lapak ptu 3 new
DESCRIPTION
poultry gradeTRANSCRIPT
1
IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak
pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu).
Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan
pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka
perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi.Salah
satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia adalah ayam. Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat
diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung.
Pada karkas mamalia, kulit sudah dipisahkan. Karkas ayam ras dan buras
mempunyai karakteristik penampakan yang berbeda. Karkas ayam ras
biasanya lebih seragam dan ukuran dan penampakan serta lebih berdaging
dibandingkan karkas ayam buras. Untuk memperoleh karkas yang baik,
prosessing perlu dilakukan di tempat pemotongan yang bersih dengan cara
yang baik dan benar. Karkas yang baik adalah karkas yang besih, higienis
dengan penampilan menarik
Klasifikasi atau pengkelasan mutu (grading) adalah usaha menggolongkan
komoditi menjadi beberapa kelas mutu. Pengkelasan mutu ini didasarkan pada
standar mutu yang sudah ada. Sedangkan standar mutu ditentukan berdasarkan
atribut mutu yaitu karakteristik yang mempengaruhi mutu. Pengkelasan mutu
unggas didasarkan pada species, jenis kelamin, dan umur, yaitu faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi mutu.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
1 Mengetahui ciri-ciri ayam hidup yang baik
2 Mengetahui mengenai karkas
3 Mengetahui dan mampu melakukan prosessing karkas dengan benar
4 Mampu menentukan kualitas karkas yang baik
1.3 Waktu dan Tempat
Pelaksaan praktikum dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 07.30-
09.30 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Universitas Padjadjaran.
3
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Ayam
Sejarah dan klasifikasi ayam menurut sejarahnya, ayam jinak yang
dipelihara manusia sekarang adalah berasal dari ayam liar. Keturunan ayam yang
telah menjadi jinak kemudian disilangkan atau dikawinkan oleh manusia. Konon,
menurut teorinya, ayam liar ini adalah ayam hutan atau Gallus gallus. Hirarki
klasifikasi ayam adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia, Subkingdom :
Metazoa, Phylum : Chordata, Subphylum : Vertebrata, Divisi : Carinathae, Kelas
: Aves, Ordo : Galliformes, Family : Phasianidae, Genus : Gallus, Spesies :
Gallus gallus domestica sp (Rose, 2001). Terdapat dua tipe ayam ayam ras
pedaging dan petelur.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, walaupun galur
murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai
memeliharanya.
2.2 Ayam Broiler
Ayam broiler (ayam potong) adalah ayam yang muda jantan atau betina
yang berumur dibawah 8 minggu dengan bobot tertentu, pertumbuhan yang cepat
timbunan daging baik dan banyak (Rasyaf, 2004). broiler adalah ayam muda yang
berumur kurang dari 8 minggu, daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot
hidup berkisar antara 1,5-2,0 kg/ ekor ( Siregar, 2005). Ayam broiler di Indonesia
4
adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5-6
minggu, dimana ayam tersebut masih muda dan mempunyai daging yang masih
lunak (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Taksonomi broiler adalah sebagai
berikut, Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Aves, Subkelas :
Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus, Spesies : Gallus domesticus
(Hanifah. A, 2010).
Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah
(Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana, 2005). Dijelaskan lebih
lanjut bahwa ayam broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara
lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang,
pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar et al,
1980).
Ayam broiler merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis kelamin
jantan dan betina yang dikembangbiakkan oleh perusahaan pembibitan khusus
(Gordon dan Charles, 2002). Banyak jenis strain ayam broiler yang beredar di
pasaran yang pada umumnya perbedaan tersebut terletak pada pertumbuhan ayam,
konsumsi pakan, dan konversi pakan (Bell dan Weaver, 2002). Jenis strain
tersebut adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,
Missouri, Hubbard, Shaver starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum,
Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall
‘’in’’, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo dan Cp 707 (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2000). Pertambahan bobot badan ayam broiler umur
enam minggu yang dipelihara pada kandang litter sebesar 1935 g/ekor sedangkan
pada kandang cage 1791 g/ekor (Santoso,2002). Secara garis besar, terdapat dua
5
faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, yaitu interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Kemampuan genetik akan terwujud secara optimal
apabila kondisi lingkungan memungkinkan bagi ternak yang bersangkutan
sehingga penampilan yang diharapkan dapat tercapai (Card dan Nesheim, 1972).
Berdasarkan catatan selama kurun waktu 20 tahun terakhir, genetik ayam
broiler telah mengalami perkembangan yang nyata pada tahun 1984 rataan bobot
badan ayam pada umur 5 minggu adalah 1,345 g dan pada umur 7 minggu adalah
2,160 g, sedangkan tahun 2004 pada umur yang sama akan mendapat rataan bobot
badan 1,882 g dan 3,052 g (World Poultry, 2004).
2.3 Penilaian Kualitas Ayam Hidup
Inspeksi antemortem pada ayam hidup bertujuan untuk memeriksa
kesehatan ayam. Hanya ayam yang benar-benar sehat yang dipilih sebagai ayam
potong. Pemeriksaan antemortem harus dilakukan dalam cahaya yang cukup
terang dan ternak diperiksa secara berkelompok atau individual pada saat istirahat
atau bergerak. Perilaku umum ternak harus diamati termasuk status gizi,
kebersihan, gejala penyakit dan abnormalitas tubuh (Soewarno T. Soekarto,
1990). Beberapa abnormalitas yang harus diteliti pada saat pemeriksaan
antemortem yaitu:
1 Abnormal pernafasan dilakukan melalui pemeriksaan frekquesi
pernafasan/respirasi, juga diamati pola cara bernafas, yang membedakan
antara hewan sehat dan sakit. Bila ada dugaan ternak sakit harus segera
dipisahkan dari ternak yang sehat.
