kwu

21
TUGAS AKHIR KEWIRAUSAHAAN oleh Luh Putu Asri Parwati E1R011023 Pendidikan Matematika Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Upload: widhiss

Post on 27-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

TUGAS AKHIRKEWIRAUSAHAAN

olehLuh Putu Asri Parwati E1R011023

Pendidikan MatematikaPendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Mataram2014Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya dan memberdayakan sumber daya manusianya secara nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia sedang menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks. Di antaranya masalah pengangguran yang diperparah dengan adanya moratorium PNS 5 tahun sekali, ketatnya persaingan antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja luar, tantangan menghadapi MEA 2015, sektor pariwisata dan pertanian yang kurang menjanjikan.Pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Tiga permasalahan utama yang dapat mempengaruhi daya saing tenaga kerja yaitu persoalan kesempatan kerja yang terbatas yang disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang belum mampu menyerap angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar kerja, rendahnya kualitas angkatan kerja serta tingginya angka pengangguran. Berdasarkan data BPS Agustus 2013, rendahnya kualitas angkatan kerja terlihat dari perkiraan komposisi angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan SD ke bawah yang masih mencapai 52 juta orang atau 46,95 persen. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25 persen atau meningkat dari Februari 2013 yang tercatat 5,92 persen dan Agustus 2013 sebesar 6,14 persen. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang. Hal tersebut merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Kondisi ini mengharuskan Indonesia untuk mencari terobosan dan pemecahan agar tenaga kerja sebagai aset bangsa tidak menjadi beban di kemudian hari bagi pembangunan. Perguruan tinggi perlu melakukan revitalisasi dalam hal menciptakan iklim pendidikan. Perlu dipahami bahwa perkembangan dan ranah pendidikan saat ini sudah sangat berbeda dan sangat kompleks. Perguruan tinggi perlu membekali para mahasiswa-mahasiswinya dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja sekarang. Pendidikan jaman sekarang bukan lagi sekedar 3Rs (Reading, wRiting, dan aRithmetic), tetapi juga harus menyangkut keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja sekarang, salah satunya adalah mengajarkan entrepreneurship. Entrepreneurship adalah keterampilan untuk mengembangkan, mengatur dan mengelola usaha kreatif bersama dengan resiko yang diperhitungkan dalam rangka untuk menciptakan manfaat-manfaat dari usaha-usaha kreatif itu. Meningkatkan jiwa kewirausaahan di kalangan mahasiswa sebagai bagian dalam menciptakan lulusan yang dapat berwirausaha dianggap perlu untuk dilakukan perguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa harus meningkatkan kemampuan dalam berbahasa asing terutama bahasa Inggris dan memiliki serta mengembangkan keterampilan khusus.Pada tahun 2015 mendatang Indonesia dihadapkan dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga masyarakat Indonesia harus siap menghadapinya karena sistem pasar bebas akan memasuki negara Indonesia, dimana persaingan bisnis bukan hanya di antara masyarakat Indonesia tetapi juga sesama masyarakat di wilayah ASEAN.Dalam MEA atau AEC tahun 2015, ada 12 sektor prioritas yang disebutfree flow of skilled labor(arus bebas tenagakerja terampil) yaitu: perawatan kesehatan (health care), turisme (tourism), jasa logistik (logistic services), E-ASEAN, jasa angkutan udara (air travel transport), produk berbasis agro (agro-based products), barang-barang elektronik (electronics), perikanan (fisheries), produk berbasis karet (rubber-based products), tekstil dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis kayu (wood-based products).Asean Economic Community (EAC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN dalam meningkatkan kerja sama bidang perekonomian dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. Dalam pelaksanaan MEA, negara-negara ASEAN harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Dengan kata lain, konsekuensi diberlakukannya MEA adalah liberalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan tanpa hambatan tarif dan nontarif. Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut ambil bagian dalam MEA 2015 memiliki potensi dan peluang yang besar untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dalam menghadapi MEA 2015, persoalan tenaga kerja kembali menyisakan perkerjaan rumah. Persoalan mendasar yang masih dihadapi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 yaitu masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment), rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan kesempatan kerja, pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tidak terdidik sehingga produktivitas mereka rendah, meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, dan sektor informal yang mendominasi lapangan pekerjaan belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah, serta ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi MEA 2015. Era Pasar Bebas Asean 2015 menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia, mengingat sumber daya manusia profesional harus sarjana.Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu kesadaran dini bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dan memersiapkan diri menjelang 2015 menjadi milik bersama. Pemerintah tidak dapat menjalankan MEA dengan baik apabila tidak ada partisipasi dari masyarakat, khususnya tenaga kerja yang akan bermain di sektor-sektor penting untuk menunjukkan kualitas yang baik.Kondisi seperti ini perlu adanya penyadaran bagi kaum-kaum muda sebagai generasi penerus bangsa ini. Generasi muda harus mempersiapkan dirinya ketika pasar bebas ASEAN sudah diberlakukan. Keberlanjutan negara ini ada di tangan kaum muda-mudi, ketika kesadaran akan pentingnya membenahi diri untuk menghadapi MEA bagi para generasi muda tidak ada, Indonesia nantinya akan terjual ke negara lain dan negara Indonesai akan dikuasai oleh negara lain.Dukungan dari generasi muda untuk menghadapi MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk dapat bertahan dalam persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan di antaranya yaitu menciptakan usaha mandiri mahasiswa, mensosialisasikan MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara. Secara umum kualitas SDM pelaku UKM dan Koperasi di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit kewirausahaannya. Kalau mengacu pada data UKM pada tahun 2008, tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 0,25% dan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 0,273%. Memang hal ini sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di Asia dan ASEAN. Sebagaimana di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari 7% demikian juga di USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%. Oleh karena itu, untuk memperkuat kualitas dan kewirausahaan UKM dan Koperasi di Indonesia, maka diperlukan adanya pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan diklat teknis lainnya yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kewirausahaan juga perlu ditingkatkan. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi wirausaha pemula.Untuk meningkatkan kualitas pelaku UKM dan Koperasi, perlu dilaksanakan berbagai pembinaan dan pelatihan, baik yang bersifat teknis maupun manajerial. Namun, banyaknya tenaga kerja yang tidak terampil tentu berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan UKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja UKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.Sektor Koperasi dan UKM yang paling penting untuk dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 itu yang terkait dengan industri kreatif dan inovatif, handicraft, home industry, dan teknologi informasi. Pihak UKM dan Koperasi juga harus berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing dengan pelaku UKM asing.Aset dan transfer teknologi untuk UKM masih merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, dan kerjasama antara lembaga riset dan perguruan tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi perlu digalakkan. Kerjasama atau kemitraan antara perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri dengan UKM harus didorong untuk alih teknologi dari perusahaan besar kepada UKM. Praktik seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa negara maju, seperti USA, Jerman, Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model pengembangan klaster juga harus dikembangkan, karena model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada dan antar UKM.Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diperlukan para pelaku UKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA. Para pelaku UKM harus memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya sehingga mereka bisa cepat maju dan siap bersaing secara global. Dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, maka daya saing UKM Indonesia pun makin meningkat.Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka pemberian informasi dan promosi produk-produk UKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar ASEAN harus ditingkatkan. Promosi produk, bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di luar negeri. Dalampromosi produkke luar negeri ini perlu juga diperhatikan kesiapan UKM dalam penyediaan produk yang akan dipasarkan. Sebaiknya dihindari mengajak UKM ke luar negeri, padahal mereka belum siap untuk mengekspor produknya ke luar negeri. Dalam kaitan ini, bukan saja kualitas dan desain produk yang harus diperhatikan, tetapi juga tentang kuantitas dan kontinuitas produknya.Selain UKM dan Koperasi, pihak Kementerian Perindustrian juga harus mengembangkan pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Pembinaan ini diarahkan agar IKM berdaya saing global. Penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor. Koperasi dan UKM dalam negeri harus meningkatkan kualitas dan kinerja untuk menyambut MEA 2015. Kita harus bisa menjadi market leader, terutama di pasar sendiri. Dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia juga dirasa perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan sektor jasa. Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi Indonesia dalam dinamika MEA karena meningkatkan kualitas serta menentukan biaya kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian meningkatkan daya saing di sektor industri. Sektor jasa yang efisien juga merupakan pilar penting untuk pertumbuhan ekonomi. Pasar jasa yang efisien akan meningkatkan pilihan konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk pembangunan sektor jasa baru. Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya pada produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya pertumbuhan optimal. Sektor jasa yang kompetitif menarik investor asing karena menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk efektivitas operasi bisnis. Itu adalah salah satu hal yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Dengan menciptakan wirausaha secara mandiri diharapkan akan mampu menjadi penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian bangsa sesuai dengan fungsi makro wirausaha. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan negara-negara di Asia menjadikan kewirausahaan sebagai kekuatan ekonomi negara sehingga negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil resiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi. Usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar. Selain itu, usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Usaha kecil juga dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.Beberapa usaha kecil menghasilkan menghasilkan produk untuk keperluan ekspor dengan skala yang relatif kecil, relatif spesifik atau kurang diversifikasi, misalnya barang-barang untuk keperluan rumah tangga dan cinderamata seperti mebel, hiasan dan mainan anak-anak. Usaha kecil pada umumnya memiliki jumlah karyawan yang sedikit, modal terbatas, dan volume penjualan yang rendah. Akan tetapi, secara keseluruhan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal yang cukup besar dan tersebar.Permasalahan utama yang terjadi dengan para wirausahawan saat ini yaitu kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai cara mengembangkan usaha, pasar penjualan, persaingan harga di pasaran, regulasi dan lainnya sehingga dapat menghambat berkembangnya suatu usaha. Dalam memulai usaha harus dilihat dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Membuat usaha bukan karena keunikan saja tampil harus mengikuti juga selera investor agar dapat terus menanamkan modal demi pengembangan usahanya. Pasar pada dasarnya tidak dapat diarahkan sesuai dengan keinginan kita, namun sebagai pengusaha perlu untuk melakukan kajian dalam bagaimana menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan masyarakat, memperbaiki tampilan dan kemasan produk dan memasang harga jual yang kompetitif sehingga inverstor akan datang sendiri untuk mengembangkan usaha kita. Berangkat dari hal tersebut, sudah sepantasnya pemerintah menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa dan masyarakat umum. Mengubah mindset pegawai menjadi entrepreneur (pengusaha) sehingga diharapkan akan muncul pengusaha-pengusaha baru yang dapat menciptakan lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia secara mandiri sehingga tidak bergantung terhadap negara lain merupakan langkah awal. Menumbuhkan jiwa dan sikap kewirausahaan tidaklah sulit karena dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, ataupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga cara untuk memasuki suatu usaha bisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru sejak dari awal, (2) Membeli perusahaan yang telah ada, (3) Kerja sama manajemen.Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama yang harus ada pertama kali adalah ide, baik itu untuk melakukan proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide untuk menciptakan sesuatu yang baru, dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan analisis kelayakan usaha termasuk analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas, ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadai risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.Seperti telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrument penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terus menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi, misalnya menciptakan permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru para pengusaha perusahaan mengendalikan pasar, dan akhirnya membuat ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi tergantung pada konsumen seperti falsafah pemasaran yang konvensional.Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa berdaya saing tinggi diperlukan tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efiesiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang dapat menciptakan nilai tambah dan mampu menjawab tantangan baru. Sehingga nantinya pengolahan bahan baku alam yang dahulunya dilakukan oleh negara lain beralih ke tenaga kerja lokal, Indonesia akan menguasai kembali kekayaan alamnya sendiri.Selain bekal kemampuan, wirausaha juga perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi : (1) Bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan memasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada, (2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, dan (3) Bekal pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang harus dimiliki wirausaha meliputi : (1) Bekal keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memerhitungkan risiko, (2) Bekal keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) Bekal keterampilan dalam memimpin dan mengelola, (4) Bekal keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) Bekal keterampilan teknik usaha yang akan dilakukannya. Akan tetapi memiliki pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sika positif, motivasi, dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya.Namun kenyataannya peningkatan kualitas manusia inilah yang menjadi masalah, belum adanya kesadaran bagi pemerintah bangsa Indonesia untuk memperbaiki SDM Indonesia dilihat dari rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan tidak lebih dari 12% pada pemerintahan di era reformasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kondisi permasalahan ketenagakerjaan tersebut, pemerintah harus melakukan perbaikan iklim ketenagakerjaan. Iklim ketenagakerjaan yang semakin baik merupakan salah satu upaya untuk mendorong iklim investasi. Dengan demikian, investasi dapat tumbuh dan membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat Indonesia. Kebijakan pasar kerja yang lebih luwes harus terus diupayakan melalui penyempurnaan dan perbaikan peraturan ketenagakerjaan. Dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja memasuki pasar kerja, kualitas dan produktivitas tenaga kerja ditingkatkan antara lain dengan mengembangkan standar kompetensi kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja, menyelenggarakan pelatihan kerja berbasis kompetensi, dan meningkatkan keterampilan para penganggur. Dalam rangka memberikan akses pekerjaan kepada para penganggur, program pemerintah yang dapat menciptakan kesempatan kerja harus disempurnakan, serta didukung oleh pengembangan pusat-pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan.Regulasi perdagangan di Indonesia juga harus dijaga agar tidak menghambat pengusaha lokal dalam menghadapi perdagangan bebas di ASEAN. Di bidang hukum, diperlukan kepastian hukum yang akan berperanpenting agar dunia usaha dapat berjalan lancar. Terdapat 3 peraturan perundang-undangan yang penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yaitu UU mengenai perindustrian, perdagangan dan standarisasi sebagai bentuk proteksi. Harapannya pemerintah dapat membuat keputusan politik yang harmoni antara layanan birokrasi dan dinamika dunia usaha sehingga pengusaha nasional dapat bersaing dengan pengusaha dari negara tetangga.