lamp iran
TRANSCRIPT
Stasiun 1
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : CERAH
LOKASI : SEBELAH BARAT BOTTOSOWA LOITOLOGI :BATU GAMPING
1. DATA SINGKAPAN
PADA STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN SEDIMEN
DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BUO BOTTOSOWA DENGAN
ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN
BATUAN SEDIMEN YANG INSITU.
2. DATA LITOLOGI
LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN
YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT KEHITAM-HITAMAN
DAN WARNA SEGAR COKELAT DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK
DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3).
BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN GAMPING.
3. DATA GEOMORFOLOGI
KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN 1 INI
ADALAH BERUPA DAERAH YANG TIDAK TERLALU TERJAL
DENGAN KONDISI LERENG KIRA-KIRA 45 DERAJAT.
4. DATA STRUKTUR
STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 1 INI
SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU GAMPING ITI
SENDIRI DENGAN KEDUDUKAN N2510E/180
Satasiun 2
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DESEMBER 2008 CUACA : HUJAN
LOKASI : SEBELAH UTARA BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATU PASIR
1. DATA SINGKAPAN
PADA STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN PASIR
DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BULU BOTTOSOWA DENGAN
ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN
BATUAN SEDIMEN YANG INSITU.
2. DATA LITOLOGI
LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN
YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT DAN WARNA SEGAR
COKELAT KEPUTIH-PUTIHAN DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK
DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3).
BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN PASIR.
3. DATA GEOMORFOLOGI
KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN INI
ADALAH BERUPA DAERAH YANG TERLALU TERJAL DENGAN
KONDISI LERENG KIRA-KIRA 80 DERAJAT.
4. DATA STRUKTUR
STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 2 INI
SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU DENGAN
KEDUDUKAN N60E/210
Satasiun 3
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DESEMBER 2008 CUACA : HUJAN
LOKASI : SEBELAH BARAT BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATU GAMPING
1. DATA SINGKAPAN
PADA STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN SEDIMEN
DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BUO BOTTOSOWA DENGAN
ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN
BATUAN SEDIMEN YANG INSITU.
2. DATA LITOLOGI
LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN
YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT DAN WARNA SEGAR
COKELAT KEPUTIH-PUTIHAN DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK
DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3).
BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN PASIR.
3. DATA GEOMORFOLOGI
KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN 3 INI
ADALAH BERUPA DAERAH YANG TIDAK TERLALU TERJAL
DENGAN KONDISI LERENG KIRA-KIRA 50 DERAJAT.
4. DATA STRUKTUR
STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 3 INI
SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU GAMPING.
Adapun deskripsi fosil dari hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B.BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Septa
3. Aperture
4. Test
No. Urut : 1
No. Stasiun : I, III
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Turritellanidae
Genus : Turritella
Spesies : Turritella sp.
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conical
Umur : Eosen Tengah
Keterangan :
Fosil ini adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati yaitu berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong
dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family
Turritellanidae, genus Turritella, dan spesies Turritella sp. Serta memilki bentuk
conica yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan
bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga
dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini
adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan
pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu
daerah, sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau, dengan fosiltersebut
kita dapat mengetahui keadaan iklim yang berlangsun pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : HUJAN DAN CERAH LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Umbo
3. Aperture
4. Oral Disk
5. Test
No. Urut : 2
No. Stasiun : III
Phylum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Rugosa
Family : Porpitesidae
Genus : Porpites
Spesies : Porpites sp.
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Discoidal
Umur : Silur Tengah (kurang lebih dari 423-435 Juta Tahun yang
Lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, aperture yaitu berupa garis tumbuh, oral disk yaitu mulut anus, dan test
atau bagian keseluruhan dari fosil . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini
tergolong dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Rugosa, family
Porpitesidae, genus Porpites, dan spesies Porpites sp. Serta memilki bentuk
Discoidal yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan pada organism ini dimulai dari organisme mati yang
kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin,
dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini
akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu
akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada
tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada
pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal
yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus
lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja,
sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching
yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh
mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral
tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi)
yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Silur Tengah atau sekitar 423-435 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah sebagai brikut : sebagai bukti adanya kehidupan pada
masa lampau, dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang
berlangsung pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : CERAH LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Hipostema
2. Enteron
3. Calix
4. Test
No. Urut : 3
No. Stasiun : I, II, III
Phylum : Coelenterata
Kelas : Zoontaria
Ordo : Rugosa
Family : Turbinolianidae
Genus : Turbinolia
Spesies : Turbinolia sp.
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conical
Umur : Devon Tengah (kurang lebih 360-370 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
hipostema yaitu tempat tertambatnya, enteron yaitu sekat atau ruas, dan calyx
yaitu kamar yang beada diantara enteron. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka
fosil ini tergolong dalam filum Coelenterata, kelas Zoontaria, ordo Rugosa, family
Turbinolianidae, genus Turbinolia, dan spesies Turbinolia sp. Serta memilki
bentuk conica yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah atau sekitar 360-370 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut; sebagai bukti adanya kehidupan pada
maasalampau, dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang a
berlangsung pada masa lampau, untuk menentukan umur rlatif suatu batuan,
menentukan maslingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1 .Spive
2. Septa
3. Suture
4. Aperture
5 Test
No. Urut : 4
No. Stasiun : II, III
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Cheliconusnidae
Genus : Cheliconus
Spesies : Cheliconus sp.