2 Abnormal perilaku meliputi gejala antara lain yang mungkin timbul yaitu:
a. Ketika berjalan saat keliling apa menampakkan jalan pincang atau
posture ketika berjalan terlihat abnormal
6
b. Apa terlihat pola menekan-nekan kepalanya ke dinding
c. Apa terlihat perilaku sangat agresif
d. Apakah terlihat dungu dan ekspresi mata yang liar
e. Apakah gangguan rasa.
Hal ini juga dapat ditunjukkan ada perdarahan tanpa gejala komplikasi
ataupun dengan komplikasi atau ada terjadi gejala proses keracunan.
3 Abnormal kepincangan. Abnormal kepincangan sangat berhubungan
dengan rasa sakit pada kaki, dada, abdomen atau indikasi gangguan syaraf.
4 Abnormal bentuk tubuh (posture). Diamati melalui bentuk abdomen atau
pada saat akanberdiri melalui cara ternak mengangkat kepala atau
mengangkat kaki atau ternak mungkin tiduran dengan kepala terkulai
kesisi. Ketika ternak tidak mampu mengangkat tubuhnya bangun
(ambruk/downer) yang harus dilakukan perlu perhatian khusus untuk
mencegah penderitaan berkepanjangan.
5 Abnormal pada susunan tubuh (conformasi). Abnormal susunan tubuh
(conformasi) dapat diartikan sebagai berikut:
a. Terlihat bengkak (abses) pada tubuh yang umumnya diderita ternak babi
b. Pembengkakan persendian
c. Pembengkakan tali pusar, hernia atau omphalophlebitis
d. Pembenkakan ambing karena mastitis
e. Pembengkanan rahang
f. Pembengakan abdomen (bloated abdomen).
6 Abnormal leleran atau cairan yang keluar dari tubuh ternak. Beberapa
contoh abnormal leleran atau yang keluar dari tubuh ternak adalah:
7
a.Leleran hidung, cairan ludah berlebihan dari mulut, atau cairan
berlebihan setelah melahirkan lubang kelamin
b. Keluar cairan berlebihan dari vulva atau usus
c. Adanya penonjolan rectum (prolap rectum) atau uterus
d. Adanya penonjolan dari vagina (prolapsus uterus)
e. Adanya penonjolan mata dan diare berdarah.
7 Abnormal warna. Abnormal warna seperti adanya peradangan pada mata,
radang pada kulit, kebiruan pada kulit atau ambing (adanya gangrene).
Abnormal warna dapat menunjukkan status penyakit akut atau kronis.
8 Abnormal bau. Abnormal bau sulit diketahui apabila tidak diamati secara
rutin selama pemeriksaan antemortem. Bau yang berkembang dari abses,
atau bau yang berasal dari pengobatan, dan bau khas dari pakan yang
dikonsumsi atau bau acetone pada kasus ketosis harus dibedakan.
9 Abnormal kebersihan fisik. Abnormal kebersihan fisik diketahui terjadi
pada ternak yang posisi ambruk (downer) atau penderita penyakit kronis
(Soewarno T. Soekarto, 1990).
2.4 Karkas Ayam Broiler
Yang dimaksud dengan karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa
darah, bulu, leher, kepala, kaki dan organ dalam. Bentuk pemotongan ayam
pedaging untuk dipasarkan ada dua macam, yaitu New York Dressed, 10% hilang
dari bobot tubuh dan “Ready to Cock”, 25% hilang dari bobot tubuh. Karkas
terdiri dari komponennya yaitu otot, tulang, lemak dan kulit. Karkas ayam
merupakan ayam yang telah dikeluarkan jeroannya, kepala dipisahkan dengan
leher hingga batas pemotongan dan kaki. Karkas ayam dibuat klasifikasinya
berdasarkan bagian-bagian tubuh (Rasyaf, 2003). Komponen karkas terdiri dari
8
otot, lemak, tulang dan kulit (Muchtadi dan Sugiyono,1992). Karkas ayam broiler
terdiri dari beberapa bagian , yaitu: dua buah sayap, satu bagian dada, satu bagian
punggung dan dua bagian paha yang terdiri dari dua bagian thigh dan dua bagian
drum stick (Judge et al., 1989). Menurut Swatland (1984) sayap (F) adalah bagian
yang terdiri dari daging pada tulang radius, ulna dan humerus dengan
tulang-tulang tersebut. Dada (D) terdiri dari tulang-tulang sternum dan daging
yang melekat padanya. Paha (A) terdiri dari daging yang melekat pada pelvis
tanpa tulang pelvis ditambah daging dan tulang pada paha. Thigh (C) terdiri dari
daging yang melekat pada tulang femur sampai pertemuan tulang femur dengan
tulang tibia dengan tulangnya. Drumstick (B) terdiri dari daging yang melekat
pada tulang tibia dan tulang fibula pada paha dengan tulangnya. Punggung (E)
adalah bagian yang memanjang dari pangkal leher sampai pada bagian pelvis
dengan daging dan tulang yang ada padanya.
Selama proses pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup kurang
lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3 dari berat
hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor
dipisah dari bagian daging tubuh dengan demikian daging siap masak itu hanya
tinggal daging pada bagian tubuh tambah dengan siap masak itu 75% dari berat
hidup (Rasyaf, 2003). Ayam broiler yang mengkonsumsi protein dan energi
metabolis yang sama akan menghasilkan bobot karkas yang tidak berbeda,
pencapaian bobot karkas sangat berkaitan dengan bobot potong dan pertambahan
bobot badan. Karkas yang baik memiliki banyak jaringan otot dan sedikit
mungkin jaringan lemak. Faktor yang mempengaruhi produksi karkas ayam
broiler antara lain strain, jenis kelamin, usia, kesehatan, nutrisi, bobot badan,
pemuasaan sebelum dipotong.
