kurikulum modul manajemen pkm terintegrasi hiv aids
DESCRIPTION
kurikulumTRANSCRIPT
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 1
KURIKULUM
PELATIHAN MANAJEMEN PUSKESMAS
terintegrasi HIV-AIDS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan tingkat pertama di Indonesia, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya kepala puskesmas
dan petugas kesehatan perlu dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
manajemen puskesmas sehingga mampu mensinergikan
potensi yang dimiliki oleh puskesmas dari segi sumber
daya manusia, sarana prasarana dan pembiayaan.
Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi
kontak pertama dengan masyarakat, puskesmas perlu
pula mengetahui program kesehatan yang menjadi
prioritas nasional dan global, salah satunya adalah
pencegahan dan pengendalian penyakit menular seperti
HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan program tersebut
puskesmas mengacu kepada kebijakan nasional di tingkat
pusat dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah kerja
setempat dan melakukan analisis situasi berdasarkan
bukti serta sumber daya yang dimiliki.
HIV-AIDS saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak
pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 2
2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 dari 498
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Agar
puskesmas mampu melaksanakan program pencegahan
dan pengendalian HIV-AIDS di wilayah kerjanya maka
puskesmas dibekali pengetahuan mengenai konsep
pengendalian penyakit HIV-AIDS melalui Layanan
Komprehensif Berkesinambungan (LKB). Layanan
tersebut menggunakan pendekatan sistematis dan
komprehensif, serta dengan perhatian khusus pada
kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit
dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia,
infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang
dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV
dari ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan
pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan
KIA. Hingga saat ini masih banyak penderita HIV AIDS
dan IMS yang tidak terdeteksi secara dini oleh puskesmas.
Tren penularan HIV di Indonesia saat ini tidak hanya
melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik
bersama saja, namun juga penularan HIV dari Ibu ke
Anak juga mengalami angka peningkatan yang cukup
signifikan. Di mana ibu rumah tangga masuk ke dalam
populasi umum dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah
tertular HIV. Di sini pula peran puskesmas sebagai ujung
tombak layanan kesehatan mampu melakukan deteksi
dan pencegahan secara dini melalui promosi kesehatan
terhadap penularan HIV serta mampu melakukan
pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu atau
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 3
melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS) ke
layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model
Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam
regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan
negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru
HIVnya.
B. Filosofi
Dalam pelatihan Manajemen Puskesmas menggunakan
nilai-nilai dan keyakinan yang menjiwai, mendasari dan
memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai
berikut :
1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang
dewasa, dengan karakteristik :
o Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar
pada waktu, tempat, dan kecepatan yang sesuai
untuk dirinya
o Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar
tersendiri dalam upaya belajar secara efektif.
o Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena
adanya tuntutan untuk mengembangkan diri secara
professional
o Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan
kepada upaya perubahan perilaku dalam diri
manusia sebagai diri pribadi dan anggota
masyarakat.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 4
o Proses pembelajaran orang dewasa melalui
pelatihan perlu memperhatikan penggunaan metode
dan teknik yang dapat menciptakan suasana
partisipatif.
2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta
dalam melakukan manajemen Puskesmas, dan
digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi
pengalaman melakukan sendiri secara aktif tahap-
tahap manajemen Puskesmas, atau menggunakan
metode “learning by doing”.
II. KOMPETENSI
Peserta memiliki kompetensi dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas meliputi:
1. Menyusun rencana kegiatan tahunan puskesmas
2. Mengelola lokakarya mini Puskesmas
3. Melakukan penilaian kinerja Puskesmas
4. Kemampuan membangun tim kerja
III. TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Pelatihan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
mampu mengelola program pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas secara optimal
B. Tujuan Pelatihan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 5
1. Memahami kebijakan dasar Puskesmas dan
penerapannnya
2. Memahami kebijakan dan konsep dasar LKB
termasuk PPIA dan penerapannya
3. Membuat perencanaan kegiatan tahunan
puskesmas
4. Menyelenggarakan lokakarya mini dalam upaya
melakukan koordinasi lintas program dan lintas
sektor
5. Melakukan penggalangan kerjasama tim dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas
6. Melakukan penilaian kinerja puskesmas secara
efektif
IV. MATERI PELATIHAN
Struktur Program
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka
disusun materi yang akan diberikan secara rinci pada
tabel berikut :
Penjabaran Materi Kurikulum Modul Manajemen
Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS
No Materi Jam Pelajaran
T P PL JML
A.
1
Materi Dasar
Kebijakan dasar Puskesmas
dan penerapannya
4 - - 4
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 6
2 Kebijakan LKB dan PPIA 5 - - 5
3 Membangun tim kerja 2 3 - 5
B.
1
Materi Inti
Perencanaan Puskesmas 4 12 - 16
2 Mengelola Lokakarya Mini 4 8 - 12
3 Penilaian Kinerja 4 8 - 12
C.
1
Materi Penunjang
RTL 1 3 - 4
2 BLC - 2 - 2
Jumlah 24 36 - 60
V. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA
A. PESERTA
Peserta pelatihan ini berasal dari Puskesmas
diutamakan yang sudah melaksanakan KTS dan
atau klinik IMS atau dipersiapkan untuk LKB
Peserta merupakan satu tim yang terdiri dari :
1. Kepala Puskesmas,
2. Pengelola program HIV,
3. Pengelola program KIA
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 7
Belum pernah mengikuti pelatihan Manajemen
Puskesmas. Tidak dipindah tugaskan dalam
periode waktu minimal 3 tahun.
B. PELATIH/ NARASUMBER
1). Narasumber
Narasumber dalam pelatihan ini adalah
narasumber dari dinas kesehatan propinsi dan
atau kabupaten/kota yang menguasai :
a) Kebijakan Manajemen Puskesmas
b) Kebijakan LKB termasuk PPIA
2). Fasilitator
Fasilitator pelatihan ini berasal dari :
a) Widya Iswara Balai Pelatihan di bidang
Kesehatan
b) Tim Dinas Kesehatan Provinsi yang telah
mengikuti TOT manajemen puskesmas,
atau Tenaga Pelatih Program Kesehatan
(TPPK) yang menguasai materi manajemen
puskesmas
Catatan : untuk pelatih/ fasilitator sebaiknya
merupakan satu tim yang bisa saling mengisi dan
melengkapi terutama dalam memfasilitasi diskusi
kelompok/ penugasan/ latihan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 8
C. PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan pelatihan dilakukan dalam 1
tahap, yaitu :
Pelatihan Manajemen Puskesmas bagi tim
puskesmas diselenggarakan di Bapelkes daerah dan
Dinas Kesehatan Propinsi.
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota
bekerjasama dengan Balai Pelatihan Kesehatan
dalam penyelenggaraan Pelatihan Manajemen
Puskesmas, kecuali apabila tidak terdapat Balai
Pelatihan Kesehatan di wilayah kerjanya maka
dapat membentuk Tim Pelatih Manajemen
Puskesmas di Dinkes Provinsi dan Kab/Kota.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 9
VI.ALUR PROSES PELATIHAN
Alir proses pelatihan dapat digambarkan seperti di bawah
ini:
Pembukaan
Building Learning CommitmentMetode : Diskusi kelompok, games
Wawasan/ Pengetahuan/kemampuan1. Kebijakan dasar Puskesmas
dan penerapannya2. Kebijakan dan konsep LKB
termasuk PPIA3. Membangun tim kerjaMetoda:- Ceramah Tanya Jawab- Diskusi Kelompok- Curah pendapat- Role playing
Keterampilan:1. Perencanaan Puskesmas2. Lokakarya Mini3. Penilaian Kinerja
PuskesmasMetoda:
- Ceramah Tanya Jawab- Diskusi Kelompok- Penugasan/latihan/exercise- Role playing- Curah pendapat- Studi kasus
RTL
PenutupanEvaluasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 10
A. Proses Pembelajaran
Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa
Proses pelatihan dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut :
1. Pendinamisan dan penggalian harapan peserta
serta membangun komitmen belajar diantara
peserta
2. Penyiapan peserta sebagai seorang manajer
yang senantiasa perlu melakukan
pembaharuan dalam perilaku dan tindakan
dalam berinteraksi dengan manusia dalam
pelaksanaan tugas
3. Pembahasan materi inti di kelas
Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta
latih dilibatkan secara aktif sepenuhnya dalam
proses pembelajaran, secara umum sebagai
berikut :
a. Fasilitator mempersiapkan peserta latih
untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada
setiap materi
c. Fasilitator dapat mengawali proses
pembelajaran dengan penggalian
pengalaman peserta; penugasan dalam
bentuk individual dan kelompok;
penjelasan singkat mengenai seluruh
materi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 11
d. Setelah semua materi disampaikan,
fasilitator dan atau peserta latih dapat
memberikan umpan balik terhadap isi
keseluruhan materi.
e. Sebelum pemberian materi berakhir,
fasilitator dan peserta latih dapat membuat
rangkuman dan atau pembulatan.
Secara terinci, akan diuraikan pada modul
setiap materi, yaitu pada langkah-langkah.
4. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pada akhir pelatihan setiap kelompok atau
individu membuat rencana tindak lanjut yang
akan dilaksanakan di tempat kerja dan dapat
digunakan sebagai alat monitoring pasca
pelatihan.
B. Metode Pembelajaran
Metode pelatihan ini berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Orientasi pada peserta meliputi latar belakang,
kebutuhan dan harapan yang terkait dengan
bidang tugas yang akan dilaksanakan setelah
mengikuti pelatihan, memberi kesempatan
belajar sambil berbuat (learning by doing) dan
belajar atas pengalaman (learning by
experience)
2. Peran serta aktif peserta (active learner
participatory)sesuai dengan pendekatan
pembelajaran (learning)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 12
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis
untuk terciptanya komunikasi dari dan ke
berbagai arah.
Oleh karena itu, maka metode yang dapat
digunakan selama proses pembelajaran dalam
pelatihan Manajemen Puskesmas ini antara lain
adalah :
1. Ceramah singkat dan tanya jawab, terutama
untuk hal-hal yang baru
2. Curah pendapat
3. Penugasan berupa : diskusi kelompok, latihan
dan studi kasus
4. Bermain peran (Role playing)
VII. TEMPAT, WAKTU DAN KELENGKAPAN
PELATIHAN
A. Tempat Pelatihan
Untuk proses pembelajaran dengan metode
tersebut di atas memerlukan tempat yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana penunjang
pelatihan. Untuk itu pelatihan ini dapat
dilaksanakan di Bapelkes yang ada di tiap propinsi.
B. Waktu Pelatihan
Pelatihan diselenggarakan selama 6 hari dengan
jumlah jam pelatihan 60 Jpl @ 45 menit.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 13
C. Kelengkapan Pelatihan
Untuk menunjang proses pembelajaran selama
pelatihan perlu adanya kelengkapan berupa :
1. Bahan bacaan (referensi) yang berasal dari
fasilitator
2. Formulir-formulir yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran
3. Alat bantu belajar berupa LCD, OHP, PC dan
Note Book, Whiteboard dan Papan Plift chart.
VIII. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN
A. Monitoring
Tujuan Monitoring adalah untuk menjaga agar
proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain
pelatihan.
B. Evaluasi
Tujuan evaluasi/penilaian adalah untuk
mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dicapai peserta, penilaian
proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil
ini dapat digunakan untuk menilai efektifitas
pelatihan dan memperbaiki pelaksanaan
berikutnya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 14
Evaluasi dilakukan terhadap:
1. Peserta :
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil
pembelajaran dari peserta.
Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui:
Penjajagan awal melalui pre test
Pemahaman peserta terhadap materi yang
telah diterima melalui post test
Pengamatan dan penilaian terhadap
hasil/output pelatihan seperti : Rencana
Tahunan, RTL dan lain-lain.
2. Fasilitator/pelatih :
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat dipahami dan diserap peserta.
3. Penyelenggaraan :
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap
pelaksanaan diklat. Obyek evaluasi adalah
pelaksanaan administrasi dan akademis
yang meliputi:
Tujuan diklat
Relevansi program diklat dengan tugas
Manfaat setiap mata sajian bagi
pelaksanaan tugas
Manfaat diklat bagi peserta/ instansi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 15
Hubungan peserta dengan pelaksanaan
diklat
Pelayanan sekretariat terhadap peserta
Pelayanan akomodasi
Pelayanan konsumsi
Pelayanan perpustakaan
IX. SERTIFIKASI
Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah
mengikuti pelatihan dan memenuhi ketentuan yang
berlaku yaitu :
Mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama
90% dari alokasi waktu pelatihan
Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 16
MODUL 1
KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
DAN PENERAPANNYA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
adalah penanggung jawab penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat dan perorangan jenjang
pertama.
Pada saat ini Puskesmas telah dibangun hampir
diseluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau
seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu serta puskesmas keliling,
sehingga dengan demikian seluruh daerah terpencil
sudah dapat dijangkau sehingga masyarakat pada
prinsipnya sudah mempunyai fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 17
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Puskesmas
dalam mendukung tercapainya tujuan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan
dan langkah-langkah strategis sebagai acuan dalam
penyelenggaraan puskesmas, yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas harus
memahami kebijakan tersebut secara benar, serta
mampu menerapkannya dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan Puskesmas. Oleh karena itu modul
Kebijakan dasar Puskesmas dan Penerapannya
menjadi bagian dari modul pelatihan Manajemen
Puskesmas.
Modul ini akan membahas tentang: Kebijakan Dasar
Puskesmas meliputi Konsep Dasar Puskesmas,
Kedudukan organisasi dan Tata Kerja, Upaya dan Azas
Penyelenggaraan, Manajemen Puskesmas dan
Pembiayaan, serta Penerapan dalam Penyelenggaraan
Puskesmas. Metode pembahasan menggunakan
metode yang melibatkan peran aktif peserta, meliputi:
ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi
kelompok dan pleno.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 18
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu
memahami kebijakan dasar Puskesmas serta
penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar puskesmas.
2. Menjelaskan kedudukan, organisasi dan tata kerja
puskesmas.
3. Menjelaskan upaya dan azas penyelenggaraan
pelayanan puskesmas.
4. Menjelaskan ruang lingkup manajemen
puskesmas.
5. Menjelaskan pembiayaan upaya kesehatan di
puskesmas.
6. Mengaplikasikan kebijakan dasar dalam
penyelenggaraan Puskesmas.
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1. Konsep dasar Puskesmas.
Sub Pokok Bahasan : Visi dan Misi, Tujuan
pembangunan kesehatan oleh puskesmas dan Fungsi
Puskesmas.
Pokok Bahasan 2. Kedudukan, Organisasi dan Tata
Kerja Puskesmas.
Sub pokok Bahasan:
Kedudukan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 19
Organisasi
Tata Kerja
Pokok Bahasan 3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan
Sub Pokok Bahasan :
Upaya
Penyelenggaraan
Pokok Bahasan 4. Manajemen Puskesmas
Sub Pokok Bahasan :
Perencanaan
Pelaksanaan dan pengendalian
Pengawasan dan pertanggungjawaban
Pokok Bahasan 5. Pembiayaan upaya pelayanan
puskesmas.
Pokok Bahasan 6. Aplikasi Kebijakan dalam
penyelenggaraan Puskesmas
Sub Pokok Bahasan:
- Visi dan Misi
- Penerapan Fungsi
- Penerapan Upaya dan Azas Penyelenggaraan
- Penerapan manajemen Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 20
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (10’)
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,
metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini
diperlukan dalam pelatihan Manajemen Puskesmas,
serta keterkaitan dengan materi lainnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta yang
sudah mempunyai pengalaman dalam melaksanakan
pelayanan untuk menyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.
Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (90 menit )
Secara singkat fasilitator menyampaikan rangkuman
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yaitu isi Pokok
Bahasan 1 sampai dengan pokok bahasan 4.
Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta
untuk menanggapi uraian tersebut.
Fasilitator membagi ke dalam 4-5 kelompok, setiap
kelompok membahas Sub Pokok Bahasan 1 sampai
dengan sub pokok bahasan 4 yang dituliskan pada
kertas flip chart atau diketik di komputer dan di
presentasikan.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil
pendapat tiap kelompok.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 21
Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator
memberikan komentar serta memberikan
kesimpulan.
Langkah 3. Applikasi/penerapan kebijakan dalam
penyelenggaraan Puskesmas ( 160 menit).
Fasilitator menjelaskan tentang Aplikasi/penerapan
kebijakan dalam penyelenggaraan Puskesmas
Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab.
Selama sesi ini ada beberapa penugasan, yaitu:
1.Penugasan 1 : Menyusun Visi dan Misi
Puskesmas.
2.Penugasan 2 : Pemantapan Pemahaman
Pembangunan Berwawasan Kesehatan
3.Penugasan 3 : Mengidentifkasi Program
Pemberdayaan Masyarakat diwilayah kerja
puskesmas
Untuk penugasan tersebut peserta dibagi dalam
kelompok, sebaiknya tim Puskesmas.
Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.
Fasilitator memberikan komentar dan menyimpulkan
hasil diskusi tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 22
Langkah 4. Rangkuman dan Penutup (10 menit).
Fasilitator secara singkat menyimpulkan seluruh hasil
diskusi serta aplikasi pemberdayaan masyarakat dan
sekaligus menutup sesi ini.
Fasilitator memandu peserta untuk membuat
rangkuman dari sesi yang sudah dibahas.
Fasilitator menegaskan kembali pentingnya Puskesmas
menerapkan/mengaplikasikan Kebijakan Dasar
Puskesmas dalam penyelenggaraan/pengelolaan
Puskesmas.
Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima
kasih dan salam.
V. URAIAN MATERI
A. KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS
1. Konsep dasar Puskesmas
VISI dan MISI
Visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 23
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai
mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan
sehat, (2) prilaku sehat, (3) cakupan pelayanan
kesehatan yang harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.
Rumus visi untuk masing-masing puskesmas
harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan
puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan
sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.
MISI
Misi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1.Menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan
selalu menggerakkan pembangunan disektor
lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya,
agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya
terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap
keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 24
keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya
dibidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas
akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
anggota masyarakat. Puskesmas akan selalu
berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berkunjung dan yang bertempat tinggal
diwilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan
puskesmas mencakup pula aspek lingkungan
dari yang bersangkutan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 25
Tujuan pembangunan kesehatan oleh puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.
Fungsi Puskesmas.
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan
Kesehatan. Puskemas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya,
sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu
Puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya
yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 26
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi
dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Perseorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan. Tanpa
mengabaikan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 27
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan yang bersifat publik (public goods).
Dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
2. Kedudukan Organisasi dan Tata Kerja
Puskesmas
a. Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut
keterkaitannya dengan sistem kesehatan
nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota dan
sistem pemerintah daerah :
1) Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam sistem
kesehatan nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 28
2) Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam sistem
kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan kabupaten/kota
diwilayah kerjanya.
3) Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem
Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang merupakan unit
struktur Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
4) Antar Saran Pelayanan Kesehatan Strata
Pertama
Diwilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai
organisasi pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktik
dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan Puskesmas di antara berbagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama
ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja
Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan berbudaya
masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 29
Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan
Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai
Pembina.
b. Organisasi
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung
dari kegiatan dan beban tugas masing-
masing Puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi Puskesmas disatu kabupaten/kota
dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Sedangkan penetapannya
dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai
acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut :
a) Kepala Puskesmas
b) Unit tata usaha yang bertanggung jawab
membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan :
- Data dan Informasi
- Perencanaan dan Penilaian
- Keuangan
- Umum dan Kepegawaian
c) Unit pelaksanaan teknis fungsional
puskesmas:
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk
pembinaan terhadap UKBM
- Upaya Kesehatan Perorangan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 30
d) Jaringan Pelayanan Puskesmas :
- Unit Puskesmas Pembantu
- Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan didesa/komunitas
2) Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur
organisasi Puskesmas disesuaikan dengan
tugas dan tanggungjawab masing-masing
unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala
Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan tersebut harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat.
3) Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah
penanggungjawab pembangunan
kesehatan di tingkat Kecamatan. Sesuai
dengan tanggungjawab tersebut dan
besarnya peran Kepala Puskesmas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di tingkat Kecamatan maka Jabatan
Kepala Puskesmas setingkat dengan
Eselon IV-A.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang
memenuhi syarat untuk menjabat jabatan
Eselon IV-A, ditunjuk pejabat sementara
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 31
yang sesuai dengan kriteria Kepala
Puskesmas yakni seorang sarjana dibidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup bidang kesehatan masyarakat,
dengan kewenangan yang setara dengan
pejabat tetap.
c. Tata kerja
1) Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas
berkoordinasi dengan kantor Kecamatan
melalui pertemuan berkala yang
diselenggarakan ditingkat Kecamatan.
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,
penggerakkan pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya
masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi
dengan kantor kecamatan mencakup pula
kegiatan fasilitas.
2) Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dengan demikian secara teknis dan
administratif, Puskesmas bertanggungjawab
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota
bertanggungjawab membina serta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 32
memberikan bantuan administratif dan
teknis Kepala Puskesmas.
3) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan
Strata pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin
kerjasama termasuk penyelenggaraan
rujukan dan memantau kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan sebagai
pembina upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat, Puskesmas melaksanakan
bimbingan teknis, pemberdayaan dan
rujukan sesuai kebutuhan.
4) Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan
Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama
yang erat dengan berbagai pelayanan
kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerjasama tersebut
diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan seperti
rumah sakit (kabupaten/kota), dan berbagai
balai kesehatan masyarakat (balai
pengobatan penyakit paru-paru, balai
kesehatan mata masyarakat, balai
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 33
kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan
olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa
masyarakat, balai kesehatan indra
masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama
diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,
seperti dinas kesehatan kabupaten/kota,
balai teknik kesehatan lingkungan, balai
laboratorium kesehatan serta barbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep
rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi
dinas kabupaten/kota.
5) Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit
pelaksana teknis adalah menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan
yang dibebankan dinas kesehatan
kabupaten/kota. Untuk hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan tersebut
harus dapat dikoordinasi dengan berbagai
lintas sektor terkait yang ada ditingkat
kecamatan. Diharapkan disatu pihak,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
sedangkan dipihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain ditingkat
kecamatan berdampak positif terhadap
kesehatan.
Kurikulum Modul Manaje
6) Dengan Masyarakat
Sebagai Penanggungjawab penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan
aktif dari masyarakat sebagai objek dan
subjek pembangunan.
Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi
masyarakat, seperti : tokoh masyarakat,
tokoh agama, LSM, organisasi
kemasyarakatan, serta dunia usaha.
BPP tersebut berperan sebagai mitra
Puskesmas dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan.
C.
Tab
PengertianSuatu orgapeduli kepuskesmakesehatan
Fungsi :1. Melaya
keseha2. Memp
keberh(to adv
3. Melakstentan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
:nisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakatsehatan yang berperan sebagai mitra kerjas dalam penyelenggaraan upaya pembangunandiwilayah kerja Puskesmas.
ni pemenuhan penyelenggaraan pembangunantan oleh puskesmas (to serve)
erjuangkan kepentingan kesehatan danasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmasocate)anakan tinjauan kritis dan memberikan masukan
men Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 34
el 1. Badan Penyantun Puskesmas
g kinerja Puskesmas (to watch)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 35
3. Upaya dan Azas penyelenggaraan
a. Upaya
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan
melalui Puskesmas yakni terwujudnya
kecamatan sehat menuju Indonesa Sehat,
Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni :
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta
Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 36
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2) Upaya kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan
dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas, Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada
yakni :
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium
kesehatan serta upaya pencatatan pelaporan
tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya
ini merupakan pelayanan penunjang dari
setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 37
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan
pelayanan penunjang baik upaya kesehatan
wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Apabila perawatan kesehatan masyarakat
menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut maka dapat dijadikan sebagai salah
satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskemas
dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut
di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovatif ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan
ini dilakukan oleh Puskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan
mempertimbangkan masukan dari BPP.
Upaya kesehatan telah terlaksana secara
optimal dalam arti target cakupan serta
peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan
pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan
tertentu Upaya kesehatan pengembangan
Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai
penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 38
Apabila Puskesmas belum mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadikan
kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota
bertanggungjawab dan wajib
menyelenggarakannya.
Untuk dinas kesehatan kabupaten/kota
perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat
membutuhkan pula pelayanan rawat inap.
Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan
pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan
berbagai persyaratan tenaga, sarana dan
prasaran sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Perlu diingat meskipun Puskesmas
menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis,
kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap
sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 39
b. Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas
secara terpadu.
Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut
dikembangkan dari tiga fungsi Puskesmas
dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
dimaksud adalah :
1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
pertama adalah pertanggungjawaban
wilayah. Dalam arti Puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a) Menggerakkan pembangunan berbagai
sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 40
b) Memantau dampak berbagai upaya
pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya
c) Membina setiap upaya kesehatan strata
pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha diwilayah
kerjanya
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan
strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau diwilayah kerjanya.
2) Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai
potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain :
a) Upaya Kesehatan Ibu dan anak :
Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b) Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat
Desa (POD)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 41
c) Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti
Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d) Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil,
penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bhakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok
Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan
Lingkungan (DPKL)
f) Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu
Usila, panti wreda
g) Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya
Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h) Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional
(Battra)
j) Upaya Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan (inovatif) : dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin),
mobilisasi dana keagamaan
3) Azas Keterpaduan
Azaz penyelenggaraan Puskesmas yang
ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya serta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 42
diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada
dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan yakni :
a) Keterpaduan Lintas Program
Keterpaduan lintas program adalah upaya
memadukan penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara
lain :
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,
Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS):
keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan Promosi Kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa
Puskesmas Keliling: keterpaduan
pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB,
Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 43
b) Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya
memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai macam program
dari sector terkait tingkat kecamatan,
termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor antara lain :
Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
Upaya Promosi Kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak:
keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan,
PKK, PLKB
Upaya perbaikan Gizi: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian,
pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
Upaya Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 44
desa, tenaga kerja, koperasi, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan
Upaya Kesehatan Kerja: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia
usaha.
4) Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang
keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas
terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk
membantu Puskesmas menyelesaikan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan
juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atau kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbale balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal
dalam arti antar strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 45
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni :
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan
perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertical
maupun horizontal). Sebaliknya pasien
pasca rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke
Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam :
Rujukan kasus untuk keperluan
diagnostik, pengobatan, tindakan medik
misal operasi) dan lain-lain
Rujukan bahan pemeriksaan (specimen)
untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan
tenaga Puskesmas dan ataupun
menyelenggarakan pelayanan medik di
Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 46
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat
juga dilakukan apabila disatu Puskesmas
tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu
Puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau
tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka Puskesmas
wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga macam :
Rujukan sarana dan logistik, antara lain
peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan-
bahan habis pakai dan bahan makanan
Rujukan tenaga, antara lain dukungan
tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 47
penanggulangan gangguan kesehatan
karena bencana alam
Rujukan operasional, yakni
menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggungjawab penyelesaian
masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Usaha
Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan
Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa,
pemeriksaan contoh air bersih) kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan operasional diselenggarakan
apabila Puskesmas tidak mampu.
4. Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas
perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang
baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan
efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang
dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-
fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen
puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pengendalian serta Pengawasan
dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 48
tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana
tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib.
Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.
1) Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk
setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular serta pengobatan. Langkah-
langkah perencanaan yang harus dilakukan
puskesmas adalah sebagai berikut ;
Menyusun Usulan kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh
puskesmas adalah menyusun usulan
kegiatan dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik nasional
maupun daerah, sesuai dengan masalah
sebagai hasil kajian data dan informasi
yang tersedia di Puskesmas. Usulan ini
disusun dalam bentuk matriks (Gantt
Chart) yang berisikan rincian kegiatan,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 49
tujuan, sasaran, besaran kegiatan
(volume), waktu, lokasi serta perkiraan
kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Tabel 2. Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan
(RUK)
Rencana ini disusun melalui pertemuan
perencanaan tahunan puskesmas yang
dilaksanakan sesuai dengan siklus
perencanaan kabupaten/ kota dengan
mengikutsertakan BPP serta
dikoordinasikan dengan camat.
Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan
Puskesmas adalah mengajukan usulan
kegiatan kedinas kesehatan kabupaten/
kota untuk persetujuan pembiayannya.
Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan
N
o
Upaya
Puskes
mas
Ke
g
Tuj
uan
Sas
ara
n
Target W
ak
tu
Vo
l
Ke
g
Hasil
yg
Dihar
apka
n
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 50
usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana dan operasional puskesmas
beserta pembiayaannya
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh
Puskesmas adalah menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
(rencanakerja kegiatan/ Plan of Action)
dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang
dilengkapi dengan pemetaan wilayah
(mapping).
Tabel 3. Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan
(POA)
Upaya Kesehatan...............................................
N
o
Ke
g
Sa
sar
an
Targ
et
Vol
Ke
g
Rinci
an
Pelak
sa
naan
Lokasi
pelaks
a
naan
Tenag
a
Pelak
sa
naan
Ja
dw
al
Kebu
t
Pelak
sana
an
2) Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari
daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 51
ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan
sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya
laboratorium kesehatan masyarakat dan
pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan
karena ketiga upaya ini adalah upaya penunjang
yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya-
upaya Puskesmas. Langkah-langkah perencanaan
upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah
mengidentifikasi upaya kesehatan
pengembangan yang akan diselenggarakan oleh
Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan
berdasarkan ada tidaknya masalah kesehtan
yang terkait dengan setiap upaya kesehatan
pengembangan tersebut. Apabila Puskesmas
memiliki kemampuan, identifikasi masalah
dilakukan bersama masyarakat melalui
pengumpulan data secara langsung dilapangan
(Survei Mawas Diri)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 52
Tabel 4. Survei Mawas Diri
Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data
bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh
Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh
petugas Puskesmas dengan mengikut sertakan
Badan Penyantun Puskesmas.
Survei Mawas Diri
Pengertian :Kegiatan pengumpulan data untuk mengenalikeadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensiyang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut.
Tahap Pelaksanaan :1. Pengumpulan data dapat berupa data primer
yakni yang dikumpulkan langsung dari sumberdata atau data sekunder yakni yang berasal daricatatan yang ada.
2. Pengolahan data3. Penyajian data berupa data masalah dan
potensi.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 53
Tabel 5. Delbecq Technique
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah
upaya kesehatan pengembangan yang terpilih
dapat lebih dari satu.
Disamping itu identifikasi upaya kesehatan
pengembangan dapat pula memilih upaya yang
bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada,
melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan
masalah dan kebutuhan masyarakat serta
kemampuan Puskesmas.
Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas
adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan
rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran
kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan
kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Delbecq TechniquePengertian :Perumusan masalah dan identifikasi potensi melaluikesepakatan sekelompok orang yang memahamimasalah tersebut.
Tahap Pelaksanaan :1. Pembentukan tim2. Menyusun daftar masalah3. Menetapkan kriteria penilaian masalah4. Menetapkan urutan prioritas masalah
berdasarkan kriteria penilaian dilengkapi denganuraian tentang potensi yang dimiliki
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 54
Rencana yang telah disusun tersebut diajukan
dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan
rencana pada awal pengembangan program
dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan
secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
Kesehatyan Kabupaten/ Kota dalam bentuk
musyawarah masyarakat.
Tabel 6. Musyawarah Mufakat
Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan
tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi
dengan penyusunan rencana upaya kesehatan
wajib.
Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas
adalah mengajukan usulan kegiatan ke dinas
Musyawarah Masyarakat
Pengertian; Pertemuan masyarakat yang dihadiri olehpara pemimpin, baik formal maupun informal dananggota masyarakat untuk merumuskan prioritasmasalah kesehatan dan upaya penanggulangannya.Tahap Pelaksanaan : Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi
yang dimiliki Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah Membahas dan melengkapi potensi penyelesaian
masalah Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai
dengan potensi Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan
masalah (dalam bentuk Gantt Chart)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 55
kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya.
Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke
Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak
lain. Apabila diajukan ke pihak-pihak lain, usulan
kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang
latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas
adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
yang telah disetujui oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota atau penyandang dana lain
(rencana kerja kegiatan/ Plan of Action) dalam
bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi
dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan
rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
secara terpadu dengan penyusunan rencana
pelaksanaan upaya kesehatan wajib.
b. Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap penyelenggaraan rencana tahunan
Puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan
wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan, dalam mengatasi masalah
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas. Langkah-
langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah
sebagai berikut :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 56
1) Pengorganisasian
Untuk terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas
perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam
pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama,
pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap
kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis
seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja
kepada seluruh petugas Puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan
melalui pertemuan penggalangan tim pada awal
tahun kegiatan.
Tabel 7. Contoh Gantt Chart Pembagian Beban
Tugas dan Wilayah Kerja
N
o
Nama
Petugas
Upaya
Keg
Sasaran Targe
t
Jadwal
Kerja
Lokasi
Keg
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 57
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang
dapat dilakukan :
a) Penggalangan kerjasama bentuk dua pihak yakni
antara dua sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
b) Penggalangan kerjasama bentuk banyak pihak
yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya antara
Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor
agama, sektor kecamatan pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat
dilakukan :
Secara langsung yakni antar sektor-sektor
terkait.
Secara tidak langsung yakni dengan
memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan.
2) Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang telah
ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 58
terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
a) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah
disusun terutama yang menyangkut jadwal
pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah
kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan
pelaksana.
b) Menyusun jadwal rencana kegiatan bulanan untuk
tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan
yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas
harus terbagi habis dan merata kepada seluruh
petugas.
c) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan. Pada waktu
menyelenggarakan kegiatan Puskesmas harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Azas penyelenggaraan Puskesmas harus
menerapkan keempat azas penyelenggaraan
Puskesmas yakni azas pertanggungjawaban
wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas
keterpaduan dan azas rujukan.
Berbagai standar dan pedoman pelayanan
Puskesmas. Pada saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai standar dan pedoman
pelayanan Puskesmas sebagai acuan
penyelenggaraan kegiatan Puskesmas yang harus
diperhatikan pada waktu menyelenggarakan
kegiatan Puskesmas. Standar dan pedoman
tersebut adalah :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 59
Standar dan pedoman bangunan Puskesmas
Standar dan pedoman peralatan Puskesmas
Standar manajemen peralatan Puskesmas
Standar dan pedoman ketenagaan
Puskesmas
Standar manajemen obat Puskesmas
Standar dan pedoman teknis pelayanan
berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas
Pedoman Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS)
Pedoman perhitungan satuan biaya
pelayanan Puskesmas
Kendali Mutu
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus
menerapkan program kendali mutu. Prinsip
program kendali mutu adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 60
Tabel 8. Kendali Mutu
Kendali Biaya
Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus
menerapkan program kendali biaya. Prinsip
program kendali biaya adalah kepatuhan
terhadap berbagai standar dan pedoman
pelayanan serta etika profesi, yang
terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.
Kendali MutuPengertian : upaya yang dilaksanakan secaraberkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalammenetapkan masalah dan penyebab masalah mutupelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,menetapkan, dan melaksanakan cara penyelesaianmasalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia sertamenilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjutuntuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.Prinsip :1. Mengikuti siklus pemecahan masalah (Problem Solving
cycle)2. Dilaksanakan melalui kerjasama tim (team based)3. Sesuai sumber daya yang tersedia (resource based)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas t
Tabel 9
3) Pemantauan
Penyelenggaraan
dengan kegiatan
secara berkala
mencakup hal-h
a) Melakukan
kegiatan dan
dibedakan ata
Telaahan
bulanan
kegiatan
Puskesma
rencana d
Pengertian : Upaberkesinambungan, simenetapkan kebijakankesehatan termasukpelaksanaannya sehinTahap pelaksanaanny1. Menetapkan upay
lengkap dengan rin2. Menjabarkan kebij
(standar, pedoman3. Melaksanakan upa
kebijakan tatacara p4. Menampung dan m
terkait dengan mas5. Menyempurnakan
dengan memperhat
Kendali Biayaya yang dilaksanakan secara
stematis, obyektif dan terpadu dalamdan tatacara penyelenggaraan upayapembiayaannya, serta memantau
gga terjangkau oleh masyarakat.a :a kesehatan yang diselenggarakancian pembiayaannya.akan dan tatacara penyelenggaraandan nilai etika) yang mendukung.ya kesehatan yang sesuai denganenyelenggaraan.
enyelesaikan keluhan masyarakat yangalah biaya.penyelenggaraan upaya kesehatan
ikan keluhan biaya dari masyarakat.
erintegrasi HIV-AIDS Page 61
. Kendali Biaya
kegiatan harus diikuti
pemantauan yang dilakukan
. Kegiatan pemantauan
al sebagai berikut :
telaahan penyelenggaraan
hasil yang dicapai yang
s dua hal :
internal yakni telaahan
terhadap penyelenggaraan
dan hasil yang dicapai oleh
s, dibandingkan dengan
an standar pelayanan. Data
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terinte
yang dipergunakan diambil dari
Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku.
