konsep literasi budaya dan kewarganegaraan ......kementerian pendidikan dan kebudayaan indonesia...
TRANSCRIPT
- 1 -
KONSEP LITERASI
BUDAYA DAN
KEWARGANEGARAAN
DALAM KURIKULUM
2013
PUSAT KURIKULUM
DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
23 November 2017
- 2 -
KATA PENGANTAR
Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai
bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004),
literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan,
menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan
kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan
beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang
membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan
pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi
tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini,
berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan,
sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi
budaya dan kewarganegaraan.
Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013.
Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap
pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi budaya
dan kewarganegaraan. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi
pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.
Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan
sangat diharapkan dari pembaca.
Jakarta, November 2017
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Dr. AwaluddinTjalla
- 3 -
DAFTAR ISI
I. Definisi……………………………………………………………………………………… 6
II. Misi Pedagogis………………………………………………………………………….. 6
A. Misi Literasi…………………………………………………………………………… 6
B. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 7
C. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam Pemelajaran
Lintas Mata Pelajaran……………………………………………………………. 9
III. Tujuan Literasi Budaya dan Kewarganegaraan ……..…………………… 17
IV. Kompetensi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan …………………… 17
V. Penjenjangan Literasi Budaya dan Kewarganegaraan ………………… 18
VI. Penutup……………………………………………………………………………………. 22
VII. Daftar Pustaka………………………………………………………………………….. 23
- 4 -
KONSEP LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KURIKULUM 2013
PENDAHULUAN
Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk mencapai
tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca, dan
mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet
Assessment) mendefinisikan literasi budaya dan kewarganegaraan sebagai
refleksi kompetensi kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan
karakteristik penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan
tentang fenomena alam. Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman
pengetahuan tersebut, kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan,
baik pada tahap pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai
dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017
- 24 -
Puskurbuk.
UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and
programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,
Scientific, and Cultural Organization.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component
of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-
14.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
- 5 -
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.
Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan
membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan
kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan
teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus
meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun
kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi
literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga
tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan
tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap
tahap disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
- 6 -
I. DEFINISI
KONSEP LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KURIKULUM 2013
II. MISI PEDAGOGIS
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan adalah kecerdasan warga negara
untuk memilah dan memilih nilai-nilai budaya luhur bangsa yang relevan
untuk dijadikan dasar dalam bersikap, bertindak, dan berperilaku di
tengah keragaman guna terimplementasikannya nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
bingkai NKRI.
Mewujudkan kompetensi publik dan kompetensi privat warganegara
yang baik dan cerdas (good and smart citizen), dimana kompetensi publik
tersebut mengharuskan setiap warga negara peka terhadap persoalan-
persoalan yang ada di sekitarnya (public issues) dan memahami
kompetensi pribadinya sesuai dengan profesi masing-masing serta
menjunjung tinggi budaya luhur bangsa Indonesia sebagai wujud
implementasi nilai-nilai Pancasila.
A. Misi literasi
1. Mewujudkan warga negara yang melek hukum:
a. Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati hukum
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai norma perilaku
dengan memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari,
serta menjadikan Pancasila sebagai dasar perumusan seluruh
peraturan perundang-undangan
2. Mewujudkan warga negara yang melek politik:
- 23 -
VII. DAFTAR PUSTAKA
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90.
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 – 899.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum
2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
National Research Council (1996). National Science Education Standards.
Washington DC, United States: National Academy Press.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
- 22 -
VI. PENUTUP
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
lingkungan
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Literasi budaya dan kewarganegaraan adalah salah satu literasi yang
dikembangkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan
kemajuan pendidikan Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian,
pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian yang diharapkan dan dapat
memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang baik, diharapkan agar
bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di dunia internasional.
Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh komponen
yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang
berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Konsep literasi budaya dan kewarganegaraan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep
literasi ini dapat membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik
sebagaimana literasi yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
- 7 -
a. Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati kebijakan
politik pemerintah
b. Melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Mewujudkan warga negara yang melek budaya:
a. Mengetahui, memahami, dan melestarikan kekayaan dan
keragaman budaya bangsa Indonesia.
b. Menemukenali, menghargai dan melestarikan nilai-nilai
budaya dan kearifan lokal untuk diterapkan sebagai dasar
bertindak dan berperilaku, maupun dalam membangun relasi
sosial.
B. Literasi Budaya Dan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum 2013
Literasi budaya dan kewarganegaraan sudah terlihat jelas pada
Kurikulum 2013. Secara konseptual, Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4 (empat) Kompetensi Inti
(KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan KI-2 merupakan aspek
sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan, dan KI-4 menyangkut
aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini
adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”. Pendekatan
tersebut terdiri atas 5 kegiatan (5M), yaitu mengamati, menanya,
melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa literatur menyebut
pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri. Jadi, berdasarkan
pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga sudah
mengakomodasikan pengembangan literasi Budaya dan
Kewarganegaraan bagi siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) SD dan SMP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini kompetensi literasi (mengetahui, memahami, dan
memaknai) untuk setiap KD.
