komunikasi pemasaran sektor pelayanan publik pemerintah
TRANSCRIPT
Bidang Ilmu : Administrasi Negara
PROPOSAL PENELITIAN BOPTN
Komunikasi Pemasaran Sektor Pelayanan Publik Pemerintah Lokal
(Kajian Strategi Komunikasi Pemasaran Layanan Publik pada Dinas
Pariwisata Kabupaten Tabanan)
Ni Nyoman Dewi Pascarani, S.S, M.Si
Tedy Erviantono, S.IP, M.Si
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014
Halaman Pengesahan
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
1. Judul Penelitian : Komunikasi Pemasaran Sektor Pelayanan Publik Pemerintah
Lokal (Kajian Strategi Komunikasi Pemasaran Layanan Publik
pada Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dengan gelar : Ni Nyoman Dewi Pascarani, S.S, M.Si
b. Pangkat/Gol : Asisten Ahli/IIIb
c. NIP/NIDN : 198204212010122003/0010108207
d. Jabatan Fungsional/Stuktural : Dosen
e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
f. Program Studi/Jurusan : Administrasi Negara
g. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
h. Alamat Rumah / HP : Jl. PB Sudirman Denpasar
i. E-mail : [email protected]
3. Jumlah tim Peneliti : 2
4. Pembimbing
a. Nama lengkap dengan gelar : Dr. Piers Andreas Noak, M.Si
b. Pangkat/Gol/ : Pembina / IV a
c. NIP/NIDN : 196302171988031/
d. Jabatan Fungsional/Stuktural : Pembina
e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
f. Program Studi/Jurusan : Ilmu Politik
g. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. Lokasi Penelitian : Denpasar
6. Kerjasama (kalau ada)
a. Nama Instansi : -
b. Alamat : -
7. Jangka waktu penelitian : 3 bulan
8. Biaya Penelitian : Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
Denpasar, 2 Pebruari 2014
Mengetahui,
Dekan FISIP Unud, Ketua Peneliti,
Dr. Drs. G.P.B Suka Arjawa, M.Si Ni Nyoman Dewi Pascarani, S.S, M.Si
NIP. 196407081992031003 NIP. 198204212010122003
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Peran komunikasi pemasaran menjadi fokus penting pengembangan organisasi,
baik organisasi swasta (private sector) maupun organisasi sektor public (public sector).
Pada organisasi swasta, penerapan strategi komunikasi lebih difokuskan pada pola
penempatan pelanggan sebagai manajemen puncak prioritas organisasi. Pergeseran
paradigma Administrasi Negara dari old public management ke new public management
menempatkan organisasi sektor publik mengadopsi nilai-nilai yang ada pada organisasi
swasta tak terkecuali pada strategi komunikasi yang dijalankannya (Waluyo, 2007:18).
Organisasi sektor publik pada dasarnya adalah organisasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada kelompok masyarakat tertentu dan tidak menjadikan
keuntungan sebagai prioritas utama. Hanya saja dalam perjalanan waktu, organisasi
sektor publik harus berhadapan dengan tuntutan realisasi good governance (tata kelola
pemerintahan), dimana salah satu prinsip yang diterapkan adalah efisiensi. Prinsip ini
mengarah pada prinsip kemauan melakukan terobosan program yang kreatif dan inovatif
untuk menyiasati ketercapaian program dengan pemanfaatan sumber daya secara optimal.
Regulasi yang menegaskan atas prinsip ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada fungsi pelimpahan wewenang, pemerintah
daerah harus mampu mewujudkan daya saing daerah. Daya saing pada arti sempit berarti
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dibanding dengan
pesaingnya dalam satu industri.
Industri pada terminologi ini memang tidak mengarah pada konteks pemenuhan
kebutuhan dasar (primer) seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, karena
pemenuhan atas kebutuhan ini merupakan tugas utama pemerintah sebagai penyedia
layanan. Industri yang dimaksud adalah sesuai batasan Whelen (dalam Kotler & Lee,
2007:25), yaitu pemerintah lokal (daerah) harus memberikan pelayanan yang lebih baik
dibanding dengan pesaingya (baca:swasta), bahkan pemerintah daerah lainnya baik di
tingkat lokal maupun global.
Pada konteks ini, pola hubungan antara pemerintah lokal dengan penerima
manfaat lebih bersifat multidimensional. Pola hubungan tersebut dilakukan dalam rangka
delivery services, yaitu melibatkan peran aktif penyedia layanan (baca : pemeintah lokal)
dan penerima layanan dalam perspektif pasar. Jenis pelayanan yang dianggap prospektif
dipasarkan oleh pemerintah lokal terbagi pada dua wilayah kewenangan (Walsh,
1993:85). Pertama, wilayah shire yang meliputi : perumahan, pelayanan kesehatan, dan
lisensi. Kedua, wilayah metropolitan (kota) jenis pelayanannya meliputi, pelayanan
sosial, pendidikan, perumahan, perencanaan kota, kesehatan, pendidikan dan pariwisata.
Pada penelitian ini, jenis pelayanan yang akan dijadikan fokus kajian adalah
pelayanan pariwisata. Pemerintah Kabupaten Tabanan memiliki lembaga teknis daerah,
yaitu Dinas Pariwisata yang khusus menangani pengembangan potensi, pengelolaan aset
dan promosi pariwisata. Hal menarik yang menjadi salah satu alasan dilakukannya
penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata
Pemerintah Kota Denpasar untuk menggaet wisatawan, secara optimal ditengah
popularitas obyek wisata di Kabupaten Badung yang telah mendunia.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk meninkatkan minat wisatawan
terhadap Kabupaten Tabanan ?
2. Dukungan dan hambatan umum apa sajakah yang mempengaruhi proses strategi
komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten
Tabanan?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Tabanan;
2. Untuk mengetahui bentuk dukungan dan hambatan yang mempengaruhi proses
strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah
Kabupaten Tabanan;
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang
sosial, khususnya memberikan kontribusi pada mata kuliah yang diajarkan di Program
Studi Administrasi Negara, yaitu Manajemen Pelayanan Publik (Mata Kuliah Wajib
Program Studi Administrasi Negara Semester III).
