komunikasi organisasi pada dinas kesehatan...
TRANSCRIPT
TESIS
KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU
ORGANIZATIONAL COMMUNICATION IN THE OFFICE OF HEALTH AFFAIRS, MALUKU PROVINCE
IZABEL N. HAUMAHU
PO800209565
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KOMUNIKASI ORGANISASI PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU
ORGANIZATIONAL COMMUNICATION IN THE OFFICE OF HEALTH AFFAIRS, MALUKU PROVINCE
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Administrasi Pembangunan
Disusun dan Diajukan Oleh
IZABEL N. HAUMAHU
PO800209565
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PRAKATA
Dengan Rahmat Tuhan, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi penulis.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak menghadapi kendala namun
atas berkat bantuan semua pihak, dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya ditujukan kepada
yang terhormat:
1. Rektor Universitas Hassanudin
2. Direktu Program Pascasarjana Universitas Hassanudin
3. Bapak Dr. Alwi, M.Si dan Bapak Dr. Muhammad Rusdi, M.Si selaku
Komisi Penasehat, terima kasih atas bimbingannya dalam penyusunan
tesis.
4. Bapak, Dr. Alwi, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi
Pembangunan Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Kepada Prof. Dr. H. Rakhmat, MS, Dr. H. Badu Ahmad, M.Si, Dr.
Muhammad Yunus, MA selaku penguji telah banyak memberikan
saran dan masukan guna penyempurnaan tesis ini.
6. Kepada semua Dosen Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik, proram
studi administrasi pembangunan, atas segala ilmu yang diberikan
sebagai bekal bagi penulis dalam penyusunan tesis ini.
7. Kepada Papa, Mama, Cynthia, dan Bu Claus untuk Doa dan
Dukungannya
8. Pada kekasih tercinta Crolly, atas segala dorongan moril, materil serta
motivasi bagi penulis menyelesaikan tesis ini.
9. Teman-teman angkatan atas segala dukungan moril kepada penulis
hingga selesainya tesis ini.
Menyadari akan segala kekurangan penulis dalam penyusunan tesis
ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik, guna
penyempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan setiap orang yang
membacanya dan menaruh minat pada tesis ini, guna pengembangan
ilmu administrasi ke depan.
Dan akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan yang
terbaik kepada kita semua. Amin.
Makassar, November 2011
Penulis
IZABEL N. HAUMAHU
ABSTRAK
IZABEL N. HAUMAHU. Komunikasi Organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Dibimbing oleh Dr. Alwi, M.Si dan Dr. Muhammad Rusdi, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi internal dan eksternal yang diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
wawancara langsung dengan nara sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi yang
diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku secara umum meliputi komunikasi interaksional dan transaksional. Komuniksi organisasi tersebut diterapkan pegawai dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih guna mencapai tujuan organisasi. Bentuk komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi organisasi secara internal dan komunikasi organisasi secara eksternal. Komunikasi organisasi secara internal yaitu komunikasi yang berlangsung dalam ruang lingkup atau lingkungan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Sedangkan secara eksternal berupa pemberian pelayanan kesehatan maksimal, kegiatan penyuluhan bidang kesehatan dan kegiatan penyaluran bantuan obat-obatan atau fasilitas medis kepada masyarakat.
Kata kunci : Komunikasi, Internal, Eksternal, Pegawai,Pelayanan
ABSTRACT
IZABEL. N. HAUMAHU. Organizational Communication in the office of health affairs, Maluku province Mollucas Provincial (Supervised by Dr. Alwi, M.Si dan Dr. Muhammad Rusdi, M.Si. This study aims to: (1) investigate the application of organizational communication in the office of health affairs, Maluku province; (2) to findout the form of internal health and external organizational communication applied by the employees in the office.
The study used the qualitative method by conducting direct interviews with the informants.
