kualitas kepribadian anak

12
GELIAT MODERNISASI DAN UPAYA PREVENTIF ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEPRIBADIAN ANAK (Studi di Kecamatan Mandongan Kota Kendari) Oleh: Hj. Ratna Supiyah 2 Abstract This research aims at describing and analyzing the effort done by the parents in increasing the quality of children’s personality in the effect of modernization. This research was conducted in Mandonga District, Kendari Town, with the consideration that this location denotes one of the areas which has the most complex and heterogeneous citizens. The unit of analysis in this research was the parents who have adult children in which the information was obtained through observational technique, in-deep interview, and written document research. Furthermore, the data were analyzed in qualitative descriptive, in which the processing and analysis of data were done simultaneously. The findings elaborated that the form of parents’ preventive effort in advancing the quality of children’s personality, consisted of: fulfilling children’ rights, educating the children with love, instilling religious value since early, and keeping the children away from the negative effects. Therefore, it is expected for the parents in order to have broad insight and adequate religious knowledge base to avoid the mistakes in educating their children. Key Words: Modernization, Parents, Children’s personality. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis upaya yang dilakukan orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak di tengah pegaruh modernisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari, dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling kompleks dan heterogen penduduknya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak yang sudah dewasa, dimana informasi diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan terhadap dokumen tertulis. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif, dimana pengolahan dan analisis data dilakukan secara bersamaan. Hasil penelitian menguraikan bentuk upaya preventif orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak, meliputi: memenuhi hak anak, mendidik anak dengan kasih sayang, menanamkan nilai agama sejak dini, dan menghindari anak dari pengaruh negatif. Karena itu diharapkan kepada orangtua agar memiliki wawasan yang luas dan dasar pengetahuan agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan dalam mendidik anak. Kata Kunci: Modernisasi, Orangtua, Kepribadian Anak. PENDAHULUAN Problem paling berat dalam membangun keluarga di era global saat ini adalah penyakit manusia modern. Di era modern sekarang ini berbagai godaan menyusup ke dalam kehidupan rumah tangga melalui teknologi komunikasi dan informasi yang cukup canggih. Sejak kecil, anak-anak tanpa disadari telah dijejali dengan berbagai kebudayaan yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama melalui media ini. Hal ini menjadikan peran pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi. 2 Dra. Hj. Ratna Supiyah, M.Si. adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari ISSN: 2355-1445; Hal. 11-22

Upload: jurnal-societal

Post on 27-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

upaya preventif orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak, meliputi: memenuhi hak anak, mendidik anak dengan kasih sayang, menanamkan nilai agama sejak dini, dan menghindari anak dari pengaruh negatif

TRANSCRIPT

Page 1: Kualitas Kepribadian Anak

GELIAT MODERNISASI DAN UPAYA PREVENTIF ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEPRIBADIAN ANAK

(Studi di Kecamatan Mandongan Kota Kendari)

Oleh: Hj. Ratna Supiyah2

Abstract This research aims at describing and analyzing the effort done by the parents in increasing the quality of children’s personality in the effect of modernization. This research was conducted in Mandonga District, Kendari Town, with the consideration that this location denotes one of the areas which has the most complex and heterogeneous citizens. The unit of analysis in this research was the parents who have adult children in which the information was obtained through observational technique, in-deep interview, and written document research. Furthermore, the data were analyzed in qualitative descriptive, in which the processing and analysis of data were done simultaneously. The findings elaborated that the form of parents’ preventive effort in advancing the quality of children’s personality, consisted of: fulfilling children’ rights, educating the children with love, instilling religious value since early, and keeping the children away from the negative effects. Therefore, it is expected for the parents in order to have broad insight and adequate religious knowledge base to avoid the mistakes in educating their children. Key Words: Modernization, Parents, Children’s personality.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis upaya yang dilakukan orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak di tengah pegaruh modernisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari, dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling kompleks dan heterogen penduduknya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak yang sudah dewasa, dimana informasi diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan terhadap dokumen tertulis. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif, dimana pengolahan dan analisis data dilakukan secara bersamaan. Hasil penelitian menguraikan bentuk upaya preventif orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak, meliputi: memenuhi hak anak, mendidik anak dengan kasih sayang, menanamkan nilai agama sejak dini, dan menghindari anak dari pengaruh negatif. Karena itu diharapkan kepada orangtua agar memiliki wawasan yang luas dan dasar pengetahuan agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan dalam mendidik anak. Kata Kunci: Modernisasi, Orangtua, Kepribadian Anak.

PENDAHULUAN

Problem paling berat dalam membangun keluarga di era global saat ini adalah

penyakit manusia modern. Di era modern sekarang ini berbagai godaan menyusup

ke dalam kehidupan rumah tangga melalui teknologi komunikasi dan informasi yang

cukup canggih. Sejak kecil, anak-anak tanpa disadari telah dijejali dengan berbagai

kebudayaan yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama melalui media

ini. Hal ini menjadikan peran pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi.