Tabel 10. Sistem
Puskesmas
Kesimpulan dirumu
Pertama, kinerja Pus
cakupan (coverage),
(cost) kegiatan Pusk
dan hambatan yang
penyelenggaraan
Telaahan bulanan in
Bulanan Puskesmas
Pengertian ;Suatu tatanan yangmembantu proses pmelaksanakan manmencapai sasaran kegSumber Informasi :1. SP2TP terdiri dari
- Catatan : karkeluarga dan bu
- Laporan : bulan2. Survei lapangan3. Laporan lintas sekt4. Laporan sarana ke
Simpus
menyediakan informasi untukengambilan keputusan dalamajemen Puskesmas dalamiatannya.
tu individu, rekam kesehatanku registeran, tahunan dan KLB
or
grasi HIV-AIDS Page 62
Informasi Manajemen
skan dalam dua bentuk.
kesmas yang terdiri dari
mutu (quality) dan biaya
esmas. Kedua, masalah
ditemukan pada waktu
kegiatan Puskesmas.
i dalam Lokakarya Mini
.
sehatan swasta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 63
Tabel 11. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya Mini BulananPengertian :Pertemuan yang diselenggarakan setiap bulan di Puskesmas yang dihadirioleh seluruh staff di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan bidan didesaserta dipimpin oleh kepala Puskesmas.Tahapan pelaksanaan1. Lokakarya Mini Pertama
a. Masukan- Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran
tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas- Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru- Informasi tentang tatacara penyusunan POA Puskesmas
b. Proses- Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/
daerah binaan- Analisis beban kerja tiap petugas- Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah
binaan- Penyusunan POA Puskesmas tahunan
c. Keluaran- POA Puskesmas tahunan- Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)
2. Lokakarya mini Bulanana. Masukan
- Laporan hasil kegiatan bulan lalu- Informasi tentang hasil rapat dinas kab/ Kota- Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan- Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b. Proses- Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS.- Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan.- Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
c. Keluaran- Rencana kerja bulan yang baru
Kurikulum Modul Manajemen P
Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan
terhadap hasil yang dicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
serta sektor terkait yang ada diwilayah kerja
Puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan
dalam Lokakarya Mini triwulan Puskesmas
secara lintas sektor.
Tabel 12. Lokakarya Mini Tribulanan
Pengertian :Pertemuan yang diselenggainstansi lintas sektor tingkpuskesmas dan jaringannyaTahapan pelaksanaan1. Lokakarya Mini Tribulan
a. Masukan- Penggalangan tim- Informasi tentang- Informasi tentang- Informasi tentang
b. Proses- Inventarisasi pera- Analisis masalah- Pembagian peran
c. Keluaran- Kesepakatan tert
kesehatan terma2. Lokakarya Mini Tribulan
a. Masukan- Laporan kegiat
terkait- Inventarisasi m
pelaksanaan pro- Pemberian infor
b. Proses- Analisis hambatan- Analisis hambatan- Merumuskan cara
c. Keluaran- Rencana kerja- Kesepakatan
Lokakarya Mini Tribulanan
rakan setiap 3 bulan sekali di Puskesmas yang dihadiri olehat kecamatan, Badan Penyantun Puskesmas (BPP), staf, serta dipimpin oleh camat..
an Pertama
yang dilakukan melalui dinamika kelompokprogram lintas sektorprogram kesehatankebijakan, program dan konsep baru
n bantu masing-masing sektorperan bantu dari masing-masing sektormasing-masing sektor
ulis sektor terkait dalam mendukung programsuk program pemberdayaan masyarakatan Rutin
an pelaksanaan program kesehatan dan dukungansektor
asalah/ hambatan dari masing-masing sektor dalamgram kesehatan
masi baru
dan masalah pelaksanaan program kesehatandan masalah dukungan dari masing-masing sektorpenyelesaian masalah
tribulan yang baru
uskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 64
bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 65
b) Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian kinerja Puskesmas serta
masalah dan hambatan yang ditemukan
dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.
4) Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir
tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, dibandingkan dengan rencana
tahunan dan standar pelayanan. Sumber
data yang dipergunakan pada penilaian
dibedakan atas dua. Pertama, sumber data
primer yakni yang berasal dari SIMPUS
dan berbagai sumber data lain yang
terkait, yang dikumpulkan secara khusus
pada akhir tahun. Kedua, sumber data
sekunder yakni data dari hasil
pemantauan bulanan dan triwulanan.
b) Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan
yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya.
c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah
proses kepastian atas kesesuaian
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 66
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
puskesmas terhadap rencna dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban
yang berlaku. Untuk terselenggaranya
pengawasan dan pertanggungjawaban
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam
yakni pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara
melekat oleh atasan langsung. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas
kesehatan kab/ kota serta barbagai institusi
pemerintah terkait. Pengawasan mencakup
aspek administratif, keuangan dan teknis.
Apabila dana pengawasan ditemukan adanya
penyimpangan, baik terhadap rencana,
standar, peraturan perundang-undangan
maupun berbagai kewajiban yang berlaku,
perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala
Puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang
mencakup pelaksanaan kegiatan, serta
perolehan dan penggunaan berbagai
sumberdaya termasuk keuangan. Laporan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 67
tersebut disampaikan kepada Dinas
Kesehatan kabupaten/ Kota serta pihak-
pihak terkait, termasuk masyarakat melalui
Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi
penggantian Kepala Puskesmas, maka Kepala
Puskesmas yang lama diwajibkan membuat
laporan pertanggungjawaban masa
jabatannya.
5. Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu
ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber
pembiayaan Puskesmas yakni
a. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber
pembiayaan yang berasal dari pemerintah
terutama adalah pemerintah kabupaten/kota.
Di samping itu Puskesmas masih menerima
dana yang berasal dari pemerintah propinsi dan
pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam yakni :
1) Dana anggaran pembangunan yang
mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat
2) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji
karyawan, pemeliharaan gedung dan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 68
peralatan, pembelian barang habis pakai
serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke
pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya
dibahas bersama DPRD kabupaten/kota.
Puskesmas diberikan kesempatan melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang
diterima oleh Puskesmas adalah Kepala
Puskesmas atau seorang staf yang ditetapkan
oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atas
utusan Kepala Puskesmas.
Peggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan
yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Pendapatan puskesmas
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah,
masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang
dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan
oleh peraturan daerah masing-masing
(retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan
yang terkait dengan pemanfaatan dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan ini yakni :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 69
1) Seluruhnya disetor ke kas daerah
Untuk itu secara berkala Puskesmas
menyetor seluruh dana distribusi yang
diterima ke kas daerah melalui dinas
kesehatan kabupaten/kota
2) Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh
Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan
Puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan untuk membiayai
kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu
Puskesmas yang menerapkan model
pemanfaatan dana seperti ini disebut
Puskesmas Swadana. Pada saat ini sesuai
dengan kebijakan dasar Puskesmas yang
harus menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat yang dananya ditanggung oleh
pemerintah diubah menjadi Puskesmas
Swakelola. Dengan perkataan lain
Puskesmas tidak mungkin sepenuhnya
menjadi Swadana. Pemerintah tetap
berkewajiban menyediakan dana yakni untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat
yang memang menjadi tanggungjawab
pemerintah.
c. Sumber Lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana
dari beberapa sumber lain seperti :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 70
1. PT ASKES peruntukannya sebagai imbal jasa
pelayanan yang diberikan kepada para
peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan
kepada para pelaksana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya
juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta jamsostek.
Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. JPSBK/PKPSBBM
Untuk membantu masyarakat miskin,
pemerintah menyalurkan dana secara
langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana
ini mengacu pada Pedoman yang telah
ditetapkan.
B. APLIKASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN
PUSKESMAS
Kebijakan Dasar Puskesmas yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 128/MenKes/SK/II/2004, seharusnya
menjadi acuan bagi manajer/Kepala Puskesmas dalam
menyelenggarakan/ mengelola Puskesmasnya.
Bagian II dari uraian materi modul ini mencoba
menjabarkan, bagaimana aplikasi/penerapan Kebijakan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 71
dasar tersebut dalam menyelenggarakan/ mengelola
Puskesmas.
1. Visi
Setiap Puskesmas harus memiliki visi, yaitu
gambaran masa depan masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan diwilayah tersebut. Dalam menyusun visi
Puskesmas, harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan di wilayah kecamatan yaitu: Terwujudnya
Kecamatan Sehat, serta mempertimbangkan :
Visi Departemen Kesehatan, yaitu: Memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat
Visi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana
Puskesmas itu berada.
Apabila Puskesmas belum memiliki visi, kepala
Puskesmas memfasilitasi penyusunan visi dengan
melibatkan “orang-orang kunci” atau para
penanggung jawab program di Puskesmas. Mungkin
diperlukan beberapa kali pertemuan untuk
penyusunan visi sampai ada kesepakatan. Setelah
dirumuskan visi yang disepakati, kemudian
mensosialisasikan visi tersebut kepada seluruh
jajaran SDM Puskesmas, agar dipahami, dihayati
dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugasnya.
Visi suatu Puskesmas menggambarkan tentang
kondisi yang ingin dicapai pada kurun waktu
tertentu, misalnya 5 tahun atau 10 tahun.
Kurikulu
Apabila Puskesmas sudah memiliki visi, perlu dikaji
kembali, apakah visi tersebut masih relevan dengan
kondisi saat ini, dengan visi Departemen Kesehatan
dan visi dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Beberapa contoh visi Puskesmas:
Terwujudnya masyarakat mandiri dan peduli
kesehatan.
Kesehatan bagi semua, setiap saat, dimana saja,
kapan saja dan oleh semua orang
Tiada hari tanpa pelayanan prima dan paripurna.
dan lain-lain.
Panduan menyusun/merumuskan visi Gambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang
diinginkan diwilayah kerja Puskesmas anda pada 5atau 10 tahun mendatang.
Keadaan tersebut secara kuantitatif dan kualitatifharus berbeda dengan keadaan sekarang.
Rumusan visi harus menarik dan dapat menantangserta memberikan semangat untuk mencapainya.
Tulisan ringkas dan mudah dimengerti.
m Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 72
Tabel 13. Panduan Menyusun Visi
Menarik bagi setiap orang didalam organisasi
Kuri
2. Misi
Puskesmas perlu menjabarkan misi pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
kedalam misi Puskesmas.
Contoh misi Puskesmas:
a) Menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas
dan terjangkau bagi masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas.
b) Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
melalui pembentukan dan pembinaan UKBM yang
sesuai dengan situasi kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
c) Melakukan upaya penggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas,serta pemantauan dampak
pembangunan tersebut terhadap kesehatan
masyarakat.
d) dan lain-lain.
Panduan menyusun/merumuskan misi
Rumusan misi harus dapat memberi arah dan fokus untukperencanaan organisasi
Rumusan misi harus berlaku untuk jangka waktu yang lama. Rumusan misi harus ringkas dan terbatas pada beberapa paragraf
. Rumusan misi menggambarkan tentang produk organisasi,
pelayanan yang diberikan, teknologi/metodologi yang digunakandan manfaat untuk masyarakat.
kulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 73
Tabel 14. Panduan Menyusun Misi
Kurik
3. P
S
s
fu
P
K
k
m
m
a
Penugasan 1. Menyusun visi dan misi PuskesmasSampai disini fasilitator memberikan penugasan 1, yaitu: Peserta dibagi dalam kelompok sesuai dengan tim Puskesmas. Didalam kelompok setiap individu menyusun visi dan misi
Puskesmas. Hasil individu dibahas sehingga menjadi hasil kelompok. Tuliskan hasil kelompok pada kertas manila berwarna, kemudian
ditempel didinding agar dapat dibaca oleh semua orang. Mintalah perwakilan kelompok untuk membacakan hasilnya. Peserta lain diberi kesempatan menanggapi.
Pada akhir tanggapan, fasilitator menyampaikan kesimpulan.
ulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 74
enerapan Fungsi Puskesmas
etelah menetapkan/memiliki visi dan misi, langkah
elanjutnya adalah bagaimana menerapkan ketiga
ngsi Puskesmas dalam pengelolaan/penyelenggaraan
uskesmas.
epala Puskesmas sebagai manajer harus memahami
etiga fungsi Puskesmas serta penerapannya dan
ampu memfasilitasi staf Puskesmas dalam
enerapkan fungsi tersebut.
) Penerapan fungsi sebagai Pusat Penggerak
Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Dalam menerapkan fungsi sebagai Pusat Penggerak
Pembangunan berwawasan Kesehatan diwilayah
kerjanya, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
adalah:
Puskesmas harus memulai dengan melakukan
sosialisasi tentang pemahaman Pembangunan
Kurikulum
Berwawasan Kesehatan, agar setiap SDM
Puskesmas memiliki kesamaan persepsi, termasuk
apa yang menjadi peran Puskesmas.
Melakukan sosialisasi kepada aparat pemerintah
serta lintas sektor diwilayah kerja Puskesmas.
Mengiventarisasi pembangunan yang akan
dilaksanakan diwilayahnya, berkoordinasi dengan
aparat pemerintah kecamatan dan atau
desa/kelurahan.
Mengidentifikasi upaya/kegiatan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit yang harus
dilakukan sebagai antisipasi terhadap dampak
pembangunan tersebut terhadap kesehatan.
Melakukan pemantauan terhadap dampak
kesehatan dari penyelenggaraan pembangunan
tersebut, serta membuat laporan hasil
pemantauan.
Penugasan 2. Memantapkan pemahaman PembangunanBerwawasan KesehatanFasilitator memberi penugasan,yaitu: Mengidentifikasi jenis pembangunan di wilayah kerja
Puskesmas Memprediksi dampak pembangunan terhadap
kesehatan Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilakukan. Menuliskan hasil kelompok pada kertas flipchart dan
Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 75
menempelnya pada dinding.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 76
b) Penerapan fungsi sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat
Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat,
Puskesmas mewujudkannya dengan membentuk,
membina dan mengembangkan berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang pada
prinsipnya adalah bentuk upaya kesehatan yang
melibatkan peran aktif masyarakat, dikelola oleh
masyarakat atau dengan kata lain dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Berbeda dengan waktu yang lalu, pada era
desentralisasi ini, UKBM yang dikembangkan
disuatu wilayah Puskesmas akan tidak sama,
tergantung dari situasi kondisi serta kebutuhan dan
potensi masyarakat setempat.
Upaya kesehatan berbasis masyarakat ( UKBM )
sangat tergantung pada partisipasi dan keterlibatan
masyarakat (community engagement) serta upaya
terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen
dalam pemerintahan. Dalam pembentukan Desa
Siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu
melakukan analisa masyarakatnya, potensi-potensi
yang ada, dan langkah-langkah penyelesaian
masalah.
Secara lebih jelas, penerapan fungsi sebagai Pusat
Pemberdayaan Masyarakat akan dibahas pada bab
tentang Azas Pemberdayaan Masyarakat.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 77
c) Penerapan fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama
Pada umumnya Puskesmas telah menerapkan fungsi
sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama,
baik pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
pribadi (private goods) maupun pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat publik (public goods).
Namun sejalan dengan perkembangan IPTEK
dibidang kesehatan/kedokteran, informasi dan
komunikasi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan, Puskesmas perlu
melakukan :
1) Mengidentifikasi pangsa pasar atau masyarakat
yang menjadi pelanggan Puskesmas
2) Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat tersebut
akan pelayanan yang perlu disediakan di
Puskesmas
3) Apabila pelayanan yang dibutuhkan masyarakat
ternyata masih diluar kemampuan Puskesmas
untuk menyelenggarakannya, Puskesmas harus
membahas dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota dan BPP (apabila sudah
terbentuk). Karena pelayanan tersebut merupakan
upaya kesehatan pengembangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat.
4) Tentukan prioritas pelayanan yang akan
dikembangkan. Kemungkinan pelayanan yang
menjadi kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil
identifikasi tidak dapat sekaligus dipenuhi. Untuk
pelayanan yang menjadi prioritas untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 78
dikembangkan, perlu dipersiapkan tenaga, sarana
dan prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan
a. Upaya kesehatan yang diselenggarakan
Upaya kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas telah ditetapkan dalam upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan, sebagai berikut:
Upaya Kesehatan Wajib :1. Upaya Promosi Kesehatan2. Upaya Kesehatan Lingkungan3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga
berencana4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyaklit
menular6. Upaya Pengobatan
Upaya kesehatan Pengembangan a.l.1. Upaya Kesehatan Sekolah2. Upaya Kesehatan Olah raga3. Upaya Kesehatan masyarakat4. Upaya Kesehatan Kerja5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut6. Upaya Kesehatan Jiwa7. Upaya Kesehatan Mata8. Upaya Kesehatan Usia lanjut9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 79
Sebagaimana telah ditetapkan, upaya kesehatan wajib
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada
diwilayah Indonesia. Sedangkan Upaya Kesehatan
Pengembangan tidak akan sama disetiap Puskesmas,
karena ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dan atau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani.
Upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan harus dikelola secara optimal, mulai
dari perencanaan, penggerakkan pelaksanaan sampai
monitoring dan evaluasinya. Untuk itu secara terinci
akan dibahas pada modul inti manajemen Puskesmas
(Modul Perencanaan, Lokakarya Mini dan Evaluasi
Kinerja Puskesmas).
b. Azas penyelenggaraan
Pada hakekatnya, azas penyelenggaraan adalah
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas.
1) Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Dalam menerapkan azas pertanggungjawaban
wilayah, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Pertanggungjawaban atas wilayah kerja
Puskesmas, jadi sebagai tanggungjawab
institusi, bahwa Puskesmas bertanggungjawab
dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat diwilayah kerjanya. Karena itu
setiap penyelenggaraan upaya kesehatan dan
kegiatannya, harus berorientasi pada
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 80
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan serta mengantisipasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi. Pada
umumnya Puskesmas merealisasikan azas
pertanggungjawaban wilayah melalui
penyelenggaraan upaya kesehatan melalui
puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, bidan di desa dan lain-
lain kegiatan luar gedung. Namun penting bagi
Puskesmas untuk mengetahui apakah azas
pertanggungjawaban wilayah telah
dilaksanakan secara optimal. Untuk itu
Puskesmas perlu:
Mengidentifikasi apakah upaya kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas?
Mengidentifikasi apa saja permasalahan
kesehatan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas, dan apakah upaya yang
dilakukan sudah mengantisipasi
permasalahan tersebut?
Mengidentifikasi upaya kesehatan yang
dilaksanakan oleh institusi pelayanan
kesehatan lain yang ada diwilayah kerja
Puskesmas, sehingga dapat dilakukan
upaya koordinasi dalam rangka
mengoptimalkan azas pertanggungjawaban
wilayah.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 81
b) Pertanggungjawaban setiap satuan wilayah
kerja atau setiap kegiatan, yaitu pemberian
tanggungjawab kepada setiap pelaksana
/petugas Puskesmas terhadap satu satuan
wilayah kerja seperti desa/kelurahan, atau
suatu kegiatan tertentu sesuai dengan
kemampuan. Hal ini akan membantu
mempermudah Puskesmas dalam menerapkan
azas pertanggungjawaban wilayah, serta
dalam melakukan pemantauan
penyelenggaraan upaya kesehatan diseluruh
wilayah kerja Puskesmas. Untuk itu perlu
dilakukan:
Mengidentifikasi satuan wilayah kerja yang
ada.
Mengidentifikasi seluruh kegiatan/program
kerja
Menginventarisasi seluruh tenaga
pelaksana/petugas serta kemampuan yang
dimiliki.
Membagi habis seluruh program kerja dan
satuan wilayah kerja kepada seluruh
petugas/tenaga pelaksana.
Pertanggungjawaban satuan wilayah kerja dan
program kerja, dapat digambarkan sebagai berikut:
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 82
Tabel 15. Pertanggungjawaban Satuan Wilayah
Kerja dan Progam Kerja Petugas Puskesmas
Format tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi Puskesmas.
Desa/
kelura
han
Petugas dan Program kerja/kegiatan
Petugas
A
Program
kerja
.............
......
.............
.....
Petugas
B
Progra
m kerja
............
.......
............
...
Petugas
C
Progra
m kerja
............
.......
............
....
Petugas
D
Progra
m kerja
............
.......
............
....
Petugas
E
Progra
m kerja
............
.......
............
....
Petugas
F
Progra
m kerja
............
.......
............
....
Desa/
Kel A
xxxxxxx
Desa/
Kel B
xxxxxx
x
Desa/
Kel C
xxxxxx
x
Desa/
Kel D
xxxxxx
x
Desa/
Kel E
xxxxxx
x
Desa/
Kel F
xxxxxx
x
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 83
Keterangan:
Kolom Desa/Kelurahan: diisi dengan seluruh nama
desa/kelurahan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas. Kolom Petugas dan Program Kerja: diisi
dengan nama dan jenis petugas
pelaksana/penanggungjawab program yang ada di
Puskesmas serta program kerja/kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya.
Tanda xxxxxxxx: menunjukkan bahwa petugas yang
bersangkutan sebagai penanggungjawab satuan
wilayah kerja (desa/kelurahan), serta juga tetap
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
program/kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
untuk desa/ kelurahan lainnya.
Matriks tersebut merupakan contoh yang bisa
dikembangkan lagi oleh Puskesmas.
2) Azas Pemberdayaan Masyarakat
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa
penerapan azas pemberdayaan masyarakat dalam
penyelenggaraan Puskesmas dilakukan melalui
pembentukan dan pembinaan UKBM. Upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) sangat
tergantung pada partisipasi dan keterlibatan
masyarakat (community engagement), serta upaya
terpadu antara masyarakat dengan elemen-elemen
dalam pemerintahan. Dalam pembentukan desa
siaga, masyarakat difasilitasi agar mampu
melakukan analisa masyarakatnya, potensi-
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 84
potensi yang ada, dan langka-langkah
penyelesaian masalah. Demikian halnya dalam
menentukan bentuk/jenis UKBM yang diperlukan,
mulai dengan melibatkan masyarakat mengenal
dan menganalisis permasalahan, potensi yang
dimiliki serta alternatif penanggulangan masalah.
Istilah Community Engagement diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia sebagai keterlibatan
masyarakat secara penuh. Community Engagement
didefinisikan sebagai sebuah proses dimana
anggota-anggota masyarakat, dengan kekuatan
dan sumber daya/dana yang dimiliki, terlibat
secara penuh dan bertanggung jawab dalam upaya
meningkatkan atau memperbaiki derajat
kesehatan meraka. Proses yang terlibat dapat
meliputi: pembuatan rencana aksi, pelaksanaan,
surveilans, evaluasi dan monitoring).
Dalam Community Engagement, terkandung
unsur partisipasi aktif, komitmen dan kesabaran
serta kerja sama membuat perubahan atau
perbaikan. Jadi community engagement lebih dari
sekedar mobilisasi masyarakat (misalnya kerja
sama bersih lingkungan memperingati hari
Kemerdekaan 17 Agustus).
Modal penting dalam community engagement
adalah rasa ikut memiliki dan perasaan sebagai
komunitas yang berdaya, bertanggung jawab dan
mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan di
lingkungannya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 85
KENAPA PERLU COMMUNITY ENGAGEMENT?
Riset dalam dua dekade belakangan ini
menunjukkan fakta bahwa perilaku sosial dan
faktor-faktor non-kesehatan besar perannya dalam
derajat kesehatan individu maupun kelompok
masyarakat. Misalnya: gaya hidup minum
minuman beralkohol, merokok, diet yang tidak
sehat berperanan dalam penyakit darah tinggi dan
stroke. Atau perilaku yang tidak higienis lebih
memungkinkan seseorang menderita diare.
Riset juga menunjukkan bahwa masyarakat dapat
memperbaiki atau meningkatkan derajat
kesehatannya (misalnya menurunkan angka
kematian, meningkatkan usia harapan hidup,
menurunkan angka kejadian DBD, diare atau
mengurangi risiko diabetes) bila setiap individu
anggota masyarakat secara aktif bekerja sama
melakukan perubahan perilaku menjadi lebih
sehat.
IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS dan KEMITRAAN
Telah disebutkan bahwa kemitraan antara
masyarakat, elemen pemerintah dan swasta akan
sangat menentukan keberhasilan pembentukan
desa siaga.
Stakeholders adalah individu atau institusi yang
baik secara langsung atau tidak langsung, secara
positif atau negative terkait dengan suatu
permasalahan (mis. sebagai penyebab masalah
atau korban dari suatu masalah). Untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 86
mengidentifikasi siapa saja aktor yang terlibat,
tidaklah mudah tapi proses identifikasi ini
diperlukan sebelum menentukan langkah strategis
penanganan permasalahan kesehatan yang ada.
Dengan diagram (3 lingkaran) di bawah ini,
identifikasilah siapa saja stakeholders yang
terlibat dalam proyek/permasalahan kesehatan
yang ada.
Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut
sebagai panduan melakukan identifikasi
stakeholders yang relevan:
- Siapakah yang bertanggung jawab atau
menyebabkan suatu masalah kesehatan?
- Siapa saja dalam masyarakat yang secara
langsung terpengaruh oleh masalah kesehatan
tersebut?
- Siapakah, yang berada didekat/diluar
masyarakat yang secara langsung terpengaruh
oleh masalah kesehatan tersebut?
- Siapa yang mungkin terpengaruh, baik secara
negatif/positif oleh masalah kesehatan yang
ada?
- Siapa yang cukup peduli dengan masalah
kesehatan yang ada yang mungkin akan dapat
membantu atau berpartisipasi dalam
mengatasinya?
- Siapakah mereka yang ‘voiceless’ (yang
termarginalisasi) yang perlu khususnya
diperhatikan dalam masalah kesehatan ini?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 87
- Siapa sajakah mereka yang dapat menjadi
perwakilan/representative dari mereka yang
terpengaruh oleh masalah kesehatan yang
dihadapi?
- Siapakah yang mungkin mengalami masalah
serupa di masyarakat yang lainnya?
- Siapakah yang mungkin berkepentingan/akan
tertarik dengan permasalahan kesehatan yang
ada?
- Siapakah yang bertanggung jawab dalam
monitoring/pengawasan dan regulasi masalah
kesehatan yang bersangkutan?
- Siapakah yang memiliki “kekuasaan” atau
“otoritas” untuk mengabulkan permintaan
anda? Atau menuruti/mengabulkan apa yang
anda minta?
- Siapakah yang memiliki ‘kekuasaan’ atau
‘wewenang’ lebih terhadap orang yang dapat
mengabulkan permintaan anda? (mis. Siapa
bosnya? Atau siapakah kekuasaan yang lebih
tinggi lagi?)
- Siapakah ‘opponent’ anda (atau) mereka yang
berpotensi menentang anda?
- Siapakah yang paling berkepentingan untuk
mempertahankan ‘status quo’?
- Siapakah yang berpotensi dalam memobilisasi
atau menghambat rencana yang akan
dilakukan?
- Siapakah yang dapat memberikan sumbangan
secara financial/ teknis?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 88
- Perilaku siapakah yang perlu diubah untuk
menjamin keberhasilan pengatasan masalah
kesehatan?
Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan di atas untuk
menyelesaikan tiga diagram tiga lingkaran bertumpuk
ini
Gambar 1. Lingkaran Identifikasi Stakeholders dan
Kemitraan
Yang mungkin tertarik
Tidak langsung terlibat/terpengaruh
Langsungterpengaruh
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 89
Dalam merealisasikan/menerapkan azas
pemberdayaan masyarakat, perlu dipahami
tentang Prinsip, Strategi dan Pokok-pokok
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, sebagai
berikut:
Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat
a. Menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat
Di dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat sebaiknya secara
bertahap sedapat mungkin menggunakan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila
diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya
berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak
semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.
b. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Peran serta masyarakat didalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya
jumlah anggota masyarakat yang mau
memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memanfaatkan puskesmas, pustu, polindes, mau
hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan,
mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi
peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya
c. Mengembangkan semangat gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 90
Semangat gotong royong yang merupakan warisan
budaya masyarakat Indonesia hendaknya dapat
juga ditunjukkan dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Adanya semangat gotong royong ini dapat diukur
dengan melihat apakah masyarakat bersedia
bekerjasama dalam peningkatan sanitasi
lingkungan, penggalakan gerakan 3 M (Menguras-
Menutup-Menimbun) dalam upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah, dan
lain sebagainya.
d. Bekerja bersama masyarakat
Setiap pembangunan kesehatan hendaknya
pemerintah/ petugas kesehatan menggunakan
prinsip bekerja untuk dan bersama masyarakat.
Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya
bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan
keterampilan dari tenaga kesehatan kepada
masyarakat.
e. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi
kemasyarakatan yang ada dimasyarakat.
Prinsip lain dari pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah pemerintah/tenaga
kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerja
sama dengan LSM serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut.
Dengan demikian upaya pemeliharaan dan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 91
peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
f. Penyerahan pengambilan keputusan kepada
masyarakat
Semua bentuk upaya pemberdayaan masyarakat
termasuk di bidang kesehatan apabila ingin
berhasil dan berkesinambungan hendaknya
bertumpu pada budaya dan adat setempat. Untuk
itu pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna
pemecahan masalah kesehatan yang ada di
masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat, pemerintah/tenaga kesehatan hanya
bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator.
Sehingga masyarakat merasa lebih memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya, karena
pada hakekatnya mereka adalah subyek dan
bukan obyek pembangunan.
Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat
Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya
yang berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat
apabila dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya
diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun
pihak lain.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 92
Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat,
dapat berupa :
a. Tokoh-tokoh masyarakat
Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah
semua orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat setempat baik yang bersifat formal
(Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala
Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal
(Tokoh agama, adat, tokoh pemuda, kepala suku).
Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan
yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Organisasi kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti LLPKK,
Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), Pengajian, dan
lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya
para angggota dari masing-masing organisasi
tersebut, sehingga upaya pemberdayaan
masyarakat akan lebih berhasil guna apabila
pemerintah / tenaga kesehatan
memanfaatkannya dalam upaya pembangunan
kesehatan.
c. Dana masyarakat
Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan
dana masyarakat merupakan upaya yang tidak
kalah pentingnya. Tetapi pada golongan
masyarakat yang tidak ekonominya pra-sejahtera,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 93
penggalangan dana masyarakat hendaknya
dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggung-jawab terhadap upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan model tabungan-tabungan atau
sistem asuransi yang bersifat subsidi silang.
d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat
Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki
oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali,
bambu, kayu dan lain sebagainya untuk
pembangunan kesehatan akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari
masyarakat.
e. Pengetahuan masyarakat
Masyarakat memiliki pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembangunan kesehatan
masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat
tradisional (asli Indonesia), pengetahuan mengenai
penerapan teknologi tepat guna untuk
pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya
misal penyaluran air menggunakan bambu dll.
Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut akan meningkatkan keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 94
f.Teknologi yang dimiliki masyarakat
Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri
dalam memecahkan masalah yang dialaminya,
teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat
guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya
memanfaatkan tekonologi yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan
dapat memberikan saran teknis guna
meningkatkan hasil gunanya.
g. Pengambilan keputusan
Apabila tahapan penemuan masalah dan
perencanaan kegiatan pemecahan masalah
kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat,
maka pengambilan keputusan terhadap upaya
pemecahan masalahnya akan lebih baik apabila
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan
demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan
tersebut akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan
sendiri.
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 95
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
telah disediakan oleh pemerintah
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat untuk pembangunan kesehatan
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan
pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
kultur budaya masyarakat setempat
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang
dimiliki masyarakat secara terbuka (transparan).
POKOK - POKOK KEGIATAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Untuk kegiatan di tingkat desa, pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan PKMD
(Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Pendekatan ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat
Pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat berupa
sosialisasi tentang pentingnya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat serta pentingnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Penemuan masalah kesehatan
Penemuan masalah kesehatan dilakukan oleh
masyarakat sendiri melalui suatu survei yang disebut
dengan survei mawas diri (SMD) yang dilakukan oleh
kader penggerak pembangunan kesehatan (kader
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 96
kesehatan). Kader kesehatan ini dipilih dari dan oleh
masyarakat.
1. Penyamaan persepsi tentang permasalahan
kesehatan yang ada di masyarakat dan perencanaan
kegiatan untuk pemecahan masalah.
Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan
kegiatan untuk pemecahan masalah kesehatan yang
telah diketemukan dilakukan dalam suatu pertemuan
yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader
kesehatan. Dengan demikian diharapkan ada
kesepakatan tentang bentuk-bentuk kegiatan yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah
kesehatan yang telah ditemukan.
2. Pelaksanaan rencana kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
bersama dilakukan semaksimal mungkin oleh
masyarakat setempat dengan menggunakan sumber
daya yang ada di masyarakat, sedangkan bantuan dari
pihak luar hanya bersifat rangsangan ataupun
pelengkap.
3. Pembinaan dan pengembangan
Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat
desa selain dilakukan oleh tingkat kecamatan/
puskesmas, hendaknya dapat pula dilakukan oleh
tokoh-tokoh masyarakat seperti Kepala desa, Kepala
dusun, Ketua RW/RT, Ketua LLPKK, Tokoh agama,
dan lain sebagainya. Dengan adanya kegiatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 97
pembinaan dan pengembangan ini diharapkan
masyarakat tetap memiliki semangat untuk melakukan
pembangunan kesehatan di lingkungannya.
4. Langkah-langkah Kegiatan pembinaan dan
pengembangan :
Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan,
berkesinambungan dan saling terkait.
Paket kegiatan dalam pembinaan peran serta
masyarakat dalam mewujudkan Poskesdes dan desa
siaga meliputi :
a. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
b. Survei Mawas Diri (SMD)
c. Musyawaran Masyarakat Desa )MMD)
d. Latihan Kader
Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut pada
hakekatnya merupakan suatu kesatuan pendekatan
edukatif dan karenanya menjadi kegiatan lanjutan serta
bagian yang tak terpisahkan dengan kegiatan sebelumnya
di tingkat kecamatan.
A. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal
dari kegiatan pembinaan di tingkat desa.
1. Tujuan kegiatan ini adalah :
a. Dikenalnya konsep desa siaga sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 98
b. Dikenalnya Poskesdes sebagai wadah
koordinasi UKBM yang merupakan kriteria
desa siaga
c. Diperolehnya dukungan pamong dan pemuka
masyarakat dalam pelaksanaan desa siaga
d. Disadari pentingnya survei mawas diri
e. Tersusunnya kelompok kerja Survei mawas
diri dan jadwal survei
2. Tempat pertemuan sebaiknya dipilih di desa,
medayagunakan balai desa atau tempat
pertemuan lainnya di desa.
3. Peserta pertemuan terdiri dari atas
a. Peserta tingkat kecamatan
Camat atau stafnya (Kesra dan Seksi
seksi pemerintahan dan pembangunan
Kecamatan)
Dokter pimpinan beserta staf puskesmas
Pimpinan Dinas Kependudukan Catatan
Sipil dan Keluarga Berencana (Disduk
Capil KB), Depag, Deptan dan lintas
sektor lain di Kecamatan
b. Peserta tingkat desa
Kepala Desa dan pamong desa lainnya
Bidan di desa
Kader desa siaga
Pimpinan LSM
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 99
Pemuka masyarakat : LLPKK,
Pramuka,Lembaga Persatuan Pemuda
(LPP), Guru dan Pemuka agama setempat
4. Waktu untuk pertemuan hendaknya disesuaikan
dengan kesediaan dan kondisi desa yang
bersangkutan, agar memungkinkan semua yang
diundang hadir serta cukup memberikan
kesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan
di atas
5. Pelaksanaan pertemuan hendaknya diatur
sebagai berikut :
a. Berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan
tingkat kecamatan, Kepala Desa mengundang
para peserta pertemuan tingkat desa
b. Pertemuan dibuka oleh kepala desa dengan
memperkenal kan para hadirin dan
menjelaskan maksud pertemuan serta acara
pertemuan
c. Kepala desa mempersilahkan Camat atau
wakilnya untuk memberikan sambutan atau
arahan pertemuan
d. Kemudian bidan di desa sebagai pembicara
berikutnya menjelaskan tentang masalah
kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang
meliputi latar belakang, tujuan dan cara
pelaksanaan serta pentingnya dukungan
masyarakat dalam program tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 100
e. Selanjutnya di diskusikan bersama tentang
langkah kegiatan khususnya tentang survei
mawas diri, waktu pelaksanaan survei dan
kelompok yang akan melakukan survei, serta
ditentukannya waktu untuk mengadakan
musyawarah masyarakat desa.
B. Survei Mawas Diri ( SMD )
1. SMD adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan,
dan pengkajian masalah kesehatan oleh
sekelompok masyarakat setempat di bawah
bimbingan petugas kesehatan di desa / bidan di
desa
2. Tujuan SMD
a. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data,
mengkaji masalah kesehatan yang ada di desa
dalam rangka menyiapkan desa siaga.
b. Timbulnya minat dan kesadaran masyarakat
untuk mengetahui masalah kesehatan dan
pentingnya desa siaga.
3. SMD dilaksanakan di desa terpilih dengan
memilih lokasi tertentu yang dapat
menggambarkan keadaan desa pada umumnya.
4. SMD dilaksanakan oleh sekelompok warga
masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan
tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah
kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak
mungkin dari Kepala Keluarga (KK) yang
bermukim dilokasi terpilih tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 101
5. Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil
kesepakatan pertemuan desa
6. Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri
a. Bidan di desa dan kelompok yang ditugaskan
untuk melaksanakan Survei Mawas Diri
meliputi :
Penentuan sasaran, baik jumlah KK ataupun
lokasinya
Penentuan jenis informasi masalah
kesehatan yang akan dikumpulkan dalam
mengenal masalah kesehatan
Penentuan cara memperoleh informasi
kesehatan, Misalnya apakah akan
mempergunakan cara pengamatan atau
wawancara. Cara memperoleh informasi
dapat dilakukan dengan kunjungan dari
rumah ke rumah atau melalui pertemuan
kelompok sasaran.