2. Hasil penelitian ini sekaligus dijadikan studi awal rencana pengembangan
Laboratorium Program Studi Administrasi Negara.
Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi yang bisa diakomodasi pihak
Pemerintah Daerah terkait peningkatan promosi dalam bidang kepariwisataan.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan terkait tingkat
hambatan dan dorongan implementasi strategi komunikasi pemasaran di bidang
keparisawataan provinsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terkait strategi komunikasi di sektor organisasi publik belum banyak
dilakukan. Tercatat publikasi penelitian terkait strategi komunikasi pemasaran di sektor
organisasi publik pernah dilakukan Mas Roro Lilik Ekowanti (2009) dalam penelitian
Pemasaran di Sektor Publik. Pada penelitiannya, Lilik menegaskan organisasi sektor publik
sangat penting menerapkan strategi marketing communication dalam aktivitasnya mencapai
tujuan organisasi. Pada obyek kajian pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Lilik menemukan fakta kinerja pemerintah lokal, khususnya pemerintahan kabupaten
dan kota di provinsi Jawa Timur dalam mengembangkan potensi pariwisata belum optimal.
Program pemerintah dalam menaikkan daya beli masyarakat dalam wisata dengan
merespon pasar dalam implementasinya menunjukkan posisi tawar lemah, sehingga program
pemerintah, seperti indonesia visit year tahun 2008 diturunkan ke pasar daya kompetisinya
melalui peristiwa-peristiwa sesuai dengan trend pasar dunia kurang direspon baik. Pelayanan
pariwisata dapat dicapai dengan meningkatkan kemampuan stakeholder, meliputi:
sumberdaya manusia atau aparat pemerintah, pelaku pasar, pengguna atau penerima manfaat,
serta pemanfaat teknologi informasi dalam marketing belum memadai serta pengelolaan
belum dilakukan profesional. Persepsi perundang-undangan tentang pariwisata antar
stakeholder seperti badan perjalanan wisata (BPW), hiperhu (himpunan pengusaha hiburan),
perhotelan, pemerintah lokal sebagai fasilitasi kegiatan pariwisata, masih belum sama (Lilik,
2009:12).
Pada penelitiannya ini, Lilik menyajikan salah satu kasus Wisata Alam Bahari
Lamongan, dimana pada aturannya seharusnya dilengkapi dengan hiburan seperti: spa,
karaoke, dan lain-lain. Hanya saja dalam prakteknya ditolak birokrat lapangan karena
bertentangan dengan nilai agama. Berangkat dari kondisi ini, Lilik merekomendasikan
pentingnya strategi komunikasi pemasaran yang bersifat pada penguatan kapasitas
kelembagaan seperti sumberdaya manusia dalam pengiriman layanan, strategi marketing, dan
analisis pasar.
Pada strategi komunikasi pemasaran dikenal lima orientasi (Sargeant dalam Kotler
& Lee, 2007:25) : 1) produksi, 2) produk, 3) penjualan, 4) pemasaran dan 5) sosial. Kelima
orientasi ini berpandangan berbeda dan mempunyai konsekuensi pelayanan berbeda pula.
Apabila diterapkan pada organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah, Sargeant
menegaskan sifat pendekatan komunikasi pemasarannya lebih dekat pada pendekatan sosial,
bukan pendekatan pasar atau dikenal market orientation. Program pemasaran tidak dapat
dilepaskan dari pangsa pasar, sepert segmentasi, mengidentifikasi barang dan jasa,
menciptakan nilai, mengirimkan nilai, dan memantau terjadinya kepuasan pelanggan.
Pelanggan dalam konteks organisasi sektor publik pemerintah daerah menurut Ewing
dan Caruana (2000) dipetakan menjadi dua, antara lain : 1) pelanggan internal dan 2)
pelanggan eksternal. Pelanggan yang harus diprioritaskan adalah pelanggan internal,
dimana karyawan bukan lagi disebut pemangku kepentingan melainkan pangsa pasar yang
harus didahulukan. Bila karyawan mendapat kepuasan maka akan terdorong memberikan
pelayanan kepada pelanggan eksternal, karena karyawan adalah alat pemasaran dari
organisasi sektor publik ini. Pemetaan yang dilakukan Ewing dan Caruana ini sejalan dengan
pergeseran paradigma administrasi publik, yaitu dari old public management ke new public
management yang menekankan pada factor internal sebagai steering layanan yang arus
didahulukan.
