kuu

55
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Istilah menopause berarti masa berhentinya menstruasi. Masa ini adalah tahap normal kehidupan dimana setiap wanita akan melaluinya antara umur 40 sampai 60 tahun. Rata-rata menopause dimulai pada usia 52 tahun. Kebanyakan wanita memasuki periode menopause tiga sampai lima tahun lebih awal dari menopause sebenarnya (Kasdu, 2007). Di dunia jumlah perempuan yang memasuki menopause di perkirakan 1,2 milyar orang, sementara di Indonesia saat ini baru mempunyai 14 juta perempuan menopause (Pieters, 2010). Namun menurut proyeksi penduduk indonesia tahun 1995-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk wanita berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, bahkan 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Indocostia, 2011). Sedangkan di Jawa Barat jumlah menopause saat ini adalah 8,5% dari total Penduduk Jawa Barat yang mencapai 41 juta jiwa (Nuriana, 2008). Sebagian wanita, menjadi tua seringkali merupakan hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa

Upload: devyan22

Post on 08-Aug-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kuu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Istilah menopause berarti masa berhentinya menstruasi. Masa ini adalah

tahap normal kehidupan dimana setiap wanita akan melaluinya antara umur 40

sampai 60 tahun. Rata-rata menopause dimulai pada usia 52 tahun. Kebanyakan

wanita memasuki periode menopause tiga sampai lima tahun lebih awal dari

menopause sebenarnya (Kasdu, 2007).

Di dunia jumlah perempuan yang memasuki menopause di perkirakan

1,2 milyar orang, sementara di Indonesia saat ini baru mempunyai 14 juta

perempuan menopause (Pieters, 2010). Namun menurut proyeksi penduduk

indonesia tahun 1995-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk wanita

berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, bahkan 2025 diperkirakan akan

ada 60 juta wanita menopause (Indocostia, 2011). Sedangkan di Jawa Barat

jumlah menopause saat ini adalah 8,5% dari total Penduduk Jawa Barat yang

mencapai 41 juta jiwa (Nuriana, 2008).

Sebagian wanita, menjadi tua seringkali merupakan hal yang

menakutkan. Hal ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan

menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang

tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa menopause merupakan

salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti

halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa

Page 2: Kuu

2

reproduksi. Namun, munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu

menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini (Kasdu, 2002).

Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi

mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan

wanita untuk bereproduksi. Ketika menopause siklus yang tidak menentu dapat

terjadi sewaktu-waktu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang

selama beberapa bulan (Kuntjoro, 2007).

Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainnya tidaklah

sama dan bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa

pendapat mengemukakan bahwa menopause terjadi pada usia 48-50 tahun,

termasuk dalam masa klimakterium yang merupakan sindrom perubahan

endokrin, somatik, dan psikik pada akhir masa subur/reproduktif (40-65 tahun)

(Ali, 2003).

Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah

mudah tersinggung, sukar tidur, irritabilitas dan perasaan yang berubah-ubah,

gangguan daya mengingat, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang

(tension), cemas, depresi dan merasa tidak berharga. Ada juga lansia yang

kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual mereka

tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka serta kehilangan ferminitas

karena fungsi reproduksi yang hilang. Aspek psikologis yang terjadi pada lansia

atau wanita menopause sangat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia

terutama dalam menghadapi masalah-masalah (Kuntjoro, 2007).

Page 3: Kuu

3

Gejala-gejala fisik yang dapat timbul pada menopause adalah semburan

rasa panas (hot flushes) dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia,

kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, dan

berat badan bertambah (Ali, 2003).

Cemas merupakan reaksi terhadap persepsi adanya bahaya baik yang

nyata maupun yang hanya dibayangkan (Brunner & Suddarth, 2006). Rasa

khawatir, gelisah, takut, was-was, tidak tentram, panik dan sebagainya

merupakan gejala umum akibat cemas. Seringkali cemas menimbulkan keluhan

fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi

seksual dan lain-lain (Ali, 2003).

Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause

mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya

siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena

sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya

perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir

akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan

meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan sebagian besar

wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan

(Hawari, 2006).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai

gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.

Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di

Page 4: Kuu

4

alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek yang

diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan dalam arti wujudnya

yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian (Notoatmodjo, 2007).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan

perilaku dalam masalah kesehatan antara lain : umur, tingkat pendidikan dan

jumlah anak (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Sebagaimana yang dianyatakan oleh Notoatmodjo (2007), meningkatnya

pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk

kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan

kesadaran. Pada penelitian ini berfokus pada domain pengetahuan karena

pengetahuan merupakan landasan awal sesorang bersikap kemudian berperilaku

(Notoatmodjo, 2007).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti pada tanggal

21-26 Desember 2012 di Desa Purwaharja & Desa Karangpanimbal Wilayah

Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar dengan cara analisis dokumentasi

menunjukan bahwa jumlah wanita yang telah memasuki masa menopause yaitu

sebanyak 2013 jiwa dan dari jumlah penduduk tersebut didapatkan 964 jiwa

wanita sudah menopause, diantara jumlah tersebut yang paling banyak adalah

kelompok wanita usia 55-60 tahun sebanyak 282 jiwa, kemudian dilakukan

Page 5: Kuu

5

wawancara dengan 10 orang dari jumlah tersebut tentang pengetahuan, dan

kecemasan masa menopause.