Pembuatan instrumen / alat untuk
memperoleh informasi kesehatan. Misalnya
dengan menyusun daftar pertanyaan
(kuisioner), yang akan dipergunakan dalam
wawancara atau membuat daftar hal -hal
yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
b. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri
dengan bimbingan bidan di Desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan
sesuai dengan yang direncanakan pada butir a
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 102
c. Kelompok pelaksanaan Survei Mawas Diri
dengan bimbingan bidan di Desa mengolah
informasi masalah kesehatan yang telah
dikumpulkan sehingga dapat diperoleh
perumusan masalah kesehatan dan prioritas
masalah kesehatan di wilayahnya.
C. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
1. MMD adalah pertemuan seluruh warga desa
untuk membahas hasil survei mawas diri dan
merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas
diri
2. Tujuan Musyawarah Masyarakat Desa :
a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayahnya
b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi
masalah kesehatan melalui pelaksanaan
Desa Siaga dan Poskesdes
c. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk
menanggulangi masalah kesehatan,
melaksanakan Desa Siaga dan Poskesdes
3. MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat
desa, petugas Puskesmas, dan sektor terkait di
tingkat kecamatan (Seksi-seksi pemerintahan dan
pembangunan, BKKBN, Pertanian, Agama, dan
lain lain)
5. MMD dilaksanakan di Balai Desa atau tempat
pertemuan lain yang ada di desa
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 103
6. MMD dilaksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan
7. Cara pelaksanaan :
a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan
tujuan MMD dipimpin oleh kepala desa
b. Pengenalan masalah kesehatan oleh
masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan mempergunakan alat peraga, poster,
dan lain lain dipimpin oleh petugas puskesmas
c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah
kesehatan atas dasar pengenalan masalah
(butir b) dan hasil SMD (butir c) dilanjutkan
dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa / bidan di desa
e. Penyusunan rencana penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala desa
f. Penutup
Penugasan 3.Mengidentifikasi program pemberdayaan masyarakatdiwilayah kerja Puskesmas.Fasilitator membagi peserta dalam kelompok Puskesmas,denganpenugasan: Menginventarisasi program pemberdayaan apa yang sudah
dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas. Memprediksi permasalahan kesehatan di masyarakat. Mengidentifikasi permasalahan apa yang belum tertangani
dengan porgram pemberdayaan saat ini? Mengidentifikasi/memprediksi program pemberdayaan apa lagi
yang harus dilakukan (dengan melibatkanmasyarakat sejak awal).
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 104
3) Azas keterpaduan
Dalam menerapkan azas keterpaduan dalam
penyelenggaraan Puskesmas, hal mendasar yang
perlu dipahami adalah, keterpaduan merupakan
upaya memadukan penyelenggaraan upaya
kesehatan Puskesmas, baik wajib maupun
perorangan dalam rangka mengantisipasi
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki serta
untuk mencapai hasil yang optimal. Karena
itu,sebaiknya keterpaduan sudah dimulai sejak
dari tahap perencanaan,serta perlu komitmen
dari semua pihak yang menjadi pemilik atau
penanggungjawab program, keterbukaan/
transparansi, serta kejelasan peran dan
tanggungjawab masing-masing.
Beberapa hal yang harus dilakukan Puskesmas:
Keterpaduan Lintas Program:
o Mengidentifikasi program/kegiatan yang
mempunyai sasaran yang sama.
o Memilah bentuk/jenis program yang bisa
dipadukan penyelenggaraannya.
o Mengidentifikasi potensi yang ada untuk
masing-masing progam, seperti; tenaga/
SDM, sarana dan fasilitas, dana yang dimiliki
dll.
o Mengidentifikasi peran dan tanggungjawab
setiap orang yang terlibat dalam keterpaduan
tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 105
o Menuangkan program keterpaduan dalam
suatu rencana kegiatan, digabungkan
dengan /menjadi bagian dari perencanaan
Puskesmas
o Membahas rencana kegiatan tersebut agar
dipahami semua orang yang terlibat serta
untuk mendapatkan komitmen dalam
pelaksanaannya.
Keterpaduan Lintas Sektor
o Mengidentifikasi program/kegiatan yang
memerlukan koordinasi dan keterlibatan
sektor lain dalam penyelenggaraannya,yaitu
yang mempunyai sasaran program/kegiatan
yang sama.
o Mengadakan pertemuan dengan lintas sektor
tersebut untuk membahas tentang
bentuk/jenis program terpadu lintas
sektor,potensi masing-masing sektor,serta
peran dan tanggungjawab masing-masing.
o Menuangkan program keterpaduan dalam
suatu rencana kegiatan ,digabungkan dengan
/menjadi bagian dari perencanaan
Puskesmas
o Membahas rencana kegiatan tersebut agar
dipahami semua orang yang terlibat serta
untuk mendapatkan komitmen dalam
pelaksanaannya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 106
Secara operasional rencana keterpaduan
program/kegiatan dapat dibahas pada waktu
pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas Bulanan
Pertama untuk keterpaduan lintas program dan
Lokakarya Mini Tribulanan Pertama untuk
keterpaduan lintas sektor.
4) Azas Rujukan
Sebenarnya sudah jelas bagi Puskesmas tentang
azas rujukan, baik rujukan Upaya Kesehatan
Perorangan maupun Upaya Kesehatan
Masyarakat. Yang kemudian menjadi penting
adalah, apakah Puskesmas memiliki mekanisme
atau prosedur rujukan secara tertulis yang
diketahui dan dipahami oleh setiap petugas
Puskesmas. Seringkali rujukan hanya diartikan
sebagai kegiatan pengiriman kasus/pasien yang
tidak dapat ditangani di Puskesmas,atau bentuk
permintaan bantuan ke Dinas Kesehatan
mengenai fasilitas, sarana pelayanan, tenaga dan
lain-lain.
Beberapa prosedur rujukan yang perlu dimiliki
Puskesmas antara lain:
Prosedur rujukan internal Puskesmas.
Prosedur rujukan kasus/pasien ke Pusat
Pelayanan Kesehatan Perorangan Strata yang
lebih tinggi (Rumah sakit dll).
Prosedur tindak lanjut rujukan pasien pasca
perawatan dari fasilitas pelayanan rujukan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 107
Prosedur rujukan tersebut disusun oleh suatu tim
yang dipilih oleh pimpinan Puskesmas, dan
disahkan untuk diberlakukan serta dipatuhi oleh
semua petugas yang terkait.
5. Penerapan Manajemen Puskesmas
Pada prinsipnya, manajemen Puskesmas adalah
suatu rangkaian kegiatan yang sistematis, saling
terkait dan berkesinambungan, efektif serta efisien,
dalam rangka terselenggaranya berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat sesuai dengan azas penyelenggaraan
Puskesmas, agar menghasilkan luaran Puskesmas
secara optimal.
Penerapan manajemen Puskesmas secara
operasional dilaksanakan melalui kegiatan:
Perencanaan tahunan Puskesmas
Lokakarya Mini Puskesmas bulanan dan tribulanan
Evaluasi kinerja Puskesmas
Ketiga fungsi manajemen tersebut akan dibahas dalam
modul Perencanan Puskesmas, Lokakarya Mini
Puskesmas dan Evaluasi Kinerja Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 108
MODUL 2
KEBIJAKAN DASAR PROGRAM LKB dan PPIA (LAYANAN
KOMPREHENSIF HIV-AIDS BERKESINAMBUNGAN)
I. DESKRIPSI SINGKAT
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
tingkat pertama di Indonesia, dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya puskesmas perlu mengetahui program
kesehatan yang menjadi prioritas nasional dan global, salah
satunya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit
menular seperti HIV-AIDS dan TB, dalam pelaksanaan
program tersebut puskesmas mengacu kepada kebijakan
nasional di tingkat pusat dengan tetap memperhatikan
kondisi wilayah kerja serta sumber daya yang dimiliki. HIV-
AIDS saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama
kali ditemukan (1987) sampai dengan tahun 2011, kasus HIV
teridentifikasi tersebar di 368 dari 498 kabupaten/kota di
seluruh provinsi di Indonesia. Agar puskesmas mampu
melaksanakan program pencegahan dan pengendalian HIV-
AIDS di wilayah kerjanya maka puskesmas dibekali
pengetahuan mengenai konsep pengendalian penyakit HIV-
AIDS melalui Layanan Komprehensif Berkesinambungan
(LKB). Layanan tersebut menggunakan pendekatan
sistematis dan komprehensif, serta dengan perhatian khusus
pada kelompok kunci dan kelompok populasi yang sulit
dijangkau. Salah satu kelompok populasi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah ibu hamil. Di Indonesia,
infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang
dikelompokkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 109
kematian ibu dan anak. Agar transmisi penularan HIV dari
ibu ke anak dapat dicegah maka diperlukan pelaksanaan
program PPIA yang terintegrasi di layanan KIA. Hingga saat
ini masih banyak penderita HIV AIDS dan IMS yang tidak
terdeteksi secara dini oleh puskesmas. Tren penularan HIV di
Indonesia saat ini tidak hanya melalui hubungan seksual
dan penggunaan jarum suntik bersama saja, namun juga
penularan HIV dari Ibu ke Anak juga mengalami angka
peningkatan yang cukup signifikan. Di mana ibu rumah
tangga masuk ke dalam populasi umum dan tidak menyadari
bahwa dirinya sudah tertular HIV. Di sini pula peran
puskesmas sebagai ujung tombak layanan kesehatan mampu
melakukan deteksi dan pencegahan secara dini melalui
promosi kesehatan terhadap penularan HIV serta mampu
melakukan pengobatan bagi puskesmas yang sudah mampu
atau melakukan perujukan ODHA (orang dengan HIV AIDS)
ke layanan yang lebih lengkap. Berdasarkan Asian Model
Epidemic (AEM), tren kasus baru HIV di Indonesia dalam
regional ASEAN mengalami peningkatan dibandingkan
negara lainnya yang mengalami penurunan kasus baru
HIVnya.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu
memahami Kebijakan Dasar Program LKB
(layanan komprehensif HIV-AIDS
berkesinambungan) dan penerapannya dalam
penyelenggaraan Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 110
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan Konsep Dasar LKB
2. Menjelaskan Konsep Pelayanan Komprehensif
HIV-AIDS Dan IMS Serta kaitannya dengan
jejaring masyarakat
3. Menjelaskan Konsep Dasar PPIA
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub
pokok bahasan sebagai berikut:
1. Kebijakan dan Konsep dasar LKB:
1.1 Epidemiologi HIV-AIDS
1.2 Kebijakan nasional dan daerah dalam upaya
pengendalian HIV-AIDS (kebijakan, strategi dan
sasaran)
1.3 6 pilar utama LKB
2. Konsep Pelayanan Komprehensif HIV-AIDS dan IMS :
2.1 Paket minimal layanan komprehensif HIV-AIDS dan
IMS
2.2 Koordinasi di tiap tingkat
2.3 Jejaring kerja dan partisipasi masyarakat (populasi
kunci)
3. Konsep Dasar PPIA
3.1 Analisa situasi ibu hamil HIV
3.2 Kebijakan program PPIA (strategi, target, sasaran)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 111
3.3 Kegiatan PPIA secara komprehensif
3.4 Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA, KB dan
konseling remaja
3.5 Indikator PPIA
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Kebijakan Diklat
2. Bahan tayang
3. Peraturan
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam
proses pembelajaran materi ini.
Sebelum mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan
sudah membaca modul LKB termasuk PPIA terlebih
dahulu.
Langkah 1: Pengkondisian (10 menit)
Untuk memperlancar proses pembelajaran, disusunlah
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kegiatan Fasilitatora. Memperkenalkan diri
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang
lingkup bahasan
c. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan
Dasar Program LKB (layanan komprehensif HIV-
AIDS berkesinambungan) dan penerapannya
dalam penyelenggaraan Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 112
d. Menggali pendapat pembelajar tentang Kebijakan
Dasar Program PPIA dan penerapannya dalam
penyelenggaraan Puskesmas
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan
fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap
penting
Langkah 2. Penyampaian Materi ( 200 menit)
Pokok Bahasan 1 (40 menit)
Pokok Bahasan 2 (90 menit)
Pokok Bahasan 3 (70 menit)
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1, 2, dan 3
tentang Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan
Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta
Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan
Konsep Dasar PPIA.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 113
b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan fasilitator
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (15 menit)
1. Fasilitator
a. Menyampaikan kesimpulan akhir tentang
Konsep Dasar LKB, Konsep Pelayanan
Komprehensif HIV-AIDS Dan IMS Serta
Kaitannya Dengan Jejaring Masyarakat dan
Konsep Dasar PPIA
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan fasilitator.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 114
VI. URAIAN MATERI
A. KEBIJAKAN DAN KONSEP DASAR LKB
1. Epidemiologi HIV-AIDS
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia.
Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan
tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368
(73,9%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33)
provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali
ditemukannya adanya kasus HIV adalah Provinsi Bali
(1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya
kasus HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat.
Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi
HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan
kondom. Diikuti oleh penggunaan alat suntik yang
tercemar darah yang mengandung HIV (karena
penggunaan alat suntik secara bersama di antara
para pengguna Napza suntikan), dan ditularkan dari
ibu pengidap HIV kepada anaknya, baik selama
kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Cara
penularan lain adalah melalui transfusi darah yang
tercemar, alat tusuk dan peralatan lainnya (tato, dan
lain-lain) dan adanya infeksi menular seksual seperti
sifilis.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 115
2. Kebijakan Nasional dan Daerah dalam
Pengendalian HIV-AIDS
2.1 Kebijakan
Mengingat latar belakang di atas maka disepakati
perlunya mengembangkan suatu kerangka kerja
standar bagi tingkat kabupaten/kota. Kerangka
kerja ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman bagi para pengelola program, pelaksana
layanan dan semua mitra terkait dalam
penerapan layanan pencegahan, perawatan dan
pengobatan HIV & IMS yang berkesinambungan
di kabupaten/kota. Layanan HIV & IMS tersebut
menggunakan pendekatan sistematis dan
komprehensif, serta dengan perhatian khusus
pada kelompok kunci dan kelompok populasi
yang sulit dijangkau.
Kebijakan kegiatan pengendalian yang
dilaksanakan adalah dengan:
1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan
pengembangan kapasitas.
2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan
profesionalisme dalam pengendalian HIV-AIDS
dan IMS.
3. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada
kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah
tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan serta bermasalah kesehatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 116
5. Mengutamakan program berbasis masyarakat.
6. Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan
kerja sama.
7. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber
daya.
8. Mengutamakan promotif dan preventif.
9. Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s,
komitmen nasional dan internasional
Kerangka Kerja tersebut merupakan panduan
standar untuk merencanakan layanan secara
efisien dan konsisten serta menyelaraskan
penyelenggaraan layanan secara lokal maupun
nasional. Kerangka kerja dikembangkan melalui
proses konsultasi yang melibatkan para
pemangku kepentingan secara luas dibawah
koordinasi Kementerian Kesehatan RI, dengan
dukungan WHO, yang dilandasi oleh prinsip
dasar:
1. hak azasi manusia,
2. kesetaraan akses layanan,
3. penyelenggaraan layanan HIV & IMS yang
berkualitas,
4. mengutamakan kebutuhan ODHA dan
keluarganya,
5. memperhatikan kebutuhan kelompok
populasi kunci dan populasi rentan lainnya,
6. keterlibatan ODHA dan keluarganya,
7. penerapan perawatan kronik,
8. layanan terapi antiretroviral dengan
pendekatan kesehatan masyarakat,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 117
9. mengurangi hambatan dalam mengakses
layanan (termasuk hambatan finansial
seperti misalnya layanan cuma-cuma bila
memungkinkan);
10. menciptakan lingkungan yang mendukung
untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi,salah satunya dengan
peraturan perundangan yang melindungi,
serta
11. mengarus utamakan aspek gender.
2.2 Desentralisasi Layanan Komprehensif HIV
dan IMS yang Berkesinambungan (LKB) di
tingkat Kabupaten Kota
Pengembangan LKB perlu didahului dengan
pemetaan dan analisis situasi setempat, yang
mencakup pemetaan populasi kunci dan lokasi
layanan terkait HIV yang tersebar serta analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
khususnya perilaku pencarian layanan
pengobatan (health seeking behavior), yang sangat
dipengaruhi tatanan non-fisik yang ada di
lingkungan masyarakat. Analisis situasi ini perlu
dilakukan agar populasi kunci/masyarakat mau
memanfaatkan jejaring LKB yang dibangun
(feeding in) sehingga program ini berdampak bagi
pengendalian epidemi secara luas.
Di daerah dengan prevalensi tinggi maka RS di
tingkat Kabupaten/Kota sebaiknya
dikembangkan menjadi pusat layanan HIV di
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 118
daerah tesebut dengan pertimbangan bahwa RS
di tingkat kabupaten/kota pada umumnya:
Memiliki cukup kapasitas untuk
memberikan tatalaksana klinis infeksi
menular seksual, infeksi oportunistik pada
pasien HIV, bagi penasun dan terapi ARV
Dapat melayani jumlah ODHA dan populasi
kunci yang cukup untuk membentuk
kelompok
Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat
tinggal ODHA dan klien lainnya
2.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan
IMS secara berhasil-guna dan berdaya-guna
dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Tujuan khusus
a. Menurunnya jumlah kasus baru HIV
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero new infection)
b. Menurunnya tingkat diskriminasi
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero discrimination)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 119
c. Menurunnya angka kematian AIDS
serendah mungkin (target jangka
panjang: zero AIDS related deaths)
d. Meningkatnya kualitas hidup ODHA
2.4 Strategi
Strategi yang dilaksanakan dalam Pencapaian
Target Pengendalian HIV-AIDS dan IMS adalah :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS melalui
kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan upaya pengendalian HIV-AIDS
dan IMS yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan
pengutamaan pada upaya promotif-preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pengendalian HIV-
AIDS dan IMS
4. Meningkatkan pengembangan dan
pemberdayaan SDM yang merata dan bermutu
dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan
penunjang HIV-AIDS dan IMS serta menjamin
keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan
obat dan bahan/alat yang diperlukan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
6. Meningkatkan manajemen pengendalian HIV-
AIDS dan IMS yang akuntabel, transparan,
berdayaguna untuk memantapkan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 120
desentralisasi kesehatan yang
bertanggungjawab.
2.5 Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Memperkuat aspek legal pengendalian HIV-
AIDS dan IMS
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi
termasuk Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dan Intervensi Perubahan Perilaku (IPP)
3. Pengembangan sumber daya manusia
4. Memperkuat jejaring kerja dan meningkatkan
partisipasi masyarakat
5. Memperkuat logistik
6. Meningkatkan konseling dan tes HIV
7. Meningkatkan perawatan, dukungan dan
pengobatan
8. Meningkatkan pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak
9. Meningkatkan pengendalian IMS
10.Meningkatkan program pengurangan dampak
buruk
11.Meningkatkan pengamanan darah donor dan
produk darah
12.Meningkatkan kewaspadaan Universal
13.Meningkatkan kolaborasi TB-HIV
14.Meningkatkan surveilans epidemiologi dan
pengembangan sistem informasi
15.Monitoring dan evaluasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 121
16. Mengembangkan dan memperkuat sistem
pembiayaan.
3. Enam Pilar Utama Layanan Komprehensif
Berkesinambungan
3.1Pengertian LKB
Yang dimaksud dengan layanan komprehensif
adalah upaya yang meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS,
seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif,
promosi penggunaan kondom, pengendalian
faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (KTS
dan KTIP), Perawatan, Dukungan, dan
Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari Ibu
ke Anak (PPIA), Pengurangan Dampak Buruk
NAPZA (LASS, PTRM, PTRB), layanan IMS,
Pencegahan penularan melalui darah donor dan
produk darah lainnya, serta kegiatan monitoring
dan evaluasi serta surveilan epidemiologi di
Puskesmas Rujukan dan Non-Rujukan termasuk
fasilitas kesehatan lainnya dan Rumah Sakit
Rujukan Kabupaten/Kota.
Yang dimaksud dengan layanan yang
berkesinambungan adalah pemberian layanan
HIV & IMS secara paripurna, yaitu sejak dari
rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan
kesehatan seperti puskesmas, klinik dan rumah
sakit dan kembali ke rumah atau komunitas; juga
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 122
selama perjalanan infeksi HIV (semenjak belum
terinfeksi sampai stadium terminal). Kegiatan ini
harus melibatkan seluruh pihak terkait, baik
pemerintah, swasta, maupun masyarakat (kader,
LSM, kelompok dampingan sebaya, ODHA,
keluarga, PKK, tokoh adat, tokoh agama dan
tokoh masyarakat serta organisasi/kelompok
yang ada di masyarakat).
Layanan komprehensif dan berkesinambungan
juga memberikan dukungan baik aspek
manajerial, medis, psikologis maupun sosial
ODHA selama perawatan dan pengobatan untuk
mengurangi atau menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
Komponen LKB terdiri dari 5 komponen utama
dalam pengendalian HIV di Indonesia yaitu:
1. Pencegahan
2. Perawatan
3. Pengobatan
4. Dukungan
5. Konseling
3.2Unsur utama Layanan Komprehensif yang
Berkesinambungan
Agar model tersebut di atas dapat berjalan secara
efektif maka harus tersedia semua layanan yang
diperlukan di kabupaten/kota.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 123
Seperti telah disebutkan dalam kebijakan di atas
bahwa penyelenggaraan layanan komprehensif
HIV& IMS yang Berkesinambungan didasarkan
atas 6 pilar.
Tabel 16. Pilar Utama bagi Layanan Komprehensif HIV
& IMS yang Berkesinambungan
No. Pilar Utama Maksud dan Tujuan
Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan
dengan semua pemangku
kepentingan di setiap lini
Mendapatkan dukungan dan
keterlibatan aktif semua
pemangku kepentingan
Pilar 2: Peran aktif komunitas
termasuk ODHA dan Keluarga
Meningkatnya kemitraan, dan
akseptabilitas layanan,
meningkatkan cakupan, dan
retensi, serta mengurangi
stigma dan diskriminasi.
Pilar 3: Layanan terintegrasi dan
terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
Tersedianya layanan
terintegrasi sesuai dengan
kondisi setempat.
Pilar 4: Paket layanan HIV
komprehensif yang
berkesinambungan
Tersedianya layanan
berkualitas sesuai kebutuhan
individu
Pilar 5: Sistem rujukan dan jejaring
kerja
Adanya jaminan
kesinambungan dan linkage
antara komunitas dan layanan
kesehatan.
Pilar 6: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik
dari sisi geografis, finansial
dan sosial, termasuk bagi
kebutuhan populasi kunci
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 124
3.2.1 Pilar 1: Koordinasi dan Kemitraan dengan
Semua Pemangku Kepentingan di Setiap
Lini
Dalam pengembangan layanan
komprehensif HIV yang berkesinambungan
perlu suatu mekanisme koordinasi dan
kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan, termasuk ODHA, sektor
swasta dan masyarakat, di semua lini
(tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota). Mekanisme tersebut
terutama sangat diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan
layanan komprehensif tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu forum koordinasi yang
efektif baik di tingkat nasional maupundi
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Forum koordinasi tersebut akan
memfasilitasi terjalinnya jejaring kerja sama
antar layanan baik secara horisontal
maupun vertikal atas dasar saling
menghormati, menghargai dan
membutuhkan.
3.2.2 Pilar 2: Peran Aktif Komunitas Termasuk
ODHA dan Keluarga
Peningkatan peran serta ODHA dan
kelompok dukungan sebaya secara efektif
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 125
dalam berbagai aspek termasuk layanan
kesehatan berbasis masyarakat/komunitas
maupun fasyankes telah terbukti efektif dan
dapat memperbaiki kualitas layanan bagi
ODHA secara umum. Sistem kemitraan juga
harus terus didorong, misalnya kemitraan
dalam perencanaan, penyelenggaraan
layanan dan evaluasi. Kemitraan ini penting
dalam memperbaiki rujukan, dukungan
kepatuhan, serta mengurangi stigma dan
diskriminasi di antara pemangku
kepentingan.
3.2.3 Pilar 3: Layanan Terintegrasi dan
Terdesentralisasi Sesuai Kondisi Wilayah
Setempat
Integrasi dan desentralisasi di Tingkat
Kabupaten/Kota
Integrasi layanan dan desentralisasi
pengelolaan sumber daya diadaptasi sesuai
situasi epidemi HIV dan kondisi di
kabupaten/kota (yaitu epidemi
terkonsentrasi atau meluas, kapasitas
sistem layanan kesehatan, LSM pemberi
layanan, termasuk layanan bagi kelompok
populasi kunci, dsb.). Banyak layanan PDP
yang menuju layanan “satu atap dan satu
hari” yang sebaiknya terus diupayakan
secara bertahap, dengan prioritas integrasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 126
layanan HIV di layanan lainnya seperti di
layanan TB, layanan IMS, KIA, KB, PTRM,
LASS dan kesehatan reproduksi remaja.
Sebagai contoh dari integrasi layanan
adalah: skrining TB di layanan PDP HIV
atau KT, ko-manajemen TB dan terapi ARV
pada kunjungan yang sama oleh petugas
yang sama, konseling dan tes HIV atas
inisiasi petugas kesehatan (KTIP) di layanan
ibu hamil, TB, PTRM, atau LASS.
Sedang tingkat desentralisasi layanan
pengobatan ARV, apakah di tingkat
puskesmas atau di tingkat komunitas,
sangat tergantung dari tingkat epidemi HIV
setempat, cakupan layanan dan kapasitas
petugas layanan yang ada di layanan tingkat
bawah.
3.2.4 Pilar 4: Paket layanan HIV Komprehensif
yang Berkesinambungan
Paket LKB ini diterapkan sesuai strata dari
layanan dengan peran dan tanggung jawab
yang jelas. Isi paket dapat diadaptasi sesuai
keadaan, sumber daya, dan situasi epidemi
HIV, dan juga dapat berkembang sesuai
kebutuhan. Implementasi keseluruhan paket
di fasyankes sekunder dan tersier (rumah
sakit kabupaten dan RS provinsi ataupun RS
sekelas lainnya), fasyankes primer
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 127
(puskesmas, klinik dll) dan layanan komunitas
dapat dikembangkan bertahap sesuai kondisi
sumber daya (keuangan, tenaga), kapasitas
dan prioritas kebutuhan.
3.2.5 Pilar 5: Sistem Rujukan dan Jejaring Kerja
Kunci keberhasilan dari LKB adalah sistem
rujukan dan jejaring kerja yang akan
menghasilkan perbaikan akses dan retensi
dalam pengobatan.
Jejaring kerja yang mampu menjamin
kesinambungan layanan meliputi sistem
rujukan pasien dan keluarganya dari satu
layanan ke layanan lainnya secara timbal
balik, baik di dalam maupun di luar sistem
layanan, di dalam satu tingkat layanan atau
antar tingkat layanan (layanan yang berbeda
strata), secara horisontal maupun vertikal.
Dalam hal tersebut maka perlu dibentuk
jejaring kerjasama atas dasar saling
menghormati dan menghargai.
Contoh kesinambungan internal antar unit
layanan di dalam fasyankes yang sama
antara lain adalah rujukan antar layanan
PDP di rawat jalan, layanan laboratorium,
farmasi, TB, IMS, KIA, KB dan kesehatan
reproduksi remaja.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 128
Sistem rujukan dalam LKB mengikuti
sistem rujukan yang ada, yaitu meliputi
rujukan pasien, dan rujukan spesimen
untuk pemeriksaan laboratorium. Dalam
melaksanakan rujukan, perlu
dipertimbangkan segi jarak, waktu,
biaya,dan efisiensi. Contohnya, jika rujukan
dari rumah sakit Tangerang lebih cepat ke
Jakarta daripada ke Serang maka rujukan
ke Jakarta dapat dilaksanakan untuk
kepentingan pasien. Rujukan juga dapat
terjadi antara fasyankes pemerintah dan
fasyankes swasta, laboratorium pemerintah
dan swasta. Dengan demikian, diharapkan
jaringan kerjasama yang terjalin dapat
memberikan layanan yang lebih baik kepada
klien.
Agar perawatan dan pengobatan dapat
berjalan efektif maka perlu pula dibangun
sistem rujukan yang terhubung dengan
kegiatan penjangkauanpopulasi kunci dan
rentan lain, perawatan berbasis rumah,
klinik perawatan penyakit akut, dan
sebagainya. Perlu diingat bahwa sistem
rujukan yang harus diperkuat termasuk
sistem rujukan antar wilayah (rujukan antar
kabupaten/kota, antar provinsi).
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 129
3.2.6 Pilar 6: Menjamin Akses Layanan Termasuk
Kebutuhan Populasi Kunci
Untuk menjamin bahwa layanan dapat
diakses oleh masyarakat dan kelompok
populasi kunci serta sesuai dengan
kebutuhannya maka diperlukan suatu
lingkungan yang mendukung baik yang
berupa kebijakan maupun peraturan
perundangan. Model layanan komprehensif
berkesinambungan harus meliputi
intervensi terarah, guna memenuhi
kebutuhan spesifik dari kelompok populasi
kunci dan kelompok rentan lainnya.
LKB menawarkan kesempatan luas untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi serta
meningkatkan akses pada layanan –
khususnya bagi kelompok kunci. Dalam
mengakses layanan HIV & IMS yang
dibutuhkan,kelompok populasi kunci
(seperti PS, Penasun, LSL, WBP, dan
sebagainya) dan kelompok rentan lainnya
(anak-anak, remaja dan masyarakat miskin)
biasanya mendapat hambatan. Setiap
kabupaten/kota harus membuat strategi
yang memudahkan kelompok populasi
kunci dan kelompok rentan lainnya dalam
mengakses layanan yang mereka butuhkan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 130
Contoh hambatan yang terjadi di masyarakat
dalam mengakses layanan :
Di kota X, Penasun takut mengakses suatu
fasilatas layanan yang menyediakan LASS,
Konseling NAPZA, Konseling dan Tes HIV,
rujukan ke layanan perawatan HIV, dan
perawatan umum karena takut ditangkap
oleh polisi atau petugas keamanan lainnya
yang selalu berdiri di depan layanan
tersebut.
Di kota Y, kelompok LSL menolak
menggunakan layanan HIV yang tersedia
karena terjadi praktek diskriminasi
terhadap mereka oleh petugas kesehatan.
Hal tersebut disebabkan oleh belum
terbiasanya petugas kesehatan dalam
memberikan layanan HIV kepada LSL.
Untuk mengurangi hambatan dalam
mengakses layanan bagi populasi kunci
diperlukan strategi dalam pengembangan
LKB yaitu :
Sosialisasi kepada pemimpin/tokoh
kunci setempat tentang kebutuhan
populasi kunci dan bahaya dari
pelecehan, pengucilan dan penangkapan
populasi kunci. Paparkan masalah
hambatan ini di dalam forum koordinasi
.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 131
Libatkan ODHA dan kelompok populasi
kunci dalam penyusunan rencana
pengembangan LKB dan implementasi
kegiatan
Latih petugas kesehatan untuk
memberikan perawatan dengan cara
yang tidak menghakimi dan peka
terhadap isu-isu PS, LSL, dan penasun
Sosialisasikan kepada pejabat
rutan/lapas dan pusat rehabilitasi
mengenai isu terkait HIV dan advokasi
mereka untuk bergabung dalam LKB.
Kembangkan rujukan antar tatanan
tertutup dan layanan berbasis
masyarakat di mana klien akan
membutuhkan layanan di masyarakat
setelah mereka bebas.
Memberikan edukasi dan informasi
tentang berbagai perilaku berisiko ketika
memberikan layanan klinis kepada klien
(promosikan perilaku seks aman dan
pengurangan dampak buruk pada
penasun)
Dukung dan lakukan aktivitas
penjangkauan kepada kelompok
populasi kunci dalam rangka
membangun hubungan kepercayaan
antara pemberi layanan dan klien. Dan
pastikan LKB ini merupakan layanan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 132
ramah, menghormati hak klien dan tidak
menghakimi.
Bila perlu sediakan layanan yang
mendekati lokasi tempat
tinggal/aktivitas kelompok populasi
kunci. Dapat pula memanfaatkan
fasilitas layanan berbasis masyarakat
yang biasanya lebih diterima oleh
populasi kunci.
Bangun jejaring rujukan formal yang
efisien antara layanan umum dan
layanan populasi kunci tersebut.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi juga
mencakup layanan di atas untuk
memastikan kebutuhan ODHA dan
populasi kunci lainnya terlayani dengan
memadai untuk mengubah epidemi HIV
di Indonesia.
B. KONSEP PELAYANAN KOMPREHENSIF HIV – AIDS
DAN IMS
Paket Minimal Layanan Komprehensif HIV-AIDS
dan IMS
Tabel 2 memaparkan jenis layanan komprehensif yang
diperlukan di suatu wilayah kabupaten/kota untuk
menjamin kelengkapan layanan yang dapat diakses
oleh masyarakat meskipun tidak seluruh layanan
tersebut tersedia dalam satu unit/fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 133
Tabel 17. Jenis Layanan Komprehensif HIV
Promosi dan
Pencegahan
Tatalaksana
Klinis HIV
Dukungan
psikososial,
ekonomi, dan
legal
• Promosi Kesehatan
(KIE)
• Ketersediaan dan
akses alat
pencegahan
(kondom, alat suntik
steril)
• PTRM, PTRB, PABM
• Penapisan darah
donor
• Life skills education
• Dukungan
kepatuhan berobat
(Adherence)
• PPIA
• Layanan IMS, KIA,
KB dan Kesehatan
reproduksi remaja
• Tatalaksanan IMS
• Vaksinasi Hep-B
bagi bayi dan para
penasun (bila
tersedia)
• Pencegahan Pasca
Pajanan
• Tatalaksana
medis dasar
• Terapi ARV
• Diagnosis IO
dan komorbid
terkait HIV
serta
pengobatannya
, termasuk TB
• Profilaksis IO
• Tatalaksana
Hepatitis B
dan C
• Perawatan
paliatif,
termasuk
tatalaksana
nyeri,
• Dukungan gizi
• Dukungan
psikososial
• Dukungan
sebaya
• Dukungan
spiritual
• Dukungan
sosial
• Dukungan
ekonomi:
latihan kerja,
kredit mikro,
kegiatan
peningkatan
pendapatan,,
dsb.
• Dukungan legal
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 134
2. Koordinasi di Tiap Tingkat
2.1. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di
tingkat Nasional:
Mekanisme koordinasi dan kemitraan di tingkat
nasional diselenggarakan melalui Forum
Koordinasi layanan komprehensif HIV/IMS & IMS
yang Berkesinambungan (FK-LKB), yang bertugas
membahas layanan komprehensif yang
berkesinambungan dengan mengadakan
pertemuan secara berkala, setidaknya setiap 6
bulan sekali atau lebih sering sesuai kebutuhan.
FK-LKB diketuai oleh pengelola program nasional
HIV dari Kementerian Kesehatan dan
beranggotakan pemangku kepentingan yang
meliputi: KPA Nasional, Subdit AIDS/PMS, TB,
Bina Kes-Ibu, Bina Kes Anak, ahli HIV/IMS,
perwakilan LSM yang bekerja dalam populasi
kunci, KDS ODHA, mitra multi/bilateral, sektor
lain (seperti: Kemensos, kemendagri, Kemenhub,
Kemenhukam dsb), perwakilan dari Direktorat
Pemasyarakatan, TNI, POLRI, dsb.
2.2. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di
tingkat Provinsi
Agar mekanisme koordinasi dan kemitraan di
tingkat provinsi dapat terselenggara maka perlu
ditunjuk seorang focal point sebagai fasilitator
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 135
koordinasi, perencanaan dan pelaksanaan.
Sementara itu, sektor kesehatan berfungsi sebagai
penggeraknya (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
selaku ketua FK-LKB Provinsi).
Koordinasi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme koordinasi yang sudah ada di tingkat
provinsi atau membentuk forum koordinasi baru
dengan melibatkan para pemangku kepentingan
yang meliputi: KPA provinsi, Dinkes Provinsi,
penanggung jawab program terkait Dinkes
Provinsi, (TB, Kespro, KIA, P2M), sektor lain
(pemerintah daerah, SKPD lain, dll), kepala rumah
sakit rujukan regional di provinsi, LSM populasi
kunci, LSM layanan HIV, KDS ODHA, tokoh
masyarakat.
Forum koordinasi di tingkat provinsi berperan
untuk:
Menyusun perencanaan dan memastikan
implementasi kegiatan
Memfasilitasi pengembangan LKB di tingkat
kabupaten/kota di dalam wilayahnya.
Memastikan semua pemangku kepentingan
bekerja sama, mendorong kepemilikan dan
akuntabilitas.
Memastikan ketersediaan sumber dayadan
penggunaan yang optimal.
Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan,
serta kolaborasi dan koordinasi lintas
bidang/sektor.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 136
Memformulasikan mekanisme jejaring kerja
dan alur rujukan layanan kesehatan/medis
(vertikal dan horisontal).
Menyediakan forum diskusi berkala terkait
penerapan LKB.
