kuu
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Istilah menopause berarti masa berhentinya menstruasi. Masa ini adalah
tahap normal kehidupan dimana setiap wanita akan melaluinya antara umur 40
sampai 60 tahun. Rata-rata menopause dimulai pada usia 52 tahun. Kebanyakan
wanita memasuki periode menopause tiga sampai lima tahun lebih awal dari
menopause sebenarnya (Kasdu, 2007).
Di dunia jumlah perempuan yang memasuki menopause di perkirakan
1,2 milyar orang, sementara di Indonesia saat ini baru mempunyai 14 juta
perempuan menopause (Pieters, 2010). Namun menurut proyeksi penduduk
indonesia tahun 1995-2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk wanita
berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, bahkan 2025 diperkirakan akan
ada 60 juta wanita menopause (Indocostia, 2011). Sedangkan di Jawa Barat
jumlah menopause saat ini adalah 8,5% dari total Penduduk Jawa Barat yang
mencapai 41 juta jiwa (Nuriana, 2008).
Sebagian wanita, menjadi tua seringkali merupakan hal yang
menakutkan. Hal ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan
menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang
tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa menopause merupakan
salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti
halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa
2
reproduksi. Namun, munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu
menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini (Kasdu, 2002).
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi
mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
wanita untuk bereproduksi. Ketika menopause siklus yang tidak menentu dapat
terjadi sewaktu-waktu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang
selama beberapa bulan (Kuntjoro, 2007).
Usia menopause antara seorang wanita dengan wanita lainnya tidaklah
sama dan bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
pendapat mengemukakan bahwa menopause terjadi pada usia 48-50 tahun,
termasuk dalam masa klimakterium yang merupakan sindrom perubahan
endokrin, somatik, dan psikik pada akhir masa subur/reproduktif (40-65 tahun)
(Ali, 2003).
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, irritabilitas dan perasaan yang berubah-ubah,
gangguan daya mengingat, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang
(tension), cemas, depresi dan merasa tidak berharga. Ada juga lansia yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual mereka
tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka serta kehilangan ferminitas
karena fungsi reproduksi yang hilang. Aspek psikologis yang terjadi pada lansia
atau wanita menopause sangat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia
terutama dalam menghadapi masalah-masalah (Kuntjoro, 2007).
3
Gejala-gejala fisik yang dapat timbul pada menopause adalah semburan
rasa panas (hot flushes) dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia,
kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, dan
berat badan bertambah (Ali, 2003).
Cemas merupakan reaksi terhadap persepsi adanya bahaya baik yang
nyata maupun yang hanya dibayangkan (Brunner & Suddarth, 2006). Rasa
khawatir, gelisah, takut, was-was, tidak tentram, panik dan sebagainya
merupakan gejala umum akibat cemas. Seringkali cemas menimbulkan keluhan
fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi
seksual dan lain-lain (Ali, 2003).
Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause
mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya
siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena
sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya
perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir
akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan
meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan sebagian besar
wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan
(Hawari, 2006).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di
4
alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek yang
diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan dalam arti wujudnya
yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian (Notoatmodjo, 2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku dalam masalah kesehatan antara lain : umur, tingkat pendidikan dan
jumlah anak (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Sebagaimana yang dianyatakan oleh Notoatmodjo (2007), meningkatnya
pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk
kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan
kesadaran. Pada penelitian ini berfokus pada domain pengetahuan karena
pengetahuan merupakan landasan awal sesorang bersikap kemudian berperilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti pada tanggal
21-26 Desember 2012 di Desa Purwaharja & Desa Karangpanimbal Wilayah
Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar dengan cara analisis dokumentasi
menunjukan bahwa jumlah wanita yang telah memasuki masa menopause yaitu
sebanyak 2013 jiwa dan dari jumlah penduduk tersebut didapatkan 964 jiwa
wanita sudah menopause, diantara jumlah tersebut yang paling banyak adalah
kelompok wanita usia 55-60 tahun sebanyak 282 jiwa, kemudian dilakukan
5
wawancara dengan 10 orang dari jumlah tersebut tentang pengetahuan, dan
kecemasan masa menopause.
Dilihat dari aspek pengetahuan, 7 orang diataranya mengaku tidak tahu
perubahan yang akan terjadi baik secara fisik maupun psikologis dan sisanay
sebanyak 3 orang mengetahui perubahan fisik yang akan terjadi misalnya kulit
keriput, badan menjadi gemuk. Dari aspek kecemasan, sebanyak 4 orang
mengatakan tidak merasakan kecemasan akan efek menopause sehingga mereka
merasa baik-baik saja dalam menjalani masa tuanya, 6 orang lainnya mengatakan
badan terasa panas, sulit tidur, merasakan lemas, nyeri sewaktu hubungan
seksual, nyeri saat berkemih, berat badan bertambah, sering kesemutan serta
nyeri tulang dan otot.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
proposal penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah Ada Hubungan
Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa
Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan proposal penelitian ini baik
secara umum maupun secara khusus dapat dijelaskan sebagai berikut:
6
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik
Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Masa
Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
b. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis Masa
Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
c. Untuk mengidentifikasi Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
d. Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik
Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja I Kota Banjar.
e. Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan
Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
D. Keaslian Penelitian
Sari Banun (2007) yang berjudul ”ANALISIS FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSEP DIRI IBU MASA MENOPAUSE DI DESA
BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS
PROVINSI RIAU”. Penulisan ini menekankan pada analisis faktor yang
7
mempengaruhi konsep diri pada ibu masa menopause. Penulisan ini
menggunakan metode analitik. Subyek dipilih dengan teknik total sampling.
Analisa data dengan pearson. Pengumpulan data untuk kecemasan menggunakan
kuesioner.