- 8 -
Tabel 1. Identifikasi Kompetensi Literasi dalam Kurikulum PPKn SD
Kompetensi
Literasi
Kelas IV Kelas V Kelas VI
Mengetahui 1 1 2
Memahami 1 3 2
Memaknai 2 1 1
Jumlah KD 4 4 5
Penyebaran Kompetensi Literasi menurut kagori kajian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2. Kompetensi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan Berdasarkan
Kajian
Kajian Kelas IV Kelas V Kelas VI
Dasar Negara
dan Simbol-
Simbol
Negara
1
1
1
Hak dan
Kewajiban
1 1 1
Keberagaman
Umat
Beragama
2
-
-
Keberagaman
Suku Bangsa,
Sosial, dan
Budaya
1 1 2
Jumlah KD 5 3 4
Untuk tingkat SMP, kompetensi literasi budaya dan kewarganegaraan dan
sebaran kajian berdasarkan literasi budaya dan kewarganegaraan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
- 21 -
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Memaknai
hukum,
politik, dan
budaya
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Melaksanaka
n hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
- 20 -
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
lingkungan
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Memaham
i proses
hukum,
politik, dan
budaya
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Memahami hak
dan kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
- 9 -
Tabel 3. Identifikasi Kompetensi Literasi dalam Kurikulum PPKn SMP
Kompetensi
Literasi
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Mengetahui 5 5 1
Memahami 1 1 1
Memaknai 1 1 3
Jumlah KD 7 7 5
Tabel 4. Kompetensi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan Budaya dan
Kewarganegaraan Berdasarkan Kajian
Kajian Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Ideologi dan
Dasar Negara
1
2
1
Kedaulatan
Negara
1 - 1
Keberagaman 2
-
1
Nasionalisme
dan
Patriotisme
1 3 1
Jumlah KD 5 5 4
C. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam Pemelajaran Lintas Mata
Pelajaran.
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam pemelajaran lintas mata
pelajaran adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran
dan akan terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran
tersebut. Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam
- 10 -
suatu konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang
memiliki fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan merupakan pendekatan dalam
proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara
konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan
Literasi setiap siswa. Keterampilan Literasi budaya dan Kewarganegaraan
secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran PPKn, namun siswa
diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan budaya dan
kewarganegaraan di luar mata pelajaran PPKn di berbagai situasi.
Menggunakan keterampilan budaya dan kewarganegaraan dalam lintas
kurikulum memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya dan juga
memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan konsep
budaya dan kewarganegaraan dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya
pembelajaran Literasi budaya dan kewarganegaraan tidak lain memahami
suatu interkoneksi antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.
Contoh Penerapan Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam
Pembelajaran
Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Di dalam pembelajaran PPKn siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang komprehensif tentang Dasar Negara dan
Simbol-Simbol Negara, Hak dan Kewajiban, Keberagaman Agama
dan Sosial Budaya, serta Nasionalisme dan Patriotisme yang
diterapkan di semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,
lingkungan alam sekitar, budaya, agama, pendidikan sebagai bekal
menjadi warna Negara yang baik.
Contoh pada aspek kehidupan di alam sekitar: siswa diminta untuk
menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah
di sembarang tempat yang dikaitkan dengan ajaran agama.
Contoh pada aspek budaya: siswa diminta untuk memberikan
pendapat mengenai bagaimana cara menjalin hubungan antar
budaya dan antar agama.
- 19 -
Tabel 1: Penjenjangan literasi budaya dan kewarganegaraan dalam
lingkup sekolah
Nilai dari konsep hukum, politik dan budaya:
1. Hukum : jujur, disiplin
2. Politik : tanggung jawab, peduli
3. Budaya : santun, percaya diri
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
Mengetah
ui konsep
hukum,
politik, dan
budaya
Pengetahuan
faktual tentang
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli,
santun,
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Pengetahuan
faktual
tentang hak
dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Pengetahuan
faktual tentang
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Pengetahuan
faktual
tentang hak
dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
- 18 -
V. PENJENJANGAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga
negara yang memiliki kompetensi publik dan kompetensi privat
warganegara yang baik dan cerdas (good and smart citizen)
C. Memaknai
Mewujudkan warga negara yang mentaati hak, kewajiban, dan
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta melestarikan kekayaan dan keragaman budaya
bangsa Indonesia untuk saling memahami berbagai kearifan lokal dan
keragaman budaya untuk mewujudkan kehidupan yang harmoni
dalam bingkai NKRI.
Perjenjangan dalam literasi budaya dan kewarganegaraan merupakan
salah satu aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari
jenjang yang terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi.
Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar capaian literasi mengarah
pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan kesesuaian dengan
pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta kesesuaian
dengan capaian kompetensi yang diharapkan.
Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Literasi budaya dan kewarganegaraan di sekolah dapat dilatihkan sesuai
dengan jenjang pendidikannya. Berdasarkan tingkat perkembangan
intelektualnya, tahapan literasi budaya dan kewarganegaraan siswa pada
setiap kluster jenjang pendidikan ditunjukkan oleh tabel berikut.
- 11 -
Berikut ini contoh-contoh KD untuk setiap aspek, yaitu mengetahui,
memahami, dan memaknai.
1. Nasionalisme dan Patriotisme
Kelas VIII
Contoh KD di bawah ini adalah KD PPKn literasi budaya dan
kewarganegaraan untuk aspek mengetahui
3.5 Memproyeksikan nilai dan semangat sumpah pemuda tahun
1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Adapun KD PPKn yang sudah sampai pada aspek literasi
memahami adalah contoh KD di bawah ini.
Kelas VIII
3.3 Memahami tata urutan peraturan perundang-undangan
dalam sistem hukum nasional di Indonesia.
Sedangkan untuk contoh KD PPKn untuk aspek memaknai adalah
contoh KD berikut ini.
Kelas VIII
3.6 Menginterpretasikan semangat dan komitmen kebangsaan
kolektif untuk memperkuat Negara kesatuan Republik
Indonesia dalam konteks kehidupan siswa.
