konteks kultural bahasa

44
KONTEKS KULTURAL BAHASA TULISAN April 2, 2009 — Wahidin

Upload: el-habib-nino

Post on 07-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 1/44

KONTEKS KULTURAL BAHASA TULISAN

April 2, 2009 — Wahidin

Page 2: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 2/44

KONTEKS KULTURAL BAHASA TULISAN

(MEDIAMORFOSIS BESAR TAHAP KEDUA)

 

A. Zaman Bahasa

Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimnan bahasa

itu muncul di permukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa

verbal . konon hewan prinata berevolusi sejak kira-kita 70 juta tahun lalu. Jutaan tahun

berlalu,sebelum hewan yang mirip monyet muncul pertama kalinya di afrika, yang salah satu

spesiesnya kemudian berkembang menjadi makhluk yang mirip manusia (hominid) dengan otak

yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran otak yang kita miliki.

1. Asal-usul Bahasa

Diduga makhluk-makhluk yang mirip manusia dan menggunakan alat pemotong terbuat

dari batu ini namun masih seperti kera “berkomunikasi“ secara naluriah , dengan bertukar tanda

alamiah berupa suara (gerutan, geraman, pekikan), postur dan gerakan tubuh, termasuk gerakan

tangan dan lengan , sedikit lebih maju dari “komunikasi“ hewan primata masa kini. Mereka tidak

menggunakan bahasa lisan yang membutuhkan penciptaan berbagai suara yang subtil. Salah

satu sebabnya, kotak suata mereka identik dengan kotak suara kera, simpanse, dan hewanprimata lainnya yang kita kenal sekarang ini, yang tidak mungkin mereka mengkombinasikan

berbagai suara untuk membentuk bahasa manusia. Pendeknya, cara komunikasi mereka sangat

primitive dibandingkan dengan komunikasi kita.

Banyak makhluk yang mirip manusia ini bsertahan untuk beberapa waktu dengan

berburu dan mengumpulkan makanan, namun kira-kira 35.000 tahun yang lalu akhirnya punah

secara misterius. Sementara itu, “manusia modern“ (homo sapiens), nenek moyang manusia,

muncul secara misterius pula antara 90.000 dan 40.000 tahun lalu, di Eropa dan Timur dekat

yang sebelumnya dihuni generasi terakhir hominid. Makhluk baru ini akhirnya menyebar keberbagai bagian dunia, termasuk Asia dan Amerika.

Dulu nenek moyang kita yang juga disebut Cro magnon ini tinggal di gua-gua. Mereka

punya sosok seperti kita, hanya saja lebih berotot dan lebih tegap, mungkin karena hidup mereka

penuh semangat dan makan makanan yang lebih sehat. Ketika mereka belum mampu

bserbahasa verbal, mereka besrkomunikasi lewat gambar-gambar yang mereka buat pada

Page 3: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 3/44

tulang, tanduk, cadas, dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol dan Prancis Selatan.

Mereka menggambarkan bison, rusa kutub, dan mamalia lainnya yang mereka buru. Inilah

sarana pertama yang dikenal manusia untuk merkam informasi.

Kemudian antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa

lisan. Ini dimungkingkan karena mereka punya struktur tengkorak, lidah, dan kotak suara yang

mirip dengan yang kita miliki sekarang. Kemampuan besrbahasa inilah yang membuat mereka

terus bertahan hingga kini, tidak seperti makhluk mirip manusia sebelumnya yang musnah.

Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep,

berburu dengan cara yang lebih baik, dengan lebih efektif dalam lingkungan yang keras dan

cuaca yang buruk. Mereka juga dapat mengawetkan makanan. Mereka juga punya waktu untuk

bersenang-senang, membuat inovasi dan berkontemplasi. Namun mereka belum dapat menulis.

Sementara itu, bahsas pun semakin beraneka ragam. Cara bicara yang baru berkembang ketika

orang-orang menyebar ke kawsan-kawasan baru tempat mereka menemukan dan mengatasi

problem-problem baru. Bahasa-bahasa lamu pun terus berevolusi dari generasi ke generasi.

2. Sejarah Perkembangan Bahasa di Dunia

Perkembangan sejarah bahasa dari jaman Yunani Kuno sampai sekarang tidak lepas dari

adanya kontroversi. Kontroversi yang pertama sudah ada sejak abad keenam sebelum masehi.

Dua kubu yang saling berhadapan saat itu kubu phusis dan kubu thesis. Kubu phusis percaya

bahwa dalam bahwa itu ada keterkaitan antara kata dan alam. Keterkaitan antara kata dan alam

itu, menurut kubu phusis, bersifat alami dan memang sangat diperlukan. Sebaiknya, kubu thesis

percaya bahwa tidak ada keterkaitan antara kata dan alam. Hubungan antara kata dan alam

sifatnya arbitrar dan konvensional.

Dalam mempertahankan pendiriannya, kubu phusis mengemukakan beberapa alasan. Pertama,

adanya gejala onomatopoeia, yang berarti ‘gema suara alam’ . Maksud kaum phusis ialah bahwa

gema suara alam itu dipakai manusia untuk menamakan konsep-konsep kebendaan yang ada di

sekelilingnya. Kata-kata dalam bahasa Inggris, sekaligus artinya dalam Bahasa Indonesia seperti

misalnya, splash ‘percik’, pick ‘petik’, sway ‘ayun’, dan masih banyak lagi adalah bukti keyakinan

para penganut kubu phusis ini.

Gejala onomatopoeia itu berkembang ke arah asosiasi bunyi dan dengan sifat atau keadaan

seseorang atau benda. Misalnya, bunyi i dalam Bahasa Indonesia (menurut kesan saya)

diasosiaskan dengan kecantikan, kemungilan, atau kesucian. Kata-kata melati, suci, murni, dan

kebanyakan nama wanita Indonesia, adalah perwujudan dari asosiasi ini.

Page 4: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 4/44

Selain simbolisme bunyi di atas, pandangan terhadap gema suara alam itu berkembang lagi ke

arah asosiasi warna, lagu dengan perasaan. Perkembangan onomatopoeia yang mengasosiakan

warna dan lagu dengan perasaan itu sangat bermanfaat dalam sistem pengaturan cahaya, warna

kostum lagu-lagu pengiring dalam pementasan seni, drama, dan tari.

Di lain pihak, dalam mempertahankan pendiriannya, kubu thesis mengutarakan bukti-bukti bahwa

nama yang diberikan oleh manusia kepada benda-benda di sekitarnya tidak menurut kaidah

tertentu, misalnya menurut kaidah asosiasi antara nama benda dengan suara alam. Nama-nama

yang diberikan itu hanyalah konvensi antara sesama anggota masyarakat pembicara dari suatu

bahasa. Mengapa orang Inggris mengatakan branches of a tree, sementara orang Indonesia

menyebut cabang-cabang pohon¸dan orang Jawa menamakan pange wit , dan dalam bahasa lain

disebut lain lagi. Hal semacam itu sama sekali tidak mencerminkan adanya keterkaitan antara

nama benda atau konsep dengan gema suara alam.

Kontroversi yang kedua terjadi sekitar abad ke-4 sebelum Masehi antara penganut faham

 Analogi dan penganut faham Anamoli. Karena tajamnya perbedaan keyakinan antara dua aliran

ini, mereka tidak mau tinggal dalam satu kota. Para penganut paham Analogi berpusat di kota

Alexandria, sedangkan para penganut paham Anomali lebih suka tinggal di kota Pergamum.

Dalam bidang bahasa, kaum Analogi percaya bahwa bahasa itu tertata menurut aturan yang

pasti. Dalam bahasa Inggris dikatakan bahwa ‘languange is governed’ . Keteraturan bahasa,

menurut aliran Analagi, terdapat pada semua aspek: aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan

semantik.

Dalam bidang sastra, para anggota kubu Analogi menyarankan agar tujuan karya sastra itu

terutama untuk menghibur.

Kedua kubu itu menganjurkan agar kita mempelajari karya-karya sastra (puisi, prosa, maupun

drama) pengarang-pengarang terkenal. Pernyataan kedua kubu itu mengandung maksud bahwa

para sastrawan bertanggung jawab untuk menjadi model yang baik dalam hal berbahasa yang

benar dan dalam hal mengajarkan moral. Kontroversi antara Analogi dan Anomali itu berlanjut

sampai sekarang.

Kontroversi yang ketiga timbul pada jaman Renaissance, antara para penganut empirisme dan

para penganut nasional . Kaum empiris percaya bahwa jiwa manusia itu mempunyai kemampuan,

tetapi kita tidak tahu banyak tentang kemampuan itu. Mereka menganggap bahwa jiwa manusia

itu seperti kertas kosong yang dalam istilah mereka yang sangat terkenal itu sebagai “tabula

rasa”. Sebelum jiwa manusia melakukan kegiatan, manusia tidak mempunyai apa-apa. Dalam

bahasa Latin ucapan mereka yang sangat terkenal ialah ‘Nihil estis intellectu, quod non prius

Page 5: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 5/44

tuerist in sensus’. Dalam Bahasa Indonesia ucapan di atas artinya kurang lebih ‘Jiwa kita ini

kosong sebelum ada rangsangan lewat indera kita.’ Dalam masalah bahasa, kaum empiris

percaya bahwa bahasa itu dipelajari dari lingkungan sekitar. Jadi, bahasa itu pada hakekatnya,

menurut mereka, learned ‘dipelajari’.

Di pihak lain, kaum rasionalis percaya bahwa segala sesuatu itu dapat dicari rasionalnya, karena

tidak mungkin segala sesuatu itu terjadi begitu saja tanpa ada alasannya. Gagasan pokok kaum

rasionalis ialah bahwa jiwa manusia itu tidak seperti kertas kosong. Jiwa manusia berbekal

pemikiran-pemikiran yang logis.

Dalam masalah bahasa, kaum rasionalis menyangkal bahwa bahasa itu didapat dari lingkungan.

Sebaliknya, mereka percaya bahasa itu sudah ada dalam jiwa manusia sebagai pembawaan

yang dalam istilah bahasa Inggris disebut innate. Karena pada hakekatnya manusia itu

mempunyai bawaan yang universal sifatnya, bahasa pun mempunyai sifat yang universal pula. Di

pihak lain, pengikut-pengikut paham empirisme, terutama Johann Gottfried von Herder (1744-

1803), percaya bahwa jiwa dan pikrian manusia itu berbeda antara manusia yang satu dengan

yang lain, tergantung pada budaya yang melingkunginya. Sebagai konsekuensi, Herder 

mengungkapkan adanya nasionalisme kebahasaan, dan ia tidak percaya bahwa bahasa itu

mempunyai sifat universal.

Kontroversi yang sempat kita amati dewasa ini ialah kontroversi sejarah bahasa dalam abad ke-

20, yaitu antara paham struktualisme dan para Cartersian Modern dengan Gramatika

Transformasi Generatifnya.

Holisme yang diterapkan di dalam sejarah perkembangan bahasa melahirkan aliran

struktualisme. Kata struktualisme berasal dari bahasa Latin strunctura, yang artinya bangunan.

Menurut kaum struktualis, konsep apapun dapat dihayati sebagai bangunan. Dengan sendirinya,

bahasa pun dapat dihayati sebagai bangunan. Menurut konsep ini, bahasa dibangun dari kalimat-

kalimat; kalimat dibangun dari klausa-klausa; selanjutnya, klausa dibangun dari frasa-frasa; frasa

dibangun dari kata-kata; kata dibangun dari morfem-morfem; dan akhirnya, morfem dibangun dari

fonem. Tidaklah mengherankan jika gramatika yang diperkenalkan oleh aliran struktualisme itu

terbatas pada gramatika struktur frasa yang dalam bahasa Inggris disebut Phrase Structur e

Grammar.

Chomsky berpendapat bahwa dalam masalah bahasa, kaum strukturalis mengacu pada

kerangka pikir keperilakuan. Padahal, bahasa manusia itu sangat rumit, tidak sesederhana

seperti yang diperkirakan oleh para penganut struktualisme. Selanjutnya, sarjana ini mengatakan

bahwa jiwa kita ingin memahami bagaimana bahasa dikuasai dan dipergunakan dan

Page 6: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 6/44

dipergunakan oleh manusia, kita harus memisahkan sistem kognitif secara tersendiri, suatu

sistem pengetahuan dan keyakinan yang berkembang sejak anak-anak, yang telah berinteraksi

dengan factor-faktor lain, untuk menentukan jenis perilaku kebahasaan yang dapat kita amati.

Dalam istilah linguistic, Chomsky menggunakan istilah kompetensi, yaitu yang mendasari itu

tidak didasari oleh manusia. Dari konsep ini dapat dimengerti bahwa bahasa itu bukan learned ̧

melainkan innate.

Di Indonesia kontroversi antara kelompok yang percaya bahasa itu mempunyai fungsi

transaksional dan kelompok yang percaya bahwa bahasa itu berfungsi interaksional. Bagi para

penganut transaksional, fungsi bahasa yang penting ialah daya penyampai pesan yang

terkandung dalam kalimat atau ujaran. Kelompok ini percaya bahwa satuan bahasa yang terkecil

ialah kalimat, sebab kalimat itu berisi pesan yang dianggap lengkap. Siapa yang menerima pesan

tidaklah penting. Agar pesan dapat diterima tanpa salah kalimat haruslah jelas, seperti jelasnya

kalimat yang diciptakan oleh seorang penutur yang ideal, tanpa cela.

3. Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan Manusia

Mengapa manusia berbahasa dan mengapa terdapat banyak bahasa di dunia?

kemampuan berbahasa munusia, yang membedakannya dari hewan lain yang lebih rendah,

merupakan akibat dari pembesaran dan perkembangan otak manusia. Salah satu pandangan

mengatakan bahwa orang – orang yang hidup di berbagai bagian dunia merasa perlu merncang

solusi untuk memecahkan berbagai cara hidup, dan bersama hal itu, bahasa – bahasa berlainan

untuk memenuhi kebutuhan merekan. Misalnya, cara hidup orang Eskimo yang unik harus

menawrkan cara – cara bagi orang – orang ini untuk mengatasi lingkungan mereka.

Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup

menggunakannya. Kita baru sadar bahasa itu penting kerika kita menemui jalan buntu dalam

menggunakan bahasa, misalnya : ketika kita berupaya bserkomunikasi dengan orang yang sama

sekali tidak memehami bahasa kita yang membuat kita frustasi; ketika kita sulit menerjemahkan

suatu kata, frase, atau kalaimat dari surat bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis

lamaran pekerjaan atau diwawancarai dalam bahasa inggris untuk memperoleh suatu pkerjaan

yang bagus.

