kunjungan indjustri arnotts

56
MANAJEMEN BISNIS – INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kunjungan Industri PT Arnott’s Indonesia Penerapan Supply Chain Management Kelompok 1 E- 52:

Upload: angga

Post on 10-Apr-2016

413 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Manajemen bisnis – institut pertanian bogor

Kunjungan Industri PT Arnott’s Indonesia

Penerapan Supply Chain Management

Mei 2015

Kelompok 1 E-52:

Daftar IsiKata Pengantar............................................................................................................................................2

Ringkasan....................................................................................................................................................3

Bab 1............................................................................................................................................................4

Pendahuluan............................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4

1.2 Tujuan......................................................................................................................................5

Bab 2............................................................................................................................................................6

Landasan Teori........................................................................................................................................6

2.1 Supply Chain Management......................................................................................................6

2.2 Key Performance Indicator......................................................................................................9

Bab 3..........................................................................................................................................................11

Hasil dan Pembahasan...........................................................................................................................11

3.1 Sekilas mengenai perusahaan Arnott’s..................................................................................11

3.2 Profil perusahaan PT Arnott’s Indonesia................................................................................11

3.3 Fasilitas dan Jaringan PT Arnott’s Indonesia..........................................................................13

3.3 Supply Chain Management Arnott’s......................................................................................13

Bab 4..........................................................................................................................................................26

Penutup................................................................................................................................................26

4.1 Kesimpulan............................................................................................................................26

4.2 Saran......................................................................................................................................26

Daftar Pustaka...........................................................................................................................................27

Tugas Mata Kuliah : Manajemen Produksi dan Operasi

Triwulan : 2 (satu)

Kelompok : 1

Nama Dosen : Prof. Dr Marimin

KUNJUNGAN INDUSTRI

PT.ARNOTTS INDONESIA

Disusun Oleh:

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat dan karunia Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat

pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah Organisasi dan Manajemen Sumberdaya Manusia pada triwulan 1 kelas E-

52 MB-IPB.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan, terutama

disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat

bimbingan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan

dengan baik. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Aida Vitayala Hubeis, yang telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada kami.

2. Rekan-rekan angakatan E-52 MB IPB yang telah membantu dalam diskusi dan

pembahasan tugas kuliah ini.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/i pasca sarjana yang masih dalam

proses pembelajaran, masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dan saran yang positif, guna

makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Jakarta, November 2014

Penyusun

0

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat Rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kunjungan industri ini tepat pada

waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terjadi banyak kekurangan

sehingga diperlukan adanya saran dan kritik dari teman-teman khususnya para dosen dan

pembimbing yang sangat kami harapkan untuk perbaikan yang positif pada penulisan makalah

pada waktu yang akan datang.

Tak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak Manajemen PT.

Arnott’s Indonesia – Bekasi Plant dan seluruh pihak yang telah memberikan sumbangsih

pemikiran yang sangat berarti dan berharga untuk kami sehingga penulisan makalah ini dapat

terealisasi. Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat untuk kami dan orang banyak.

Jakarta, 5 Mei 2015

Penulis,

Kelompok 1 – E52

Ringkasan

Makalah ini berisi tentang hasil kunjungan industri pada PT. Arnott’s Indonesia – Bekasi

Plant pada tanggal 20 April 2015, yang berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 28, Bekasi, Jawa

Barat. Dalam rangka untuk mempelajari proses perencanaan produksi lebih jauh pada pabrik

Arnott’s yang memiliki produk seperti: Nyam Nyam, Good Time, Tim Tam, Stikko, Venezia,

dan yang lainnya.

Berdasarkan hasil kunjungan yang kami telah kami lakukan maka kami akan membahas

mengenai salah satu materi manajemen operasional dan produksi yang kami fokuskan pada

penerapan Supply Chain Management (“SCM”) yang telah dilakukan oleh PT. Arnott’s

Indonesia dimulai dari seluruh fasilitas, fungsi, dan aktivitas supply chain yang telah terintegrasi.

Produk makanan ringan yang diproduksi dari bahan baku sampai ke tangan konsumen.

Penerapan SCM PT Arnott’s Indonesia didasarkan dari tahapan dari masing – masing alur supply

chain management baik dari alur informasi maupun fisik. Penerapan tersebut telah membantu

perusahaan dalam mencapai efisiensi dan target – target produksi maupun penjualan yang ingin

dicapai, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar terhadap produk – produk makanan ringan

dari PT Arnott’s Indonesia. Hal ini dilakukan dengan pengawasan dan pengukuran melalui

penerapan Key Performance Indikator pada tiap – tiap tahapan Supply Chain Management.

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan dalam pandangan ekonomi makro memiliki peranan yang penting

dalam perekonomian suatu negara, yaitu dalam mengambil peran sebagai penggerak roda

ekonomi, sehingga akan meningkatkan total produksi sebuah negara. Sedangkan secara

mikro perusahaan mempunyai kegiatan utama yaitu melakukan proses bisnis dalam rangka

mendapatkan keuntungan secara ekonomi dengan beragam aktifitas, mulai dari perencanaan,

proses produksi barang dan jasa, pengelolaan personalia, manajemen keuangan, proses

pembelian bahan baku dan bahan kemasan dan pendistribusian hasil-hasil produksi,

kegiatan-kegiatan tersebut berguna dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan. Pada

dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang, apapun bentuk jenis

usaha yang dilakukan.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus melaksanakan

aktivitasnya dengan lancar, cepat, dan hemat biaya, sehingga dapat memenuhi selera

konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi sebagai salah satu modal yang sangat

vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa produk yang

dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka. Untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan konsumen

akan produk yang diproduksi oleh perusahaan maka perusahaan perlu mengontrol

persediaan yang ada agar siap menjawab kebutuhan konsumen setiap saat tepat pada

waktunya, oleh karena itu perusahaan hendaklah menerapkan suatu sistem atau metode yang

efektif guna merespon masalah-masalah yang ada.