Dilihat dari aspek pengetahuan, 7 orang diataranya mengaku tidak tahu

perubahan yang akan terjadi baik secara fisik maupun psikologis dan sisanay

sebanyak 3 orang mengetahui perubahan fisik yang akan terjadi misalnya kulit

keriput, badan menjadi gemuk. Dari aspek kecemasan, sebanyak 4 orang

mengatakan tidak merasakan kecemasan akan efek menopause sehingga mereka

merasa baik-baik saja dalam menjalani masa tuanya, 6 orang lainnya mengatakan

badan terasa panas, sulit tidur, merasakan lemas, nyeri sewaktu hubungan

seksual, nyeri saat berkemih, berat badan bertambah, sering kesemutan serta

nyeri tulang dan otot.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

proposal penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah Ada Hubungan

Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa

Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan proposal penelitian ini baik

secara umum maupun secara khusus dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 6: Kuu

6

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik

Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Masa

Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

b. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis Masa

Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

c. Untuk mengidentifikasi Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

d. Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik

Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwaharja I Kota Banjar.

e. Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan

Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

D. Keaslian Penelitian

Sari Banun (2007) yang berjudul ”ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KONSEP DIRI IBU MASA MENOPAUSE DI DESA

BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS

PROVINSI RIAU”. Penulisan ini menekankan pada analisis faktor yang

Page 7: Kuu

7

mempengaruhi konsep diri pada ibu masa menopause. Penulisan ini

menggunakan metode analitik. Subyek dipilih dengan teknik total sampling.

Analisa data dengan pearson. Pengumpulan data untuk kecemasan menggunakan

kuesioner.

Perbedaan penulisan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu penulisan ini

berjudul Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis

Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I

Kota Banjar. Penulisan ini merupakan penulisan dengan metode kuantitatif

dengan rancangan cross sectional pada ibu menopause. Pengambilan sampel

dengan Probability sampling dengan teknik stratified Random Sampling,

pengumpulan data penulisan dengan kuesioner. Teknik analisa data

menggunakan Rank Spearman. Perbedaan yang lain dengan penulisan ini yaitu

terletak pada salah kedua variabelnya, waktu dan tempat penelitian yang

dilakukan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Purwaharja I

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam memberikan informasi tentang

hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu masa

menopause.

2. Bagi STIKes BP Banjar

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan menopause.

Page 8: Kuu

8

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan dalam menganalisa perubahan-

perubahan yang terjadi pada ibu menopause sehingga bisa dijadikan data

awal dalam perumusan masalah asuhan keperawatan sehingga penyusunan

intervensi keperawaran tepat untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

4. Bagi Ibu Menopause

Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai perubahan-perubahan

yang terjadi dan normal dalam masa menopause sehingga kecemasan ibu bisa

berkurang seiring dengan pengetahuan yang meningkat.

Page 9: Kuu

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Manusia dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan tingkat

kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat memiliki berbagai

jenis pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan yang banyak penting kita

miliki, karena merupakan bahan dan sumber bagi tersusunnya ilmu

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang dalam pengertian lain pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan

inderawi. Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui

obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap

kali objek yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan

dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian.

Pengetahuan adalah kesimpulan asumsi atau dugaan yang telah

diverifikasi oleh orang atau lembaga yang berwenang dengan berpedoman

pada pendekatan generally applicable yang disusun berdasarkan latar

belakang persoalan makro (Notoatmodjo, 2007).

Page 10: Kuu

10

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada

deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang probabilitas

isian adalah benar atau berguna (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Notoatmodjo (2010), meningkatnya pengetahuan dapat

menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku seseorang

yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan

kesadaran.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah pemberian bukti

oleh seseorang melalui proses pengingat, atau pengenal suatu informasi,

ide yang sesudah diperoleh sebelumnya. Notoatmodjo (2007),

menjelaskan bahwa bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan

maka ia dianggap mengetahui bidang tertentu.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek-objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

Page 11: Kuu

11

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan peningkatan informasi. Pengetahuan

secara sistematis untuk meningkatkan efektivitas dengan didukung oleh

sumber daya manusia yang berkualitas. Pengetahuan adalah penggunaan

pikiran dan penalaran, logika serta bahasa. Dalam hal ini pikiran

mengajukan pertanyaan yang relevan dengan persoalan. Sedangkan

penalaran merupakan proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari

hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika menjadi seperangkat asas

yang mengarahkan supaya berpikir menjadi benar (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, oleh karena itu, merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah dengan kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

Page 12: Kuu

12

menginterpretasikan materi tersebut secara benar, sehingga orang

tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan

sebagainya terhadap suatu objek atau materi yang telah dijelaskan.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lainnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan, (membuat bagan), membedakan,

memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintetis adalah kemampuan untuk menyusun formula baru dari

formula-formula yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu

kriteria yang telah ada.

Page 13: Kuu

13

c. Jenis Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 4 jenis pengetahuan atau

kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu:

1) Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common sense

knowledge atau akal sehat.

2) Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang

menyebutkan dengan sains.

3) Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat

saja disebut filsafat.

4) Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber

dari agama yang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku

sebagai pengungkap supernatural melalui wahyu yang diterima

utusannya yang terpilih.

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau

kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya.

Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple

choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan.

Page 14: Kuu

14

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga

nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan

yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Pertanyaan pilihan

ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena

pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Dari

kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya

pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur

dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat

(Arikunto, 2010).

Skala pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2010),

dikategorikan sebagai berikut :

1) Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 76 – 100 %

2) Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 56 – 75 %

3) Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak ≤ 55 %

e. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari

Page 15: Kuu

15

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (2004) (dalam (Notoatmodjo, 2010)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru, didalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, Yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek ) terlebih dahulu.

2. Interess, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

4. Trial, orang yang mencoba prilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berprilaku sesuai dengan pengetahuan

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2007) meliputi :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perilaku positif yang meningkat. Dalam arti formal

pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi

pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, sehingga tugas

pendidik disini adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan

dan pengertian, menimbulkan sikaf positif serta memberikan atau

meningkatkan keterampilan-keterampilan msyarakat, individu,

terhadap aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu

Page 16: Kuu

16

masyarakat yang berkembang, salah satu jenis diantaranya pendidikan

adalah pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh

dilingkungan sekolah seperti TK, SD, SLTP, SLTA, Perguruan

Tinggi dan lain-lain. Pendidikan Formal berfungsi untuk mengerjakan

pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersikap khusus.