2.3. Mekanisme Koordinasi dan Kemitraan di tingkat
Kabupaten/Kota
Koordinasi dan kemitraan di tingkat
kabupaten/kota diselenggarakan melalui
mekanisme koordinasi yang ada di tingkat
kabupaten/kota atau membentuk forum
koordinasi yang baru, dan seperti halnya di
tingkat provinsi maka perlu ditunjuk seorang
pengelola program LKB sebagai focal point yang
bertugas sebagai fasilitator koordinasi,
perencanaan dan pelaksanaan. Pemangku
kepentingan yang terlibat meliputi: KPA
Kabupaten, Dinkes Kab/ Kota, penanggung jawab
program terkait Dinkes, (TB, Kespro, KIA, P2M),
kepala rumah sakit, puskesmas, klinik layanan
HIV, LSM populasi kunci, LSM layanan HIV, KDS
ODHA, tokoh masyarakat, dinas terkait lain dsb.
Sesuai konsensus nasional maka sebagai ketua
forum koordinasi di tingkat kabupaten/kota
adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.
Mekanisme koordinasi di tingkat kabupaten/kota
dilakukan dengan jejaring kerjasama yang terjalin
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 137
atas dasar saling menghormati dan menghargai
baik antar layanan secara horisontal maupun
vertikal melalui pertemuan berkalanya yang
setidaknya setiap triwulan atau lebih sering sesuai
kebutuhan untuk:
Menyusun rencana dan memastikan
implementasi kegiatan.
Memastikan semua pemangku kepentingan
bekerja sama, mendorong kepemilikan dan
akuntabilitas.
Memastikan ketersediaan sumber daya dan
penggunaannya secara optimal.
Mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan, serta
kolaborasi dan koordinasi lintas bidang/ sektor.
Memformulasikan mekanisme jejaring kerja dan
alur rujukan pelayanan kesehatan/medis
(vertikal dan horisontal).
Menyediakan forum diskusi berkala terkait
penerapan layanan yang berkesinambungan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 138
Gambar 1. Mekanisme Koordinasi dan
Kemitraan
TingkatProvinsi
TingkatKab/Kota
TingkatPuskesmas
Puskesmas
Perawatan BerbasisRumah
Perawatan Berbasiskomunitas
ORMAS, UnsurPemda terkait
LSM. Kader,Toma, Toga
DinkesKab/Kota
DinkesKab/Kota
Layanan KlinisRS Rujukan Strata III
Layanan KlinisRS Strata II Kab/ Kota
Forum Koordinasi
di Tingkat
Kabupaten Kota:
KPA
ODHA dan populasikunci
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 139
Jejaring Kerja dan Partisipasi Masyarakat
3.1 Membentuk “jejaring rujukan” untuk
memastikan kesinambungan antara layanan
klinis, komunitas dan penyelenggara layanan
lain yang relevan.
Jejaring layanan yang efektif akan mempercepat
akses pada layanan yang dibutuhkan. Pada awalnya
perlu untuk mengidentifikasi kesenjangan layanan
dan mengambil langkah untuk menjembataninya.
Dalam hal ini sebaiknya melibatkan ODHA dan
anggota masyarakat lain yang aktif berjejaring untuk
mengidentifikasi organisasi atau institusi yang
mampu menyediakan layanan medis atau
psikososial. Selanjutnya, tentukan pola jejaring
dalam LKB, dan dokumentasikan. Dalam
melaksanakan rujukan perlu selalu melacak jalur
rujukan antar institusi dalam jaringan, karena setiap
institusi mempunyai sistem rujukan yang berbeda.
Ada beberapa yang rujukannya berjalan dengan
lancar, namun tidak sedikit yang pasiennya tidak
terlacak. Masalah terkait dengan jejaring rujukan
dapat dibahas dalam pertemuan koordinasi di
tingkat kabupaten/kota.
3.2 Identifikasi contact person dari setiap
institusi yang dapat memastikan bahwa
rujukan telah berjalan secara efektif dan
cepat.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 140
Setiap fasilitas di dalam jejaring layanan
seharusnya menunjuk petugas khusus
sebagai penanggung jawab rujukan untuk
memastikan pasien mendapatkan layanan
yang dibutuhkan dan rujukannya
terdokumentasi.
Dalam melakukan rujukan ke layanan di luar
fasilitas kesehatan, dapat memanfaatkan
manajer kasus yang ada di layanan PDP HIV.
Manajer kasus dapat merupakan orang awam
terlatih, yang sebaiknya adalah pasien (expert
patients).
3.3 Mengatur pertemuan persiapan dengan
contact person/wakil dari setiap institusi
penyelenggara layanan.
Pertemuan dengan semua wakil institusi
penyelenggara layanan sangat diperlukan
untuk membahas kebutuhan yang paling
umum dariorang dewasadan anak-anakyang
terinfeksi dan terdampak HIVbeserta keluarga
mereka. Di samping itu juga memperkenalkan
layanan yang dapat diberikan oleh setiap
fasilitas. Dalam pertemuan tersebut juga
dibahas mekanisme rujukan yang dapat
diterapkan oleh masing-masing
fasilitaslayanan agar pasiendan keluarganya
mendapatkan layanan yang mereka
butuhkan. Pastikan bahwa setiap
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 141
orangmemahamiarti "berbagi kerahasiaan "
(shared confidentiality).
3.4 Dokumentasikan data penanggung jawab
dan alamat fasilitas layanan, baik layanan
klinis maupun layanan berbasis masyarakat
dan berbasis rumah.
3.5 Membuat alur umpan balik rujukan agar
pengirim rujukan mengetahui bahwa
rujukannya telah sampai dan kebutuhan
klien telah terlayani, serta pengirim
rujukan mendapatkan hasilnya untuk
keperluan tindak lanjut di kemudian hari.
Hasil rujukan harus didokumentasikan baik
pada dokumen pengirim rujukan maupun
penerima rujukan. Untuk itu, perlu
menggunakan formulir rujukan dan rujuk
balik yang baku untuk memastikan efektifitas
rujukan dan menjamin kualitas layanan.
Formulir rujukan memuat informasi, antara
lain:
Alamat tujuan rujukan yang jelas
Waktu rujukan harus dilakukan
Nama orang yang harus ditemui
Jenis layanan yang dibutuhkan dan
Alasan dilakukannya rujukan
Apa yang sudah dilakukan sebelumnya di
layanan yang melakukan rujukan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 142
3.6 Selalu bertindak secara proaktif untuk
menghindari kehilangan pasien yang
dirujuk.
Seringkali pasien yang dirujuk tidak terlacak
dan kemudian tidak dapat ditindak lanjuti
atau kesinambungan perawatannya menjadi
terputus. Dalam merujuk pasien akan jauh
lebih efektif dengan cara mendampingi pasien
daripada mengirim mereka sendiri dengan
catatan rujukan.
Perlu juga memastikan bahwa rujukan
yangdimaksudkanterlaksana (baik internal
maupun eksternal) dengan cara melakukan
pertemuan rutin antar institusi penyelenggara
layanan dan mencocokkan register,
pertemuan forum koordinasi, membuat
catatan rujukan secara rangkap untuk
membantutindak lanjut, dll.Untuk rujukan
internal, dapat dipastikan dengan melakukan
pertemuan secara rutin antaratim PDP untuk
membahas kasus atau menelaah rekam medis
Rujukan juga dapat dilakukan secara efektif
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi,
seperti telepon, radio komunikasi, dll.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 143
Gambar 3. Jejaring Layanan Komprehensif HIV & IMS
yang Berkesinambungan di tingkat kabupaten kota
dalam satu provinsi
Fokus layanan ditingkat Kabupaten/
kota, dengan alurrujukan ke/dari RSKab/Kota, Puskesmasatau RS satelit dan LSM
s
s
s
s
s
s
s
RS Provinsi
RS Kab/Kotas Puskesmas Satelit (PDP)
Puskesmas
LSM/Ormas/KD
Rujukan kasus komplikasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 144
Gambar 4. Alur Rujukan Vertikal dan Horisontal Timbal
Balik
Fasyankes Tersier(Pusat/Provinsi)
Tatalaksana kasus komplikasiLayanan dan duungan super spesialistik
Fasyankes Sekunder(Pusat LKB)
Layanan komprehensif,koordinasi, pembentukan
kelompok ODHA dan dukungan
Rujukan vertikal danhorisontal timbal
balik,Mentoring klinis
Pemantauanpasien
Fasyankes Primer(Puskesmas, klinik LKB)
Layanan kesehatan dasar, kader,dan dukungan sebaya
MasyarakatLayanan berbasis komunitas/rumah, PMO,
Kader, dukungan Sebaya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 145
Gambar 5. Keterpaduan Layanan di Fasyankes dengan
Rujukan Internal
RajalIMSKTIPTB
KTIPKIA/KB
KTIP
LKB KDSPenjangkau
KTS
RanapKTIP
PTRM/LASSKTIP
LAB/RadKTIP
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 146
C. KONSEP DASAR PENCEGAHAN PENULARAN HIV-
AIDS dari IBU ke ANAK
1. Analisa Situasi Ibu Hamil dengan HIV
Cakupan ANC di Indonesia secara nasional
mencapai lebih dari 90% untuk cakupan K-1 yang
menunjukkan tingginya akses terhadap pelayanan
pemeriksaan antenatal. Angka cakupan ini
bervariasi antar provinsi, mulai dari 00,00%
sampai mencapai angka nyaris 100% di beberapa
wilayah.
Apabila cakupan ANC ini kita bandingkan dengan
rendahnya cakupan pelayanan PPIA, termasuk
pengobatan ARV, maka tak dapat disangkal
adanya miss-opportunity. Artinya ada Ibu hamil
HIV positif yang tidak mengetahui statusnya,
adahal sebenarnya dia sudah datang ke fasyankes
untuk ANC.
Layanan ANC yang sangat luas di Indonesia
merupakan modal dasar utama untuk melakukan
pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak nya.
Untuk menyelamatkan anak anak yang akan
dilahirkan oleh ibu yang HIV positif tersebut dan
mencegah transmisi berikutnya, perlu segera
dilakukan perluasan layanan PPIA, terutama di
wilayah dengan risiko tinggi HIV, yang dapat
diukur dengan kriteria sebagai berikut:
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 147
1. Tingkat prevalansi HIV di wilayah tersebut
2. Jumlah KAPs (Key Affected Populations)
Data Kementerian Kesehatan (2009) menunjukkan dari
10.026 ibu hamil yang menjalani test HIV, sebanyak
289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Hingga
Juni 2011 dilaporkan sekitar 26,483 kasus AIDS dan
66,693 kasus HIV, dengan proporsi 72,3% laki-laki dan
27,4% perempuan. Meskipun secara umum prevalensi
HIV di Indonesia tergolong rendah (rata-rata kumulatif
kasus AIDS adalah 11,09 kasus per 100,000
penduduk), tetapi sejak tahun 2005, Indonesia telah
dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi, karena terdapat daerah-daerah dengan
prevalensi HIV lebih dari 5% pada populasi tertentu
KAPs), kecuali Papua dan Papua Barat dimana
prevalensinya menunjukkan angka 2,4% pada populasi
umum).
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu
penyakit menular yang dikelompokkan sebagai faktor
yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak.
Meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan selama
beberapa tahun,. Agar masih perlu upaya peningkatan
cakupan layanan sejalan dengan peningkatan
pelaksanaan program PPIA yang terintegrasi di layanan
KIA.
2. Kebijakan Program PPIA
2.1 Pengertian PPIA
Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) adalah upaya yang ditujukan untuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 148
mencegah penularan HIV dari ibu ke anak yang
dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif
dengan program-program lainnya yang berkaitan
dengan pengendalian HIV/AIDS melalui strategi
4 prong (strategi).
2.2 Tujuan PPIA:
1.Mencegah Penularan HIV Dari Ibu ke Anak
2.Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan
Anak
2.3 Sasaran PPIA :
1. Ibu Hamil
2. Bayi yang dilahirkan dari ibu Hamil HIV
3. Perempuan usia reproduktif
4. Remaja
2.4 Kebijakan PPIA Terintegrasi dengan Pelayanan
KIA Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan pencegahan penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA) diintegrasikan padalayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berancana (KB) dan Konseling Remaja di setiap
jenjang pelayanan kesehatan deengan ekspansi
secara bertahap dengan melibatkan peran
swasta, LSM dan komunitas
2. PPIA dalam pelayanan KIA merupakan bagian
dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS
dan IMS
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 149
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-
KB dan remaja harus mendapatkan informasi
mengenai PPIA
4. Didaerah epidemi HIV meluas dan
terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes
HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif
pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya
saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes
HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada
ibu hamil dengan IMS dan TB. Pemeriksaan
dilakukan secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan.
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga
kesehatan yang mampu / berwenang
memberikan pelayanan PPIA, dapat dilakukan
dengan cara:
a. Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan
HIV yang memadai
b. Pelimpahan wewenang (task shifting) kepada
tenaga kesehatan lain yang terlatih.
Penetapan daerah yang memerlukan task
shifting petugas, diputuskan oleh kepala
dinas kesehatan setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi
obat anti retroviral (ARV) dan mendapatkan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 150
pelayanan perawatan, dukungan dan
pengobatan lebih lanjut (PDP)
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan
ketersediaan logistik (obat dan pemeriksaan tes
HIV) berkoordinasi dengan Ditjen PP&PL
Kemenkes
9. Pelaksanaan Persalinan, baik pervaginam atau
per abdominan harus memperhatikan indikasi
obstetrik ibu dan bayinya serta harus
menerapkan kewaspadaan standar.
10. Sesuai dengan kebijakan program bahwa
makanan terbaik untuk bayi adalah pemberian
ASI secara eksklusif 0-6 bulan. Untuk itu maka
Ibu dengan HIV perlu mendapat konseling
laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal
pertama sesuai dengan pedoman. Namun
apabila ibu memilih lain (susu formula), maka
ibu, pasangannya dan keluarga perlu mendapat
konseling makanan bayi yang memenuhi
persyaratan teknis.
2.5 Strategi
1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia
dengan ekspansi bertahap.
2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus
dapat memberikan pelayanan PPIA
3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA
sebagai bagian dari Layanan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 151
Komprehensif Berkesinambungan
(LKB)
4. Melibatkan peran swasta dan LSM
5. Daerah menetapkan wilayah yang
memerlukan task shifting
6. Ketersediaan logistik (obat dan
pemeriksaan task shifting)
2.6 Cakupan Pelayanan PPIA tahun 2012
Pelayanan PPIA Cakupan
Jumlah bumil di Tes HIV 28.314
Jumlah Bumil HIV Positif812
(2.87%)
Jumlah Bumil HIV mendapat ARV685
(84.36%)
Bayi lahir dari ibu HIV mendapat
ARV Profilaksis
752
(97%)
Jumlah bayi HIV positif
(pemeriksaan PCR)
70
(9.3%)
Pada tahun 2012, baru sekitar 24.960 ibu hamil yang
menjalani tes HIV, dan 751(3,01%) positive HIV,dari
751 ibu hamil yang positif HIV baru 589 (78,43%)
yang mendapat pengobatan ARV, hal ini antara lain di
karenakan ada ibu hamil yang menolak untuk
meminum obat dan tidak kembali lagi. Semua bayi
yang lahir dari ibu HIV harus mendapat pengobatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 152
ARV propilaksis, tetapi hanya sekitar 655 (87,22%)
yang mendapatkan ARV propilaksis. Untuk
mengetahui status bayi yang lahir dari ibu HIV dapat
dilakukan pemeriksaan dengan mengunakan tes
Virologi (PCR) pada saat bayi berusia 6-8 minggu atau
pemriksaan serologi pada saat bayi berusia 18 bulan
atau lebih. Pada pemeriksaan PCR ,status bayi dapat
diketahui lebih dini, akan tetapi pemeriksaan
memerlukan biaya tinggi dan jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
pemeriksaan PCR di Indonesia baru mencapai 2
fasilitas yaitu di Jakarta dan di Papua
2.7Target PPIA
Tabel di bawah ini meupakan target Pemeriksaan tes
HIV pada ibu hamil di Papua , Papua Barat,
kabupaten/Kota terkonsentrasi dan kabupaten/Kota
epidemi rendah.
Tabel 18. Target Pemeriksaan tes HIV Pada Ibu
Hamil
Daerah 2013 2014 2015 2016 2017
Papua dan Papua
Barat
60% 70% 80% 90% 100%
Kab/Kota
epidemi
terkonsentrasi
15% 35% 60% 90% 100%
Kab/Kota
epidemi rendah
10% 15% 20% 25% 30%
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 153
Target untuk Papua, Papua barat dan daerah epidemi
terkonsentrasi adalah 60 % dari kunjungan antenatal pada
tahun 2013 dan naik menjadi 70 % pada tahun 2017,
sedangkan target untuk daerah epidemi rendah adalah 10%
pada tahun 2013 dan naik menjadi 15% pada tahun 2014
Tabel 19. Target Cakupan Integrasi PPIA
Target Cakupan Integrasi PPIA
60%
15%
Ibu hamil K1 ditawarkan Test HIV di daerah Epidemi meluas
Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi terkonsentrasi10% Ibu hamil K1 ditawarkan Tes HIV di daerah epidemi rendah
95 % Ibu hamil yang ditawarkan, melakukan uji HIV
100% Di rujuk untuk mendapatkan terapi ARV
95 % Bersalin di fasilitas kesehatan /RS rujukan HIV (2015)
100 % Ibu hamil HIV bersalin ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terampil (APN+ Kewaspadaan Standar (2015)
100 % Layanan KIA melaksanakan Kewaspadaan Universal/ Universal Precaution
100%
100%
100%
bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan ARV profilaksisbayi lahir dari ibu HIV mendapatkan Cotrimoxazol profilaksisbayi lahir dari ibu HIV diperiksa HIV (virologis dan atau serologis)
Bagi ibu hamil seroreaktif HIV
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 154
3. Kegiatan PPIA secara Komprehensif
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)
atau Prevention of Mother to child transmission
(PMTCT) merupakan bagian dari rangkaian upaya
pengendalian HIV-AIDS. Upaya untuk mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi-anak
dilaksanakan secara komprehensif melalui empat (4)
prong, yaitu:
Prong 1: Pencegahan penularan HIV pada perempuan
usia reproduksi
Prong 2: Perencanaan Kehamilan pada perempuan
dengan HIV
Prong 3: Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke
bayi yang dikandungnya
Prong 4: Pemberian Dukungan dan Perawatan
lanjutan kepada Ibu dengan HIV Beserta Anak dan
Keluarganya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 155
Tabel 20. Empat Prong Strategi PPIA
Prong 1 Prong 2 Prong 3 Prong 4
Populasi
target
Semua
perempuan
usia
reproduksi
Semua
perempuan
dengan HIV
positif
Semua Ibu
Hamil
(dengan
HIV/tanpa
HIV)
Ibu dengan
HIV, bayi dan
keluarganya
Tujuan Mencegah
penularan
sebelum
terjadi
hubungan
seksual
Menghindari
kehamilan yang
tidak
dipersiapkan
Mencegah
penularan
HIV dari ibu
ke bayi
Menjaga ibu
dan bayi tetap
sehat
Kegiatan 1.KIE
2.Konselin
g & tes
HIV
1. Layanan KB
2. Perencanaan
kehamilan
3. Dukungan
psikososial
1. ANC
Terpadu ,
termasuk
tes HIV,
pemberian
ARV & tata
laksana
infeksi
oportunisti
k
2. Persalinan
aman
3. Pemberian
makanan
terbaik
bagi bayi
1. Dukungan
lanjutan bagi
ibu
2. Dukungan
lanjutan bagi
bayi (ARV
dan
cotrimoxazol
,
pemeriksaan
RDT dan
atau PCR
Propilaksis,
3. Dukungan
bagi keluarga
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 156
4.1 Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA, KB dan
Konseling Remaja
Diagram 1. Integrasi PPIA dalam Pelayanan KIA di
daerah epidemi meluas terkonsentrasi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 157
Diagram 2. Integrasi PPIA dalam pelayanan KIA di daerah
epidemi rendah :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 158
Diagram 3. Integrasi PPIA dalam pelayanan konseling remaja
:
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 159
MODUL 3
MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS
I. Deskripsi Singkat
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan, perlu didukung oleh tim kerja
Puskesmas yang handal dan efektif. Penerapan azas
penyelenggaraan Puskesmas, baik azas
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
masyarakat, azas keterpaduan maupun azas rujukan,
hanya mungkin mencapai hasil yang optimal apabila
Puskesmas mampu membangun suatu tim kerja yang
memiliki kemampuan serta komitmen tinggi dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas.
Sehubungan dengan itu setiap pimpinan Puskesmas
perlu dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan
dalam membangun tim kerja agar efektif dan handal.
Tim kerja Puskesmas tidak hanya melibatkan
tenaga/staf internal Puskesmas, akan tetapi juga dapat
melibatkan tenaga dari luar Puskesmas (lintas sektor,
pemuka masyarakat, anggota masyarakat lainnya dan
sebagainya).
Untuk itu, modul akan membahas tentang: konsep
dasar tim kerja, nilai-nilai sdm, komunikasi dan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 160
kemitraan. Pembahasan modul akan menggunakan
metode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, pleno,
role playing.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti sesi, peserta memiliki pemahaman
tentang membangun tim kerja Puskesmas.
B. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti sesi peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar tim kerja.
2. Menjelaskan Nilai-nilai SDM dalam kaitan dengan
membangun tim kerja .
3. Memerankan prinsip komunikasi dalam
membangun tim kerja.
4. Menjelaskan tentang kemitraan dalam kaitannya
dengan membangun tim kerja.
5. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam
membangun tim kerja.
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok bahasan
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
Pokok Bahasan 1 :Konsep Dasar Tim Kerja
Pokok Bahasan 2 :Nilai-Nilai SDM.
Pokok Bahasan 3 :Komunikasi
Pokok Bahasan 4 :Kemitraan
IV. Langkah-langkah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 161
Langkah 1. Pengkondisian ( 10 menit)
a. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian
menyampaikan tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia serta keterkaitan materi dengan materi
sebelumnya, yaitu materi Kebijakan Dasar
Puskesmas dan Penerapannya.
b. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
pengertian Tim kerja. Mintalah masing-masing
peserta untuk menuliskan pendapatnya pada kertas
manila berwarna atau post it. Kemudian tempelkan
kertas tersebut pada dinding, kumpulkan pendapat
yang serupa.
c. Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan
hasilnya. Tuliskan pada kertas flipchart dan tempel
di dinding.
Langkah 2. Membahas pokok bahasan 1 Konsep Dasar
Tim Kerja (20 menit).
a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
Konsep Dasar Tim Kerja, apakah peserta memahami
perbedaan antara tim kerja dengan kelompok kerja.
b. Fasilitator menyampaikan materi / pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat Bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi.Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 162
d. Fasilitator memberikan jawaban dan klarifikasi
terhadap pertanyaan yang belum terjawab atau
belum jelas jawabannya.
Langkah 3. Membahas pokok bahasan Nilai-Nilai SDM
(60 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/ pengetahuan peserta
tentang Nilai-nilai SDM, dan bagaimana peserta
memahami arti dari setiap nilai. Tuliskan pendapat
peserta pada kertas flipchart.
b. Fasilitator menyampaikan materi/ pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
d. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6
orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
untuk mendiskusikan tentang: Penerapan Nilai-nilai
SDM dalam penyelenggaraan Puskesmas.
e. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan
hasil diskusinya secara panel,agar dapat
dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya
wawasan peserta.
f. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.
Langkah 4. Membahas Pokok Bahasan 3 Komunikasi
(75 menit)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 163
a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang
Komunikasi, mengapa diperlukan dalam membangun
tim kerja?.Tuliskan pendapat peserta pada kertas
flipchart atau kertas manila berwarna dan tempel
didinding. Kompilasi/ kelompokkan pendapat yang
serupa.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
d. Fasilitator memberi penugasan role playing/
bermain peran komunikasi (Petunjuk role playing
pada halaman modul).
e. Fasilitator menyampaikan rangkuman .
Langkah 5. Membahas Pokok Bahasan 4 Kemitraan
(20 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/pengetahuan dan
pengalaman peserta tentang Kemitraan, dan apa
keterkaitannya dengan membangun tim kerja.
Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart atau
kertas manila berwarna dan tempel didinding.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan
dengan ceramah singkat, dengan menggunakan
media dan alat bantu yang telah disiapkan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 164
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk
bertanya atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab
pertanyaan sebaiknya berikan dulu kesempatan
untuk menjawab kepada peserta lainnya. Usahakan
suasana belajar yang kondusif.
Langkah 6. Pemantapan/internalisasi (75 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6
orang per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
untuk mendiskusikan/mengidentifikasi tentang:
Langkah-langkah dalam membangun tim kerja
Puskesmas.
b. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan
hasil diskusinya secara panel, agar dapat
dibandingkan satu sama lain, sehingga memperkaya
wawasan peserta.
c. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.
Langkah 7. Rangkuman dan pembulatan (10 menit)
a. Fasilitator memandu peserta untuk membuat
rangkuman dan pembulatan dari materi yang sudah
dibahas.
b. Fasilitator menyampaikan secara singkat
keterkaitadengan materi selanjutnya, serta
mengucapkan terima kasih dan salam.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 165
V. Uraian Materi
A.Konsep Dasar Tim Kerja
1. Perbedaan Tim Kerja dengan Kelompok Kerja
Secara sepintas, kebanyakan orang tidak dapat
membedakan antara tim kerja dengan kelompok
kerja, padahal terdapat nuansa perbedaan-
perbedaan yang mendasar diantara kedua
pengertian tersebut.
James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim
sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.
Secara tradisional, terdapat dua tim dalam suatu
organisasi; formal dan informal, akan tetapi
sekarang terdapat tim yang mempunyai
karakteristik (ciri-ciri) keduanya.
Stamatis (1996), dengan jelas mendefinisikan
TEAM melalui suatu akronim yang baik sekali,
yaitu:
T ogether
E veryone
A chieves
M ore.
Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama
dapat mencapai lebih, jadi dengan bekerja sama
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 166
dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai
akan lebih besar dari penjumlahan hasil-hasil
perseorangan, hal inilah yang dikenal dengan
konsep Sinergi.
Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja
dengan tim kerja dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins (1996) yang mendefinisikan kelompok
kerja sebagai kelompok yang terutama
berinteraksi untuk membagi informasi dan
mengambil keputusan untuk membantu tiap
anggota dalam bidang tanggung jawabnya.
Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang
upaya-upaya individunya menghasilkan suatu
kinerja yang lebih besar dari pada jumlah
masukan-masukan individual.
Dengan demikian suatu kelompok kerja tidak
perlu atau berkesempatan untuk melakukan kerja
kolektif yang menuntut upaya gabungan, kinerja
mereka sekedar jumlah kinerja sumbangan
perseorangan dari tiap anggota kelompok. Karena
tidak terdapat sinergi positif yang akan
menciptakan suatu tingkat keseluruhan kinerja
yang lebih besar daripada jumlah masukan-
masukan.
Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi
positif melalui upaya-upaya yang terkoordinasi.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 167
Upaya-upaya perseorangan mereka menghasilkan
suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada
jumlah masukan perseorangan tersebut.
2. Nilai-nilai SDM Kesehatan
Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang
peranan penting, nilai organisasi menyangkut jati
diri organisasi tersebut, yang merupakan ciri
spesifik yang melandasi para anggotanya untuk
berperilaku.
Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang
secara psikologis memberikan dorongan kepada
pribadi seseorang dalam menghadapi kehidupan.
Nilai-nilai tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa
kita, ia akan membentuk suatu keyakinan, dan
keyakinan inilah yang akan melandasi seseorang
untuk berperilaku.
Nilai-nilai dasar (values) adalah fondasi sebuah
identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu yang
memaknai jati diri seseorang sebagai anggota
korporasi dalam keadaan seperti apapun.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 168
Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi
“Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat”
dan mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”,
menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai:
Berpihak kepada rakyat
Bertindak cepat dan tepat
Kerjasama tim
Penugasan 1Peserta dibagi dalam kelompok 5-6 orangSetiap kelompok mendiskusikan apakah PuskesmasMembutuhkan tim kerja atau kelompok kerja?Apa alasannya?Tuliskan pada kertas flipchart.
Untuk membangun suatu tim kerja. Puskesmas perluterlebih dahulu menanamkan nilai-nilai yang harus dianutoleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas.Inimenjadi bagian dari peran Kepala Puskesmas sebagaiseorang manajer sekaligus pemimpin di Puskesmas.
Nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan kepada seluruhjajaran organisasi termasuk komitmen untukmenerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hariserta mewujudkan visi Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 169
Integritas tinggi
Transparansi dan Akuntabilitas
a. Berpihak kepada rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, Departemen kesehatan akan selalu
berpihak kepada rakyat. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia
tanpa membedakan suku, golongan, agama,
dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga
menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Demikian halnya dengan Puskesmas, setiap
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, baik upaya
kesehatan wajib maupun pengembangan, harus
berpihak kepada rakyat atau masyarakat
diwilayah kerjanya,dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat diwilayah tersebut.
b. Bertindak cepat dan tepat
Masalah kesehatan yang dihadapi makin
bertambah kompleks dan berubah dengan
cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 170
yang dapat menimbulkan masalah darurat
kesehatan. Dalam mengatasi masalah
kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus
dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan
yang cepat juga harus diikuti dengan
pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi
yang tepat dapat mengenai sasaran.
Puskesmas harus menanamkan keyakinan
kepada seluruh petugas tentang betapa
berharganya waktu dalam penanggulangan
masalah kesehatan, baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan
masyarakat, setiap menit bahkan setiap
detiknya. Respons terhadap masalah kesehatan
harus sesegera mungkin, namun dengan
pertimbangan yang cermat, artinya selalu
berpegang pada prinsip mutu, yaitu ”Lakukan
secara benar sejak awal/pertama kali dan
selamanya”
c. Kerjasama tim
Departemen Kesehatan sebagai organisasi
pemerintah memiliki sumber daya manusia
yang banyak. Sumber daya manusia ini
merupakan potensi bagi terbentuknya suatu
tim besar. Oleh karena itu, dalam mengemban
tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus
dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 171
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan sinergisme.
Berkaitan dengan itu, Puskesmas meskipun
besarnya bervariasi, merupakan suatu
organisasi yang didukung oleh SDM dengan
latar belakang yang berbeda, baik dari segi
pendidikan, pengalaman, sosial, ekonomi dan
budaya. Karena itu perlu upaya untuk
mempersatukan mereka dalam suatu ikatan
kerjasama tim yang solid serta memiliki
integritas tinggi.
d. Integritas tinggi
Dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, setiap anggota (karyawan dan
pimpinan) Departemen Kesehatan harus
memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua
anggota departemen kesehatan harus memiliki
ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang
teguh, dan bermoral tinggi.
Untuk membina organisasi agar SDMnya
memiliki integritas yang tinggi, biasanya
pimpinan organisasi dituntut untuk
menteladani ciri-ciri sebagaimana yang
disebutkan (tulus, jujur, berkepribadian teguh
serta bermoral tinggi) yang ditunjukkan dalam
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 172
perilaku sehari-hari. Integritas juga ditandai
dengan komitmen terhadap pencapaian tujuan
organisasi, yaitu komitmen terhadap
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan
Puskesmas, dilaksanakan dengan sepenuh hati
dan tanggungjawab.
Forum pertemuan Puskesmas seperti Lokakarya
Mini, rapat rutin staf dapat dijadikan sarana
pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi.
e. Transparansi dan Akuntabilitas
Dalam era demokrasi dan perkembangan
masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap,
tuntutan atas pelaksanaan tugas yang
transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan
(akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya
kegiatan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan,
harus dilaksanakan secara transparan, dapat
dipertanggung-jawabkan dan dipertanggung-
gugatkan kepada publik.
Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) atau yang sejenis dapat menjadi mitra
Puskesmas dalam rangka pertanggungjawaban
dan pertanggunggugatan penyelenggaraan
upaya kesehatan Puskesmas kepada publik.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 173
Penugasan 2.
Sampai disini,untuk memantapkan pemahaman
peserta tentang Nilai-nilai SDM, fasilitator
memberi penugasan kelompok:
Setiap kelompok mendiskusikan tentang
bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai SDM
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
Puskesmas:
- Aplikasi nilai Berpihak kepada rakyat
- Aplikasi nilai Bertindak cepat dan tepat
- Aplikasi nilai Kerjasama tim
- Aplikasi nilai Integritas tinggi
- Aplikasi nilai Transparansi dan Akuntabilitas
3. Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari
kata latin “communicatio”, dan bersumber dari
cata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau dua
orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam
bentuk percakapan, maka komunikasi akan
terjadi bila ada keasamaan makna menganai apa
yang dipercakapkan.
Proses komunikasi pda hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bias berupa gagasan, ide,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 174
informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan
sebagainya yang timbul di lubuk hati.
Menurut Laswell komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yng menimbulkan efek
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
komunikasi, lihat gambar di bawah ini.
1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat
kompleks dan bisa relevan ataupun tidak.
2) Cara anda mengatakannya. Bahasa dan nada
bicara yang anda gunakan harus memberi
kesan kritis.
3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup
memadai dalam beberapa situasi pelayanan,
tetapi tidak dalam situasi lainnya. Pilih media
komunikasi secara cermat agar selaras dengan
berita, entah panjang, pendek, rumit atau
PemancarPenerimaGagasanTerjemahan
MediumKata-kataSuara/ gangguanPemancar
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 175
sederhana. Apakah diperlukan interaksi atau
tidak?
4) Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dpat
sepenuhnya menyampaikan pesan. Anda
mungkin terpengaruh oleh berbagai
kepentingan atau hal-hal yang saling berkaitan,
atau oleh isi pesan itu yang membuat anda
merasa kurang enak.
5) Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh
berbai pertimbangan seperti: dengan siapa anda
berbicara, apa prioritas mereka, seberapa
banyak yang telah mereka ketahui, pola
berpikir mereka.
6) Suara atau hal-hal yang mengganggu.
Komunikasi akan terpengaruh bila masing-
masing kelompok menemui kesulitan untuk
menyingkirkan gangguan dari orang lain
maupun suara di sekitar mereka.
7) Menangkap detail yang tidak relevan atau
menyimpang dari pembicaraan.
Dalam membangun tim kerja Puskesmas,
komunikasi adalah penting, sebagai mana
dikemukakan oleh Snyder (1988;209):
“Kemampuan suatu tim untuk mencapai
tujuannya sangat tergantung pada kemampuan
dari para anggotanya untuk berkomunikasi
secara efektif satu sama lain. Komunikasi
interpersonal merupakan tumpuan bagi
terjadinya perencanaan, penyelesaian masalah,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 176
tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif.”
Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan,
bahwa,” Komunikasi yang buruk adalah
hambatan utama untuk terlaksananya tugas
tim yang efektif serta tumbuhnya kinerja yang
inovatif, karena itu komunikasi yang lancar,
bebas ke segala arah dan menyeluruh adalah
sangat penting.”
Sehubungan dengan itu Kepala Puskesmas
beserta staf/petugas perlu memahami dan
mampu menerapkan teknik komunikasi yang
efektif, yaitu:
Komunikasi harus menghasilkan pengertian
yang sama. Hal ini sejalan dengan tujuan
komunikasi. Diperlukan sikap tulus dari
kedua pihak yang berkomunikasi.
Kesederhanaan dan kejelasan dalam
berkomunikasi untuk membantu kelancaran
umpan balik oleh kedua belah pihak.
Komunikasi harus menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti dan bersifat dua
arah. Hindari penggunaan bahas atau istilah-
istilah teknis/ abstrak yang
menyulitkan/mengaburkan pengertian,
terutama apabila berbicara dengan
orang/anggota tim kerja dari luar sektor
kesehatan.
Beri kesempatan kepada pihak penerima
pesan untuk mendapatkan kejelasan
terhadap pesan yang dianggap kurang jelas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 177
Suatu pesan yang disampaikan harus
singkat padat (concise), lengkap mengandung
semua informasi yang perlu (comprehensive
and complete), langsung (to the point) benar
dan nyata (correct and based on facts). Pesan
tidak boleh mengandung informasi yang
kurang atau berlebihan.
Hargai perbedaan pada setiap individu,
karena mungkin setiap orang memerlukan
pendekatan yang berbeda, boleh jadi karena
latar belakang pendidikan, situasi atau sifat
pribadi manusianya.
Pesan disampaikan dalam bentuk yang
menarik, dalam gaya bicara ataupun
penyajian.
Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri,
serta keyakinan yang dapat mempengaruhi
penerima pesan.
Menunjukkan kemampuan menjadi
pendengar yang baik. Berilah kesempatan
kepada setiap orang untuk menyampaikan
pendapatnya, dan berusaha untuk
memahami dengan menunjukkan
kesungguhan anda mendengarkan.
Penting untuk selalu disadari bahwa
komunikasi adalah proses timbal balik yang
mencakup: penyampaian, penerimaan pesan
dan siklus umpan balik.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 178
Penugasan 3.Role playing komunikasi
Fasilitator memberi penugasan melakukan
role play/bermain peran komunikasi.
Petunjuk role play pada halaman 26
4. Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu
atau institusi yang sepakat bekerjasama dalam
mencapai tujuan yang sama. Dalam membangun
kemitraan perlu diperhatikan prinsip dasar
kemitraan, landasan kemitraan dan kunci
keberhasilan kemitraan.
Prinsip Dasar:
Kesetaraan (Equity)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan harus diberi
kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan
pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai-
nilai yang dimiliki.
