laboratorium mekanika tanah departemen teknik sipil...
TRANSCRIPT
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono 1406533251
Grace Helen Y. T 1406574106
Muh. Akram Ramadan 1406533346
KELOMPOK : R 11TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing RatioASISTEN : Danang Setiya RPARAF DAN NILAI :
I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan Tujuan Percobaana. Mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentub. Mengetahui nilai swelling dari sampel tanah pada kondisi soaked
2. Alat-alat dan Bahan
Compaction hammer
Mould
Sendok pengaduk tanah
Wadah untuk mencampur tanah dengan air
Pisau baja (straight edge)
Timbangan
Oven
Aluminium can
Stopwatch
Beban logam berbentuk lingkaran (± 10 lbs)
Bak air
Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
Mesin uji CBR
Alat Extruder
California Bearing Ratio 1
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
3. Dasar Teori
Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan kepadatan
tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai
standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus:
CBR=test unit load( psi)
standard unit loads( psi)x100
Dengan Standard Unit Load pada harga-harga penetrasi:
Penetrasi Standard Unit Load
0.1” 1000 psi
0.2” 1500 psi0.3” 1900 psi
0.4” 2300 psi0.5” 2600 psi
Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
Tegangan = Test Unit Load
σ=PA
=M (LRC )
A
dengan: A = luas piston (3 in2)
P = M . LRC
M = dial reading
California Bearing Ratio 2
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
LRC= faktor kalibrasi (23,481 lbs)
II. PRAKTIKUM
1. Persiapan Percobaana. Menyiapkan tiga plastik tanah lolos saringan No.4 ASTM seberat 5 kg.b. Masing-masing kantong direncanakan kadar air yang diinginkan. Kadar air ini
divariasikan -2% dari kadar air optimum pada percobaan compaction. Sedangkan
kadar air pada kantong yang satunya dibiarkan tetap optimum. Sampel untuk kadar
air +2% dari kadar air optimum pada percobaan ini tidak dibuat. Untuk membuat
kadar air yang diinginkan, perlu diketahui terlebih dahulu kadar air awal. Kemudian
ditambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk mencapai kadar air yang
diinginkan seperti berikut:
mlwWo
WoWxVadd ......
1
2. Jalannya Percobaan
1. Memadatkan sampel tanah
a. Menyiapkan mould, kemudian menimbang dan mengukur diameter serta
tingginya
b. Mengolesi bagian dalam mould dengan oli
c. Memasukkan tanah ke dalam mould sehingga tingginya 1/3 tinggi mould (1
lapisan)
d. Menumbuk setiap lapisan sebanyak 56 kali
e. Mengulangi langkah 3 dan 4 hingga lapisan ke-3
f. Menimbang mould yang sudah terisi penuh oleh tanah
2. Melakukan penetrasi sampel pada kondisi unsoaked
a. Mould dan tanah ditimbang, kemudian diletakkan pada mesin CBR dan diberikan
beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan di tengah-tengah
beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Coading dan dial diperiksa dan diset nol.
California Bearing Ratio 3
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
c. Penetrasi dilakukan dengan penurunan konstan 0.05“/menit
d. Mencatat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut : 0.025”, 0.050”,
0.075”, 0.100”, 0.125”, 0.150”, 0.175”, 0.200”, 0.250”
3. Penetrasi pada kondisi soaked
a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, contoh tanah tadi direndam ± 96 jam
untuk mengetahui kondisi swelling-nya.
b. Pencatatan swelling dilakukan setelah 1, 24, 48, 72, dan 96 jam mould
dimasukkan ke dalam bak air.
c. Setelah ± 96 jam, mould dan tanah diangkat, kemudian dilakukan penetrasi
seperti pada percobaan unsoaked. Namun, permukaan yang digunakan adalah
yang sebaliknya.
