kontrasepsi dan aborsi

24
MAKALAH KONTRASEPSI DAN ABORSI NURSING ETHIC AND HEALTH LAW Disusun Oleh : Cheisya Tahitu 462011008 Heriyuandini 462011011 Hendrik Nikolas 462011012 Fransita M. A. F 462011032 Aprilia M. P 462011041 Algung Y. Laim 462011042 Plorensi Lende 462011045 Lita Maria L. 462011046 Olivia Salawaney 462011050 Greis Diana M. R. 462011053 Frian Apituley 462011064 Carolina A.T. 462011065 Yulianty K. D. B 462011068 Eunike A. N 462011071 Sifra I. Humble 462011077 Fanny Jeane T. 462011080 Genius Bulolo 462011092 Norberta M. H 462011093

Upload: herry-yuan

Post on 25-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Kontrasepsi Dan Aborsi

MAKALAH

KONTRASEPSI DAN ABORSI

NURSING ETHIC AND HEALTH LAW

Disusun Oleh :

Cheisya Tahitu 462011008

Heriyuandini 462011011

Hendrik Nikolas 462011012

Fransita M. A. F 462011032

Aprilia M. P 462011041

Algung Y. Laim 462011042

Plorensi Lende 462011045

Lita Maria L. 462011046

Olivia Salawaney 462011050

Greis Diana M. R. 462011053

Frian Apituley 462011064

Carolina A.T. 462011065

Yulianty K. D. B 462011068

Eunike A. N 462011071

Sifra I. Humble 462011077

Fanny Jeane T. 462011080

Genius Bulolo 462011092

Norberta M. H 462011093

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANASALATIGA

2014KONTRASEPSI

Page 2: Kontrasepsi Dan Aborsi

I. Pengertian

Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah dilaksanakan sejak

tahun 1970 dengan tujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

(Prawirohardjo, 2002). Menurut WHO (World Healt Organitation) expert Commite

1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri

untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan

jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Oleh karena itu, dengan adanya

program KB maka berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan dalam pelayanan KB

di Indonesia.

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan

kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan

kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan

(Suratun, 2008).

II. Jenis-jenisnya Kontrasepsi dan Cara Kerjanya

a. Kontrasepsi Sederhana

1. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis

sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat

senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu

mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa

mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk

wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2. KB Alami

1

Page 3: Kontrasepsi Dan Aborsi

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar

utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada

3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.

3. Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma

mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat

reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan

diafragma 4-8% kehamilan.

4. Spermicida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan

menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,

sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk

tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup

efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan

diafragma.

b. Kontrasepsi Hormonal

1. Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang

berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau

hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB

menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung

telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk

masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil

dapat dikonsumsi saat menyusui.

2. Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3

bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat

terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,

2

Page 4: Kontrasepsi Dan Aborsi

pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas

tulang.

3. Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya

dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung

levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan

sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.

Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang

bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang

dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula

yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya,

meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai

ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi

mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang

melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti

fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.

c. Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)

1. Tubektomi

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara

mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel

telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.

2. Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi

keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas

defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama,

efektifitasnya 99%.

3

Page 5: Kontrasepsi Dan Aborsi

III. Tujuan

Adapun tujuan pemakaian alat kontrasepsi yaitu :

o Untuk menunda kehamilan

o Untuk menjarangkan kehamilan, bagian dari program Keluarga Berencana

o Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan

IV. Perlindungan hukum (terutama di indonesia)

Peraturan perundang-undangan tentang program Keluarga Berencana :o Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga

Pasal 1 ayat 8 : Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas.

Pasal 1 ayat 9 : Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan

suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan

mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan

obat kontrasepsi.

o Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.

o Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan

Perkembangan Kependudukan.

o Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional

V. Peran perawat (terkait prinsip etika dan moral)

Peran perawat dalam program Keluarga Berencana yang berkaitan dengan alat

kontrasepsi yaitu :

o Konselor

Dalam hal ini perawat harus dapat menjelaskan dan memiliki informasi

terbaru tentang metode kontrasepsi yang lebih akurat. Perawat dapat

memberikan penjelasan tentang macam – macam jenis kontrasepsi dan

4

Page 6: Kontrasepsi Dan Aborsi

kelebihan dari tiap kontrasepsi sehingga klien bisa mempertimbangkan

untuk menggunakan metode kontrasepsi yang diinginkan.

Fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan

yang akan menggunakan alat kontrasepsi.

o Edukator

Perawat berperan memberi edukasi tentang kontrasepsi dan pentingnya

kontrasepsi guna mencegah terjadinya kehamilan yang melebihi keinginan

dari klien. Penggunaan alat kontrasepsi juga menghindari terjadinya

penyakit kelamin seperti HIV/AIDS, misalnya penggunaan kondom.

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang

teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara penggunaan yang

tepat.

o Advokasi

Perawat memberikan informasi yang terbaru tentang penggunaan

kontrasepsi, keefektifan jenis-jenis kontrasepsi dan memberikan

pemahaman pentingnya program KB untuk mewujudkan keluarga yang

sejahtera. Selain itu, perawat melindungi klien atau masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak

kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.

5

Page 7: Kontrasepsi Dan Aborsi

ABORSI

A. Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO) pengertian aborsi adalah

penghentian kehamilan sebelum janin berusia 20 minggu karena secara medis janin

tidak bisa bertahan di luar kandungan. Sebaliknya bila penghentian kehamilan

dilakukan saat janin sudah berusia berusia di atas 20 minggu maka hal tersebut

adalah infanticide atau pembunuhan janin. Aborsi adalah menggugurkan kandungan

atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Yang berarti

pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin

sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

B. Jenis-jenis

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi spontan/alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan

disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

2. Aborsi buatan/sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28

minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu

maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

3. Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan

atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi

mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah

yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.

Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Jenis dari aborsi secara garis besar aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian,

yakni Aborsi Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation

Abortion). Yang dimaksud dengan aborsi spontan yakni aborsi yang tanpa

kesengajaan (keguguran).

A. Aborsi Spontan

Aborsi spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap, yakni :

1. Abortus Iminen

6

Page 8: Kontrasepsi Dan Aborsi

Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “Threaten Abortion”, terancam

keguguran (bukan keguguran). Disini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-

tanda yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.

2. Abortus Inklomplitus

Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar

akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi

adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam jumlah banyak,

terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang

dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran

seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.

3. Abortus Klomplitus

Yang satu ini Abosi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah

lengkap, sudah seluruhnya keluar.

4. Abortus Insipien

Buah kehamilan mati di dalam kandungan lepas dari tempatnya, tetapi belum

dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion yakni

buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda

dikeluarkan.

B. Aborsi Provokatus

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,

yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar

tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan

apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi

kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat

dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar yakni

Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis (kejahatan).

Kita hanya khusus melihat Abortus Provokatus Medialis yang terdiri dari :

7

Page 9: Kontrasepsi Dan Aborsi

1. Dilatasi dan kuretase (D&C)

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa

untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong

berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding

rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak

dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan

rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode

D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim

(seperti perdarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang

sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga

ke kandung kencing.

2. Sedot

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan

metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk

kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam

dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan.

Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari

(plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan

ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang

dihubungkan dengan alat penyedot ini.

Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu

dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat

mengakibatkan perdarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi

pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih

ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim.

Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-

aborsi.

3. Peracunan dengan garam

Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan saat

kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi

janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml (kira-kira

8

Page 10: Kontrasepsi Dan Aborsi

secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan konsentrasi

garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan akan teracuni.

Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya,

setelah kira-kira satu jam, janin akan mati.

Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si

wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam

karena terbakar. Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara

ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. Suntikan larutan

garam ini juga memberikan efek samping pada wanita pemakainya yang

disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan darah yang tak terkendali

diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan perdarahan hebat dan efek

samping serius pada sistim syaraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma,

atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistem

pembuluh darah.

Efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-

muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan

rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-

2% dari pasien pengguna metode ini terkena endometriosis/peradangan

dinding rahim.