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan

peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi social. Orang juga dapat menamai apa

saja, objek-objek yang berlainanm termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan

adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia

sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Mengapa matahari disebut matahari? karena ia

Page 7: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 7/44

disebut matahari! Adalah keliru menganggap sesuatu itu mempunyai hanya satu nama yang

benar. Benda yang kita terima dari tukang pos kita sebut surat. Kestika isinya kita ketahui

menawarkan barang atau jasa, kita sebut iklan. Karena kita tidak tertarik pada penawaran itu,

benda itu kita buang ke keranjang sampah, dan kita menyebutnya sampah. Bagaimana kita

menjuluki Emha Ainun Najib? budayawan, cendikiawan, seniman, penulis, kolumnis, kiai,

penyanyi atau pelawak? Salah satu cara menjawabnya: bergantung pada apa yang sedang ia

lakukan saat itu. Bila ita sedang berceramah agama, ia kiai. Bila ia sedang menulis buku, artikel

atau kolom, ia penulis, dan bila ia senang menyanyi dengan iringan kelompol musiknya ia adalah

penyanyi. Suatu objek mempunyai bebeapa tingkat abstraksi. Ibu kita adalah ibu, ibu adalah

wanita, wanita adalah manusia, manusia adalah makhluk hidup, dan makhluk hidup adalah

ciptaan Tuhan. Semakin luas kelasnya, semakin abstrak konsep tersebut. Sepanjang hidup kita

sebenarnya belajar mengabstraksikan segala sesuatu.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling),

interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha

mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk

dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dpat

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa,

informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima informasi setiap hari, sejak

bangun tidur hingga anda tidur kembali, dari orang lain, baik secara langsung atau tidak (melalui

media massa misalnya). Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi tranmisi. Keistimewaan

bahasa sebagi sarana tranmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu,

masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpabahasa kita tidak mungkin bertukar informasi: kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan

dapat tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.

Book mengemukakan, agar komunikasi; kita berhasil, setidaknya bahasa harus

memenuhi tiga fungsi, yaitu: untuk mengenal dunia di sekitar kita; berhubungan dengan orang

lain; dan untuk menciptakan kohetensi dalam kehidupan kita.

Mari kita jabarkan ketiga fungsi ini. Fungsi pertama bahasa ini jelas tidak terlakkan.

Melalui bahasa anda mempelajari apa saja yang menarik minat anda, mulai dari sejarah suatu

bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak pernah anda temui, seperti bangsa Mesir Kuno

atau bangsa Yunani. Kita dapat berbagi pengalaman, bukan hanya pristiwa masa lalu yang kita

alami sendiri, tetapi juga pengetahuan tentang masa lalu yang kita peroleh melaui sumber kedua,

seperti media cetak atau media elektronik. Kita juga menggunakan bahasa untuk memperoleh

dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman kita atau pendapat kita. Melalui

bahasa pula anda memperkirakan apa yang akan dikatakan atau dilakukan seorang kawan anda,

Page 8: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 8/44

seperti dalam kalimat “kemarin kawan saya begitu marah kepada saya. Jangan-jangan ia tidak

mau lagi berhubungan dengan saya“. Meskipun gambaran kita mengenai masa depan tidak

selalu akutat, setidaknya bahasa memungkinkan kita memikirkan, membicarakan, dan

mengantisipasi masa depan, misalnya apa yang akan terjadi terhadap manusia dan alam

semesta berdasarkan dugaan yang dikemukakan para ahli ilmu pengetahuan dan orang bijak

lainnya, juga berdasarkan wahyu Tuhan atau sabda nabi.

Fungsi kedua bahasa, yakni sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain,

sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi, khususnya fungsi social dan

fungsi instrumental. Ringkasnya bahasa memungkinkan kita besrgaul dengan orang lain untuk

kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita

dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. Seorang nyonya

rumah dapat memerintahkan, “tolong bawakan minuman buat saya“, kepada pelayannya.

Seorang kandidat dari sebuah partai politik dapat menyampaikan gagasannya, namun selaigus

 juga membujuk rakyat untuk memilih partainya dan mempertimbangkan dirinya sebagai calon

presiden yang potensial. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya

pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman yang sama dan makna yang sama yang kita

berikan kepada kata-kata. Semakin jauh perbedaan antara bahasa yang kita gunakan dengan

bahasa mitra komunikasi kita, semakin sulit bagi kita untuk mencapai salaing pengertian.

Meskipun orang Indonesia dan orang Malaysia berbicara bahasa melayu, atau orang Amerika

dan orang Inggris berbicara bahasa inggris, mereka belum tentu mencapai kesepahaman, karena

bebeapa perbedaan yang ada dalam kedua bahasa tersebut.

Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur , saling memehami

mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita. Kita tidak mungkin

menjelaskan semua itu denan menyusun kata – kata secara acak, melainkan berdasarkan

aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati bersama. Akan tetapi, kita sebenarnya tidak

selamanya dapat memenuhi ketiga fungsi bahasa tersebut, oleh karena, meskipun bahasa

merupakan sarana komunikasi dengan manusia lain, sarana ini secara inheren mengandung

kendala, karena sifatnya yang cair dan keterbatasannya. Seperti dikatakan S.I. Hayakawa, “ kata

itu bukan objek “. Bila orang-orang memaknai suatu kata secara berbeda, maka akan timbul

kesalahpahaman di antara mereka.

Apa yang akan terjadi jika manusia terisolasi, baik sengaja atau tidak, dari penggunaan

bahasaa? Manusia hanya akan bserbahasa jika siasuh dalam komunitas manusia. Manusia yang

“di asuh “ hewan seperti “ manusia srigala “ asal Hessia tahun 1349, “manusia beruang“ asal

Lithuania tahun 1661, tidak berbicara bahasa manusia karena tidak berhubungan dengan

manusia, mereka boleh jadi akan berbahasa meskipun tidak sesempurna manusia yang sejak

Page 9: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 9/44

lahir diasuh manusia. Pada tahun 1920-an seekor srigala “mengadopsi“ dua kembali ke

masyarakat manusia. Tahun 1940-an kasus Isabella berusia enam tahun yang tidak dapat

berbicara cukup mengejutkan. Sebagai putrid seorang bisu-tuli diluar perkawinan, Isabella di

kurung di dalam sebuah ruangan gelap, dipisahkan dari keluarganya yang lain. Ketika ditemukan,

ia hanya bisa berkoak-koak dengan suara parau. Isabella kemudian dirawat dokter dan psikolog

klinis. Dua tahun kemudian ia bisa bicara normal.

 

C. Zaman Cetak

Lepas dari zaman tulisan, salah satu penyempurnaan paling besar dari perkembangan manusia

berkomunikasi adalah ditemukannya cetakan. Sebelum abad ke 15 orang-orang eropa

memproduksi buku-buku dengan menyiapkan manu scripti (salinan yang dicetak dengan

menggunakan tangan). Walaupun hal demikian merupakan perkembangan bagus dalam dunia

tulisan, proses tersebut sering tidak lepas dari kesalahan. Lebih penting lagi adalah, jumlah buku-

buku yang disediakan sama sekali terbatas. Cetakan membawa perubahan yang fantastis.

Ratusan bahkan ribuan salinan buku-buku tertentu dapat diproduksi dengan tepat dan cepat.

Bisa dikatakan, penemuan mesin cetak merupakan kemajuan yang menakjubkan.

Hal penting yang mengikuti perkrmbangan era cetak ini adalah penggunaan kertas sebagai

bahan untuk merekam tulisan. Hal demikian sudah dimulai di dunia islam sepanjang abad ke 18

dengan kertas kulit (meskipun sebenarnya kertas sudah muncul di China). Lama kelamaan,

sostem pemakaian tulisan di atas kertas tersebar ke umat Kristen Eropa, khususnya ketika

tentara moors menduduki Sepanyol. Tulisan yang awal mulanya dimonopoli oleh kalangan

pendeta, elite politik, ilmuan dan ahli lain mulai bergeser. Masyarakat umum yang punya

kemampuan untuk menulis dan membaca mulai merasakan kemanfaatannya.

Proses pembuatan cetakan dengan memakai sebuah tanda pada tanah liat memang yang tertua

dalam proses cetak mencetak. Kemudian prises itu dilanjutkan dengan mencetak di dalam balok

kayu lunak, baru kemudian digunakan tinta atau mencetak ke dalam kertas. Orang-orang China

sendiri telah melakukan proses mencetak pada tahun 800 Masehi. Satu penemuan penting yang

dilakukan orang China adalah mereka telah berhasil mencetak buku pertama yang berjudul

Diamond Sutra.

Cetakan sebagaimana yang kita ketahui saat ini tidak mungkin terjadi tanpa perantaraan tukang

emas di Mainz, Jerman pada tahun 1455. Tukang emas ini kemudian dikenal dengan nama

Johan Gutenberg. Ialah yang awal mulanya memperkenalkan cara unuik mencetak. Sesudah

melakukan banyak percobaan, dia membangun gagasan dengan membuat mesin baja untuk

Page 10: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 10/44

masing-masing huruf. Ternyata, mesin cetaknya mampu mencetak secara benar dan tepat,

paling tidak jika hanya dibandingkan dengan salinan tulisan dengan memakai tangan.

Awalnya Gutenberg sendiri heran bahwa percobaannya bisa melipatgandakan jumlah cetakan.

Tetapi dia khawatir, jangan-jangan penemuannya akan dianggap orang lain sebagai tiruan murah

dari tulisan tangan. Kekhawatiran itu justru membuat dia menjadi sangat hati-hati. Kemudian, dia

melakukan proyek pertama kali dengan mencetak injil. Ternyata pecobaannya sungguh luar 

biasa.

Tetapi Gutenberg sebenarnya tidak pernah menikmati hasil kreativitas dan imajinasinya, mes-

kipun orang lain jelas akan mengakui kehebatan penemuannya. Ceritanya, suatu saat dia

meminjam uang ke-pada pengacaranya untuk me-nyempurnakan penemuannya.

Baru saja menyelesaikan proyeknya yang pertama (mencetak injil yang belum pernah dilakukan

orang lain) pengacaranya menuntut pembayaran kembali pinjamannya, bahkan mengadilinya

dan “membersihkan” took, cetakan dan semua penemuannya (200 injil yang sudah tercetak dan

segala hal yang dia miliki). Sepuluh tahun kemudian Gutenberg meninggal di dalam kemiskinan

dan keputus asaan. Dia tidak penah menyangka bahwa penemuannya itu menjadi titik awal

munculnya abad cetakan dan sangat berguna bagi umat manusia dewasa ini, khususnya awal

munculnya era komunikasi massa. Bisa dikatakan inilah babak awal yang menjadi embrio

munculnya era komunikasi massa.

Awal abad ke 16 baru saja dimulai, mesin cetak Gutenberg telah mampu mencetak dan

melipatgandakan cetakan yang dapat dipindah dan telah mampu mencetak ribuan salinan buku

cetak di atas kertas. Mereka menerbitkannya ke dalam bahasa Eropa dan bahasa lain. Hasil

cetakan itu dapat dibaca oleh setiap orang yang mampu membaca ke dalam bahasanya masing-

masing. Tersedianya buku-buku itu memacu perluasan akan arti pentingnya belajar membaca.

Dalam perkembangannya, kitab injil tidak hanya dicetak dalam bahasa Latin, tetapi juga bahasa-

bahasa lain. hal demikian menimbulkan kekhawatiran pihak Gereja Roma. Pihak Gereja khawatir 

 jangan-jangan keaslian kitab itu terancam. Oleh karena itu, Gereja selalu menjaga keaslian kitab

ini dengan mencetak ke dalam bahasa kuno. Tetapi perkembangan cetak mencetak sudah

sedemikian pesat. Kitab itu tidak hanya dimonopoli kalangan Gereja saja, tetapi juga masyarakat

umum. Akhirnya, dengan pemahaman yang didapatkan di Gereja, mereka mulai berani

menentang otoritas dan intrepertasi tunggal atas kitab injil pihak Gereja Roma. Sebuah media

komunikasi baru ini membuka peluang cara untuk memprotes keberadaan agama dan struktur 

sosial. Munculnya gerakan Protestan juga mengarahkan pada perubahan besar yang mempunyai

dampak pada hak-hak masyarakat barat sampai hari ini.

Page 11: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 11/44

Ide dasar pengembangan surat kabar lebih awal di benua Eropa, Inggris dan “Dunia Baru”

(negara taklukan ata yang ditemukan masyarakat Eropa). Pers kolonial orang Amerika baru

mapan beberapa tahun sebelum Amerika Serikat ditemukan sebagai negara baru. Di Amerika

sendiri baru tahun 1830-an ada surat kabar yang boleh dibilang sukses. Itu terjadi di New York.

Surat kabar tersebut bisa disebarkan ke beberapa belahan dunia. Pada dekade ke tiga abad ke

19 dampak perkembangan cepat dari media cetak sungguh terasa sekali. Bahkan sudah ada

gagasan untuk mengkombinasikan surat kabar ke dalam media massa komunikasi lainnya.

Melvin D Fleur dan Sandra J. Ball-Rokeach (1989) mengatakan ada dua hal penting yang layak

dicermati dalam era ini. Pertama, media surat kabar dan juga media cetak lainnya bisa muncul

setelah seperangkat kompleksitas elemen budaya muncul dean terus berkembang di

masyarakat. Kedua, seperti hampir terjadi pada semua penemuan sebelumnya, penemuan

mesin cetak merupakan gabungan antar elemen dalam masyarakat. Masyarakat menerima

perkembangan media cetak itu karena tak lain sebagai sebuah kompleks budaya yang terus

berkembang.

Di akhir abad ke 19 menjadi jelas munculnya beberapa media cetak seperti surat kabar, buku

dan majalah yang semua itu dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Media tersebut mewakili

bentuk baru komunikasi yang mempengaruhi tidak hanya pola interaksi didalam komunitas dan

masyarakat, tetapi juga pandangan psikologis. Sekedar contoh, ahli sosiologi Amerika Charles

Horton Cooley menyatakan, ada beberapa faktor yang membuat media baru jauh lebih efisien

dari pada proses-proses komunikasi pada masyarakat sebelumnya. Media baru itu lebih efektif 

sebagaimana yang dia katakana sebagai;

1) Expressiveness, membawa perluasan gagasan dan perasaan.

2) Permanent of Record, mengatasi waktu

3) Swiffness, mengatasi ruang

4) Diffussion, jalan masuk ke kelas-kelas yang ada dalam masyarakat.

Zaman emas media cetak sepanjang tengahan abad kesembilan belas, sederetan teknologizaman industrial telah menimbulkan ledakan media cetak. Tetapi pertumbuhannya mulai

melambat pada tahun 1870-an, sebagian karena ongkos dan waktu yang diperlukan dalam

merakit huruf-huruf secara manual membatasi jumlah halaman yang bisa diterbitkan secara

ekonomis.

Page 12: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 12/44

Sejak zaman Guttenberg, tukang-tukang cetak memerlukan sekitar satu menit untuk merangkai

sebaris huruf. Sejak tahun 1840-an telah dilakukan upaya-upaya mengembangkan sebuah mesin

yang bisa merangkai huruf lebih cepat, tetapi tidak ada yang bisa diterima. Terobosan kritis

akhirnya terjadi pada tahun 1886 ketika Ottmar Mergenthaler, seorang imigran Jerman penduduk

Baltimore, mendemonstrasikan penemuannya kepada koran New York Tribute, yaitu sebuah

mesin yang bisa mengecor barisan-barisan huruf dengan urut sebagai unit-unit terpisah. Dengan

memakai keyboard, seperti yang dimiliki mesin tik, dengan mengagumkan seorang operator bisa

menghasilkan lima barisan huruf per menit, atau sekitar 6.000 huruf setiap jam.

Periode dari 1890 sampai 1920 sering disebut sebagai zaman emas media cetak. Perusahaan-

perusahaan besar penerbitan berkembang dengan subur, dan banyak penerbit koran, misalnya

William Randolf Hearst, Joseph Pulitizer, dan Lord Northcliffe, menjadi sama terkenalnya bagi

pembaca mereka dengan para selebritis dan para pemimpin dunia yang diliput oleh koran-koran

mereka. Kekuasaan dan pengaruh para penerbit waktu itu besar sekali sehingga mereka bisa

mengangkat atau menjatuhkan tokoh-tokoh polotis dan mengerahkan dukungan rakyat untuk

peperangan di luar negeri, serta dukungan untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.