Pada sisi yang sama Kotler dan Lee (2007) menegaskan meski sama-sama memiliki
potensi melakukan strategi marketing komunikasi, namun antara organisasi publik (baca :
lembaga pemerintahan) dan organisasi profit (baca : bisnis) tetap memiliki spesifikasi
berbeda, antara lain :
1) Organisasi pemerintah sering monopoli, sedangkan bisnis berada pada kondisi
persaingan;
2) Pemerintah berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat, sednagkan bisnis berfungsi
memperoleh keuntungan maksimum;
3) Pimpinan politik membentuk konsitituenya, merefleksikan keinginannya, sementara
pimpinan bisnis bertanggungjawab kepada dewan direksi;
4) Kegiatan lembaga pemerintahan diketahui oleh publik dan sangat dihargai oleh media;
lembaga bisnis tertutup dari media dan menjaga jarak dengan publik, pemerintah, dan
pendapat media;
5) Masyarakat yang tergabung dalam berbagai kelompok kepentingan yang berbeda
ukuran, pengaruh; bisnis memperoleh keuntungan dari lobi dan pimpinan politik secara
langsung;
6) Masyarakat utamanya pada kondisi demokrasi temporer sebagian tidak percaya kepada
pemerintah, sakit hati, dan menunjukkan partisipasi yang lemah; investor dan pimpinan
bisnis memiliki kepentingan yang kuat atas perusahaannya;
7) Unit pemerintahan sering kurang memahami atas mandat yang mereka terima. Malah
cenderung duplikasi dan tumpang tindih, perusahaan bisnis mempunyai divisi bisnis
tenaga kerja spesifik dan organisasi operasi;
8) Masyarakat memeriksa pimpinan politik melalui pemilihan, pemberian suara, dan
penuturan media; pimpinan bisnis hanya kepada dewan direksi;
9) Pemerintah lambat bergerak dan terbatas memeriksa dan menyemibangkan, dengan
pendapat dengan publik, perselisihan lembaga, kekuatan veto suara; kegiatan bisnis cepat
bergerak, sekali keputusan diambil masuk kepada domain CEO;
10) Lembaga pemerintahan kurang terdanai; bisnis dapat menerima dana yang dibutuhkan
bilamana hal itu dapat dipresentasikan memberi keuntungan;
11) Lembaga pemerintahan di US, dibagi menjadi 50 negara bagian dan terdiri dari 83.000
lembaga lokal dengan tanggung jawab yang tumpang tindih, lembaga bisnis cenderung
terkonsentrasi, kegiatan tersentralisasi pada tingkat CEO dan dewan direksi;
12) Pemerintah terlibat untuk semua sisi kehidupan dan mengatur sumberdaya; bisnis
utamanya memproduksi dan mendistribusikan sumberdaya;
Pembedaan spesifikasi yang ada di atas menyiratkan bahwa pemerintah daerah
perlu merumuskan satu program strategi komunikasi pemasaran termasuk bentuk
orientasi dan operasionalsiasi program pemasarannya. Permasalahan yang berkaitan
dengan orientasi berkaitan dengan cara pandang, sedangkan operasionalisasi bekaitan
dengan pangsa pasar, posisi, dan strategi. Pangsa pasar pada organisasi public lebih
mengarah pada penetapan siapa yang harus dilayani, sedangkan posisioning lebih melihat
konten pelayanan yang akan diberikan dibanding pesaing. Melengkapi dua hal tersebut
adalah strategi, yaitu model strategi segmenting, targeting dan positioning serta model
komunikasi pemasaran dalam rangkaian upaya yang dimaksudkan untuk mencapi tujuan.
II.1 Strategi Segmenting, Targeting, Positioning
II.1.1. Strategi Segmenting
Dalam membuat keputusan mengenai strategi pemasaran yang akan diaplikasikan, tiga
hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan segmentasi, target dan posisi atau yang
dikenal dengan strategi STP (segmenting, targeting, positioning). Langkah pertama adalah
segmentasi, yaitu mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah
yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemmasaran terendiri. Langkah kedua
yaitu targeting atau penentuan pasar sasaran, tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang dilayani/dimasuki. Langkah ketiga adalah positioning yaitu tindakan membangun dan
mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar.
Segmenting menurut Kotler dan Armstrong (2001:285) adalah proses membagi-bagi
pasar heterogen yang besar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil dan homogeny. Proses
segmenting menurut Hiam dan Schewe (1994:249) dilakukan dengan enam langkah yaitu:
1. Menentukan batas pasar
Langkah pertama adalah menentukan batas pasar yang akan dilayani. Pemasar harus
tetap mengingat definisi bidang usahanya dan dituntut untuk mempertimbangkan
keinginan dan kebutuhan dasar pasar yang akan dipilah.
2. Memutuskan
Langkah penting dalam proses segmentasi adalah menyeleksi variabel-variabel ini
dan memutuskan variabel mana yang paling sesuai. Pemasar dapat mengumpulkan
sebanyak mungkin variabel yang berguna dan kemudian menggunakan analisis data
untuk mengelompokkan sesuatu ke dalam segmen. Rancangan tersebut membantu
pemasar dalam pengambilan keputusan pemasaran
3. Mengumpulkan dan menganalisi data segmentasi
Pemasar berusaha mengumpulkan data dan dapat menggunakan berbagai teknik
analisis untuk menentukan segmen mana yang mempunyai homogenitas terbesar di
dalamnya dan mempunyai heterogenitas terbesar antar segmen. Keseluruhan proses
segmentasi pasar difokuskan pada pengidentifikasian kelompok-kelompok yang
anggotanya mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama yang belum terpuaskan.
4. Mengembangkan profil tiap-tiap segmen
Langkah berikutnya adalah memilih dari serangkaian variabel deskriptif dimana
beberapa variabel yang sesuai untuk setiap segmen. Misalnya variabel demografis
dan geografis memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai setiap segmen di
pasar. Variabel-variabel ini hendaknya terkait dengan perilaku pembelian aktual yang
terlihat dalam segmen.
5. Membidik segmen-segmen yang akan dilayani
Dalam hal ini, pemasar dapat mencari peluang-peluang. Segmen-segmen mana yang
menawarkan peluang paling menarik, segmen mana yang memberikan kesesuaian
terbaik antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang ini, berapa banyak
segmen dan segmen mana yang akan digarap, situasi persaingan dan sumber daya
keuangan, keahlian khusus, teknologi khas, citra, sasaran dan misi perusahaan harus
ikut dipertimbangkan. Besar segmen pasar serta kemampuan perusahaan harus
disesuaikan.
6. Merancang rencana pemasaran.
Setelah segmen-segmen yang akan dilayani ditetapkan, pemasar harus memutuskan
bagaimana melayani konsumen. Atribut-atribut produk yang menarik bagi anggota-
anggota setiap segmen harus diidentifikasi. Segmen-segmen yang harus dilayani
pesaing juga harus diidentifikasi dan kemudian strategi untuk menarik perhatian
konsumen di setiap segmen harus dikembangkan. Atribut-atribut produk harus
dirancang atau dirancang ulang dan kampanye promosi harus disusun untuk
menciptakan citra yang dikehendaki pemasar.
