korelasi antara konsumsi bahan kering dengan … · 2017. 10. 14. · pakan suplemen terhadap...
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA KONSUMSI BAHAN KERING DENGANKANDUNGAN NUTRIEN RANSUM KAMBING YANG
DIBERI RANSUM BASAL RUMPUT BENGGALADAN DISUPLEMENTASI DENGAN DAUN
LAMTORO ATAU GAMAL
SKRIPSI
Oleh
MEIXZAN KUSNAWAN
I111 11 299
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
KORELASI ANTARA KONSUMSI BAHAN KERING DENGANKANDUNGAN NUTRIEN RANSUM KAMBING YANG
DIBERI RANSUM BASAL RUMPUT BENGGALADAN DISUPLEMENTASI DENGAN DAUN
LAMTORO ATAU GAMAL
SKRIPSI
Oleh
MEIXZAN KUSNAWAN
I111 11 299
SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEHGELAR SARJANA PADA FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih
dan KaruniaNyalah sehingga penulis biasa menyeleaikan makalah skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu dengan penuh rasa hormat, penulis merangkaikan untaian
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Ismartoyo, M.Agr selaku pembimbing utama beserta Bapak
Prof.Dr.Ir.Muhammad Rusdy. M.Sc sebagai pembimbing anggota yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis
merancang penelitian dan menyelesaikan penulisan makalah hasil penelitian ini,
serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Rasa terimakasih yang paling istimewa kepada orang tua dan saudara-saudara
tercinta yang senantiasa mencurahkan doa dan kasih sayangnya.
2. Bapak Dr.Ir.Syamsuddin, M.P sebagai pembimbing Akademik yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc, Ibu Wakil Dekan I Prof.
Dr.Hj.Rahmawati Malaka, M.Sc dan Ibu Wakil Dekan II Dr. Ir. Hastang,
M.Si serta Bapak Wakil Dekan III Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si.
iv
4. Ibu dan Bapak dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama
kuliah di Fakultas peternakan dan Pegawai Fakultas peternakan terimakasih
atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
5. Kanda Andi Tenri Bau Astuti Mahmud,.S.Pt.M.Si, Astuti S.E, Asmi
mangalisu S.Pt.M.Sc, Adnan Hasim, Rahmat Budianto, Adi Sofian. Muh
Nurhaidir yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya Braham Lidongi dan Sudarmi yang tak henti-hentinya
memberikan dukuangan dan doa serta nasehat kepada penulis, serta kakak-adik
saya Aprianto Alexsander, Junianti Sri Susanti yang telah memberikan doa,
bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesikan.
7. Teman-teman dan sekaligus team penelitian Alif Surya Firman, Nurhidayat,
Ahmat, Ruslan, dan semua mahasiswa Fakultas Peternakan yang telah
memberikan bantuan yang banyak memberi inspirasi bagi penulis.
8. Teman –teman SOLANDEVEN yang tidak dapat saya sebutkan namanya yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi selama ini.
9. SEMA FAPET-UH atas segala pengalaman dan ilmu yang telah diajarkan
kepada penulis. Terima kasih pula kepada HIMAPROTEK-UH, HUMANIKA-
UH, HIMSENA-UH dan HIMATEHATE_UH serta kepada MATERPALA-
UH
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasihtelah
membantudan banyak menjadi inspirasi bagi penulis. Penulis menyadari bahwa
v
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu diharapkan
saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi saya sendiri. Aamiin
Makassar, Juli 2017
Meixzan Kusnawan
vi
ABSTRAK
MEIXZAN KUSNAWAN (I 111 11 299). Korelasi konsumsi bahan kering dankandungan nutrien ransum ternak kambing yang diberi ransum basal rumput benggalayang disuplementasi dengan lamtoro atau gamal. Dibawah bimbingan Ismartoyo danMuh Rusdy.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi korelasi antara konsumsi bahankering dengan kandungan nutrien ransum pada kambing yang diberi pakan basalrumput benggala dan disuplementasi dengan daun gamal atau lamtoro. Penelitian inimenggunakan rancangan bujursangkar Latin 4x4, dengan 4 perlakuandan 4 kaliulangan dengan perlakuan sebagai berikut: Perlakuan 1 (P1) = Pemberian rumputbenggala muda (RBM) 100%, perlakuan 2 (P2) = Pemberian rumput benggala tua(RBT) 100%, Perlakuan 3 (P3) = Pemberian RBT 60% + lamtoro 40% dan perlakuan4 (P4) = Pemberian RBT 60% + gamal 40%. Sidik ragam menunjukkan bahwakorelasi antara konsumsi bahan kering tidak berkorelasi nyata (P>0,05) dengan kadarprotein, neutral detergent fiber, acid detergent fiber, dan kandungan kalsium. Dapatdisimpulkan bahwa korelasi antara konsumai bahan kering dengan protein kasar dankadar kalsium bersifat positif sedangkan hubungan antara konsumsi bahan keringdengan NDF, ADF bersifat negatif.