 

B. Zaman Tulisan

Setelah berlangsung ribuan tahun lamanya, sampailah manusia ke zaman tulisan (era ini muncul

sekitar 5000 tahun SM). Artinya, komunikasi yang dilakukan tidak lagi mengandalkan lisan, tetapi

tertulis. Meskipun ini bukan berarti mereka tidak menggunakan komunikasi lisan. Mereka tetap

menggunakan bahasa lisan tetapi didukung pula dengan bahasa tulis. Era ini berlangsung lebih

pendek dari era sebelumnya. Sejarah tulisan itu sendiri adalah salah satu proses dari pergantian

dari gambaran piktigrafi ke sistem fonetis, dari penggunaan gambar ke penggunaan surat

sederhana untuk menyatakan maksud yang lebih spesifik. Era ini juga bisa disebut proses awal

usaha manusia dalam usahanya merekam informasi dengan melukiskan atau menggambarkan

gagasannya. Manusia Cro Magnon menjadi titik awal usaha manusia merekam informasi dengan

menggambarkan kembali kehidupan binatang dan adegan dalam memburu binatang pada batu.

Itulah media pertama kali yang dikenal manusia (terutama sekali yang tertulis). Kita juga telah

mengetahui bahwa orang-orang Cro Magnon memproduksi lukisan-lukisan bagus pada dinding

gua. Jadi sejarah tulisan itu sendiri sejalan dengan usaha manusia untuk merekam informasi

yang diperolehnya.

Standarisasi makna sebuah gambar menjadi tahap penting awal perkembangan tulisan. Di awal

perkembangannya, dorongan penting bagi pengembangan munculnya sistem tulisan itu adalah

bahwa orang-orang tersebut perlu untuk menyimpan informasi, terutama yang berhubungan

Page 13: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 13/44

dengan batas tanah dan kepemilikan yang lain. proses merekam dilakukan agar terjadi

persamaan pemahaman antara satu orang dengan orang lain. tak terkecuali bagi mereka yang

terlibat dalam proses perdagangan. Para pedagang ini sangat membutuhkan bagaimana caranya

merekam pembelian dan penjualan. Disamping itu, ada banyak kebutuhan lain yang harus

dipenuhi di lapangan pertanian dengan proses merekam informasi ini. Sekedar contoh adalah

bagaimana mengetahui pasang surut sungai (sebagaimana kasus di sungai Nil) yang sangat

berguna bagi perencanaan proses mencocok tanam di masa yang akan dating. Dengan kata lain,

akan ditanami apa jika sungai dalam keadaan surut. Jangan heran mengapa era tulisan

kemunculannya dimulai di wilayah Mesir dan Sumeria kuno. Salah satu alasannya, di tempat

inilah praktek pertanian dengan berbagai perhitungan yang memanfaatkan tulisan dimulai.

Sebuah prasasti yang ditemukan menginformasikan bahwa sekitar tahun 4000 SM ditemukan

kota kuno di Mesopotamia dan Mesir. Sebagian besar prasasti ini menggambarkan lukisan

dengan kasar atau goresan pada dinding bangunan. Dari penemuan prasasti ini bisa

dikemukakan bahwa sudah ada standarisasi makna pesan. Misalnya secara sederhana

gambaran matahari bisa berarti siang hari, membungkuk dengan tanda panah berarti berburu,

garis yang berombak berarti danau atau sungai. Semua ini menjadi symbol awal dari sejarah

kemunculan era tulisan. Standarisasi yang terjadi diuda kota kuno tersebut menjadi salah satu

solusi manusia dalam menyampaikan pesan. Pesan-pesan itu jelas bisa mengatasi jarak dan

waktu. Dengan standarisasi seperti itu sangat mungkin untuk menyampaikan pesan-pesan dari

orang yang berjauhan letaknya atau bahkan pesan dari orang yang sudah meninggal dunia.

Bangsa Mesir menjadi penemu pertama pengembangan sistem glyps atau karakter simbolis.

Pada tahap pertama kali mereka mengukir di atas batu, tetapi di waktu yang lain mereka

menggambar dan melukis. Glyps milik orang mesar ini bisa dijadikan alasan awal munculnya

standarisasi makna. Sitem ini hampir sama seperti yang dipunyai bangsa China dewasa ini.

Pada komunitas yang lain, seperti orang Sumeria yang tinggal di sebelah utara teluk Persia, juga

melakukan hal yang sam. Orang Sumeria telah mampu mrngembangkan bentuk tulisan lain.

mereka mulai menuangkan gagasannya dengan menggambar pada seonggok tanah lunak.

Kemudian, karena sulit menggambar secara detail dalam tanah tersebut, mereka mulai

memikirkan bentuk lain yang bisa mewakili ide-ide mereka. Tidak lama setelah itu, mereka

menggunakan pucuk tongkat yang diruncungkan ke dalam sebuah bentuk yang dipecah-pecah

(tidak utuh), untuk membuat tanda di dalam tanah itu. Hasil dari bentuk yang terpecah-pecah itu

sering disebut sebagai tulisan cuneiform (tulisan kuno berbentuk baji) saat ini.

Penggunaan karakter untuk mempresentasikan suku kata adalah tahap pertama di dalam

pembangunan tulisan phonetic (sistem bunyi ujaran) dan sebuah pemecahan yang cukup besar 

Page 14: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 14/44

di dalam komunikasi manusia. Secara khusus, itu jelas akan membuat tingkat melek huruf 

semakin menjadi kenyataan.

Tulisan alpabet muncul kurang dari seratus tahun kemudian dan berkembang secara cepat.

Tulisan tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia kuno, dan baru beberapa abad kemudian

sampai ke negeri Yunani. Lambat laun gagasan penggunaan symbol huruf konsonan dan vocal

muncul, lalu kemudian suku kata. Waktu itu karakter yang dibutuhkan kurang lebih seratus. Suatu

 jumlah yang sangat besar tentunya. Padahal saat sekarang kita hanya mengenal duapuluh enam

karakter huruf saja.

Orang-orang Mesir awal mulanya sangat menyukai karakter simbolis tertentu. Tetapi lambat-lun

mereka menggunakan konsonan saja. Meskipun sulit dimengerti, tetapi menjadi perkembangan

tersendiri dan berarti bagi proses pengenalan huruf-huruf. Misalnya, kita menulis “bldg” dan

mengatakan “building”. Jika kita tidak melengkapinya dengan vocal jelas akan sulit bukan?. Bisa

 jadi “bldg” diartikan dengan “buldog” atau “bledeg”. Ini salah satu alas an bahwa bangsa Mesir 

membangun tulisan phonetic, tetapi itu bisa dikatakan sudah terlambat jika dibandingkan dengan

perkembangan di negara lain.

Sesudah banyak variasi pembahasan sejarah perkembangan tulisan, satu kejadian yang tidak

boleh kita tinggalkan adalah yang terjadi di Yunani. Bangsa ini telah secara efektif dan sederhana

mempunyai sistem standarisasi huruf. Sekitar 500 SM mereka telah secara luas menggunakan

alpabet. Akhirnya, alpabet orang-orang Yunani masuk ke Roma yang kemudian dibangun serta

dimodifikasi. Dewasa ini, kita menggunakan huruf-huruf capital (majuscule) dan huruf kecil

(minuscule) yang berasal dari Roma itu.

Lambat laun sistem tulisan alpabetis ini berkembang secara cepat dan lengkap. Tanpa bantuan

sistem tulisan ini bisa jadi populasi penduduk yang buta huruf akan menjadi lebih besar.

Perkembangan yang pentingpun terjadi pula dalam ilmu pengetahuan, lukisan, pemerintahan dan

keagamaan. Tingkat melek huruf yang kian meningkat mau tidak mau menjadi salah satu faktor 

perkembangan ini.

Sekitar 2500 tahun (sebelum munculnya ajaran Kristen), orang Mesir menemukan metode

pembuatan jenis kertas yang dapat tahan lama dari papyrus. Dibandingkan dengan batu, papyrus

 jelas lebih baik. Alasannya, lebih mudah menulis di papyirus dengan kuas dan tinta dari pada

memahat di atas batu. Papyrus itu sendiri asal usulnya ditemukan di muara sungai Nil.

Hal yang paling penting dalam era ini adalah perubahan dari menulis di batu ke media portable

dan industri ringan. Perkembangan ini akan membuka kemungkinan perubahan penting pula di

dalam organisasi sosial dan budaya masyarakat. Pertumbuhan teknologi komunikasi didasarkan

Page 15: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 15/44

pada media industri ringan dan portable ini, ditambah lagi symbol sistem tulisan yang dapat

diproduksi secara cepat.

Perkembangan ini memberikan pengaruh pada perubahan kelembagaan. Sekedar contoh, orang-

orang Mesir di sekitar tahun 2000 SM menggunakan papyrus untuk mengirimkan pesan tertulis

dan merekam berbagai macam informasi. Tingkat melek huruf yang baik menjadi keahlian yang

sangat berharga. Bahkan menjadi pembuka jalan bagi kemakmuran masyarakatnya. Para ahli

(yang bisa membaca dan memahami tulisan) menjadi kelas istimewa dan mempunyai hak

khusus dibawah kontrol elit. Ini tak lain karena adanya perubahan besar dibidang politik dan

institusi keagamaan yang terus berlangsung. Perpustakaanpun dibuka. Dokrin agama dan kitab

injil ditulis. Sekolah-sekolah bermunculan untuk mencetak para ahli. Bahkan seni dan ilmu

pengetahuan mulai berkembang pula. Kesuksesan ini membawa berkah pada perkembangan

tulisan. Semua hal bisa ditulis. Observasi dalam ilmu pengetahuan bisa direkam. Gagasan yang

dibuat direkam, dilipatgandakan dan digambar serta diwariskan pada generasi selanjutnya.

Fenomena ini menjadi tahapan yang penting dalam proses menuju zaman digunakannya mesin

cetak sebagai alat komunikasi.

Hubungan antara tulisan dan bahasa (lisan) dapat dilihat secara histories maupun dari sudut

pertumbuhan bahasa perorangan. Jauh sebelum masa histori, yaitu sebelum adanya tulisan-

tulisan yang dipakai untuk mencatat kejadian-kejadian, manusia telah lama berbahasa, dan

bahasanya tentulah bahasa lisan. Segala peraturan di dalam masyarakat pada waktu itu

hanyalah dicatat di dalam ingatan anggota-anggotanya, dan anggota yang tertua biasanya

merupakan anggota terhormat, karena menjadi “penyimpanan“ aturan-aturan dan catatan-catatan

yang penting, atau dengan kata lain merupakan arsip hidup daripada masyarakat itu. Kejadian-

kejadian yang penting diteruskan secara lisan dari orangtua kepada anak dan dari anak kepada

cucu, turun temurun. Demikian pula cerita-cerita anggitan (fiction) di dongengkan kepada anak

cucu. Hal-hal semacam itu masih jelas dapat dilihati di dalalm kehidupan masyarakat kita di

desa-desa, di mana hukum-hukum tak tertulis, adaptasi, dan kebiasaan merupakan ugeran-

ugeran atau norma-norma kehidupan. Kalau kita hitung, orang-orang yang tidak mempergunakan

tulisan jauh lebih banyak daripada yang mempergunakan di dunia ini.

Ditinjau dari pertumbahan bahasa perorangan, anak-anak memperlajari dan menguasai bahasa

lisan terlebih dahulu, sebelum mereka dapat menuliskan bahasanya. Kepandaian menulis ini

biasanya didahului oleh kecakapan membaca. Sekolah dan alat massa, yaitu Koran,

mendesakkan pengaruh tulisan kepada kehidupan manusia ini. Biarpun yang kedua itu dikurangi

oleh alat massa yang lain, yaitu radio dan televise, sekolah-dalam arti penambahan ilmu

pengetahuan-bertambah banyak dan meninggikan pengaruh tulisan itu.

Page 16: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 16/44

Betapa pun besarnya peranan tulisan itu di dalam kehidupan masyarakat modern ini, bahasa

pertama-tama ialah lisan, sedangkan tulisan itu hanyalah alat pencatat yang tidak sempurna

belaka. Ketidaksempurnaan tulisan itu ialah karena tidak semua aspek bahasa dapat dinyatakan

dengan tulisan, biarpun ada tanda-tanda bacaan, yang bisa menggantikan beberapa dari aspek-

aspek itu. Tekanan, nada dan lagu kalimat seringa tidak dinyatakan di dalam tulisan.

Kekutangn tulisan itu dapat pula dilihat pada tidak tetapnya tanda-tanda tulissan itu dipakai untuk

menyatakan bunyi-bunyi atau urutan-urutan bunyi bahasa. Dalam hal ini bahasa Indonesia

mempunyai system tulisan yang baik, artinya sedikit sekali ketidak tetapan tanda-tanda tulisan

kita yang terdapat. Hal ini umpamanya pemakaian tanda (e), yang dipakai untuk menyatakan

bunyi-bunyi seperti yang terdapat di dalam suku pertama kata-kata tempe, kesan, dan nenek.

Karena hal ini, orang yang yang tidak tahu sebuah kata yang di tulis dengan tanda itu akan

bingung menafsirkan nilai tanda (e) itu, umpamanya pada tulisan kata (esa).

System tulisan yang sangat buruk ialah system tulisan bahasa inggris. Tanda yang sama dipakai

untuk menyatakan bermacam-macam bunyi, seperti (ough), masing-masing di dalam kata-kata

tough, though , dan hiccough. Sebaliknya tanda yang berbeda-beda dipakai untuk menyatakan

bunyi atau urutan bunyi yang sama, seperti [e], [ee], [ea], [ei], dan [eo] yang dipakai untuk mewkili

bunyi [i;], yang terdapat masing – masing di dalam kata-kata regent, flee, flea, receove, people

dan receipt. Karena lah ini, dikabarkan bahwa George Bernard Shaw, penulis terkenal,

menuliskan di dalam surat wasiatnyq untuk memberikan hadiah kepada siapa saja yang

menciptakan ejaan yang sangat mudah bagi bahasa inggris. Rupa-rupanya, waktu masih

hidupnya penulis itu banyak mendapat kesukarn dari ejaan bahasa inggris yang sangat buruk itu.

Bahasa dan tulisan adalah dua macam sistem tanda yang jelas berbeda; yang kedua hanya ada

melulu untuk keperluan pencatatan yang pertama. Obyek ilmu bahasa bukanlah tulisan dan

bahasa, melainkan hanyalah bahasa, sedangkan tulisan bisa dipakai untuk membantunya. Tetapi

bahasa lisan yang mempunyai sistem tulisan demikian erat hubungannya dengan tulisannya,

sehingga yang kedua ini bserhasil mengaburkann peranannya yang pokok. Orang lebih

memperhatikan tanda tulisan daripada bunyi itu sendiri. Kesalahan yang sama ialah, apabila

seorang menyangka akan lebih banyak dapat mempelajari gambar seseorang daripada orangnya

sendiri.

Tetapi bagaimana menerangkan pengaruh tulisan itu ?

1) bentuk grafis daripada kata-kata kelihatannya seperti sesuatu yang tetap stabil, lebih

sesuai untuk memperhitungkan kesatuan bahasa sepanjang masa daripada bunyi.