Perbedaan penulisan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu penulisan ini
berjudul Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis
Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I
Kota Banjar. Penulisan ini merupakan penulisan dengan metode kuantitatif
dengan rancangan cross sectional pada ibu menopause. Pengambilan sampel
dengan Probability sampling dengan teknik stratified Random Sampling,
pengumpulan data penulisan dengan kuesioner. Teknik analisa data
menggunakan Rank Spearman. Perbedaan yang lain dengan penulisan ini yaitu
terletak pada salah kedua variabelnya, waktu dan tempat penelitian yang
dilakukan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Purwaharja I
Diharapkan dapat menjadi masukan dalam memberikan informasi tentang
hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu masa
menopause.
2. Bagi STIKes BP Banjar
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan menopause.
8
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan dalam menganalisa perubahan-
perubahan yang terjadi pada ibu menopause sehingga bisa dijadikan data
awal dalam perumusan masalah asuhan keperawatan sehingga penyusunan
intervensi keperawaran tepat untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
4. Bagi Ibu Menopause
Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai perubahan-perubahan
yang terjadi dan normal dalam masa menopause sehingga kecemasan ibu bisa
berkurang seiring dengan pengetahuan yang meningkat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Manusia dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan tingkat
kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat memiliki berbagai
jenis pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan yang banyak penting kita
miliki, karena merupakan bahan dan sumber bagi tersusunnya ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang dalam pengertian lain pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
inderawi. Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui
obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap
kali objek yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan
dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian.
Pengetahuan adalah kesimpulan asumsi atau dugaan yang telah
diverifikasi oleh orang atau lembaga yang berwenang dengan berpedoman
pada pendekatan generally applicable yang disusun berdasarkan latar
belakang persoalan makro (Notoatmodjo, 2007).
10
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang probabilitas
isian adalah benar atau berguna (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Notoatmodjo (2010), meningkatnya pengetahuan dapat
menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku seseorang
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan
kesadaran.
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah pemberian bukti
oleh seseorang melalui proses pengingat, atau pengenal suatu informasi,
ide yang sesudah diperoleh sebelumnya. Notoatmodjo (2007),
menjelaskan bahwa bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan
maka ia dianggap mengetahui bidang tertentu.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek-objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
11
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan peningkatan informasi. Pengetahuan
secara sistematis untuk meningkatkan efektivitas dengan didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas. Pengetahuan adalah penggunaan
pikiran dan penalaran, logika serta bahasa. Dalam hal ini pikiran
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan persoalan. Sedangkan
penalaran merupakan proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari
hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran logika menjadi seperangkat asas
yang mengarahkan supaya berpikir menjadi benar (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, oleh karena itu, merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah dengan kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
12
menginterpretasikan materi tersebut secara benar, sehingga orang
tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan
sebagainya terhadap suatu objek atau materi yang telah dijelaskan.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lainnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan, (membuat bagan), membedakan,
memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintetis adalah kemampuan untuk menyusun formula baru dari
formula-formula yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang telah ada.
13
c. Jenis Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 4 jenis pengetahuan atau
kebenaran yang dapat diperoleh dan dimiliki manusia, yaitu:
1) Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common sense
knowledge atau akal sehat.
2) Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara singkat orang
menyebutkan dengan sains.
3) Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan singkat
saja disebut filsafat.
4) Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang bersumber
dari agama yang mencakup pengetahuan mengenai hakekat perilaku
sebagai pengungkap supernatural melalui wahyu yang diterima
utusannya yang terpilih.
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek
penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau
kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya.
Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple
choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan.
14
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga
nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan
yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Pertanyaan pilihan
ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena
pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Dari
kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya
pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur
dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat
(Arikunto, 2010).
Skala pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2010),
dikategorikan sebagai berikut :
1) Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak 76 – 100 %
2) Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak 56 – 75 %
3) Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak ≤ 55 %
e. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari
15
oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (2004) (dalam (Notoatmodjo, 2010)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru, didalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, Yakni :
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek ) terlebih dahulu.
2. Interess, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
4. Trial, orang yang mencoba prilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berprilaku sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2007) meliputi :
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perilaku positif yang meningkat. Dalam arti formal
pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, sehingga tugas
pendidik disini adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan
dan pengertian, menimbulkan sikaf positif serta memberikan atau
meningkatkan keterampilan-keterampilan msyarakat, individu,
terhadap aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu
16
masyarakat yang berkembang, salah satu jenis diantaranya pendidikan
adalah pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh
dilingkungan sekolah seperti TK, SD, SLTP, SLTA, Perguruan
Tinggi dan lain-lain. Pendidikan Formal berfungsi untuk mengerjakan
pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersikap khusus.
(Notoatmodjo, 2007)
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Informasi ini dapat
diperoleh dari beberapa sumber antara lain : TV, radio, koran, kader,
bidan, puskesmas, majalah. Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
17
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3) Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang
tentang sesuatu hal dari perjalanan hidupnya. Pengalaman sebagai
sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan.
18
2. Perubahan Tubuh
a. Perubahan Fisik
Gejala awal yang terjadi pada masa menopause adalah menstruasi
menjadi tidak teratur, cairan haid menjadi semakin sedikit atau semakin
banyak, hot flushes yang kadang-kadang menyebabkan insomnia, palpitasi,
pening, dan rasa lemah. Gangguan seksual (perubahan libido dan
dispareunia). Gejala-gejala saluran kemih seperti urgensi, frekuensi, nyeri
saat berkemih, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia (Kasdu, 2004).
Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh
bagian atas seperti leher dan dada. Hot flushes terjadi pada malam hari, dan
menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa detik atau menit,
tetapi ada juga yang berlangsung sampai 1 jam. Hot flushes berlangsung
selama 2-5 tahun ketika wanita akan memasuki usia menopause dan akan
menghilang sekitar 4-5 tahun pasca menopause. Wanita yang mengalami
hot flushes ini sekitar 10%-15% (Manuaba, 2008).
Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang
menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal. Panas dan nyeri saat
aktivitas seksual (dispareunia) karena setelah menopause sekresi vagina
berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitas
berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa
tidak nyaman dan nyeri selama aktifitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6
bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan dalam 5 tahun
menopause (Ali, 2003).
19
Atropi juga dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah,
sehingga otot-otot penyangga utretra dan kandung kemih menjadi lemah.
Hilangnya tonus otot uretra karena menurunnya kadar estrogen, akibatnya
terjadi gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urine menjadi
tidak normal, sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan
(inkotinensia urine) dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian
bawah (Kasdu, 2004).
Selain itu turunnya kadar estrogen juga berpengaruh pada jaringan
kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya
kolagen menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut terbelah-
belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak,
serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian (Kasdu, 2004).
Dengan bertambahnya usia, aktivitas tubuh juga berkurang. Hal ini
menyebabkan gerak tubuh berkurang, sehingga lemak semakin banyak
tersimpan. Berdasarkan panelitian yang dikutip oleh Kasdu ditemukan
bahwa setiap kurun 10 tahun berat badan akan bertambah atau melebar
kesamping, ditemukan 29% wanita pada masa menopause memperlihatkan
kenaikan berat badan dan 20% di antaranya memperlihatkan kenaikan
yang mencolok. Hal ini diduga ada hubungannya dengan turunnya estrogen
dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak (Kasdu, 2004).
Estrogen juga membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang,
sehingga wanita yang telah mengalami menopause mempunyai resiko lebih
terkena osteoporosis. Kehilangan masa tulang merupakan fenomena
20
universal yang dimulai sekitar usia 40 tahun, dan meningkat pada wanita
postmenopause, yaitu rata-rata kehilangan masa tulang 2% tiap tahun. Pada
tahu-tahun awal setelah menopause, kehilangan masa tulang berlangsung
sangat cepat dan risiko jangka panjang untuk terjadinya patah tulang
meningkat (Kasdu, 2004).
Lebih dari 90% pasien osteoporosis adalah wanita postmenopause.
Diperkirakan antara 25% dan 44% wanita postmenopause mengalami
fraktur karena osteoporosis, terlebih pada tulang belakang, sendi tulang
paha, dan lengan bawah. Pada wanita kulit putih, kira-kira 8 dari 1000
mengalami fraktur osteoporosis, dan pada wanita kulit hitam 3 dari 1000.
Walaupun wanita kulit putih dan wanita Asia mempunyai risiko yang
meningkat untuk terjadi faktur karena osteoporosis, wanita kulit hitam
mempunyai angka kematian lebih tinggi pada 6 bulan pertama setelah
fraktur sendi tulang paha disbanding wanita kulit putih, yaitu 20% dan 11%
(Ali, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Pramono ditemukan bahwa, pada
lansia berusia 75-78 tahun sering ditemukan osteoporosis, dan pada
golongan ini wanita dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Secara
kumulatif, selama hidupnya wanita akan mengalami kehilangan 40%-50%
masa tulangnya, sedangkan pria hanya kehilangan sebanyak 20%-30%.
Dengan demikian, wanita lebih beresiko menderita osteoporosis dan patah
tulang (Kasdu, 2004).
21
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan penurunan HDL
(Hight Density Lipopretein) dan meningkatkan LDL (Low Density
Lipopretein), trigliserida, dan kolesterol total, yang dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner. Penimbunan lemak tubuh juga merupakan
faktor resiko penyakit jantung koroner. Penelitian yang dilakukan oleh
Gallup ditemukan bahwa wanita berpeluang dua kali lebih besar terkena
penyakit jantung koroner daripada kanker payudara. Pada wanita usia
menopause menjadi dua kali lipat dibanding pria pada usia yang sama
(Kasdu, 2004).
Penyakit lain yang dapat terjadi pada masa menopause adalah
kanker seperti kanker endometrium, kanker indung telur, kanker mulut
rahim, kanker payudara, dan kanker vagina, selain pengaruh hormon tubuh,
juga berhubungan dengan gangguan tubuh lainnya akibat penyakit
degeneratif, seperti diabet dan jantung, faktor genetik dan gaya hidup juga
berpengaruh. Hipertensi juga sering terjadi, demensia tipe Alzheimer juga
kadang ditemukan pada periode pramenopause dan pasca menopause
dimana terjadi penurunan kadar hormon seks steroid yang menyebabkan
beberapa perubahan neuroendokrin system susunan saraf pusat, maupun
kondisi biokimiawi otak. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel
neuron di hampir semua bagian otak terutama yang berkaitan dengan
fungsi ingatan. Kelainan tersebut seperti sulit berkonsentrasi, hilangnya
fungsi memori jangka pendek, dan beberapa kondisi yang berhubungan
dengan kelainan psikologis (Kasdu, 2004).
22
b. Perubahan Psikologis
Selain perubahan fisik, perubahan-perubahan psikologi juga sangat
mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah
perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak
berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil
keputusan, dan merasa tidak berharga (Ali, 2003).
Stress kehidupan setengah baya dapat memperburuk menopause.
Menghadapi anak remaja, emptynest syndrome, perpisahan atau ketidak
harmonisan perkawinan, sakit atau kematian teman dan keluarga,
kurangnya kepuasan pada pekerjaan, penambahan berat badan atau
kegemukan adalah beberapa bentuk stress yang mengakibatkan resiko
masalah emosional yang serius (Bobak & Jansen, 2005).