Dalam Mata Pelajaran Selain PPKn:
Di dalam pembelajaran selain PPKn, informasi yang disajikan dapat
diperkaya dengan menggunakan konsep budaya dan
kewarganegaraan.
Berikut ini contoh Literasi budaya dan kewarganegaraan lintas
kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain PPKn.
o Matematika:
Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan
dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari. Misalnya pada materi perkalian,
pembagian, dan pecahan desimal yang bermakna kejujuran,
- 12 -
kepastian, dan detail.
Aspek budaya dan kewarganegaraan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memilih dan memilah nilai-nilai budaya
luhur bangsa yang relevan untuk dijadikan dasar dalam bersikap,
bertindak, dan berperilaku di tengah keberagaman.
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran matematika antara lain digunakan dalam proses
penanaman nilai-nilai kejujuran dalam menjalin hubungan dan
interaksi dengan orang lain yang berbeda pandangan, budaya,
agama, warna kulit dan sebagainya. Matematika adalah mata
pelajaran yang mengajarkan kepastian dan kejujuran dengan
memperhatikan detail setiap persoalan. Kejujuran akan
menciptakan hubungan yang indah dan harmonis, apa adanya,
tanpa kebohongan.
Selain penggunaan konsep matematika pada menjalin hubungan
yang jujur dan penuh kepastian, konsep matematika digunakan
juga untuk memecahkan masalah. Untuk memecahkan masalah
kadang harus menggunakan persamaan atau rumus, bahkan
dengan konsep matematis peserta didik mampu menemukan atau
membuat sendiri persamaan atau rumus guna memudahkan
dalam penyelesaian masalah. Pengoperasional persamaan
tersebut juga menggunakan konsep matematis misalnya: konsep
perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, kwadrat,
pangkat, bilangan baku, dsb. Bahkan untuk mengetahui massa
benda-benda yang sangat kecil (partikel-partikel zat), misalnya:
mengetahui massa elektron, massa proton, massa neuton,
menghitung kecepatan cahaya dst, harus diselesaikan
menggunakan perhitungan matematis, dalam ini peserta didik
mampu membuat model konvigurasi atom dsb. Dalam
penghitungan data, penyajian data, analisis data.
Dalam menjalin hubungan dan interaksi dengan sesama warga
Negara, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan
- 17 -
III. TUJUAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
IV. KOMPETENSI LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
antar agama, suku, dan golongan. Maka literasi budaya dan
kewarganegaraan harus selalu dikaitkan dengan literasi media
untuk menciptakan tatanan masyarakat yang berkeadaban.
Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati hukum dalam
rangka mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
perumusan seluruh peraturan perundang-undangan.
Mengetahui, memahami, menyadari dan mentaati hak, kewajiban,
dan tanggung jawab warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengetahui, memahami, dan melestarikan kekayaan dan
keragaman budaya bangsa Indonesia untuk saling memahami
berbagai kearifan lokal dan keragaman budaya untuk
mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam bingkai NKRI.
A. Mengetahui
Mengetahui hukum, politik, dan budaya dalam rangka mengamalkan
nilai dan moral Pancasila sebagai dasar membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga
negara yang memiliki kompetensi publik dan kompetensi privat
warganegara yang baik dan cerdas (good and smart citizen)
B. Memahami
Memahami hukum, politik, dan budaya dalam rangka mengamalkan
nilai dan moral Pancasila sebagai dasar membangun kehidupan
- 16 -
penampilan tari kreasi daerah di Sekolah Dasar. Bahwa dengan
memahami tari kreasi setiap daerah berarti siswa juga telah
mengenal keberagaman seni di masing-masing daerah yang
berimplikasi pada semakin menguatnya rasa cinta terhadap tanah
air dan kekayaan budaya bangsa, salah satunya melalui tarian.
Seni juga berkaitan dengan kreatifitas dan imajinasi, sehingga
setiap warga Negara di dorong untuk mengembangkan keduanya
agar menjadi bangsa yang kreatif, terutama dalam membuat
temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai
karya anak bangsa yang dapat dibanggakan.
Prakarya
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
prakarya misalnya pada materi perancangan, pembuatan, dan
penyajian produk kerajinan. Literasi budaya dan kewarganegaraan
memberikan kesadaran kepada siswa agar mereka dapat
memanfaatkan kekayaan budaya daerahnya masing-masing untuk
menghasilkan karya tertentu. Karya tersebut merupakan wujud
pelestarian budaya bangsa dan menginspirasi siswa agar mereka
selalu termotivasi untuk berkarya yang bermanfaat bagi
kemanusiaan, baik dalam memberikan keindahan, maupun
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Misalnya membuat tempat
tissue dari limbah korek api, atau membuat keranjang dari botol
air mineral bekas. Selain berfungsi memanfaatkan limbah, juga
menghasilkan karya yang berguna dan inovatif.
TIK
Kaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan TIK
adalah bahwa warga Negara harus melek teknologi informasi dan
telekomunikasi. Media komunikasi berkembang sedemikian
pesan dan mengaruskan warga Negara agar memiliki literasi
media yang baik agar tidak terjebak dan menimbulkan
perpecahan di dalam masyarakat. Berbagai kasus yang muncul
akibat literasi media yang buruk telah berdampak pada
munculnya konflik-konflik dalam masyarakat, misalnya konflik
- 13 -
yang timbul sebagai akibat dari adanya persinggungan dan
perbedaan pandangan. Maka siswa harus terlatih untuk
memecahkan masalah dengan memperhatikan data, fakta yang
akurat sebagai dasar pertimbangan sehingga dihasilkan keputusan
yang obyektif.