II.1.2. Strategi Targeting
Setelah dilakukan segmentasi pasar, langkah berikutnya adalah melakukan suatu seleksi
pasar yang akan mentarget pasar sasaran. Pasar sasaran berisikan satu set pembeli yang memiliki
kebutuhan atau karakteristik yang sama yang ditetapkan perusahaan yang dilayani. Dalam
strategi penguasaan pasar, Kotler dan Amstrong (2001:315) membedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pemasaran Tidak Dibedakan
Suatu strategi peliputan pasar, dimana suatu perusahaan memutuskan untuk mengabailan
perbedaan segmen pasar dan melayani keseluruhan pasar dengan suatu penawaran
2. Pemasaran Dibedakan
Suatu strategi peliputan pasar, dimana suatu perusahaan memutuskan untuk menyasar
beberapa segmen pasar berbeda dengan mendesain tawara-tawaran yang berbeda untuk
masing-masing segmen
3. Pemasarna Terkonsentrasi
Suatu strategi peliputan pasar, dimana perusahaan berusaha mendapatkan pangsa pasar
yang besar dari satu atau beberapa sub pasar.
II.1.3. Strategi Posisioning
Positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam
benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra (image) produk yang lebih unggul
dibandingkan dengan produk pesaing (Hiam dan Scewe, 1994: 255). Ada tujuh pendekatan yang
dapat digunakan untuk melakukan positioning, yaitu:
1. Positioning berdasarkan atribut, cirri-ciri atau manfaat bagi pelanggan (Atribute
Positioning)
2. Positioning berdasarkan harga (Price and Quality Positioning)
3. Positioning yang dilandasi dengan aspek penggunaan atau aplikasi (Use Aplication
Positioning)
4. Positioning berdasarkan pemakai (User Positioning)
5. Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (Product Class Positioning)
6. Positioning berkenaan dengan pesaing (Competitor Positioning)
7. Positioning berdasarkan manfaat (Benefit Positioning)
Menurut Hiam dan Schewe (1994:226)prosedur melakukan positioning yang tepat
melalui tujuh langkah pokok, yaitu:
1. Menentukan produk atau pasar yang relevan
Langkah pertama dalam melakukan positioning adalah mendaftar semua kebutuhan
dan keinginan yang mungkin dapat dipenuhi produk.
2. Mengidentifikasi pesaing
3. Menentukan cara dan standar yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi pilihan
untuk memenuhi kebutuhannya. Seorang pemasar melakukan evaluasi berbagai
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dengan cara dan berdasarkan standar-
standar tertentu.
4. Mengetahui persepsi konsumen terhadap posisi bersaing
Pemasar perlu mengidentifikasi posisi yang ditempati pesaing dengan menggunakan
perceptual map yang didasarkan pada atribut produk, situasi pemakai atau kelompok
pemakai.
5. Mengidentifikasi senjag (gap) pada posisi yang ditempati
Melalui analisis terhadap posisi berbagai produk yang saling bersaing, maka dapat
ditentukan daerah-daerah atau aspek-aspek yang belum tergarap maupun yang telah
digarap banyak pesaing.
6. Merencanakan dan melaksanakan strategi postioning
Setelah pasar sasaran ditentukan dan posisi yang dikehendaki ditetapkan, maka
pemasar merancang program pemasaran yang dapat memastikan bahwa semua
informasi produk/merek yang disampaikan ke pasar akan menciptakan persepsi yang
dinginkan dalam benak konsumen. “Jantung” dari strategi ini adalah kampanye
promosi.
7. Memantau Posisi
Posisi actual suatu produk atau merek perlu dipantau setiap saat guna melakukan
penyesuaian terhadap setiap kemungkinan perubahan lingkungan.
II.2 Strategi Bauran Pemasaran
Kotler (1994:93) mendefinisikan bauran pemasaran adalah campuran dari variabel
variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Winardi (1981: 319)
menerangkan bahwa bauran pemasaran adalah kelompok variabel-variabel yang dapat
dikendalikan dan dapat dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk mempengaruhi
reaksi para pembeli, dimana variabel tersebut adalah produk, tempat, promosi dan harga.
Dari pengertian tentang bauran pemasaran diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu empat
unsur pokok variabel dalam bauran pemasaran. Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Penjelasan masing-masing bauran
pemasaran sebagai berikut:
II.2.1Produk
Winardi (1994:5) mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan/keinginan konsumen. Kotler dan Armstrong
(2001:346) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan.
Dari definisi diatas sebuah perusahaan harus merencanakan produk dan
merealisasikannya sehingga dapat dijual dan mendatangkan keuntungan. Dalam pengelolaan
produk, perlu adanya suatu pedoman untuk mengubah produk yang ada agar lebih baik,
menambah produk baru atau mengambil tindakan lain yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dalam penentuan produk. Hal-hal yang diperhatikan dalam pedoman tersebut diantaranya adalah
kualitas, jenis produk tingkat pelayanan serta kebutuhan dan keiginan pasar.
Dalam merencanakan penawaran suatu produk, perlu dipahami lima tingkatan produk
(Kotler dan Armstrong, 2001:348), yaitu:
1. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutukan dan akan
dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling
dasar (rancangan produk minmal agar dapat berfungsi)
3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk
dibeli.
4. Produk pelanggan (augmented product), yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi
atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin
dikembangkan untuk suatu produk masa mendatang.
Setiap produk berkaitan secara hirarkis dengan produk-produk tertentu lainnya. Hirarki
produk ini dimulai dengan kebutuhan dasar sampai dengan item tertentu yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut. Hirarki produk tersebut terdiri atas tujuh tingkatan (Kotler dan Keller,
2007:15), yaitu:
1. Need family, yaitu kebutuhan inti/dasar yang membentuk product family, misalnya
rasa aman
2. Product family, yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan
inti/dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai, misalnya tabungan dan
penghasilan
3. Product class, yaitu sekumpulan produk di dalam product family yang dianggap
memiliki hubungan fungsional tertentu, misalnya instrument finansial
4. Product line, yaitu sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat.
Hubungan erat ini bisa dikarenakan salah satu dari empat faktor berikut, yaitu:
a. Fungsinya sama
b. Dijual kepada kelompok konsumen yang sama
c. Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama
d. Harganya berada dalam skala yang sama
5. Product type, yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk tertentu
dari sekian banyak kemungkinan bentuk produk, misalnya asuransi jiwa berjangka
6. Brand, yaitu nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau lebih item
dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan sumber atau karakter
item tersebut.
7. Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek (brand) atau product line yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya. Biasanya
disebut pula stockkeeping unit atau varian produk.
Selain hirarki, produk yang awalnya hanya dibedakan jenisnya menjadi barang dan jasa,
namun kemudian para pemasar konsep produk diperluas lagi dengan ide, tempat, orang dan
organisasi. Adapun produk menurut jenisnya adalah sebagai berikut:
A. Barang
Barang adalah produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, dirasa,
dipegang, disimpan, dipindahkan dan diperlakukan fisik lainnya.
B. Jasa
Zethaml dan Bitner (1996) dalam Lupiyoadi (2001:5) mendefinisikan jasa yaitu:
‘Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction
is generally consumed at the same time it is produced, and provide added value in
forms.”
Juga dalam Lupiyoadi, Gronroos (1990) mendefinisikan jasa sebagai berikut:
“A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature
that normally, but not necessarily, take place in interactions between the customer and
service employees and or physical resources or good and/or system of the servie
provider, which are provided as solutions to customer problem.”
Berdasarkan pengertian diatas, jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya
tidak merupakan produk dalam bentuk fisik, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan, memberikan nilai tambah dan tidak dapat dimiliki.
Kotler (2001:376) menyebutkan bahwa terdapat empat karakteristik utama jasa, yaitu:
1. Intangibility
Berbeda dengan barang, jika barang merupakan sebuah obyek, alat, atau benda maka jasa
adalah suatu perbedaan kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa
hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat
dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible
pada jasa memiliki dua pengertian, yaitu:
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa
b. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan, diformulasikan atau
dipahami secara rohaniah.
Dengan demikian orang tidak dapat menilai kualitas jasa sebelum
merasakannya/mengkonsumsinya sendiri. Bila pelanggan membeli suatu jasa, ia hanya
menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan yang bersangkutan tidak
memiliki jasa yang dibelinya tersebut. Konsumen akan memperhatikan tanda-tanda atau bukti
kualitas jasa tersebut melalui tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan
komunikasi (communication materials), simbul dan harga
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dilain
pihak umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus dalam
pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam hubungan
penyedia jasa dan pelanggan ini efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-
personnel) merupakan unsur penting. Dengan demikian kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada
proses rekrutmen, kompensasi pelatihan dan pengembangan karyawan.
3. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak
variasi bentuk kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini. Pelanggan sering
minta pendapat orang lain sebelum memutuskan unuk melakukan pembelian. Dalam hal ini
penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:
a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survai pelanggan
dan comparison shopping, sehingga pelaynan yang kurang baik dapat dideteksi dan
dikoreksi.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan
berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat
permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa atau beralih ke
penyedia jasa lain (saat permintaan puncak).
II.2.2 Harga
Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dimana
unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya (Kotler dan Keller, 2007:77). Harga barangkali adalah
unsur program pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran, bahkan
promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang
dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya. Sebuah produk
yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan premium harga dan mendapatkan
laba besar.
Secara tradisional, harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Hal
itu masih berlaku di negara-negara yang lebih miskin, di antara kelompok-kelompok yang lebih
miskin dan untuk produk jenis komoditas. Walaupun faktor-faktor non-harga telah makin
berperan penting selama beberapa dasawarsa belakangan ini, harga masih tetap merupakan salah
satu unsur terpenting dalam menentukan pangsa pasar dan profitabilitas. Oleh karena itu
produsen harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan harga.
Menurut Kotler dan Keller (2007:84) terdapat enam langkah dalam menetapkan harga,
yaitu:
1. Memilih Tujuan Penetapan Harga
Langkah awal dalam menentukan harga adalah menetapkan tujuan perusahaan.
Karena semakin jelas tujuan perusahaan maka semakin mudah menetapkan harga.
Sebuah perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari lima tujuan utama melalui
penetapan harga: kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar
maksimum, menguasai pasar secara maksimum atau kepentingan mutu produk.
2. Menentukan Permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Dalam kasus biasa, permintaan dan harga berbanding terbalik: makin tinggi harganya
makin rendah permintaannya. Dalam kasus barang mewah, keadaan bisa saja berbalik
karena beberapa konsumen menganggap harga yang lebih tinggi sebagai pertanda
produk yang lebih baik. Namun, jika harga tersebut terlalu tinggi, tingkat
permintaannya akan turun.
3. Memperkirakan Biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan
perusahaan untuk produknya, sedangkan biaya menentukan batas terendahnya.
Sebuah perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi biaya produksi, distribusi
dan penjualan produk, termasuk laba yang lumayan untuk upaya dan resikonya.
Namun, ketika perusahaan menetapkan harga produk untuk menutup biaya
seluruhnya, hasil bersih tidak selalu mampu menghasilkan laba.
4. Menganalisa Biaya, Harga dan Tawaran Pesaing
Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar dan biaya perusahaan, perusahaan tersebut harus memperhitungkan biaya, harga
dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Awalnya sebuah perusahaan seharusnya
mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan tersebut
mengandung ciri-ciri diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, nilai
bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut.
Jika tawaran pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan
perusahaan tersebut, nilai bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan dikurangkan dari
harga perusahaan tersebut. Sekarang, perusahaan tersebut dapat memutuskan apakah
dapat mengenakan harga yang lebih tinggi, sama, atau lebih murah daripada pesaing
tadi.
5. Memilih Metode Penetapan Harga
Setelah melakukan keempat langkah diatas, maka perusahaan telah siap
menetapkan harga. Terdapat tujuh metode penetapan harga, yaitu: penetapan harga
mark-up (mark up pricing), penetapan harga sasaran pengembalian (target return
pricing), penetapan harga persepsi nilai (perceived value pricing), penetapan harga
nilai (value pricing), penetapan harga umum (going rate pricing), penetapan harga
tipe lelang (auction type pricing)
6. Memilih Harga Akhir
Dalam memilih harga akhir, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan
faktor-faktor tambahan, yang meliputi dampak dari kegiatan pemasaran lain,
kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko
dan dampak harga terhadap pihak lain.