2 Dra. Hj. Ratna Supiyah, M.Si. adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari

ISSN: 2355-1445; Hal. 11-22

Page 2: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

12

Kecanggihan alat komunikasi sebagai produk modern, kebudayaan dari berbagai

manca negara dapat dengan mudah masuk ke dalam aliran darah dan denyut nadi

kebudayaan lokal yang tidak jarang akan menggeser nilai-nilai moral dan agama yang

telah tertanam di dalamnya. Budaya global yang didominasi oleh budaya Barat akan

diserap dengan mudah oleh masyarakat dunia.

Budaya dalam suatu masyarakat akan sangat berpengaruh pada pembentukan

karakter keluarga. Pengaruh ini meliputi perilaku, gaya hidup dan aspek-aspek lain.

Budaya Barat sangat menjunjung tinggi kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini

tentunya sangat berbeda dengan masyarakat timur yang masih menjunjung tinggi

nilai-nilai moral. Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak

terlepas dari pengaruh budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi-

relasi, terlebih pola pikir masyarakat yang juga anggota keluarga sedikit demi sedikit

akan berubah mengikuti aneka kebudayaan yang masuk.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat

berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap

pertumbuhan bangsa kita, terutama kehidupan keluarga. Dampak positifnya adalah

peningkatan kemampuan berfikir masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan,

dan terjadi perubahan pola hidup yang lebih efisien dan pragmatis. Dampak

negatifnya adalah bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam memahami dan

merencanakan perkembangan yang begitu cepat di berbagai bidang tersebut,

sehingga terjadi benturan berbagai kecenderungan dengan nilai-nilai luhur bangsa

kita. Oleh karena itu, kemampuan suatu bangsa menjawab tantangan masa depan,

akan ditentukan oleh kemampuan keluarga menjalankan peran dan fungsinya dalam

mencetak sumberdaya yang berkualitas.

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pembentukan manusia

yang berkualitas. Dengan demikian, pengasuhan anak dalam keluarga merupakan

pondasi dasar untuk mencapai kualitas kepribadian anak yang lebih baik.

Pengasuhan dan pendidikan anak sejak dini memegang peranan penting bagi

pembentukan prilaku dan pengembangan kualitas kehidupan anak saat dewasa.

Dalam mengasuh dan mendidik anak, orangtua seyogyanya memperlakukan anak

sebagai subjek aktif yang memiliki kebutuhan spesifik untuk berkembang.

Pembentukan karakter yang baik, harus dimulai sejak anak berusia dini, karena tahap

awal kehidupan seseorang merupakan masa yang penting dalam meletakkan dasar-

dasar kepribadian yang akan memberi warna ketika anak dewasa. Pembentukan

karakter merupakan suatu eksplorasi terhadap nilai-nilai universal yang mengacu

pada tujuan dasar kehidupan. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama,

bagi seorang anak untuk tumbuh sebagai mahluk sosial sekaligus merupakan wahana

pembentukan karakter. Upaya pembentukan karakter dalam keluarga dapat

dilakukan melalui penerapan nilai-nilai moral yang terkandung dalam fungsi keluarga

itu sendiri.

Peningkatan peranan keluarga serta pemberdayaannya dalam mendidik anak

menghadapi masa depan, terkait dengan suatu upaya yang mangacu kepada

Page 3: Kualitas Kepribadian Anak

Ratna Supiyah: Geliat Modernisasi & Upaya Preventif Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak

13

hubungan ayah dan ibu, sebab pendidikan anak tertsebut berada ditangan kedua

orangtuanya. Sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya yang difasilitasi oleh

pemerintah tidaklah cukup dalam pem-bentukan sumberdaya manusia yang

berkarakter dan bermoral. Seperti halnya masyarakat luas pada umumnya,

masyarakat di Kota Kendari juga berlaku hal sama. Di sisi lain keterpurukan moral

akibat dari kekeliruan dalam pendidikan juga memberi kontribusi terhadap

penyimpangan nilai-nilai luhur di tengah masyarakat. Penyimpangan norma agama,

norma sosial serta kemerosotan moral ditengah kehidupan yang serba materalistik

dan hedonistik mewarnai kehidupan di dalam masyarakat sekitar kita. Dari penyajian

beberapa kondisi ril lingkungan sosial masyarakat tersebut, nyatalah betapa

pentingnya keluarga khususnya keluarga batih dalam mendidik, membentuk dan

mengembangkan kepri-badian anak sejak dini.

Salah satu peranan keluarga dalam hal ini orangtua, yang terpenting adalah

sebagai guru yang dapat menanam nilai-nilai moral serta memberi contoh yang baik

atau keteladanan kepada anak-anaknya. Pengalaman anak di lingkungan keluarga

merupakan dasar bagi perkembangan perilakunya kelak, termasuk tingkah laku

moral. Pendidikan moral keluarga seyogyanya dilakukan sejak anak berusia dini,

dengan cara membiasakan anak menerapkan aturan-aturan dan sifat-sifat yang baik.