Biarpun tulisan itu menciptakan kesatuan yang fictive, jaminan yang dangkal dripada

Page 17: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 17/44

tulisan lebih mudah ditangkap daripada jaminan satu-satunya yaitu jaminan daripada

bunyi.

2) kebanyakan orang lebih tertarik kepada kesan visual hanya karena kesan-kesan ini lebih

tegas dan lebih lama daripada kesan-kesan pendengaran; itulah sebabnya mereka lebih

suka kepada tulisan. Bentuk grafis berhasil mendesak diri kepada orang banyak dengan

kerugian di pihak bunyi.

3) bahasa sastra (tulisan) menambah pentingnya tulisan. Bahasa sastra mempunyai

kamusnya dan tatabahasanya; di sekolah anak-anak di ajarkan dari dan dengan

memakai buku; bahasa rupanya dikuasai oleh system tanda; system tanda itu sendiri

atas seperangkat kaidah-kaidah pemakaian yang tertulis, yaitu ejaan; dan karena inilah

maka tulisan memperoleh kepentingan yang pertama. Hasilnya ialah bahwa orang-orang

lupa bahwa mereka itu belajar berbicara terlebih dahulu sebelum menulis, dan urutan

yang sebenarnya ini dibaliknya.

4) apabila terdapat ketidak-cocokan antara ujar dan tulisan, penyelesaiannya sukar bagi tiap

orang, kecuali bagi ahli bahasa (linguist); dan karena ahlibahasa tidak diberikan suara

untuk penyelesaian itu, bentuk tulisan itu hamper selalu akan dimenangkan, sebab tiap

penyelesaian yang didukung oleh tulisan itu telah gampang; demikian tulisan

memperoleh kepentingan yang tidak selayaknya

Ada empat macam sistem tulisan, yaitu:

1) di dalam sistem ideografi tiap ide dinyatakan oleh sebuah tanda yang tidak dihubungkan

dengan bunyi atau urutan bunyi tanda ide itu. Tiap tanda mewakili seluruh kata dan

karena itu mewakili ide yang dinyatakan oleh kata itu. Contoh ideografi ialah “ tulisan “ di

Mesir Kuno, di Babilonia dan di Cina

2) ada persangkaan bahwa evolusi tulisan itu terjadi dari ideografi kepada piktografi. Hal ini

dapat dibayangkan, karena “ tulisan “ ideografi itu kurang berkecil-kecil menunjukkan

edenya atau konsepnya. Umpamanya saja ideografi “ gedung “ dapat pula ditafsirkan

sebagi rumah , pondok , gubug , dan juga gedung yang besar, sehingga mungkin kurang

tepatnya. Itulah sebabnya timbul pengkhususan, dan lahirlah “ tulisan “ piktograf. Sistem

ini memberikan gambar-gambar yang konvensional sebagai tanda-tanda konsep, seperti

gambar rumah, pondok , pohon cemara , pohon nyiur, dan lain sebagainya. Tulisan

kebanyakan bangsa Indian(Amerika) adalah system piktograf seperti ini.

Page 18: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 18/44

3) system suku kemudian lahir, yang kira-kira sebagai tingkatan berikut sistem piktografi.

Sistsem suku ini tentulah baik bagi bahasa-bahasa yang suku-suku kata-katanya

sederhana, seperti bahasa Jepang, umpamanya. Oleh sebab itu, bahasa jepang

mempunyai sistem suku ini di samping masih juga mempergunakan system ideografi,

yang dinamakan Kanji. Menurut keterangan, penulisan bahasa dengan “huruf” Kanji

belum dapat lengkap, lebih-lebih untuk “menyatakan” akhiran-akhiran, kata-kata baru

atau kata-kata pungutan, sedankan arena itu diperlukan tambahan. System suku yang

dipakai bangsa Jepang ada dua macam, yaitu Hiragana dan Katakana. Mula-mula

bangsa Tamil, Arab, dan Hebreu juga mempergunakan sistem suku. Hal ini memang

masih tampak pada tulisan arab, umpamanya yang lebih mementingkan konsonan-

konsonannya. Bahasa-bahasa Semit memang baik sekali mempunyai tulisan semacam

itu, karena pada dasarnya akar-akar kata yang terdapat merupakan jajaran konsonan-

konsonan belaka, sedangkan sonan-sonan itu dipakai untuk “ memberikan variasi “,

artinya untuk mengadakan derivasi dan konjugasi.

4) system yang sangat praktis ialah system fonetik. Sistem ini mencoba menghasilkan ututan

bunyai-bunyi yang merupakan kata. Sistem fonetik ini kadang-kadang bersifat suku,

kadang-kadang bersifat abjad, yaitu didasarkan kepada unsur-unsur yang tak terbagikan

di dalam ujar. Dikabarkan bahwa abjad fonetis yang mula-mula terdapat di Fonesia

(Lebanon yang sekarang) kira-kira 1725 tahun SM. Abjad itu rupa-rupanya hanya sekali

itu diciptakan, yang pokok-pokok pikirannya kemudian dibawa orang ke India dan ke

Yunani. Yang pertama itu, setelah mengalami perubahan-perubahan menjadi abjad

Devanagari itu. Di Yunani abjad itu mendapat tambahan tanda-tanda vocal, smuanyadisesuaikan dengan keperluan penulisan bahasa Yunani Kuno. Dengan tersebarnya

agama Kristen, tulisan itupun tersebar pula, mula-mula ke Romawi, dan kemudian ke

Eropa sebelah utara-tengah, yang kemudian melahirkan abjad-abjad Armenia, Georgia

dan Gotia. Di Romawi, abjad Latin menjadi terkenal dan kemudian tersebar bersama

bahasa Latin sebagai bahasa ilmu pengetahuan di sebagian besar Eropa yang lain.

Demikianlah sejarah “perantauan“ abjad fonetis dengan singkatnya. Sudah barang tentu

tiap pengambilan oleh bangsa lain, abjad itu mengalami perubahan-perubahan, yang di

sesuaikan dengan keperluan bangsa itu, sehingga sekarang ini terdapatlah bermacam-

macam abjad.

Ejaan suatu bahasa yang sempurna ialah apabila tiap bunyi bahasa itu dinyatakan oleh sebuah

tanda atau huruf. Ejaan semacam ini biasanya disesuaikan dengan bunyi – bunyi yang

membedakan, yang disebut fonem, di dalam bahasa itu, sehingga ejaan yang sempurana itu bisa

kita sebut ejaan fonemis. Seperti kami terangkan di atas, ejaan bahasa Indonesia belum fonemis,

karena masih terdapat penandaan yang tidak mengikuti dasar yaitu satu tanda untuk satu fonem.

Page 19: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 19/44

Penulisan huruf (u) dengan diagraf (oe) pada sementara nama orang sebenarnya menyalahi

ejaan bahasa Belanda. Sudah banrang tentu tiap orang Indonesia mempunyai hak untuk

menuliskan namanya semau hatinya, tetapi orang – orang yang menuliskan namanya dengan

ejaan Belanda itu tidak luput dari purbasangka kebelanda-belandaan. Ada yang menerangkan,

bahwa mereka itu dilahirkan sebelum kemerdekaan, artinya pada waktu penjajahan Belanda, jadi

tidak mungkin namanya dituliskan dengan ejaan kita yang sekarang. Orang tentulah heran akan

keterangan itu, karena jangankann ejaan nama tidak dapat diubah, sedangkan pemerintah

colonial yang beratus tahun itu bisa diubah dalam beberapa waktu saja. Lepas dari soal-soal itu,

 jika penulisan tidak sesuai dengan ejaan kita sendiri, tidak dapat dielakkan orang atau lebih-lebih

anak-anak kita membaca nama-nama yang ditulis seperti: Doel, Kaboel, Koeloer, dan

sebagainya, sebagai dowel, kabowel, dan kowelower.

1. Sejarah Huruf 

Sejarah huruf bermula di Mesir purba. Pada 2700 SM orang Mesir telah membangunkan set dari

sesetengah 22 hieroglyph untuk mempersembahkan konsonan individu dari bahasa mereka,

tambahan ke-23 yang seolah-olah telah dipersembahkan kata-initial atau vokal kata-akhir. Glyph

ini telah digunakan sebagai panduan sebutan untuk lologram, untuk menulis infleksi tatabahasa,

dan, kemudian, untuk transkripkan kata pinjaman dan nama asing. Walaupun huruf dibuat secara

semulajadi, sistem ini tidak digunakan secara tulen untuk menulis huruf. Huruf skrip tulen

pertama adalah dipikirkan telah dibangunkan sekitar 2000 SM untuk pekerja Semitik di Mesir 

tengah. Lebih lima abad kemudiannya ia sebar ke utara, dan semua huruf berikutnya sekeliling

dunia telah samada berasal-usul darinya, atau telah diinspirasikan oleh salah satu dari

keturunannya, dengan kemungkinan berkecuali dari huruf Meroitik, sebuah hieroglyph adaptasi

abad ke-3 SM di Nubia ke selatan Mesir.

 

a. Huruf Semitik

Skrip Zaman Gangsa Pertengahan dari Mesir telah kelak untuk ditafsirkan. Bagaimanapun,

mereka muncul untuk menjadi kurang sebahagian, dan mungkin dengan lengkap, berhuruf.

Contoh tertua dijumpai sebagai graffiti dari Mesir tengah dan bertarikh sekitar 1800 SM. Skrip

Semitik ini tidak membatasi sendiri kepada tanda konsonantal Mesir yang wujud, tetapi

menggabungkan sebilangan dari hieroglyph Mesir yang lain, untuk sejumlah yang mungkin tiga-

puluh, dan menggunakan nama Semitik untuk mereka. Jadi, sebagai contoh, hieroglyph per 

(”rumah” dalam Mesir) menjadi bayt (”rumah” dalam Semitik). Ia tidak jelas pada masa ini

samada glyph ini, apabila digunakan untuk menulis bahasa Semitik, telah tulennya berhuruf 

Page 20: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 20/44

secara semulajadi, mempersembahkan hanya konsonan pertama dari nama mereka menurut

dasar akrofonik, atau samada mereka boleh juga persembahkan babak konsonan atau malahan

 juga perkataan seperti mana moyang mereka ada. Sebagai contoh, “rumah” glyph mungkin

bangkit hanya untuk b (b sepertimana beyt “rumah”), atau mungkin ia bangkit untuk kedua-dua p

dan babak pr dalam Mesir. Bagaimanapun, apabila suatu masa skrip telah diwarisi oleh orang

Canaan, ia telah tulennya berhuruf, dan hieroglyph asalnya mempersembahkan “rumah” bangkit

hanya untuk b.

b. Keturunan abjad Semitik

Huruf Proto-Canaan ini, seperti prototaip Mesirnya, hanya mempersembahkan konsonan, sebuah

sistem dipanggil abjad. Darinya dapat dikesan hampir kesemua huruf yang pernah digunakan,

kebanyakan dimana turunnya dari yang lebih muda versi skrip Phoenicia.

Abjad Aramia, dimana berkembang dari Phoenicia pada abad ke-7 SM sebagai skrip rasmi

Empayar Parsi, muncul menjadi keturunan dari hampir kesemua huruf moden Asia:

1. Abjad Ibrani moden dimulakan sebagai Aramia pelbagaian. (Abjad Ibrani asal telah dikekalkan

oleh Samaritan).

2. Abjad Arab diturunkan dari Aramia via huruf Nabatean dari apa yang dipanggil sekarang

selatan Jordan.

3. Abjad Syriak digunakan selepas abad ke-3 CE dikembangkan, melalui Pahlavi dan Sogdian,kedalam huruf dari utara Asia, seperti Orkhon (kemungkinan), Uyghur, Mongolia, dan

Manchu.

4. Huruf Georgia adalah dari tempat asal yang tidak pasti, tetapi muncul menjadi sebahagian

keluarga Parsi-Aramia (atau mungkin jadi Greek).

5. Abjad Aramia juga sudah pastinya keturunan dari Huruf Brahmic dari India, dimana disebarkan

ke Tibet, Asia Tenggara, dan Indonesia bersama agama Hindu dan Buddha. (China dan

Jepun, semasa menyerap Buddhisme, telahpun literat dan mengekalkan skrip logographik

dan ejaan sukuan.)

Huruf Hangul alphabet telah diciptakan di Korea dalam abad ke-15. Tradisi mengatakan bahawa

ia merupakan ciptaan autonomi; bagaimanapun, penyelidikan terkini mencdangkan bahawa ia

mungkin berdasarkan kepada separuh sedozen huruf yang diambil daripada skrip Tibet melalui

Page 21: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 21/44

imperial huruf Phagspa dari dinasti Yuan dari China. Memang unik di kalangan huruf-huruf dunia,

lebihan daripada huruf-hurufnya adalah diambil daripada teras ini sebagai satu sistem featural .

Selain Aramia, huruf Phoenicia memberi kebangkitan kepada huruf Greek dan Berber. Dimana

huruf untuk vokal boleh sebenarnya menghindarkan legilibiliti Mesir, Berber, atau Semitik,

ketidakhadiran mereka adalah bermasalah untuk Greek, dimana mempunyai struktur morfologikal

yang amat berlainan. Bagaimanapun, terdapat penyelesaian mudah. Kesemua nama huruf dari

huruf Phoenicia bermula dengan konsonan, dan konsonan ini adalah apa yang

mempersembahkan huruf. Bagaimanapun, beberapa dari mereka adalah agak lembut dan tidak

dapat disebutkan oleh Greeks, dan demikian beberapa nama huruf datang menjadi disebut

dengan vokal initial. Mengikut dasar akrofonik yakni adalah sistem basis, huruf ini sekarang

berdiri ubtuk vokal itu. Contohnya, Greeks tidak mempunyai hential glotal atau h, jadi huruf 

Phoenicia ’alep dan he menjadi Greek alpha dan e (kemudian dinama semula epsilon), dan

berdiri untuk vokal a dan e berbanding dari konsonan ʔ dan h. Laksana perkembangan bertuah

ini hanya dibekalkan untuk enam dari dua-belas vokal Greek, Greeks akhirnya mencipta diagraf 

dan lain-lain pengubahsuaian, seperti ei, ou, dan (dimana menjadi omega), atau dalam

sesetengah kes dengan mudah abaikan kekurangan, seperti dalam panjang a, i, u.

Greek dalam giliran adalah sumber untuk semua skrip moden Eropah. Huruf dialek Greek barat

awal, dimana huruf eta ditinggalkan h, memberi kebangkitan kepada Italik Kuno dan huruf 

Roman. Dalam dialek Greek timur, dimana tidak mempunyai /h/, eta berdiri untuk vokal, dan

ditinggalkan vokal dalam Greek moden dan semua lain-lain huruf dipemerolehan dari pelbagaian

timur: Glagolitik, Cyrillic, Armenia, Gothik (dimana menggunakan kedua-dua huruf Greek dan

Roman), dan mungkin jadi Georgia.

Walaupun deskripsi ini persembahkan evolusi skrip dalam fesyen linear, ini adalah

diperkemudahkan. Sebagai contoh, huruf Manchu, diturunkan dari abjad Asia Barat, adalah juga

dipengaruhi oleh hangul Korea, dimana samada bebas (pandangan tradisional) atau

dipemerolehan dari abugida Asia Selatan. Georgia nyata dipemerolehan dari keluarga Aramia,

tetapi kuat dipengaruhi dalam konsepsyennya oleh Greek. Huruf Greek, sendiri akhirnya adalah

pemerolehan dari hieroglyph melalui yakni huruf Semitik pertama, kemudian mengambilguna

tambahan separuh dozen hieroglyph demotik apabila ia digunakan untuk menulis Coptik Mesir.