Kata Kunci: korelasi, Konsumsi bahan kering, kandungan nutrien
vii
ABSTRAK
MEIXZAN KUSNAWAN (I 111 11 299) The correlation between dry matter intakeand nutrient contents of diets of goat fed with guinea grass as basal diets andsupplemented with leucaena and gliricidia leaves. Under the guidance of Ismartoyoas the main supervisor and Muh Rusdy as the second supervisor.
This study aims to evaluate the relationship between dry matter intake and nutrientcontents of diets of goats fed guinea grass as basal diet and supplemented withGliricidiaor Leucaena leaves. This study used a Latin square design 4x4, with 4treatments and 4 replications with the following treatments: Treatment 1 (P1) =Young guinea grass (YGR) 100%, Treatment 2 (P2) = Old guinea grass (OGR)100%, Treatment 3 (P3) = OGR 60% + 40% leucaena and 4 treatment (P4) = OGR60% + 40% gliricidia. Analysis of vatiance indicated that dry matter intake had nosignificant correlation (P> 0,05) with crude protein, neutral detergent fiber, aciddetergent fibre, and calcium contents. It was concluded that the correlation betweendry matterintake and crude protei and calcium was positive while correlationbetween dry matter in take and NDF and ADF contents were negative.
Key words: correlation, dry material intake, nutrient contents,
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Hijauan................................................................. 4Rumput Benggala ............................................................................. 5Lamtoro.............................................................................................. 7Gamal................................................................................................. 9
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan tempat………………………….............……………….... ...... 12Materi penelitian…………………………………………………...……… 12Rancangan penelitian……………………………………………………… 12Prosedur penelitian………………………………………………………… 13
ix
Parameter yang diamati …………………………………………… 15Analisis data………………………………………………………… 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Korelasi konsumsi Bahan Kering dengan kadar Protein…………… 17Korelasi antara kosumsi bahan kering dengandaya cernanetral detergent ................................................................. .18Korelasi antara konsumsi bahan kering dengandaya cerna acid detergent….............................................................. 18Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kalsium…………… 19
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 22
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
No.
Teks
1. Denah Perlakuan Ransum Basal Rumput Benggala Pada KambingDan Di Suplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau GamalBerdasarkan Rancangan Percobaan.…………… …………………… 13
2. Komposisi nutrien bahan pakan. ........................................................... 133. Korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar protein kasar............... … 174. Korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar NDF............................ 185. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar ADF………… . 186. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar kalsium……… 19
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
1. Rumput Benggala................................................................................. 72. Lamtoro................................................................................................ 83. Gamal .................................................................................................. 10
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks1. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar protein……...... 252. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan daya cerna netral
detergent fiber (NDF)………………………………………………… 263. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan daya cerna acid
Detergent fiber (ADF)……………………………………………… 274. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kalsium ............. 28
Halaman
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
Produktivitas ternak. Apabila kekurangan pakan, baik secara kualitas maupun
kuantitas dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang dihasilkan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan usaha untuk mencari bahan pakan yang berpotensi
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kambing merupakan hewan yang termasuk dalam ternak ruminansia kecil.
Pemeliharaan kambing saat ini oleh masyarakat bertujuan untuk memanfaatkan
daging, kulit, kotoran dan susunya. Kambing merupakan hewan kedua setelah sapi
yang termasuk dalam hewan berdaging merah yang digemari masyarakat Indonesia
dan merupakan jenis ternak ruminansia penghasil daging yang cukup potensial.
Selain ketersediaan hijauan yang terbatas, kebiasaaan pemberian pakan
kepada kambing yang hanya menggunakan rumput saja tidak efektif untuk
memberikan efek maksimal untuk pertumbuhan ternak. Hal tersebut terkait dengan
kurangnya energi dan protein yang terdapat dalam rumput-rumputan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan inovasi terhadap ketersediaan hijauan yang terbatas dan
efektivitasnya rendah. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan gizi pada
rumput-rumputan yaitu dengan pemberian pakan leguminosa, Kebutuhan hijauan
akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang
dimiliki.
2
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah jenis rumput yang banyak
dimanfaatkan sebagai pakan yang memiliki komposisi nutrisi yang baik. Rumput ini
dapat tumbuh baik di semua jenis tanah dengan curah hujan lebih dari 760
mm/tahun.Kemampuan produksinya dapat mencapai 60 ton/ha per tahun. Kelemahan
rumput benggala yaitu pertumbuhan bunga yang sangat cepat sehingga kandungan
gizinya cepat menurun, oleh karena itu, rumput benggala yang sudah berbunga perlu
diberikan suplementasi pakan, baik berupa biji-bijian maupun leguminosa.
Di Indonesia, jenis legum yang banyak tersedia dan dapat dijadikan sebagai
pakan suplemen terhadap rumput benggala adalah daun gamal (Gliricidiasepium) dan
lamtoro (Leucaena leucocephala). Ini disebabkan karena gamal dan lamtoro memiliki
kandungan protein dan daya cerna yang lebih tinggidari pada rumput yang sudah
tua.Konsumsi bahan kering sangat menentukan produktivitas ternak.Namum belum
diketahui hubungan antara konsumsi bahan kering dan kandungan
nutrient,baikrumput benggala muda, benggala tua atau rumput benggala tua yang
disuplementasi dengan daun gamal atau lamtoro. Berdasarkan hal tersebut di atas
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui korelasi antara konsumsi bahan
kering pada kambing dengan kandungan protein, serat dan mineral rumput benggala
yang disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal.