Emptynes syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi pada saat
anak-anak meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan masing-
masing. Anggapan bahwa tugas sebaga orang tua berakhir sesaat setelah
anak-anak meninggalkan rumah sering membuat orang tua menjadi stress
terutama bagi para ibu yang merasa kehilangan arti atau makna hidup bagi
dirinya (Ali, 2003).
Selain itu latar belakang masing-masing wanita sangat berpengaruh
terhadap kondisi wanita dalam mengalami masa menopause, misalnya
apakah wanita tersebut menikah atau tidak, apakah wanita tersebut
mempunyai suami, anak cucu, atau kehidupan keluarga yang
23
membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktivitas sehari-harinya
(Kasdu, 2004).
Peran budaya juga mempengaruhi status emosi selama
perimenopause. Banyak wanita mempersepsikan ketidakmampuan untuk
mengandung sebagai suatu kehilangan yang bermakna. Kebanyakan orang
melihat menopause sebagai langkah pertama untuk masuk ke usia tua dan
menghubungkannya dengan hilangnya kecantikan. Budaya barat
menghargai masa muda dan kecantikan fisik, sementara orang tua
menderita akibat kehilangan status, fungsi, serta peran (Bobak & Jansen,
2005).
3. Menopause
a. Definisi Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti.
“Men” dan “pauseis” adalah kata yunani yang pertama kali digunakan
untuk menggambarkan berhentinya haid. Webster’s Ninth New Collegiate
Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid
secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50 tahun (Kasdu,
2004)
Menopause sebagai proses alami dari penuaan, yaitu ketika wanita
tidak lagi mendapatkan haid selama 1 tahun. Penyebab berhentinya haid
karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
dan rata-rata terjadi menopause pada usia 50 tahun (Ali, 2003).
24
Menopause sebagai periode menstruasi spontan yang terakhir pada
seorang wanita dan merupakan diagnosa yang ditegakkan secara
retrospektif setelah amenorrhea selama 12 bulan. Menopause terjadi pada
usia rata-rata 51 tahun (Gebbie, 2005).
Menopause sebagai akhir periode menstruasi, tetapi seorang wanita
tidak diperhitungkan post menopause sampai wanita tersebut telah 1 tahun
mengalami amonerrhea. Menopause membuat berakhirnya fase reproduksi
pada kehidupan wanita (Ali, 2003).
Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidak
mampuan sistem neorohumoral untuk mempertahankan stimulasi
periodiknya pada system endokrin (Potter & Perry, 2005), Baziad
menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim terakhir yang masih
diatur oleh hormon ovarium. Istilah menopause digunakan untuk
menyatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah seorang wanita
mengalami periode terakhir masa haid (Kasdu, 2004).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause adalah
masa setahun setelah berhentinya haid yang disebabkan oleh menurunnya
produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium sehingga masa
reproduksi wanita menjadi berakhir.
b. Klasifikasi Menopause
Menurut Pakasi (dalam Ali, 2003) menopause terjadi ditengah masa
klimakterium yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi
dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-60 tahun. Pada masa
25
inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang
dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur
mulai berhenti.
Fase klimakterium adalah peralihan yang dilalui oleh seorang
wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif (Kasdu, 2004).
Tanda dan gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari
masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopause. Pada fase ini
fungsi reproduksi waanita menurun. Menurut Prawirohardjo (2008) fase
klimakterium berlangsung secara bertahap sebagai berikut :
a. Premenopause
Masa sebelum berlangsungnya saat menopause, yaitu fungsi
reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-
tanda menopause. Fase ini dimulai ketika berusia 40-50 tahun. Saat itu
menstruasi mulai tidak teratur tetapi belum muncul tanda-tanda klasik
menopause, seperti semburan rasa panas dari dada hingga wajah atau
kekeringan pada vagina.
b. Menopause
Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya
haid sampai berhenti sama sekali. Pada masa ini menopause masih
berlangsung. Fase ini diperkirakan berlangsung sekitar usia 51-60 tahun.
Menstruasi terakhir baru bisa ditentukan setelah sama sekali tidak
mengalaminya lagi selama satu tahun. Jika setelah lebih dati satu tahun
26
tidak mengalami haid, maka setiap perdarahan pada vagina dapat
dianggap tidak normal.
c. Pascamenopause
Masa setelah perimenopause sampai munculnya perubahan-perubahan
patologis secara permanen disertai dengan menurunnya kondisi badan
pada usia lanjut (senilitas). Fase ini diperkirakan berlangsung sekitar
usia 60 tahun lebih. Ini dialami oleh kebanyakan wanita yang sudah
tidak mengalami menstruasi. Dengan kata lain, akan masuk dalam
pascamenopause sepanjang sisa hidup.
c. Fisiologi Menopause
Sejak lahir, bayi wanita mempunyai 770.000-an sel telur yang
belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai
timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya,
sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan
menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas
dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap.
Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk
dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertile (subur) yang
berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan. Pada masa ini, wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau
setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa
peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode
non-produktif. Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun sekitar
27
menopause yaitu 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause (Kasdu,
2004).
Masa klimakterium ada tiga tahap, pertama adalah tahap
premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause, sejak
fungsi reproduksi mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-
tanda menopause. Kedua adalah tahap perimenopause yaitu periode dengan
keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah
menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause yaitu masa setelah
perimenopause sampai senilis. Wanita secara universal menyebut fase
klimakterium ini sebagai menopause (Wiknjosastro, 2007)
Masa premenopause, Hormon progesteron dan estrogen masih
tinggi, tetapi semakin rendak ketika memasuki masa perimenopause dan
postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang
terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun
jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi
pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000
sel telur tumbuh dan berkembang, tapi hanya satu atau kadang-kadang
lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami
ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati,
juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang
segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses ini
terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena
28
produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja
(Kasdu, 2004).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan
mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis.
Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya
produksi steroid ovarium menyebabkan kurangnya reaksi umpan balik
negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi
Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Dari
kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.
Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml (Prawirohardjo,
2008).
4. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau ke khawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dan menilai realitas, kepribadian masih tetap
utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Hawari, 2006).
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Stuart & Sundeen, 2003). Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
29
spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal dan berada dalam suatu rentang yaitu :
Respon adaptif
Respon maladatif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
b. Faktor Predisposisi
Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu
teori psikonalitis dimana Freud mengidentifikasi kecemasan sebagai
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan
superego (Stuart & Sundeen, 2003). Id mewakili dorongan insting dan
impulsprimitif, sedang superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori interpersonal Sullivan menjelaskan bahwa kecemasan timbul
dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan
yang berat (Stuart & Sundeen, 2003).
30
Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produksi
prustasi yaitu segala suatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku yang lain menganggap
kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan
dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu
ketakutan yang berlebihan sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini
adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak
berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart
& Sundeen, 2003).
Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas
perkembangan individu dalam keluarga (Stuart & Sundeen, 2003).
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki
efek nyata sebagai redisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
31
oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu
untuk mengatasi stressor (Stuart & Sundeen, 2003).
c. Faktor Presipitasi
Stuart & Sundeen (2003) mengelompokan faktor presipitasi
menjadi dua yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman ini meliputi disabilitas fisiologi yang akan terjadi atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
terdiri dari sumber eksternal serta internal. Sumber eksternal diantaranya
adalah terpapar oleh virus dan infeksi bakteri, populasi lingkungan,
resiko keamanan, perumahan yang tidak memadai, makanan, pakaian,
dan trauma. Sumber internal terdiri dari kegagalan tubuh, atau pusat
pengatur suhu. Pada masa menopause terjadi penurunan fungsi fisiologi
dari beberapa organ tubuh akibat pengaruh penurunan hormon estrogen.
Hal ini dapat menyebabkab gangguan fungsi beberapa organ tubuh yang
merupakan ancaman terhadap integritas fisik.
2) Ancaman terhadap sistem diri
Ancaman ini merupakan ancaman yang dapat membayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
Ancaman tersebut terdiri dari dua sumber yaitu eksternal diantaranya
adalah kehilangan seseorang yang berarti karena kematian, perceraian,
perubahan status pekerjaan, dilemma etik, tekanan dari kelompok sosial
dan budaya. Sumber internal terdiri dari kesulitan dalam hubungan
32
interpersonal dan asumsi terhadap peran baru. Pada masa menopause
terjadi perubahan-perubahan bentuk tubuh, seperti kulit menjadi kering
dan keriput, obesitas, penurunan fungsi seksual, inkontinensia urine,
yang mengakibatkan perubahan gambaran diri. Perubahan gambaran diri
ini jika tidak dapat diterima dapat menurunkan harga diri dan
merupakan ancaman terhadap sistem diri.
d. Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan menjadi empat (Stuart &
Sundeen, 2003) yaitu :
1) Tidak cemas keadaan sejahtera individu dalam setiap kehidupannya.
Tidak mengalami ketegangan yang menghambat kehidupan individu
tersebut.
2) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang pesepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
3) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
4) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
33
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perulaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada area lain.
5) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas
monitorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
e. Respon Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (2003) respon terhadap kecemasan
meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan efektif yaitu :
1) Respon Fisiologi
Respon kecemasan terhadap kardiovaskular adalah palpitasi,
jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan,
tekanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap system pernafasan
adalah nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
Respon kecemasan terhadap sistim neuromuscular adalah reflek
34
meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomia, tremor,
rigiditas, gelisah, mondar-mandir wajah tegang, kelemahan umum,
tungkai lemah, gerakan yang janggal. Respon kecemasan terhadap
gastrointestinal adalah kehilangan nafsu makan, menolak makan rasa
tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.
Respon kecemasan terhadap system perkemihan adalah tidak dapat
menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit
adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal,
rasa panas dan dingin pada kulit,wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2) Respon Prilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketegangan
fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung
mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,
melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat
waspada.
3) Respon Kognitif
Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,
konsentrasi buruk pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, kreatifitas
menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan
objektivitas, taku kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut
cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.
35
4) Respon Afektif
Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.
f. Gejala Kecemasan
Hamilton menguraikan gejala kecemasan sesuai karakteristik
respon kecemasan (Hawari, 2006). Perasaan cemas, meliputi : cemas,
firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. Ketegangan
meliputi : merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat dengan tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Ketakutan, meliputi :
takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal sendiri, takut pada
binatang besar, takut pada keramaian lalulintas, takut pada kerumunan
orang banyak. Gangguan tidur, meliputi : sukar masuk tidur, terbangun
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-
mimpi, mimpi buruk. Gangguan kecerdasan, meliputi : sukar konsentrasi
daya ingat menurun, daya ingat buruk. Perasaan depresi (murung), meliputi
: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih bangun dini
hari, perasaan berubah-rubah sepanjang hari.
Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala soimatik/fisik
(sensorik), meliputi : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur,
muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala
kardiosvaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi : takikardia
36
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada denyut nadi
mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang
(berhenti sekejap). Gejala pernafasan meliputi : rasa tertekan atau sempit di
dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek/sesak. Gejala
gastroinstestial, meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,
rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar
buang air besar (konstipasi) kehilangan berat badan. Gejala urogenital,
meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang
bulan (tidak haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa
haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.
