lakip kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif 2012.pdf
TRANSCRIPT
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KATA PENGANTAR
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
i
i
Kata Pengantar
engan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penjelasan mengenai keberhasilan dan/atau kegagalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pencapaian tujuan dan sasaran selama
Tahun Anggaran 2012, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 – 2014.
Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sektor pembangunan yang saling terkait dan merupakan kombinasi sektor yang saling menguatkan satu sama lain. Pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan inisiatif baru pada bidang pembangunan ekonomi.
Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh kontribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional.
Pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan devisa negara dengan mengupayakan peningkatan jumlah wisman dan peningkatan rata-rata pengeluaran wisman di Indonesia. Jumlah kunjungan wisman pada tahun 2012 sebanyak 8,04 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16% apabila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2011 sebanyak 7,64 juta kunjungan wisman. Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2012 sebesar US$ 1.133,81 atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,39% apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada tahun 2011 sebesar US$ 1.118,26. Peningkatan jumlah wisman dan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan akan meningkatkan devisa yang akan diperoleh oleh negara, yaitu total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2012 sebesar US$ 9.120,85 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% apabila dibandingkan dengan total penerimaan devisa dari wisman pada tahun 2011 sebesar US$ 8.554,39 juta. Pada tahun
D
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
ii
ii
2012 perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3,48% dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700 ribu rupiah.
Pembangunan ekonomi kreatif difokuskan pada beberapa subsektor yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu: (1) ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah seni dan budaya; dan (2) ekonomi kreatif berbasis desain, media, dan iptek., yaitu subsektor industri kreatif yang memiliki substansi dominan adalah desain, media, dan iptek . Selain itu sektor kuliner juga menjadi sektor utama untuk dikembangkan yang saat ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event.
Keberhasilan yang telah dicapai ini bukan hanya milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tetapi keberhasilan kita semua. Pada kesempatan ini, ijinkan kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membangun dan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja.
Jakarta, Maret 2013
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Sekretaris Jenderal
Drs. Ukus Kuswara, M.M.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
DAFTAR ISI
LAK — KEMENPAREKRAF 2012
iii
iii
Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 12
A. LATAR BELAKANG ………………………………………….. 12
B. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF ....………………………………………. 15
C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR …………………………………………….. 15
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA …………… 17
A. RENCANA STRATEGIS ……………………………………... 17
B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA …………………….. 25
C. ANGGARAN 2012.............…………………………………… 31
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………. 34
A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA 2012……………………….. 34
B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2012 ..………………. 41
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 179 LAMPIRAN
DAFTAR ISI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
IKHTISAR EKSEKUTIF
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 1
Ikhtisar Eksekutif
Sesuai dengan rentang waktu Rencana Strategis 2010 – 2014, maka Laporan
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 ini
merupakan Laporan Akuntabilitas Kinerja yang pertama yang menyajikan
perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana Kinerja
(Performance Plan) dan informasi akuntabilitas kinerja selama Tahun 2012.
Bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas
Kinerja memiliki dua fungsi utama. Pertama, merupakan sarana untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para pemangku
kepentingan (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/industri
kebudayaan dan pariwisata). Kedua, merupakan sumber informasi untuk perbaikan
dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini
memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
Tahun 2012 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna internal dan eksternal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini secara garis besar berisikan informasi
mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja yang akan dicapai selama 2 tahun
dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Rencana Kinerja (Performance Plan) 2012
dan Penetapan Kinerja 2012 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun
2012 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis 2012 – 2014 Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sementara itu, capaian kinerja (Performance
Results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2012 yang
memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja
2012.
Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2012 menunjukkan bahwa
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memenuhi Sasaran Strategis yang
ditargetkan. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah
ditetapkan adalah sebagai berikut :
IKHTISAR EKSEKUTIF
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 2
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
1. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB)
nasional
Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional
(persentase)
4,15 3,90 93,98
2. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap kualitas dan
kuantitas tenaga kerja
nasional
1. Jumlah tenaga kerja
langsung, tidak
langsung, dan ikutan
sektor pariwisata (juta
orang)
8,03 9,77 122
2. Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
penyerapan tenaga
kerja nasional
(persentase)
7,00 8,81 126
3. Produktivitas tenaga
kerja langsung, tidak
langsung, dan ikutan
sektor pariwisata (Rp
juta/TK/tahun)
12,66 34,60 273,3
3. Meningkatnya
investasi di sektor
pariwisata
Kontribusi investasi sektor
pariwisata terhadap total
investasi nasional
(Persentase)
4,43 3,97 89,6
4. Meningkatnya devisa
dan pengeluaran
wisatawan di
Indonesia
1. Jumlah penerimaan
devisa wisatawan
mancanegara (US$
miliar)
8,96 9,12 101,7
2. Jumlah pengeluaran
wisatawan nusantara
(Rp triliun)
171,50 171,50 100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 3
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
3. Jumlah pengeluaran
per wisatawan
mancanegara per
kunjungan (US$)
1.101 1.133,81 103,07
4. Jumlah pengeluaran
per wisatawan
nusantara per
kunjungan (Rp ribu)
700 700 100
5. Meningkatnya
kuantitas wisatawan
mancanegara ke
Indonesia dan
wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8 8,04 101,5
2. Jumlah perjalanan
wisatawan nusantara
(Juta perjalanan)
245 245 100
6. Meningkatnya citra
kepariwisataan
Indonesia
1. Daya saing
kepariwisataan
Indonesia (Nilai)
4,04 4,03 99,7
2. Jumlah lokasi Kawasan
Strategis Nasional
(KSPN) yang difasilitasi
untuk meningkatkan
kualitas tata kelola
destinasi (Destination
Management
Organization (DMO))
(Lokasi)
15 15 100
7. Terciptanya
diversifikasi destinasi
pariwisata
1. Jumlah lokasi daya
tarik di Destinasi
Pariwisata Nasional
(DPN) yang
dikembangkan
menjadi destinasi
pariwisata (Daerah)
29 29 100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 4
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
2. Jumlah desa yang
difasilitasi untuk
dikembangkan
sebagai desa wisata
(Desa)
978 978 100
3. Jumlah pola
perjalanan yang
dikembangkan (Pola)
13 17 130
8. Terciptanya
pemasaran pariwisata
yang efektif dan
efisien
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))
63,5 53,35 115,98
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13 13 100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474 496,29 104,70
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848 2.390 129
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line
(x)
n/a n/a
9. Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB)
ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif
terhadap PDB nasional
(Persentase)
7,29
4,68
(EKMDI)
2,5
(EKSB)
6,908
3,468
(EKMDI)
3,44
(EKSB)
94,76
74,10
(EKMDI)
137,6
(EKSB)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 5
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
10. Meningkatnya
kualitas dan kuantitas
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
1. Tingkat partisipasi
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
(Persentase)
8,25
5,41
(EKMDI)
2,81
(EKSB)
6,34
-
(EKMDI)
6,34
(EKSB)
76,85
-
(EKMDI)
225,62
(EKSB)
2. Pertumbuhan
produktivitas tenaga
kerja sektor ekonomi
kreatif (Persentase)
3,08
2
(EKMDI)
2,97
(EKSB)
2,6
1,18
(EKMDI)
1,42
(EKSB)
84,42
59
(EKMDI)
47,81
(EKSB)
11. Meningkatnya unit
usaha sektor ekonomi
kreatif
Kontribusi unit usaha di
sektor ekonomi kreatif
terhadap unit usaha
nasional (Persentase)
7,28
4,53
(EKMDI)
2,65
(EKSB)
9,81
2,29
(EKMDI)
7,52
(EKSB)
134,75
48,56
(EKMDI)
283,77
(EKSB)
12. Meningkatnya
konsumsi produk dan
jasa kreatif lokal oleh
masyarakat Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
peningkatan akses
pasar (Orang)
1.193
77
(EKMDI)
1.116
(EKSB)
2.13
51
(EKMDI)
1.962
(EKSB)
168,73
66,23
(EKMDI)
175,81
(EKSB)
2. Pertumbuhan
konsumsi karya kreatif
lokal di dalam negeri
(Persentase)
9,26
9
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
7,65
.......
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
82,61
......
(EKMDI)
100
(EKSB)
13. Meningkatnya
pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
(Persentase)
Base Line
(x)
- -
14. Terciptanya ruang
publik bagi
masyarakat
Jumlah pengembangan
zona kreatif di Indonesia
(Zona)
3 4 133,33
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 6
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
15. Meningkatnya
kualitas dan kuantitas
lulusan pendidikan
tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan
tinggi kepariwisataan yang
terserap di pasar kerja
(Orang)
1.383 1.216 87,9
16. Meningkatnya
profesionalisme
pelaku sektor
pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah standar
kompetensi sektor
pariwisata dan
ekonomi kreatif
(Naskah SKKNI)
10 6
60
2. Jumlah tenaga kerja
pariwisata dan
ekonomi kreatif yang
disertifikasi (Orang)
15.000 21.500 143,3
17. Meningkatnya
kualitas penelitian
dan kajian bidang
pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan
di sektor pariwisata
(Kajian)
10 9 90
2. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan
di sektor ekonomi
kreatif (Kajian)
10 5 50
18. Meningkatnya
kualitas konten dan
jejaring pelaku di
sektor ekonomi
kreatif
1. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
peningkatan
kemampuan kreasi
dan produksi (orang)
3.918
2.934
(EKSB)
984
(EKMDI)
2.703
2.230
(EKSB)
473
(EKMDI)
68,99
76,01
(EKSB)
48,07
(EKMDI)
2. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
penguatan jejaring
(orang)
2.594
2.278
(EKSB)
316
(EKMDI)
3.634
2.398
(EKSB)
1.236
(EKMDI)
140,09
105,27
(EKSB)
391,14
(EKMDI)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 7
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
19. Meningkatnya
kualitas pengelolaan
keuangan
Opini keuangan
Kemenparekraf
(Peringkat)
WTP Masih
dalam
proses
pemeriksa
an BPK
-
20. Meningkatnya
kualitas pelaksanaan
Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP
Kemenparekraf (Predikat)
B B 100
21. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance
(QA) Reformasi Birokrasi
(Nilai)
40 48 120
22. Meningkatnya
kualitas Sumber Daya
Manusia
Kemenparekraf
1. Jumlah SDM
Kemenparekraf yang
difasilitasi untuk
meneruskan
pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
(Orang)
9 9 100
2. Jumlah SDM
Kemenparekraf yang
difasililtasi untuk
mengikuti diklat
manajemen dan
teknis (Orang)
636 604 94,96
23. Meningkatnya
kuantitas Sumber
Daya Manusia
Kemenparekraf
Jumlah penambahan SDM
Kemenparekraf yang akan
mengembangkan
pariwisata dan ekonomi
kreatif (orang)
134 130 97,01
Jumlah Anggaran Tahun 2012 ....................... Rp. 2.729.524.002.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ....... Rp. 2.228.428.536.652,-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 8
Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran
Strategis. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (Lima)
program dengan anggaran biaya Rp 2.729.524.002.000,00,-. Secara keseluruhan
dapat diinformasikan bahwa, hasil capaian kinerja Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata selama tahun 2012 telah memenuhi 23 (Dua Puluh Tiga) Sasaran
Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu
Mengembangkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat diwujudkan.
Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber
daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang
ditetapkan dalam Renstra 2012 – 2014 dan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012,
serta pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan pariwisata dan
ekonomi kreatif menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.
Sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2012 kami
merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang
akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan
Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi yang baik di antara unit-unit organisasi terkait yang berada
dalam lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, instansi
pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan
dibidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini
secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian
kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan.
Melakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari
indikator kinerja setiap sasaran strategis dikaitkan dengan Tujuan yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 –
2014. Perencanaan kinerja tahun 2012 merupakan perencanaan tahunan yang
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 9
pertama dari rentang waktu periode Renstra 2012 - 2014, yang nantinya dalam
laporan akuntabilitas kinerja tahun 2012 akan diinformasikan persentase pencapaian
Tujuan organisasi tersebut.
A. Capaian RPJMN 2012 – 2014
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012
merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014
merupakan pelaksanaan Visi dan Misi Presiden terpilih. Dokumen RPJMN 2010 –
2014 memuat Strategi Pembangunan Nasional, Kebijakan Umum, Prioritas
Nasional, dan Program serta Kegiatan Pembangunan yang dilaksanakan oleh K/L.
Seperti diamanatkan oleh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Kementerian
Pariwisata perlu melakukan evaluasi atas capaian pelaksanaan RPJMN 2010 –
2014 sampai dengan Tahun 2012.
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
1. Meningkatnya
jumlah desa wisata
melalui PNMPN
bidang pariwista
Jumlah desa wisata 978 978 100
2. Meningkatnya
jumlah wisatawan
mancanegara dan
wisatawan
nusantara sebesar
20% secara
bertahap dalam 5
tahun
1. Jumlah
wisatawan
mancanegara
8 juta orang 8,04 juta
orang
100,5
2. Jumlah
pergerakan
wisatawan
nusantara
245.000.000 245.000.000 100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 10
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
3. Terlaksananya
promosi 10 tujuan
pariwisata
Indonesia melalui
saluran pemasaran
dan pengiklanan
yang kreatif dan
efektif
1. Partisipasi pada
bursa pariwisata
internasional,
pelaksanaan misi
penjualan (sales
mission), dan
pendukungan
penyelenggaraan
festival
76 event 126 event 165,79
2. Penyelenggaraan
perwakilan
promosi
pariwisata
Indonensia
(Indonesia
Tourism
Promotion
Representative
Officers) di luar
negeri
13 kota 13 kota 100
3. Penyelenggaraan
promosi langsung
(direct
promotion), dan
penyelenggaraan
event pariwisata
berskala nasional
dan internasional
67 event 67 event 100
4. Meningkatnya
kualitas jaringan
prasarana dan
sarana pendukung
pariwisata
Jumlah dukungan
fasilitas pariwisata
29 lokasi 29 lokasi 100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 11
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
5. Meningkatnya
kapasistas
pemerintah dan
pemangku
kepentingan
pariwista lokal
untuk mencapai
tingkat mutu
pelayanan dan
hospitality
management yang
kompetitif di
kawasan Asia
1. Jumlah tenaga
kerja yang
memiliki
sertifikasi tenaga
kerja bidang
pariwisata
15.000
Orang
21.500
Orang
143,3
2. Jumlah sumber
daya yang dilatih
di bidang
kebudayaan dan
kepariwisataan
1.175
Orang
1.045
Orang
88,9
3. Jumlah lulusan
pendidikan
pariwisata di 4
UPT pendidikan
tinggi pariwisata
1.383
Orang
1.216
Orang
87,9
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB I PENDAHULUAN
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 12
A. Latar Belakang
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi telah terbentuk
pada tanggal 21 Desember 2011 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis global dan berbagai
arah kebijakan pembangunan nasional bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,
serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, dan Instruksi
Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, maka
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan
kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Pengembangan kepariwisataan akan difokuskan kepada 7 minat khusus,
yaitu: (1) wisata budaya dan sejarah; (2) wisata alam dan ekowisata; (3) wisata
olah raga rekreasi meliputi: menyelam, selancar, kapal layar, treking dan
mendaki, golf, bersepeda, dan maraton; (4) wisata kapal pesiar; (5) wisata kuliner
dan belanja; (6) wisata kesehatan dan kebugaran; dan (7) wisata konvensi,
insentif, pameran dan even.
Berbeda dengan sektor kepariwisataan, ekonomi kreatif merupakan sektor
baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat Kementerian.
Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di
tingkat Kementerian tetapi tersebar di beberapa Kementerian yang terkait.
Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga di tingkat Kementerian oleh
pemerintah, disebabkan oleh karena sektor ekonomi kreatif memiliki nilai
strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan
iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan
BAB I PENDAHULUAN
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 13
sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan
dampak sosial yang positif.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan di daerah-daerah sehingga
koordinasi dan kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus
didorong pada tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan
berkeadilan.
Pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan kepada penguatan pasar
domestik dan inisiasi pengembangan pasar luar negeri dengan fokus
pengembangan pada 5 aspek pengembangan ekonomi kreatif, meliputi: (1)
pengembangan sumber daya dan teknologi; (2) pengembangan industri kreatif;
(3) peningkatan peningkatan akses pembiayaan bagi pelaku kreatif; (4)
peningkatan akses pasar bagi pelaku kreatif; dan (5) penguatan institusi yang
terkait dengan ekonomi kreatif.
Pengembangan ekonomi kreatif nasional tidak dapat dilepaskan dari
peran serta ekonomi kreatif di daerah. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi
kreatif daerah penting untuk dipahami sehingga dapat mempercepat
pengembangan ekonomi di daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama
dengan Pemda. Model kerjasama sangat bergantung pada tingkat kematangan
atau kemajuan ekonomi kreatif di daerah, sementara sektor yang akan
dikembangkan bergantung pada prioritas sektor ekonomi kreatif daerah.
Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif,
Kemenparekraf berperan sebagai penggerak utama yaitu sebagai katalisator,
advokator, regulator, koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan
sekaligus sebagai konsumen, yang akan senantiasa menjaga keseimbangan
aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta lingkungan.
Kontribusi Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional di
tahun 2011 sebesar Rp. 296,97 triliun, 4,00% dari PDB nasional. Penciptaan
PDB di sektor pariwisata terjadi melalui pengeluaran wisatawan nusantara,
anggaran pariwisata pemerintah, pengeluaran wisatawan mancanegara, dan
investasi pada usaha pariwisata yang meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 14
Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan
wisata; (5) Jasa makanan dan minuman; (6) Penyediaan akomodasi; (7)
Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensidan pameran; (9) Jasa informasi
pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata
tirta; dan (13) Spa. Di tahun yang sama ekonomi kreatif menciptakan nilai
tambah sebesar Rp. 524,91 triliun, 7,06% dari PDB nasional, melalui 14
subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan
Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang
Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan
Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi
kreatif ini belum memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi
tinggi. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam
menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2011, dampak kepariwisataan terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja
nasional. Di tahun yang sama, ekonomi kreatif menyerap 11,66 juta tenaga kerja,
10,63% dari total nasional. Strategi pro-poor dan pro-job sangat sesuai pada
kedua sektor.
Sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif juga merupakan pencipta
devisa yang tinggi. Tahun 2012 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar
US$ 9,12 miliar, meningkat dari US$ 8,55 miliar di tahun 2011. Peningkatan
penerimaan devisa di tahun 2012 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah
wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta di
tahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari
US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun 2012. Dengan kata
lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan
kualitas. Sementara itu, sektor ekonomi menyumbang ekspor yang jauh lebih
tinggi dari nilai impornya. Ekonomi kreatif menciptakan devisa melalui kontribusi
net trade, mencapai 6,91% dari total nasional, atau senilai Rp 115 triliun di tahun
2012 (Sumber BPS: angka sangat-sangat sementara).
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 15
B. Gambaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.07/HK.001/ MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang
barada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai
tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif memiliki tugas sebagai berikut:
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif;
2. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
3. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah;
5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibantu oleh 12 orang Eselon 1
yang terdiri atas Wakil Menteri, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, 4 orang
Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.
C. Peran dan Fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Dalam Pembangunan Lintas Sektor
Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringannya,
meliputi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pemerintah daerah,
swasta, dan masyarakat. Permasalahan yang timbul pada kelembagaan
kepariwisataan adalah koordinasi yang lemah antara antar pemerintah pusat
mengenai integrasi regulasi. Hal ini menyebabkan kebijakan yang tidak sinkron
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 16
dan harmonis, misalnya kebijakan peningkatan kedatangan wisman pasar Eropa
tidak diikuti dengan kebijakan imigrasi untuk memudahkan perolehan visa
Indonesia oleh warga negara Eropa.
Koordinasi kelembagaan tersebut juga perlu dilakukan dalam rangka
mengintegrasikan pemanfaatan investasi kepariwisataan. Dalam memanfaatkan
investasi, Kementerian perlu melibatkan koordinasi pemerintah lintas sektoral,
pemerintah daerah, perbankan, serta sektor swasta yang terlibat dalam
pembangunan infrastruktur kepariwisataan.
Peningkatan koordinasi lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan
kegiatan kepariwisataan, berupa pendukungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif kepada instansi terkait terutama di bidang (a) pelayanan
kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c)
prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan
kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang
promosi dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan
pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.
Peningkatan koordinasi lintas sektor terhadap kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan didukung oleh instansi
terkait diantaranya untuk rencana aksi: 1) Peningkatan Integrasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Penguatan, melibatkan
Kementerian Koordinator Kesra, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara
Koperasi dan UKM, Pemda; 2) Peningkatan promosi pariwisata dalam dan luar
negeri, melibatkan Kementerian Koordinasi Kesra, Kemenko Perekonomian,
Kemenlu, Kemendag, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Perhubungan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Pusat
Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB II PERENCANAAN DANPERJANJIAN KINERJA
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 17
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIN KINERJA
A. Rencana Strategis
Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di atur
melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.
Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012 – 2014 di
dalamnya termuat 11 (sebelas) arah kebijakan yaitu:
1. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah;
2. Penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi 18 lokasi destinasi pariwisata antar instansi pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat;
3. Peningkatan kualitas daerah tujuan wisata;
4. Penciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri pariwisata;
5. Penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif;
6. Penguatan industri kreatif;
7. Peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif;
8. Peningkatan apresiasi dan aksespasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif;
9. Penguatan institusi bagi ekonomi kreatif;
10. Peningkatan kualitas penelitian kebijakan dan kapasitas SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
11. Penguatan Reformasi Birokrasi.
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012
merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014 sebagai berikut:
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN
KINERJA
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 18
Visi
Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan
Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
Misi
1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan
berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah;
2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah,
mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong
pembangunan daerah;
3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara
berkualitas;
4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.
Tujuan
1. Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia;
2. Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia;
3. Peningkatan kontribusi ekonomi dari industri kreatif;
4. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif;
5. Peningkatan kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dan ekonomi
kreatif;
6. Penciptaan inovasi baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;
7. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf;
8. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kemenparekraf.
Sasaran
1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional;
2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga
kerja nasional;
3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata;
4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia;
5. Meningkatnya kuantitas wisman ke Indonesia dan perjalanan wisnus;
6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 19
7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata;
8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien;
9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif;
10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif;
11. Meningkatnya unit usaha di sektor ekonomi kreatif;
12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat
Indonesia;
13. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif;
14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat;
15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata;
16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;
17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan kebijakan di
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif;
18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku ekonomi kreatif;
19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;
20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP);
21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi;
22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf;
23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf.
Penetapan tujuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada
umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi
yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan
perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.
Sasaran strategis adalah penjabaran dari Tujuan secara terukur, yaitu
sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan Sasaran dirumuskan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 20
lebih spresifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun
waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula Indikator pencapaian Sasaran,
yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk
diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.
Sasaran strategis, indikator, dan program Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dalam kurun waktu tahun 2012 – 2014 dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
No. Sasaran Indikator Program
1. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB)
nasional
Kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional
(persentase)
Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
2. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap kualitas dan
kuantitas tenaga kerja
nasional
1. Jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung,
dan ikutan sektor pariwisata
(juta orang)
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
2. Kontribusi sektor pariwisata
terhadap penyerapan
tenaga kerja nasional
(persentase)
3. Produktivitas tenaga kerja
langsung, tidak langsung,
dan ikutan sektor pariwisata
(Rp juta/TK/tahun)
3. Meningkatnya investasi
di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor
pariwisata terhadap total
investasi nasional (Persentase)
4. Meningkatnya devisa
dan pengeluaran
wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa
wisatawan mancanegara
(US$ miliar)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 21
No. Sasaran Indikator Program
2. Jumlah pengeluaran
wisatawan nusantara (Rp
triliun)
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
3. Jumlah pengeluaran per
wisatawan mancanegara
per kunjungan (US$)
4. Jumlah pengeluaran per
wisatawan nusantara per
kunjungan (Rp ribu)
5. Meningkatnya kuantitas
wisatawan
mancanegara ke
Indonesia dan
wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah perjalanan
wisatawan nusantara (Juta
perjalanan)
6. Meningkatnya citra
kepariwisataan
Indonesia
1. Daya saing kepariwisataan
Indonesia (Nilai)
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
2. Jumlah lokasi Kawasan
Strategis Nasional (KSPN)
yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas tata
kelola destinasi (Destinasi
Management Organization
(DMO)) (Lokasi)
7. Terciptanya diversifikasi
destinasi pariwisata
1. Jumlah lokasi daya tarik di
Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi
destinasi pariwisata
(Daerah)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 22
No. Sasaran Indikator Program
2. Jumlah desa yang
difasilitasi untuk
dikembangkan sebagai desa
wisata (Desa)
Program Pengembangan
Destinasi Pariwisata
3. Jumlah pola perjalanan
yang dikembangkan (Pola)
8. Terciptanya pemasaran
pariwisata yang efektif
dan efisien
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)
Program Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
9. Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB)
ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif
terhadap PDB nasional
(Persentase)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
10. Meningkatnya kualitas
dan kuantitas tenaga
kerja sektor ekonomi
kreatif
1. Tingkat partisipasi tenaga
kerja sektor ekonomi kreatif
(Persentase)
2. Pertumbuhan produktivitas
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
(Persentase)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 23
No. Sasaran Indikator Program
11. Meningkatnya unit
usaha sektor ekonomi
kreatif
Kontribusi unit usaha di sektor
ekonomi kreatif terhadap unit
usaha nasional (Persentase)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
12. Meningkatnya konsumsi
produk dan jasa kreatif
lokal oleh masyarakat
Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif yang
mengalami peningkatan
akses pasar (Orang)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
2. Pertumbuhan konsumsi
karya kreatif lokal di dalam
negeri (Persentase)
13 Meningkatnya
pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman
masyarakat terhadap ekonomi
kreatif (Persentase)
Program Pengembangan
Ekonomi Kreatif Berbasis
Seni dan Budaya
14. Terciptanya ruang
publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona
kreatif di Indonesia (Zona)
15. Meningkatnya kualitas
dan kuantitas lulusan
pendidikan tinggi
pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan
tinggi kepariwisataan yang
terserap di pasar kerja (Orang)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
16. Meningkatnya
profesionalisme pelaku
sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi
sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif (Naskah
SKKNI)
2. Jumlah tenaga kerja
pariwisata dan ekonomi
kreatif yang disertifikasi
(Orang)
17. Meningkatnya kualitas
penelitian dan kajian
bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan di
sektor pariwisata (Kajian)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 24
No. Sasaran Indikator Program
2. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan di
sektor ekonomi kreatif
(Kajian)
Program Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
18. Meningkatnya kualitas
konten dan jejaring
pelaku di sektor
ekonomi kreatif
1. Jumlah pelaku kreatif yang
mengalami peningkatan
kemampuan kreasi dan
produksi (orang)
Program Pengembangan
Ekonomi Kreatif Berbasis
Seni dan Budaya, dan
Program Pengembangan
Ekonomi Kreatif Berbasis
Media, Desain dan IptekI 2. Jumlah pelaku kreatif yang
mengalami penguatan
jejaring (orang)
19. Meningkatnya kualitas
pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf
(Peringkat)
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Lainnya
Kemenparekraf 20. Meningkatnya kualitas
pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
(SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf
(Predikat)
21. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA)
Reformasi Birokrasi (Nilai)
22. Meningkatnya kualitas
Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf
yang difasilitasi untuk
meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
(Orang)
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Lainnya
Kemenparekraf
2. Jumlah SDM Kemenparekraf
yang difasililtasi untuk
mengikuti diklat
manajemen dan teknis
(Orang)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 25
No. Sasaran Indikator Program
23. Meningkatnya kuantitas
Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
Jumlah penambahan SDM
Kemenparekraf yang akan
mengembangkan pariwisata
dan ekonomi kreatif (orang)
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Lainnya
Kemenparekraf
B. Penetapan/Perjanjian Kinerja
Tahun 2012 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara terencana dan berkesinambungan
melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya
adalah Perencanaan Kinerja 2012 yang merupakan proses perencanaan kinerja
yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance
Plan).
Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda
penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2012 ditetapkan maka
disusunlah Penetapan Kinerja 2012 yang merupakan tekad dan janji rencana
kinerja tahunan yang akan dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima
amanah/tugas dan pihak yang memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan
sumber daya yang ada.
Secara umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2012, antara lain:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang
diterima dan terus meningkatkan kinerjanya.
3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah.
4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 26
5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian
penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).
Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan
dan/atau sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus
perbaikan kinerja di masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Dengan telah
ditetapkannya Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai indikator keberhasilan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka IKU harus terdapat dalam
perencanaan kinerja.
Sasaran strategis tahun 2012, indikator kinerja dan target kinerja disajikan
pada tabel berikut:
No. Sasaran Indikator Target Program
1. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB)
nasional
Kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional
(persentase)
4,15 Program
Pengembangan
Pemasaran
Pariwisata
2. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap kualitas dan
kuantitas tenaga kerja
nasional
1. Jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung,
dan ikutan sektor
pariwisata (juta orang)
8,03 Program
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
2. Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
penyerapan tenaga kerja
nasional (persentase)
7,00
3. Produktivitas tenaga
kerja langsung, tidak
langsung, dan ikutan
sektor pariwisata (Rp
juta/TK/tahun)
12,66
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 27
No. Sasaran Indikator Target Program
3. Meningkatnya investasi
di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor
pariwisata terhadap total
investasi nasional
(Persentase)
4,43 Program
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
4. Meningkatnya devisa
dan pengeluaran
wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan
devisa wisatawan
mancanegara (US$
miliar)
8,96
2. Jumlah pengeluaran
wisatawan nusantara (Rp
triliun)
171,5
3. Jumlah pengeluaran per
wisatawan mancanegara
per kunjungan (US$)
1.100
4. Jumlah pengeluaran per
wisatawan nusantara per
kunjungan (Rp ribu)
700
5. Meningkatnya kuantitas
wisatawan
mancanegara ke
Indonesia dan
wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah perjalanan
wisnus (Juta perjalanan)
245
6. Meningkatnya citra
kepariwisataan
Indonesia
1. Daya saing
kepariwisataan
Indonesia (Nilai)
4,04 Program
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
2. Jumlah lokasi Kawasan
Strategis Nasional (KSPN)
yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas
tata kelola destinasi
(Destinasi Management
Organization (DMO))
(Lokasi)
15
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 28
No. Sasaran Indikator Target Program
7. Terciptanya diversifikasi
destinasi pariwisata
1. Jumlah lokasi daya tarik
di Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi
destinasi pariwisata
(Daerah)
29 Program
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
2. Jumlah desa yang
difasilitasi untuk
dikembangkan sebagai
desa wisata (Desa)
978
3. Jumlah pola perjalanan
yang dikembangkan
(Pola)
13
8. Terciptanya pemasaran
pariwisata yang efektif
dan efisien
1. Rasio konsentrasi 5 pasara utama asal wisatawam mancanegara ke Indonesia (persentase)
63,5 Program Pemasaran Pariwisata
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line
(x)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 29
No. Sasaran Indikator Target Program
9. Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB)
ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif
terhadap PDB nasional
(Persentase)
7,29 Program
Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Seni dan
Budaya; dan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Media,
Desain dan Iptek
10. Meningkatnya kualitas
dan kuantitas tenaga
kerja sektor ekonomi
kreatif
1. Tingkat partisipasi
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
(Persentase)
8,25
2. Pertumbuhan
produktivitas tenaga
kerja sektor ekonomi
kreatif (Persentase)
3,08
11. Meningkatnya unit
usaha sektor ekonomi
kreatif
Kontribusi unit usaha di
sektor ekonomi kreatif
terhadap unit usaha nasional
(Persentase)
7,28
12. Meningkatnya konsumsi
produk dan jasa kreatif
lokal oleh masyarakat
Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
peningkatan akses pasar
(Orang)
1.193 Program
Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Seni dan
Budaya; dan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Media,
Desain dan Iptek
2. Pertumbuhan konsumsi
karya kreatif lokal di
dalam negeri
(Persentase)
9,26
13 Meningkatnya
pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif (Persentase)
Base Line
(x)
Program
Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Seni dan
Budaya
14. Terciptanya ruang
publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona
kreatif di Indonesia (Zona)
3
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 30
No. Sasaran Indikator Target Program
15. Meningkatnya kualitas
dan kuantitas lulusan
pendidikan tinggi
pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan
tinggi kepariwisataan yang
terserap di pasar kerja
(Orang)
1.383 Program
Pengembangan
Sumber Daya
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
16. Meningkatnya
profesionalisme pelaku
sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah standar
kompetensi sektor
pariwisata dan ekonomi
kreatif (Naskah SKKNI)
10
2. Jumlah tenaga kerja
pariwisata dan ekonomi
kreatif yang disertifikasi
(Orang)
15.000
17. Meningkatnya kualitas
penelitian dan kajian
bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan di
sektor pariwisata
(Kajian)
10 Program
Pengembangan
Sumber Daya
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
2. Jumlah penelitian dan
pengembangan yang
dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan di
sektor ekonomi kreatif
(Kajian)
10
18. Meningkatnya kualitas
konten dan jejaring
pelaku di sektor
ekonomi kreatif
1. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
peningkatan
kemampuan kreasi dan
produksi (orang)
3.918 Program
Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Seni dan
Budaya; dan
Ekonomi Kreatif
Berbasis Media,
Desain dan Iptek
2. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
penguatan jejaring
(orang)
2.594
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 31
No. Sasaran Indikator Target Program
19. Meningkatnya kualitas
pengelolaan keuangan
Opini keuangan
Kemenparekraf (Peringkat)
WTP Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Lainnya
Kemenparekraf
20. Meningkatnya kualitas
pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
(SAKIP)
Predikat SAKIP
Kemenparekraf (Predikat)
B
21. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance (QA)
Reformasi Birokrasi (Nilai)
40
22. Meningkatnya kualitas
Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
1. Jumlah SDM
Kemenparekraf yang
difasilitasi untuk
meneruskan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi (Orang)
9 Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Lainnya
Kemenparekraf
2. Jumlah SDM
Kemenparekraf yang
difasililtasi untuk
mengikuti diklat
manajemen dan teknis
(Orang)
636
23. Meningkatnya kuantitas
Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
Jumlah penambahan SDM
Kemenparekraf yang akan
mengembangkan pariwisata
dan ekonomi kreatif (orang)
134
C. Anggaran 2012
Proses alokasi anggaran Tahun 2012 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dari awal sampai dengan akhir, adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 32
NO. URAIAN PAGU (Rp.)