Kemudian terdapat Suku Kata Cree (sebuah abugida), dimana muncul menjadi fusyen dari

Devanagari dan tangan pendek Pitman; terkemudiannya mungkin adalah ciptaan bebas, tetapi

berkemungkinan mempunyai asalan akhir dalam skrip Latin kursif.

c. Nama Huruf dan Siri

Page 22: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 22/44

Tidak diketahui berapa banyak huruf-huruf dalam huruf Proto-Sinaitik, atau apa susunan huruf 

mereka. Di kalangan warisnya, huruf Ugaritik mempunyai 27 konsonan, huruf Arab Selatan

mempunyai 29, dan abjad Phoenicia telah dikurangkan kepada 22. Skrip-skrip ini disunsunan

dalam dua susunan, satu arahan ABGDE dalam bahasa Phoenicia, dan satu arahan HMHLQ di

selatan; Ugaritic menyimpan arahan-arahan tersebut. Kedua-dua jujukan telah dibuktikan secara

tak disangka-sangka ia telah dibuktikan stabil di kalangan waris-waris skrip ini.

Nama huruf ini dibuktikan stabil dikalangan waris Phoenicia, termasuk Samaritan, Aramia, Syriak,

Ibrani dan huruf Greek. Bagaimanapun, mereka telah terbiar dalam Arab dan Latin. Huruf siri

terus lagi ayau kurang sempurna kedalam Latin, Armenia, Gothik, dan Cyrillic, tetapi telah terbiar 

dalam Brahmi, Runik, dan Arab, walaupun susunan abjad tradisional ditinggalkan atau telah

diperkenalkan semula sebagai altenatif dalam terkemudiannya

22 konsonan akaun ini untuk fonologi Semitik Barat Laut. Dari pembinaan semula

konsonan Proto-Semitik, tujuh yang hilang: iaitu frikatif interdental ḏ, ṯ, ṱ, lateral frikatif tanpa

suara ś, ṣ ́, frikatif uvular disuara g, dan perbezaan antara uvular dan frikatif tanpa suara farigil ḫ,

ḥ, dalam Canaan bercantum dalam ḥet. Enam pelbagaian huruf ditambah dalam akaun

huruf Arab untuk ini (kecuali untuk ś, dimana terus hidup sebagai fonim terpisah

dalam Ge’ez ሰ): ḏ > ḏāl; ṯ > ṯā‘; ṱ > ḍād; g > gayn; ṣ ́ > ẓā‘; ḫ > ḫā‘ (tetapi nota yakni

pembinaan semula ini adalah dengan berat dimaklumkan oleh Arab; lihat Proto-Semitik dengan

lebih terperinci).

d. Huruf Bebas Bergrafik

Huruf moden kebangsaan yang hanya yakni telah tidak secara grafiknya dijejak balik kepada

huruf Canaaan adalah skrip Maldivia, dimana yang uniknya adalah, walaupun a jelasnya

dimodelkan selepas Arab dan mungkin jadi lain-lain huruf yang wujud, ia dipemerolehan dari

bentuk hurufnya dari angka. Huruf Osmanya difikirkan untuk Somali pada 1920an telah ko-rasmi

di Somalia dengan huruf Latin hingga 1972, dan bentuk konsonannya kelihatan menjadi inovasi

lengkap.

Dikalangan huruf yang tidak digunakan sebagai skrip kebangsaan kini, beberapa yang jelas

bebas dalam bentuk huruf mereka. Huruf fonetik Zhuyin dipemerolehan dari watak Cina. Huruf 

Santali dari India timur kelihatan menjadi berdasarkan pada simbol tradisional seperti “bahaya”

dan “tempat mesyuarat”, baik juga seperti piktograf yang dicipta oleh penciptanya. (Nama huruf 

Santali adalah yang berhubung kepada bunyi mereka persembahkan melalui dasar akrofonik,

seperti dalam huruf asli, tetapi ia adalah konsonan akhir atau vikal dari nama yakni huruf ini

Page 23: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 23/44

mempersembahkan: le “pembengkakan” mempersembahkan e, manakala en “membanting

bijirin” mempersembahkan n.)

Dalam dunia purba, Ogham terdiri dari tanda bersamaan, dan inskripsi monumental dari Empayar 

Parsi Kuno telah ditulis dalam skrip cuneiform berhuruf berkeperluan yang empunya bentuk huruf 

kelihatan telah dicipta untuk kadang-kadang. Bagaimanapun, manakala semua huruf dari sistem

ini mungkin telah grafikalnya bebas dari lain-lain huruf di dunia, mereka telah difikirkan dari

contoh mereka.

e. Huruf dalam Media Lain

Perubahan kepada medium penulisan baru kadangkala menyebabkan pemecahan dalam bentuk

geografi, atau membuat perhubungan sukar untuk dijejak. Ia tidak segera ketara yakni cuneiform

huruf Ugaritik dipemerolehan dari abjad Semitik prototipikal, sebagai contoh, walaupun ia

kelihatan menjadi kes. Dan manakala huruf manual adalah penerusan terus dari huruf tempatan

bertulis (kedua-dua dua-tangan British dan huruf Perancis/satu-tangan Amerika mengekalkan

bentuk huruf Latin. seperti huruf manual India buat Devanagari, dan Korea buat Hangul), Braille,

semafor, bendera isyarat maritim, dan kod Morse adalah perlunya bentuk geografi rambang.

Bentuk Braille Inggeris dan huruf semafor, sebagai contoh, adalah dipemerolehan dari susunan

berhuruf dari huruf Latin, tetapi bukan dari bentuk grafik huruf mereka sendiri. Tangan pendek

moden juga kelihatan menjadi geografinya tidak berhubungkait. Jika ia dipemerolehan dari huruf 

Latin, perhubungan telah hilang dalam sejarah.

 

2. Sejarah Perkembangan Tulisan

Sistem tulisan yang dikenal paling dahulu, mula-mula bergambar, tampaknya adalah sistem

tulisan bangsa Sumeria (sekitar 3000 SM, di Mesopotamia). Beberapa pakar menunjukkan

sebuah hubungan derivasi antara sistem tulisan ini dengan sistem tulisan Mesir Kuno dan

bahkan sistem tulisan Cina. Meskipun berhubungan dengan sistem tulisan Cina tampaknya tidak

mungkin ada.Tulisan Sumeria mula-mula digunakan hanya dalam konteks terbatas untuk

keperluan administratif, ketimbang untuk komunikasi umum dan sastra. Tulisan ini kemudian

diperluas rentangan dan pemakaiannya.

Dalam makalah ini, kita mengawali sejarah kajian linguistik dengan hasil-hasil yang telah dicapai

bangsa Yunani kuno. Hal ini dikarenakan alasan yang sederhana yaitu bahwa para pemikir 

Yunani tentang bahasa, dan tentang masalah-masalah yang ditimbulkan penelitian linguistik,

mengawali di benua Eropa kaji-kajian yang dapat kita sebut ilmu linguistik dalam pengertian yang

Page 24: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 24/44

paling luas, dan bahwa ilmu ini merupakan suatu fokus minat yang berkelanjutan dari zaman

Yunani kuno hingga ke zaman sekarang ini dalam suatu urutan kepakaran yang tidak ada putus-

putusnya.

Tulisan yang semula dalam huruf bergambar atau tulisan yang diciptakan orang Mesir dan di

tempat-tempat lainnya, secara terpisah, seperti di Cina dan Amerika Tengah. Tulisan silabik yang

kemudian menjadi sumber abjad Yunani barangkali diciptakan dengan meniru tulisan Mesir, dan

secara bertahap diubah.

Perkembangan apa pun dari suatu sistem tulisan yang memungkinkan pencatatan secara visual,

suatu bahasa sebagaimana bahasa itu diucapkan dan dipahami merupakan suatu hasil karya

besar. Biasanya selama beberapa generasi dalam analisis linguistik yang secara khusus

diterapkan atau diarahkan kepada kebutuhan-kebutuhan praktis. Akan tetapi, terlepas dari

penemuan tulisan sebelumnya dan berlanjut dari tulisan itu, kita mempunyai contoh-contoh

naskah Gramatiks Kuno dari Babilonia, yang berasal dari kurang lebih 1600 SM dan sesudahnya

yang ditulis pada tablet dengan tulisan kuno berbentuk baji (cuneiformscript) yang menuliskan

dalam bentuk contoh tasrif infleksi-infleksi kata ganti, kata kerja dan jenis kata lain dari bahasa

Sumeria dengan padanannya dalam bahasa Akkadi (bahasa Babilonia).Tujuan karya ini adalah

untuk pelestarian pengetahuan tentang bahasa Sumeria suatu bahasa yang telah menjadi

bahasa mati, namun banyak menuliskan kesusastraan Babilonia masa lalu.

Namun pada zaman Yunani kunolah linguistik teoritik memiliki asal Eropanya, sebagian karena

persyaratan-persyaratan praktis. Namun dari zaman itu pulalah kita memiliki catatan-catatan

pertama kita mengenal perkiraan-perkiraan linguistik, namun jauh melampaui perkiraan-perkiraan

itu, kita memiliki linguistik rakyat dan penerapan-penerapan praktis.

Dalam perkembangan sejarahnya ia telah berhubungan dengan kontribusi-kontribusi utama

kelompok pakar-pakar linguistik.Bangsa Yunani klasik telah sadar akan adanya bangsa-bangsa

yang memakai bahasa lain, bukan bahasa Yunani dan pembagian dialek di antara penduduk

yang berbahasa Yunani. Herodotus dan lain-lainnya mengutip dan membahas kata-kata asing.

Plato mengakui dalam percakapan di Cratylus kemungkinan bahwa sebagian dari kosakata

Yunani berasal dari bahasa asing dan kita mengetahui adanya penutur dwibahasa dan juru

bahasa profesional.

Pada bagian awal tahun 1000 SM, sistem abjad untuk penulisan untuk penulisan bahasa Yunani

diupayakan dan ini berfungsi sebagai dasar dari abjad Yunani Attic klasik (dari Atena) dan dialek-

dialek sastra lainnya dan bersama-sama dengan abjad Romawi yang berasal dari abjad Yunani

versi Yunani bagian barat, menjadi asal mula dari sistem tulisan yang tersebut ke seluruh dunia

Page 25: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 25/44

dewasa ini.Kini kita tahu bahwa tulisan dikembangkan di Yunani dalam dua periode yang

terpisah. Selama milenium kedua bangsa Mycenea menggunakan sistem tulisan silabik yang

mencakup beberapa logogram (lambang untuk tiap kata terpisah). Ini juga dikenal sebagai linear 

B, dan selama jangka waktu yang lama tetap tidak bisa dibaca. Seperti tulisan Sumeria awal,

sistem ini tampaknya sebagian besar terbatas penggunaannya di dalam bidang administrasi dan

akuntansi. Tafsiran dari tulisan ini dan penentuan yang hampir pasti dari bahasa yang

direkamnya sebagai variasi permulaan bahasa Yunani merupakan salah satu peristiwa utama

tentang pengetahuan klasik belakangan ini dengan pengaruh yang sangat dalam terhadap

pengetahuan kata tentang kebahasaan dan kesejarahan Yunani kuno.

Namun, selama zaman gelap yang mengikuti invasi bangsa Dorian, pengetahuan tulis-menulis

lenyap, dan abjad Yunani sebagai yang kita ketahui sekarang ini dikembangkan secara bebas

dari suatu penyesuaian tulisan bangsa Phoenicia. Sistem Phoenicia sebagian besar berupa

seperangkat tanda-tanda konsonan, sedangkan bunyi vokal pada umumnya diberikan oleh

pembaca tulisan itu berdasarkan perasaannya tentang apa yang ditulis. Jadi (alif),yang

melambangkan (a) dalam bahasa Phoenicia menjadi huruf A (alfa) Yunani yang melambangkan

fonem vokal a. Peristiwa sejarah yang sangat berarti ini dicatat secara mistik. Cadmus dikatakan

telah memperkenalkan tulisan dari luar Yunani, suatu pengakuan bahwa asal mula abjad Yunani

secara historis adalah dari luar Yunani.

Perkembangan dan kegunaan tulisan adalah bentuk pertama dari pengetahuan tentang linguistik

di Yunani dibuktikan oleh sejarah kata grammatikos sampai dan termasuk zaman Plato dan

Aristoteles kata itu hanya berarti seseorang yang memahami pemakaian huruf, grammata dan

dapat membaca dan menulis dan techne grammatike adalah keterampilan membaca dan

menulis.

Pada zaman klasik kesusasteraan Yunani dan zaman setelah itu kita dapat mengikuti kemajuan

spekulasi linguistik yang sadar, ketika manusia merenungkan tentang hakikat dan penggunan

bahasa mereka.Istilah grammatike pada mulanya berarti tidak lebih daripada pemahaman huruf 

dan banyak dari apa yang dianggap orang sekarang ini sebagai pengkajian ilmu linguistik zaman

dahulu yang bisa digolongkan di bawah judul philosophia.

Aristoteles (384-322 SM) kenal karya-karya Plato, dan menggunakan karya-karya tersebut

sebagai dasar bagi pengembangan pemikirannya sendiri. Zaman Aristoteles menandai akhir dari

suatu era dalam sejarah Yunani. Di antara aliran-aliran filsafat yang berkembang di Atena setelah

Aristoteles yang paling penting di dalam sejarah linguistik adalah aliran Stoik.Aliran Stoik didirikan

oleh zeno (kira-kira 300 SM), menggarap sejumlah bidang yang telah digarap Aristoteles, aakn

Page 26: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 26/44

tetapi dalam segi-segi tertentu dalam bidang filsafat dan retorika mereka mengembangkan

metode dan ajaran mereka sendiri.

Aliran Stoik didirikan pada zaman Hellenistik. Di bawah pengaruh aliran Stoik,linguistik mencaapi

suatu temapt dengan batasan yang jelas di dalam tautan filsafat secara keseluruhan dan

masalah-masalah linguistik secara nyata dibahas dalam karya-karya terpisah yang diperuntukkan

bagi segi-segi bahasa dan dibahas secaar bersistem. Pada zaman Hellenistik dihasilkan

sejumlah takarir dari dialek-dialek non-Attik yang berbeda-beda. Suatu bukti dari kajian sistematis

tentang perbedaan-perbedaan antara berbagai ragam bahasa Yunani yang telah memilikii sistem

tulisan yang representatif.

Tanda-tanda aksen tulisan Yunani berasal dari zaman Hellenistik yang dipakai sebagai petunjuk

bagi pengucapan kata-kata secara benar, dan deskripsi unsur-unsur aksen dan jeda yang

dilambangkan secara grafis dengan batas kata dan tanda-tanda baca, di bawah judul umum

prosodiai. Prosodiai merupakan bagian dari gerakan yang mendukung ketepatan, atau

Hellenisme,atau Hellenismos.

