laju pertumbuhan oithona sp. yang diberi pakan …digilib.unila.ac.id/23415/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI
Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
(Skripsi)
Oleh :
Agung Munandar
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI
Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
Oleh
Agung Munandar
Pangsa pasar hasil budidaya perikanan sangat luas, sehingga perlu upaya
peningkatan hasil budidayanya. Salah satu cara peningkatan produksi perikanan
adalah dengan memperhatikan kualitas pakan ikan pada fase larva. Salah satu
jenis pakan alami yang dipergunakan dalam pembenihan ikan dari zooplankton
yaitu Oithona sp. karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk
pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan produktivitas Oithona dibutuhkan pakan
yang berkualitas dan mudah didapat antara lain mikroalga. Mikroalga yang
banyak digunakan sebagai pakan alami zooplankton diantaranya Nannochloropsis
sp. dan Isochrysis sp. karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan Oithona sp. yang diberi pakan
alami Nannochloropsis sp., Isochrysis sp. dan kombinasinya. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret 2016 – April 2016 di Laboratorium Akuatik, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 5 perlakuan, diulang 4 kali. Data dianalisis ragam (ANOVA) dan diuji
lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan alami B (Nannochloropsis
sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% memberikan hasil kepadatan puncak populasi
Oithona sp yang paling tinggi yaitu 215 ind/L dan laju pertumbuhan tertinggi
5,08%/hari.
Kata Kunci : Oithona sp., Pakan Alami, Kepadatan Populasi, Laju Pertumbuhan
LAJU PERTUMBUHAN Oithona sp. YANG DIBERI PAKAN ALAMI
Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., BESERTA KOMBINASINYA
Oleh
Agung Munandar
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1994.
Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara, dari
Bapak Suhandar dan Ibu Hasyuliani.
Penulis pertama kali mengenyam pendidikan di TK
Ismariyah Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar
diselesaikan pada tahun 2006 di SD N 1 Rajabasa Bandar Lampung. Sekolah
Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMP N 8 Bandar Lampung.
Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2012 di SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 di Perguruan Tinggi
Negeri Universitas Lampung pada tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa di Universitas Lampung pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan yang berada
di Jurusan Biologi yaitu HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi). Pada tahun
kepengurusan 2013-2014 penulis menjabat sebagai Anggota Bidang Dana Usaha.
Dalam masa perkuliahan, penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSB TPH) Lampung dengan judul “Persentase Daya Berkecambah Bayam
(Amaranthus sp.) Varietas Pertiwi pada Berbagai Macam Media”.
Selanjutnya penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di
Desa Ngambur, Pesisir Barat, Lampung.
MOTTO
When life gets you down, you know what you gotta do? Just keep
swimming
(Dory)
What do we do? We swim, swim!
(Dory)
Seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di
roda yang berputar
(Raditya Dika)
Jika kau merasa lelah maka menangislah dan mulai kembali
dengan senyuman
(Agung Munandar)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat, kasih dan sayangnya,
sehingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini
Saya persembahkan karya ini sebagai tanda terimakasih dan cinta yang terdalam
kepada orang-orang yang telah berjasa dalam hidup saya
Mama dan Papa tercinta, yang telah memberikan semangat, kasih sayang, dan
didikan yang baik kepada anaknya
Bapak-Ibu Dosen dan Bapak-Ibu Guru
Terimakasih atas ilmu dan budi pekerti yang telah membuat saya
mandiri dan dewasa
Saudara dan Teman yang telah menjadi penyemangat, ikhlas dalam membantu
saya selama ini, dan menjadi tempat berbagi cerita suka dan duka.
dan
Almamater Saya Universitas Lampung
Terima Kasih
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Laju
Pertumbuhan Oithona sp. yang Diberi Pakan Alami Nannochloropsis sp. dan
Isochrysis sp., Beserta Kombinasinya” yang merupakan syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi Universitas Lampung.
Penulis menyadari terdapat banyak sekali bantuan yang didapatkan selama
melaksanakan proses penyelesaian Tugas Akhir, untuk dengan segala hormat
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua, Papaku Suhandar dan Mamaku Hasyliani yang telah mendukung
dan menyemangati baik secara moral maupun financial.
2. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan, arahan, nasihat yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
3. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D. selaku Pembimbing II yang telah sabar
membimbing penulis, memberikan motivasi, bimbingan dalam menyelesaikan
Tugas Akhir.
4. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph,D. selaku pembahas atas segala saran dan
masukkan yang diberikan dalam penyelesaian tugas akhir.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku ketua jurusan Biologi FMIPA
Unila atas bimbingan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.
6. Ibu C.N. Ekowati, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan masukan dan saran serta motivasi kepada penulis.
7. Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fmipa Unila atas
dukungannya kepada penulis.
8. Seluruh staff dosen pengajar yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan
terimakasih atas segala ilmu dan wawasan yang diberikan selama ini.
9. Seluruh staf karyawan dan staf laboran Jurusan Biologi Fmipa Unila atas
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
10. Adikku Syarah Purnama Sari, dan kucing kesyangan Katy yang telah menjadi
penyemangat kepada penulis.
11. Mas Heri Prasetyo yang telah membantu memberi semangat dukungan kepada
penulis
12. Keluarga besar Biologi 2012, Lutfi, Amanda, Henny, Nike, Emil, Kasmita,
Faizatin, Rahma, Aida, Ambar, serta seluruh keluarga Biologi 2012 yang tidak
bisa diucapkan satu persatu
13. Teman-teman Biologi angkatan 2011, 2013, 2014, 2015 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan semangat selama ini.