4. Histerektomi atau bedah sesar

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika

cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil

memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta

cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan

hidup. Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena

ada kemungkinan terjadi perobekan rahim. Dalam 2 tahun pertama legalisasi

aborsi di kota New York, tercatat 271,2 kematian per 100.000 kasus aborsi

dengan cara ini.

5. Prostalglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh

tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini

9

Page 11: Kontrasepsi Dan Aborsi

ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan

janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk

hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih

dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam

keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan

secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup.

Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari

ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim

karena dipaksa melahirkan, infeksi, perdarahan, gagal pernafasan, gagal

jantung, perobekan rahim.

4. Alasan

Terdapat beberapa alasan mengapa wanita melakukan aborsi, yaitu :

a) Kehamilan karena pemerkosaan

b) Mengetahui bahwa anak yang dikandung menderita cacat

c) Kesehatan tidak mengijinkan hamil

d) Tidak mengetahui perilaku seks yang dilakukan akan menyebabkan kehamilan

e) Kehamilan anak remaja

Jika di Amerika ada juga beberapa alasan mengapa wanita melakukan aborsi,

diantaranya adalah :

1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau

tanggung jawab lain (75%)

2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)

3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

C. Resiko

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan

seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi

ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang

sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan

karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

10

Page 12: Kontrasepsi Dan Aborsi

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko

yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of

Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya.

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada

wanita)

7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

9. Kanker hati (Liver Cancer)

10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan

cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan

berikutnya.

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko Kesehatan Psikologis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi

kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki

dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini

dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-

Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions

Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal

seperti berikut ini:

1. Kehilangan harga diri (82%)

2. Berteriak-teriak histeris (51%)

11

Page 13: Kontrasepsi Dan Aborsi

3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi

perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa

bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang

disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).

D. Perlindungan Hukum

Abortus atas indikasi medis ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Dalam pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 sebagai berikut :

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan

atau janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu.

2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat

dilakukan :

a) berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan

tersebut;

b) oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu

dan dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan

pertimbangan tim ahli;

c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau

keluarganya;

d) pada sarana kesehatan tertentu.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) :

PASAL 299

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

12

Page 14: Kontrasepsi Dan Aborsi

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu

rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika

dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun.

PASAL 347

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

PASAL 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan

pidana penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang

tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan

13

Page 15: Kontrasepsi Dan Aborsi

dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk

menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk

menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta

menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,

diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah.

E. Peran Perawat (terkait nilai etik dan moral)

Beberapa peran perawat yang dapat dilakukan terkait dengan aborsi, yakni :

1. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan tentang abortus, tindakan yang diberikan, bahaya, dan resiko

abortus, sehingga klien dapat mengerti dan mengetahui dampak positif maupun

negatif dari abortus. Keterkaitannya dengan prinsip etika keperawatan adalah

otonomi, yakni menyampaikan kebenaran. Perawat harus menyampaikan

kebenaran tentang bahaya dan resiko abortus kepada klien dan juga kepada

teman sejawat yang akan membantu tindakan abortus.

2. Konselor

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan

klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan

terkait abortus dan juga membantu memberikan solusi pada klien agar tidak

melakukan tindakan aborsi.

3. Advokator

Menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi

lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan yang diberikan

kepada pasien, serta mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang akan

14

Page 16: Kontrasepsi Dan Aborsi

melakukan aborsi. Dikaitkan dengan etika keperawatan yaitu kerahasiaan

(confidentiality) merupakan informasi tentang klien aborsi, harus dijaga privasi

klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien

hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien ataupun ucapan yang pernah

dikatakan klien terkait tindakan melakukan aborsi. Tidak ada seorangpun dapat

memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti

persetujuan.

15

Page 17: Kontrasepsi Dan Aborsi

DAFTAR PUSTAKA

(http://boedie.student.esaunggul.ac.id/2012/11/11/nursing-advokasi/). Diakses pada

tanggal 10 Juni 2014.

Hidayat. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Soesilo, R. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bogor : Politeia

(http://www.bkkbn.go.id/ViewProfil.aspx?ProfilID=3 ) . Diakses pada tanggal 10 Juni

2014.

(http://www.aborsi.org/resiko.htm). Diakses pada tanggal 10 Juni 2014

16