Kemampuan dalam memenuhi permintaan konsumen dan pasar dengan waktu

tunggu dan waktu pengiriman yang pendek merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat

respon perusahaan terhadap permintaan konsumen. Supply Chain Management memberikan

suatu alternatif strategi dalam memenangkan persaingan global dengan berbasis competitive

excellence yaitu fokus konsumen dan kualitas produk yang didukung kompetensi perusahaan

seperti keterlibatan konsumen, manajemen persediaan, teknologi, pengembangan produk,

dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Teknologi informasi menjadi salah satu

pendorong bagi terciptanya integrasi rantai pasokan termasuk juga makin kompleksnya

2

permintaan konsumen, makin kompetitifnya kompetisi global dan peningkatan keinginan

perusahaan untuk menjadi perusahaan yang inovatif dan mampu menjadi yang pertama

dalam mengenalkan produk baru sesuai kebutuhan pasar.

Dalam alur supply chain management yang diterapkan oleh PT Arnott’s Indonesia

yaitu alur informasi supply chain management dilakukan melalui 6 (enam) tahapan yaitu

Demand planning (perencanaan permintaan), Procurement Purchasing (pengadaan dan

pembelian bahan baku), Supply Planning (perencanaan suplay), Production (Produksi),

Warehouse Finish Goods (Penyimpanan barang produksi), dan Customer (pendistribusian

barang kepada konsumen) dan alur physical supply chain management melalui alur material

dimana proses pengalihan produksi dari bahan baku kepada customer yang dibagi menjadi 5

(lima) tahapan yaitu supplier, RMPM Warehouse, Production, Finish goods warehouse dan

customer.

Penerapan kedua alur supply chain management tersebut dioptimalisasikan dengan

melakukan pengukuran dan pengawasan pada tiap – tiap tahapan Supply Chain Management

melalui pengukuran Key Performance Indicator (KPI) pada setiap tahapan – tahapan

tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:

Mampu menjelaskan penerapan alur Supply Chain Management yang dilakukan oleh

PT Arnott’s Indonesia.

Mampu memahami ukuran Key Performance Indicator (KPI) dari tiap – tiap tahapan

alur supply chain management yang dilakukan oleh PT Arnott’s Indonesia.

3

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Supply Chain Management

Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah,

berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur tidak akan cukup. Peran

serta dari supplier, pengelolaan logistik, perusahaan transportasi dan jaringan distributor

sangat dibutuhkan. Kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat dan berkualitas inilah

yang melahirkan konsep dari supply chain management (“SCM”).

Pengertian dari supply chain adalah jaringan perusahaan – perusahaan yang secara

bersama – sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan

pemakai akhir (end-customer).

Perusahaan – perusahaan yang dimaksud adalah termasuk supplier, pabrik,

distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung jasa logistik.

Ada 3 (tiga) macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu:

1. Aliran barang dari hulu ke hilir (material flow)

2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu

3. Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

Gambar 1. Alur Supply Chain

4

Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, maka perusahaan - perusahaan yang

terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya

kepada pemakai akhir (end-customer), sedangkan Supply Chain Management adalah

metode, alat atau pendekatan dari pengelolaan supply chain tersebut.

Beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk

mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsionalnya. SCOR (Supply

Chain Operation Reference) adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan

oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain yang diajukan oleh Global Supply

Chain Forum (GSCF) ialah SCM (Supply Chain Management) Tidak semua tahapan ada

pada jaringan supply chain. Namun supply chain management yang dibuat haruslah

terintegrasi daru hulu hingga hilir. Supply Chain Management tidak hanya berorientasi

pada urusan internal melainkan juga eksternal perusahaan yang menyangkut hubungan

dengan perusahaan-perusahaan partner.

Aktivitas dari supply chain bisa dikelompokan ke dalam tingkat hal yaitu: strategi,

taktis, dan operasional.

a. Strategis

Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran

gudang, pusat distribusi dan fasilitas.

Rekanan strategis dengan pemasok suplai (supplier), distributor, dan pelanggan,

membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan

operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang

ketiga.

Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa

diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan.

Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli.

Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi

pasokan/suplai.

5

b. Taktis

Kontrak pengadaan dan keputusan dari pengeluaran lainnya (procurement and

purchasing).

Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas

dari inventori.

Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan

definisi proses perencanaan.

Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan.

Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan

kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan.

Gaji berdasarkan pencapaian.

c. Operasional

Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai

suplai.

Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit

ke menit).

Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan

dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok.

Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi

permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok.

Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang

diterima.

Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished

goods).

Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke

pelanggan.

Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan

rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi,

dan pelanggan lain.

6

d. Strukturisasi dan Tiering

Pada akhirnya rantai suplai mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan

antara komoditas dasar (bahan baku) dan produk akhir (finished goods). Produk

akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.

Gambar 2. Supply Chain Process

Definisi Supply Chain Management oleh the Council of Logistics Management :

Supply Chain Mangement is the systematic, strategic coordination of the

traditional business functions within a particular company and across businesses within

the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of the

individual company and the supply chain as a whole.