II.2.3 Tempat
Tempat merupakan suatu variabel yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mempengaruhi reaksi para pembeli dalam bauran pemasaran. Dalam bisnis pariwisata tempat
adalah produk itu sendiri, dimana konsumen dapat mencari informasi, memperoleh penjelasan
atau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen, atau dapat juga
didefinisikan sebagai lokasi ke semua titik penjualan (saluran distribusi) terhadap customer yang
berhubungan dengan produk pariwisata, baik secara langsung maupun tidak.
Suatu perusahaan dalam bidang kepariwisataan dapat menentukan saluran distribusinya
sebagai tempat yang digunakan untuk memperkenalkan perusahaannya kepada konsumen.
Saluran itu diantaranya:
- Biro Perjalanan (Travel Agent)
Biro perjalanan adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa. Biro
perjalanan tersebut menjual paket tour yang telah disusun oleh tour operator atau
wholesaler. Dari jasanya tersebut, biro perjalanan biasanya mendapat komisi atau
penghasilan dari contract rates yang telah disepakati bersama.
- Convention Movers
Suatu organisasi yang mengatur acara-acara atau tour sebelum dan sesudah
berakhirnya konvensi
- Perusahaan (business house)
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat diajak untuk
melakukan kerjasama misalnya melalui telephone booking
- Kantor Perwakilan
Merupakan suatu kantor perwakilan yang membantu di dalam pemberian informasi,
sekaligus promosi terhadap masyarakat atau pendatang (tourist) yang membutuhkan
- Pemerintahan (Government Ofiicer)
Kantor pemerintahan juga memiliki suatu departemen paiwisata yang dapat
memberikan informasi kepada tamu yang memiliki suatu keinginan untuk melakukan
kunjungan wisata
- Pramuwisata (Guide)
Seseorang yang bertugas untuk memandu tamu di dalam melakukan suatu kegiatan
dengan memberikan informasi kepada tamu.
Selain saluran distribusi yang disebutkan diatas, internet, iklan, brosur, poster dan media
cetak lainnya juga mempunyai fungsi yang sama seperti saluran distribusi lainnya. Pemilihan
saluran distribusi perlu direncanakan dengan baik, dipilih yang dianggap paling efisien dan
produktif dengan menyesuaikannya dengan sistem transportasi yang tersedia dan didukung oleh
pelayanan informasi, materi publikasi, jenis promosi sehingga barang-barang sampai ke tangan
konsumen lebih cepat dan dalam waktu yang tepat.
II.2.4 Promosi
Promosi merupakan suatu proses bagaimana perusahaan menyampaikan informasi
kepada target pasar tentang hal-hal yang menyangkut produk, harga, tempat dimana produk
dijual dengan melakukan tindakan-tindakan persuasif supaya target pasar mau melakukan
pembelian.
Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi adalah:
1. Periklanan
Komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang
dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu. Periklanan merupakan
salah satu alat komunikasi yang sangat efisien bagi para penjual. Tujuan periklanan dalam
bidang pariwisata adalah:
a. Mendukung kegiatan personal selling dalam kegiatan promosi yang lain.
b. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan dalam jangka
waktu tertentu
c. Mengadakan hubungan dengan para penyalur
d. Memasuki daerah pemasaran baru
e. Memperkenalkan sesuatu (produk wisata) yang baru
f. Menambah penjualan industri pariwisata
g. Memperkuat citra atau memperbaiki reputasi suatu daerah destinasi pariwisata
2. Personal Selling
Personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Personal selling ini digunakan
untuk melakukan penjualan dengan komunikasi secara langsung. Kegiatan ini
mempunyai sifat yang fleksibel, artinya tenaga penjual tersebut dapat mengetahui secara
langsung keinginan, motif dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi
konsumen, sehingga dapat langsung mengadakan penyesuaian seperlunya.
3. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publisitas, yang mendorong efektifitas pembelian konsumen dan
pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran dan demonstrasi atau
sebagainya.
4. Publisitas
Publisistas merupakan sejumlah informasi tentang seseorang, barang, perusahaan
atau organisasi yang disebarluaskan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya
atau tanpa pengawasan dari sponsor.
Dalam pemasaran jasa, selain 4 P (product, price, place and promotion), sangat penting
untuk diperhatikan pemasaran dengan istilah 3P dalam melakukan diferensiasi produknya
(Amstrong dan Kotler, 2001). Adapun 3 P tersebut adalah:
1. People (Orang)
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seharusnya membedakan dirinya dengan
cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih kompeten dibandingkan dengan pesaing.
2. Physical Environment (Lingkungan fisik)
Perusahaan harus berusaha mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif.
3. Process (Proses)
Perusahaan merancang suatu proses penyampaian jasa yang mencerminkan suatu proses
professional.
Perusahaan jasa, menurut Kotler (1994), dikenal dengan “The Service Triangle” atau
segitiga jasa dalam pemasaran internal perusahaan. Segitiga jasa tersebut adalah pemegang
saham, konsumen dan karyawan, yang dapat digambarkan melalui diagram berikut:
Gambar 2.2 Triangle Marketing
Sumber: Amstrong dan Kotler, Prinsip Prinsip Pemasaran (2001:379)
sense of ownership Superior Perceived Value
(Pemasaran internal) Total Human Long term (Pemasaran Eksternal) Reward Profit
Total Quality Service Ongoing relationship
(Pemasaran Interaktif)
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan/pemerintah dalam
rangka melatih dan memotivasi karyawan (sebagai aset utama perusahaan dan ujung tombak
pelayanan) atau stakeholder pariwisata agar dapat melayani pelanggan/wisatawan dengan baik.
Pemberian penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi dapat membangkitkan
motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas dan rasa “memiliki” setiap orang dalam perusahaan
dan bagi konsumen yang dilayani. Begitu pula dalam bidang pariwisata, dimana setiap orang
yang tinggal di satu daerah wistaa tersebut merupakan aset dan ujung tombak pelayanan, selain
organisasi ataupun pemangku kebutuhan (stake holder) lainnya.
