lapak parasit 2
DESCRIPTION
praktikumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam suatu usaha budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan
penggunaan pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah.
Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah
munculnya serangan penyakit. Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan
berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau
sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada
prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses
hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang
(ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat
mengakibatkan ikan sakit.
Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan
menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat
tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama
dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang
sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat
merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas.
Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan
penyakit harus dilakukan pencegahan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif
dibandingkan dengan pengobatan, Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan,
baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mencari parasit yang terdapat dalam ikan Nilem, Mas,
Ar-Ar, Lele, Tambakan yang dijadikan objek pengamatan dan mengidentifikasinya lalu
membandingkan data hasil pengamatan dari setiap kelompok lain .
1.3. Kegunaan
Menambah keterampilan dan wawasan praktikan mengenai parasit karena praktikan
mengidentifikasi parasit yang ditemukan. Selain itu juga memenuhi tugas mata kuliah Parasit
Dan Penyakit Perikanan..
1
1.4.Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Kamis, 4 Mei 2012 dan Kamis 11 Mei 2012
Jam : 10.00-12.30
Tempat : Laboratorium FHA, Laboratorium MSP, Laboratorium Akuakultur
FPIK
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ikan Lele (Clarias sp.)
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali
karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang,
yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang
tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan
arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa
hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat
nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim
penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada
beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih
dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.
Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis
lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di
alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang
didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas
air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa
menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus
diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya
dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk
membersihkannya. Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang
berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang
lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.
3
2.1.1.Biologi Ikan Lele
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali masuk ke
Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuh perusahaan swasta di Jakarta (Suryanto, 1986).
Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak
dibudidayakan di Indonesia, dalam habitatnya ikan lele sangat fleksibel, dapat dibudidayakan
dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya sangat pesat, dan dapat hidup pada
lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
Menurut Seanin (1984), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele
mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil
kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor, yaitu pemakan segala
jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau karnivora. Secara alami ikan lele
bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap,
tetapi dalam usaha budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal (Suryanto, 1986).
Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan lainnya, sehingga dapat
dengan mudah dibedakan dengan jenis-jenis ikan lain. Menurut Astuti (2003) ikan lele
memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat
pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan
(arborescent organ). Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,
sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih.
Seperti yang sudah di sebutkan di atas, Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan
dalam kondisi lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut
4
dengan arboresence (Suryanto, 1986). Alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala
di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna
kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah.
Mulutnya terdapat dibagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu
pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua
pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian
belakang (Pillay, 1990).
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut
V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih
panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku
terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya.
Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi
dengan baik, akan tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan
dengan sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari
pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari
sirip pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada
saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).
Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur di luar
tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Ikan lele memiliki
lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek daripada badannya.
Hati dan gelembung renang ikan lele berjumlah 2 dan masing-masing sepasang.
Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal, ada
pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat berlumpur. Kualitas air
yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan
tetapi suhu optimalnya adalah 27oC, kandunga oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3
sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri, 2002).
2.1.2.Morfologi Ikan Lele
Tidak seperti ikan lainya, agak sulit untuk mengatakan bentuk badan lele secara tepat.
Tengah badanya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed),
sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele
ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).
5
Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk
ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung
dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncng (terminal), dengan
dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada
dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih
bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas.
Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut
berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri
tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama
pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya.
Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang
berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang
terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor
namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang
merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam
ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari
udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada
kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Pada ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki
gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih
kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat
bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi.
Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin,
gonad, hati, lambung dan anus.
2.1.3.Peranan Ikan Lele
Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah kaya akan
Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna
untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah satu dari
6
9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringnan. Lisin
termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pasalnya, asam amino ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan tulang pada anak, membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan
nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Lisin
juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody, hormone, enzim, dan pembentukan kolagen,
disamping perbaikan jaringan. Tak kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari cold
sore dan virus herpes.
Peranan lainya yang menguntungkan dari ikan lele adalah: Sebagai bahan makanan
Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan
hias. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Ikan lele juga
dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi
(datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
Selain peranan yang menguntungkan ikan lele juga dapat memiliki peranan yang
merugikan bagi manusia. Peranan yang merugikan tersebut diantaranya : Pada ikan lele yang
masih muda patilnya mengandung racun, sedangkan pada ikan lele yang agak tua racunya
agak berkurang. Ikan lele juga dapat memakan ikan-ikan lainya atau sebagai predator.
