langkah-langkah pelaksanaan guru pai dalam …
TRANSCRIPT
27
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN GURU PAI
DALAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN
(Studi Kasus di MTs Negeri 5 Ponorogo Tahun 2019-2020)
Okta Khusna Aisi
Dosen Tetap Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin
(IAIRM) Ngabar Ponorogo Jawa Timur. [email protected]
Abstract - Given the importance of the ability to read the Qur’an to students , so
here the teacher must continue to try to motivate students to be enthusiastic in learning to read and write the Qur’an. Planting, training, and fostering islamic education in this case education or reading and writing lessons of the Qur’an is
not only the responsibility of a teacher of the koran or religious teacher at school, more than that all parties are obliged to realize and advance a society that is able
to read and writing the Qur’an. The role of a teacher in delivering lessons to improve the ability to read and write the Qur’an also needs a teacher to choose the right method in teaching and learning strategies. Along with the progress of the
present age, teaching methods are developing rapidly from the simple to the more practical, from the complicated to the easy using a relatively short time. Among
the methods that have been used, among others, iqra method, and so forth.
Keywords: Islamic religius education teacher, effectiveness, Qur’an reading and
writing methods
PENDAHULUAN
Peran guru sangat besar dalam mengelola kelas, pengelolaan
program pembelajaran. Oleh karena itu, guru tanggung jawab dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral dan salah satu
sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus mempunyai
daya kreatifitas dan inisiatif dalam mengelola kelas karena gurulah yang
mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa
secara psikologis dengan latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing
siswa.1
1 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya, Insan Cendikia
2002), h. 82.
28
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar serta pembinaan secara rutin merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa
sebagai peserta didik serta tingkat pembinaan yang dilakukan guru
terhadap hasil dari pembelajaran itu sendiri.2
Dari hasil pengamatan penulis, di MTs Negeri 5 Ponorogo mata
pelajaran BTQ merupakan mata pelajaran yang harus di pelajari mulai dari
kelas VII sampai dengan kelas IX dan mata pelajaran BTQ sangatlah
penting, karena dapat mempengaruhi mata pelajaran agama yang lain
seperti akidah akhlak, fiqih, bahasa arab terutama Al-Qur’an hadist.
Namun kesulitan membaca tulis Al-Qur’an bagi siswa di Madrasah
Tsanawiyah masih saja ada, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor pendidikan agama dalam keluarga yang berjalan kurang
optimal, lingkungan pendidikan agama di masyarakat yang kurang
mendukung, kurang adanya minat bagi anak untuk belajar Al-Qur’an, serta
lingkungan yang tidak mendukung, atau bisa juga karena faktor internal
diri anak itu sendiri dan sebagainya.
Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an
pada siswa, maka disini para guru harus terus berusaha memotivasi para
siswa agar semangat dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an. Penanaman,
pelatihan, dan pembinaan pendidikan agama islam dalam hal ini
pendidikan atau pelajaran baca tulis Al-Qur’an bukan hanya tanggung
jawab seorang guru ngaji atau guru agama di sekolah saja, lebih dari itu
semua pihak berkewajiban untuk mewujudkan dan memajukan masyarakat
yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an. Memang di dalam
kurikulum tercantum bahwa pendidikan agama islam terdapat pada setiap
jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, pendidikan
agama tidak terabaikan.
2 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru… h. 83.
29
Peran seorang guru dalam menyampaikan pelajaran guna
meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an perlu juga seorang guru
dapat memilih metode yang tepat dalam strategi belajar mengajar.Seiring
dengan kemajuan zaman sekarang ini, metode pengajaran berkembang
pesat dari yang sederhana sampai kepada yang lebih praktis, dari yang
rumit sampai kepada yang mudah dengan memakai waktu yang relatif
singkat. Diantara metode yang selama ini digunakan antara lain, metode
iqra, dan lain-lain sebagainya. Maka para guru di Madrasah Tsanawiyah
ini, berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Al-Qur’an terhadap siswanya, salah satu langkah yang harus ditanamkan
kepada para siswanya adalah bagaimana caranya agar para siswa memiliki
kecintaan kepada Al-Qur’an dan mendorongnya untuk tekun belajar.