DASAR
1. Pagu Indikatif Rp 2.158.224.200.000,- Keputusan Menteri Keuangan No. 215/KMK.02/2011 Tgl. 30 Juni 2011
2. Pagu Definitif Rp 2.189.797.179.000,- Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-01/MK.02/2011 Tgl. 1 November 2011
3. Pemotongan Anggaran (-) Rp 83.120.796.000,-
Rp 2.106.676.383.000,- Surat Menteri Keuangan No. S-163/MK.02/2012 Tgl. 7 Maret 2012
4. Reward (+) Rp 2.847.619.000,-
Rp 2.109.524.002.000,- Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK.02/2012 Tgl. 30 Maret 2012
6. APBN-P (+) Rp 620.000.000.000,-
Rp 2.729.524.002.000,- Surat Menteri Keuangan No. S-381/MK.02/2012 Tgl. 28 Mei 2012
Dan alokasi anggaran sebesar Rp 2.729.524.002.000,- tersebut terbagi dalam
4 (empat) jenis belanja, sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai : Rp 330.512.691.000,-
2. Belanja Barang : Rp 2.109.659.648.000,-
3. Belanja Modal : Rp 203.511.135.000,-
4. Belanja Bansos : Rp 85.020.000.000,-
Permasalahan
Penyebab utama rendahnya penyerapan anggaran tahun 2012:
1. Tahun Anggaran baru dimulai sudah dilakukan kebijakan nasional untuk
penghematan 10% atas pagu anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
2. Penyesuaian terhadap perubahan organisasi dari Kemenbudpar menjadi
Kemenparekraf, yang membutuhkan penyesuaian/revisi program kegiatan
dan alokasi anggaran;
3. Adanya blokir/tanda bintang pada sejumlah alokasi anggaran/kegiatan pusat
maupun SKPD (daerah) yang membutuhkan waktu untuk proses pencairan
dan penyesuaiannya;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 33
4. Lemahnya koordinasi dalam penetapan perangkat pengelola keuangan
khususnya SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kegiatan
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;
Faktor Teknis Internal:
1. Masalah revisi POK yang berulang hampir diseluruh unit kerja, sehingga
mempengaruhi jadwal kegiatan;
2. Adanya penyesuaian penetapan perangkat pengelola keuangan daerah;
3. Penerapan sistem perencanaan kas yang belum konsisten;
4. Terjadinya penumpukan SPM pada menjelang akhir tahun anggaran.
Faktor Teknis Eksternal:
1. Proses pencaian tanda bintang yang memakan waktu cukup lama;
2. Penggantian pejabat teknis KPPN dapat mempengaruhi proses pencairan
anggaran di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga;
3. Revisi DIPA yang bisa memakan waktu 3-4 bulan penyelesaiannya;
4. Kekeliruan penulisan dalam DIPA masih terjadi;
5. Pagu APBNP untuk struktur organisasi baru di Ekonomi Kreatif, baru diterima
pada bulan Agustus dan September 2012.
Solusi Rekomendasi:
1. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing otoritas KPA terhadap
jadwal pelaksanaan kegiatan yang ketat;
2. Masing-masing otoritas KPA menyusun jadwal kegiatan setiap bulan,
triwulan disesuaikan dengan rencana penarikan pendanaan;
3. Menghindari pembayaran untuk konsultan (Pihak Ketiga) yang
pembayarannya sekaligus pada menjelang akhir tahun anggaran (tidak
sesuai amanat Perpres No. 70 Tahun 2012).
4. Masing-masing otoritas KPA dan pengelola dibawahnya secepatnya
melakukan/menjaga cash flow melalui pencairan UP, TUP, sesuai
perencanaan kas pada bendahara.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 34
ab III Akuntabilitas Kinerja
A. Ikhtisar Capaian Kinerja 2012
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.55/HK.001/MPEK/2012, tanggal 16 Juli 2012, tentang Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebagai acuan ukuran
kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam menyusun perencanaan dan penganggaran
kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja.
Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2012, yang diukur dengan menggunakan
Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
1. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB)
nasional
Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
Produk Doemestik Bruto
(PDB) nasional
(persentase)
4,15 3,90 93,98
2. Meningkatnya
kontribusi
kepariwisataan
terhadap kualitas dan
kuantitas tenaga kerja
nasional
1. Jumlah tenaga kerja
langsung, tidak
langsung, dan ikutan
sektor pariwisata
(juta orang)
8,03 9,77 122
2. Kontribusi sektor
pariwisata terhadap
penyerapan tenaga
kerja nasional
(persentase)
7,00 8,81 126
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 35
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
3. Produktivitas tenaga
kerja langsung, tidak
langsung, dan ikutan
sektor pariwisata
(Rp juta/TK/tahun)
12,66 34,60 273,3
3. Meningkatnya
investasi di sektor
pariwisata
Kontribusi investasi
sektor pariwisata
terhadap total investasi
nasional (Persentase)
4,43 3,97 89,6
4. Meningkatnya devisa
dan pengeluaran
wisatawan di
Indonesia
1. Jumlah penerimaan
devisa wisatawan
mancanegara (US$
miliar)
8,96 9,12 101,7
2. Jumlah pengeluaran
wisatawan
nusantara (Rp
triliun)
171,50 171,50 100
3. Jumlah pengeluaran
per wisatawan
mancanegara per
kunjungan (US$)
1.101 1.133,81 103,07
4. Jumlah pengeluaran
per wisatawan
nusantara per
kunjungan (Rp ribu)
700 700 100
5. Meningkatnya
kuantitas wisatawan
mancanegara ke
Indonesia dan
wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8 8,04 100,5
2. Jumlah perjalanan
wisatawan
nusantara (Juta
perjalanan)
245 245 100
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 36
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
6. Meningkatnya citra
kepariwisataan
Indonesia
1. Daya saing
kepariwisataan
Indonesia (Nilai)
4,04 4,03 99,7
2. Jumlah lokasi
Kawasan Strategis
Nasional (KSPN)
yang difasilitasi
untuk meningkatkan
kualitas tata kelola
destinasi(Destinati-
on Management
Organization
(DMO))(Lokasi)
15 15 100
7. Terciptanya
diversifikasi destinasi
pariwisata
1. Jumlah lokasi daya
tarik di Destinasi
Pariwisata Nasional
(DPN) yang
dikembangkan
menjadi destinasi
pariwisata (Daerah)
29 29 100
2. Jumlah desa yang
difasilitasi untuk
dikembangkan
sebagai desa wisata
(Desa)
978 978 100
3. Jumlah pola
perjalanan yang
dikembangkan
(Pola)
13
17 130
8. Terciptanya
pemasaran pariwisata
yang efektif dan
efisien
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (CR5 (%))
63,5 53,35 115,98
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 37
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13 13 100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali)
474 496,29 104,70
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali)
1.848 2.390 129
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line
(x)
n/a n/a
9. Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB)
ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi
kreatif terhadap PDB
nasional (Persentase)
7,29
4,68
(EKMDI)
2,5
(EKSB)
6,908
3,468
(EKMDI)
3,44
(EKSB)
94,76
74,10
(EKMDI)
137,6
(EKSB)
10. Meningkatnya
kualitas dan kuantitas
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
1. Tingkat partisipasi
tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif
(Persentase)
8,25
5,41
(EKMDI)
2,81
(EKSB)
6,34
- *)
(EKMDI)
6,34
(EKSB)
76,85
- *)
(EKMDI)
225,62
(EKSB)
2. Pertumbuhan
produktivitas tenaga
kerja sektor
ekonomi kreatif
(Persentase)
3,08
2
(EKMDI)
2,97
(EKSB)
2,6
1,18
(EKMDI)
1,42
(EKSB)
84,42
59
(EKMDI)
47,81
(EKSB)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 38
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
11. Meningkatnya unit
usaha sektor ekonomi
kreatif
Kontribusi unit usaha di
sektor ekonomi kreatif
terhadap unit usaha
nasional (Persentase)
7,28
4,53
(EKMDI)
2,65
(EKSB)
9,81
2,29
(EKMDI)
7,52
(EKSB)
134,75
48,56
(EKMDI)
283,77
(EKSB)
12. Meningkatnya
konsumsi produk dan
jasa kreatif lokal oleh
masyarakat
Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami
peningkatan akses
pasar (Orang)
1.193
77
(EKMDI)
1.116
(EKSB)
2.13
51
(EKMDI)
1.962
(EKSB)
168,73
66,23
(EKMDI)
175,81
(EKSB)
2. Pertumbuhan
konsumsi karya
kreatif lokal di dalam
negeri (Persentase)
9,26
9
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
7,65
.......
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
82,61
......
(EKMDI)
100
(EKSB)
13 Meningkatnya
pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman
masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
(Persentase)
Base Line
(x)
- -
14. Terciptanya ruang
publik bagi
masyarakat
Jumlah pengembangan
zona kreatif di Indonesia
(Zona)
3 4 133,33
15. Meningkatnya
kualitas dan kuantitas
lulusan pendidikan
tinggi pariwisata
Jumlah lulusan
pendidikan tinggi
kepariwisataan yang
terserap di pasar kerja
(Orang)
1.383 1.216 87,9
16. Meningkatnya
profesionalisme
pelaku sektor
pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah standar
kompetensi sektor
pariwisata dan
ekonomi kreatif
(Naskah SKKNI)
10
6
60
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 39
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
2. Jumlah tenaga kerja
pariwisata dan
ekonomi kreatif
yang disertifikasi
(Orang)
15.000 21.500 143,3
17. Meningkatnya
kualitas penelitian
dan kajian bidang
pariwisata dan
ekonomi kreatif
1. Jumlah penelitian
dan pengembangan
yang dimanfaatkan
dalam mendukung
kebijakan di sektor
pariwisata (Kajian)
10 9 90
2. Jumlah penelitian
dan pengembangan
yang dimanfaatkan
dalam mendukung
kebijakan di sektor
ekonomi kreatif
(Kajian)
10 5 50
18.
Meningkatnya
kualitas konten dan
jejaring pelaku di
sektor ekonomi
kreatif
1. Jumlah pelaku
kreatif yang
mengalami
peningkatan
kemampuan kreasi
dan produksi
(orang)
3.918
2.934
(EKSB)
984
(EKMDI)
2.703
2.230
(EKSB)
473
(EKMDI)
68,99
76,01
(EKSB)
48,07
(EKMDI)
2. Jumlah pelaku
kreatif yang
mengalami
penguatan jejaring
(orang)
2.594
2.278
(EKSB)
316
(EKMDI)
3.634
2.398
(EKSB)
1.236
(EKMDI)
140,09
105,27
(EKSB)
391,14
(EKMDI)
19. Meningkatnya
kualitas pengelolaan
keuangan
Opini keuangan
Kemenparekraf
(Peringkat)
WTP Masih dalam
proses
pemeriksaan
BPK
-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 40
No. Sasaran Indikator
2012
Target Realisasi Capaian
(%)
20. Meningkatnya
kualitas pelaksanaan
Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP
Kemenparekraf
(Predikat)
B B 100
21. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance
(QA) Reformasi Birokrasi
(Nilai)
40 48 120
22. Meningkatnya
kualitas Sumber Daya
Manusia
Kemenparekraf
1. Jumlah SDM
Kemenparekraf
yang difasilitasi
untuk meneruskan
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi (Orang)
9 9 100
2. Jumlah SDM
Kemenparekraf
yang difasililtasi
untuk mengikuti
diklat manajemen
dan teknis (Orang)
636 604 94,96
23. Meningkatnya
kuantitas Sumber
Daya Manusia
Kemenparekraf
Jumlah penambahan
SDM Kemenparekraf
yang akan
mengembangkan
pariwisata dan ekonomi
kreatif (orang)
134 130 97,01
*) “Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja”
Catatan: n/a not applicable (tidak dapat dibandingkan)
Jumlah Anggaran Tahun 2012 ..................... Rp. 2.729.524.002.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2012 ...... Rp. 2.228.428.536.652,-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 41
B. Capaian dan Analisis Kinerja 2012
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2012,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas
utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja
dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing
sasaran strategis yang telah ditetapkan.
1 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”, merupakan sasaran utama untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang
didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia. Kegiatan pariwisata memiliki
dampak pada kenaikan PDB di berbagai sektor ekonomi baik yang terkait langsung
dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa
lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti:
pertanian; listrik, gas dan air, konstruksi; perdagangan; industri; dan komunikasi.
a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari
dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun
tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh
Puslitbang Kemenparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan
pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan
di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor
pariwisata.
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusi
kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara total dampak
PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitas kepariwisataan
dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. PDB nasional merupakan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 42
nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi oleh Indonesia selama satu tahun,
sedangkan dampak PDB dari sektor kepariwisataan adalah persentase dari total
PDB dari seluruh aktivitas ekonomi yang terkait kepariwisataan secara langsung
dan tak langsung yang dihitung melalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi
sektor pariwisata dihitung sebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari
PDB nasional. Aktivitas kepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran
wisnus, investasi pariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi
pariwisata.
Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan
dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi
nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi
PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan
seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan
rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
(persentase)
4,15 3,90 93,98
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”
mencapai 3,90%. Tidak tercapainya target dari sasaran “Kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional” ini dikarenakan adanya isu-isu
keamanan di Indonesia serta kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan
stakeholders yang terkait dengan kepariwisataan. Selain itu pula dikarenakan oleh
adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di dunia.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 43
Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional pada periode
2010 – 2012 adalah sebesar 3,98%, dimana tahun 2012 diperkirakan total nilainya
sebesar 321,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 3,90% dengan
total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan
terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,10 poin dari
tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan sektor lain
seperti telekomunikasi.
TABEL III.1
Perbandingan Pendapatan PDB 2010 - 2012
No Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) Pertumbuhan
(%)* 2010 2011 2012*
1 Pertanian 26.245,30 30.467,30 32.905,01 8,00
2 Pertambangan &
Penggalian 12.737,10 14.938,50 16.020,91 7,25
3 Industri 68.071,80 75.562,40 82.519,05 9,21
4 Listrik, gas dan air 1.599,70 1.757,20 1.903,83 8,34
5 Konstruksi 24.587,10 32.990,80 34.415,77 4,32
6 Perdagangan 15.647,70 18.192,00 19.646,69 8,00
7 Restoran 21.646,50 26.409,00 28.455,59 7,75
8 Hotel 22.776,70 24.320,40 26.160,20 7,56
9 Angkutan Darat 14.577,20 17.576,10 20.457,01 16,39
10 Angkutan Air 2.683,60 3.050,00 3.295,16 8,04
11 Angkutan Udara 12.493,70 14.771,90 15.529,54 5,13
12 Jasa Penunjang
Angkutan 5.544,00 5.696,20 6.137,86 7,75
13 Komunikasi 5.907,40 6.144,40 6.677,37 8,67
14 Jasa Lainnya 26.535,10 25.092,30 27.445,50 9,38
Total 261.052,80 296.968,50 321.569,49 8,28
PDB Nasional Harga
Berlaku 6.436.270,80 7.427.086,10 8.254.481,21 11,14
Persentase kontribusi 4,06% 4,00% 3,90%
Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi
Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan
tenaga kerja sebanyak 8,37% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2012
atau sekitar 9,28 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan.
Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 44
tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut tabel dampak kepariwisataan
terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan:
GRAFIK III.1
Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat.
2. Kurangnya air seat capacity dan penerbangan langsung (direct flight) baik dari
penerbangan Internasional ke Indonesia maupun ke destinasi wisata yang ada di
daerah, serta kurang siapnya destinasi dalam hal aksesibilitas untuk lebih
meningkatkan tingkat kunjungannya.
3. Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta
termasuk masyarakat (public and private partnership) .
4. Masih adanya isu – isu negatif mengenai kondisi kemananan dan lingkungan
yang terjadi di Indonesia.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Upaya – upaya kerjasama pemasaran atau co-marketing dengan pihak-pihak
berikut ini :
3.80
3.85
3.90
3.95
4.00
4.05
4.10
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
2010 2011 2012
Triliu
n rup
iah
Tahun
Wisman
Wisnus
Wisnas
Investasi
Promosi dan Pembinaan
Persentase
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 45
a. Maskapai penerbangan (airlines).
b. Bank/Lembaga Keuangan.
2. Upaya-upaya pemasaran yang terintegrasi dilakukan bersama-sama dengan
pihak swasta.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terutama di bidang pariwisata.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 810.717.994.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 733.706.614.670,- atau
hanya sebesar 90,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar
93,49%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan
anggaran.
2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan
terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja
nasional
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap
kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional”, ditandai oleh banyaknya jumlah
tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semakin banyaknya
usaha-usaha di bidang pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan tenaga
kerja di bidang tersebut.
a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata
Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata,
yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya
aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor
pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan
pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan
berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 46
kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu
wisata dan penginapan).
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak
langsung, dan ikutan sektor pariwisata
(juta orang)
8,03 9,77 122
Target jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor
pariwisata adalah 8,03 juta orang. Dari target tersebut, didapatkan angka realisasi
sebesar 9,77 juta orang atau tercapai 122%.
Pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga
kerja baik tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata. Dengan
semakin tingginya jumlah usaha pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan
sektor pariwisata terhadap jumlah tenaga kerja.
b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan
tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlah pekerja
nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikator ini merupakan
cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja (penurunan
tingkat pengangguran) dan pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi
nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam
penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 47
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap
penyerapan tenaga kerja nasional
(persentase)
7,00 8,81 126
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” mencapai
8,81%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang
pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan. Data tenaga kerja di
bidang pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar 9.27 juta orang. Data dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa tenaga kerja
sektor pariwisata menyumbang sebesar 8.81% terhadap total tenaga kerja nasional.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan
fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata, antara lain Fasilitasi Bimbingan Teknis
Usaha Pariwisata, advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan penyusunan
rancangan Permen standar usaha pariwisata.
c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata
Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat
diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak
langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitas yang
dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentuk melalui
mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yang terkait pariwisata
sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata.
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
3. Produktivitas tenaga kerja langsung,
tidak langsung, dan ikutan sektor
pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
12,66 34,60 273,3
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 48
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata”
mencapai Rp 34,60 juta/TK/tahun. Penghitungan produktivitas tenaga kerja adalah
besaran realisasi nominal PDB sektor pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor
pariwisata per tahun. Data PDB sektor pariwisata tahun 2012 adalah sebesar 321.57
trilliun rupiah. Jika data PDB tersebut dibagi jumlah tenaga kerja di bidang
pariwisata, maka nilai produktivitas yang didapat adalah sebesar 34.60 juta/tenaga
kerja.
Angka tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja Ditjen PDP tercapai
273.3%. Tingginya nilai produktivitas tenaga kerja mengindikasikan bahwa
pariwisata memiliki peran nyata dalam penyerapan tenaga kerja nasional dan
memberikan sumbangsih langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan:
1. Bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat.
2. Kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata.
3 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah
satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di
sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total
investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong
investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil
investasi destinasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di
tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata
Indonesia. Semakin besar kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 49
investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang
memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di
destinasi tersebut.
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, yaitu
persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadap total nilai investasi nasional.
Investasi oleh pemerintah dialokasikan untuk barang modal yang berada pada
perwilayahan pembangunan kepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1)
aksesibilitas pariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatan
dan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan, dan barang
modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunan olah raga, rekreasi,
hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan investasi
oleh swasta biasanya dialokasikan untuk barang modal: bangunan hotel dan
akomodasi, restoran, serta bangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi
pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata
dan iklim usaha yang semakin baik.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Kontribusi investasi sektor pariwisata
terhadap total investasi nasional
(Persentase)
4,43 3,97 89,6
Investasi di bidang pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Selain dapat membuka lapangan kerja yang berimbas pada
pengurangan pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam
skala nasional, investasi di bidang pariwisata sangat menguntungkan dalam
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.
Salah satu cara paling efektif untuk memaksimalkan pengembangan potensi
pariwisata daerah adalah dengan menarik investor, baik dari dalam dan luar negeri
untuk berinvestasi dalam bidang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik daya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 50
tarik dan kondisi pada masing-masing daerah. Pada tahun 2012, total investasi
pariwisata dari sektor hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya hingga Bulan
September adalah sebesar 986.55 juta USD. Nilai investasi pariwisata tersebut
menyumbang 3.97% dari total investasi nasional (24,820.26 juta USD).
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Promosi investasi bidang pariwisata melalui:
a. Partisipasi dan pelaksanaan ASEAN Tourism Investment Forum
Pada tanggal pada tanggal 7-8 November 2012, dilaksanakan ATIF di
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Delegasi yang hadir pada ATIF 2012
berasal dari 6 negara, yaitu: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar,
Thailand dan Vietnam, serta perwakilan dari ASEAN China Centre (ACC).
Sementara Singapura, Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam berhalangan
hadir.
Pada ATIF 2012, masing-masing delegasi memaparkan potensi investasi
pariwisata di negaranya, serta dilakukan business meeting dengan investor.
Beberapa perkembangan positif yang terjadi pada ATIF 2012 ini antara lain:
1) Pengusaha dari Vietnam tertarik untuk melakukan investasi marina di
kawasan Lombok Tengah;
2) Delegasi Kamboja telah bertemu dengan pihak PT. BWJ untuk
menawarkan kawasan Tanjung Lesung kepada investor Kamboja;
3) Delegasi dari Malaysia (Malaysia Investment Authority) membuka
kesempatan untuk pertemuan lebih lanjut dalam rangka melakukan
kerjasama promosi investasi pariwisata antara Malaysia dan Indonesia;
4) Untuk delegasi ASEAN China Centre telah menyatakan untuk membantu
mempertemukan investor China dan pengembang kawasan pariwisata di
Indonesia maupun negara ASEAN lainnya;
5) PT. ESL segera melakukan investasi pada lahan seluas 400 Ha, yang
berada di dalam kawasan pemanfaatan hutan seluas 3000 Ha di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 51
Kawasan Tanjung Ringgit, Lombok Timur. PT. ESL tertarik untuk konsep
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di kawasan dimaksud;
6) PT. BWJ menyatakan ketertarikannya terhadap kawasan Lombok Utara,
Sumbawa dan kawasan sekitar Senggigi;
7) PT. Indo Sight akan melakukan penawaran proyek investasi pariwisata
kepada jaringan investor mereka.
b. Partisipasi Pada Event Investasi Pariwisata (TTI)
Kegiatan partisipasi dalam even investasi pariwisata di luar negeri pada
tahun 2012 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan promosi antara lain:
1) Even Annual Investment Meeting, di bulan April 2012 di Dubai – Uni
Emirat Arab
2) Even Tourism Trade Investment di 3 kota Madrid, Sevilla dan Barcelona –
Spanyol pada akhir bulan Mei 2012, yang bekerja sama dengan
Kementerian Luar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
3) Business Meeting dengan potensial investor di luar negeri
diselenggarakan di Tokyo – Jepang berupa pertemuan dengan
prospektus Usaha Kawasan Pariwisata, serta Keidanren (organisasi
KADIN di Jepang) Jepang, dan membahas tentang prospektus investasi
pariwisata di Indonesia dan mengundang investor Jepang.
4) Business meeting di Seoul – Korea Selatan, berupa pertemuan dengan
pihak Samsung C&T yang membahas prospektus investasi pariwisata
khususnya Bandara di Panimbang – Banten dan Majalengka – Jawa
Barat dan Jalan Tol menuju Tanjung Lesung.
5) Business meeting di Indonesia dengan DAMAC HOLDING Co. – Dubai.
Kunjungan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pada bulan Juli dan
November 2012. Daerah potensial investasi pariwisata yang dikunjungi
adalah Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung – Banten, Mandalika – Nusa
Tenggara Barat, dan Lagoi Bay – Pulau Bintan.
c. Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media
Pada tahun 2012, salah satu upaya peningkatan promosi investasi di bidang
pariwisata adalah melalui kegiatan “Promosi Investasi Melalui Media”, yang
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 52
dilakukan secara bertahap selama 5 edisi di Majalah Travel Club dan
Indonesia Tourism Review. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan
awareness masyarakat dan potensial investor terhadap peluang investasi
pada beberapa kawasan/daerah di Indonesia yang potensial.
d. Promosi Investasi Melalui Event (ITID/Indonesia Tourism Investment Day)
Pada tanggal 22 Oktober 2012 di Hotel J.W Marriott Jakarta diselenggarakan
even Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 yang bertujuan untuk
menginformasikan peluang investasi pariwisata di Indonesia kepada investor
potensial yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pada kegiatan ITID 2012,
ditandatangani nota kesepahaman antara:
1) PT. Banten West Java dengan Long Life International Business
Investment, Co. tentang Providing & Managing Senior Housing in Tanjung
Lesung.
2) PT. Banten West Java dengan Damac Holding Company tentang Tanjung
Lesung Development.
3) PT. Bali Tourism Development Corporationd dengan PDAM tentang
Penyediaan Sarana Air Bersih di Kawasan Mandalika
4) Nilai investasi yang terjadi pada kegiatan ITID 2012 ini diperkirakan Rp 2
triliun.
ITID 2012 diselengggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan,
dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Forum ini dihadiri oleh calon
investor yang terdiri dari CEO, pengembang properti pariwisata di Indonesia,
KADIN, Chambers of Commerce dari negara-negara ASEAN, Tiongkok,
Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan
Amerika Serikat. Sementara dari Indonesia hadir perwakilan dari 7 Pengelola
Kawasan Pariwisata (Anggota Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia/AKPI),
6 Kabupaten/Kota, serta 2 potensi investasi yaitu di kawasan pulau kecil dan
di kawasan kehutanan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 53
4 Meningkatnya devisa dan pengeluaran
wisatawan di Indonesia
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di
Indonesia”, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan.
Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun
nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai
devisa dari bidang pariwisata. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara
yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah 8.044.462.
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa dan
pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah: Jumlah penerimaan devisa wisatawan
mancanegara, Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, jumlah pengeluaran per
wisatawan mancanegara per kunjungan, dan jumlah pengeluaran per wisatawan
nusantara per kunjungan.
a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara
Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaan devisa
dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip
expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip
expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi,
restoran dan sejenis, angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk non
makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip,
ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa
seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam
konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum
perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di
negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia.
Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran
wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 54
nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan
sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di
Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun
meningkat.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan
mancanegara (US$ miliar)
8,96 9,12 101,7
Pada tahun 2012, penerimaan devisa dari segi pariwisata sebesar 9.12 US$
Milliar atau tercapai sebesar 101,7% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Meningkatnya devisa wisatawan disebabkan oleh semakin beragamnya daya
tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik
mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia
semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata meningkat.
b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara
Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata
pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah
di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik
wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai
dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang)
per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan
rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat
Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor
pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas
(berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk
kepariwisataan lokal.
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta
pengeluaran wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 55
nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakin meningkat
dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah pengeluaran wisatawan
nusantara (Rp triliun)
171,50 171,50 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pengeluaran wisatawan nusantara” mencapai Rp 171,50 triliun. Pengeluaran
wisatawan merupakan faktor penting dalam pembangunan kepariwisataan. Semakin
tinggi jumlah yang dikeluarkan oleh wisatawan, maka semakin besar pula
pemasukan untuk negara dari segi pariwisata. Sejalan dengan hal itu, maka
kesejahteraan masyarakat pun akan semakin meningkat.
Indikator “Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara” berupa Nilai total
penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara pada tahun 2012 sebesar
Rp. 171.5 trilliun atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
pengeluaran wisatawan nusantara tercapai 100%. Tercapainya nilai total
penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh semakin
banyaknya jumlah wisatawan nusantara yang melakukan perjalanan wisata ke
berbagai daya tarik wisata yang ditawarkan.
c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan
Jumlah pengeluaran per wisman per kunjungan merupakan rata-rata
pengeluaran wisman di Indonesia pada setiap kunjungan ke Indonesia. Yang
dimaksudkan sebagai kunjungan adalah seluruh kegiatan perjalanan wisatawan
sejak tiba di Indonesia hingga kembali ke negara asal wisatawan tersebut, sehingga
walaupun wisatawan melakukan perjalanan ke seluruh wilayah di Indonesia selama
selang waktu kedatangan dan keberangkatan, wisatawan tersebut akan terhitung
sebagai satu kunjungan. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisman di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 56
Indonesia per kunjungan, maka semakin besar pula potensi devisa yang akan
diperoleh negara.
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan
mancanegara per kunjungan (US$)
1.101 1.133,81 103,07
d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan
Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan merupakan rata-
rata pengeluaran wisatawan nusantara dalam setiap perjalanan wisata yang
dilakukannya. Semakin besar rata-rata jumlah pengeluaran per wisatawan
nusantara per kunjungan, maka semakin besar pula potensi pendapatan negara
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat di lokasi destinasi pariwisata.
Data rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah
Tangga (modul perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan Susenas.
Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS yang kemudian
diolah kembali oleh Kemenparekraf.
Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
4. Jumlah pengeluaran per wisatawan
nusantara per kunjungan (Rp ribu)
700 700 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan” mencapai Rp 700 ribu atau
tercapai 100%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 57
73 pintu masuk Indonesia berada diseluruh
area negara, terdiri dari 47 pelabuhan laut;
19 bandar udara; 3 jalur darat; serta 4 pintu
masuk utama: Soekarno-Hatta (Jakarta),
Ngurah Rai (Bali), Polonia (Medan) dan
Sekupang (Batam).
5 Meningkatnya kuantitas wisatawan
mancanegara ke Indonesia dan wisatawan
nusantara
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke
Indonesia dan wisatawan nusantara”, merupakan salah satu tolok ukur dari
keberhasilan kepariwisataan Indonesia. Kedatangan wisatawan mancanegara
(wisman) pada tahun 2012 mencapai 8,04 juta sedangkan angka realisasi
kedatangan wisman selama periode Januari – November 2012 tercatat sudah
mencapai 7,3 juta orang atau sekitar 91,25 % dari target kedatangan wisman tahun
2012.
a. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia
Jumlah wisman ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap potensi devisa yang
akan diperoleh oleh negara. Wisman ke Indonesia adalah setiap orang yang berasal
dari wilayah luar Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, didorong oleh satu atau
beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang
dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24 jam dan maksimal 6 (enam) bulan,
dengan tujuan: (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis, mengunjungi teman
dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan
kesehatan, belajar, dan keagamaan. Jumlah wisman
dihitung melalui pengumpulan kartu Embarkasi/
Disembarkasi yang dilakukan di 73 pintu masuk
Indonesia18 berdasarkan negara tempat tinggal
wisatawan tersebut. Pengumpulan kartu E/D
dilakukan oleh Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, yang kemudian diolah
dan dipublikasikan oleh BPS dalam buku Number of Foreign Visitor Arrivals to
Indonesia setiap tahunnya.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara adalah
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 58
Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dan Jumlah perjalanan wisatawan
nusantara.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke
Indonesia (Juta orang)
8 8,04 100.5
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 8,04 juta orang, seluruhnya telah
tercapai.
Indikator “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” terlihat jelas bahwa
pencapaian kunjungan wisatawan pada tahun 2012 meningkat di bandingkan dari
tahun sebelumnya. Pencapaian ini juga melebihi dari target yang telah ditentukan
yaitu sebesar 8 juta wisatawan dengan total jumlah kunjungan sebesar 8.044.462
wisatawan mancanegara.
Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, wisatawan
mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk bulan Januari s.d.
Desember 2012 berjumlah 8.044.462 wisatawan mancanegara atau mengalami
pertumbuhan sebesar 5,16% dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011
berjumlah 7.649.731 wisatawan mancanegara.
Berdasarkan kebangsaan secara kumulatif, wisatawan mancanegara bulan
Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d. Desember 2011
tercatat yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu: Mesir sebesar 31,21%, China
sebesar 25,40%, Uni Emirat Arab sebesar 21,16%, Thailand sebesar 12,76% dan
Philipina sebesar 10,11%.
Pertumbuhan wisatawan mancanegara secara kumulatif, pada tiga pintu masuk
utama bulan Januari s.d. Desember 2012 dibandingkan bulan Januari s.d.
Desember 2011, yaitu: Ngurah Rai meningkat 4,07%, Soekarno-Hatta meningkat
6,25% dan Batam meningkat 5,00%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 59
Grafik III.2
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
Sumber : BPS (diolah oleh Pusdatin, Kemenparekraf 2012)
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut,berbagai upaya telah dilakukan
untuk menarik wisatawan mancanegara, antara lain menyelenggarakan event-event
internasional, mempromosikan dan menjual paket-paket insentif pariwisata minat
khusus. Promosi terutama dilakukan kepada pasar utama Indonesia yang
menyumbang wisatawan paling banyak dan letaknya paling berdekatan dengan
Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Event-event yang mendukung
peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, antara lain :
1. TOURNAMENT OF ROSES, 2-3 Januari 2012, Pasadena - Amerika Serikat
Tournament of Roses 2012 dengan tema
“Just Imagine”, merupakan penyelenggaraan
yang ke 123 kalinya sejak pertama kali di
selenggarakan pada tahun 1890 setiap awal
Tahun Baru dan selalu dinantikan oleh publik
penonton. Lokasi pelaksanaan yang telah
dikenal luas, yakni Pasadena, merupakan
salah satu lokasi terbaik untuk berpromosi dan
menyebarkan berbagai informasi secara luas. Potensi penonton di dunia
diperkirakan + 300 juta penonton, penonton di Amerika Serikat + 38 juta penonton
dan penonton yang datang langsung menyaksikan + 2 juta penonton. Float atau
kendaraan pawai Indonesia merupakan satu-satunya float yang mengatasnamakan
negara melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemkot
652,692 592,502
658,602626,100
650,883695,531
701,200634,194
683,584 688,341693,867
766,966
548,821 568,057598,068 608,093 600,191
674,402
745,451
621,084650,071 656,006 654,948
724,539
0,000
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2012
2011
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 60
Pagaralam, Sumatera Selatan. Sementara untuk float peserta lainnya mayoritas
digawangi oleh perusahaan antara lain seperti Taiwan oleh China Airlines dan
Thailand oleh perusahaan Dole. Dengan tema “Wonderful Indonesia”, Indonesia
menampilkan dua float, yakni main float berwujud Garuda Wisnu Kencana, yang
memiliki tinggi 30 kaki, lebar 18 kaki dan panjang 45 kaki. Sementara untuk satellite
float berwujud penari dari Pagaralam memiliki tinggi 16 kaki, lebar 14 kaki dan
panjang 14 kaki. Indonesia meraih penghargaan tertinggi ke-empat, yakni
President’s Trophy yang merupakan penghargaan untuk kategori peserta dengan
penggunaan bunga yang paling efektif dengan presentasi yang baik.
2. ASEAN TOURISM FORUM (ATF), 8 – 15 Januari 2012, Manado, Sulawesi Utara
ASEAN Tourism Forum merupakan event regional di kawasan ASEAN yang
bersifat internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergiliran menurut alphabet.
Pada tahun 2012 ini, ATF ke-31 berlangsung pada tanggal 8-15 Januari
2012,dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil tempat Manado, Sulawesi Utara.
ASEAN Tourism Forum 2012 dihadiri oleh
1.779 delegasi dari berbagai Negara meliputi;
443 buyers dari 51 negara (336 buyers dan
103 delegasi dagang), 174 media dari 37
negara (internasional & nasional), 896 sellers
dari 10 negara ASEAN dan 270 delegasi
VIP/NTO dari 15 negara. ATF 2012 meliputi 2
kegiatan yaitu: NTOs meeting yang
dilaksanakan pada tanggal 8-12 Januari 2012 dan Travel Exchange (Travex)
dilaksanakan pada tanggal 13-15 Januari 2012. Opening Ceremony dilaksanakan
pada tanggal 12 Januari 2012 bertempat di Convention Center, Grand Kawanua.
Dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. Budiono, dihadiri oleh
lebih kurang 1.600 undangan terdiri dari Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri
dari 10 negara ASEAN dan Menteri Pariwisata dan setingkat Menteri dari Jepang,
Korea, dan India, NTOs delegasi, buyers, sellers, media dan tuan rumah.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 61
3. VAKANTIEBEURS, 10 - 15 Januari 2012, Jaarbeurs, Utrecht - Belanda
Vakantiebeurs merupakan salah satu
bursa pariwisata internasional terbesar di
Belanda. Event tersebut merupakan suatu
wadah yang memberikan kesempatan bagi
kalangan industri pariwisata (travel agent,
hotelier, penerbangan) seluruh dunia untuk
mengembangkan hubungan bisnis baru di
bidang pariwisata sekaligus memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis yang
sudah ada secara efektif dan efisien. Paviliun Indonesia terletak di Hall 1. Musisi
sasando dan penyanyi serta coffee corner
selalu ramai mendapat perhatian
pengunjung selama Vakantiebeurs
berlangsung. Keikutsertaan Indonesia
pada Vakantiebeurs diwakilkan oleh 19
perusahaan, termasuk 5 tour operator
dan 1 majalah wisata dari Belanda.
Pavilion Indonesia memiliki 2 counter
Informasi didepan dan di belakang dan satu counter untuk coffee corner. Pelayanan
informasi adalah dari Kemparekraf, Putri Pariwisata dan dibantu oleh beberapa
mahasiswa yang belajar di Belanda. Pengunjung Vakantiebeurs yang mendatangi
Paviliun Indonesia banyak yang menanyakan informasi spesifik mengenai Jawa dan
Bali serta Maluku dan Papua.
4. ITB BERLIN, 7-11 Maret 2012, Berlin, Jerman
Kegiatan ITB Berlin 2012 merupakan travel expo terbesar di dunia diikuti oleh
10.644 exhibitor dari 187 negara di dunia dengan area seluas 160.000 m2 dan
jumlah 172.132 pengunjung Exhibitor. Kegiatan rutin yang dilaksanakan di Paviliun
Indonesia dari tanggal 7-11 Maret 2012, meliputi Business meeting di 62 meja
exhibitor; Demo membatik oleh 1st Runner Up Putri Batik Nusantara; Coffee Corner
oleh BANDAR KOPI; Cultural Performance: permainan biola sambil menyanyikan
lagu-lagu daerah Indonesia dan lagu-lagu populer mancanegara oleh 1st Runner Up
Putri Batik Nusantara; persembahan tari jaipong kontemporer oleh Putri Pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 62
Indonesia 2011; persembahan tarian
daerah Papua, Bali, dll oleh tim kesenian
persembahan KBRI Berlin dan Pemerintah
Daerah Papua & Bali; dan Information
desk dengan Putri Pariwisata, Putri Batik
Nusantara, Abang & None Jakarta sebagai
pemberi informasi;
Setiap perusahaan rata-rata mendapatkan 28 prospective agreement dengan
jumlah perolehan rata-rata 7.313 wisman. Sehingga perkirakan total devisa yang
dapat diperoleh dari keikutsertaan Indonesia pada event tersebut, sebagai berikut:
Total wisman yang dihasilkan = 28 x 7.313 = 208.061 wisman. Apabila dengan
asumsi pengeluaran per kunjungan US$ 1.118 maka total devisa yang diharapkan
adalah US$ 232.612.198 atau Rp. 2.140.000.000.000 atau 2,14 triliyun. Jadi
ekspektasi devisa yang dihasilkan dari keikutsertaan Indonesia pada ITB Berlin 2012
sebesar Rp. 2,14 triliyun.
Selain press conference, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga
diwawancarai secara eksklusif oleh beberapa media cetak dan elektronik. Sama
seperti tahun 2011, Indonesia mendapatkan penghargaan Go Asia Award 2012,
yaitu “Cerftificate of Achievement” sebagai Ranking ke-3 “Most Popular
Destination in Asia”.
5. CRUISE SHIPPING MIAMI (CSM) 2012, 12 – 16 Maret 2012, Miami, Florida, USA
Cruise Shipping Miami (CSM) 2012
merupakan Pameran Internasional Industri
Kapal Pesiar dan Destinasi Wisata Bahari
terbesar di dunia yang berlangsung di
Miami Beach Convention Center, Miami,
Florida, USA. Program kegiatan yang
dilaksanakan oleh Indonesia pada
Pameran Internasional Cruise Shipping Miami (CSM) 2011 terdiri dari:
Pameran/Exhibition meliputi pelayanan informasi dan pendistribusian bahan promosi
pariwisata Indonesia, souvenir, goodie bag dan informasi; Travex/Travel Exchange;
Awareness Campaign (Indonesia memasang iklan pada hari kedua dan ke-3 dalam
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 63
CSM Daily News); Indonesia Gathering dilaksanakan pada hari Rabu,14 Maret 2012
di Pavilion Indonesia yang dihadiri sekitar lebih 300 orang undangan terdiri dari
cruise lines, travel agent dan lain-lain. Kehadiran Menparekraf pada event ini
membawa dampak positif bagi para Cruise Liners untuk memprogramkan Indonesia
sebagai destinasi dari kapal pesiar dunia.
6. FLORIADE 2012, 5 April – 7 Oktober 2012, Venlo, Belanda
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berpartisipasi pada kegiatan
Floriade 2012 yang diselenggarakan pada tanggal 5 April – 7 Oktober 2012 di Kota
Venlo, Belanda. Venlo 2012 Holland World Expo-Floriade 2012 merupakan expo
berskala besar kelas dunia yang berlangsung selama 6 bulan. Event tersebut dibuka
secara resmi oleh Ratu Beatrix. Floriade 2012
merupakan event 10 tahunan dan tahun ini
merupakan keikutsertaan Indonesia yang
ketiga kalinya setelah tahun 1992 dan 2002.
Pada Floriade 2012, Indonesia akan
menampilkan berbagai peluang pariwisata,
perdagangan, dan investasi sebagai upaya
memperkenalkan budaya dan pariwisata, meningkatkan ekspor serta menarik
investasi ke Indonesia. Serangkaian acara pagelaran seni Arumba pimpinan Saung
Udjo dipentaskan sepanjang hari. Tari-tarian tradisional nusantara juga dipentaskan
di panggung paviliun Indonesia. Serangkaian dengan itu juga dilaksanakan
perlombaan membatik yang diikuti oleh peserta asing.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 204.023.971.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau
hanya sebesar 94,10%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar
101%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan
anggaran.
b. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara
Jumlah wisnus sangat berpengaruh terhadap potensi pendapatan negara dan
penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat di mana destinasi berada.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 64
Wisnus adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah
geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam) bulan dan bukan untuk
tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya
bukan rutin, dengan kriteria: (1) mereka yang melakukan perjalanan ke obyek
wisata komersial tidak memandangapakah menginap atau tidak menginap di
hotel/penginapan komersial ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100 km (PP);
(2) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata komersial tetapi
menginap dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang dari
100 km (PP); dan (3) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek wisata
komersial dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak
perjalanannya lebih dari 100 km (PP). Data jumlah wisnus diperoleh dari hasil
Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan
pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei ini kemudian diolah dan dipublikasikan
oleh BPS setiap 3 bulan sekali dengan selang waktu perbedaan data adalah 3 bulan
sejak bulan publikasi, yang kemudian diolah kembali oleh Kemenparekraf.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah perjalanan wisatawan
nusantara (Juta perjalanan)
245 245 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
perjalanan wisatawan nusantara” mencapai 245 juta perjalanan.
Indikator “Jumlah perjalanan wisatawan nusantara”, pada tahun 2012 perjalanan
wisnus diperkirakan mencapai 245 juta perjalanan atau naik sebesar 3.48%
dibandingkan tahun 2011 yaitu 236,75 juta perjalanan. Total pengeluaran pada
tahun 2012 sebesar 171,50 triliun rupiah dengan rata-rata pengeluaran sebesar 700
ribu rupiah.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, perkembangan
perjalanan wisatawan nusantara selalu meningkat tiap tahunnya. Dapat dilihat
dalam tabel dan grafik berikut ini :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 65
Tabel III.3
PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA
TAHUN
JUMLAH
PERJALANAN
(ribuan)
PENGELUARAN
PER PERJALANAN
(ribu Rp)
TOTAL
PENGELUARAN
(triliun Rp)
2001 195.771 324,58 58,71
2002 200.590 343,09 68,82
2003 207.120 373,56 70,87
2004 202.763 383,85 71,70
2005 198.359 398,97 74,72
2006 204.553 431,24 88,21
2007 222.389 489,95 108,96
2008 225.041 547,33 123,17
2009 229.731 600,30 137,91
2010 234.377 641,76 150,41
2011 236.752 662,68 156,89
2012*) 245.000 700,00 171,50
Sumber : BPS
Ket : *) Angka estimasi Kemenparekraf
Grafik III.2
PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA
Pencapaian jumlah perjalanan wisnus yang diperoleh selama setahun ini
disebabkan banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/Sabtu, Minggu dan
Senin) selain adanya liburan nasional. Selain itu faktor lainnya adalah munculnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 66
orang kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi juga teknologi informasi
dan berkembangnya konektivitas antar pulau melalui angkutan udara.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. ASEAN JAZZ FESTIVAL, 22 - 23 JUNI 2012, Habour Bay, Batam, Kepulauan
Riau
ASEAN JAZZ FESTIVAL 2012 (AJF) merupakan event tahunan yang ke-4
diselenggarakan oleh Kemenparekraf di Batam, melibatkan 50 musisi dari Negara :
Amerika, Kanada, Republik Chech, Hungaria, Belanda, Venezuela, Spanyol, Italia,
Vietnam, Filipina. Sebagai Festival Director adalah maestro musik Indonesia Dwiki
Dharmawan dengan WPE (World Peace Ensemble). Konsep event ini diarahkan
untuk menggerakkan perjalanan wisnus sekaligus sebagai AJF 2012 yang digelar
selama 2 hari, dengan 3 panggung, dihadiri lebih kurang 28.000 orang diantaranya
ajang menarik wisman khususnya Singapura dan Malaysia ke Batam.wisman dari
Malaysia dan Singapura. Keunikan Asean Jazz keempat ini menampilkan
perpaduan antara musik jazz dan musik tradisional. Opening Ceremony dihadiri
oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota Batam, Ketua Batam
Tourism Board, Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kepala Dinas Pariwisata
Propinsi Kepri, dan diliput oleh Media TVRI, SCTV, Trans TV, Trans 7, TV3
Malaysia, Kompas, Antara, Republika, Sindo, Sriwijaya Inflight Magazine, dan
media lokal.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 67
2. INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL, 15 - 16 September 2012, Musium Puri
Lukisan, Ubud - Bali
INTERNATIONAL COFFEE FESTIVAL yang
dilaksanakan di Daerah Ubud Propinsi Bali, Maharani
Production dan Panitia pelaksana dari Direktorat Promosi
Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Keatif sepakat menggunakan 4 tempat/lokasi yaitu
Museum Lukisan/Puri Lukisan, Puri Sarean, Royal Pita
Maha, dan perkebunan Kopi.
International Coffee Festival dibuka secara resmi oleh Bapak Putu Laksa Guna
selaku Irjen Kementrian Parekraf. ICF bertujuan mempromosikan kopi Indonesia
yang terkenal dengan keragamaan dan kekayaan varian dan cita rasa. “Kami juga
ingin mendorong kopi Indonesia supaya lebih dicintai di negerinya sendiri. Maka
bukan saja petani kopi yangakan terangkat
harkat martabatnya dan memiliki
kesejahteraan, daerah penghasilkopi di
Indonesia juga akan berpotensi sebagai
kawasan agrowisata, sehingga dapat
tercapainya eco tourism yang merupakan
Ekonomi Kreatif dan go green.”
Agrowisata merupakan kegiatan wisata yang berlokasi di kawasan pertanian
atau perkebunan. Di agrowisata, wisatawan akan diberi kesempatan untuk
mengunjungi perkebunan, melihat proses penanaman hingga panen. Biasanya
kebun-kebun yang dikunjungi khususnya perkebunan Kopi. Sehingga taraf
kesejahteraan petani kopi Indonesia akan meningkat. Maka, mulai saat ini
sebaiknya kita menjadi penikmat kopi dalam negeri. Penyelenggaraan International
Coffee Festival dilaksanakan di 4 tempat/lokasi yaitu Museum Lukisan/Puri Lukisan,
Puri Sarean, Royal Pita Maha, dan perkebunan Kopi Ubud – Propinsi Bali pada
tanggal 15-16 September 2012 yang dihadiri oleh 50 orang yang terdiri dari 38
orang peserta yang mengikuti Barista Workshop dan 12 orang peserta yang
mengikuti Bali Orign Tour (Kunjungan Ke Kebun Kopi), serta terdapat 11 peserta
booth dan 14 peserta dari berbagai media.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 68
Adapun beberapa kegiatan yang mendukung pencapaian target meningkatnya
jumlah wisman dan perjalanan wisnus, diantaranya adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 69
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 77.381.435.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau
hanya sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar
100%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan
anggaran.
6 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
World Economic Forum (WEF) setiap tahunnya mengeluarkan The Travel and
Tourism Competitiveness Report yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing
kepariwisataan Indonesia dibandingkan dengan 138 negara-negara lain di dunia,
yang dihitung melalui rata-rata kinerja kepariwisataan suatu negara berdasarkan 14
pilar yang digunakan sebagai dasar penilaian. Semakin tinggi nilai daya saing
kepariwisataan Indonesia (skala maksimum 7), maka diharapkan dapat
meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia yang akhirnya dapat berdampak
kepada peningkatan kunjungan wisman ke Indonesia.
Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia, dapat diukur dengan indikator:
daya saing kepariwisataan Indonesia, dan Jumlah lokasi Kawasan Strategis
V
i
s
i
t
I
n
d
o
n
e
s
i
a
T
o
u
r
i
s
m
O
f
f
i
c
e
r
s
(
V
I
T
O
)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 70
Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi
(Destination Management Organization(DMO)).
a. Daya saing kepariwisataan Indonesia
Nilai daya saing kepariwisataan Indonesia diperoleh melalui hasil survei yang
dilakukan oleh WEF dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI).
Indeks ini membandingkan daya saing kepariwisataan negara-negara di dunia
menggunakan 14 pilar penilaian. Pada sebagian pilar, Kemenparekraf berperan
sebagai leading sektor, sementara di pilar lainnya, Kemenparekraf perlu
berkoordinasi dengan Kementerian untuk mendorong pembangunan di sektor yang
terkait kepariwisataan. Semakin baik nilai daya saing, maka diharapkan semakin
baik pula citra kepariwisataan Indonesia, sehingga mampu menarik lebih banyak
wisatawan ke Indonesia.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Daya saing kepariwisataan Indonesia
(Nilai)
4,04 4,03 99,7
Daya saing atau competitiveness kepariwisataan Indonesia dinilai dari Tourism
and travel index competitiveness. Pada tahun 2012, data WEF menunjukkan
adanya peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia dari nilai 3.96 di peringkat
74 menjadi 4.03 di peringkat 70. Dapat disimpulkan target daya saing
kepariwisataan Indonesia tercapai sebesar 99,7%.
Indikator “Daya saing kepariwisataan Indonesia” berupa penilaian daya saing
kepariwisataan, kepariwisataan Indonesia dinilai dari sumber daya alam dan budaya
yang dimiliki. Selain itu, Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga,
baik hotel, tiket, airport tax maupun harga bahan bakar. Daya saing kepariwisataan
Indonesia pada tahun 2011 menempati posisi ke 74 dari 139 negara.
Pada tahun 2012 tidak dilakukan penilaian terkait daya saing kepariwisataan.
Asumsi pencapaian target tersebut diperoleh karena berbagai kegiatan dilakukan
untuk pencapaian indikator tersebut, antara lain:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 71
1. Rapat koordinasi pariwisata nasional,
2. Destination review,
3. Penataan fasilitas di daya tarik wisata,
4. Penyusunan standar usaha,
5. Advokasi tata cara pendaftaran usaha,
6. Penyusunan travel pattern,
7. Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi,
8. Pengelolaan destinasi pariwisata (DMO),
9. Aktivasi zona kreatif,
10. Pemetaan wisata kuliner Indonesia,
11. Pengembangan 7 wisata minat khusus dan MICE,
12. Pengembangan desa wisata,
13. Bimtek sadar wisata.
b. Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas tatakelola destinasi (Destination Management
Organization(DMO))
Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi yang difasilitasi
dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders,
pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan
organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola
destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan
berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator
lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Kemenparekraf untuk mewujudkan
peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku
kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang
berkualitas di lokasi DPN. Semakin banyak lokasi DPN yang difasilitasi maka
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 72
semakin besar masyarakat yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata
dengan tata kelola yang baik.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target
dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah lokasi Kawasan Strategis
Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas tata kelola
destinasi (Destination Management
Organization(DMO)) (Lokasi)
15 15 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan
kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO))”
mencapai 15 lokasi, atau dengan capaian sebesar 100%.
Indikator “Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi
untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management
Organization (DMO)” berupa lokasi/cluster. Kelima belas lokasi/cluster tersebut
antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-
Tengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB),
Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja
(Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua).
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
Asistensi Pengelolaan Destinasi Pariwisata (DMO)
Program Destination Management Organization (DMO) sejak tahun 2010
dilaksanakan secara berkelanjutan berbasiskan proses (dimulai dari perencanaan
hingga operasional dan pemantauan) dalam perspektif Destination Management
System melalui pembentukan dan pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
atau DMO.
Lokasi pilihan yang dikembangkan dengan menerapkan konsep DMO, yaitu:
Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 73
Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-
Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel),
Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua).
Fasilitasi tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO)
pada tahun 2012 dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Management Training DMO
Dalam rangka optimalisasi kualitas pengelolaan destinasi pariwisata melalui
pembentukan dan pengembangan DMO dinilai perlu untuk melaksanakan
Management Training DMO untuk memperkuat kompetensi personil yang
terlibat dalam kegiatan pembentukan dan pengembangan DMO. Management
Training DMO juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi/kecakapan
konsep, pengetahuan, skill, leadership yang luas tentang DMO.
Kegiatan Management Training DMO diselenggarakan 3 (tiga) kali di Jakarta
dengan target peserta antara lain :
Dinas Pariwisata di 15 lokus DMO
Pokja DMO (fasilitator destinasi, fasilitator lokal, pelaksana teknis)
LSM, akademisi, peneliti, asosiasi
Pola partisipasi DMO diharapkan terjadi dengan dukungan dan peran seluruh
stakeholder, pemerintah, pihak swasta maupun masyarakan di destinasi.
2. Konferensi Nasional DMO
Konferensi Nasional DMO 2012 diselenggarakan untuk ke-3 (tiga) kalinya di
Hotel Niagara Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara
dengan tema ”menuju pengelolaan destinasi pariwisata yang berkelanjutan
(Towards Sustainable Destination Management)”.
Konferensi ini ditujukan untuk mewujudkan sinergi tata kelola destinasi diantara
seluruh stakeholders pariwisata, membangun komunikasi lintas sektor dan
daerah, melakukan sharing best practices tata kelola destinasi, mengukur dan
menilai perkembangan/kemajuan setiap DMO, meningkatkan partisipasi dan
intervensi stakeholders dan masyarakat dalam pengelolaan destinasi pariwisata,
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemerintah daerah dalam tata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 74
kelola destinasi pariwisata di Indonesia dan mendiseminasikan pengembangan
tata kelola destinasi pariwisata di Indonesia.
Acara yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah di 15 lokasi DMO, pihak
industri pariwisata (swasta), masyarakat, kalangan akademisi serta 15 cluster
DMO Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, dilanjutkan pada hari
kedua dengan pilihan technical visit ke Geopark Samosir dan Tobasa (Museum
TB Silalahi dan Taman Eden).
3. Fokus Aktivitas (Bimbingan Teknis, Stakeholder Meeting, dll) yang sudah
Dilakukan pada Setiap Cluster DMO
Pencapaian fasilitasi tata kelola destinasi selanjutnya adalah pelaksanaan
aktivitas baik berupa bimbingan teknis, stakeholder meeting, atau lainnya untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman stakeholders dalam mengelola
destinasi yang berkualitas, menemukenali permasalahan dan menjawab
permasalahan serta mengidentifikasi potensi pariwisata yang ada di 15 DMO.
Fokus aktivitas dari setiap cluster antara lain :
a. Sabang : Koordinasi penyusunan rencana kerja dengan WEH green tourism
working group, stakeholder meeting, Pelatihan pembuatan sabun ramah
lingkungan (eco-soap) dan pengembangan industri kreatif, pelatihan
pelayanan prima bidang restoran dan rumah makan, pelatihan bidang
housekeeping dan front office, Penguatan kelompok kerja,
b. Toba : Stakeholder Meeting Tingkat Kabupaten, Koordinasi Penataan Tata
Ruang Danau Toba dengan Kementerian PU, Koordinasi penyesuaian tarif
jasa angkutan Samosir, Koordinasi dengan kepala-kepala desa di
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Kecamatan Ajibata, Workshop
Lintas Sektor Tingkat Provinsi, Pelatihan peningkatan pelayanan prima (front
office hotel dan food and beverages), Penyusunan Paket Wisata, Pelatihan
peningkatan pelayanan pedagang buah, Pelatihan kewirausahaan dan
pembuatan souvenir, Pelatihan untuk pemandu wisata di Kabupaten Toba
Samosir, Penyusunan Tourism Management Plan Kabupaten Tobasa,
Perencanaan Fasilitas pariwisata Kabupaten Tobasa, Pembuatan data
baseline pariwisata Kabupaten Tobasa, Tes tour kepada buyers nasional dan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 75
internasional (Jelajah Danau Toba), Kampanye kebersihan lingkungan
berupa clean-up sekitar Danau Toba dan pemasangan publikasi.
c. Pangandaran : Workshop stakeholders Penyelarasan Langkah Strategis
DMO, Pelatihan Pengembangan Pariwisata Daerah” untuk berbagai Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Ciamis, Stakeholder Meeting
Persiapan Penataan Kawasan Pangandaran musim Lebaran 2012,
Koordinasi Dengan Pemerintah Daerah, Lokakarya Pengembangan Produk
Wisata Baru, Pengenalan Produk Pariwisata Pangandaran (Jelajah
Pangandaran 2012), Penyusunan Skenario Penataan Destinasi Wisata
Pangandaran pada Libur Tahun Baru 2013, Stakeholder Meeting :
Pangandaran Bersih dalam Libur Tahun Baru 2013.
d. Kota Tua : Stakeholder Meeting pembentukan dan strukturisasi organisasi
LWG, Assessment soft competency dan talent mapping LWG, Penguatan
kerjasama LWG melalui team building dan outbound, Pemetaan potensi
industri kreatif, Pelatihan industri kreatif untuk pemanfaatan limbah menjadi
barang kerajinan, Pelatihan peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal,
Kajian strategis dalam penyusunan Tourism Management Planning.
e. Borobudur : Sosialisasi Program DMO Borobudur Lintassektor, Strukturisasi
dan perumusan anggaran LWG DMO Borobudur, Penjajakan komitmen
dengan Bupati Magelang, Koordinasi program stakeholders dengan PT.
