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan
mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari.Hujan yang
diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.
8. Ombrometer Type Helman
Alat ini merupakan penakar hujan otomatis dengan tipe siphon.Bila air
hujan terukur setinggi 10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air dari tabung
penampungan dengan cepat, kemudian siap mengukur lagi dan kemudian
seterusnya. Di dalam penampung terdapat pelampung yang dihubungkan dengan
jarum pena penunjuk yang secara mekanis membuat garis pada kertas pias posisi
dari tinggi air hujan yang tertampung. Bentuk pias ada dua macam, harian dan
mingguan. Pada umumnya lebih baik menggunakan yang harian agar garis yang
dibuat pena tidak terlalu rapat ketika terjadi hujan lebat. Banyak data dapat
dianalisadari pias, tinggi hujan harian, waktu datangnya hujan, derasnya hujan
atau lebatnya hujan per satuan waktu.
Penakar tipe Hellman ini mempunyai kolektor yang memiliki daya
tampung air sebesar 20 mm. Apabila kolektor tersebut sudah penuh, maka air
akan ditumpahkan sampai habis melalui pipa pembuang dan bersamaan dengan
itu pena akan turun kembali sampai pada posisi nol. Skala pada kertas pias terdiri
dari nol sampai 20 mm.
Lama penyinaran matahari adalah lamanya matahari bersinar cerah sampai permukaan
bumi dalam periode satu hari, diukur dalam jam. Intensitas radiasi matahari adalah jumlah energi
matahari yang diterima bumi dan cahaya matahari, pada luas tertentu serta jangka waktu
tertentu.Temperatur adalah derajat panas/dingin suatu benda yang diukur dengan termometer.
Kelembaban udara adalah perbandingan yang menyatakan kadar uap air dan udara yang
dipengaruhi suhunya
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara uap air yang betul-betul ada di udara
dengan jumlah uap air dalam udara tersebut jika pada suhu dan tekanan yang sama udara tersebut
penuh dengan uap air. Hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu
yang dinyatakan dengan satuan mm/inchi.Intensitas hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh
per satuan waktu yang dinyatakan dengan satuan mm/jam. Termometr tanah adalah termometer
air raksa yang ujungnya dibengkokkan dan dimasukkan ke dalam tanah pada posisi yang sesuai
dengan kedalaman yang akan diukur. Kecepatan angin adalah gerakan relatif udara terhadap
permukaan bumi pada arah horizontal yang dinyatakan dalam satuan meter per detik,
kilometer/jam dan mil/jam.Arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal.
1. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Telah dijelaskan di atas bahwa cuaca dan iklim menyatakan keadaan atmosfer.Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah keadaan atmosfer tersebut?Jika kita membicarakan keadaan maka kita
membicarakan sesuatu yang diukur.Apakah yang diukur jika kita ingin mengetahui keadaan
atmosfer?Yang kita ukur adalah unsur-unsur cuaca dan iklim.Unsur-unsur cuaca dan iklim yang
utama adalah suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, curah hujan, durasi (lamanya)
penyinaran matahari, kecepatan angin, serta perawanan, embun, dan kabut.
a) Suhu Udara
Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer.Untuk menyatakan suhu udara
digunakan skala Celcius atau Fahrenheit.Suhu udara berubah sesuai waktu dan tempat.
Umumnya suhu udara maksimum terjadi antara jam 12.00 dan jam 14.00. Suhu udara minimum
terjadi sekitar jam 06.00 pada saat sebelum matahari terbit.
b) Kelembapan Udara
Kelembapan udara menyatakan jumlah uap air di udara.Alat untuk mengukur
kelembapan udara adalah higrometer. Ada beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air di
udara diantaranya adalah kelembapan mutlak dan kelembapan relatif (RH). Kelembapan mutlak
adalah massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara. Kelembapan relatif adalah
perbandingan massa air yang terkandung dalam udara dalam suhu tertentu dengan massa air
maksimum yang dapat dikandung udara tersebut pada suhu yang sama.
c) Endapan (presipitasi) dan Curah Hujan
Endapan atau presipitasi didefinisikan sebagai air yang jatuh ke permukaan bumi.Air
yang jatuh ke permukaan bumi tersebut dapat berbentuk padat seperti batu es dan salju maupun
berbentuk cair seperti air hujan. Di Indonesia, endapan berupa air hujan atau curah hujan. Alat
untuk mengukur curah hujan adalah penakar curah hujan (rain gauge).Curah hujan diukur dalam
satuan inchi atau milimeter.Jumlah curah hujan 1 mm (milimeter) berarti air hujan yang
menutupi permukaan tanah setinggi 1 mm. Jumlah curah hujan yang diukur tidak boleh menguap
atau meresap ke dalam tanah.Di stasiun pengamat, curah hujan dicatat setiap hari.
Curah hujan dapat diukur dalam selang waktu tertentu, misalnya:
Curah hujan harian adalah jumlah curah hujan yang terjadi dalam satu hari tertentu.
Curah hujan bulanan adalah jumlah curah hujan harian dalam satu bulan tertentu.
Curah hujan tahunan adalah jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun tertentu.
Curah hujan harian rata-rata jumlah curah hujan bulanan di bagi jumlah hari dalam bulan
tersebut.
Curah hujan bulanan rata-rata adalah jumlah curah hujan tahunan dibagi 12 (jumlah
bulan).
d) Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer atau tekanan udara menyatakan berat kolom udara di atas suatu tempat
persatuan luas.Tekanan atmosfer diukur dengan alat yang disebut barometer.Satuan yang
digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer adalah mili bar (mb) atau pascal (Pa).Daerah yang
memiliki tekanan atmosfer terbesar adalah di permukaan laut yaitu sekitar 1.013,2 mb. Tekanan
atmosfer akan berkurang terhadap ketinggian. Sehingga tekanan atmosfer di pantai akan lebih
besar dibandingkan dengan di daerah pegunungan.
e) Angin
Angin adalah udara yang bergerak.Angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Angin seringkali diberi nama sesuai dengan arah datangnya
angin. Sebagai contoh, angin darat adalah angin yang datang dari arah darat, angin laut adalah
angin yang datang dari laut.Angin memiliki laju (kecepatan) dan arah.Alat untuk mengukur
kecepatan angin disebut anemometer. Kecepatan angin diukur dalam satuan meter per detik
(m/s), kilometer per jam (km/jam), atau knot (1 knot –sekitar 0,5 m/s). Arah angin diukur dalam
satuan derajat, yaitu: utara : 3600, selatan: 1800, timur: 900, barat: 2700, dan seterusnya. Dalam
mengukur kecepatan angin terdapat istilah kecepatan angin rata-rata.Kecepatan angin rata-rata
adalah jumlah seluruh kecepatan angin pada saat pengamatan di bagi dengan jumlah pengamatan
tanpa memperhatikan arah angin.Perhatikan kembali bahwa angin bergerak dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.Karena terdapat perbedaan tekanan atmosfer di
permukaan bumi akibat perbedaan dalam menerima energi matahari, maka dalam skala
luas/global angin membentuk sirkulasi-sirkulasi tertentu.Di samping angin yang bergerak dalam
skala luas terdapat angin yang terjadi di lokasi tertentu atau disebut angin lokal.Contoh dari
angin lokal adalah angin laut dan angin darat.
f) Perawanan
Perawanan adalah jumlah awan yang menutupi langit di atas pengamat.Perawanan secara
umum dinyatakan dalam per-delapan-an dari langit yang tertutupi awan. Sebagai contoh:
Perawanan = 0 (= 0/8) berarti tidak ada awan yang menutupi langit atau cerah.
Perawanan = 4/8 (=1/2) berarti separuh langit tertutup oleh awan.
Perawanan = 8/8 (= 1) berarti langit seluruhnya tertutupi oleh awan.
Untuk menentukan perawanan, kita sebagai pengamat tinggal pergi keluar dan
mengamati langit, apakah cerah atau tertutup awan?
g) Embun dan Kabut
Embun terjadi karena udara yang basah berkondensasi pada permukaan bumi yang
dingin.Embun dapat kita lihat di atas tanah atau daun tanaman.Pengembunan sering terjadi pada
waktu malam atau dini hari ketika tanah menjadi dingin. Kabut adalah tetes air yang mengapung
dalam udara di atas permukaan. Kabut hampir mirip dengan awan.Perbedaannya kabut terbentuk
di udara yang dekat dengan permukaan bumi sedangkan awan terbentuk jauh dari permukaan
bumi.Kabut dapat terjadi ketika udara lembap panas bergerak di atas permukaan bumi yang
dingin. Kabut dan asap pembakaran dapat menimbulkan kabut-asap atau smog (smoke= asap dan
fog = kabut). Kabut maupun kabut-asap dapat mengganggu jarak pandang bagi pengemudi
kendaraan.
Suhu yang diamati pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Untuk keperluan ini telah
dibuat termometer sesuai dengan kedalamannya.Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah
yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang terbuka.Pengukuran biasanya dilakukan dalam
areal stasiun pengamatan.Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini harus
dihindari.Termometer dilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar tanah disekitarnya tidak
terganggu.
Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan
panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara.Perubahannya
lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.Sampai kedalaman20
cm digunakan termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada
kedalaman yang diinginkan.Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala
dilengkungkan.halini dibuat adalah untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan
menghindari kesalahan paralaks.
Termometer tanah untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan
kedalaman lain. Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin, kemudian tabung
diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke dalam tanah sampai
kedalaman 50 cm atau 100 cm.
Pembacaan dilakukan dengan mengangkat termometer dari dalam tabung logam,
kemudian dibaca.Adanya parafin memperlambat perubahan suhu ketika termometer terbaca di
udara.Termometer tanah pada kedua kedalaman ini bila meruapakan suatu kapiler yang panjang
dari mulai permukaan tanah, mudah sekali patah apabila tanah bergerak turun atau pecah karena
kekeringan.
E. KESIMPULAN
1. Alat yang digunakan dalam praktikum ini mempunyai fungsi yang bermacam-macam,
seperti :
a. campbell stokes, berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari.
b. Higrometer, berfungsi untuk mengukur suhu udara sekitar secara digital.
c. Termometer permukaan tanah,
d. Anemometer,
e. Termometer maksimum minimimum, Termometer maksimum digunakan untuk
mengukur suhu udara tinggi dan rendah
f. Termometer tanah, digunakan untuk mengukur suhu tanah, umumnya pada
kedalaman 5 cm, 25 cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm.
g. Ombrometer tipe observatorium, penakaran hujan dengan cara manual.
h. Ombrometer tipe hellman, penakaran hujan secara otomatis.
2. Tata letak dari berbagai alat pengamatan cuaca ini bermacam-macam, diantaranya :
a. Termometer maksimum diletakan dengan posisi hampir mendatar.
b. Termometer minimum juga sama seperti termometer maksimum yaitu diletakan
hampir mendatar.
c. Termometer tanah diletakan secara tegak lurus dengan posisi mata logamnya
tercancap ke dalam tanah.
d. Thermohigrometer diletakan secara biasanya di tempat yang akan di ukur
kelembapannya.
e. Camblestokes dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah timur
matahari terbit dan ke barat matahari terbenam.
f. Anemometer di pasang di lapangan terbuka tak ada pohon-pohonan tinggi alat
dipasang 2 meter di atas tanah. Bila ada halangan, alat dipasang pada ketinggian
10 sampai 15 meter dari atas tanah.
g. Penakar curah hujan jenis observatorium dan jenis Hellman, kedua alat ini
diletakan seperti biasanya di tempat terbuka yang memungkinkan adanya air
hujan.
3. Prinsip kerja untuk setiap alat pengamatan cuaca tersebut berbeda juga sesuai dengan
fungsi kerja dari alat-alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1991. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
WWW.CUACAJATENG.COM
Google.com,2011. agroklimatologi. Pengaruh iklim.Purwoketo
Hasan, U.M. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: Soeroengan.
Nasrudin, 2009. Pengukuran Suhu.google.com
Khairullah,2008. Cuaca dan Gejala Alam.google.com
Waryono, dkk. 1987. PengantarmeteorologidanKlimatologi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :
Arianto
A1L112021
Lahan Sawah
Rombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
A. Tujuan
1. Mengetahui suhu udara di atas (ketinggian 1,2 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur dan
kebun rumput gajah setiap jam selama tiga hari.
2. Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas
(ketinggian 1,2 m dan 2,0 m) lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan
lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.Alat yang digunakan adalah
thermometer dan sangkar cuaca.
C. Prosedur Kerja
1. Semacam sangkar cuaca disiapkan pada masing-masing penggunaan lahan.
2. Thermometer pada sangkar cuaca pada masing-masing pengguanaan lahan diletakkan
(digantungkan) pada ketinggian 120 dan 200 cm. Dihindarkan thermometer terkena radiasi
atau sinar matahari langsung.
3. Suhu udara dicatat setiap jam selama 3 hari.
4. Grafik hubungan dibuat antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian
ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
TERLAMPIR
B. PEMBAHASAN
Suhu udara adalah derajat dari energi kinetik pergerkan dari molekul – molekul udara.Energi tersebut bisa terdapat bersumber dari radiasi matahari, dan radiasi bumi sendiri.Karakteristik suhu di dekat permukaan bumi berbeda dengan suhu udara secara umum.
Pengamatan dilakukan pada 4 jenis lahan, yakni lahan sawah, lahan tegalan, lahan rumput gajah, dan lahan kebun campur. Dari hasil pengamatan selama 2 hari pada 3 ketinggian tersebut banyak sekali perbedaan suhunya, yang pertama pada lahan sawah dapat terlihat pada hasil pengamatan atau grafik lahan sawah menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut diambil rata-ratanya yaitu pada ketinggian 1,2 m suhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian 0,05 m, berarti semakin tinggi ketinggian maka suhu udara akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena radiasi permukaan maka semakin rendah atau mendekat permukaan suhu udara akan rendah.
Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan suhu tertinggi pada pukul 10:00 pada ketinggian 1,2 m mencapai 41,5°C. Sedangkan pada ketinggian 0,05 m suhu terendah pada pukul 06:00 dengan suhu 200C , data tersebut menunjukkan dengan perbedaan ketinggian suhu tertinggi sama-sama terjadi pada siang hari dan suhu udara terendah terjadi pada pagi hari. hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak atar matahari semakin bisa disebabkan faktor awan yang menghalangi sudut datang radiasi matahari dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah.
Pada lahan tegalan dapat terlihat dari pengamatan yaitu didapatkan suhu tertinggi pada ketinggian 1,2 m dan suhu terendah pada pukul 2 m. Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan dari kedua ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 10:00 mencapai suhu 41°C derajat sedangkan ketika suhu rendah terjadi pada malam hari yakni sekitar pukul 20:00 mencapai suhu 23 °C. Hal ini dikarenakan pada siang hari matahari meskipun sudut datang matahari tidak tepat di atas kepala dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlaam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah.
Pada lahan kebun campur dapat terlihat pada data hasil pengamatan atau grafik lahan kebun campur menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut selalu stabil, menunjukan bahwa dari 3 ketinggian tersebut suhu udara pada 2 m dan 1,2 m lebih tinggi dibandingkan 0,05 m, berarti semakin rendah ketinggian maka suhu udara akan semakin rendah, hal ini disebabkan karena radiasi permukaan maka semakin rendah atau mendekat permukaan suhu
udara akan rendah. Berikutnya berdasarkan grafik menunjukan dari ketiga ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 11:00 di hari pertama dan terendah sekitar pukul 23:00 di hari pertama, data tersebut menunjukkan dengan perbedaan ketinggian suhu tertinggi sama-sama terjadi pada siang hari dan suhu udara terendah terjadi pada pagi hari.hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak antar matahari semakin dekat dan suhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada malam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah
Pada lahan rumput gadjah dapat terlihat pada hasil pengamatan atau garafik lahan rumput gadjah menunjukan bahwa berdasarkan grafik menunjukan dari 2 m ketinggian suhu tertinggi dicapai pada pukul 12:00 dan terendah sekitar pukul 23:00. Dan suhu tertinggi nya adalah 430C dan terrendahnya adalah 230C. hal ini dikarenakan pada siang hari matahari berada tepat pada posisi kepala sehingga jarak atar mathari semakin dekat dansuhu udara rendah di malam hari dikarenakan udara pada mlam dan pagi hari tidak dipengaruhi panas sinar matahari sehingga suhu menjadi dingin dan rendah. Selain itu dapat dilihat pada hari terakhir di sore hari suhu udara menjadi sangat rendah, hal ini dikarenakan faktor hujan. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara di suatu tempat.
uhu tanah maksimum pada lapisan yang berada di bawahnya akan lebih kecil dibandingkan dengan suhu maksimum pada lapisan tanah di atasnya. Hal ini disebabkan oleh panas yang dijalarkan terus berkurang jika lapisan tanah dalam, sampai pada suatu kedalaman tertentu, panas yang dijalarkan dari permukaan bumi tidak berpengaruh lagi terhadap gelombang suhu.
Amplitudo gelombang suhu tanah akan semakin kecil jika lapisan tanah makin dalam, sampai pada lapisan kedalaman redaman, yaitu lapisan tanah yang amplitudo gelombang suhunya sama dengan e-1 kali amplitudo gelombang suhu permukaan tanah.
Dalam kaitannya dengan suhu tanah, tanaman dapat digolongkan menjadi tanaman yang berakar dangkal dan tanaman yang berakar dalam. Tanaman yang berakar dangkal, yaitu tanaman yang setelah berbuah kemudian dicabut, misalnya padi, jagung, ketela, dan lain-lain. Tanaman yang berakar dalam, pada umumnya tanaman keras, yaitu tanaman yang berbuah terus menerus tanpa diganti.
Suhu tanah akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari, permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada
permukaan tanah akan lebih rendah diabdningkan dengan suhu pada lapiasan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan. Karena pola tingkah laku perambatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu tanah akan tinggi pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman. Suhu tanah maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu maksimum tercapai beberapa waktu kemudian, Semakin lama untuk lapisan anah yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk perpindahan panas dari permukaan lapisan-lapisan tanah tersebut.
Suhu udara pada 4 lahan di ketinggian 1,2 m dari data pengamatan menunjukkan suhu udara tertinggi pada pukul 10:00 mencapai 41,5°C dilahan sawah, berarti pada saat tersebut matahari sedang berada tepat diatas kepala atau tegak lurus dengan permukaan, akibatnya radiasi matahari lebih tinggi dan radiasi gelombang panjang membesar. Dan suhu terendah pada saat pukul 23.00 di lahan rumput gadjah dengan suhu 23.50C dan hal ini dikarenakan dipengaruhi faktor lain seperti kelembaban, penguapan, angin dan tekanan udara. Dari perbandingan ke empat lahan, yang suhu udaranya paling tinggi adalah lahan sawah dan suhu terendah pada lahan rumput gadjah.
Suhu udara pada 4 lahan di ketinggian 2 m dari data pengamatan menunjukkan suhu udara tertinggi pada pukul 12:00 mencapai 43°C dilahan rumput gajah, berarti pada saat tersebut matahari sedang berada tepat diatas kepala atau tegak lurus dengan permukaan, akibatnya radiasi matahari lebih tinggi dan radiasi gelombang panjang membesar. Dan suhu terendah pada saat pukul 18:00 (hari pertama) dilahan sawah, hal ini dikarenakan pada pagi hari suhu udara tidak dipengaruhi radiasi matahari dan dipengaruhi faktor lain seperti kelembaban, penguapan, angin dan tekanan udara. Dari perbandingan ke empat lahan, yang suhu udaranya paling tinggi adalah lahan rumput gajah dan suhu udara terendahnya pada lahan sawah.
Hasil praktikum suhu udara yang paling tinggi pada tiga ketinggian adalah lahan sawah karena lahan sawah yang mempunyai suhu yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan sinar matahari langsung jatuh kelahan tersebut, tanpa adanya naungan dari pohon atau tumbuh-tumbuhan lain. Suhu udara yang paling tinggi pada ketinggian 1,2 di empat lahan adalah lahan sawah dan suhu udara terendah terdapat pada laha rumput gajah Sedangkan pada pada suhu udara ketinggian 2 m diempat lahan adalah lahan rumput gajah.
Hasil dari penelitian tersebut tidak menunjukan hal yang sama seperti uraian diatas. Hal ini mungkin disebabkan karena alat yang sudah sedikit rusak atau praktikan yang kurang teliti dalam membaca skala thermometer
E. KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan suhu udara antara tataguna lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan
kebun rumput gajah. Hal tersebut dikarenakan perbedaan penerimaan radiasi lahan pada
masing-masing tataguna lahan.
2. Suhu udara di permukaan diantaranya dipengaruhi oleh ketinggian tempat, tipe tanah,
penutup tanah, jumlah radiasi yang diterima, dan sebagainya.
3. Penggunaan lahan yang berupa sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah
berpengaruh terhadap suhu udara. Perbedaan pengunaan lahan, berbeda pula benda-benda
yang berada di atas permukaan bumi ini dan berpengaruh terhadap penerimaan
radiasi.Sehingga penerimaan radiasi dan kecepatan perpindahan bahan menyebabkan
perbedaan suhu udara di sekeliling penggunaan lahan.
4. Penentu suhu udara adalah penerimaan energi dari matahari dan proses yang berlangsung di
permukaan bumi.
5. Kerapatan udara dekat permukaan bumi lebih tinggi dan lebih berkesempatan untuk
menyerap radiasi pantulan dari permukaan bumi, maka pada siang hari suhu udara dekat
permukaan akan lebih tinggi dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi. Sebaliknya
pada malam hari, terutama pada saat menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan menjadi
lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan udara yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Lakitan, 1994, Dasar-dasar Klimatologi, PT Raja Grafindo Persada Paper . No.
27.FAO, Rome.
Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological
Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen
Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur
Iklim. IPB. Bogor.
Handoko. 1992. Klimatologi dasar . Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB : Bogor.
Hidayati, R., dan I. Risdiyanto. 1999. Iklim Mikro. Dalam Y. Kusmaryono, Impron, dan Y.
Gugiarto (eds.): Kapita Selekta Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi,
Fak.Matematika dan IPA, IPB. Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo persada, Jakarta.
Tjasyono Bayong. 2004. Klimatologi. ITB, Bandung
LAPORAN PRAKTIKUMAGROKLIMATOLOGI
ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :Aristo Tellesyla S
A1L112016
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
A. TUJUAN
1. Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput
gajah pada kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm setiap jam selama tiga hari.
2. Mengetahui besarnya dan saat suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5,
25, 50, 75, 100 cm setiap jam selama tiga hari.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakanpadapraktikum kali iniadalahtermometer, alat tulis, pipa atau paralon
dan tali
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanah di sawah, tegalan, kebun
campur, dan kebun rumput gajah
C. PROSEDUR KERJA
1. Tempat pengamatan suhu tanah disiapkan pada masing-masing penggunaan lahan dengan
cara membuat lubang (membor) tanah kedalaman 5, 25, 50, 75, dan 100 cm dan dipasang
paralon pada lubang tersebut.
2. Termometer diletakkan pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing
penggunaan lahan. Dihindarkan termometer dari injakan kaki.
3. Suhu udara dicatat setiap jam selama 2 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Sebelum mencatat dilakukan latihan kecil pembacaan skala termometer supaya kesalahan
tidak besar, karena ada waktu jeda antara mengambil termometer dan pembacaan,
mengingat termometer tidak dirancang khusus untuk pengamatan suhu tanah.
4. Grafik hubungan antara suhu tanah (sumbu y) dan waktu (sumbu x) dicatat suhu setiap
kedalaman tanah. Kemudian besar dan waktu suhu maksimum dan minimum ditentukan.
D. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
Terlampir
B. Pembahasan
Suhu dinyatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan Suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius,
sedangkan di Inggris dan dibeberapa negara lainnya dinyatakan dengan derajat farenheit.
Pertumbuhan tanaman akan lebih dipengaruhi oleh suhu tanah dibanding dengan suhu
udara. Di dataran rendah tropis misalnya, suhu tanah yang tinggi menurunkan hasil produksi
umbi kentang. Hardjowigeno dan Rayes (2005) menyatakan bahwa suhu tanah di Wisconsin
berpengaruh nyata terhadap fase permulaan pertumbuhan jagung. Suhu udara dianggap
memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduksi. Pada data suhu awal, dapat diramalkan
waktu kematangan tanaman tersebut, suhu tanah lebih memberikan jawaban pada variasi
setempat daripada insolasi, topografi, dan sebagainya.
Suhu tanah, terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas
akar, kecepatan, dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit pada suatu tanaman.
Suhu tanah akan mempengaruhi penyerapan unsur hara dan air yang dibutuhkan tanaman.
Apabila suhu tanah sangat tinggi, maka ketersediaan air dalam tanah akan menjadi sedikit karena
mengalami penguapan dari dalam tanah. Mikroorganisme perombak atau bakteri saprofit akan
mengalami degradasi sehingga aktivitas pembentukan tanah akan berjalan sangat lambat.
Disamping itu, suhu tanah yang terlalu rendah akan memicu timbulnya patogen penyakit
tumbuhan dan akan tetap bertahan di dalam tanah (Hanafi, 1988).
Suhu tanah dapat di ukur dengan menggunakan alat yang dinamakan termometer tanah
selubung logam. Suhu tanah ditentukan oleh panas matahari yang menyinari bumi. Intensitas
panas tanah dipengaruhi oleh kedudukan permukaan yang menentukan besar sudut datang, letak
digaris lintang utara dan selatan dan tinggi dari permukaan laut.
Sejumlah sifat tanah juga menentukan suhu tanah antara lain :
1. Intensitas warna tanah
2. Komposisi tanah
3. Panasienis tanah
4. Kedalaman tanah
5. Kemampuan dan
6. Kadar legas tanah
Pentingnya kita mengetahui kondisi suhu tanah dan pengukurannya karena suhu tanah
tertentu mempengaruhi untuk kehidupan tanaman, penjelasan berikut akan memperjelas alasan
dari tabel-tabel atau grafik pengamatan yang telah ada :
a) Titik 0 bagi tanaman, pada suhu dibawah 0 derajat ini, pertumbuhan tanaman akan berhenti,
biji-biji tidak akan berkecambah, berbagai biji tanaman kekuatan berkecambahnya berlainan
suhunya, misalnya untuk gandum 0-30C, sedangkan untuk jagung 9-100C
b) Suhu minimum tanah bagi tanaman, tiap-tiap tanaman tidak akan dapat berkembang pada
suhu dibawah derajat minimal, suatu periode tanaman menghendaki derajat minimal
tersendiri. Umpamanya pada masa berbunga jagung membutuhkan suhu minimal 100C
sedangkan jagung tua menghendaki suhu yang lebih tinggi lagi.
c) Suhu optimal tanah bagi tanaman, kecepatan tumbuh tanaman tergantung dari suhu tanah
yang dibatasi suhu tanah maksimal, diatas suhu tanah maksimal tanaman sudah tidak tumbuh
lagi, apalagi berproduksi. Pada suhu tanah yang lebih tinggi daripada maksimum, sekalipun
mendapat irigasi atau siraman, tanaman itu tidak akan tumbuh. Untuk tanaman didaerah
tropis sudah tentu membutuhkan tanaman yang tahan panas.
d) Jumlah suhu tanah, sampai akhir lingkaran perkembangannya, tanaman membutuhkan
jumlah panas tertentu.
