landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-2-01249-ar...
TRANSCRIPT
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Apartemen
Definisi Apartemen
Menurut Stein (1967), sebuah ruangan atau beberapa susunan dalam beberapa
jenis yang memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah
tinggal. Menurut Endy Marlina (2008: 86) dalam bukunya yang berjudul
Perancangan Bangunan Komersial mengatakan bahwa, apartemen adalah bangunan
yang membuat beberapa grup hunian, yang berupa rumah flat atau petak bertingkat
yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat
hunian dari keterbatasan lahan dengan harga yang terjangkau di perkotaan.
Menurut Neufert (1980), apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan
secara horizontal dan vertikal, agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan
mencakup bangunan bertingkat rendah atau bertingkat tinggi, dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
Tetapi Ciri-ciri umum bangunan apartemen, sebagai berikut :
- Memiliki jumlah lantai lebih dari satu
- Terdiri atas beberapa unit hunian dalam satu lantai
- Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur,
dapur dan kamar mandi
- Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen
- Sirkulasi vertikal berupa tangga atau lift, sedangkan sirkulasi horizontalnya
berupa koridor
12
- Setiap unit mendapatkan jendela yang menghadap ke luar bangunan
- Pada apartemen mewah, terdapa penambahan ruang-ruang seperti ruang
kerja, ruang tamu, foyer, ruang khusus pembantu, ruang rias, dll
2.1.2 Klasifikasi dan Jenis Apartemen
Klasifikasi Apartemen berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal,2007)
Apartemen terdiri atas :
1. High-rise Apartemen
Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai yang dilengkapi area
parkir bawah tanah, sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih
komples.
2. Mid-Rise Apartemen
Bangunan apartemen yang terdiri dari 7-10 lantai
3. Low-Rise Apartemen
Apartemen dengan ketinggian kurang dari 7 lantai dan penggunaan tangga sebagai
sirkulasi transportasi vertikal
4. Walked-Up Apartemen
Apartemen yang terdiri dari 3 sampai 6 lantai, terkadang memiliki lift. Apartemen ini
lebih disukai oleh keluarga besar dan biasanya 1 gedung apartemen hanya terdiri dari
2-3 unit apartemen.
5. Garden Apartemen
Bangunan Apartemen 2-4 lantai. Apartemen ini memiliki halaman dan taman
disekitar bangunan.
Berdasarkan buku Apartements:Their Design and Development (1967: 44-47),
Garden Apartemen juga termasuk dalam kategori Apartemen Low-Rise karena
memiliki ketinggian antara 2-4 lantai. Ciri-ciri lainnya adalah:
13
- Tiap unit hunian memiliki teras dan balkon tersendiri.
- Memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parkir yang dekat dengan
bangunan.
- Antara Massa Bangunan satu dengan bangunan lain terdapat ruang terbuka
yang cukup luas.
- Biasanya dibangun didaerah kepadatan rendah dan memiliki maksimal 30
keluarga per hektar.
Menurut Endy Marline (2008: 86), klasifikasi apartemen menurut jumlah kamarnya
adalah sebagai berikut :
1. Tipe Studio (18 m² - 45 m²)
Tipe ini mengutamakan efisiensi penggunaan ruang-ruang. Hanya tersedia ruangan
tanpa sekat.
2. Tipe dua ruang tidur (45 m²-90 m²)
Apartemen ini berkapasitas 3-4 orang, misalnya keluarga dengan satu atau dua anak.
Pada tipe ini biasanya ruang keluarga dan ruang makan dipisah.
3. Tipe tiga ruang tidur (54 m²-108 m²)
Apartemen ini berkapasitas 4-5 orang, misalnya keluarga besar dengan tiga anak atau
lebih.
Klasifikasi apartemen berdasarkan pelayanannya (Chiara, 1986), dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Apartemen Fully Service
Apartemen yang menyediakan layanan standar hotel bagi penghuninya, seperti
laundry, catering, kebersihan, dan sebagainya.
2. Apartemen Fully Furnished
14
Apartemen yang menyediakan furniture dalam unit apartemen.
3. Apartemen Fully Furnished and Fully Service
Gabungan kedua diatas.