d. Setelah selesai, sampel tanah dikeluarkan dan kemudian diambil sebagian di
lapisan atas, sebagian di lapisan tengah, dan sebagian lagi pada lapisan bawah
untuk dihitung kadar airnya
III. HASIL PERCOBAAN1. Data Hasil Praktikum
(terlampir)
2. Hasil Perhitungan
1. Menghitung Diameter Rata-rata Mould
Tabel. Diameter Rata-rata Mould
Sam
pel
Diameter (cm) Diameter
rata-rata
(cm)A 15,25 15,14 15,175 151,88B 15,118 15,118 15,118 151,18C 15,20 15,224 15,245 15,2162
2. Menghitung Tinggi Rata-rata Mould
California Bearing Ratio 4
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Tabel. Tinggi Rata-rata Mould
Sam
pel
Tinggi (cm) Tinggi rata-
rata (cm)A 11,67 11,605 11,55 11,608B 115,9 115,8 115,85 11,585C 11,502 11,61 11,834 11,6487
3. Menghitung Volume Mould
Tabel. Volume Mould
Sam
pel
Diameter
rata-rata
(cm)
Tinggi rata-
rata (cm)
Volume
rata-rata
(cm3)A 15,188 11,608 2101,978B 15,118 11,585 2078,521C 15,2162 11,6487 2117,189
4. Menghitung Penambahan Air
Vadd=W x−W 0
1+W 0
w
Tabel. Penambahan Air
Sam
pel
W0 (%) Wx (%) w (g) Vadd (mL)
A 15,65 40,5 5000 7462,46B 15,65 37,5 5000 6561,56C 15,65 34,5 5000 5660,66
California Bearing Ratio 5
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
5. Menghitung Kadar Air
w=(W wet−W dry)
(W dry−W can)x 100
Tabel. Kadar Air Unsoaked
Sam
pel
wcan (g) wwet (g) wdry (g) w (%)
A 22,24 200 149,23 39,981B 19,14 200 151,77 37,231C 20,91 200 155,06 33,835
Tabel. Kadar Air Soaked
Sam
pel
wcan (g) wwet (g) wdry (g) w (%)
A 19,35 278,71 202,78 41,393B 22,18 303,44 223,69 39,571C 18,63 286,73 212,59 38,218
6. Menghitung Tegangan dari Bacaan Dial
σ=PA
=M (LRC )
A=
(dial ) x 23.4813
Psi
California Bearing Ratio 6
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Tabel. Dial dan Tekanan Sampel A
Penetr
asi
(Inch)
Dial Reading Stress (Psi)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 3,8 2,8 29,74 21,920.05 9 6,5 70,44 50,88
0.075 11,7 10 91,58 78,270.1 13,8 11,5 108,01 90,01
0.125 15,5 12,5 121,32 97,840.15 17 13,5 133,06 105,66
0.175 18,5 14,5 144,80 113,490.2 19,5 15,5 152,63 121,32
0,225 20,5 16,3 160,45 127,580,25 21,5 17,0 168,28 133,06
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
Penetrasi vs Stress Sampel A
Unsoaked
Soaked
Penetrasi
Stress
California Bearing Ratio 7
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Tabel. Dial dan Tekanan Sampel B
Penetr
asi
(Inch)
Dial Reading Stress (Psi)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 1,1 1,3 8,61 10,180.05 1,9 2,5 14,87 19,57
0.075 2,4 3,5 18,78 27,390.1 3,1 4,3 24,26 33,66
0.125 4 5,2 31,31 40,700.15 4,8 5,7 37,57 44,61
0.175 5,5 6,1 43,05 47,740.2 6 6,5 46,96 50,88
0,225 6,5 6,8 50,88 53,220,250 7 7,3 54,79 57,14
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel B
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
Grafik Penetrasi vs Stress Sampel B
Unsoaked
Soaked
Penetrasi
Stress
Tabel. Dial dan Tekanan Sampel C
California Bearing Ratio 8
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Penetr
asi
(Inch)
Dial Reading Stress (Psi)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 12,5 0,3 97,84 2,350.05 19 0,7 148,71 5,4
0.075 21 0,9 164,37 7,040.1 22,5 1,2 176,11 9,39