9
Proposal bagian-bagian karkas seperti paha memiliki persentase 10 %,
sayap sebanyak 15 %, betis 17 % dan dada 30 % dari bobot karkas. Bagian bobot
dada dan punggungnya dapat di belah dua, sehingga potongan karkas komersial
berjumlah 10 bagian. Bobot non karkas adalah bagian tubuh ayam selain karkas
yaitu darah kaki, kepala, bulu, dan vicera. Darah merupakan cairan tubuh yang
beredar dalam sistem pembuluh darah. Darah terdiri atas substansi sel–sel darah
dan komponen ekstra seluler yang disebut plasma. Fungsi darah dalam tubuh
ternak sangatlah penting dalam mendukung proses metabolis. Zat nutrisi dari
proses pencernaan diabsorbsi dari saluran pencernaan dan diangkut oleh darah
dibawa dalam sirkulasi ke jaringan tubuh. Darah berfungsi membawa oksigen dan
zat makanan dari saluran pencernaan dan menyebarkannya ke dalam jaringan ke
dalam tubuh . Darah merupakan 8% dari bobot anak ayam yang baru menetas dan
7% dari bobot ayam dewasa (Murtidjo, 2003).
Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas
namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan
memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih
hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi misalnya 1% saja,
Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan
derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi dan
umumnya berbentuk tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).
2.5 Prosessing Karkas Broiler
Karkas unggas khususnya ayam merupakan bentuk komoditi yang paling
banyak dan umum diperdagangkan. Karkas ayam adalah produk keluaran proses
pemotongan, biasanya dihasilkan setelah melalui tahap inspeksi antemortem,
10
penyembelihan, penuntasan darah, penyeduhan, pencabutan bulu dan dressing
(pemotongan kaki, pengambilan jeroan, dan pencucian) dan penyimpanan
(chiling) . Karkas ayam merupakan bentuk keseluruhan ayam potong tanpa bulu,
kepala, kaki dan jeroan (Murtidjo,2003).
2.5.1 Pemingsanan (Stunning)
Sebelum disembelih, hewan harus mempunyai waktu istirahat yang cukup
dan mengikuti kaidah kesejahteraan hewan yang berlaku. Dilakukan pemeriksaan
ante mortem oleh lembaga yang memiliki kewenangan rekaman hewan mati
sebelum sempat disembelih harus disimpan dan dipelihara, tanpa pemingsanan.
Pengendalian hewan harus seminimal mungkin menjadikan hewan stress dan
kesakitan.Bila menggunakan sarana pengendalian (restraining box), termasuk
sarana pengendalian secara mekanis, harus dipastikan berfungsi baik dan
dioperasionalisasikan secara efektif.Sesegera mungkin dilakukan penyembelihan
bila hewan telah terkendali dengan baik dan tenang.
Metode pemingsanan Bovine (hewan berukuran besar, seperti sapi, kerbau,
banteng): electrical (head only) stun, pneumatic percussive stun dan non
penetrative (mushroom head) stunOvine (hewan berukuran kecil seperti kambing,
domba dll) dan calf (anak sapi): electrical (head only) stun Unggas: electrical
water bath (Murtidjo,2003).
2.5.2 Penyembelihan (Slaughtering)
Terdapat beberapa cara penyembelihan mulai dari cara pemenggalan leher
yang sederhana sampai metode kosher yang dimodifikasi cara modern. Cara
kosher dengan memotong pembuluh darah, jalan makanan, dan jalan nafas.
Sedangkan cara modified kosher dengan memotong hanya pembuluh darah
11
(dipingsankan terlebih dahulu), serta cara Islam yaitu dengan pemutusan saluran
darah (vena dan arteri), kerongkongan dan tenggorokan, hewan harus sehat, tidak
boleh dibius dan yang memotong orang Islam. Ciri-ciri kematian yaitu :
berhentinya aktivitas otak yang ditandai dengan hilangnya reflek pupil, reflek
kelopak mata (palpebrae), reflek cubit (kejang), dan reflek pukul.
Waktu minimal antara pemotongan dengan proses selanjutnya 3 menit
untuk unggas. Penuntasan darah harus dilakukan dengan sempurna karena dapat
mempengaruhi mutu daging unggas. Penuntasan darah yang kurang sempurna
menyebabkan karkas akan berwarna merah di bagian leher, bahu, sayap dan pori-
pori kulit dimana selama penyimpanan akan terjadi perubahan warna. Penuntasan
darah pada pemotongan unggas yang modern dilakukan dengan cara unggas yang
akan disembelih digantung (Murtidjo,2003).
2.5.3 Perendaman (Scalding)
Penyeduhan atau perendaman dalam air panas dilakukan dengan tujuan
untuk memudahkan proses pencabutan bulu pada tahap berikutnya karena kolagen
yang mengikat bulu sudah terkoagulasi. Suhu air perendaman yang terlalu tinggi,
waktu perendaman terlalu lama dan cara pencabutan bulu unggas akan
mempengaruhi keempukan daging. Umumnya suhu air perendaman yang
digunakan 54,5°C selama 60 - 120 menit (Murtidjo,2003). Ada tiga macam
proses scalding: hardscalding menggunakan suhu 160 sampai 180oF
selama 30 sampai 60 detik, subscalding menggunakan suhu 138 sampai
140oF selama 30 sampai 75 detik dan semiscalding menggunakan suhu 123
sampai 130oF selama 90 sampai 120 detik (Mountney, 1976).
12
2.5.4 Pencabutan Bulu (Flucking)
Tahap pencabutan bulu meliputi penghilangan bulu besar, bulu halus dan
bulu seperti rambut. Pencabutan bulu besar dilakukan secara mekanis dari dua
arah, yaitu depan dan belakang. Sedangkan pencabutan bulu halus dan bulu
rambut umumnya dilakukan dengan metoda wax picking, yaitu dengan pelapisan
lilin. Metode pelapisan lilin dilakukan pada unggas yang telah mengalami
penyeduhan, dilapisi lilin dengan cara merendamnya dalam cairan lilin. Setelah
cukup terlapisi unggas diangkat dan dikeringkan sehingga lapisan lilin menjadi
mengeras padat. Dengan demikian bulu-bulu yang ada pada karkas akan ikut
terlepas bila lapisan lilin yang telah mengeras dilepaskan (Murtidjo,2003).