PJOK:
Dalam konteks PJOK, literasi budaya dan kewarganegaarn
digunakan untuk memberi kesadaran kepada warga Negara bahwa
didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat atau “Mens
Sano encorporesano”. Jika warga Negara memiliki tubuh yang
sehat, maka mereka juga akan memiliki mental yang kuat untuk
bersama-sama mendukung proses pembangunan ke arah
kemajuan. Salah satu materi di dalam PJOK adalah bahaya
merokok, minuman keras, narkotika, zat-zat adiktif dan obat
berbahaya lainnya terhadap kesehatan tubuh. Salah satu
persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini
adalah mengenai peredaran narkoba dan zat berbahaya lainnya
yang sangat luar biasa dengan sasaran anak-anak hingga orang
tua. Kondisi ini harus dimaknai dengan cerdas secara budaya dan
kewarganegaraan oleh siswa. Bahwa, jika semakin banyak yang
menggunakan narkoba maka lambat laun Negara ini akan hancur.
Jika warga Negara sehat, maka beban Negara untuk subsidi
pengobatan juga akan berkurang dan dapat dialokasikan untuk
kegiatan pembangunan masyarakat lainnya. Maka, olahraga
menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh warga Negara.
IPS:
Literasi budaya dan kewarganegaraan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Misalnya pada
materi kependudukan lingkungan. Pada pembelajaran tersebut
membahas tentang dinamika penduduk dan pengaruh kepadatan
penduduk. Pada dinamika penduduk yang terdiri dari: natalitas,
mortalitas, dan migrasi penduduk, menggunakan literasi budaya
dan kewarganegaraan dengan cara menekankan bahwa setiap
- 14 -
penduduk harus memiliki identitas sebagai warga Negara, yaitu
KTP (Kartu Tanda Penduduk) sesuai dengan peraturan yang
berlaku. KTP juga memudahkan Negara untuk lakukan pemetaan
terhadap jumlah penduduk serta hak dan kewajiban warga
Negara.
Literasi budaya dan kewarganegaraan juga membahas mengenai
persoalan-persoalan yang muncul jika jumlah penduduk
bertambah.
Interaksi antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran IPS itu terjadi pada dampak interaksi manusia
terhadap ekosistem dan lingkungan hidup. Bahwa sebagai warga
Negara yang baik harus dapat menjaga ekosistem dan lingkungan
hidup agar kehidupan ini tetap berlanjut.
Bahasa:
Dalam literasi budaya dan kewarganegaraan, kemampuan
berbahasa, termasuk mengetahui, memahami, dan memaknai
pesan yang diberikan orang lain merupakan sesuatu yang sangat
penting. Misalnya, pada meteri menyimak, dimana siswa diajarkan
untuk menjadi pendengar yang baik, dan menyimak dengan
seksama semua informasi yang diberikan orang lain, dengan tidak
memotong pembicaraannya.
Sebagai warga Negara yang hidup di tengah-tengah masyarakat
yang sangat majemuk, maka kemampuan menyimak sangat
ditekankan sehingga mengurangi terjadinya konflik dan
perpecahan di antara masyarakat itu sendiri.
Maka, literasi budaya dan kewarganegaraan sangat penting
dikuasai oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Baahwa
kemampuan dalam bidang bahasa sangat memengaruhi
tercapainya tatanan masyarakat yang tertib dan harmonis.
IPA
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran IPA antara lain pada materi ekosistem dan
makhluk hidup. Bahwa sebagai warga Negara yang baik dan
- 15 -
cerdas, harus dapat menjaga ekosistem sebagai wujud
tanggungjawab sebagai manusia dan dapat mewariskan bumi yang
sehat untuk generasi selanjutnya. Literasi budaya dan
kewarganegaraan juga memberikan pencerahan ketika siswa
mempelajari tentang makhluk hidup. Mencintai Indonesia berarti
mencintai seluruh makhluk yang hidup di Negara ini. Pohon-
pohonan, hewan, dan sesama manusia. Siswa diajarkan untuk
menanam pohon (penghijauan), tidak membuang sampah
sembarangan, tidak menebang pohon sembarangan, tidak
membunuh hewan, dan tidak menyakiti sesama manusia. Nilai
budaya luhur yang dapat diangkat misalnya local wisdom
masyarakat Baduy, Banten yang tertuang dalam filosofi
“panjang teu meunang dipotong, pondok teu meunang
disambung” yang artinya bahwa kita harus menjaga alam sesuai
dengan apa yang telah diberikan Tuhan. Jangan memotong yang
sudah panjang, dan jangan menyambung apa yang pendek. Jika
kita bersahabat dengan alam, maka alam akan bersahabat dengan
kita. Filosofi tersebut harus menjadi inspirasi dalam mata
pelajaran IPA bahwa sebagai warga Negara kita harus mencintai
dan menjaga lingkungan.
Sejarah:
Dalam konteks materi sejarah, misalnya sejarah proklamasi
kemerdekaan, maka harus ditekankan kepada siswa bahwa
sebagai warga Negara yang baik dan cerdas kita harus memahami
sejarah bagaimana Negara ini pada akhirnya dapat
memproklamasikan kemerdekaannya, dengan segala dinamika
dan suka duka yang dilalui oleh para pejuang kemerdekaan pada
saat ini. Setiap warga Negara diberikan kesadaran agar tidak
pernah melupakan sejarah bangsa dan Negara, agar semakin
tertanam kecintaan terhadap bangsa dan Negara Indonesia.