0.125 25 1,4 195,68 10,960.15 27 1,6 211,33 12,52
0.175 29 1,9 226,98 14,870.2 30 2 234,81 15,65
0,225 32 2,1 250,46 16,44
0,250 34 2,2 266,12 17,22
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel C
0 2 4 6 8 10 120
2
4
6
8
10
12
Grafik Penetrasi vs Stress Sampel C
Unsoaked
Soaked
Penetrasi
Stress
California Bearing Ratio 9
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Grafik Hubungan Penetrasi Vs Stress pada sampel A, B, dan C pada
Unsoaked
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B, C pada Unsoaked
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
50
100
150
200
250
300
Hubungan Stress Vs Penetrasi ketiga sampel
Unsoaked A
Unsoaked B
Unsoaked C
Stress
Grafik Hubungan Penetrasi Vs Stress pada sampel A, B, dan C pada
Soaked
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B dan C pada Soaked
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
20
40
60
80
100
120
140
Hubungan Stress Vs Penetrasi Ketiga Sampel
Soaked A
Soaked B
Soaked C
Stress
California Bearing Ratio 10
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
7. Menghitung Nilai CBR
Penetrasi0.1 )= {dial × 23.481} over {3 × 1000} ×100%CBR¿
Penetrasi0.2 )= {dial × 23.481} over {3 × 1500} ×100%CBR¿
Tabel Nilai CBR
Sam
pel
Penetras
i (Inch)
Dial Reading CBR (%)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
A 0.1 13,8 11,5 10,80 9,000.2 19,5 15,5 10,18 8,09
B 0.1 3,1 4,3 2,43 3,370.2 6 6,5 3,13 3,39
C 0.1 22,5 1,2 17,61 0,940.2 30 2,0 15,65 1,04
8. Menghitung Kerapatan Kering
γwet=mtanah
V tanah
γdry=γwet
1+w
Tabel Kerapatan Kering Unsoaked
Sam
pel
Vtanah
(cm3)
Mmould
(g)
Mtotal
(g)
Mtanah
(g)
w (%) wet
dry
A 2101,978 4018 7742 3724 39,981 1,77 1,26B 2078,521 4036 7777 3741 37,231 1,80 1,31C 2117,189 3762 7528 3766 33,835 1,78 1,33
Tabel Kerapatan Kering Soaked
California Bearing Ratio 11
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Sam
pel
Vtanah
(cm3)
Mmould
(g)
Mtotal
(g)
Mtanah
(g)
w (%) wet
dry
A 2101,978 4018 7763 3745 41,393 1,78 1,26B 2078,521 4036 7782 3746 39,571 1,80 1,29C 2117,189 3762 7551 3789 38,218 1,79 1,30
9. Menghitung Nilai Swelling Test
Swell=dial (96 jam ) x2.54 x 0.001
tinggimouldx100
Tabel Swelling Sampel A
t
(hour)
Dial Swelli
ng1 3,2 0,6722 1 0,210
24 13,5 2,83648 14 2,94072 14 2,94096 17 3,571
Tabel Swelling Sampel B
t
(hour)
Dial Swellin
g1 -4 -0,8422 -5 -1,05224 2,2 0,46348 5,5 1,15872 4 0,84296 4,2 0,884
Tabel Swelling Sampel C
California Bearing Ratio 12
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
t
(hour)
Dial Swellin
g1 5,8 1,2142 14 2,93124 21,7 4,54248 30 6,28072 42 8,79296 44 9,210
IV. ANALISIS1. Analisis Percobaan
Praktikum California Bearing Ratio yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016,
bertujuan untuk mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu, serta
untuk mengetahui nilai swelling dari sampel tanah pada kondisi soaked. Nilai CBR
merupakan perbandingan antara kekuatan sampel tanah terhadap kekuatan batu pecah
bergradasi rapat sebagai standar material dimana nilai CBR ini akan digunakan dalam
mengetahui kualitas dan kekuatan terutama yang digunakan sebagai lapisan base dan
subgrade dibawah perkerasan jalan atau lapangan terbang.