Selain dipengaruhi oleh hal – hal diatas, tinggi rendahnya suhu tanah juga dapat
mempengaruhi :
1. Sifat Fisik Tanah yaitu Struktur, tekstur, porositas, warna, slope
Apabila strukturnya padat maka porositas rendah, kebalikannya struktur remah maka
porositas tinggi sehingga proses pengaliran lancer. Apabila warnanya terang daya pantulnya
tinggi daya serapnya rendah begitu sebaliknya warna gelap maka daya pantul rendah, daya
serap panas tinggi sehingga suhu naik.
2. Kondisi Air,
Apabila tanah banyak mengandung air maka suhu yang terserap akan banyak digunakan
untuk penguapan.
3. Kandungan Bahan Organik
BO mempunyai kemampuan untuk menahan energi, menyerap air, kandungan unsure hara
tinggi dan memperbaiki struktur tanah.
4. Situasi Lingkungan baik Fisik maupun Biotik
Lingkungan Fisik meliputi kelembapan udara, radiasi, angin. Lingkungan biotik meliputi
vegetasi yang ada di permukaan tanah. Sehingga tanah merupakan penghantar panas yang
jelek, karena begitu mendapatkan sumber panas, sumber tersebut akan terus ditangkap
sampai maksimum/tidak mampu lagi, setelah itu baru dialirkan secara konduksi. Jika ada
reradiasi, terdapat pembebasan radiasi tanah maka reradiasinya semakin tinggi dan suhu yang
dilepas semakin tinggi pula, setara Hukum Black Body Radiation. Digunakan untuk menjaga
keseimbangan suhu dalam tanah.
Panas yang diterima oleh permukaan tanah dari lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan
kebun gajah, ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan memerlukan
waktu. Untuk mengetahui tiap lapisan maka perlu pengamatan temperatur atau suhu tanah pada
tiap kedalaman yaitu 5, 25, 50, 75, dan 100 cm, dengan memakai alat termometer pengukur
suhu tanah. Temperatur maksimum pada lapisan tanah yang dalam akan mengalami
keterlambatan waktu terhadap temperatur maksimum permukaan tanah sehingga
mengindikasikan kenaikkan dan penurunan suhu tanah akan senantiasa berkorelasi secara linier
terhadap tingkat kedalaman tanah. Pada tanah terbuka seperti lahan sawah dan tegalan, semakin
dalam tanah maka senatiasa terlambat dalam menerima panas, sehingga pada intensitas suhu
lingkungan yang tinggi pada tengah hari membuat suhu tanah pada kedalaman 100 cm selalu
lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman lainnya, sedangkan pada malam hari tanah dengan
kedalaman paling dalam lebih lama membuang panas sehingga tanah kedalaman 100 cm
suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman lainnya secara linier (AAK, 1983).
Mengambil suhu pada tempat yang terlindung seperti kebun campur ada baiknya sering
mengukur suhu tanah pada lapisan tanah yang telah disediakan misalnya kedalaman 5 cm, 25
cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm yang menampakkan perkembangan suhu tanah yang jarang
berfluktuasi terhadap penerimaan dan pembuangan panas, hal ini karena intrusi dan perambatan
panas sinar matahari senantiasa terhalang oleh vegetasi pepohonan disekelilingnya sepanjang
hari dan malam di dekat tanah (Waryono dkk. 1987).
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur
suhu tanah lahan sawah, lahan tegalan, kebun campur dan kebun rumput gajah dengan
kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm menggunakan thermometer. Cara yang dilakukan dalam
praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang
menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50, dan
100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan
yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan
pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada
kedalaman yang besar. (Chamber, 1987). Berdasarkan hasil praktikum pengamatan suhu tanah di
lahan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum
pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 29,5oC dan suhu minimum
pada kedalaman 75 cm pada hari pertama pukul 03.00 dengan suhu 23oC. Kemudian pengamatan
pengamatan suhu tanah di lahan tegalan pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari,
didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 12.00 dengan suhu
34oC dan suhu minimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul 04.00 dengan suhu
24oC. Pengamatan suhu tanah di lahan sawah pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari,
didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul 19.00 dengan suhu
30,5oC dan suhu minimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 19.00 dengan suhu
21oC. . Pengamatan suhu tanah di kebun rumput gajah pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2
hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 13.00 dengan
suhu 29oC dan suhu minimum pada kedalaman 25 cm pada hari pertama pukul 05.00 dengan
suhu 23oC. Pada pengamatan suhu tanah kedalaman 5 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum
pada lahan tegalan hari pertama pukul 12.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada lahan
sawah juga hari pertama pukul 19.00 dengan suhu 21oC. Kemudian pengamatan suhu tanah
kedalaman 25 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari kedua pukul
14.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 15.00
dengan suhu 21oC. Pengamatan suhu tanah kedalaman 50 cm di 4 lahan didapatkan suhu
maksimum pada lahan sawah hari pertama pukul 18.00 dengan suhu 35oC dan suhu minimum
pada kebun campur hari kedua pukul 03.00 dengan suhu 24oC. Pengamatan suhu tanah
kedalaman 75 cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan sawah hari pertama pukul
17.00 dengan suhu 28oC dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 03.00
dengan suhu 23oC. Dan pengamatan suhu tanah kedalaman 100 cm di 4 lahan didapatkan suhu
maksimum pada lahan rumput gajah hari pertama pukul 24.00 dengan suhu 28oC dan suhu
minimum di lahan tegalan hari pertama pukul 04.00 dengan suhu 24oC.
Dari pengamatan setiap hari selama 3 hari pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur,
dapat diketahui keadaan temperatur tanah secara harian, rata-rata fluktuasi dan menurut musim.
Dan dengan mengetahui fluktuasi temperatur tanah, konduktivitas panas, serta kedalaman
peredaman untuk setiap macam tanah, maka dapat diperoleh informasi untuk merencanakan
sistem tanam terutama pada tanaman yang berakar dangkal (Daldjoeni, N. 1983).
Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan
bumi, pada siang hari suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan
tanah yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap
radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke
lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari permukaan tanah
akan kehilngan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu pada permukaan tanah akan lebih
rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Pada malam hari, panas
akan merambat dari lapisan tanah yang lebih dalam menuju ke permukaan, hasil pengamatan
menunjukkan kebenaran dari teori diatas pada kenyataannya di lapang seperti yang akan
digambarkan pada tabel berikut (Lakitan,1994)
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum acara III ini adalah :
a. Pentingnya mengetahui kondisi suhu tanah dan pengukurannya adalah karena suhu tanah
tertentu mempengaruhi untuk kehidupan tanaman.
b. Intensitas dan durasi harian dari energi radian matahari yang diterima dari atmosfer diatas
permukaan tanah pada daerah yang ada dalam keadaan berneraca.
c. Panas yang diterima oleh permukaan tanah sebagai fluktuasi suhu tanah dari lahan sawah,
tegalan dan kebun campur ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan
memerlukan waktu.
d. Suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur dipengaruhi oleh jumlah serapan
radiasi matahari oleh permukaan bumi.
e. Panas yang diterima oleh permukaan tanah sebagai fluktuasi suhu tanah dari lahan sawah,
tegalan dan kebun campur ketika diteruskan ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam akan
memerlukan waktu.
f. Suhu minimum dan maksimum untuk tiap lahan, antara lain:
lahan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu
maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 29,5oC dan
suhu minimum pada kedalaman 75 cm pada hari pertama pukul 03.00 dengan suhu 23oC.
Kemudian pengamatan pengamatan suhu tanah di lahan tegalan pada kedalaman 5, 25, 50, 75
cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama pukul
12.00 dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama pukul
04.00 dengan suhu 24oC. Pengamatan suhu tanah di lahan sawah pada kedalaman 5, 25, 50,
75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 50 cm pada hari pertama
pukul 19.00 dengan suhu 30,5oC dan suhu minimum pada kedalaman 5 cm pada hari pertama
pukul 19.00 dengan suhu 21oC. . Pengamatan suhu tanah di kebun rumput gajah pada
kedalaman 5, 25, 50, 75 cm selama 2 hari, didapatkan suhu maksimum pada kedalaman 5 cm
pada hari pertama pukul 13.00 dengan suhu 29oC dan suhu minimum pada kedalaman 25 cm
pada hari pertama pukul 05.00 dengan suhu 23oC. Pada pengamatan suhu tanah kedalaman 5
cm di 4 lahan didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari pertama pukul 12.00
dengan suhu 34oC dan suhu minimum pada lahan sawah juga hari pertama pukul 19.00
dengan suhu 21oC. Kemudian pengamatan suhu tanah kedalaman 25 cm di 4 lahan
didapatkan suhu maksimum pada lahan tegalan hari kedua pukul 14.00 dengan suhu 34oC
dan suhu minimum pada kebun campur hari pertama pukul 15.00 dengan suhu 21oC.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Chamber, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian
Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor, IPB.
Daldjoeni, N. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni, Bandung
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Waryono dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu, Surabaya.
Wisnebroto dkk. 1983. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalu Indonesia, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUMKULTUR JARINGAN
ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :Khairur Rizal
A1L112017
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013A. TUJUAN
1. Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun
rumput gajah setiap jam selama tiga hari.
2. Mengetahui waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah,
tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara pengamatan kelembaban nisbi pada
lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah adalah psychrometer yang terdiri
atas termometer bola basah dan kering, tabel penetapan kelembaban nisbi.
C. PROSEDUR KERJA
a. Disiapkan semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan,
b. Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air,
c. Diletakkan (digantungkan) psikhrometer tersebut pada semacam sangkar cuaca pada
masing-masing penggunaan lahan pada ketinggian 120 cm. Dihindarkan psikhrometer
terkena radiasi atau sinar matahari langsung dengan cara dipayungi,
d. Dicatat suhu pada termometer bola basah dan bola kering udara setiap jam selama tiga hari,
e. Dibaca kelembaban nisbi udara pada psikhrometer dengan cara membaca indek (penjurus)
dari hasil menghimpitkan suhu termometer bola basah dan bola kering. Cara lain
pembacaan kelembaban nisbi dengan tabel yang menghubungkan antara selisih suhu
termometer bola kering dan bola basah (tk-tb) dan suhu termometer bola basah,
f. Dibuat grafik hubungan antara kelembaban nisbi udara (sumbu Y) dan waktu (sumbu X).
Kemudian ditentukan besarnya dan waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan
minimum.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik Kelembapan Nisbi pada 4 Lahan
Tabel
Kelembapan Nisbi
17.0020.00
23.0002.00
05.0008.00
11.0014.00
17.0020.00
23.0002.00
05.0008.00
11.0014.00
17.00405060708090
100110
Kelembapan Nisbi pada Empat Lahan
Kebun CampurTegalanSawahRumput Gajah
Waktu
Suhu
oC
Lahan HariKelembapan
Minimum + JamKelembapan
Maksimum + Jam
Kebun Campur 1 - 100 % : 17.00
Sawah 2 51 % : 10.00 -
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan
sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau
tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan
uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu
udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap
aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas ( Handoko, 1994 ).
Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu
udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap
aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100%. (
http://abuhaniyya.files.wordpress.com, 2009 ).
Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara
atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara ditentukan oleh
jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara
disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara
lembab dalam satuan volume tertentu disebut kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah
total masa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air; jika massa uap air
tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering. Data klimatologi untuk kelembaban
udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif, disingkat RH. Kelembaban relatif
adalah perbandngan antara tekanan uap air aktual dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh.
Tekanan uap air adalah tekanan parsial uap air dalam udara. Satuan yang digunakan untuk
tekanan adalah pascal. Tekana uap air jenuh adalah tekanan uap air maksimum yang dapat
dicapai pada suhu tertentu.
Kemampuan udara untuk menampung uap air akan bertambah dengan meningkatnya suhu.
Dengan demikian, jika udara yang jenuh uap air ditingkatkan suhunya maka udara tersebut
menjadi tak jenuh uap air. Sebaliknya jika udara tak jenuh uap air diturunkan suhunya perlahan-
lahan dan kerapatan uap airnya dijaga konstan maka udara tersebut akan mendekati kondisi
jenuh uap air. Suhu pada saat udara tersebut mencapai kondisi jenuh uap air disebut suhu titik
embun.
Fluktuasi kandungan uap air di udara lebih besar pada udara dekt permukaan dan semakin
kecil dengan bertambahnya ketinggian, hal ini terjadi karena uap air bersumber dari permukaan
dan proses kondensasi juga berlangsung pada permukaan. Pada siang hari, kelembaban lebih
tinggi pada udara dekat permukaan, sebaliknya pada malam hari kelembaban lebih rendah pada
dekat permukaan.
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari
disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini
berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari. Pada malam
hari, akan berlangsung kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal
dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air dalam udara dekat permukaan tersebut akan
berkurang.
Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari dua meter dari permukaan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari dikarenakan pengaruh angin
menjadi lebih besar, udara lembab dan udara kering dapat tercampur lebih cepat.
Psikometer bola basah/bola kering, alat ini terdiri dari dua termometer yaitu termometer
bola basah dan termometer bola kering. Termometer bola kering adalah, termometer air raksa
biasa ; sedangkan termometer bola basah adalah termometer air raksa yang ujung sensornya
dibalut dengan kain kasa yang dijaga agar selalu lembab. Suhu yang terbaca pada termometer
bola basah akan sama dengan atau lebih rendah dari suhu yang terbaca dari termometer bola
kering. Suhu termometer bola basah yang lebih rendah disebabkan karena sebagian panas pada
bagian ujung sensor termometer ini akan terpakai dalam proses penguapan air pada kain lembab
yang membalutnya. Semakin tinggi laju penguapan maka akan semakin banyak energi panas
yang terpakai, berarti akan semakin rendah suhu termometer bola basah. Suhu termometer bola
basah akan sama dengan suhu termometer bola kering, jika penguapan air pada ujung sensor
termometer bola basah tersebut tidak terjadi. Kondisi ini hanya akan berlangsung jika udara
disekitarnya jenuh uap air.
Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu :
1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di dalam
atmosfer seperti gas sempurna (ideal),
2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara lengas,
3. Nisbah percampuran (mixing ratio) yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara kering,
4. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara basah,
5. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai jenuhnya dan
dinyatakan dalam %.
6. Suhu virtual.
Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi
yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan
waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari
sampai menjelang pagi bertambah besar.
Faktor – Faktor yang akan diukur adalah temperatur dan kelembaban nisbi. Kelembaban
nisbi adalah banyaknya uap air yang terdapat dalam udara pada temperatur tertentu dibandingkan
dengan banyaknya uap air yang dapat dikandung secara maksimum pada temperatur tersebut.
Kelembaban nisbi dinyatakan dalam prosen (%).
Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan
kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah
satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi.
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban tertinggi dari data adalah 100
% pada pukul 17.00 wib, hal ini disebabkan karena pada pagi hari kelembaban temperatur
kelembaban menurun, sedangkan pada sore hari meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya
berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari.
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembababn terendah dari data
pengamtan adalah 51% pada pukul 10.00 wib, hal ini disebabkan karena pada siang hari radiasi
sinar matahari meningkat sehingga kelembabanya menurun dimana kelembaban berbanding
terbalik dengan suhu, bila suhu meningkat maka kelembaban akan menurun. Hal ini sesuai
dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban
relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada
sore hari.
E. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembaban tertinggi dari data adalah
100% pada pukul 17.00 wib.
2. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa data kelembababan terendah dari data
pengamtan adalah 51% pada pukul 10.00 wib.
3. kelembabah udara sangat dipengaruhi oleh suhu atau cahaya matahari, pada semakin siang
maka kelembaban nisbi semakin rendah, sedangkan semakin malam kelembaban nisbi
semakin tinggi.
4. kelembaban nisbi sangat dipengaruhi oleh cuaca, pada keadaan hujan kelembaban relatif
tinggi, sedangkan pada saat cuaca cerah kelembaban relatif rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi
Pertanian. USU Press. Medan.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur
iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
http://agung4.wordpress.com. 2009. Iklim dan Cuaca, diakses pada tanggal 16
Desember 2009.
http://abuhaniyya.files.wordpress.com. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada tanggal 16
Desember 2009.
http://one.indoskripsi.com/node/714. 2009. Kelembaban Udara, diakses pada tanggal 16
Desember 2009.
Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman
Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar Dasar Klimatologi. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta
Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. PT Bina Ilmu : Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN,
KEBUN CAMPUR DAN RUMPUT GAJAH
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :Agus SuyitnoA1L112020
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
A. TUJUAN
1. Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan kebun rumput
gajah selama 3 hari.
2. Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari keempa tpenggunaan lahan.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas lahan sawah, tanah tegalan, kebun
campur, lahan rumput gajah dan boring pengamatan.
Alat yang digunakan adalah panic evaporasi yang terdiri atas tatakan kayu (palet) dan
panic plastik diameter 60 cm, mistar pengamatan, ember untuk mengisi air, alat tulis dan
kalkulator.
C. PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan sebuah panic evaporasi berisi air.
2. Panci evaporasi ditempatkan diatas palet pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan
lahan rumput gajah. Kemudian panic diisi air lk 0,5-0,6 tebal panci, mistar pengamatan
ditempatkan dan biarkan permukaan air tenang.
3. Kemudian pada waktu yang telah ditentukan yaitu pkl 17.00 WIB, tinggi permukaan air
diamati pada mistar pembacaan dan dicatat tingginya (mm0). Air dalam panic dibiarkan
menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan pembacaan
permukaan air yang kedua dan dicatat tingginya (mm1). Pekerjaan seperti ini dilakukan
selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
a. Tabel Pengamatan
Hari Kebun Campur Tegalan Sawah Rumput Gajah
1 (17:00) 200 mm 200 mm 200 mm 200 mm
2 (17:00) 210 mm 215 mm 205 mm 210 mm
3 (17:00) 210 mm 220 mm 218 mm 220 mm
Volume Hujan 1 260 ml 390 ml 740 ml 635 ml
Volume Hujan 2 250 ml 370 ml 700 ml 600 ml
b. Histogram
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kebun Campur; 25.7
Tegalan; 40.9
Sawah; 67.65
Rumput Gajah; 60.25
Histogram Evaporasi
Evap
oras
i (m
m)
c. Perhitungan
1. Kebun Campur
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 260 ml
122,7 cm3 = 2,11 cm = 21,1 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (210 - 200) + 21,1 = 31,1 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 250 ml
122,7 cm3 = 2,03 cm = 20,3 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (210 - 210) + 20,3 = 20,3 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
31,1+20,32
= 25,7 mm
2. Tegalan
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 390 ml
122,7 cm3= 3,17 cm = 31,7 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (215-200) + 31,7 = 46,7 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 370 ml
122,7 cm3= 3,01 cm = 30,1 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-215) + 30,1 = 35,1 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2=
46,7+35,12
= 40,9 mm
3. Sawah
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 740 ml
122,7 cm3 = 6,03 cm = 60,3 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (205-200) + 60,3 = 65,3 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 700 ml
122,7 cm3 = 5,70 cm = 57 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (218-205) + 57 = 70 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
65,3+702
= 67,65 mm
4. Rumput Gajah
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 635 ml
122,7 cm3= 5,17 cm = 51,7 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (210-200) + 51,7 = 61,7 mm
t 1 =Volumehujanh2
122,7 cm3 = 600 ml
122,7 cm3= 4,88 cm = 48,8 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-210) + 48,8 = 58,8 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
61,7+58,82
= 60,25 mm
Kesimpulan:
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis
lahan yang tingkat evaporasinya paling tinggi adalah, lahan sawah 67,65 mm, lahan rumput
gajah yaitu 60,25 mm, lahan tegalan 40,9 mm dan yang paling rendah yaitu lahan campur 25,7
mm.
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 menunjukan bahwa penguapan yang terjadi di lahan
sawah 67,65 mm, lahan rumput gajah yaitu 60,25 mm, lahan tegalan 40,9 mm dan lahan
campur 25,7 mm. Hasil ini menunjukan bahwa penguapan air di lahan sawah lebih tinggi dari
ketiga lahan yang lain. Artinya panas yang diterima ( pancaran dari sinar matahari ) oleh lahan
sawah lebih tinggi dibandingkan ketiga lahan yang lain, sehingga penguapan meningkat.
Seharusnya penguapan air yang lebih tinggi terjadi di lahan sawah, karena sinar matahari yang
diterima tidak terhalang tajuk. Tetapi di lahan rumput gajah yang tajuknya banyak dan tinggi
justru penguapannya meningkat. Berdasarkan literature yang diungkapkan oleh Lakitan
(1997), menyatakan bahwa ” penguapan air harian tertinggi terdapat pada lahan
sawah”.
Berdasar kantabel 1 padahari ke-2 di lahan kebun campur volume air bertambah dari
200 mm menjadi 210 mm, di lahan tegalan volume air bertambah juga dari 200 mm menjadi
215 mm, di lahan sawah volume air bertambah juga dari 200 mm menjadi 205 mm dan di
lahan rumput gajah pun volume air bertambah dari 200 mm menjadi 210 mm. Di sini tidak
terjadi penguapan pada lahan manapun karena tidak ditemukan adanya penguapan /
berkurangnya volume air, justru malah mengalami pertambahan air yang paling banyak terjadi
pada lahan tegalan yaitu mertambah sebanyak 15 ml volume air. Hal ini menunjukan bahwa
panas yang diterima lahan tegalan lebih rendah dibandingkan ke-3 lahan yang lain.
E. KESIMPULAN
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan jenis lahan yang tingkat evaporasinya paling
tinggi adalah lahan sawah yaitu 67,65 mm, disusul lahan rumput gajah yaitu 60,25 mm, lahan
tegalan yaitu 40,9 mm dan yang paling rendah yaitu lahan kebun campur 25,7 mm.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban, dan
evaporasi diantaranya : radiasi matahari, tekanan udara, kecepatan angin, keawanan dan
kelembaban relatif.
3. Praktikum harus dilakukan dengan cermat dan teliti agar diperoleh data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni, N. 1983. Pokok-Pokok Klimatologi. Penerbit Alumni: Bandung
Glenn, Trewartha. 1995. Pengantar Iklim. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Hasan, Mohmmad Urip. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. PT Soerongan : Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mitisapto, Mulyono, dkk. 1986. Asas-asas Meteorologi Pertanian. Yudistira: Jakarta Timur.
Oldeman, L.R and M. Free.1882. A Study of the Aroclimatology of the Humid Tripics of
Southeast Asia. FAO of UN, Rome.
Schmidth, F.H. dan J. H. Ferguson.1951. Rainfall Types Based on Wet And Dry Period for
Indonesia With Western New Guinea. Kementerian Perhubungan Djawatan Meteorologi
dan Geofisika. Verhandelingen No. 42. Djakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA VI
KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN
Semester :Gasal 2013/2014
Oleh :Sri Wahyunungsih
A1L112022
Lahan SawahRombongan E1
Kelompok 3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
Tujuan
Tujuan praktikum pada acara VI adalah :
1. Menetapkan kelas iklim suatu daerah berdasarkan data curah hujan suatu stasiun cuaca
menurut Schmidth – Ferguson, dan menurut Oldeman.
2. Menetapakan keadaan iklim berdasrkan kelas iklim menurut Schmidth – Ferguson, dan
menurut Oldeman.
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri atas data curah hujan 10 tahun beberapa cuaca (data
dibagikan pada saat praktikum). Alat yang digunakan adalah mesin hitung ( kalkualtor ) dan
alat tulis .
B. Prosedur Kerja
A. Disediakan data curah hujan bulanan dari berbagai daerah di indonesia selama 10 tahun.
B. Dilakukan pengklasifikasian data dengan mencari banyak Bulan Basah (BB) , Bulan Kering
(BK).
C. Dengan menggunakan ketentuan klasifikasi iklim menurut Schmidth-Fergusson dan
Oldeman ditentukan klasifikasi iklim pada masing-masing daerah.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
TERLAMPIR
2. Pembahasan
Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan, suhu,
tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim merupakan
gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata cuaca, sehingga iklim
tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup
rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai
daerah yang letaknya saling berjauhan, bila faktor utamanya sama. Mendasarkan atas
kesamaan sifat tersebut maka dalam bidang ilmu iklim juga dikena pengelompokan iklim
dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi iklim (Prihmantoro, 1999).
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam
melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi). Klasifikasi umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian
iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim yang berhubungan dan secara
langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim
adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar
aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari atau perubahan
tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Tjasyono (2004)
mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola
tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan
adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu
atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Pada hakikatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh
suatu efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Karena itu, analisis
statistik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-
tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana. Tiap klasifikasi dibuat berdasarkan
tujuan tertentu dari pembuatnya, dengan luas cakupan wilayahnya mulai dari yang terbatas
(lebih kecil dari negara) sampai yang luas (regional atau dunia). Sehingga dalam
menggunakan klasifikasi iklim perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi perhatian
(Handoko, 1983).
Wilayah Indonesia terbentuk dari berbagai komponen lahan, mencakup formasi
geologi/litologi dan terrain dengan kondisi iklim yang beragam. Komponen lahan tersebut
merupakan faktor pembentuk tanah utaman, dan sangat menetukan tingkat kesesuaian serta
potensinya untuk pertanian. Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat
berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan
merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan
kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering,
sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan data temperatur udara dan endapan
yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tanaman. Iklim ini paling banyak
dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan temperatur. Koppen
membagi iklim dalam lima daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf.
1. Iklim A – Iklim Hujan Tropis (Tropical Climate)
Ciri-cirinya temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18 °C, curah hujan
tahunan tinggi, rata-rata lebih dari 70 cm/tahun. Jenis vegetasi beranekaragam.
2. Iklim B – Iklim Kering/gurun (Dry Climate)
Ciri-cirinya terdapat didaerah gurun atau semiarid (steppa), curah hujan terendah
25,5 mm/tahun. Tingkat penguapan tinggi.
3. Iklim C – iklim sedang (Warm Temperate Climate)
Temperatur bulan terdingin berkisar 18 °C sampai -3°C.
4. Iklim D – Iklim Salju atau Mikrothermal (Snow Climate)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-sata bulan
terdingin -3°C.
5. Iklim E – Iklim Kutub (Ice Climate)
Terdapat di daerah Arctic dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 10°C. Tidak
memiliki musim panas yang benar-benar panas.
(Hartono,2007)
Gambar 1 : Diagram Iklim Koppen
Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga subtipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af (iklim tropik basah), Aw (iklim basah tropik), dan Am (iklim basah tropik dengan musim kering singkat) (Hartono,2007).
b. Sistem Klasifikasi Schmidth-Ferguson
Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan
Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian
ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan
basah, lembab dan bulan kering. Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki tebal
curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembab adalah bulan-bulan yang memiliki tebal
curah hujan antara 60 mm – 100 mm. Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki
tebal curah hujan lebih dari 100 mm (Utoyo, 2007).
Seperti halnya klasifikasi iklim menurut Vladimir Koppen, sistem klasifikasi
penggolongan iklim menurut Schmidt-Ferguson menggunakan sistem huruf yang
didasarkan atas nilai Q, yaitu presentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan
bulan kering. Untuk menentukan tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan rumus sebagai
berikut.
Q = MdMw
x 100%
Di mana : Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan antara jumlah bulan
kering dibagi dengan jumlah tahun pengamatan
Mw = mean (rata-rata) bulan basah yaitu perbandingan antara jumlah bulan
basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan
(Utoyo,2007).
Makin besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim
semakin basah. Schmidt-Ferguson menggolongkan iklim sebagai berikut.