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conical
Umur : Eosen Tengah (kurang lebih 44-50 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong
dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family
Cheliconusidae, genus Cheliconus, dan spesies Cheliconus sp Serta memilki
bentuk conical yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta
Tahun yang lalu. Setelah dtetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti adanya kehidupan pada
masa lampau, d untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan
lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan
geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan
iklim yang berlangsung pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Growth line
2. Suture
3. Aperture
4. Septa
5. Beak
6. Test
No. Urut : 5
No. Stasiun : I, III
Phylum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Myoida
Family : Medialusidae
Genus : Medialus
Spesies : Medialus sp.
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conveks
Umur : Eosen Tengah (kurang lebih 44-50 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh, groeth line yaitu garis tumbuh dan beak yaitu Tonjolan yang
terdapat pada bagian beakang . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini
tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Myodia, family
Medialusidae, genus Medialus, dan spesies Medialus sp. Serta memilki bentuk
conveks yaitu menyerupai mangkok.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Selain itu fosil ini juga berfungsi sebagai
bukti adanya kehidupan pada masa lampau. Dan melalui fosil tersebut kita dapat
mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Septa
3. Aperture
4. Growth line
5. Test
No. Urut : 6
No. Stasiun : III
Phylum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Veneroida
Family : Trigonianidae
Genus : Trigonia
Spesies : Trigonia sp
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conical
Umur : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa titik tumbuh dan growth line yaitu garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri
fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo
veneroida, family Trigonianidae, genus Trigonia, dan spesies Trigonia sp. Serta
memilki bentuk conical yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Selai itu fosil ini juga berfungsi sebagai
bukti adanya kehidupan pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Septa
3. Aperture
4. Umbo
5. Valve
6. Growth line
No. Urut : 7
No. Stasiun : III
Phylum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Myodia
Family : Poropeanidae
Genus : Poropea
Spesies : Poropea sp
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conveks
Umur : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh, umbo yaitu tempat keluarnya sisa sisa makanan, growth line
yaitu garis tumbuh dan valve yaitu bagian keras yang berfungsi sebagai penutup
dan pelindung dari faktorluar. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini
tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelcyoda, ordo Myodia, family
Poropeanidae, genus Poropea, dan spesies Poropea sp. Serta memilki bentuk
conveks yaitu menyerupai mangkok..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengahatau sekitar 44-50 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Selain itu dengan fosil ini kta dapat
mengetahui keadaan iklim pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Septa
3. Aperture
4. Spin
5. Test
No. Urut : 8
No. Stasiun : I, II, III
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Destila
Spesies : Destila sp
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Conical
Umur : Trias (sekitar 215-230 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh, spin fosil yaitu ornament berupa duri dan test yaitu bagian
keseluruhan dar. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam
filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family Destilanidae,
genus Destila, dan spesies Destila sp. Serta memilki bentuk conicl yaitu berpusat
pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Trias atau sekitar 215-230 Juta Tahun yang
lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan
bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga
dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini
adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan
pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu
daerah. Selain itu fosil ini berfungsi sebagai bukti adanya kehidupan pada masa
lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Pori/ Ostia
2. Test
3. Oskulum
No. Urut : 9
No. Stasiun : II, III
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Monaxonida
Family : Favositesidae
Genus : Favosites
Spesies : Favosites sp
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Globular
Umur : Eosen Tengah (50-44 juta tahun lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
Pori yaitu tempat keluar masuknya air , Tempat keluarnya air Test yaitu bagian
keseluruhan dari fosil.. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong
dalam filum Porifera, kelas Demospongia, ordo Monaxnida, family Favositesiae,
genus Favosites , dan spesies Favosites sp. Serta memilki bentuk globular yaitu
menyerupai bola namaun pada fosil ini telah megalami rombakan.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah Setelah ditetesi HCl fosil ini
bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil
ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada
saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif
suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom,
dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Sebagai bukti adanya kehidupan
pada masa lampau.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.
FIELD TRIP PALEONTOLOGI
HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI: BATUAN GAMPING
KETERANGAN :
1. Suture
2. Septa
3. Aperture
4. Umbo
5. Test
No. Urut : 10
No. Stasiun : II,III
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Viviparusidae
Genus : Viviparus
Spesies : Viviparus sp.
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Komposisi Kimia : Karbonat (CaCO3)
Bentuk : Spherical
Umur : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu)
Keterangan :
Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa
suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang
lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu
berupa garis tumbuh umbo, yaitu tempat keluarnya sisa makanan dan test yaitu
bagian keseluruhan dari organisme . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini
tergolong dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family
Viviparusidae, genus Viviarus, dan spesies Viviparus sp. Serta memilki bentuk
spherical yaitu berpusat pada satu titik..
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian
tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain
yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan
terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada
daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang
mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga
mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral
yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut
menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang
dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga
terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik,
tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi
mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke
permukaan.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara
relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta
Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat
diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal.
Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun
fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah.
Referensi :
Sap Praktikum Paleontology
Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi
Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.