The results reveal that in general the office of health affairs in Maluku province has applied interactional and transactional Communication. The organization communication is implemented by the employees within the context of a relationship between two or more people in order to achieve the goal of the organizational. The forms of organizational communication in the office of health affairs in Maluku province can be classified into two groups; internal Organizational communication, and external organization communication. The internal organization communicationis the one happens in the office (organization), and it include vertical, horizontal, and diagonal communication. On the other hand,the external organization communication isconducted in providing maximum health services, providinginformation about health, and distributing drugs or medical facilities to the community.
Key words: communication, internal, external, employees, service
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBARAN PERYATAAN KEASLIAN TESIS
PRAKATA iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
A. Konsep Komunikasi ......................................................... 8
B. Pengertian Komunikasi .................................................... 10
C. Konsep Organisasi .......................................................... 20
D. Konsep Komunikasi Organisasi ....................................... 27
E. Penerapan Bentuk Komunikasi Organisasi....................... 45
F. Kerangka Pikir ................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 56
A. Desain Penelitian ............................................................. 56
B. Lokasi Penelitian ............................................................. 58
C. Informan Penelitian .......................................................... 59
D. Jenis dan Sumber Data ................................................... 60
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 61
F. Teknik Analisis Data ........................................................ 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 64
A. Deskriptif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku ............. 64
B. Bentuk Komunikasi Organisasi Internal yang
dierapkan pegawai dinas Kesehatan Provinsi
Maluku.................................................................. 71
C. Bentuk Komunikasi Organisasi Eksternal yang
dierapkan pegawai dinas Kesehatan Provinsi
Maluku.................................................................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 101
A. Kesimpulan ..................................................................... 101
B. Saran .............................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Surat izin penelitian
B. Surat keterangan selesai melakukan penelitian
C. Struktur organisasi Dinas kesehatan provinsi Maluku
D. Dokumentasi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Peta Teori Organisasi ........................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal .............................. 32
2. Komunikasi Organisasi Internal Secara Horisontal ........................... 33
3. Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal ............................ 34
4. Komunikasi Organisasi Eksternal Hubungan Timbal Balik .............. 37
5. Sistem Komunikasi Organisasi ........................................................ 42
6. Perilaku Komunikasi Organisasi ...................................................... 44
7. Perkembangan Konteks Komunikasi ............................................... 51
8. Peran Manejerial Menurut Mintzberg ............................................... 52
9. Kerangaka Pikir................................................................................ 55
DOKUMENTASI PENELITIAN
Keterangan : wawancara dengan Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum.
Keterangan : wawancara dengan Kepala Bagian Bidang Penanggulangan
Penyakit dan Bencana.
Keterangan : kegiatan persiapan penulis sebelum melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat.
Keterangan : Komunikasi antar Staf dalam lingkungan Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional selalu bertumpu pada terwujudnya
hubungan yang integral antara semua sektor pembangunan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu pembangunan yang
memerlukan adanya komunikasi intensif untuk semua pihak dalam rangka
mewujudkan pembangunan kesehatan yang utama, terkedepan, unggul
dan memberikan kepuasan atas pelayanan. Hal ini sebagaimana
termaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
Kondisi daerah Provinsi Maluku sebagai salah satu provinsi yang
memberikan prioritas pembangunan kesehatan, maka pembangunan
bidang kesehatan untuk lima tahun kedepan harus dapat menjawab visi
dan misi Provinsi Maluku yaitu memberikan pelayanan kesehatan dasar
gratis di semua unit pelayanan, Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas,
Puskesmas Pembantu kepada masyarakat miskin secara bermakna tanpa
terkecuali. Untuk mewujudkan rumusan kebijakan tersebut, maka visi dari
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang diselenggarakan dalam semangat
orang basudara pela gandong bekerjasama dalam upaya mencapai visi
“Masyarakat Maluku yang Mandiri untuk Hidup Sehat dengan Pola
Pendekatan Kepulauan”.
Visi tersebut diartikan bahwa masyarakat Maluku adalah masyarakat
yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Maluku. Mandiri dalam
hal ini upaya masyarakat memberdayakan baik diri dan lingkungan untuk
selalu dalam keadaan sehat. Untuk hidup sehat yaitu perilaku yang
proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat serta lingkungan kondusif.
