konsep dasar kedaruratan psikiatri
DESCRIPTION
konsep tentang ilmu jiwaTRANSCRIPT
KONSEP DASAR KEDARURATAN PSIKIATRI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter
psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam psikiatri
termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional.
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi
darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,
penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada
perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang
kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan
kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an,
terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat
kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik
umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.
Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan
lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik
pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala
atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.
B. Tujuan Penyusunan
a. Tujuan umumAdapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
umum tentang keperawatan gawat darurat psikiatri serta mampu berperan sebagai perawat
jiwa baik di Rumah Sakit atau di komunitas.
b. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan
1. Memenuhi tugas keperawatan Gadar Psikiatri
2. Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan Gadar Psikiatri
3. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keperawatan Gadar Psikiatri
4. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan faktor penyebab diadakannya keperawatan
Gadar Psikiatri
5. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala bunuh diri
6. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala prilaku kekerasan
7. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala gaduh/gelisah
8. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala withdrawal
9. Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan dasar hukum yang melatarbelakangi
keperawatan Gadar Psikiatri
10. Teman-teman mahasiswa mampu menyebutkan adta mengenai psikosis, neurosis dan
NAPZA
C. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penyusunannya dibagi menjadi 3 bab dengan urutan
sebagai berikut :
Bab1 : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penyusunan, dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan teoritik terdiri dari konsep dasar mengenai jiwa terdiri dari definisi, ciri-ciri/
karakteristik jiwa sehat dan sakit, faktor penyebab gangguan jiwa, tanda dan gejala,
pendekatan, peran dan fungsi perawat, perkembangan keperawatan kesehatan jiwa,
pelayanan keperawatan, perkembangan pelayanan keperawatan jiwa psikiatri, dan
perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia.
Bab 3 : Penutup berisi kesimpulan materi.
BAB II
KONSEP DASAR KEDARURATAN PSIKIATRI
A. Pengertian
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh
perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang mengalami
keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.
Unit Gawat Darurat Adalah tempat/unit di RS yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan khusus & peralatan yang memberikan pelayan pasien gawat darurat, merupakan
rangkaian dari upaya penanggulangan pasien dengan gawat darurat yang terorganisir
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan
panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis
lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan
psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu
keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang
mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses
kehidupan ataupun bencana.
B. Faktor Penyebab Gadar Psikiatri
Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas
fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak mendapat perawatan
kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik serta kronik. Perawatan GD harus
dilakukan tanpa memikirkan kemampuan pasien untuk membayar. Semua petugas medis
harus diberi kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan yang
diberikannya. Diperlukan mekanisme pembayaran penggantian atas pelayanan gratis, hingga
tenaga dan sarana tetap tejaga untuk setiap pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi
atas penderita yang tidak memiliki asuransi, bukan penduduk setempat atau orang asing.
Semua pasien harus mendapat pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang
diperlukan agar didapat pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak
secara gawat darurat.
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai
Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau Comprehensive
Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin, mencakup
kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas,
kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang
menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang
terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu
kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk
memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis
tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan
kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan pasien,
memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24 jam ,
mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,
menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut,
memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan
pelayanan konseling lewat telepon.
C. Tanda dan Gejala Awal pada
1. Bunuh diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang
tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat,
1993). Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif
pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan
verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).
Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda bunuh
diri yang mungkin terjadi:
1. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat, menembak diri
sendiri atau ungkapan membahayakan diri.
2. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan pekerjaan,
semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan
lainnya yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan
hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
3. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, keraguan
atau kecemasan yang tidak biasa.
4. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari,
seperti pekerjaan rumah tangga.
5. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya bisa
menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
6. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan.
Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat badan.
7. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup impotensi,
keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
8. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi seperti malu, minder
atau membenci diri sendiri.
9. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan
khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.
10. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa
bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah bertambah baik.
Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah mencoba bunuh diri, memiliki
riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja berlebihan, hiperaktivitas, kegelisahan dan
kelesuan.