3
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antar konsumsi bahan kering kambing dengan
kandungan protein, ADF , NDF dan kandungan Kalsium yang diberi ransum
basal rumput benggala dan disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal?
2. Manakah diantara kedua suplemen, daun gamal atau lamtoro yang lebih
berkorelasi dengan konsumsi bahan kering ?
Hipotesis Penelitian
Diduga dengan suplementasi rumput benggala dengan daun gamal dan daun
lamtoro, dapat meningkatkan kadar protein, kalsium dan menurunkan kadar NDF
dan ADF sehingga konsumsi bahan kering berkorelasi positif dengan kandungan
protein, kalsium tetapi berkoreasi negatif dengan kadar NDF dan ADF.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara konsumsi
bahan kering dengan kandungan nutrien rumput Benggala yang disuplementasi
dengan daun daun lamtoro atau daun gamal.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai pegangan praktis oleh petani di
lapangan dalam pemanfaatan daun gamal dan lamtoro sebagai suplemen berbasis
rumput benggala untuk memperoleh produksi ternak yang optimum.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Hijauan
Hijaun secara umum merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia
yang berfungsi memelihara serta menumbuhkan ternak. Hampir 90% kebutuhan
pokok ternak ruminansia bersumber dari hujauan sehingga ternak sering dijuluki
sebagai mesin berbahan baku hijaun yang menghasilkan daging dan susu (Hasan,
2012).
Hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi dari rumput.
Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan kualitas rumput
kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk mengatasi kekurangan
rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan seperti kacang-kacangan
(gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung,
kelobot jagung dll).Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar
kurang lebih 10 % berat badan (Apik, 2013).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan
yang tak tercerna, relatif tinggi. Ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat
kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal.
Sumber utama dari serat kasar adalah hijauan (Siregar 1994).
Faktor tata laksana ladang sangat penting diketahui bagi para pelaku
peternakan yaitu adalah tata laksana pengembalaan.Secara sederhana tata-laksana
adalah pola atau manajemen yang diterapkan oleh peternak dalam mengelola ladang
5
penggembalaannya. Salah satu inti kegiataannya adalah pengelolaan hijauan pakan
(Hasan, 2012).
Hijauan pakan terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok rumput
(Graminae) dan kelompok legum (Leguminosae). Keduanya memiliki hubungan yang
sangat erat sebagai penyedia hijauan pakan untuk ruminansia (Hasan, 2012).
Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu
membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman
horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit
(Siregar, 1994).
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput potong
dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan adalah
rumput yang memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh
tinggi secara vertikal dan banyak anakan seerta responsif terhadap
pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum purpureum, Pannicum
maximum, Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum coloratum dan
rumput Sudan gr (AAK, 1983).
Rumput Benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala berasal dari Afrika Tropik dan telah dibudidayakan
disemua daerah tropis maupun subtropik, karena nilainya sangat tinggi sebagai
makanan ternak. Awal penyebaran rumput ini dari Afrika Timur dibawa ke India
Barat sebelum tahun 1756 dengan tujuan sebagai produksi biji pakan burung.
6
Kemudian ke Singapura tahun 1876 dan beradaptasi baik di Asia Tenggara. Menurut
Hayne (1950) masuk rumput gajah ke Indonesia pertama yaitu di Jawa yang
dikoleksikan pada tahun 1865 dekat Jatinegara dan Van Romburgh dalam buku
Aanteekeningen Cultuurtuin dalam Cultuurtuin (Kebun Tanaman) setelah 30 tahun
dilaporkan dalam Laporan Kebun Raya Bogor sebagai makanan ternak dengan nama
Panicum spectabile NESS (namun tidak tepat) karena sangat baik tumbuhnya
sehingga dianjurkan pembudidayaannya.
Klasifikasinya rumput benggala adalah sebagai berikut:
Divisi :Angiospermae
Klass : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Panicum
Spesies :Panicum maximum.
Rumput ini dapat tumbuh pada tanah berbatuan dengan lapisan tanah tipis,
bahkan pada tanah yang drainase buruk serta toleran pada keadaan kering yang tidak
terlampau parah dan tahan naungan.Pada intensitas cahaya 30-50% masih
berproduksi normal.Budidaya dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan rumput
benggala sebagai hijauan pakan ternak telah dilakukan introduksi beberapa kultivar
unggul.Untuk mengetahui sifat agronomi dan produktivitasnya, telah dilakukan
penelitian secara intensif di Bogor oleh Siregar et al., (1980).
7
Gambar 1. Rumput Benggala
Kandungan nutrisi rumput benggala bervariasi menurut bagian tanaman dan
umur pertumbuhan. Kandungan protein benggala pada daun 12,5% dan 8,5% pada
batang dan 11% untuk seluruh tanaman pada umur pertumbuhan 4 minggu dan 5%
pada umur pertumbuhan 12 minggu. Kecernaan bahan kering in vitro umumnya pada
kisaran 50-55% (Anonim, 2010).
Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Lamtoro adalah pohon perdu, tinggi dapat mencapai 20 meter, meski
kebanyakan hanya antara 5-10 meter.Percabangan rendah, banyak, dengan warna
kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel.Ranting bulat torak,
dengan ujung yang berambut rapat.Daun majemuk menyirip rangkap, sirip 3-10
pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada poros daun tepat sebelum pangkal sirip
terbawah, daun penumpu kecil, berbentuk segitiga. Anak daun tiap sirip 5-20 pasang,
berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung runcing dan pangkal miring
(tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai (Siswanto, 2010).
8
Gambar 2. Daun Lamtoro
Bunga majemuk berupa bongkol (perbungaan capitulum) bertangkai panjang
yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol, tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-
180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12-
21 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5 cm. bunga kecil-kecil, berbilangan 5, tabung
kelopak bentuk lonceng bergigi pendek, berukuran 3 mm, mahkota bentuk solet
berukuran 5 mm, lepas-lepas. Benangsari 10 helai berukuran 10 mm dan lepas-lepas.
Buah polong bentuk pita lurus, pipih tipis, 14-26 cm x 1,5-2 cm, dengan sekat-sekat
diantara biji, berwarna hijau saat muda dan coklat kering jika telah masak, memecah
sendiri sepanjang kampuhnya. Berisi 15-30 biji yang terletak melintang dalam
polongan, bulat telur terbalik, berwarna coklat tua mengkilap, berukuran 6-10 mm x
3-4,5 mm (Siswanto, 2010)
Daun lamtoro mengandung abu (11%), nitrogen (4,2%), protein (25,9%), serat
kasar (20,4%), kalsium (2,36%), fosfor (0,23%), beta karoten (536mg/kg), energi
kotor (20,1KJ/g), dan tannin (10,15mg/g) (Kustiawan, 2001).
9
Klasifikasi tanaman Lamtoro menurut Cronquist (1981) dalam Steenis (2004)
adalah:
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Classis :Magnoliopsida
Sub classis :Rosidae
Ordo :Fabales
Familia :Mimosaceae
Genus :Leucaena
Spesies :Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.
Gamal (Gliricidiasepium)
Gamal merupakan jenis multiguna.Pada daerah tropika, digunakan sebagai
pagar hidup.Kemampuannya bertunas setelah dipangkas cocok untuk pakan ternak,
kayu bakar dan tiang. Pada kondisi di bawah optimal, produksi biomas mencapai 12
ton berat kering per hektar per tahun. Merupakan jenis pengikat nitrogen, daunnya
dapat digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau sehingga cocok untuk agroforestry.
Nama “ibu kokoa” muncul karena sering digunakan sebagai peneduh coklat, kopi dan
teh. Kayunya keras dan awet, berat jenis 0,5-0,8g/cm3. Nilai kalorinya 4.900 kkal/kg.
(Hanum dan van der Maesen, 1997).
10
Gambar 3. Tanaman Gamal
Gamal merupakan jenis perdu atau pohon dengan tinggi mencapai 2-15 meter,
batangnya tegak dengan permukaan kulit yang halus, beralur dan berwarna coklat
keabu-abuan. Daunnya majemuk menyirip denganjumlah daun 7-17 pasang dengan
posisi saling berhadapan kecuali di bagian ujung ibu tangkai daun, helaian daun
berbentuk jorong atau lanset, dengan panjang 15-30 cm, berambut ketika muda, ujung
daun runcing dengan pangkal daun membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau
diatas dan keputih-putihan di sisi bawahnya.Umumnya daun tananam gamal gugur di
musim kemarau (Wikipedia, 2008).
Daun gamal memiliki kandungan protein tinggi lebih dari 17 % yang mudah
dicerna oleh ternak ruminansia Gamal mengandung BK 29,1%, PK 23%, SK 20,7%,
Abu 20,7%, Ca 76,000%, P 76,000, CP ,55,3% .( Lembahgogoniti.com,)
11
Menurut Wikipedia (2009), klasifikasi tanamangamalsebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophytam: Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili :Fabaceae Sub famili :Faboideae
Genus :Gliricidia
Species :Gliricidia maculata Hbr.
Batang tanaman gamal adalah tunggal atau bercabang, jarang yang
menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan
atau tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan
alur-alur kecil pada batang yang telah tua.Daun majemuk menyirip, panjang 19-30
cm, terdiri 7-17 helai daun.Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung
runcing, jarang yang bulat.Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga
merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan
bunga tegak (Amara dan Kamara, 1998).
12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 – Maret 2017,
bertempat di Kebun Penelititian Lapangan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, dan uji kadar bahan kering, protein kasar, NDF,
ADF dan mineral dilakukan di Laboratorium Pakan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah kambing lokal betina (kambing kacang)
sebanyak empat ekor, umur 9 – 12 bulan dengan berat badan rata-rata 12 kg.Pakan
yang digunakan dalam yaitu, rumput benggala, daun Lamtoro, dan daun Gamal .