Coca Cola Indonesia dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan,
dan Ratu Boko (PT. TWCBP-RB), Penyusunan Tourism Management Plan
dan draft komitmen pengembangan tata kelola destinasi, Pelatihan
pembibitan dan penghijauan, Pembentukan kelompok kerja di setiap desa
wisata.
f. Bromo-Tengger-Semeru : Stakeholder Meeting, Memberikan dukungan
kepada kelompok kerja lokal dalam rangka persiapan upacara Yadnya
Kasodo, Pelatihan pembuatan cinderamata untuk pelaku pariwisata
paguyuban pedagang kaki lima, Diskusi rencana penataan manajemen
pengunjung di Bukit Penanjakan, Lautan Pasir dan Puncak Gunung Bromo.
g. Bali Batur : Stakeholder Meeting, Pelatihan Tata Kelola Destinasi berbasis
komunitas DMO kepada para stakeholders dan masyarakat di Kintamani,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 76
Studi banding Pengelolaan DTW Tanah Lot dan Seafood Kedonganan,
Penyusunan Prosedur Standar Operasi Untuk Berbagai Aktivitas Wisata Di
Kawasan Pariwisata Kintamani, Pelatihan Pengembangan Pariwisata DTW
Kintamani Menuju Green Tourism melalui Community Based Tourism.
h. Rinjani : Stakeholder Meeting untuk dukungan pengembangan destinasi
berlangsung Senaru-Lombok Utara dan Sembalun-Lombok Timur,
Penguatan teknis kelompok kerja melalui perencanaan pariwisata
berkelanjutan, Identifikasi Potensi Pengembangan Produk Ekowisata,
Koordinasi dan sosialisasi penyusunan perencanaan pariwisata di kawasan
Gunung Rinjani.
i. Flores : Promosi Flores di event ATF Manado, Peresmian sekretariat DMO
oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pelatihan untuk TMO tentang
sistem komputer, sitem keuangan, brand manual, promosi dan distribusi,
Pembuatan master Plan Pariwisata Flores, Pembuatan Produk buku-buku
Flores & Kartu Pos, Pertemuan Bupati se Flores di Surabaya, Pelatihan
Guide & Service utk Home Stay dan Restaurant di desa wisata Moni – Ende,
Pelatihan pembuatan Business Plan bagi TMO se Flores, Presentasi
Business Plan di depan: Presidium, Pengurus TMO, Stakeholder, Advisory
Board, Menteri pariwisata dan beberapa Bupati.
j. Tanjung Puting : Penyusunan kegiatan tatakelola kunjungan, Pembuatan
modul pelatihan pemandu berlisensi, Pelatihan pemandu SKKNI dan
Pemandu Wisata Minat khusus, Pelatihan Pembuatan Paket wisata,
Pelatihan online pariwisata melalui blog, Pelatihan untuk pemahaman
tentang desa wisata dan kerajinan, Penyusunan SOP bersama dalam
peningkatan pelayanan Klotok Wisata, Lokakarya lintas sektoral dan
harmonisasi program kegiatan, Program penyadartahuan mengenai kawasan
konservasi, pelestarian flora dan fauna serta kebudayaan dan adat istiadat
kepada siswa sekolah serta masyarakat desa penerima PNPM mandiri
pariwisata, Mengundang blogger pariwisata internasional dan nasional
melalui kegiatan famtrip, Pembuatan media online (website)
www.ourangutan.com sebagai media komunikasi dan informasi, Penyusunan
Tourism Management Plan (TMP), Perencanaan tatakelola daya tarik wisata
Tanjung puting.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 77
k. Derawan : Stakeholder Meeting, Dukungan Pencanangan Gerakan
Indonesia Bersih (GIB) di pantai Derawan, Pencanangan Desa Derawan dan
Maratua menjadi Desa Wisata oleh Menparekraf, Penandatanganan Nota
Kesepahaman (MOU) antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif –
Pemkab Berau-Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tentang
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pengembangan Destinasi
Pariwisata di Kep. Derawan selama 5 tahun, Dukungan pelaksanaan KKN
Tematik mahasiswa UGM untuk tahun pertama di P. Maratua, Pengenalan
destinasi Pulau Derawan, pulau Sangalaki, dan Pulau kakaban kepada
wartawan nasional melalui famtrip, Koordinasi lintas sektor, Pelatihan
kecakapan mengemudi sarana angkutan laut speed boat, Pelatihan
pengelolaan sampah menjadi souvenir berbasis komunitas kampung,
Pelatihan dan sertifikasi selam untuk Guide Selam, Pelatihan keselamatan
penyelaman kepada pemandu, Koordinasi Lintas Sektor untuk penyusunan
workplan, Penyusunan Tourism Management Plan (TMP), Penguatan
Kelompok Kerja Nasional, Perencanaan Fasilitas Pariwisata dan eksplorasi
data serta dokumentasi.
l. Bunaken : Stakeholder Meeting, Pelatihan pengelolaan sampah dan limbah
sebagai upaya mereduksi jumlah sampah yang ada di kawasan TN Bunaken,
Pelatihan pendataan pariwisata dan pembuatan website, Penyusunan
alternatif destinasi wisata selain kawasan Bunaken, Pelatihan pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam
seperti buah jamlang, kenari serta kayu-kayu bekas menjadi sesuatu bernilai
ekonomis.
m. Toraja : Penandatangan Nota Kesepakatan DMO Toraja, Stakeholders
Meeting: Sinergitas Program DMO, Pelatihan pengelolaan daya tarik
wisata/destinasi pariwisata budaya dan parwiisata berkelanjutan, Pelatihan
pengelolaan hotel non bintang, Dukungan Pelaksanaan pertemuan atau
musyawarah orang Toraja “Toraya Makombongan”, Koordinasi Rencana
Tata ruang KSN Toraja.
n. Wakatobi : Penyelenggaraan Dialog dan penyusunan draft kebijakan
bersama dalam upaya mendorong kebijakan daerah yang mengakomodir
hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir & laut,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 78
Penilaian dan pendataan desa wisata prioritas bekerjasama dengan Bank
Mandiri dan British Council, Pelatihan home industry: pembuatan souvenir
dari anyaman daun pandan, pengemasan home stay, Pelatihan pelayanan
prima untuk hotel, Pelatihan selam untuk pemandu wisata khusus, Koordinasi
Lintas Sektor.
o. Raja Ampat : Pelatihan peningkatan kualitas kerajinan tangan tempurung
kelapa purung kelapa dan pemberian dukungan peralatan, Pelatihan
“hospitality” bagi pengusaha homestay local, Pelatihan pembuatan paket
wisata homestay, Pelatihan kerajinan kerang mutiara dan pemberian
dukungan alat-alat bagi penduduk yang tinggal di sekitar perusahaan kerang
mutiara, Memfasilitasi stand informasi DMO pada pameran di festival Raja
Ampat, Stakeholder meeting untuk mendorong pembentukan kelompok kerja
di tingkat masyarakat dan asosiasi homestay local, Pembentukan LWG dan
penyusunan Tourism Management Planning Raja Ampat.
7 Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran terciptanya
diversifikasi destinasi pariwisata adalah Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi
Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata,
Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata, dan
Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan.
Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata, dapat diukur dengan indikator:
Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi destinasi pariwisata; Jumlah desa yang difasilitasi untuk
dikembangkan sebagai desa wisata; dan Jumlah pola perjalanan yang
dikembangkan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 79
a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi destinasi pariwisata
Jumlah DPN adalah sebanyak 50 DPN yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Di setiap DPN terdapat KSPN/KPPN yang didalamnya terdapat
beberapa daya tarik yang dapat dikembangkan. Setiap tahunnya Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengembangkan daya tarik wisata baik yang
bersifat rintisan, pemeliharaan maupun revitalisasi dari daya tarik wisata yang ada.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi
Pariwisata Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi destinasi
pariwisata (Daerah)
29 29 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan
menjadi destinasi pariwisata” mencapai 29 daerah. Berdasarkan Rencana induk
pengembangan pariwisata nasional, pembangunan kepariwisataan diarahkan di 50
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif mengembangkan 29 DPN yang akan dikembangkan secara
bertahap baik perencanaan maupun pembangunan fasilitas pariwisata.
Indikator “Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang
dikembangkan menjadi destinasi pariwisata” berupa pengembangan 29 daya tarik
wisata tersebut, seperti DMO, bantuan TP/ Dekon, Travel Pattern, dll.
Tujuan dari pengembangan ke-29 daya tarik tersebut adalah untuk menciptakan
nilai tambah sehingga keunikan, keindahan dan nilai keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia dapat menjadi ciri khas destinasi pariwisata
di Indonesia.
Adapun ke-29 daya tarik wisata tersebut adalah Weh (Sabang), Nias, Oba,
Mentawai (Siberut), Pulau Abang, Tanjung Lesung, Kep. Seribu, Kota Tua,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 80
Pangandaran, Karimun Jawa, Candi Borobudur, Dieng, Merapi – Sleman, Bromo –
Tegger – Semeru, Batur, Rinjani, Tambora, Komodo, Kelimutu, Sentarum, Tanjung
Putting, Derawan, Toraja, Togean, Tomini, Bunaken, Wakatobi, Banda
(Bandaneira), dan Raja Ampat.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui
pengembangan daya tarik wisata alam, budaya dan buatan serta produk wisata
minat khusus.
b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata
Desa wisata yang difasilitasi dihitung melalui jumlah desa yang
dikembangkan melalui PNPM Mandiri. Pengembangan desa wisata dilakukan
sebagai penerapan prinsip community based tourism untuk melibatkan masyarakat
lokal dalam pengembangan pariwisata setempat. Semakin banyak desa yang dapat
difasilitasi maka diharapkan desa tersebut dapat menjadi alternatif tujuan wisata dan
dapat meningkatkan lama tinggal serta pengeluaran wisatawan di Indonesia.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk
dikembangkan sebagai desa wisata
(Desa)
978 978 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 978
desa atau 100%.
Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa
wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan
sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi
seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 81
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Gerakan Nasional Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona.
2. Gerakan Indonesia Bersih.
3. Pembinaan dan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata.
4. Pembinaan Sadar Wisata di Kalangan Pramuka.
5. Penghargaan Toilet Bersih di Taman Rekreasi/Hiburan.
6. Kegiatan Lomba Foto Sadar Wisata.
7. Pemanfaatan Media Elektronik dan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat.
8. Pemanfaatan Media Tradisional dalam rangka Sadar Wisata.
9. Pemanfaatan Media Cetak dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat.
10. Koordinasi Pencegahan Zoonosis di Lingkungan Pariwisata.
11. Sosialisasi Permen Budpar tentang PESA dan Pencegahan HIV/AIDS di Lingkungan Pariwisata.
12. Bimbingan Teknis Pengamanan di Destinasi Pariwisata.
c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan
Pola perjalanan pariwisata adalah struktur, kerangka, dan alur perjalanan
wisata dari satu titik destinasi ke titik destinasi lainnya yang saling terkait yang berisi
informasi tentang fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang memberikan berbagai
pilihan perjalanan wisata bagi industri maupun individu wisatawan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata.
Semakin bervariasi pola perjalanan yang ditawarkan maka diharapkan dapat
meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Indonesia.
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
3. Jumlah pola perjalanan yang
dikembangkan (Pola)
13
17 130
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 82
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pola perjalanan yang dikembangkan” mencapai 17 pola.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik
dalam maupun luar negeri, meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan pemerataan
pengembangan pembangunan pariwisata daerah dengan sasaran terwujudnya pola
perjalanan wisata (travel pattern) melalui identifikasi dan pemetaan potensi obyek
dan daya tarik wisata, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas menuju lokasi daya
tarik wisata di destinasi pariwisata. Penyusunan pola perjalanan (travel pattern)
yang didasarkan pada kebutuhan pasar wisatawan, baik mancanegara maupun
nusantara tersebut diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan,
meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan dapat mendorong pengembangan dan
meningkatkan daya saing pariwisata daerah. Selain itu, penyusunan pola perjalanan
(travel pattern) merupakan langkah alternatif yang diharapkan dapat memberikan
dampak ekonomi tidak hanya bagi stakeholder, namun juga masyarakat luas.
Dengan adanya kegiatan review ini diharapkan dapat diketahui jumlah paket wisata
yang telah dibuat oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) berdasarkan pola-pola
perjalanan wisata yang telah ditetapkan, pola-pola perjalanan wisata yang paling
banyak diminati oleh BPW dalam pembuatan paket wisata, hambatan yang dihadapi
dalam pembuatan paket wisata, dan solusi pemecahannya.
Hasil yang diharapkan adalah dengan terwujudnya pola-pola perjalanan wisata
(travel pattern) yang mampu memberikan gambaran untuk keanekaragaman daya
tarik wisata serta ketersediaan fasilitas pendukung dan aksesibilitasnya, selanjutnya
akan menjadi acuan bagi para stakeholders dalam menyusun paket wisata yang
lebih baik dan menarik bagi wisatawan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: kegiatan
Penyusunan Travel Pattern untuk 3 daerah (Bali, DKI Jakarta, dan Jawa Barat), dan
Review Penyusunan Travel Pattern untuk 10 daerah (Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka
Belitung, Kepulauan Riau, NTT, dan NTB). Kegiatan review merupakan evaluasi
terhadap pola-pola perjalanan wisata (travel pattern) sebagai hasil dari kegiatan
Penyusunan Pola Perjalanan Wisata (Travel Pattern) yang dilaksanakan oleh Dinas
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 83
Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi bersama DPD ASITA sebelumnya, yang
seluruhnya mencakup 13 (tiga belas) pola perjalanan wisata dan 4 pola perjalanan
wisata tematik, yaitu trail of civilization, wisata pendidikan, wisata kesehatan dan
wisata ziarah. Kegiatan ini dilaksanakan selama periode bulan September s.d.
Desember 2012.
8 Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif
dan efisien
Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan
efisien”, ditandai oleh Pemasaran dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil
yang maksimal serta tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar, bekerjasama
dengan stakeholders yang terkait dalam pengembangan pemasaran pariwisata, dan
penetapan pasar wisatawan sesuai dengan karakteristik daerah tujuan wisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur terciptanya pemasaran pariwisata
yang efektif dan efisien adalah: Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan
mancanegara ke Indonesia, Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di
mancanegara, Produktivitas investasi pemasaran luar negeri, Produktivitas
investasi pemasaran dalam negeri, Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia
mengenai kepariwisataan Indonesia.
a. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia
Rasio konsentrasi yang akan digunakan sebagai indikator adalah rasio
konsentrasi 5 negara pasar wisatawan mancanegara (CR5), yang mengandung
makna bahwa persentase jumlah wisatawan mancanegara dari 5 pasar utama
wisatawan mancanegara dibandingkan dengan seluruh jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia. Semakin besar nilai CR5, menunjukkan
bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara Indonesia berasal dari 5 pasar
tersebut. Hal ini berisiko terhadap kepariwisataan Indonesia, karena jika terjadi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 84
permasalahan terhadap 5 pasar tersebut, maka akan mengakibatkan jumlah
wisatawan mancanegara Indonesia akan mengalami kontraksi yang signifikan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendiversifikasi pasar wisatawan
mancanegara sehingga nilai CR5 semakin menurun.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal
wisatawan mancanegara ke Indonesia
(CR5 (%))
63,5 53,35 115,98
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Rasio
konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai
53,35%. Menurunnya Rasio Konsentrasi Pasar Wisatawan mancanegara ke
Indonesia merupakan sebuah capaian yang baik pada tahun 2012 apabila
dibandingkan dengan 2011. Pencapaian ini membuktikan bahwa Indonesia tidak
tergantung pada konsentrasi pasar yang telah ditentukan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, akan tetapi mampu mendatangkan wisatawan mancanegara
lainnya selain fokus-fokus pasar yang ditentukan. Realisasi wisman tahun 2012
berhasil mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 8 juta wisman.
Kemudian jika melihat realisasi CR5 menurun dari target, artinya pencapaian target
tersebut tersebar ke 16 pasar, bukan hanya 5 pasar utama saja. Adapun pasar
diluar 5 pasar utama tersebut yang tumbuh cukup signifikan antara lain Amerika
Serikat, Jerman, India dan Filipina.
Indikator “Rasio konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke
Indonesia” berupa Realisasi kedatangan wisatawan mancanegara periode Januari-
Oktober 2012 untuk lima fokus pasar utama sebanyak 3.512.459 wisman atau
mencapai 53,35% dari total kunjungan wisman periode Januari – Oktober sebesar
6.583.629 wisman sehingga pencapaian pertumbuhan rasio konsentrasi pemasaran
pariwisata pada lima negara pasar utama mencapai 115,98%. Hal ini menunjukkan
penyebaran kunjungan wisman naik dari pasar utama lainnya dan pasar-pasar baru.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 85
Untuk menunjang promosi pariwisata Indonesia agar lebih dapat dikenal di
pasar-pasar utama Ditjen Pemasaran menunjuk kantor perwakilan promosi
pariwisata Indonesia di 12 negara pasar utama atau 13 lokasi (RRT terbagi atas dua
lokasi, yaitu Beijing dan Guang Zhou).
Berdasarkan target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada
tahun 2012 sebesar 9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di
luar negeri sebesar Rp 164.486.471.000,- maka produktivitas investasi pemasaran
luar negeri mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali
atau melampaui target sebesar 104%. Sedangkan untuk produktivitas investasi
pemasaran dalam negeri, dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan
investasi promosi pariwisata di dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka
produktivitas investasi promosi pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau
melampaui target sebesar 129 %.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. NATAS Travel Fair Singapura
2. MATTA Fair Kuala Lumpur
3. Tournamen of Roses Pasadena
4. Vakantibeurs, Utrech Belanda
5. ITB Berlin Jerman
6. Indonesia Cultural Night, India
7. EMITT, Istanbul Turki
8. India MICE Gathering, India
9. Perth Holiday & Travel Expo, Australia
10. Pemasangan Iklan Media Cetak di FVW Daily
11. Festival Indonesia di Amerika
12. Miami Cruise Shipping, USA
13. Salon Du Mondial, Paris
14. Melbourne Travel Expo, Australia
15. Sydney Travel Expo, Australia
16. Pasar Malam Indonesia
17. Indofest, Australia
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 86
18. Pertunjukan Musik dan Budaya Et Cetera& Festival Indonesia di Adelaide,
Australia
19. Venlo 2012 Holland World Expo, Floriade Belanda
20. Marine Diving Fair
21. Consumer Selling Selangor, Malaysia
22. Asian Diver Expo, Singapura
23. Brisbane Travel Expo, Australia
24. ITCC, China
25. COTTM, China
26. Indonesia Night 2012, China
27. Tong Tong Fair, Belanda
28. International Meeting Exhibition (IMEX), Jerman
29. World Islamic Tourism Mart, Malaysia
30. Asian Resort Expo, Singapura
31. Sales Mission Korea, Seoul Korea
32. Korea World Travel Fair (KOTFA), Korsel
33. MATTA Farir Johor Baru, Malaysia
34. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Jerman
35. Sales Mission Australia
36. Les Tonneres de Brest, Perancis
37. Sales Mission India
38. Busan International Travel Fair, Korea
39. Oceania Dive Ecotourism Expo, Sydney Australia
40. Festival Indonesia di Jepang
41. Shangahi Tourism Festival, China
42. Amazing Bali Fair, China
43. Top Resa, Paris
44. Otdykh Leisure, Rusia
45. JATA Travel Showcase, Jepang
46. ITB Asia, Singapura
47. Pagelaran Wayang Orang “Banjaran Gatot Kaca”, Paris
48. Taipe International Travel Fair 2012, Taiwan
49. Festival Batik Fashion Show & Cultural Night, Manila
50. Malaysia International Travel Mart, Malaysia
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 87
51. New York Marathon 2012, USA
52. Eat & Style, Munchen Jerman
53. Promosi Wonderful Indonesia di Rusia
54. World Travel Market, Inggris
55. DEMA Show, Orlando USA
56. Tourism, Trade Investmen, Jerman
57. CITM, Shanghai China
58. Sales Mission Filipina
59. Fashion Show Busana Muslim, Australia
60. Indonesia Year End Festive, Beijing
b. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara
VITO akan dikembangkan di 12 negara yang menjadi target utama pasar
wisman ke Indonesia, yaitu: Australia (Sydney), China (Beijing, Guangzho), Japan
(Tokyo), Jerman (Munich), India (New Delhi), Singapura, Malaysia (Kuala Lumpur),
UAE (Dubai),Perancis (Paris), Belanda (Amsterdam), Rusia (Moskow), Korea
(Busan). VITO memiliki tugas dan fungsi sebagai sumber informasi kepariwisataan
Indonesia dan melakukan promosi penjualan pariwisata di negara bersangkutan.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer
(VITO) di mancanegara (Lokasi)
13
13
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) di mancanegara” mencapai 13 lokasi, dipilih
berdasarkan target pasar utama pariwisata Indonesia. Berikut ini ke 13 lokasi atau
kota di dunia yang telah mempunyai kantor VITO, adalah sebagai berikut :
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 88
Tabel III.4
VISIT INDONESIA TOURISM OFFICER (VITO)
No Visit Indonesia Tourism Officer Address
1 Australia c/o Aviareps Oceania
Level 5 No. 68 Alfred Street,Milsons Point,
Sydney, NSW, 2061, Australia
Phone: +61 2 9959 4277
Fax: +61 2 9929 4543
Website: www.visit-indonesia.com.au
2 China – Beijing c/o Aviareps Marketing Garden
Suite 81, Building 3
Jianguomenwai Diplomatic Compound
No.1 Xiushuijie, Chaoyang District, Beijing,
100600, P.R. China
Phone: +86 10 8532 2805 ext. 191
Fax: +86 10 8532 3845
Website: www.visit-indonesia.com.cn
3 China – Guangzhou c/o Travel Link Marketing
Room 2412, South Tower,
Guangzhou World Trade Centre,
Huan Shi Dong Road, Guangzhou 510095,
P.R. China
Phone: +86 20 8760 9545
Fax: +86 20 8760 7895
Website: www.visit-indonesia.com.cn
4 France c/o Interface Tourism
11 bis, rue Blanche, 75009 Paris, France
Phone: + 33 153 251 10
Fax: + 33 153 2511 12
Website: www.tourisme-indonesie.fr
5 Germany c/o MK Advertising Travel
Visit Indonesia Tourism Officer (VITO)
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 89
No Visit Indonesia Tourism Officer Address
Widenmayerstraße 12 | 80538 München
Phone: +49-89-590 439 06
Fax: +49-89-516 568 94
www.tourismus-indonesien.de
6 India c/o OM Tourism
G 1285, Chittranjan Park,
New Delhi – 110019,India
Phone: +91 11 4155 0854
Fax: +91 114 155 3034
Website: www.visitindonesia.co.in
7 Japan c/o Vacation Marketing Corporation (VMC)
Tomii Bldg. 2Fl., 8-23 Sumiyoshi-cho,
Shinjuku-ku, Tokyo 162-0065, Japan
Phone: +81 3 5363 0158
Fax: +81 3 3353 8521
Website: www.visitindonesia.jp
8 Malaysia c/o Inspiring Destinations SDN BHD
Lot 125, 1st Floor
Wisma MPL
Jalan Raja Chulan,50200 Kuala Lumpur,
Malaysia
Phone: 603-21456411
Fax: 603-7728 5415
Website: www.visit-indonesia.com.my
9 Middle East c/o Marta Consulting
Office 103, Arjaan Al Sufouh Tower
Dubai Media City
P.O.Box 502855
Dubai, UAE
Tel.: +971 44 278 110
Fax: +971 44 278 109
Website: www.visitindonesia.ae
10 Netherlands c/o TMC Netherlands
Nieuwendammerkade 26G
1022 AB Amsterdam, The Netherlands
Phone: +31 20 670 5211
Fax:+31 20 670 5357
Website: www.toerisme-indonesie.nl
11 Republic of Korea Seoul : Richensia A206, Yoido-dong,
Youngdeungpo-gu, Seoul, Korea
Tel: (82) 70.4203.0041, HP: (82) 10.3580.0041,
Fax: (02)761.5675
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 90
No Visit Indonesia Tourism Officer Address
Busan : 4th Fl. Busan Indonesia Center,
No.1900, Geumgog-dong, Bug-gu, Busan,
Tel:(82) 51.612.0041, HP: (82) 10.3580.0041,
Fax: (82) 51.806.5674
12 Rusia c/o Aviareps Tourism
Olympik Plaza II
39, Prospect Mira, Bldg. 2
129110 Moscow, Russia
Phone: +7 495 775 39 20 ext. 124
Fax: +7 495 937 59 51
Website: www.go-to-indonesia.ru
13 Singapore SS Tourism Marketing
390 Victoria Street, #03-40
Golden Landmark Shopping Centre
Singapore, 188061
Phone: +65-629-88277
Fax: +65-629-88275
Website: www.visit-indonesia.sg
Pencapaian Realisasi VITO ini dikarenakan adanya beberapa kegiatan, yaitu
dengan melakukan analisa pasar potensial pariwisata luar negeri, co-marketing
yaitu bekerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap mampu membantu
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, seperti
Airlines, KBRI dan lain sebagainya, serta kegiatan Familization Trip dengan
mengundang para media dan pihak-pihak yang mampu memasarkan wpariwisata
Indonesia di luar negeri. Beberapa kegaitan di ataslah yang dianggap mampu dalam
mencapai peningkatan Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) diluar negeri.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 19.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 18.943.608.000,- atau hanya
sebesar 99,7%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
c. Jumlah Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara
Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di luar negeri salah
satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran
luar negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas ini dapat
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 91
diukur melalui rasio jumlah devisa dibandingkan dengan nilai investasi pemasaran
luar negeri. Semakin besar devisa yang dihasilkan dari setiap rupiah yang
diinvestasikan untuk kegiatan pemasaran luar negeri, maka Kemenparekraf
semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan
destinasi pariwisata Indonesia di luar negeri. Fokus utama pasar pariwisata
Indonesia hingga tahun 2014 adalah: Singapura, Malaysia, Australia, China,
Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India,
Belanda, Timur Tengah, Jerman, dan Rusia, yang tentunya akan dievaluasi setiap
tahunnya dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi setiap tahunnya.
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
3. Produktivitas investasi pemasaran luar
negeri (Kali)
474 496,29 104,70
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Produktivitas investasi pemasaran luar negeri” mencapai 496,29 kali. Berdasarkan
target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar
9.070,48 juta US Dollar, dengan investasi promosi pariwisata di luar negeri sebesar
164.486.471.000,- rupiah maka produktivitas investasi pemasaran luar negeri
mencapai rasio 496,29 kali atau melampaui target sebesar 473,59 kali atau
melampaui target sebesar 104,70%. Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif secara aktif melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan
pameran di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia.
Terbukti secara efektif kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain mampu menarik wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara, selain itu kerjasama yang kuat dengan KBRI, dan KJRI
menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kegiatan promosi pariwisata
di luar negeri dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pemasaran dalam dan luar
negeri mengalami peningkatan bahkan mencapai hasil melebihi target yang telah
ditetapkan, hal ini terbukti dengan tercapainya target kunjungan wisatawan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 92
mancanegara sebesar 8 juta wisatawan mancanegara serta jumlah pergerakan 245
juta pergerakan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari program-
program terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif pada bulan-bulan sepi pengunjung (low season) untuk meningkatkan jumlah
kunjungan. Hasil lain juga terlihat pada indikator produktivitas investasi pemasaran
dalam dan luar negeri yang memiliki pencapaian 105% dan 129% dimana hal ini
juga membuktikan kegiatan pemasaran dan promosi pariwisata dalam dan luar
negeri sangat efektif dilakukan pada tahun 2012.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
WILAYAH ASEAN
1. Travel Tour Expo, SMX, Convention Center, Pasay City, Filipina, tanggal 17 – 19
Pebruari 2012.
2. NATAS Travel Fair, Singapore Expo, Singapore, tanggal 24 – 26 Pebruari 2012.
3. MATTA Fair Kuala Lumpur, Putera World Trade Center, Kuala Lumpur-Malaysia,
tanggal 16 – 18 Maret 2012.
4. Asian Diver Expo, Marina Bay Sands, Singapore, tanggal 13 – 15 April 2012.
5. Consumer Selling Selangor, Selangor-Malaysia, tanggal 13 – 15 April 2012.
6. Asia Resort Expo, Suntec International ECC-Singapore, tanggal 1 – 3 Juni 2012.
7. Sales Mission ASEAN, Malaysia, Singapore, Thailand, tanggal 10 – 15 Juni
2012.
8. MATTA Fair Johor Bahru, Danga City Mall, Johor Bahru-Malaysia, tanggal 13 –
15 Juli 2012.
9. NATAS Holiday, Singapore Expo-Singapore, tanggal, 24 – 26 Agustus 2012.
10. Food Festival Indonesia di Malaysia, Kuala Lumpur-Malaysia, Agustus 2012.
11. MATTA Fair Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Malaysia, tanggal 7 – 9 September
2012.
12. International Travel Expo (ITE) HCMC 2012, Ho Chi Minh City-Vietnam, tanggal
13 – 15 September 2012.
13. Sales Mission 4 Kota Malaysia, Malaka, Penang,Johor Baphru & Kinabalu-
Malaysia, Nopember 2012.
14. ITB Asia, The Sands Expo and Convention Centre, Marina Bay Sands-
Singapore, tanggal 17 – 19 Oktober 2012.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 93
15. Malaysia International Travel Mart (MITM), Mid Valley Exhibition Centre Kuala
Lumpur-Malaysia, tanggal 28 – 30 Oktober 2012.
16. Sales Mission Filipina, Manila & Cebu-Filipina, Nopember 2012.
17. Thailand Travel Expo, Queen Sirkit National Convention Center, Bangkok-
Thailand, tanggal 22 – 25 Nopember 2012.
WILAYAH ASIA
18. Indonesia Cultural Night, Gujarat-India, tanggal 27 – 30 Januari 2012.
19. South Asia Travel & Tourism Expo (SATTE), Pragati Maiddan, New Delhi-India,
tanggal 10 – 12 Pebruari 2012.
20. Outbound Travel Mart (OTM), Bombai Exhibition Centre Goregaon (East),
Mumbai-India, tanggal 17 – 12 Pebruari 2012.
21. Sales Mission Cina (Taiwan), RRT, tanggal 22 – 24 Pebruari 2012.
22. Hongkong Flower Show, Hongkong-China, tanggal 16 – 25 Maret 2012.
23. Marine Diving Fair, Ikebukuro Sunshine City Convention Center, Tokyo-Jepang,
tanggal 6 – 8 April 2012.
24. China Outbound Tourism Travel Mart (COTTM), World Trade Center, Beijing-
China, tanggal 18 – 20 April 2012.
25. World Travel Fair (WTF), Shanghai Exhibition Center, Shanghai-RRT, tanggal
10 – 13 Mei 2012.
26. Sales Mission Korea, Seoul & Busan-Korea, tanggal 4 – 6 Juni 2012.
27. Korea World Travel Fair (KOTFA), COEX Convention & Exhibition Center,
Seoul-Korea, tanggal 7 – 10 Juni 2012.
28. Seles Mission India, Delhi, KOTFA, Chennai, Islamabad-India, tanggal 22 – 27
Juli 2012.
29. INNA Fair, Ghuangzhou-China, tanggal 29 Agustus – 7 September 2012.
30. Busan Internasional Travel Fair (BITF), Busan Exhibition & Conventioan Center
(BEXCCO) Busan-, Korea, tanggal 7 – 10 September 2012.
31. JATA Travel Showcase (JTS), Tokyo Big Sight, Tokyo-Jepang, tanggal 20 – 23
September 2012.
32. Festival Indonesia di Jepang, Roppongi, Tokyo-Jepang, tanggal 8 – 9
September 2012.
33. PATA Travel Mart (PTM), SMX Convention Center, Manila-Filipina, tanggal 25 –
28 September 2012.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 94
34. Taipei International Travel Fair (TITF), Teipei World Trade Center, Teipei-
Taiwan, tanggal 26 – 29 Otkober 2012.
35. China International Travel Mart (CITM), Shanghai New International Expo Center
(SNIEC), Shanghai-RRT, tanggal 15 – 18 Nopember 2012.
36. Sales Mission Jepang, Tokyo,Sapporo, Osaka-Jepang, tanggal 25 – 27
September 2012.
37. Diving Resort & Travel (DRT) Expo, Hongkong Convention & Exhibition Center,
Hongkong, tanggal 15 – 17 Desember 2012.
38. Festival Dawai di Asia, India, Desember 2012.
WILAYAH AMERIKA & PASIFIK
39. LA Travel & Adventure Show, Long Beach Convention Center, California-USA,
tanggal 14 – 15 Januari 2012.
40. Perth Holiday & Travel Expo, Burswood Entertainment Complex, Perth-Australia,
tanggal 18 – 19 Pebruari 2012.
41. Festival Indonesia di Amerika, The University Club & Asia Stage NYTTS, tanggal
1 Maret 2012.
42. Melbourne Travel Expo, Royal Exhibition Building Carlton Garden, Melbourne-
Australia, tanggal 17 – 18 Maret 2012.
43. Sydney Travel Expo, Royal Hall of Industries Fox Studios Moore Park, Sydney-
Australia, tanggal 24 – 25 Maret 2012.