2. Perilaku kekerasan
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit
Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,
diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau sexua litas ( Nanda, 2005 ).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
1993 dalam Depkes, 2000). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman ( Stuart dan Sunden, 1997 ).
Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. Dapat dilakukan pengkajian dengan cara:
1. Observasi:
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat.
Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak
senang
2. Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.
Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda -tanda marah adalah sebagai berikut :
a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan humor.
Tanda ancaman kekerasan (Kaplan and Sadock, 1997) adalah:
a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik.
b. Ancaman verbal atau fisik.
c. Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai senjata
(misalnya : garpu, asbak).
d. Agitasi psikomator progresif.
e. Intoksikasi alkohol atau zat lain.
f. Ciri paranoid pada pasien psikotik.
g. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien
berada pada resiko tinggi.
h. Penyakit otak, global atau dengan temuan lobus fantolis, lebih jarang pada
temuan lobus temporalis (kontroversial).
i. Kegembiraan katatonik.
j. Episode manik tertentu.
k. Episode depresif teragitasi tertentu.
l. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol implus).
Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut:
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Kadang memaksakan kehendak
Gejala yang muncul :
a. Stress
b. Mengungkapkan secara verbal
c. Menentang
Gambaran klinis menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1994) adalah sebagai berikut :
a. Pasif agresif
1) Sikap suka menghambat
2) Bermalas-malasan
3) Bermuka masam
4) Keras kepala dan pendendam
b. Gejala agresif yang terbuka (tingkah laku agresif)
1) Suka membantah
2) Menolak sikap penjelasan
3) Bicara kasar
4) Cenderung menuntut secara terus-menerus
5) Hiperaktivitas
6) Bertingkah laku kasar disertai kekerasan
3. Gaduh/Gelisah
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah diantaranya:
a. Gelisah
b. Mondar-mandir
c. Berteriak-teriak
d. Loncat-loncat
e. Marah-marah
f. Curiga +++
g. Agresif
h. Beringas
i. Agitasi
j. Gembira +++
k. Bernyanyi +++
l. Bicara kacau
m. Mengganggu orang lain
n. Tidak tidur beberapa hari
o. Sulit berkomunikasi
p. Dll
4. Withdrawal
Tanda dan gejala pada orang yang withdrawal diantaranya:
a. Nafsu makan hilang
b. Ansietas, gelisah
c. Mialgia, arthralgia
d. Lesu-lemas
e. Tremor, kram perut, kejang
f. ‘Craving’
1. Thought of being being controlled atau sering disebut juga waham kendali pikir. Pada tipe ini seorang penderita sangat meyakini bahwa pikiran, perbuatan, perasaan dikendalikan oleh pihak luar. Wow! Kebayang ya, mana ada orang yang pikirannya dikendalikan orang lain? Lah wong pikiran itu ada di atas kepala sendiri. Tapi begini lah orang dengan gangguan ini. Sangat-sangat percaya bahwa dia dikendalikan.
2. Waham kebesaran atau delusion of grandiosty. Percaya bahwa dirinya adalah orang besar, hebat, dan berkuasa, padahal kenyataannya tidak. Misal saja percaya dirinya utusan Tuhan. Percaya dirinya sangat kuat dan berpengaruh. Hal-hal yang menyangkut "over besar" ada di penderita waham tipe ini.
3. Wahan kejar. Dari namanya juga sudah paham, seorang penderita gangguan ini merupakan penderita yang yakin dirinya dikejar-kejar orang, sehingga memunculkan perilaku yang sering bersembunyi, ketakutan, dan lain sebagainya.
4. Waham curiga. Waham ini membuat penderitanya sering merasa curiga yang berlebihan terhadap sesuatu. Curiga jenis ini adalah curiga yang bersifat patologis (mengandung kelainan). Tidak ada dasar yang kuat untuk curiga, namun pandangan kecurigaan penderita sangat konsisten.