Alat- alat yang digunakan yaituparang, meteran, tali rapiah, pisau pemotong
(cutter), kantong plastik, ember, ayakan tanah, meteran, timbangan pakan dan
peralatan laboratorium untuk uji daya cerna nutrien.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan bujur sangkar Latin 4x4. Dengan 4
perlakuan dan 4 kali ulangan, dengan perlakuan sebahgai berikut :
- Perlakuan 1 (P1) = Pemberian Rumput Benggala (RB) muda 100%
- Perlakuan 2 (P2) = PemberianRumput Benggala (RB) tua 100%
- Perlakuan 3 (P3) = Pemberian Rumput Benggala tua 60% + lamtoro 40%
13
- Perlakuan 4 (P4) = Pemberian Rumput Benggala (RB) tua 60% + gamal 40%
Adapun denah penempatan kambing dan perlakuan ransum basal rumput
benggala dan disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Denah Perlakuan Ransum Basal Rumput Benggala Pada Kambing danDi Suplementasi dengan Daun Lamtoro Atau Gamal BerdasarkanRancangan Percobaan.
PeriodeKambing
A B C DI P1 P2 P4 P3
II P2 P1 P3 P4
III P3 P3 P1 P2
IV P4 P4 P2 P1
Komposisi kimia bahan pakan yang dipakai dalam penelitian dapat dilihatpada Tabel 2.
Tabel.2.Komposisi Nutrien (% bahan kering) bahan pakan
Bahan pakan Bahan kering Protein kasar NDF ADF Kalsium FosforRB muda 14.82 9.56 57,35 34,34 0,35 0,18RB tua 16.77 6.84 68,53 45,18 0,31 0,22Lamtoro 19.47 17.90 39,69 30,63 1,45 0,12Gamal 19.05 18.66 46,33 36,08 1,73 0,16Sumber: Laboratorium Kimia Pakan ternak 2017
Prosedur Penelitian
Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif
dimana kambing dikandangkan dan diberikan pakan sesuai dengan perlakuan masing-
masing pada pagi dan sore hari. Masing – masing kambing dimasukkan ke dalam
14
kandang metabolism yang berukuran 1,0 x 1,5m yang dilengkapi dengan tempat
pakan dan air minum. Pada masing – masing kandang, untuk memisahkan fases dan
urine, di bawah kandang disimpan rank kawat dengan saringan berjarak 1 mm
sebagai tempat fases dan dibawahnya ditempatkan talang karet dalam posisi miring
sebagai tempat lewat urine dimana di ujung bawahnya ditaruh kontainer sebagai
tempat urine.
Penelitian ini menggunakan rancangan bujur sangkar Latin dimana tiap
periode berlangsung selama 12 hari yang terdiri dari 7 hari untuk masa adaptasi dan 5
hari untuk pengumpulan data. Sebelum penelitian dimulai, kambing dikarantina
selama 7 hari dimana pada waktu tersebut diberikan multivitamin dengan dosis
1mg/10kg berat badan secara intra muscular. Selama waktu tersebut, ternak diberikan
pakan sesuai dengan perlakuan untuk adaptasi.
Rumput Benggala muda yakni berumur 1 – 2 bulan pertumbuhan kembali,
sedangkan rumput benggala tua yakni telah berbunga sekitar 50 - 75%. Setelah masa
karantina berakhir, penelitian dimulai dengan memberikan ransum sesuai perlakuan .
Ransum diberikan pada ternak secara adlibitum dua kali sehari yaitu pada jam 8 pagi
dan jam 4 sore hari dengan proporsi yang sama, sedangkan pengambilan data
dilakukan pada jam 7 pagi. Tinggi pemotongan rumput benggala yang akan diberikan
pada ternak yaitu 15cm dari tanah, kemudian dicacah sepanjang 3 – 5cm sebelum
diberikan pada kambing. Air minum disediakan secara bebas untuk semua ternak.
Urine diberikan 20 cc konsentrasi 10%pada tempat penampungan urine untuk
15
mencegah penguapan amoniak. Banyaknya ransum yang diberikan dan yang di sisa
selama penelitian ditimbang untuk mengukur konsumsi pakan sedangkan kadar bahan
kering bahan organik protein kasar, NDF dan ADF dianalisis untuk menentukan daya
cernanya. Fases yang disekresikan setiap hari dikumpul di dalam kantong pelastik
lalu di timbang dan di ambil sampel untuk di simpan di dalam freezer. Fases yang
terkumpul selama 5 hari kemudian di campur menjadi satu untuk selanjutnya di
keringkan di dalam oven pada temperature 70oC Selma 72 jam untuk analisis bahan
kering, protein kasar, kadar NDF dan ADF.
Parameter yang Diamati
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kandungan protein kasar
2. Korelasi antara konsumsi Bahan kering dengan kandungan Neutral Detergent
Fiber (NDF)
3. Korelasi konsumsi Bahan kering dengan kandungan Detergent Fiber (ADF)
4. Korelasi konsumsi Bahan Kering dengan dengan kandungan kalsium
Rumus korelasi
r= ∑ (∑ ) (∑ )( ∑( ) (∑ ) (( ∑( ) (∑ ))Ket.