(Notoatmodjo, 2007)

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak

akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Informasi ini dapat

diperoleh dari beberapa sumber antara lain : TV, radio, koran, kader,

bidan, puskesmas, majalah. Informasi yang diperoleh baik dari

pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan

Page 17: Kuu

17

landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

3) Budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang

tentang sesuatu hal dari perjalanan hidupnya. Pengalaman sebagai

sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar

selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan.

Page 18: Kuu

18

2. Perubahan Tubuh

a. Perubahan Fisik

Gejala awal yang terjadi pada masa menopause adalah menstruasi

menjadi tidak teratur, cairan haid menjadi semakin sedikit atau semakin

banyak, hot flushes yang kadang-kadang menyebabkan insomnia, palpitasi,

pening, dan rasa lemah. Gangguan seksual (perubahan libido dan

dispareunia). Gejala-gejala saluran kemih seperti urgensi, frekuensi, nyeri

saat berkemih, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia (Kasdu, 2004).

Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh

bagian atas seperti leher dan dada. Hot flushes terjadi pada malam hari, dan

menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa detik atau menit,

tetapi ada juga yang berlangsung sampai 1 jam. Hot flushes berlangsung

selama 2-5 tahun ketika wanita akan memasuki usia menopause dan akan

menghilang sekitar 4-5 tahun pasca menopause. Wanita yang mengalami

hot flushes ini sekitar 10%-15% (Manuaba, 2008).

Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang

menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal. Panas dan nyeri saat

aktivitas seksual (dispareunia) karena setelah menopause sekresi vagina

berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitas

berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa

tidak nyaman dan nyeri selama aktifitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6

bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan dalam 5 tahun

menopause (Ali, 2003).

Page 19: Kuu

19

Atropi juga dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah,

sehingga otot-otot penyangga utretra dan kandung kemih menjadi lemah.

Hilangnya tonus otot uretra karena menurunnya kadar estrogen, akibatnya

terjadi gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urine menjadi

tidak normal, sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan

(inkotinensia urine) dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian

bawah (Kasdu, 2004).

Selain itu turunnya kadar estrogen juga berpengaruh pada jaringan

kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya

kolagen menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut terbelah-

belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak,

serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian (Kasdu, 2004).

Dengan bertambahnya usia, aktivitas tubuh juga berkurang. Hal ini

menyebabkan gerak tubuh berkurang, sehingga lemak semakin banyak

tersimpan. Berdasarkan panelitian yang dikutip oleh Kasdu ditemukan

bahwa setiap kurun 10 tahun berat badan akan bertambah atau melebar

kesamping, ditemukan 29% wanita pada masa menopause memperlihatkan

kenaikan berat badan dan 20% di antaranya memperlihatkan kenaikan

yang mencolok. Hal ini diduga ada hubungannya dengan turunnya estrogen

dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak (Kasdu, 2004).

Estrogen juga membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang,

sehingga wanita yang telah mengalami menopause mempunyai resiko lebih

terkena osteoporosis. Kehilangan masa tulang merupakan fenomena

Page 20: Kuu

20

universal yang dimulai sekitar usia 40 tahun, dan meningkat pada wanita

postmenopause, yaitu rata-rata kehilangan masa tulang 2% tiap tahun. Pada

tahu-tahun awal setelah menopause, kehilangan masa tulang berlangsung

sangat cepat dan risiko jangka panjang untuk terjadinya patah tulang

meningkat (Kasdu, 2004).

Lebih dari 90% pasien osteoporosis adalah wanita postmenopause.

Diperkirakan antara 25% dan 44% wanita postmenopause mengalami

fraktur karena osteoporosis, terlebih pada tulang belakang, sendi tulang

paha, dan lengan bawah. Pada wanita kulit putih, kira-kira 8 dari 1000

mengalami fraktur osteoporosis, dan pada wanita kulit hitam 3 dari 1000.

Walaupun wanita kulit putih dan wanita Asia mempunyai risiko yang

meningkat untuk terjadi faktur karena osteoporosis, wanita kulit hitam

mempunyai angka kematian lebih tinggi pada 6 bulan pertama setelah

fraktur sendi tulang paha disbanding wanita kulit putih, yaitu 20% dan 11%

(Ali, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Pramono ditemukan bahwa, pada

lansia berusia 75-78 tahun sering ditemukan osteoporosis, dan pada

golongan ini wanita dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Secara

kumulatif, selama hidupnya wanita akan mengalami kehilangan 40%-50%

masa tulangnya, sedangkan pria hanya kehilangan sebanyak 20%-30%.

Dengan demikian, wanita lebih beresiko menderita osteoporosis dan patah

tulang (Kasdu, 2004).

Page 21: Kuu

21

Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan penurunan HDL

(Hight Density Lipopretein) dan meningkatkan LDL (Low Density

Lipopretein), trigliserida, dan kolesterol total, yang dapat meningkatkan

resiko penyakit jantung koroner. Penimbunan lemak tubuh juga merupakan

faktor resiko penyakit jantung koroner. Penelitian yang dilakukan oleh

Gallup ditemukan bahwa wanita berpeluang dua kali lebih besar terkena

penyakit jantung koroner daripada kanker payudara. Pada wanita usia

menopause menjadi dua kali lipat dibanding pria pada usia yang sama

(Kasdu, 2004).

Penyakit lain yang dapat terjadi pada masa menopause adalah

kanker seperti kanker endometrium, kanker indung telur, kanker mulut

rahim, kanker payudara, dan kanker vagina, selain pengaruh hormon tubuh,

juga berhubungan dengan gangguan tubuh lainnya akibat penyakit

degeneratif, seperti diabet dan jantung, faktor genetik dan gaya hidup juga

berpengaruh. Hipertensi juga sering terjadi, demensia tipe Alzheimer juga

kadang ditemukan pada periode pramenopause dan pasca menopause

dimana terjadi penurunan kadar hormon seks steroid yang menyebabkan

beberapa perubahan neuroendokrin system susunan saraf pusat, maupun

kondisi biokimiawi otak. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel

neuron di hampir semua bagian otak terutama yang berkaitan dengan

fungsi ingatan. Kelainan tersebut seperti sulit berkonsentrasi, hilangnya

fungsi memori jangka pendek, dan beberapa kondisi yang berhubungan

dengan kelainan psikologis (Kasdu, 2004).