Menurut Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith (2004, p2), Supply

chain Management diartikan sebagai rangkaian pendekatan yang digunakan untuk

mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang dan toko secara efektif agar persediaan

barang dapat diproduksi dan didistribusi pada jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat,

dan pada waktu yang tepat sehingga biaya keseluruhan sistem dapat diminimalisir selagi

berusaha memuaskan kebutuhan dan layanan.

Supply Chain Management menurut Chase, Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk

menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran informasi, bahan,

7

dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir. Supply Chain

Management ialah pendekatan antar – fungsi (cross functional) untuk mengatur

pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi

keluar organisasi menuju konsumen akhir.

Tujuan SCM

Meningkatkan daya kompetisi dan kemampuan menghasilkan profit bagi perusahaan

serta rangkaian supply chain secara total, hingga konsumen akhir total.

Menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat murah, tepat waktu dan

bervariasi. Jadi SCM harus mampu beroperasi secara efisien, menciptakan kualitas

tinggi, cepat merespon permintaan pasar, fleksibel, dan inovatif.

Area Cakupan SCM

Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-keiatan utama yang

masuk dalam klasifikasi SCM adalah :

Kegiatan merancang produk baru (product development)

Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)

Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control)

Kegiatan melakukan produksi (production)

Kegiatan melakukan pengiriman (distribution)

2.2 Key Performance Indicator (KPI)

Key Performance Indicators (“KPI”) merupakan matrik baik finansial maupun non

finansial yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur performa kinerjanya.

KPI biasanya digunakan untuk menilai kondisi suatu bisnis serta tindakan apa yang

diperlukan untuk menyikapi kondisi tersebut. Matriks KPI menjelaskan performa kinerja

yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan serta langkah-langkah apa saja yang harus

dilakukan untuk merealisasikan obyek strategi dari perusahaan tersebut.

Sebuah matrik dikatakan sebagai Key Performance Indicators ketika memenuhi kriteria

berikut ini:

1. Memiliki target. Yakni target apa yang hendak dicapai serta waktu yang diperkukan

untuk meraih target tersebut.

8

2. Berorientasi pada outcome. Jadi tidak sekedar output (hasil dari proses) sebab

outcome berpengaruh secara signifikan.

3. Memiliki nilai threshold (ambang batas). Yakni untuk membedakan antara nilai target

dengan nilai aktual.

Menurut Darmin A. Pella (2008), sebuah indikator keberhasilan stratejik (strategic

measures) yang baik perlu memenuhi unsur-unsur berikut ini:

1. Dapat menjadi sarana perusahaan mengkomunikasikan strategi (ability of the

organization to communicate their strategy for measures).

2. Terkait secara langsung dengan strategi yang dipilih perusahaan (the selected

measure adequately focuses on the strategic issue).

3. Indikator tersebut bersifat kuantifitatif, memiliki formula tertentu dalam

penghitungannya (quantifiable, can be evaluated objectively).

4. Indikator tersebut dapat dihitung (the measures are quantifiable, reliabled and

repeatable).

5. Frekuensi pemutakhirannya bermanfaat (the frequency of updates are meaningfull).

6. Penetapan target untuk perbaikan dapat dilakukan (meaningful targets for

improvement are established).

7. Kemungkinan pembandingan dengan perusahaan lain dapat dilakukan (external

benchmarking is feasible and/or desirable). Pengukurannya masih valid (validity of

measures – not old unvalid measures).

8. Data dan sumber daya tersedia (availability of data and resources).

9. Biaya pengukurannya tidak melebihi manfaatnya (cost of measures not more than

benefit of measures).

KPI memiliki peran penting bagi kemajuan sebuah perusahaan. Perusahaan harus

memiliki visi dan misi yang jelas serta langkah praktis untuk merealisasikan tujuannya. Dan

tidak sekedar itu saja, dengan KPI perusahaan bisa mengukur pencapaian performa

kinerjanya.

9

Karena KPI merupakan alat ukur performa kinerja sebuah perusahaan, maka juga

harus mencerminkan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan tersebut. Artinya, KPI setiap

perusahaan bisa jadi berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam supply chain manajemen menghendaki integrasi antar fungsi – fungsi yang

ada, sehingga pengukuran kinerja dilakukan dengan pendekatan proses. Proses dimana

kumpulan aktivitas yang melintasi waktu dan tempat, memiliki awal dan akhir, serta input

dan output secara jelas.

Beberapa contoh ukuran KPI yang dapat digunakan untuk supply chain adalah

Menghitung Biaya dari Persediaan

Mengukur seberapa banyak biaya yang telah dikeluarkan oleh organisasi untuk

menyimpan persediaan selama masa periode tertentu.

Inventory Turnover

Mengukur seberapa sering suatu organisasi atau perusahaan mampu menjual seluruh

persediaan dalam tahun yang diberikan.

Order Tracking

Memonitor status dan keakuratan dari pesanan barang yang dikirimkan kepada

konsumen.

Inventory to Sales Ratio (Rasio Persediaan Penjualan)

Mengukur rasio dari stok yang ada dengan jumlah penjualan yang sudah dipesan.