Fokus dari penelitian adalah peranan orangtua dalam meningkatkan kualiatas

kepribadian anak diera globalisasi ini, dengan mengamati berbagai fenomena tentang

kondisi sosial ekonomi masyarakat yang semakin kompleks dan lingkungan sosial

yang semakin menjurus kepada nilai materialism.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari, dengan

pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling kompleks

dan heterogen penduduknya, serta paling signifikan terjadi perubahan lingkungan

sosial dari tahun ke tahun. Unit analisis dalam penelitian ini adalah orangtua yang

memiliki anak-anak yang sudah dewasa, dimana informasi diperoleh melalui teknik

observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan terhadap dokumen tertulis.

Observasi dilakukan pada awal penjajakan mengenai keadaan lokasi penelitian,

sampai melakukan pengamatan terhadap aktivitas keluarga sehari-hari. Wawancara

mendalam (indepth interview) dilakukan kepada para informan untuk mendapatkan

data yang akurat dan selengkap-lengkapnya mengenai pendapat dan pengalaman

mereka dalam melakukan proses sosialisasi nilai-nilai. Sedangkan penelaahan

terhadap dokumen diperoleh melalui berbagai macam sumber, seperti buku,

majalah, jurnal ilmiah, surat kabar, maupun laporan hasil penelitian yang relevan.

Teknik analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan dan analisis data

dilakukan secara bersamaan. Hal ini dilakukan mengingat pada dasarnya kedua

proses tersebut tidak saling terpisah, karena pada saat proses pengambilan dan

pengolahan data, secara tidak langsung terdapat proses analisis, meski tidak

Page 4: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

14

dilakukan secara mendalam. Analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan

proses pengolahan data dapat menentukan seberapa jauh informasi perlu ditambah,

serta siapa lagi informan yang diwawancarai, serta data apa yang selanjutnya perlu

lebih diperdalam lagi.

PEMBAHASAN

Peranan orangtua yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas

kepribadian pada anak adalah dengan melakukan tindakan-tindakan preventif.

Penentuan tindakan preventif yang tepat akan memberikan landasan yang kuat bagi

anak untuk menghindari pengaruh negatif dari berbagai aspek. Berikut ini terdapat

beberapa tindakan preventif yang digunakan oleh keluarga dalam upaya mendidik

anak-anaknya.

Memenuhi Hak Hak Anak

Sebelum anak dituntut untuk berbakti kepada orangtuanya, maka orangtuanya

harus terlebih dahulu melakukan kewajiban-kewajibannya. Jika orangtua tidak

memenuhi kewajibannya maka anak akan mudah terjerumus pada kepribadian yang

rapuh dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal buruk. Kebaikan yang diberikan orangtua

kepada anaknya akan memudahkan anak dalam mengembangkan cinta dan hormat

padanya. Hal ini tercermin dari pernyataan informan berinisial S yang mengatakan

cara yang tepat bagi orangtua untuk melaksanakan kewajibannya adalah denga

berupaya semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan keluarga baik kebutuhan

materil maupun non material, seperti memberi nafkah, pendidikan yang baik, kasih

sayang dan perhatian bagi seluruh anggota keluarganya, setelah itu barulah kita bisa

menuntut anak untuk berbuat baik (wawancara, 2011).

Informasi tersebut menunjukkan bahwa, hal pertama yang dilakukan orangtua

dalam upaya mendidik anak agar kelak berkepribadian yang diharapkan adalah

dengan menunaikan dahulu segala kewajibannya terhadap hak-hak anak. Tujuan

pemenuhan hak baik bagi anak maupun orangtua tidak hanya demi kebaikan

keluarga, melainkan juga bagi kehidupan masyarakat secara umum. Kehidupan

rumah tangga yang diwarnai keseimbangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban

anak dan orangtua, akan menghantarkan masyarakat pada ketentraman dan

kesejahteraan. Didalamnya tidak ada tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh

kenakalan anak maupun kesewenang-wenangan orangtua. Allah SWT mewajibkan

anak memenuhi hak orangtua dan orangtua memenuhi hak anaknya adalah untuk

tujuan kemaslahatan yang lebih luas.

Keseimbangan hak antara orangtua dan anak merupakan hal yang perlu

dilakukan. Orangtua memiliki hak atas anak-anaknya, tetapi dilain pihak anak juga

memiliki hak yang harus dipenuhi orangtuanya. Sudah sepatutnya segala yang

dilakukan orangtua untuk anaknya adalah dalam rangka mengembangkan potensi-

potensi yang dimiliki anaknya. Menurut Ibnu Qayyim dalam Suwaid (2004: 23),

Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna

baginya, lalu ia membiarkan begitu saja, berarti telah berbuat kesalahan yang besar.

Page 5: Kualitas Kepribadian Anak

Ratna Supiyah: Geliat Modernisasi & Upaya Preventif Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak

15

Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orangtua mengabaikan mereka,

serta tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah agama.

Hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya antara lain dengan

memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, memberikan nafkah yang

pantas, dan menjaga seluruh anggota keluarga dari ancaman, baik berupa fisik

maupun psikis (Arifuddin, 2009: 155). Pendapat ini sejalan dengan pendapat

Rahman (2009: 156), bahwa diantara hak-hak anak terhadap orangtuanya adalah:

memilihkan ibu untuk si anak dari golongan baik-baik (memilih istreri yang

berkualitas), setelah anak lahir memberikan nama yang baik kepada anak, dan

memberikan nafkah kepada anak sepantasnya, serta memberikan pendidikan akhlak

yang baik dan mengajarkan ilmu untuk bekal hidupnya kelak. Selain itu, anak juga

memiliki keinginan untuk dihargai ditengah-tengah keluarga. Secara psikologis, ia

tidak hanya membutuhkan rasa aman dari ayah dan ibunya, tetapi juga ingin

menunjukkan bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang membuat mereka senang,

seperti bertindak lucu, ikut membersihkan lantai, ikut mencuci piring, membantu

memasak, dan sebagainya. Anak-anak membutuhkan hal tersebut sebagai sarana

bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain agar eksistensinya dalam keluarga

tampak diakui.

Para ahli pendidikan berargumen bahwa timbulnya kepribadian yang buruk

pada anak setidaknya karena tidak berjalannya fungsi keluarga secara utuh. Hal ini

ditunjukkan dengan seringnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga baik fisik

maupun psikis dan kurangnya interaksi anak dengan orangtuanya. Dengan kata lain,

disfungsi keluarga sehingga menyebabkan terjadinya fenomena tersebut dikarenakan

tidak terpenuhinya hak-hak anak secara baik dan benar, khususnya masalah

pendidikan dari orangtua. Pendidikan yang dilakukan orangtua kepada anaknya

dilakukan melalui interaksi sehari-hari. Sesuai perannya sebagai pengasuh anak,

biasanya anak mengembangkan ketergantungan dan kasih sayang yang kuat terhadap

orangtua. Persoalan menjadi lain ketika orangtua tidak dapat mengembangkan

perannya dengan baik, atau bahkan terpaksa menyerahkan tanggung jawab

pengasuhannya kepada orang lain, seakan-akan kewajiban orangtua telah selesai.

Padahal kewajiban orangtua yang harus ditunaikan adalah memberi pendidikan

kepada anak-anak di rumah.

Mendidik Anak dengan Kasih Sayang

Orangtua memiliki fitrah memberi kasih sayang yang adil kepada semua anak-

anaknya, sehingga sang anak merasa nyaman dan bahagia berada di sisinya.

Meskipun perilaku anak tidak menyenangkan orangtua, tetapi anak-anak harus tetap

diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Hal itu bukan berarti membiarkan anak

mengembangkan perilaku buruknya, tetapi lakukanlah pendekatan kasih sayang

dalam memperbaiki tingkah laku anak. Membentak anak berapapun usianya, akan

membuat anak merasa direndahkan. Pada tahap-tahap perkembangan hidupnya ia

akan merasa rendah diri karena merasa selalu berbuat salah. Menurut Coles (2003:

76), seorang bayi yang diperlakukan kasar dan tidak diperhatikan, kelak akan menjadi

Page 6: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

16

apatis dan menarik diri dari dunia yang tidak memperdulikan dan bahkan

mengancam mereka, akhirnya anak-anak akan menjadi mudah marah, resah dan

banyak menuntut.

Kasih sayang, cinta, dan pengertian diperlukan agar kepribadian anak tumbuh

secara sempurna dan harmonis, oleh karena itu sedapat mungkin anak tumbuh

dalam asuhan dan tanggung jawab kedua orangtuanya, dalam kondisi apapun harus

ada jaminan tumbuhnya suasana cinta dan ketentraman. Anak-anak membutuhkan

kasih sayang yang tulus dari orang tuanya, karena itu untuk mencurahkan kasih

sayang, maka orang tua tidak perlu memberi ancaman sebagai syarat. Jika orang tua

ingin anaknya berkepribadian yang baik kelak, sebaiknya orangtua harus menyemai

benih kasih sayang kepada anaknya, sebab anak-anak yang tidak pernah mendapat

kasih sayang tidak akan tahu bagaimana cara mengungkapkan kasih sayangnya kedua

orangtuanya. Jadi untuk mendambakan anak yang berkepribadian baik, orangtua

harus mendidik mereka dengan kasih sayang.

Hal ini tergambar pada pola mendidik yang dilakukan para informan,

sebagaimana hasil wawancara dengan informan Z yang mengatakan kasih sayang

merupakan cara yang terbaik untuk mendidik anak. Kami selalu mencurahkan kasih

sayang kepada anak-anak kami, karena mereka sangat membutuhkan. Anak yang

mendapatkan kasih sayang dari orangtua akan merasa bahagia dan dihargai, sehingga

mereka membalasnya dengan kasih sayang pula kepada kami. Dalam mendidik anak

dengan kasih sayang, memudahkan kami memberikan pengertian dan mendapatkan

kepercayaan dari anak-anak, sehingga anak menjadi mudah diarahkan dan

berkembang optimal (Wawancara, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dengan pemberian

kasih sayang dalam mendidik anak dapat membuat orangtua lebih mudah

mendapatkan kepercayaan dari anak-anaknya, sehingga pada akhirnya orangtua

dapat dengan mudah mengarahkan anaknya untuk menjadi anak yang berprilaku

sesuai yang diharapkan oleh orangtua. Jadi, untuk mendambakan anak yang berbakti

kepada orangtuanya, maka orangtua harus mendidik mereka dengan kasih sayang,

bukan dengan ancaman dan kekerasan fisik. Menurut Rakhmat (1994: 43) bila

orangtua gagal mengungkapkan rasa kasih sayang kepada anak-anaknya, maka

mereka tidak akan mampu mencintai orangtua mereka. Dalam pergaulan sosial,

mereka pun tidak akan mampu mencintai atau menyayangi orang lain.