4. Apartemen Building Only
Apartemen yang hanya menyediakan ruangannya saja.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori Tentang Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan
tersendiri karena banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami. Pada
kebanyakan iklim dan tipe bangunan, pencahayaan alami dapat menghemat
energi. Contohnya, gedung perkantoran khas di selatan California dapat menekan
pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen dengan menggunakan cahaya
alami.(Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001), Heating, Cooling, Lighting,
Design Methods for Architects)
Menurut Satwiko (2004) Cahaya alami merupakan cahaya yang
didapatkan dari sinar matahari secara langsung dari awal matahari terbit hingga
terbenam (Satwiko :2004). Pencahayaan adalah proses lengkap dalam mendesain
bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami secara maksimal. Hal itu meliputi
aktifitas berikut (Karlen, 2007 : 31) :
• Menempati bangunan, yaitu mengorientasikan bangunan untuk memperoleh
cahaya matahari secara optimal
• Pembentukan massa bangunan, menampilkan permukaan bangunan yang
secara optimum menghadap ke arah matahari.
15
• Memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang cukup
masuk ke dalam bangunan, dengan memperhitungkan siklus matahari, musim,
dan cuaca.
• Menambahkan peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti kerai
atau tirai, untuk memungkinkan penghuni bangunan untuk mengontrol cahaya
matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Tabel 2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan (SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan, 2001)
Sumber : SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan, 2001
16
2.2.2 Cahaya dan Terang Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001) Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari beberapa
sumber sinar matahari langsung, langit cerah , awan atau pantulan permukaan
bawah dan bangunan sekitarnya.
Cahaya dari masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah
dan panas yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya, seperti warna
,penyebaran dan penghematan.
2.2.3 Strategi Dasar Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
penting untuk menggunakan strategi pencahayaan alami untuk
mengumpulkan dan menyiapkan desain pencahayaan alami. Berikut adalah
beberapa strategi dasar pencahayaan alami :
• Orientasi
Banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi kearah selatan biasanya
merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami. Sisi selatan sebuah bangunan
mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepnajang hari dan tahun.
Tambahan sinar matahari ini akan sangat dinanti pada musiim dingin ketika efek
pemanasan memang diharapkan.
Gambar 2.1 Beberapa Sumber Cahaya Alami. Sumber : buku Lechner, Norbert. (2001)
17
• Bentuk
bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal dan vertical,
tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses terhadap cahaya
alami.
• Perencanaan Ruang
Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya ke
dalam ruangan.
• Warna
Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan lebih
banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti dalam
penyebaran cahaya.
• Gunakan bukaan terpisah
Bukaan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami. Gunakan jendela
tinggi, clerestory atau skylight untuk pencahayaan alami yang baik dan gunakan
jendela rendah untuk pemandangan.
2.2.4 Strategi Skylight Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Skylight adalah bukaan berlapis kaca horinzontal atau miring pada atap.
Dari bukaan tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak berbatas dan
akibatnya memancarkan iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar
matahari tidak diinginkan pada beberapa objek visual, masuknya sinar matahari
harus disebar dalam beberapa cara. Berikut ini beberpa strategi umum untuk
skylight :
18
• Skylight untuk keseragaman cahaya. Dengaan jendela skylight dapat
ditempatkan jauh dari parimeter.
• Jarak antara yang disarankan untuk skylight tanapa jendela sebagai
fungsi ukuran ketinggian langit-langit.
• Gunakan penyebaran bukaan untuk meningkatkan ukuran skylight.
Distribusi cahaya yang lebih baik dan sedikt silau dihasilkan ketika dinding
tenpat light well miring.
• Bukaan melengkung lebih baik dalam mendistribusikan cahaya dan juga lebih
sedikit silau disbanding dengan bukaan kotak.
• Tempatkan skylight didekat dinding. Letakkan skylight di depan dinding yang
menghadap utara untuk mendapatkan pencahyaan yang lebih merata dengan
silau yang lebh sedikit.
Gambar 2.2Ruangan yang Tinggi Sempit, Silau hanya Sedikit karena Sumber Cahaya yang Tinggi berada di luar Ruang Pandang.
Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
19
• Gunakan pemantul interior untuk menyebarkan sinar matahari. Skylight dapat
mengantarkan cahaya yang tersebar dan sangat seragam ketika di bawah
bukaan untuk memantulkan cahaya sampai plafon.
• Gunakan pelindung interior dan pemantul untuk memperbaiki keseimbangan
musim panas.
• Gunakan skylight dengan kemiringan curam untuk memperbaiki
keseimbangan musim panas.
• Gunakan skylight untuk efek dramatis.
2.2.5 Clesrestory, Monitor dan Serokan Cahaya Menurut Lechner,
Norbert. (2001)
Clesrestory, monitor dan serokan cahaya merupakan bagian ruang besar
yang diangkat ke atas atap utama untuk memasukan cahaya ke pusat ruang.
Beberapa strategi umum untuk clerestory, monitor, dan serokan cahaya antara
lain.