Seni:
Kaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dalam mata
pelajaran seni sangat erat. Misalnya pada materi memahami
- 14 -
penduduk harus memiliki identitas sebagai warga Negara, yaitu
KTP (Kartu Tanda Penduduk) sesuai dengan peraturan yang
berlaku. KTP juga memudahkan Negara untuk lakukan pemetaan
terhadap jumlah penduduk serta hak dan kewajiban warga
Negara.
Literasi budaya dan kewarganegaraan juga membahas mengenai
persoalan-persoalan yang muncul jika jumlah penduduk
bertambah.
Interaksi antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran IPS itu terjadi pada dampak interaksi manusia
terhadap ekosistem dan lingkungan hidup. Bahwa sebagai warga
Negara yang baik harus dapat menjaga ekosistem dan lingkungan
hidup agar kehidupan ini tetap berlanjut.
Bahasa:
Dalam literasi budaya dan kewarganegaraan, kemampuan
berbahasa, termasuk mengetahui, memahami, dan memaknai
pesan yang diberikan orang lain merupakan sesuatu yang sangat
penting. Misalnya, pada meteri menyimak, dimana siswa diajarkan
untuk menjadi pendengar yang baik, dan menyimak dengan
seksama semua informasi yang diberikan orang lain, dengan tidak
memotong pembicaraannya.
Sebagai warga Negara yang hidup di tengah-tengah masyarakat
yang sangat majemuk, maka kemampuan menyimak sangat
ditekankan sehingga mengurangi terjadinya konflik dan
perpecahan di antara masyarakat itu sendiri.
Maka, literasi budaya dan kewarganegaraan sangat penting
dikuasai oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Baahwa
kemampuan dalam bidang bahasa sangat memengaruhi
tercapainya tatanan masyarakat yang tertib dan harmonis.
IPA
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran IPA antara lain pada materi ekosistem dan
makhluk hidup. Bahwa sebagai warga Negara yang baik dan
- 15 -
cerdas, harus dapat menjaga ekosistem sebagai wujud
tanggungjawab sebagai manusia dan dapat mewariskan bumi yang
sehat untuk generasi selanjutnya. Literasi budaya dan
kewarganegaraan juga memberikan pencerahan ketika siswa
mempelajari tentang makhluk hidup. Mencintai Indonesia berarti
mencintai seluruh makhluk yang hidup di Negara ini. Pohon-
pohonan, hewan, dan sesama manusia. Siswa diajarkan untuk
menanam pohon (penghijauan), tidak membuang sampah
sembarangan, tidak menebang pohon sembarangan, tidak
membunuh hewan, dan tidak menyakiti sesama manusia. Nilai
budaya luhur yang dapat diangkat misalnya local wisdom
masyarakat Baduy, Banten yang tertuang dalam filosofi
“panjang teu meunang dipotong, pondok teu meunang
disambung” yang artinya bahwa kita harus menjaga alam sesuai
dengan apa yang telah diberikan Tuhan. Jangan memotong yang
sudah panjang, dan jangan menyambung apa yang pendek. Jika
kita bersahabat dengan alam, maka alam akan bersahabat dengan
kita. Filosofi tersebut harus menjadi inspirasi dalam mata
pelajaran IPA bahwa sebagai warga Negara kita harus mencintai
dan menjaga lingkungan.
Sejarah:
Dalam konteks materi sejarah, misalnya sejarah proklamasi
kemerdekaan, maka harus ditekankan kepada siswa bahwa
sebagai warga Negara yang baik dan cerdas kita harus memahami
sejarah bagaimana Negara ini pada akhirnya dapat
memproklamasikan kemerdekaannya, dengan segala dinamika
dan suka duka yang dilalui oleh para pejuang kemerdekaan pada
saat ini. Setiap warga Negara diberikan kesadaran agar tidak
pernah melupakan sejarah bangsa dan Negara, agar semakin
tertanam kecintaan terhadap bangsa dan Negara Indonesia.
Seni:
Kaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dalam mata
pelajaran seni sangat erat. Misalnya pada materi memahami
- 16 -
penampilan tari kreasi daerah di Sekolah Dasar. Bahwa dengan
memahami tari kreasi setiap daerah berarti siswa juga telah
mengenal keberagaman seni di masing-masing daerah yang
berimplikasi pada semakin menguatnya rasa cinta terhadap tanah
air dan kekayaan budaya bangsa, salah satunya melalui tarian.
Seni juga berkaitan dengan kreatifitas dan imajinasi, sehingga
setiap warga Negara di dorong untuk mengembangkan keduanya
agar menjadi bangsa yang kreatif, terutama dalam membuat
temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai
karya anak bangsa yang dapat dibanggakan.
Prakarya
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
prakarya misalnya pada materi perancangan, pembuatan, dan
penyajian produk kerajinan. Literasi budaya dan kewarganegaraan
memberikan kesadaran kepada siswa agar mereka dapat
memanfaatkan kekayaan budaya daerahnya masing-masing untuk
menghasilkan karya tertentu. Karya tersebut merupakan wujud
pelestarian budaya bangsa dan menginspirasi siswa agar mereka
selalu termotivasi untuk berkarya yang bermanfaat bagi
kemanusiaan, baik dalam memberikan keindahan, maupun
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Misalnya membuat tempat
tissue dari limbah korek api, atau membuat keranjang dari botol
air mineral bekas. Selain berfungsi memanfaatkan limbah, juga
menghasilkan karya yang berguna dan inovatif.