Keterbukaan (Transparancy)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan yakin dan
percaya setiap kesepakatan akan dilakukan
dengan terbuka, jujur tidak saling
merahasiakan sesuatu.
Saling menguntungkan (Mutual benefit)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 179
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan akan
mendapatkan keuntungan/manfaat bersama
dari kemitraan tersebut. (keuntungan/manfaat
tidak selalu bersifat material).
Landasan Kemitraan:
Saling memahami kedudukan, tugas, fungsi
dan struktur masing-masing.
Saling memahami kemampuan (capacity).
Saling menghubungi (linkage)
Saling mendekati (proximity)
Saling bersedia membantu dan dibantu
(openess).
Saling memberi dorongan dan mendukung
(support)
Saling menghargai (respect).
Kunci Keberhasilan:
Adanya komitmen/kesepakatan bersama.
Adanya kerjasama yang harmonis.
Adanya koordinasi yang baik.
Adanya kepercayaan sesama mitra.
Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai.
Adanya kejelasan peran dan fungsi dari masing-
masing mitra.
Prinsip, landasan dan kunci keberhasilan
kemitraan tersebut harus diterapkan baik dalam
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 180
membangun kemitraan lintas program maupun
lintas sektor.
Dari uraian tentang kemitraan, jelaslah bahwa
keberhasilan dalam membangun kemitraan
merupakan kunci keberhasilan membangun tim
kerja Puskesmas.
Selanjutnya dalam membangun tim kerja
Puskesmas, perhatikan juga tentang ciri-ciri tim
yang efektif.
Ciri-ciri Tim Efektif
Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim
tidak otomatis menjadi produktif dan mampu
meningkatkan produktivitasnya, berdasarkan
penelitian karakteristik dasar dari tim efektif
Adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan Tujuan
Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki
pemahaman terhadap tujuan yang akan
dicapai, dan meyakini bahwa mewujudkan
tujuan sangat bermanfaat atau merupakan
hasil yang penting.
b. Keterampilan yang relevan
Tim yang efektif tersusun dari individu yang
kompeten, mereka mempunyai keterampilan
teknis dan kemampuan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan memerlukan karakteristik
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 181
personel yang dapat mencapai tujuan melalui
kerjasama dengan orang lain.
Hal lain yang penting, dan sering tidak
diperhatikan, tidak semua orang yang
mempunyai kemampuan/keterampilan teknis,
dapat bekerja baik sebagai anggota tim.
Tim yang berpenampilan baik atau berkinerja
tinggi, adalah yang mempunyai anggota yang
mempunyai keterampilan - keterampilan
interpersonal (hubungan antar manusia).
c. Komitmen
Anggota yang efektif menunjukkan loyalitas dan
dedikasi (pengabdian) yang tinggi pada tim.
Mereka berkeinginan untuk melakukan apapun
untuk membantu suksesnya tim.
Kesetiaan individu pada organisasi diawali
dengan tahapan:
Attach, (hanya sebagai pelengkap), yaitu
individu dalam tim, asal ada, asal hadir,
tidak berperan serta secara aktif, individu
tidak peduli dan tidak memahami misi dari
suatu tim atau organisasi.
Involve, yaitu ikut serta terlibat dalam
aktivitas tim/organisasi, namun misi dan
kepentingan individu yang dominant, jika
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 182
kegiatan organisasi tidak sesuai dengan
kepentingannya, individu tersebut tidak akan
aktif berperan.
Commitment, individu akan berperan dalam
tim dengan segenap potensi dan daya serta
kemampuannya, misi dan kepentingan tim
atau organisasi lebih penting dari
kepentingan individu, dan atau misi/
kepentingan tim atau organisasi
Jadi komitmen merupakan tahapan tertinggi
dari kesetiaan individu pada suatu tim atau
organisasi.
d. Saling Percaya
Tim yang efektif memiliki karakteristik tingginya
saling percaya diantara anggotanya, dalam hal
ini anggota tim meyakini integritas, karakter
dan kemampuan yang lain, tetapi mungkin
dapat diketahui dari hubungan antar personal,
kepercayaan itu mudah pecah (hilang).
Kepercayaan dan saling percaya perlu
dipelihara dan diperlukan perhatian yang
cukup dari manajemen.
Suasana saling percaya dalam tim atau
kelompok cenderung dipengaruhi oleh “budaya
organisasi” dan tindakan dari manajemen.
Organisasi yang menganut nilai terbuka,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 183
ramah, dan bekerjasama dlam proses serta hal
lain yang mendorong komitmen anggota.
Menurut Fernando Bartomole (1989) terdapat 6
(enam) hal yang dapat membantu anggota tim
dalam menumbuhkan saling percaya, yaitu:
Komunikasi timbal balik
Mendukung ide anggota
Menghargai dan mendelegasikan wewenang
pada anggota tim.
Adil, objektif dalam memberikan penilaian
dan penghargaan.
Dapat diramalkan, konsisten terhadap
sesuatu.
Menunjukkan kompetensi, mengembangkan
rasa bangga dan hormat pada anggota tim
dengan menunjukkan kemampuan teknis
dan professional.
e. Komunikasi yang baik
Tidak mengherankan tim efektif mempunyai
karakteristik “Komunikasi yang Baik”. Anggota
dapat menyampaikan pesan diantara anggota
lain dalam bentuk yang jelas dapat dipahami
termasuk pesan non verbal.
Komunikasi yang baik juga merupakan
kaarakteristik sehatnya umpan balik anggota
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 184
tim. Ini membantu memberi petunjuk anggota
tim dan memperbaiki kesalahpahaman.
Anggota yang bekerjasama jangka panjang
(lama) anggota-anggota tim dengan kinerja
tinggi dapat dengan cepat dan efisien
menyumbangkan gagasan dan keinginan.
f. Kemampuan negosiasi
Ketika job diberikan kepada individu-individu,
uraian tugas, prosedur dan peraturan dan tiap
dokumen formal harus menjelaskan peran
anggota tim. Tim yang efektif, disatu pihak,
cenderung luwes dan terus-menerus
mengadakan penyesuaian.
Ini membutuhkan anggota tim yang mempunyai
keterampilan proses negosiasi yang memadai.
Problem dan hubungan secara tetap berubah
dalam suatu tim, karenanya memerlukan
anggota tim yang mampu menghadapi dan
menerima perbedaan-perbedaan.
g. Kepemimpinan yang tepat
Pemimpin yang efektif dapat memotivasi suatu
tim untuk mengikuti terus pada situasi yang
lebih sulit.
Bagaimanapun pemimpin diharapkan dpat
membantu kejelasan tujuan-tujuan,
menunjukkan perubahan yang mungkin
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 185
dengan mengatasi kelambanan, meningkatkan
kepercayaan diri anggota tim, serta membantu
anggota tim merealisasikan potensinya secara
penuh.
Yang lebih penting, pemimpin yang baik tidak
perlu terlalu mengarahkan atau mengontrol,
tetapi pemimpin tim yang efektif lebih
memerankan ke pelatihan dan sebagai
fasilitator. Dia membantu membimbing dan
mendukung tim.
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang
mampu memerankan dorongan (perilaku
hubungan) dan pengarahan (perilaku tugas)
yang sesuai dengan tingkat kematangan
anggota.
h. Dukungan internal Eksternal
Terakhir kondisi yang perlu untuk membuat
tim efektif adalah dukungan iklim atau suasana
Dukungan internal, tim menyediakan prasarana
(kerangka dasar) yang baik, termasuk
didalamnya menyediakan pelatihan, system dan
alat ukur yang dapat dimengerti dimana
anggota tim dapat mengevaluasi kinerjanya
secara keseluruhan, program intensif untuk
pengakuan dan penghargaan aktivitas tim dan
system sumber daya manusia yang
mendukung.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 186
Prasarana internal yang baik dapat mendukung
anggota tim dan menguatkan perilaku yang
mengarah ke tingkat kinerja yang tinggi.
Dukungan eksternal, manajemen/ organisasi
menyediakan sumber-sumber (dana/ material)
yang dibutuhkan tim dalam menyelesaikan
tugasnya.
Agar tujuan tim tercapai perlu juga
meningkatkan kekompakkan tim, dalam hal ini
J.F.Stoner (1996) mengemukakan terdapat 4
(empat) cara meningkatkan kekompakkan tim,
yaitu:
1) Memperkenalkan Persaingan
Terjadinya konflik dengan individu lain di
luar tim, kelompok lain atau tim lain dpat
meningkatkan kekompakkan suatu tim.
2) Meningkatkan Ketertarikan antar Pribadi
Orang cenderung bergabung dengan tim
yang anggota-anggotanya mereka kenal atau
dikagumi. Karenanya dalam suatu tim dpat
dimulai dengan merekrut individu-individu
yang menganut nilai-nilai penting yang
relative sama.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 187
3) Meningkatkan Interaksi
Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu
menyukai semua orang yang bekerjasama
dengan kita, tetapi meningkatnya interaksi
dapat memperbaiki persahabatan dan
komunikasi. Anggota tim diupayakan dapat
sling bertemu bukan saja pada pertemuan
formal, tetapi dalam pertemuan yang lain
seperti kegiatan rekreatif dan olah raga.
4) Menciptakan Sasaran Bersama dan Rasa
Kebersamaan pada Anggota Tim
Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi
sasaran semua anggota tim, demikian juga
rasa kebersamaan perlu diciptakan dalam
suatu tim untuk peningkatan efektivitas tim
kerja.
Gregory Shea dan R. Guzzo mengemukakan
bahwa efektivitas suatu kelompok (tim)
merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu:
Interdependensi tugas yaitu sejauh mana
pekerjaan tim menuntut para anggotanya
untuk saling berinteraksi, interdependensi
tugas tingkat tinggi meningkatkan rasa
potensi tim.
Rasa Potensi yaitu keyakinan bersama dari
kelompok/tim bahwa tim dapat menjadi lebih
efektif.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 188
Interdependensi hasil adalah suatu tingkat
dimana konsekuensi kerja kelompok/tim
dirasakan oleh semua anggota tim.
Penugasan 4. Mengidentifikasi langkah-
langkah Membangun tim kerja Puskesmas.
Sebagai pemantapan dan internalisasi
terhadap sesi, fasilitator memberi
penugasan kepada peserta dalam kelompok
untuk mengidentifikasi langkah-langkah
Memnbangun tim kerja di wilayah
Puskesmas masing-masing.
Referensi:
1. Departemen Kesehatan RI; Buku Saku Bidan
Poskesdes; 2006; Jakarta
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 189
PETUNJUK ROLE PLAYING
Skenario :
Kepala Puskesmas Mawar baru kembali dari menghadiri
rapat bulanan di Dinas Kesehatan Kabupaten . Acara
rapat terfokus pada mengevaluasi kinerja dengan
pencapaian imunisasi. Rupanya Bupati menaruh
perhatian terhadap program imunisasi di wilayah
kabupatennya. Hasil evaluasi membuat kepala puskesmas
tersentak sekaligus malu, karena pencapaian imunisasi
Puskesmas mawar adalah nomor 1 dari bawah, masih
terngiang ngiang di telinganya ketika kepala dinas
menanyakan apakah kepala Puskesmas tidak pernah
menggalang kerjasama lintas program maupun lintas
sektor untuk mensukseskan program imunisasi di
wilayahnya ? Ia bertekad untuk mengatasi permasalahan
ini.
Hari ini, kepala Puskesmas Mawar mengadakan rapat,
mendahului lokakarya mini bulanan yang seharusnya
dilaksanakan minggu berikutnya. Pada rapat ini diminta
hadir bidan, perawat, petugas imunisasi dan petugas gizi.
Kepala puskesmas harus mengkomunikasikan hasil rapat
di dinas kesehatan kabupaten kepada stafnya. Terapkan
prinsip prinsip komunikasi yang efektif, agar staf anda
memahami pesan yang anda sampaikan serta anda juga
mendapatkan komitmen mereka untuk meningkatkan
bekerja secara tim.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 190
Pemegang peranan (Pemeran) :
1 orang pemeran kepala puskesmas
1 orang pemeran bidan
1 orang pemeran perawat
1 orang pemeran petugas imunisasi
1 orang pemeran petugas gizi
Pengamat
Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang
pengamat.
Petunjuk bagi pengamat :
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses
komunikasi yang berlangsung, yaitu :
Apakah kepala Puskesmas menyampaikan tujuan
rapat dengan jelas dan dimengerti oleh peserta rapat
Apakah pesan yang disampaikan :
Singkat padat
Lengkap mengandung semua informasi yang
perlu
Benar dan nyata (berdasar fakta)
Apakah memberi kesempatan kepada pihak penerima
pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan
yang dianggap kurang jelas.
Apakah gaya bicara dalam menyampaikan pesan
menarik, tidak bertele tele, membosankan.
Apakah semua peserta rapat menunjukkan
kemampuan mendengar yang baik.
Apakah komunikasi terjadi pada semua arah ?
Apakah ada yang tidak menunjukkan respon ?
Apakah ada yang merespon secara berlebihan ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 191
Apakah ada kesimpulan dari hasil komunikasi
tersebut.
Umpan balik hasil pengamatan :
Setelah bermain peran selesai, mintalah pengamat inti
menyampaikan hasil pengamatannya
Kemudian mintalah hasil pengamatan dari peserta lain
Beri kesempatan kepada para pemeran untuk
menyampaikan perasaan dan pengalamannya dalam
bermain peran
Fasilitator menyampaikan rangkuman.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 192
MODUL 4
PERENCANAAN PUSKESMAS
I. Deskripsi Singkat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta
pusat pelayanan strata pertama.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal,
maka Puskesmas harus melaksanakan manajemen
yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh
kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling
terkait dan berkesinambungan.
Perencaanaan tingkat Puskesmas disusun untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada diwilayah
kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan
penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 193
satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya
secara efisien, efektif dan dipertanggungjawabkan.
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu
menyusun rencana kegiatan tahunan Puskesmas.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Peserta mampu :
1. mengumpulkan, mengolah dan menganalisa
data Puskesmas.
2. menetapkan target program Puskesmas sesuai
KW-SPM.
3. menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
4. menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK).
II. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan:
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
khusus maka disusunlah Pokok bahasan dan Sub
pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1: Pengumpulan dan Analisa data
Puskesmas :
- Data essential di Puskesmas
- Metode pengumpulan data
- Pengolahan data
- Analisis data
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 194
Pokok Bahasan 2: Target Program Puskesmas.
Pokok Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) :
- Identifikasi Masalah
- Menetapkan Prioritas
- Merumuskan Masalah
- Mencari Akar Penyebab
- Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
- Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib
- Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
Pokok Bahasan 4: Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) :
- Langkah-langkah RPK
- Menyusun RPK dalam bentuk matriks
Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit)
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,
metode yang digunakan, mengapa modul/materi ini
diperlukan dalam pelatihan Manajemen
Puskesmas, serta keterkaitan dengan materi
sebelumnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
yang sudah mempunyai pengalaman dalam
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 195
melaksanakan perencanaan Puskesmas untuk
menyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.
Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (180 menit/
4 JPL @ 45 menit)
Secara singkat fasilitator menyampaikan
rangkuman isi Pokok Bahasan 1 sampai dengan
pokok bahasan 5 modul Perencanaan Puskesmas.
Selanjutnya fasilitator mempersilahkan peserta
untuk menanggapi uraian tersebut.
Fasilitator membagi ke dalam V kelompok ,
kelompok I membahas Pokok bahasan 1:
Pengumpulan dan Analisa data Puskesmas,
kelompok II membahas Pokok Bahasan 2: Target
Program Puskesmas,kelompok III membahas Pokok
Bahasan 3: Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan,
kelompok IV membahas Pokok Bahasan 4:
Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), yang
dituliskan pada kertas flip chart atau diketik di
komputer dan di presentasikan.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menanggapi terhadap hasil
pendapat tiap kelompok.
Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitator
memberikan komentar serta memberikan
kesimpulan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 196
Langkah 3. Mempraktikkan penyusunan
perencanaan Puskesmas (500 menit/ 11 JPL @45
menit)
Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkah
atau petunjuk diskusi kelompok.
Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok
Puskesmas. Selanjutnya peserta diminta untuk
menyiapkan bahan rujukan yang harus dibawa
yaitu laporan tahunan Puskesmas, Profil
Puskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas.
Peserta diminta untuk menyusun rencana
Puskesmas.
Penyusunan Rencana Puskesmas dapat dilakukan
secara bertahap :
- Latihan 1 Menganalisis Data
- Latihan 2 Menentukan Target Puskesmas
- Latihan 3 Melakukan Identifikasi Masalah
- Latihan 4 Menentukan Prioritas Masalah
- Latihan 5 Membuat Rumusan Masalah
- Latihan 6 Mencari Akar Penyebab Masalah
- Latihan 7 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
- Latihan 8 Menyusun RUK Upaya Kesehatan Wajib
Dan Upaya Kesehatan Pengembangan (Rencana
Tahunan Puskesmas)
Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 197
Fasilitator memberikan komentar dan
menyimpulkan hasil diskusi tersebut.
Langkah 4 Rangkuman (30 menit)
Fasilitator menyampaikan rangkuman secara
keseluruhan dan melakukan dialog dengan peserta
bagaimana selanjutnya agar Puskesmas dapat
menyusun perencanaan (RUK dan RPK) dengan baik.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 198
Uraian Materi
A. Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas.
1. Data-data essensial di Puskesmas.
a. Data Umum.
1) Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas
pelayanan (format 1). Data wilayah
mencakup luas wilayah, jumlah
desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan
Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas.
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup
sumberdaya Puskesmas termasuk
Puskesmas pembantu dan bidan di desa,
yang mencakup :
Ketenagaan (format 2a)
Obat dan Bahan habis pakai (format 2b)
Peralatan (format 2c)
Pembiayaan yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, dan lain lain.
Sarana dan prasarana termasuk
gedung, rumah dinas, komputer, mesin
tik, meubelair, kendaraan (format 2e)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 199
3) Data Peran serta masyarakat ( format 3),
mencakup jumlah posyandu, kader, dukun
bayi dan tokoh masyarakat.
4) Data penduduk dan sasaran program (
format 4 ).
5) Data ini mencakup jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program),
sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan
dan data estimasi sasaran di Dinas
kesehatan kabupaten/kota.
6) Data sekolah (format 5)
7) Data ini mencakup jenis sekolah yang ada,
jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja
Puskesmas (format 6).
9) Data ini mencakup lingkungan rumah sehat,
tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum, tempat pembuangan
sampah, sarana air bersih, jamban keluarga
dan sistim pembuangan air limbah.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 200
b. Data khusus ( hasil penilaian kinerja Puskesmas
).
1) Status kesehatan yang terdiri dari data
kematian (format 7), Kunjungan kesakitan
(format 8), Pola penyakit yaitu 10 penyakit
terbesar yang ditemukan (format 9).
2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat
pada laporan W1(Simpus).
3) Cakupan program pelayanan kesehatan
1(satu) tahun terakhir di tiap
desa/kelurahan (format 11).
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh
Puskesmas atau pihak lain (format 12).
2. Metoda Pengumpulan Data.
a. Penentuan sumber data.
Sumber utama data kinerja Puskesmas
adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang
terekam dalam sistem pencatatan dan
pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil
kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan
data lainnya seperti hasil survei kepuasan
pelanggan untuk menilai mutu pelayanan
Puskesmas. Sedangkan laporan yang
dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai
sumber data untuk penilaian.
Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan
laporan hasil penghitungan Puskesmas,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 201
laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan
dan hasil supervisi langsung ke Puskesmas.
b. Format Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan format yang telah disepakati.
c. Pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh
petugas atau pengelola program yang
bersangkutan. Data yang diperoleh
diperbaharui setiap bulan, sehingga pada
akhir tahun diperoleh data yang baru.
3. Sumber Data
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan
merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan
perencananan Puskesmas.
Kegiatan pengolahan data meliputi:
Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning and
editing).
Kegiatan penghitungan khususnya untuk
mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian hasil
kegiatan Puskesmas (calculating).
Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang
akan menjadi suatu informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan (tabulating).
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 202
Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas
dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Tim
Kecil Puskesmas. Sedangkan pengolahan di tingkat
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Kecil yang
ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Analisa data
Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi
untuk menjamin keakuratan dan kualitas data.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa.
Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif.
Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa
data tersebut kemudian dapat diketahui rencana
kebutuhan masing-masing Puskesmas.
Analisa data dilakukan oleh team di Puskesmas.
Hasil analisis data, baik data umum maupun data
khusus, harus menghasilkan suatu rumusan atau
kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah
sbb:
Berdasarkan Data Wilayah dan Fasilitas Kesehatan
(Format 1)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 203
a. Perlu/ tidak peningkatan akses pelayanan
b. Perlu/ tidak peningkatan jumlah fasilitas
pelayanan
c. Ada/ tidak potensi untuk upaya kesehatan
pengembangan
Berdasarkan Data Ketenagaan (Format 2a)
a. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan
kuantitasnya? Tenaga apa?
b. Ada/ tidak tenaga yang harus ditingkatkan
kualitasnya? Tenaga apa? (misalnya Karena
tidak mungkin menambah tenaga)
Berdasarkan Data Keadaan Obat Dan Bahan Habis
Pakai (Format 2b)
a. Apa saja obat yang banyak digunakan?
b. Apa saja obat yang banyak bersisa?
c. Ada/ tidak potensi terjadinya pengobatan tidak
rasional (Masih prakiraan, tapi perlu perhatian)
Berdasarkan Data Keadaan Peralatan Kesehatan
(Format 2c)
a. Alat apa yang perlu perbaikan ?
b. Alat apa yang perlu penambahan ?
c. Apakah kendala peralatan kesehatan
Puskesmas saat ini potensial mengganggu
kelancaran pelayanan di Puskesmas ? apakah
masih bisa diatasi ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 204
Berdasarkan Data Pembiayaan Kesehatan Di
Puskesmas (Format 2d)
a. Biaya sudah/ belum memadai untuk
operasional Puskesmas ?
b. Ada/ tidak potensi sumber biaya lain yang dapat
digali oleh Puskesmas ?
Berdasarkan Data Sarana Prasarana Kesehatan Di
Puskesmas (Format 2e)
a. Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya
mengganggu kelancaran pelayanan Puskesmas ?
b. Jenis sarana penunjang apa yang kondisinya
mengganggu kelancaran pelayanan penunjang
di Puskesmas ?
Berdasarkan Data Peran Serta Masyarakat (Format
3)
a. Adakah jumlah posyandu yang harus ditambah
? didesa/ kelurahan apa ? (lihat juga data
penduduknya, terutama balita)
b. Berapa jumlah kader/ dukun bayi/ toma yang
harus dilatih ?
Berdasarkan Data Penduduk Dan Sasaran Program
(Format 4)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menurut
kelompok umur/ usia ?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan
untuk kelompok keluarga miskin dan sasaran
program tersebut ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 205
Berdasarkan Data Sekolah (Format 5)
a. Bagaimana persentase sekolah UKS ?
b. Bagaimana persentase kader UKS di setiap
jenjang sekolah ?
c. Bagaimana persentase guru UKS di setiap
jenjang sekolah ?
d. Program apa yang potensial untuk
pengembangan UKS ?
Berdasarkan Data Kesehatan Lingkungan (Format
6)
a. Bagaimana urutan persentase dari yang paling
rendah ke yang paling tinggi ?
b. Apa persentase yang paling rendah dan terjadi
di banyak lokasi ?
Berdasarkan Data Kematian (Format 7)
a. Apa penyebab kematian terbanyak ?
b. Apa penyebab kematian perempuan terbanyak ?
c. Apa penyebab kematian bayi/ balita/ usia
sekolah/ PUS/ lansia terbanyak?
Berdasarkan Data Kunjungan (Format 8)
a. Persentase kunjungan baru dan lama
b. Jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa
terjauh/ transportasi sulit?
c. Apakah potensial untuk meningkatkan akses
pelayanan ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 206
Berdasarkan Data Sepuluh Penyakit Terbanyak
(Format 9)
a. Apa penyakit terbanyak pada laki-laki ?
b. Apa penyaklit terbanyak pada perempuan ?
c. Apakah potensial untuk upaya kesehatan
pengembangan ?
Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa (Format 10)
a. Jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak
?
b. Jenis KLB apa dengan lokasi paling luas ?
c. Jenis KLB apa yang paling banyak
menimbulkan kematian ?
Berdasarkan Cakupan Program Pelayanan
Kesehatan (Format 11)
a. Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya
masih rendah ?
b. Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah
dilaksanakan ?
c. Upaya kesehatan apa yang pencapainnya masih
rendah ?
Kerjakan Latihan 1 .Menganalisis DataPetunjuk latihan pada Lembar kerja 1 di hal 391
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 207
B. Target Program Puskesmas.
Beberapa metoda penentuan target yang dilakukan
di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Target ditentukan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Misalnya untuk indikator beberapa program seperti
TB ( CDR 70%, Convertion Rate 80 %, dll) KIA/KB
Cakupan K4 80%, Linakes 70 % ).
3. Target ditentukan sendiri oleh Puskesmas sesuai
dengan ketersediaan sumber daya yang tersedia di
Puskesmas. Untuk kegiatan ini Puskesmas dan
staff bersama sama menentukan target target
tersebut berdasarkan Standar pelayanan minimal
yang ditentukan dari Pusat/Propinsi.
4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat
perkiraan secara matematis terhadap kemungkinan
pencapaian program.
5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan Prestasi
terbaik yang pernah dicapai Puskesmas yang
bersangkutan.
C. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
Penyusunan rencana usulan kegiatan dilaksanakan
dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut yaitu
menyusun rencana kegiatan yang bertujuan untuk
Kerjakan Latihan 2.Menentukan Target PuskesmasPetunjuk latihan pada Lembar kerja 2 di hal 391
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 208
mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang
masih bermasalah dan menyusun rencana kegiatan
baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut. Kegiatan baru yang disesuaikan
dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut dan
kemampuan Puskesmas.
Penyusunan rencana usulan kegiatan terdiri dari
langkah-langkah :
1. Identifikasi masalah.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan
dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis program, cakupan,
mutu dan ketersediaan sumber daya.
Contoh : Tabel 21. Identifikasi Masalah.
No Program Target Pencapaia
n
Kesenjang
an
1
2
3
.
n
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 209
Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dari
Format 11, Cakupan Program Pelayanan Kesehatan
No. A Upaya Kesehatan Wajib.
Target diisi berdasarkan hasil penentuan target
Puskesmas.
Pencapaian diisi dari kolom jumlah pencapaian,
yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh
kelurahan/ desa. Kesenjangan antara pencapaian
dan target, merupakan masalah. Kemungkinan
teridentifikasi beberapa masalah.
2. Menetapkan urutan prioritas masalah.
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah sekaligus, maka perlu masalah
diprioritaskan dengan pendekatan tertentu.
Berbagai metode untuk memprioritaskan masalah
seperti Kriteri matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb.
Penggunaan alat atau metode diserahkan pada
masing masing Puskesmas.
Contoh kriteria matriks:
Tabel 22. Matriks Urutan Prioritas Masalah
Kriteria
Masalah
1
Masalah
2
Masalah
3
Masalah
4
Tingkat
urgensi/
Urgency (U)
Kerjakan Latihan 3.Menentukan Identifikasi MasalahPetunjuk latihan pada Lembar kerja 3 di hal 392
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 210
Tingkat
keseriusan/
Seriousnes (S)
Tingkat
perkembangan/
Growth (G)
Total
Cara menggunakan/ mengisi matriks :
a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya
ditetapkan 1-5
b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat
mendesak untuk segera ditanggulangi,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu
penanganan serius dan apabila tidak diatasi akan
semakin memprihatinkan/ akibat semakin buruk,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
d. Tingkat perkembangan (G) : Masalah yang apabila
tidak ditanggulangi akan semakin meluas,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
e. Hasil penilaian (Total) : Nilai U x S x G.
f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai
Total dari yang terbesar sampai terkecil.
Kerjakan Latihan 4.Menentukan Urutan Prioritas MasalahPetunjuk latihan pada Lembar kerja 4 di hal 392-393
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 211
3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya,
Siapa yang terkena masalah, Besarnya masalah,
Dimana terjadinya dan Bilamana masalah itu
terjadi ( 4W, 1H), What, Who, When, Where, dan
How Much.
Contoh Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kematian balita akibat diare
yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah Puskesmas X,
pada tahun 2006.
4. Mencari akar penyebab masalah.
Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan
antara lain dengan menggunakan alat/tools :
a. Diagram sebab akibat ( Diagram Ishikawa ) atau
sering juga disebut diagram tulang ikan.
b. Pohon Masalah ( problem tree ).
Contoh penggunaan Diagram ishikawa.
Masalah : Cakupan persalinan tenaga kesehatan
rendah
(mis 40 %)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada tulang ikan.
Kerjakan Latihan 5.Merumuskan MasalahPetunjuk latihan pada Lembar kerja 5 di hal 393
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 212
Metode
Material
AlatLingkungan
Manusia
2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh
kepala ikan.
3) Tetapkan kategori utama penyebab utama.
4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis
datar.
5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing
masing kategori sampai mengakomodasi semua
unsur dalam kategori tersebut.
6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang
lain.
7) Setelah semua ide/ gagasan dicatat, lakukan
klarifikasi untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah tersebut.
Diagram 4. Diagram Ishikawa
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 213
Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon
masalah ( Problem Trees)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon
masalah.
2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan
tuliskan pada kotak dibawahnya dengan arah
panah menuju kekotak masalah.
4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing
masing kategori.
5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama
lakukan untuk kategori utama yang lain.
6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab,
coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan
pada kotak yang ada dibawahnya.
7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan
klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah, dll.
Kurikulum Modul Manajemen Puskes
POHON MASALAH
ANALISIS SEBAB AKIBAT
KEGIATAN : ……………………..
Catatan :
Untuk mengidentifik
menggunakan diagra
masalah, kemungkin
ditelusuri dari :
mas terintegrasi HIV-AIDS Page 214
asi penyebab masalah, baik
m Ishikawa maupun pohon
an penyebab masalah dapat
AKIBAT
Masalahutama
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 215
a. Input (sumber daya) : manusia/ tenaga, jenis dan
jumlah obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja,
dana dan lain-lain
b. Proses (pelaksanaan kegiatan) : frekuensi,
penggunaan metode/ prosedur, kepatuhan
terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan
dll.
c. Lingkungan : kebijakan, political will dll
Buatlah kesimpulan dari hasil menentukan akar
masalah tersebut.
Akar penyebab masalah adalah........
5. Menetapkan cara-cara pemecahan masalah:
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah,
dapat dilakukan dengan kesepakatan diantara
anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan diantara
tim dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu
harus dicari alternatif pemecahannya.
Kerjakan Latihan 6.Menentukan Akar Penyebab MasalahPetunjuk latihan pada Lembar kerja 6 di hal 394
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 216
Contoh:
Tabel 23. Cara Pemecahan Masalah.
Cara pengisian tabel, sebagai berikut :
a. Prioritas masalah : ditulis sesuai dengan hasil
urutan prioritas masalah
b. Penyebab masalah : ditulis berdasarkan hasil
mencari akar penyebab masalah
c. Alternatif pemecahan masalah : diperoleh
berdasarkan hasil brainstorming anggota tim,
tentang alternatif pemecahan masalah yang
diusulkan, ada beberapa alternatif.
d. Pemecahan masalah terpilih : dapat di peroleh
melalui hasil kesepakatan anggota tim atau
menggunakan matriks USG, metode MCUA dan
lain-lain.
RUK, sebagai program hasil analisis masalah. Untuk
setiap prioritas masalah harus dapat ditentukan
pemecahan masalah terpilih . Pemecahan masalah
terpilih akan menjadi bahan penyusunan
NoPrioritas
Masalah
Penyebab
masalah
Alternatif
pemecahan
masalah
Pemecahan
masalah
terpilih
Ket
1
2
3
4
dst
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 217
D. Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK):
Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi
upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang
yang meliputi:
1. Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi
kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional, dan
program hasil analisa masalah.
2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan
yang ada pada tahun sekarang.
3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan
sumberdaya yang dibutuhkan kedalam format RUK
Puskesmas.
RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik
kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai
dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas.
1. RUK Upaya Kesehatan Wajib.
a) Menyusun rencana usulan kegiatan upaya
kesehatan wajib kedalam matriks.
Kerjakan Latihan 7.Menetapkan Cara Pemecahan MasalahPetunjuk latihan pada Lembar kerja 7 di hal 395
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 218
b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya
kesehatan wajib.
Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan
pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan
berasal dari non pemerintah maka diusulkan
kepada institusi yang bersangkutan.
c) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan
dilakukan dengan memperhatikan siklus
perencanaan kabupaten/kota, yaitu jadwal
pembahasan yang dilakukan oleh
kabupaten/kota sehingga RUK tersebut harus
sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota sebelum
dilakukan pembahasan, demikian pula
dengan rencana usulan kegiatan untuk mitra
kerja Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 219
Tabel 24. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib
No Upaya
Kesehatan
Keg Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber
Dana
Indikator
Keberha
silan
Sumber
Pembia
yaanDana Alat Tenaga
1 Prom Kes
2 Kes Lingk
3 KIA & KB
4 Gizi Masy
5 P2M
6 Pengobatan
Catatan :
Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya
mencapai tujuan program
Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup
kegiatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 220
Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan oleh
Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber
daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu
Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau
pendapatan fungsional Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 221
2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Telah disebutkan bahwa upaya kesehatan
pengembangan dapat dipilh dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat
berupa inovasi yang dikembangkan sesuai
dengan permasalahan kesehatan yang terjadi
diwilayah kerja Puskesmas, diantaranya bisa
berasal dari hasil analisis data Puskesmas,
seperti hasil analisis berdasar data Format 1, 3,
5, 9 dan 11
Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan,
identifikasi masalah dilakukan bersama sama
masyarakat (Konsil kesehatan
kecamatan/Badan penyantun Puskesmas)
melalui pengumpulan data secara langsung di
lapangan (Survei mawas diri). Tetapi apabila
kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas,
maka identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas
dengan melibatkan konsil kesehatan
kecamatan/ badan penyantun Puskesmas.
Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan
muncul usulan Puskesmas yang sangat
beragam. Dengan pertimbangan kondisi
sumberdaya yang ada, baik tenaga, sarana
maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan
prioritas.
Apabila Puskesmas belum mampu
,menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan tersebut tetapi telah menjadi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 222
kebutuhan masyarakat setempat maka dinas
kesehatan kabupaten/kota yang wajib
menyelenggarakannya.
b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
kedalam matriks.
Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan
pengisian matriks R.U.K. Upaya Kesehatan
Wajib.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 223
Tabel 25. Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan
No Upaya
Kesehatan
Keg Tujua
n
Sasaran Target Kebutuhan Sumber
Dana
Indikat
or
Keberh
a
silan
Sumber
Pembia
yaanDana Alat Tenag
a
1
2
3
4
5
6
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 224
c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan
Pengembangan.
RUK upaya kesehatan pengembangan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota bersama
sama dengan RUK upaya kesehatan wajib. RUK ini
dapat juga diusulkan kepada pihak pihak non
pemerintah.
Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada
diwilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan
tersebut. Penggalangan dana dapat dilakukan
kepada masyarakat, perusahaan, swasta, atau LSM
melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan
yang telah disusun dengan didukung oleh data
yang telah diolah, sehingga dapat dipahami oleh
masyarakat dan mitra kerja Puskesmas. Potensi
lainnya dapat pula berasal dari pendapatan
fungsional Puskesmas atau sumber pembiayaan
lainnya.
E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan
wajib , upaya kesehatan pengembangan , upaya
kesehatan penunjang maupun upaya inovasi
dilaksanakan bersama , terpadu dan terintegrasi
Kerjakan Latihan 8. Menyusun RUKPetunjuk latihan pada Lembar kerja 8 di hal 395
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 225
sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu
keterpaduan.
Langkah langkah.
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah
disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui
dengan rencana usulan kegiatan (RUK) yang
diusulkan dan situasi saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume
kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber
daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk
membahas kesepakatan RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk
matriks.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 226
Contoh Tabel 26. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Puskesmas…………..Tahun…………….
No Upaya
Kesehat
an
Keg Sasara
n
Targe
t
Vol
Keg
Rincian
Pelaks.
Lokasi
Pelaks.
Tenaga
Pelaksan
a
Jadw
al
Biaya
1
2
3
4
5
6
7
Promkes
Keslingk
KIA/KB
Perb.
Gizi
P3M
Pengobat
an
…………
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 227
….
Catatan :
No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan
Kuri
Diagram 5. TAHAP TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS
DATAPROSESPERSIAPANDATA UMUM
Penyusunan Penyusunan Lokakarya
PROSESkulum Modul Manajemen P
PERSIAPAN
Pengumpulanuskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 228
DATA KHUSUSPenilaian kinerjaPuskesmas
RUK RPK Minidata
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 229
Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki
rencana tahunan Puskesmas, Meliputi :
a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib
dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1
tahun
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan
Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk
1 tahun
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 230
Latihan 1. Menganalisis Data
Petunjuk Latihan :
1. Peserta dibagi dalam kelompok Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
Siapkan bahan rujukan yang harus dibawa
yang merupakan data informasi tentang
Puskesmas saudara, seperti Laporan
Tahunan Profil Puskesmas, Data Wilayah
Kerja.dll
Siapkan juga format-format yang
diperlukan (format1, format 2a-e, format 3-
12)
Isikan data Puskesmas kedalam setiap
format yang sesuai. Koreksi kebenaran
pengisiannya.