14. Serta seluruh pihak yang telah membantu dan mempermudah penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam
penyusunan tugas akhir ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit
harapan semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis,
Agung Munandar
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
COVER .................................................................................................. ii
LEMBAR MENYETUJUI ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... v
MOTTO ................................................................................................. vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... viii
SANWACANA ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 3
E. Hipotesis ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Oithona sp. .................................................................................. 7
B. Nannochloropsis sp. .................................................................... 12
C. Isochrysis sp. ............................................................................... 14
D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Zooplankton ............ 15
III. METODE PENELITIAN .............................................................. 18
A. Waktu dan Tempat ...................................................................... 18
B. Alat dan Bahan ............................................................................ 18
C. Rancangan Percobaan ................................................................. 20
D. Pelaksanaan ................................................................................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 26
A. Hasil ............................................................................................ 26
B. Pembahasan ................................................................................. 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38
A. Kesimpulan ................................................................................. 38
B. Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 39
LAMPIRAN ........................................................................................... 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagian tubuh Oithona sp. ...................................................... 8
Gambar 2. Naplius Oithona sp dan Copepodit muda ............................. 8
Gambar 3. Siklus hidup Copepoda ......................................................... 10
Gambar 4. Induk Oithona sp. dengan Sepasang Kantung Telur ............. 11
Gambar 5. Nannochloropsis sp. .............................................................. 13
Gambar 6. Isochrysis sp. ......................................................................... 14
Gambar 7. Diagram alir penelitian .......................................................... 21
Gambar 8. Grafik laju pertumbuhan Oithona sp. (%/hari)
dari hari ke 1 hingga hari ke 15 pengkulturan....................... 29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ............................... 18
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian........................ 19
Tabel 3. Rerata penambahan kepadatan Populasi Oithona sp.
sampai hari ke 15 pengkulturan (ind/L) .................................... 27
Tabel 4. Kepadatan Puncak Populasi Oithona sp.
pada hari ke 15 pengkulturan………………………………… 27
Tabel 5. Laju pertumbuhan spesifik populasi Oithona sp.
hari ke 15 (%/hari) .................................................................... 29
Tabel 6. Data hasil pengukuran kualitas air
awal dan akhir penelitian .......................................................... 30
Tabel 7. Konversi kandungan nutrisi Nannochloropsis sp.
dan Isochrysis sp. ...................................................................... 32
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangsa pasar hasil budidaya perikanan sangat luas, sehingga untuk
memenuhinya perlu ada peningkatan hasil budidaya perikanan. Salah satu cara
untuk meningkatkan produksi budidaya perikanan adalah dengan
memperhatikan kualitas pakan ikan terutama pada fase larva. Salah satu pakan
ikan pada fase larva yaitu pakan alami yang memiliki kandungan nutrisi tinggi.
Pemberian pakan alami dengan kandungan nutrisi tinggi dapat menjamin
kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan. Semakin banyak larva ikan yang
dapat bertahan hidup, hasil budidaya perikanan akan meningkat (Thariq dkk.,
2002).
Pakan alami merupakan pakan yang digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan larva ikan serta menentukan perkembangannya, karena pakan
alami memiliki lemak essensial yang tidak dimiliki oleh pakan buatan. Jenis
pakan alami yang banyak digunakan dalam pembenihan ikan adalah
zooplankton (Soelistyowati, 1978). Di alam zooplankton merupakan biota
yang memiliki peranan penting dalam rantai makanan di lautan yaitu sebagai
konsumen primer dan juga merupakan pakan alami bagi ikan pada fase larva
(Basmi, 2002). Saat ini beberapa spesies zooplankton sudah dibudidayakan
2
sebagai pakan larva ikan diantaranya adalah Oithona sp. dan Artemia. Harga
Artemia sebagai pakan alami larva ikan dan udang relatif mahal, sehingga
Oithona sp. menjadi pakan alami alternatif karena harganya relatif murah.
Oithona sp. merupakan salah satu jenis zooplankton dari kelas Crustacea atau
udang-udangan yang memiliki kandungan protein dan kalsium yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Artemia (Kusmiyati dkk., 2002).
Oithona sp. termasuk omnivora yang dapat memangsa mikroalga, serpihan
mikroskopis, fragmen kecil dari tanaman atau bangkai. Oithona sp. dapat
ditemukan di sepanjang perairan tertutup oleh tanaman air pada air mengalir.
Meskipun banyak di alam namun pengambilan Oithona sp. secara masal sangat
tidak efisien. Oleh karena itu Oithona sp. perlu dibudidayakan secara masal
sehingga ketersediaannya dapat berlanjut. Dalam proses budidaya, dilakukan
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan Oithona sp. agar kepadatan populasi
juga meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Oithona
sp. Adalah ketersediaan pakannya antara lain mikroalga (Anindiastuti dkk.,
2002).
Mikroalga yang banyak digunakan sebagai pakan alami zooplankton
diantaranya Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., kedua mikroalga ini
memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi zooplankton.
Nannochloropsis sp. memiliki kandungan nutrisi protein 52,11%, karbohidrat
16,00%, lemak 27,65%, vitamin C 0,85% (Fulks dan Main, 1991). Sedangkan
kandungan nutrisi Isochrysis sp. adalah protein 31%, karbohirat 10%, lemak
18%, mineral 12%. (Nancy & John, 1990).
3
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui pertumbuhan Oithona sp.
yang diberi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan
Oithona sp. yang diberi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.,
beserta kombinasinya
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan informasi ilmiah mengenai kombinasi
pemberian pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp., beserta
kombinasinya yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
Oithona sp.
D. Kerangka Pemikiran
Copepoda (Oithona sp.) merupakan alternatif pakan alami untuk larva ikan,
karena pakan alami Artemia yang banyak digunakan harganya mahal dan
sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Budidaya Oithona sp. secara
masal dan berkelanjutan merupakan upaya untuk menyediakan Oithona sp
yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan Oithona sp. adalah nutrisinya.
Pakan yang dibutuhkan Oithona sp. harus mempunyai nilai gizi yang tinggi
sehingga kualitas Oithona sp. yang dihasilkan pun bergizi tinggi.