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh
perusahaan/pemerintah dalam mempersiapkan jasa, menetapkan harga, melakukan distribusi,
mempromosikan jasa yang bernilai superior kepada konsumen/wisatawan. Sedangkan pemasaran
interaktif menggambarkan interaksi antara konsumen/wisatawan dan karyawan/stakeholder
bisnis pariwisata. Diharapkan setiap karyawan/stakeholder yang kompeten dapat memberikan
total quality service kepada konsumen/wisatawan. Bila hal tersebut terealisasi maka konsumen
yang puas akan menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan personil dan perusahaan
yang bersangkutan.
Pemegang saham/ Pemilik
Konsumen Karyawan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif yang menurut Nawawi (2003:63) diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada daerah tujuan wisata Bali dan Dinas Pariwisata Kota
Denpasar, sebagai pihak yang berwenang dalam mengatur, menjaga dan mengawasi kegiatan dan
pertumbuhan pariwisata Kota Denpasar.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data
yang tidak berbentuk angka-angka, data ini berupa gambaran mengenai daerah wisata
Kota Denpasar dan penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan penulisan dan
data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka atau jumlah berupa data mengenai jumlah
kunjungan wisatawan ke Denpasar, biaya pemasaran, dan lainnya yang berhubungan
dengan angka.
3.2.2 Sumber Data
3.2.2.1 Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari obyeknya.
Sehubungan dengan penelitian ini data primer diperoleh dari Kantor Dinas Pariwisata
Kota Denpasar. Sumber data primer diperoleh dengan cara:
1.Observasi
Penulis melakkan pengamatan langsung tentang penerapan pemasaran
oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar,
Kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata Kota Denpasar serta pengamat
Pariwisata Bali, Prof. Dr. I Made Sukarsa, M.Si
3. Dokumentasi
Yaitu data–data yang tersimpan di badan/lembaga yang relevan dengan
penelitian ini
3.2.2.2 Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam keadaan sudah jadi, sudah
dikumulkan dan diolah dari pihak lain dan dipublikasikan untuk umum. Kaitannya
dengan penelitian ini diperoleh dari Kantor Dinas Pariwisata Bali untuk memperoleh
jumlah kunjungan wisata dan daerah asal wisatawan
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik Kantor Cabang Denpasar. 1997. Bali Dalam Angka. Denpasar
Cooper, C. J. Fletcher, D. Gilbert and S. Wanhill. 1993. Tourism: Priciples &
Practice. Longman Group Limited. London
Cravens, David W. 1996. Pemasaran Strategis. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1.
Texas Christian University, Erlangga Jakarta.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2008. Statistik Pariwisata Bali 2007.
Dowling, R.K. 1997. Plans for the Development of Regional Ecotourism: Theory
and Practice, Irwin Publishers. Sydney
Ewing, Michael T. dan Caruana, A., 2000. Marketing Within the Public Sector, Journal of Nonprofit &
Public Sector Marketing, Vol. 8(1) 2000 _ 2000 by The Haworth Press, Inc. All rights reserved;
Heath, E. and G, Wall. 1992. Marketing Tourism Destination: A Strategic
Planning Approach. John Willey & Sons, Inc. New York
Hitt, Michael, Duane Ireland dan Robert E Hoskisson. Manajemen Strategis.
2001. Edisi Bahasa Indonesia. Thomson Learning Asia.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development
Approach. Van Nostrand Reinhold. New York
Keegan, Waren J. Manajemen Pemasaran Global. 1996. Edisi Bahasa Indonesia,
Jilid 1&2. A Simon & Schuster Company (Asia) Pte.Ltd.
Kotler, Philip. 1994. Marketing Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia IV.
Vorthwestern University. Erlangga
____________, Gary Armstrong. 1994. Principle of Marketing. 6th Edition. USA:
Prentice Hall International, Inc.
____________, John Bowen, James Makens.2002. Pemasaran Perhotelan dan
Kepariwisataan. Edisi II, Prenhallindo Jakarta.
Laws, E. 1995. Tourist Destination Management: Issues, Analysis and Policies.
Routledge. New York.
Lumsdon, L. 1997. Tourism Marketing. International Thomson Business Press.
London.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat Jakarta.
Waluyo, 2007. Manajemen Publik: Konsep, Aplikasi dan Implementasinya dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah. Bandung:Mandar Maju;
Walsh, K. (1993) Marketing in Local Government. United Kingdom, Longman Group UK Ltd.
Lampiran 1
BIAYA PENELITIAN
Nomor Kegiatan Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Biaya Honorarium Peneliti 3,300,000
a. HR Ketua Peneliti 1 Org x 3 Bln 300,000 900,000
b. HR Anggota Peneliti 1 Org x 3 Bln 200,000 600,000
c. HR Pembimbing 1 Org x 3 Bln 600,000 1,800,000
Pajak Honor Personil 15% (-) 495,000
2 Biaya Habis Pakai Bahan dan Peralatan 945,000
a. Kertas 4 Rim x 30,000 120,000
b. CD Rewritable 10 Buah x 10,000 100,000
c. Tinta Printer Black & Colour 1 Buah x 200,000 225,000
d. Sewa Komputer 1 Buah x 300,000 300,000
e. Sewa Printer 1 Buah x 200,000 200,000
3 Biaya Habis Pakai Pengumpulan Data 2,405,000
Material Penelitian
a. Kaset Rekaman 2 Unit 100,000 200,000
b. Block Note 6 Buah 5,000 30,000
Konsumsi
Konsumsi 3 org x 50 Hari 10,000 1,500,000
Transportasi / Perjalanan
1. Bensin 50 Liter x 3 Org 6500 1275,000
4 Biaya pengolahan data dan Penyusunan Laporan
850,000
Penyusunan draft laporan
Paket x 200,000 200,000
Penyiapan materi seminar 1 Paket x 200,000 200,000
Penyusunan laporan final 1 Paket x 300,000 300,000
Penggandaan laporan 1 Paket x 150,000 150,000
JUMLAH TOTAL 10,000,000
LAMPIRAN 2. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITIAN
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ni Nyoman Dewi Pascarani, S.S, M.Si P 2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli 3. Jabatan Struktural Penata Muda tk I 4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198204212010122003 5. NIDN 0021048204 6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 21 April 1982 7. Alamat Rumah Jalan Gandaria No. 22 Denpasar 8. Nomor Telepon/Faks /HP 085738767282 9. Alamat Kantor Jl.PB Sudirman Denpasar
10. Nomor Telepon/Faks 0361 255378 11. Alamat e-mail [email protected]
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1=0 orang; S-2= 0 orang; S-3= 0 Orang 13. Mata Kuliah yg diampu 1. Psikologi Komunikasi
2. Komunikasi Massa 3.Manajemen Pelayanan Publik 4. Dasar-dasar Periklanan 5. Sistem Informasi Manajemen
B. Riwayat Pendidikan
Programm
S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi Unud UI - Bidang Ilmu Sastra Inggris Komunikasi - Tahun Masuk 2000 2007 - Tahun Lulus 2004 2009 - Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Transitivity of English
Verb Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Propinsi Bali
-
Nama Pembimbing/Promotor Dra. Sri Malini, M.A Dr. Ir. Agus Maulana, MSM
-
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No.