Transaksi per unit

Mengukur rata – rata jumlah unit yang dibeli dalam setiap pemesanan untuk

mengetahui dan membandingkan target yang telah ditentukan

Inventory days of supply

Total dari nilai keseluruhan barang yang disimpan dalam persediaan

10

Bab 3

Hasil dan Pembahasan

3.1 Sekilas mengenai perusahaan Arnott’s

Perusahaan dan brand merk “Arnott’s” yang dimiliki oleh Arnott’s Biscuit Limited,

awalnya didirikan di Australia oleh William Arnott’s pada tahun 1865, tepatnya di kota

Newcastle, New South Wales, Australia. Perusahaan ini awalnya mensuplai roti, pai, dan

biskuit kepada masyarakat lokal dan kru – kru kapal yang sedang sandar untuk memuat batu

bara. Seiring dengan perkembangannya pada tahun 1879, pabrik uap biskuit didirikan oleh

William Arnott’s.

Produk Arnott’s sendiri telah menjadi icon tersendiri oleh negara Australia selama

kurang lebih 150 tahun. Menurut mereka, Arnott’s lebih dari sekedar perusahaan makanan

saja, namun juga kepingan sejarah Australia dan ikon negara.

Arnott’s menjadi salah satu perusahaan makanan terbesar di area Asia Pacific hingga

saat ini. Arnott’s saat ini bersinergi dengan perusahaan Amerika yaitu Campbell Soup

Company.

Perputaran tahunan dari perusahaan Campbell Arnott’s di wilayah Asia Pacific

mencapai 1,3 juta USD dengan jumlah karyawan mencapai 4200 orang, dan pembelanjaan

tahunan untuk bahan baku dan resep sebanyak 300 juta USD. Ekspor Arnott’s sendiri hingga

40 negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

3.2 Profil Perusahaan PT. Arnott’s Indonesia

Sejarah PT. Arnott’s Indonesia dimulai dengan berdirinya perusahaan yang bergerak

di bidang makanan kering dengan nama PT. Tatas Mulya pada tahun 1977. Sejalan dengan

perkembangan pasar yang kurang menyukai produk ini, maka perusahaan mulai membuat

makanan kecil dalam bentuk chips. Pada tahun 1982 secara resmi dibuat akte pendirian

perusahaan yang menjadi cikal bakal PT. Arnott’s Indonesia.

11

Gambar 3. Pabrik Arnott’s Indonesia

Pada tahun 1984, perusahaan ini berkembang menjadi dua, yaitu PT. Tatas Mulya

yang berlokasi di Pulo Mas dan PT. Cipta Rasa Primatama yang pindah ke Pulo Gadung,

Jakarta Timur. Pada Januari 1985, PT. Tatas Mulya berganti nama menjadi PT. Bukit

Manikam Sakti (PT. BMS). Selanjutnya pada tahun 1986, PT. BMS berpindah lokasi ke

Bekasi.

Pada tahun 1985, PT. BMS bekerja sama dengan Arnott’s Biscuit Limited Australia

yang merupakan perusahaan biskuit terbesar di Australia. Dengan adanya kerjasama antara

PT. Bukit Manikam Sakti dengan. Arnott’s Biscuit Limited Australia maka nama PT. BMS

berubah menjadi PT. Helios Arnott’s Indonesia (PT. HAI) dan menjadi salah satu

perusahaan makanan ringan terkenal di Indonesia. Pada awalnya, PT. HAI memiliki dua

lokasi yang terpisah, yaitu di Pulo Gadung untuk bagian pemasaran, sedangkan pabrik dan

departemen lainnya berlokasi di Bekasi Barat.

Namun, terhitung sejak 1 April 1998, keseluruhan fungsi organisasi dan pabrik

berlokasi di Bekasi Barat, tepatnya di Jl. H. Wahab Affan No 8 (Jalan Raya Bekasi km. 28)

Medan Satria, Bekasi Barat. Sejalan dengan perkembangan industri, pada bulan Desember

1998, PT. Helios Arnott’s Indonesia berganti nama menjadi PT. Arnott’s Indonesia dan

berafiliasi langsung ke Campbell Arnott’s Company.

12

Dengan berjalannya waktu, beberapa produk andalan PT. Arnott’s Indonesia yang

ada di pasaran saat ini adalah :

1. Milk Plus

2. Nyam-Nyam

3. Stikko

4. Joddy

5. Prestige

6. Piroutte

7. Corinthians

8. Rondoletti

9. Good Time Teddy dan Good Time Smiley

10. Tri and Two

11. Golden ’n Cheese

12. Mic Mac Sanwidch Crackers

13. Tim Tam Wafer dan Tim Tam Biscuit

14. Astra

Good Time Cookies Tim Tam Wafer

Nyam Nyam

Gambar 4. Produk Arnott’s

13

Stikko Wafer Stik

3.3 Fasilitas dan Jaringan PT Arnott’s Indonesia

PT Arnott’s Indonesia adalah salah satu dari perusahaan yang berada dibawah

langsung dari perusahaan Campbell’s Arnott’s dan termasuk dalam jaringan bisnis Arnott’s

untuk wilayah Asia Pacific. PT Arnott’s Indonesia sendiri telah menjalankan internasional

supply chain management dimana proses produksi kemasan serta supplai bahan baku tidak

hanya berasal dari Indonesia namun juga jaringan Arnott’s diwilayah negara Asia Pacific.

Pabrik Arnott’s yang berada di Asia Pacific antara lain:

Pabrik dan Penyimpanan Bekasi (Indonesia)

Didirikan sejak tahun 1997 dengan luas bangunan yang dimiliki 3,7 hektar dari 6,8

hektar. Kapasitas produksi bisa mencapai +/- 45.000 ton. Produk yang dibuat adalah

Wafer Stick, biskuit celup, biskuit coklat, dan coklat biskuit gulung.