PEMBAHASAN
Kedudukan Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalm pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
masjid, di surau/musholla, di rumah dan sebagainya. Guru memang
menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah
yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan
figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak
didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka dipundak
guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas
memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggup jawab. Sebab
tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga
diluar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara
kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau
30
menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan
perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar
sekolah sekalipun.3 Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A
Ametembun, bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secaraindividual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.4
Guru mempunyai peran penting yaitu mengajar dan membimbing
siswa. Mengajar dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran yang baik
dan sesuai agar pembelajaran di dalam kelas dapat terlaksana serta dapat
memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Peran yang dilakukan guru sebagai
pembimbing proses pembelajaran bagi siswa, guru sebagai pengelola
kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator serta guru sebagai evaluator.5
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau
siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru.Semua peranan yang
diharapkan dari guru seperti6: 1) Korektor; 2) Inspirator; 3) Informator; 4)
Organisator; 5) Motivator; 6) Inisiator; 7) Fasilitator; 8) Guru sebagai
Pembimbing; 9) Demonstrator; 10) Pengelola Kelas; 11) Mediator; 12)
Supervisor; 13) Guru sebagai Evaluator.7
Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efektif yaitu perubahan yang membawa
pengaruh, makna dan manfaat tertentu.Pembelajaran yang efektif ditandai
dengan sifatnya menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif.
Pembelajaran yang menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang
apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan
nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.
3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta,
Rineka Cipta 2015), h. 31. 4Ibid., h. 32.
5 Trianto, Model Pembelajaran…, h. 136.
6Ibid., h. 43.
7 E. Mulyasa, Menjadi Guru…, h. 61-62.
31
Dibidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektifitas
guru menyangkut sejauh mana jenis-jenis belajar mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.Sedangkan efektifitas
belajar murid sejauh mana tujuan-tujuanpelajaran yang diinginkan telah
dapat dicapai melaui belajar mengajar yang ditempuh.8Hakikat
pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.9
Menurut ensiklopedia umum efektifitas menunjukan adanya taraf
tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai
tujuannya.Secara ideal keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan
taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.10 Menurut
John M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia secara
etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.
The Oxford English Dictonary mengartikan efektifitas sebagai The Quality
of being effective.In various sebse.Efectivity the quality or state being
effectiveand power to be effective.Secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu kualitas yang menjadi efektif dan menggerakkan untuk bisa efektif.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektifitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.11 Dari beberapa pengertian-pengertian efektifitas diatas
dapat disimpulkan, bahwa secara umum efektifitas dapat diartikan sebagai
adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar
memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan
8E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)
h.149. 9 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan…, h. 226-227.
10A.b. Pridodgdo, Hasan Shaidily, Ensiklopedia Umum (Yogyakarta, Kanisius, 1990),
Cet. Ke-8, h. 296. 11
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surabaya: PT. Indah, 1995) Cet. 1, h. 742.
32
keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan saran,
keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana
atau fasilitas dan juga dapat memberi pengaruh.
Agar dapat meningkatkan prestasi belajar, seorang siswa harus
mampu me-manage faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya. Baik
dari faktor intern misalnya motivasi belajar, maupun faktor ekstern
misalnya lingkungan kehidupan sehari-hari. Menurut Harry Firman
(1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan
siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan
instruksional
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar
mengajar.
Berdasarkan ciri-ciri program pembelajaran efektif seperti yang
digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya
ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi
tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program
pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap ketrampilan
siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada
penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh
siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap
fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses
33
belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran
dan buku-buku teks.12
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik
mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.13 Sebagaimana hal
yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya pembelajaran adalah
nominalisasi proses untuk membelajarkan.Seharusnya pembelajaran
bermakna membuat atau menyebabkan orang lain belajar.14
Belajar seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara
relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian
dari pengalaman-pengalaman.15 Di kalangan psikologi terdapat
keberagaman cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang makna belajar.
Salah satu definisi yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar
merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan
praktik atau pengalaman tertentu.
Definisi belajar jika dikaitkan dengan perkembangan manusia,
belajar merupakan faktor penentu perkembangan manusia memperoleh
hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, ketrampilan, nilai, reaksi,
keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah
12
Harry Firman, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT. Impereal Bhakti Utama,
1987) h. 24 13
Muhaimin, M.A, Dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996)
h. 99. 14
Jos D Parera, Linguistik Edukasional(Jakarta: Erlangga, 1997) h. 24-25. 15
Fadilah Suralanga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN
Press, 2005) Cet.1, h. 60.