2.5.5 Dressing
Tahap dressing meliputi pemotongan kaki, pengambilan jeroan dan
pencucian. Pengambilan jeroan dilakukan dengan cara memasukkan tangan ke
dalam rongga perut dan menarik seluruh isi perut keluar. Pencucian bertujuan
untuk membersihkan karkas unggas dari kotoran yang masih tertinggal di bagian
dalam dan permukaan karkas (Murtidjo,2003).
2.5.5 Pendinginan/Chilling
Karkas kemudian dibersihkan dan dilakukan pendinginan baik
menggunakan pendingin air ataupun udara (Parry, 1989). Menurut May (1974)
pada proses pendinginan (chilling) dapat mengurangi kontaminasi mikrobia
(sebagian besar mikrobia dapat direduksi, mikrobia patogen dapat dihilangkan,
mikrobia psikrotropik meningkat). Pada proses ini biasanya menggunakan
temperatur pendinginan sekitar 18oC (Hadiwiyoto, 1992), tercapai 1oC suhu
dalam tubuh (Mead, 1989), suhu 41oF (Mountney, 1976) dan 40oF (Traylor,
1974). Waktu yang digunakan juga bervariasi dari 20 sampai 60 menit (Soeparno,
13
1992b), 2 jam (Ziegler dan Stadelman 1955 yang disitasi oleh Thompson et al.,
1974), 4 jam (Hadiwiyoto, 1992) dan 24 jam (Mead, 1989). Pada proses chilling
total mikrobia dapat direduksi antara 81 sampai 91% (May, 1974). Proses ini
berguna untuk mengurangi populasi mikrobia yang biasanya digunakan senyawa
klorin atau disebut proses klorinasi (Parry, 1989).
2.6 Penilaian Kualitas Karkas
Tabel 1. Standarisasi kualitas karkas menurut USDA dan SPI-NAK
Faktor Kualitas A Kualitas B Kualitas CKonformasi
Tulang dada
Punggung
Kaki, dan sayap
Normal
Sedikit Lengkung
Normal
Normal
Hampir normal
Agak lengkung
Sedikit lekukan
Agak normal
Abnormal
Jelas lengkung
Besar lekukan
Abnormal
Daging Tebal Agak tebal pada
dada dan paha
Tipis
Tulang dada Tidak jelas Agak jelas Jelas terlihat
Perletakan lemak Sesuai karkas Cukup dada dan
paha
Kurang menutup
dada
Bulu halus Hampir tidak ada Sedikit tersebar tersebar
14
Tabel 2. Persyaratan tingkatan mutu fisik karkas (SNI 3924:2009)
Faktor
mutu
Tingkatan mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
Konformasi Sempurna Ada sedikit kelainan
pada tulang dada atau
paha
Ada kelainan pada
tulang dada dan paha
Perdagingan Tebal Sedang Tipis
Keutuhan Utuh Tulang utuh, kulit
sobek
sedikit, tetapi tidak
pada bagian dada
Tulang ada yang
patah, ujung sayap
terlepas ada kulit
yang sobek pada
bagian dada
Perubahan
warna
Bebas dari memar
atau“freeze burn”
Ada memar sedikit
tetapi tidak pada
bagian dada dan
tidak “freeze burn”
Ada memar sedikit
tetapi tidak
ada “freeze burn”
Kebersihan Bebas dari bulu
tunas (pin
feather)
Ada bulu tunas sedikit
yang menyebar, tetapi
tidak pada bagian dada
Ada bulu tunas
15
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Baki
2. Pisau
3. Kompor
4. Panci
5. Ember
6. Kantong Plastik
3.2 Bahan
1. Ayam Broiler
2. Air
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penilaian Ayam Hidup
a. Health and Vigor
1. Menempatkan ayam di atas baki, usahakan ayam dalam keadaan tenang.
2. Mengamati bagian jengger, mata, oil gland/tungir, dan bulu disekitar vent.
3. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam hidup.
4. Mencatat hasilnya pad alembar kerja.
16
b. Feathering
1. Mengamati perbuluan seluruh tubuh.
2. Mengamati bagian yang tidak ada bulunya, apakah ada fin feather atau
tidak..
3. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam hidup.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
c. Conformation
1. Melihat ayam dari depan apakah bentuknya menunjukkan ayam, broiler
yang baik atau tidak.
2. Mengamati bagian dada, punggung, sayap serta kaki.
3. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam hidup.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
d. Fleshing
1. Mengamati dan raba bagian dada dan paha apakah penuh dengan daging
atau tidak.
2. Menyesuaikan dengan standar penilaian ayam hidup.
3. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
e. Fat
1. Mengamati perlemakan di bawah kulit.
2. Mencubit kulit bagian perut, sambil dirasakan apakah terdapat lemak atau
tidak.
3. Menyesuaikan dengan standar.
4. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
17
f. Defect
1. Mengamati bagian-bagian persendian, lihat apakah ada yang lepas-lepas
atau tidak.
2. Mengamati juga bagian yang ada dagingnya, apakah ada memar atau tidak.
3. Melihat bagian kulit dada apakah terjadi penebalan atau tidak.
4. Kemudian lihat pula pada bagian shank dan telapak kaki apakah ada
penebalan atau tidak.
5. Menyesuaikan dengan standar penilaian.
6. Mencatat hasilnya pada lembar kerja.
3.3.2 Penilaian Karkas
Sebelum ayam menjadi karkas, terlebih dahulu harus melalui proses
karkassing, adapun proses tersebut:
1. Memotong pada bagian leher dibelakang rahang bawah, bagian harus
terpustus saluran nafas, saluran pencernaan dan vena kiri dan kanan.
2. Mengeluarkan darah selama 30 detik.
3. Mencelupkan dengan air hangat 60oC, selama 60 detik atau sampai bulu
besar bagian sayap mudah dicabut.