2.2.Ikan Ar-Ar (Carracius carracius)
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Cypriniformes
Family: Cyprinidae
Genus: Carassius
Species: C. carassius
7
Ikan Ar-ar (Carassius carracius) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina
pada tahun 960-1729. Awalnya bentuk ikan ar-ar seperti ikan Mas (Cyprinus carpio L),
bedanya ikan ar-ar tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Bachtiar 2002). Pada masa
dinasti Ming (tahun 1368-1644) popularitas ikan ar-ar mulai menanjak. Di sinilah
bermunculan ikan ar-ar dengan bentuk tubuh yang bervariasi dan unik. Perkembangan ikan
ar-ar kemudian merambah hingga ke negeri Jepang.
Di negeri matahari terbit ikan ar-ar terus mengalami perkembangan pesat sehingga
menghasilkan bentuk yang lebih bervariatif seperti saat ini. Dari negeri Sakura, ikan ar-ar
mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (Bachtiar 2002). Umumnya, bentuk
tubuh ikan ar-ar unik, bermata besar agak menonjol ke luar dan warna sisik yang menarik.
Ikan ar-ar tergolong mudah dipelihara karena sifatnya cukup adaptif terhadap lingkungan
yang baru. Tak mengherankan jika ikan ar-ar dengan berbagai varietasnya tersebar di seluruh
dunia (Bachtiar 2002).
Ikan ar-ar masuk ke dalam Kingdom Animalia, Subkingdom Eumetazoa, Filum
Chordata, Subfilum Vertebrata, Infrafilum Gnathostomata, Kelas Actinopterygii, Subkelas
Neopterygii, Superordo Teleostei, Ordo Clupeiformes, Family Cyprinidae, Genus Carassius
dan Spesiesnya berupa Carassius carracius (Freyhof 2004).
Salah satu jenis ikan ar-ar yang populer adalah Ikan ar-ar varietas Oranda (Spencer).
Ikan ini memiliki keunikan yang terletak pada kepalanya yang berjambul dan memiliki sirip
punggung (Iskandar dan Sitanggang 2003), hal tersebut dapat diamati pada Gambar 1.
Ikan ar-ar merupakan ikan hias air tawar yang hidup di perairan dengan air yang mengalir
tenang serta berudara sejuk (Bachtiar 2002). Ikan ini merupakan hewan omnivora (Watson et
al 2004) dan bukan hewan kanibal sehingga dapat dipelihara secara koloni dalam satu
lingkungan pemeliharaan (Iskandar dan Sitanggang 2003).
2.2.1.Morfologi Ikan Ar-Ar
Ikan ar-ar memiliki organ interna dan eksterna yang keseluruhan organ tersebut memiliki
ciri dan fungsi tertentu untuk mendukung kelangsungan hidup ikan (Yanong 2003). Insang
merupakan salah satu organ interna ikan ar-ar yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan
hidup ikan. Peranan penting tersebut adalah sebagai media pertukaran gas (Campbell et al 2004).
Insang terdiri dari lamela insang primer, lamela insang sekunder dan tulang rawan insang. Lamela
primer adalah lamela yang bersentuhan langsung dengan tulang rawan insang dan lamela
sekunder merupakan percabangan dari lamela primer (Yanong 2003).
8
Insang akan mengoptimalkan ekstraksi oksigen dari air dan merupakan tempat untuk melepaskan
karbon dioksida. Ikan memompa air melalui mulut dan 5 keluar diantara celah insang lewat
gerakan terkoordinasi dari rahang dan operculum (penutup insang), agar terjadi ventilasi.
Ventilasi yang dimaksudkan berupa aktivitas inhalasi dan ekshalasi atau proses
mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida lewat pernafasan. Ketika ventilasi terjadi,
darah mengalir dengan arah yang berlawanan dengan aliran air yang mengalir, oksigen akan
masuk ke dalam aliran darah dan CO2 akan dibuang ke air (Campbell et al 2004).
Usus merupakan salah satu organ interna ikan yang mengambil peranan dalam sistem
pencernaan. Usus berbentuk seperti tabung memanjang yang melingkar-lingkar dan mengisi
sebagian besar rongga abdomen. Makanan yang ditangkap oleh mulut akan masuk ke dalam
rongga mulut, melewati faring, esofagus, bola usus (intestinal bulb), usus kemudian sisa makanan
yang tidak diserap akan dikeluarkan lewat anus (Sarbahi 1951).