Dari pelbagai penelitian, para psikolog berpendapat bahwa anak yang kurang

mendapat kasih sayang dari orang tuanya cenderung menderita kecemasan (anxiety),

rasa tidak tenteram, rendah diri, kesepian, agresivitas, negativisme (cenderung

melawan orang tua), dan pertumbuhan kepribadian yang lambat. Kekurangan kasih

sayang menghambat aktualisasi potensi kecerdasan yang dimilikinya sehingga anak

menjadi susah belajar. Kelak ketika mereka telah menjadi bapak/ibu, tidak mampu

menyayangi anak-anaknya (Steve dalam Arifuddin, 2009: 178). Fakta membuktikan

bahwa resep manjur untuk membuat anak tumbuh dan berkembang dengan baik

adalah kasih sayang. Hal ini diakui oleh ilmuwan masa kini. Kekaguman para

Page 7: Kualitas Kepribadian Anak

Ratna Supiyah: Geliat Modernisasi & Upaya Preventif Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak

17

psikolog akan pentingnya kasih sayang membuat mereka berkesimpulan bahwa kasih

sayang tidak bisa digantikan oleh apapun. Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas

informan di rumah, penulis mengamati cara-cara yang dilakukan oleh infoman

dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, terlihat keakraban yang ditunjukkan oleh

orangtua terhadap anak-anaknya, demikian pula sebaliknya. Suasana intim antara

orangtua dengan anak-anaknya tergambar dari komunikasi yang menggunakan kata-

kata yang lembut, penuh perhatian dan belaian sayang bagi anak-anak dan cucu-cucu

para informan tersebut.

Anak-anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Pada dasarnya orang

tua diberi fitrah untuk mencintai anak-anaknya. Mereka menganggap anak adalah

buah cinta mereka. Fitrah kasih sayang inilah yang memungkinkan lestarinya

generasi manusia. Akan tetapi, seringkali orang tua tidak dapat mengungkapkan

kasih sayang itu secara tepat. Banyak orang tua yang memenuhi kebutuhan anak

dengan membelikan mainan, perlengkapan sekolah, uang saku, dan sebagainya,

namun tidak pernah menyatakan cintanya dalam kata-kata. Padahal pengungkapan

cinta melalui kata-kata sangat diperlukan bagi anak. Kata-kata cinta tersebut

membekas dalam hati sehingga ia akan mudah mengungkapkan rasa senangnya

kepada orang tua dan orang lain.

Sebagai orangtua yang cerdas dalam mengungkapkan rasa cintanya kepada

anak-anak dengan kata-kata, menyambut anak, mengajak bicara, dan menyampaikan

humor-humor ringan, merupakan usaha yang bisa dilakukan orangtua. Kasih sayang

kepada anak memberi keuntungan tersendiri bagi orangtua. Jika orang tua memberi

kasih sayang terhadap anak, maka anakpun akan memberikan kasih sayangnya

kepada orangtua. Hal ini akan dilakukan anak sepanjang rentang kehidupannya.

Selain kata-kata, anak juga membutuhkan kasih sayang berupa perbuatan dari

orangtuanya. Pelukan, ciuman, belaian dikepala dan wajah, serta perbuatan-

perbuatan hangat lainnya bisa membuat suasana hati anak menjadi tentram dan

damai. Anak-anak senang terhadap perlakuan-perlakuan yang menunjukkan kasih

sayang tersebut, ia akan merasa disayang oleh orangtuanya. Ketika dewasa, perasaan

ini akan tetap tumbuh dan berkembang, sehingga anak akan berbakti kepada

orangtuanya. Menjaga keharmonisan keluarga dengan kasih sayang merupakan

sebuah bentuk pendidikan yang paling baik. Orangtua bisa mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin akan dilakukan anak kelak, sekaligus

mengarahkan kehidupan keluarga menjadi lebih bahagia. Tindakan utama dalam

mencegah munculnya kepribadian yang buruk pada anak, dengan berusaha menjaga

keharmonisan dan kasih sayang dalam keluarga dengan sebaik-baiknya.

Menanamkan Nilai Agama Sejak Dini

Salah satu langkah yang paling baik dalam mengembangkan kepribadian yang

baik dan menghindari munculnya penyimpangan perilaku pada anak, adalah dengan

menanamkan nilai agama sejak dini. Sebab, agama akan menjadi pedoman anak

dalam menjalani perilaku sehari-hari, terutama saat berinteraksi dengan orangtua.

Anak yang selalu dibekali oleh nilai-nilai agama sejak dini, akan senantiasa menjaga

Page 8: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

18

kesopanan dan penghormatannya kepada setiap orang. Dengan kata lain, untuk

mencegah anak agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang, maka orangtua

tidak cukup dengan menerapkan metode-metode yang tepat dalam mendidik

anaknya tanpa menerapkan nilai-nilai agama. Penanaman nilai agama sejak usia dini

pada anak, merupakan hal yang penting dalam proses pembentukkan kepribadian

anak. Dengan bekal nilai agama sejak kecil, anak tidak akan mudah terjerumus oleh

pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungannya.