4. Mencabut bulu, menggunakan mesin atau manual/tangan.
5. Mengeluarkan jeroan/ seluruh organ dalam.
6. Memotong bagian kepala dan leher serta kaki/shan
18
a. Conformation
Adanya penyimpangan tertentu dari struktur, menurunkan daya tarik
karkas. Beberapa penyimpangan yang hendaknya diperhatikan adalah : dada yang
melesak, bengkok, berbonggol, berbentuk V atau rata sisinya, punggung sempit,
bengkok, atau bungkuk. Kaki dan sayap bentuk menyimpang atau membengkak,
dan tubuh memberi gambaran berbentuk baji.
b. Fleshing
Karkas yang diklasifikasikan sebagai kualitas A, mempunyai dada yyang
terisi penuh, lebar, dan panjang dengan perdagingan yang baik. Drumstik, thigs
dan dada memberi gambaran penuhnya penimbunan daging. Bagaimanapun
terdapat korelasi yang positif antara perdaghingan di daerah punggung dengan
banyaknyadaging pada bagian karkas yang lain. Penyimpangan yang ada seperti
pada penilaian ayam hidup.
c. Fat
Pada kualitas A bagian dada, punggung, pinggul dan tulang capit, harus
tertutup oleh lemak secara baik, kecuali pad chicken broiler or fryer, dan young
tom turkey mungkin hanya mempunyai perlemakan yang sedang (moderate). Hen,
stewing chiken atau fowl, walaupun tertutup oleh lemak secara baik, tetapi bebas
dari penimbunan lemak abdominal yang berlebihan.
d. Freedom from Pinfeather
Ada dua tipe pin feather ynag dipertimbangkan dalam grading, yaitu:
1. Pinfeather yang menembus kulit luar.
2. Pinfeather yang belum menembus kulit luar.
Vestigal feather, rambut pada ayam, kalkun guneas dan merpat harus
dipertimbangkan mengenai down (bulu halus).
19
e. Freedom from Cuts, Tears and Broken Bones
Banyaknya dan adanya penyimpangan-penyimpangan yang diperbolehkan
tergantung pada lokasinya, apakah pada dada atau tempat lain di karkas. tidak ada
sobekan yang diperbolehkan dijahit, untuk klasifikasi kualtas unggas. Namun
demikian pembuangan Wing Tip diperbolehkan. Pada kualitas yang lebih rendah,
persendian kedua atau ketiga mungkin dibuang
20
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penilaian Ayam Hidup
Tabel 3. Penilaian Ayam Hidup
No Faktor Pengamatan
Kualitas /
Grade
1 Health and Vigor
Kesehatan baik
Lincah
Mata bersinarA
2 Feathering
Bulu tertutup baik,
mengkilap atau bercahaya
Pin feather (bulu jarum)
sedikit
A
3
Conformation
Breast bone
Backs
Legs and Wings
Dianggap normal
Normal
Normal
Normal
A
4 Fleshing Perdagingan Lumayan A
5 FatLemak di bawah kulit
membungkus rata A
6
Kecacatan (Defect)
Tear & broken
Bones
Bruises, scratches,
callanses
Shank
Sedikit sekali
Sedikit
Sedikit
Scally ringan
A
Grade Ayam Hidup A
21
4.1.2 Penilaian Kualitas Karkas
Tabel 4 . Penilaian Kualitas KarkasN
oFaktor Pengamatan
Kualitas /
Grade
1
Konformasi ( Performation )
Tulang Dada
Tulang Punggung
Paha dan Sayap
Normal
Normal
Normal
Normal
A
A
A
A
2 Fleshing
Baik
Dada Panjang,
dalam dan bundarA
3 Fat Covering
Membungkus tubuh
dengan baik tulang jalur
bulu besar pada dadaA
4
Pinfeather
Non protuding pins and
hair
Protuding pins
Sedikit
Tidak Ada
B
A
5 Disjoint bones Ada 1 di bagian sayap A
6 Broken bonesAda di bagian kanan
sayapC
7 Missing parts Tidak ada A
8 DiscolorationTerdapat di sedikit
bagianA
9 Eksposhed FlushTerdapat di bagian pada
dan dadaNo Grade
Grade Karkas No Grade
22
4.1.3 Berat dan Persentasi Karkas
Tabel 5. Berat dan Persentasi Karkas
No Uraian Berat (gr) Presentasi Karkas (%)
1 Berat dressed karkas 1900 95%
2 Berat ready to cook 1586 79.3%
3 Retail cut
Giblet 89 5.6%
Leher dan Kepala 98 6.1%
Dada 612 38.5%
Sayap 140 8.8%
Punggung 229 14.4%
Paha atas 232 14.62%
Paha bawah 196 12.35%
Bobot hidup = 2000 gram
Bobot darah = 100 gram
Bobot bulu = 50 gram
23
24
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penilaian Ayam Hidup
Gambar 1 pengamatan ayam hidup
Pada grading poultry ada beberapa aspek yang sangat penting, pengamatan
ayam hidup bertujuan untuk memeriksa kesehatan ayam. Hanya ayam yang benar-
benar sehat yang dipilih sebagai ayam potong. Pemeriksaan antemortem harus
dilakukan dalam cahaya yang cukup terang dan ternak diperiksa secara
berkelompok atau individual pada saat istirahat atau bergerak keutuhan atau
kesehatan yang terjaga,layak dikonsumsi oleh konsumen dan tempat proses
karkasing yang terjaga sanitasi dan higienenya.
Pada saat menilai ayam hidup hasil yang kami peroleh adalah
1. Health and vigor
Berdasarkan pengamatan secara fisik, ciri ayam broiler komersial yang sehat
sebagai berikut:
Gerakan ayam lincah dan aktif
Mata dan muka ayam cerah (tidak mengantuk)
25
Nafsu makan dan minum baik
Berdiri tegak, kaki kokoh, dan bentuk tubuh proporsional
Sayap tidak jatuh dan posisi kepala terangkat dengan baik
Tidak terdengar gejala pernapasan bersuara (ngorok) atau batuk
Berat badan sesuai dengan umur (standar) (M. Rasyaf, 2006).