Pabrik Marleston (Adelaide, Australia)

Didirikan sejak 1947 dengan luas bangunan 2,4 hektar dari 4,3 hektar yang dimiliki.

Kapasitas mencapai 20.000 ton produksi dan merupakan jaringan pembuat bahan

baku untuk coklat dari produk Arnott’s.

Pabrik Virginia (Brisbane, Australia)

Didirikan sejak 1988 dengan luas bangunan 3,5 hektar dari 6,5 hektar yang dimiliki.

Kapasitas mencapai 50.000 ton produksi.

Pabrik Huntingwood (Sydney, Australia)

Didirikan sejak 1997 dengan luas bangunan 4,4 hektar dari 15,9 hektar yang dimiliki.

Kapasitas mencapai 61.600 ton produksi.

Jaringan logistik Arnott’s selain diwilayah Indonesia juga memiliki gudang

penyimpanan persediaan berada di wilayah Australia yaitu Canning Vale, Pooraka,

Altona, Virginia, Huntingwood, Blacktown dan Selandia Baru yaitu Auckland dan

Christchurch.

Sumber bahan baku dari produk – produk di Indonesia sendiri berasal dari 3 (tiga)

negara yaitu Malaysia, Australia, Brazil, dan Indonesia.

14

3.4 Supply Chain Management

Supply Chain Management dari perusahaan Arnott’s Indonesia telah diterapkan sejak

perusahaan telah terafiliasi langsung dengan perusahaan induk usahanya Campbell Arnott’s.

Perusahaan ini memiliki divisi dan struktur organisasi tersendiri khusus untuk manajemen

rantai pasok agar proses supply chain dapat berjalan dengan baik.

Divisi – divisi Supply Chain dari PT Arnott’s Indonesia dari top hingga low

management level antara lain:

1. Supply Chain Director

2. Senior Project Engineer

3. Customer Service Department

4. Plant Department

5. OHS and Site Security Department

6. Logistic and Planning Department

7. Project and Reliability Engineering Department

8. Technical Quality Department

9. HRBP and RDQA Department

10. Supply Chain Finance Department

11. South East Asian Procurement Department

15

Area cakupan supply chain management PT Arnott’s Indonesia diterapkan dengan

alur SCM sebagai berikut:

a. Supply Chain Information Flow (Alur Informasi Rantai Pasok)

Gambar 5. Supply Chain Information Flow

Alur manajemen rantai pasok informasi dari seluruh kegiatan Arnott’s

dilakukan secara berkesinambungan untuk mengontrol baik input maupun output

barang yang keluar. Tiap – tiap tahapan ini memiliki departemen masing – masing

dan diukur kualitas kinerjanya melalui KPI. Diawali dari perencanaan, pengadaan

hingga barang sampai ditangan customer. Alur ini dibagi menjadi 6 (enam) tahapan

yaitu:

1. Demand Planning

Perencanaan permintaan langkah dalam manajemen rantai pasok yang dilakukan

oleh Arnott’s melalui peramalan target permintaan dari produk yang akan

diproduksi oleh Arnott’s. Proses perencanaan dari demand planning dilakukan

melalui koordinasi dari divisi manajemen supply chain hingga level direksi. Pada

tahapan perencanaan target permintaan produk yang akan diproduksi ini,

peramalan permintaan (forecasting demand) menjadi hal yang sangat krusial.

16

Karena tahapan ini merupakan hulu dari supply chain management yang

dilakukan oleh Arnott’s.

Dalam peramalan permintaan (demand forecasting), tahapan yang dilakukan oleh

Arnott’s antara lain:

Running Rate

Ekspektasi peningkatan peramalan produksi permintaan yang akan dicapai

pada masa yang akan datang melalui hasil permintaan yang sudah dicapai saat

ini. Hal ini dilakukan melaui data base statistik supply chain yang dimiliki oleh

Arnott’s melalui data historical dari penjualan, produksi yang telah dicapai, dan

pembelanjaan suplai bahan produksi.

Activity

Aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai peramalan yang telah

ditentukan oleh Arnott’s selama tahun berjalan.

Feedback

Melalui penentuan peramalan tersebut membutuhkan kolaborasi dan

konfirmasi dengan para pihak termasuk pemasok, distributor, end customer,

serta internal dari Arnott’s sendiri.

Gap

Dari data statistik dan konfirmasi dari berbagai pihak, lalu Arnott’s

menganalisa jarak (gap) tersebut, apakah jarak antara penentuan peramalan

berdasarkan statistik peramalan dan feedback yang sudah diterima realistis

untuk dicapai atau tidak.

Approval

Persetujuan dari manajemen untuk dijalankan peramalan permintaan yang telah

ditentukan untuk rencana produksi permintaan yang akan dicapai.

17

5 XQQLQJUDWH $ FWLYLW\ ) HHGEDFN * DS $ SSURYDO

Gambar 6. Demand Forecasting Armott’s

KPI dari demand planning meliputi:

o Forecast accuracies (%)

o Mix SKU (Stock Keeping Unit)

o Hierarchy meeting to CEO

o Primary versus Secondary Sales

2. Procurement Purchasing

Setelah melalui tahapan demand planning, maka departemen logistic dan planning

mendistribusikan kepada divisi procurement untuk memulai pengadaan bahan

baku untuk produksi. Hal ini dikoordinasikan juga kepada divisi supply chain

finance. Dikarenakan sebagian besar bahan baku produksi produk Arnott’s adalah

impor maka departemen pengadaan procurement South East Asean Arnott’s

Indonesia juga berkoordinasi dengan pihak jaringan Arnott’s di Australia.