5. Waham tersangkut. Seseorang penderita sangat meyakini dirinya ada sangkut pautnya dengan lingkungannya. Setiap peristiwa memiliki hubungan keterkaitannya. Seperti misalnya penderita percaya penyiar radio sedang mengirim pesan khusus padanya dengan menggunakan enkripsi atau simbol-simbol. Contoh lainnya, berhubungan dengan Tuhan melalui saluran khusus, sehingga penderita membuat line khusus, berupa kabel sana sini yang menunjukkan wahamnya.
6. Waham aneh atau waham bizzare. Waham ini banyak cabangnya, misalnya: thought of insertion yang menunjukkan pikirannya disisipi oleh orang lain atau dengan kata lain waham sisip; waham siar pikir atau disebut juga thought of broadcasting, waham jenis ini sungguh-sungguh percaya bahwa isi pikirannya dapat terbaca oleh orang lain; waham sedot pikir yang percaya bahwa ada orang lain yang mengambil pikirannya, atau disebut juga thought of withdrawal.
7. Waham-waham lainnya. Seperti misalnya waham hipokondria yang sangat yakin dirinya memiliki benda tertentu di dalam tubuhnya sehingga harus dilakukan pengeluaran benda tersebut; waham cemburu; waham bersalah; waham berdosa; waham tak berguna; waham diancam, waham miskin; yang arti masing-masing waham ini sangat jelas berdasarkan istilah yang digunakan pada masing-masingnya.
Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgment”), pemahaman (”comprehension”), ingatan serta penalaran (“reasoning”). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. Namun, dalam kehidupan beberapa manusia di dunia pernah mengalami gangguan proses berpikir. Gangguan proses berpikir terbagi sebagai berikut :
Flight of Ideas Asosiasi longgar Inkoherensi Neologisme Bloking Ekolali Miskin isi pembicaraan (alogia) Circumstansial Konkritisasi
1. Flight of Ideas/ lompat gagasan/ pikiran melayang : pikiran yang sangat cepat, verbalisasi berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang konstan dari satu ide ke ide lainnya, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. Ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak parah, pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya. Misal : seorang pasien pernah bercerita, “Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan…”.
2. Asosiasi longgar : gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali, dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia. Misal : Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”.
3. Inkoherensi : pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran atau kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir. Misal : Seorang penulis pernah menerima surat antara lain sebagai berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”.
4. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum,Misalnya “Saya radiltu semua partimun”
5. Bloking : jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
6. Ekolali : Dorongan kuat yg tidak terkendalikan dari penderita gangguan jiwa untuk meniru ucapan atau perbuatan yang dilakukan orang lain;
7. Miskin isi pembicaraan (alogia) : adalah tidak mau bicara atau minimal; misal. Membisu beberapa hari.
8. Circumstansial : pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point yang diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau tujuan yang diharapkan, sering diakibatkan keterpakuan yang berlebihan pada detail dan petunjuk-petunjuk / menuju secara tidak langsung kepada idea pokok dengan menambahakan banyak hal yang remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant
9. Konkritisasi : sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.
Misal : disuruh mengartikan peribahasa ada udang dibalik batu. Pasien jawabnya : Udangnya ndak kelihatan, sembunyi dok.
Read more: http://dokunimus.blogspot.com/2012/09/macam-gangguan-proses-pikir.html#ixzz2JqOWP1wH
Menurut WHO, definisi kesehatan jiwa adalah: 1
Merasa sehat dan bahagia, Mampu menghadapi tantangan hidup Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
TEORI PSIKONALISIS 1.0 PENGENALAN
Dalam teori psikonalisis, terdapat dua bahagian teori lain iaitu teori
psikoseksual oleh Sigmund Freud dan teori psikososial oleh Erik
Erikson. Dalam teori psikoseksual Sigmund Freud terdapat lima
tahap perkembangan iaitu peringkat oral (0-1 tahun), peringkat anal
(1-3 tahun), peringkat falik (3-6 tahun), peringkat latensi (6-11
tahun) dan peringkat genital (12 tahun keatas). Manakala dalam
teori psikososial Erik Erikson pula terbahagi kepada lapan tahap
iaitu asa kepercayaan vs ketidakpercayaan, autonomi vs keraguan,
inisiatif vs rasa bersalah, industri vs rasa rendah diri, identiti vs
kekeliruan identity, keintiman vs keasingan, generativiti vs
kekakuan dan integriti vs kekecewaan.