Pola pendekatan kepulauan yang dimaksud yaitu model sistem pelayanan
kesehatan dengan mengelompokkan gugus pulau terdekat dengan satu
pusat rujukan pada pusat pertumbuhan.
Untuk mencapai visi tersebut, dirumuskan misi pembangunan
kesehatan Maluku yaitu: 1) mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat, 2) mewujudkan akses pelayanan
kesehatan yang adil, merata, terjangkau dan berkualitas berbasis
kepulauan, 3) mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam
lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit, dan 4) mewujudkan
pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif
dan preventif tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara profesional.
Namun kenyataan tersebut untuk mewujudkan visi dan misi Provinsi
Maluku, Dinas Kesehatan sering diperhadapkan oleh adanya kesenjangan
yang menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan, sering ditemukan adanya mis komunikasi organisasi.
Kesenjangan tersebut memberikan dampak yang melemahkan kinerja
pegawai kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada
publik.
Devito (1989) komunikasi adalah tindakan satu orang atau lebih
dalam organisasi dengan menggunakan satu konteks umpan balik untuk
saling memahami apa yang dikomunikasikan. Komunikasi terjadi secara
internal dan eksternal dalam aktifitas organisasi. Kenyataan yang menjadi
fenomena, yaitu terjadinya kesenjangan mis komunikasi organisasi terlihat
dari tidak berjalannya komunikasi yang efektif dalam hal
pengkomunikasian secara internal dan eksternal.
Terlihat komunikasi organisasi internal pada Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku masih sering terjadi mis komunikasi antar atasan dan
bawahan, antar bawahan dengan bawahan lainnya dan adanya berbagai
mis komunikasi yang menimbulkan tidak berjalannya pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi pegawai. Secara eksternal terlihat pula seringnya terjadi
miskomunikasi antara pihak pegawai dengan pihak yang dilayani, publik
dan adanya kesalahan dalam berbagai saluran komunikasi.
Devito (1989) menyatakan komunikasi organisasi menjadi penting
untuk menciptakan suatu motif atau tujuan orang berkomunikasi secara
sadar. Komunikasi itu menjadi hubungan, memberi keyakinan dan untuk
menyampaikan informasi.
Kenyataan yang dapat dilihat dalam keseharian, komunikasi
organisasi secara internal ditemukan adanya kesalahan dalam
menjalankan tugas yang diberikan oleh pimpinan terhadap bawahan
seperti dalam komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari pimpinan ke staf
dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik (two way traffic
communication), masih sering menimbulkan komunikasi yang tidak efektif.
Ini dapat terlihat dari pelaksanaan tugas yang terkadang kurang sesuai
dengan yang diharapkan.
Termasuk dalam kenyataan masih ditemukan adanya kesenjangan
komunikasi organisasi secara internal yang berkaitan dengan komunikasi
dari atas ke bawah (downward communication), contoh pimpinan
memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah,
pengumuman, rapat, masalah intern yang masih sering tidak berjalan
secara efektif, karena adanya mis komunikasi dalam memahami perintah
atasan yang diemban oleh bawahan.
Demikian halnya dalam kenyataan terlihat komunikasi organisasi
secara internal memperlihatkan komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication). Contoh staf memberikan laporan, saran-saran,
pengaduan, kritikan kepada pimpinan yang sering tidak sesuai dengan
informasi yang disampaikan, sehingga terjadi sebuah diskomunikasi
antara atasan dan bawahan yang dapat menimbulkan kesenjangan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Scharamm (2008) menyatakan komunikasi eksternal dalam suatu
organisasi diperlukan untuk memecahkan persoalan organisasi yang
bersentuhan dengan organisasi lainya. Kenyataan ini juga terlihat adanya
komunikasi organisasi secara eksternal yang menimbulkan mis
komunikasi antara pihak pemberi layanan (provider) terhadap publik.
