lap

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Sistem urinaria bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. System ini juga penting sebagai factor untuk mempertahankan homeostasis, yaitu suatu keadaan yang relative konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh, yang mencakup factor- faktor seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotic, tingkat elektrolit, konsentrasi zat terlarut dalam plasma. Pengendalian ini dilanjutkan dengan penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerulus. Jumlah yang bervariasi dari setiap zat kemudian diabsorpsi baik secara pasif dan difusi atau secara aktif oleh transport sel tubuler. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa

Upload: yosep-merengues-los

Post on 09-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk

membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter

menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Sistem urinaria bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam

produk buangan dari dalam tubuh. System ini juga penting sebagai factor untuk

mempertahankan homeostasis, yaitu suatu keadaan yang relative konstan dari lingkungan

internal di dalam tubuh, yang mencakup factor-faktor seperti keseimbangan air, pH,

tekanan osmotic, tingkat elektrolit, konsentrasi zat terlarut dalam plasma. Pengendalian

ini dilanjutkan dengan penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil

melalui glomerulus. Jumlah yang bervariasi dari setiap zat kemudian diabsorpsi baik

secara pasif dan difusi atau secara aktif oleh transport sel tubuler.

Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam

satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi Komposisi

urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal

glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa

mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau

berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin

dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber

nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat

pembentukan kompos.

Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan.

Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri

dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam

1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis

akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria

(tidak terbentuk urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air

raksa,nefritis akut, atau batu ginjal.

1

Page 2: Lap

Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai

senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk

membantu mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu

sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu

saluran kemih terdiri dari Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan

batu terjadi akibat peningkatan ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin

juga dpat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat.

Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang

dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan

pengawet seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja

bakteri didalam urin.Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hormon hCG (Human

chorionic gonadotropin) yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini menunjukkan hasil

positif pada uji kehamilan.

1.2. Tujuan praktikum

a. Mengetahui sifat fisik urin

b. Membuktikan adanya indikan dalam urin

c. Menetapkan kadar kreatinin urin

d. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif

e. Membuktikan adanya protein dalam urin

f. Membuktikan adanya benda keton dalam urin

g. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

2

Page 3: Lap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat fisik urin

2.1.1 Volume urin

Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi

banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air

minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi

kesehatan organ dalam seseorang.

a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti

bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.

b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh

efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula,

warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria,

seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar

prostat.

c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya

kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.

d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks

yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

2.1.2 Berat jenis urin

Pada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam ±1,020 dengan kisaran 1,016 –

1,024. Berat jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin

akan turun jadi 1,002 dan bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai

1,040. Variasi berat jenis urin normal terutama diakibatkan oleh kandungan urea,

Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan patologis akan berubah. Berat jenis

urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena adanya glukosa pada

urinnya.

Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat

dalam urin. Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka

terakhir berat jenis dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan

3

Page 4: Lap

gram zat pada dalam 1 liter urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis

urin adalah urinometer.

2.2 Uji indikasi

Bahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak

diserap akan terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara

gradual isi usus akan menjadi padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan

pembusukan terhadap sisa bahan makanan oleh pengaruh enzim – enzim bakteri usus.

Pada proses ini akan dihasilkan gas CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam

laktat,asam asetat,dan asam butirat.

Indikasi dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan

dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke

dalam urin memberi gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal,

dalam sehari diekskresi 10 – 20 mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis

makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan

sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi peningkatan proses

pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena terjadi peningkatan

ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila ada

dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin

dpat ditetapkan dalam uji orbenmeyer.

2.3 Uji kreatinin

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan

terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin

fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin

yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total

daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga

menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi

cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif

pada otot (Riswanto, 2010). Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran

normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji

fungsi ginjal (Siamak, 2009).

Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah

akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya

kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah

alasan memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam

4

Page 5: Lap

darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal

(gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi

ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari

tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).

Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume

plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit.

Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit..

2.4 Uji benedict semikuantitatif

Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict

yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang

menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana

Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua

monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila

dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh

karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro

oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya

endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.

Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di

dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-

180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin

(glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.

2.5 Uji protein

2.5.1 Uji koagulasi

Protein dengan penambahan asam atau pemanasan asam akan

mengalami koagulasi. Pada Ph iso-elektrik,kelarutan protein sangat

menurun atau mengendap. Pada temperatur > 600c kelarutan protein akan

berkurang,karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul

protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak

ikatan / struktur sekunder,tersier,kuarter yang disebabkan adanya

koagulasi.bila endapan tetap ada menandakan adanya protein sebab fosfta

akan larut dalam keadaan asam.

5

Page 6: Lap

2.5.2 Uji heller

Uji ini dapat digunakan untuk menentukana adanya protein secara

kuantitatif dan cepat. Protein akan terkonjugasi akibat adanya asam kuat

atau akibat panas. Hasil positif ditandai terbentuknya cincin di atas lapisan

HNO3 pekat.