Page 22: Kuu

22

b. Perubahan Psikologis

Selain perubahan fisik, perubahan-perubahan psikologi juga sangat

mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa

menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah

perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak

berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil

keputusan, dan merasa tidak berharga (Ali, 2003).

Stress kehidupan setengah baya dapat memperburuk menopause.

Menghadapi anak remaja, emptynest syndrome, perpisahan atau ketidak

harmonisan perkawinan, sakit atau kematian teman dan keluarga,

kurangnya kepuasan pada pekerjaan, penambahan berat badan atau

kegemukan adalah beberapa bentuk stress yang mengakibatkan resiko

masalah emosional yang serius (Bobak & Jansen, 2005).

Emptynes syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi pada saat

anak-anak meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan masing-

masing. Anggapan bahwa tugas sebaga orang tua berakhir sesaat setelah

anak-anak meninggalkan rumah sering membuat orang tua menjadi stress

terutama bagi para ibu yang merasa kehilangan arti atau makna hidup bagi

dirinya (Ali, 2003).

Selain itu latar belakang masing-masing wanita sangat berpengaruh

terhadap kondisi wanita dalam mengalami masa menopause, misalnya

apakah wanita tersebut menikah atau tidak, apakah wanita tersebut

mempunyai suami, anak cucu, atau kehidupan keluarga yang

Page 23: Kuu

23

membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktivitas sehari-harinya

(Kasdu, 2004).

Peran budaya juga mempengaruhi status emosi selama

perimenopause. Banyak wanita mempersepsikan ketidakmampuan untuk

mengandung sebagai suatu kehilangan yang bermakna. Kebanyakan orang

melihat menopause sebagai langkah pertama untuk masuk ke usia tua dan

menghubungkannya dengan hilangnya kecantikan. Budaya barat

menghargai masa muda dan kecantikan fisik, sementara orang tua

menderita akibat kehilangan status, fungsi, serta peran (Bobak & Jansen,

2005).

3. Menopause

a. Definisi Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti.

“Men” dan “pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali digunakan

untuk menggambarkan berhentinya haid. Webster’s Ninth New Collegiate

Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid

secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50 tahun (Kasdu,

2004)

Menopause sebagai proses alami dari penuaan, yaitu ketika wanita

tidak lagi mendapatkan haid selama 1 tahun. Penyebab berhentinya haid

karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron,

dan rata-rata terjadi menopause pada usia 50 tahun (Ali, 2003).

Page 24: Kuu

24

Menopause sebagai periode menstruasi spontan yang terakhir pada

seorang wanita dan merupakan diagnosa yang ditegakkan secara

retrospektif setelah amenorrhea selama 12 bulan. Menopause terjadi pada

usia rata-rata 51 tahun (Gebbie, 2005).

Menopause sebagai akhir periode menstruasi, tetapi seorang wanita

tidak diperhitungkan post menopause sampai wanita tersebut telah 1 tahun

mengalami amonerrhea. Menopause membuat berakhirnya fase reproduksi

pada kehidupan wanita (Ali, 2003).

Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidak

mampuan sistem neorohumoral untuk mempertahankan stimulasi

periodiknya pada system endokrin (Potter & Perry, 2005), Baziad

menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim terakhir yang masih

diatur oleh hormon ovarium. Istilah menopause digunakan untuk

menyatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah seorang wanita

mengalami periode terakhir masa haid (Kasdu, 2004).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause adalah

masa setahun setelah berhentinya haid yang disebabkan oleh menurunnya

produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium sehingga masa

reproduksi wanita menjadi berakhir.

b. Klasifikasi Menopause

Menurut Pakasi (dalam Ali, 2003) menopause terjadi ditengah masa

klimakterium yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi

dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-60 tahun. Pada masa

Page 25: Kuu

25

inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang

dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur

mulai berhenti.

Fase klimakterium adalah peralihan yang dilalui oleh seorang

wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif (Kasdu, 2004).

Tanda dan gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari

masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopause. Pada fase ini

fungsi reproduksi waanita menurun. Menurut Prawirohardjo (2008) fase

klimakterium berlangsung secara bertahap sebagai berikut :

a. Premenopause

Masa sebelum berlangsungnya saat menopause, yaitu fungsi

reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-

tanda menopause. Fase ini dimulai ketika berusia 40-50 tahun. Saat itu

menstruasi mulai tidak teratur tetapi belum muncul tanda-tanda klasik

menopause, seperti semburan rasa panas dari dada hingga wajah atau

kekeringan pada vagina.

b. Menopause

Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1

tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya

haid sampai berhenti sama sekali. Pada masa ini menopause masih

berlangsung. Fase ini diperkirakan berlangsung sekitar usia 51-60 tahun.

Menstruasi terakhir baru bisa ditentukan setelah sama sekali tidak

mengalaminya lagi selama satu tahun. Jika setelah lebih dati satu tahun

Page 26: Kuu

26

tidak mengalami haid, maka setiap perdarahan pada vagina dapat

dianggap tidak normal.

c. Pascamenopause

Masa setelah perimenopause sampai munculnya perubahan-perubahan

patologis secara permanen disertai dengan menurunnya kondisi badan

pada usia lanjut (senilitas). Fase ini diperkirakan berlangsung sekitar

usia 60 tahun lebih. Ini dialami oleh kebanyakan wanita yang sudah

tidak mengalami menstruasi. Dengan kata lain, akan masuk dalam

pascamenopause sepanjang sisa hidup.

c. Fisiologi Menopause

Sejak lahir, bayi wanita mempunyai 770.000-an sel telur yang

belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai

timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya,

sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan

menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas

dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap.

Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk

dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertile (subur) yang

berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan. Pada masa ini, wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau

setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa

peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode

non-produktif. Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun sekitar

Page 27: Kuu

27

menopause yaitu 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause (Kasdu,

2004).