Seperti salah dalam menginformasikan layanan yang tidak sesuai, kritikan,
informasi, dan pesan yang tidak sesuai dengan wujud pelayanan.
Termasuk pula adanya komunikasi organisasi secara eksternal yang
tidak sesuai dengan kemampuan pihak Dinas Kesehatan dalam menjalin
sebuah hubungan yang baik dengan publik. Hubungan tersebut berupa
hubungan kemitraan, kerjasama, interaksi sosial dan penilaian terhadap
aspek-aspek kebijakan yang diberikan kepada publik. Hal ini sering
menimbulkan terjadinya suatu hubungan yang kurang harmonis antara
pihak petugas pegawai kesehatan dengan publik yang mendapatkan
pelayanan.
Terlihat pula bahwa komunikasi organisasi secara eksternal sering
tidak efektif dalam mengkomunikasikan berbagai kepentingan pihak.
Karenanya diperlukan adanya lintas saluran untuk menjembatani sebuah
komunikasi organisasi antara Dinas Kesehatan dengan saluran instansi
lain dan publik untuk diintensifkan saluran komunikasinya dalam rangka
memperbaiki komunikasi yang telah terjalin dan memberikan suatu
penilaian positif untuk membangun suatu saluran lainnya.
Komunikasi organisasi secara eksternal menurut Scharamm (2008)
menyatakan bahwa menciptakan sebuah komunikasi yang efektif
diperlukan adanya hubungan yang saling memperhatikan dan memahami
tujuan yang ingin dicapai. Saat ini diakui oleh pihak kesehatan bahwa
jejaring yang dibangun saat ini belum berorientasi pada perbaikan
komunikasi dalam sistem jejaring, belum memperbaiki kemitraan melalui
komunikasi efektif dan belum adanya otoritas dalam mengembangkan
jejaring yang luas sebagai wujud komunikasi organisasi secara eksternal.
Memahami uraian-uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul ”Komunikasi Organisasi pada
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diajukan diatas, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah :
1. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi internal pada Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku?
2. Bagaimana bentuk komunikasi organisasi eksternal pada Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi internal yang
diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi organisasi eksternal yang
diterapkan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini agar dapat memperkuat teori-teori mengenai komunikasi organisasi
pada pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, serta memberi kontribusi bagi
pengembangan ilmu administrasi pemerintahan.
2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah, khususnya
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku untuk menerapkan komunikasi organisasi pada
instansinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya
berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain
disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau
“communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah
“communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul
kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin yang mirip
Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama
(http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).
Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui
pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa
Inggris, “communicate”, berarti (1) untuk bertukar pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk membuat tahu; (3) untuk
membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang
simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti :
(1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses
pertukaran diantara individu-individu melalui simbol-simbol yang sama; (3)
seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan
tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983, dalam Vardiansyah, 2004).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal
dari akar kata yang maknanya selalu (1) melibatkan pertukaran simbol
atau tanda baik verbal maupun nonverbal, (2) terbangunnya relasi
kebersamaan antara komunikator dengan komunikan. Simbol atau tanda
verbal seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. Sementara simbol atau
tanda nonverbal seperti mimic, gerak-gerik, serta suara. Terbangunnya
relasi kebersamaan ini bukan selalu sebagai hubungan yang positif seperti
keakraban atau keintiman melainkan terbentuknya kontak hubungan
antara pengirim pesan dengan penerima pesan melalui simbol atau tanda-
tanda tertentu yang bersifat verbal atau nonverbal. Aplikasi kontak simbol
ini baik dilakukan dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun dengan pihak
lain (antarpersonal).
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan
tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktifitas komunikasi
dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak
dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa
dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan
komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Namun, apa yang
dimaksud dengan komunikasi itu sendiri.
B. Pengertian Komunikasi
Pawito dan C Sardjono (2009:12) mencoba mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dengan pesan dipindahkan atau
dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima
dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan,
sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat
unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan
(the message), saluran (the channel), dan penerima (the receiver).