2.2.2.Biologi Ikan Ar-Ar
Suhu optimal air untuk hidup ikan ar-ar adalah 18-24ºC. Mempertahankan suhu untuk
terus berada dalam kisaran suhu optimal perlu dilakukan. Karena pemeliharaan di luar suhu
optimal dapat menekan sistem kekebalan tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan nafsu
makan serta gangguan pada pertumbuhan ikan. Ikan ar-ar dapat hidup dalam air yang
memiliki kandungan oksigen minimal 5 mg/L, pH 7-7.8, tingkat amoniak terlarut maksimal
0,05 mg/L dan tingkat nitrit terlarut maksimal 0,05 mg/L (Watson et al 2004).
Ikan ar-ar dianggap sebagai ikan yang tangguh karena dapat bertahan hidup di air
berkualitas buruk. Walaupun demikian, kualitas air penting di perhatikan agar pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan ikan berjalan optimal (Watson et al 2004). Ikan ar-ar dapat hidup
hingga umur 30 tahun dengan panjang mencapai 23 inches (58 cm) dan berat mencapai 2,7
kg .
2.3.Ikan Mas
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki
9
beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai
dengan daerah penyebarannya.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas
dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl)
dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%0.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis
makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
2.3.1.Biologi Ikan Mas
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: C. carpioNama binomial Cyprinus carpio(Linnaeus, 1758)
Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-
tumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan
alami,ikan ini mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca
(Djarijah,2001).
Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan
mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah
rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di berikan berupa
crumble dan pellet
2.3.2.Morfologi Ikan Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di
ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut,
10
yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007).
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007) sebagai berikut:
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala
terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan
dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan
keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan
yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang
tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas
secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai
berikut:
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.
4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa kelenjar
pencernaan, antara lain:
a) Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.
b) Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c) Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang dan di bungkus
oleh selaput.
Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium,
gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa
insang (Bactiar,2002)
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-
1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20oC-25oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002).
Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik,
bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan
air tawar.
Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain:
1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar
11
dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol
dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda
gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan
terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung
badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan
tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.
4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan
gerakannya lambat
5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian titik yang
mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek
dan tinggi.
2.4.Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Nilem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae.
Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia Tenggara: Tonkin, Siam Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi,
terutama di Jawa. Kini, nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.
Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki
popularitas sedikit di bawah ikan mas. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada
daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl.
Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau
pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang baru
menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro yang
hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Sedangkan benih dan ikan
dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae,
polygonaceae (Susanto, 2006).
Ikan nilem tergolong ikan bersisik lingkaran (silkoid), rahang atas sama pajang atau
lebih pajang dari diameter mata. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis ke-
8 sampai garis rusuk ke-10, bentuk sirip dubur agak tegak. Sisirp perut tidak mencapai dubur
(Saanin, 1980). Saanin (1984) menyatakan bahwa cirri-ciri ikan nilem adalah badan
memajang, pipih kesamping kompres. Panjang baku 2,5 sampai 3 kali tinggi badan. Mulut
12
dapat disambulkan dengan bibir berkerut. Sungut ada dua pasang, permukaan sirip punggung
terletak dibelakang permulaan sirip dada. Sisik pada Linea Lteralis (LL) 33-36 buah. Sirip
ekor bercagak kedalam.
2.4.1.Biologi Ikan Nilem
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Osteochilus
Spesies: O. vittatus
Nama binomial: Osteochilus vittatus
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan herbivore, yaitu memakan makanan
yang berupa makanan nabati, antara lain yaitu alga filamen dan plankton lainnya. Kebiasaan
makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh
ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu, tempat dan caranya
makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami
bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan
(food habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis ikan.
Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang banyak terdapat diperairan umum terutama
diperairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem
mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan, posisi mulut terletak diujung
(terminal), sedangkan posisi sirip terletak di belakang sirip dada (abdominan). Ikan nilem
(Osteochilus vittatus) hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan
di sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang tingginya diatas
permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling baik adalah di daerah
setinggi 800m, dengan suhu air optimum 180C – 280C (Soeseno, 1985).
13
2.4.2 Morfologi Ikan Nilem
Ikan nilem atau Silver Shark minnow Familia Cyprinidae, Genus Osteochilus, Species
Osteochilus vittatus mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk tubuh hampir serupa
dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya,
terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki
3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur
disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras
dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah
sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba.
Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan
yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang. Arteri
branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada
kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-
batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari lengkung
insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang untuk menjaga keseimbangan di dalam air.
2.5.Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang
berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari
Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga
dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil
makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di
Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan
samarinda.
14
2.5.1.Biologi Ikan Tambakan
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Upaordo: Anabantoidei
Famili: Helostomatidae
Genus: Helostoma
Spesies: H. temminckii
Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara
permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah
wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada
awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun
belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang
introduksi.
Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis
makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga
serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan
dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill
raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut
makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi
manusia terlihat seolah-olah sedang "mencium" benda tersebut.
Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam
waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali
lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim
kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan
Mei hingga Oktober.
Perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah
tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-
telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota
subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-
anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah
15
pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari,
anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas.
Ikan tambakan juga dijuluki sebagai "ikan gurami pencium" karena kebiasaannya
dalam memakai bibirnya untuk "mencium" benda-benda lain maupun ikan tambakan lainnya.
Sebenarnya ikan tambakan tidak bena-benar mencium. Saat sedang mencium benda-benda
padat semisal batu, ikan ini sebenarnya sedang menggerogoti makanan yang menempel pada
permukaan benda padat tersebut. Ikan tambakan jantan juga saling beradu mulut satu sama
lain untuk menegaskan supremasinya atas pejantan lain saat menjaga wilayah kekuasaannya.
Perilaku adu bibir ini tidak pernah berakibat fatal, namun di dalam tangkapan, ikan tambakan
jantan yang terus menerus kalah usai duel adu bibir bisa mati akibat stress.
2.5.2.Morfologi Ikan Tambakan
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip
analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk
nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah
sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola
berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya.
Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan
diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.
Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal
lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-
gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan
langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya
menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk
dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat
atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari
ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis
ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda".
2.6.Penyakit dan Parasit Ikan
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu :
16
1. Penyakit atau parasit pada kulit
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat
dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah
dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi
dengan mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang
timbulkan oleh serangan organisme-organisme tersebut.
Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara
berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak
berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan
menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali
menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
2. Penyakit atau parasit pada insang
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara
dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif
untuk mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati
pola tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi
sulit untuk bernafas. Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk
ditutup dengan sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang
menjadi semakin pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang
yang menandakan telah terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada
insang, kemungkinan besar di sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.
3. Penyakit atau parasit pada organ dalam
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)
dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik.
Akan tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut
yang sangat kurus. Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada
usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung
renang biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan
berenangnya jungkir balik tidak terkontrol.
Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut:
17
1. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus
hidup penyakit.
2. Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik.
3. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika
berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam.
4. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan tidak luka-luka.
5. Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput atau keong
mas.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat tulis (kertas dan pulpen)
18
2. Penggaris
3. Timbangan Digital
4. Cawan petri
5. Mikroskop
6. Kaca objek
7. Peralatan untuk membedah :
Pinset (forceps) untuk menjepit Ikan
Pisau bedah (scalpel) untuk membedah ikan
Jarum tusuk
Cawan Petri
Gunting bedah
Baki
B. Bahan
1 Ikan Mas
2 Ikan Nilem
3 Ikan Ar-Ar
4 Ikan Tambakan
5 Ikan Lele
3.2 Prosedur Praktikum
A. Pengamatan ektoparasit
Pengamatan ini bertujuan mencari dan menentukan ektoparasit pada bagian tubuh
eksternal ikan yaitu sirip, kulit, dan insang yang menimbulkan gangguan pada kesehatan
ikan. Langkah kerjanya yaitu :
1) Siapkan peralatan identifikasi yaitu mikroskop, dan peralatan bedah ikan,
2) Mukus dari ikan diambil dengan menggunakan scalpel atau slideglass,
3) Encerkan dengan akuades dan selanjudnya ditutup dengan cover glass.
4) Semua helai insang baik insang kiri maupun kanan dilepas
19
5) Letakkan pada petri disk secara terpisah.
6) Buka rongga mulut periksa ada tidaknya parasit pada rongga tersebut.
7) Cuci rongga hidung dengan menggunakan pipet.
8) Periksa sisik dan sisi bagian dalamnya. Lalu tempelkan pada objek glass.
9) Gunting setiap sirip dan letakkan diatas objek glass secara terpisah.
10) Catat setiap spesies jan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ.