Pengadaan dan pembelian yang dilakukan untuk masa periode bulanan dan

tahunan yang ingin dicapai oleh Arnott’s.

3. Supply Planning

Dari sisi perencanaan suplai yang dilakukan Arnott’s setelah proses

pengadaan diperlukan langkah – langkah agar suplai untuk produksi tetap

terjaga dan terintegrasi dengan demand planning dan forecasting yang

ditentukan diawal tahap informasi supply chain. Pemetaan terhadap partner

pemasok Arnott’s yang telah bekerja sama baik didalam jaringan Arnott’s

maupun diluar jaringan Arnott’s sendiri. Strategi dari perencanaan suplai

Arnott’s antara lain:

Secondary Plan

18

Rencana pengadaan suplai agar tetap terjaga dan tidak kehabisan suplai

pada saat masa produksi berjalan. Langkah ini sudah diinformasikan dan

direncanakan oleh Arnott’s setelah proses pembelian suplai dilakukan.

Stock

Pengawasan stok suplai bahan baku yang terus dilakukan secara periodik

setiap bulannya.

Production Plan (Monthly)

Rencana produksi yang telah dirun down selama 1 (satu) bulan ke depan

berdasarkan data selama setiap bulan berjalan.

Production Plan (week / day)

Rencana produksi yang telah ditentukan setiap bulannya dibreakdown

menjadi target produksi setiap minggu dan setiap harinya agar dapat

dihitung suplai bahan baku yang akan digunakan.

Gambar 7. Supply Planning Arnott’s

KPI dari supply planning didasarkan pada:

o Competitive cost vs marekt

o Delivery Schedule

4. Production

Pada tahapan produksi ini, Arnott’s membagi departemen melalui

beberapa bagian yaitu

Productivity improvement

19

Production Plan (wk/day)

Production Plan (monthly)StockSecondary Plan

Untuk terus meningkatkan produkstivitas dari tiap – tiap divisi

produk Arnott’s melalui para production manager dan para

production tema leadernya.

Technical Support New Product Development

Pengembangan produk baru yang akan diproduksi oleh

Arnott’s sesuai dengan demand planning yang telah

ditentukan.

Production dan Manufacturing manager

Divisi – divisi utama dari produk Arnott’s adalah produk Tim

Tam, Good Time dan Nyam Nyam. Arnott’s memiliki

production leader pada masing – masing divisi ini.

5. Warehouse Finish Goods

Pada tahapan penyimpanan, Arnott’s memiliki fasilitas warehouse

termasuk bangunan cukup untuk menampung kapasitas produksi

nasional. Dari luas tanah sebesar 6,8 ha dan bangunan saat ini 3,7 ha,

Arnott’s berencana menggunakan +/- 2 ha untuk menambah

warehouse dan pabrik produksi. Total gudang penyimpanan yang

dimiliki oleh Arnott’s saat ini 2 (dua) unit. Evaluasi fasilitas

warehouse yang dilakukan Arnott’s mencakup cube, cost, seasonality,

dan pemeliharaan (housekeeping).

Evaluasi warehouse management system (WMS) Arnott’s juga telah

dilakukan yaitu inventory management, bar coding, pack verification,

tracking dan returns.

Departemen dari supply chain Arnott’ yang khusus menangani hal ini

adalah bagian logistic manager yang membawahi 2 (dua) unit

Warehouse Coordinator.

KPI dari Warehouse Finish goods didasarkan pada:

o Accuracies

o Order Process

20

o FIFO

o Occupancy

o Stock days Cover

o Inventory Value

o Cost

6. Customer

Tagline dari perusahaan Arnott’s ini adalah “There is no substitute

for quality” menandakan bahwa perusahaan ini sangat

mengedepankan kualitas produk yang dimilikinya. Proses pembuatan

produk dari bahan baku hingga sampai ke tangan konsumen telah

dilakukan dengan penilaian yang sangat ketat. Konsumen Arnott’s

termasuk diantaranya adalah retailer, traditional dan modern market

hingga end customer. Divisi supply chain bagian departemen

Customer Service memastikan agar produk yang sampai ke tangan

konsumen dalam kondisi yang baik.

KPI dari Customer didasarkan pada:

o Lead time

o Transporter Availability

o Quantity ship

o Service level

7. Finance Controller

Proses perputaran alur supply chain pada masing – masing tahapnya

terdapat arus uang in dan out. Bagian divisi keuangan dan accounting

berkoordinasi dengan bagian supply chain finance untuk mengkontrol

dan mengawasi perputaran uang agar tujuan dari supply chain yaitu

efficient cost dapat berjalan dengan baik.