Hal yang pertama dilakukan sebelum melakukan praktikum adalah menyiapkan tiga
plastik tanah lolos saringan No. 4 ASTM seberat 5 kg dimana masing-masing kantong
tersebut direncanakan kadar air yang diinginkan. Kadar air tersebut divariasikan ±3%
dari kadar air optimum pada percobaan compaction yaitu 37,5%, dengan variasi kadar
air untuk praktikum ini adalah 34,5%, 37,5% dan 40,5%, kemudian mempersiapkan
dan menimbang alat yang akan digunakan. Setelah semua dipersiapkan, mengambil
mould untuk ditimbang kemudian mengukur diameter dan tingginya untuk memperoleh
volume mould. Tanah dimasukkan ke dalam mould yang telah diolesi dengan oli
setinggi 1/3 mould untuk lapisan pertama dan kemudian ditumbuk sebanyak 56 kali,
megulang langkah lapisan pertama untuk lapisan kedua dan ketiga. Mould yang sudah
terisi penuh kemudian ditimbang sebelum melakukan penentrasi.
California Bearing Ratio 13
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Dalam praktikum ini dilakukan dua kali penetrasi yaitu penetrasi pada kondisi
unsoaked dan penentrasi pada kondisi soaked. Pada kondisi unsoaked, pertama
menimbang mould dan tanah yang kemudian diletakkan pada mesin CBR dan diberikan
beban miring di atas permukaan sampel tanah dengan piston diletakkan di tengah-
tengah sehingga menyentuh permukaan tanah, setelah itu melakukan penetrasi dengan
penurunan konstan 0.05“/menit. Perbedaan mendasar penetrasi unsoaked dan soaked
adalah pada kondisi soaked, penetrasi dilakukan setelah sampel tanah direndam dalam
bak berisi air. Tujuan penetrasi soaked ini untuk mendapatkan nilai CBR asli lapangan
pada keadaan jenuh air, dan tanah mengalami pengembangan maksimum.
Untuk melakukan penetrasi pada kondisi soaked, yang pertama dilakukan adalah
tanah pada percobaan unsoaked direndam ±96 jam dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi swelling-nya. Penghitungan swelling dilakukan setelah 1, 2, 24, 48, 72, dan 96
jam tanah dan mould direndam. Setelah ±96 jam tanah dipenetrasi seperti pada kondisi
unsoaked namun bedanya permukaan tanah yang digunakan sebaliknya. Setelah itu
tanah dikeluarkan dari mould dan kemudian dipotong menjadi 3 segmen yaitu lapisan
atas, tengah dan bawah. Setiap segmen tersebut dipotong dan diambil bagian tengahnya
sebagai sampel yang mewakili setiap segmennya untuk dihitung kadar airnya. Alasan
bagian tengah tanah yang digunakan karena tanah pada bagian tengah tersebut
dipastikan kadar airnya tidak terganggu dan tidak tercampur dengan kadar oli yang
menempel pada bagian pinggir mould. Tanah yang sudah dipotong kemudian diletakkan
ke dalam can dan dimasukkan ke dalam oven dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24
jam tanah tersebut dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh kadar air yang
dimiliki sampel tanah dimana kadar air tersebut digunakan untuk menentukan
kerapatan kering dan basah tanah.
2. Analisis Hasil
Setelah melakukan percobaan maka diperoleh beberapa data yang kemudian diolah
untuk memperoleh kadar air pada sampel tanah, kerapatan kiring dan basah, besar nilai
California Bearing Ratio 14
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
CBR pada kepadatan dan nilai swelling dari sampel tanah soaked. Berikut hasil data
pengolahan yang diperoleh :
Tabel. Kadar Air Unsoaked
Sam
pel
wcan (g) wwet (g) wdry (g) w (%)
A 22,24 200 149,23 39,981B 19,14 200 151,77 37,231C 20,91 200 155,06 33,835
Tabel. Kadar Air Soaked
Sam
pel
wcan (g) wwet (g) wdry (g) w (%)
A 19,35 278,71 202,78 41,393B 22,18 303,44 223,69 39,571C 18,63 286,73 212,59 38,218
Pada kedua data tersebut diperoleh kadar air setiap sampel pada kondisi unsoaked dan
soaked. Pada kondisi unsoaked diperoleh 39,98%, 37,231%, dan 33,835% dan pada
kondisi soaked diperoleh 41,393%, 39,571% dan 38,218% dimana kadar air yang
diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan nilai kerapatan kering dan kerapatan
basah setiap sampel. Besar nilai kerapatan basah yang diperoleh adalah 1,77; 1,80;
dan1,78 dalam satuan , sedangkan kerapatan kering 1,26; 1,31 dan 1,33 dalam
satuan .
