laporan 1 gusna

Upload: aan-ardiansyah

Post on 09-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDHULUANI.1 Latar Belakang Pengelolaan lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang. (Yuanarga, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah praktikum pengolahan lahan yang ditujukan untuk menggemburkan tanah agar dapat ditanami tanaman pakan yang dapat tumbuh dengan baik. I.2 Tujuan dan Keguanaan Adapun tujuan dari praktikum mengenai pengolahan lahan adalah untuk membersihakan tanah dari tumbuhan liar atau tanaman pengganggu, menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna, memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban, memperbaiki kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air. Adapun kegunaan dari praktikum mengenai pengolahan lahan adalah untuk memperbaiki struktur tanah yang pada mulanya memiliki tekstur tanah yang keras dan kering.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Pengolahan Lahan1. Pengertian pengolahan lahanPengolahan tanah adalah memecahkan gumpalan-gumpalan tanah menjadi butiran-butiran tanah yang lebih halus dan gembur serta mengatur permukaan tanah sehingga sesuai untuk ditanami. (Abdi, 2014)Maksud pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Biasanya dari struktur masif atau pejal menjadi struktur yang dikehendaki atau sesuai dengan tujuan penanaman. Struktur tanah yang dikehendaki sesuai dengan tujuan penanaman antara lain struktur remah yaitu untuk tanah yang datar dengan curah hujan sedang, struktur gumpal kecil untuk tanah yang curah hujannya agak tinggi dengan temperatur agak panas, struktur gumpal besar untuk tanah dengan curah hujan tinggi dan suhu panas serta tanahnya akan mengalami granulasi sendiri, dan struktur lumpur untuk tanah-tanah sawah agar perkembangan akar dan penyebaran hara atau pupuknya lebih merata. (Aak, 1983)Tujuan pengolahan tanah pada hakekatnya terdiri dari berbagai pekerjaan modifikasi tanah dalam perakaran tanaman yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan untuk memperbaiki daerah tersebut bagi pertumbuhan akar, ketersediaan hara, dan meningkatkan produksi. Pekerjaan ini meliputi usaha-usaha uang bertujuan untuk (Abdi, 2014) :a. Mengemburkan tanah untuk penetrasi akar. b. Menimbun residu (sisa-sisa) tanaman sebelumnya. c. Memperbaiki lingkungan tanah agar sesuai untuk pertumbuhan benih atau bibit. d. Memperbaiki infiltrasi air. e. Memperbaiki aerasi tanah akibat perubahan struktur. f. Mengendalikan gulma.2. Pengolahan Tanah Secara Mekanis a. Keuntungan pengolahan tanah secara mekanis Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan. Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah sebagai berikut (Fithriadi. R, 1997) : Keuntungan teknis Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki peralatan mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam. Keuntungan ekonomis Berdasarkan hasil penelitian, biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani. Keuntungan waktu Dengan tenaga yag cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu (Anonim, 2014) :a. Topografi (Kenampakan permukaan lahan)Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan sebaiknya jangan melebihi 30. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain otak, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah.