4
Jenis mikroalga yang mempunyai nilai gizi yang cukup baik antara lain
Nannochloropsis sp. dan Isohrysis sp. Hasil penelitian sebelumnya pada
Nannochloropsis sp dan Isochrysis sp. sebagai pakan alami zooplankton
tertentu menunjukkan bahwa kedua mikroalga ini merupakan pakan alami yang
dapat meningkatkan populasi zooplankton. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kombinasi pakan alami Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.
yang paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
Oithona sp.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Kombinasi pakan alami mikroalga Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis sp.
25% dapat meningkatkan laju pertumbuhan Oithona sp. yang paling tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Plankton adalah mikroorganisme yang hidupnya melayang di air, bergerak secara
pasif di permukaan perairan, memiliki pergerakan yang lemah, dan distribusinya
dipengaruhi oleh arus (Sumich, 1992, Nybakken, 1992, dan Arinardi, 1997).
Plankton terdiri atas dua kelompok yaitu plankton yang bersifat heterotrof atau
zooplankton dan plankton yang bersifat autotrof atau fitoplankton (Sari dan
Manan, 2012).
Zooplankton sebagai plankton hewani bersifat heterotrof karena membutuhkan
senyawa organik dari mahkluk hidup lain untuk pertumbuhannya. Pada ekosistem
perairan zooplankton merupakan konsumen primer dan sekunder pada rantai
makanan. Zooplankton dapat berenang aktif tetapi pergerakannya sangat lemah
karena dipengaruhi pergerakan arus yang kuat (Hutabarat dan Evans, 1986).
Fitoplankton bersifat autotrof karena dapat membuat makanannya sendiri,
sehingga di ekosistem perairan, fitoplankton berperan sebagai produsen.
Fitoplankton merupakan pakan alami dari zooplankton (Isnansetyo dan
Kurniastuti, 1995).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dibedakan menjadi dua golongan yaitu
meroplankton dan holoplankton. Meroplankton merupakan mahkluk hidup yang
6
menjadi plankton untuk sementara saja, sedangkan holoplankton merupakan
mahkluk hidup yang menghabiskan seluruh hidupnya menjadi plankton
(Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk., 1994).
Habitat zooplankton ada yang di perairan air tawar dan air laut. Zooplankton
meliputi hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau avertebrata seperti
Rotatoria, Protozoa, dan kelas Crustacea yang diwakili dari Cladocera dan
Copepoda (Odum, 1971).
Berbagai spesies zooplankton saat ini banyak yang dibudidayakan dan digunakan
sebagai pakan alami larva ikan. Dalam budidaya ikan diperlukan pakan alami
maupun buatan. Pakan alami ikan harus memiliki kandungan nutrisi yang lebih
baik dibandingkan dengan pakan buatan. Definisi pakan alami sendiri adalah
makanan yang tumbuh tanpa campur tangan manusia dan hidup di alam (Effendi,
2003).
Secara kualitatif peran pakan alami bagi organisme tidak dapat digantikan dengan
pakan apapun. Zooplankton dijadikan pakan alami yang diperhitungkan karena
memiliki nilai gizi tinggi dan memiliki ukuran tubuh kecil yang sesuai dengan
bukaan mulut ikan. Selain itu pergerakan zooplankton menarik perhatian larva
ikan untuk memangsanya (Odum, 1971; Arinardi dkk., 1994). Salah satu
zooplankton yang dibudidayakan untuk pakan alami ikan adalah zooplankton dari
kelas Crustacea yaitu Oithona sp.
7
A. Oithona sp.
Oithona sp. adalah zooplankton yang banyak ditemukan di daerah-daerah
tropis baik pada perairan tawar dan peraian asin (Sherman, 1969). Takashii
dan Uciyama (2006) mengklasifikasikan Oithona sp. sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub Class : Copepoda
Ordo : Eucopepoda
Sub Ordo : Cyclopoida
Family : Cyclopoidae
Genus : Oithona
Species : Oithona sp.
1. Morfologi Oithona sp.
Tubuh Oithona sp.dibagi dua bagian yaitu metasoma dan urosoma. Bagian
metasoma terletak di sebelah anterior, tersusun atas kepala, dada dan anggota
tubuh. Pada bagian ini terletak bagian yang penting dari tubuh yaitu antenna,
mulut dan kaki renang. Bagian urosoma merupakan bagian posterior tubuh
dimulai dari bagian segmen genital kemudian, segmen abdominal, dan cabang
ekor (Gambar 1).
8
Gambar 1. Bagian tubuh Oithona sp. (Anonim , 2004).
Oithona sp. pada stadia larva memiliki ukuran tubuh yang kecil, bagian
tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian antena pertama, antena
kedua, dan mandibula. Berdasarkan fase pertumbuhan dan perkembangannya,
larva Oithona pada hari ke-3 disebut nauplii (Gambar 2 A) dan pada hari ke-5
pengkulturan disebut copepodit (Gambar 2 B)
Gambar 2. Naplius Oithona sp. pada hari ke-3 (A), Copepodit muda Oithona
sp. pada hari ke-5 (B) (Aliah dkk., 2010).
Oithona sp. jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, Oithona
sp. jantan lebih besar daripada betinanya. Jenis kelamin Oithona sudah dapat
diidentifikasi pada hari ke tujuh atau delapan pengkulturan, yaitu pada saat
memasuki tahap copepodit. Pada waktu tersebut individu jantan dan betina
Oithona sp. mengalami penyempurnaan segmen genital sehingga Oithona
9
jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Penciri khas pada individu
jantan yang tidak dimiliki oleh individu betina adalah adanya Pseudocella yaitu
duri pada ujung antena dan dua persendian pada ruas-ruas antenanya. Penciri
morfologi lainnya pada individu jantan yaitu memiliki segmen genital
berbentuk ramping dan pada kedua sisi dari ujung segmen genitalnya berduri.