16
n: Jumlah data
= Jumlah Data (x1, x2, x3, , , x )(∑ x ) = Jumlah Data yang Dikuadratkan∑y = JumlahData (y , y ,y ,….y )(∑y) =Jumlah Data Y yang Dikuadratkan
Analisis Data
Data parameter penelitian yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan
Korelasi 2 Variabel (Sudjana, 1985) dengan menggunakan software SPSS.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar protein kasar
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar protein kasar dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Korelasi antara Konsumsi Bahan Kering dengan Kandungan Protein Kasar
ParameterBahan Pakan
r PRBM RBT RBT+Lamtoro RBT+Gamal
Bahan Kering(gr) 14,82 16,77 19,47 19,050,314
0,6
86Protein Kasar(gr) 9,56 6,84 17,9 18,66
Keterangan RBM : rumput benggala muda; RBT : rumput benggala tua
Dari hasil penelitian didapatkan korelasi yang positif antara konsumsi bahan
kering dengan kadar protein kasar tetapi korelasinya tidak nyata (P>0,05). Korelasi
yang positif menunjukkan bahwa dengan makin tingginya kadar protein, maka
konsumsi bahan kering meningkat pula,Parakassi (1999) menjelaskan bahwa tingkat
perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak
(bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas.
Kemudian Van Soest (1994) menambahkan bahwa menurunnya tingkat konsumsi
dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas pakan yaitu kandungan protein..
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan kering oleh ternak
termasuk, berat tubuh, kondisi tubuh, tingkat produksi. Faktor lain seperti kualitas
dan ketersediaan hijauan, jumlah dan jenis suplemen, termasuk lingkungan.
Kekurangan protein (< 7%) juga menurunkan konsumsi bahan kering. Protein
dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk berkembang biak dan mencerna serat kasar.
Dengan makin tingginya daya cerna, makanan cepat dikeluarkan dari rumen sehingga
konsumsi meningkat. Pada penelitian ini kadar protein rumput benggala muda dan
rumput benggala tua yang disuplementasi dengan daun lamtoro atau daun gamal
semuanya mengandung protein kasar > 7%,tetapi kadar protein rumput benggala tua
18
< 7% sehingga berpengaruh positif terhadap konsumsi bahan kering, walaupun
korelasinya tidak berbeda nyata. Seperti yang dijelaskan Carvalho dkk.(2010) bahwa
kandungan protein kasar dan serat kasar dalam pakan yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap konsumsi pakan.
Korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar NDF
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar NDF ransum dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Korelasi antara Konsumsi Bahan Kering dengan Kandung netral DetergentFiber (NDF)
ParameterBahan Pakan
r PRBM RBT RBT+Lamtoro RBT+ Gamal
Bahan Kering(gr) 14,82 16,77 19,47 19,05-0,498 0,502
NDF(gr) 57,35 68,53 39,69 46,33
Keterangan RBM : rumput benggala muda; RBT : rumput benggala tua
Pada Tabel 4 terlihat bahwa korelasi antara konsumsi bahan kering dengan
kandungan NDF bersifat negatif tetapi tidak berbeda nyata (P < 0,05). Ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar NDF, konsumsi bahan kering semakin
menurun.
Pakan yang tinggi serat NDF umumnya rendah daya cernanya dan laju pakan
dalam rumen rendah. Pakan yang demikian rendah konsumsi bahan keringnya karena
makin lambat dicerna dan makin lamapakan berada dalam saluran penernaan,
konsumsi bahan kering semakin menurun. Pakan seperti jerami dan sisa-sisa hasil
pertanian lainnya umumnya tinggi kadar NDF-nya sehingga konsumsinya rendah.
NDF sangat berpengaruh terhadap kemampuan ternak ruminansia untuk
mengkonsumsi pakan (Van Soest, 1982). NDF adalah penyusun dinding sel berserat
yang terdiri dari selulosa, hemiselulasa, lignin, silika dan N dinding sel. NDF
merupakan fraksi serat kasar yang sulit dicerna sehingga konsumsi bahan kering yang
berbeda nyata menyebabkan konsumsi NDF juga berbeda nyata.
19
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar ADF
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar ADF dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Korelasi antara Konsumsi Bahan Kering Dengan Kandungan Acid Detergent
Fiber (ADF)
ParameterBahan Pakan
R PRBM RBT RBT+Lamtoro RBT+ Gamal
Bahan Kering(gr) 14,82 16,77 19,47 19,05-0,820 0,180
ADF(gr) 34,34 45,18 30,63 36,08
Keterangan RBM : rumput benggala muda; RBT : rumput benggala tua
Dari Tabel 5 terlihat bahwa korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar
NDF bersifat negatif dan berbeda nyata (P>0,05). Ini berbeda dengan korelasi antara
konsumsi bahan kering dengan kadar NDF yang walaupun positif tetapi korelasinya
lebih rendah dan tidak berbeda nyata. Menurut Biyatmoko (2014) kandungan ADF
dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi ADF pada ternak.Seperti diketahui,
ADF tersusun dari lignin dan sellulosa sedangkan NDF tersusun dari lignin, sellulosa
dan hemisellulosa. Tingginya kadar lignin pada ADF menyebabkan kadar ADF suatu
bahan pakan sangat baik dijadikan prediktor daya cerna. Tingginya kadar NDF
menyebabkan pakan rendah daya cernanya yang berkibat lambatnya laju perncernaa
paka di dalam rumen.