Tahun
Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.) 1. 20011 Implementasi Kebijakan Keluarga Berencana
di Kota Denpasar DIPA UNUD 7,5 juta
2. 2011 Penerapan E Governance dalam Pelaksanaan Tata Pemerintahan Kota Denpasar
BOPTN UNUD 10 Juta
3. 2012 Implementasi Kebijakan Gender Budgeting di Tingkat Lokal
DIPA UNUD 7,5 Juta
4. 2012 Riset Program TVRI
TVRI 10 Juta
5 2012 Makin women Political Engagement Effective IPD
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 Katalogisasi dan Invetarisasi Koleksi Pustaka Serangan
DIPA UNUD 4.000.000 2. 2012 Simulasi Mini Pemilu bagi Kalangan Pemilih
Pemula DIPA UNUD 4.000.000
3. 2013 Berbagi di panti jompo dalam rangka BKFISIP IV
DIPA UNUD 4.000.000
4. Dst. *) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI,Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal 1. Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Provinsi Bali Vol.1 No.2 2010 Widya
Sosiopolitika
Dst.
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan
lmiah/ Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Seminar tahun emas BKOW Komunikasi yang efektif dalam organisasi
12 September 2012 di Sasana Budaya kabupaten Klungkung
2. Seminar dalam rangka Lustrum
I STIKI Indonesia
Komunikasi Efektif dalam penggunaan media sosial
19 April 2013 di Denpasar
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1.
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID 1. 2.
Dst.
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat 1. 2. 3. 4.
Dst.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1. Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : BOPTN FISIP Unud
Denpasar, 2 Desember 2013
(Ni Nyoman Dewi Pascarani.S.S, M.Si)
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Tedi Erviantono, S.IP, M.Si L/P 2. Jabatan Fungsional Penata Muda Tingkat I 3. Jabatan Struktural Asisten Ahli 4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 197605022009121002 5. NIDN 0002057608 6. Tempat dan Tanggal Lahir Probolinggo 2 Mei 1976 7. Alamat Rumah Jl Gunung Andakasa Gang Lely No 4 Dps 8. Nomor Telepon/Faks /HP 0361-255378 9. Alamat Kantor Jl PB Sudirman Denpasar
10. Nomor Telepon/Faks 0817537730 11. Alamat e-mail [email protected]
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang … 13. Mata Kuliah yg diampu 1.Manajemen Pelayanan Publik
2.Pengukuran Kinerja Organisasi Publik 3.Manajemen Proyek 4.Administrasi Keuangan Publik 5. Seminar Masalah Administrasi Negara
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi UGM UGM Bidang Ilmu Tahun Masuk 1994 2001 Tahun Lulus 1999 2003 Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Gerakan Politik di
Tingkat Lokal Pengelolaan Konflik Politik di Tingkat Lokal
Nama Pembimbing/Promotor Dra. Sri
Djoharwinarlien, S.U Dr. Afan Gaffar
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No.
Tahun
Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.) 1. 2000 Aksesibilitas Difabel dlm Pelayanan Publik Mandiri Rp. 4.000.000 2. 2011 Implementasi Kebijakan KB di Kota Denpasar PDM Rp. 7.500.000
3. 4.
Dst.
* ) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 Katalogisasi dan Invetarisasi Koleksi Pustaka Serangan
DIPA 4.000.000 2. 2012 Simulasi Mini Pemilu bagi Kalangan Pemilih
Pemula DIPA 4.000.000
3. 4.
Dst. *) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI,
Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal 1. Responitas Birokrasi atas Posisi Politik dan
Administrasi I / 2 WidyaSosiopolitik
a 2. Pemuda dan Ajeg Bali dalam Pusaran Globalisasi I / 4 WidyaSosiopolitika 3. Desentralisasi dan Modal Sosial I / 1 Jurnal FISIP UB
4. Dst.
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat 1. Seminar Satu Dasawarsa Otonomi Daerah
Pelayanan Publik bagi Kalangan Difabel
2010 / Universitas BRawijaya 2. Simposium Ilmuwan
Administrasi Negara Responitas Pejabat atas Posisi Politik dan Administrasi
2012 / Universitas Slamet Riyadi 3. IAPA Conference Kebijakan E Government pada
Layanan Publik di Kota Denpasar 2012 / Fak. Ilmu Administrasi Universitas BRawijaya
4. Dst.
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1. -
2. 3. 4.
Dst.
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID 1. - 2. 3. 4.
Dst.
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat 1. - 2. 3. 4.
Dst.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1. - 2. 3. 4.
Dst.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : BOPTN
Denpasar, 2 Desember 2013
(Tedi Erviantono, S.IP, .Si)