44. Brisbane Travel Expo, Brisbane Convention & Exhibition Centre, Brisbane-
Australia, tanggal 14 – 15 April 2012.
45. Pertunjukkan Musik & Budaya Et Cetera & Festival Indonesia di Adelaide,
Adelaide & Melbourne-Australia, tanggal 1 – 25 April 2012.
46. Sales Mission Amerika, Los Angeles-New York, tanggal 26 – 28 Juni 2012.
47. Sales Mission Australia, Perth, Melbourne-Sydney, tanggal 24 – 29 Juni 2012.
48. Aceania Diva Exotourism Expo Sydnes-Austraia, tanggal 8 – 9 September 2012.
49. Festival Indonesia di Melbourne, Melbourne-Australia, tanggal 22 – 23
September 2012.
50. Festival Indonesia di New Zealand, New Zealand, tanggal, 14 – 23 Oktober
2012.
51. ING New Marathon 2012, New York-USA, tanggal 4 Nopember 2012.
52. DEMA Show, Orlondo-USA, tanggal 14 – 17 Nopember 2012.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 95
WILAYAH EROPA
53. Feria International Tourismo, Madrid-Spanyol, tanggal 18 – 22 Januari 2012.
54. Brussels Holiday Fair 2012, Brussel-Belgia, tanggal 2 – 6 Pebruari 2012.
55. Indonesia Tourism Update, Berlin-Jerman, tanggal 6 – 19 Pebruari 2012.
56. Borza Internationale de Turismo, Milan-Italia, tanggal 16 - 19 Pebruari 2012.
57. International Fair of Tourism, Belgrade Fair Grounds-Beograd-Serbia, tanggal 23
– 26 Pebruari 2012.
58. Salon Du Mondial, Paris-Perancis, tanggal 15 – 18 Maret 2012.
59. Ukraine International World Travel & Tourism, Kiev-Ukraina, tanggal 28 –30
Maret 2012.
60. Pasar Malam Indonesia, Den Haag-Belanda, tanggal 29 Maret 2012 – 1 April
2012.
61. Festival Indonesia di Swiss, Bern-Swiss, tanggal 26 – 29 April 2012.
62. Sales Mission Eropa Tengah, Beograd, Budapest, Praha, tanggal 21 – 25 Mei
2012.
63. Tong Tong Fair, Den Haag-Belanda, tanggal 17 – 28 Mei 2012.
64. Promosi Wonderful Indonesia Melalui Pelayaran Dunia KRI Dewaruci 2012,
tanggal 14 – 17 Oktober 2012.
65. Pendukungan Konser Orkestra di Eropa, Berlin dan Belanda, tanggal 12 – 19
Juni 2012.
66. Les Tonnerres De Brest 2012, Brest-Perancis, tanggal 12 – 19 Juli 2012.
67. Top Resa, Paris Porte de Versailles, Paris–Perancis, tanggal 18 – 21 September
2012.
68. Otdykh Leisure, IEC Crocus Expo, Moskow–Rusia, tanggal 19 – 22 September
2012.
69. Promosi Tetap di Museum Vatikan, Vatikan Citye-Vatikan, September 2012.
70. Word Travel Market, Excel London-UK, tanggal 5 – 8 Nopember 2012.
WILAYAH AFRIKA DAN TIMUR TENGAH
71. East Mediterannean Int’l Travel and Tourism (EMITT), Istambul-Turki, tanggal 9
– 12 Pebruari 2012.
72. Sales Mission Turki, Istanbul, Ankara-Turki, tanggal 13 – 15 Pebruari 2012.
73. Destination Travel & Holiday Show, Abu Dhabi, PEA, tanggal 19 – 21 April 2012.
74. M.I.T. International Tourism Market, Tunisia, tanggal 25 – 28 April 2012.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 96
75. Sales Mission Arab Saudi, Jeddah, Mekah-Arab Saudi, tanggal 25 - 28 April
2012.
76. Arabian Travel Market, Dubai-UEA, tanggal 30 April 2012 – 3 Mei 2012.
77. Kuwait Travel World Expo 2012, Kuwait City-Kuwait, tanggal 14 –16 Mei 2012.
78. Indonesia Expo 2012, Amman-Jordania, tanggal 8 – 10 Juli 2012.
79. The Getaway Show, Afrika Selatan, tanggal 31 Agustus 2012 – 2 September
2012.
80. Sales Mission Afrika Selatan, Afrika Selatan, tanggal 3 – 5 September 2012.
81. Malam Budaya Indonesia di Kuwait, Kuwait City-Kuwait, tanggal 6 – 8 Oktober
2012.
82. Malam Budaya Indonesia di UEA, Abu Dhabi, Dubai-UEA, tanggal 10– 12
Oktober 2012.
83. Travel Turkey Izmir, Izmir-Turki, tanggal 6 - 9 Desember 2012.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 204.023.971.000,- hanya digunakan sebesar Rp 191.991.935.873,- atau hanya
sebesar 94%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 104,70%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
d. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri
Efisiensi pelaksanaan kegiatan pemasaran pariwisata di dalam negeri salah
satunya dapat dinilai berdasarkan produktivitas investasi untuk kegiatan pemasaran
dalam negeri oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Produktivitas
pemasaran dalam negeri yang dilakukan dapat diukur melalui rasio jumlah
pengeluaran wisnus dibandingkan dengan investasi pemasaran dalam negeri oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin besar jumlah pengeluaran
wisnus yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan untuk kegiatan
pemasaran dalam negeri, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
semakin efisien dalam memanfaatkan nilai investasi tersebut untuk mempromosikan
destinasi pariwisata Indonesia di dalam negeri.
Indikator keberhasilan yang keempat dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 97
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
4. Produktivitas investasi pemasaran
dalam negeri (Kali)
1.848 2.390 129
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri” mencapai 2.390 kali. Berdasarkan
target penerimaan devisa yang dihasilkan dari pariwisata pada tahun 2012 sebesar
9.070,48 juta US Dollar, untuk produktivitas investasi pemasaran dalam negeri,
dengan target pengeluaran sebesar 171,5 triliun dan investasi promosi pariwisata di
dalam negeri sebesar Rp 71.756.435.000,- maka produktivitas investasi promosi
pariwisata dalam negeri mencapai 2.390 kali atau melampaui target sebesar 129%.
Pencapaian realisasi di atas juga tidak lepas dari, kinerja Ditjen Pemasaran dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang sebelumnya, seperti
Penyelenggaraan Even Berskala Nasional dan Internasional, Direct Promotion, dan
Penyelenggaraan Even Seni Budaya di Daerah.
Adapun event-event selama tahun 2012 yang mendukung peningkatan jumlah
kegiatan promosi pariwisata dalam negeri adalah, antara lain :
1. Sabang International Jazz Festival I, Sabang, November 2012
2. Festival Seudati Aceh, Bireun, Aceh, Oktober 2012
3. Festival Danau Toba VI, Bintan, Nopember 2012
4. Tour de Bintan IV, Bintan, Nopember 2012
5. Gelar Busana Muslim II, Jakarta, tanggal 21 Juli 2012,
6. Festival Tangkuban Perahu, Tangkuban Perahu, Jawa Barat, tanggal 13 Mei –
17 April 2012
7. Pasar Wisata Indonesia (TIME), Lampung, tanggal 9 – 12 Oktober 2012
8. Festival Bambu Nusantara VI, JCC, Jakarta, tanggal 1 – 2 September 2012
9. Penganugerahan Tahun Kunjungan Wisata 2012, Jakarta, tanggal 28 Desember
2012
10. Lomba Cipta Lagu Nusantara
11. Borobudur Jazz Festival, Borobudur, Nopember 2012
12. Apresiasi WIN, Jakarta, Desember 2012
13. Lomba Sumpit International II, Pontianak, Kalbar, tanggal 5 – 7 Oktober 2012
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 98
14. Borneo Extravaganza, Jakarta, tanggal 19 – 21 Oktober 2012
15. Dukungan Pemilihan Miss Coffee Indonesia, Jakarta, tanggal 31 Mei – 6 Juni
2012
16. Penyelenggaraan Event Kemilau Sulawesi, Makassar, tanggal 12 – 15 Juli 2012
17. Tomohon International Flower Festival, Sulut, tanggal 8 – 12 Agustus 2012
18. Festival Jepen III, Samarinda, Nopember 2012
19. Festival Tanjung Putting I, Tanjung Putting, Kalteng, tanggal 22 – 28 Oktober
2012
20. Festival Seni Jembaran I, Jembaran, tanggal 30 Agustus – 2 September 2012
21. Festival Kintamani II, Danau Batur, Bali tanggal 19 – 21 Oktober 2012
22. Festival Wisata Perbatasan II, Atambua, NTT, tanggal 26 – 28 Oktober 2012
23. Festival Kesenian Rakyat Mataraman III,Pacitan, tanggal 8 – 9 Nopember 2012
24. Komodo Karnaval I, Labuan Bajo, Nopember 2012
25. Festival Kelimutu I, Ende, Nopember 2012
26. Festival Sasando II Kupang, Desember 2012Direct Promotion Palembang di
Batam, Batam, tanggal 20 – 22 April 2012
27. Festival Budaya Asmat XXVIII, Asmat, tanggal 4 – 10 Oktober 2012
28. Festival Raja Ampat III, Raja Ampat, tanggal 18 – 21 Oktober 2012
29. Ambon Jazz Festival IV, Ambon, tanggal 13 – 16 Oktober 2012
30. Haluan Kepri Volley Ball Open Tournament VI ”Batam International 2012”,
Batam tanggal 22 – 28 April 2012
31. Bintan Triathlon, Bintan, tanggal 25 – 27 Mei 2012
32. Festival Tanjung Setia, tanggal 4 – 10 Juni 2012
33. Lampung Begawe, Lampung, tanggal 20 – 22 Juni 2012
34. Festival Singkawang, Kalimantan Barat, Februari 2012
35. Jember Fashion Carnival, Jember, Jatim, tanggal 7 – 9 Juli 2012
36. Legian Beach Festival, Bali, tanggal 5 – 6 Juli 2012
37. Bali Mountain Bike, Bali, tanggal 7 – 8 Juli 2012
38. Festival Legu gam, Ternate, tanggal 1 – 21 April 2012
39. Festival Teluk Jailolo, Maluku Utara, tanggal 12 – 19 Mei 2012
40. Festival Tidore, Maluku Utara, tanggal 9 – 12 Mei 2012
41. Sail Morotai, Maluku Utara, tanggal 15 September 2012
42. Festival Teluk Ambon, Maluku, tanggal 27 – 29 Oktober 2012
43. Festival Danau Sentani, Jayapura, Papua, tanggal 19 – 23 Juni 2012
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 99
44. Festival Lembah Baliem, Wawena, Papua, tanggal 9 – 11 Agustus 2012
45. Festival Budaya Raja Ampat, Raja Ampat, Papua Barat, tanggal 12 – 21 Oktober
2012
46. Festival Budaya Fak-Fak, Fak-fak, Papua, tanggal 12 – 16 Nopember 2012
47. Direct Promotion Padang di Bandung, Bandung, tanggal 18 – 20 Mei 2012
48. Direct Promotion Medan di Makassar, Makassar, tanggal 16 – 17 Juni 2012
49. Direct Promotion Batam di Surabaya, Surabaya, tanggal 6 – 8 Juli 2012
50. Direct Promotion Jawa Barat di Batam, Batam tanggal 13 – 15 April 2012
51. Direct Promotion Lampung di Yogyakarta, Yogyakarta, tanggal 25 – 27 Mei 2012
52. Direct Promotion Jawa Timur di Bali, Bali, tanggal 28 Mei – 1 Juni 2012
53. Direct Promotion NTT di Bali, Bali, tanggal 31 Agustus – 2 September 2012
54. Direct Promotion NTB di Balikpapan, Balikpapan, tanggal 2012
55. Direct Promotion Papua dan Papua Barat di Bali, Bali, tanggal 25 – 27 Mei 2012
56. Direct Promotion Maluku dan Maluku Utara di Batam, Kepri, tanggal 1 – 3 Juni
2012
1. Borobudur Interhash 2012, 24 – 28 Mei 2012, Magelang, Jawa Tengah
Borobudur Interhash 2012 merupakan penyelenggaraan Interhash ketiga kalinya
yang diselenggarakan di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1982 di Jakarta dan
1988 di Bali. Dan penyelenggaraan kali ini merupakan “The World 1st Heritage
Interhash” karena pertama kali diselenggarakan dengan latar belakang sejarah dan
budaya. Borobudur Interhash 2012 dilaksanakan pada tanggal 24 – 28 Mei di
Magelang dan Yogyakarta. Diikuti oleh 4.660 peserta dari 49 negara (AS, Australia,
Austria, Bangladesh, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko, China, Cyprus, Denmark,
Estonia, Fiji, Filipina, Finland, Hongkong, India, Indonesia, Inggris, Irak, Irlandia,
Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Laos, Luxemburg, Malaysia,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 100
Myanmar, New Zealand, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Portugal,
Singapura, Skotlandia, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor Leste,
Uganda, UAE, Vanwatu, Vietnam, Yordania).
Opening Ceremony dilaksanakan pada tanggal
25 Mei 2012 di lapangan Brahma Candi
Prambanan pukul 19.00 – 21.00 WIB,
sedangkan pada tanggal 26 Mei 2012 pukul
08.00 – 11.00 dilaksanakan VVIP Walk di Candi
Borobudur tepatnya di lapangan Tuksongo. VVIP
Walk ini dihadiri oleh Presiden SBY, Gubernur Jateng, Menparekraf, Menpora,
Menteri ESDM dan juga Duta Besar AS untuk Indonesia. Kemparekraf melalui Dit.
Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, Dit. Pencitraan Indonesia serta Dit.
Pemberdayaan Masyarakat, membawa serta beberapa media baik dari dalam
negeri maupun luar negeri. Media – media tersebut yaitu TV3 Malaysia, E-Turbo
News, MICE in Asia, Xinhua News Agency, The Daily Jakarta Shimbun, Eurosport,
Metro TV, Majalah Swa, TVRI, Rakyat Merdeka, Travel Club, dan Delta Film.
2. TOUR DE SINGKARAK, 4 – 10 Juni 2012, Sumatera Barat
Tour de Singkarak 2012 telah terlaksana untuk yang keempat kalinya
dilaksanakan pada tanggal 4-10 Juni 2012 di Sumatera Barat yang melintasi 14
kabupaten/kota. TDS 2012 diikuti oleh 16 tim luar negeri dan 9 tim dalam negeri,
jumlah peserta seluruhnya adalah 250 orang, terdiri dari 20 negara, yaitu China,
Hongkong, Singapura, Jepang, Korea, Belanda, Philippina, Amerika, Taipei,
Thailand, Malaysia, New Zealand, Inggris, Iran, Australia, Kanada, Prancis,
Urbekistan, Kazakstan, Jerman dan Indonesia. Pada TDS tahun ini rute yang
dilewati adalah Sawahlunto, Payakumbuh, Batusangkar, Bukittinggi, dan Padang.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 101
Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2012 Sawahlunto
menjadi tuan rumah pembukaan Tour de Singkarak 2012 dan kota Padang menjadi
tuan rumah penutupan, yang merupakan Etape terakhir Tour de Singkarak 2012.
Penutupan TDS 2012 berlangsung di Kota Padang. Setelah penamoilan kesenian
tradisional dan sambutan dari Gubernur Sumatera Barat, Menteri Pemuda dan
Olahraga menutup secara resmi acara Tour de Singkarak 2012.
3. LOMBOK PEARL FESTIVAL, 29 Juni – 1 Juli 2012, Lombok, NTB
Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni – 1
Juli 2012 di Hotel Lombok Raya, Mataram. Lombok Sumbawa Pearl Festival kali
ini diisi dengan berbagai kegiatan antara lain Lelang Mutiara, Pemilihan Putri
Mutiara, Panen Mutiara, Pameran, Dialog Interaktif, dan Perlombaan-perlombaan
(mewarnai, cukli, fotografi dan kreasi jilbab). Acara ini dilaksanakan dalam rangka
memperkenalkan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu daerah penghasil
mutiara tebaik di Indonesia.
Pada tanggal 29 – 30 Juni dilakukan Lelang mutiara yang mempertemukan
antara sellers mutiara dari NTB, NTT, Bali, Maluku dan Papua dengan para buyers
internasional yang berasal dari 9 negara yaitu Perancis, Hongkong, Jepang,
Singapura, Philipina, Tahiti, Australia, Cina
dan Inggris serta 10 buyers domestik.
Dengan dipandu oleh ASBUMI lelang mutiara
tahun ini menghasilkan transaksi sebesar
US$ 98.000. Selain itu juga digelar pameran
mutiara yang diikuti oleh 13 stand perusahaan pengrajin perhiasan mutiara kelas
tinggi, 15 UKM dan 3 stand demo tenun, cukli (kerajinan dengan menggunakan
limbah kerang) dan gerabah. Sedangkan total transaksi yang dihasilkan adalah dari
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 102
penyelenggaraan Lombok Sumbawa Pearl Festival 2012 adalah sebesar US$
175.000 yang setara dengan 1,6 M, meningkat sebesar 33,33 % dari tahun 2011
yakni sekitar 1,2 M.
4. MUSI TRIBOATTON, 26 November – 1 Desember 2012, Sumatera Selatan
Musi Triboatton 2012 merupakan event
perpaduan wisata penjelajahan dengan
lomba dayung variatif menggunakan tiga
jenis perahu meliputi rafting, canoeing dan
Traditional Boat (perahu naga) yang
melintasi Sungai Musi dari hulu ke hilir,
yang meliputi Kabupaten Empat Lawang,
Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang, sepanjang 500
kilometer lebih. Musi Triboatton merupakan cruising dengan penilaian kecepatan,
ketahanan dan kekompakan tim peserta, penjelajahan dan penelusuran sungai.
Event ini merupakan gagasan Bapak
Sapta Nirwandar yang merupakan Wakil
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pemasaran Parwisata, yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah Sungai
Musi sebagai ikon pariwisata yang
menarik untuk dikunjungi. Event ini
diselenggarakan dengan semangat
gotong royong antara Kementerian Parekraf, Pemda Sumatera Selatan, dan
Kabupaten 4 Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Kota Palembang,
serta Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI).
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 77.381.435.000,- hanya digunakan sebesar Rp 73.896.144.095,- atau hanya
sebesar 95,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 129%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 103
e. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan
Indonesia
Untuk menilai efektivitas pemasaran yang dilakukan di dalam maupun di luar
negeri, salah satunya dapat dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat dunia
mengenai kepariwisataan Indonesia. Masih banyak masyarakat di dunia yang tidak
mengetahui keberadaan Indonesia sehingga kegiatan pemasaran yang efektif
sangatlah ditentukan oleh strategi komunikasi yang diimplementasikan. Kejelasan
pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media yang digunakan, konten dan desain
sarana promosi yang digunakan, serta kesesuaiannya dengan target pasar
sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran pariwisata yang akhirnya
akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berwisata di Indonesia.
Indikator keberhasilan yang kelima dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
5. Peningkatan persepsi positif
masyarakat dunia mengenai
kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base Line
(x)
n/a n/a
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan
Indonesia” belum ada nilai surveinya. Untuk Nilai survei terhadap peningkatan
persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia pada tahun
2012 belum dapat dilaksanakan, sehingga belum dapat menyajikan data.
9 Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB)
ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 104
Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar dari seluruh final goods and services,
yang diproduksi di dalam suatu negara, pada suatu periode waktu tertentu. PDB
ekonomi kreatif merupakan bagian dari nilai PDB nasional yang diperoleh dari nilai
tambah yang dihasilkan industri kreatif, yang terdiri dari 14 kelompok usaha industri
kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain; (3) Fesyen (Mode); (4) Film, Video, dan
Fotografi; (5) Kerajinan; (6) Musik; (7) Pasar Barang Seni; (8) Penerbitan dan
Percetakan; (9) Periklanan; (10) Permainan Interaktif; (11) Penelitian dan
Pengembangan; (12) Seni Pertunjukan; (13) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak;
dan (14) Televisi dan Radio. Data PDB ekonomi kreatif ini diolah dari data BPS dan
dari sumber data lainnya yang berasal dari asosiasi dari masing-masing subsektor
industri kreatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kuantitas dan kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah kontribusi ekonomi
kreatif terhadap PDB nasional. Kontribusi ekonomi kreatif adalah persentase rasio
PDB yang dihasilkan industri kreatif terhadap nilai PDB nasional. Semakin besar
persentase kontribusi ekonomi kreatif, maka semakin besar pula kontribusi industri
kreatif terhadap perekonomian nasional, dengan kata lain, semakin penting peranan
industri kreatif dalam struktur produksi nasional.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap
PDB nasional (Persentase)
7,29
4,68
(EKMDI)
2,5
(EKSB)
6,91
3,47
(EKMDI)
3,44
(EKSB)
94,79
74,15
(EKMDI)
137,6
(EKSB)
Pentingnya peran industri kreatif dalam perekonomian nasional juga tercermin
dalam perbandingan kontribusi PDB berdasarkan sektor perekonomian lainnya.
Rata-rata kontribusi PDB industri kreatif 7,74%, menempatkan industri kreatif
menjadi sektor terpenting keenam di antara 10 sektor ekonomi nasional, lebih besar
dari keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 105
serta Listrik, gas, dan air bersih. Agar kontribusi dari masing-masing lapangan
usaha terhadap PDB nasional dapat terlihat, maka PDB dari masing-masing
lapangan usaha akan dibandingkan dengan PDB nasional, termasuk dari lapangan
usaha ekonomi kreatif.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional” mencapai 10,35 %. Kontribusi
PDB merupakan rasio antara total PDB nominal tahunan ekonomi kreatif berbasis
seni dan budaya dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. Untuk tahun
2012 kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap
PDB nasional adalah sebesar 3,44 %. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dapat
melebihi target, karena para pelaku ekonomi kreatif sangat memahami akan
kebutuhan masyarakat yang berada di kelas menengah.
Indikator “Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional”, berupa kontribusi
ekonominya, baik Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap,
Jumlah Usaha di dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun
produktivitas tenaga kerja. Di tahun 2010 ekonomi kreatif menciptakan nilai tambah
sebesar Rp.468,1 triliun, 7,29% dari PDB nasional, melalui 14 subsektor industri
kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan;
Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan
Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni
Pertunjukan; dan Televis dan Radio. Kontribusi ekonomi kreatif ini belum
memperhitungkan subsektor kuliner yang juga memiliki potensi tinggi. Sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai
tambah bagi perekonomian nasional.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
PENGUATAN DATA DAN INFORMASI
Konsep Ekonomi Kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak
negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian.
Di Indonesia, gaung Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara
untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 106
Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan
Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design
Power 2006 – 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi
produk yang dapat diterima di pasar internasional namun tetap memiliki karakter
nasional.
Salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media,
Desain, dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi adalah kontribusi ekonominya, baik
Produk Domestik Brutto, Jumlah Tenaga Kerja yang diserap, Jumlah Usaha di
dalam industri, Jumlah Konsumsi dalam Negeri, maupun produktivitas tenaga kerja.
Untuk mengetahui perkembangan pencapaian target kinerja Ditjen EKMDI tersebut,
perlu dilakukan perhitungan kontribusi ekonomi sektor-sektor industri kreatif yang
berada dalam linkup kegiatan Ditjen EKMDI, untuk periode tahunan. Perhitungan
kontribusi ekonomi ini juga penting bagi intelektual dan akademisi sebagai referensi
informasi untuk mencermati perkembangan industri kreatif, yang akan menjadi
dasar pengembangan usaha bagi pelaku usaha, dan dasar melakukan penelitian
dan pengembangan bagi intelektual. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian negara melalui kerja sama di berbagai bidang, maka
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan
Tekhnologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu
institusi Pemerintah yang menangani bidang media, desain dan Ilmu Pengetahuan
Tekhnologi di tanah air, pada tahun 2012 memprogramkan kegiatan Penyusunan
PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Ilmu Pengetahuan Tekhnologi
bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memang masih didominasi oleh sektor
Industri Pengolahan serta Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan.
Namun, hadirnya sektor Ekonomi Kreatif sebagai alternatif ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas diharapkan mampu memberikan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 107
kontribusi perekonomian yang cukup besar merupakan tugas dan tanggung
jawab yang berat karena harus mengaktifkan cakupan industri kreatif sektor
ekonomi kreatif.
2. Meskipun PDB yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif terbilang cukup
besar, namun ternyata pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tidak secepat
pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun
2011 adalah sebesar 6,46 persen, sedangkan pertumbuhan PDB Ekonomi
Kreatif hanya sebesar 4,95 persen. Bahkan, pada tahun 2012 sektor Ekonomi
Kreatif mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 4,29 persen,
masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,41 persen.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah melaksanakan kegiatan yang dapat mengaktifkan cakupan industri kreatif
sektor ekonomi kreatif secara bersamaan sehingga dapat langsung menumbuh
kembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat mendongkrak
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional cukup besar seiring dengan pertumbuhan
PDB sektor ekonomi yang cepat.
10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja
sektor ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah:
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif; dan
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif.
Yang dimaksudkan sebagai tenaga kerja sektor ekonomi kreatif adalah pekerja
di industri kreatif, yaitu penduduk usia produktif yang sudah bekerja di industri
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 108
kreatif, dimana struktur klasifikasi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat pada
bagan di bawah ini
Bagan: Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan
Data ketenagakerjaan industri dapat diestimasi dari data statistik
ketenagakerjaan yang dipublikasi oleh BPS setiap tahunnya. Kuantitas tenaga kerja
sektor ekonomi kreatif dapat diukur dengan indikator tingkat partisipasi tenaga
kerja di sektor ekonomi kreatif, yaitu rasio jumlah pekerja di kelompok industri
kreatif terhadap jumlah pekerja di seluruh industri di Indonesia. Angka ini akan
semakin memperkuat indikasi apakah industri kreatif memiliki peran vital dalam
perekonomian Indonesia. Kualitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif dapat diukur
melalui indikator pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi
kreatif, yaitu pertumbuhan rata-rata pendapatan perkapita tenaga kerja di industri
kreatif. Semakin tinggi pertumbuhannya, maka produktivitas pekerja kreatif semakin
meningkat yang menunjukkan bahwa pendapatan pekerja kreatif semakin baik pula.
a. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Jumlah Total
Penduduk
Penduduk Usia Kerja
(Usia Produktif)
Penduduk Bukan Usia
Kerja
Angkatan Kerja
Pekerja Penganggur
Bukan Angkatan Kerja (Usia
Produktif, Memilih Tidak
Bekerja, Ibu RT, Mahasiswa
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 109
Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.
Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja
sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah
pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang dihitung
dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni
pertunjukan, musik, serta fotografi. Indikator ini menunjukan peran sektor ekonomi
kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat pengangguran
nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKSB, maka
tingkat pengangguran akan semakin menurun.
Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan
iptek.
Tingkat partisipasi tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja
sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek dibandingkan dengan
jumlah pekerja nasional dengan satuan persentase. Ruang lingkup subsektor yang
dihitung dalam partisipasi tenaga kerja sektor EKMDI adalah arsitektur, desain,
fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan radio. Indikator ini
menunjukan peran sektor EKMDI terhadap penurunan tingkat pengangguran
nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor EKMDI, maka
tingkat pengangguran akan semakin menurun.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor
ekonomi kreatif (Persentase)
8,25
5,41
(EKMDI)
2,81
(EKSB)
6,34
- *)
(EKMDI)
6,34
(EKSB)
76,85
- *)
(EKMDI)
225,62
(EKSB)
*) “Tingkat partisipasi tenaga kerja” tidak ada, yang ada “Tingkat partisipasi angkatan kerja”
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat
partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 6,34%. Tingkat partisipasi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 110
tenaga kerja merupakan rasio penyerapan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional.
Produktivitas tenaga kerja adalah rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif
berbasis seni dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.
Sementara untuk ekonomi berbasis media, desain dan iptek, tidak ada data
realisasi, karena menurut BPS tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada
adalah tingkat partisipasi angkatan kerja, sehingga tidak terhitung sektor ekonomi.
Indikator “Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” berupa peran
sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap penurunan tingkat
pengangguran nasional. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor
EKSB, maka tingkat pengangguran akan semakin menurun Adapun target tingkat
partisipasi tenaga kerja EKSB yang dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf
tahun 2012 adalah sebesar 2,81%. Realisasi tahun 2012 adalah sebesar 6,34%.
Dengan demikian realisasi melebihi dari target yang telah ditetapkan pada Renstra.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain Kegiatan yang
mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah:
1. Masih banyaknya orang yang masuk usia angkatan kerja tapi belum
menghasilkan di sektor ekonomi kreatif sehingga dalam penghitungan
pendapatan perkapita bukan termasuk manusia yang produktif.
2. Masih banyaknya penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja tapi
memiliki pendidikan yang rendah da pengetahuan di bidang ekonomi kreatif
sehingga tidak dapat memberikan kontribusi pada laju pertumbuhan PDB
ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 111
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang ekonomi
kreatif baik secara langsung atau melalui media.
2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor
konomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan
kerja tidak menganggur.
b. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
Kualitas penyerapan tenaga kerja ditingkatkan melalui peningkatan
pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dan
tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dihitung
berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya
dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga
kerja sektor ekonomi kreatif
(Persentase)
3,08
2
(EKMDI)
2,97
(EKSB)
2,6
1,18
(EKMDI)
1,42
(EKSB)
84,42
59
(EKMDI)
47,81
(EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif” mencapai 2,6%.
Indikator “Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif”
berupa peningkatan pendapatan pekerja di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan
budaya dan tercermin dari produktivitas tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja
dihitung berdasarkan rasio antara nilai PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni
dan budaya dengan jumlah tenaga kerja subsektor tersebut. Target pertumbuhan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 112
produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB tahun 2012 adalah sebesar 2,97%
sedangkan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 1,42%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa realisasi belum mencapai target.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain kegiatan yang
mendukung ini sama dengan sasaran ke 9 yakni Penguatan Data dan Informasi
11 Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
unit usaha sektor ekonomi kreatif adalah Kontribusi unit usaha sektorekonomi kreatif
terhadap jumlah unit usaha nasional. Semakin besar kontribusi unit usaha di sektor
ekonomi kreatif ini menunjukkan bahwa pasar bagi produk dan jasa kreatif semakin
meluas, sehingga jumlah pelaku usaha yang ingin bergerak di sektor ekonomi
kreatif pun semakin meningkat.
Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya
terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan
kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap
jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas
usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta
fotografi.
Kontribusi jumlah usaha sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan
iptek terhadap nasional. Jumlah usaha yang diukur pada indikator ini merupakan
kontribusi unit usaha sektor EKMDI terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang
lingkup subsektor yang dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKMDI adalah
arsitektur, desain, fesyen, penerbitan dan percetakan, periklanan, serta televisi dan
radio.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 113
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Kontribusi unit usaha di sektor
ekonomi kreatif terhadap unit usaha
nasional (Persentase)
7,28
4,53
(EKMDI)
2,65
(EKSB)
9,81
2,29
(EKMDI)
7,52
(EKSB)
134,75
48,56
(EKMDI)
283,77
(EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional”
mencapai 9,81%.
Indikator “Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha
nasional” berupa kontribusi unit usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan
budaya terhadap jumlah unit usaha nasional. Ruang lingkup subsektor yang
dihitung dalam aktivitas usaha sektor EKSB adalah film, kerajinan, seni rupa, seni
pertunjukan, musik, serta fotografi. Target kontribusi jumlah usaha sektor EKSB
terhadap jumlah unit usaha nasional tahun 2012 adalah sebesar 2,65% dan
realisasi tahun 2012 adalah sebesar 7,52%. Dengan demikian disimpulkan bahwa
kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional adalah
7,52%.