Bedasarkan literature diatas ayam yang diamati dalam keadaan yang sehat
dimana ditandai dengan matanya bersinar, dan lincah dari pengamatan tersebut
dapat disimpulkan bahwa ayam tersebut masuk kedalam grade A
2. Feathering
Tanda ayam yang sehat dilihat melalui bulu dengan melihat ciri-ciri bulu
tersebut bulu yang baik akan menyelimuti seluruh tubuh dengan disertai bulu
halus dan lembut dan bulu pada bagian punggung dan kulit halus dan kuat (M.
Rasyaf, 2006). Ayam yang diamati memiliki ciri yang sama, seperti bulunya
menutup hampir seluruh permukaan badan, dan mengkilap. Bedasarkan
pengamatan yang dilakukan maa dapat disimpulkan bahwa untuk Feathering dari
ayam tersebut masuk kedalam grade A
3. Comformation
Cara melihat ayam yang baik adalah dengan melihat perdagingan pada bagian
dada dan paha dan lemak yang menyelimutinya dan sistem penulangannya
seimbang. Ayam diamati pada bagian-bagian dada, punggung, sayap serta kaki
tidak ada cacat atau penyimpangan, sehingga ayam tersebut sesuai standar
penilaian ayam hidup. Jadi ayam tersebut normal, dengan grade A.
26
4. Fleshing
Daging dilihat dengan melihat penyebaran daging pada bagian dada dan paha
yang banyak atau sedikit. Ayam yang diraba bagian dada dan paha
perdagingannya cukup baik, dadanya terisi penuh, lebar dan panjang dadanya
cukup luas, terdapat penimbunan daging. Pahanya kokoh dengan perdagingan
yang cukup baik. Bedasarkan hasil diatas ayam tersebut masuk kedalam grade A.
5. Fat
Lemak dilihat dengan melihat penyebaran lemak pada daging yang baik dan
sedikit pada kulit, punggung dan organ. Ayam diamati dengan mencubit bagian
abdomen, banyak terdapat lemak yang tersebar luas dan lebar yang artinya ayam
tersebut masuk kedalam grade A.
6. Defect
Kerusakan-kerusakan dengan melihat sayatan pada dada, defek-defek bekas
gigitan serangga atau penyakit, warna pada karkas, kerusakan tulang dan daging
dan memar pada kulit. Ayam yang kami amati pada bagian-bagian persendian,
kulit, shank dan telapak kaki tidak ada cacat pada tubuh ayam, persendiannya
tidak ada yang lepas, didaerah dadanya tidak terdapat memar, kulit dada tidak
mengalami penebalan, didaerah shank dan telapak kaki tidak terjadi penebalan
pada saat menilai karkas. Sehingga kualitasnya A
4.2.3 Penilaian Karkas
Karkas ayam broiler adalah bagian tubuh ayam setelah disembelih, dicabut
bulu, dikeluarkan isi perut dan dibersihkan tanpa leher, kepala dan kaki atau
dengan kata lain karkas adalah berat hidup ayam dikurangi kepala, leher, darah,
bulu, kaki dan jeroan (Siregar et al., 1980). Karkas kemudian diseleksi menurut
27
grading-nya. Ada banyak parameter untuk menentukan grade karkas (Parry,
1989). Menurut Mountney (1976) secara internasional ada tiga grade yaitu: A
(kualitas no. 1), B (kualitas no. 2) dan C (kualitas no.3). tahapan penilaian karkas
adalah sebagai berikut:
1 Comformation
Comformation dapat dilihat dari adanya penyimpangan bentuk struktur
tertentu yang akan mengurangi daya tarik karkas misalnya bentuk kaki, sayap, dan
dada. Dari ayam yang diamati terlihat bentuk dada baik dan lebar, tidak ada
pembekakan pada kaki, punggung yang melengkung normal sehingga ayam
tersebut dapat dikategorikan sebagai A quality.
2 Fleshing
Fleshing dilakukan untuk melihat perdagingan pada karkas, fleshing
dilakukan dengan melihat titik – titik perdagingan seperti pada bagian dada. Pada
ayam yang diamati kali ini terlihat bagian dada yang panjang , dalam, dan bundar
sehingga ayam tersebut masuk kedalam A quality.
3 Fat covering
Pada kualitas A bagian dada,punggung, pinggul dan tulang capit (pinbones)
harus tertutup oleh lemak secara baik, kecuali bagian pad chicken broiler or fryer
dan young tom turkey yang memiliki perlemakan yang sedang. Pada praktikum
kali ini ayam yang diamati memiliki fat covering yang baik, lemak
menyebarsecara merata di bagian – bagian tubuh tertentu seperti dada, paha dan
punggung sehingga masuk kedalam A quality.
28
4 PinFeather
Pada praktikum kali ayam sudah bersih dari protruding pinfeather namun
masih terdapat non protruding pinfeather pada bagian sayap tetapi hanya sedikit,
sehingga ayam tersebut masih masuk kedalam A quality Sebelum penentuan
kualitas karkas sebaiknya unggas harus bebas dari protruding pinfeather. Namun
demikian karkas masih dapat dipertimbangkan jika jumlahnya sedikit. Dizaman
modern saat ini manusia lebih memilih cara hidup yang praktis untuk
mengefisiensikan waktu oleh sebab itu adanya fin feather pada karkas akan
menambah pekerjaan konsumen untuk mencabuti bulu tersebut sebelum dimasak.
5 Disjoint Bone
Disjoint Bone atau lepasnya persendian akan menurunkan daya tarik karkas
dalam hal ini biasanya terdapat kebengkakan pada bagian yang mengalami
disjoint bones tersebut karena aliran darah akan terpusat pada kerusakan tersebut
sebaga tidakan penyembuhan secara alami (Mountney, 1976). Dalam praktikum
kali ini tidak ditemukan kebengkakan pada ayam yang artinya tidak adanya
disjoint bone pada ayam tersebut sehingga ayam tersebut msuk kedalam grade A.
