lap ksp
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PENENTUAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
NAMA : IMELDA SUNARYO
NIM : H 311 08 258
KELOMPOK : IV
HARI / TGL PERC : SENIN/01 MARET 2010
ASISTEN : FITRI JUNIANTI
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu reaksi kimia dikatakan seimbang apabila reaksi pembentukan dan
reaksi penguraian pada reaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama
sehingga tidak ada lagi perubahan “bersih” pada sistem tersebut. Sebagian besar
reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan yang bereaksi
membentuk produk, tetapi produk pun saling bereaksi untuk membentuk reaktan
kembali.
Bila reaksi sudah mencapai keadaan setimbang, banyaknya masing-masing
reaktan dan produk sudah tidak berubah lagi. Hasil kali produk dipangkatkan
koefisien reaksinya dibagi dengan hasil kali reaktan dipangkatkan koefisien
reaksinya disebut sebagai hukum keseimbangan dan K yang nilainya selalu tetap
Reaksi pembentukan hanya digunakan dalam analisis kimia, baik dalam kualitatif
maupun analisis kuantitatif. Endapan yang terjadi merupakan zat yang
memisahkan diri dari suatu fase padat yang keluar dalam sistem larutan yang
dapat berupa kristal atau koloid yang selanjutnya dapat dikeluarkan melalui proses
penyaringan atau proses pemusingan.
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut yang dapat pelarut yang dapat
didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan dalam gram atau dalam
mol) yang akan larut dalam volume pelarutan tertentu pada suhu tersebut.
Peristiwa pengendapan terjadi bila suatu larutan terlalu jenuh dengan zat
yang bersangkutan sedangkan larutan suatu endapan adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan memiliki hubungan yang
penting dengan hasil kali kelarutan.
Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nilai yang besar sekali dalam
analisis kuantitatif, karena dengan bantuannya memungkinkan bukan saja untuk
menerangkan, melainkan juga meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Dengan
prinsip hasil kali kelarutan dapat digunakan dalam pengendapan hidroksida,
pengendapan sulfida, kelarutan garam yang sedikit larut dalam asam dan
sebagainya. Oleh karena itu, percobaan penentuan nilai hasil kali kelarutan sangat
penting dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui paling tidak metode dan cara
penentuan hasil kali kelarutan suatu zat.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mempelajari metode penentuan hasil
kali kelarutan suatu zat.
1.2.2 Tujuan percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah :
1.Menghitung kelarutan elektrolit yang sedikit larut.
2. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan
Ksp pada suhu.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah untuk menentukan nilai Ksp PbCl2 melalui
endapan PbCl2 dari Pb(NO3)2 dan KCl serta mengukur suhu pelarutan endapan
PbCl2 melalui proses pemanasan.
1.4 Manfaat percobaan
Setelah melakukan percobaan, manfaat yang dapat diperoleh adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan nilai hasil kali kelarutan dari suatu
garam melalui praktikum, bukan hanya dari teori.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah
Pb(NO3)2 0,075M, KCl 1M, tissue roll, sabun, dan aquadest.
3.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala
500 ml, gelas piala 100 ml, buret asam 50 ml, standar buret, labu semprot, tabung
reaksi, sikat tabung, penjepit tabung, thermometer, burner, kaki tiga dan kasa.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Semua alat yang akan digunakan dicuci kemudian dibilas dengan aquadest.
2. Buret yang akan digunakan dibilas dengan larutan yang akan dimasukkan ke
dalamnya kemudian buret pertama diisi dengan larutan Pb(NO3)2 dan buret
kedua diisi dengan larutan KCl.
3. Enam buah tabung reaksi diisi dengan masing-masing 10 ml larutan Pb(NO3)2.
4. Kemudian ke dalam tabung reaksi tadi ditambahkan larutan KCl masing-
masing dengan 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; dan 2,5 mL.
5. Setelah ditambahkan, tabung reaksi dikocok sehingga larutannya tercampur
kemudian didiamkan selama kurang lebih 5 menit.
6. Keempat tabung reaksi tadi diamati yang mana yang menghasilkan endapan
dan dicatat.
7. Gelas piala 500 ml berisi air dipanaskan di atas burner yang akan digunakan
sebagai penangas.
8. Tabung yang menghasilkan endapan dimasukkan ke dalam gelas piala tadi
kemudian diaduk secara perlahan-lahan menggunakan thermometer, tabung
reaksi dijepit dengan penjepit tabung..
9. Kemudian dipanaskan sampai endapannya larut kemudian dilihat berapa suhu
saat endapannya larut.
10. Dicatat suhu yang diperoleh kemudian diukur berapa suhu ruangan tempat
melakukan praktikum.