Pada individu betina segmen genitalnya berbentuk oval/lonjong tanpa duri
(Aliah dkk,, 2010).
2. Habitat Oithona sp.
Oithona adalah salah satu genus dari Copepoda. Copepoda sendiri hidup dan
dijumpai di daerah beriklim tropis dan banyak ditemukan di perairan asin dan
tawar, hidup bebas, serta bersifat planktonik yaitu organisme yang hanyut
bebas dalam air dan sangat lemah daya renangnya (Sherman, 1969). Oithona
sp. merupakan Copepoda yang hidup di perairan air laut, menyebar, dan
berkeliaran bebas di air, serta di liang sedimen di dasar laut. Copepoda juga
ditemukan di flat pasang surut, dalam parit laut yang dalam, dan ditemukan di
flat pasang mangrove. Oithona sp. terdapat hampir di seluruh perairan
Indonesia. keberadaannya yang menyebar membuat zooplankton ini mudah
untuk diisolasi dan dikoleksi untuk kemudian dikultur dan digunakan sebagai
pakan alami ikan dan udang (Nybakken, 1992). Copepoda dijumpai hampir di
seluruh habitat akuatik tetapi kemelipahan dan komposisinya bervariasi
bergantung pada lingkungan dan perubahan musim (Koropitan, 1998).
10
3. Siklus Hidup Oithona sp.
Oithona sp. berkembang biak secara seksual yaitu melalui proses perkawinan
antara individu jantan dan betina. Belum ada penelitian yang menunjukkan
bahwa Oithona sp. dapat berkembang biak secara parthenogenesis. Oithona
sp. dewasa siap untuk melakukan perkawinan dan perkembangbiakkan pada
stadia copepodit dewasa yaitu dimulai pada hari ketujuh penkulturan. Proses
kopulasi pada Oithona sp. berlangsung dengan cara menyalurkan
spermatophora ke dalam lubang reseptakel betina. Sperma akan membuahi
telur yang telah berada pada saluran telur individu betina saat proses kopulasi
berakhir. Setelah terbuahi telur keluar secara bertahap dari saluran telur,
memenuhi sepasang kantung telur (Gambar 3).
Gambar 3. Siklus hidup Copepoda (Natural Environment Research Council,
2016).
11
Telur Oithona sp. menetas setelah 24 hingga 36 jam kemudian menjadi
nauplius. Individu betina memiliki sepasang kantung telur yang terletak pada
bagian kanan dan kiri tubuhnya (Gambar 4). Setiap kantung telur berisi 15
hingga 20 butir telur. Telur Oithona sp. berbentuk bulat dengan ukuran 96,93 ±
5,35 µm pada diameter terpanjang, dan diameter terpendeknya berukuran 88,22
± 6,42 µm (Takahasii dan Uciyama, 2006).
Gambar 4. Induk Oithona sp. dengan sepasang kantung telur
(Aliah dkk., 2010).
4. Pakan dan Cara Makan Oithona sp.
Pada dasarnya, jenis pakan untuk Oithona sp. hampir sama dengan pakan untuk
jenis Copepoda lainnya. Oithona mampu mengkonsumsi dan mencerna
fitoplankton, bahan organik, ragi dan bakteri (Kokarkin dan Prastowo, 1998).
Menurut Perscone dan Sorgeloos (1980) makanan yang dikonsumsi oleh hewan
kecil copepod merupakan partikel biologi (organisme detritus) dan organisme
hidup yang masih berada pada kisaran ukuran yang tepat yang sesuai bukaan
Kantung Telur
12
mulutnya, misalnya alga mikroskopik. Pakan hidup yang biasa diberikan pada
Copepoda untuk meningkatkan kandungan nutrisinya adalah mikroalga seperti
Chaetoceros sp., Cyclotella sp., Nitzchia sp., dll. (Puja, 1999). Dosis pakan
alami yang tidak maksimal akan mempengaruhi pertumbuhan Copepoda dan
menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Harefa, 1997). Dalam penelitian
ini mikroalga yang digunakan sebagai pakan alami Oithona sp. adalah
Nannochloropsis sp., Isochrysis sp., dan kombinasi dari keduanya.
B. Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. adalah mikroalga berwarna hijau dengan ukuran sel 2-4
µm, memiliki 2 flagel (heterokontous) yang salah satu flagelnya berambut tipis.
Nannochloropsis sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi oleh
membran (Gambar 5). Selain itu Nannochloropsis sp. termasuk jenis alga yang
dapat berfotosintesis dan memiliki dinding sel yang tersusun dari komponen
selulosa (Sleigh dan Williams, 1991). Nannochloropsis sp. dapat ditemukan
pada air tawar, payau dan laut. Nannochloropsis sp. memiliki sifat kosmopolit
yaitu dapat tumbuh dimana-mana kecuali pada tempat dengan kondisi yang
kritis bagi kehidupannya seperti di gurun pasir dan salju abadi (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
Menurut Adehoog dan Kevin (2001) Nannochloropsis sp. diklasifikasikan
sebagai berikut :
Regnum : Protista
Super Divisi : Eukaryotes
13
Divisi : Chromophyta
Class :Eustigmatophyceae
Genus : Nannochloropsis
Species : Nannochloropsis sp.
Gambar 5. Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) fitoplankton ini dapat bertahan
hidup pada suhu 40 C dan dapat tumbuh pada salinitas 20-25 ppt. Kandungan
gizi yang dimiliki Nannochloropsis sp. adalah protein 38,65 %, lemak 0,49 %
dan karbohidrat 0,048 % dari berat kering.
Nannochloropsis sp. atau dikenal dengan nama Chlorella laut merupakan
pakan alami yang penting sehingga banyak dibudidayakan. Kandungan nutrisi
Nannochloropsis sp. adalah vitamin B12 dan EPA sebesar 30,5% dan total
kandungan ω3 HUFAs sebesar 42,7%. Vitamin B12 berfungsi sebagai nutrisi
yang penting bagi larva dan juvenile ikan laut (Fulks and Main, 1991).