Tipe Iklim Besarnya Nilai (%)
Tipe Iklim A 0 < Q < 14,3
Tipe Iklim B 14,3 < Q < 33,3
Tipe Iklim C 33,3 < Q < 60
Tipe Iklim D 60 < Q < 100
Tipe Ikilm E 100 < Q < 167
Tipe Iklim F 167 < Q < 300
Tipe Iklim G 300 < Q < 700
Tipe Iklim H 700 < Q
(Hartono, 2007)
Tipe –tipe hujan diatas mempunyai ciri vegetasi tertentu sebagai berikut :
1. Tipe A : daerah sangat basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika
2. Tipe B : daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika
3. Tipe C : daerah agak basah dengan ciri vegetasi hutan rimba, diantara jenis vegetasi
yang gugur daunnya pada periode musim kemarau, diantaranya jati
4. Tipe D : daerah sedang dengan ciri vegetasi hutan musim
5. Tipe E : daerah agak kering dengan ciri vegetasi hutan sabana
6. Tipe F : daerah kering dengan ciri vegetasi hutan sabana
7. Tipe G : daerah sangat kering dengan ciri vegetasi padang ilalang
8. Tipe H : daerah ekstrim kering dengan ciri vegetasi padang ilalang
(Utoyo, 2007)
c. Sistem Klasifikasi Oldeman
Tipe iklim yang dikembangkan oleh Oldeman ditujukan untuk keperluan budidaya
tanaman atau pertanian. Dasar klasifikasi iklim yang digunakan Oldeman sama dengan yang
digunakan oleh S-F, yaitu dengan didasarkan pada curah hujan. Berdasarkan data curah
hujan, Oldeman membagi wilayah iklim menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut.
Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berturut-turut.
Iklim B : Jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan.
Iklim C : Jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan.
Iklim D : Jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan.
Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.
(Yani dan Rahmat, 2007).
Batasan bulan basah yang digunakan Oldeman berbeda dengan Koppen maupun S-F,
yaitu suatu bulan yang memiliki curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Jumlah tersebut
dianggap cukup untuk membudidayakan padi di sawah, sedanfkan untuk palaawija
diperlukan jumlah curah hujan minimal per bulannya 100 mm. Untuk menanam padi selama
satu kali tanam diperlukan minimal lima bulan basah berturut-turut. Sembilan bulan basah
berurutan, optimal untuk menanam padi selama dua kali masa tanam. Bantuan irigasi
diperlukan untuk menanam padi jika curah hujannya kurang dari tiga bulan basah berurutan
(Yani dan Rahmat, 2007).
Selain didasarkan pada bulan basah, Oldeman juga memperhitungkan bulan kering yang
ditempatkan sebagai subregion dari kelima tipe iklim tersebut. Simbol yang digunakan tidak
lagi berupa huruf tetapi berupa angka. Suatu bulan dikatakan bulan kering apabila jumlah
curah hujannya kurang dari 100 mm per bulan. Menurut Oldeman, kurang dari 2 bulan
kering berurutan masih dapat diatasi karena tanah masih cukup lembab. Akan tetapi jika
terjadi 2-4 bulan kering berurutan, petani harus berhati-hati dalam membudidayakan
tanamannya. Jika bulan kering berurutan selama 5-6 bulan diperlukan bantuan irigasi untuk
mencukupi kebutuhan tanaman (Yani dan Rahmat, 2007).
Berdasarkan stratifikasi kedua, dengan memperhitungkan bulan keringnya, Oldeman
membagi wilayah iklimnya atau yang disebut zone agroklimat yaitu sebagai berikut.
Zona A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.
Zona B1 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.
Zona B2 : Jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.
Zona C1 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.
Zona C2 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.
Zona C3 : Jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.
Zona D1 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.
Zona D2 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.
Zona D3 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.
Zona D4 : Jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering.
Zona E1 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering.
Zona E2 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering.
Zona E3 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering.
Zona E4 : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
kering.
(Yani dan Rahmat, 2007)
Gambar 2 : Diagram Iklim Oldeman
Berdasarkan tabel 2, curah hujan bulan pada Bukateja, bahwa kota tersebut menurut
Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah. Sedangkan pada tabel 3,
curah hujan bulan pada Klampok menurut Schmidt-Ferguson memliki iklim C yaitu Agak
Basah. Jenis vegetasinya adalah hutan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya
dimusim kemarau. Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah B2,ini berarti
kota Klampok dan Bukateja memiliki bulan basah 7-9 dengan periode bulan kering 2-3,
maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.
Berdasarkan tabel 4 curah hujan bulan pada Krikil, bahwa kota tersebut menurut
Schmidt-Ferguson memiliki iklim C, dengan kondisi iklim Agak Basah. Jenis vegetasinya
adalah hutan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau.
Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah C3.
Berdasarkan tabel 5 curah hujan bulan pada Wanadadi, bahwa kota Wanadadi menurut
Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah. Jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona agroklimatnya adalah B2, ini berarti
kota Wanadadi memiliki bulan basah 7-9 dengan periode bulan kering 2, maka dapat
dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.
Berdasarkan tabel 6 curah hujan bulan pada Banjarnegara dapat diartikan bahwa kota
Banjarnegara menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah.
Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona
agroklimatnya adalah B2,ini berarti kota banjarnegara memiliki bulan basah 7-9 dengan
periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.
Berdasarkan tabel 7 curah hujan bulan pada Wonosobo dapat diartikan bahwa kota
Banjarnegara menurut Schmidt-Ferguson memiliki iklim B, dengan kondisi iklim Basah.
Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis. Sedangkan menurut Oldeman zona
agroklimatnya adalah B2,ini berarti kota Wonosobo memiliki bulan basah 7-9 dengan
periode bulan kering 2-3, maka dapat dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun.
Fungsi klasifikasi iklim di bidang pertanian
Sistem klasifikasi iklim Oldeman merupakan salah satu klasifikasi iklim berdasarkan
pertumbuhan vegetasi yang berguna dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia. (Khomarudin et. al,2002). Kriteria yang digunakan didasarkan pada perhitungan
bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering yang batasannya memperhatikan peluang
hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman. Dari kebutuhan air ditambah beberapa
asumsi didapatkan bahwa tanaman padi membutuhkan curah hujan sebesar 200 mm/bulan,
sedangkan tanaman palawija 100 mm/bulan. Nilai tersebut digunakan sebagai batas
penentuan bukan basah (BB) dan bulan kering (BK) (Khomarudin et. al,2002).
Berkaitan dengan surplus deficit air pertanian, secara sederhana dapat diketahui dengan
pembuatan pola hujan bulanan di suatu daerah. Curah hujan bulanan yang tinggi
menunjukkan air pertanian akan surplus dan jika curah hujan rendah maka dapat dikatakan
kondisi air dalam kondisi deficit. Pola hujan juga dapat digunakan untuk pola tanam, karena
dapat diketahui kondisi yang baik untuk menanam maupun panen suatu tanaman tertentu.
Kaitannya dengan penetuan tipe iklim, pola hujan bulanan ini digunakan untuk keperluan
klasifikasi iklim. Sebagai contoh adalah klasifikasi iklim Schimdt-Ferguson dan klasifikasi
iklim Oldeman. Kedua tipe iklim inilah yang sangatpenting untuk kegiatan pertanian.
Schimdt-Ferguson digunakan untuk wilayah perkebunan (tanaman tahunan), sedangkan
Oldeman digunakan untuk tanaman pertanian, khususnya padi (Khomarudin et. al, 2002).
Secara alamiah pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi tanah, lahan dan
iklim.oleh karena itu pengklasifikasian iklim berbasis data curah hujan sangat penting
dilakukan untuk menentukan jenis tanaman apa yang ditanam pada suatu lahan. Apabila
terjadi kesalahan penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu tempat maka
tanaman tersebut tidak akan bisa tunbuh dengan maksimal. Akan tetapi apabila dalam
penanaman suatu tanaman mengacu pada klasifikasi iklim maka akan membuat kecocokan
antara tanaman dan iklim yang berada daerah tersebut maka tanaman yang akan ditanam
akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Oleh karena itu,
pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian sangat penting mengingat iklim
merupakan salah satu komponen faktor lingkungan yang menentukan hasil tanaman. Iklim
akan menentukan potensi hasil suatu tanaman maka dari itu pemahaman yang mendalam
mengenai kesesuaian antara tanaman sangat dibutuhkan oleh seorang ahli praktisi tanaman.
Persebaran Curah Hujan di Indonesia
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada
pantai sebelah timur.
2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.
Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh
selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak
umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.
4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada
bulan November.
b. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan
Desember.
c. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari.
d. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim
hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami
musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira
120( Bujur Timur ).
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah
yang mendapat curah hujan tinggi:
1. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi
0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi
(lembah Palu dan Luwuk).
2. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun di antaranya
sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
3. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 - 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera
Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah,
sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
4. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi
dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah,
dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
E. Kesimpulan
1. Dalam menentukan tipe iklim dalam suatu daerah harus memerlukan data curah hujan
bulanan paling sedikit 10 tahun.
2. Kelas iklim beberapa daerah berdasarkan data curah hujan menurut Schmidth-Ferguson:
Bukateja (B)
Kalmpok (C)
Krikil (C)
Wanadadi (B)
Banjarnegara (B)
Wonosobo (B)
3. Kelas iklim menurut Oldeman berdasarkan data curah hujan beberapa daerah adalah :
Melolo (NTT) : E4
Singaraja (NTB) : D4
Rembang (Jateng) : E3
Mojokerto (Jatim) : D3
Madiun (Jatim) : C3
Donggala (Sulteng) : E2
Tg. Karang (Sumsel) : D2
Surakarta (Jateng) : C3
Banyumas (Jateng) : B2
Tg. Balai (Sumut) : E2
Rantau Panjang (Kaltim) : D1
Jayapura (Papua) : C1
Lahat (SumSel) : B1
Pontianak (Kal.Bar) : A1
Palu (Sulteng) : E4
Seribu Dolok : E2
Ujung Pandang : D3
Ambon : C1
Polewali : D2
Kutacana : D1
Sidikalang : C1
4. Keadaan iklim menurut Schmidth-Ferguson :
Bukateja (agak basah)
Kalmpok (agak basah)
Krikil (agak basah)
Wanadadi (Basah)
Banjarnegara (Basah)
Wonosobo (Basah).
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2011.Klasifikasi Iklim. http://reflitepe08.blogspot.com/2011/03/klasifikasi-
iklim.html . Diakses pada tanggal 24 November 2013.
Anonym.2007.Klasifikasi Iklim. http://mbojo.wordpress.com/2007/05/02/klasifikasi-iklim/.
Diakses Pada tanggal 24 November 2013.
Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur
Iklim. IPB. Bogor.
Hartono. 2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam semesta. Citra Praya. Bandung.
Khomarudin, M. et.al. 2002. Analisis Pola Hujan Bulanan Dengan Data Outgoing Longwave
Radiation (OLR) Untuk Menentukan Kandungan Air Lahan Pertanian. jurnal.lapan.go.id.