34
diperoleh melalui belajar. Definisi lain mengatakan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latian.
Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku theories of learning
mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.”
Menurut Morgan, dalam buku introduction to psychology mengemukaan:
“belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
Sedangkan menurut Witherington, dalam buku educational
psychology mengemukakan: “belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian.” Dari pendapat para ahli tesebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan dan diubah
melalui praktek atau pengalaman, menyangkut aspek kepribadian baik
fisik maupun psikis.
Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an
Baca tulis Al-Qur’an, yaitu bagian dari mata pelajaran pendidikan
agama islam (di Madrasah Tsanawiyah) untuk memberikan motivasi,
bimbingan, pemahaman, kemampuan membaca dan ketrampilan menulis
huruf-huruf arab dan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Membaca adalah
melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang ditulis.
Membaca menyangkut tiga hal.pertama, membaca melibatkan proses
35
kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga,
membaca selalu melibatkan proses pemahaman.16
Apabila pengertian membaca dikaitkan dengan kata Al-Qur’an
sehingga menjadi pengertian membaca Al-Qur’an, maka akan berarti
melihat tulisan yang ada pada Al-Qur’an dan melisankannya. Akan tetapi
membaca Al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa
yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya. Wahyu pertama
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah perintah untuk
membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu atau
pengetahuan yang tidak diketahuinya (Surat Al-Alaq, 96:1-5). Secara
tersirat dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan
membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengajarkan Al-
Qur’an termasuk fardhu kifayah.Sedangkan menghafalnya merupakan
suatu kewajiban bagi umat islam agar tidak terputus jumlah kemutawatiran
para penghafal Al-Qur’an di samping untuk menghindari timbulnya
perubahan dan penyimpanagan. Bila tugas ini telah dilakukan oleh
sebagian orang, maka gugurlah kewajiban ini dari yang lain. Bila tidak
satupun yang melakukannya, maka semuanya berdosa. Dalam hadits yang
diriwayatkan Utsman disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
وعن عثمان بن عفان رضيالله عنه، قال: قال رسول الل
القرآن وعلمه. رواه البخاريصلى الل عليه وسلمخيركم من تعلم
“Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata: Rosulullah SAW
bersabda: Sebaik-baikkalian adalah orang yang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannya”.(HR. Bukhori)17
16
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zan, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT.
Rosdakarya 2006), h. 43. 17
Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Amani, 1999) Cet.
IV, h. 116
36
Cara mempelajari Al-Qur’an ialah dengan menghafalnya ayat demi
ayat.Cara inilah yang dewasa ini dipakai dalam media pendidikan modern,
yakni setiap pelajar diharuskan menghafal sedikit demi sedikit, kemudian
ditambah lagi dengan pelajaran berikutnya, dan begitu seterusnya. Dari
Abul Aliyah, ia berkata, “Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat,
karena Nabi mengambilnya dari jibril Alaihisalam lima ayat-lima ayat”. 18
Kesimpulan dari beberapa uraian diatas bahwa pembelajaran atau
pembinaan baca tulis Al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca
dan menulis yang ditekankan pada upay;’a memahami informasi, tetapi
ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan
pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun
tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ini adalah
agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar
dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan
rapi, lancar dan benar.
Metode dalam Membaca Al-Qur’an
Metode merupakan jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan, metode sangatlah penting dalam pendidikan. Dalam
kenyataannya materi pendidikan tidak mungkin terlaksana secara efektif
dan efisien. Jika seorang guru tidak menggunakan metode yang dapat
membuat seorang siswa memahami dan mengerti apa yang disampaikan
oleh gurunya. Seorang guru harus memiliki metode efektif yang bisa
memotivasi siswa untuk mencintai, membaca dan menjaga Al-Qur’an,
sehingga dari kalangan pendidik tidak lagi mengeluh tentang anak-anak
atau siswa yang tidak menyukai atau meremehkan mengaji Al-Qur’an.
Sudah saatnya seorang guru memperkuat perlunya inovasi dalam
pembelajaran Al-Qur’an peserta didik. Hal ini tentu akan sangat
membantu seorang guru dalam proses belajar mengaji Al-Qur’an.