14
C. Isochrysis sp.
Isochrysis sp. berukuran 5-6 µm dan tebal 2,5-3 µm. Isochrysis sp. berbentuk
bulat dan dapat berubah seperti bola memanjang. Isochrysis memiliki flagella
dengan panjang sekitar 7 µm dan disebut haptonema (Gambar 6). Flagel
digunakan sebagai alat gerak sehingga spesies ini dapat begerak meskipun
gerakannya lambat (Martosudarmo & wulani, 1990; Tomas, 1997).
Isochrysis sp. dapat hidup dengan baik di perairan laut dengan kandungan
salinitas sebesar 10-30 ppt (Rusyani, 2001).
Menurut Parke (1971) dikutip Natasya (2008) Isochrysis sp. diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Haptophyta
Class : Prymnnesiophyceae
Ordo : Isochrysidales
Family : Isochrysidaceae
Genus : Isochrysis
Species : Isochrysis sp.
Gambar 6. Isochrysis sp. (Tsukii, 2001)
15
Isochrysis sp. memiliki kandungan protein 31%, karbohirat 10%, lemak 18%,
mineral 12%. (Nancy & John, 1990). Isochrysis sp. kaya dengan DHA.
Kandungan asam lemak Isochrysis sp. berkisar antara 14% hingga 26%
(Natassya, 2008). Menurut Liu dan Lin (2001), kandungan lemak yang tinggi
akan meningkatkan PUFA dan DHA pada mikroalga dan sangat penting bagi
pertumbuhan zooplankton.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Zooplankton
Pertumbuhan dan perkembangan zooplankton sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor lingkungan sebagai berikut :
1. Salinitas
Salinitas adalah komposisi ion-ion yang ada di dalam perairan (Wetzel,
1983). Ion-ion yang terdapat dalam perairan laut terdiri dari enam elemen,
yaitu klorin, sodium, magnesium, sulfur, kalsium dan potassium. Menurut
Andrews dkk., (2003) salinitas dapat berfluktuasi karena pengaruh
penguapan dan hujan. Salinitas lingkungan yang tidak sesuai akan
mempengaruhi kelangsungan hidup zooplankton dan tingkat
pertumbuhannya. Salinitas ekstrim dapat menghambat petumbuhan bahkan
dapat meningkatkan tingkat kematian zooplankton (Odum, 1993). Menurut
Sachlan (1982), plankton air tawar tumbuh dengan baik pada salinitas 0-10
ppt, sedangkan untuk plankton air payau adalah 10-20 ppt, dan untuk
plankton air laut adalah > 20 ppt.
16
2. Suhu
Daur hidup suatu organisme pada umumnya juga dipengaruhi oleh suhu.
Suhu merupakan faktor yang membatasi penyebaran suatu organisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan
kompetisi (Krebs, 1985). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat
berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa
zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan
komposisi dan kemelimpahan zooplankton. Suhu yang baik untuk biota laut
dapat hidup normal adalah pada kisaran 20-35ºC dengan fluktuasi yang tidak
melebihi 5ºC (Dawes, 1981). Suhu yang baik untuk kemelimpahan
zooplankton di daerah tropika menurut Dawson (1979) berkisar antara
24-30 ˚C.
3. Derajat keasaman (pH)
pH adalah derajat keasaman yang diukur dengan jumlah ion hidrogen dan
dapat dijadikan sebuah acuan untuk mengetahui baik buruknya suatu
perairan. pH memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan organisme
perairan. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan oksigen terlarut
berkurang, sehingga konsumsi oksigen biota perairan menurun, aktivitas
akan naik, dan selera makan menurun. pH perairan yang baik untuk
budidaya adalah pada pH 6,5-9,0 dan Kisaran optimalnya adalah pada 7,5-
8,7 (Effendi, 2003). Menurut Raymont (1983), pH dapat mempengaruhi
proses fisiologis perkembangan plankton dari berbagai jaringan maupun
pada reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum
bagi pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.
17
4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut di perairan air berasal dari atmosfer dan dari hasil proses
fotosintesis fitopankton dan jenis tanaman air (Boney, 1975). Oksigen
terlarut penting untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam
lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut
menentukan kecepatan metabolisme dan sangat penting bagi kelangsungan
dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken,
1982). Menurut Raymont (1983), konsentrasi oksigen terlarut paling rendah
yang dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan selama Maret 2016 – April 2016 di Laboratorium
Akuatik, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Penelitian
No Nama Alat Fungsi
1 Botol kultur 3 liter Untuk wadah kultur
2 Aerator Untuk aerasi pada kultur
3 Batu aerasi dan selang aerasi Perlengkapan aerasi
4 Kertas label Untuk menandai tiap perlakuan
5 Plankton-net dan corong Alat bantu untuk menyaring air tawar
dan air laut
6 Alumunium foil Untuk penutup/ pembungkus
7 Ultraviolet water sterillizer Untuk sterilisasi air
8 Timbangan digital Untuk menimbang bahan
9 Refraktometer Untuk mengukur salinitas air
10 Pipet tetes Untuk mengambil sampel/larutan
untuk dipindahkan
11 Mikroskop Untuk membantu mengidentifikasi
mikroalga, zooplankton
19
12 Handcounter Untuk membantu menghitung
kepadatan sel fitoplankton dan
zooplankton
13 Haemocytometer Untuk membantu menghitung
kepadatan sel fitoplankton
14 Gelas ukur Untuk wadah penampung larutan
pupuk
15 Do meter Untuk mengukur oksigen terlarut
16 pH meter Untuk mengukur derajat keasaman
17 Cover glass Untuk penutup haemocytometer
18 Botol kaca gelap Untuk wadah stok larutan pupuk
19 Beaker glass Untuk sampling Oithona
20 Petridish Untuk wadah penghitungan Oithona
21 Termometer Untuk megukur suhu
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan-Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian.