37
B. Kerangka Konsep Dan Kerangka Kerja
Bagan 2.1
Kerangka Konsep
Sumber : (Notoatmodjo, 2007; Potter & Perry 2005; Stuart & Sundeen, 2003)
Bagan 2.2
Kerangka Kerja
Kecemasan ibu masa menopause :
1. Tidak Ada kecemasan
2. Kecemasan Ringan
3. Kecemasan sedang
4. Kecemasan Berat
5. Panik
Faktor Predisposisi
1. Teori psikoanalitas
2. Teori perilaku
3. Teori interpersonal
4. Teori kajian keluarga
5. Teori kajian biologis
Faktor Presipitasi
1. Ancaman fisik
2. Ancaman sistem diri
Respon Fisiolagis
Respon Perilaku
Respon Afektif
Respon Kognitif
Pengetahuan ibu
tentang perubahan
fisik dan fisiologis
masa menopause
Kecemasan ibu masa menopause :
1. Tidak Ada kecemasan
2. Kecemasan Ringan
3. Kecemasan sedang
4. Kecemasan Berat
5. Panik
Pengetahuan ibu
tentang perubahan
fisik dan fisiologis
masa menopause
Ada hubungan
Tidak Ada hubungan
38
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Nursalam (2008), hipotesis merupakan jawaban sementara dari
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Berdasarakan kerangka konsep dan
pengertian tersebut, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ho : Tidak Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik
Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja I Kota Banjar
H1 : Terdapat Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perubahan Fisik Dengan
Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja
I Kota Banjar
Ho : Tidak Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis
Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja I Kota Banjar
H1 : Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Psikologis Dengan
Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja
I Kota Banjar
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan cara pengumpulan datanya, jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian survey analisis. Penelitian survei analisis yaitu
penelitian yang didalamnya ada analisis antarvariabel, terdapat variabel bebas
dan variabel terikat, membutuhkan jawaban dimana, kapan, siapa, berapa
banyak dan bagaimana dilakukan dengan membagikan kuesioner, wawancara
baik secara langsung ataupun tidak langsung serta menggunakan analisis
statistik inferensial (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini akan dibahas
mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Dan Psikologis
Dengan Kecemasan Masa Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja I Kota Banjar
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross
sectional. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran data variabel independent dan dependen
hanya satu kali, pada satu saat (Hidayat, 2007). Data variabel independen yaitu
pengetahuan dan data variabel dependen adalah kecemasan.
40
B. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kualtitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).
Berdasarkan pengertian ini, dapat ditentukan bahwa populasi penelitian
ini adalah semua ibu menopause yang berusia 55-60 tahun sebanyak 282 orang
yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Purwaharja dan Kelurahan
Karangpanimbal.
Tabel 3.1
Populasi
No Nama Desa Frekuensi
1 Purwaharja 177
2 Karangpanimbal 105
Jumlah 282
Sumber : Data Sekunder 2012
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Benda, hal atau orang tempat datauntuk variabel
penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2010). Subjek dalam
penelitian ini adalah semua ibu menopause yang berusia 55-60 tahun sebanyak
282 orang di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja I. Subjek penelitian harus
memenuhi syarat yang ketat yang meliputi (Arikunto, 2010):
Berdasarkan definisi tersebut, maka subjek penelitian yang diambil
berdasarkan kriteria inklusi adalah :
41
1. Ibu menopause yang yang tercatat sebagai warga di wilayah kerja Puskesmas
Purwaharja I.
2. Ibu yang telah mengalami masa menopause di wilayah kerja Puskesmas
Purwaharja I.
3. Ibu menopause yang berusia 55-60 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Purwaharja I yang bersedia menjadi responden.
Selain itu kriteria sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi adalah :
1. Ibu yang tidak mengalami gangguan ingatan.
2. Ibu yang berusia 55-60 tahun
3. Ibu yang berusia 55-60 tahun yang pindah atau meninggal pada saat penelitian
4. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja I
Kecamatan Purwaharja Kota Banjar. Alasan pemilihan lokasi karena pada daerah
ini tersedia sampel yang banyak khususnya ibu dengan Menopause yang berusia
55-60 tahun dibandingkan dengan daerah lainnya. Selain itu karakteristik sampel
yang bervariasi dalam tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.
E. Ukuran Sampel dan Teknik Sampling
1. Ukuran Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel adalah sebagian dari populasi,
42
karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang
dimiliki oleh populasinya. Sampel yang diambil harus representatif atau
mewakili (Badriah, 2006). Menurut Nursalam (2008), terdapat 2 syarat yang
harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel yaitu: sampel harus
representatif (mewakili) dan sampel harus cukup banyak.
Adapun ukuran sampel yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu
sebanyak 282 orang ibu masa menopause yang berusia 55-60 tahun.
2. Teknik Sampling
Teknik Sampling adalah suatu proses menyeleksi sampel yang
digunakan dalam penelitiandari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
akan mewakili jumlah populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling
dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling yaitu
strata atau kedudukan subjek (seseorang) di masyarakat. Sedangkan
penentuan respondennya menggunakan undian (random). Menurut
Notoatmodjo (2008) besarnya sampel menggunakan rumus:
)(d N 1
N n
2
)(0,1 282 1
282 n
2
2,82 1
282 n
82,3
282 n
43
orang 74 menjadi dibulatkan orang 73,8 n
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan (0,1)
Maka jumlah responden yang diperlukan dari tiap kelurahan adalah :
Tabel 3.2
Distribusi Jumlah Sampel Tiap Kelurahan
No Kelurahan Jumlah Responden yang
Diperlukan
1 Purwaharja 177 46
2 Karangpanimbal 105 28
Jumlah 282 74
F. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Nursalam, 2003). Variabel
sering juga disebut perubah. Variabel dapat diartikan sebagai ukuran atau
ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Syarifudin, 2010).