Wilbur Schramm (2008) menyatakan komunikasi sebagai suatu
proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya bahwa
komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti
umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya
kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes)
dengan seseorang. Manusia berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.
Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi
dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah
komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi
komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan
tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm (2008)
tampak lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses
berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima
(audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif
apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama
seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Joseph A Devito (1989) mengemukakan komunikasi sebagai
transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan
suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa
para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan
keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan
secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).
Sebagai proses, komunikasi bersifat khas dan umum, sempit dan
luas dalam ruang lingkupnya. Komunikasi antarmanusia merupakan suatu
rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan
berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya
sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga
merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat
menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat
ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui
media massa dengan audience di seluruh dunia, ketika manusia
berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi, saat orang mengawasi
orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi (Blake dan Haroldsen,
2003 : 2-3).
Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004:9) setidaknya telah
mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance
dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting
yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain:
1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat
umum, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses
yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam
kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan
militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir
dan sebagainya.
2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan,
misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-
situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu
pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan
kesengajaan, misalnya dari Goode (1959) yang menyatakan
komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua
orang atau lebih.
3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang
menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi
yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran
informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b) Definisi yang tidak
menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, misalnya
definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi
informasi.
Berdasarkan definisi komunikasi yang ada, Sendjaja (2009:144)
dalam menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan
konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain :
1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-
kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang
lainnya (khalayak).
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-
kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada
siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which
channel? To whom? With what effect?).
4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang
semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki
oleh dua orang atau lebih.
5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego.
6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Komunikasi adalah seluruh
prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran
orang lainnya.
Sementara Riswandi (2008:95) menyimpulkan beberapa karakteristik
komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara
lain :
1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan
(ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam
kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-
sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama
terhadap topik pesan yang disampaikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-
kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya
menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan
tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa
para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada
waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk
teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain,
faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam
berkomunikasi. (Riswandi, 2008).
Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas, kiranya dapat ditarik benang
merah bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan beragam dalam
mendefinisikan komunikasi. Komunikasi terlihat sebagai kata yang
abstrak sehingga memiliki banyak arti. Kenyataannya untuk menetapkan
satu definisi tunggal terbukti sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat
pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu.
William I. Gorden (dalam Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri sumber daya manusia, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,
dan memupuk hubungan hubungan orang lain dalam menjalankan
kegiatan administratif.
a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai diri, dan itu
hanya bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain. Melalui komunikasi
dengan orang lain, setiap manusia belajar bukan saja mengenai siapa, namun juga
bagaimana merasakan siapa dirinya.
b. George Herbert Mead (dalam Rakhmat, 2008) mengistilahkan
significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang
disekitar yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep
diri. Ketika manusia masih kecil, mereka adalah orang tua, saudara-
saudara, dan orang yang tinggal serumah.
Dewey dan Humber (2009) menamai affective others, untuk orang
lain yang mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-
lahan membentuk konsep diri. Selain itu, terdapat apa yang disebut
dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara
emosional mengikat, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.
Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan
dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
c. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi secara administratif
untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri
atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi
sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam
sebuah seminar. Meskipun sudah diperingatkan moderator untuk
berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau
komentator itu sering berbicara panjang lebar mengkuliahi hadirin,
dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.
d. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan. Sejak lahir, manusia tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Perlu dan harus berkomunikasi dengan orang
lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis seperti makan dan minum,
dan memenuhi kebutuhan psikologis seperti sukses dan kebahagiaan.
Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama sebagai manusia, dan
untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah
kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa
terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi) dalam dunia kerja. Perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan verbal.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog
sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang
tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen,
komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan
membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Studi komunikasi membuat manusia peka terhadap berbagai
strategi yang dapat digunakan dalam komunikasi untuk bekerja lebih
baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi
berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan
pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,
keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat
diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing
ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang)
tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara
kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan,
kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa
pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.