2.6 Uji keton (Rothera)

Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu  aseton, asam eseto asetat dan asm β-

hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang

berlebihan. Benda keton diproduksi  ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk

maenghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat

(misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak

seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat,

gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak

untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga

dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan

menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga

mencapai  lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan

kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau

serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang

dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.

Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :

a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif

palsu.

b.  Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama

dapatmenyebabkan hasil uji negative palsu.

c. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.

d. Anak  penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.

6

Page 7: Lap

BAB III

METODOLOGI

3.1 Sifat fisik urin

Isilah gelas ukuran 100/200 ml dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih

dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh

menyentuh dinding tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu

tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama pada suhu tera alat, perlu dilakukan

koreksi pada angka yang ditunjukkan pada urinometer.

Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001dan tiap

perbedaah 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurang 0,001.

3.2 Uji indikan

Dasar: Pereaksi orbenmeyer yang mengandung Fecl3 dan HCl pekat mengoksidasi gugus

hidroksil membentuk biru indigo yang larut dalam kloroform.

Reaksi pembentuk indikan :

Dalam usus :

Triptofan indol dan skatol

Dalam hati :

Indol oksidasi S04

Indoksil indikan

OH- (indoksil sulfat)

Skatol

Bahan dan pereaksi :

1. Urin

2. Pereaksi orbenmeyer (Larutkan 6,7 g feri klorda (FeCl3.6h2O) dalam asam klorida

pekat (berat jenis 1,19) dan encerkan sampai volume 1000 ml dengan asam yang

sama)

3. Kloroform

7

Page 8: Lap

Pelaksanaan :

Pipetkan ke dalam tabung reaksi

Larutan Tabung

Urin 8 ml

Pereaksi orbenmeyer 8 ml

Diamkan beberapa menit

Kloroform 3 ml

Campur dengan mebalik-balikkan tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok)

Klororm akan mengekstraksi biru indigo

3.3 Uji kreatinin

Dasar : kreatin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi jaffe) menghasilkan senyawa

kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan pereaksi :

1. Urin 24 jam

2. Larutan pikrat jenuh

3. Larutan NaOH 10%

4. Larutan standar kreatinin mengandung 1mg/ml

Larutan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 ml

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung takar 100 ml :

Larutan Standar Blanko 1 Blanko 2 Uji 1 Uji 2

Akuades 1 ml - - - -

Standar 1 ml 1 ml -

Urin 1 ml 1 ml

Larutan asam

pikrat jenuh

20 ml 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml

NaOH 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100

ml. campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombnag 540 nm.

8

Page 9: Lap

Perhitungan :

AU - AB volume urin 24 jam

Kadar kreatinin : x 1x x g/24 jam

AS - AB 1x 100

Kadar kreatinin dalam 24 jam

Koefisien kreatinin :

Berat badan (kg)

3.4. Uji benedict semikuantitatif

Dasar : gugus aledhil atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi

benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar

(semikuantitatif) kadar gula dalam urin.

Bahan dan pereaksi :

1. Urin normal

2. Larutan glukosa 0,3 %

3. Larutan glukosa 1 &

4. Larutan glukosa 5 &

5. Pereaksi benedict

Larutan 173 g Na sitrat dan 100 g Na karbonat dalam kirakira 800 ml akuades (perlu

pemanasan).

Larutan 17,3 g kristal tembaga sulfat dalam 100 ml akuades. Tambahkan larutan

tembaga sulfat ke dalam larutan sitrat-karbonat sambil terus diaduk. Encerkan dengan

akuades sampai volume 1000 ml.

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

1

Tabung

2

Tabung 3 Tabung 4

Pereaksi benedict 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

Urin 4 tetes

Larutan glukosa 0,3% 4 tetes

Larutan glukosa 1 % 4 tetes

Larutan glukosa 5 % 4 tetes

9

Page 10: Lap

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil

selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau,

kuning, atau merah menandakan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja

tidak berarti bereaksi positif.

3.5 Uji protein

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung protein

2. Asam nitrat pekat

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

Asam nitrat pekat 5 ml

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan.

Urin jernih (normal / patologis) 5 ml

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin diatas larutan HNO3 pekat.

3.6 Uji koagulasi

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung protein

2. Asam asetat 2%

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung reaksi :

Larutan Tabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlbih

dahulu)

5 ml

Didihkan . endapan yang terbentuk adalah protein dan fosfat.

Asam asetat 2 % 5 tetes

Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

3.6 Uji benda keton

Bahan dan pereaksi :

1. Urin dan urin yang mengandung keton

2. Kristal amonium sulfat

3. Larutan Na nitropusid 5%

4. Amonium hidroksi pekat

10

Page 11: Lap

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :

Larutan Tabung

Urin (normal / patologis) 5 ml

Kristal amonium sulfat Ditambah sampai jenuh

Na nitropusid 5 % 2-3 tetes

Amonium hidroksi pekat 1-2 tetes

Campur,dan diamkan selama 30 menit. Hasil positif ditandai dengan warna ungu

11