TIK
Kaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan TIK
adalah bahwa warga Negara harus melek teknologi informasi dan
telekomunikasi. Media komunikasi berkembang sedemikian
pesan dan mengaruskan warga Negara agar memiliki literasi
media yang baik agar tidak terjebak dan menimbulkan
perpecahan di dalam masyarakat. Berbagai kasus yang muncul
akibat literasi media yang buruk telah berdampak pada
munculnya konflik-konflik dalam masyarakat, misalnya konflik
- 13 -
yang timbul sebagai akibat dari adanya persinggungan dan
perbedaan pandangan. Maka siswa harus terlatih untuk
memecahkan masalah dengan memperhatikan data, fakta yang
akurat sebagai dasar pertimbangan sehingga dihasilkan keputusan
yang obyektif.
PJOK:
Dalam konteks PJOK, literasi budaya dan kewarganegaarn
digunakan untuk memberi kesadaran kepada warga Negara bahwa
didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat atau “Mens
Sano encorporesano”. Jika warga Negara memiliki tubuh yang
sehat, maka mereka juga akan memiliki mental yang kuat untuk
bersama-sama mendukung proses pembangunan ke arah
kemajuan. Salah satu materi di dalam PJOK adalah bahaya
merokok, minuman keras, narkotika, zat-zat adiktif dan obat
berbahaya lainnya terhadap kesehatan tubuh. Salah satu
persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini
adalah mengenai peredaran narkoba dan zat berbahaya lainnya
yang sangat luar biasa dengan sasaran anak-anak hingga orang
tua. Kondisi ini harus dimaknai dengan cerdas secara budaya dan
kewarganegaraan oleh siswa. Bahwa, jika semakin banyak yang
menggunakan narkoba maka lambat laun Negara ini akan hancur.
Jika warga Negara sehat, maka beban Negara untuk subsidi
pengobatan juga akan berkurang dan dapat dialokasikan untuk
kegiatan pembangunan masyarakat lainnya. Maka, olahraga
menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh warga Negara.
IPS:
Literasi budaya dan kewarganegaraan memiliki hubungan yang
sangat erat dengan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Misalnya pada
materi kependudukan lingkungan. Pada pembelajaran tersebut
membahas tentang dinamika penduduk dan pengaruh kepadatan
penduduk. Pada dinamika penduduk yang terdiri dari: natalitas,
mortalitas, dan migrasi penduduk, menggunakan literasi budaya
dan kewarganegaraan dengan cara menekankan bahwa setiap
- 12 -
kepastian, dan detail.
Aspek budaya dan kewarganegaraan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memilih dan memilah nilai-nilai budaya
luhur bangsa yang relevan untuk dijadikan dasar dalam bersikap,
bertindak, dan berperilaku di tengah keberagaman.
Keterkaitan antara literasi budaya dan kewarganegaraan dengan
mata pelajaran matematika antara lain digunakan dalam proses
penanaman nilai-nilai kejujuran dalam menjalin hubungan dan
interaksi dengan orang lain yang berbeda pandangan, budaya,
agama, warna kulit dan sebagainya. Matematika adalah mata
pelajaran yang mengajarkan kepastian dan kejujuran dengan
memperhatikan detail setiap persoalan. Kejujuran akan
menciptakan hubungan yang indah dan harmonis, apa adanya,
tanpa kebohongan.
Selain penggunaan konsep matematika pada menjalin hubungan
yang jujur dan penuh kepastian, konsep matematika digunakan
juga untuk memecahkan masalah. Untuk memecahkan masalah
kadang harus menggunakan persamaan atau rumus, bahkan
dengan konsep matematis peserta didik mampu menemukan atau
membuat sendiri persamaan atau rumus guna memudahkan
dalam penyelesaian masalah. Pengoperasional persamaan
tersebut juga menggunakan konsep matematis misalnya: konsep
perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, kwadrat,
pangkat, bilangan baku, dsb. Bahkan untuk mengetahui massa
benda-benda yang sangat kecil (partikel-partikel zat), misalnya:
mengetahui massa elektron, massa proton, massa neuton,
menghitung kecepatan cahaya dst, harus diselesaikan
menggunakan perhitungan matematis, dalam ini peserta didik
mampu membuat model konvigurasi atom dsb. Dalam
penghitungan data, penyajian data, analisis data.
Dalam menjalin hubungan dan interaksi dengan sesama warga
Negara, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan
- 17 -
III. TUJUAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
IV. KOMPETENSI LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
antar agama, suku, dan golongan. Maka literasi budaya dan
kewarganegaraan harus selalu dikaitkan dengan literasi media
untuk menciptakan tatanan masyarakat yang berkeadaban.
Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati hukum dalam
rangka mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
perumusan seluruh peraturan perundang-undangan.
Mengetahui, memahami, menyadari dan mentaati hak, kewajiban,
dan tanggung jawab warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengetahui, memahami, dan melestarikan kekayaan dan
keragaman budaya bangsa Indonesia untuk saling memahami
berbagai kearifan lokal dan keragaman budaya untuk
mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam bingkai NKRI.
A. Mengetahui
Mengetahui hukum, politik, dan budaya dalam rangka mengamalkan
nilai dan moral Pancasila sebagai dasar membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga
negara yang memiliki kompetensi publik dan kompetensi privat
warganegara yang baik dan cerdas (good and smart citizen)
B. Memahami
Memahami hukum, politik, dan budaya dalam rangka mengamalkan
nilai dan moral Pancasila sebagai dasar membangun kehidupan
- 18 -
V. PENJENJANGAN LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga
negara yang memiliki kompetensi publik dan kompetensi privat
warganegara yang baik dan cerdas (good and smart citizen)
C. Memaknai
Mewujudkan warga negara yang mentaati hak, kewajiban, dan
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta melestarikan kekayaan dan keragaman budaya
bangsa Indonesia untuk saling memahami berbagai kearifan lokal dan
keragaman budaya untuk mewujudkan kehidupan yang harmoni
dalam bingkai NKRI.