Masa klimakterium ada tiga tahap, pertama adalah tahap

premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause, sejak

fungsi reproduksi mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-

tanda menopause. Kedua adalah tahap perimenopause yaitu periode dengan

keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah

menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause yaitu masa setelah

perimenopause sampai senilis. Wanita secara universal menyebut fase

klimakterium ini sebagai menopause (Wiknjosastro, 2007)

Masa premenopause, Hormon progesteron dan estrogen masih

tinggi, tetapi semakin rendak ketika memasuki masa perimenopause dan

postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang

terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun

jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi

pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000

sel telur tumbuh dan berkembang, tapi hanya satu atau kadang-kadang

lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami

ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati,

juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang

segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses ini

terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena

Page 28: Kuu

28

produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja

(Kasdu, 2004).

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan

ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan

mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis.

Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya

produksi steroid ovarium menyebabkan kurangnya reaksi umpan balik

negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi

Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Dari

kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.

Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml (Prawirohardjo,

2008).

4. Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau ke khawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dan menilai realitas, kepribadian masih tetap

utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal

(Hawari, 2006).

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Stuart & Sundeen, 2003). Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

Page 29: Kuu

29

spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal dan berada dalam suatu rentang yaitu :

Respon adaptif

Respon maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

b. Faktor Predisposisi

Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu

teori psikonalitis dimana Freud mengidentifikasi kecemasan sebagai

konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan

superego (Stuart & Sundeen, 2003). Id mewakili dorongan insting dan

impulsprimitif, sedang superego mencerminkan hati nurani dan

dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan

adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Teori interpersonal Sullivan menjelaskan bahwa kecemasan timbul

dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan

yang berat (Stuart & Sundeen, 2003).

Page 30: Kuu

30

Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produksi

prustasi yaitu segala suatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku yang lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan

dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran

meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu

ketakutan yang berlebihan sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai

pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini

adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik

menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak

berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart

& Sundeen, 2003).

Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa

ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas

perkembangan individu dalam keluarga (Stuart & Sundeen, 2003).

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,

kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki

efek nyata sebagai redisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai

Page 31: Kuu

31

oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu

untuk mengatasi stressor (Stuart & Sundeen, 2003).

c. Faktor Presipitasi

Stuart & Sundeen (2003) mengelompokan faktor presipitasi

menjadi dua yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman ini meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan

terdiri dari sumber eksternal serta internal. Sumber eksternal diantaranya

adalah terpapar oleh virus dan infeksi bakteri, populasi lingkungan,

resiko keamanan, perumahan yang tidak memadai, makanan, pakaian,

dan trauma. Sumber internal terdiri dari kegagalan tubuh, atau pusat

pengatur suhu. Pada masa menopause terjadi penurunan fungsi fisiologi

dari beberapa organ tubuh akibat pengaruh penurunan hormon estrogen.

Hal ini dapat menyebabkab gangguan fungsi beberapa organ tubuh yang

merupakan ancaman terhadap integritas fisik.

2) Ancaman terhadap sistem diri

Ancaman ini merupakan ancaman yang dapat membayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

Ancaman tersebut terdiri dari dua sumber yaitu eksternal diantaranya

adalah kehilangan seseorang yang berarti karena kematian, perceraian,

perubahan status pekerjaan, dilemma etik, tekanan dari kelompok sosial

dan budaya. Sumber internal terdiri dari kesulitan dalam hubungan

Page 32: Kuu

32

interpersonal dan asumsi terhadap peran baru. Pada masa menopause

terjadi perubahan-perubahan bentuk tubuh, seperti kulit menjadi kering

dan keriput, obesitas, penurunan fungsi seksual, inkontinensia urine,

yang mengakibatkan perubahan gambaran diri. Perubahan gambaran diri

ini jika tidak dapat diterima dapat menurunkan harga diri dan

merupakan ancaman terhadap sistem diri.

d. Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan menjadi empat (Stuart &

Sundeen, 2003) yaitu :

1) Tidak cemas keadaan sejahtera individu dalam setiap kehidupannya.

Tidak mengalami ketegangan yang menghambat kehidupan individu

tersebut.

2) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang pesepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

3) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada

hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu

mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada

lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

4) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

Page 33: Kuu

33

tidak berfikir tentang hal lain. Semua perulaku ditunjukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan

untuk berfokus pada area lain.

5) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

monitorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

e. Respon Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2003) respon terhadap kecemasan

meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan efektif yaitu :

1) Respon Fisiologi

Respon kecemasan terhadap kardiovaskular adalah palpitasi,

jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan,

tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap system pernafasan

adalah nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal,

pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

Respon kecemasan terhadap sistim neuromuscular adalah reflek

Page 34: Kuu

34

meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomia, tremor,

rigiditas, gelisah, mondar-mandir wajah tegang, kelemahan umum,

tungkai lemah, gerakan yang janggal. Respon kecemasan terhadap

gastrointestinal adalah kehilangan nafsu makan, menolak makan rasa

tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

Respon kecemasan terhadap system perkemihan adalah tidak dapat

menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit

adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit,wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon Prilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketegangan

fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung

mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,

melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat

waspada.

3) Respon Kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,

konsentrasi buruk pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreatifitas

menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan

objektivitas, taku kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut

cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

Page 35: Kuu

35

4) Respon Afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.

f. Gejala Kecemasan

Hamilton menguraikan gejala kecemasan sesuai karakteristik

respon kecemasan (Hawari, 2006). Perasaan cemas, meliputi : cemas,

firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. Ketegangan

meliputi : merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat dengan tenang,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Ketakutan, meliputi :

takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal sendiri, takut pada

binatang besar, takut pada keramaian lalulintas, takut pada kerumunan

orang banyak. Gangguan tidur, meliputi : sukar masuk tidur, terbangun

malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-

mimpi, mimpi buruk. Gangguan kecerdasan, meliputi : sukar konsentrasi

daya ingat menurun, daya ingat buruk. Perasaan depresi (murung), meliputi

: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih bangun dini

hari, perasaan berubah-rubah sepanjang hari.

Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot,

kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala soimatik/fisik

(sensorik), meliputi : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur,

muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala

kardiosvaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi : takikardia

Page 36: Kuu

36

(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada denyut nadi

mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang

(berhenti sekejap). Gejala pernafasan meliputi : rasa tertekan atau sempit di

dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek/sesak. Gejala

gastroinstestial, meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,

rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar

buang air besar (konstipasi) kehilangan berat badan. Gejala urogenital,

meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang

bulan (tidak haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa

haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam

sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.

Page 37: Kuu

37

B. Kerangka Konsep Dan Kerangka Kerja

Bagan 2.1

Kerangka Konsep

Sumber : (Notoatmodjo, 2007; Potter & Perry 2005; Stuart & Sundeen, 2003)

Bagan 2.2

Kerangka Kerja

Kecemasan ibu masa menopause :

1. Tidak Ada kecemasan

2. Kecemasan Ringan

3. Kecemasan sedang

4. Kecemasan Berat

5. Panik

Faktor Predisposisi

1. Teori psikoanalitas

2. Teori perilaku

3. Teori interpersonal

4. Teori kajian keluarga

5. Teori kajian biologis

Faktor Presipitasi

1. Ancaman fisik

2. Ancaman sistem diri

Respon Fisiolagis

Respon Perilaku

Respon Afektif

Respon Kognitif

Pengetahuan ibu

tentang perubahan

fisik dan fisiologis

masa menopause

Kecemasan ibu masa menopause :

1. Tidak Ada kecemasan

2. Kecemasan Ringan

3. Kecemasan sedang

4. Kecemasan Berat

5. Panik

Pengetahuan ibu

tentang perubahan

fisik dan fisiologis

masa menopause

Ada hubungan

Tidak Ada hubungan

Page 38: Kuu

38

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Nursalam (2008), hipotesis merupakan jawaban sementara dari

rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Berdasarakan kerangka konsep dan

pengertian tersebut, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho : Tidak Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik

Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwaharja I Kota Banjar

H1 : Terdapat Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perubahan Fisik Dengan

Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja

I Kota Banjar

Ho : Tidak Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis

Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwaharja I Kota Banjar

H1 : Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis Dengan

Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja

I Kota Banjar

Page 39: Kuu

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan cara pengumpulan datanya, jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian survey analisis. Penelitian survei analisis yaitu

penelitian yang didalamnya ada analisis antarvariabel, terdapat variabel bebas

dan variabel terikat, membutuhkan jawaban dimana, kapan, siapa, berapa

banyak dan bagaimana dilakukan dengan membagikan kuesioner, wawancara

baik secara langsung ataupun tidak langsung serta menggunakan analisis

statistik inferensial (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini akan dibahas

mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis

Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas

Purwaharja I Kota Banjar

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross

sectional. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian yang

menekankan pada waktu pengukuran data variabel independent dan dependen

hanya satu kali, pada satu saat (Hidayat, 2007). Data variabel independen yaitu

pengetahuan dan data variabel dependen adalah kecemasan.

Page 40: Kuu

40

B. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kualtitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Berdasarkan pengertian ini, dapat ditentukan bahwa populasi penelitian

ini adalah semua ibu menopause yang berusia 55-60 tahun sebanyak 282 orang

yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Purwaharja dan Kelurahan

Karangpanimbal.

Tabel 3.1

Populasi

No Nama Desa Frekuensi

1 Purwaharja 177

2 Karangpanimbal 105

Jumlah 282

Sumber : Data Sekunder 2012

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Benda, hal atau orang tempat datauntuk variabel

penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2010). Subjek dalam

penelitian ini adalah semua ibu menopause yang berusia 55-60 tahun sebanyak

282 orang di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja I. Subjek penelitian harus

memenuhi syarat yang ketat yang meliputi (Arikunto, 2010):

Berdasarkan definisi tersebut, maka subjek penelitian yang diambil

berdasarkan kriteria inklusi adalah :

Page 41: Kuu

41

1. Ibu menopause yang yang tercatat sebagai warga di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja I.

2. Ibu yang telah mengalami masa menopause di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja I.

3. Ibu menopause yang berusia 55-60 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Purwaharja I yang bersedia menjadi responden.

Selain itu kriteria sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi adalah :

1. Ibu yang tidak mengalami gangguan ingatan.

2. Ibu yang berusia 55-60 tahun

3. Ibu yang berusia 55-60 tahun yang pindah atau meninggal pada saat penelitian

4. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja I

Kecamatan Purwaharja Kota Banjar. Alasan pemilihan lokasi karena pada daerah

ini tersedia sampel yang banyak khususnya ibu dengan Menopause yang berusia

55-60 tahun dibandingkan dengan daerah lainnya. Selain itu karakteristik sampel

yang bervariasi dalam tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.

E. Ukuran Sampel dan Teknik Sampling

1. Ukuran Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel adalah sebagian dari populasi,

Page 42: Kuu

42

karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang

dimiliki oleh populasinya. Sampel yang diambil harus representatif atau

mewakili (Badriah, 2006). Menurut Nursalam (2008), terdapat 2 syarat yang

harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel yaitu: sampel harus

representatif (mewakili) dan sampel harus cukup banyak.

Adapun ukuran sampel yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu

sebanyak 282 orang ibu masa menopause yang berusia 55-60 tahun.

2. Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah suatu proses menyeleksi sampel yang

digunakan dalam penelitiandari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel

akan mewakili jumlah populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling

dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling yaitu

strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat. Sedangkan

penentuan respondennya menggunakan undian (random). Menurut

Notoatmodjo (2008) besarnya sampel menggunakan rumus:

)(d N 1

N n

2

)(0,1 282 1

282 n

2

2,82 1

282 n

82,3

282 n

Page 43: Kuu

43

orang 74 menjadi dibulatkan orang 73,8 n

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan (0,1)

Maka jumlah responden yang diperlukan dari tiap kelurahan adalah :

Tabel 3.2

Distribusi Jumlah Sampel Tiap Kelurahan

No Kelurahan Jumlah Responden yang

Diperlukan

1 Purwaharja 177 46

2 Karangpanimbal 105 28

Jumlah 282 74

F. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Nursalam, 2003). Variabel

sering juga disebut perubah. Variabel dapat diartikan sebagai ukuran atau

ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Syarifudin, 2010).

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu Pengetahuan Ibu

Tentang Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Menopause sebagai

variabel bebas (independen) dan Kecemasan Ibu Masa Menopause sebagai

variabel terikat (dependen).

Page 44: Kuu

44

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang

dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti sesuai dengan variabel

yang terlibat dalam penelitian (Badriah, 2006).

Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.3

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Independen :

Pengeahuan

Tentang Perubahan

Tubuh :

- Fisik

- Psikologis

Segala sesuatu yang

diketahui ibu mengeni

perubahan pada masa

menopause

Perubahan yang dirasakan

ibu secara fisik pada masa

menopause

Perubahan yang dirasakan

ibu secara psikologis pada

masa menopause

Kuesioner

- Baik 76 – 100 %

- Cukup 56 – 75 %

- Kurang ≤ 55 %

- Baik 76 – 100 %

- Cukup 56 – 75 %

- Kurang ≤ 55 %

Ordinal

Ordinal

2. Dependen :

Kecemasan Ibu

1. Kecemasan

Ringan

2. Kecemasan

sedang

3. Kecemasan

Berat

4. Panik

Perasaan khawatir ibu

terhadap perubahan fisik

pada masa Menopause.

Kuesioner

HRS-A

- Tidak Ada kecemasan

jika skor 0

- Kecemasan Ringan jika

skor 1-12

- Kecemasan sedang jika

skor 13-24

- Kecemasan Berat jika

skor 25-36

- Panik jika skor 37-48

Ordinal

G. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan penulis dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber

data primer dan sekunder. Badriah (2009) mengemukakan sumber data primer

Page 45: Kuu

45

atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Sedangkan data

sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membagikan kuesioner yang

disusun sesuai dengan indikator dari variabel penelitian dan jawabannya sudah

disediakan sehingga responden tinggal memilih. Sebelum kuesioner dibagikan,

responden diberi penjelasan terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan dari

penelitian ini. Kemudian peneliti meminta kesediaan menjadi responden dengan

menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Responden yang bersedia

kemudian diberikan kuesioner dan diberi penjelasan tentang petunjuk pengisian

kuesioner. Setelah itu responden diminta untuk mengisi kuesioner tersebut.

Setelah diisi kemudian peneliti menarik kembali kuesioner tersebut.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pengumpulan data yang telah baku atau alat

pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan reliabilitas. Suatu

instrumen selain memiliki norma validitas dan reliabilitas, juga harus memiliki

nilai objektivitas dan prosedur baku untuk penggunaannya (Badriah, 2006).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner terhadap responden mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang

Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause.

Page 46: Kuu

46

Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini sebanyak 30 pertanyaan untuk

variabel pengetahuan. Kuesioner dinilai dengan menggunakan multiple choice

untuk aspek pengetahuan.

Kuesioner tingkat kecemasan ibu masa Menopause disusun berdasarkan

pada Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang telah penulis modifikasi

dan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu masa Menopause.

Kuesioner tingkat kecemasan ibu masa Menopause terdiri dari 16 pertanyaan.

Nilai terendah adalah adalah 0 dan tertinggi adalah 48. Skor 0 menunjukan tidak

ada kecemasan, skor 1-12 menunjukan kecemasan ringan, skor 13-24

menunjukan kecemasan sedang, skor 25-36 menunjukan kecemasan berat dan

skor 37-48 menunjukan kondisi panik.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu

validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan terhadap

20 orang ibu masa menopause di wilayah kerja Puskesmas Banjar I karena

menurut peneliti memiliki karakteristik sampel dan wilayah yang sama

(Notoatmodjo, 2010). R tabel yang diperlukan untuk 20 responden dengan

signifikansi 95% adalah 0, 468.

1. Validitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen

yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2010).

Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data penelitian,

instrumen di uji validitasnya dengan menggunakan alat uji korelasi product

Page 47: Kuu

47

))(}()({

)()(

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

moment yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) dan dibantu dengan

program software analisa statistik, dengan rumus :

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi

N = Jumlah responden

X = Nomor pertanyaan

Y = Skor total

XY = Skor nomor pertanyaan dikali skor total

Uji validitas r hitung yang valid harus lebih besar daripada r tabel

yaitu sebesar = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah

keputusannya adalah jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid

dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan,

sedangkan jika r hitung < r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid dan

tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan.

Hasil uji validitas terhadap 20 orang responden didapatkan hasil bahwa

dari 30 pertanyaan variabel pengetahuan semuanya dinyatakan valid dengan

rentang r hitung 0,486-0,897.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh

Page 48: Kuu

48

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metoda pengujian reliabilitas

Cronbach’s Alpha. Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai

berikut :

2

2

1

b

11 - 1 1

r

k -

k

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

2b = Jumlah varian butir

21 = varian total

(Arikunto, 2010)

Uji reliabilitas yang reliabel untuk variabel yang diteliti harus lebih

besar daripada atau t tabel yaitu r = 0,05. Kaidah keputusannya adalah jika

atau t hitung > t tabel, maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat

digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan, sedangkan

jika atau t hitung < t tabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel dan

tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan.

Page 49: Kuu

49

Hasil uji reliabilitas terhadap 20 orang responden didapatkan hasil

bahwa dari 30 pertanyaan variabel pengetahuan semuanya dinyatakan reliabel

dengan rentang r hitung 0,715-0,812.

I. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dimulai dari penentuan judul penelitian, dilanjutkan dengan

studi pendahuluan, pencarian data sekunder untuk menentukan latar belakang

penelitian, melakukan perumusan masalah, menentukan tujuan umum dan tujuan

khusus dari penelitian, menentukan tinjauan teoritis yang berhubungan dengan

judul penelitian, pemetaan proses pikir dan penentuan definisi operasional,

menentukan variabel dan sumber data, kemudian menentukan instrumen

penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data.

Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kuesioner, kuesioner

dianalisis untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pengetahuan Tentang

Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di

Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.

J. Strategi Analisis

1. Pengolahan Data

Untuk pengolahan data penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Page 50: Kuu

50

Pada tahap ini dilakukan pengecekan isian kuesioner tentang kelengkapan

isi, kejelasan, relevansi dan konsistensi jawaban. Pada proses ini peneliti

melakukan pengecekan ulang terhadap hasil jawaban responden.

b. Coding

Setelah dilakukan editing, peneliti melakukan koding terhadap data

tersebut yaitu merubah data yang berbetuk huruf menjadi berbentuk angka

sehingga mempercepat entri data dan mempermudah proses analisis data.

c. Entry

Proses memasukan data ke dalam program pengolah data melalui software

yang telah dipilih penulis

d. Cleaning

Proses pengecekan terakhir terhadap data yang sudah di enteri untuk

memastikan adanya kesalahan data.

e. Tabulating

Proses melakukan pengolahan data berdasarkan hasil kuesioner untuk

mempermudah hasil pemahaman, maka data yang diperoleh disajikan

dalam bentuk tabel yaitu table karakteristik responden yang terdiri dari

table karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan

pekerjaan.

2. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Supaya dapat

membuktikan hipotesis maka teknik analisis statistik yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Page 51: Kuu

51

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap distribusi

frekuensi variabel Pengetahuan tentang Perubahan Fisik dan Psikologis

masa Menopause dan variabel kecemasan Ibu Menopause. Langkah-

langkah analisis univariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian, terlebih dahulu

ditetapkan nilai/bobot skor dari setiap alternatif jawaban. Untuk soal

multiple choice apabila jawaban benar maka diberi nilai 1 dan apabila

jawaban salah maka diberi nilai 0.

2) Untuk aspek kecemasan ibu Menopause ditetapakan bobot penilaian

menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang telah

dimodifikasi dan disesuaikan. Penilaian jawaban responden “Tidak

Pernah diberi skor 0”, “Kadang diberi skor 1”, “Sering diberi skor 2”,

“Terus menerus diberi skor 3”.

3) Setelah diberikan skor dan diprosentasekan kemudian untuk aspek

Pengetahuan dan Kecemasan diinterprestasikan kedalam standar

kriteria objektif, yaitu:

Pengetahuan :

a) Baik bila skor 76 – 100 %

b) Cukup bila skor 56 – 75 %

c) Kurang bila skor ≤ 55 %

Kecemasan :

a) Tidak Ada kecemasan jika skor 0

Page 52: Kuu

52

b) Kecemasan Ringan jika skor 1-12

c) Kecemasan sedang jika skor 13-24

d) Kecemasan Berat jika skor 25-36

e) Panik jika skor 37-48

4) Data dikategorikan dan diberi kode kemudian data dianalisis dengan

cara statistik deskriptif yaitu dengan prosentase dengan menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2010) sebagai berikut :

Keterangan:

P : Persentase

X : Jumlah jawaban responden

N : Jumlah jawaban yang diharapkan

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan satu sama lain, dapat dalam kedudukan yang sejajar (pada

pendekatan komparasi) dan kedudukan yang merupakan sebab akibat

(eksperimentasi). Jenis analisis yang dilakukan harus disesuaikan dengan

sifat skala data dari setiap variabel (Badriah, 2006).

Analisis bivariat bertujuan untuk menentukan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yaitu

untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan kecemasan.

%100xN

XP

Page 53: Kuu

53

Untuk menentukan kekuatan hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen dengan jenis data tata jenjang/tingkatan

dilakukan dengan uji statistik Spearman Rank. Uji statistik Spearman

Rank menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiono (2006)

sebagai berikut :

Keterangan :

rhoxy = Koefisien korelasi tata jenjang

D = Diference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda D

adalah beda antara jenjang setiap sbjek.

N = Banyaknya subjek

Dengan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interval Nilai Koefisien Korelasi dan

Kekuatan Hubungan

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 KK = 0,00 Tidak ada

2 0,00 < KK ≤ 0,20 Sangat rendah datau lemah sekali

3 0,20 < KK ≤ 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti

4 0,40 < KK ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang

5 0,70 < KK ≤ 0,90 Tinggi atau kuat

6 0,90 < KK < 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

7 KK = 1,00 Sempurna

Sumber: Hasan, 2004

Keterangan :

KK = Koefisien korelasi

Interval nilai dapat bernilai positif atau negatif

Page 54: Kuu

54

Nilai KK positif berarti korelasi positif

Nilai KK negatif berarti korelasi negatif

K. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai

judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti

tidak memaksa dan menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi hanya inisial sampel. Pada pelaksanaanya peneliti akan

mencantumkan inisial nama depannya saja.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Hasil jawaban

responden dalam kuesioner tidak akan dipublikasikan ke media cetak ataupun

elektronik.

4. Privacy

Yang berarti bahwa identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain

dan bahkan mungkin oleh peneliti itu sendiri, sehingga responden dapat secara

bebas untuk menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut oleh intimidasi

Page 55: Kuu

55

dari yang lain. Identitas responden hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian saja tidak untuk kepentingan diluar penelitian.

5. Freedom

Bebas dari bahaya dimana penelitian ini tidak akan berdampak secara

langsung terhadap responden dan tidak membahayakan. Jika dalam

pelaksanaan responden menolak untuk menjadi responden, maka penulis akan

menggantinya dengan responden lain

L. Jadwal penelitian

Tabel 3.5

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agst Sept

1 Observasi dan

penyusunan proposal

2 Studi kepustakaan

3 Bimbingan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Penelitian

5 Bimbingan dan

penyusunan skripsi

6 Sidang skripsi