Lakukan analisis dengan menggunakan
analisis deskriptif
Buatlah kesimpulan/ rumusan hasil
analisis data tersebut (dapat menggunakan
cara rumusan hasil analisis data yang
tercantum pada hal 6-8 modul ini)
Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas
Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb :
o Identifikasi target Puskesmas yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/ kota,
untuk pogram apa dan berapa
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 231
o Identifikasi target yang harus ditentukan
oleh Puskesmas :
- Untuk program apa
- Hitunglah target tersebut berdasarkan
SPM yang ditetapkan.
o Identifikasi target yang harus ditentukan
berdasarkan perkiraan secara matematis
- Untuk program apa
- Berapa perkiraan targetnya
o Identifikasi target yang bisa ditentukan
berdasarkan hasil terbaik yang pernah
dicapai Puskesmas
- Untuk program apa
- Berapa hasil terbaik yang pernah
dicapai
- Berapa target sekarang
Latihan 3 Identifikasi Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti
pada contoh dihalaman 7 modul ini.
o Siapkan format 11 Cakupan Program
Pelayanan Kesehatan btk A. Upaya
Kesehatan Wajib, yang telah diisi dengan
data Puskesmas.
o Isi kolom program dengan jenis program
dari Upaya Kesehatan Wajib
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 232
o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan
target Puskesmas untuk setiap program.
o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah
pencapaian yang merupakan rekapitulasi
pencapaian diseluruh kelurahan/ desa.
o Isi kolom kesenjangan dengan
membandingkan antara target dan
pencapaian. Program yang memiliki
kesenjangan (negatif atau kurang dari
target) merupakan masalah.
o Identifikasi masalah-maslah tesebut,
kemungkinan ada beberapa masalah.
Tuliskan semua masalah
Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas
Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok tim
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang
teridentifikasi. (misal masalah 1 :
Program.....dst)
o Tentukan metode penentuan prioritas
masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya
metode kriteria matriks USG.
o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks
pada halaman 7). Buatlah kolom masalah,
sejumlah masalah yang teridentifikasi.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 233
o Isilah nilai setiap kriteria dari setiap
masalah dengan cara :
- Setiap anggota kelompok diminta untuk
memberi nilai untuk kriteria (U) dari
masalah 1, kemudian dibuat reratanya.
Nilai Rerata diisi pada kolom masalah 1.
Lakukan hal yang sama untuk nilai
kriteria (K) untuk masalah lainnya
(masalah 2 dstnya)
- Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan
juga hal yang sama
- Demikian juga untuk nilai kriteria (G)
- Isi nilai total setiap masalah dengan
perkalian nilai kriteria (U) x(S) x(G).
- Tuliskan urutan prioritas dari total nilai
yang terbesar sampai yang terkecil.
- Urutan prioritas masalah adalah :
(1) .........................................
(2) .........................................
(3) .........................................
Latihan 5 Merumuskan Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan
pengkajian :
- Apa masalah tersebut ?
- Siapa yang terkena ?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 234
- Berapa besar masalah tersebut (dalam
jumlah nominal) dalam persen/ dalam
luas wilayah yang terkena dsb)
- Dimana lokasi terjadinya?
- Bilamana kurun waktu tertentu (musim
tertentu dll)
Buatlah dalam rumusan pernyataan
masalah (problem Statement) meliputi : 4W,
1 H tersebut.
Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Menentukan metode yang akan digunakan
Tuliskan masalah prioritas yang akan
ditelusuri akar penyebabnya
Ikuti langkah-langkah dari metode yang
dipilih pada halaman 8 dan 9, modul ini.
Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram
Ishikawa atau kotak-kotak pada diagram
pohon masalah, harus melibatkan semua
naggota tim. Penentuannya harus
berdasarkan data/ fakta. Ingat dan
gunakan hasil analisis data pada latihan 1.
Buat kesimpulan akar penyebab masalah
yaitu :....................
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 235
Latihan 7. Menentukan Cara Pemecahan
Masalah
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Review hasil prioritas masalah dan akar
penyebab dari setiap masalah prioritas
tersebut.
Buat tabel cara pemecahan masalah
(contoh tabel pada halaman 10)
Lakukan brainstorming, agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi
menyampaikan usulan alternatif
pemecahan masalah .
Buat kesepakatan tentang pemecahan
masalah yang terpilih, atau penentuannya
dilakukan dengan menggunakan metode
matriks USG/ MCUA, dll
Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan
Masalah Terpilih.
Hasil ini akan menjadi bahan penyusunan
RUK.
Latihan 8. Menyusun RUK
Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim)
Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 236
Pelajari format RUK (matriks RUK) pada
halaman 11
Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib,
menggunakan matriks tersebut. Gunakan
hasil analisis data dan informasi
Puskesmas, serta hasil langkah-langkah
pemecahan masalah
Identifikasi Upaya Kesehatan
Pengembangan yang akan dilaksanakan di
Puskesmas saudara. Hasil analisis data
format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu
dalam menentukan Upaya Kesehatan
Pengembangan, atau berdasar hasil SMD
dll.
Susunlah RUK Upaya Kesehatan
Pengembangan menggunakan matriks
(contoh matriks pada halaman 12 )
Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib
dan Upaya Kesehatan Pengembangan
sebagai Rencana Tahunan Puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 237
STUDI KASUS INTEGRASI LAYANAN
KOMPREHENSIF HIV-AIDS
BERKESINAMBUNGAN DALAM MANAJEMEN
PUSKESMAS
Skenario 1
Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi
HIV-AIDS tetapi belum punya program dan tidak ada
data kasus/laporan, bagaimana perencanaan
puskesmas tersebut?
Skenario 2
Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi
ada data temuan kasus di lapangan/media massa yang
mengarah ke HIV-AIDS seperti balita gizi buruk, pasien
TB yang tidak sembuh setelah pengobatan.
Skenario 3
Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah
kerjanya terdapat daerah pertambangan, atau daerah
wisata, bagaimana perencanaan puskesmas tersebut?
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 238
Penjelasan Skenario :
Harus dapat menjawab tahapan perencanaan
1. Proses persiapan
Puskesmas membuat tim perencanaan di internal.
Tim perencanaan terdiri dari tim pengumpul data
dan analisa data
2. Proses pengumpulan data
A. Data umum :
1) Peta wilayah kerja Puskesmas mencakup :
Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup
sumberdaya Puskesmas termasuk Puskesmas
pembantu dan bidan di desa, yang mencakup :
Ketenagaan
Obat dan Bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan yang berasal dari pemerintah,
masyarakat, dan lain lain.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 239
3) Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah
dinas, komputer, mesin tik, meubelair,
kendaraan
4) Data Peran serta masyarakat, mencakup :
Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
5) Data sasaran program.
6) Data penduduk mencakup jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program),
sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan
dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan
kabupaten/kota.
7) Data sekolah mencakup jenis sekolah yang ada,
jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
8) Data kesehatan lingkungan wilayah kerja
Puskesmas mencakup : lingkungan rumah
sehat, tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum, tempat pembuangan
sampah, sarana air bersih, jamban keluarga
dan sistim pembuangan air limbah.
9) Data tempat yang berpotensi menjadi tempat
penularan HIV-AIDS (hotspot) seperti :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 240
lokalisasi, tempat hiburan malam, tempat
penginapan, dll
B. Data khusus :
1) Status kesehatan yang terdiri dari data
kematian, kunjungan kesakitan, pola penyakit
yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan.
2) Kejadian luar biasa dapat dilihat pada laporan
W1(Simpus).
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu)
tahun terakhir di tiap desa/kelurahan
terutama data ibu hamil.
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh
Puskesmas atau pihak lain.
C. Data hasil survey :
Survei yang dilakukan oleh puskesmas sendiri.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 241
Skenario 1
Puskesmas A terletak di Kota epidemi terkonsentrasi
HIV-AIDS (menurut laporan survelaince), tetapi belum
punya program dan tidak ada data kasus/laporan,
Bagaimana perencanaan puskesmas tersebut?
Data Umum :
1. Jumlah Penduduk : 42.000 orang, Laki-laki :
22.854, Perempuan : 19.146.
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah kebawah.
Jumlah keluarga miskin
(persentase di tiap desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 37,54%
Petani : 47,57%
PNS/TNI/POLRI : 1,19%
Pedagang : 13,70%
4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 7,25%
SD/MI : 30,78%
SLTP/MTS : 27,59%
SLTA/MA : 33,95%
PERGURUAN TINGGI : 0,43%
5. Data sekolah :
Klasifikasi Sekolah :
TK : 8
SD ; 17
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 242
SMU ; 1
MA ; 1
SEKOLAH TINGGI ; 1
PONDOK PESANTREN ; 10
SLB ; 1
UKS
Jumlah Guru UKS : 15
Jumlah Dokter Kecil : 20
6. Data Peran Serta Masyarakat :
Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
7. Data Lapas / Rutan : -
8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.
9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat
penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 243
10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :
Fasilitas pelayanan kesehatan (RSUD, RS Swasta,
Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak
desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke
Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.
Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)
2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,
komputer, mesin tik, kendaraan
3. Data Fasilitas Kesehatan :
RS Swasta : 1
Klinik : 2
Pustu : 1
Poskesdes : 5 desa
Posyandu : 20 (kader aktif : 310)
4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 244
TTU
TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah
5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus
WUS ; 11550
PUS ; 8604
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 42000 = 462
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 42000 = 441
orang
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 42000 = 441
orang
Peserta KB ; 4376
6. Target :
K1 : 85 %,
K4 : 70%
7. Status kesehatan yang terdiri dari
Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar
8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)
9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil
10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) :
Data penderita TB baru BTA positif 30
orang
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 245
Data penderita TB terapi lengkap tetapi
tidak sembuh 1 orang
Data anak dengan gizi buruk yang sudah
diintervensi tidak mengalami perbaikan
3 orang
Data penderita diare persisten/kronis 10
orang
Analisa Data
Dari hasil pengumpulan data didapatkan :
o Data penderita TB baru BTA positif 30 orang
o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak
sembuh 1 orang
o Data anak dengan gizi buruk yang sudah
diintervensi tidak mengalami perbaikan
o Data penderita diare persisten/kronis
Maka dari data di atas ditentukan masalah
utama di puskesmas tersebut :
1. TB
2. Gizi buruk
3. Diare
Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah
dengan metode USG, dari hasil metode tersebut terpilih
masalah utama yaitu gizi buruk pada balita yang
sudah diintervensi tetapi tidak sembuh. Kemudian
dilakukan pencarian sebab masalah dengan pohon
masalah, fish bone.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 246
Gizi burukyang tidaksembuh
Material
AlatLingkungan
Manusia
SDM tidak terlatih
Pemeriksaan lablengkap tidak
dilakukan
Tidak ada SOP gizbur
Timbanganrusak
Metode
Diagram 6. Diagram Ishikawa Skenario 1
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 247
Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab
masalah :
1. SDM puskesmas tidak terlatih
2. Tidak dilakukan pemeriksaan lab lengkap
3. Timbangan rusak
4. SOP penatalaksanaan gizi buruk yang benar tidak
ada
Dari empat penyebab permasalahan dilakukan
pemilihan melalui metode scoring (Carol, Hanlon,
MCUA) didapatkan penyebab utama yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan lab lengkap pada anak gizi
buruk.
Dengan mempertimbangkan puskesmas berada di kota
dengan epidemi terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk
pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 248
Tabel 27. Cara Pemecahan Masalah Skenario 1
No Prioritas
Masalah
Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
Masalah
terpilih
Ket
1 Gizi
buruk
Pemeriksaan
lab lengkap
tidak
dilakukan
Dilakukan
pemeriksaan
lab
Petugas
dilatih
Dilakukan
pemeriksaan
lab
Karena terletak
di daerah
epidemic
terkonsentrasi
sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan
HIV-AIDS2 TB
3 Diare
4
5
6
Dst
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 249
Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke
RUK
Tabel 28. Matrik Rencana Usulan Kegiatan Skenario 1
No Upaya
Keseha
tan
Kegiatan Tuju
an
Sasar
an
Tar
get
Kebutuhan
sumberdaya
Indikator
keberha
silan
Sumber
pembia
yaan
Dana Alat Tenaga
1 Prom.
Kes.
Penyuluhan
PHBS
Orang
tua anak
(ibu dan
bapak)
2 Kes.
Lingk
3 KIA & KB Pemeriksaan
skrining HIV-
AIDS pada ibu
hamil
4 Gizi
Masy.
Pemeriksaan lab
lengkap pd balita
gizbur yg tidak
sembuh setelah
intervensi
5 P2M koordinasi lintas
program
Penyebaran
informasi HIV-
AIDS
6 Pengobat
an
Pemberian
profilaksis pada
infeksi
opotunistik
* * * * *
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 250
Skenario 2
Puskesmas B belum punya program HIV-AIDS, tetapi
ada data temuan kasus di lapangan/Media Massa yang
mengarah ke HIV-AIDS yaitu pasien TB yang tidak
sembuh setelah pengobatan, data pengguna NAPZA
suntik
Data Umum :
1. Jumlah Penduduk: 37.000 orang, Laki-laki :
19.760, Perempuan : 17.240
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah, Jumlah
keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 17,37%
Petani : 10,53%
PNS/TNI/POLRI : 25.37%
Pedagang : 27.9%
Swasta :18.83%
4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 0,17%
SD/MI : 17.89%
SLTP/MTS : 23,97%
SLTA/MA : 32,06%
PERGURUAN TINGGI : 25,82%
5.Data sekolah :
Klasifikasi sekolah
TK : 8
SD ; 10
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 251
SMU ; 4
MA ; 2
SEKOLAH TINGGI ; 2
PONDOK PESANTREN ; 3
SLB ; 1
UKS
Jumlah Guru UKS : 10
Jumlah Dokter Kecil : 16
6. Data Peran Serta Masyarakat :
Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
7. Data Lapas / Rutan : -
8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.
9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat
penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 252
10. Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :
Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.
Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)
2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,
komputer, mesin tik, kendaraan
3. Data Fasilitas Kesehatan :
RS Swasta : 2
Klinik : 4
Pustu : 2
Poskesdes : 4 desa
Posyandu : 17 (kader aktif : 215)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 253
4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman
TTU
TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah
5. Jumlah Sasaran Kelompok Khusus
WUS ; 9550
PUS ; 7644
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 37000 = 407
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 37000 = 388
orang
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 37000 = 388
orang
Peserta KB ; 5542
Populasi kunci
6. Target :
K1 : 80 %,
K4 : 60%
7. Status kesehatan yang terdiri dari
Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar
8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)
9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 254
10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data Kesakitan (mengarah ke HIV-AIDS) :
Data penderita TB baru BTA positif : 27
orang
Data penderita TB terapi lengkap tetapi
tidak sembuh : 3 orang
Data penasun remaja : 20 orang
Data penderita diare akut : 31 orang
Analisa Data
Dari hasil pengumpulan data didapatkan :
o Data penderita TB baru BTA positif 27 orang
o Data penderita TB terapi lengkap tetapi tidak
sembuh 3 orang
o Data penasun remaja 27 orang populasi
kunci
o Data diare akut 31 orang
Maka dari data di atas ditentukan masalah
utama di puskesmas tersebut :
1. TB
2. Penggunaan NAPZA suntik
3. Diare
Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah
dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk
mendapatkan pendapat lintas program, lintas
sektor, ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM
potensial), dari hasil metode tersebut terpilih
masalah utama yaitu penasun remaja. Kemudian
dilakukan pengkajian penyakit yang bisa timbul
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 255
disebabkan penggunaan NAPZA suntik yaitu HIV-
AIDS.
Kurikulum Modul Manajemen Pus
Media penyuluhanterbatas
Promosi kesehatan belum
Metode
Material
Lingkungan
PemerikRDT be
ada
Diagram 7. Diagram Ishikawa Skenario 2
Terdapat kelompokberesiko yaitu penasun
kesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 256
Kader tidak terlatih
optimal
Penasun yangberesiko HIV
AIDS
Alat
Manusia
SDM tidak terlatih
Tidak ada SOPpenatalaksanaan gizi buruk
Pemeriksaan lab HIV-AIDSbelum dilakukan
saanlum
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 257
Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan
penyebab masalah :
1. Nakes puskesmas tidak terlatih
2. Kader belum terlatih
3. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid
diagnostic test)
4. SOP penatalaksanaan NAPZA suntik
yang benar tidak ada
5. Promosi kesehatan belum optimal
6. Terdapat kelompok beresiko
7. Media penyuluhan belum lengkap
Dari tujuh penyebab permasalahan dilakukan
pemilihan melalui metode scoring (Carol,
Hanlon, MCUA) didapatkan tidak dilakukan
pemeriksaan HIV. Dengan mempertimbangkan
puskesmas berada di kota dengan epidemi
terkonsentrasi, harus dipikirkan untuk
pemeriksaan tes HIV-AIDS pada anak tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 258
Tabel 29. Cara Pemecahan Masalah Skenario 2
No Prioritas
Masalah
Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
Masalah
terpilih
Ket
1 Penggunaan
NAPZA suntik
yang bersiko
HIV AIDS
1. Nakes puskesmas
tidak terlatih
2. Kader belum
terlatih
3. Tidak ada
pemeriksaan RDT
(rapid diagnostic
test)
4. SOP
penatalaksanaan
NAPZA suntik
yang benar tidak
ada
5. Promosi
1. Pelatihan
nakes
2. Pelatihan
kader
3. Penyediaan
RDT
4. Penyusunan
SOP
5. Optimalisasi
promkes dg
memanfaatka
n berbagai
sarana
Penyediaan RDT Upaya
pemecahan
lainnya
dilakukan secara
bersinergi sesuai
dengan
kemampuan
puskesmas
2 TB yang tidak
sembuh
3 Diare akut
4
5
Dst
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 259
Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK.
Tabel 30. Matrik RUK Skenario 2
N
o
Upaya
Kesehat
an
Kegiatan Tujua
n
Sasaran Target Kebutuhan
sumberdaya
Indikator
keberha
silan
Sumber
pembia
yaan
Da
na
Alat Tenaga
1 Prom.
Kes.
Penyuluhan PHBS,
kampanye ABAT
(aku banggaaku
tahu)
Remaja, anak
sekolah,
masyarakat,
orang tua
siswa
2 Kes.
Lingk
Sosialisasi
pengelolaan limbah
jarum suntik
3 KIA &
KB
Pemeriksaan
skrining HIV-AIDS
pada ibu hamil
4 Gizi
Masy.
KIE tentang gizi
pada penasun
5 P2M Surveilans penasun
dan penyakit yang
beresiko, klinik
KTS, layanan alat
suntik steril
6 Pengob
atan
Pengembangan
program terapi
rumatan metadon
7 Laborat
orium
Penyediaan RDT
8 Perkes
mas
Kunjungan rumah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 260
Skenario 3
Puskesmas C sudah punya klinik IMS, di wilayah
kerjanya terdapat daerah pertambangan, daerah
wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN bagaimana
perencanaan puskesmas tersebut?
Data Umum :
1. Jumlah Penduduk: 48.000 orang, Laki-laki :
25.632, Perempuan : 22.368
2. Tingkat ekonomi : penduduk menengah Jumlah
keluarga miskin
(persentase di tiap desa/kelurahan)
3. Pekerjaan :
Buruh pabrik : 15,37%
Petani : 8,53%
PNS/TNI/POLRI : 17,37%
Pedagang : 27,9%
Swasta : 30,83%
4. Pendidikan
Tidak tamat SD : 0,26%
SD/MI : 23.89%
SLTP/MTS : 22,97%
SLTA/MA : 32,06%
PERGURUAN TINGGI : 20,82%
5. Data sekolah :
Klasifikasi sekolah :
TK : 8
SD ; 12
MI : 3
SLTP ; 3
MTS ; 3
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 261
SMU ; 5
MA ; 2
SEKOLAH TINGGI ; 2
PONDOK PESANTREN ; 3
UKS
Jumlah Guru UKS : 12
Jumlah Dokter Kecil : 15
6. Data Peran Serta Masyarakat :
Jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat
LSM
UKBM / kemitraan
7. Data Lapas / Rutan : 1
8. Data Kesehatan Lingkungan Wilayah Kerja
Puskesmas mencakup :
Lingkungan rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat tempat umum,
Tempat pembuangan sampah
Sarana air bersih
Jamban keluarga
Sistim pembuangan air limbah.
9.Data tempat yang berpotensi menjadi tempat
penularan HIV-AIDS (hotspot) :
Lokalisasi,
Tempat hiburan malam/karaoke
Tempat penginapan
Salon, Spa, Panti Pijat
10.Peta Wilayah Kerja Puskesmas mencakup :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 262
Fasilitas pelayanan kesehatann (RSUD, RS
Swasta, Klinik, Pustu)
Luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/
RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh ke Puskesmas.
Lokalisasi / daerah risiko tinggi
Fasilitas umum
Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa/kecamatan atau internet.
Data Puskesmas :
1. Data sumber daya Puskesmas termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa, yang
mencakup :
Ketenagaan
Obat dan bahan habis pakai
Peralatan
Pembiayaan (berasal dari Pemerintah,
masyarakat dan lain-lain)
2. Sarana dan Prasarana : gedung, rumah dinas,
komputer, mesin tik, kendaraan
3. Data Fasilitas Kesehatan :
RS Swasta : 3
Klinik Swasta : 4
Klinik Lapas : 1
Pustu : 3
Poskesdes : 7 desa
Posyandu : 21 (kader aktif : 325)
4. Data Kesehatan Lingkungan :
Rumah sehat
Tempat pembuatan makanan/minuman
TTU
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 263
TPA
Sarana air bersih
Jamban Keluarga
Sistem pembuangan air limbah
5. Jumlah sasaran kelompok khusus
WUS ; 12550
PUS ; 8795
Ibu hamil : 1,1 x CBR x 48000 = 528
orang
Ibu bersalin ; 1,05 X CBR X 48000 = 504
Ibu nifas ; 1,05 x CBR x 48000 = 504
Peserta KB ; 7582
6. Target :
K1 : 85 %
K4 : 60 %
7. Status kesehatan yang terdiri dari
Data Kematian (Jumlah kematian ibu
hamil dan bayi), penyebab kematian.
Data kunjungan kesakitan
Pola penyakit : 10 penyakit terbesar
8. Kejadian Luar Biasa ( laporan W1 / Simpus)
9. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun
terakhir di setiap desa/kelurahan terutama ibu
hamil
10. Hasil survei yang dilakukan Puskesmas atau
pihak lain
11. Data temuan kasus di lapangan
Ibu hamil yang mengalami IMS berulang
2 orang
Remaja mengalami IMS 13 orang
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 264
Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3
orang
Pasien diare kronis 3 orang
Herpes simpleks berulang 1 orang
Analisis data :
Dari hasil pengumpulan data didapatkan :
Ibu hamil yang mengalami IMS berulang 2
orang
Remaja mengalami IMS 13 orang
Pasien TB 14 orang, tidak sembuh 3 orang
Pasien diare kronis 3 orang
Herpes simpleks berulang 1 orang
Maka dari data di atas ditentukan masalah utama di
puskesmas tersebut :
1. IMS
2. TB
3. Diare
4. Herpes simpleks
Kemudian dilakukan pemilihan prioritas masalah
dengan metode USG dan Delbeque/Delphi ( untuk
mendapatkan pendapat lintas program, lintas sektor,
ahli, tokoh masyarakat dan agama, LSM potensial),
dari hasil metode tersebut terpilih masalah utama yaitu
IMS. Kemudian dilakukan pengkajian penyakit yang
dapat menyertai IMS yaitu HIV-AIDS, sehingga perlu
mendapat perhatian.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 265
IMS yangberulang denganresiko HIV AIDS
Material
AlatLingkungan
Manusia
Nakes tidak terlatih
Pemeriksaan lab HIV AIDSbelum dilakukan di klinik
IMS
SOP belum lengkap
PemeriksaanRDT belum ada
Kader tidak terlatih
Media penyuluhan terbatas
Sasaran Promosikesehatan belum tepat
Penapisan rutin IMS dan HIV-AIDS belum menjangkau kesemua kelompok beresiko
Metode
Diagram 8. Diagram Ishikawa Skenario 3
Banyak lokasipenularan IMS
yang perludiwaspadai
Jejaring kerja belumberjalan optimal
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 266
Setelah dilakukan fishbone maka didapatkan penyebab masalah :
1. Penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok beresiko belum dilakukan
2. Nakes puskesmas tidak terlatih
3. Kader belum terlatih
4. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid diagnostic test)
5. SOP belum lengkap
6. Promosi kesehatan belum optimal
7. Terdapat kelompok beresiko
8. Media penyuluhan belum lengkap
9. Jejaring puskesmas belum berjalan optimal
Dari sembilan penyebab permasalahan dilakukan pemilihan melalui metode scoring (Carol,
Hanlon, MCUA) didapatkan masalah penapisan rutin pada lokasi rawan dan kelompok
resiko belum dilakukan, dengan mempertimbangkan puskesmas berada di daerah
pertambangan, daerah wisata, dan dekat dengan LAPAS/RUTAN.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 267
Tabel 31. Cara Pemecahan Masalah Skenario 3
No Prioritas
Masalah
Penyebab
Masalah
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
Masalah terpilih
Ket
1 IMS berulang 1. Penapisan rutin pada lokasi rawan
dan kelompok beresiko belum
dilakukan
2. Nakes puskesmas tidak terlatih
3. Kader belum terlatih
4. Tidak ada pemeriksaan RDT (rapid
diagnostic test)
5. SOP belum lengkap
6. Promosi kesehatan belum optimal
7. Terdapat kelompok beresiko
8. Media penyuluhan belum lengkap
9. Jejaring puskesmas belum berjalan
optimal
1. Melakukan penapisan rutin tiap
bulan di lokasi rawan
2. Penguatan jejaring dengan
lintas program, lintas sektor,
swasta, LAPAS, lokasi
tambang dan LSM potensial
3. Pelatihan nakes
4. Melengkapi klinik IMS dengan
pemeriksaan RDT
Melakukan penapisan rutin tiap
bulan di lokasi rawan dengan
penggunaan RDT
2 TB
3 Herpes simpleks
4 Diare
6
dst
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 268
Setelah dipilih pemecahan masalah, dituangkan ke RUK. Tabel 32. Matrik RUK Skenario 3
No Upaya
Kesehatan
Kegiatan TujuanSasaran Target Kebutuhan sumberdaya Indikator
keberha
silan
Sumber
Pembiayaan
DanaAlat Tenaga
1 Prom. Kes. Penyuluhan PHBS, kampanye
ABAT (aku bangga aku tahu)
Remaja, anak sekolah,
masyarakat, orang tua
siswa
2 Kes. Lingk Sosialisasi pengelolaan limbah
jarum suntik
3 KIA & KB Pemeriksaan skrining HIV-AIDS
pada ibu hamil
4 Gizi Masy. KIE tentang gizi pada penasun
5 P2M 1. Surveilans penasun dan penyakit
yang beresiko, klinik KTS,
layanan alat suntik steril.
2. Pelatihan KPP HIV AIDS bagi
petugas Lapas
6 Pengobatan Pengembangan program terapi
rumatan metadon
7 LaboratoriumPenyediaan RDT * * * * * * Usulan penyediaan
RDT kepada dinkes
Kab/Kota
8 Perkesmas Kunjungan rumah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 269
Target PPIA :
Puskesmas A :
Jumlah Ibu hamil: 462 orang
Cakupan K1 85%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X
462 orang = 392 orang
Di perkirakan dari 392 orang yang di tawarkan
pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV
Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
392 = 372 buah
Puskesmas B :
Jumlah Ibu hamil: 407 orang
Cakupan K1 80%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 407
orang = 325 orang
Di perkirakan dari 325 orang yang di tawarkan
pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV
Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
325 = 308 buah
Puskesmas C :
Jumlah Ibu hamil: 528 orang
Cakupan K1 85%
Jumlah ibu hamil yang harus diperiksa : X 528
orang = 448 orang
Di perkirakan dari 448 orang yang di tawarkan
pemeriksaan HIV, 95 % akan setuju untuk melakukan
pemeriksaan HIV
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 270
Perkiraan RDT yang harus diminta Puskesmas 95% X
448 = 426 buah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 271
MODUL 5
MENGELOLA LOKAKARYA MINI PUSKESMAS
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melaksanakan manajemen puskesmas,
langkah selanjutnya setelah tersusunnya rencana
tahunan puskesmas adalah penggerakkan
pelaksanaan, termasuk pemantauannya. Hal tersebut
dilaksanakan melalui suatu kegiatan pertemuan yang
terencana yaitu Lokakaya Mini.
Melalui pelaksanaan lokakarya mini, puskesmas
melakukan penggalangan kerjasama baik lintas
program maupun lintas sector. Dengan kerjasama
yang baik, diharapkan seluruh program yang tertuang
dalam Rencana Tahunan Puskesmas, dapat
terlaksana dan mencapai hasil seoptimal mungkin.
Modul ini akan membahas tentang Lokakarya Mini,
mulai dari Konsep, Tahapan Kegiatan, sampai pada
penyelenggaraannya, meliputi Lokakarya Mini
Bulanan Yang Pertama Dan Rutin, Serta Lokakarya
Mini Tribulan Yang Pertama Dan Rutin.
Metode yang digunakan : ceramah tanya jawab,
diskusi kelompok dan role playing, sehingga peserta
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran
modul ini.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 272
II. TUJUAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu
melakukan penggalangan kerjasama tim baik
lintas program maupun lintas sektor melalui
pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan dan
Tribulanan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep Lokakarya Mini
2. Melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan
Puskesmas Pertama dan Rutin
3. Melaksanakan Lokakarya Mini Tribulan Lintas
Sektor Pertama dan Rutin
III.POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A. Konsep Lokakarya Mini :
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Konsep
4. Ruang lingkup
B. Lokakarya mini bulanan puskesmas
1. Pengertian Dan Tujuan
2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 273
3. Lokakarya Mini Bulanan Pertama
Pengertian dan Tujuan
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Pengertian dan Tujuan
Pelaksanaan
Penyelenggaraan
C. Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor :
1. Tujuan
2. Tahap kegiatan
3. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan yang
Pertama dan Rutin
4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan
yang Pertama dan Rutin
IV. LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1 : Pengkondisian (20 menit)
a. Fasilitator memulai dengan memperkenalkan
identitas diri. Kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran, metode yang digunakan, mengapa
materi ini penting dalam pelatihan manajemen
puskesmas dan bagaimana keterkaitannya dengan
modul yang lainnya.
b. Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada peserta yang berkaitan dengan topik
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 274
pembelajaran. Juga memberi kesempatan kepada
peserta yang sudah mempunyai pengalaman dalam
melaksanakan lokakarya mini untuk berbagi
pengalaman.
c. Fasilitator memberikan motivasi pada peserta,
dengan cara memberi tanggapan terhadap
pengalaman peserta lainnya.
Langkah 2 : Membahas Pokok Bahasan (225
menit/ 5JPL @45 menit)
Secara singkat fasilitator menyampaikan
rangkuman isi pokok bahasan 1 sampai pokok
bahasan 3. Selanjutnya fasilitator
mempersilakan peserta untuk menanggapi
uraian tersebut.
Memberi penugasan diskusi kelompok peserta
dibagi 3 kelompok. Kelompok I
mendiskusikan pokok bahasan 1, Kelompok II
mendiskusikan pokok bahasan 2 dan
Kelompok III mendiskusikan pokok bahasan 3.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya, dan peserta lain menanggapi.
Berdasarkan hasil presentasi serta tanggapan
peserta, fasilitator menyampaikan ulasan dan
kesimpulan.
Langkah 3 : Melakukan Role Playing Lokakarya
Mini Bulanan Pertama (90 menit)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 275
a. Fasilitator meminta peserta untuk memilih
peserta 10 orang diantaranya yang akan
menjadi pemeran (aktor) dalam role playing
lokakarya mini bulanan pertama. Kemudian
dipilih juga 6 orang sebagai pengamat
b. Setelah terpilih, fasilitator memberikan arahan
kepada 10 orang tersebut, sesuai dengan
petunjuk penugasan 2, dihalaman 30-31
modul ini. Demikian juga kepada pengamat
diberikan arahan.
c. Kegiatan selanjutnya sesuai dengan petunjuk
penugasan. Perhatikan apakah hasil lokmin
tercapai.
Langkah 4 : Melakukan Role Playing Lokakarya
Mini Bulanan Rutin (90 Menit)
a. Fasilitator meminta peserta memilih lagi 10
orang yang berbeda dengan Role Playing
pertama.
b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role
play dan pengamat, sebagaimana tercantum
pada petunjuk penugasan 3 dihalaman 32-33
modul ini.
c. Perhatikan apakah hasil lokmin tercapai.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 276
Langkah 5 : Melakukan Role Playing Lokakarya
Mini Tribulanan Pertama
a. Fasilitator meminta 10 orang peserta yang belum
memerankan role playing sebelumnya, serta 6
orang observer.
b. Fasilitator memberi arahan kepada pemeran role
play dan observer (secara terpisah) sesuai
petunjuk penugasan 4 dihalaman 34-35 modul
ini.
c. Perhatikan apakah lokmin mencapai hasil yang
diharapkan.
Langkah 6 :Rangkuman (25 menit)
Setelah peserta selesai Diskusi dan Role Playing,
selanjutnya fasilitator merangkum seluruh materi
yang telah diberikan dan memberikan feedback
terhadap hasil penyajian diskusi dan role playing.
Berikan penekanan tentang kiat-kiat mengelola
lokakarya mini agar mencapai hasil yang
diharapkan.
V. EVALUASI
A. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap peserta selama proses
pembelajaran.
B. Evaluasi formatif dilakukan selama proses belajar
mengajar dengan mengajukan pertanyaan-
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 277
pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
disampaikan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 278
VI. BAHAN RUJUKAN
A. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Dep. Kesehatan RI, Pedoman Lokakarya mini
puskesmas. Tahun 2006
B. Bahan Bacaan/ Modul Latihan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 279
URAIAN MATERI
A. KONSEP LOKAKARYA MINI
1. Pengertian Lokakarya Mini
Lokakarya mini di Puskesmas dapat dibedakan
menjadi 2 hal, yaitu Lokakarya Mini Bulanan dan
Lokakarya Mini Tribulan, dimana tujuan dari dua
macam Lokakarya Mini ini berbeda satu sama
lainnya.
Lokakarya Mini Bulanan adalah suatu kegiatan
pertemuan intern Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas
dengan cara membandingkan rencana kerja bulan
lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya
dan membandingkan cakupan kegiatan dari
daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
Lokakarya Mini tribulan adalah suatu kegiatan
pertemuan lintas sektor secara tribulan dalam
rangka mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas
sektor dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.
2. Tujuan Lokakarya Mini
Tujuan umum Lokakarya Mini adalah
meningkatkan fungsi Puskesmas melalui
penggalangan kerjasama Tim baik lintas program
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 280
maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan
Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
Adapun tujuan khusus lokakarya mini di
Puskesmas adalah:
Tergalangnya kerjasama tim baik lintas
program maupun lintas sektor
Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai
dengan perencanaan
Teridentifikasinya masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas
Teridentifikasinya penyebab masalah serta
diupayakannya pemecahan masalah
Tersusunnya rencana kerja untuk periode
selanjutnya
3. Konsep Lokakarya Mini.
Sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional tahun
2004 bahwa Puskesmas merupakan unit
pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Adapun fungsi Puskesmas ada tiga, yaitu sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan
keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas
mengacu pada 4 azas penyelenggaraan yaitu:
wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat,
keterpaduan dan rujukan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 281
Puskesmas mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengelolaan program kegiatannya,
untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen
yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan
pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian. Penerapan manajemen penggerakan
pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang
dikenal dengan Lokakarya mini.
4. Ruang Lingkup Lokakarya Mini
Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini
meliputi dua hal pokok yaitu:
a. Lokakarya Mini Lintas Program
Memantau pelaksanaan kegiatan puskesmas
berdasarkan perencanaan dan memecahkan
masalah yang dihadapi serta tersusunnya
rencana kerja baru.
Pertemuan tersebut bertujuan :
Meningkatkan kerjasama antar petugas
intern Puskesmas, termasuk puskesmas
pembantu dan Bidan di Desa.
Mendapatkan kesepakatan untuk
melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan
Kegiatan ( RPK)
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 282
Meningkatkan motivasi petugas puskesmas
untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai
dengan perencanaan
Mengkaji pelaksanaan Rencana Kerja ( RPK
) yang telah disusun, memecahkan masalah
yang terjadi dan menyusun upaya
pemecahan dalam bentuk rencana kerja
yang baru.
b. Lokakarya Mini Lintas Sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta
masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :
Mendapatkan kesepakatan rencana kerja
lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan
Mengkaji hasil kegiatan kerjasama,
memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk
kerjasama.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 283
B. LOKAKARYA MINI BULANAN PUSKESMAS
1. Tujuan Lokakarya Mini Bulanan
a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern
Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil
kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari
setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah
binaan dengan targetnya serta tersusunnya
rencana kerja bulan berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1). Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas
bulan lalu
2). Disampaikannya hasil rapat dari
kabupaten/kota kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
3). Diketahuinya hambatan/masalah dalam
pelaksanaan kegiatan bulan lalu.