2.0 TEORI PSIKOANALISIS – TEORI PSIKOSEKSUAL SIGMUND
FREUD DAN TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
2.1 Ahli psikologi yang terlibat
Bagi teori psikoseksual ahli psikologi yang terlibat ialah Sigmund
Freud. Dia dilahirkan pada 6 Mei 1856 di Austria. Sigmund Freud
adalah golongan atheist iaitu tidak mempunyai pegangan agama.
Beliau juga merupakan seorang murid yang genius dan dapat
menguasai 8 bahasa. Freud juga pengamal perubatan dan turut
membuka klinik penyakit saraf. Manakala teori psikososial pula ialah
Erik Erikson. Beliau dilahirkan pada tahun 1902 di Jerman. Beliau
diberi gelaran The Joy iaitu anti kepada yahudi. Erikson juga amat
mengenali Sigmund Freud dimana mereka pernah bekerja bersama
dalam membuat kajian terhadap kanak-kanak. Pada tahun 1955
beliau ditawarkan sebagai fellow di Jabatan Psikologi Perkembangan
di Universiti Harvard dan pada 1994 beliau mendapat pengiktirafan
sebagai professor daripada universiti itu.
2.1 Asas konsep teori – teori Sigmund Freud dan Erik Erikson
Teori-teori perkembangan psikoseksual Freud terbahagi kepada
lima. Tahap pertama ialah oral iaitu bayi yang baru lahir sehingga
berumur 1 tahun. Pada peringkat ini juga ia dapat kepuasan
daripada aktiviti sekitar mulut iaitu menghisap, menelan, mengigit
dan mengunyah makanan. Jika pada tahap ini kanak-kanak tidak
merasa puas, mereka dianggap gagal dan akan mempengaruhi
personaliti. Tahap yang seterusnya ialah anal iaitu kanak-kanak
yang berumur 1hingga 3 tahun. Pada peringkat ini mereka tertumpu
kepada proses pembuangan air besar dan air kecil, ia berlaku di
sekitar dubur. Personaliti kanak-kanak dipengaruhi oleh cara ibu
bapa melatih mereka. Jika berlakunya paksaan, personaliti kanak-
kanak akan menjadi kelam-kabut,tidak berdisiplin serta suka
membazir dan ini berlakunya kegagalan. Pada tahap yang ketiga
ialah tahap falik iaitu kanak-kanak yang berumur 3 hingga 6 tahun.
Pada peringkat ini kanak-kanak akan mula sedar perbezaan jantina
daripada orang lain dan mereka juga tahu membezakan peranan
lelaki dan perempuan. Pada tahap ini juga mereka akan suka
bermain dengan alat jantina. Jika salah dibimbing, kanak-kanak ini
akan mengalami kegagalan seperti takut alat kemaluan dipotong
untuk kanak-kanak lelaki manakala kanak-kanak perempuan iri hati
pada alat jantina budak lelaki. Kanak-kanak lelaki suka menarik
perhatian ibu mereka dengan mengikut cara ayah manakala kanak-
kanak perempuan akan mengikut cara ibu mereka untuk menarik
perhatian ayah. Tahap yang seterusnya ialah tahap latensi iaitu
untuk kanak-kanak yang berumur 6 hingga 12 tahun. Pada tahap ini
tahap oral, anal dan falik diintegrasikan. Untuk kanak-kanak lelaki
mereka akan beralih punca keseronokan dengan bermain bersama
rakan sebaya manakala kanak-kanak perempuan bermain masak-
masak, anak patung, kahwin-kahwin. Kanak-kanak lelaki akan cuba
menjadi maskulin manakala kanak-kanak perempuan akan menjadi
feminim. Akhir sekali ialah genital iaitu individu yang berumur 12
tahun ke atas. Zaman ini individu akan melalui tekanan keterlaluan
dan stress. Pada tahap ini, akan lahirnya isu seksual iaitu tertarik
dengan berlainan jantina. Mereka yang berjaya mengatasi masalah
ini akan menjalani kehidupan normal, mampu bekerja dengan
produktif. Remaja juga akan sedia untuk jadi orang dewasa yang
berfungsi dan menjalankan tangunggjawab dengan sempurna. Teori
Psikososial Erikson adalah berdasarkan 5 prinsip utama iaitu setiap
individu mempunyai keperluan asas yang sama, perkembangan
individu bergantung kepada tindakbalas individu terhadap
keperluan-keperluan asasnya, perkembangan individu mengikut
tahap-tahap tertentu, setiap tahap mempunyai konflik dan konflik
ini mesti diatasi supaya individu dapat berfungsi dengan baik dalam
tahap berikutnya dan kegagalan mengatasi konflik pada satu tahap
akan menjejaskan perkembangan tahap yang berikutnya.