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu Pengetahuan Ibu
Tentang Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Masa Menopause sebagai
variabel bebas (independen) dan Kecemasan Ibu Masa Menopause sebagai
variabel terikat (dependen).
44
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang
dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti sesuai dengan variabel
yang terlibat dalam penelitian (Badriah, 2006).
Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Independen :
Pengeahuan
Tentang Perubahan
Tubuh :
- Fisik
- Psikologis
Segala sesuatu yang
diketahui ibu mengeni
perubahan pada masa
menopause
Perubahan yang dirasakan
ibu secara fisik pada masa
menopause
Perubahan yang dirasakan
ibu secara psikologis pada
masa menopause
Kuesioner
- Baik 76 – 100 %
- Cukup 56 – 75 %
- Kurang ≤ 55 %
- Baik 76 – 100 %
- Cukup 56 – 75 %
- Kurang ≤ 55 %
Ordinal
Ordinal
2. Dependen :
Kecemasan Ibu
1. Kecemasan
Ringan
2. Kecemasan
sedang
3. Kecemasan
Berat
4. Panik
Perasaan khawatir ibu
terhadap perubahan fisik
pada masa Menopause.
Kuesioner
HRS-A
- Tidak Ada kecemasan
jika skor 0
- Kecemasan Ringan jika
skor 1-12
- Kecemasan sedang jika
skor 13-24
- Kecemasan Berat jika
skor 25-36
- Panik jika skor 37-48
Ordinal
G. Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan penulis dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber
data primer dan sekunder. Badriah (2009) mengemukakan sumber data primer
45
atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Sedangkan data
sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membagikan kuesioner yang
disusun sesuai dengan indikator dari variabel penelitian dan jawabannya sudah
disediakan sehingga responden tinggal memilih. Sebelum kuesioner dibagikan,
responden diberi penjelasan terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan dari
penelitian ini. Kemudian peneliti meminta kesediaan menjadi responden dengan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Responden yang bersedia
kemudian diberikan kuesioner dan diberi penjelasan tentang petunjuk pengisian
kuesioner. Setelah itu responden diminta untuk mengisi kuesioner tersebut.
Setelah diisi kemudian peneliti menarik kembali kuesioner tersebut.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpulan data yang telah baku atau alat
pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan reliabilitas. Suatu
instrumen selain memiliki norma validitas dan reliabilitas, juga harus memiliki
nilai objektivitas dan prosedur baku untuk penggunaannya (Badriah, 2006).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner terhadap responden mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang
Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause.
46
Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini sebanyak 30 pertanyaan untuk
variabel pengetahuan. Kuesioner dinilai dengan menggunakan multiple choice
untuk aspek pengetahuan.
Kuesioner tingkat kecemasan ibu masa Menopause disusun berdasarkan
pada Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang telah penulis modifikasi
dan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu masa Menopause.
Kuesioner tingkat kecemasan ibu masa Menopause terdiri dari 16 pertanyaan.
Nilai terendah adalah adalah 0 dan tertinggi adalah 48. Skor 0 menunjukan tidak
ada kecemasan, skor 1-12 menunjukan kecemasan ringan, skor 13-24
menunjukan kecemasan sedang, skor 25-36 menunjukan kecemasan berat dan
skor 37-48 menunjukan kondisi panik.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu
validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan terhadap
20 orang ibu masa menopause di wilayah kerja Puskesmas Banjar I karena
menurut peneliti memiliki karakteristik sampel dan wilayah yang sama
(Notoatmodjo, 2010). R tabel yang diperlukan untuk 20 responden dengan
signifikansi 95% adalah 0, 468.
1. Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2010).
Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data penelitian,
instrumen di uji validitasnya dengan menggunakan alat uji korelasi product
47
))(}()({
)()(
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
moment yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) dan dibantu dengan
program software analisa statistik, dengan rumus :
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah responden
X = Nomor pertanyaan
Y = Skor total
XY = Skor nomor pertanyaan dikali skor total
Uji validitas r hitung yang valid harus lebih besar daripada r tabel
yaitu sebesar = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah
keputusannya adalah jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid
dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan,
sedangkan jika r hitung < r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid dan
tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan.
Hasil uji validitas terhadap 20 orang responden didapatkan hasil bahwa
dari 30 pertanyaan variabel pengetahuan semuanya dinyatakan valid dengan
rentang r hitung 0,486-0,897.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh
48
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metoda pengujian reliabilitas
Cronbach’s Alpha. Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai
berikut :
2
2
1
b
11 - 1 1
r
k -
k
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
2b = Jumlah varian butir
21 = varian total
(Arikunto, 2010)
Uji reliabilitas yang reliabel untuk variabel yang diteliti harus lebih
besar daripada atau t tabel yaitu r = 0,05. Kaidah keputusannya adalah jika
atau t hitung > t tabel, maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat
digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan, sedangkan
jika atau t hitung < t tabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel dan
tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan.
49
Hasil uji reliabilitas terhadap 20 orang responden didapatkan hasil
bahwa dari 30 pertanyaan variabel pengetahuan semuanya dinyatakan reliabel
dengan rentang r hitung 0,715-0,812.
I. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penentuan judul penelitian, dilanjutkan dengan
studi pendahuluan, pencarian data sekunder untuk menentukan latar belakang
penelitian, melakukan perumusan masalah, menentukan tujuan umum dan tujuan
khusus dari penelitian, menentukan tinjauan teoritis yang berhubungan dengan
judul penelitian, pemetaan proses pikir dan penentuan definisi operasional,
menentukan variabel dan sumber data, kemudian menentukan instrumen
penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data.
Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kuesioner, kuesioner
dianalisis untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pengetahuan Tentang
Perubahan Fisik Dan Psikologis Dengan Kecemasan Masa Menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwaharja I Kota Banjar.
J. Strategi Analisis
1. Pengolahan Data
Untuk pengolahan data penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
50
Pada tahap ini dilakukan pengecekan isian kuesioner tentang kelengkapan
isi, kejelasan, relevansi dan konsistensi jawaban. Pada proses ini peneliti
melakukan pengecekan ulang terhadap hasil jawaban responden.
b. Coding
Setelah dilakukan editing, peneliti melakukan koding terhadap data
tersebut yaitu merubah data yang berbetuk huruf menjadi berbentuk angka
sehingga mempercepat entri data dan mempermudah proses analisis data.
c. Entry
Proses memasukan data ke dalam program pengolah data melalui software
yang telah dipilih penulis
d. Cleaning
Proses pengecekan terakhir terhadap data yang sudah di enteri untuk
memastikan adanya kesalahan data.
e. Tabulating
Proses melakukan pengolahan data berdasarkan hasil kuesioner untuk
mempermudah hasil pemahaman, maka data yang diperoleh disajikan
dalam bentuk tabel yaitu table karakteristik responden yang terdiri dari
table karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan
pekerjaan.
2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Supaya dapat
membuktikan hipotesis maka teknik analisis statistik yang digunakan adalah
sebagai berikut :
51
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap distribusi
frekuensi variabel Pengetahuan tentang Perubahan Fisik dan Psikologis
masa Menopause dan variabel kecemasan Ibu Menopause. Langkah-
langkah analisis univariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian, terlebih dahulu
ditetapkan nilai/bobot skor dari setiap alternatif jawaban. Untuk soal
multiple choice apabila jawaban benar maka diberi nilai 1 dan apabila
jawaban salah maka diberi nilai 0.
2) Untuk aspek kecemasan ibu Menopause ditetapakan bobot penilaian
menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang telah
dimodifikasi dan disesuaikan. Penilaian jawaban responden “Tidak
Pernah diberi skor 0”, “Kadang diberi skor 1”, “Sering diberi skor 2”,
“Terus menerus diberi skor 3”.
3) Setelah diberikan skor dan diprosentasekan kemudian untuk aspek
Pengetahuan dan Kecemasan diinterprestasikan kedalam standar
kriteria objektif, yaitu:
Pengetahuan :
a) Baik bila skor 76 – 100 %
b) Cukup bila skor 56 – 75 %
c) Kurang bila skor ≤ 55 %
Kecemasan :
a) Tidak Ada kecemasan jika skor 0
52
b) Kecemasan Ringan jika skor 1-12
c) Kecemasan sedang jika skor 13-24
d) Kecemasan Berat jika skor 25-36
e) Panik jika skor 37-48
4) Data dikategorikan dan diberi kode kemudian data dianalisis dengan
cara statistik deskriptif yaitu dengan prosentase dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2010) sebagai berikut :
Keterangan:
P : Persentase
X : Jumlah jawaban responden
N : Jumlah jawaban yang diharapkan
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan satu sama lain, dapat dalam kedudukan yang sejajar (pada
pendekatan komparasi) dan kedudukan yang merupakan sebab akibat
(eksperimentasi). Jenis analisis yang dilakukan harus disesuaikan dengan
sifat skala data dari setiap variabel (Badriah, 2006).
Analisis bivariat bertujuan untuk menentukan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yaitu
untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan kecemasan.
%100xN
XP
53
Untuk menentukan kekuatan hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dengan jenis data tata jenjang/tingkatan
dilakukan dengan uji statistik Spearman Rank. Uji statistik Spearman
Rank menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiono (2006)
sebagai berikut :
Keterangan :
rhoxy = Koefisien korelasi tata jenjang
D = Diference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda D
adalah beda antara jenjang setiap sbjek.
N = Banyaknya subjek
Dengan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 3.4
Interval Nilai Koefisien Korelasi dan
Kekuatan Hubungan
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1 KK = 0,00 Tidak ada
2 0,00 < KK ≤ 0,20 Sangat rendah datau lemah sekali
3 0,20 < KK ≤ 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
4 0,40 < KK ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang
5 0,70 < KK ≤ 0,90 Tinggi atau kuat
6 0,90 < KK < 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7 KK = 1,00 Sempurna
Sumber: Hasan, 2004
Keterangan :
KK = Koefisien korelasi
Interval nilai dapat bernilai positif atau negatif
54
Nilai KK positif berarti korelasi positif
Nilai KK negatif berarti korelasi negatif
K. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed Concent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai
judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti
tidak memaksa dan menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden tetapi hanya inisial sampel. Pada pelaksanaanya peneliti akan
mencantumkan inisial nama depannya saja.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Hasil jawaban
responden dalam kuesioner tidak akan dipublikasikan ke media cetak ataupun
elektronik.
4. Privacy
Yang berarti bahwa identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain
dan bahkan mungkin oleh peneliti itu sendiri, sehingga responden dapat secara
bebas untuk menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut oleh intimidasi
55
dari yang lain. Identitas responden hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian saja tidak untuk kepentingan diluar penelitian.
5. Freedom
Bebas dari bahaya dimana penelitian ini tidak akan berdampak secara
langsung terhadap responden dan tidak membahayakan. Jika dalam
pelaksanaan responden menolak untuk menjadi responden, maka penulis akan
menggantinya dengan responden lain
L. Jadwal penelitian
Tabel 3.5
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agst Sept
1 Observasi dan
penyusunan proposal
2 Studi kepustakaan
3 Bimbingan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Penelitian
5 Bimbingan dan
penyusunan skripsi
6 Sidang skripsi