18
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), hlm. 238
37
Tujuannya untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an agar
siswa bebas dari buta huruf Al-Qur’an. Metode-metode yang dapat
digunakan yaitu:
Metode Iqro’.
Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca.Adapun buku panduan iqro’
terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap
sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode iqro’ ini dalam prakteknya
tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada
bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung
tanpa dieja artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.19
Tujuan dari pengajaran iqro’ adalah untuk menyiapkan anak didik
menjadi generasi yang qur’ani yaitu generasi yang mencintai Al-Qur’an,
komitmen dengan Al-Qur’an yang menjadikannya sebagai bacaan dan
pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan target operasionalnya adalah
sebagai berikut:
a) Dapat membaca dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmu tajwid.
b) Dapat melakukan sholat dengan baik dan terbiasa hidup dalam
suasana yang islami.
c) Hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do’a sehari-
hari
d) Dapat menulis huruf Al-Qur’an20
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang
memikat perhatian anak. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku
19
As’ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an Jilid 1-6
(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000), h. 20. 20
Ibid., h.14.
38
panduan ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan
petunjuk mengajarkan kepada siswa.21 Agar kegiatan belajar mengajar
iqro’ dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang
maksimal, maka harus memakai strategi dalam mengajar iqro’ dikenal
beberapa macam strategi:
a) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru sebagai penyimak saja,
jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh
pokok pelajaran. Belajar aktif tidak hanya dituntun gairah,
namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan
keragaman kecerdasan.22
b) Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara bergantian,
sedang bila secara klasikal, ada buku khusus “Iqro’ Klasikal”
yang dilengkapi peraga.
c) Asistensi. Setiap siswa yang lebih tinggi pelajarannya
diharapkan membantu menyimak siswa lain. Yaitu adanya
metode belajar yang baik adalah dengan mengajarkan kepada
orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta
didik dalam mengajarkan kepada teman sekelasnya.23
Mengajar adalah belajar. Jika guru berpandangan demikian
maka ia akan selalu berkembang dan makin mengusai disiplin
atau bidang studi yang diampu.24
d) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang pokok betul
membacanya.
e) Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam
saja, tetapi agar mengiyakan. Umpamanya dengan kata-kata:
bagus, betul, ya dan sebagainya.
21
Ibid., h. 21. 22
H.M. Budiyanto, Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Cara Cepat Membaca Al -
Qur’an(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 1995), h. 13. 23
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), h. 22. 24
M. Furqon Hidayatulloh, Guru Sejati Membangun Insan Yang Kuat dan Cerdas
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), h. 153.
39
f) Sekali huruf dibaca betul jangan diulangi lagi.
g) Bila siswa keliru baca huruf, cukup betulkan huruf yang keliru
saja.
Metode Qira’ati
Metode Qira’ati ditemukan oleh KH.Dachlan Salim Zarkasyi dari
Semarang. Jawa Tengah. Metode ini mulai disusun tahun 1963 dan
disebarkan sejak awal 1970-an. Sejarah penemuan dan penyusunan metode
Qiraati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha,
penelitian, pengamatan dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan
penuh ketekunan dan kesabaran Bapak KH. Dachlan Salim
Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis
pengajaran Al Qur’an di musholla-musholla, di masjid-masjid ataupun
pada majelis tadarus Al Qur’an. Dari hasil pengamatan dan penelitian ini
beliau mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan metode Qiraati,
dimana hal-hal yang dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan
dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta contoh-contohnya yang kemudian
diuji cobakan kepada anak didiknya. Sehingga dengan demikian
penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku sekali jadi
hasil “otak-atik akal”, melainkan dari hasil pengamatan, penelitian dan
percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak yang dinamis
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.
Sistem pengajaran metode qira’ati antara lain:
a) Bacaan langsung, Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan
tanpa dieja
b) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CBSA diartikan sebagai
sistem belajar mengajar yang menekankan pada siswa secara
fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil
belajar
40
c) Privat, Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru agar
dapat mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai
kaidah makhraj.
d) Modul, Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati
tergantung kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan
kemampuan kelas atau temannya.
e) Variatif25
Metode Bagdhadiyah (atau yang dikenal dengan Juz ‘Amma)
Metode Bagdhadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan
metode alif, ba’, ta’. Metode ini disebut juga dengan metode ”Eja”. Secara
didaktif materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit kepada yang
abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya
kepada materi yang terinci (khusus).28 huruf hijaiyah selalu ditampilkan
secara utuh dalam tiap belajar.Metode ini adalah metode yang paling lama
muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.Metode ini
berasal dari Baghdad Iraq masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah
dan dianggap sebagai metode tertua.