11. Dihitung berapa nilai hasil kali kelarutan yang diperoleh dari hasil percobaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No.V Pb(NO3)2
0,075 M (mL)
V KCl 1 M
(mL)
Terbentuk
endapanSuhu °C → K
1. 10 1,0 − 29 °C → 302 K
2. 10 1,5 √ 58 °C → 331 K
3. 10 2,0 √ 75 °C → 348 K
4. 10 2,5 √ 90 °C → 363 K
4.2 Reaksi
Pb(NO3)2(aq) + 2KCl(aq) → PbCl2s) + 2KNO3(aq)
PbCl2(s) ↔ Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Terbentuknya Endapan
Terbentuknya endapan pada 1,5 mL KCl 1 M
Vtotal= V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL
[Pb2+] = {V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2} / Vtotal
= (10 mL x 0,075 M) / 11,5 mL
= 0,0652 M
[Cl-] = (V KCl x M KCl) / Vtotal
= (1,5 mL x 1 M) / 11,5 mL
= 0,1304 M
PbCl2 ↔ Pb2+ + 2 Cl-
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0652 M) (0,1304 M) 2
= 1,1086 x 10-³
4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan
1. Penambahan 2 mL KCl 1 M
mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,0 mL x 1 M = 2,0
Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 2,0 mL = 12 mL
Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2 + 2KNO3
m 0,75 2 − −
b 0,75 1,5 0,75 1,5
s − 0,5 0,75(X) 1,5
[PbCl2] = X / Vtotal
= 0,75 mmol / 12 mL
= 0,0625 M
PbCl2 ↔ Pb2+ + 2 Cl-
s 2s
Ksp = s x (2s)² = 4s³
= 4(0,0625)³
= 0,0009765 = 9,765 x 10-4
2. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M
mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75
mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,5 mL x 1 M = 25
Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 2,5 mL = 12,5 mL
Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2 + 2KNO3
m 0,75 2,5 − −
b 0,75 1,5 0,75 1,5
s − 1 0,75(X) 1,5
[PbCl2] = X / Vtotal
= 0,75 mmol / 12,5 mL
= 0,0600 M
PbCl2 ↔ Pb2+ + 2 Cl-
s 2s
Ksp = s x (2s)² = 4s³
= 4(0,0600)³
= 0,000864 = 8,640 x 10-4
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Suhu vs Kelarutan (S)
T vs S
Suhu S
348 0.0625
363 0.06
T vs S
y = 1,0431x - 0,0052R2 = 1
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 100 200 300 400
T
S
4.4.2 Grafik Suhu vs Ksp
T vs Ksp
y = 1,0431x - 0,0002
R2 = 1
050
100
150200250300
350400
0 100 200 300 400
T
Ksp
Suhu Ksp
348 0.0009765
363 0.000864
4.4.3 Grafik Log Ksp vs 1/T
T Ksp 1/T Log Ksp
348 0.0009765 0.00287 -3.01363 0.000864 0.00275 -3.063
Log Ksp vs 1/T
y = 1,043x + 0,0255
R2 = 1
-100
0
100
200
300
400
-100 0 100 200 300 400
1/T
Lo
g K
sp
y = ax + b
y = 1,043x + 0,0255
tan α = a = 1,043
Suhu ruangan = 29 °C = 302 K
Log Ksp = -∆H/ (2,303xRxT)
tan α (a) = -∆H / (2,303xR)
1,043 = -∆H / (2,303 × 8,314)
∆H = -26,8634 J/mol
Log Ksp = a (1/T) + b
Log Ksp = 1,043 (1/302) + 0,0255
Log Ksp = 0,02895
Ksp = 1,0689
4.4. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran larutan Pb(NO3)2 0,075 M
dengan KCl 1,0 M, hasil pencampuran ini berupa hasil reaksi yakni senyawa
KNO3 dan PbCl2 berupa senyawa elektrolit yang sukar larut kecuali jika larutan
dipanaskan sehingga endapan tersebut dapat larut. Proses pemanasan bergantung
pada senyawa-senyawa yang akan dilarutkan. Proses pelarutan PbCl2 diperoleh
hasil bahwa semakin banyak volume KCl maka akan semakin banyak endapan
yang terbentuk dan endapan ini akan larut jika dipanaskan dan semakin banyak
endapan yang terbentuk pada tabung reaksi maka akan semakin tinggi suhu
pemanasannya. Pengadukan larutan pada pemanasan akan membantu
mempercepat pelarutan.
Dalam reaksi digunakan larutan Pb(NO3)2 dengan volume yang tetap yaitu
10 mL, sedangkan larutan KCl yang digunakan dengan volume yang berbeda-
beda. Pada pencampuran pertama, digunakan KCl dengan volume 1,0 mL, 1,5
mL, 2,0 mL, dan 2,5 mL.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari pencampuran kedua
larutan tadi, dapat dilihat bahwa endapan putih PbCl2 mulai dapat terlihat pada
penambahan KCl 1 M sebanyak 1,5 ml.
Nilai Ksp PbCl2 yang diperoleh pada percobaan ini adalah 1,0689.
Sedangkan dengan nilai Ksp PbCl2 yang menurut literature adalah 1,6 x 10-5. Hal
ini mungkin disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis pada saat melakukan
praktikum. Misalnya saja adalah kurangnya ketelitian praktikan saat membaca
skala pada buret maupun pada saat membaca skala thermometer. Juga bisa
disebabkan oleh alat yang sudah rusak seperti buret yang bocor.