21

b. Supply Chain Physical Flow (Alur Fisik Rantai Pasok)

Gambar 8. Supply Chain Physical Flow (Material Flow)

Selain alur informasi, hal yang memegang peranan penting dalam kelancaran

proses produksi dari hulu ke hilir PT Arnott’s Indonesia adalah dalam pengaturan

Supply Chain Pysical Flow pada Material Flow. Pada gambar bagan diatas terlihat

tidak menetapkan alur proses untuk material flow saja, namun dikombinasikan

dengan target KPI pada setiap prosesnya. Brikut uraian yang dapat dijelaskan

mengenai Material Flow yang berjalan:

Supplier

Supplier yang biasa memasok beragam bahan baku untuk PT Arnott’s

Indonesia didatangkan umumnya dari supplier local, namun perlu diketahui

untuk jejaring Arnott’s sendiri karena perusahaan multinasional yang

berpusat di Australi mereka memetakan siapa saja pemasok yang dapat

memberikan pasokan bahan baku secara Internasional. Berikut pemetaannya

22

Gambar 9. Sumber Supplier Arnott’s Pusat

Dari gambar diatas terlihat Arnott’s pusat memetakan suppliernya yang

terpercaya yang banyak terdapat dinegara kawasan Asia Tenggara. Australi

mengkategorikan “Top Ten Supplier”-nya sebagai berikut:

1. Amcor – Australi

2. Allied – Australi

3. Cargill – Australi

4. Sugar Aust – Australi

5. Visy – Australi

6. MPD Diary – Australi

7. Malaysian Cocoa – Malaysia

8. Scorpio Meats – Australi

9. Juremont – Indonesia

10. Alan Gangelhof – Australi

23

Supplier diatas terkadang juga digunakan plant production Arnott’s di

Negara lain untuk men-supplai produknya jika tidak tersedia dinegara plant

production berada. Hal ini berlaku juga untuk Indonesia sebagai Negara yang

memproduksi, namun untuk menjekan cost for raw materials tidak bisa

semua bahan baku diimpor dari Negara lain, plant production di Indonesia

tentu menggunakan bahan baku yang bersumber dari tempat terdekat ataupun

local supplier.

Umumnya Arnott’s telah menetapkan supplier utama yang terpercaya

dan sesuai dengan standar bahan baku yang digunakan sebagai supplier-nya

untuk memastikan pasokan bahan baku terpenuhi. Untuk hal tersebut

Arnott’s menetapkan KPI (Key Performance Indicator) untuk proses

menentukan keandalan suppliernya sebagai berikut:

o Lead Time

o Availability

o Quantitiy Ship

o Service Level

Yang nantinya kinerja supplier akan diukur menggunakan ke-empat indicator

diatas dalam memenuhi permintaan bahan baku.

RMPM Warehouse

Untuk bahan baku yang sudah sampai pada plant produksi akan ditampung

sementara didalam warhouse. Arnott’s menertapkan metode pencatatan FIFO

untuk setiap stok bahan baku yang ada pada warehousenya.

24

Gambar 10. Ilustrasi Tempat Penyimpanan Bahan Baku

Bahan baku sampai dalam kuantitas yang besar sehingga perlu ditimbang

kembali dan disesuaikan ukurannya untuk satu batch produksi. Bahan baku

tersebut dipisahkan dan dikategorikan menggunakan wadah seperti dibawah

untuk ditampung.

Gambar 11. Ilustrasi Wadah Penampungan Bahan Baku

Hal ini dilakukan untuk mempermudah takaran proses produksi yang tepat

untuk mencampurkan adonan. Dari warehousenya sendiri Arnott’s juga

menetapkan KPI sebagai berikut:

o Accuracies

o Preparation lead time

o FIFO

o Occupancy

25

Production

Proses produksi yang dilakukan Arnott’s sudah menggunakan mesin dan

teknologi yang cukup canggih. Berikut alur proses produksi yang ada:

Gambar 12. Flow Pembuatan Biskuit

Diatas adalah tahapan dari salah sastu pembuatan produk biscuit

arnots, beda produk maka beda juga proses produksi yang diterapkan. Dalam

produksi mesin tidak berhenti selama 24 jam, untuk karyawan sendiri shif

kerja dibagi menjadi ke dalam 3 shif yang memungkin kan produksi terus

berlangsung.

Awal produksi kuantiti yang akan diproduksi sudah ditetapkan

diawal, sehingga dalam setiap shift produksi juga dibagi-bagi berapa jumlah

output yang harus dihasilkan dalam satu waktu, namun kendala yang terjadi

selalu ada , sehingga menyebabkan target produksi tidak tercapai, jika hal ini

sudah terjadi misalnya di shif 1, maka kekurangan produksi akandikejar

dishif berikutnya. Cara yang digunakan Arnott’s untuk mengetahui apakah

output produksi sudah sesuai yaitu dengan menempelkan papan produksi

besar dan diperbaharui terus setiap perubahan shif didalamnya, berapa

kuantiti yang harus dikejar, dan berapa kelebihannya.

26

Mesin packaging

Mesin quality control

Mesin pemanggang

Mesin pencetak

adonanMixerBahan baku

Flow Pembuatan Biskuit “Good Time”

Gambar 13. Ilustrasi Papan Produksi

Kemudian mesin-mesin yang memproduksi biscuit juga diatur sedemikian

rupa agar kecepatan dipastikan baik dan kualitas error handling bisa dibuat

seminimal mungkin. Berikut ilustrasi mesin pada pabrik:

Gambar 14. Ilustrasi Mesin Pemanggang dan Pengering

Output produksi pada Arnott’s ditekankan pada quality control yang baik,

selama tahapan produksi pasti ada pengecekan kualitas baik otomatis

maupun manual.

Kemudian untuk menghemat tempat untuk mesin, ada satu mesin yang

dibuat spiral menaik keatas yang bertujuan untuk tetap menyempurnakan

proses produksi namun tidak boros secara penempatan mesin yang coba

digambarkan seperti ilustrasi dibawah.

27

Gambar 15. Ilustrasi Mesin Biskuit Spiral

Tahapan akhir adalah pembungkusan dan pengepakan biscuit dari seluruh

biscuit yang sudah lolos uji kualitas. Tahapan ini dilakukan dibantu dengan

tenaga manusia dan otomatis untuk segel dan quantity biscuit yang akan

dikemas.