diakses tanggal 12 November 2012.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Utoyo, B. 2007. Geografi : Membuka Cakrawala Dunia. PT Setia Purna Invers. Bandung
Yani, A. dan M. Rahmat. 2007.Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer. Grafindo. Bandung
LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN PADA KEBUN CAMPUR
waktu 200 cm BB BK RH (%) KA KETERANGAN 5cm 25cm 50cm 75cm 100cm Vh/h17.00 25 25 25 100 20 26 26 25 26 27 118.00 26 24 25 90 20 26 26 25 25 26 1.519.00 25 25 25 100 20 26 25 25 25 26 0.520.00 27 25 25 100 20 26 26 25 25 27 021.00 26 23 25 81 20 26 26 25 24 26 022.00 26 24 25 90 20 26 25 25 24 26 023.00 26 24 24 100 20 26 25 25 24 26 024.00 26 24 24 100 20 26 26 26 26 26 001.00 27 24 24 100 20 26 25 26 25 26 002.00 26 24 24 100 20 26 26 26 24 26 003.00 27 25 25 100 20 26 25 24 23 26 004.00 27 24 24 100 20 26 25 24 24 27 005.00 27 24 24 100 20 26 26 24 24 27 006.00 27 24 24 100 20 26 25 24 24 27 007.00 27 25 25 100 20 26 25 24 24 28 008.00 28 27 27 100 20 26 26 24 24 27 009.00 29 28 28 100 20 26 25 24 24 27 010.00 30 29 29 100 20 27 26 25 24 27 011.00 30 31 31 100 20 27 26 25 24 27 012.00 31 31 31 100 20 28 26 25 24 27 013.00 31 29 29 100 20 27 26 25 25 27 014.00 30 27 27 100 20 28 27 25 24 27 015.00 27 27 27 100 20 29.5 21 24 26 28 1116.00 28 26 26 100 20.5 28 27 24 23 27 2017.00 27 25 25 100 21 27 26 24 24 27 2518.00 27 25 25 100 21.5 26 26 24 24 27 2619.00 27 25 25 100 23.8 26 26 24 24 27 0.520.00 27 25 25 100 23.8 26 26 24 23 26 3021.00 27 26 26 100 23.8 26 26 24 23 27 2522.00 27 24 24 100 23.8 26 26 25 23 27 023.00 27 24 25 90 23.8 26 26 24 23 27 024.00 27 24 25 90 23.8 26 26 24 23 27 601.00 27 24 24 100 23.8 26 26 25 24 28 002.00 27 24 25 90 23.8 26 24 25 24 26 003.00 27 23 24 90 23.8 25 25 25 24 25 004.00 27 23 24 90 23.8 26 25 25 24 26 005.00 28 24 25 90 23.8 26 25 25 24 26 006.00 27 23 24 90 20 25 25 25 24 28 007.00 27 25 25 100 20 26 26 25 24 27 008.00 28 26 26 100 20 26 25 25 24 27 009.00 30 27 27 100 20 26 26 25 24 27 010.00 29 28 28 100 20 27 26 25 23 27 011.00 29 28 28 100 20 27 25 25 24 27 012.00 30 29 29 100 20 27 26 25 24 27 013.00 30 27 28 91 20 27 26 25 24 27 014.00 30 28 29 91 20 27 26 25 24 27 015.00 30 27 27 100 20 27 26 25 24 27 016.00 29 27 27 100 21 28 26 25 26 27 017.00 29 28 28 100 21 27 26 25 24 27 0
DATA PENGAMATAN PADA LAHAN TEGALAN
waktu 200 cm BB BK RH (%) KA Keterangan 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm VH/h17.00 30 26 26 100% 20 cm Gerimis 28 26 27 27 26 2 ml18.00 27 25 25 100% 20 cm Gerimis 27 27 28 26 26 4 ml19.00 25 23 25 81% 20 cm Mendung 27 29 27 25 25 0 ml20.00 23 24 25 90% 20 cm Cerah 25 28 28 27 26 0 ml21.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 27 29 28 26 25 0 ml22.00 27 25 25 100% 20 cm Cerah 28 30 27 27 25 0 ml23.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 28 29 28 27 25 0 ml24.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 27 29 28 27 26 0 ml01.00 27 25 25 100% 20 cm Cerah 27 29 28 27 25 0 ml02.00 27 24 25 90% 20 cm Cerah 27 28 27 27 26 0 ml03.00 26 25 25 100% 20 cm Cerah 26 29 27 27 27 0 ml04.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 27 29 24 26 24 0 ml05.00 27 24 24 100% 20 cm Cerah 26 29 27 27 25 0 ml06.00 27 23 24 90% 20 cm Cerah 26 27 28 27 26 0 ml07.00 30 27 28 91% 20 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml08.00 34 30 33 76% 20 cm Cerah 28 28 28 27 26 0 ml09.00 34 30 36 58% 20 cm Cerah 29 31 28 27 26 0 ml10.00 41 35 41 63% 19,9 cm Cerah 33 27 28 27 26 0 ml11.00 40 36 40 65% 19,9 cm Cerah 33 28 29 27 26 0 ml12.00 40 35 37 84% 19,8 cm cerah 34 28 28 28 26 0 ml13.00 39 34 35 92% 20 cm cerah 33 27 28 27 26 0 ml14.00 33 33 33 100% 21,4 cm mendung 31 28 28 27 25 0 ml15.00 31 24 29 60% 21,5 cm hujan 30 28 27 28 25 0 ml16.00 32 20 26 52% 21,5 cm hujan 31 28 29 28 25 35 ml17.00 28 25 25 100% 21,5 cm hujan 30 28 27 28 26 37 ml18.00 27 25 25 100% 21,5 cm cerah 28 28 24 26 26 53 ml19.00 28 25 25 100% 21,5 cm mendung 27 29 28 26 26 0 ml20.00 24 25 25 100% 22,4 cm hujan 26 27 28 26 25 82 ml21.00 27 25 25 100% 22,4 cm mendung 27 29 28 27 26 5 ml22.00 27 24 25 90% 22,3 cm cerah 28 29 28 27 26 5 ml23.00 28 25 25 100% 22,2 cm cerah 27 29 28 27 26 0 ml24.00 27 25 25 100% 22,2 cm gerimis 28 29 28 27 27 1 ml01.00 27 24 24 100% 22,4 cm cerah 27 29 28 27 26 1 ml02.00 27 24 24 100% 22,2 cm cerah 27 28 26 27 25 0 ml03.00 27 24 25 90% 22,2 cm Mendung 27 27 26 26 24 0 ml04.00 25 23 24 90% 22,2 cm Cerah 26 27 28 26 24 0 ml05.00 26 24 24 100% 22,2 cm Mendung 27 28 27 26 25 0 ml06.00 27 24 24 100% 22,2 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml07.00 26 25 25 100% 22,2 cm Cerah 27 27 28 27 26 0 ml08.00 30 27 27 100% 22 cm Cerah 27 28 28 27 26 0 ml09.00 35 31 33 83% 22 cm Mendung 30 28 28 27 26 0 ml10.00 30 30 35 64% 22 cm Cerah 31 28 26 27 26 0 ml11.00 30 35 36 92% 22 cm Mendung 31 27 26 27 25 0 ml12.00 35 35 36 92% 22 cm Cerah 34 28 28 28 26 0 ml13.00 35 35 36 92% 22 cm Cerah 31 28 28 27 26 0 ml14.00 34 31 32 91% 22 cm Mendung 31 34 33 27 26 0 ml15.00 33 31 31 100% 22 cm Cerah 31 29 28 27 26 0 ml16.00 32 28 30 83% 22 cm Mendung 30 28 28 27 26 0 ml17.00 29 29 29 100% 22 cm Mendung 31 29 28 27 25 0 ml
DATA PENGAMATAN PADA LAHAN SAWAH
200 cm BB BK 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm17.00 23 24.5 25.5 90 20 cm petang, gerimis 26 28 30.5 28 27 J18.00 22 24.5 24.5 100 19 cm gelap, gerimis 26 27 35 27 26 6 ml19.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, gerimis 21 27 30.5 27 26 3 ml20.00 23 23.5 24.5 90 21 cm gelap, tidak hujan 27 28 30.5 27 26 1ml21.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 27 27 30.5 27 26 0 ml22.00 23 24.5 25.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 25 0 ml23.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 27 28 30.5 27 26 0 ml24.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 28 27 0 ml01.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 28 30.5 27 26 0 ml02.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml03.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 29.5 27 26 0 ml04.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml05.00 22 23.5 24.5 90 20 cm gelap, tidak hujan 23 27 30.5 27 26 0 ml06.00 22 24.5 25.5 90 20 cm cerah, tidak hujan 20 28 30.5 27 26 0 ml07.00 24 25.5 27.5 82 19 cm cerah, tidak hujan 24 28 30.5 27 27 0 ml08.00 27 29.5 30.5 91 19 cm cerah, tidak hujan 25 28 30.5 28 27 0 ml09.00 29 31.5 33.5 83 19 cm cerah, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml10.00 31 33.5 34.5 92 19 cm cerah, tidak hujan 27 30 30.5 28 27 0 ml11.00 31 35.5 35.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 29 28 30.5 27 26 0 ml12.00 31 34.5 34.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 30 28 30.5 27 26 0 ml13.00 30 30.5 32.5 83 19 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 27 0 ml14.00 27 28.5 28.5 100 19 cm cerah, tidak hujan 29 28 30.5 27 27 0 ml15.00 25 28.5 28.5 100 19,5 cm mendung 29 28 30.5 27 26 37 ml16.00 24 25.5 26.5 100 19,5 cm mendung, hujan 27 28 30.5 27 27 35 ml17.00 23 24.5 26.5 82 20,5 cm mendung, hujan 26 28 30.5 27 26 70 ml18.00 23 24.5 24.5 100 21 cm mendung, hujan 27 28 30.5 27 26 42 ml19.00 23 24.5 25.5 90 21 cm mendung 27 27 30.5 27 26 2 ml20.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm mendung, gerimis 26 27 30.5 27 26 88 ml21.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm mendung, gerimis 26 28 30.5 27 26 0,5 ml22.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 1 ml23.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml24.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 11 ml01.00 23 24.5 24.5 100 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml02.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 27 30.5 27 26 0 ml03.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml04.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm gelap, tidak hujan 26 28 30.5 27 26 0 ml05.00 22 23.5 24.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 24 27 30.5 27 26 0ml06.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml07.00 23 24.5 25.5 90 21,8 cm cerah, tidak hujan 25 27 30.5 27 26 0 ml08.00 25 25.5 26.5 90 21,5 cm cerah, tidak hujan 24 25 30.5 27 26 0 ml09.00 29 29.5 31.5 83 21,5 cm cerah, tidak hujan 27 27 30.5 28 26 0 ml10.00 31 33.5 41.5 51 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml11.00 31 33.5 34.5 92 21,5 cm cerah, tidak hujan 27 27 30.5 27 26 0 ml12.00 31 33.5 33.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml13.00 30 30.5 30.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml14.00 29 30.5 30.5 100 21,5 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml15.00 28 28.5 29.5 91 21 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml16.00 27 23.5 24.5 90 21 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 28 26 0 ml17.00 26 27.5 28 95 21,8 cm cerah, tidak hujan 28 28 30.5 27 26 0 ml
Suhu Udara VH/hSuhu Udara
KeteranganWaktu RH (%) KA
DATA PENGAMATAN PADA LAHAN RUMPUT GAJAH
WAKTU 200 cm BB BK RH KA ket 5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm VH/h17.00 24 24,5 25 95% 20 24,5 23 26 26 24,5 3,518.00 24 20,4 24,5 100% 20,4 24 23 26 26 26 719.00 26 23,5 24 95% 20,8 24 23,5 26 26 26 2,520.00 28 23,5 24 95% 20,7 24 23 26 26 25,5 021.00 24 23,5 24 95% 20 25 23 25 26 26 022.00 25 24 24 100% 20,4 24 23 26 26 25 023.00 23 23 23,5 95% 20,6 24 23 26,5 26 25,5 024.00 26 24 28 67% 20,4 24 23 26 25,5 28 001.00 25 24 24 100% 20,8 24 23 26 26 25,5 002.00 24 24 24 100% 20,5 24 23,5 27 25,5 26 003.00 24 23,5 24 95% 24 24 23 26 26 25,5 004.00 23,5 23,5 23,5 100% 20,7 24 23 26 26 25 005.00 23 23 23,5 95% 20,7 24 23 26,5 26 25 006.00 24 24 24,5 95% 20,3 24 23 26 26 25 007.00 26 25,5 27 78% 20,2 24 23 26,5 26 24,5 008.00 30,5 28,5 30 87% 20,2 24,5 23 27 26,5 26,5 009.00 32 30 33 76% 20,2 25 23 27 26 26 010.00 34 31 37 59% 20,2 26 23,5 27 26 26 011.00 37 31 37,5 56% 20,2 26 24 27 25 26 012.00 43 31 37,5 56% 20,2 28 26 27,5 26,5 27 013.00 39,5 33,5 38,5 65% 20,1 29 24 27 26 26 014.00 29 27,5 29 87% 20 27 23,5 27 25 26 015.00 25,5 26 26 100% 20,4 26,5 23 27 26 26 4316.00 25 25,5 25,5 100% 20,8 26,5 24 26 26 25,5 3717.00 24,5 25 25 100% 21 26 24 26 26 25 6018.00 24 24,5 24,5 100% 21,6 26 26 27 26 26 5319.00 24 24,5 24,5 100% 21,8 26 24 26 26 25,5 420.00 25 24 24,5 95% 22,3 25 24 26 26 25 5021.00 25 24 24,5 95% 22 25 23 27 26 25,5 022.00 24 24,5 24,5 100% 22,3 25 24 26 26 25 023.00 25 24 24,5 95% 22,3 25 23 27 26 25 024.00 24 24,5 24,5 100% 22,3 25 24 26 26 25 001.00 24 24 24 100% 22,3 28 244 26 26 26 002.00 24 24 24 100% 22,3 26 2 26 26 25,5 003.00 23,5 23,5 24 95% 22,4 24 25,5 26,5 26 25,5 004.00 23 23 23,5 95% 22,5 24 25 26 26 25,5 005.00 23 23 23,5 95% 22,5 24 24 26 26 25,5 006.00 24 24,5 24,5 100% 22 24 25 26 26 25 307.00 25,5 25,5 25,5 100% 22 24,5 23,5 26 26 26 008.00 27 27,5 27,5 100% 22,1 24,5 23,5 27 26,5 26 009.00 32,5 30,5 31,5 90% 22,1 25,5 23,5 26,5 26 26 010.00 35 32 35 77% 22,1 26 23,5 28 25 26 011.00 35 33 34,5 88% 22,1 26 23,5 27 25 26 012.00 34 34,5 37 78% 22,1 27 23,5 27 25 26 013.00 32 30,5 31,5 91% 22 27,5 23,5 27 25 26 014.00 31 30 30,5 96% 22 28 23,5 27 25 26 015.00 29,5 29 29,5 95% 22 285 24 28 25 26 016.00 28,5 28 28,5 95% 22 27 24 27 25 25,5 017.00 28 27 27,5 95% 22 27 24 27 25 26 0
No
1.
Nama Alat
Campbell
Stokes
Gambar
1. 2.
4. 3. 6.
5.
Bagian
1. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga)
jenis menurut letak matahari.
2. Bola kaca pejal ( umumnya
berdiameter 96 mm).
3. sekrup menyetel kedudukan
horisontal.
4. Plat logam berbentuk
mangkuk, sisi bagian
dalamnya bercelah – celah
sebagai tempat kartu pencatat
dan penyanggah tempat bola
kaca pejal dilengkapi skala
dalam derajat yang sesuai
dengan derajat lintang bumi .
5. Bagian dasar terbuat dari
logam yang dapat di-leveling.
6. Sekrup penyetel dudukan bola
kaca
Prinsip Kerja
Prinsip kerja Campbell
Stokes adalah mengukur
lama penyinaran
berdasarkan kertas grafik
khusus yang terbakar akibat
fokus penyinaran oleh bola
kristal jernih (Turyanti et
al., 2006).
Fungsi
Merupakan
alat untuk
mencatat lama
penyinaran
matahari.
2. Thermohi-
grometer
1. 2.
3. Angka yang menunjukkan
kelembaban
4. Angkayang menunjukkan
temperatur.
Hygrometer mempunyai
prinsip kerja yaitu
Mengukur suhu dan
kelembaban dalam ruangan
yang ditangkap oleh sensor
dan diterjemahkan secara
otomatis oleh alat.