Misalnya pendapat Effendy (2009), ia berpendapat fungsi komunikasi
adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan
Effendy, 2009:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjagaan atau pengawasan lingkungan (surveillance of the
information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang
mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat
untuk menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik.
Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,
ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan
istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk
komunikasi ini.
C. Konsep Organisasi
Menurut Littlejohn (2005:241) organisasi dapat didefinisikan dengan
dimensi: 1) struktur, bentuk dan fungsi organisasi 2) managemen, kontrol
dan kekuatan 3) budaya organisasi. Struktur, bentuk dan fungsi organisasi
dapat digambarkan dengan beberapa kiasan. Pertama, organisasi seperti
mesin, mempunyai bagian yang memproduksi produk dan jasa. Kedua,
aspek struktural organisasi ialah organisme. Seperti tanaman atau hewan,
organisasi lahir, tumbuh, berfungsi dan beradaptasi untuk berubah dalam
lingkungan dan tentunya mati. Kiasan ini membantu memahami dimensi
(manajemen, kontrol dan kekuatan) dari organisasi. Pertama dari otak
oganisasi ialah proses informasi, mempunyai intelegensi, konseptualisasi
dan membuat rencana. Dimensi organisasi lainnya ialah budaya sebagai
identitas yang berbagi nilai, norma, kepercayaan, dan latihan.
Tabel 1
Peta Teori Organisasi
Topik Teori
Patologi
Teori
Cybernetic
Teori Sosial
Kultural Teori Kritis
Organisasi
Struktur,
Bentuk dan
Fungsi
Organisasi
Teori
Birokrasi
Weber
Proses
Organisir
Teori
Jaringan
Teks
Percakapan
Strukturasi
Manajemen,
Kontrol dan
Kekuatan
Empat
Sistem Likert
Teori Kontrol
Organisasi
Hermenuetic
of Suspicion
Managerial
dan
Demokrasi
Gender dan
Ras dalam
Komunikasi
Budaya Budaya
Organisasi
Sumber: Littlejohn (2005:240)
Ide Weber dalam Littlejohn (2005:242) membangun teori saat ini
“teori organisasi klasik”. Kita semua menganggap bahwa birokrasi seperti
hirarki yang berlapis, peraturan, dan tidak insensitif pada kebutuhan dan
orang yang berbeda. Walaupun reaksi kita pada birokrasi sering negatif,
namun prinsipnya organisasi idealnya memiliki birokrasi. Weber
mengidentifikasi cara terbaik bagi organisasi untuk mengatur kompleksitas
kerja individu dengan tujuan dan prinsipnya bertahan lama. Menurut
Weber, organisasi sebagai sistem yang mempunyai tujuan, aktifitas
interpersonal yang didesain untuk tugas individu yang sederajat. Hal ini
tidak dapat dilakukan tanpa otoritas, spesialisasi dan regulasi.
Otoritas ada bersama kekuasaan, namun dalam organisasi, otoritas
harus harus dilegitimasi atau otoritas diformalisasi dengan organisasi.
Efektifitas organisasi tergantung pada luasnya batas manajemen yang
membolehkan legitimasi kekuasaan oleh organisasi. Organisasi didirikan
sebagai sistem rasional dengan kekuatan peraturan, membuatnya
menjadi bagian otoritas legal-rasional.
Cara terbaik mengorganisir otoritas legal-rasional berdasarkan
Weber ialah hirarki. Hirarki ditetapkan dengan regulasi dalam organisasi.
Beberapa lapisan manajemen mempunyai otoritas, namun secara
keseluruhan hanya kepala organisasi (top manajer) yang berotoritas.
Prinsip terkait dari otoritas birokrasi, berdasarkan Weber, bahwa pegawai
organisasi tidak berbagi kepemilikan organisasi, ini menganggu jalannya
legitimasi otoritas. Prinsip kedua ialah spesialisasi, individu ditempatkan
berdasarkan divisi kerja dan beberapa orang mengetahui pekerjaannya
dalam organisasi.