B. Pengamatan Endoparasit
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari dan menentukan endoparasit yang tergolong
cacing atau protozoa yang hidup pada bagian tubuh eksternal ikan. Langkah kerjanya
yaitu :
1) Rongga tubuh bagian dalam dibuka dengan menggunting dari anus. Hindari
menggunting usus, karena kemungkinan parasit ada didalam usus.
2) Periksa organ-organ viscera in situ. Organ-organ viscera (gall dan urinary bladder,
hati, limpah, ginjal, gonad, jantung otak dan mata) dipindahkan pada petri disk secara
terpisah untuk pemeriksaan.
3) Gunting organ pencernaan mulai dari pangkal anus sampai pada lokasi sekitar insang.
4) Setelah pemeriksaan permukaan luar organ pencernaan, lakukan pemotongan
terhadap bagian-bagian tertentu seperti lambung, pyloruc caeca, bagian anterior,
tengah dan posterior usus dan rectum. Bagian-bagian tersebut dibuka dan diperiksa
parasitnya.
5) Setelah itu mucus dari organ tersebut dikeruk dengan scalpel/ slide. Dinding dari
saluran pencernaan diperiksa dengan menggunakan cahaya dari bawah.
6) Kemudian catat setiap spesies dan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Praktikum
4.1.1. Hasil Praktikum Kelompok 5
Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 4 Mei 2012
21
Identifikasi Parasit Pada Ikan Lele Setelah Pengobatan dengan Kunyit 1250 ppm (Lele dari
praktikum pengobatan)
No Jenis Parasit
Ektoparasit
Jenis Parasit
Endoparasit
Siri
pKulit
Insan
gUsus Otot
1. Dactylogyrus - - 1 - - -
2. Myxobolus - - 10 - - -
Identifikasi Parasit Pada Ikan Ar-Ar
No Jenis Parasit
Ektoparasit
Jenis Parasit
Endoparasit
Siri
pKulit
Insan
gUsus Otot
1. Dactylogyrus - 1 - - - -
Identifikasi Parasit Pada Ikan Tambakan
Tidak ada hasilnya sebab praktikum terhenti saat mati lampu.
Hasil Praktikum Identifikasi Parasit 11 Mei 2012
Identifikasi Parasit Pada Ikan Mas
No Jenis Parasit
Ektoparasit
Jenis Parasit
Endoparasit
Siri
pKulit
Insan
gUsus Otot
1. Dactylogyrus - - 1 - - -
Identifikasi Parasit Pada Ikan Nilem
No Jenis ParasitEktoparasit
Jenis ParasitEndoparasit
Sirip Kulit Insang Usus Otot
1. Ichthyophthiru
s
- 2 - - - -
2. Dactylogyrus 5
3. Gyrodactylus 2
4. Nematoda 2
4.1.2.Hasil Praktikum Sekelas
22
Ikan Lele
No Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
15
Total
Intensitas (%)
Prevalensi (%)
1 Gyrodactylus sp. 4 3 2 5 1 2 17283,333333
3 40
2 Dactylogyrus sp. 2 1 2 3 2 6 1 9 3 29322,222222
2 60
3 Trichodina sp. 1 3 4 20013,3333333
3
4 Myxosoma sp. 5 5 5006,66666666
7
5 Argulus sp. 2 2 2006,66666666
7
6 Sparganum sp. 2 3 5 25013,3333333
3
7 Rhabditis sp. 1 1 1006,66666666
7
8 Echinostoma sp. 1 1 1006,66666666
7
9Acanthocephala
sp. 1 1 1006,66666666
7
10 Lernea sp. 1 1 1006,66666666
7
11 Ergasilus sp. 22 22 2200
6,666666667
12 Nyctoterus sp. 2 2 2006,66666666
7
13 Anisakis sp. 3 3 3006,66666666
7
14 Myxobolus sp. 10 10 1000
6,666666667
Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang
× 100 %
Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa
× 100 %
Ikan Ar-Ar
No
Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 910
11
12
13
14
15
Total
Intensitas (%)
Prevalensi (%)
1Gyrodactylus
sp. 3 2
5166,666666
7 0,133333333
2 Trichodina sp. 4 2 6 200 0,133333333
3 Myxobolus sp. 1 1 50 0,066666667
4 Anisakis sp. 1 4 5
166,6666667 0,133333333
5 Nyctoterus sp. 1 3 4
133,3333333 0,133333333
6Dactylogyrus
sp. 1 8
9 300 0,133333333
Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang
× 100 %
Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa
× 100 %
23
Ikan Tambakan
(tidak ada data akibat mati lampu)
No Nama Penyakit 1 2 3
Ikan Nilem
No Nama Penyakit 1 2 3 Total Intensitas (%) Prevalensi (%)1 Gyrodactylus sp. 2 7 9 450 66,66666667
2Ichthyopthirus
sp. 2 2 200 33,333333333 Dactylogyrus sp. 5 5 500 33,333333334 Nematoda sp. 2 2 200 33,33333333
Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang
× 100 %
Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa
× 100 %
Ikan Mas