Sistem pengajaran metode bagdhadiyah antara lain:
a) Hafalan, Sebelum siswa diberi materi, terlebih dahulu harus
menghafal huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf dari
alif sampai ya’ ditambah dengan huruf hamzah dan lam alif.
b) Eja, Maksud dari eja yaitu, sebelum santri membaca per
kalimat terlebih dahulu membaca huruf secara eja, misalnya:
alif fathah a ba’ fathah bad an seterusnya.
25
https://qiraati.wordpress.com/sejarah-singkat-penemuan-metode-qiraati/, diakses 17 April 2019
41
c) Modul, Siswa yang lebih dahulu menguasai materi, dapat
melanjutkan kepada materi atau halaman berikutnya tanpa
harus menunggu siswa atau teman yang lain.
d) Tidak Variatif, Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa
jilid buku, melainkan hanya 1 jilid buku saja.
e) Pemberian contoh yang absolute, Seorang ustadz/ustadzah
dalam memberikan bimbingan, terlebih dahulu memberikan
contoh kemudian siswa mengikutinya, sehingga siswa tidak
diperlukan untuk bersikap aktif.26
SIMPULAN
Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an
pada siswa, maka disini para guru harus terus berusaha memotivasi para
siswa agar semangat dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an. Penanaman,
pelatihan, dan pembinaan pendidikan agama islam dalam hal ini
pendidikan atau pelajaran baca tulis Al-Qur’an bukan hanya tanggung
jawab seorang guru ngaji atau guru agama di sekolah saja, lebih dari itu
semua pihak berkewajiban untuk mewujudkan dan memajukan masyarakat
yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an. Memang di dalam
kurikulum tercantum bahwa pendidikan agama islam terdapat pada setiap
jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, pendidikan
agama tidak terabaikan.
Peran seorang guru dalam menyampaikan pelajaran guna
meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an perlu juga seorang guru
dapat memilih metode yang tepat dalam strategi belajar mengajar.Seiring
dengan kemajuan zaman sekarang ini, metode pengajaran berkembang
pesat dari yang sederhana sampai kepada yang lebih praktis, dari yang
rumit sampai kepada yang mudah dengan memakai waktu yang relatif
singkat. Diantara metode yang selama ini digunakan antara lain, metode
26
https://wahdah.or.id/metode-baca-tulis-alquran/, diakses 17 April 2019
42
iqra, dan lain-lain sebagainya. Maka para guru di Madrasah Tsanawiyah
ini, berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Al-Qur’an terhadap siswanya, salah satu langkah yang harus ditanamkan
kepada para siswanya adalah bagaimana caranya agar para siswa memiliki
kecintaan kepada Al-Qur’an dan mendorongnya untuk tekun belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar. 2005.
Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendikia. 2002.
Budiyanto, H.M. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Cara Cepat Membaca
Al-Qur’an. Yogyakarta: Team Tadarus AMM. 1995.
Djamarah, Syaiful Bahri.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta. 2015.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zan. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Rosdakarya 2006.
Firman, Harry. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Impereal Bhakti
Utama.1987.
Hidayatulloh, M. Furqon. Guru Sejati Membangun Insan Yang Kuat dan Cerdas.
Surakarta: Yuma Pustaka. 2009.
Muhaimin, M.A, Dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media.
1996.
Humam, As’ad. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an Jilid 1-6.
Yogyakarta: Team Tadarus AMM. 2000.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2003.
Nawawi, Imam. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
1999.
43
Parera, Jos D. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga. 1997.
Pridodgdo, A.b. Hasan Shaidily. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisius.
1990.
Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Indah. 1995.
Suralanga, Fadilah dkk. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta:
UIN Press. 2005.
Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani. 2008.
https://qiraati.wordpress.com/sejarah-singkat-penemuan-metode-qiraati/, diakses
17 April 2019