• Orientasi. Bukaan yang menghadap selatan mendapatkan cahaya paling
konstan sepanjang tahun.
• Pemebentukan ruang. Pembentukan ruang untuk tipikal clerestory. Gunakan
atap yang sangat memantulkan untuk memaksimalkan penyebaran cahaya
yang memasuki bangunan.
20
• Atap yang memantul. Gunakan atap berwarna putih atau terang untuk
memantulkan cahaya ke dalam clesetory di mana permukaan putih yang tidak
mengkilap akan menyebarkan cahaya.
• Penghalang penangkap matahari. Gunakan penghalang penangkap cahaya
matahari di luar cleretory utara. Pengahalang pengumpul matahari di luar
sebuah jendela di bagian utara akan mampu meningkatkan pencahayaan alami
di hari yang cerah.
Gambar 2.3 Tipe Jarak antara Cletesory Sebagai Sungsi dari Langit-langit.. Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya Clestory pada Sebuah Dinding Interior Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
21
• Pantulan cahaya kedinding interior.
• Penghalang penyebar. Gunakan penghalang penyebar sinar matahari pada
permukaan kerja.
2.2.6 Teknik Pencahayaan Alami Khusus Sumber Lechner, Norbert. (2001)
Berikut adalah strategi pencahayaan almi yang paling inovatif dan
berpotensi memiliki manfaat bagi masalah pencahayaan khusus :
• Lubang (shaft) cahaya. Lubang cahaya menjadi semakin tidak efisien sebagai
peningkatan rasio dlaam hingga lebar.Lubang/cerobong (shaft) cahaya dengan
permukaan pemantul yang baik membawa cahaya matahari melalui lantai dua
hingga galeri lantai dasar.
• Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersil
dengan pantulan permukaan dalam tinggi memancarkan 50 persen cahaya luar
melalui lantai atas.
• Serat optik dan pipa cahaya. Untuk mengumpulkan cahaya, maka serta optik
dan pipa cahaya lebih banyak digukan sebagai fenomena efisien total
pematulan cahaya.
• Sistem prismatik. Untuk mendapatkan kualitas cahaya yang masuk ke dalam
interior bangunan dari dinding jendela. Prisma kaca atau plastic dapat
ditempatkan di atas jendela untuk merefraksi cahaya ke plafon seperti light
shelves.
• Lantai kaca digunakan untuk memebiarkan cahaya masuk kedalam ruang
bawah tanah.
22
2.2.7 Strategi Dasar Pencapaian Pencahayaan Menurut “Sunlighting as
Formgiver For architecture” oleh William M.C Lam yaitu :
• Shading/Pembayangan
Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan selatan
dalam pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih efisien, serta
lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah tranmisi (low
transmission glass). Dikarenakan dengan menggunakan kaca rendah tranmisi
tidak dapt menghilangkan kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen
dari penerangan matahri dari kaca rendah transmisi terlalu besar. Orientasi ke
timur dan barat pembayangan yang permanen tidak dapat mengontrol silau
fajar dan saat senja.
• Redirection/Pengalihan Pencahayaan Alami
Penyebaran cahaya ditempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir kebutuhan
cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisein bila tidak
disebar atau didistribusikan dengan baik.
Gambar 2.5 Pembayangan dan kaca Transmisi Rendah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
23
• Framing Of View/Pengambilan penglihatan
Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak bagus
dengan memanfaatkan elemen bayangan yang besar atau kecil.
Memaksimalkan juga view kedalam/interior dengan menciptakan
pemandangan yang baik untuk dilihat.
2.2.8 Letak Sumber Cahaya Pada Jendela
Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari masuk ke
dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam fasade yang
membentuk komposisi tampak dan bukaan menjadi faktor penting untuk membuat
cahaya matahri masuk ke dalam bangunan, yaitu contohnya dengan jendela.
Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah dan tinggi. Orientasi
Gambar 2.6Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.7Optimalisasi View Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
24
sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit diasumsikan sama dengan kasus
ini.
• Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata
dapat mendistribusikan pantulan cahaya kedalam bangunan. Dengan
menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas dan langit-langit
akn terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan meminimalisir daerah depan
dengan memiringkan langit-langit kebawah menuju kepala jendela dan meletakan
jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus.
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut,
terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela rendah
yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan. Dengan
demikian unsure privasi merupakan masalah untuk penggunaan jendela rendah,
sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view dan cahaya
dibangunan rendah dengan jendela rendah.
Gambar 2.8Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
25
• Jendela Tinggi
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik saat langit
mendung, selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat privasi dan
keamanan yang baik dari jendela lainnya.Kerugian jendela tinggi adalah
pendistribusian cahayanya kurang menguntungkan untuk langit-langit dari
pantulan cahaya dari bawah tanah. Jendela tinggi memaksimalkan potensial silau
dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga kurang memuaskan.