12 Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif
lokal oleh masyarakat Indonesia
Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif,
diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat yang ditunjukkan adanya aksi
nyata untuk mengkonsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat indonesia.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan konsumsi produk dan jasa
kreatif lokal oleh masyarakat indonesia adalah Jumlah pelaku kreatif yang
mengalami peningkatan akses pasar, dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal
di dalam negeri.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 114
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya konsumsi produk dan
jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia adalah: Jumlah pelaku kreatif yang
mengalami peningkatan akses pasar; dan Pertumbuhan konsumsi karya kreatif
lokak di dalam negeri.
a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar
Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar didukung
melalui fasilitasi pelaku kreatif untuk mengikuti pameran, memfasilitasi
penyelenggaraan pertunjukan karya kreatif, fasilitasi penggandaan film untuk
mengikuti berbagai festival, atau fasilitasi pengembangan sarana promosi bagi
karya kreatif. Semakin banyak pelaku kreatif yang difasilitasi, maka diharapkan
dapat meningkatkan penetrasi dan memperluas akses pasar untuk produk dan jasa
kreatif di dalam dan di luar negeri.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami
peningkatan akses pasar (Orang)
1.193
77
(EKMDI)
1.116
(EKSB)
2.013
51
(EKMDI)
1.962
(EKSB)
168,73
66,23
(EKMDI)
175,81
(EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar” mencapai 2.013 orang.
Indikator “Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar”
berupa pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan akses pasar ini
berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta
fotografi. Dari tabel diatas dapat diamati bahwa capaian realisasi untuk tiap-tiap
indikator yaitu: jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan
akses pasar musik dan seni pertujukan adalah 830 orang, jumlah pelaku kreatif
sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di
dalam dan luar negeri adalah 548 orang, jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang
mengalami akses pasar seni rupa adalah 1.016 orang, jumlah penghargaan yang
diberikan pada insan berprestasi subsektor seni pertujukan dan industri musik
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 115
adalah 10 penghargaan dan jumlah jenis penghargaan kepada insan film yang
berprestasi sebanyak 3 penghargaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
a. Inisiasi Penyelenggaraan Pekan Arsitektur dan Desain Interior Indonesia
Inisiasi Penyelenggaraan Pekan
Arsitektur dan Desainer Interior Indonesia,
difokuskan untuk mendukung atau
menginisiasi kegiatan ARCASIA 2012.
Pendukungan kegiatan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan akses
pasar dari bidang ekonomi kreatif. Selain itu
juga memberikan dukungan bagi para pelaku
atau stakeholders bidang ekonomi kreatif
khususnya arsitektur.
ARCASIA (Asian Congress of
Architect) 2012 merupakan kegiatan kongres
arsitek se-Asia yang pada tahun 2012 ini,
memilih Bali sebagai tuan rumah
penyelenggaraan kegiatan. Tema yang diangkat pada Arcasia Bali 2012 ini adalah
“a modernism challenge: Asian Cities and Architecture Heritage in New paradigm”.
b. Dukungan Pekan Produk Kreatif Indonesia Bidang Mode
Tujuan dari kegiatan adalah mendukung
Pekan Produk Kreatif Indonesia yang
merupakan event tahunan produk kreatif
Indonesia yang menampilkan berbagai produk
unggulan hasil karya anak bangsa, antara lain
memperkenalkan sarung sebagai salah satu
pakaian yang dapat digunakan dalam segala
suasana dan usia.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 116
c. Partisipasi Persiapan Dukungan Mengikuti London Fashion Week
Tujuan kegiatan tersebut adalah :
a. mempartisipasi Persiapan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Indonesia agar dapat menunjukkan kemampuan dan
belajar berbisnis pada skala internasional;
b. memberikan kesempatan kepada desainer lokal yang
berbakat namun belum mendapat kesempatan untuk
menunjukkan diri;
c. mempromosikan keindahan dan keunikan mode Indonesia
yang berasal dari kekayaan budaya bangsa sehingga Indonesia dapat
dijadikan sebagai tujuan fashion baru;
d. menghadirkan rancangan terbaik dari desainer kenamaan
Indonesia dan menghadirkan koleksi busana kreasi UKM
dalam area pameran perdagangan fashion internasional
sehingga diharapkan dapat memperkuat perekonomian
Indonesia dari segi mode.
e. Di dalam London Fashion Week, terdapat pembinaan
untuk 8 desainer yaitu: Albert Yanuar, Dian Pelangi,
Cotton Ink, Major Minor, Bretzel, Barli Asmara, Jeffry Tan,
Yosafat Dwi Kurniawan,serta dibina oleh 4 (Empat)
Narasumber yaitu: Toby Meado, Sanjeev Davidson,
Angela & Wendy Malen yang berasal dari Centre Fashion
Enterprise (CFE). Hasil pembinaan dan bimbingan
tersebut akan ditampilkan dalam Jakarta Fashion Week
(JFW).
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 117
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Pada tahun 2012 kita hanya memiliki waktu yang singkat dalam melaksanakan
kegiatan ini menjadi suatu kendala yang sangat besar.
2. Karena bidang ini merupakan suatu yang baru maka masih kurangnya data yang
dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Melanjutkan program kegiatan yang telah berjalan pada tahun anggaran
berikutnya dengan melihat kekurangan yang terjadi pada tahun sebelumnya
sehingga dapat memperbaikinya dan mengoptimalkannya.
2. Melengkapi data untuk mengisi database yang ada sehingga dapat membantu
pelaksanaan kegiatan.
b. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri
Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri, yaitu persentase
peningkatan tahunan konsumsi karya-karya kreatif dalam negeri oleh masyarakat
Indonesia. Konsumsi meliputi konsumsi oleh individu, pemerintah, maupun
perusahaan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi ini merupakan salah satu dampak
dari upaya peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif, serta
peningkatan akses pasar.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif
lokal di dalam negeri (Persentase)
9,26
9
7,65
.......
82,61
......
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 118
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
(EKMDI)
7,65
(EKSB)
(EKMDI)
100
(EKSB)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mencapai 7,65%.
Indikator “Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri” mengukur
pertumbuhan konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya oleh masyarakat
yang nantinya dapat digunakan untuk melihat potensi dalam negeri. Ruang lingkup
subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya
adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Adapun
pertumbuhan konsumsi terhadap produk EKSB tahun 2012 adalah 7,65%. Dengan
demikian realisasi telah mencapai target yang sudah ditetapkan pada Renstra
Kemenparekraf.
13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
ekonomi kreatif
Ekonomi kreatif merupakan terminologi baru di Indonesia, walaupun sektor yang
ada di dalam ekonomi kreatif bukanlah sektor yang baru di dalam masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
merupakan hal yang penting untuk dijadikan tolok ukur dari kinerja Kemenparekraf.
Pemahaman masyarakat terhadap sektor ekonomi kreatif tidaklah terbatas pada
tahu atau mengenal ekonomi kreatif, tetapi lebih mengukur sejauh mana
masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu ekonomi kreatif baik dari aspek
perkembangan ekonomi kreatif, sektor ekonomi kreatif di Indonesia, mengapa
ekonomi kreatif perlu dikembangkan dan sentra/zona kreatif, dan informasi lainnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 119
yang terkait dengan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang
melakukan survei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakat
Indonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga pada tahun 2012 perlu dilakukan
survei yang ditetapkan sebagai dasar (base line) tingkat pemahaman masyarakat
Indonesia terhadap ekonomi kreatif yang akan terus ditingkatkan setiap tahunnya.
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
ekonomi kreatif”, ditandai oleh Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB,
untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu
EKSB dalam aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi
lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal
pengukuran tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB.
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB diukur untuk mengetahui
sejauh mana masyarakat dapat menjelaskan dengan baik apa itu EKSB dalam
aspek perkembangan sektor dan kontribusi EKSB, dan informasi lainnya yang
terkait dengan ekonomi kreatif. Tahun 2013 merupakan studi awal pengukuran
tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Tingkat pemahaman masyarakat
terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
Base Line
(x)
- -
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Tingkat
pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif” mencapai -%.
14 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 120
Ruang publik yang berfungsi sebagai ruang ekspresi, eksperimen produksi,
diseminasi, dan apresiasi, sangat dibutuhkan untuk menciptakan modal ekonomi,
modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Keempat modal ini merupakan
modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, oleh karena itu
semakin banyak ruang publik yang dapat diciptakan dan diaktivasi sebagai ruang
ekspresi, eksperimen produksi, diseminasi, dan apresiasi maka diharapkan lebih
banyak pelaku kreatif yang akan menciptakan karya-karya kreatif yang berkualitas.
Di tahun 2012 ini sasaran “Terciptanya ruang publik bagi masyarakat”, dapat
ditinjau dari jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif
dilakukan melalui aktivasi taman budaya. Adapun pada tahun 2012 telah dilakukan
aktivasi taman budaya di 4 (empat) provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh
dan Bali.
Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan
ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal
ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah pengembangan zona kreatif di
Indonesia (Zona)
3 4 133,33
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pengembangan zona kreatif di Indonesia” mencapai 4 zona.
Indikator “Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia” berupa
Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan
ekspresi dan meningkatkan apresiasi yang dibutuhkan untuk menciptakan modal
ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal kreativitas. Adapun target yang
dicanangkan pada Renstra Kemenparekraf tahun 2012 adalah 3 (tiga) ruang kreatif
dan realisasi tahun 2012 adalah sebesar 4 (empat) ruang kreatif.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 121
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
Aktivasi Taman Budaya
Program Aktivasi Taman Budaya ini didasarkan pada program Pemerintah
Kabinet Indonesia Bersatu II yang telah menetapkan bahwa “Kebudayaan,
Kreativitas dan Inovasi Teknologi” sebagai salah satu program prioritas nasional
tahun 2010-2014. Kemudian, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nomor PM.27/UM.001/MPEK/2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Program Aktivasi Taman Budaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemen Parekraf) merupakan implementasi salah satu program unggulan
ynag mendukung pengembangan pusat dan ruang-ruang kreatif sebagai suatu
wadah berekspresi, berkreasi, berapresiasi seni dan budaya. Melalui program ini,
ruang-ruang kreatif akan ditingkatkan perannya sebagai sarana berkomunikasi dan
berkolaborasi insan kreatif, seniman, budayawan, serta masyarakat untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas karya seni dan budaya yang memiliki daya
saing tinggi dan nilai tambah secara budaya, sosial, dan ekonomi.
Salah satu ruang kreatif yang sudah ada di setiap provinsi adalah Taman
Budaya dan Balai Budaya. Secara administratif, Taman Budaya berada sebagai
salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Provinsi, dibawah dinas yang
terkait. Taman Budaya dan Balai Budaya merupakan asset yang perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas seni,
sehingga dapat berpartisipasi bagi peningkatan citra di provinsi masing-masing
daerah dan Indonesia. Sekaligus, program ini dapat menciptakan lapangan kerja
baru atau job creation bagi insan-insan kreatif, seniman, dan pengelola pertunjukan.
Melalui program aktivasi Taman Budaya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 122
Kreatif akan mendorong peran Taman Budaya sebagai center of excellence of Arts
and Culture dan menjadi tujuan pariwisata budaya di Indonesia.
Pada tahun 2012, Taman Budaya yang mendapat dukungan kementerian
Parekraf berjumlah 4 lokasi yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Pada
tahun 2013 adalah 14 Taman Budaya, kemudian tahun 2014 akan ada 25 lokasi.
Dukungan ini disampaikan melalui dana Dekonsentrasi. Unit kerja penanggung-
jawab Aktivasi Taman Budaya di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah
Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya, sedangkan
pelaksana teknis di lapangan yang mendampingi kegiatan Aktivasi Taman Budaya
adalah Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik.
Mengawali Aktivasi Taman Budaya adalah kegiatan pemetaan, yaitu sebuah
survey pada bulan Oktober-November 2012 untuk mengetahui dan memahami
potensi, masalah, dan kebutuhan Taman Budaya. Selanjutnya, tanggal 30
November sampai dengan 8 Desember 2012 telah dilaksanakan workshop,
pelatihan, dan pergelaran kesenian di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Aceh. Di
Taman Budaya Aceh, kegiatannya berupa “Workshop Manajemen Program dan
Produksi Kegiatan.” Di Jawa Timur adalah “Workshop Manajemen Program dan
Produksi Pergelaran,” di Bali adalah “Workshop Penataan dan Pengelolaan Koleksi
Museum,” dan di Jawa Barat dilaksanakan “Workshop Pengembangan Sistem Arsip
dan Dokumentasi.” Setiap workshop diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari
perwakilan empat Taman Budaya dan komunitas kreatif serta perwakilan dari
daerah.
Perlu kami sampaikan bahwa program pengembangan Taman Budaya bukan
untuk komersialisasi, tetapi untuk peningkatan karya-karya yang diproduksi memiliki
kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas,
baik dalam dan luar negeri. Faktor ekonomi yang dihasilkan adalah dampak dari
penghargaan atas kualitas karya dan apresiasi masyarakat. Dari proses ini,
diharapkan akan menghasilkan peningkatan kemampuan pengelolaan pertunjukan,
peningkatan kesadaran budaya baik pelaku maupun apresiator dan peningkatan
kerjasama pihak pengelola Taman Budaya, komunitas kreatif, dan seniman dengan
stakeholder, meningkatkan kemampuan pendokumentasian karya seni, dan
meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lembaga.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 123
15 Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan
pendidikan tinggi pariwisata
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas
lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi,
yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP)
Bali, Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makasar, yang
terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di
pasar tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan
tinggi pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja,
dihitung jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang terserap di pasar kerja
baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka
semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan
lapangan kerja sektor pariwisata.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah lulusan pendidikan tinggi
kepariwisataan yang terserap di pasar
kerja (Orang)
1.383 1.216 87,9
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja” mencapai
1.216 orang, dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal tersebut disebabkan
perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan sebagai alumnus (lulusan),
sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi secara substansi jumlah
lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja sebenarnya tercapai.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 124
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Wisuda Pada tahun 2012 jumlah lulusan ke 4 (empat) UPT
Pendidikan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif telah meluluskan sebanyak 1.216
dari target 1.383 orang terdiri dari STP Bali 379 orang,
STP Bandung 480 orang, Akpar Medan 258 orang, dan
Akpar Makassar 99 orang. Hal ini sejalan dengan kebijakan zero unemployment
yang telah dicanangkan bahwa selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun
seluruh lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan, khususnya 4 UPT pendidikan
tinggi kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah
mendapatkan pekerjaan.
2. Job Fair
Guna mendukung program pemerintah zero unemployment ke
4 (empat) UPT Pendidikan Tinggi Pariwisata senantiasa
melakukan upaya yang dapat menyalurkan para lulusannya untuk
dapat diterima di pasar kerja baik nasional maupun internasional.
Upaya tersebut antara lain
kegiatan bursa kerja atau Job
Fair yang melibatkan perusahaan
peserta rekruitmen, dan perusahaan peserta expo.
Yang diterima dilapangan kerja melalui kegiatan
Job Fair adalah 2820 orang, terdiri dari UPT
Pendidikan Tinggi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya 1.216 orang
dan dari Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya 1.604 orang.
3. Asia Tourism Forum (ATF) 2012
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP)
Bandung sebagai UPT Pendidikan dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 125
mendapatkan suatu kehormatan sebagai tuan rumah Asia Tourism Forum (ATF)
Conference ke-10 yang diselenggarakan pada tanggal 08 – 10 Mei 2012. Forum
internasional ini merupakan pertemuan dua tahunan industri pariwisata seperti
praktisi, akademisi, peneliti, birokrat pemerintah dan pembuat kebijakan pariwisata
guna bersama-sama bertukar informasi penelitian untuk keberlanjutan
perkembangan industri pariwisata di Asia.
Forum ini bertujuan memfasilitasi pertukaran informasi dan membangun jaringan
diantara para peneliti, praktisi industri pariwisata dan pembuat kebijakan untuk
berkolaborasi dan membangun jaringan dengan tujuan besar guna membantu
perkembangan pemasaran dan pengelolaan pariwisata di Asia.
Adapun tema ATF Conference 2012 adalah
RETHINKING TOURISM dengan fokus pada
Strategy to Sustainable Development dengan
mengangkat 19 Topik kajian yang mencakup:
Sustainable tourism, creative tourism, economic
sustainable, marketing, human resources, cultural
and heritage tourism, education and training in tourism,
tourism policy, regional cooperation in tourism, aviation policies, financial, tour
operator and travel agency, Hotel industry, Quality service Restaurant and food
service, Information Technology and Tourism planning.
Keynote speaker dalam ATF Conference 2012 ini adalah Professor Caye Chon
(Hongkong), Professor Haiyan Song (Hong kong), Professor Geoff Wall (Canada),
Professor Abdul Kadir Haji Din (Malaysia) dan Professor Wiendu Nuryanti
(Indonesia). Abstract sebanyak 70 dan Full paper presenter sebanyak 35 orang dari
berbagai Institusi pendidikan dalam dan luar negeri. Dihadiri 16 Negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, New Zeland, Inggris, Turki, India,
Yunani, Macau, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab.
Partisipan ATF sebanyak 350 orang dari berbagai institusi pendidikan pariwisata
dari dalam dan luar negeri.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 126
5. Certified Hospitality Educator (CHE)
STP Bandung mengikuti program Certified
Hospitalily Educator (CHE) dibawah Association Hotel
and Lodging Educational Institute (AHLEI). Program
pelatihan CHE adalah suatu program yang dirancang
sebagai bentuk pengakuan yang menilai para dosen
atau tenaga pendidik dari aspek pengetahuan
(knowledge) pengalaman mengajar (experience) serta standar-standar lain yang
telah ditentukan oleh institusi tersebut. Diharapkan dengan diperolehnya pengakuan
professional CHE tersebut dapat meningkatkan kinerja dosen atau tenaga pengajar.
Program CHE angkatan I dilaksanakan pada tahun 2011: 2 orang dosen STP
Bandung yaitu Sdr. Anang Sutono dan Sdri. Ni Made Gusti Kerti Utami dinyatakan
lulus dan 3 orang masih dalam penilaian video tape teaching presentation. Tahun
2012 diselenggarakan program CHE angkatan II yang diikuti oleh 15 peserta.
Sertifikasi yang berlaku selama lima tahun tersebut diharapkan dapat memacu
dan memicu kedua tenaga pendidik tersebut pada khususnya dan seluruh insan
tenaga pendidik terutama di pendidikan tinggi kepariwisataan pada umumnya.
Sangat diyakini bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama akan lahir serifikasi
berikutnya terhadap para tenaga pendidik di Tourism and Hospitality demi
membangun SDM Pariwisata yang berkelanjutan, yang World Class Standards.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp.217.551.655.000,- hanya digunakan sebesar Rp.201.870.090.170,- atau hanya
sebesar 92,8% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 87,9%.
16 Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 127
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya profesionalisme pelaku
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama periode 2012–2014 adalah Jumlah
standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dan Jumlah tenaga kerja
pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi.
a. Jumlah standar kompetensi sektor pariwista dan ekonomi kreatif
Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu jumlah
naskah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata
dan ekonomi kreatif yang dihasilkan. Untuk dapat melakukan sertifikasi, maka
diperlukan standar kompetensi kerja yang akan dijadikan referensi. Identifikasi unit
kompetensi dan penyusunan standar kompetensi akan berpengaruh terhadap
kualitas sertifikasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penyusunan standar
kompetensi membutuhkan waktu yang relatif panjang dan melibatkan pelaku di
bidangnya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara konsisten akan
mengembangkan SKKNI dengan jumlah yang terus meningkat, sehingga semakin
banyak profesi yang dapat disertifikasi, yang akhirnya dapat meningkatkan
profesionalisme tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah standar kompetensi sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif
(Naskah SKKNI)
10
6
60
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif” mencapai 6 naskah
SKKNI. Target pada PK tingkat Kementerian tercatat 10 naskah namun sesuai
dengan target pada PK di eselon I tercatat 4 naskah hal ini disebabkan adanya
perubahan organisasi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi
Kementeriaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sehingga dikhawatirkan apabila
mengikuti target yang ada di PK tingkat Kementerian tidak tercapai.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 128
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Workshop draft SKKNI bidang pekerja film dilaksanakan di:
2. Workshop draft SKKNI bidang seni pertunjukkan (line dance) dilaksanakan di:
Mengingat pentingnya SKKNI dan Sertifikasi ini,
maka pada tahun 2013 Pusat Kompetensi Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif
Badan Pengembangan Sumber Daya akan menyusun 3 (tiga) SKKNI ekonomi
kreatif, bidang film, musik, dan desain. Sementara itu dengan telah ditetapkannya
SKKNI bidang film dan seni pertunjukkan, maka target yang akan dicapai untuk
sertifikasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif sebanyak 500 orang untuk tahun
2014.
PERMASALAHAN
1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan
nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian
kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru;
2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar.
PEMECAHAN MASALAH
1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi
yang baru;
2. Perlu Diklat terknis verifator standar.
1. Yogyakarta
2. Ujung Pandang
3. Jakarta
1. Semarang
2. Batam
3. Pekanbaru
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 129
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya
sebesar 93,2%.
b. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi
Jumlah tenaga kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi,
yaitu jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang difasilitasi
untuk disertifikasi. Sertifikasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan
kompetensi yang unggul dan meningkatkan daya saing SDM di sektor pariwisata
dan ekonomi kreatif di dalam dan luar negeri, sehingga dapat lebih bersaing dan
profesional di bidangnya. Khususnya di sektor ekonomi kreatif, Kemenparekraf akan
memulai sertifikasi pada tahun 2014 karena pada tahun 2012-2013 merupakan
inisiasi identifikasi unit kompetensi serta penyusunan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ekonomi kreatif. Kemenparekraf menargetkan
jumlah pelaku yang akan disertifikasi cenderung meningkat, sehingga dengan
semakin banyak pelaku yang disertifikasi, maka daya saing tenaga kerja di sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif semakin meningkat.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan
ekonomi kreatif yang disertifikasi
(Orang)
15.000 21.500 143,3
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
tenaga kerja pariwisata yang disertifikasi” mencapai 21.500 orang. dari target
15.000 orang atau 143,3%. Hal tersebut di sebabkan tingginya dukungan pihak
Hotel di setiap Daerah sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK), sehingga dalam
mengikuti sertifikasi kompetensi peserta sangat antusias. Dengan demikian
berkontribusi positif dalam penambahan jumlah capaian target kegiatan sertifikasi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 130
Indikator “jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi” meliputi
bidang Hotel dan Restoran, Spa, Usaha Perjalanan Wisata, Pemandu Wisata, Jasa
Boga MICE, Pemandu Wisata Selam, Pemandu Ekowisata, Pemandu Wisata
Arung Jeram dan Pemandu Museum.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
a. Sertifikasi Kompetensi
1. Bidang Hotel dan Restoran, dilaksanakan di 33
Provinsi dengan Jumlah 9.590 orang;
2. Bidang SPA, dilaksanakan di 16 Provinsi
dengan Jumlah 3.660 orang;
3. Bidang Biro Perjalanan Wisata (BPW),
dilaksanakan di 20 Provinsi dengan jumlah
1.700 orang;
4. Bidang Pemandu Wisata, dilaksanakan di 27 Provinsi dengan jumlah 2.000
orang;
5. Bidang Jasa Boga, dilaksanakan di 22 Provinsi dengan jumlah 1.800 orang;
6. Bidang MICE, dilaksanakan di 10 Provinsi dengan jumlah 800 orang;
7. Bidang Pemandu Ekowisata, dilaksanakan di 14Provinsi dengan jumlah 500
orang;
8. Bidang Pemandu Arung Jeram, dilaksanakan di 5 Provinsi dengan jumlah
500 orang;
9. Bidang Pemandu Wisata Selam, dilaksanakan di 14 Provinsi dengan jumlah
650 orang;
10. Bidang Kepemanduan Museum, dilaksanakan di 7 Provinsi dengan jumlah
300 orang.
Sebagai puncak pelaksanaan kegiatan sertifikasi
ini secara simbolis Ibu Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif pada tanggal 29 November 2012 di
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 131
Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta telah menyerahkan
Sertifikat Kompetensi kepada 250 orang tenaga kerja pariwisata perwakilan dari 33
propinsi di Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menilai sertifikasi dan standar
kompetensi adalah penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya pariwisata
dan mendukung daya saing pariwisata Indonesia.
Mengingat pentingnya sertifikasi, maka pada tahun 2013 Kementerian Parekraf
akan menargetkan kembali pelaksanaan sertifikasi kompetensi sebanyak 11.500
orang tenaga kerja pariwisata di seluruh Indonesia.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Perubahan struktur organisasi dan penempatan personil pada perubahan
nomenklatur Kementerian yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian
kegiatan dan anggaran pada nomenklatur baru;
2. Masih rendahnya kualitas SDM dalam verifator standar.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Melakukan review kegiatan dan anggaran sesuai dengan struktur organisasi
yang baru;
2. Perlu Diklat terknis verifator standar.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp.26.950.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.25.122.998.804,- atau hanya
sebesar 93,2%.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 132
17 Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas penelitian dan
kajian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah Jumlah penelitian dan
pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor
pariwisata, dan Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam
mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif.
a. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor pariwista
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor pariwisata, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan yang
dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan di
sektor pariwisata. Ruang lingkup industri pariwisata yang dikelola oleh
Kemenparekraf sangatlah luas, sehingga fokus kajian yang dilakukan akan
ditentukan berdasarkan permasalahan yang mendesak dan penting untuk segera
diselesaikan. Setiap tahun jumlah kajian yang dilakukan semakin meningkat
sehingga semakin banyak permasalahan yang dapat dievaluasi dan dianalisis untuk
dapat disikapi dengan kebijakan yang lebih efektif.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah penelitian dan pengembangan
yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10 9 90
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di
sektor pariwisata” mencapai 9 kajian atau 90%, nampak bahwa realisasi di tahun
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 133
2012 terlihat lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011. Hal ini
disebabkan pada tahun 2011 capaian kinerja penelitian mandiri digabungkan
dengan penelitian utama. Sedangkan di tahun 2012 penelitian mandiri sudah
dipisahkan menjadi indikator terpisah.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya
Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan MP3EI
Program Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) merupakan langkah awal untuk
mendorong Indonesia menjadi negara maju
melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga)
elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam)
Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi
Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi
Bali danNusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku;
(2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan
terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat
kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan
program utama di setiap koridor ekonomi.
Untuk mendukung percepatan pembangunan dalam rangka MP3EI itulah
maka Puslitbangjakpar melakukan penelitian Potensi Kawasan Wisata Yang
Memiliki Nilai Strategis dan Berdaya Saing Tinggi Dalam Rangka Pelaksanaan
MP3EI yang difokuskan pada Koridor 5 yaitu provinsi NTB dan NTT yang
menitikberatkan kepada pertanian dan pariwisata. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui segala potensi dan hambatan-hambatan terhadap proses
pelaksanaan investasi pariwisata di provinsi NTB dan NTT.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 134
Pada tanggal 2-5 Oktober 2012 dilakukan penelitian di Provinsi NTB
dengan fokus kepada kawasan Pantai Mandalika-Lombok dan dilanjutkan pada
tanggal 19 – 12 Oktober 2012 di Kupang dan Maumere di NTT.
Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapatnya potensi yang luar biasa
di bidang pariwisata baik di provinsi NTB maupun NTT. Namun terdapat
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi antara lain ruwetnya masalah
pertanahan, belum tersedianya Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
aksesibilitas, pembinaan sadar wisata pada masyarakat, keamanan bagi
wisatawan, kurangnya jalur “direct flight” dari luar negeri ke NTB dan NTT,
kurang jelasnya kebijakan pengembangan kawasan wisata.
2. Penelitian Daya Saing Destinasi Kepariwisataan Indonesia
Setiap tahun, Organisasi Kepariwisataan Dunia (United Nations–World
Tourism Organization/ UNWTO) selalu mengeluarkan peringkat daya saing
negara-negara di dunia yang didasarkan kepada 14 pilar yang meliputi :
a. Kebijakan dan peraturan
b. Pariwisata yang berkelanjutan
c. Keamanan dan keselamatan
d. Kesehatan
e. Prioritas pada pariwisata dan perjalanan
f. Infrastruktur transportasi udara
g. Infrastruktur transportasi darat
h. Infrastruktur pariwisata
i. Infrastruktur TIK
j. Daya saing harga
k. Persepsi terhadap pariwisata
l. Sumber daya alam
m. Sumber daya budaya
Pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ke 74 dari 139 negara
yang dinilai. Peringkat ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 dimana
Indonesia menduduki peringkat ke 81 dari 133 negara. Namun tentunya hal ini
belum menjadi gambaran yang memuaskan mengingat posisi Indonesia
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 135
dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapura,
Malaysia dan Thailand masih rendah.
Disisi lain, disadari bahwa potensi Indonesia dalam sumber daya alam
dan budaya yang sangat luar biasa, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan pada indikator tertentu dan membuat
penajaman indikator daya saing destinasi (WEF) yang sesuai dengan
karakteristik kepariwisataan dan Indonesia.
Pada tanggal 9 – 12 Juli 2012 dilakukan penelitian di kawasan Bromo-
Jawa Timur dan kawasan Gunung Rinjani-Lombok, dan dilanjutkan pada
tanggal 26 – 28 September 2012 di kawasan Danau Toba – Sumatera Utara dan
Toraja – Sulawesi Selatan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa banyak keunikan-keunikan
yang asli pada setiap destinasi pariwisata di Indonesia yang tidak terkategorikan
oleh UN-WTO dan pemetaan atas kondisi daya saing destinasi teraktual.
3. Penelitian Dampak Event “Tour de Singkarak” (ad-hoc)
Tour de Singkarak merupakan event
olah raga tahunan yang mulai dirintis sejak
tahun 2009. Yang merupakan kejuaraan
balap sepeda yang diakui secara resmi oleh
Persatuan Balap Sepeda International
(Union Cyclize International) sebagai
kalender tahunan di Sumatera Barat.
Melalui event ini diharapkan dapat memperkenalkan dan mempromosikan
pariwisata provinsi Sumatera Barat di kancah internasional sehingga provinsi ini
makin dikenal dan dijadikan tujuan utama wisatawan dunia.
Pada tahun 2012, TDS merupakan event yang ke empat kalinya dan
diselenggarakan pada 4-10 Juni 2012 ini diikuti oleh 250 orang peserta dari
berbagai Negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
masyarakat dan pelaku industri pariwisata (perhotelan, perjalanan wisata, dan
daya tarik wisata) terhadap Event Tour De Singkarak 2012, serta dampak
ekonomi dari penyelenggaraannya dan teridentifikasinya dampak ekonomi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 136
seperti angka kunjungan wisatawan, pengeluaran, tingkat hunian kamar, dan
dampak di bidang poleksosbudhankam.
Pada tanggal 9-12 November 2012, telah dilakukan penelitian lapangan.
Penelitian meliputi wawancara dengan berbagai sumber seperti Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, PHRI, ASITA, usaha
wisata dan masyarakat. Pada tanggal 12 November 2012 dilakukan Diskusi
kelompok Terfokus (FGD) yang dihadiri oleh Disbudpar Provinsi Sumbar, dinas-
dinas budpar di 14 kabupaten kota, PHRI, ASITA, dan Garuda Indonesia.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak secara langsung TDS
bagi kunjungan wisman belum terlalu signifikan, namun angka pertumbuhan
wisatawan ke Provinsi Sumatera Barat terus menunjukkan kenaikan. TDS
merupakan salah satu faktor pendorong naiknya wisman ke provinsi ini. Disisi
lain masyarakat dan industri pariwisata memang merasakan manfaat pada saat
event berlangsung, namun belum dalam jangka panjang. Namun akibat jangka
panjang dari pelaksanaan TDS ini Provinsi Sumatra Barat sudah mulai dikenal
luas oleh masyarakat dunia oleh karena liputan media yang cukup gencar.