Sedangkan panas pelarutan yang diperoleh adalah -26,8634. Nilai ∆H
bernilai negatif, hal ini berarti bahwa reaksi yang terjadi bersifat eksoterm artinya
melepaskan kalor ke lingkungan. Adapun reaksi yang terjadi ialah reaksi
endoterm, yaitu reaksi kimia yang diiringi dengan adanya penyerapan kalor oleh
sistem, sehingga suhu sistem meningkat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil kali kelarutan (ksp) adalah hasil kali kelarutan yang menggambarkan
perkalian konsentrasi ion-ion elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya
dipangkatkan koefisien masing-masing senyawa yang mempunyai harga ksp
adalah senyawa elektrolit yang sukar larut (Anshory, 2000).
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif
yang melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan
diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin dalam bentuk
Kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari penyaringan atau pemusingan
(centrifuge). Endapan dapat terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan (Svehla, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut
(Khopkar, 1990) :
a.Temperatur
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik
terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap
larutan panas.
b.Sifat pelarut
Garam-garam organik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
c.Efek ion sejenis
Kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu
dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp (konstanta hasil kali
kelarutan).
d.Efek ion-ion lain
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan.
e.Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
f.Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan
(H+). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah
kelarutannya.
g.Pengaruh kompleks
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang
membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan
jenuh pada suhu tertentu “jumlah” zat dapat dinyatakan dalam mol atau gram.
Kelarutan suatu zat biasanya juga dinyatakan sebagai massa dalam gram yang
dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh pada suhu
tertentu (Achmad, 2001).
Untuk AgCl tetapan itu sama dengan hasil kali konsentrasi ion Ag+ dan Cl-
dalam mol perliter larutan jenuh. Untuk kasus umum, perhatikan senyawa ion
yang sedikit dapat larut AmBn. Persamaan untuk kesetimbangan pelarutan adalah
AmBn (S) mAn+ + mBm-
Dan rumus Ksp-nya:
Ksp = [An+]m[Bm]n
Nilai tetapan hasil kali kesetimbangan dapat dengan mudah dihitung dari
kelarutan senyawa itu. Perhitungan ini dapata dibalik dan kelarutan dihitung dari
Ksp. Jika ion-ion suatu endapan mengalami reaksi seperti hidrolisis atau
pembentukan kompleks perhitungan akan lebih rumit (Day dan Underwood,
1992).
Kelarutan suatu senyawa dapat ditentukan dengan percobaan sederhana yang
tidak terlalu banyak membutuhkan waktu. Cara yang biasa ditempuh adalah
dengan membuat larutan jenuh elektrolit yang akan ditentukan Ksp-nya pada
suatu suhu tertentu. Kemudian sejumlah volume larutan jenuh tadi dipindahkanke
gelas piala yang telah diketahui beratnya. Setelah itu gelas piala dipanaskan
sampai semua airnya diuapkan. Gelas piala kemudian ditimbang, dan berdasarkan
selisih gelas piala semula dengan piala setelah penguapan konsentrasi larutan
jenuh dapat dihitung. Konsentrasi ini merupakan kelarutan zat pada suhu tertentu
(Bird, 1993).
Dalam hubungan hasil kelarutan, kita harus hati-hati dalam menggunakan
istilah elektrolit yang ”sedikit larut”. Ksp hanya dapat digunakan sehubungan
dengan elektrolit yang sedikit larut, untuk elektrolit yang mudah larut seperti
NaCl, nilai hasil kali kelarutannya akan berbeda cara menghitungnya bila
dibandingkan dengan elektrolit yang sedikit larut. Hal ini disebabkan untuk
elektrolit yang mudah larut seperti NaCl, asumsi bahwa K=Ksp tidak berlaku,
selain itu aktivitas ion-ion elektrolit yang mudah larut tidak sama dengan
konsentrasinya (Bird, 1993).
Larutan jenuh dapat didefinisikan sebagai larutan yang telah mengandung
zat terlarut dalam konsentrasi maksimum (tidak dapat ditambah lagi). Kelarutan
suatu zat tidak mungkin memiliki yang lebih besar dari harga kelarutannya (Rivai,
1985).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Kelarutan PbCl2 adalah sebagai berikut :
- Untuk penambahan KCl 2,0 mL adalah 0,0625 M.
- Untuk penambahan KCl 2,5 mL adalah 0,0600 M.
Tetapan hasil kali kelarutan dari PbCl2 pada suhu 29oC dari percobaan ini
adalah 1,0689.
2. Panas peleburan dari PbCl2 yang diperoleh dengan menyatakan kebergantungan
Ksp terhadap suhu adalah -26,8634 J/mol dan tanda negatif menyatakan reaksi
eksoterm.
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
. Kebersihan laboratorium harus tetap terjaga, sebaiknya alat-alat lab yang
sudah rusak dibuang saja.
5.2.2 Asisten
Asistennya sudah bagus, lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., 2001, Kimia Larutan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Anshory, I., 2000, Kimia 3, Erlangga, Jakarta.
Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Day, J. R. A., dan Underwood, A. L., 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, H, M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.
Svehla, G., 1979, Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 01 Maret 2010
ASISTEN PRAKTIKAN
(FITRI JUNIANTI) (IMELDA SUNARYO)