Aspek ketiga dari birokrasi ialah kebutuhan atas peraturan. Apa yang
membuat koordinasi organisasi memungkinkan ialah implementasi dari
seperangkat regulasi yang menentukan perilaku setiap orang. Peraturan
organisasi harus rasional, berarti harus dibuat untuk mencapai tujuan
organisasi. Model birokrasi Weber mengilustrasi kiasan mesin organisasi.
Ini mengikuti top-down, mekanisme menampilkan bagaimana luasnya
grup harus menyatukan aktifitas untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi memiliki iklim yang ditampilkan sebagai salah
satu kunci variabel yang berdampak pada komunikasi dan produktifitas
serta kepuasan kerja pegawai. Bagi Poole dan Mc Phee (2003:48), iklim
ialah kolektifitas umum gambaran organisasi yang membentuk perasaan
dan ekspektasi anggota, serta penampilan organisasi. Mereka
mendefinisikan iklim sebagai sikap kolektif yang diproduksi dan reproduksi
oleh anggota. Poole melihat iklim dengan tiga strata, pertama sekumpulan
bentuk yang digunakan anggota untuk mendefinisi dan memaparkan
organisasi (kolam konsep). Kedua ialah dasar, abstaksi tinggi yang
berbagi konsepsi dari atmosfer organisasi (iklim inti).
Terakhir ialah translasi grup dari iklim inti ke dalam bentuk kongkret
yang lebih berdampak pada bagian partikula konstitusi organisasi. Iklim
tidak statis namun konstan dalam organisasi. Pertama, struktur dari
organisasi. Sebab, struktur membatasi berbagai interaksi dan praktik yang
terjadi. Faktor kedua yang mempengaruhi iklim ialah variasi iklim
menghasilkan alat. Faktor ketiga ialah karakteristik anggota, skill dan
pengetahuan.
Siagian (1999:94) mengemukakan ada 15 (lima belas) prinsip
organisasi yaitu kejelasan tujuan, pemahaman tujuan oleh para anggota
organisasi, penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi, adanya
kesatuan arah, fungsionalisasi, deliniasi berbagai tugas, keseimbangan
antara wewenang dan tanggung-jawab, pembagian tugas, kesederhanaan
struktur, pola dasar organisasi yang relatif permanen, adanya pola
pendelegasian wewenang, rentang pengawasan, jaminan pekerjaan serta
keseimbangan antara jasa dan imbalan.
Sarwoto (1999:68) memberikan pengertian pengorganisasian
sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas,
tanggung-jawab atau wewenang, sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Pengertian di atas dipertegas oleh Handoko (2004:24) yang
mengemukakan bahwa pengorganisasian (organizing) adalah:
a. Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi adalah kelompok
kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c. Penugasan tanggung-jawab tertentu.
d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Kekuatan dan kelemahan organisasi pada dasarnya mempunyai
keterkaitan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian suatu kondisi
kelemahan bersifat dominan, maka ada kemungkinan kekuatan yang
dimiliki organisasi berubah menjadi kelemahan. Sebaliknya jika kekuatan
yang dominan, maka kekuatan tersebut dapat berfungsi untuk
memperbaiki kelemahan. Kemampuan organisasi oleh Scharamm (2008)
menyatakan bahwa kemampuan organisasi dalam kerangka manajemen
organisasi adalah aspek internal dari organisasi yang bersangkutan.
Kapabilitas suatu organisasi adalah konsep yang dipakai untuk
menunjukkan pada kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor
stratejik yaitu kelemahan dan kekuatan. Beberapa faktor yang perlu
diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara lain
struktur organisasi, pengelolaan, sumber daya, lokasi, fasilitas, integritas
dan sebagainya.
Beberapa elemen penting yang dipandang sebagai kekuatan antara
lokasi yang strategis dengan kemudahan transportasi dan komunika.si,
keamanan yang terjamin pada pengembangan beberapa proyek
pemerintah. Aspek organisasi antara lain menyangkut misi, visi, tujuan,
sasaran, dana, struktur organisasi yang tangguh, administrasi yang rapi
dengan penyebaran tugas dan tanggung-jawab, memenuhi pelayanan
yang bermutu dan bersedia meningkatkan kualitas, produk pelayanan,
memberikan dukungan terhadap strategi organisasi, kemampuan
pimpinan dalam memberikan ide-ide yang berbobot serta memanfaatkan
sumber daya terbatas.