Gambar 2.9Contoh Jendela Rendah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architecture (1986)
Gambar 2.10Contoh Jendela Tinggi Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
26
• Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal pendistribusian
cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi dalam pendistribusian
cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela tengah menghasilkan
pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya ni merupakan pilihan yang
cukup disukaih karena jendela ini menghasilkan view terbaik. Cahaya yang silau
dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah dapat diatasi dengan
memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah pandangan mata dari posisi
pekerjaan yang paling penting, tetapi belum memungkinkan mereka terlihat oleh
langit-langit.
2.2.9 Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya
Lightself merupakan Strategi memasukan secara tidak langsung dengan
pemantulan dengn acara membentuk dua kanoopi yang membantu pembayangan
pada bukaan tanpa menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang dapat diterapkan
pada bangunan adalah sebagai berikut :
• Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke dalam
bangunan jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.
Gambar 2.11Contoh Jendela Tengah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
27
• Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada bagian atas
jendela namun dibuat miring mururn unruk memantulkan cahaya keluar
bangunan. Bentuk lightselft yang seperti ini digunakan untuk ruangan yang
tidak membutuhkan banyak cahaya namun menginginkan bentuk dan besaran
bukaan yang sama pada fasade.
• Sama dengan point ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam, dengan
tjuan memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan besaran bukaan
yang sama pada fasade.
Gambar 2.12Contoh Kanopi horizontal Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.13 Contoh Teknik Lighselft Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
28
2.2.10 Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya
Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah
permukaan yang dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Point-point dalam
pemanfaatan langit-langit sebagai pantulan cahaya yaitu :
• Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini dapt
dilakukan dengan menaikkan langit-langit atau menurunkann sumber cahaya.
• Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya, supaya silau
cahaya matahari tidak masuk maka bentuk dan letak elemen pamantul perlu
diperhatikan agar tepat dipantulkan langit-langit.
Gambar 2.14Teknik Pemantulan Cahaya Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.15Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
29
• Mengoptimalkan efektif pantulan langit-langit. Menggunakan sistem
bangunan yang meminimalkan jumlah luas permukaan yang membentuk
rongga langit-langit. Langit-langit yang memiliki banyak area permukaan
justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan langit-langit sederhana dengan
luas permukaan yang lebih sedikit dapat mendistribusikan cahaya lebih
efisien.
2.2.11 Pertimbangan Cahaya Matahari dari Atas Bangunan
Bukaan adari atas bangunan lebih efisen menjangkau area gelap dalam
bangunan daripada bukaan dari badan bangunan, tetapi dapat menyebabkan panas
berlebih karena masuknya cahaya langsung. Hal tersebut dapat diatasi dengan
dibuat area-area pemantul pada dinding bangunan agar cahaya tidak masuk secara
langsung.
Gambar 2.16Pencahayaan dari Atas Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
30
Beberapa jenis bukaan atas yaitu :
• Atrium adalah bukaan atas pada bagian tengah ruangan atau bangunan yang
dibuka hingga atap.
• Court sebuah area terbuka ketas yang dikelilingi dinding bangunan.
• Lightcourt, sebuah area kosong untuk memaksimalkan cahaya pada bangunan
yang berdekatan.
• Litrium, sama seperti atrium namun bertujuan untuk memaksimalkan cahaya
pada bangunan yang berdekatan.
• Lightwell, bukaan atas untuk menyalurkan cahaya alami pada area yang
berdekatan dengan melewati satu atau beberapa lantai dalam bangunan.
• Pemberian elemen vertical untuk memantulkan cahaya kedalam bangunan.
2.3 Teori Tentang Matahari
Matahari merupakan Satu-satunya sumber cahaya alami yang
menghasilkan cahaya alami disertai energi cahaya dan energi panas. Energi
cahaya yang dihasilkan oleh sinar matahari akan berpengaruh pada kenyamanan
didalam visual dalam bangunan, sedangkan energi panas akan berpengaruh pada
kenyamanan termal. Tetapi dipaper ini tidak membahas kenyamanan termal. Sinar
matahari yang dipergunakan sebagai salat satu sumber cahaya didalam ruang, juga
sangat dipengaruhi oleh bidang salahsatu sumber cahaya didalam ruang, juga
sangat dipengaruhi oleh bisang edar / posisi dari sinar matahari itu sendiri.