Tabel Nilai CBR
Samp
el
Penetrasi
(Inch)
Dial Reading CBR (%)
Unsoaked Soaked Unsoaked SoakedA 0.1 13,8 11,5 10,80 9,00
0.2 19,5 15,5 10,18 8,09
B 0.1 3,1 4,3 2,43 3,37
0.2 6 6,5 3,13 3,39
C 0.1 22,5 1,2 17,61 0,94
0.2 30 2,0 15,65 1,04
California Bearing Ratio 15
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Pada tabel tersebut diperoleh data nilai CBR di penentrasi 0,1 inch dan 0,2 inch pada
kondisi unsoaked dan soaked. Pada sampel A diperoleh CBR di penetrasi 0,1 inch
sebesar 10,80% kondisi unsoaked dan soaked 9,00%, sedangkan di penetrasi 0,2 inch
diperoleh CBR 10,18% kondisi unsoaked dan soaked 8,09%. Pada sampel B diperoleh
CBR di penetrasi 0,1 inch sebesar 2,43% kondisi unsoaked dan 3,37% kondisi soaked,
dan di penetrasi 0,2 inch diperoleh 3,13% kondisi unsoaked dan soaked 3,39%. Pada
sampel C CBR diperoleh sebesar 17,61% kondisi unsoaked dan 0,94% kondisi soaked
di penetrasi 0,1 inch. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai CBR pada
unsoaked cenderung lebih besar dibandingkan nilai CBR pada kondisi soaked, hal
tersebut dikarenakan sampel tanah pada kondisi soaked sangat lunak akibat pori-pori
tanah mengembang terisi oleh air pada proses perendaman.
Percobaan California Bearing Ratio ini juga digunakan untuk mengkalsifikasikan jenis
tanah yang cocok pada proses perkerasan tanah. Dari nilai CBR yang diperoleh
kemudian diklasifikasikan untuk menentukan kualitas tanah dan kegunaannya dengan
membandingkannya dengan tabel berikut ini :
Dari tabel tersebut dan nilai CBR yang diperoleh dapat disimpulakan bahwa CBR
kondisi unsoaked pada sampel A dengan CBR berada di range 7-20 sehingga memiliki
kualitas cukup baik untuk subbase, pada sampel B nilai CBR berada di range 0-3
sehingga memiliki kualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade, pada samapel
C berada pada range 7-20 sehingga memiliki kualitas cukup baik dan digunakan untuk
subbase, sedangkan pada kondisi soaked CBR sampel A dan B di range 3-7 sehingga
California Bearing Ratio 16
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
berkualitas rendah/cukup baik dan digunakan untuk subgrade, dan CBR pada sampel C
di range 0-3 sehingga berkualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade.
Selain itu dalam praktikum CBR juga diperoleh nilai swelling yang merupakan
ukuran mengembangnya tanah pada saat proses perendaman, ada pun nilai swelling
yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel Swelling Sampel A
t (hour) Dial Swellin
g1 3,2 0,6722 1 0,210
24 13,5 2,83648 14 2,94072 14 2,94096 17 3,571
Tabel Swelling Sampel B
Tabel Swelling Sampel C
t
(hour)
Dial Swellin
g1 5,8 1,2142 14 2,93124 21,7 4,542
California Bearing Ratio 17
t
(hour)
Dial Swelli
ng1 -4 -0,8422 -5 -1,052
24 2,2 0,46348 5,5 1,15872 4 0,84296 4,2 0,884
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
48 30 6,28072 42 8,79296 44 9,210
Pada pembacaan tabel nilai swelling tersebut terdapat nilai swelling yang bernilai
negatif pada sampel B yaitu terlihat pada jam ke 1 dan jam ke 2 dengan nilai swelling
sebesar -0,842 dan -1,052, hal tersebut disebabkan karena pada saat pembacaan jarum,
sampel tanah telah mengembang di dalam air akibat beban logam yang diberikan. Dari
tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa semakin lama tanah direndam (swell)
maka nilai swelling-nya cenderung lebih tinggi dan semakin tinggi nilai swelling suatu
tanah maka resiko kerusakan suatu gedung maupun jalan raya akan semakin tinggi
pula.