Gambar 16. Ilustrasi Pengepakan

Tahapan produksi dipastikan sesuai dengan KPI yang ditentukan agar

berjalan dengan lancer yaitu:

o Output (+Waste)

o Labor

o Downtime

o Quality & Safety

28

Finish Goods Warehouse

Tahapan ini adalah bagaimana produk yang sudah dikemas akan disimpan

sebelum didistribusikan kepada konsumen. Umumnya setiap produk yang

akan dikonsumsi oleh konsumen harus memiliki tanggal kadaluarsa, untuk

hal ini tanggal sudah dibuat otomatis dengan menggunakan rumus hitungan

yang telah disesuaikan dengan tanggal produksi yang dikenal dengan best

before.

KPI yang memastikan untuk tahapan ini adalah:

o Accuracies

o Order process

o FIFO

o Occupancy

Setelah semua siap dan sudah lolos tahapan quality control maka dilakukan

penyimpanan pada warehouse seperti dibawah.

Gambar 17. Ilustrasi Penyimpanan Akhir

29

Gambar 18. Ilustrasi Penyimpangan Akhir

Customer

Gambar 19. Ilustrasi Penyimpangan Konsumsi Arnott’s

30

Customer utama saat ini untuk pasar lokal yaitu Indonesia, namun tetap ada

permintaan untuk pangsa ekspor dari networking Negara Arnott’s lainnya.

KPI penunjang nya untuk memastikan produk sampai dengan baik kepada

customer adalah:

o Lead time

o Trasporter availability

o Quantity ship

o Service level

o Cost

31

Bab 4

Penutup

4.1 Kesimpulan

Penerapan Supply Chain Management yang diterapkan oleh PT Arnott’s Indonesia

merupakan sistem supply chain yang luas dengan berkoordinasi dengan jaringan –

jaringan rantai pasok Arnott’s secara internasional khususnya di area Asia Pacific

Campbell Arnott’s, sehingga dapat disimpulkan bahwa Arnott’s menerapkan

Internastional Supply Chain Management.

Arnott’s memiliki direktorat khusus untuk menangani supply chain dimana masing –

masing divisi pada struktur tersebut saling terintegrasi untuk memastikan agar alur supply

chain management dapat berjalan dengan baik.

Arnott’s membagi alur supply chain melalui dua alur yaitu alur informasi dan alur fisik

supply chain.

Alur informasi supply chain dibagi menjadi 6 (enam) tahapan yaitu demand planning,

procurement and purchasing, supply planning, production, warehouse finished goods,

dan customer. Arnott’s memonitor dan memiliki pengukuran pada masing – masing

tahapan melalui Key Performance Indicator pada masing – masing tahapan.

Pada tahapan demand planning dan supply planning yang sangat diutamakan adalah

bagaimana langkah – langkah dalam meramalkan target permintaan dan memiliki

secondary plan untuk pemenuhan supply bahan baku. Karena inti dari produksi yang

dijalankan oleh Arnott’s bergantung pada ketepatan dalam menentukan supply dan

demand bahan baku ini.

Setiap perputaran pada masing – masing alur dari supply chain management Arnott’s

diawasi dan dikendalikan perputaran uangnya melalui departemen supply chain finance

yang dikoordinasikan dengan direktorat keuangan perusahaan.

Alur supply chain fisik atau material flow membagi menjadi 5 (lima) tahapan yaitu:

supplier, RMPM Warehouse, production, finished goods warehouse, dan customer.

Setiap tahapan juga diukur kinerja melalui KPI pada setiap masing – masing tahapan.

32

Pada akhirnya gambaran besar tujuan dari SCM yang dijalankan oleh Arnott’s adalah “To

deliver Quality product to customer at Quantity they required and On time” and

“Manage cost at it most efficient”

4.2 Saran

Perusahaan PT Arnott’s Indonesia yang sistem supply chain management sangat bagus

dan menyadur sistem jaringan perusahaan multinasional yaitu Campbell Arnott’s dinilai

masih sangat tertutup terhadap kontribusinya pada ilmu supply chain management.

Sistem SCM yang berhasil dijalankan oleh Arnott’s, sehingga menjadikan perusahaan ini

salah satu perusahaan biskuit terbesar di dunia seharusnya dapat dijadikan salah satu

percontohan dan atau benchmarking dalam kasus bisnis manajemen perusahaan baik

skala nasional maupun global.

Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dapat lebih memahami pengaruh efektifitas dan

efisiensi produksi yang terintegrasi langsung dengan perusahaan Arnott’s di luar negeri

melalui penerapan teknologi informasi dengan supply chain management. Dalam hal ini

Arnott’s menggunakan software Oracle Integrated Supply Chain System.

33

Daftar Pustaka

Chopra, S., and Meindl, P. (2001). Supply chain management: Strategy, planning, and

operations. New Jersey - Prentice-Hall.

Pujawan, I N. (2005). Supply chain management. Guna Widya.

Simchi-Levi, D., Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000). Designing and managing the

supply chain: Concept, strategies, and case studies. Irwin McGraw-Hill.

Handfield, R., and Nichols, Jr., E. L. (2002). Supply chain redesign: Transforming supply

chains into integrated value systems. New Jersey: Financial Times – Prentice Hall.

Website:

http://www.klipfolio.com/resources/kpi-examples/supply-chain

http://www.arnotts.com.au/

34