No Nama Bahan Fungsi
1 Inokulum Nannochloropsis
sp., Isochrysis sp. stok
murni di BBPBL Lampung
Sebagai pakan hewan uji
2 Oithona sp. dengan
kepadatan awal 100ind/l
stok murni di BBPBL
Lampung
Hewan uji yang akan dikultur
3 Alkohol 70% Untuk sterilisasi alat
4 Kalsium hipoclorit (kaporit) Untuk sterilisasi alat
5 Tissu Untuk sterilisasi alat
6 Air laut Untuk media kultur
7 Air tawar Untuk mencuci peralatan kultur
8 Sabun cuci piring Untuk mencuci alat kultur
9 Pupuk Conwy Untuk penambah nutrient alga
10 Aquades Bahan campuran pembuatan media
pupuk/ pelarut pupuk
20
C. Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian pakan alami yang terdiri dari
5 tingkat perlakuan sebagai berikut :
A. Nannochloropsis sp. 100% (10 ml)
B. Nannochloropsis sp. 75% (7,5 ml) dan Isochrysis sp. 25% (2,5 ml)
C. Nannochloropsis sp. 50% (5 ml) dan Isochrysis sp. 50% (5 ml)
D. Nannochloropsis sp. 25% (2,5 ml) dan Isochrysis sp. 75% (7,5 ml)
E. Isochrysis sp. 100% (10 ml)
Densitas pakan alami yang diberikan yaitu dengan kepadatan mikroalga
sebanyak 200 x 104 – 250 x 10
4 sel/ml. Percobaan diulang 4 kali. Parameter
yang diamati adalah kepadatan populasi Oithona sp., dan laju pertumbuhan
spesifik Oithona sp. Faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, salinitas, pH
dan oksigen terlarut.
21
D. Pelaksanaan
Tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram alir penelitian
1. Sterilisasi Alat
Peralatan kultur disterilisasi dengan cara direndam dalam air tawar yang
dicampur kaporit 100 ppm selama 24 jam. Peralatan kemudian dicuci
menggunakan sabun sampai bersih. Setelah bersih peralatan kultur kecuali alat
yang berbahan kaca seperti selang aerasi, batu aerasi, corong, tutup wadah
tabung kaca direbus menggunakan air tawar pada suhu 100- 150OC selama 15-
30 menit. Peralatan yang telah direbus ditiriskan sampai kering lalu disemprot
dengan alkohol 70% dan dikeringkan. Peralatan kultur berbahan kaca seperti
pipet tetes, gelas ukur, cawan petri dan beaker glass setelah dicuci dikeringkan
kemudian disemprot dengan alkohol 70% dan dikeringkan kembali.
Sterilisasi alat dan media
Penyiapan pakan uji
Pengukuran kepadatan populasi dan laju
pertumbuhan Oithona sp.
Analisis data
Kultur Oithona sp.
22
2. Sterilisasi Bahan
Media kultur fitoplankton dan zooplankton skala laboratorium menggunakan
air laut yang sudah disterilkan dengan uv sterilizer. Kemudian air yang
ditampung dalam derijen penampungan direbus untuk mematikan protozoa dan
bakteri. Air laut yang sudah disterilkan dicampur air tawar steril hingga
salinitas mencapai 25 ppt. Kemudian air disaring dengan menggunakan
plankton-net dan dimasukkan ke wadah kultur.
3. Kultur Mikroalga
Kultur Mikroalga dilakukan untuk mempersiapkan pakan Oithona sp.
Fitoplankton yang dikultur adalah Nannochloropsis sp. dan Isochrysis sp.
Kultur fitoplankton dilakukan dalam toples kaca berukuran 3 L secara
monokultur dengan media air laut sebanyak 1 L. Bahan untuk kultur
dilengkapi dengan aerasi, pencahayaan lampu untuk fotosintesis Mikroalga,
serta dilakukan pemupukan menggunakan pupuk media Conwy dan vitamin
B12 sebanyak 2 ml. Fitoplankton ditumbuhkan hingga tercapai fase
pertumbuhan logaritmik yaitu pada hari ke 4-7 setelah inokulasi. Hal ini
bertujuan untuk menjaga fitoplankton dalam keadaan yang baik serta memiliki
kandungan nutrisi yang optimal. Volume inokulum yang akan dimasukkan ke
wadah kultur dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
23
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan:
V1 = volume inokulum (ml)
V2 = volume media kultur yang digunakan (ml)
N1 = jumlah inokulum stok murni (sel/ml)
N2 = kepadatan awal yang diinginkan (sel/ml) (Villegas, 1986).
Volume air laut yang telah diketahui kemudian dimasukkan ke dalam toples
beserta inokulum mikroalga yang telah disiapkan.
4. Kultur Oithona sp.
Oithona sp. dikultur dalam wadah berupa toples kaca bervolume 3 liter yang
telah diisi dengan air laut sebanyak 1 liter. Dalam kultur Oithona sp., bibit
yang digunakan adalah induk Oithona sp. Pemilihan induk Oithona sp.
dilakukan dengan cara menyaring hewan uji menggunakan plankton net 300
µm. Induk Oithona sp. yang akan digunakan sebagai induk yaitu berupa,
jantan dan betina dewasa, serta betina yang sedang membawa telur. Induk
Oithona sp. yang telah terpilih tersebut dimasukkan kedalam wadah kultur
dengan kepadatan 100 ind/L. Pemeliharaan Oithona sp. dilakukan selama 15
hari. Aliah dkk. (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
Oithona sp. dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 14-15 hari.