Perkembangan psikososial Erikson terbahagi kepada lapan.
Peringkat pertama ialah asas kepercayaan lawan asas
ketidakpercayaan iaitu dari lahir hingga 1 tahun. Bayi perlu
mempunyai hubungan yang erat, mendapat kasih sayang dan
kepercayaan daripada penjaga. Sekiranya hal ini gagal,
ketidakpercayaan akan timbul dalam diri kanak-kanak. Yang kedua
ialah peringkat autonomi lawan keraguan iaitu dari umur 1 tahun
hingga 3 tahun. Pada peringkat ini perkembangan kanak-kanak
tertumpu pada perkembangan fizikal. Sekiranya berjaya dan
menerima sokongan menimbulkan rasa percaya kepada keupayaan
diri sekiranya gagal mereka mula ragu-ragu terhadap keupayaan
diri sendiri. Pada peringkat ketiga inisiatif lawan rasa bersalah iaitu
pada tahap umur 4 hingga 5 tahun. Pada tahap ini, kanak-kanak
cuba untuk berdikari, ada inisiatif untuk melakukan sesuatu sendiri,
sekiranya gagal boleh membawa rasa bersalah. Seterusnya
peringkat industri lawan rasa rendah diri iaitu pada tahap umur 6
hingga 11 tahun. Kanak-kanak pada tahap ini perlu menguasai
kemahiran-kemahiran tertentu di alam persekolahan, kegagalan
pada tahap ini akan membawa rasa rendah diri dan tiada
keupayaan. Identiti lawan kekeliruan identiti ialah peringkat kelima
iaitu untuk golongan yang berumur 12 hingga 18 tahun. Pada
peringkat ini, mereka mencari identiti diri bagi golongan remaja
dalam pekerjaan, kemahiran, jantina dan bersosial. Peringkat yang
seterusnya ialah keintiman lawan keasingan iaitu mereka
diperingkat awal dewasa yang berumur 18 hingga 35 tahun. Mula
membentuk keintiman dalam perhubungan, menuju kearah
perkahwinan dan membina kerjaya. Kegagalan pada tahap ini akan
membawa perasaan terasing dan tersisih. Peringkat yang ketujuh
ialah peringkat generativiti lawan kekakuan iaitu pertengahan
dewasa yang berumur 35 hingga 65 tahun. Pada peringkat ini
kehidupan yang bekerluarga dan mempunyai kerjaya yang baik.
Kegagalan pada peringkat ini akan membawa kepada perasaan
mementingkan diri sendiri. Akhir sekali ialah integriti lawan
kekecewaan iaitu peringkat lanjut usia yang berumur 65 tahun ke
atas. Kejayaan dalam hidup dan bekeluarga. Kegagalan pada tahap
ini akan membawa kepada kesedihan dan kekecewaan.
3.0 KEKUATAN DAN KRITIKAN PADA TEORI-TEORI INI
Walaupun Sigmund Freud merupakan antara ahli psikologi yang
terawal, nmaun kajian beliau turut mendapat kritikan daripada ahli-
ahli psikologi yang lain. Satu kritikan asas adalah Freud selalu
mengumpul data kajian dengan menggunakan kaedah kajian kes.