No Nama Penyakit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 151 Gyrodactylus sp. 6 8 52 Dactylogyrus sp. 1 1 6 3 1 10 2 33 Myxobolus sp. 3 1 1 24 Chironomus sp. 5 Trichodina sp. 1 13 1 6 Diplozoon sp. 1 4 2 1 7 Ichthyopthirus sp. 4 5 8 Acarus sp. 1 1 1 9 Nematoda sp. 4
10 Opecoelus sp. 1 11 Rhabditis sp. 112 Epistylis sp. 1 13 Trichodinella sp. 1 14 Nyctoterus sp. 2
1 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 2 29 30 Total Intensitas (%) Prevalensi (%)
24
6 8
5 2 2 3 2 2 35 388,8888889 30
2 4 1 14 4 8 3 7 5 2 9 17 103 515 66,66666667
1 8 160 16,66666667
2 2 200 3,333333333
15 500 10
1 9 180 16,66666667
9 450 6,666666667
3 100 10
4 400 3,333333333
1 100 3,333333333
1 100 3,333333333
1 100 3,333333333
1 100 3,333333333
2 200 3,333333333
Intensitas= Jumlah ParasitJumlah IkanYang Diserang
× 100 %
Prevalensi= Jumlah IkanYang TerinfeksiJumlah IkanYang Diperiksa
× 100 %
4.2.Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kelompok kami kelompok 5 menemukan bahwa ikan yang
diteliti baik itu ikan lele, ikan ar-ar, ikan nilem, dan ikan mas semuanya rata-rata terjangkit
oleh ektoparasit. Ektoparasit yang paling sering muncul adalah Dactylogyrus.
Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing ini bentuknya pipih dan pada
ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah. Ikan yang
terserang menjadi kurus dan kulit tidak terlihat cerah lagi. tutup insang tidak dapat menutup
dengan sempurna. Gejala infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, produksi
lendir berlebih.
25
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes,
kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Dactylogyridae, subfamilyDactylogyrinae dan
genus Dactylogyrus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendahn (Trematoda).
Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut.
Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior sucker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan
14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua
pasang mata yang terletak di daerah pharynx.
Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur
cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama,
satu pasang kait yang sangat kecil.
Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata intensitas penyakitnya lebih dari 100%, hal ini
berarti ikan yang diteliti sudah terinfeksi oleh parasit dengan intensitas sangat tinggi,
intensitas menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa
dan terinfeksi. Pada data kelas didapatkan bahwa rata-rata prevalensinya rendah, prevalensi
menggambarkan persentase parasit tertentu dalam populasi ikan.
BAB V
26
KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
* Dalam praktikum untuk pemeriksaan ikan lele, ar-ar, nilem, mas, banyak ditemukan
ektoparasit. Parasit dominan yang sering ditemukan yaitu Dactylogyrus.
* Dalam data kelas ditemukan intensitas parasit rata-rata lebih dari 100%. Artinya
jumlah parasit yang ditemukan dalam suatu ikan yang terinfeksi, sangat tinggi. Terinfeksi
berat.
* Dalam data kelas ditemukan prevalensi bervariasi. Artinya persentase ikan yang
terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan bervariasi.
5.2.Saran
* Praktikan harus lebih teliti mengambil sampel karena bisa saja pada bagian tubuh yang
dianggap tidak terdapat parasit, terdapat parasit namun tidak teramati.
* Praktikan harus belajar lebih cepat dalam mengidentifikasi penyakit agar praktikum
berjalan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
27
Astuti, Asrini Budi. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Effendie, Moch Ichsan. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantama; 2002
Effendi.H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Linkungan Perairan
Afrianto, I. dan Liviawati, E. (1998) Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta : Kanisesis
(Anggota IKAPI).
Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Cahyono, B. 2002. Budidadaya Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta 10-14 hal
Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta, 30-34 hal
28