Bangsa Romawi telah lama menikmati kontak dengan budaya material dan gagasan intelektual

Yunani, melalui tempat-tempat bermukim bangsa Yunani di daerah Italia bagian selatan; dan

mereka telah belajar menuls dari orang-orang Yunani barat. Dari segi linguistik hal ini tercermin

dalam bahasa-bahasa yang dipakai secara umum di provinsi-provinsi Romawi bagian timur dan

barat. Di belahan barat kerajaan ini tidak memiliki hubungan dengan suatu peradaban yang

diakui. Bahasa Latin menjadi bahasa pemerintahan, perdagangan, hukum, pendidikan dan

kemajuan sosial. Namun, di wilayah timur, yang sebagian besar telah berada di bawah

pemerintahan Yunani sejak zaman Hellenistik, bahasa Yunani mempertahankan posisi yang

telah dicapainya. Para pejabat Romai sering belajar dan menggunakan bahasa Yunani dalam

melaksanakan tugas-tugas mereka, dan kesusasteraan serta filsafat Yunani sangat dihormati

orang. Pada akhirnya pembagian bahasa ini diakui secara politis dalam pemisahan kekaisaran

Romawi ke dalam kerajaan Barat dan kerajaan Timur dan Konstatinopel (Byzantiium) dijadikan

ibukota Kerajaan Timur yang bertahan sebagai ibukota Domini Byzantiium meskipun wilayahnya

menjadi kecil, sampai pada zaman Renaisans barat.

Begitu besar prestise tulisan Yunani, sehingga puisi bahasa Latin meninggalkan meter-meter 

aslinya dan diciptakan selama zaman klasik dan sesudahnya dalam meter-meter yang dipelajari

dari pujangga-pujangga Yunani. Penyesuaian meter Yunani pada pada meter-meter Latin ini

mencapai titik puncaknya dalam Hexameter Vergil yang hebat dan Elegiacs Ovid yang

disempurnakan (elegiacs = puisi yang mengungkapkan kesedihan dan ratapan, catatan

penerjemah).

Page 27: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 27/44

Pemikir-pemikir Yunani dan cendekiawan Yunani pada umumnya memasuki dunia Romawi

dalam jumlah yang semakin besar pada pada zaman Varro(116-27 SM), baik pendapat aliran

Aleksandria dan Stoik tentang bahasa dikenal dan dibahas.Varro mengemukakan

peandangannya tentang bahasa yang menurutnya berkembang dari seperangkat terbatas

himpunan kata-kata asli, yang dikenakan pada benda-benda untuk mengacu pada benda

tersebut dan menjadi sumber yang produktif dari sejumlah besar kata-kata lain melalui

perubahan-perubahan pada huruf, atau pada bentuk fonetis (dua modus deskripsi ini mengacu

pada hal yang sama baginya). Perubahan huruf ini terjadi dalam masa bertahun-tahun, dan

bentuk yang lebih dahulu , seperti dullum untuk bellum yang klasik, yang bermakna ‘perang’

merupakan contoh dari perubahan-perubahan ini. Pada waktu yang sama, makna berubah

seperti makna hostis yang dulu berarti ‘orang asing’, namun pada zaman Varro dan di dalam

bahasa Latin klasik dan kemudian yang lebih mutakhir, maknanya adalah ‘musuh’.Pernyataan

-pernyataan etimologis ini didukung oleh pakar-pakar modern, akan tetapi banyak di antara

etimologi ini yang menempuh jalan yang saam dan berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan yangsama, seperti kata Yuanni dalam bidang ini.Anas,’itik,dari nare,’berenang ‘ vitis, ‘anggur’ dari vis,

‘kekuatan’, dan cura, perhatian dari cor urere, ‘membakar hati’, adalah khas baik dari karyanya

maupun kaji-kajian etimologis Latin pada umumnya.

Ketidaktahuan mendasar tentang sejarah linguistik terlihat dalam-acuan-acuan Varro kepada

bahasa Yunani.Kesamaan-kesamaan dalam bentuk kata yang memiliki arti yang sepadan dalam

bahasa Latin dan Yunani telah jelasDua contoh kiranya menjadi iliustrasi yaitu,kata Yunani phero

dan kata fero, Latin ‘saya membawa’ , keduanya merupakan refleksi dari kata kerja Indo-Eropa

yang direkonstruksi bher-.Kata Latin feretrum, ‘bir’ adalah kaat serapan langsung kata Yunanipheretron.

Di dalam bahasa Latin, equitatus, ‘pasukan berkuda’, dan eques (kata dasar equit-) ‘ penunggang

kuda’, dapat diasosiasikan dengan dan diacu kembali secara deskriptif kepada equus, ‘kuda’,

akan tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut yang mungkin diberikan dengan cara yang sama

terhadap kata equus. Di dalam bahasa Latin kata itu adalah kata asli dan penjelasan tentang

bentuk dan maknanya melibatkan penelitian diakronik dalam tahap-tahap yang lebih awal dari

keluarga bahasa Indo-Eropa dan bentuk-bentuk berkaitan dalam bahasa-bahasa Latin.

Dalam bidang keragaman bentuk kata dari akar tunggal, baik derivasional maupun infleksional,

Varro mengemukakan argumen-argumen mendukung dan menolak analogi dan anomali, dengan

memberikan contoh-contoh keteraturan dan ketidakteraturan dalam bahasa Latin.Dengan cukup

logis dia menyimpulkan bahwa kedua asas itu harus diakui dan diterima dalam pembentukan

kata suatu bahsa dan dalam makna-makna yang berhubungan dengannya.Jadi, equus, ‘kuda’

dan equa, ‘kuda betina’, memiliki bentuk yang berbeda untuk binatang jantan dan betina karena

Page 28: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 28/44

perbedaan kelamin penting bagi para penutur itu. Akan tetapi corvus, ‘nama sejenis burung’,

tidak memiliki karena perbedaan antara jantan dan betina dalam hal ini tidak penting bagi

manusia. Dulu juga berlaku bagi merpati, namun sejak burung dara dipelihara , bentuk analogik

yang berbeda untuk jantan, yaitu Colombus diciptakan.

Secara kultural kita melihat, semenatra tahun-tahun berlalu dari Zaman Perak (akhir abad ke-1

Masehi), menurunnya nilai-nilai sastra , habisnya tema lama secara bertahap, dan hilangnya

gairah dalam mengembangkan tema-tema baru.Kecuali dalam masyarakat Kristen yang sedang

menanjak, ilmu pengetahuan mengalami kemunduran, dalam bentuk karya ilmiah yang semata-

mata mengikuti standar yang telah diakui di masa lalu.Di Latin barat, seperti Yuanni timur, ini

merupakan zaman komentar, ringkasan dan kamus.Tatabahasawan Latin yang mempunyai

pandangan yang serupa dengan pandangan pakar-pakar Yunani Aleksandria, seperti mereka ini,

mengarahkan perhatian mereka kepada bahasa sastra klasik dan tatabahasa berperan sebagai

pengantar dan dasar utnuk mempelajarinya.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam bahasa

Latin lisan dan bahasa Latin tulis yang nonsastra di sekeliling mereka kurang membangkitkan

minat mereka; karya-karya mereka secara bebas dijelaskan dengan teks yang kesemuanya

berasal dari penulis prosa dan puisi Latin klasik dan pendahulu mereka, yakni Plautus dan

Terence.

Betapa berbeda jadinya bahasa Latin tulis yang dianggap baik dapat dilihat dengan

membandingkan tatabahasa dan gaya terjemahan injil(Vulgate) pada abad ke-4 oleh St.Jerome,

di dalmnya beebrapa unsur tatabahasa bahasa Roman diantisipasi, dan bahasa Latin dilestarikan

dan diperikan oleh para tatabahasawan, salah seorang diantaranya, Donatus, tatabahasawan

terkenal, setelah Priscian, sebenarnya adalah guru dari St.Jerome.Meskipun dia banyak

memakai gagasan-gagasan pendahulunya, tujuannya, seperti tujuan mereka, adalah

mengalihkan sebisa-bisanya sistem tatabahasa dari techne dan karya-karya Apollinus ke dalam

bahasa Latin.

a. Zaman Pertengahan

Zaman pertengahan adalah istilah yang digunakan untuk menamai dan menandai periode

sejarah Eropa antara hancurnya kekaisaran Romawi sebagai suatu daerah kesatuan peradaban

dan administratisi dengan urutan peristiwa dan perubahan kultural yang dikenal sebagai

Renaisans dan pada umumnya dianggap sebagai fase permulaan dunia modern.

Orang-orang Latin dari provinsi barat dapat bertahan melawan penjajah Germanik, yang

bahasanya hanya tersisa beberapa unsur-unsur leksikal dalam bahasa-bahasa Roman modern

yang merupakan turunan dari bahasa Latin lisan dari wilayah-wilayah tersebut.

Page 29: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 29/44

Di barat, kebanyakan sastra klasik telah hilang sama sekali; selama beberapa abad kajian dan

bahkan pengetahuan bahasa Yunani menjadi sangat berkurang dan dalam Abad Gelap

kebanyakan filsafat Yunani yang ada terdapat dalam bentuk terjemahan dalam bahasa Latin dari

karya-karya terpilih.Sumbangan yang besar bagi pelestarian kesinambungan pendidikan dan ilmu

pengetahuan diberikan oleh biara dan tempat para rahib, gereja dan kemudian universitas, yang

didirikan selama awal zaman pertengahan.Dalam lembaga-lembaga yang dikuasai oleh pejabat

gereja Kristen, literatur politheistik, yaitu literatur klasik zaman kuno, cenderung dicurigai, dan

terdapat banyak contoh kebencian yang disengaja ditujukan kepada penulis-penulis ini dan

bahasa yang digunakan dalam tulisn-tulisan itu, yang berbeda, dari bahasa Latin kemudian yang

hampir mendekati ragam sehari-hari, bahasa Latin Vulgate (kitab Injil berbahasa Latin yang

dipakai Gereja Katolik (catatan edita) dan yang dipakai di lingkungan gereja.Bahasa Latin tetap

merupakan bahasa ilmu pengetahuan, dan wewenangnya meningkat karena bahasa itu dipakai

sebagai bahasa literatur keagamaan dan untuk pelayanan dan administrasi Gereja (Roma) barat.

Dalam sejarah ilmu pengetahuan linguistik, bagian kedua abad pertengahan dari sekitar 1100

hingga akhir zaman itu, adalah lebih penting.Ini merupakan zaman filsafat Skolastik yang

memberikan tempat penting kepada kajian linguistik dan yang ditandai dengan banyaknya jumlah

karya linguistik yang dihasilkan orang.Zaman ini juga ditandai dengan perkembangan arsitektur 

dan sastra abad pertengahan (yang dikenal juga sebagai ‘Gothik’) dan pendirian beberapa

universitas yang paling awal di Eropa.Hingga zaman ini karya linguistik hampir keseluruhan

bertujuan pedagogis dan sebagian besar bersifat derivatif dalam doktrinnya, karena diterapkan

dalam pengajaran bahasa Latin menurut himpunan bahan Donatus dan priscian.Karya-karya

yang bersifat didaktis murni semacam itu dilakukan orang di sepanjang periodeSkolastik.Beberapa buku petunjuk tatabahasa Latin diterbitkan dalam bentuk syair, sebagai cara

membantu siswa untuk mengingatnya.Salah satu dari karya ini adalah Doctrinale dari

Aleksandria asal Villedien,yang ditulis di sekitar tahun 1200, yang terdiri dari 2645 baris dengan

sajak bersusun heksameter yang kasar.

Deskripsi linguistik bahasa-bahasa lain muncul selama zaman ini, yang berfungsi untuk

memenuhi keperluan menulis dan membaca sastra populer, dan standar-standar pendidikan.

Kemasyhuran sastra Provencal Troubadour menumbuhkan suatu kebutuhan akan informasi

gramatikal tentang bahasa Provencal, dan dari sekitar tahun 1240 beberapa deskripsi tatabahasatelah ditulis orang.

Salah satu dari contoh-contoh yang menonjol dari karya ptraktis di masa ini adalah First

Grammatical treatis, oleh seorang pakarIng menakjubkan dan kebebasan berpikir.Dia terutama

tertarik dengan perbaikan ejaan, dengan penyempurnaan pemakaian abjad yang diturunkan dari

abjad Latin untuk menulis bahasa Islandia pada zamannya.Di samping ini, pengamatannya

Page 30: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 30/44

mengenai pelafalan bahasa, yang secara tersendiri merupakan bukti yang berharga untuk tahap

perkembangan bahasa Islandia di masa ini,menunjukkan bahwa dia adalah seorang pakar 

fonetik yang tidak tertandingi oleh pakar-pakar fonetik pada zamannya.

Tatabahasa spekulatif merupakan suatu tahap yang jelas dan berbeda dalam teori linguistik dan

penulis-penulisnya yang berbeda, atau Modistae, sebagaimana kadang-kadang mereka dinamai

orang, dengan acuan kepada istilah pokok modi significandi menunjukkan secara substansial

pandangan teoretik yang sama dan memiliki konsepsi ilmu pengetahuan linguistik, yang sama,

tujuan-tujuannya dan tempat yang sama di antara kajian intelektual lainnya.Tatabahasa spekulatif 

merupakan hasil dari pemaduan deskripsi gramatikal Latin sebagaimana dirumuskan oleh

Priscian dan Donatus ke dalam sistem filsafat skolastik.Kebangkitan dan pertumbuhan filsafat

skolastik diakibatkan oleh sejumlah faktor sejarah, di samping adanya manusia-manusia yang

berkemampuan intelektuald dan pengabdian yang tinggi.Di samping itu, pengetahuan mengenai

bahasa Yunani, tentang penulis-penulis Yunani dan yang paling penting lagi tentang filsafat

Yunani sebagaimana yang dirintis oleh Aristoteles menjadi semakin banyak tersedia bagi barat di

sekitar abad ke-12.Dari Spanyol cukup banyak tulisan filsafat Yunani yang diperkenalkan kembali

ke daerah-daerah lain di Eropa Barat melalui terjemahan bahasa Arabdan bahasa Ibrani dan

melalui komentar-komentar dalam bahasa-bahasa tersebut.Filsuf Kristen terdahulu telah lebih

memberi tekanan kepada Plato dan pemikiran Plato daripada kepada Aristoteles, sebagian

karena teori Plato lebih mudah diperoleh melalui tulisan-tulisan neoPlatonis abad ke-3 dan

setelah itu.Dari abad ke-12 dan seterusnya, mereka memberi dorongan ke arah tatabahasa

spekulatif dan teori bahasa yang diciptakan dalam kerangka filsafat zaman itu.Juga terdapat

suatu peningkatan mencolok dalam jumlah penelitian dan kajian tatabahas yang dilakukan.

 

b. Zaman Renaissans dan Sesudahnya

Renaissans secara tradisi dianggap sebagai saat lahirnya dunia modern dan sejarah

modern.bagian terpenting dari ilmu pengetahuan Renaissans adalah tuntasnya kebangkitan

pengkajian terhadap bahasa Latin klasik dan bahasa Yunani klasik, yang telah dimulai Italia,

bukan untuk tujuan komunikasi internasional dan komunikasi ilmiah, dan untuk dipakai dalam

berfilsafat seperti halnya bahasa Latin di abad pertengahan; akan tetapi sebagai sarana sastra

yang menarik dan sebagai bahasa zaman lampau dari sebuah peradaban besar, terpisah dari

dan ada sebelum Gereja.Zaman ini dapat kita tandai dengan dimulainya pengkajian serius

terhadap sastra klasik dan sejarah Yunani kuno dan Romawi kuno (literae humaniores) sebagai

komponen yang penting, sekurang-kurangnya hingga akhir-akhir ini, dari pendidikan di sekolah-

sekolah dan di universitas di Eropa.Dan pada akhir abad ke-14 Manuel Chrysoloras, yang

Page 31: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 31/44

diundang dari Konstatinopel sebagai guru bahasa Yunani, menulis tatabahasa modern pertama

bahasa itu di barat.