Dengan rnengetahui secara pasti tentang gerakan atau bidang matahari, maka kita
mendapatkan gambaran secara utuh. Mengenai kedudukan matahari apabila
berada tepat diatas khatulistiwa pada bulan Maret dan September, di Utara
31
khatulistiwa pada bulan juni ataupun di Selatan khatulistiwa pada bulan
Desember.
Perubahan posisi matahari pada bumi disebabkan oleh perputaran bumi
mengelilingi matahari pada bidang orbitnya selama satu tahun dan perputaran
bumi pada sumbu rotasinya selama satu hari, sehingga kedudukan matahari yang
berubah-ubah akan sangat berpengaruh pada hasil pengukuran cahaya alami
dalam suatu ruangan. Sudut deklinasi terjadi karena sumber rotasi bumi
membentuk sudut 23,5obidang orbit, sudut ini bervariasi antara 23,5oSelatan
sampai 23,5oUtara.
Pada tanggal 21 Juni sudut delinasi sebesar 23,5o Utara dan matahari
berada pada titik terjauh disebelah Utara khatulistiwa. Pada tanggal 21 Desember
sudut deklinasi sebesar 23,5o Selatan atau merupakan sudut terjauh posisi
matahari disebelah Selatan khatulistiwa. Matahari tepat berada di atas khatulistiwa
pada tanggal 21 Maret dan 21 September.
Gambar 2.17 Orbit Bumi terhadap Matahari serta Perubahan Musim yangTterjadi
Sumber: Lechner (2001)
32
Berdasarkan dari Gambar 2.2 diatas, kita mendapatkan tanggal dan bulan
penting dimana matahari berada pada equator dan titik terjauh. Pada tanggal dan
bulan inilah yang kemudian akan dianalisis dengan Ecotect pada massa bangunan.
2.4 Fasade
Fasade atau facade (dalam bahasa inggris )berdasarkan etimologis memiliki
akar yang cukup panjang. facade berasal dari bahasa prancis, yaitu facade, yang
diambil dari bahasa italia facciata atau faccia. faccia sendiri
berasal dari bahasa latin facies, yang selanjutnya berkembang menjadi face
(bahasa inggris yang berarti wajah).dalam dunia arsitektur fasade bangunan berarti
wajah, bagian muka atau depan bangunan. fasade atau bagian tampak bangunan
adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan dari satu produk desain arsitektur, dan
bahkan merupakan bagian terpenting dari satu karya arsitektur, karena elemen
tampak inilah yang diapresiasi atau dilihat pertama kali.
Melalui fasade kita bisa mendapat gambaran tentang fungsi- fungsi
bangunan, selain itu fasade juga berfungsi sebagai alat perekam sejarah peradaban
manusia. dengan mengamati dan mempelajari desain fasade suatu bangunan, kita
Gambar 2.18 Pergerakan Matahari di Indonesia. Adaptasi dari teori Lechner (2001)
33
bisa mempelajari kondisi sosial budaya, kehidupan spiritual, bahkan keadaan
ekonomi dan politik pada masa tertentu.
Fasade masih tetap menjadi elemen arsitektur terpenting yang
mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasade juga
menyampaikan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun, fasade
mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa memberikan
kemungkinan dan kreativitas dalam ornamen dan dekorasi.
2.4.1 Komposisi Fasade
Komposisi fasade terdiri dari:
a. Jendela
b. Pintu
c. Dinding
d. Atap
e. Sun Shading
2.4.2 Elemen Fasade
a. Proporsi merupakan hubungan antar bagian dari suatu desain atau hubungan
antara bagian dengan keseluruhan.
b. Irama
Irama adalah pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang
yang terpola dengan interval yang beratur ataupun tidak teratur. Iramaterdiri dari
irama progresif, irama terbuka, dan irama tertutup.
c. Ornamen
Ornamen berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu bangunan yang
akhirnya akan menambah nilai finansial dari bangunan tersebut.
d. Bentuk
34
Dalam arsitektur, bentuk selalu dihubungkan dengan wujud, yaitu sisi luar
karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu.
e. Material
Material atau bahan adalah zat atau bnda dimana sesuatu dapat dibuat
darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu.
f. Warna
Warna dapat mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. Warna dapat berperan
untuk memperkuat bentuk dan memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa
manusia. Warna menentukan karakter. Warna dapat menciptakan suasana yang
kita harapkan.
g. Tekstur
Tekstur adalah pola struktur 3 (tiga) dimensi permukaan. Tekstur dapat
mempengaruhi berbagai kesan warna dan bahan atau material.