Digunakan dua termometer.
Termometer pertama
dipergunakan untuk
mengukur suhu udara biasa
dan yang kedua untuk
mengukur suhu udara
jenuh/lembab (Hanum,
2009). Alat pengukur suhu
dan kelembapan udara
relative pada suatu ruangan/
daerah secara digital.
Untuk
mengukur
kelembapan
relatif (RH)
dan suhu
dalam suatu
ruangan
ataupun
keadaan
tertentu.
3. Termometer
Tanah Tipe
Bengkok
Bagian:
5. Pipa kaca.
6. Titik didih.
7. Reservoir air raksa.
8. Skala
Prinsip kerja termometer
tanah adalah pemuaian
raksa dalam tabung ketika
reservoir dimasukkan ke
dalam tanah (Nawawi,
2007).
Untuk
mengetahui
suhu tanah
(Term. Tanah
Bengkok)
dapat
dilakukan
dengan
mengamati
angka pada
skala yang
bertepatan
dengan air
raksa pada
setiap
kedalaman
tanah.
4. Anemometer Bagian:
5. Cup Counter
6. Wind Vane
7. Generator sinyal atau alat
penghitung pencatatan
8. Lengan ruji.
Prinsip kerja alat ini adalah
diletakkan di tempat
terbuka, tinggi alat 2m di
atas tanah. Pada saat tertiup
angin, baling-baling atau
mangkok yang terdapat
pada anemometer akan
bergerak sesuai arah angin.
Makin besar kecepatan
angin meniup mangkok-
mangkok tersebut, makin
cepat pula kecepatan
berputarnya piringan
mangkok-mangkok. Dari
jumlah putaran dalam satu
detik maka dapat diketahui
kecepatan anginnya.Arah
angin dapat diketahui
dengan melihat arah dari
wind vane pada saat ada
Untuk
mengukur
kecepatan dan
arah angin.
angin. Kecepatan angin
dapat dipilah dengan dua
macam, yaitu kecepatan
angi sesaat dan kecepatan
angin rata-rata pada periode
tertentu (Lakitan, 1994)
5. Termometer Maksimum dan minimun
Bagian:
1.Skala
2.Suhu maksimum
3.Suhu minimum
4.Jarum perak
5.Alkohol
6.Air raksa
Prinsip kerja termometer
minimum maksimum
adalah pemuaian alkohol di
dalam tabung. Jika suhunya
tinggi maka alkohol akan
mendorong raksa pada
tabung hingga mencapai
suhu maksimum. Jika
suhunya rendah maka
alkohol akan menyusut dan
mendorong raksa pada
tabung hingga mencapai
suhu minimum (Arisworo,
Termometer
maksimum dan
digunakan
untuk
mengukur
suhu tertinggi
yang terjadi
dalam periode
waktu 24 jam.
Termometer
minimum
digunakan
untuk
2006). mengukur
suhu yang
terendah yang
terjadi dalam
periode waktu
24 jam.
6. Termometer Permukaan Tanah Atau Termometer Tanah Selubung Kayu
Bagian:
1.Batang thermo.
2.Kaca pelindung atau tutup.
3.Jarum penunjuk suhu.
4.Skala.
Prinsip kerja termometer
tanah adalah pemuaian
raksa dalam tabung ketika
reservoir dimasukkan ke
dalam tanah (Nawawi,
2007).
Fungsi dari
terometer
permukaan
tanah untuk
mengukur
suhu
permukaan
tanah dengan
jeluk 5cm
7. Ombrometer Tipe Observation
1. 2. 5. 3. 4.
6. Corong penampung air hujan
7. Leher penakar hujan
8. Tabung penampung air hujan
9. Kran pembuangan air
10. Penampung untuk meletakan
kedudukan penakar hujan
terhadap kayu
penyanggah/pondasi
Prinsip kerja tipe
observatorium adalah
menghitung besar air yang
tertampung pada alat dan
diukur dengan gelas ukur.
Pengukuran dengan
ombrometer manual
dilakukan setiap hari jam
07.00 pagi. Bagian dasar
dari corong tersebut terdiri
dari pipa sempit yang
menjulur ke dalam tabung
kolektor dan dilengkapi
dengan kran. Air yang
ditampung dalam tabung
kolektor dapat diketahui
bila kran dibuka kemudian
air diukur dengan gelas
ukur. Ada gelas ukur yang
mempunyai skala khusus,
yaitu langsung dapat
mengukur
jumlah atau
curah hujan
pada kurun
waktu harian
(hujan harian).
8. Ombrometer Tipe Helman
3. 1.
4. 2. 8. 7. 6. 5.
9. permukaan corong
penangkar hujan
otomatis tipe helman
luasnya 200 cm2
10. tangkai pelampung
11. jam berbentuk silinder
12. tangkai pena
13. tabung berisi pelampung
14. gelas sippon
15. ember pekampung air
hujan
16. pintu penangkar hujan
4. Setiap terjadi hujan air
akan masuk corong
kemudian disalurkan
ke pelampung
sehingga membuat
pena naik dan
membuat grafik pada
pias
5. Ketinggian grafik
menunjukkan jumlah
curah hujan yang
turun.
6. Jika curah hujan
mencapai 10 mm/
lebih maka pena
menunjukkan angka
10 mm sebagai angka
maksimal, kemudian
air akan tumpah dari
pelampung melalui
Pencatat
Instensitas
Curahhujan /
tingkat
kelebatannya
pipa hevel dan pena
akan turun lagi ke
angka 0 ( nol) . Jika
masih ada hujan lagi
maka pena akan akan
mencatat lagi,
demikian berlangsung
terus menerus.
ACARA 2
PENGAMATAN SUHU UDARA PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
1. LAHAN SAWAH
15
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Sawah Pada 3 ketinggian
0,05 m1,2 m2 m
SU
HU
(°C
)
WAKTU
Ketinggian hariSuhu Minimal
dan JamSuhu Maksimal
Dan Jam
0,05 m 1 20o C ; jam 06.00
1,2 m 2 41,5oC; jam 10.00
2. LAHAN TEGALAN
15
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Sawah Pada 3 ketinggian
0,05 m1,2 m2 m
SU
HU
(°C
)WAKTU
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45Suhu Udara di Lahan Tegalan Pada 3 Ketinggian
0,05 m
1,2 m
2 m
SU
HU
(°C
)
Waktu
Ketinggian hariSuhu Minimal
dan JamSuhu Maksimal
Dan Jam
1,2 m 1 41o C ; jam 10.00
2 m 1 23o C ; jam 20.00
3. LAHAN KEBUN CAMPUR
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Kebun Campur Pada 3 Ketinggian
0,05 m1,2 m2 m
SU
HU
(°C
)
WAKTU
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45Suhu Udara di Lahan Tegalan Pada 3 Ketinggian
0,05 m
1,2 m
2 m
SU
HU
(°C
)
Waktu
Ketinggian hariSuhu Minimal
dan JamSuhu Maksimal
Dan Jam
1.2 m 1 24o C ; jam 23.00 31o C ; jam 11.00
4. LAHAN RUMPUT GAJAH
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Rumput Gajah Pada 3 Ketinggian
0,05 m
1,2 m
2 mSU
HU
(°C
)
WAKTU
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Kebun Campur Pada 3 Ketinggian
0,05 m1,2 m2 m
SU
HU
(°C
)
WAKTU
Ketinggianhari
Suhu Minimaldan Jam
Suhu MaksimalDan Jam
2 m1 23o C ; jam 23.00 43o C ; jam 12.00
5. SUHU UDARA KETINGGIAN 1,2 m
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara Ketinggian 1,2 m di 4 Lahan
Sawah
Tegalan
Kebun campur
Rumput gajah
SUHU
(°C)
WAKTU
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara di Lahan Rumput Gajah Pada 3 Ketinggian
0,05 m
1,2 m
2 mSU
HU
(°C
)
WAKTU
Lahan hariSuhu Minimal
dan JamSuhu Maksimal
Dan Jam
Rumput Gajah 1 23,5o C ; jam 23.00
Sawah 2 41,5o C ; jam 10.00
6. SUHU UDARA KETINGGIAN 2 m
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara Ketinggian 2 m di 4 Lahan
Sawah
Tegalan
Kebun campur
Rumput ga-jah
SU
HU
(°C
)
WAKTU
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara Ketinggian 1,2 m di 4 Lahan
Sawah
Tegalan
Kebun campur
Rumput gajah
SUHU
(°C)
WAKTU
Lahan hariSuhu Minimal
dan JamSuhu Maksimal
Dan Jam
Sawah 1 22o C ; jam 18.00
Rumput Gajah 1 43o C ; jam 12.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0015
20
25
30
35
40
45 Suhu Udara Ketinggian 2 m di 4 Lahan
Sawah
Tegalan
Kebun campur
Rumput ga-jah
SU
HU
(°C
)
WAKTU
ACARA III. PENGAMATAN SUHU TANAH PADA KEBUN CAMPUR, TEGALAN, LAHAN SAWAH, DAN RUMPUT GAJAH
1. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Kebun campur17
.00
18.0
019
.00
20.0
021
.00
22.0
023
.00
24.0
001
.00
02.0
003
.00
04.0
005
.00
06.0
007
.00
08.0
009
.00
10.0
011
.00
12.0
013
.00
14.0
015
.00
16.0
017
.00
18.0
019
.00
20.0
021
.00
22.0
023
.00
24.0
001
.00
02.0
003
.00
04.0
005
.00
06.0
007
.00
08.0
009
.00
10.0
011
.00
12.0
013
.00
14.0
015
.00
16.0
017
.00
15
20
25
30
35
40
45
5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm
SUHU TANAH DI LAHAN KEBUN CAMPUR
Waktu
Su
hu
o C
No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 25 cm 1 23oC dan jam 03.00
2 5 cm 1 29,5oC dan jam 15.00
2. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Tegalan
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
5 cm
25 cm
50 cm
75 cm
100 cm
SUHU UDARADI LAHAN TEGALAN
Waktu
Su
hu
o C
No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 50 cm 1 24oC jam 04.00
2 5 cm 1 34oC jam 12.00
3. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Sawah
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm
SUHU TANAH DI LAHAN SAWAH
Waktu
Su
hu
o C
No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 5 cm 1 20 oC dan jam 19.00
2 50 cm 1 30,5oC dan jam 19.00
4. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm, 25cm, 50 cm, 75 cm dan 100 cm di Lahan Kebun campur
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
5 cm25 cm50 cm75 cm100 cm
SUHU TANAH DI LAHAN RUMPUT GAJAH
Waktu
Su
hu
o C
No Kedalaman Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 25 cm 1 23oC jam 05.00
2 5 cm 1 29oC jam 13.00
5. Grafik Suhu tanah kedalaman 5cm di 4 Lahan
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
Kebun Campur
Tegalan
Sawah
Rumput Gajah
SUHU TANAH KEDALAMAN 5 cm di 4 Lahan
Waktu
Su
hu
o C
No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhumaksimal& jam
1 Sawah 1 20oC dan jam 06.00
2 Tegalan 1 34oC jam dan 12.00
6. Grafik Suhu tanah kedalaman 25cm di 4 Lahan
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
Kebun Campur
Tegalan
Sawah
Rumput Gajah
SUHU TANAH KEDALAMAN 25 cm di 4 Lahan
Waktu
Su
hu
o C
No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 Kebun Campur 1 21oC jam 15.00
2 Tegalan 2 34oC jam 14.00
7. Grafik Suhu tanah kedalaman 50 di 4 Lahan
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45
Kebun Campur
Tegalan
Sawah
Rumput Gajah
SUHU TANAH KEDALAMAN 50 cm di 4 Lahan
Waktu
Su
hu
o C
No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 Kebun Campur 1 24oC jam 03.00
2 Sawah 1 35oC jam 18.00
8. Grafik Suhu tanah kedalaman 75 di 4 Lahan 17
.00
18.0
019
.00
20.0
021
.00
22.0
023
.00
24.0
001
.00
02.0
003
.00
04.0
005
.00
06.0
007
.00
08.0
009
.00
10.0
011
.00
12.0
013
.00
14.0
015
.00
16.0
017
.00
18.0
019
.00
20.0
021
.00
22.0
023
.00
24.0
001
.00
02.0
003
.00
04.0
005
.00
06.0
007
.00
08.0
009
.00
10.0
011
.00
12.0
013
.00
14.0
015
.00
16.0
017
.00
15
20
25
30
35
40
45
Kebun Campur
Tegalan
Sawah
Rumput Gajah
SUHU TANAH KEDALAMAN 75 cm di 4 Lahan
Jam
Su
hu
o C
Waktu
No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 Kebun Campur 1 23oC jam 03.00
2 Sawah 1 28oC jam 17.00
9. Grafik Suhu tanah
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
018
.00
19.0
020
.00
21.0
022
.00
23.0
024
.00
01.0
002
.00
03.0
004
.00
05.0
006
.00
07.0
008
.00
09.0
010
.00
11.0
012
.00
13.0
014
.00
15.0
016
.00
17.0
0
15
20
25
30
35
40
45Kebun Campur
Tegalan
Sawah
Rumput Gajah
SUHU TANAH KEDALAMAN 100 cm di 4 Lahan
Waktu
Su
hu
o C
kedalaman 100 cm di 4 Lahan
No Lahan Hari Suhu minimal & jam Suhu maksimal & jam
1 Tegalan 1 24oC jam 04.00
2 Rumput Gajah 1 28oC jam 24.00
ACARA IV. PENGAMATAN KELEMBAPAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
A. Grafik Kelembapan Nisbi pada 4 Lahan
B. Tabel Kelembapan Nisbi
Lahan HariKelembapan Minimum +
JamKelembapan Maksimum +
JamKebun Campur 1 - 100 % : 17.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0019.00
21.0023.00
01.0003.00
05.0007.00
09.0011.00
13.0015.00
17.0040
50
60
70
80
90
100
110
Kelembapan Nisbi pada Empat Lahan
Kebun CampurTegalanSawahRumput Gajah
Waktu
Suhu
oC
ACARA V. PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN PADA 4 LAHAN
A. Tabel Pengamatan
HariKebun
CampurTegalan Sawah Rumput Gajah
1 (17:00) 200 mm 200 mm 200 mm 200 mm
2 (17:00) 210 mm 215 mm 205 mm 210 mm
3 (17:00) 210 mm 220 mm 218 mm 220 mm
Volume Hujan
1260 ml 390 ml 740 ml 635 ml
Volume Hujan
2250 ml 370 ml
700
ml
B. Histogram
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kebun Campur; 25.7
Tegalan; 40.9
Sawah; 67.65
Rumput Gajah; 60.25
Histogram Evaporasi
Evap
oras
i (m
m)
d. Perhitungan
5. Kebun Campur
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 260 ml
122,7 cm3 = 2,11 cm = 21,1 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (210 - 200) + 21,1 = 31,1 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 250 ml
122,7 cm3 = 2,03 cm = 20,3 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (210 - 210) + 20,3 = 20,3 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
31,1+20,32
= 25,7 mm
6. Tegalan
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 390 ml
122,7 cm3= 3,17 cm = 31,7 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (215-200) + 31,7 = 46,7 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 370 ml
122,7 cm3= 3,01 cm = 30,1 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-215) + 30,1 = 35,1 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2=
46,7+35,12
= 40,9 mm
7. Sawah
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 740 ml
122,7 cm3 = 6,03 cm = 60,3 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0 = (205-200) + 60,3 = 65,3 mm
t 1 = Volumehujanh2
122,7 cm3 = 700 ml
122,7 cm3 = 5,70 cm = 57 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1 = (218-205) + 57 = 70 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
65,3+702
= 67,65 mm
8. Rumput Gajah
t 0 = Volumehujanh1
122,7 cm3 = 635 ml
122,7 cm3= 5,17 cm = 51,7 mm
Ev1 = (mm2−mm1) + t 0= (210-200) + 51,7 = 61,7 mm
t 1 =Volumehujanh2
122,7 cm3 = 600 ml
122,7 cm3= 4,88 cm = 48,8 mm
Ev2 = (mm3−mm2) + t 1= (220-210) + 48,8 = 58,8 mm
∑Ev = ∑ Ev1+∑ Ev2
2 =
61,7+58,82
= 60,25 mm
ACARA VI Pengkelasan Iklim Menurut Schmidt-Ferguson dan Oldeman
Tabel 1. Curah Hujan Bulanan pada beberapa Lokasi di Indonesia
No.