6 Broken Bones
Patah tulang akan menurunkan daya tarik karkas yang akan menurunkan
qualitas karkas tersebut. Pada pengamatan kali ini dijumpai tulang yang patah dan
keluar pada bagian kanan sayap tetapi tidak ada odema atau pembengkakan hal ini
disebabkan karena kecerobohan pada saat penyembelihan, ayam dipegang terlalu
kencang sehingga menyebabkan tulang yang patah dan keluar, ayam broiler
dipanen pada umur 30 hari sehigga memiliki tulang yang belum tumbuh sempurna
dan rawan patah, hal ini menyebabkan turunnya grade ayam menjadi C.
29
Karkas yang seperti ini biasanya akan dikembalikan dan dilakukan
craftsmanship hal tersebut dimaksudkan agar karkas tetap memiliki nilai jual
dengan melakukan tambahan prossesing atau kalu tidak mungkin akan
diklasifikasin sebagai No grade.
7 Missing Parts
Dalam praktikum kali ini bagian yang menjadi missing parts adalah
menghilangkan bagian ekor, hal tersebut dimaksudkan karena konsumen tidak
menyukai dengan danya kandungan lemak yang tinggi dan secara estetika jijik
selain ujung ekor bagian ujung sayap juga dipotong yang bertujuan untuk
menghilangkan lapisan tanduk yang menempel pada bagian ujung sayap
(Hadiwiyoto, 1992). Meskipun ada bagian yang hilang namun kualitas karkas
tetap A namun untuk bagian lain yang hilang akan mengurangi penilaian kualitas
karkas.
8 Discoloration
Memar pada daging atau kulit diperkenankan hanya bagi yang
memperlihatkan tanpa pembekuan atau penutupan, spot – spot kecil. Memar
biasanya terjadi saat pengiriman ayam dan kandang dengan jumah populasi yang
bayak juga dapat menimbulkan memar. Pada ayam yang diamati saat praktikum
tidak terdapat memar sehingga ayam tersebut masuk kedalam grade A.
9 Eksposed flush
Eksposed flush merupakan sobekan atau kulit yang terlepas sehingga
menyebabkan daging terlihat hal tersebut akan menyebabkan daging menjadi
kering dan menurunkan Eating Quality dari karkas unggas. Tidak ada sobekan
yang yang diperbolehkan dijahit. Dalam praktikum kali ini banyak terdapar
Eksposed flush pada bagian pada, dan dada hal tersebut dikarenakan suhu air saat
30
melakukan scalding terlalu panas. Karena tidak diperkenankan dilakukan
craftsmanship jadi karkas tersebut dikategorikan sengai No grade
4.2.3 Perhitungan Karkas
Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas antara lain bobot
badan akhir, kegemukan dan deposisi daging dan paha. Bertambahnya bobot
hidup ayam pedaging akan mengakibatkan bobot karkas meningkat dan persentase
karkas akan meningkat pula. Persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian
tubuh yang terbuang seperti kepala, leher, kaki, jeroan, bulu, dan darah.
Gambar 2 bagian non karkas
Persentase bagian tubuh ayam pedaging adalah 65-75% karkas; 6,41%
bulu; 9-10% viscera; 9-10% darah; 7,8% kepala dan leher serta 4,40% kaki,
persentase karkas ayam broiler berkisar antara 65%-75% berat hidup (Rasyaf,
2003).
Bulu berfungsi menjaga suhu tubuh, melindungi dari luka, sebagai
reseptor terhadap rangsangan dari luar, dan juga sebagai hiasan. Bulu memiliki
pertumbuhan kearah luar dari epidermis yang membentuk bulu penutup tubuh
pada ternak ayam. Bobot bulu mencapai 4-9% dari bobot tubuh, tergantung
species, umur dan jenis kelamin (Rasyaf, 2003). Dari hasil yang didapatkan
presentase bobot bulu adalah 2.5% dari bobot hidup, hasil tersebut jauh mendekati
bobot bulu normal yang didapat pada literature hal tersebut dapat dikarenakan
31
karena factor lingkungan misalnya sifat ayam di kandang yang sering duduk
menyebabkan bulu dikisaran abdomen botak yang akan mengurangi bobot bulu.
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa berat hidup
ayam broiler yaitu 2000 gram setelah dilakukan Bleding dan Scalding berat ayam
menjadi 1850 gram kemudian dilakukan Evisceration sehingga bobot carcass
seberat 1586 gram atau sekitar 79.3% dari bobot hidup. Presentase karkas
didapatkan dari jumlah perbandingan bobot karkas dan bobot badan akhir
dikalikan 100%, dari hasil yang didapat hasil presentase karkas yang diamati
cukup berbeda dengan presentase karkas normal yang didapatkan dari literatur,
hal tersebut dapat dikarenakan bobot ayam yang besar dengan tingkat perlemakan
yang tinggi.
Gambar 2 carcasing pada ayam
Pada literature didapat persentase bagian non karkas pada ayam broiler
untuk setiap umur berbeda-beda untuk pemotongan 8 minggu persentase
karkasnya untuk jantan 64,4%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%,
ampela 4,4%, jantung 0,6%, usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina
karkas 71%, kepala dan leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung
0,6%, usus 0,5%, darah 4,2%, dan bulu 9,6% (Iskandar,2007).
Viscera adalah bagian organ dalam atau jeroan dari ternak ayam setelah
dipisahkan dari tubuh dan sebelum dibersihkan giblet (hati, empedal, jantung),
serta timbunan lemak pada empedal. Bobot viscera dipengaruhi oleh jumlah
32
pakan, tekstur pakan, kandungan serat pakan, dan pakan tambahan berupa grit
yang mempengaruhi besar empedal, sehingga bobot viscera pun meningkat.