Dimana pengkaji-pangkaji yang lain tidak setuju dengan kaedah ini.
Hal ini kerana pemerhatian daripada kajian ini tidak mempunyai
objektif dan keputusan tidak boleh digenerasikan. Selain itu,
pengkaji-pengkaji mendapati rata-rata konsep Freud seperti
id,ego,super ego,naluri mati,libido dan kerisauan,tidak dapat
dibuktikan dengan kaedah eksperimen. Manakala beberapa konsep
lain dapat dibuktikan dengan kaedah eksperimen iaitu personality
tahap oral dan tahap anal serta konsep segitiga oedipal, malah
keputusannya menyokong penyataan Freud. Carl Jung yang
sepatutnya menjadi pewaris teori Freud, telah mempelopori teori
sendiri selepas memutuskan 6 tahun persahabatan dengan Freud.
Jung melihat dengan lebih mendalam lagi terhadap pandangan
personaliti. Beliau mengkritik Freud dengan menekankan hanya
perkara yang lepas dapat membentuk personality seseorang. Jung
mempercayai bahawa kita berkembang dan mendewasa tidak kira
umur, dimana Freud pula menyatakan bahawa personality hanya
dibentuk sehingga umur 5 tahun. Freud juga melihat manusia
sebagai banduan kepada pengalaman yang lepas, tetapi Jung
menambah bahawa manusia tidak dapat dipengaruhi oleh
pengalaman lepasnya tetapi juga aspirasinya untuk masa depan.
Seorang lagi ahli psikologi, Erich Fromm bersetuju dengan Freud
bahawa 5 tahun yang dahulu dalam kehidupan adalah penting.
Namun Fromm tidak percaya bahawa personality akan memjadi
lebih kukuh pada umur ketika itu. Beliau manyatakan bahawa
perkara-perkara yang berlaku kemudian dalam kehidupan juga
mampu mempengaruhi personality seseorang. Seterusnya, Erik
Erikson, seorang ahli psikologi yang dilatih oleh anak Sigmund
Freud, Anna Freud menyokong teori Freud dengan menambah lagi
kepada kajian beliau. Pertama sekali, Freud menekankan zaman
kanak-kanak seseorang dan personality dibentuk pada umur 5
tahun. Tetapi, Erikson melihatkan pembentukan personaliti
sepanjang hayat seseorang. Kedua, penekanan Freud terhadap ego
berbanding dengan ID. Erikson pula berpendapat bahawa ego ialah
satu bahagian yang berdikari dan bukan bergantung kepada ID.
Ketiga, Erikson mengenali impak budaya dan sejarah terhadap
personaliti. Secara keseluruhannya, Sigmund Freud telah
menyumbangkan dalam bidang psikologi. Beliau membolehkan kita
melihat perkembangan psikologi semasa zaman kanak-kanak.
Walaupun mendapat kritikan daripada ahli psikologi lain, akan tetapi
pencarian Freud telah menyediakan satu asas untuk dikaji dengan
lebih mendalam.
4.0 RUMUSAN
Teori psikososial Erikson adalah berdasarkan lima prinsip utama
iaitu setiap individu mempunyai keperluan asas yang sama.
Perkembangan individu bergantung kepada tindakbalas individu
terhadap keperluan-keperluan asasnya dan ianya juga mengikut
tahap-tahap yang tertentu. Setiap tahap mempunyai konflik dan
konflik ini mesti diatasi supaya individu dapat berfungsi dengan baik
dalam tahap berikutnya. Kegagalan mengatasi konflik pada sesuatu
tahap akan menjejaskan perkembangan tahap yang berikutnya.
Bagi teori Freud pula, kajian beliau membolehkannya
membahagikan perkembangan emosi setiap individu kepada lima
peringkat mengikut peringkat pertambahan umur yang selaras
dengan perkembangan fizikalnya.