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kandungan kalsium
20
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar kalsium dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Korelasi antara Konsumsi Bahan Kering Dengan Kalsium
ParameterBahan Pakan
r PRBM RBT RBT+Lamtoro RBT+ Gamal
Bahan Kering(gr) 14,82 16,77 19,47 19,050,143 0,857
Kalsium(gr) 0,35 0,31 1,45 1,73
Keterangan RBM : rumput benggala muda; RBT : rumput benggala tua
Dari Tabel 6 terlihat bahwa korelasi antara konsumsi bahan kering dengan
kadar kalsium pakan bersifat positif tetapi sangat rendah dan tidak berbeda nyata
(P>0,05). Rendahnya hubungan tersebut mungkin disebabkan karena kadar kalsium
ransum telah memenuhi kebuthan kambing penelitian. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan olen Anonymous (2017) bahwa kebutuhan kalsium kambing secara
umum adalah 0,3 – 0,8% dari bahan kering ransum, nilai yang hampir sama atau lebih
rendah dari pada yang tertera pada Tabel 1
21
PENUTUP
Kesimpulan
Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan protein kasar dan kalsium
bersifat positif sedangkan korelasi konsumsi bahan kering dengan kadar NDF dan
ADF bersifat negatif.
Saran
Daun lamtoro dan gamal baik di jadikan suplementasi pakan ternak
ruminansia baik pada musim kemarau dan musim penghujan dan juga melihat
ketersediaannya yang cukup banyak.
22
DAFTAR PUSTAKA
Alderman, G. 1980. Application of Pratical Rationing System Agri, SCl. Servis.Ministring of Agric and food England.
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.Anonymous, 2017. Goatsand Their Nutrition. https://www.gov.mb.ca/agriculture/livestock/production/goat/pubs/goats-and-their-nutrition pdf.Diakses pada tgl.23 Mei 2016.
Anitasari, L. 2001. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalamRansum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik RansumDomba.Tesis..http://wordpress.com.Diakses pada tanggal 20 November 2016
Arora, S.P. 1989. Pencemaran Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Bamualim. 1995. Nutrition of draught animal with special reference to Indonesia. InCopland, J.W. (Ed.) Draught Animal Power for Production : Proc. of anInternational Workshop Held at James Cook Univ., 10 – 16 July 1995.Australian Centre for Internatonal Agricultural Research Proc. No. 10 : 64 –68.BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Chuzaeni, S. 1994. Pengaruh Urea Amoniasi terhadap Komposisi kimia dan NilaiGizi Jerami Padi untuk Sapi Potong. Thesis Pasca Sarjana UFM, Yogyakarta.
Despal. 2000. Kemampuan komposisi kimia dan kecernaan in vitro dalammengestimasi kecernaan in vivo. Media Peternakan 23 (3): 84 – 88).
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih. DirektoratPerbenihan Tanaman Hutan. Bandung.
Elevitch, C.R. and K. John. 2006. Gliricidia sepium (Gliricidia) Fabacceae (legumefamily) species profiles for Pacific island Agrofrorestry.www.traditionaltree.org. Diakses 20 November 2016.
Ensamiger, M.E and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The EnsmingerPublishing Company, USA.
Harris. L. E. 1970. Nutritional Research Techniques for Domestik and WildAnimal.Anim.Sci.Dept. Vol 2. Utah State University, USA.
23
Ismartoyo. 2011. Pengantar Teknik Penelitian : Degradasi Pakan Ternak Ruminansia.Brilian Internasional, Surabaya
Jensen, R.J. 2003. Introductory Digital Image Processing A Remote SensingPerspective, Prentice Hall Inc, USA.
Mathis, R.L. 2006. Human Resource Management, 10th edition. Thomson SouthWestern, United State of America.
Maynard, L.A. Loosi. H.F. Hintz, and R.G. Warner. , 2005. Animal Nutrition.(7th Edition) McGraw-Hill Book Company. New York, USA.
Mc Donald P., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalqh. 1995. Animal Nutrision. FourthEdition. Longman London
McIlroy, 1977.Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita,Jakarta.
NAS. 1977. Nutritional Requirement of Poultry. 7th Edition The National Academicsof Sciences. Academic Press Inc., London.
Orskov, E.R. 1992. ProteinNutritionalInRuminants. Academic Press, London.
Paramita W.L., W.E. Susanto, dan A.B Yulianto. 2008. Konsumsi dan KecernaanBahan Kering dan Bahan Organik dalam Haylase Pakan Lengkap Ternak SapiPeranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan 24(1): 59-62
Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N.D. Purwantari dan I. Herdiawan.2006. HijauanPakan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya0 Jakarta
Purwanto, 2007. Tanaman Beracun Dalam Kehidupan Ternak. UniversitasMuhammadiyah Malang. Malang
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi
Sarwono, 2012.Beternak Kambing Unggul.Jakarta : Penebar Swadaya, 2012.
Siregar, S.B. 2005. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito, Bandung.
24
Sukanten, S., K. Puma and I. M. Nitis. 1994. Effect of cutting height on the growth ofGlirisidia sepium provenances grown under alley cropping system.Proc.7thMAP.Animal Congress.Bali.ISPI.505 -506.