Perjenjangan dalam literasi budaya dan kewarganegaraan merupakan
salah satu aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari
jenjang yang terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi.
Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar capaian literasi mengarah
pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan kesesuaian dengan
pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta kesesuaian
dengan capaian kompetensi yang diharapkan.
Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan
materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi
tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan
kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.
Literasi budaya dan kewarganegaraan di sekolah dapat dilatihkan sesuai
dengan jenjang pendidikannya. Berdasarkan tingkat perkembangan
intelektualnya, tahapan literasi budaya dan kewarganegaraan siswa pada
setiap kluster jenjang pendidikan ditunjukkan oleh tabel berikut.
- 11 -
Berikut ini contoh-contoh KD untuk setiap aspek, yaitu mengetahui,
memahami, dan memaknai.
1. Nasionalisme dan Patriotisme
Kelas VIII
Contoh KD di bawah ini adalah KD PPKn literasi budaya dan
kewarganegaraan untuk aspek mengetahui
3.5 Memproyeksikan nilai dan semangat sumpah pemuda tahun
1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Adapun KD PPKn yang sudah sampai pada aspek literasi
memahami adalah contoh KD di bawah ini.
Kelas VIII
3.3 Memahami tata urutan peraturan perundang-undangan
dalam sistem hukum nasional di Indonesia.
Sedangkan untuk contoh KD PPKn untuk aspek memaknai adalah
contoh KD berikut ini.
Kelas VIII
3.6 Menginterpretasikan semangat dan komitmen kebangsaan
kolektif untuk memperkuat Negara kesatuan Republik
Indonesia dalam konteks kehidupan siswa.
Dalam Mata Pelajaran Selain PPKn:
Di dalam pembelajaran selain PPKn, informasi yang disajikan dapat
diperkaya dengan menggunakan konsep budaya dan
kewarganegaraan.
Berikut ini contoh Literasi budaya dan kewarganegaraan lintas
kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain PPKn.
o Matematika:
Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan
dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari. Misalnya pada materi perkalian,
pembagian, dan pecahan desimal yang bermakna kejujuran,
- 10 -
suatu konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang
memiliki fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan merupakan pendekatan dalam
proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara
konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan
Literasi setiap siswa. Keterampilan Literasi budaya dan Kewarganegaraan
secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran PPKn, namun siswa
diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan budaya dan
kewarganegaraan di luar mata pelajaran PPKn di berbagai situasi.
Menggunakan keterampilan budaya dan kewarganegaraan dalam lintas
kurikulum memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya dan juga
memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan konsep
budaya dan kewarganegaraan dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya
pembelajaran Literasi budaya dan kewarganegaraan tidak lain memahami
suatu interkoneksi antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.
Contoh Penerapan Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam
Pembelajaran
Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Di dalam pembelajaran PPKn siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang komprehensif tentang Dasar Negara dan
Simbol-Simbol Negara, Hak dan Kewajiban, Keberagaman Agama
dan Sosial Budaya, serta Nasionalisme dan Patriotisme yang
diterapkan di semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,
lingkungan alam sekitar, budaya, agama, pendidikan sebagai bekal
menjadi warna Negara yang baik.
Contoh pada aspek kehidupan di alam sekitar: siswa diminta untuk
menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah
di sembarang tempat yang dikaitkan dengan ajaran agama.
Contoh pada aspek budaya: siswa diminta untuk memberikan
pendapat mengenai bagaimana cara menjalin hubungan antar
budaya dan antar agama.
- 19 -
Tabel 1: Penjenjangan literasi budaya dan kewarganegaraan dalam
lingkup sekolah
Nilai dari konsep hukum, politik dan budaya:
1. Hukum : jujur, disiplin
2. Politik : tanggung jawab, peduli
3. Budaya : santun, percaya diri
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
Mengetah
ui konsep
hukum,
politik, dan
budaya
Pengetahuan
faktual tentang
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli,
santun,
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Pengetahuan
faktual
tentang hak
dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Pengetahuan
faktual tentang
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Pengetahuan
faktual
tentang hak
dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
- 20 -
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
lingkungan
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Memaham
i proses
hukum,
politik, dan
budaya
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Memahami hak
dan kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Memahami
hak dan
kewajiban
serta perilaku
jujur, disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
- 9 -
Tabel 3. Identifikasi Kompetensi Literasi dalam Kurikulum PPKn SMP
Kompetensi
Literasi
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Mengetahui 5 5 1
Memahami 1 1 1
Memaknai 1 1 3
Jumlah KD 7 7 5
Tabel 4. Kompetensi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan Budaya dan
Kewarganegaraan Berdasarkan Kajian
Kajian Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Ideologi dan
Dasar Negara
1
2
1
Kedaulatan
Negara
1 - 1
Keberagaman 2
-
1
Nasionalisme
dan
Patriotisme
1 3 1
Jumlah KD 5 5 4
C. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam Pemelajaran Lintas Mata
Pelajaran.