Pada umumnya para informan menerapkan penanaman nilai agama sejak anak

berusia dini, sebagaimana hasil wawancara dengan informan H yang menegaskan

bahwa unsur yang terpenting dalam mencegah agar anak tidak berprilaku buruk

ketika dewasa adalah dengan mengajarkan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai

agama sejak mereka masih kecil. Kami berupaya menanamkan pendidikan agama

sejak usia anak-anak kami masih sangat kecil agar pendidikan agama tertanam kuat

dalam jiwa mereka. Kami yakin dengan memahami dan melaksanakan nilai-nilai

agama sejak kecil, kelak anak kami akan memiliki prilaku yang baik sesuai ajaran

agama kami (Wawancara, 2011).

Pendapat informan di atas, sejalan dengan pernyataan informan Z berikut ini

tentang bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan nilai agama yang perlu

ditanamkan dan diajarkan pada anak sejak masih kecil. agar supaya anak-anak kami

bisa memahami ajaran agama, maka kami berusaha mengajarkan nilai agama pada

seluruh segi kehidupan, misalnya pada segi ibadah kami mengajarkan shalat, puasa,

zakat, menolong orang lain, dan sebagainya. Cara berpakaian, cara makan, cara

bertutur kata, dan sebagainya yang sesuai dengan ajaran agama kami. Kesemuanya

itu akan membentuk kepribadian anak. Kami melakukan pendidikan ibadah tersebut

melalui kegiatan sehari-hari bersama anak-anak, dan kami juga harus berhati-hati

dalam menjaga perilaku sehari-hari agar bisa dicontoh oleh anak-anak (Wawancara,

2011).

Uraian hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa, pada umumnya informan

menyadari betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak usia

mereka masih kecil, karena semakin dini anak mengenal ajaran agama maka semakin

kuat tertanam dalam jiwanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Darajat (1976: 51)

bahwa teori ilmu pendidikan dan ilmu jiwa telah banyak berkembang, untuk

membekali setiap orangtua dan guru dalam mendidik dan memelihara generasi

muda. Akan tetapi, teori-teori pendidikan itu akan kurang lengkap dan kurang

berhasil, apabila tidak dilengkapi dengan nilai agama. Kepribadian anak banyak

ditentukan oleh macam hubungan dan pendidikan yang diterima anak dalam

keluarga waktu anak masih kecil, terutama pendidikan agama yang dimulai secara

tidak langsung melalui pengalaman hidup dengan orangtuanya.

Hasil pengamatan penulis tentang hasil dari penanaman nilai-nilai agama dari

para informan kepada anak-anaknya di rumah, terlihat dengan berbagai aktivitas-

aktivitas yang bersifat agamis yang dilakukan oleh anggota keluarga informan. Pada

umumnya anak-anak informan terlihat rajin menjalankan perintah agama, misalnya

Page 9: Kualitas Kepribadian Anak

Ratna Supiyah: Geliat Modernisasi & Upaya Preventif Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak

19

shalat berjamaah di rumah, membaca Al-Qur’an atau melaksanakan kegiatan agama

di mesjid, seperti shalat, pengajian, mengajarkan anak-anak belajar mengaji. Hasil

pengamatan ini menyimpulkan begitu kentalnya suasana keagamaan anggota

keluarga para informan ini.

Pentingnya agama bagi anak juga diakui Darajat (1976: 42). Dalam menangani

beberapa remaja yang tergolong nakal, beliau menyimpulkan bahwa pada umumnya

mereka kurang menghayati makna agama, walaupun dalam pengakuan mereka

memeluk agama. Ini merupakan akibat dari pemahaman agama yang hanya dipahami

dari satu sisi saja, yakni aspek spiritual. Agama hanya dipahami dari kulit luarnya saja.

Untuk menekan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak remaja, maka keluarga

perlu mengembangkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata

lain, agama menjadi salah satu faktor penting pengendali terhadap tingkah laku

remaja.

Mendidik anak agar kelak berkepribadian yang baik dalam ajaran agama Islam,

adalah dengan mengajarkan: (1) Menanamkan tauhid agar anak menyadarkan diri

bahwa ia bukanlah apa-apa di hadapan Tuhannya, dengan tauhid manusia akan

memilih kemaslahatan umat sebagai tujuan setiap perilakunya, (2) mengajak anak

memahami Al-Qur’an, karena ayat-ayat Al-Qur’an berisi pesan-pesan Ilahi sehingga

dapat dijadikan pedoman bagi manusia, (3) mengajak anak untuk gemar bersedekah

kepada kaum fakir miskin. Dengan tersbiasa melakukan sedekah, anak akan terbiasa

berbagi dengan orang lain. (4) mengajak berdoa bersama. Melalui doa, anak akan

mendapat pendidikan tauhid bahwa segala sesuatu hanya dapat dikabulkan oleh

kehendak Allah (Zuhaili, 2009: 182).