2.4.3 Pola Fasade
Pola fasade dikelompokkan dalam:
a. Fasade dengan pola dominasi garis murni
b. Fasade dengan pola permainan garis
c. Fasade dengan pola dominasi bidang
d. Fasade dengan pola permainan bidang
e. Fasade dengan dominasi permainan struktur
f. Fasade dengan penampilan ornamen estetika
2.4.4 Karakterstik Fasade
Tiga macam karakter penampilan yang bias diciptakan bagi sebuah bangunan:
a. Karakter netral
b. Karakter kuat menonjol
35
c. Karakter eksklusif
(Sumber : Jurnal. Utami, Indra Firmansyah Akbar, Prita Novia Haerani, Rizky
Despriansyah. Kajian Bentuk dan Bentuk Hotel Hilton Bandung. Institut
Teknologi Nasional, Bandung).
2.5 Pertimbangan Regulasi Perancangan dan Pencahayaan Alami
Persyaratan-persyaratan yang ada digunakan sebagai pertimbangan dan
perbandingan dengan pembahasan desain. Didalam sub-bab ini membahas
persyaratan kenyamanan tempat tinggal berdasarkan pertimbangan pencahayaan
dari peraturan SNI dan Greenship.
• II.4.1 SNI No. 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Untuk Rumah Dan Gedung
SNI ini berisi tentang tata cara perancangan dan persyaratan pencahayaan gedung
dengan dasar pencahayaan siang hari yang dianggap efektif. Selain itu, berisi
penentuan awal dalam perencanaan pencahayaan bangunan denganpenentuan data
langit dan tata cara simulasi. Pencahayan alami yang dimaksudkan adalah
pencahayaan alami yang sesuai dengan syarat kesehatan kenyamanan dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi, masih ada keterbatansan yaitu terbatas
pada bangunan yang sederhana. Beberapa parameter untuk perancanganbangunan
untuk partemen masih belum ada secara spesifik.
• SNI No.03-6197-200 : III Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Pada
Bangunan Gedung
• Berisi tentang persyaratan pencahayaan pada bangunan gedung yang
memuat konsep-konsep konservasi energi. Konsepnya adalah dengan
memanfaatkan pencahayaan siang hari dengan efektif maka penggunaan
36
penerangan buatan bisa di kurangi. Selain itu, pencahayaan yang efektif bisa
mengurangi pencahayaan yang berlebihan dan berimplikasi terhadap pengurangan
beban pendinginan. penggunaan Persyaratan pencahayaan siang hari berupa nilai
minimal sehingga sasaran hemat energi bisa tercapai. Pencayahaan terkait dengan
jumlah iluminasi didalam ruangan dengan satuan Lux.
Sebagai acuan akhir kenyaman dan kebutuhan minimal iluminasi di dalam
ruangan di pakai ukuran Lux. Nilainya dibedakan dengan kebutuhan aktivitas di
dalam ruangan. yang direkomendasikan di dalam SNI ini yaitu pada tabel
dibawah.
Fungsi ruangan
Tingkat Kelompok Temperatur warna
Pencahayaan Redenasi Warm Cool White Daylight
(Lux) Warna White 3300 K -
< 5300 K
< 3300 5300 K
Rumah tinggal : Teras 60 1 atau 2 * * Ruang Tamu 120~150 1 atau 2 * Ruang makan 120~250 1 atau 2 * Ruang kerja 120~250 1 * * Kamar Tidur 120~250 1 atau 2 * * Kamar mandi 250 1 atau 2 * * Dapur 250 1 atau 2 * *
Tabel 2.3Tingkat pencahayaan rata-rata
Sumber : SNI 03-6197-200 III Konservasi Energi SistemPencahayaan Bangunan Gedung
37
Ecotect
Proses simulasi dilakukan melalui Autodesk Ecotect dengan pertimbangan
software ini telah banyak diperggunakan dalam simulasi pencahayaan. Ecotect
merupakan software yang digunakan untuk menganalisa lingkungan terhadapsuatu
untuk bangunan untuk mengetahui simulasi kinerja bangunan tersebut, dengan
menghasilkan analisa dan visualisasi uang inci berdasarkan input lokasi, tanggal
dan waktu. Beberapa penggunaannya yaitu:
• Menghitung intensitas pencahayaan yang terjadi disuatu bangunan
• Menghitung energi yang digunakan dalam suatu bangunan
• Waktu simulasi dapat disimulasikan sepanjang tahun
• Visualisasi hasil simulasi dapat dilihat dalam bentuk grafik dan model 3
dimensi
• Memasukan data iklim yang telah dibuat sebelumnya
2.6 Studi Banding
Studi banding Apartemen yang dipilih untuk penelitian fasade
berdasarkan pertimbangan pencahyaan alami ini adalahapartemen golongan
menengah ke atas di Jakarta Selatan.Apartemen menengah ke atas di pilih sesuai
dengan pembahasan latar belakang sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
Menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono dalam
wawancaranya dengan Kompas.com, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi
agar hunian jangkung tersebut dilirik oleh kalangan atas :
• Lokasi Ini sangat menentukan harga jual dari apartemen itu sendiri. Semakin
elite lokasinya, akan semakin tinggi harga lahannya.