Masyarakat juga merasakan adanya perubahan infrastruktur yang menjadi
sangat baik, dan mampu menyatukan masyarakat dalam mendukung event ini
dan program pemerintah lainnya pada umumnya.
4. Penelitian Pasar Wisatawan Asia – Pasifik
Dalam upaya meningkatkan kunjungan
wisman datang ke Indonesia, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah
meluncurkan berbagai kebijakan
pembangunan, baik terkait strategi
pengembangan destinasi pariwisata,
pemasaran dan peningkatan kapasitas SDM.
Pemerintah akan terus mendorong agar pariwisata di Indonesia terus tumbuh
dan berkembang sehingga melalui pariwisata diharapkan kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat.
Di bidang pemasaran pariwisata, selain dengan menetapkan target
kunjungan sebesar 8 juta wisman pada tahun 2012, maka Kemeterian
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 137
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah menetapkan 16 negara sebagai fokus
pasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Adapun fokus pasar pariwisata
Indonesia meliputi : Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea
Selatan, Philipina, Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, India, Belanda,
Timur Tengah, Jerman dan Rusia.
Untuk lebih mendalami tentang karakteristik wisatawan pada fokus pasar
itulah maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012 ini melakukan penelitian Pasar
Wisatawan pada 2 (dua) negara yaitu Australia dan Korea Selatan.
Untuk itu pada tanggal 9 – 12 September 2012 tim peneliti telah
berangkat ke Australia dan dilanjutkan pada 8 – 13 Oktober 2012 ke Korea
Selatan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada masyarakat
dan wawancara mendalam dengan industri tour and travel ditempat serta
melakukan Diskusi Kelompok terfokus (FGD) dengan pihak pemerintah
Indonesia (KBRI), VITO, dan industri di Australia dan Korea Selatan. Dari hasil
penelitian diketahui tentang kondisi teraktual dari pasar utama di kedua negara
tersebut seperti motivasi melakukan perjalanan, jenis-jenis wisata yang diminati,
karakteristik wisman dan sebagainya.
5. Penulisan dan Launching buku pariwisata
Penelitian dan pengembangan
kebijakan pada hakekatnya adalah
penelitian aplikatif hasil akhirnya
merupakan rekomendasi bagi pengambil
keputusan dalam rangka pengembangan
pariwisata. Agar hasil-hasil penelitian
puslitbangjakpar dapat diketahui oleh
khalayak dan dijadikan referensi utama dalam setiap pengembangan
kepariwisataan, maka perlu kiranya upaya diseminasi dan sosialisasi hasil
litbang tersebut.Bentuk yang mudah diterima dan dapat dijadikan referensi
diantaranya adalah dalam bentuk sebuah buku.
Untuk itu, maka atas bantuan Bapak Prof. Dr. I Ketut Ardana dari
Universitas Udayana Bali dan dan Bapak Dr. Dewa Putu Oka dari Sekolah
Tinggi Pariwisata Bali Internasional selaku editor, pada tanggal 14 November
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 138
2012, bertempat di Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali (STP
Bali), hadir Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf dan seluruh
“stakeholder“ pariwisata di Bali, diluncurkan 2 (dua) buah buku yang berjudul
“Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia” dan “Pengembangan Daya Tarik
Wisata Unggulan” sekaligus dilakukan acara bedah buku
6. Kegiatan Lomba Karya Tulis Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI
Jakarta
Dalam rangka meningkatkan kreativitas/aksi positif di kalangan pelajar
dalam hal menulis, menumbuhkan kesadaran
akan peran penting pariwisata di Indonesia
sejak dini serta memupuk rasa cinta tanah
air, maka Puslitbangjakpar pada tahun 2012
menyelenggarakan Lomba Karya Tulis
Bidang Pariwisata bagi pelajar SLTA se-DKI
Jakarta dengan tema “Kenali Negerimu, Cintai Negerimu”.
Para juri ditetapkan dari berbakai kalangan yaitu akademisi, pendidik,
media masa dan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yaitu.Isdaryono (Kemenparekraf), Kiftiawati (FIB – UI), Urry Kartopati (Majalah
“Travel Club”), Dra.Budiarti, M.Pd (Universitas Negeri Jakarta) dan Drs. Husein,
MM (Guru SMK 6 Jakarta).
Adapun hadiah adalah Juara pertama mendapat 3 juta rupiah, juara
kedua sebesar2 juta rupiah dan juara ketiga 1 juta rupiah ditambah hadiah dari
pihak sponsor berupa voucher menginap di salah satu hotel berbintang di Kota
Yogya selama 3 hari 2 malam dan tiket pesawat Jakarta – Jogya PP. Adapun
pemenang Harapan 1, 2 dan 3, pihak sponsor memberikan hadiah menginap di
salah satu hotel di Bandung-Jawa Barat.
Adapun juara-juara dari lomba adalah sbb :
a. Juara 1 Christy Dwijayanti dari SMA Budi Agung Jakarta dengan Judul
tulisan “Dampak Pariwisata Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”
b. Juara 2 Kinanti Hantiyana Aliyah dari SMA Negeri 8 dengan judul tulisan
“Meniti Gebrakan Baru Kepariwisataan Indonesia”
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 139
c. Juara 3 Muhamad Rizki dari SMA Global Islamic School dengan judul tulisan
“Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia”
d. Juara harapan 1 Alfino Winata dari SMA Budi Agung Jakarta dengan judul
tulisan “Pentingnya Pariwisata Bagi Indonesia”
e. Juara Harapan 2 Elokhauri Rinainurani Sasisuci dari SMA Negeri 74 dengan
judul tulisan “Jalan-jalan Biar Kenal Biar Sayang”
f. Juara harapan 3 Qonita Syahadah Kasworo dari SMK Negeri 6 Jakarta
dengan judul tulisan “Peranan Siswa SMK Dalam Meningkatkan Wisata
Kuliner”
Pada tanggal 1 Oktober 2012, bertempat di
Balairung Susilo Sudarman diselenggarakan
acara Pengumuman Lomba Karya Tulis dan
Penyerahan Hadiah bagi para pemenang yang
dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dan para pejabat di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DewanJuri, Guru dan Kepala
Sekolah para peserta lomba, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Dinas
Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, dan industri pariwisata
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah Penyesuaian anggaran karena perubahan struktur organisasi
menyebabkan hanya 2 yang dilaksanakan dari 3 penelitian Ad Hoc yang
ditargetkan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah Kekurangan capaian penelitian berdasarkan target Renstra akan
dialokasikan pada tahun anggaran berikutnya.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 140
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 8.920.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 6.591.706.139,- atau hanya
sebesar 73,9% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 90,0%.
b. Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor ekonomi kreatif
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor ekonomi kreatif, yaitu jumlah penelitian dan pengembangan
yang dapat dijadikan rujukan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi
kebijakan di sektor ekonomi kreatif. Sama halnya dengan sektor pariwisata, maka
sektor ekonomi kreatif pun memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu strategi
untuk melakukan kajian kebijakan terkait industri kreatif sama dengan strategi untuk
melakukan kajian kebijakan terkait dengan pariwisata.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah penelitian dan pengembangan
yang dimanfaatkan dalam mendukung
kebijakan di sektor ekonomi kreatif
(Kajian)
10 5 50
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di
sektor ekonomi kreatif” mencapai 5 kajian atau 50%. Capaian indikator ini tidak
dapat dibandingkan dengan indikator sebelumnya tahun 2011 karena merupakan
indikator baru sejak adanya perubahan nomenkelatur Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Penelitian Potensi dan Strategi Pengembangan Budaya Lokal Pada Aplikasi
Smartphone
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 141
Perkembangan smartphone saat ini sudah sangat merebak. Hal ini seiring
dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya kebutuhan
manusia akan informasi dan komunikasi. Smartphone yang beredar semakin
memanjakan penggunanya ditambah dengan kemudahan dalam memperoleh
aplikasi-aplikasi sebagai software pendukung smartphone. Dipasaran dapat
dengan mudah ditemui provider-provider nya seperti Itune Store, Google Play
Store, App World, Samsung Store, Ovi Store dan masih banyak lagi.
Namun aplikasi-aplikasi yang bermunculan sebagian besar merupakan
produksi luar dengan kata lain merupakan produk impor. Sedikit sekali anak
bangsa yang ikut serta memproduksi aplikasi apalagi aplikasi yang memiliki
konten lokal atau budaya lokal. Hal ini dianggap penting dalam memperkuat jati
diri bangsa dan memperlihatkan eksistensi diri dalam dunia maya. Bila melihat
kekayaan budaya, Indonesia memiliki banyak ragam budaya dari Sabang
Sampai Merauke yang dapat diolah dan manfaatkan. Namun, kebudayaan
Indonesia belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai konten lokal pada
aplikasi-aplikasi smartphone.
Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana menciptakan situasi dan ruang yang kondusif agar dapat secara
aktif dan kreatif menumbuhkan keinginan untuk menciptakan aplikasi
dengan konten budaya lokal
b. Siapa saja aktor-aktor yang berperan aktif
c. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan hal tersebut
Secara substansi, lingkup penelitian ini meliputi:
1. Konsep dan materi mengenai teknologi dan informasi khususnya pada
smartphone.
2. Konsep dan materi tentang budaya lokal dan era globalisasi.
3. Strategi pemanfaatan budaya lokal dalam aplikasi-aplikasi smartphone
Secara geografis, ruang lingkup penelitian ini membahas komunitas-
komunitas teknologi android yang berada di Solo, Yogyakarta dan Semarang.
Penelitian Potensi dan Pengembangan Kain Tapis Provinsi Lampung
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 142
Kain Tapis merupakan salah satu jenis
kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam
menyelaraskan kehidupannya baik terhadap
lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam
Semesta. Karena itu munculnya Kain Tapis ini
ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang
mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara
memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan
masyarakat. Motif kain ini ialah kait dan konci, pohon hayat dan bangunan yang
berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang,
matahari, bulan serta bunga melati.Dikenal juga tenun kain tapis yang
bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-
unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-
unsur pengaruh tradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di
Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya
perkembangan kerajinan tapis ini.Walaupun unsur baru tersebut telah
berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan. Dunia kemaritiman atau disebut
dengan jaman bahari sudah mulai berkembang sejak jaman kerajaan Hindu
Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam antara tahun 1500 - 1700.
Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman
pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada
kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia
tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut
telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal
pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal
yang digunakan. Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung
menggunakan Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui suku
Lampung yang umum memproduksi dan mengembangkan tenun Tapis adalah
suku Lampung yang beradat Pepadun.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 143
Bahan Dasar Tapis Lampung: Kain tapis Lampung yang merupakan
kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun
dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas
dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan
benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim
sulam.Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil
pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya
menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal
sejak lama.
Permasalahan yang diangkat perkembangan kain tapis dari warna, corak
dan teknik Tapis yang mengalami degradasi dari aslinya.Penelitian ini
diharapkan dapat melestarikan kembali warna, corak dan tehnik asli dari Kain
Tapis.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Perubahan Nomenklatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Puslitbangjak Ekraf merupakan unit kerja baru yang dibentuk sebagai tindak
lanjut perubahan nomenklatur Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2011. Sebagai unit
kerja baru maka sumber daya yang dimiliki Puslitbangjak Ekraf masih sangat
terbatas. Sumber daya tersebut meliputi: SDM, anggaran dan sarana dan
prasarana.
2. Anggaran
Dari sisi anggaran, sebagai unit kerja baru maka anggaran Puslitbangjak Ekraf
diusulkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP),
sementara DIPA APBNP tahun 2012 baru ditetapkan pada bulan Oktober 2012,
dan mulai dapat direalisasikan pada bulan November, sehingga waktu yang
tersedia untuk pelaksanaan anggaran sangat singkat. Jika dibandingkan dengan
pagu awal ketidakmaksimalan dalam realisasi anggaran disebabkan ada
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 144
beberapa kegiatan yang mendapat tanda bintang dari Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan, sehingga dari pagu awal
Rp. 15.000.000.000,- hanya sebesar Rp. 7.582.650.000,- yang disetujui untuk
dilaksanakan.
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Di dalam rencana kerja dan anggaran Puslitbangjak Ekraf Tahun 2012, terdapat
8 (delapan) kegiatan dengan 27 (dua puluh tujuh) aktivitas, sementara SDM
Puslitbangjak Ekraf hanya terdiri 19 (sembilan belas) personil. Dengan waktu
yang sangat singkat maka pelaksanaan kinerja menjadi kurang maksimal.
4. Sarana dan Prasarana
Sebagai satuan kerja baru maka Puslitbangjak Ekraf belum ditunjang dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kinerja.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Untuk menunjang kinerja Puslitbang Ekraf, maka perlu dilakukan peningkatan
SDM baik dari kuantitas dengan menambah jumlah personil, maupun dari sisi
kualitas dengan melaksanakan program pengembangan kapasitas (diklat dan
sertifikasi) bagi staf maupun peneliti Puslitbangjak Ekraf.
2. Untuk mempertegas pelaksanaan fungsi administratif dan teknis, diperlukan
uraian tugas yang jelas bagi pelaksana kegiatan dalam bentuk SOP sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Untuk memperlancar penyerapan anggaran, perlu peningkatan koordinasi yang
baik antara pelaksana kegiatan dengan pengelola keuangan, sehingga kegiatan-
kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana secara optimal dan tertib
dalam pertanggungjawaban anggaran.
4. Hasil kinerja selama tahun 2012 yang tertuang pada LAKIP akan menjadi bahan
evaluasi untuk perencanaan dan pelaksana kegiatan yang lebih efektif dan
efisien di tahun-tahun berikutnya. Dengan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan peran Puslitbang Kebijakan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 145
Ekonomi Kreatif sebagai lembaga litbang yang menjadi penopang bagi unit kerja
teknis lainnya bisa berjalan dengan baik.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp.15.000.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp.1.994.081.200,- atau hanya
sebesar 13.2% dengan tingkat capaian output yang rata-rata 50.0%.
18 Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku
di sektor ekonomi kreatif
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di
sektor ekonomi kreatif”, dapat ditinjau dari jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi
kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi
dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukan agar para pelaku
dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing.
Peningkatan kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: Workshop dan Coaching Clinic
Pelaku Seni Pertunjukan, Fasilitasi Insan Film Berprestasi di Tingkat Internasional,
Fasilitasi/Pendukungan Pemenang Lomba Penulisan Cerita Film, Workshop dan
Coaching Pembuatan Naskah Film Yang Baik, Pendampingan Pengembangan
Desain, Tatakelola Usaha, Pemasaran Batik dan Produk Batik Indonesia,
Pendampingan Pengembangan Desain Produk Kriya dan Tatakelola Usaha bagi
UKM, dll.
Indikator dan target yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas
konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif adalah Jumlah pelaku kreatif
yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi, dan Jumlah pelaku
kreatif yang mengalami penguatan jejaring.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 146
a. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan
produksi
Proses kreasi dan produksi di industri kreatif merupakan proses penciptaan nilai
tambah yang berbeda. Dalam proses kreasi, ide merupakan modal utama dalam
menciptakan karya kreatif, sedangkan produksi memiliki tantangan bagaimana
menjadikan ide menjadi sebuah karya komersial yang dapat dijadikan bisnis untuk
menciptakan nilai ekonomi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan kreasi dan
produksi kreatif antara lain melalui: kompetisi, coaching kreasi dan produksi,
seminar, lokakarya, fasilitasi internship, fasilitasi kolaborasi produksi karya kreatif,
fasilitasi eksperimen penciptaan karya kreatif atau kegiatan lainnya yang dapat
meningkatkan kemampuan untuk berkreasi dan berproduksi.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami
peningkatan kemampuan kreasi dan
produksi (orang)
3.918
2.934
(EKSB)
984
(EKMDI)
2.703
2.230
(EKSB)
473
(EKMDI)
68,99
76,01
(EKSB)
48,07
(EKMDI)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi”
mencapai 2.703 kajian. Realisasi untuk sektor EKSB tidak mencapai target, karena
terbatasnya waktu sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung sasaran dimaksud
tidak dapat dilaksanakan secara keselurahan.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 15.900.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp 7.367.685.700,- atau hanya
sebesar 46,34%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 46%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 147
b. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring
Untuk dapat terus meningkatkan kreativitasnya, pelaku kreatif ini
membutuhkan untuk membentuk jejaring untuk saling berbagi mengenai ide atau
hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun
komersialisasi. Bentuk kegiatan untuk mengembangkan jejaring kreatif antara lain
melalui: forum, gathering, festival, diskusi, talkshow, atau kegiatan lainnya yang
dapat mempertemukan pelaku kreatif untuk saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami
penguatan jejaring (orang)
2.594
2.278
(EKSB)
316
(EKMDI)
3.634
2.398
(EKSB)
1.236
(EKMDI)
140,09
105,27
(EKSB)
391,14
(EKMDI)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring” mencapai 3.634 orang.
Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang
terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang
ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh
Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring
ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta
fotografi. Dari tabel dapat diamati bahwa target jumlah pelaku kreatif sektor EKSB
yang mengalami peningkatan jejaring sebanyak 2.278 orang sedangkan realisasi
sebesar 2.356 orang. Indikator tersebut merupakan penjumlahan dari jumlah pelaku
kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pagelaran seni
pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di dalam dan luar negeri, jumlah pelaku kreatif
sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart, di
dalam dan luar negeri, Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami
peningkatan jejaring melalui pameran seni rupa dan fotografi di dalam dan luar
negeri dan jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 148
Capaian realisasi untuk jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami
peningkatan jejaring melalui pagelaran seni pertunjukan/seni tari/koreografi/musik di
dalam dan luar negeri adalah 1.090 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku
kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui festival, film mart,
di dalam dan luar negeri adalah 548 orang. Capaian realisasi untuk Jumlah pelaku
kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring melalui pameran seni
rupa dan fotografi di dalam dan luar negeri adalah 685 orang. Capaian realisasi
jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring adalah
sebesar 75 orang. Dari tabel diatas terdapat satu indikator yang tidak mencapai
target tetapi secara keseluruhan realisasi telah mencapai target yang dicanangkan
pada Renstra Kemenparekraf. Untuk sektor EKSB realisasi melebihi target karena
tingginya minat para pelaku kreatif sektor EKSB dalam meningkatkan kreativitasnya
yang pada akhirnya akan meningkatkan jejaring diantara pelaku kreatif.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain: Seminar Jejaring
Kota Pusaka, Pendukungan Musik Indie Indonesia, Pendukungan Partisipasi Aktif
pada Event Film Internasional, Pengiriman Film Indonesia ke Luar Negeri,
Pengambilan Gambar, Sosialisasi dan Publikasi Film, Workshop dan Seminar Seni
Rupa, Workshop dan Roadshow Lomba Foto, Pendukungan Karya Seni Rupa di
Forum Internasional, dll
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 22.959.000.000,- hanya digunakan sebesar Rp. 12.630.618.700,- atau hanya
sebesar 55,01%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 55%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
19 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 149
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran
utama, yaitu:
1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;
2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP); dan
3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian
berikut.
Dalam UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk mendukung
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan negara wajib
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Oleh karena itu, Kemenparekraf selaku instansi pemerintah yang
menggunakan dana APBN berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengelola keuangan negara.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan
keuangan adalah opini keuangan Kemenparekraf yang diberikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari penilaian yang paling
rendah, yaitu: (1) Disclaimer; (2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (3) Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Kemenparekraf.
Kemenparekraf berkewajiban untuk mencapai WTP dan mempertahankan predikat
tersebut hingga akhir tahun 2014 mendatang.
Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan”,
ditandai oleh tertibnya administrasi keuangan.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 150
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Opini keuangan Kemenparekraf
(Peringkat)
WTP Masih dalam
proses
pemeriksaan
BPK
-
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Opini
keuangan Kemenparekraf” masih dalam proses pemeriksaan BPK.
Indikator “Opini keuangan Kemenparekraf” berupa saat ini masih dalam proses
audit.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Kegiatan Percepatan dan Peningkatan Akuntabilitas Keuangan (SAI)
2. Kegiatan Sertifikasi Sertifikasi Barang/Jasa Pemerintah.
3. Kegiatan Bendaharawan.
4. Program Peningkatan SDM Pengelola Keuangan.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Tingkat Pemahaman SDM belum optimal.
2. Akurasi dan ketepatan penyajian laporan keuangan sangat menentukan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Melaksanakan Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan secara
berkesinambungan.
2. Melakukan program pendampingan bersama APIP
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 151
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 9.240.700.000,- hanya digunakan sebesar Rp 8.558.770.310,- atau hanya
sebesar 92,62 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 100 %,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
20 Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran
utama, yaitu:
1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;
2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP); dan
3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekrafakan dijelaskan pada bagian
berikut.
Perbaikan tata kelola pemerintahan dan penerapan sistem manajemen
pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan sekaligus
peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) merupakan agenda penting
dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan, yang direalisasikan dengan
diimplementasikannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Sasaran SAKIP adalah untuk: (1) menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel
sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya; (2) terwujudnya transparansi instansi pemerintah;
(3) terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional;
dan (4) terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Meningkatnya
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 152
kualitas pelaksanaan SAKIP di lingkungan Kemenparekraf dapat diindikasikan dari
perbaikan nilai SAKIP yang yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap dokumen SAKIP
Kemenparekraf. Hasil penilaian SAKIP secara berurutan, dari urutan penilaian
paling rendah, yaitu huruf D, C, CC, B, A, dan AA.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Predikat SAKIP Kemenparekraf
(Predikat)
B B 100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Predikat
SAKIP Kemenparekraf” mencapai predikat B.
Indikator “Predikat SAKIP Kemenparekraf” berupa Evaluasi akuntabilitas kinerja
dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas
kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat bagaimana komitmen penerapan
manajemen pemerintah yang berbasis kinerja dalam rangka mencapai salah satu
sasaran reformasi birokrasi, yakni terwujudnya instansi pemerintah yang akuntabel
dan berorientasi pada hasil (outcome oriented).
Evaluasi akuntabilitas kinerja mencakup review dan evaluasi atas aspek
perencanaan kinerja, aspek pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan
aspek evaluasi kinerja internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome
serta kinerja lainnya.
Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja dituangkan dalam Laporan Hasil Evaluasi
(LHE) yang didalamnya memuat saran dan rekomendasi perbaikan kepada instansi
yang dievaluasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara sistematis dan
berkelanjutan.
Selengkapnya hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
terhadap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meliputi 5 (lima) komponen
besar manajemen kinerja yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja,
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 153
Penyerahan Penghargaan oleh Menteri PAN dan RB kepada
Kemenparekraf, diterima oleh Sekjen Kemenparekraf
Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja, dapat dilihat dalam
matriks di bawah ini:
Tabel III.4 Perbandingan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Kemenbudpar/Kemenparekraf 2007 – 2012
No. KOMPONEN SAKIP
BOBOT
PENILAI-
AN
NILAI HASIL EVALUASI SAKIP
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1. Perencanaan Kinerja 35% 16,83% 20,79% 24,27 23,91 24,72 25,11
2. Pengukuran Kinerja 20% 7,20% 13,43% 12,58 12,92 14,44 13,32
3. Pelaporan Kinerja 15% 8,14% 9,30% 10,28 10,25 11,13 12,04
4. Evaluasi Kinerja 10% 5,60% 6,80% 9,00 6,33 6,48 6,97
5. Capaian Kinerja 20% 15,41% 12,17% 11,03 15,59 13,14 12,97
NILAI HASIL EVALUASI 100% 53,18% 62,48% 67,14 69,00 69,90 70,41
PERINGKAT/11 BESAR 8 dari
70
5 dari
74
3 dari
74
11
besar
dari 79
11
besar
dari
82
-
PREDIKAT PENILAIAN - - B B B B
1. Hasil Evaluasi Tahun 2012
Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor B/3322/M.PAN-RB/11/2012 tanggal 30 November
2012 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil
evaluasi Tahun 2012 menunjukan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif mendapat nilai 70,41%, atau predikat penilaian “B”, ada peningkatan
sebesar 0,73% dari 69,90% pada tahun 2011.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 154
Nilai sebagaimana tersebut di atas, merupakan akumulasi penilaian
terhadap seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian
sebagai berikut:
a. Perencanaan Kinerja (capaian 25,11%)
Perencanaan kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif sudah dilakukan dengan menyusun dokumen Rencana
Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja.
Kekurangan dalam hal perencanaan antara lain:
1) Renstra di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan
tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada hasil/outcome dan di
lengkapi dengan indikator kinerja outcome yang relevan dan terukur.
2) Penetapan Kinerja belum seluruhnya menyajikan suatu perjanjian tentang
hasil/kinerja yang akan dicapai.
3) Perencanaan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat
untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja.
b. Pengukuran Kinerja (capaian 13,32%)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah memiliki Indikator
Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur keberhasilan entitas organisasi.
Kekurangan dalam pengukuran kinerja adalah:
1) Indikator-indikator kinerja yang digunakan, terutama di sebagian unit kerja
belum seluruhnya relevan dan menggambarkan hasil, dan dapat diukur
secara obyektif.
2) Indikator kinerja yang telah ditetapkan belum cukup untuk mengukur
kinerja organisasi.
3) Kemenparekraf belum memiliki indikator kinerja individu yang mengacu
pada IKU Kementerian.
4) IKU dan pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pengendalian dan pemanfaatan kinerja.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 155
c. Pelaporan Kinerja (capaian 12,04%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011 telah disusun dan
disampaikan secara tepat waktu kepada Presiden melalui Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, demikian juga
LAKIP unit kerja telah disusun dan disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan.
Kekurangan dalam sistem pelaporan kinerja antara lain:
1) LAKIP di lingkungan Kemenparekraf belum seluruhnya menyajikan
informasi pencapaian sasaran yang berorientasi hasil/outcome melalui
hasil evaluasi dan analisis yang memadai dengan dilengkapi
pembandingan data kinerja.
2) LAKIP belum dimanfaatkan secara optimal terutma untuk peningkatan
kinerja selanjutnya.
d. Evaluasi Kinerja (capaian 6,97%)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah melakukan
evaluasi atas LAKIP unit kerja.
Adapun kekurangan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja, antara lain
adalah:
1) Belum secara optimal melakukan pemantauan tentang kemajuan
pencapaian kinerja beserta hambatannya.
2) Evaluasi program belum seluruhnya memberikan rekomendasi-
rekomendasi perbaikan perencanaan kinerja.
3) Evaluasi Rencana Aksi belum dilaksanakan dalam rangka mengendalikan
kinerja.
4) Hasil-hasil evaluasi kinerja belum secara optimal dimanfaatkan untuk
perbaikan penerapan manajemen kinerja di lingkungan Kemenparekraf
e. Capaian Kinerja (capaian 12,97%)
Pencapaian kinerja dinilai dari aspek pencapaian target, dan
keandalan data kinerja, serta keselarasan antara kinerja output dengan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 156
kinerja outcome. Selain itu capaian kinerja juga mencakup kinerja pencatatan
keuangan, transparansi, penilaian dari stakeholder, termasuk penghargaan
yang diperoleh. Capaian kinerja output sudah cukup baik. Sedangkan capaian
outcome masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Rendahnya capaian
outcome terutama disebabkan oleh indikator-indikator kinerja outcome yang
kurang relevan dan tidak cukup untuk menggambarkan keberhasilan.
Rekomendasi:
a. Meningkatkan kualitas Renstra di lingkungan Kemenparekraf antara lain
merumuskan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome dan
dilengkapi indikator kinerja yang relevan dan terukur.
b. Menyusun Penetapan Kinerja dengan menyajikan suatu perjanjian kinerja
yang menggambarkan hasil/kinerja yang akan dicapai.
c. Perencanaan kinerja agar dimanfaatkan secara optimal sebagai alat untuk
mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja.
d. Menyelaraskan antara indikator kinerja kementerian dengan unit-unit kerja di
bawahnya.
e. Menyiapkan indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU kementerian.
f. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pengukuran kinerja sebagai media
untuk pengendalian dan pemantauan kinerja.
g. Menyajikan informasi pencapaian sasaran dalam LAKIP di lingkungan
Kemenparekraf yang berorientasi pada hasil/outcome melalui evaluasi dan
analisis yang memadai serta pembandingan data kinerja.
h. Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di lingkungan
Kemenparekraf.
i. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen
kinerja di seluruh jajaran Kemenparekraf untuk mempercepat terwujudnya
pemerintahan yang berkinerja dan akuntabel.
21 Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 157
Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kemenparekraf memiliki tiga sasaran
utama, yaitu:
1. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan;
2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP); dan
3. Terselenggaranya reformasi birokrasi.
Penjelasan mengenai sasaran serta indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
akan dijelaskan pada bagian berikut.
Terselenggaranya reformasi birokrasi yang efektif dapat diindikasikan dari
perbaikan nilai Quality Assurance pelaksanaan reformasi birokrasi yang diberikan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Semakin tinggi nilai Quality
Assurance, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pula kualitas pelaksanaan
reformasi birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Di tahun 2012 ini sasaran “Terselenggaranya Reformasi Birokrasi”, ditandai oleh
capaian Passing Grade Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan
capaian nilai 48 yaitu pada Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK
sekitar 45% dari Kementerian Keuangan.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi
Birokrasi (Nilai)
40 48 120
Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi, yaitu nilai yang diberikan oleh
Kementerian PAN & RB kepada Kemenparekraf yang menjadi tolak ukur efektifitas
atau kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kemenparekraf. Sesuai
Permen Pan dan RB No. 53 Tahun 2011, nilai yang diberikan kepada
Kemenparekraf terkait pelaksanaan program Reformasi Birokrasi berdasarkan
acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan oleh Komite
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 158
Pengarah RB Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan Quality
Assurance RB ini menggunakan 8 (delapan) area perubahan grand design RB
dengan mengaitkan program, kegiatan, agenda, dan hasil yang diharapkan dari
proses RB pada tingkat mikro dalam periode tahun 2010 – 2014.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Terselenggaranya Reformasi Birokrasi” mencapai nilai 48 atau 120%.
Indikator “Nilai Quality Assurance (QA) Reformasi Birokrasi”, berupa hasil
penilaian atas kesiapan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif yang dilakukan oleh Deputi Program dan Reformasi Birokrasi/Unit Pengelola
Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN)-Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Penilaian dilakukan terhadap Dokumen Usulan
dan Road Map Reformasi Birokrasi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, serta dilengkapi dengan
Berita Acara Validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan.
Tujuan dari penilaian adalah untuk memastikan ketepatan, kelengkapan, dan
kualitas Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi, serta proses dan
capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang didukung dengan bukti-bukti
kuat.
Dasar penentuan passing grade dan skor yang digunakan, serta besaran
Tunjangan Kinerja (TK) yang diusulkan adalah sebagai berikut:
Range Skor
Level Keputusan Usulan Besaran TK
0 – 10 0 Tidak diberikan TK Tidak diproses
11 – 30 1 Tidak diberikan TK Tidak diproses
31 – 40 2 Diberikan TK 40% dari Kemenkeu
41 – 50 2 Diberikan TK 45% dari Kemenkeu
51 – 60 3 Diberikan TK 50% dari Kemenkeu
61 – 70 3 Diberikan TK 55% dari Kemenkeu
71 – 80 4 Diberikan TK 65% dari Kemenkeu
81 – 90 4 Diberikan TK 75% dari Kemenkeu
91 - 100 5 Diberikan TK 100% dari Kemenkeu
*) passing grade bagi K/L untuk mendapatkan tunjangan kinerja minimum level 2 dengan range skor antara 31
– 40.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 159
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mencapai nilai 48 yaitu pada
Level 2 (range skor 41 – 50) dengan usulan besaran TK sekitar 45% dari
Kementerian Keuangan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Rapat-rapat masing-masing area perubahan
2. Konsinyering penyusunan quick win
3. Evaluasi lapangan
4. Penentuan Job grading
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
1. Penilaian terhadap Dokumen Usulan dan Road Map Reformasi Birokrasi;
Dokumen usulan telah memenuhi kelengkapan sebesar 82% berdasarkan
kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011.