Pendidikan agama yang dimulai sejak usia dini, akan membentuk kepribadian

anak. Kepribadian itu terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang

diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama dari tahun-tahun

pertama umurnya. Anak akan mendapatkan ajaran agama dengan melihat tingkah

laku orangtuanya, mendengar ucapannya, dan merasakan sentuhan batin orangtua.

Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukkan kepribadian

seorang anak, maka tingkah lakunya ketika dewasa akan banyak diarahkan untuk

dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak pentingnya pengalaman dan

pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Menghindari Anak dari Pengaruh Negatif

Orangtua dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap anak,

karena ia adalah orang yang paling dekat dengan anak, baik secara fisik maupun

psikis. Akan tetapi, orang-orang di sekitar anak semisal keluarga lain, tetangga, dan

teman-teman sebayanya juga sangat mungkin mempengaruhi kepribadian anak.

Mead menyebut mereka significant others, sementara Dewey menyebut mereka affective

others. Dengan demikian, segala yang dilakukan oleh mereka akan ditiru oleh anak-

anak.

Masyarakat adalah lingkungan yang bisa berpengaruh untuk menyebarkan

kebaikan dan keutamaan, tetapi bisa juga untuk tersebarnya kerusakan serta

Page 10: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

20

kehinaan. Masyarakat juga merupakan sarana mendasar untuk perbaikan atau

perusakan terhadap individu-individu secara umum. Selain itu, berkembangnya

sarana audio dan visual di tengah masyarakat yang juga bisa membawa pengaruh

buruk bagi anak. Selain itu, salah satu penyebab utama dari timbulnya perilaku yang

menyimpang pada anak adalah adanya pengaruh negatif dari teman bergaul anak.

Selain itu, pengaruh negatif juga datangnya dari berbagai kemajuan di bidang

teknologi dan informasi, yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.

Fenomena ini dapat dilihat bahwa saat ini kecenderungan anak muda untuk

menghabiskan waktu di mall-mall yang menjajakan barang mewah tersebut sangat

tinggi. Dampaknya antara lain meningkatnya pola hidup materialisme,

konsumerisme, dan hedonisme. Seiring berkembangnya zaman, tentu ada pola

perubahan kepatuhan anak kepada orangtuanya. Akan tetapi agaknya remaja saat ini,

dengan berbagai kemajuan teknologi (yang cenderung membuat manusia hidup

dalam keterasingan), lebih tidak taat pada orangtuanya. Mereka lebih asyik

bercengkerama dengan orang lain melalui e-mail, friendster, facebook, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, di lingkungan sekitar

rumah informan terlihat adanya berbagai aktivitas masyarakat khususnya remaja

yang tergolong berperilaku yang negatif, misalnya terlihat banyak remaja yang gemar

begadang sampai larut malam, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan pergaulan

antara remaja laki-laki dan perempuan yang cenderung bergaul bebas. Selain itu, di

sekitar lokasi ini sangat banyak tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke,

bioskop, billiard, lounge, cafe, dan lain-lain. Kesemuanya itu merupakan pengaruh

yang setiap hari dilihat oleh masyarakat di sekitarnya.

Pengaruh-pengaruh negatif yang bersumber dari faktor eksternal tersebut akan

membawa dampak yang sangat merugikan bagi pola pendidikan anak dalam

keluarga. Oleh karena itu, maka orangtua perlu melakukan upaya-upaya antisipatif

untuk mencegah kemungkinan pengaruh tersebut merusak kepribadian anaknya

kelak. Mengenai dampak pengaruh negatif dari lingkungan eksternal tersebut

terhadap pola pendidikan dapat dilihat dari pernyataan para informan, sebagaimana

hasil wawancara dengan informan L menuturkan bahwa dalam mendidik anak agar

berperilaku baik, tidak saja ditentukan oleh kemampuan orangtua dalam mendidik

anak-anaknya. Pengaruh lingkungan khususnya teman-teman sepergaulan anak juga

sangat berperan dalam kesuksesan orangtua mendidik anak. Oleh karena itu, kami

berupaya semaksimal mungkin untuk menghindarkan anak kami dari pengaruh

negatif yang datangnya dari lingkungan sekitar termasuk teman-teman sepermainan

anak. Hal ini kami lakukan agar pola pendidikan yang kami lakukan kepada anak,

tidak terhambat oleh adanya pengaruh negatif tersebut (Wawancara, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa,

pengaruh-pengaruh negatif yang datangnya dari faktor eksternal keluarga, sangat

meresahkan orangtua, karena hal itu akan menghambat pola pendidikan yang

diajarkan kepada anaknya, bahkan dapat menimbulkan dampak yang sangat

merugikan bagi keluarga yakni berkembangnya kepribadian anak yang buruk. Oleh

Page 11: Kualitas Kepribadian Anak

Ratna Supiyah: Geliat Modernisasi & Upaya Preventif Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Kepribadian Anak

21

karena itu, orangtua berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan agar

anak-anaknya tidak dipengaruhi dan larut oleh pengaruh negatif tersebut.