California Bearing Ratio 18
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
3. Analisis Grafik
Pada data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan pada sebuah grafik seperti
hubungan penetrasi dan stress pada ketiga sampel pada kondisi unsoaked berikut ini :
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B, C pada Unsoaked
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
50
100
150
200
250
300
Hubungan Stress Vs Penetrasi ketiga sampel
Unsoaked A
Unsoaked B
Unsoaked C
Stress
Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai stress tertinggi pada kondisi unsoaked, yaitu
sampel C dengan kadar air asumsi 40,5%, kemudian nilai stress pada sampel A yaitu
kadar air 34,5% dan terakhir sampel B yaitu kadar air optimum 37,5%.
Sedangkan pada kondisi soaked stress tertinggi terlihat pada sampel A yaitu 40,5%,
kemudian sampel B kadar air 37,5% dan terakhir pada sampel C kadar air 37,5%,
lebih jelasnya terlihat paa grafik berikut :
California Bearing Ratio 19
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Grafik. Penetrasi vs Stress Sampel A, B dan C pada Soaked
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
20
40
60
80
100
120
140
Hubungan Stress Vs Penetrasi Ketiga Sampel
Soaked A
Soaked B
Soaked C
Stress
4. Analisis KesalahanKesalahan yang terjadi pada praktikum CBR yang telah dilakukan, disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor berikut ini :a. Pada saat proses pencampuran tanah dengan air tidak terjadi secara homogen yang
berakibat kadar air tanah tidak merata pulab. Ketidaktelitian praktikan saat membaca alat timbangan saat sampel ditimbang dan
saat pembacaan jarum saat membaca alat CBR dan saat pembacaan hasil swellingc. Pada proses compaction, penumbukkan tidak merata secara merata yang
mengakibatkan udara yang terkandung tidak berkurang secara merata pada lapisan
tanahd. Keterlambatan praktikan dalam pembacaan swelling yang seharusnya dilakukan 1,
2, 24, 48, 72, dan 96 jam
California Bearing Ratio 20
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
V. Aplikasi
Nilai CBR digunakan dalam mengetahui kualitas dan kekuatan terutama yang
digunakan sebagai lapisan base dan subgrade dibawah perkerasan jalan atau lapangan
terbang. Di Indonesia, metode CBR digunakan untuk menentukan daya dukung tanah
dasar untuk kebutuhan perencanaan tebal perkerasan jalan dan juga dalam
perawatannya.
VI. Kesimpulan1. kondisi unsoaked pada sampel A dengan CBR berada di range 7-20 memiliki kualitas
cukup baik untuk subbase, pada sampel B nilai CBR berada di range 0-3 memiliki
kualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade, pada samapel C berada pada
range 7-20 memiliki kualitas cukup baik dan digunakan untuk subbase, 2. Pada kondisi soaked CBR sampel A dan B di range 3-7 sehingga berkualitas
rendah/cukup baik dan digunakan untuk subgrade, dan CBR pada sampel C di range 0-
3 sehingga berkualitas sangat rendah dan digunakan untuk subgrade.3. Semakin lama tanah direndam (swell) maka nilai swelling-nya cenderung lebih tinggi
dan semakin tinggi nilai swelling suatu tanah maka resiko kerusakan suatu gedung
maupun jalan raya akan semakin tinggi pula4. Nilai CBR pada unsoaked cenderung lebih besar dibandingkan nilai CBR pada kondisi
soaked
VII. Referensi :
- ASTM D 1883 “Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of
Laboratory Compacted Soils”
- Buku panduan Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah,
Depok.
California Bearing Ratio 21
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Indonesia
VIII. LAMPIRAN
California Bearing Ratio 22