Road Map telah memenuhi kelengkapan sebesar 85% berdasarkan
kriteria Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, Nomor 7 dan Nomor 8 Tahun 2011.
NILAI DOKUMEN USULAN DAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
No. Penilaian Nilai ambang batas
kelengkapan
Nilai capaian pemenuhan kelengkapan
1 Dokumen Usulan ≥ 70% 82%
2 Road Map ≥ 70% 85%
Mengingat kelengkapan Dokumen Usulan dan Road Map Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai ambang batas 70%, maka dapat
dilanjutkan ke tahap Verifikasi Lapangan.
2. Penilaian terhadap 9 (sembilan) Program Mikro Reformasi Birokrasi, yang
meliputi: Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan,
Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 160
Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas
Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi;
3. Verifikasi lapangan.
Nilai dan level dari verifikasi lapangan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif diperoleh dengan cara memastikan ketepatan, kelengkapan, dan
kualitas dokumen usulan dan road map Reformasi Birokrasi, serta proses dan
capaian kinerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dilengkapi dengan bukti-
bukti pendukungnya. Nilai Verifikasi Lapangan terhadap kesiapan pelaksanaan
Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah 51
dengan rincian sebagai berikut:
NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI
No. Program
TAHAP KESIAPAN PELAKSANAAN RB
Skor - Plan (P) Do (D) Check
(C) Act (A) PDCA
1. Manajemen Perubahan 41
2. Penataan Peraturan
Perundang-undangan 56
3. Program Penataan dan Penguatan Organisasi
57
4. Penataan Tatalaksana 45
5. Penataan Sistem
Manajemen SDM Aparatur 43
6. Penguatan Pengawasan 57
7. Penguatan Akuntabilitas
Kinerja 70
8. Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik 59
9. Monitoring dan Evaluasi 30
SKOR RERATA 51
4. Nilai Akhir
Hal Parameter Nilai
Dokumen Usulan 82%
Kekurangan Dokumen Usulan
18%
Road Map 85%
Kekurangan Road Map 15%
Rerata kekurangan Dokumen Usulan dan Road Map
0,30 16,5%
Verifikasi Lapangan 51
Nilai Total 48
Level 2
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 161
NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN 9 PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI
NILAI 0 100
TAHAP - P D C A PDCA
LEVEL 0 1 2 2 3 3 4 4 5
5. Profil
Berdasarkan hasil penelitian Verifikasi Lapangan terhadap 9 (sembilan) Program
Mikro, didapatkan profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif sebagaimana pada grafik berikut ini.
30 59
70
57
43 45
57
56
41
Monitoring dan Evaluasi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Pengukuran Akuntabilitas
Penguatan Pengawasan
Penataan Sistem Manajemen SDM
Penataan Tatalaksana
Penataan dan Penguatan Organisasi
Penataan Peraturan Perundangan
Manajemen Perubahan
Profil Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
0 20 40 60 80
Monitoring dan Evaluasi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Penguatan Akuntailitas
Penguatan Pengawasan
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Penguatan Tatalaksana
Penataan dan Penguatan Organisasi
Penataan Peraturan Perundangan
Manajemen Perubahan
30
59
70
57
43
45
57
56
41
Gambaran Capaian Proses RB di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
48
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 162
Kesimpulan
1. Kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif yang dituangkan dalam Dokumen Usulan dan Road Map pada
prinsipnya telah memenuhi persyaratan kelengkapan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrsasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2010-2014 dengan nilai kelengkapan Dokumen Usulan mencapai 82%
dan Road Map mencapai 85%.
2. Hasi verifikasi Lapangan terhadap pelaksanaan kesiapan Reformasi Birokrasi di
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencapai nilai 50,80.
3. Nilai akhir kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah 48,29 (LEVEL 2),
yang merupakan nilai level minimum untuk dapat diajukan kepada KPRBN
(setelah dilengkapi dengan Beriata Acara Validasi Job Grading) guna mendapat
pertimbangan untuk disetujui sebagai instansi yang melaksanakan Reformasi
Birokrasi dan diberikan penghargaan berupa Tunjangan Kinerja.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Belum adanya sosialisasi tentang Reformasi Birokrasi Indonesia (RBI) kepada
seluruh staf dan pejabat di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, baik pusat maupun daerah, sehingga para pegawai belum mengetahui
apa itu RBI.
2. Kurangnya kesadaran para pegawai di lingkungan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif terhadap anggaran berbasis kinerja yang merupakan salah satu
wujud dari pelaksanaan RBI.
3. Apabila RBI di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
diberlakukan, maka tuntutan kehadiran dan kepulangan serta kinerja yang tinggi
kepada seluruh pegawai sangat diharapkan.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 163
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif akan melaksanakan sosialisasi tentang RBI kepada seluruh pegawai dan
pejabat, diharapkan dengan adanya sosialisasi berdampak pada pemahaman
dan implementasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Setiap pegawai dan pejabat dituntut hasil kerja (kinerjanya).
22 Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
Terselenggaranya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berkualitas
akan terwujud apabila didukung oleh kualitas SDM yang berkualitas. Kualitas SDM
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat dilihat dari jumlah SDM yang
memiliki pendidikan lanjut yang mendalami sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pendidikan lanjut yang dimaksud adalah pendidikan pascasarjana, untuk Strata 2
dan Strata 3. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki 414
orang dengan pendidikan akhir S2 dan 15 orang S3 yang mendalami sektor
pariwisata serta fokus untuk mendalami tata kelola dan kebijakan di sektor
pariwisata. Saat ini, dengan adanya sektor ekonomi kreatif dan untuk memperkuat
sektor kepariwisataan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan
berupaya untuk memfasilitasi 80 orang dan 33 orang untuk mengikuti jenjang
pendidikan akhir S2 dan S3 selama periode 2012 – 2014.
Selain memfasilitasi SDM Kementerian Pariiwisata dan Ekonomi Kreatif untuk
mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif juga akan memperkuat SDM untuk difasililtasi untuk mengikuti
diklat manajemen dan teknis terkait dengan sektor kepariwisataan dan ekonomi
kreatif, sejumlah 1.476 orang selama periode 2012 – 2014.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 164
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf dapat diukur
dengan indikator: Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan Jumlah SDM Kemenparekraf yang
difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis.
a. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
Jumlah pegawai yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, yaitu jumlah pegawai Kemenparekraf yang meneruskan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi (Strata 2 dan Strata 3) untuk memperdalam pengetahuan
pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta pengaturan kebijakan publik.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang
difasilitasi untuk meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
(Orang)
9 9 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi” mencapai 9 orang.
b. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen
dan teknis
Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan
organisasi, yaitu jumlah aparatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
diberikan pembekalan melalui materi yang relevan dengan sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif. Secara teknis, pembekalan tersebut diserahkan kepada masing-
masing satker sehingga materi diklat dapat diberikan secara spesifik untuk
pengembangan destinasi, pemasaran pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif
berbasis seni dan budaya, pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, desain
dan iptek, pengembangan SDM, pengawasan dan peningkatan akuntabilitas
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 165
aparatur, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lainnya, serta sarana dan prasarana aparatur.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut
target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang
difasililtasi untuk mengikuti diklat
manajemen dan teknis (Orang)
636 604 94,96
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat manajemen
dan teknis” mencapai 604 orang atau 94,96% Hal ini disebabkan karena selama
pelaksanaan kegiatan tahun 2012, terjadi beberapa kendala sehingga capaian
kinerja tidak sesuai dengan target seperti yang telah ditetapkan. Kendala tersebut
pada kegiatan :
1. Diklat Pim Tk. II, dengan capaian 33,33 %, dikarenakan kuota peserta ditentukan
oleh Lembaga Administrasi Negara hanya tersedia untuk 2 orang peserta, dari
yang telah ditargetkan sebanyak 6 orang.
2. Capaian terendah berikutnya adalah Diklat Bahasa Asing (TOEFL) yaitu 76,66
%, dari yang ditargetkan 120 orang pada pelaksanaannya tercapai 92 orang
peserta, hal tersebut dikarenakan terkendala adanya proses revisi DIPA yang
menyebabkan kegiatan di lingkungan Kementerian Parekraf dilaksanakan dalam
jangka waktu hampir bersamaan sehingga banyak pegawai yang melaksanakan
kegiatan dan berakibat pada kurangnya pegawai untuk memenuhi kuota peserta.
Indikator “Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk mengikuti diklat
manajemen dan teknis” berupa Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan
Manajemen dan Teknis, Jumlah Dokumen Perencanaan dan Evaluasi Diklat,
Jumlah Dokumen Kurikulum dan Modul, serta Jumlah Dokumen Pelaksanaan
Pendidikan dan Pelatihan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung
kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 166
1. Diklat Kepemimpinan Tingkat II
2. Diklat Kepemimpinan Tingkat III
3. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan I
4. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan II
5. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Dasar Angkatan I
6. Diklat Teknis Ekonomi Kreatif Tingkat Dasar
7. Diklat Teknis Pariwisata Tingkat Lanjutan
8. Diklat Teknis Pariwisata Spesialisasi Bidang MICE Tingkat Dasar
9. Diklat Bahasa Asing
10. Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pegawai Menjelang Masa Purnabakti (Pensiun)
11. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan I
12. Pelatihan Motivasi Berprestasi / Achievement Motivation Traning (AMT)
13. Diklat Bagi Penyelenggara Diklat (Training Officer Course)
14. Diklat Bahasa Asing (TOEFL Preparation)
15. Pelatihan Pengembangan Diri Angkatan II
16. Diklat Bahasa Asing (II)
17. Pelatihan Training For Trainers (TOT)
18. Pelatihan Jurnalistik
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum
maksimal adalah:
1. Perencanaan kinerja dan penganggaran yang belum optimal karena harus
dilakukan beberapa penyesuaian (revisi) dokumen anggaran (RKAKL, DIPA,
POK) yang menyebabkan keterlambatan dalam penyerapan anggaran.
2. Masih terbatasnya jumlah dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan.
3. Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belum
sepenuhnya terpenuhi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 167
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas
adalah:
1. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penyelenggara Diklat
SDM Aparatur, perlu kiranya memperkuat peran kelembagaan Pusdiklat Pegawai
agar dapat lebih efektif dalam mengendalikan pelaksanaan kediklatan.
2. Diperlukan komitmen dan dukungan pimpinan dari setiap unit kerja di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pelaksanaan Diklat.
3. Diperlukan monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan diklat secara optimal
agar program dan kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target indikator
kinerja yang ditetapkan.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka
pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar
Rp 10.725.500.000,- hanya digunakan sebesar Rp 10.028.811.500,- atau hanya
sebesar 93.50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 94,96%,
dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
23 Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia
Kemenparekraf
Dengan perubahan Kemenbudpar menjadi Kemenparekraf, diperlukan SDM
baru yang dapat mengisi posisi untuk sektor ekonomi kreatifkhususnya, sehingga
pengembangan ekonomi kreatif akan ditangani oleh SDM yang memiliki
pengetahuan serta kompetensi yang sesuai dengan sektor yang akan
dikembangkan. Kuantitas SDM Kemenbudpar yang akan diberikan penugasan di
Kemenparekrafadalah sebanyak 1.917 pegawai dengan, dimana saat ini, SDM
tersebut memiliki detail penugasan pada masing-masing unit eselon 1dan unit
pelaksana teknis adalah sebagai berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 168
1. 186 orang di Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata;
2. 254 orang di Ditjen Pemasaran Pariwisata;
3. 173 orang di Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film;
4. 104 orang di Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif;
5. 394 orang di Sekretariat Jenderal;
6. 74 orang di Inspektorat Jenderal;dan
7. 732 orang pada UPT Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (STP Bandung, STP Bali, Akpar Medan, dan Akpar Makassar)
Penambahan SDM ekonomi kreatif sangatlah dibutuhkan pada Kemenparekraf
khususnya pada sektor ekonomi kreatif berbasis media, desain dan iptek, karena
saat ini Kemenparekraf tidak memiliki SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan sektor ini. Penambahan SDM Kemenparekraf juga dirasakan
perlu dilakukan tekait adanya SDM yang pensiun dan rotasi pada tahun berjalan.
Kemenparekraf memiliki rencana untuk memperkuat tenaga pengajar di UPT
Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun
2012 dengan menambah 186 jabatan fungsional pendidik, dan hingga tahun 2014
Kemenparekraf bermaksud untuk memperkuat SDM sejumlah 395 staf dengan latar
belakang pendidikan: teknologi informasi, ekonomi akuntansi, administrasi, ilmu
hukum, kesenian, komunikasi, desain, kepariwisataan, ekonomi manajemen, sosial
politik-ilmu budaya, geografi, statistik, ilmu ekonomi, dan ilmu sastra.
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan
pariwisata dan ekonomi kreatif, jumlah kuantitas SDM Kemenparekraf secara
langsung akan berperan dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif
dengan tujuan utama mencapai arahan strategis Kementerian.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Kinerja Utama
(IKU) Target Realisasi
Capaian
(%)
1. Jumlah penambahan SDM
Kemenparekraf yang akan
mengembangkan pariwisata dan
ekonomi kreatif (orang)
134 130 97,01
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 169
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan
ekonomi kreatif” mencapai 130 orang atau 97,01, karena terdapat 4 (empat) orang
tenaga honor yang tidak memenuhi syarat untuk diusulkan dalam pengangkatan
CPNS TMT 1 Desember 2013, sebagai berikut:
No. Nama Unit Kerja Keterangan
1. Salasi BPCB Makassar Tidak diusulkan dari unitnya, karena ijazahnya diragukan keabsahannya.
2. Mustofa BPCB Makassar Karena kondisi yang bersangkutan dalam keadaan sakit
SK Tahun 2010 terputus, sedangkan untuk diangkat sebagai CPNS, SK Honorer yang bersangkutan harus terus-menerus
3. Hamzah BPCB Makassar SK Honor tahun 2005 s.d. 2008 tidak ada, sehingga tidak memenuhi syarat untuk diangkat sebagai CPNS
4. Gamel Harahap BPCB Aceh Besar Telah diusulkan tetapi ada masalah dalam ijazah dimana untuk tanggal lahir yang bersangkutan ada perbedaan dengan data induk sekolah tersebut, sehingga pihak Kepala Sekolah tidak mau melegalisir
C. Capaian RPJMN 2010 – 2014
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012
merupakan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 – 2014.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 170
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 mengatur tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014. Peraturan Presiden
ini menetapkan 3 jenis prioritas pembangunan, yaitu:
1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014;
2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidang
pembangunan;
3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunan
kewilayahan.
1. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Visi dan misi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada periode
2010-2014 telah dijabarkan ke dalam sejumlah program prioritas untuk
memudahkan implementasi dan pengukuran indikator keberhasilan dari
implementasi program tersebut. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan
diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional, yaitu: (1)
reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4)
penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim
investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas,
dan inovasi teknologi. Sebelas prioritas nasional pada dasarnya merupakan upaya
untuk:
a. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik, yaitu meliputi: prioritas 5 ketahanan
pangan, prioritas 6 infrastruktur, prioritas 8 energi, serta prioritas 10 daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik;
b. Perbaikan infrastruktur lunak, yaitu meliputi: prioritas 1 reformasi birokrasi dan
tata kelola dan prioritas 7 iklim investasi dan iklim usaha;
c. Penguatan infrastruktur sosial, yaitu meliputi: prioritas 2 pendidikan, prioritas 3
kesehatan, prioritas 4 penanggulangan kemiskinan dan prioritas 9 lingkungan
hidup dan pengelolaan bencana; dan
d. Pembangunan kreativitas, yaitu meliputi: prioritas 11 kebudayaan, kreativitas,
dan inovasi teknologi.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 171
e. Selain 11 prioritas nasional, terdapat prioritas nasional lainnya di bidang: (1)
Politik, hukum dan keamanan; (2) Perekonomian; (3) Kesejahteraan rakyat yang
merupakan prioritas bagi Presiden RI periode 2010-2014.
Penugasan yang menjadi tanggung jawab Kemenparekraf meliputi: (1) prioritas
4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan; (2) prioritas 11 terkait dengan
penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi; (3) prioritas nasional lainnya
bidang kesejahteraan rakyat; (4) prioritas nasional lainnya bidang ekonomi.
a. Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolut
dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusi
pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan
masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat. Penugasan Program
Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah:
1) Melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata;
2) Mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industri kreatif.
b. Penguatan Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
Penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi bertujuan
mengembangkan dan melindungi kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta
apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi tumbuh-
mapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang disertai
pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh
keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan. Penugasan Program
Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-2014 adalah:
Mendukung pengembangan sarana, melalui fasilitasi sarana bagi pengembangan,
pendalaman dan pagelaran seni budaya
1) Mendukung program penciptaan, melalui fasilitasi perolehan paten dan HKI,
serta pengkajian dan penerapan inkubasi teknologi.
2) Melaksanakan pengembangan kesenian dan perfilman nasional;
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 172
3) Mendukung inovasi teknologi melalui peningkatan kemampuan inovasi dan
kreativitas pemuda.
c. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat
Prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat terdiri dari 10 substansi
inti pembangunan. Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utama pada 4
substansi inti, yaitu:
1) Peningkatan jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahap dalam 5
tahun;
2) Promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan
pengiklanan yang kreatif dan efektif;
3) Perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung
pariwisata; dan
4) Peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal
untuk mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang
kompetitif di wilayah Asia.
d. Prioritas Nasional Lainnya Bidang Ekonomi
Prioritas nasional lainnya bidang ekonomi terdiri dari 3 substansi inti
pembangunan, yaitu pengembangan industri, diplomasi perdagangan, pelayanan
dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemenparekraf memiliki tanggung
jawab utama dalam pengembangan industri, mengacu pada Perpres No. 28 Tahun
2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, khususnya yang terkait industri kreatif,
seperti: kerajinan; fesyen; piranti lunak; pasar barang seni; permainan interaktif; dan
konten multimedia lainnya. Tanggung jawab Kemenparekraf meliputi:
1) Menguatkan keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri;
2) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun
kompetensi inti industri daerah;
3) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan
dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber daya terbarukan;
4) Mengembangkan industri kecil dan menengah;
5) Menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif; dan
6) Mendorong pertumbuhan klaster industri.
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 173
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran dalam pelaksanaan
RPJMN 2010 – 2014 untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab
organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.
1 Meningkatnya jumlah desa wisata melalui PNPM
bidang pariwisata
Peningkatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Sektor Pariwisata, melalui: penyerahan PNPM mandiri pariwisata di desa wisata,
gelar karya pemberdayaan masyarakat, pembuatan bahan-bahan informasi PNPM
pariwisata, pendampingan pnpm mandiri di sektor pariwisata, temu nasional PNPM
mandiri pariwisata, penghargaan desa wisata (PNPM pariwisata), fasilitasi
komunikasi jejaring desa wisata, fasilitasi pemanfaatan CSR dalam rangka
pengembangan desa wisata, fasilitasi pemanfaatan KUR dalam rangka
pengembangan desa wisata, bansos PNPM mandiri pariwisata tahun 2012.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah desa wisata 978
Desa
978
Desa
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah
desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata” mencapai 978
desa atau 100%.
Indikator “Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa
wisata” berupa Pengembangan desa wisata dilaksanakan melalui dana bantuan
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 174
sosial PNPM Mandiri bidang Pariwisata. Bantuan Desa Wisata dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, pengadaan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan kepariwisataan, peningkatan apresiasi
seni budaya kepariwisataan, serta biaya operasional pengelolaan kegiatan.
2 Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara
dan wisatawan nusantara sebesar 20% secara
bertahap dalam 5 tahun
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah wisatawan mancanegara 8 juta
Orang
8,04 juta
Orang
100,5
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
2. jumlah pergerakan wisatawan nusantara 245.000.000
245.000.000
100%
3 Terlaksananya promosi 10 tujuan pariwisata
Indonesia melalui saluran pemasaran dan
pengiklanan yang kreatif dan efektif
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 175
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
1. Partisipasi pada bursa pariwisata
internasional, pelaksanaan misi
penjualan (sales mission), dan
pendukungan penyelenggaraan festival
76
Event
126
Event
165,79
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
2. Penyelenggaraan perwakilan promosi
pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism
Promotion Representative Officers) di
luar negeri
13 kota 13 kota 100%
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
3. Penyelenggaraan promosi langsung
(direct promotion), dan penyelenggaraan
event pariwisata berskala nasional dan
internasional
67 Event 67 Event 100
4 Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan
sarana pendukung pariwisata
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 176
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata 29 lokasi 29 lokasi
100
5 Meningkatnya kapasitas pemerintah dan
pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk
mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality
management yang kompetitif di kawasan Asia
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
1. Jumlah tenaga kerja yang memiliki
sertifikasi tenaga kerja bidang
pariwisata
15.000
Orang
21.500
Orang
143,3
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
2. Jumlah sumber daya yang dilatih di
bidang kebudayaan dan kepariwisataan
1.175
Orang
1.045
Orang
88,9
Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
No Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
3. Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di
4 UPT pendidikan tinggi pariwisata
1.383
Orang
1.216
Orang
87,9
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 177
Indikator kinerja “Jumlah lulusan pendidikan pariwisata di 4 UPT pendidikan
tinggi pariwisata” dalam penetapan kinerja 2012 berubah menjadi “Jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja”, dan capaian kinerja
pada tahun 2012 mencapai 1.216 orang dari target 1.383 orang atau 87,9%. Hal
tersebut disebabkan perbedaan variable ukur yaitu menggunakan wisudawan
sebagai alumnus (lulusan), sehingga tergambar target tidak tercapai. Akan tetapi
secara substansi jumlah lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja
sebenarnya tercapai.
PERMASALAHAN DAN KENDALA
Pembangunan kepariwisataan telah menunjukkan pencapaian yang cukup
menggembirakan, namun demikian masih terdapat permasalahan yang dihadapi,
antara lain: (1) Belum optimalnya kemitraan antarpelaku pariwisata yang didukung
oleh koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi intra dan antarlembaga, pusat dan
daerah; (2) Masih rendahnya daya saing destinasi pariwisata; (3) Peningkatan
pemanfaatan media elektronik, cetak, dan berbasis teknologi informasi untuk
promosi pariwisata; dan (4) Peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM
pariwisata termasuk kesiapan masyarakat di daerah.
LANGKAH TINDAK LANJUT
Dalam pembangunan pariwisata, tindak lanjut yang akan dilaksanakan antara
lain: (1) Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi lintas lembaga dan
lintas sektor dalam pembangunan kepariwisataan melalui penyusunan peraturan
perundangan mengenai tata kerja, mekanisme, dan hubungan koordinasi strategis
lintas sektor seperti prasarana umum dan promosi pariwisata dan kerja sama luar
negeri; (2) Menyusun perencanaan destinasi pariwisata nasional, kawasan strategis
pariwisata nasional, dan fasilitasi pendukungan penyusunan perencanaan
pembangunan kepariwisataan daerah; (3) Meningkatkan pemanfaatan berbagai
media dan teknologi informasi sebagai sarana promosi pariwisata; pengembangan
kerja sama pemasaran dan promosi pariwisata dengan lembaga terkait di dalam dan
di luar, terutama kerja sama antar travel-agent dan antar tour operator di dalam
maupun di luar negeri; dan (4) Meningkatkan pengembangan profesionalisme
sumber daya manusia di bidang pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan SDM
dan pendidikan tinggi bidang pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
BAB IV PENUTUP
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 178
ab IV Penutup
Kemenparekraf di masa mendatang memiliki komitmen untuk meningkatkan
kinerja dan melakukan inovasi dalam menyusun dan melaksanakan program
pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Masih banyak pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan dan apa yang telah berhasil dicapai pada tahun 2012 ini
akan menjadi motivasi bagi kementerian untuk melaksanakan tugas dengan lebih
baik lagi. Arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif akan
tetap mengacu kepada arah kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat nasional
dan akan meneruskan hal yang positif yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini.
Sebagai salah satu langkah yang nyata dalam membangun sekaligus
meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2012
diantaranya melalui branding baru “Wonderful Indonesia”, yang mengacu pada lima
kriteria, yaitu:
1. Wonderful nature, Indonesia memiliki tempat-tempat yang indah dan terkenal
seperti Bali, Candi Borobudur, Bromo, Komodo, Raja Ampat dengan daya tarik
pantai, laut, gunung, hutan, savana, serta keaneka-ragaman flora dan fauna.
2. Wonderful culture, Indonesia memiliki daya tarik budaya yang beraneka ragam
dari Sabang hingga Merauke sehingga menjadi aset dalam mengembangkan
pariwisata.
3. Wonderful people, masyarakat Indonesia sejak dulu di kenal ramah dan murah
senyum sehingga menarik bagi wisatawan.
4. Wonderful food, makanan atau kuliner Indonesia terkenal di dunia. Aneka
macam makanan merupakan bagian dari kekayaan budaya masyarakat
Indonesia.
5. Wonderful value money, nilai uang yang dikeluarkan setiap wisman, dalam soal
harga menjadikan pariwisata Indonesia memiliki daya saing tinggi. Misalnya
dalam hal tarif dan pelayanan hotel di Indonesia jauh lebih menarik
dibandingkan negara lain.
BAB IV PENUTUP
LAK — KEMENPAREKRAF 2012 179
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan kinerja yang baik
melalui pelaksanaan serangkaian program-program yang diembannya yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
3. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
4. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
5. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
6. Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
7. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya
8. Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK
Secara umum kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun
2012 dapat dinyatakan berhasil, hal ini dapat dilihat dari tercapainya sasaran-
sasaran sebagaimana telah ditetapkan. Berdasarkan realisasi sasaran tahunan 2012
diketahui bahwa secara rata-rata sasaran telah tercapai dan telah berhasil
dilaksanakan dari target yang telah ditetapkan di tahun 2012, sehingga menjadi
acuan dalam pelaksanaan kegiatan di tahun anggaran berikutnya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 1
Kementerian/Lembaga : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran : 2012
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
1. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)
4,15 3,90 93,98
2. Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional
1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
8,03 9,77 122
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)
7,00 8,81 126
3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/TK/tahun)
12,66 34,60 273,3
3. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)
4,43 3,97 89,6
4. Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia
1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)
8,96 9,12 101,7
2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun) 171,50 171,50 100
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN (PPS)
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 2
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan (US$)
1.100 1.133,81 103,07
4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan (Rp ribu)
700 700 100
5. Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara
1. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (Juta orang)
8 8,04 100,5
2. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Juta perjalanan) 245 245 100
6. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia
Daya saing kepariwisataan Indonesia (Nilai) 4,04 4,03 99,7
Jumlah lokasi Kawasan Strategis Nasional (KSPN) yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management Organization (DMO)) (Lokasi)
15 15 100
7. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata
1. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (Daerah)
29 29 100
2. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (Desa)
978 978 100
3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (Pola) 13
17 130
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 3
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
8. Terciptanya pemasaran pariwisata yang efektif dan efisien
1. Rasio Konsentrasi 5 pasar utama asal wisatawan mancanegara ke Indonesia (persentase)
63,5 53,35 115,98
2. JumlahVisit Indonesia Tourism Officer (VITO) di mancanegara (Lokasi)
13 13 100
3. Produktivitas investasi pemasaran luar negeri (Kali) 474 496,29 104,70
4. Produktivitas investasi pemasaran dalam negeri (Kali) 1.848 2.390 129
5. Peningkatan persepsi positif masyarakat dunia mengenai kepariwisataan Indonesia (Nilai survei)
Base line (x) n/a n/a
9. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional (Persentase)
7,29
4,68 (EKMDI)
2,5 (EKSB)
6,908
3,468 (EKMDI)
3,44 (EKSB)
94,76
74,10 (EKMDI)
137,6 (EKSB)
10. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif
1. Tingkat partisipasi tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
Koreksi dari EKMDI: Tingkat partisipasi tenaga kerja tidak ada, yang ada tingkat partisipasi angkatan kerja
8,25 5,41
(EKMDI) 2,81
(EKSB)
6,34 -
(EKMDI) 6,34
(EKSB)
76,85 -
(EKMDI) 225,62 (EKSB)
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 4
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif (Persentase)
3,08
2 (EKMDI)
2,97 (EKSB)
2,6
1,18 (EKMDI)
1,42 (EKSB)
84,42
59 (EKMDI)
47,81 (EKSB)
11. Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif
Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional (Persentase)
7,28
4,53 (EKMDI)
2,65 (EKSB)
9,81
2,29 (EKMDI)
7,52 (EKSB)
134,75
48,56 (EKMDI)
283,77 (EKSB)
12. Meningkatnya konsumsi produk dan jasa kreatif lokal oleh masyarakat Indonesia
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan akses pasar (Orang)
1.193
77 (EKMDI)
1.116 (EKSB)
2.013
51 (EKMDI)
1.962 (EKSB)
168,73
66,23 (EKMDI)
175,81 (EKSB)
2. Pertumbuhan konsumsi karya kreatif lokal di dalam negeri (Persentase)
9,26
9 (EKMDI)
7,65 (EKSB)
7,65
- (EKMDI)
7,65 (EKSB)
82,61
- (EKMDI)
100 (EKSB)
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 5
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
13 Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif (Persentase)
Base line (x) - -
14. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat
Jumlah pengembangan zona kreatif di Indonesia (Zona) 3 4 133,33
15. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata
Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja (Orang)
1.383 1.216 87,9
16. Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
1. Jumlah standar kompetensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Naskah SKKNI)
10
6
60
2. Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi (Orang)
15.000 21.500 143,3
17. Meningkatnya kualitas penelitian dan kajian bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor pariwisata (Kajian)
10 9 90
Jumlah penelitian dan pengembangan yang dimanfaatkan dalam mendukung kebijakan di sektor ekonomi kreatif (Kajian)
10 5 50
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 6
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
18. Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif
1. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi (orang)
3.918
2.934 (EKSB)
984 (EKMDI)
2.703
2.230 (EKSB)
473 (EKMDI)
68,99
76,01 (ESKB)
48,07 (EKMDI)
2. Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring (orang)
2.594
2.278 (EKSB)
316 (EKMDI)
3.634
2.398 (EKSB)
1.236 (EKMDI)
140,09
105,27 (EKSB)
391,14 (EKMDI)
19. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan
Opini keuangan Kemenparekraf (Peringkat) WTP Masih dalam proses
pemeriksa-an BPK
-
20. Meningkatnya kualitas pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Predikat SAKIP Kemenparekraf (Predikat) B B 100
21. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi
Nilai Quality Assurance(QA) Reformasi Birokrasi (Nilai) 40 48 120
LAMPIRAN
LAK KEMENPAREKRAF 2012 | 7
No Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi %
22. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
1. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasilitasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Orang)
9 9 100
2. Jumlah SDM Kemenparekraf yang difasililtasi untuk mengikuti diklat manajemen dan teknis (Orang)
636 604 94,96
23. Meningkatnya kuantitas Sumber Daya Manusia Kemenparekraf
Jumlah penambahan SDM Kemenparekraf yang akan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif (orang)
134 130 97,01
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..................... Rp 2.729.524.002.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2012 ..... Rp 2.228.428.536.652,- Jakarta, Maret 2012
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Sekretaris Jenderal
Drs. Ukus Kuswara, M.M.