Sukaryana, Y, U. Atmomarsono, V.D. Yunianto, E. Supriyatna. 2011. PeningkatanNilai Kecernaan Protein Kasar dan Lemak Kasar Produk FermentasiCampuran Bungkil Inti sawit dan Dedak Padi pada Broiler. Jurnal IlmuTeknologi Peternakan 1(3): (167-172)
Sumoprastowo, R.M. 1980. Beternak kambing yang berhasil. Bhratara Karya Aksara,Jakarta.
Sutopo. 1993. Pengenalan Hijauan Makanan Ternak. Balai Informasi Pertanian.JawaTimur. Surabaya.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.Lebdosoekojo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant.Oregon.United Straters ofAmerica.
Suharlina. 2008. Kelarutan Mineral Kalsium (Ca) Dan Fosfor (P) dan Fermentabilitas
Beberapa Jenis Legume Pohon Secara In Vitro. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2008.Fakultas PeternakanInstitut Pertanian Bogor.
Van Soest, P. J. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminant Metabolism
Chemistry and Forage and Plant Fiber.Cornell University. Oregon. USA.
Van Soest, P.J. dan C.J. Sniffen, Arora P.S., 1983. Nitrogen Fraction in NDF,
Proc Dist, Feed conf.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kadar protein
Descriptive Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
BK Mean 239.7725 .0000 .0000 239.7725 239.7725
Std. Deviation 24.14957 .00000 .00000 24.14957 24.14957
N 4 0 0 4 4
PK Mean 13.2400 .0000 .0000 13.2400 13.2400
Std. Deviation 5.93280 .00000 .00000 5.93280 5.93280
N 4 0 0 4 4
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples
Correlations
BK PK
BK Pearson Correlation 1 .314
Sig. (2-tailed) .686
N 4 4
Bootstrapa Bias 0 .000
Std. Error 0 .000
95% Confidence Interval Lower 1 .314
Upper 1 .314
PK Pearson Correlation .314 1
Sig. (2-tailed) .686
N 4 4
Bootstrapa Bias .000 0
Std. Error .000 0
95% Confidence Interval Lower .314 1
Upper .314 1
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap
samples
26
Lampiran 2. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan daya cernanetraldetergentfiber (NDF)
Descriptive Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
BK Mean 239.7725 .0000 .0000 239.7725 239.7725
Std. Deviation 24.14957 .00000 .00000 24.14957 24.14957
N 4 0 0 4 4
NDF Mean 52.9750 .0000 .0000 52.9750 52.9750
Std. Deviation 12.67209 .00000 .00000 12.67209 12.67209
N 4 0 0 4 4
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples
Correlations
BK NDF
BK Pearson Correlation 1 -.498
Sig. (2-tailed) .502
N 4 4
Bootstrapa Bias 0 .000
Std. Error 0 .000
95% Confidence Interval Lower 1 -.498
Upper 1 -.498
NDF Pearson Correlation -.498 1
Sig. (2-tailed) .502
N 4 4
Bootstrapa Bias .000 0
Std. Error .000 0
95% Confidence Interval Lower -.498 1
Upper -.498 1
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap
samples
27
Lampiran 3. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan daya cerna acid detergentfiber (ADF)
Descriptive Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
BK Mean 239.7725 .0000 .0000 239.7725 239.7725
Std. Deviation 24.14957 .00000 .00000 24.14957 24.14957
N 4 0 0 4 4
ADF Mean 36.5575 .0000 .0000 36.5575 36.5575
Std. Deviation 6.18137 .00000 .00000 6.18137 6.18137
N 4 0 0 4 4
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples
Correlations
BK ADF
BK Pearson Correlation 1 -.820
Sig. (2-tailed) .180
N 4 4
Bootstrapa Bias 0 .000
Std. Error 0 .000
95% Confidence Interval Lower 1 -.820
Upper 1 -.820
ADF Pearson Correlation -.820 1
Sig. (2-tailed) .180
N 4 4
Bootstrapa Bias .000 0
Std. Error .000 0
95% Confidence Interval Lower -.820 1
Upper -.820 1
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap
samples
28
Lampiran 4. Korelasi antara konsumsi bahan kering dengan kalsium
Descriptive Statistics
Statistic
Bootstrapa
Bias Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Upper
BK Mean 239.7725 .0000 .0000 239.7725 239.7725
Std. Deviation 24.14957 .00000 .00000 24.14957 24.14957
N 4 0 0 4 4
kalsium Mean .9600 .0000 .0000 .9600 .9600
Std. Deviation .73657 .00000 .00000 .73657 .73657
N 4 0 0 4 4
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples
Correlations
BK kalsium
BK Pearson Correlation 1 .143
Sig. (2-tailed) .857
N 4 4
Bootstrapa Bias 0 .000
Std. Error 0 .000
95% Confidence Interval Lower 1 .143
Upper 1 .143
kalsium Pearson Correlation .143 1
Sig. (2-tailed) .857
N 4 4
Bootstrapa Bias .000 0
Std. Error .000 0
95% Confidence Interval Lower .143 1
Upper .143 1
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap
samples
29
Lampiran 5
Dokumentasi Penelitian
30
31
32