Berdasarkaan pendapat di atas maka diduga pada hari ke 15 populasi Oithona
sp. dalam kultur sudah mengganda dan semua individunya sudah mencapai
24
umur siap bertelur kembali. Pemberian pakan dilakukan setiap hari dengan
dosis yang telah ditentukan.
5. Kepadatan Populasi Oithona sp.
Penghitungan populasi Oithona sp. dilakukan setiap 3 hari selama 15 hari
dengan cara sebagai berikut. Sampel yang diambil sebanyak 100 ml dengan
menggunakan gelas beker. Sampel yang berada dalam gelas beker dituangkan
sedikit demi sedikit ke dalam cawan petri, kemudian Oithona sp. yang berada
di dalam cawan petri tersebut dihitung satu persatu, jumlah individu yang
didapat dikalikan 10, penghitungan ini menggunakan konversi 100 ml sampel
ke dalam 1000 ml media kultur. Saat pengambilan sampel, laju aerasi
diperbesar agar penyebaran populasi merata. Bila kepadatan tinggi (> 1
individu/ml), maka kepadatan populasi dihitung dengan sedgewick rafter cell.
6. Laju Pertumbuhan Oithona sp.
Laju pertumbuhan Oithona sp. diambil dari data kepadatan populasi bagian
eksponensial, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus modifikasi
Becker (1994) yaitu:
µ =
Keterangan :
No : Kepadatan awal populasi (Ind/L)
Nt : Kepadatan puncak populasi (Ind/L)
t : Waktu (hari) dari No Ke Nt (15 hari)
25
µ : Laju Pertumbuhan Populasi (%/hari)
7. Kualitas Air untuk Pertumbuhan Oithona sp.
Kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran
suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, pengukuran salinitas dengan
menggunakan refraktometer, pengukuran oksigen terlarut dengan
menggunakan DO meter, pengukuran pH dengan menggunakan pH meter.
8. Analisis Data
Data kepadatan populasi Oithona sp. disajikan dalam bentuk tabel kepadatan
populasi (Ind/L) terhadap waktu (hari). Data laju pertumbuhan Oithona sp.
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik laju pertumbuhan Oithona sp. data
kepadatan puncak dan laju pertumbuhan spesifik hari ke 15 dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan jika hasilnya berbeda nyata,
maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Sedangkan data
pengamatan kualitas air disajikan dalam bentuk tabel, serta dijelaskan secara
deskriptif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian pakan alami kombinasi Nannochloropsis sp. 75% dan Isochrysis
sp. 25% menunjukkan kepadatan populasi tertinggi Oithona sp, yaitu 215
ind/l
2. Laju pertumbuhan tertinggi dengan pemberian pakan alami Nannochloropsis
sp. 75% dan Isochrysis sp. 25% pada hari ke 15 yaitu 5,08%/hari
3. Kondisi media kultur berupa air laut untuk pengkulturan pada awal dan akhir
penelitian masih pada batas standar kelayakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan zooplankton Oithona sp.
B. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan pengkulturan Oithona sp yang diberi pakan
alami kombinasi pada Nannochloropsis sp dan Isochrysis sp. pada skala semi
masal dan masal.
DAFTAR PUSTAKA
Adehoog and Kevin Fits Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain.
London.
Alaerts, G, Srimestri Santika. 2002. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha
NAsional Arikunto Suharsimi. Surabaya.
Aliah, Kusmiyati, dan D. Yaniharto. 2010. Pemanfaatan Copepoda Oithona sp.
Sebagai Pakan Hidup Larva Ikan Kerapu. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia Vol. 12, No. 1.Hlm 45-52.
Andrews, C., E. Adrian. and C. Neville. 2003. Manual of Fish Health. A Firefly
Publisher. Canada. Fisrt Printing. hlm. 207.
Anindiastuti, Soedarsono dan A. W. Kadek. 2002. Budidaya Fitoplankton dan
Zooplankton. Seri Budidaya Laut no: 9. Balai Budidaya Laut, Lampung.
Anonim, 2004. Pemenihan Ikan Kerapu. Seri Budidaya Laut No : 13. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Balai
Budidaya Laut Lampung. 106 hal.
Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingsih, E. Asnaryanti dan S. H.
Riyono. 1997. Kisaran Kemelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.
Arinardi, O.H., S.H. Trimaningsih., E. Riyono, E. Asnaryanti. 1994. Pengantar
Tentang Plankton Serta kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan
di sekitar Pulau Jawa dan Bali. LP3O- LIPI. Jakarta : 113 hlm.
Basmi, Johan. 1995. Planktonologi : Produksi Primer. Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Basmi, Johan. 2002. Planktonologi : Bioekologi Plankton Alga. Fakultas
Perikanan & Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Becker, E.W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambridge
University Press. Great Britain. England.
Biondi and Fredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustinable Production
of 2nd
Generation Biofuels. Unit I. Page 148-150
40
Boney, 1975. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University
Experiment Station. Albama.
Boyd, C.E, 1982. Water Quality Management For pond Fish Culture
Development. In Aquaculture and Fish Science, Vol. 9. Elsevier
Scientific Pub. Comp 318p.
Budianto A.K. 2009. Pangan Gizi dan Pembngunan Manusia Indonesia: Dasar-
Dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM press 1-16
Chumaidi, S., M, Ilyas., R, Sahlan., A, Utami. 1992. Pedoman Teknik Budidaya
Pakan Alami Ikan dan Udang. Departemen Pertanian Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Dahuri, R san A. Damar. 1994. Metoda dan Teknik Analisis Kualitas Air. Kursus
AMDAL Tipe B, kerjasama PSL-ZUNDANA dan BAPEDAL, Kupang
November - !7 Desember 2004.
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. John Wiley and John, Inc. New York. 628 pp.
Dawson, J.K. 1979. Pollution Ecology of Estuarine Environment. Academic
Press. London.
Djarijah. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 11-12
Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Effendi, M. I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Fulks dan Main. 1991. Alga Laut. Angkasa Bandung.