Diantara unsur-unsur pendidikan yang baik untuk mengatasi pengaruh buruk

dari pergaulan adalah, agar orangtua memberikan petunjuk kepada anak untuk

memilih teman dan sahabat yang baik. Jika tidak, mereka akan memilih teman

sekehendak hati mereka, sedangkan teman berpengaruh besar terhadap

perkembangan kepribadian anak, baik yang merusak atau yang memperbaiki.

Kenyataan ini, memerlukan peranan orangtua baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam mengarahkan anak ketika memilih teman dan sahabat, juga dalam

menjauhi teman yang perilakunya buruk. Orangtua yang sibuk dan mengabaikan

urusan anaknya, akan kehilangan kendali pada anak, hal ini membuat orangtua tidak

mempunyai pengaruh pada diri anak untuk membimbingnya, maka teman-temannya

yang buruk yang akan menguasai anak, membawa ia dengan pengaruhnya dalam

perbuatan yang salah.

Upaya lain yang cukup efektif untuk mengantisipasi pengaruh negatif tersebut

adalah dengan menerapkan peraturan-peraturan dalam keluarga. Pada dasarnya,

anak-anak sebenarnya sangat membutuhkan peraturan sebagaimana mereka

membutuhkan kasih sayang dari orangtua. Peraturan diperlukan agar anak mampu

mengendalikan diri, menghormati orang lain. Dengan peraturan, anak akan tahu

bahwa di dunia ini banyak hukum-hukum yang harus ditaati. Jika tidak ditaati maka

bahaya akan mengancam diri sendiri. Tanpa peraturan, anak-anak akan menjadi liar

dan mudah bertindak brutal dengan melakukan serangkaian perbuatan yang

mengakibatkan keadaan rumah kacau. Perilaku mereka tampak bebas tanpa adanya

kontrol dari orangtua. Akan tetapi peraturan itu hendaknya dibuat dan diterapkan

secara adil dan logis, dengan memberikan pengertian yang masuk akal pada anak,

sehingga anak akan lebih mudah untuk mentaati peraturan tersebut. Peraturan yang

terlampau keras justru akan membuat anak menjadi pembangkang. Menerapkan

peraturan pada anak harus dengan kesabaran, serta harus ada penjelasan dan alasan

mengapa ia harus bersikap seperti itu atau mengapa ia harus menghindari sesuatu.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada umumnya anak-anak informan

tidak terpengaruh oleh kondisi negatif di sekitar lingkungannya. Hal ini terbukti

para informan dan anak-anak mereka terlihat tidak ikut terlibat dalam pergaulan

remaja atau masyarakat, yang menjurus ke arah hal-hal yang negatif. Sepulang dari

sekolah atau tempat kerja, para informan dan anak-anaknya, pada umumnya

langsung pulang ke rumah dan berkumpul dengan anggota-anggota keluarga untuk

melaksanakan aktivitas sehari hari di rumah.

Agama Islam telah mengajarkan orangtua agar menerapkan peraturan bagi

anak dalam kehidupan sehari-hari. Selama 24 jam seorang muslim tidak boleh

terlepas dari peraturan-peraturan. Makan, minum, tidur, bangun tidur, bergaul

dengan orang lain, belajar, dan sebagainya ada peraturannya. Hal ini tidak lain adalah

untuk membentuk kepribadian yang disiplin dan bertanggung jawab (Kardjono,

2008: 138). Peraturan yang dibuat dan diawasi pelaksanaannya oleh orangtua

Page 12: Kualitas Kepribadian Anak

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

22

hendaknya tidak dalam bentuk aturan dengan tangan besi, tidak bebas berpikir dan

tidak terlatih mengadakan pilihan sendiri, sehingga menyebabkan anak tidak percaya

pada diri sendiri dan tidak mempunyai pertimbangan sendiri. Peraturan dengan

tangan besi dalam mendidik anak tanpa pengertian dari pihak anak, akan

menghasilkan anak-anak yang kemampuan otak dan batinnya lemah.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan sebagaimana diuraikan di atas disimpulkan upaya

orangtua dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak di tengah modernisasi,

yakni orangtua menentukan dan memilih tindakan-tindakan preventif, antara lain:

melaksanakan kewajiban sebagai orangtua untuk memenuhi hak anak, mendidik

anak dengan kasih sayang, menanamkan nilai agama sejak dini, menghindari anak

dari pengaruh negatif. Keseluruhan peranan yang dilakukan oleh orangtua ini, saling

berhubungan satu sama lain dan bersifat komplementer, sehingga mutlak dilakukan

untuk dapat mengembangkan kepribadian anak yang baik. Oleh karena itu,

diharapkan kepada orangtua agar memiliki wawasan yang luas dan pengetahuan

agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan dalam mendidik anak. Selain

itu, mengalokasikan waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan bagi anak

berinteraksi serta meresapi sikap-sikap agamis yang ditunjukkan oleh orangtua dalam

perilaku kesehariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, Muhammad. 2009. Duhai Anakku. Mendidik Anak Agar Tidak Durhaka.

Sidoarjo. Penerbit Mas Media Buana pustaka.

Darajat, Zakiaah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.

Zuhaili, Muhammad, 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. Jakarta. Penerbit

A. H. Ba’adillah Press.