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan dalam pemelajaran lintas mata
pelajaran adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran
dan akan terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran
tersebut. Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam
- 8 -
Tabel 1. Identifikasi Kompetensi Literasi dalam Kurikulum PPKn SD
Kompetensi
Literasi
Kelas IV Kelas V Kelas VI
Mengetahui 1 1 2
Memahami 1 3 2
Memaknai 2 1 1
Jumlah KD 4 4 5
Penyebaran Kompetensi Literasi menurut kagori kajian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2. Kompetensi Literasi Budaya dan Kewarganegaraan Berdasarkan
Kajian
Kajian Kelas IV Kelas V Kelas VI
Dasar Negara
dan Simbol-
Simbol
Negara
1
1
1
Hak dan
Kewajiban
1 1 1
Keberagaman
Umat
Beragama
2
-
-
Keberagaman
Suku Bangsa,
Sosial, dan
Budaya
1 1 2
Jumlah KD 5 3 4
Untuk tingkat SMP, kompetensi literasi budaya dan kewarganegaraan dan
sebaran kajian berdasarkan literasi budaya dan kewarganegaraan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
- 21 -
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Memaknai
hukum,
politik, dan
budaya
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, dan
guru
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab,
santun,
peduli, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga,
teman, guru
dan
tetangganya
serta cinta
tanah air
Melaksanakan
hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleran,
gotong
royong),
santun, dan
percaya diri
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Melaksanaka
n hak dan
kewajiban
serta
menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif
sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
- 22 -
VI. PENUTUP
Aspek SD
(Kelas I – III)
SD
(Kelas IV – VI)
SMP
(Kelas VII – IX)
SMA
(Kelas X – XII)
lingkungan
sosial dan
alam serta
menempatka
n diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Literasi budaya dan kewarganegaraan adalah salah satu literasi yang
dikembangkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan
kemajuan pendidikan Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian,
pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian yang diharapkan dan dapat
memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang baik, diharapkan agar
bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di dunia internasional.
Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh komponen
yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang
berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
Konsep literasi budaya dan kewarganegaraan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep
literasi ini dapat membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik
sebagaimana literasi yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
- 7 -
a. Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati kebijakan
politik pemerintah
b. Melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Mewujudkan warga negara yang melek budaya:
a. Mengetahui, memahami, dan melestarikan kekayaan dan
keragaman budaya bangsa Indonesia.
b. Menemukenali, menghargai dan melestarikan nilai-nilai
budaya dan kearifan lokal untuk diterapkan sebagai dasar
bertindak dan berperilaku, maupun dalam membangun relasi
sosial.
B. Literasi Budaya Dan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum 2013
Literasi budaya dan kewarganegaraan sudah terlihat jelas pada
Kurikulum 2013. Secara konseptual, Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4 (empat) Kompetensi Inti
(KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan KI-2 merupakan aspek
sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan, dan KI-4 menyangkut
aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini
adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”. Pendekatan
tersebut terdiri atas 5 kegiatan (5M), yaitu mengamati, menanya,
melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa literatur menyebut
pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri. Jadi, berdasarkan
pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga sudah
mengakomodasikan pengembangan literasi Budaya dan
Kewarganegaraan bagi siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) SD dan SMP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini kompetensi literasi (mengetahui, memahami, dan
memaknai) untuk setiap KD.
- 6 -
I. DEFINISI
KONSEP LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KURIKULUM 2013
II. MISI PEDAGOGIS
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan adalah kecerdasan warga negara
untuk memilah dan memilih nilai-nilai budaya luhur bangsa yang relevan
untuk dijadikan dasar dalam bersikap, bertindak, dan berperilaku di
tengah keragaman guna terimplementasikannya nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
bingkai NKRI.
Mewujudkan kompetensi publik dan kompetensi privat warganegara
yang baik dan cerdas (good and smart citizen), dimana kompetensi publik
tersebut mengharuskan setiap warga negara peka terhadap persoalan-
persoalan yang ada di sekitarnya (public issues) dan memahami
kompetensi pribadinya sesuai dengan profesi masing-masing serta
menjunjung tinggi budaya luhur bangsa Indonesia sebagai wujud
implementasi nilai-nilai Pancasila.
A. Misi literasi
1. Mewujudkan warga negara yang melek hukum:
a. Mengetahui, memahami, menyadari, dan menaati hukum
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai norma perilaku
dengan memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari,
serta menjadikan Pancasila sebagai dasar perumusan seluruh
peraturan perundang-undangan
2. Mewujudkan warga negara yang melek politik:
- 23 -
VII. DAFTAR PUSTAKA
Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the
Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90.
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral
Education, 9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a
language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 – 899.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum
2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan
Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
National Research Council (1996). National Science Education Standards.
Washington DC, United States: National Academy Press.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www.
oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
- 24 -
Puskurbuk.
UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and
programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,
Scientific, and Cultural Organization.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component
of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-
14.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the
potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.
- 5 -
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.
Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan
membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan
kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan
teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus
meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun
kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi
literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga
tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan
tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap
tahap disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi
- 4 -
KONSEP LITERASI BUDAYA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KURIKULUM 2013
PENDAHULUAN
Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata
pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi
kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk mencapai
tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca, dan
mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks
pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku
untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet
Assessment) mendefinisikan literasi budaya dan kewarganegaraan sebagai
refleksi kompetensi kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan
karakteristik penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan
tentang fenomena alam. Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman
pengetahuan tersebut, kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan,
baik pada tahap pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai
dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa
merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam
bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika
cabang ilmu pengetahuan lainnya.
Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas
merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya
merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
JAKARTA, 2017