Ghufran M, Kordi K. 2011. Marikultur:Prinsip dan Praktik Budidaya Laut.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Harefa. 1997. Spesifikasi Pakan Alami (Udang). Puslitbang Perikanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hal 7-8.
Hermawan, A., Anindiastuti. KA Wahyuni dan Julianty. 2001. Kajian
Pendahuluan Penggunaan Pakan Fermentasi Untuk Kultur Massal
Cyclops sp. Buletin Bududaya Laut 13 : 14-23
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara:
Sumatera Utara
41
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan
Zooplankton : Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut,
Kanisius: Yogyakarta.
Kokarkin, C. dan B.W. Prastowo , 1998. Manfaat Strategis kutu air,
Diaphanosoma celebencis dalam Budidaya dan Managemen
Lingkungan Pantai. Balai Budidaya Air Payau. Jepara.
Krebs C.J. 1985. Ecological Methodology. Harper Collins Publishers. New York.
Kusmiyati, D. Yaniharto, E. Juliaty, dan S. A. Indah. 2002. Kajian Tentang
Ukuran dan Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Pakan Alami yang
Sesuai Bagi Larva Ikan Kerapu. Majalah Ilmiah Analisa Sistem, Edisi
Khusus No. 4 Tahun IX, 2002.
Liu, Ching-Piao dan Liang-Ping Lin. 2001. Ultrastructural Study and Lipid
Formation of Isochrysis sp. CCMP1324. Botanical Bulletin of
Academia Sinica, Vol. 42 : 207-214.
Martosudarmo, B & I. Wulani., 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan
Massal Microalga. United Nation Development Programme Food and
Agriculture Organization of the United Natiuns. Subcenter Udang Jawa
Timur, 50 Hal.
Masizal. 1992. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Organik Terhadap
Perkembangan Populasi Moina sp. Jurnal Terubuk XVIII 54
Mubarak, A.S., D. Ernawti dan Rr. J. Triastuti. 2008. Hubungan Rasio Induk
Jantan dan Betina Daphnia sp. Terhadap Efisiensi Perkawinan dan
Produksi Ephinia. Jurnal Berkala Ilmiah Periknan 3(1):17-22.
Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Mokoginta, I. 2003. Budidaya Daphnia sp. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Nancy, M.C. & R.K. John, 1990. Biology of Marine Plants. Longman,
Melbourne. 99-127 pp.
Nattasya, G. Yuliani. 2009. Skripsi. Pengaruh Sedimen Berminyak Terhadap
Pertumbuhan Mikro Alga Isochrysis sp. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogot. Bogor.
Natural Environment Research Council, Zooplankton Identification Manual for
Northern European Seas (ZIMNES), http://192.171.193.133/index.php.
Diakses tanggal 15 Mei 2016 pukul 19.00 WIB.
42
Novianty, S. 2000. Pengaruh Kepadatan Chaetoceros sp. (Bacillariophyceae)
Terhadap Laju Pertumbuhan Cyclops sp. (cructacea) dalam Kondisi
Laboratorium. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya.
Inderalaya.
Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Nybakken, J.W.1982. Marine Biology : An Ecological Approach. PT. Gramedia
Jakarta. (Diterjemahkan Oleh Muhammad Eidman, dkk). 459 hlm.
Odum. 1993. Fundamental of Ecology. W.B. Souders Company. Toronto. 577 pp.
Odum, 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd.
Philadelphia.
Omori. M dan T. Ikeda. 1984. Methods in Marine Zooplankton Ecology. John
Willey and Sons. A Willey Intercine. New York. 332 Hal.
Persoone dan Sorgeloos. 1980. General Aspect of Ecology an Biogeography of
Artemia: In The Brine Shrimp. Vol 3. University Press Wattesen.
Belgium. Hal 11-14.
Puja, Y. 1999. Rekayasa Teknik Produksi Masal Alga. Proyek Pengembangan
Budidaya Air Laut Lampung. Hal 110-115.
Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in the Ocean. 2nd
edition.
Pergamon Press, Oxford. 770 pp.
Rochmah, Siti Nur. 2009 Biologi. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional: Jakarta
Rusyani, E., L. Erawati da A Hermawan. 2005. Budidaya Zooplankton dalam
Pembenihan Kuda Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Dijen
Perikanan Budidaya DKP. Lampung.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sari, I.P. dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada
kultur skala laboratorium, intermediet, dan masal. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. Vol. 4 (2): 123-127.
Sleigh, dan Willians. 1991. Marine. University New Zealand.
Soelistyowati. 1978. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan
Diaphanosoma sp. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Sumich, J. L. 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life. Fifth edition.
WCB Wm. C. Brown Publishers. United States of America, 2460 Kerper
Boulevard Dubuque IA 52001.
43
Sumich, J. L. 1999. An Introduction to the Biology of Marine Life. 7th
edition.
WCB. McGrow-Hill, Inc. 484 p.
Tait,R.V. 1981. Element of Marine Ecology. An Introduction. Cambridge
University Press. New York. 356 pp.
Takashii, T. and I. Uchiyama. 2006. Morphology of the naupliar stages of some
Oithona species (Copepoda : Cyclopodia) occurring in Toyama Bay,
southern Japan Sea. Plankton & Benthos Research. Japan.
Thariq, M., Mustamin, dan D. W. Putro. 2002. Biologi Zooplankton dalam
Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung. Dirjen Perikanan Budidaya DKP. Lampung.
Tjahjo, L., Erawati dan Hanung. 2002. Biologi Fitoplankton dalam Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung Dirjen
Perikanan Budidaya DKP. Lampung.
Tsukii, Y. 2001. Isochrysis sp. Protist Information Server. Japan.
Tomas, C.R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Academic Press, San Diego
California. 636 pp.
Wetzel, R.G. 1983. Limnology. 2nd Edition. Toronto: Saunders College
Publishing.