Proporsi viscera pada ayam broiler yang dipanen pada umur 8 minggu adalah 14,
3%-15,9% (Iskandar,2007). Pada ayam broiler yang diamati didapatkan
presentase viscera sebesar 17.6% perbedaan tersebut dapat dikarenakan factor
genetic, ataupun factor lain seperti nutrisi ayam yang baik atau pakan yang
tertinggal ikut terhitung.
Karkas ayam broiler terdiri dari beberapa bagian , yaitu: dua buah sayap,
satu bagian dada, satu bagian punggung dan dua bagian paha yang terdiri dari dua
bagian thigh dan dua bagian drum stick (Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forrest,
H. B. Hedrick dan R. A. Merkel 1989). Daging dada merupakan otot yang
terbesar pada karkas dengan berat sekitar 8% dari berat tubuh, terdiri dari otot
Pectoralis superficialis dan supracoricoideus (Soeparno, 1992).
Bobot karkas dan persentase setiap bagian pada karkas berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian, proporsi dari bagian karkasnya seperti paha atas, sayap,
paha bawah, dada dan punggung berturut-turut adalah 10%, 15% 17%, 9%, dan
30% dari bobot karkas (Iskandar,2007).Dari data yang didapatkan setelah
melakukan cut up hasil yang didapat adalah untuk presentase dada, paha atas,
paha bawah,sayap, dan punggung sebesar 38.5%, 14.62%, 12.35%, 8.8%, dan
14.43%. Dari data yang didapat terlihat bahwa terdapat perbedaan antara hasil
yang didapat dengan literature perbedaan tersebut dapat terjadi karena beberapa
factor yaitu lingkungan dan genetic.
33
VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Inspeksi antemortem pada ayam hidup bertujuan untuk memeriksa
kesehatan ayam. Inspeksi antemortem dapat dilakukan dengan cara
mengamati Abnormal pernafasan, Abnormal perilaku, Abnormal
kepincangan, Abnormal bentuk tubuh (posture), Abnormal pada susunan
tubuh (conformasi), Abnormal leleran atau cairan yang keluar dari tubuh
ternak, Abnormal warna, Abnormal bau dan Abnormal kebersihan fisik
2. Yang dimaksud dengan karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa
darah, bulu, leher, kepala, kaki dan organ dalam. Bentuk pemotongan
ayam pedaging untuk dipasarkan ada dua macam, yaitu New York Dressed,
10% hilang dari bobot tubuh dan “Ready to Cock”, 25% hilang dari bobot
tubuh. Karkas terdiri dari komponennya yaitu otot, tulang, lemak dan kulit.
3. Karkas ayam adalah produk keluaran proses pemotongan, biasanya
dihasilkan setelah melalui tahap inspeksi antemortem, penyembelihan,
penuntasan darah, penyeduhan, pencabutan bulu dan dressing
(pemotongan kaki, pengambilan jeroan, dan pencucian) dan penyimpanan
(chiling).
4. Penilaian karkas yang baik adalahh dengan melakukan pengamatan
terhhadap Conformation, Fleshing, Fat, Freedom from Pinfeather,
Freedom from Cuts, Tears and Broken Bones
34
5.2 Saran
Praktikum Poultry Grade ini preparat yang digunakan sudah lengkap,
namun sebaiknya lebih banyak asisten yang membantu dalam menjelaskan
materidan menjelaskan mengenai proses pada saat cut up.
35
DAFTAR PUSTAKA
Bell, D. D. & W. D. Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 3th Edition. Springer Science+Business. Inc. Spiring Street, New York.
Gordon, S. H. &. D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Products : Their Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, Definitions: III-X, UK.
Hadiwiyoto. 1992. Ilmu dan Tehnologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hanifah. A, 2010. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Iskandar. 2007. Respon Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mead. 1989. Poultry Science. The Interstate Printer and Publiser, Denvile. p. 10-11.
Muchtadi dan Soegiyono, 1992. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Cetakan pertama. Kanisius,Yogyakarta.
____________. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam. Kasinus, Yogyakarta.
Mountney, 1976. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. UGM Press, Yogyakarta.
Neshim and Card, 1972. Nutrition of Chicken 3th Ed. Publ. By M. L. Scott Association, New York.
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. PT.Penebar Swadaya Jakarta
Rasyaf, M. 2004. Makanan Ayam Broiler. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
36
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakanke – 13.Penebar Swadaya. Jakarta.
Rose. R, 2001. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.
Rukmiasih dan Hardjosworo. 2000. Beternak ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, 2002. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter–Finisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor.
Siregar. A. P. 1980. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie Group. Jakarta.
____________. 2005. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Merdie Group. Jakarta.
Soeparno. 1992. Tekhnologi Pengawasan Daging. Institute Pertanian Bogor.
Soewarno T. Soekarto. Dasar-Dasar Pengawas dan Standardisasi Mutu Pangan. Ditjen Dikti. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.1990.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Swatland. 1984. Commercial chicken production manual. 5rd edition. Company Publishing. Inc. Websport, Connecticut.
Traylor, 1974. Handbook of Animal Science. CAB Internasional.
Parry, R. T. 1989. Teechnological Development in Pre-Slaughter Handling and Processingcin Processing of Poultry. Mead, G. C. Elesevier Applied Science. England.
P. May . 1974. Handbook of Animal Science. CAB Internasional.
Ziegler. Stadelman. 1955. Commercial Chicken Production Manual. 3th. Ed. The Avi Publishing Co. Inc Westport. Conecticut.
World Poultry, 2004. New concepts in Cattle Growth. AGC Sydney, Australia.
Ayam broiler, http://anungsaptonugroho.wordpress.com/category/sejarah-ayam/, diakses pada tanggal 30 April 2016 pukul 21.59 WIB
37
LAMPIRAN
NAMA KONTRIBUSI
Zhasa nurlailya Editor, Pembahasan, Tinjauan Kepustakaan
Aldo Data Pengamatan dan Hasil Pengamatan
Aisofi Tinjauan Kepustakaan
Syahrindra Anzala Pembahasan Ayam Hidup
Sayyid Muhammad Pembahasan Karkas