LokasiJan. Feb. Mar. Apr.
Mei
Jun. Jul. Agst.Sept
.Okt.
Nov.
Des. Tahunan BBBK
Zona
(mm) agroklimat1 Melolo (NTT) 154 154 165 86 39 36 18 9 2 8 34 112 817 0 8 E42 Singaraja (NTB) 245 238 221 109 59 38 16 6 3 14 68 177 1192 3 7 D43 Rembang (Jateng) 257 195 188 123 100 74 32 21 30 61 122 205 1408 2 5 E34 Mojokerto (Jatim) 330 344 330 176 98 66 27 11 17 43 130 259 1831 4 6 D35 Madiun (Jatim) 303 277 265 223 129 80 34 21 30 73 193 258 1886 5 5 C36 Donggala (Sulteng) 203 155 147 117 110 133 101 95 69 66 111 147 2854 1 3 E27 Tg. Karang (Sumsel) 271 274 238 173 126 103 86 84 81 120 110 217 2883 4 3 D28 Surakarta (Jateng) 332 330 304 212 137 90 49 43 47 112 223 262 2141 6 4 C39 Banyumas (Jateng) 350 294 346 261 190 149 79 64 89 312 416 433 2983 7 3 B210 Tg. Balai (Sumut) 157 94 96 117 129 116 107 141 183 256 198 150 1744 1 2 E2
11Rantau Panjang
242 214 171 196 188 192 155 115 157 160 282 244 2316 4 0 D1(Kaltim)
12 Jayapura (Papua) 318 297 284 230 202 155 169 166 136 161 188 217 2523 6 0 C113 Lahat (Sumsel) 484 368 389 325 226 140 121 141 168 216 292 397 3267 8 0 B114 Pontianak (Kalbar) 277 208 242 278 282 222 164 204 228 365 388 322 3180 11 0 A115 Palu (Sulteng) 47 38 38 49 49 64 47 51 45 33 45 41 547 0 12 E416 Seribu Dolok 164 109 196 173 153 83 60 118 170 242 198 238 190 1 2 E217 Ujung Pandang 719 531 425 166 92 68 34 10 13 40 174 590 2862 4 6 D318 Ambon 128 116 134 283 529 634 598 416 240 157 110 130 3475 6 0 C119 Polewali 155 158 208 246 230 158 114 79 89 190 215 198 1040 3 2 D220 Kutacana 170 116 198 249 256 166 113 161 219 329 211 272 2560 4 0 D121 Sidikalang 223 169 266 275 170 104 106 146 205 257 293 224 2438 5 0 C1
Tabel 2. Curah Hujan Bulanan selama 10 Tahun di Bukateja
No.Tahun Bulan
TahunanSmicth
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK
1 1982 355 229 250 291 0 0 14 0 0 0 57 275 1471 5 7
2 1983 475 335 269 332 513 5 0 0 12 325 382 431 3079 8 4
3 1984 549 259 397 492 130 83 128 60 350 247 197 265 3157 10 1
4 1985 297 396 263 376 209 102 55 33 24 330 472 244 2801 9 3
5 1986 194 520 618 328 84 275 74 23 249 237 555 256 3413 9 1
6 1987 320 714 321 235 78 46 29 0 0 0 605 743 3091 6 5
7 1988 506 220 385 178 441 237 20 132 77 331 550 393 3470 10 1
8 1989 491 601 341 471 294 458 114 60 0 294 355 254 3733 10 2
9 1990 408 309 286 317 646 230 196 162 79 221 312 525 3691 11 0
10 1991 662 496 227 318 0 0 0 0 0 256 511 0 2470 6 6
Jumlah 4257 4079 3357 3338 2395 1436 630 470 791 2241 3996 3386 30376 84 30
Rataan 425,7 407,9 335,7 333,8 239,5 143,6 63 47 79,1 224,1 399,6 338,6 3037,6 8,4 3,0
Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
× 100 %
= 3,08,4
×100 %
= 35,7 %
kelas C (Daerah Agak basah)
Klasifikasi iklim menurut Oldeman,
BB = 8
BK = 3
Jadi,zona agroklimatnya : B2
Tabel 3. Curah Hujan Bulanan selama 10 Tahun di Klampok
No. Tahun Bulan Smicth
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK
1 1982 404 233 208 157 0 5 10 0 0 0 50 447 5 7
2 1983 419 331 336 257 515 8 2 0 6 233 371 455 8 4
3 1984 479 319 412 362 146 49 63 48 374 234 202 289 9 2
4 1985 303 264 352 314 160 148 28 39 545 409 596 213 10 2
5 1986 230 205 687 304 23 264 84 28 472 176 659 422 9 2
6 1987 371 562 149 104 178 28 0 0 0 0 139 525 7 5
7 1988 509 252 455 218 85 280 24 85 84 517 521 332 9 1
8 1989 339 380 212 312 291 317 107 67 0 211 189 34 9 2
9 1990 262 237 396 444 114 196 155 117 20 62 208 351 10 1
10 1991 527 385 159 114 0 0 0 0 0 0 94 372 5 6
Jumlah 3843 3168 3366 2586 2012 1295 473 384 1501 1842 3029 3440 81 32
Rataan 384,3 316,8 336,6 258,6 201,2 129,5 47,3 38,4 150,1 184,2 302,9 344 8,1 3,2Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
× 100 %
= 3,28,1
×100 %
= 39,5 %
kelas C (daerah agak basah)Klasifikasi iklim menurut Oldeman,
BB = 7
BK = 2
Jadi,zona agroklimatnya : B2
Tabel 4. Curah Hujan Bulanan Selama 10 tahun di Krikil
No. TahunBulan Smitch
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK
1 1982 678 142 454 92 0 0 14 0 0 6 695 304 5 6
2 1983 408 526 192 159 473 36 0 0 11 235 340 727 8 4
3 1984 500 320 428 510 114 114 31 35 335 209 365 219 10 2
4 1985 184 136 228 179 68 144 78 54 99 219 840 145 8 1
5 1986 217 241 763 230 70 70 66 79 294 168 772 288 8 0
6 1987 359 0 317 236 161 36 50 0 0 16 183 460 6 6
7 1988 368 233 344 96 148 148 20 36 88 207 220 174 8 2
8 1989 251 190 220 148 172 139 79 33 0 121 118 222 9 2
9 1990 225 213 193 197 117 131 102 79 24 107 153 384 10 1
10 1991 419 155 187 207 0 0 0 0 0 0 0 0 4 8
Jumlah 3609 2156 3326 2054 1323 818 440 316 851 1288 3686 2923 76 32
Rataan 360,9 215,6 332,6 205,4 132,3 81,8 44 31,6 85,1 128,8 292,3 292,3 7,6 3,2Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
× 100 %
= 3,27,6
×100 %
= 42,1%
kelas C (daerah agak basah)
Klasifikasi Oldemen
BB = 6
BK = 4
Zona Agroklimat adalah C3
Tabel 5. Curah Hujan Bulanan Selama 10 tahun di Wanadadi
No. Tahun Bulan Schmidt
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des BB BK
1 1982 509 466 520 323 5 29 18 0 0 20 172 613 6 6
2 1983 464 474 450 331 733 156 8 1 16 394 498 661 9 3
3 1984 567 569 416 715 306 105 142 29 386 527 724 540 11 1
4 1985 640 472 169 515 345 222 28 177 102 430 513 578 11 1
5 1986 780 514 839 562 158 161 79 68 417 580 797 453 10 0
6 1987 718 518 394 304 250 101 83 2 4 8 290 813 8 3
7 1988 638 307 755 355 484 258 32 87 21 400 663 426 9 2
8 1989 492 424 378 139 142 366 293 57 75 218 295 544 10 1
9 1990 248 475 445 302 274 189 136 87 66 201 249 671 10 0
10 1991 54 491 271 218 78 0 0 0 0 239 683 619 6 5
Jumlah 5110 4710 4637 3764 2775 1587 819 508 1087 3017 4884 5918 90 22
Rataan 511 471 463,7 376,4 277,5 158,7 81,9 50,8 108,7 301,7 488,4 591,8 9 2,2
Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
14 ×100 %
= 2,29
×100 %
= 24,44% kelas B (daerah basah)
Klasifikasi iklim menurut Oldeman
BB = 8
BK = 2
Jadi,zona agroklimatnya : B2
Tabel 6. Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun di BanjarnegaraSchmidt
No. TahunBulan Tahun
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK1 1982 556 527 513 230 0 0 0 0 0 3 125 631 6 62 1983 453 544 336 474 574 101 0 0 12 392 654 519 9 33 1984 679 549 500 733 209 46 51 10 316 376 455 433 9 34 1985 606 523 532 506 231 149 27 80 56 229 433 425 9 25 1986 454 325 792 491 189 236 76 77 325 303 580 449 10 06 1987 641 697 409 213 10 59 34 0 0 0 495 614 6 67 1988 528 388 642 151 287 257 23 5 68 322 313 244 9 28 1989 503 432 413 270 277 341 161 64 42 302 530 271 10 19 1990 493 595 393 353 269 146 163 146 15 118 327 441 11 110 1991 251 355 460 376 104 0 0 0 0 167 359 386 8 4
Jumlah 5164 4935 4990 3797 2150 1335 535 382 834 2212 4271 4413 87 28
Rataan 516,4 493,5 499 379,7 215 133,5 53,5 38,2 83,4 221,2 427,1 441,3 8,7 2,8Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
× 100 %
= 2,88,7
× 100 %
= 32,18% kelas B (daerah basah)
Klasifikasi iklim menurut OldemanBB = 8
BK = 3
Jadi,zona agroklimatnya : B2
Tabel 7. Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun di Stasiun Tanjungsari, Kec. Sapuaran, (760 m dpl.), Wonosobo
No. TahunBulan Schmidt
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun. Jul. Agsts. Sept. Okt. Nov. Des. BB BK
1 2001 586 426 863 630 343 333 223 22 139 1172 880 145 11 1
2 2002 618 199 440 744 247 84 44 0 34 29 499 1042 7 4
3 2003 502 639 476 196 209 83 8 2 51 212 480 763 8 3
4 2004 595 300 469 517 175 20 121 5 39 96 689 829 8 3
5 2005 389 558 342 449 108 237 104 139 163 299 374 655 12 0
6 2006 443 416 171 608 417 40 24 0 0 0 200 632 7 5
7 2007 157 652 428 462 185 0 0 0 0 220 422 946 8 4
8 2008 301 198 417 354 1409 59 0 24 78 449 643 300 8 3
9 2009 647 485 553 447 508 155 46 2 25 232 446 342 9 3
10 2010 402 492 897 419 792 319 238 293 563 462 442 379 12 0
11 2011 257 333 404 699 252 11 33 0 6 347 742 631 8 4
Jumlah 4897 4698 5460 5525 4645 1341 841 487 1098 3518 5817 6664 98 30
Rataan 445,2 427,1 496,4 502,3 422,3 121,9 76,45 44,27 99,82 319,8 528,8 605,8 8,9091 2,72727
Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson
Q =∑BK∑BB
× 100 %
= 2,78,9
× 100 %
= 30,34 %
kelas B (daerah basah)
Klasifikasi iklim menurut Oldeman
BB = 8
BK = 3
Jadi,zona agroklimatnya : B2