Pengkajian tatabahasa Yunani dan bahasa Latin terus dilanjutkan dan perbaikan dan

perkembangan lebih lanjut yang meneruskannya dari masa pertengahan kepada praktik

pengajaran modern dalam bahasa-bahasa klasik merupakan objek yang cocok untuk studi

spesialis; akan tetapi hal ini tidak lagi mewakili kuliah sejarah linguistik secara keseluruhan.Pada

akhir abad pertengahan bahasa Arab dan bahasa Ibrani telah dipelajari di Eropa dan di

Universitas Paris pada abad ke-14 kedua bahasa itu secara resmi diakui.

Pengetahuan akan bahasa Yunani,Latin dan Ibrani ini merupakan kebanggaan bagi ‘homo

brilinguis’ pada zaman Renaissans.Sejumlah tatabahasa Ibrani ditulis di Eropa, terutama dalam

De rudimentis Hebraicis karya Reuchlin.

Mulai awal abad pertengahan, ilmu pengetahuan linguistik juga berkembang di bawah pengaruh

karya linguistik Arab.Ini sebagai akibat baik dari kemiripan struktural kedua bahasa Semit

maupun kekuasaan politik bangsa Arab sesudah ekspansi pengaruh Islam ke Timur Dekat, Afrika

Utara, dan Spanyol.Menjelang akhir abad ke-12 tatabahasa bahasa Ibrani masih dalam

penulisan yang dilakukan oleh orang -orang Yahudi yang tinggal di Spanyol dan di tempat lainnya

sebagai teman-teman seagamanya Kajian linguistik Arab,seprti kajian bahasa Ibrani,

memperoleh inspirasi dari sastra suci, seperti kitab suci Al Quran bagi orang Arab.Ilmu

pengetahua linguistik Arab mencapai puncaknya pada akhir abad ke-8 dalam bentuk taat baahsa

Sibawaih dari Basra, yang sebenarnya bukan orang Arab tetapi orang persia, yang membuktkan

adanya dorongan terus menerus bagi peelitian linguistik dalam hubungannya dalam

hubungannya antara bahasa dan budaya.Di samping itu, Sibawaih menghasilkan deskripsi

fonetik yang orisnal untuk penulisan bahasa Arab.

Selama abad pertengahan tatabahasa bahasa asli Provencal dan Katalan telah ditulis orang dan

arti historis dan manfaat metodologis tatabahasa ini baru sekarang mendapat apresiasi yang

tepat.Dante,yang bagi sejumlah orang dianggap sebagai nabi telah menghimbau orang-orang

untuk mempelajari dialek-dialek bahasa Roman daripada bahasa Latin tulis, dan melalui tulisan-

tulisannya dalm bahasa asli, dia telah banyak berbuat dalam memantapkan suatu ragam bahasa

Italia lisan sebagai bahasa tulis dan kemudian sebagai bahasa resmi di semenanjung itu.

Tatabahasa asli pertama bahasa Spanyol dan Italia muncul pada abad ke-15, dan taatbahasa

bahasa asli Prancis pertama awal abad ke-16.Dalam periode yang sama tatabahasa diterbitkan

untuk bahasa Polandia dan bahasa Gereja Tua Slavonik.Tatabahasa bahasa Inggris pertama

yang dicetak terbit paad tahun 1568.Keadaan di sekitar penulisan dan penelitian tatabahasa ini

Page 32: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 32/44

berbeda dengan keadaan umum pada zaman sebelumnya.Penemuan mesin cetak

menyebarluaskan pengetahuan dengan kecepata yang sangat tinggi, dan bangkitnya pedagang

kelas menengah menyebarkan pendidikan tulis-baca pada daur-daur masyarakat yang lebih luas

dan mendorong orang mempelajari bahasa asing modern.Tambahan pula keekonomian cetak-

mencetak menyebabkan diakuinya satu raga bahasa tunggal (‘bahasa baku’) dan satu ejaa yang

seragam adalah suatu persyaratan yang mendesak.Penerbitan kamus, baik ekabahasamaupun

dwibahasa, di samping penerbitan tatabahasa, telah terus menerus berlangsung sejak zaman itu.

Secara keseluruhan bahasa tulis kelompok masyarakat terpelajar dijadikan pusat studi

tatabahasa.Namun bahasa-bahasa tulis tersebut juga dipakai dalam berbicara dan ditulis untuk

dilafalkan.Tatbahasa baru dari bahasa-bahasa modern memberikan perhatian besar kepada

hubungan antara ejaan, yang sekarang dibakukan dalam bentuk cetak dan lafal.

Di antara tatabahasawan Renaissans dikenal nama Pierre Ramee(Petrus Ramus,lahir sekitar 

1515) yang dijuluki perintis strukturalisme modern.Pembaharuan kependidikannya lebih luas

pengaruhnya di Eropa Utara, dan dengan penolakannya yang terkenal terhadap Aristoteles

dalam karya untuk memperoleh gelar sarjananya bahwa segala yang dikatakan Aristoteles

adalah keliru, menurutnya.Ramus menulis tatabahasa Yunani, Latin dan Prancis dan meletakkan

teori tatabahasa dalam Scholae grammaticae-nya.Daripada mengikuti argumen-argumen filosofis

tentang tatabahasa, dia menekankan kebutuhan dalam bahasa-bahasa kuno untuk mengikuti

pemakaian yang dapat diamati oleh penulis-penulis klasik dan dalam bahasa-bahasa modern

pemakaian yang dapat diamati dari penutur asli.

Cina telah mengembangkan tradisi asli mengenai studi-studi linguistik menjelang waktu ilmuwan-

ilmuwan barat membuat hubungan dengan negara dan bahasa-bahasa di negara trsebut.Sistem

penulisan karakter yang secara tepat didefinisikan sebagai lambang grafis masing-masing

morfem sebagai simbol-simbol terpisah, telah digunaka sejak pertengahan Tahun 2000 milenium

kedua sebelum Masehi (1500 tahun SM) dan asli dari Cina, meskipun terdapat kesamaan yang

dangkal dengan sistem karakter di tempat lain di dunia ini.Cara perlambangan bahasa tulisan ini,

bersama-sama dengan struktur tatabahasa Cina yang analitik dan terpisah-pisah, menentukan

langkah yang diambil studi linguistik dalam peradaban Cina.

Dari akhir abad ke-16 ciri-ciri sistem tulisan Cina dikenal di Eropa dan hal itu memainkan peranan

yang penting dalam beberapa arah yang ditempuh penelitian linguistik, di samping menyebabkan

ilmuwan-ilmuwan Eropa sadar akan keberadaan suatu kelompok bahasa yang sistem fonologis,

gramatikal, dan organisasi leksikalnya jelas sekali berbeda dengan sistem bahasa-bahasa yang

dikenal oleh generasi terdahulu.Tatbahasa pertama bahasa Cina diterbitkan dalam bahasa-

bahasa Eropa oleh Fransisco Varo dan oleh J.H. de premare pada awal abad ke-18.

Page 33: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 33/44

Kamus-kamus dihasilkan di Cina mulai dari abad ke-2 Masehi.Seperti di tempat lain rangsangan

yang menyebabkan orang menyusun kamus adalah perubahan-perubahan linguistik dalam

bidang leksikal bahasa tulis.Salah satu dari kamus Cina yang dikenal yang paling awal,Shuowen

(sekitar tahun 100 Masehi), yang memanfaatka sistem tulisan yang sudah direvisi karakter-

karakter dengan cara yang digunakan sejak zaman itu, dengan ‘akar kata’ dan didaftar 

sedemikian di bawahnya juga disusun menurut deret naik berdasarkan jumlah goresan dalam

unsur fonetik.Kamus-kamus yang terbit kemudian berupaya menangani masalah dalam

memberikan petunjuk mengenai lafal karakter berdasarkan paad perubahan-perubahan fonetik

yang telah berlangsung dalam bahasa itu sejak zaman baca tulis klasik.Ini memberikan erka

matriks untuk pengembangan penelitian fonologis bahasa Cina ragam tulis (sastra).Tidak

terdapat lambang segmental untuk komponen-komponen sukukata dalam tulisan Cina, terpisah

dan pada cara menunjukkan lafal karakter-karakter yang telah tidak terpakai lagi atau yang dulu

memiliki nilai-nilai fonetik yang berbeda.

Kemajuan berikutnya, pada abd ke-11 tabel-tabel sajak yang terkenal mendeskripsikan jumlah

keseluruhan sukukata yang ada dalam bahasa Cina ragam sastra yang dilambangka dengan

karakter-karakter, pada sebuah bagan di mana kolom tegak mendaftarkan sukukata awal dan

baris mendatar mendaftarkan sukukata akhi, yang sekarang dianalisis lebih lanjut lagi untuk

membedakan semivowel pada posisi tengah kata seperti /-w-/, vokal akhir atau vokal ditambah

konsona, dan nadanya.

Telah terlihat betapa penting peranan yang dimainkan oleh hubungan linguistik dari luar dalam

perkembangan analisis fonologis bahasa Cina.Akan tetapi Cina itu mungkin adalah sumber suatu

masalah linguistik dan pemecahannya, yaitu penyesuaian sistem tulisan karakter Cina kepada

suatu bahasa yang memiliki struktur yang sangat berbeda dan tidak memiliki hubungan dari segi

historis.Bahasa Jepang secara historis tidak ada hubungannya dengan bahasa Cina, akan tetapi

mulai dari abad ke-5 Masehi terdapat hubungan yang cukup kuat antara Jepang dan Cina,dan

segi-segi lain dari budaya Cina , dan sejumlah besar kata-kata Cina terserap ke dalam bahasa

itu.Tulisan diperkenalkan dari Cina dan dengan seketika timbul masalh penguraian karakter-

karakter yang dalam bahasa Cina melambangkan sukukata tunggal yang tidak berubah kepada

kebutuhan suatu bahasa yang kaya dari segi derivasi dan infleksi aglutinatif.

Karya-karya ilmiah selama bertahun-tahun ditulis dalam bahasa Latin,akan tetapi meningkatkan

status bahasa-bahasa Eropa dan penyebarluasan ilmu pengetahuan duniawi dalam negara-

negara sekuler meningkatkan bahasa nasional sebagai sarana yang tepat bagi publikasi

keilmuan dan ilmiah.

Page 34: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 34/44

Pengaruh-pengaruh terhadap kajian linguistik yang ditimbulkan oleh kebangkitan humanisme,

nasionalisme, dan pemerintahan sekuler, bersama-sama dengan perluasan Eropa ke luar benua

Eropa telah dijelaskan: zaman Renaissans juga merupakan zaman dimulainya kegiatan cetak-

mencetak di Eropa (secara terpisah Cina telah memasukkan kertas pada abad ke-1 Masehi dan

cetak balok pada abad ke -10).Dari zaman itu tradisi tulis baca dan tuntutan terhadap pendidikan

berkembang terus, meskipun pendidikan secara universal tidak dicapai di Eropa sebelum abad

ke-19.Penemuan alat cetak-mencetak menyebabka ejaan baku lebih penting, dalam

mnengarahkan perhatian kepada hubungan-hubungan antara tulisan dan lafal, menimbulkan

minat, sejak itu untuk selama-lamanya, terhadap pembaharuan ejaan.

 

c. Zaman Sebelum Zaman Modern

Apabila kita dapat menetapkan tahun untuk menandai awal dari dunia kontemporer ilmu

pengetahuan linguistik, maka tahun itu adalah tahun 1786.Pada tahun ini, Sir William Jones,

seorang hakim di pengadilan Inggris di India ,membacakan makalahnya yang terkenal di

hadapan the Royal Asiatic Society,dan di situ dia menetapkan dengan pasti sekali hubungan

kekeluargaan historis bahasa Sansekerta , bahasa klasik India, dengan bahasa Latin, bahasa

Yunani dan bahasa-bahasa Germania.Pernyataan Jones bahwa bahasa Sansekerta, apapun

bentuk kunonya, memiliki susunan yang menarik; lebih produktif daripada bahasa Latin, dan lebih

halus dari segi keelokannya daripada salah satu dari kedua bahasa tersebut; namun memiliki

hubungan lebih dekat dengan kedua-duanya; baik dari sudut akar kata verba maupun dari sudut

bentuk tatabahasanya,daripada sesuatu yang telah dihasilkan secara kebetulan; begitu kuatnya

hubungan itu sesungguhnya ,sehingga tidak seorang pun pakar teologi dapat meneliti ketiga

bahasa itu tanpa sampai kepada pendapat baha ketiga bahasa itu telah tumbuh dari

suatusumber yang sama yang, barangkali, tidak ada lagi.

Tatabahasa Sansekerta pertama dalam bahasa Inggris terbit pada awal abad ke-19, dan dari

tahun 1808 sastra Sansekerta klasik India diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa

Eropa.Pengkajian linguistik bahasa Sansekerta oleh orang-orang Eropa menimbulkan suatu

pengaruh ganda; perbandingan bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Eropa merupakan

tahap pertama pertumbuhan bersistem linguistik komparatif dan historis dan di sampng itu, dalam

tulisan-tulisan bahasa Sansekerta orang Eropa sekarang mengenal tradisi ilmu pengetahuan

linguistik yang telah berkembang secara mandiri di India dan yang keunggulannya diakui segera

dan pengaruhnya terhadap beberapa cabang linguisti Eropa bersifat mendalam dan berlangsung

lama.

Page 35: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 35/44

Ilmu pengetahuan India tentang bahasa Sansekerta berfungsi sebagai model untuk India.Ilmu

tersebut memberi inspirasi bagi penulisan Tolkappiyam, salah satu dari tatabahasa yang paling

awal dari bahasa Tamil, sebuah bahasa Dravida dari India Tengah dan Selatan dan bagi tradisi

gramatika Tibet.

Di pertengahan abad ke-18 dua filsof Prancis membahas asal mula dan perkembangan awal

bahasa manusia.Yaitu Condillac dan Rousseau.Condillac menulis menurut tradisi

intelektualis,sementara Rousseau berharap untuk mengikuti gerakan Romantis.Konsepsi mereka

tentang asal mula bahasa sangat mirip satu sama lainnya.Bahasa berasal dari isyarat-isyarat

yang dipakai untuk menunjuk sesuatu dan dipelajari dengan meniru dari orang lain dan teriakan

-teriakan alamai, akan tetapi karena isyarat kurang efisien sebagai tanda komunikatif maka unsur 

bunyi dalam bahasa menjadi dominan.

 

d. Abad Ini

Melalui sejumlah peristiwa historis dan kecenderungan sebelumnya dalam linguistik,abad ke-19

didominasi oleh kajian-kajian historis; akan tetapi dalam menelusuri beberapa perkembangan

yang timbul langsung dari karya-karya tatabahasawan baru kita diarahkan melintas ke dalam

abad ke-20 dan begitu juga ,dalam mengikuti asal mula teori dan sikap masa kini, kita menoleh

lagi ke abad ke-19 dan abad-abad sebelumnya.

Perbedaan utama dan yang paling mencolok anatara dua abad yang lalu adalah peningkatan

yang pesat dalam linguistik deskriptif yang mencapai kedudukannya yang kuat dewasa ini yang

dikontraskan dengan linguistik historis.

Setelah dasawarsa kedua abad ke-20, setelah pengajaran de Saussure, seorang pakar linguistik

berkebangsaan Swiss yang meyumbangkan ilmu linguistik komparatif Indo-Eropa,mulai

menunjukkan dampaknya,fonem dipakai secara luas, dan segera setelah itu menjadi suatu unsur 

linguistik universal.Namun perkembangan pertama yang benar-benar bermakna dalam evaluasi

teori fonem adalah hasil karya aliran Praha pada tahun 20-an dan 30-an.Aliran Praha adalah

sekelompok ilmuwan Cekoslovakia dan lain-lainnya, termasuk Roman Jakobson, yang secara

doktrin berpusat di sekitar Pangeran Nikolai Trubetzkoy, seorang profesor Wina tahun 1923-

38.Hubungan realisasi (perlambangan atau penerapan) antara satuan-satuan pada satu tingkat

dan satuan-satuan pada tingkat lainnya merupakan suatu yang mendasar bagi teori

Praha.Sementara upaya utama aliran Praha diarahkan kepada penjelasan konsep fonem dan

perkembangan teori fonologi,anggota-anggotanya memberikan sejumlah sumbangan kepada

Page 36: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 36/44

bidang-bidang linguistik seperti kajian sintaksis diterbitkan dan tipologi sintaktik komparatif 

bahasa Cekoslovakia dan bahasa-bahasa Slavik lain terlihat secara jelas dalam karya-karya

pakar-pakar Cekoslovakia seja tahun 1945.

Sementara dapat dipertahankan bahwa bagian terbesar dari perkembangan dalam teori dan

metode deskriptif linguistik sejak tahun 1950-an telah terfokus pada reaksi-reaksi, dalam bentuk

satu atau lainnya, terhadap apa yang dirasakan oleh konsep ‘strukturalis’.

Pada tahun 1964 Katz dan Postal menulis : ‘Suatu desakripsi linguistik tentang suatu bahasa

alami adalah suatu upaya untuk menyingkap hakikat penguasaan penutur yang fasih terhadap

bahasa itu.’

Pada tahun-tahun 1966 R.D.King menulis buku teks pertama tentang linguistik historis yang

mengikuti konsep ini, dan perubahan-perubahan dalam suatu bahasa dianggap sebagai

perubahan-perubahan daam satu bahasa dianggap sebagai perubahan-perubahan dalam satu

subseperangkat kaidah, atau dalam urutan penerapan kaidah-kaidah tersebut, yang membentuk

tatabahasa bahasa tersebut (dalam arti luas).

 

3. Sejarah Tulisan di Indonesia

Kebudayaan masa silam merupakan unsur kebudayaan nasional yang dapat memberikan corak

dan karakteristik kepribadian bangsa. Upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan

nasional tidak dapat terlepas dari penggalian serta pengkajian sumber-sumber kebudayaan

daerah yang tersebar di seluruh Nusantara.

Salah satu sumber informasi kebudayaan yang sangat penting artinya dalam rangka perwujudan

kesatuan budaya nasional adalah naskah. Naskah dapat dipandang sebagai dokumen budaya,

karena berisi berbagai data dan informasi ide, pikiran, perasaan dan pengetahuan sejarah, serta

budaya dari bangsa atau sekelompok sosial budaya tertentu.

Sebagai sumber informasi sosial budaya, dapat dipastikan bahwa naskah-naskah lama termasuksalah satu unsure budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat atau

melahirkan dan mendukungnya. Sedangkan lahirnya naskah-naskah lama erat pula kaitannya

dengan kecakapan baca tulis atau pengetahuan mengenai aksara. Berkat adanya tradisi

demikian, maka naskah-naskah lama (kuno) sebagai karya tulis yang mengandung berbagai

informasi mengenai kehidupan masyarakat masa lampau yang disusun oleh para pujangga pada

masa itu, akhirnya sampai pula kepada generasi sekarang untuk dapat dibaca dan dipahami.

Page 37: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 37/44

Naskah-naskah kuno ditulis pada ketas daun lontar, kulit kayu, bamboo atau rotan. Secara umum

isinya mengungkapkan peristiwa-peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan

masyarakat, terutama tentang keadaan sosial dan budaya yang sangat penting dan dapat

dijadikan sumber pengetahuan bagi masyarakat kini.

Adapun tulisan-tulisan yang terdapat di Nusantara dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok:

a). Aksara Hancaraka (Jawa, Sunda, Bali)

Ketiga aksaran ini sangat mirip sekali dan disebut hanacaraka menurut lima aksara yang

pertama. Menurut De Casparis, tulisan hanacaraka berasal dari aksara Jawa Kuno (Kawi),

sementara aksara Kawi secara langsung berasal dari aksara Pallawa (Casparis 1975).

b). Aksara Ka-Ga-Nga (Kerinci, Rejang, Lampung, Lembak, Pasemah, dan Serawai)

Aksara Ka-Ga-NGa (disebut demikian menurut bunyi ketiga aksara pertama) yang terdapat di

bagian selatan pulau Sumatera juga sangat mirip satu sama lain dan dipakai di dalam daerah

yang sangat luas yang mencakup empat propinsi yakni Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan,

dan Lampung.

c). Aksara Batak (Angkola-Mandailing, Toba, Simalungun, Pakpak-Dairi,Karo)

Kelima jenis aksara Batak menunjukkan beberapa variasi tetapi pada dasarnya sangat mirip

sekali.

d). Aksara Makasar 

Naskah yang ditulis dengan menggunakan aksara tersebut sangat sedikit jumlahnya

karena aksara Makasar Kuno sudah sejak abad ke-19 tidak dipakai lagi. Di kemudian

hari aksara Bugis digunakan untuk menggantikan aksara Makasar Kuno.

e). Aksara Bugis

Aksara Bugis yang juga dipakai di Makasar dan Bima berbeda dengan aksara Makasar 

Kuno.

f). Aksara Filipina (Bisaya, Tagalog, Tagabnuwa, Mangyan

Page 38: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 38/44

Page 39: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 39/44

prasasti ini pda umumnya mempunyai bentuk dan susunan yng hampir serupa, yaitu diawali

dengan uraian pembebasan tanah disertai dengan angka tahun, batas serta ukuran tanah yang

dibebaskan, daftar orang-orang uang diserahi kekuasaan untuk melaksanakan tugas, hadiah-

hadiah yang disediakan untuk keselamatan, selanjutnya upacara-upacara yang dilakukan dan

akhirnya kutukan-kutukan terhadap mereka yang tidak menaati apa yang ditetapkan oleh raja.

Pada abad ke-4 sampai abad ke-8 prasasti di Nusantara menggunakan huruf Pallawa dan

bahawa Sansekerta. Tulisan Pallawa ini mirip dengan tulisan yang digunakan di India Selatan, Sri

Lanka, dan Asia tenggara Daratan. Prasasti-prasasti tersebut biasa ditulis dalam bentuk syair 

dengan menggunakankaidah-kaidah dari India.

Prasasti-prasasti Yupa yang dikeluarkan oleh Raja Mulawarman dari Kutai, Kalimantan Timur 

menunjukkan proses penghinduan. Selain penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta

pada prasasti, nama-nama raja pun menunjukkan proses penghinduan. Nama keturunan

Kundungga (nama penduduk asli setempat) menjadi bernama Mulawarman (nama Sansekerta).

Huruf Pallawa di Indonesia berubah menjadi huruf kawi (Jawa Kuno). Bentuk huruf atau simbol-

simbol yang digunakan dalam huruf Kawi merupakan bentuk khas jawa. Sejak Prasasti Dinoyo

dari tahun 682 Saka (760 M) yang ditemukan di Malang, huruf Kawi ini bahasanya pun bukan lagi

bahasa Sansekerta yang menjadi bahasa resmi melainkan bahasa Kawi (Jawa Kuno). Bahasa

dan huruf Kawi selanjutnya menjadi bahasa dan tulisan resmi di Indonesia klasik. Ada juga

pengecualian misalnya, prasasti-prsasti raja-raja Sailen-dra di Jawa Tengah yang menggunakan

huruf Dewa-nagri dan bahasa Sansekerta. Akan tetapi, peranannya untuk masa-masa berikutnya

tidak banyak.

Berdasarkan bahasa dan tulisan yang dipergunakan prasasti-prasasti di Indonesia dapat dibagi

sebagai berikut.

1) Prasasti Berbahasa Sansekerta

Prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta pada umumnya digunakan oleh kerajaan-

kerajaan dari abad ke-5 sampai dengan abad ke-9.

2) Prasasti Berbhasa Jawa Kuno

Prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dipakai pada abad ke-10, misalnya Prasasti

Kedu atau Prasasti Mantyasih (970M) peninggalan Mataram Kuno, Prasasti Randusari, dan

Prasasti Trowulan yang berasal dari kerajaan Majapahit.

Page 40: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 40/44

3) Prasasti Berbahasa Melayu Kuno

Prasasti yang menggunakan bahasa Melayu kuno adalah prasasti-prasasti peninggalan

kerajaan Sriwijaya, baik di Sumatera maupun di Semenanjung malaka. Misalnya, Prasasti

Kedukan Bukit, Prasasti Talang tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Ligor.

4) Prasasti Berbahasa Bali Kuno

Prasasti yang menggunakan bahasa Bali Kuno merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan di

Bali. Prasasti tersebut pada umumnya berisi Raja Casana atau peraturan dari raja. Huruf yang

diperlukan adalah huruf Pallawa, Jawa Kuno, dan Pranagari. Misalnya, Prasasti Julah, Prasasti

Ugrasena, dan Prasasti Tugu Sanur.

b. Kitab Kuno

Kitab-kitab kuno dari zaman Hindu-Budha hingga perkembangan Islam dikemas dalam bentuk

sastra, baik prosa maupun puisi. Karya sastra yang berhubungan dengan sejarah yang disebut

sebagai sastra sejarah. Dalam sastra sejarah aspek-aspek sastranya tersiri dari unsur fiktif atau

fantasi yang dikemas dalam bentuk mitologi (cerita dewi-dewi), legenda, hagiografi (ajaran ten-

tang akhir zaman). Adapun unsur sejarahnya seperti: Ken Arok, Ken Dedes, Pamanahan,

Panembahan Senapati, dan Iskandar Zulkarnain.

Di Indonesia, pembagian kitab-kitab peninggalan zaman kerajaan-kerajaan dibagi kedalam

beberapa bagian, yaitu:

1) Zaman Hindu-Budha

Pada zaman kerajaan Hindu dan Budha berkembang di Indonesia kesusastraan di bagi menjadi

sebagai berikut:

- Zaman Mataram (sekitar abad ke-9 dan ke-10)

- Zaman Kediri (sekitar abad ke-11 dan ke-12)

- Zaman Majapahit I (sekitar abad ke-14), degan bahasa Jawa Kuno

- Zaman Majapahit II (sekitar abad ke-15 dan ke-16), dengan bahasa Jawa tengahan.

Sebagian kesusastraan Zaman Majapahit II ini berkembang di Bali (Zaman kerajaan

Samprangan Gregel)

Page 41: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 41/44

Hasil-hasil kesusastraan dari zaman majapahit yang dimaksud sebagai kitab sejarah selain kitab

sastra adalah sebagai berikut.

- Nagarakertagama

- Paraton

- Sundayana

- Panji Wijayakarma

- Ranggalawe

- Sorandaka

- Pamancangah

- Usana Jawa

- Usana Bali

2) Zaman Islam

Kesusastraan pada zaman Islam terutama berkembang di daerah-daerah sekitar Selat Malaka

(daerah Melayu) dan di Jawa. Hasil peninggalan kesusastraan pada Zaman Islam adalahsebagai berikut:

- Hikayat

Hasil kesusastraan pada zaman Islam ini menghasilkan hikayat diantaranya adalah

Hikayat Raja-raja Pasai dan hikayat Hasanuddin.

- Babad

Hasil kesusastraan pada zaman Islam ini menghasilkan babad, diantaranya adalah

Babad Tanah Jawi yang menceritakan nabi adam sampai tahun 1647 kalender Jawa

(1722 Masehi) dan babad giyanti yang dikarang oleh Yasadipura yang mengisahkan

pecahnya perang kerajaan Mataram yang berlangsung pada tahun 1755 dan tahun 1757.

- Bustan Us-Salatin

Page 42: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 42/44

Kitab ini dkarang oleh Nurdin ar-raniri atas perintah dari Sultan Iskandar II pada tahun

1638 Masehi. Selain berisi tentang ajaran-ajaran keagamaan dan

kesusilaan, kitab ini juga berisi tentang sejarah yang dalam banyak hal dapat dipercaya.

Perjalanan sejarah di Indonesia berisi tentang naik turunnya proses pengumpulan sumber-

sumber sejarah. Apa yang dituliskan dalam sejarah sebagimana ia dikisahkan, merupakan upaya

menangkap dan memahami jejak-jejak masa silam dalam keidupan manusia sebagai mahkluk

sosial.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa Suatu Pengantar . Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Asmah Hj. Omar. 1985. Susur galur bahasa Melayu .

Barus, Sedia Willing. 1996. Petunjuk Praktis Menulis Berita. Jakarta: CV Mini Jaya Abadi.

Chaedar, A. Alwasilah. 1993. Linguistik Suatu Pengantar . Bandung: Angkasa.

Habib, M. Mustopo. 2006. Sejarah. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Keraf, Gorys. Linguistik Bandingan Historis.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi . Jakarta: Rineka Cipta.

Page 43: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 43/44

Marsden, W. A. Grammar of The Malayan Language.

Mees, C.A. 1967. Ilmu Perbandingan Bahasa-Bahasa Austronesia.

Mulia, dan Hidding, K.A.H. 1955. Ensiklopedia Indonesia (F-M).

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung : Rosda.

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: CESPUR.

Pudji, Titik Astuti. 2000. Tradisi Tulis Nusantara Menjelang Millenium III . Jakarta: Manassa Pusat.

Robins, R. H. 1995. Sejarah Linguistik . Bandung: ITB.

Ryan. N.J. 1965. Sejarah Semenanjung Tanah Melayu .

Safioedin, Asis. 1963. Tatabahasa Indonesia.

Safwan Fathy. 1988. Kisah dari al-Quran.

Samsuri. 1994. Analisis Bahasa .Jakarta : Erlangga.

Slametmuljana. 1975. Asal bangsa dan bahasa Nusantara.

Wahab, Abdul. 1991. Isu Bahasa, Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: AirlanggaUniversity Press.

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_huruf.html

http://www.ppsatop.com/Lain2/HurufTionghoa.html

http://oktaendy.iwuvya.com/blog/2007/04/20/hanacaraka/

http://www.geocities.com/beezona/aksara1.html

http://idrusali85.wordpress.com/2007/02/04/tulisan-ejaan-bahasa-arab-dalam-al-quran/

http://idrusali85.wordpress.com/sejarah-ilmu -tulisan-arab-kuno/

http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Romawi

Page 44: KONTEKS KULTURAL BAHASA

8/6/2019 KONTEKS KULTURAL BAHASA

http://slidepdf.com/reader/full/konteks-kultural-bahasa 44/44

http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p=mesin+cetak&sm=Gambar+Searc h&fr=yfp-

t-img&toggle=1&cop=&ei=UTF-8

http://www.ruangbaca.com/edisi cetak tempo/Incunabulum.htm

http://e-course.usu.ac.id/content/studi/pengantar/Textbook_files/image166.jpg

<http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu_berasal_dari_Asia_Tengah>

http://www.google.com/gambar_mesin_cetak