4). Dirumuskannya cara pemecahan masalah
5). Disusunnya rencana kerja bulan baru
2. Tahapan Lokakarya Mini Bulanan
Ada 2 tahapan lokakarya mini bulanan yaitu :
a. Lokakarya Mini Bulanan Pertama
b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 284
3. Lokakarya Mini Bulanan Yang Pertama
a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya Mini Bulanan yang pertama
merupakan Lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya
rencana kegiatan Puskesmas (RPK).
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai
penentuan penanggung jawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah
kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada
seluruh petugas puskesmas, dengan
mempertimbangkan kemampuan yang
dimilikinya.
b. Pelaksanaan Lokakarya mini bulanan yang
pertama,
adalah sbb :
1) Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk
dinamika kelompok tentang peran,
tanggung jawab staf dan kewenangan
puskesmas
b) Informasi tentang kebijakan, program
dan konsep baru berkaitan dengan
puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan
rencana kegiatan ( Plan Of Action)
Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 285
2) Proses
a) Inventarisasi kegiatan puskesmas
termasuk kegiatan lapangan/ daerah
binaan
b) Analisis beban kerja tiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk
pembagian tanggung jawab daerah
binaan
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of
Action) Puskesmas tahunan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPKP)
3) Keluaran
a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action=POA)
Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah
binaan
c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan
pertama
Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan
dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat
diketahui materi yang akan diberikan/
dibahas, maka selanjutnya untuk dapat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 286
menyelenggarakan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas, termasuk
petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa .
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini
bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu
minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat.
Demikian halnya dengan waktu
penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas,
misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00
sampai 15.00.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
Lokakarya mini bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas
puskesmas tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini dapat
diselenggarakan di puskesmas, apabila
tidak memungkinkan dapat menggunakan
tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan puskesmas. Ruang yang dipakai
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 287
hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.
5) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya
Mini bulanan bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan,
ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas
setempat.
Lokakarya Mini adalah sbb:
a. Persiapan
Penentuan dan pemberitahuan tentang
waktu adalah (Hari, Tanggal, Jam )
Penyiapan tempat berbentuk tapal kuda
atau huruf ”U”
Penyiapan peralatan ; papan tulis,
kertas flipchart, spidol.
Membuat visualisasi RPK, dan atau
penggandaan format RPK yang sudah
terisi untuk tahun yang sedang berjalan.
Formulir POA puskesmas.
Formulir rencana kerja bulanan.
b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat
membuka dan menyampaikan tujuan
serta agenda lokakarya mini bulanan
pertama ini.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 288
Membuka dinamika kelompok atau lebih
tepat bina suasana, agar terjalin
suasana kondusif di antara semua staf
puskesmas. Metode yang dapat
digunakan oleh setiap orang di
antaranya adalah : Brainstorming, yaitu
minta setiap orang secara bergiliran
menyampaikan apa pendapat/
perasaannya selama pelaksanaan
kegiatan tahunan yang lalu apakah
sudah merasa puas? atau metode
Buzzgroup yaitu minta berpasangan dua
orang dulu saling bercerita perasaan/
pengalaman yang paling terkesan
selama pelaksanaan kegiatan tahun
lalu, kemudian bergabung empat-empat
orang, kemudian berdelapan sampai
terdengar suasana riuh.
Penjelasan tentang RPK oleh Kepala
Puskesmas/ Pimpinan rapat.
Beri waktu untuk tanya jawab
Penjelasan apabila ada program baru
untuk tahun yang sedang berjalan.
Menyusun Plan Of Action (POA)
Puskesmas Tahunan yang sedang
berjalan.
Berdasarkan RPK, disusun POA
puskesmas satu tahun tersebut,
menggunakan format POA yang sudah
biasa dipakai oleh puskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 289
Pengorganisasian untuk dapat
terlaksananya rencana pelaksanaan
kegiatan puskesmas, yaitu dengan
menentukan para penanggung jawab
dan pelaksanan untuk setiap kegiatan
serta untuk setiap satuan wilayah kerja.
Dalam hal ini dilakukan analisis beban
kerja secara praktis dan sederhana,
yaitu :
- Inventarisasi seluruh program kerja
dan kegiatan serta wilayah kerja.
- Inventarisasi seluruh petugas
puskesmas dan kemampuan yang
dimilikinya.
- Bagi habis seluruh program kerja
dan kegiatan serta wilayah kerja
kepada seluruh petugas puskesmas
dengan mempertimbangkan
kemampuan dan beban kerja yang
merata. Hasilnya berupa matriks
pembagian tugas/ beban kerja dan
wilayah kerja/ daerah binaan.
Contoh matriks
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 290
No Nama
petugas
Program Kegiatan Sasaran Target Lokasi
Kegiatan
Kepala Puskesmas/Pimpinan rapat
memfasilitasi tercapainya kesepakatan
untuk melaksanakan POA ada beberapa
cara yaitu :
- Melakukan ikrar bersama secara
lisan
- Membuat ikrar tertulis yang ditanda
tangani semua petugas
- POA dilampiri dengan pernyataan
semua petugas untuk
melaksanakannya
4. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya bulanan puskesmas ini
diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari
lokakarya mini bulanan yang pertama.
Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk
memantau pelaksanaan POA puskesmas, yang
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 291
dilakukan setiap bulan secara teratur.
Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya
mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang
dalam pelaksanannya dibantu staf puskesmas
dengan mengadakan rapat kerja seperti
biasanya. Fokus utama lokakarya mini bulanan
rutin adalah : ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan
antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaan
serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdaya guna
b. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin
puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Masukan
a) laporan hasil kegiatan bulan lalu.
b) Informasi tentang hasil rapat di
kabupaten/ kota
c) Informasi hasil rapat di kecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program
dan konsep baru
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masalah,
antara lain dengan menggunakan
PWS
b) Analisis sebab masalah, khusus
untuk mutu dikaitkan dengan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 292
kepatuhan terhadap standar
pelayanan
c) Merumuskan alternatif pemecahan
masalah
3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan
kegiatan
b) Rencana kerja bulanan yang baru
c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan
rutin
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas, termasuk
petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa .
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini
bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu
minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat.
Demikian halnya dengan waktu
penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 293
misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00
sampai 15.00.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
Lokakarya mini bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas
Puskesmas tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini dapat
diselenggarakan di Puskesmas, apabila
tidak memungkinkan dapat menggunakan
tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai
hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.
5) Acara
Seperti halnya susunan acara lokakarya
mini bulanan pertama, susunan acara
bersifat dinamis, disusun sesuai dengan
kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi
Puskesmas setempat.
Lokakarya mini bulanan rutin pada
dasarnya adalah pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan bulan yang lalu dan
penyusunan rencana kerja bulan yang akan
datang. Sebagai contoh, susunan acara :
a. Persipan meliputi :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 294
Penentuan dan pemberitahuan
tentang waktu (Hari, tanggal, jam)
Penyiapan tempat, berbentuk tapal
kuda/ huruf ”U”
Penyiapan peralatan : papan tulis,
kertas flipchart dan spidol.
Membuat visualisasi hasil kegiatan
bulan lalu, bandingkan dengan target
bulanan. Sebaiknya setiap
penanggung jawab membuat
visualisasi PWS, atau bentuk lain
yang akan memudahkan peserta
rapat memahaminya
Formulir penyusunan rencana kerja
bulanan
Notulen hasil rapat di kecamatan
atau dinas kesehatan yang harus
diinformasikan dan atau ditindak
lanjuti.
b. Pelaksanaan
Kepala Puskesmas/pimpinan rapat
membuka, menyampaikan tujuan
dan agenda rapat.
Pada 5-10 menit pertama lakukan
dialog terbuka untuk semua anggota
rapat untuk memotivasi dan
menumbuhkan suasana akrab dan
harmonis.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 295
Kepala Puskesmas/pimpinan rapat
menyampaikan tentang hasil rapat
sebelumnya di kecamatan dan dinas
kesehatan, peserta apabila ada,
program baru yang perlu
diinformasikan kepada peserta rapat.
Beri waktu untuk tanya jawab atau
klarifikasi. Buat kesimpulan apabila
ada hal-hal yang perlu ditindak
lanjuti.
Melakukan inventarisasi kegiatan
bulan lalu. Pimpinan rapat
memfasilitasi penyampaian kegiatan
bulan lalu oleh masing-masing
penanggung jawab program. Pada
intinya penyampaian tentang
pencapaian target bulanan tersebut
menggunakan formulir target
cakupan, trend pencapaian (dengan
menggunakan grafik PWS). Beri
kesempatan tanya jawab atau
klarifikasi, sesuai dengan waktu yang
tersedia.
Melakukan analisis masalah dan
pemecahan.
Pimpinan rapat memfasilitasi para
penanggung jawab dan pelaksana
program untuk mengidentifikasi
masalah, penyebab, dan cara
mengatasinya. Dapat digunakan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 296
formulir analisis masalah, penyebab
masalah dan cara pemecahannya.
Hasil analisis masalah tersebut,
dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun
rencana kerja bulan yang akan
datang (yang dihadapi).
Melakukan penyusunan kegiatan dan
pembagian tugas bulan yang akan
datang.
Rencana kegiatan dibuat
berdasarkan :
- Target yang harus dicapai bulan
mendatang
- Target yang belum tercapai bulan
lalu
- Hasil analisis masalah
Tuangkan dalam format rencana
kerja bulanan pembagian tugas
bulan yang lalu, dengan
pertimbangan beban tugas bulan
yang akan datang serta hasil analisis
masalah. Kemungkinan ada masalah
di desa tertentu yang membutuhkan
petugas tertentu pula untuk
pemecahannya.
Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat
memfasilitasi terjadinya kesepakatan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 297
bersama untuk melaksanakan
rencana kerja baru tersebut.
C. LOKAKARYA MINI TRIBULAN LINTAS SEKTOR
1. Tujuan lokakarya mini Tribulan Lintas Sektor
a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas
sektor dalam rangka mengkaji
hasil kegiatan kerjasama lintas sektor dan
tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1). Dibahas dan dipecahkan secara bersama
lintas sektoral masalah dan hambatan yang
dihadapi
Kerjakan Penugasan 1. Diskusi kelompok.Petunjuk diskusi pada halaman 29
Kerjakan Penugasan 2 dan 3. Bermain peran/ RolePlaying lokakarya mini bulanan yang pertama danrutin.Petunjuk Role Playing pada halaman 30-33
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 298
2). Dirumuskannya mekanisme / rencana
kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan
yang akan datang
2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan
Lintas Sektor
Lokakarya mini tribulan lintas sektor
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
a. Lokakarya Mini Tribulan yang pertama
Lokakarya mini tribulan yang pertama
merupakan Lokakarya penggalangan Tim,
diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian.
Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang
terkait dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai
penentuan penanggung jawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah
kerja. Seluruh program kerja dan wilayah
kerja kecamatan dilakukan pembagian habis
kepada seluruh sektor terkait, dengan
mempertimbangkan kewenangan dan bidang
yang dimilikinya.
b. Lokakarya mini tribulan rutin
Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas,
maka lokakarya bulanan Lintas sektor
merupakan tindak lanjut dari Lokakarya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 299
penggalangan kerjasama lintas sektor yang
telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap
tribulan secara tetap.
3. Pelaksanaan Lokakarya Mini tribulan yang
Pertama & Tribulan Rutin
a. Pelaksanaan Lokakarya mini tribulan yang
pertama
1) Masukan
a) Penggalangan tim yang dilakukan melalui
dinamika kelompok.
b) Informasi tentang program lintas sektor
c) Informasi tentang program Kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan , program
dan konsep baru.
2) Proses
a) Inventarisasi peran bantu masing-masing
sektor.
b) Analisis masalah peran bantu dan
masing-masing sektor.
c) Pembagian peran dan tugas masing-
masing sektor
3). Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait
dalam mendukung program kesehatan
b) Rencana Kegiatan Masing-masing sektor.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 300
b. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan Rutin
Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan
Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan.
Lokakarya Tribulan lintas sektor dilaksanakan
sebagai berikut ;
1). Masukan
a) Laporan kegiatan pelaksanaan program
kesehatan dan dukungan sektor terkait.
b) Inventarisasi masalah/ hambatan dari
masing-masing sektor dalam
c) pelaksanaan program kesehatan
d) Pemberian informasi baru
2). Proses
a). Analisis hambatan dan masalah
pelaksanaan program kesehatan.
b). Analisis hambatan dan masalah dukungan
dari masing-masing sektor
c). Merumuskan cara menyelesaikan masalah
d). Menyusun rencana kerja dan menyepakati
kegiatan untuk tribulan baru.
3). Keluaran
a). Rencana kerja tribulan yang baru
b). Kesepakatan bersama
4. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan
Lintas Sektor
a. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan yang
pertama
1) Persiapan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 301
Sebelum Lokakarya dilaksanakan perlu
diadakan persiapan yang meliputi :
a) Pendekatan kepada camat
(1) Memimpin lokakarya dengan
menjelaskan acaranya
(2) Mengkoordinasikan sektor-sektor agar
menyajikan laporan kegiatan dan
pembinaan
(3) Mempersiapkan tempat penyelenggaraan
Lokakarya
b) Puskesmas melaksanakan
(1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil
kegiatan dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh sektor, antara lain dalam
bentuk PWS.
(2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan
formulir kerja tribulan lintas sektor.
(3) Persiapan catatan hasil kesepakatan
yang lalu dan instruksi / surat-surat
yang berhubungan dengan peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan
sektor kesehatan
(4) Penugasan salah seorang staf untuk
membuat notulen lokakarya.
(5) Pembuatan surat-surat undangan
lokakarya untuk ditandatangani Camat.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 302
2) Peserta
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor
dipimpin oleh camat , adapun peserta
Lokakarya mini tribulanan adalah sbb :
a) Dinas kesehatan Kabupaten / kota
b) Tim Penggerak PKK Kecamatan
c) Puskesmas diwilayah kecamatan
d) Staf kecamatan antara lain Sekretaris
kecamatan , unit lain yang terkait
e) Lintas sektor di kecamatan antara lain;
Pertanian , Agama , Pendidikan,
BKKBN, Sosial
f) Lembaga/ Organisasi kemasyarakatan,
antara lain ; TPPKK Kecamatan, BPP /
BPKM / Council Kesehatan kecamatan
( apabila sudah terbentuk )
3) Waktu
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor
yang pertama diselenggarakan pada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Adapun
waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan
kondisi setempat.
Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah
diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokakarya.
4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini
tribulan lintas sektor adalah di kecamatan
atau di tempat lain yang dianggap sesuai.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 303
5) Acara
Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu
lebih kurang 4 jam. Secara umum jadwal
acara lokakarya mini tribulanan yang
pertama adalah sebagai berikut;
Pembukaan oleh camat
Kemungkinan Puskesmas harus
mempersiapkan bahan sambutan
camat.
Dinamika kelompok
Pada lokakarya mini tribulan yang
pertama, perlu dilakukan dinamisasi
atau bina suasana dalam rangka
menggalang tim agar termotivasi untuk
saling membantu kerjasama dalam
program yang bermanfaat bagi
masyarakat di wilayah kecamatan.
Puskesmas harus mempersiapkan diri
untuk acara ini, bisa difasilitasi oleh
petugas PKM Puskesmas, atau minta
bantuan dari petugas promkes dinas
kabupaten/ kota.
Penyampaian kegiatan masing-masing
sektor dalam mengembangkan peran
serta masyarakat. termasuk dibidang
kesehatan.
Inventarisasi peran bantu masing-
masing sektor. Setiap perwakilan
sektor menyampaikan apa saja bentuk
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 304
peran bantu untuk mendukung upaya
kesehatan, apakah dalam bentuk :
keterlibatan tenaga, fasilitas (sarana,
penggerakan/ pemberdayaan
masyarakat, kegiatan yang dapat
diintegrasikan dll). Hasil inventarisasi
sebaiknya dituliskan dipapan tulis/
kertas flipchart. Dapat digunakan
matriks berikut :
Tabel 33. Matrik Inventarisasi Peran
Bantu Lintas sektor
No Sektor/
Unit
Penanggung
jawab
(Orang)
Bentuk
Keterlibatan
dalam Hal :
Apabila sudah sepakat dengan peran/
keterlibatan tersebut, kemudian camat
memimpin untuk pembagian peran
dan tanggung jawab masing-masing
sektor. Bisa berupa tanggung jawab
untuk program tertentu dan atau
untuk lokasi tertentu.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 305
Merumuskan rencana kerja 3 bulan
kepala Puskesmas bersama-sama
sektor-sektor lain, merumuskan
rencana kerja 3 bulan, sehingga jelas
program/ upaya kesehatan apa, sektor
apa saja yang terlibat, apa peran dan
tanggung jawab, dimana, kapan. Dapat
dibuat dalam suatu matriks :
Tabel 34. Matriks Rencana Kerja
Tribulan Lintas Sektor
Puskesmas.....Bulan.....
Contoh Matriks
N
o
Prog Keg Sekto
r
Terli
bat
Pera
n
Tg
Jawa
b
Loka
si
Wakt
u
Camat memimpin untuk mencapai
kesepakatan tentang rencana kerja
tribulan tersebut serta kesepakatan
untuk melaksanakannya.
Kemudian menutup acara lokakarya
mini tribulan lintas sektor.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 306
Catatan
Petugas Puskesmas mencatat semua
hasil lokakarya mini sejak awal sampai
selesai rapat tersebut.
b. Penyelengaraan Lokakarya Mini Tribulan Rutin
1) Persiapan
Pada prinsipnya sama dengan persiapan
penyelenggaraan lokakarya mini tribulan yang
pertama.
2) Peserta
Pada prinsipnya peserta lokakarya mini
tribulan adalah sama, baik pada lokakarya
tribulan yang pertama maupun rutin.
3) Waktu
Setelah diselenggarakannya lokakarya mini
tribulan yang pertama, selanjutnya secara
rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali.
4) Tempat
Lokakarya mini tribulan dikoordinasi oleh
Camat, karena itu tempat sebaiknya di
kecamatan atau tempat lain yang dianggap
sesuai.
5) Acara
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 307
Pembukaan oleh Camat. Kemungkinan
puskesmas harus mempersiapkan bahan
sambutan camat.
Penyampaian laporan kegiatan masing-
masing sektor berdasarkan rencana
tribulan yang lalu.
Kepala Puskesmas memfasilitasi identifikasi
masalah hambatan yang dihadapi masing-
masing sektor. Kemudian dilakukan
analisis masalah dan hambatan tersebut.
Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi
pemecahan masalah yang harus dilakukan.
Kepala Puskesmas dan camat memfasilitasi
penyusunan rencana tribulan berikutnya.
PENUGASAN. I
DISKUSI KELOMPOK
PETUNJUK DISKUSI:
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok ( Pok.1 ; 2 ; dan 3 )
2. Tugas kelompok :
- Kelompok 1, Mendiskusikan Ruang lingkup dan
tujuan lokakarya Mini
Kerjakan Penugasan 4. Bermain peran/ RolePlaying Lokakarya Mini Tribulanan.Petunjuk Role playing pada hal 16-17
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 308
- Kelompok 2, mendiskusikan Tujuan, Tahapan
kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini
Bulanan
- Kelompok 3, mendiskusikan Tujuan, Tahapann
kegiatan serta penyelenggaraan Lokakarya mini
tribulan Lintas seektor
3. Masing-masing kelompok untuk merumuskan hasil
diskusinya di kertas transparan atau membuat
power point untuk presentasi.
4. Waktu diskusi Kelompok: 30 menit
5. Waktu presentasi setiap kelompok mempresentasikan
hasilnya selama 20 menit, dan 10 menit untuk
tanggapan kelompok lainnya. Jadi waktu presentasi
total setiap kelompok menghabiskan waktu 30 menit
6. Fasilitator memberikan masukan 5 menit pada setiap
kelompok.
7. Pembulatan fasilitator 15 menit
Waktu keseluruhan untuk diskusi dan presentasi
serta pembulatan Fasilitator : 140 menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 309
PENUGASAN 2
BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI
BULANAN PERTAMA
PETUNJUK :
1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara
mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan role playing bagaimana melaksanakan
Lokakarya Mini Bulanan Pertama Puskesmas
Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x
3 kelompok = 6 orang yang jadi observer )
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;
1 orang sebagai Kepala Puskesmas
1 orang sebagai dokter Puskesmas
1 orang sebagai Koordinator Bidan
1 Orang sebagai Perawat
1 orang sebagai Sanitarian
1 orang sebagai tenaga gizi
1 orang sebagai tenaga obat
1 orang pengelola keuangan
1 orang pengelola laporan
1 orang sebagai TU Puskesmas
Waktu role playing 45 menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 310
3. Skenario :
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan
seksama penyelenggaraan lokakarya mini bulanan
rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti
langkah-langkahnya, sampai menghasilkan :
o Pembagian tugas/ beban kerja dan wilayah kerja/
daerah binaan
o Kesepakatan POA
4. Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta
tentang perasaanya selama melakukan role playing,
pengalamannya serta hambatan yang dirasakan.
Waktu selama 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,
kemudian fasilitatormemberikan kesempatan
kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 15 menit
6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role
playing 15 menit
Waktu keseluruhan dalam penugasan 2 : 90 menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 311
PENUGASAN 3
BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI
BULANAN RUTIN
PETUNJUK :
1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang, dengan cara
mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan bagaimana melaksanakan Lokakarya Mini
Bulanan Rutin Puskesmas
Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x
3 kelompok = 6 orang yang jadi observer )
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;
1 orang sebagai Kepala Puskesmas
1 orang sebagai dokter Puskesmas
1 orang sebagai Koordinator Bidan
1 Orang sebagai Perawat
1 orang sebagai Sanitarian
1 orang sebagai tenaga gizi
1 orang sebagai tenaga obat
1 orang pengelola keuangan
1 orang pengelola laporan
1 orang sebagai TU Puskesmas
Waktu simulasi 45 menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 312
3. Skenario : setiap orang dalam kelompok mempelajari
dengan seksama penyelenggaraan lokakarya mini
bulanan rutin, pada halaman 16 terutama butir
acara. Ikuti langkah-langkahnya, sampai
menghasilkan rencana kegiatan bulan yang akan
datang.
Setelah selesai, Fasilitator menggali semua peserta
tentang perasaanya selama melakukan role playing,
pengalamannya serta hambatan yang dirasakan.
Waktu selama 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,
kemudian fasilitator memberikan kesempatan
kepada 6 orang Observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 10 menit
6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya Role
Playing 15 menit
Waktu keseluruhan dalam penugasan 3 : 90 menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 313
PENUGASAN 4
BERMAIN PERAN/ ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI
TRIBULAN
PETUNJUK :
1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang yang berbeda
dengan Role Playing sebelumnya dengan cara
mengambil 3 orang dari kelompok 1 , 3 orang dari
kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan Role Playing bagaimana melaksanakan
Lokakarya mini Tribulanan Lintas Sektor.
Tunjuklah observer yang berbeda dengan Role Playing
I dari setiap kelompok 2 orang ( 2 x 3 kelompok = 6
orang yang jadi observer )
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut;
1 orang = sebagai Kepala Puskesmas
1 orang = sebagai dokter Puskesmas
1 orang wakil Dinas kesehatan Kabupaten / kota
1 Orang dari tim Penggerak PKK
1 orang sebagai Sekretaris Camat
1 orang sebagai Petugas Pembangunan Desa
1 orang sebagai wakil BKKBN
1 orang dari Pertanian
1 orang dari Dep. Agama
1 orang sebagai wakil dari BPKM
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 314
3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan
seksama penyelenggaraan lokakarya mini tribulan
yang pertama, terutama butir acara, pada halaman
..... ikuti langkah-langkahnya, sampai menghasilkan
inventarisasi peran masing-masing sektor serta
kesepakatan untuk melaksanakannya. Waktu 60
menit.
4. Setelah selesai role playing, Fasilitator menggali
semua peserta role playing tentang perasaannya
selama melakukan role playing, pengalamnnya serta
hambatan yang dirasakan. Waktu selama 10 menit.
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,
kemudian fasilitator memberikan kesempatan kepada
6 orang observer untuk menyampaikan hasil
observasinya kepada floor waktu selama 10 menit.
6. Komentar umum dari fasilitator tentang jalannya role
playing 10 menit.
Waktu keseluruhan dalam acara role playing : 90
menit
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 315
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Contoh susunan acara penyelenggaraan Lokakarya
Mini yang pertama :
JAM ACARA PENGARAH
09.30-
10.00
Pembukaan Kepala
Puskesmas
10.30-
11.15
Dinamika Kelompok Kepala
Puskesmas & Staf
11.15-
12.15
Pengenalan Program
Baru
Kepala
Puskesmas & Staf
12.15-
13.15
Istirahat
13.15-
14.00
POA Puskesmas Kepala
Puskesmas & Staf
14.00-
15.00
- Analisis Beban Kerja
- Pembagian Tugas dan
Daerah Binaan
Kepala
Puskesmas & Staf
15.00-
15.15
Kesepakatan Untuk
Melaksanakan Rencana
Kerja Baru
Kepala
Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 316
15.15-
15.30
Penutupan Kepala
Puskesmas
Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Bulanan –
Rutin
JAM ACARA PENGARAH
10.00-
10.30
Pembukaan Kepala
Puskesmas
10.30-
11.15
Pengenalan Program
Baru
Kepala
Puskesmas & Staf
11.15-
12.15
Inventarisasi kegiatan
bulan lalu
Pimpinan Rapat
12.15-
13.15
Istirahat
13.15-
14.00
Analisa masalah dan
pemecahan
Pimpinan rapat
14.00-
15.00
Penyusunan kegiatan
dan pemabgian tugas
bulan yang akan
datang
Pimpinan rapat
15.00-
15.30
Kesepakatan untuk
melaksanakan rencana
kerja baru
Kepala
Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 317
15.30-
15.45
Penutupan Kepala
Puskesmas
Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulan
yang Pertama
JAM ACARA PENGARAH
09.00-
09.15
Pembukaan Camat
09.15-
10.00
Dinamika kelompok Tim
10.00-
10.15
Istirahat
10.15-
11.15
Kegiatan masing-masing
sektor dalam
mengembangkan peran
serta masyarakat
Camat
11.15-
12.15
Inventarisasi peran Bantu
masing-masing sektor
Sektor terkait
12.15-
13.00
Istirahat
13.00- Analisa hambatan dan Sektor terkait
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 318
13.45 masalah dalam peran bantu
masing-masing sektor
13.45-
14.15
Pembagian masing-masing
sektor
Camat
14.15-
14.45
Perumusan rencana kerja
masing-masing dalam 3
bulan yang akan datang
Sektor terkait
14.45-
15.00
Kesepakatan dan
penutupan
Camat
Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini
Tribulanan rutin
JAM ACARA PENGARAH
10.00-
10.15
Pembukaan Camat
10.15-
11.15
Laporan kegiatan sektor
terkait
Camat
11.15-
11.45
Masalah/hambatan dari
masing-masing sektor
Kepala
Puskesmas
11.45-
12.15
Analisis masalah dna
hambatan
Kepala
Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 319
12.15-
12.45
Pemecahan masalah Kepala
Puskesmas dan
camat
12.45-
13.15
Rencana kerja tribulan Kepala
Puskesmas dan
camat
13.15-
13.30
Kesepakatan pembinaan Ketua Tim
Penggerak PPK
dan Camat
13.30-
13.45
Kesepakatan bersama dan
penutupan
Camat
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 320
Tabel 35. FORMULIR TARGET CAKUPAN PELAYANAN
UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS – PER DESA
PUSKESMAS :
………………………BULAN…………TAHUN……..
CAKUPAN PELAYANAN Desa
A
Desa
B
Desa
C
Total
KIAIBU HAMIL
(K1)
T
H
IBU HAMIL
(K4)
T
H
KBAKSEPTOR
AKTIF
T
H
IMUNISASIBCG
T
H
DPTT
H
POLIO IIIT
H
CAMPAKT
H
T.T. 2 BUMILT
H
GIZID/S
T
H
N/DT
H
IBU HAMIL
DIBERI Fe
T
H
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 321
P2MDIARE DIBERI
ORALIT
T
H
PENGOBATAN
TB
T
H
…………………. T
H
T = Target H = Hasil
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 322
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
1. Definisi
PWS adalah alat pemantauan hasil imunisasi berupa
grafik atau gambar pencapaian hasil imunisasi dan
kecenderungannya di masing-masing wilayah
operasional. Dengan PWS dapat menentukan tindak
lanjut yang harus dilakukan, sehingga hasil imunisasi
dapat diperbaiki dan akhirnya secara akumulatif
dapat mencapai target.
2. Prinsip PWS
Memanfaatkan data yang ada dari cakupan
Menggunakan indikator sederhana:
- Jangkauan/aksesibilitas : Cakupan DPT1,
HB < 0-7 hr, TT-1
- Kualitas program (tingkat perlindungan) :
Cakupan DPT3, Polio 4, Campak, TT2+Ibu
hamil
- Efektifitas/manajemen program : angka Drop
Out DPT 1 - Campak
Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan
setempat
Dimanfaatkan untuk umpan balik
Teratur dan tepat waktu (setiap bulan)
Memudahkan analisis
Catatan : TT2 + ibu hamil : adalah cakupan kumulatif
TT2, TT3, TT4 dan TT5 pada ibu hamil.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 323
3. Cara Membuat Grafik PWS
Untuk membuat PWS diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data
Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data
cakupan imunisasi dari tiap desa (misal buku
kuning dan merah). Data ini sudah
dikumpulkan/diolah ke buku rekapitulasi
Puskesmas (buku biru) dan dikelompokkan ke
dalam format pengolahan data PWS berdasarkan
wilayah operasional (desa/kelurahan), sbb :
Contoh : Format pengolahan data PWS
Hasil imunisasi DPT 1 bulanan tiap desa
Puskesmas…………….
Tahun 2007
Tabel 36. Format Pengolahan Data PWS
Des
a
Sas
ara
n
Janua
ri
Februari dst
Jm
l
% Jm
l
% Ku
m
%
Jml
Untuk mengetahui perkembangan cakupan
imunisasi tiap desa, pengolahan data sebaiknya
dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi :
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 324
DPT 1, DPT 2, DPT 3
BCG
HB 1 (0-7 hari), HB 1 total, HB 2, HB 3
Campak
Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Polio 4
TT1, TT2, TT3, TT4, TT5
DO : DPT1 – Campak
DPT – HB1, DPT – HB2, DPT – HB3 (untuk
propinsi yang sudah menggunakan vaksin DPT
– HB kombinasi)
b. Yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik
PWS adalah :
1) Judul Grafik
Topik :%Cakupan imunisasi………….
Waktu : Januari, Februari, Maret, dst,
Tahun………
Tempat : Puskesmas……………
2) Kolom Vertikal
Target bulanan dan target satu tahun sesuai
dengan antigen
Target Cakupan 1
Tahun
1 Bulan
DPT 1 95% 95% : 12 =
7,9%
DPT 3 90% 7,5%
Polio 4 90% 7,5%
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 325
Campak 90% 7,5%
HB1< 7 hari 75% 6,2%
HB3 90% 7,5%
TT 1 Bumil 95% 7,9%
TT 2 + Bumil 90% 7,5%
3) Baris Horizontal
% kumulatif cakupan tiap desa adalah
cakupan Januari s/d bulan pada waktu
PWS dibuat
% bulan ini adalah cakupan waktu dibuat
PWS
% bulan lalu adalah cakupan satu bulan
lalu
Trend ↑ : bila cakupan bulan ini lebih tinggi
dari bulan lalu
Tren − : bila cdakupan bulan ini sama
dengan bulan lalu
Tren ↓ : bila cakupan bulan ini lebih rendah
dari bulan lalu
Ranking desa : diurut dari desa dengan
cakupan yang paling tinggi ke cakupan
yang paling rendah
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 326
Tabel 37. FORMULIR TARGET CAKUPAN DAN HASIL
PELAYANAN UPAYA KEGIATAN WAJIB PUSKESMAS
PER DESA PER BULAN
PUSKESMAS :
………………….BULAN…………….TAHUN……….
Jenis
Pelayanan
Nama
Desa
A B C D E F
Penduduk
KIA
Pelayanan
Ibu Hamil
K -1
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Pelayanan
Ibu Hamil
K-IV
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
KB T
rata2/bln
C bulan
lalu
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 327
C bulan
ini
+/- N/T
Imunisasi
Bayi
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Ibu Hamil T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Gizi T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
VIT. A
BALITA
T
rata2/bln
C bulan
lalu
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 328
C bulan
ini
+/- N/T
Tablet besi
(Fe) Ibu
Hamil
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Diare
Diberi
Oralit
BALITA
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
ISPA
diobati
BALITA
T
rata2/bln
C bulan
lalu
C bulan
ini
+/- N/T
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 329
Tabel 38. FORMULIR : ANALISIS MASALAH,
PENYEBAB MASALAH DAN CARA PEMECAHANNYA
PUSKESMAS
:………………BULAN……….TAHUN……………
Nam
a
Desa
Petuga
s
Kegi
atan
Mas
alah
Peny
ebab
Kesepakatan
Cara
Pemecahannya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 330
MODUL 6PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS
I. Deskripsi Singkat
Keberhasilan pelaksanaan manajemen puskesmasditentukan oleh konsistensi dan kepatuhan parapelaksana di puskesmas dalam melaksanakan kegiatanyang sudah direncanakan pada perencanaanpuskesmas. Artinya sebaik apapun rencana dibuat jikatidak dilaksanakan secara konsisten dan dipatuhi tidakakan membuahkan hasil yang optimal.
Untuk menjamin konsistensi dan kepatuhan terhadappelaksanaan rencana dilakukan kegiatan pengawasandan monitoring melalui lokakarya mini puskesmas yangdilakukan setiap bulanan dan per tiga bulanan. Danpada akhir tahun dilakukan penilaian terhadap hasilpencapaian kegiatan.
Penilaian kinerja Puskesmas merupakan rangkaiankegiatan manajemen puskesmas untuk menilaibagaimana kemampuan pencapaian terhadap targetyang telah ditetapkan dalam rencana.
Dengan dilakukannya penilaian kinerja puskesmasdiharapkan masalah-masalah yang timbul dapatdiselesaikan atau paling tidak dikurangi.
Modul ini, membahas tentang : konsep penilaiankinerja puskesmas, langkah-langkah pelaksanaan sertapraktik penilaian kinerja puskesmas. Metodepembelajaran menggunakan metode ceramah tanya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 331
jawab, diskusi kelompok dan lebih banyakmenggunakan metode praktik/ latihan sehubungandengan kegiatan penilaian kinerja puskesmas.
II. Tujuan
Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mempelajari materi ini peserta mampumelakukan penilaian kinerja puskesmas secaraefektif.
Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti sesi ini peserta mampu:Menjelaskan tentang konsep penilaian kinerja
puskesmas.Menguraikan langkah-langkah pelaksanaan
penilaian kinerja puskesmas secara efektif.Mempraktikan pelaksanaan penilaian kinerja
puskesmas.
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Materi ini terdiri atas 4 pokok bahasan, yaitu:A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan sub
Pokok Bahasan:1. Pengertian2. Tujuan dan manfaat3. Ruang Lingkup
B. Pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas, dengansub pokok bahasan:1. Penetapan target puskesmas2. Prosedur penilaian kinerja Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 332
C. Teknik pelaksanaan penilaian, dengan sub pokokbahasan:1. Pengumpulan Data Hasil Kegiatan2. Pengolahan Data (perhitungan hasil dan
penilaian akhir).3. Penyajian hasil, analisis hasil dan
pemecahannya.
D. Pembinaan penilaian kinerja puskesmas, dengansub pokok bahasan:1. Pembinaan Dinas kesehatan Kabupaten/Kota2. Pembinaan Dinas kesehatan Provinsi.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah 1. Pengkondisian (15 menit)
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran,metode yang digunakan, mengapa modul/materiini diperlukan dalam pelatihan ManajemenPuskesmas, serta keterkaitan dengan materisebelumnya.
Fasilitator memberi kesempatan kepada pesertayang sudah mempunyai pengalaman dalammelaksanakan penilaian kinerja puskesmas untukmenyampaikan pengalamannya.
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan.
Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan (180menit)
Secara singkat fasilitator menyampaikanrangkuman isi Pokok Bahasan 1, 2 dan 3 modulPenilaian Kinerja. Selanjutnya fasilitator
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 333
mempersilahkan peserta untuk menanggapiuraian tersebut.
Fasilitator membagi ke dalam 3 kelompok ,kelompok 1 membahas Sub Pokok BahasanProsedur penilaian kinerja Puskesmas, kelompok 2membahas Sub Pokok Bahasan Pengumpulandata dan Pengolahan Data, dan kelompok 3membahas Sub Pokok Bahasan Analisis danPemecahan masalah serta penyajian hasilpengolahan data, yang dituliskan pada kertas flipchart atau diketik di komputer dan dipresentasikan.
Selanjutnya fasilitator memberikan kesempatankepada peserta untuk menanggapi terhadap hasilpendapat tiap kelompok.
Dari hasil pendapat peserta selanjutnya fasilitatormemberikan komentar serta memberikankesimpulan.
Langkah 3. Mempraktikkan penilaian kinerja(135 menit)
Fasilitator menjelaskan tentang langkah-langkahlatihan mempraktikkan penilaian kinerja.
Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompokPuskesmas. Selanjutnya peserta diminta untukmenyiapkan bahan rujukan yang harus dibawayaitu laporan tahunan Puskesmas, ProfilPuskesmas, dan Data Wilayah Kerja Puskesmas.Peserta diminta untuk mempelajari InstrumenPenilaian yang dibagikan oleh Fasilitator. Danselanjutnya peserta diminta untukmempraktikan/latihan penilaian kinerja
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 334
Puskesmas dengan menggunakan Instrumenpenilaian (terlampir).Latihan ini dilakukan secara bertahap:o Latihan 1: latihan/praktik pengisian data 3
komponeno Latihan 2: latihan/praktik perhitungan nilai
hasil 3 komponeno Latihan 3: latihan/praktik melakukan
penilaian akhir. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Fasilitator memberikan komentar dan
menyimpulkan hasil diskusi tersebut.
Langkah 4 Mempraktikkan penyajian hasilmenggunakan grafik “sarang laba-laba”.(90menit)
Fasilitator menjelaskan langkah-langkah dalammembuat grafik “sarang laba-laba”.
Fasilitator memberikan contoh cara membuatgrafik ”sarang laba-laba.
Peserta diberi kesempatan untuk tanya jawab. Peserta dibagi dalam kelompok puskesmas, untuk
melakukan latihan/praktek membuat grafik”sarang laba-laba” untuk ke 3 komponen PenilaianKinerja Puskesmas, dengan menggunakan data riildan hasil perhitungannya.
Langkah 5 Rangkuman (30 menit)
Fasilitator mengajak peserta untuk menghayati, agarpenilaian kinerja benar-benar merupakan upaya ataumetode evaluasi mandiri (self evaluation) dan menjadi
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 335
dorongan untuk semakin meningkatkan kinerjapuskesmas, baik dalam mencapai jangkauan/cakupan pelayanan, meningkatkan programpengembanganmaupun meningkatkan mutupelayanan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 336
Uraian Materi
A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas
1. PengertianPenilaian secara umum kegiatan mengumpulkandata dan informasi yang bersifat factual, signifikandan relevan yang selanjutnya melakukan prosesmengukur dengan cara membandingkan hasilyang dicapai dengan target atau rencana yangtelah ditetapkan, serta melakukan analisisterhadap informasi yang didapat secara sistematis,obyektif dan terdokumentasi, dan diakhiri denganmelakukan proses pengambilan keputusan.
Kinerja merupakan terjemahan dari kata”Performance” dalam bahasa Inggris, dan dalambeberapa literatur juga dikenal dengan kata”Prestasi”, dan ”Unjuk Kerja”.
Menurut Bernardin dan Russel (1993) bahwa yangdimaksud dengan “Performance is defined as therecord of outcomes produced on specified jobfunction or activity during a specified time period”(catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh darifungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatantertentu selama kurun waktu tertentu.
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahuidan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentuuntuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatuinstansi dihubungkan dengan target atau rencana.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 337
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upayauntuk melakukan penilaian terhadap hasilkerja/prestasi Puskesmas.
Siapa yang melakukan Penilaian KinerjaPuskesmas?Yang melakukan Penilaian Kinerja Puskesmasyaitu:
a. Puskesmas itu sendiri secara mandiri sebagaiinstrumen mawas diri atau dikenal jugadengan ”self assessment”, di sini puskesmasmemotret dirinya sendiri.
b. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, disinimereka melakukan verifikasi terhadap hasilself assessment puskesmas.
Dan berdasarkan hasil verifikasi, Dinas KesehatanKabupaten/Kota bersama Puskesmas, dapatmenetapkan puskesmas kedalam kelompok (I, II,dan III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.
2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmasa. Tujuan
1) Tujuan UmumTercapainya tingkat kinerja puskesmasyang berkualitas secara optimal dalammendukung pencapaian tujuanpembangunan kesehatan Kabupaten/Kota.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 338
2) Tujuan Khusus Mendapatkan gambaran tingkat
pencapaian hasil cakupan dan mutukegiatan serta manajemen pPuskesmaspada akhir tahun kegiatan.
Mengetahui tingkat kinerja Puskesmaspada akhir tahun berdasarkan urutanperingkat kategori kelompok puskesmas.
Mendapatkan informasi analisis kinerjapuskesmas dan bahan masukan dalampenyusunan rencana kegiatanpuskesmas dan dinas kesehatankabupaten/kota untuk tahun yang akandatang.
b. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas
1) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian(prestasi) kunjungan dibandingkan dengantarget yang harus dicapainya.
2) Puskesmas dapat melakukan identifikasidan analisis masalah, mencari penyebabdan latar belakang serta hambatan masalahkesehatan di wilalayah kerjanyaberdasarkan adanya kesenjanganpencapaian kinerja puskesmas (output danoutcome).
3) Puskesmas dan Dinas KesehatanKabupaten/Kota dapat menetapkan tingkaturgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakansegera pada tahun yang akan datangberdasarkan prioritasnya.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 339
4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapatmenetapkan dan mendukung kebutuhansumber daya puskesmas dan urgensinyapembinaan puskesmas.
3. Ruang Lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas
Ruang lingkup Penilaian Kinerja Puskesmasmeliputi upaya-upaya Puskesmas dalammenyelenggarakan:
a. Pelayanan Kesehatan, yang meliputi:1) Upaya Kesehatan Wajib, sesuai dengan
kebijakan nasional, dimana penetapan jeniskegiatan pelayanannya disusun oleh DinasKesehatan Kabupaten/Kota.
2) Upaya Kesehatan Pengembangan, antaralain penambahan upaya kesehatan ataupenerapan pendekatan baru (inovasi) upayakesehatan dalam pelaksanaanpengembangan program kesehatan yangdilaksanakan Puskesmas. Sesuai denganUU No.32 tahun 2004 tentangpemerintahan di Daerah, makaKabupaten/Kota dapat menetapkan danmengembangkan jenis program kesehatanyang sesuai dengan kebutuhan masyarakatyang sudah diukur dengan kemampuansumberdaya termasuk ketersediaan dankompetensi tenaga pelaksananya. Dengantetap mengacu pada kebijakan dan strategiuntuk mewujudkan visi “Indonesia Sehat2010”.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 340
b. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas, dalampenyelenggaraan kegiatan yang meliputi:1) Proses penyusunan perencanaan,
pelaksanaan lokakarya mini danpelaksanaan penilaian kinerja.
2) Manajemen sumber daya termasukmanajemen alat, obat, keuangan, dll.
c. Mutu Pelayanan Puskesmas, meliputi:1) Penilaian input pelayanan berdasarkan
standar yang ditetapkan.2) Penilaian proses pelayanan dengan menilai
tingkat kepatuhannya terhadap standarpelayanan yang telah ditetapkan.
3) Penilaian output pelayanan berdasarkanupaya kesehatan yang diselenggarakan.Dimana masing-masing program/kegiatanmempunyai indikator mutu sendiri. Sebagaicontoh angka drop out (DO) pengobatanpada program penanggulangan TBC.
4) Penilaian outcome pelayanan Puskesmas,antara lain melalui pengukuran tingkatkepuasan pengguna jasa (customersatisfaction) pelayanan Puskesmas.
Hasil kegiatan Puskesmas yang diperhitungkan untukdinilai adalah meliputi kegiatan-kegiatan yangdilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya(Puskesmas Pembantu, Bidan di Desa, berbagaiUKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lain) diwilayah kerja Puskesmas, baik kegiatan yangdilaksanakan di dalam gedung maupun di luargedung.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 341
Belum semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakandi Puskesmas dapat dinilai tingkat mutunya, baikdalam aspek input, output maupun outcome nya,karena indikator dan mekanisme untuk penilaiannyabelum ditentukan. Sehingga secara keseluruhan tidakakan diukur dalam penilaian kinerja, akan tetapidipilih beberapa indikator yang sudah ada standarpenilaiannya.
Jenis kegiatan Puskesmas yang akan dinilai telahdituangkan dalam ”Daftar Menu” terlampir. Dansesuai dengan kebutuhan dan permasalahan ,masing-masing Kabupaten/Kota akan menetapkanjenis kegiatan yang direncanakan untukdilaksanakan, dan kemudian hasilnya dinilaiberdasarkan rencana yang telah disusun.
B. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas
Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas meliputiserangkaian kegiatan yang dimulai sejak awal tahunanggaran pada saat penyusunan rencana kegiatanPuskesmas. Selanjutnya dilakukan pengumpulandata yang dipantau dan dibahas melalui forumLokakarya Mini baik bulanan dengan lintas programdi Puskesmas, maupun Lokakarya Mini tiga bulananyang melibatkan lintas sektor di Kecamatan.
1. Penetapan Target Puskesmas
Target Puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentukangka nominal atau persentase yang akan dicapaiPuskesmas pada akhir tahun.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 342
Penetapan besaran target setiap kegiatan yangakan dicapai masing-masing Puskesmas bersifatspesifik dan berlaku untuk Puskesmas yangbersangkutan, berdasarkan hasil pembahasanbersama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotadengan Puskesmas pada saat penyusunanrencana kegiatan Puskesmas.Target nasional perlu dijabarkan kedalam targetProvinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas secaratepat.
Penetapan target Puskesmas ditentukan denganmempertimbangkan/ memperhatikan hal-halberikut:a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masing-
masing Puskesmas.b. Besarnya masalah yang dihadapi
Kabupaten/Kota.c. Keberhasilan tahun yang lalu dalam
menangani masalah.d. Kendala-kendala maupun masalah dalam
penanganannya.e. Ketersediaan sumber daya termasuk
kemampuan sumber daya manusia tahun yangakan datang.
f. Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis,iklim, transportasi, dan lain-lain) dan non-fisik(sosial budaya, tingkat pendapatan/ekonomimasyarakat, tingkat pendidikan masyarakat,dan lain-lain).
g. Target (sasaran) Puskesmas yang sebenarnya,Puskesmas tidak dibebani untuk menjangkaumasyarakat di daerah yang bukan targetsasarannya, kelompok masyarakat yang tidak
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 343
mungkin dijangkau karena kendala geografi,transportasi, dan lain-lain.Target puskesmas harus sudah ditetapkanpada saat puskesmas menyusun RencanaUpaya Kegiatan Puskesmas (RUK).
2. Prosedur Pelaksanaan Penilaian KinerjaPuskesmas
a. Di tingkat Puskesmas
1) Tugas dan fungsinya:
a) Dilaksanakan oleh Puskesmas dalamrangka mawas diri mengukurkeberhasilan kinerjanya.
b) Kepala Puskesmas membentuk Tim KecilPuskesmas untuk melakukan kompilasihasil pencapaian (output dan outcome).
c) Masing-masing penanggungjawabkegiatan melakukan pengumpulan datapencapaian , dengan memperhitungkancakupan hasil (output) kegiatan danmutu bila hal tersebut memungkinkan.
d) Hasil yang telah dicapai, masing-masingpenanggungjawab kegiatan melakukananalisis masalah, identifikasikendala/hambatan, mencari penyebabdan latar belakangnya, mengenalifaktor-faktor pendukung danpenghambat.
e) Bersama-sama Tim Kecil Puskesmasmenyusun rencana pemecahannya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 344
dengan mempertimbangkankecenderungan timbulnya masalah(ancaman) ataupun kecenderunganuntuk perbaikan (peluang) denganmetoda analisis sederhana ataupunanalisis kecenderungan denganmenggunakan data yang ada.
f) Hasil perhitungan, analisis data danusulan rencana pemecahannyadilaporkan ke Dinas KesehatanKabupaten/Kota.
2) Prosedur pelaksanaannya
Langkah-langkah atau prosedurpelaksanaan penilaian kinerja olehPuskesmas sendiri adalah sebagai berikut:
Tabel 39. Langkah-Langkah PenilaianKinerja Puskesmas oleh Puskesmas
No. KegiatanI Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*)
1 Pemantauan hasil kegiatan secara periodikbulanan/truwulan dan konsultasi keKabupaten/Kota, dalam rangka mencapaitarget cakupan dan mutu hasil kegiatanPuskesmas pada akhir tahun.
II Penilaian Kinerja Puskesmas
II Penilaian Kinerja Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 345
1. Pengumpulan data dan pengolahan datahasil kegiatan (dari data bulanan/triwulan).
2. Konsultasi ke/ pembinaan dan bimbingandari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Memberikan laporan perhitungan kinerjaPuskesmas kepada Dinas KesehatanKabupaten/Kota, dan membahasketerkaitannya dengan verifikasi data danperhitungannya.
4. Menerima umpan balik nilai akhir kinerjaPuskesmas, berikut penjelasan dalamperbaikan perhitungan bilamana terjadikesalahan.
5. Menyajikan hasil akhir hasil perhitungancakupan dan mutu kegiatan dalam bentuksarang labah-labah, ataupun bentukpenampilan lainnya.
III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*)
1. Menganalisis masalah dan kendala,merumuskan pemecahan masalah, rencanaperbaikan sekaligus rencana usulankegiatan tahun yang akan datang.
2. Menerima informasi dari Kabupaten/Kotatentang rencana anggaran yang mungkinakan diterima masing-masing Puskesmasdengan membahas rancangan kegiatan,besarnya target, besarnya biaya dan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 346
kebutuhan sumber daya lain yangdiperlukan, dan jadwal kegiatan bersamaDinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Bersama tim perencanaan Puskesmasmenyusun rencana pelaksanaan kegiatan(RPK) Puskesmas untuk tahun berjalan.
4. Membahas rencana kegiatan yangmelibatkan unsur lintas sektor terkait ,untuk keterpaduan.
5. Mendiseminasikan informasi sekaligusmembagi tugas dan tanggungjawab untukkegiatan tahun yang akan dilaksanakan,dalam forum pertemuan lokakarya tahunanPuskesmas.
6. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintassektor terkait di Kecamatan, untukmendiseminasikan rencana kegiatanPuskesmas yang ada kaitannya denganlintas sektor di tingkat Kecamatan.
7. Mempersiapkan seluruh pelayananPuskesmas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan.
Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkanoleh masing-masing Dinas KesehatanKabupaten/Kota bersama Puskesmas.
b. Di tingkat Kabupaten/Kota
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 347
1) Tugas dan fungsinya
a) Menerima rujukan/kosultasi Puskesmasdalam melakukan penghitungan hasilkegiatan, menganalisis data danmembuat pemecahan masalah.
b) Memantau dan melakukan pembinaansepanjang tahun pelaksanaan kegiatanPuskesmas berdasarkan urutan prioritasmasalah.
c) Melakukan verifikasi hasil perhitunganakhir kegiatan Puskesmas dan bersamadengan Puskesmas menghitung danmenetapkan kelompok peringkat kinerjaPuskesmas.
d) Melakukan verifikasi analisis data danpemecahan masalah yang telah dibuatPuskesmas dan membuat rencanausulan kegiatan berdasarkankesepakatan bersama denganPuskesmas.
e) Mengirim umpan balik ke Puskesmasdalam bentuk penetapan kelompokPuskesmas, evaluasi hasil kinerjaPuskesmas dan rencana usulan kegiatanPuskesmas.
f) Penetapan target dan dukungansumberdaya masing-masing Puskesmasberdasarkan ehaluasi hasil kinerjaPuskesmas dan rencana usulan kegiatantahun depan.
2) Prosedur pelaksanaannya
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 348
Langkah-langkah atau prosedur kegiatanPenilaian Kinerja Puskesmas yangdilakukan oleh Dinas KesehatanKabupaten/Kota adalah:
Tabel 40. Langkah-Langkah PenilaianKinerja Puskesmas oleh Dinas Kesehatan
No. KegiatanI Pra Penilaian Kinerja Puskesmas*)
1. Pemantauan penyelenggaraan kegiatanPuskesmas dan hasilnya untuk periodewaktu tertentu dan pembinanan dalamrangka mendorong pencapaian cakupanhasil kegiatan Puskesmas.
II Penilaian Kinerja Puskesmas
1. Menerima konsultasi dari/ pembinaandan bimbingan kepada Puskemas.
2. Menerima laporan perhitungan penilaiankinerja dari Puskesmas, melakukanverifikasi atas data dan perhitunganPuskesmas.
3. Memberikan umpan balik nilai akhirpenilaian kinerja Puskesmas sesuaidengan urutan peringkat dalamkelompok masing-masing Puskesmas.
4. Menyajikan hasil kinerja semua
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 349
Puskesmas di Kabupaten/Kota,berdasarkan urutan peringkat dalamkelompoknya, sebaiknya dalam bentukgrafik batang (bar chart).
III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas*)
1. Menganalisis masalah dan kendala yangdihadapi Puskesmas danKabupaten/Kota, serta merumuskanpemecahan masalah, rencana perbaikansekaligus rencana kegiatan tingkatKabupaten/Kota tahunh yang akandatang, memberikan arahankebijaksanaan dan rencanapengembangan tahun yang akan datangkepada Puskesmas, berikut targetKabupaten/Kota dan rancanganpembagiannya untuk semua Puskesmas.
2. Membahas rancangan kegiatan,besarnya target, besarnya anggaran yangdiperlukan, dan jadwal kegiatanbersama Puskesmas.
3. Menyusun rencana pelaksanaankegiatan tingkat Kabupaten/ Kota, baikdalam kegiatannya sendiri maupunrencana pembinaan kepada Puskesmas.
Keterangan: *) = Waktu pelaksanaan ditetapkanoleh masing-masing DinasKesehatan Kabupaten/Kotabersama Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 350
Teknik Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas
Pengumpulan Data Hasil Kegiatan
Pengumpulan data merupakan kegiatanmenghitung data yang diperlukan sesuai denganpedoman. Selanjutnya dilakukan pengisian formatpenilaian kinerja sesuai dengan petunjuk formatisian.
Kepala Puskesmas bertanggungjawab dalamproses pengumpulan data. Adapun pelaksanaanpengumpulan data dilakukan olehpenanggungjawab masing-masingkegiatan/program dibantu oleh staf Puskesmaslainnya dengan tetap memegang prinsip kerjasamatim.a. Cara Pengumpulan Data
Data untuk penilaian kinerja Puskesmas yangakan dikumpulkan berasal dari Puskesmasdan jaringannya, serta data yang berasal darilintas sektor dan masyarakat. Pelaksanaanpengumpulan data dibahas dalam forumlokakarya mini Puskesmas maupun padapertemuan lintas sektor Kecamatan, untukmendapatkan masukan dan dukungan dariunit terkait.
Adapun cara pengumpulan data tersebut,antara lain dengan:1) Mencatat dari hasil pencatatan dan
pelaporan Puskesmas (SP2TP/SP3).2) Pemeriksaan/pengecekan catatan/notulen.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 351
3) Pengumpulan data melalui surveysederhana.
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah hasil kegiatanyang dilakukan oleh Puskesmas danjaringannya dalam menyelenggarakan upayapelayanan kesehatan di Puskesmas, yangterdiri atas:
1) Data pencapaian hasil kegiatan Puskesmas.2) Data pelaksanaan manajemen Puskesmas.3) Data hasil pengukuran/penilaian mutupelayanan Puskesmas.
c. Sumber Data
Sumber utama data kinerja Puskesmas adalahcatatan hasil kegiatan Puskesmas yangterekam dalam sistem pencatatan danpelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasilkegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulandata lainnya seperti hasil survey kepuasanpelanggan untuk menilai mutu pelayananPuskesmas. Sedangkan laporan yangdikirimkan ke Dinas KesehatanKabupaten/Kota tidak dijadikan sebagaisumber data untuk penilaian.
Untuk kepentingan verifikasi oleh DinasKesehatan Kabupaten/Kota digunakan laporanhasil penghitungan Puskesmas, laporan SP2TP,
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 352
laporan lain yang berkaitan dan hasil supervisilangsung ke Puskesmas.
d. Variabel Penilaian
Variabel penilaian kinerja Puskesmasseyogyanya mewakili/merepresentasikanfungsi, azas, dan upaya pelayanan Puskesmasbeserta jaringannya.
Komponen penilaian kinerja Puskesmas terdiriatas 3 komponen, yaitu:1) Komponen pelaksanaan pelayanan
kesehatan, yang terdiri atas:a) Upaya Kesehatan Wajibb) Upaya Kesehatan Pengembangan
2) Komponen manajemen Puskesmas.3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas.
Setiap componen terdiri dari kegiatan utama yangditulis dengan Angka Romawi (I, II, III dst). Danmasing-masing jenis kegiatan utama terdiri ataskelompok variabel yang ditulis dengan huruf Latinbesar (A, B, C dst), serta meliputi beberapa subvariabel yang ditulis dengan angka Arab (1, 2, 3, ..dst).
Kelompok variabel jenis kegiatan pelayanankesehatan yang tercantum dalam instrumenterlampir, merupakan ”daftar menu”. Penetapankelompok variabel dan sub-variabel dilaksanakanoleh Puskesmas bersama dengan Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat dengan mengacu padakebijakan program. Artinya Puskesmas
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 353
melaksanakan tidak harus semua kegiatan yangtercantum dalam instrumen tersebut, akan tetapiharus disesuaikan dengan yang ditetapkanbersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kegiatan Utama untuk komponen UpayaKesehatan Wajib ini terdiri atas:I. Upaya Promosi KesehatanII. Upaya Kesehatan LingkunganIII. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga BerencanaIV. Upaya perbaikan Gizi MasyarakatV. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit MenularVI. Upaya Pengobatan
Contoh dari variable dan sub-variabel, yaitu:
Kegiatan Utama: III. Upaya Kesehatan Ibu danAnak termasuk Keluarga Berencana.Variabelnya:A. Kesehatan IbuB. Kesehatan Anak
Sub-variabel dari Kesehatan Ibu:1. K12. Linakes
Untuk Upaya kesehatan Pengembanganditetapkan di Puskesmas bersama DinasKesehatan Kabupaten/Kota sesuai denganpermasalahan, kebutuhan dan kemampuanPuskesmas.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 354
Kerjakan latihan 1Pengisian data 3 komponen Penilaian kinerjapuskesmas
Setiap variabel kegiatan pelayanan kesehatan danmanajemennya dengan bagian-bagian/masing-masing kelompok mempunyai nilai yang sama.
Pada tahap ini tim puskesmas melakukan:
Pengisian data pencapaian hasil kegiatanpuskesmas pada format: cakupan kegiatanpenilaian kinerja puskesmas (lampiran 1), yangmeliputi: jenis kegiatan upaya kesahatan wajibdan upaya kesehatan pengembangan yangdilaksanakan oleh puskesmas tersebut.
Pengisian data pelaksanaan manajemenpuskesmas pada format : Kegiatan ManajemenPuskesmas (lampiran 1), meliputi: kegiatanmanajemen operasional puskesmas,manajemen alat dan obat, manajemenkeuangan dan manajdemen ketenagaan.
Pengisian data penilaian mutu pelayanan, sesuaidengan jenis kegiatan/ variabel yang telahditetapkan. Isilah pada kolom target sasaran(T) dan pencapaian (H) untuk pengisian formatcakupan kegiatan penilaian kinerja puskesmas,dan kolom nilai hasil/ nilai akhir pada formatkegiatan manajemen puskesmas/ format mutupelayanan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 355
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatanmerubah data menjadi informasi yang dapatdigunakan sebagai dasar dalam pengambilankeputusan, termasuk untuk dasar penyusunanperencananan Puskesmas.
Untuk kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas telahdisediakan kolom khusus pengolahan data dalamformulir instrumen pengumpulan data (terlampir).
Kegiatan pengolahan data meliputi: Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yang dikumpulkan (cleaningand editing).
Kegiatan penghitungan khususnya untukmendapatkan nilai keadaan dan pencapaianhasil kegiatan Puskesmas (calculating).
Kegiatan memasukan data kedalam tabel yangakan menjadi suatu informasi yang bergunadalam pengambilan keputusan (tabulating).
Pelaksanaan pengolahan data di tingkatPuskesmas dilakukan oleh Kepala Puskesmasbersama Tim Kecil Puskesmas. Sedangkanpengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukanoleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota.a. Metoda Pengolahan Data
Cara menghitung pencapaian kinerjaPuskesmas, yaitu:
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 356
1) Komponen hasil pelaksanaan pelayanankesehatan Puskesmas. Untuk menghitunghasilnya dalam kelompok masing-masing,perlu dihitung hasil reratanya secarabertingkat, sebagaimana tercantum dalamformat/instrumen pengumpulan data danpenghitungannya.
2) Komponen manajemen Puskesmas.Penilaian manajemen Puskesmaasdisesuaikan dengan kondisi masing-masingvariabel yang sudah ditetapkanberdasarkan skala sumbernya.
3) Komponen mutu pelayanan Puskesmas.Untuk menghitung mutu pelayananPuskesmas didasarkan pada hasil cakupanyang dikelompokan pada skala-skala yangditetapkan pada setiap variabel.
Untuk menghitung cakupan maka angka target (T)merupakan pembagi (denominator) terhadappencapaian hasil kegiatan (H). Cakupan diperolehdengan menghitung hasil kegiatan dibagi dengantarget (H/T) untuk setiap variabel.
Caranya adalah sebagai berikut:1) Nilai akhir cakupan kegiatan pelayanan
kesehatan Puskesmas. Menghitung pencapaiancakupan hasil komponen kegiatan pelayanankesehatan, masing-masing kegiatan dihitungreratanya dari hasil masing-masing variabel,sedangkan tiap-tiap variabel dihitung reratasub-variabelnya.
2) Nilai akhir tingkat pencapaian mutu kegiatanpelayanan kesehatan Puskesmas. Dihitung
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 357
berdasakan cakupan komponen mutupelayanan dan rerata nilai setiap skala yangdisesuaikan dengan variabelnya.
3) Nilai akhir tingkat manajemen Puskesmas.Cara penilaian sama seperti pada penilaianmutu pelayanan dengan menggunakanpenilaian berdasar skala.
Proses pengolahan data di tingkat Puskesmassudah dimulai sejak awal bulan Desember(Januari tahun berikutnya) pada saat data mulaidikumpulkan.
Pada tahap ini tim puskesmas melakukan: Penghitungan nilai cakupan sub variabel dan
variabel dari setiap jenis kegiatan upayakesehatan wajib dan upaya kesehatanpengembangan yang dilaksanakan olehpuskesmas. Tulis hasil penghitungan tersebutpada sub variabel (SV) dan variabel (V) padaformat : Cakupan Kegiatan Penilaian KinerjaPuskesmas.
Penghitungan nilai dari setiap jenis variabelkegiatan manajemen puskesmas, dan tuliskanpada kolom nilai hasil pada format : LampiranKegiatan Manajemen Puskesmas.
Penghitungan nilai pencapaian mutu kegiatan,pelayanan kesehatan dari setiap jeniskegiatan, dan tuliskan pada kolom Nilai Akhir,format : Lampiran Penilaian Mutu Pelayanan.
Penghitungan nilai akhir dari hasil penilaianke - 3 komponen.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 358
Kerjakan latihan 2Penghitungan nilai hasilPenilaian kinerja puskesmas
b. Penilaian Akhir Penilaian Kinerja PuskesmasPenilaian kinerja Puskesmas mempunyai 3komponen penilaian, yaitu:1) Penilaian kinerja Puskesmas hasil
pencapaian pelaksanaan pelayanankesehatan.
2) Penilaian kinerja Puskesmas hasilmanajemen Puskesmas.
3) Penilaian kinerja Puskesmas atas mutupelayanan kesehatan.
Penilaian Kinerja Puskesmas ditetapkandengan menggunakan nilai ambang untuktingkat kelompok Puskesmas, yaitu:
Cakupan Pelayanan terdiri atas:
1) Kelompok I : tingkat pencapaian hasil ≥ 91%
2) Kelompok II : tingkat pencapaian hasil =81 – 90%
3) Kelompok III : tingkat pencapaian hasil ≤ 80%
Mutu pelayanan kesehatan dan manajemen,terdiri atas:1) Kelompok I : Nilai rata-rata ≥ 8,5 2) Kelompok II : Nilai rata-rata 5,5 – 8,43) Kelompok III : Nilai rata-rata ≤ 5,5
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 359
Kerjakan latihan 3Penilaian AkhirPenilaian kinerja puskesmas
Hasil akhir Penilaian Kinerja Puskesmasadalah Puskesmas dibagi kedalam 3 kelompok,yaitu:1) Kelompok I : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Baik2) Kelompok II : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Cukup3) Kelompok III : Puskesmas dengan tingkat
kinerja Kurang.
Pada tahap ini, tim puskesmas dalam rangkaevaluasi mawas diri, dapat melakukan penilaianakhir, berdasarkan hasil penghitungan danpenilaian ke - 3 komponen, yaitu:
Untuk komponen hasil pencapaianpelaksanaan pelayanan kesehatan, berapa nilairata-rata yang diperoleh?
Untuk komponen kegiatan manajemenpuskesmas, berapa nilai rata-rata yangdiperoleh?
Untuk komponen mutu pelayanan kesehatan,berapa nilai rata-rata yang diperoleh?
Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan,termasuk kelompok apa puskesmas anda. Tentusaja penilaian akhir penilaian kinerja puskesmasyang sebenarnya adalah setelah penghitunganyang diajukan untuk di verifikasi oleh tim DinasKesehatan Kabupaten/Kota.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 360
Penyajian, Analisis Hasil dan Pemecahannya
a. Penyajian Hasil Pengolahan Data
Untuk memudahkan dapat melihat pencapaianhasil kinerja Puskesmas, maka hasil cakupankegiatan pelayanan dan manajemenPuskesmas dapat disajikan dalam bentukgrafik ”sarang labah-labah”
Hasil pencapaian cakupan kegiatan pelayanandan manajemen disajikan dalam bentuk saranglabah-labah yang berbeda. Banyaknya jari-jarigrafik adalah sejumlah Kegiatan Utamapelayanan kesehatan atau manajemenPuskesmas. Sedangkan bagi penanggungjawabkegiatan bisa dibuat sarang labah-labahsendiri, dan jumlah jari-jarinya sejumlahvariabel yang ada.
Hasil pencapaian mutu pelayanan danmanajemen dapat juga disajikan dalam bentuksarang labah-labah.Grafik sarang labah-labah dibuat setelah datayang dikumpulkan diolah dan direkapitulasiper komponen kegiatan dengan menggunakantabel
Grafik sarang labah-labah sebaiknya dibuatdan disajikan secara periodik bulanan atautriwulanan, sehingga dapat digunakan sebagaialat pemantauan dan identifikasi masalahsedini mungkin.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 361
Contoh membuat grafik ”sarang labah-labah”untuk komponen pelaksanaan pelayanankesehatan:
Berdasarkan hasil pengolahan data,buatlah rekapitulasi perhitungan cakupankomponen kegiatan puskesmas, pada tabelberikut.
Tabel : Rekapitulasi perhitungan cakupankomponen pelaksanaan pelayanankesehatan di puskesmas
No. Jenis Kegiatan HasilCakupan(%)
I Upaya PromosiKesehatan
65%
II Upaya KesehatanLingkungan
60%
III Upaya Kesehatan Ibu danAnak, KB
80%
IV Upaya Perbaikan GiziMasyarakat
70%
V Upaya PengendalianPenyakit dan PL
65%
VI Upaya Pengobatan 75%VII Upaya Kesehatan
Pengembangan70%
Buatlah grafik ”sarang laba-laba” denganjumlah jari-jari sesuai dengan jumlah JenisKegiatan di atas yaitu 7 kegiatan.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 362
Beri tanda titik yang menunjukkanbesarnya nilai akhir (%) cakupan setiapkegiatan.
Hubungkan titik-titik pada semua jari-jariyang ada. Dengan demikian dapat segeraterbaca gambaran setiap program ataukegiatan mana yang ada masalah. Yangditunjukkan dengan cakupannya yangrendah.
Gambar 6. Sarang Laba-laba
III
II
I
VII VI
V
IV
80%
60%
65%
70% 75%
65%
70%
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 363
KEPUSTAKAAN
1. Direktorat Jenderal Bina kesehatan MasyarakatDepkes RI (2006); Pedoman Penilaian KinerjaPuskesmas.
2. Achmad S.Ruky (2006); Sistem Manajemen Kinerja;PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
3. Ismail Mohamad, Sjahrudin Rasul, dan HaryonoUmar ( 2004); CONSEP dan PengukuranAkuntabilitas, Penerbit Universitas Trisakti,Yakarta.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 364
Petunjuk Diskusi kelompok
Tujuan : Memantapkan pemahaman peserta terhadapkonsep penilaian kinerja puskesmas sertapelaksanaannya.Topik diskusi :
1. Kelompok A : Prosedur penilaian kinerjapuskesmas
2. Kelompok B : Pengumpulan data danpengolahan data
3. Kelompok C : Analisis hasil dan pemecahanmasalah
Proses Peserta dibagi dalam kelompok secara acak/
campuran berbagai puskesmas Didalam kelompok ditentukan ketua, sekretaris dan
penyaji Kegiatan dalam kelompok :
- Pada 5-10 menit pertama setiap anggotakelompok membaca uraian materi sesuaidengan topik yang dibahas oleh kelompoktersebut.
- Selanjutnya ketua kelompok memandubrainstorming, agar semua anggotaberpartisipasi dalam menyampaiakanpendapat/ ide tentang topik yang dibahas.
- Sekretaris menuliskan semua pendapat/ide pada kertas flipchart
- Ketua kelompok memandu melakukanpembahasan terhadap hasil brainstorming,serta membuat kesimpulan akhirpendapat/ ide kelompok tersebut.
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 365
- Tuliskan hasil kesimpulan akhir kelompokpada kertas flipchart/ kertas manilaberwarna, untuk ditempel di dinding, agarbisa ditampilkan dan dibaca oleh semuapeserta.
Presentasi :- Fasilitator memandu tanggapan dari peserta
di kelompok lain.- Fasilitator menyampaikan rangkuman
Latihan 1
Pengisian Data 3 Komponen Penilaian Kinerja PuskesmasPetunjuk latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok puskesmassebagai 1 tim
2. Setiap kelompok puskesmas mempersiapkan datayang diperlukan, berupa laporan tahunanpuskesmas, profil puskesmas data dari SP2TP/SP3, data hasil survey sederhana yang dilakukanPuskesmas, dan lain-lain.
3. Kepada setiap kelompok dibagikan format:cakupan kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas,format Kegiatan Manajemen Puskesmas danformat Penilaian Mutu Pelayanan.
4. Setiap kelompok, berdasarkan data riil Puskesmasmasing-masing, melakukan pengisian ke-3 formattersebut, yaitu :
a. Isilah data pada kolom Target Sasaran (T)dan Kolom Hasil (H) pada format CakupanKegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas
b. Isilah data pada kolom Nilai Hasil sesuaidengan persentase kegiatan manajemen
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 366
yang dilakukan pada format KegiatanManajemen Puskesmas.
c. Isilah data pada kolom Nilai Akhir, sesuaidengan persentase Indikator Mutu yangdicapai, pada Format Penilaian MutuPelayanan.
5. Isilah dengan cermat dan sesuai dengan keadaansebenarnya, karena hasil pengisian data ini akandigunakan untuk penghitungan Nilai Hasil.
Latihan 2Penghitungan Nilai HasilPetunujuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmassebagai 1 tim
2. Setiap Puskesmas menggunakan format Penilaianke-3 komponen, yang telah diisi pada Latihan 1
3. Kemudian lakukan penghitungan sebagai berikut :a. Untuk cakupan kegiatan penilaian kinerja
puskesmas :- Hitung nilai sub variable dan nilai variabel
setiap kegiatan upaya kesehatan wajib danupaya kesehatan pengembangan
- Hitung nilai rata-rata setiap jenis upayakesehatan wajib dan upaya kesehatanpengembangan yang dilakukan puskesmas
b. Untuk kegiatan manajemen puskesmas :- Hitung nilai rata-rata setiap variabel
manajemenc. Untuk penilaian mutu pelayanan :
- Hitung niali rata-rata setiap variabel mutupelayanan
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 367
Lakukan perhitungan secara cermat dan tepat,karena hasil perhitungan akan menjadi bahan untukmelakukan penilaian akhir penilaian kinerjapuskesmas.
Latihan 3
Sekarang tiba saatnya, kelompok puskesmasmelakukan mawas diri, melakukan penilaian akhirPKP, karena penilaian akhir PKP yang sebenarnya,dilakukan oleh tim Dinas Kesehatan kabupaten/ kotasetelah melakukan verifikasi usulan penilaian daripuskesmas.
Petunjuk :- Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata
pencapaian upaya kesehatan wajib dan upayakesehatan pengembangan berapa % tingkatpencapaian hasil?Ada pada kelompok apa (I/ II/ III) componencakupan pelayanan ¿
- Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata variablemanajemen, dan mutu pelayanan kesehatan, berapanilai rata-rata tersebut ¿Ada pada kelompok apa (I/ II/ III), componenkegiatan mana jenis puskesmas dan mutupelayanan ¿
Kurikulum Modul Manajemen Puskesmas terintegrasi HIV-AIDS Page 368
Latihan 4
Membuat grafik “sarang laba-laba”
Petunjuk
Sekarang saatnya tim puskesmas membuat penyajianhasil penilaian kinerja dengan menggunakan grafik “sarang laba-laba”, yaitu :
- Buat tabel rekapitulasi perhitungan cakupancomponen, pelaksanaan pelayanan kesehatan
No Jenis kegiatan HasilCakupan
(%)I Upaya promosi kesehatanIIIIIIVVVIVIIdst
- Buatlah grafik “ sarang laba-laba “ dengan jumlahjari yang sesuai beri nomor untuk setiap jari.
- Buatlah titik disetiap jari sesuai dengan % hasilcakupan
- Hubungkan setiap titik tersebut.