b. Vegetasi (Tanaman yang tumbuh di lahan)Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan mengahambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat(liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merrusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya menganggu harus dipindahkan dari lahan atau dihancurkan. c. Bebatuan Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan dapat pecah. Batu batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ketepi lahan. Sedang batu batu kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah. d. Kadar air tanah Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berfariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.3. Pengolahan tanah minimun Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi. (Abdi, 2014) Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian mulsa. (Rahim, 2014)4. Pengolahan lahan tanpaolah tanah (TOT)Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penyemprotan guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sistim tajuk dalam proses penanamannya. Pengolahan lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan. Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain banyak hilang. (Rahim, 2014) II.2 Cara Pengolahan Lahan / Tahapan Pengolahan Lahan Tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan. Namun hal ini kesemuanya tergantung pula pada kondisi tanah setempat, jenis tanaman yang hendak ditanam, serta bahan penanaman yang dipergunakan. (Ziazannititah, 2014)a. Membersihkan areal (land-clearing)Land-clearing bermaksud memebersihklan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.b. Pembajakan (ploughing)Pembajakan bermaksud untu memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya lebih mudah dilakukan dan memasakkan tanah, sebab dengan membalik lapisan tanah dan membiarkan beberapa hari sebelum digemburkan, maka proses mineralisasi bahan-bahan organik akan berlangsung lebih cepat. Sebab aktivitas biologis mikroorganisme dipergiat.c. Penggaruan (harrowing)Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkah-bongkahan besar menjadi struktur remah dan membersihlkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.II.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengolahan Lahan pada Daerah Tropis dan Subtropis1. Daerah tropis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah antara lain (AnonimB, 2014) : Iklim (suhu dan curah hujan). Organisme hidup (vegetasi, biota). Sifat bahan induk (tekstur, struktur, susunan kimia dan mineral). Topografi tanah. Waktu, selama bahan induk diubah menjadi tanah.Ciri-ciri tanah pada daerah tropis, yaitu (AnonimB, 2014) : Pada tingkat permulaan pembentukan tanah, ciri tanah muda sama dengan bahan/batuan induknya, profil tanah belum terbentuk Pada tanah dewasa, hancuran bersifat konstruktif, pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, profil tanah sudah terbentuk, warna tanah tetap di dominasi bahan induk, tanah dalam keadaan keseimbangan dinamik.Bentuk konsistensi tanah (Aak, 1983) : Konsistensi basah: kental, lekat. Konsistensi lembab: lunak, gembur. Konsistensi kering: keras, menggumpal/berbongkah.Warna tanah dasar yang terdapat di daerah iklim tropis antara lain yaitu : Kuning, merah, coklat, putih, hitan dan campuran warna lainnya. 2. Daerah subtropis Menurut Sumadi (1999), iklim subtropis terletak antara 23 - 40 LU dan 23 - 40 LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut:a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedangb. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin.c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.d. Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.II.4 Jenis Tanah Yang di Olah Berikut adalah secara umum dan singkat jenis, karakter, penyebaran, dan pemanfaatan tanah untuk pertanian, terutama di Indonesia (Sugiyanta, I Gede. 2007) :1. RegosolRegosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang masih muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan. Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.2. Latosol Secara spesifik, latosol merupakan tanah yang berwarna merah hingga coklat sehingga banyak yang menamainya sebagai tanah merah, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar humus latosol mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium. Latosol banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi. Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan kopi.3. Organosol Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatka untuk media pertanaman kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua. Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik. Akan tetapi, tanah gambut kurang subur untuk pertanian. Pembusukan pada tanah gambut berlangsung dalam keadaan tergenang air sehingga tanah menjadi anaerob dan terlalu masam. Bahan organik yang tidak lapuk sempurna juga menyebabkan tanah gambut tidak subur untuk tanaman. Gambut banyak terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan pantai selatan Papua. Saat ini gambut baru dikembangkan untuk pertanian kelapa sawit.4. Alluvial Alluvial merupakan tanah muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Ciri utama tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber bahan asal aliran sungai. Jenis tanah Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau jawa, Sumatra, Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.5. Pedzolik Merah Kuning Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah. Tanah podzolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podzolik merah kuning banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara.6. Laterit Laterit hampir sama dengan podzolik meah kuning. Hanya saja jenis tanah ini terbentuk pada suhu yang lebih tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara yang rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya sudah gundul seperti pada Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara. Laterit bayak digunakan untuk pertanaman jambu mete dan kelapa.7. Litosol Tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar dan miskin akan unsure hara. Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan untuk palawija.8. Rendzina Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki tekstur lempung seperti vertisol. Tanah rendzina memiliki kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah rendzina berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah jenis ini memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara. Rendzina banyak terdapat di Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman palawija.9. Tanah Mediteran Tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat. Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.10. Grumosol Grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan