konsep pendidikan menurut al

13
BAB ISI 1. Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali A. Pengertian Pendidikan Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap bidang pengajaran dan pendidikan dalam kitabnya Ihya Ulumiddin. Adapun unsur-unsur pembentuk pengertian pendidikan dari al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyataan berikut: “Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi…” “…dan ini, sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu beku yang tidak berkembang.” Jika kita perhatikan kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menunjukkan alat. Sedangkan pada kutipan yang kedua merupakan penjelasan mengenai alat, yakni disampaikannya dalam bentuk pengajaran. Batas awal berlangsungnya proses pendidikan menurut al-Ghazali, yakni sejak bertemunya sperma dan ovum sebagai awal manusia. Batas akhir pendidikan menurut al-Ghazali sampai akhir hayatnya. 1

Upload: jimmiecharter

Post on 29-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pendidikan Menurut Al

BAB

ISI

1. Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali

A. Pengertian Pendidikan

Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap bidang

pengajaran dan pendidikan dalam kitabnya Ihya Ulumiddin. Adapun unsur-unsur pembentuk

pengertian pendidikan dari al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyataan berikut:

“Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam,

menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi…”

“…dan ini, sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan

ilmu beku yang tidak berkembang.”

Jika kita perhatikan kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan proses, kata

“mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menunjukkan alat.

Sedangkan pada kutipan yang kedua merupakan penjelasan mengenai alat, yakni

disampaikannya dalam bentuk pengajaran. Batas awal berlangsungnya proses pendidikan

menurut al-Ghazali, yakni sejak bertemunya sperma dan ovum sebagai awal manusia. Batas

akhir pendidikan menurut al-Ghazali sampai akhir hayatnya.

Dari keterangan di atas pendidikan menurut al-Ghazali adalah proses memanusiakan

manusia sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang

disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi

tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Pemikiran al-Ghazali dalam pendidikan juga

bernuansa islami dan moral. Di samping itu, ia juga tidak mengabaikan masalah-masalah

duniawiyah, sehingga ia juga menyediakan porsi yang sesuai dengan pendidikan.

1

Page 2: Konsep Pendidikan Menurut Al

B.     Tujuan Pendidikan

Al-Ghazali berkata:

“Dunia tempat menanam untuk akherat. Sebagai alat untuk berhubungan dengan Allah

Azza wa Jalla, bagi orang yang menjadikannya sebagai tempat tinggal, bukan bagi orang yang

menjadikannya tempat menetap dan tempat berdiam.”

“Bila engkau memandang ilmu engkau melihatnya lezat, maka ia dicari karena lezatnya,

dan engkau menemukan sebagai jalan kebahagiaan ke akherat dan sebagai perantara pendekatan

kepada Allah Ta’ala, dan tidak sampai kepada Allah melainkan dengan ilmu. Derajat yang paling

tinggi bagi anak cucu adam adalah kebahagiaan yang langgeng dan sesuatu yang utama adalah

yang dapat mengantarkan ke sana kecuali dengan ilmu dan amal dan tidak sampai pada amal

kecuali dengan mengetahui cara beramal. Pokok kebahagian dunia dan akherat adalah dengan

ilmu, dan hal itu adalah amal yang utama.”

Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali:

1.      Sebagai kesempurnaan manusia dunia dan akherat. Manusia akan sampai pada

kesempurnaan dengan mencari keutamaan melalui ilmu. Kemudian keutamaan itu

membahagiakannya di dunia dan akherat.

2.      Ilmu patut dicari karena dzatnya, yang memiliki kelebihan dan kebaikan. “ilmu

pengetahuan itu secara mutlak utama dalam dzatnya”.

2

Page 3: Konsep Pendidikan Menurut Al

C.     Kurikulum Pendidikan Menurut Al-Ghazali

Konsep kurikulum al-Ghozali terkait erat dengan konsepnya tentang ilmu pengetahuan. Al-

Ghozali membagi ilmu dalam tiga bagian:

Pertama, ilmu-ilmu yang terkutuk baik banyak maupun sedikit. Yakni ilmu yang tidak ada

manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Misalnya,

Ø  Ilmu sihir. Hal tersebut dikarenakan dalam pandangan al-Ghazali ilmu-ilmu tersebut dapat

mendatangkan malapetaka bagi pemiliknya maupun orang lain, dapat menyebabkan perpecahan

persatuan manusia dan kasih sayangnya dan menyebabkan kedengkian di hati serta menebarkan

perbantahan antara manusia.

Ø  Ilmu nujum ini kemudian dibagi dua oleh al-Ghazali. Yakni ilmu nujum berdasarkan

perhitungan (Ilmu Falak), ia memamndang bahwa ilmu itu tidak tercela oleh syara’, sedangkan

ilmu nujum yang berdasarkan istidlali, yakni semacam ilmu meramal nasib berdasarkan petunjuk

bintang. Ilmu nujum jenis kedua inilah yang dianggap tercela menurut syara’ karena dapat

mendatangkan keraguan kepada Allah SWT.

Ø  Masih termasuk dalam kategori ilmu pertama diatas. Al-Ghazali mengatakan bahwa

mempelajari ilmu filsafat tidak sesuai bagi sebagian orang, sesuai menurut tabi’atnya tidak

semua orang dapat mempelajari ilmu tersebut dengan baik. Seperti anak bayi yang masih

menyusu, merasa sakit apabila makan”daging burung dan macam gula-gula yang lembut”, yang

mana perut besarnya tidak sanggup menghaluskannya.

Kedua, ilmu yang dipelajari secara mutlak yaitu mempelajari ilmu agama, ibadah dan

macam-macamnya. Ilmu-ilmu itu yang mendatangkan kebersihan jiwa, dan membersihkan jiwa

dari tipu daya/kerusakan dan membantu mengetahui kebaikan dan pelaksanaannya untuk

mempersiapkan dunia untuk akherat. Al-Ghozali membagi ilmu kategori kedua ini dengan ilmu

yang fardlu ‘ain dan fardlu kifayah. Yang termasuk dalam ilmu yang fardlu ‘ain menurut Al-

Ghozali adalah ilmu-ilmu tentang agama dan macam-macamnya. Serta ilmu tentang tata cara

melaksanakan perkara yang wajib. Sedangkan yang termasuk dalam ilmu fardlu  kifayah adalah

3

Page 4: Konsep Pendidikan Menurut Al

semua ilmu yang diperlukan untuk kehidupan masyarakat, karena bila sebagian orang telah

mempelajarinya maka masyarakat terwakili. Di antara ilmu kifayah ialah ilmu kedokteran dan

ilmu hitung. Jika sudah ada salah seorang yang menguasai dan dapat mempraktekkannya maka

sudah dianggap gugur kewajiban mempelajarinya bagi yang lain.

Ketiga, ilmu yang terpuji dalam batas tertentu, dan tercela jika mempelajarinya dalam

kadar yang berlebihan atau mendalam. Karena apabila manusia dengan mendalam pengkajiannya

dapat menyebabkan terjadinya kekacauan pemikiran dan keraguan, serta dapat pula membawa

kedalam kekafiran, seperti ilmu filsafat keTuhana. Mengenai ilmu filsafat ini Al-Ghazali

membaginya menjadi ilmu matematika, ilmu-ilmu logika, ilmu ilahiyyat, ilmu fisika, ilmu

politik, dan ilmu etika.

Dengan ini kita mengetahui bagaimana al-Ghazali membagi bermacam-macam ilmu dan

member nilai setiap ilmu dengan keuntungan dan kerugiannya. Perbedaan tersebut disebabkan

oleh salah satu dari tiga bagian, yaitu:

a)      Segi watak yang sampai pada pengenalannya.

b)      segi ruang lingkup kemanfaatan bagi manusia

c)      Segi tempat usaha.

Dari pembahasan di atas pada akhirnya ilmu yang paling utama menurut beliau adalah

ilmu-ilmu agama dan cabang-cabangnya. Karena ilmu-ilmu agama diperoleh dengan

kesempurnaan akal yang mulia, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat serta didapat yang jelas

baiknya.

Dalam menyusun kurikulum pelajaran Al-Ghozali memberi perhatian khusus pada ilmu-

ilmu agama dan etika sebagaimana dilakukannya terhadap ilmu-ilmu yang sangat menetukan

bagi kehidupan masyarakat. Dengan kata lain beliau mementingkan sisi faktual dalam

kehidupan. Beliau juga menekankan sisi budaya. Menurut baliau ilmu itu wajib dituntut bukan

karena keuntungan diluar hakikatnya, tetapi karena hakikatnya sendiri. Sesuai dengan jiwa

tasawwuf dan zuhudnya, beliau tidak mementingkan ilmu-ilmu yang berbau seni atau keindahan.

4

Page 5: Konsep Pendidikan Menurut Al

Selanjutnya sekalipun beliau mementingkan pengajaran berbagai keahlian esensial dalam

kehidupan dan masyarakat, beliau tidak menekankan pentingnya keterampilan.

D. Metode

Al-Ghazali tidak menetapkan metode khusus pengajaran dalam berbagai tulisannya

kecuali pada pengajaran agama saja pada anak-anak. Ia menjelaskan metode khusus pendidikan

anak dan menyempurnakan agar berakhlak terpuji, menhiasi dirinya dengan keutamaan-

keutamaan. Berdasarkan prinsipnya bahwa pendidikan adalah sebagai kerja yang memerlukan

hubungan yang erat anatara guru dan murid.

Metode pengajaran perhatian Al-Ghazali akan pendidikan agama dan moral sejalan

dengan kecenderungan pendidikannya secara umum, yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan secara

khusus dengan sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.

Al-Ghazali menggambarkan pentingnya keteladanan utama dari seorang guru, juga

dikaitkan dengan pandangannya tentang pekerjaan mengajar. Menurutnya mengajar merupakan

pekerjaan yang paling mulia sekaligus yang paling agung. Pandangannyaberlandaskan bukti

firman Allah dan hadis-hadis Nabi yang mengatakan status guru sejajar dengan tugas kenabian.

Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa wujud termulia di muka bumi adalah manusia, dan

bagian inti manusia yang termulia adalah hatinya. Guru bertugas menyempurnakan, menghias,

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Al-Ghazali mengibaratkan siapa yang berilmu dan membimbing manusia dan ilmunya

berfaedah bagi orang lain maka, “dia seperti matahari yang memerangi orang lain dan dia

menerangi dirinya sendiri dan seperti misik yang mengharumi lainnya sedangkan dia sendiri

harum.”

Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung berfaham empirisme, oleh

karena itu, beliau sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Anak adalah

amanat yang dipercayakan kepada orang tuanya, hatinya bersih, murni, laksana permata yang

berharga, sederhana, dan bersih dari ukiran apapun. Ia dapat menerima tiap ukiran yang

digoreskan kepadanya dan akan denderung ke arah yang kita kehendaki. Oleh karna itu, bila ia

5

Page 6: Konsep Pendidikan Menurut Al

dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik, maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik pula.

Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua

orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, dan

Majusi.”( HR. Muslim)

E. Pendidikan Agama dan Metodenya

Al-Ghazali adalah imam agama yang berciri tasawuf, mengutamakan pendidikan yang

berkembang yang pertama kali membina hati dengan ma’rifat dan mendidik jiwa dengan ibadah

dan mengenal Allah serta pendekatan diri kepada Allah yaitu dengan cara menanamkan pokok-

pokok agama yang benar di dada anak kecil pada masa pertumbuhannya.

Al-Ghazali mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimuli sejak usia muda. Karena

pada masa ini, anak kecil siap menerima aqidah-aqidah agama dengan iman yang murni dan

tidak memerlukan bukti atau senagng pada ketetapan dan hujahnya. Pertama kali ketika

mengajarkan agama dengan menghafalkan kaidah-kaidah dan pokok-pokoknya. Sesudah itu gur

menyingkap maknanya, memahaminya, manancapkannya kemudian membenarkannya.

Menanamkan agama pada anak kecil didahului dengan menuntun dan meniru, serta dengan

ketentuan-ketentuan sedikit sampai anak menjadi pemuda. Ian bisa ditanam selama ditegakkan

I’tiqodnya dikuatkan dengan dalil. Adapun selama aqidah tidak ditegakkan dengan dalil akan

menjadi agama yang lemah, mudah luntur dan menerima yang lain. Metode ini tidak ditegakkan

melalui diskusi atau berdebat karena berdebat banyak merusakan hal-hal yang berfaedah yang

terkadang menyebabkan keracuan pikiran murid dan meragukannya. Bahkan ditegakkan dengan

mengulang-ulag membaca Al-Qur’an, tafsir, hadis dan membiasakan ibadah.

Dengan ini al-Ghazali menetapkan metode yang jelas tentang pengajaran agama dimulai

dari menghafal disertai memahami kemudian keyakinan dengan membenarkan. Setelah itu

dikemukakan keterangan-keterangan dan bukti-bukti yang membatu menguatkan akidah.

1) Kriteria Guru Yang Baik

6

Page 7: Konsep Pendidikan Menurut Al

Menurut al-Ghazali selain cerdas dan sempurna akalnya, seorang guru yang baik juga

harus baik akhlak dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal dapat menguasai berbagai ilmu

pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhal yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan

bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik,

dan mengarahkan anak didiknya.

Selain sifat umum diatas seorang guru menurut al-Ghazali juga harus memiliki sifat-sifat

khusus yang diantaranya adalah kasih sayang, tidak menuntut upah atas apa yang dikerjakannya,

berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar dihadapan murid-muridnya. Ia

tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum ia

menguasai pelajaran yang sebelumnya. Seorang guru yang baik harus  menggunakan cara yang

simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian, dan sebagaianya. Seorang

guru juga tampil sebagai teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya. Ia juga

harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi secara individual dan

memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya. Seorang guru juga

harus mampu memahami perbedaan bakat, tabi’at, dan kejiwaan muridnya sesuai dengan

perbedaan tingkat usianya. Dan yang terakhir seorang guru yang baik harus berpegang teguh

pada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya merealisasikannya sedemikian rupa.

2) Kriteria Murid Yang Baik

Pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. sehingga bernilai ibadah.

Untuk menurut al-Ghazali seorang murid yang baik harus memiliki sifat :

a).    Berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina, dan sifat-sifat tercela lainnya.

b).   Menjauhkan diri dari pesoalan-persoalan duniawi, mengurangi keterikatan dengan dunia dan

masalah-masalah yang dapat mengganggu lancarnya penguasaan ilmu.

c).    Rendah hati dan tawadhu’.

d). Khusus bagi murid yang baru jangan mempelajar ilmu-ilmu yang berlawanan atau pendapat

yang saling berlawanan atau bertentangan.

7

Page 8: Konsep Pendidikan Menurut Al

e).    Mendahulukan mempelajari yang wajib

f).    Mempelajari ilmu secara bertahap

g).   Tidak mempelajari suatu disiplin ilmu sebelum menguasai disiplin ilmu sebelumnya. Sebab

ilmu-ilmu itu tersusun dalam urutan tertentu secara alami. Dimana sebagian merupakan jalan

menuju sebagian yang lain.

h).   Seorang murid juga harus mengenal nilai darisetiap ilmu yang dipelajarinya.

6. Hukuman dan Balasan

Selanjutnya Al-Ghazali berkata:Apabila anak-anak itu berkelakuan baik dan melakukan

pekerjaan yang bagus, hormatilah ia dan hendaknya diberi penghargaan dengan sesuatu yang

menggembirakannya, serta dipuji di hadapan orang banyak. Jika ia melakukan kesalahan satu

kali, hendaknya pendidikmembiarkan dan jangan dibuka rahasianya. Jika anak itu

mengulanginya lagi, hendaknya pendidik memarahinya dengan tersembunyi, bukan dinasehati di

depan orang banyak, dan janganlah pendidik seringkali memarahi anak-anak itu, karena hal itu

dapat menghilangkan pengaruh pada diri anak, sebab sudah terbiasa telinganya mendengarkan

amarah itu.

Metode pemberian hadiah dan hukuman untuk tujuan mendidik dipandang sebagai

metode yang aman. Terlalu banyak melarang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Demikian pula terlalu banyak memberikan pujian tidak menjadi penyebab terjadinya perbaikan.

Dalam berbagai kesempatan Al-Gazali menerangkan bahwa membesarkan anak dengan

kemanjaan, bersenang-senang dan bermalas-malasan serta meremehkan pergaulan bersama

orang lain termasuk perkara yang tidak baik karena membesarkan anak dengan cara seperti ini

akan merusak akhlaknya, karena membesarkan anak dengan cara seperti ini akan merusak

akhlaknya .

8

Page 9: Konsep Pendidikan Menurut Al

DAFTAR PUSTAKA

1. Nata Abuddin, Pemikiran para tokoh Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada )hal 80

2. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz I, Masyhadul Husaini, tt.hal 13

3. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz I, Masyhadul Husaini, tt.hal 14

4. Ihya Ulumuddin juz 3, hal 12

5. Ihya Ulumuddin Juz 1, hal 25.

6. Ihya Ulumuddin Juz 1, hal 25

7. Dahlan Thamrin,”Al-Ghazali dan Pemikiran Pendidikannya”. Hal. 27

9