38
• Fasilitas yang lengkap dengan standar fasilitas yang tersedia di hotel mewah
bintang lima.
• Luasan unit apartemen. Jika dihitung bisa dua sampai tiga kali unit apartemen
menengah.
• Terbatasnya jumlah unit. Semakin sedikit unit-unit yang dilepas ke publik,
akan semakin eksklusif.
• Pengelola apartemen yang sekelas operator hotel bintang lima.
Inilah Beberapa daftar apartemen-apartemen yang termasuk menengah keatas :
40
Tabel 2.4 Studi Banding Apartemen Menengah ke atas
39
41
2.6.1 Studi Banding Apartemen Dengan Fasade Berdasarkan Pertimbangan
Pencahayaan Alami
• Apartemen Avana Jakarta
Proyek apartemen 16 lantai ini terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta
Selatan, sebuah lingkungan yang terkenalnya. Konsep awal dari proyek ini adalah
membuat sebuah apartemen dengan memiliki 8 lantai yang mempunyai balkon
unik. Apartemen terdiri dari 64 unit apartemen yang luasannya berkisar antara 180
meter persegi hingga 460 meter persegi (untuk penthouse).
Fasade apartemen ini cenderung transparan dengan perpaduan zonna
massa untuk mendapatkan pencahayaan alami. Bagian dari fasad bertekstur
material transparan menggunakan kaca reflektifagar mereduksi cahaya yang
berlebihan.
Sumber : Google Web dan Image
Gambar 2.19 Fasade Avana Apartemen Sumber : www.infoarsitek.com
40
41
Konsep internal-eksternal ruang ini pun terlihat lebih jelas di setiap unit di lantai
atas. Adanya double massing dipadukan dengan fasade yang transparan dan
adanya skylight yang menghasilkan kaya akan cahaya.
Untuk area unit didominasi penggunaan kaca transparan dan dipadu
dengan kanopi lekukan kedalam membentuk fasade mau mundur, sehingga
menghasilkan cahaya alami yang baik pada siang hari artinya sudut jatuhnya
cahaya matahari tidak langsung masuk kedalam ruangan.
Gambar 2.20 Area Unit Apartemen dan Fasade Bangunan Sumber : www.infoarsitek.com dan www.archdaily.com
42
• Apartemen Nirvana Jakarta
Apartemen Nirvana terletak didaerah Senopati Jakarta Selatan. Pendekatan
bentuk massa ini terdiri dari satu blok massa bangunan. Di setiap unit apartemen
dibangun mezanine, atau balkon. Menurut Arsiteknya bahwa "Hunian ini akan
menggunakan sistem kaca penuh, agar sinar matahari dapat langsung menerangi
dalam apartemen sehingga mengurangi beban pemakaian listrik pada siang hari.
Apartemen Senopati Suites berdiri di atas lahan seluas 4.700 m² dengan
ketinggian di atas 30 lantai. Apartemen ini memiliki luas bangunan sekitar 20.000
m² dengan jumlah hunian sebanyak 86 unit.
Apartemen dengan satu tower ini hanya terdiri atas empat unit per lantai.
Hingga lantai 10, perseroan membangun tipe kecil, sedangkan tipe besar berada di
atas lantai 10. Apartemen ini juga terdapat empat tipe Penthouse seluas 400 m²
tiap unitnya. Tipe Penthouse hanya terdapat dua unit dalam satu lantai.
Gambar 2.21Fasade Bangunan Nirvana Apartemen Sumber : www.skyscrapercity.com
43
Di sisi timur apartemen ini dibuat private skin panel, yakni Selain
berfungsi untuk mereduksi cahaya yang berlebihan dan juga panel yang membuat
penghuni apartemen ini hanya dapat melihat ke depan, tidak bisa melihat ke
bawah. Panel ini meliputi 80% dari sisi apartemen di bagian timur. Pada bagian
lainnya pemandangan apartemen tetap bisa dilihat seperti biasanya.
Gambar 2.22 Unit Apartemen Terhadap Pencahayaan Alami Sumber : www.skyscrapercity.com
Gambar 2.23Panel pada fasade dan Ruang Lobby dengan Bukaan Jendela Kaca yang Besar
Sumber : www.skyscrapercity.com
44
• Apartemen Audaciously
Oleh Arsitek Candalepas Associates, merancang sebuah apartemen yang
berlokasi Australia, Sidney. Si arsitek merancang fasade yang tanggap terhadap
pertimbangan pencahayaan alami. Perancangan dari sebuah bentukan sederhana
menjadikan apartemen tanggap cahaya alami sehingga tembus pandang masuk
kedalam ruangan.
Komposisi bentuk fasad condong turun menjadi potongan-potongan pada
atap seolah-olah terbelah berlapi-lapis menjorok keluar berfungsi untuk
pencahayaan alami masuk dalam ruangan yang minim cahaya.
Gambar 2.24Bentuk Fasad Apartemen Terhadap Cahaya Sumber : www.australiandesignreview.com
Gambar 2.25Tampak Depan Fasade dan Efek Fasade terhadap Cahaya pada Ruang Sumber : www.australiandesignreview.com
45
• Hotel Atlanta Marriot Marquis
Hotel bintang 4 yang terletak di Atlanta didalam nya terdapat kamar 1663
kamar dalam 52 lantai. Hotel ini terdapat atrium yang merupakan bukaan pada
bagian atas bangunan yang menghasilkan pencahayaan langsung yang
memberikan efek kualitas ruang yang megah untuk rata-rata lantai dibawahnya.
Gambar 2.26Fasade dan Gambar Potongan Terhadap Fasade Respon Pencahayaan Sumber : www.australiandesignreview.com
Gambar 2.27View dari Luar Bangunan Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : www.google.co.id
46
Pada gambar di atas merupakan gambar sebelum dan sesudah penggunaan
kisis-kisi pantul. Pembuatan atrium tanpa perhitungan yang pasti bisa
Gambar 2.28Cahaya Masuk dari Atas Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : www.google.co.id
Gambar 2.29Cahaya Masuk dari Atas Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : buku Sunlighting as Formgiver for Architecture (1986)
47
menyebabkan cahaya yang masuk hanya saat jam-jam tertentu dan dengan
penyinaran hingga area tertentu saja.
2.6.2 Studi Banding Apartemen dalam survei pencahayaan di Jakarta
Selatan
Peneliti mengambil survei beberapa apartemen. Waktu yang dilakukan
pada pukul 12.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, pengukuran menggunakan
luxmeter dengan meletakannya di beberapa titik ruangan dengan ketinggian 75 cm
asumsi ketinggian manusia dalam posisi duduk, berikut beberapa datanya:
NO Apartemen Nama Ruang dan Besar Ruang
1
Apartemen Mediterania. Berlokasi Jl. Tanjung Duren RayaTanjung Duren Selatan.Jakarta
1. Depan Lobby : 322
Lux
2. Dalam Lobby : 300
Lux
3. Ruang Lift : 50 Lux
Tabel 2.5HasilSurvei Pencahayaan Apartemen di Jakarta Selatan
48
4. Unit kamar apartemen : 550 Lux
5. Retail : 360 lux 6. Atm : 184 Lux 7. Belakang Lobby : 130
Lux
49
2
Apartemen Avana. Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan,
1. Longue : 350 Lux
2. Lobby : 410 Lux
3. Unit Apartemen : 340 Lux
4. Balkon : 630 Lux
50
3
Apartemen Senopati. Jl. Senopati Senayan Kebayoran Baru Jakarta Selatan DKI
Jakarta
1. Lobby : 20 – 209
Lux
2. Lounge : 80 Lux
3. Unit : 230-310
Lux
4. Lobby : 287 Lux
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
51
Hasil Kesimpulan Studi Banding Apartemen dalam survei pencahayaan di
Jakarta Selatan
Kesimpulannya yaitu, berdasarkan hasil survei bahwa beberapa ruangan
apartemen dan unit apartemen menggunakan cahaya buatan dan ada juga
memanfaatkan cahaya alami di siang hari. Pada apartemen yang masih
memanfaatkan cahaya buatan karena ruang tertutup dan tidak dipertimbangkan
untuk cahaya alami. Sedangkan apartemen yang memanfaatkan cahaya alami telah
menyesuaikan dengan desain fasadenya seperti hasil karya arsitek Aboday
apartemen avana dan senopati,. Pada apartemen yang kurang terhadap cahaya
alami dan gelap, serta tidak sesuai dengan stdandar intensitas pencahayaan SNI.
Banyak area yang kurang memadai terhadap pencahayaan alami, sehingga
akhirnya menyebabkan ruangan-ruangan gelap dan akhirnya diatasi dengan
pengguanaan cahaya buatan.
52
41