Sutarto (2004:84) menyatakan bahwa organisasi adalah sistem
saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur dalam organisasi meliputi
sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama yang dapat
diselenggarakan dengan kerja sama atau usaha bersama antara anggota-
anggota kelompok, supaya kerja sama berjalan dengan baik dan teratur,
maka diadakanlah suatu pembagian kerja di bawah suatu pimpinan.
Struktur organisasi merupakan kerja-sama antar hubungan satuan-
satuan organisasi yang di dalamnya terdapat tugas dan wewenang yang
masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.
Guna mewujudkan suatu organisasi yang baik serta efektif dan agar
struktur organisasi yang ada dapat sehat dan efisien, maka dalam
organisasi tersebut perlu diterapkan beberapa asas atau prinsip
organisasi. Atau dengan kata lain, organisasi yang sehat, efektif, efisien
adalah organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya mendasari diri pada
asas-asas organisasi tertentu. Ini menunjukkan bahwa asas-asas
organisasi merupakan sarana untuk dapat menciptakan kondisi-kondisi
yang favorable guna mewujudkan tujuan organisasi. Sukarna (1999:40)
menyatakan bahwa secara pokok, macam atau jenis asas-asas organisasi
adalah perumusan tujuan dengan jelas, departementasi, pembagian kerja,
koordinasi, pelimpahan wewenang, rintangan kontrol, jenjang organisasi,
kesatuan perintah, fleksibilitas, keberlangsungan dan kesinambungan
Kesebelas macam asas organisasi yang diajurkan di atas
disederhanakan ke dalam enam macam yakni perumusan tujuan yang
jelas, pembagian kerja, koordinasi, pelimpahan wewenang, rintangan
kontrol dan kesatuan perintah. Sukarna (1999:41) merumuskan secara
pokok asas-asas organisasi sebagai suatu rumusan tujuan yang jelas,
pembagian pekerjaan, pelimpahan atau pendelegasian wewenang,
koordinasi, rintangan kontrol atau kendali dan kesatuan komando.
D. Konsep Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting bagi organisasi
yang maju dan berkembang. Bagi suatu organisasi yang komunikasinya
tidak efektif , akan berdampak adanya mis komunikasi yang menyulitkan
organisasi untuk mencapai tujuannya. Komunikasi dalam organisasi
dibedakan atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal (Haeruddin,
2006).
Komunikasi organisasi pada prinsipnya adalah bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh setiap orang yang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Biasanya komunikasi antar pimpinan dan bawahan, komunikasi antara
bawahan dan sejawatnya dan komunikasi suatu organisasi dengan
organisasi lainya (Lesmana, 2006).
Komunikasi dalam organisasi adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh satu orang atau lebih yang berkomunikasi dengan cara mengirim,
menginformasikan, menerima pesan, memberikan usulan, diskusi untuk
menghasilkan sebuah umpan balik dalam menghasilkan pengertian dan
tujuan yang sama. Karenanya dalam komunikasi organisasi tidak terlepas
dari adanya komunikasi inter pribadi, kelompok kecil, perilaku terbuka atau
komunikasi massa yang dilakukan oleh pimpinan dan bawahan.
Komunikasi organisasi adalah suatu keterikatan dalam berbagai
pengembangan pesan yang disampaikan melalui sebuah saluran dari
sumber pesan terhadap penerima pesan. Biasanya dalam suatu
organisasi terdapat pihak sebagai sumber penerima informasi dan
sebagai pemberi informasi untuk menghasilkan sebuah kompetensi
organisasi yang efektif dalam mengolah pesan dan saluran sebagai
umpan balik dan umpan maju dari efek komunikasi yang memajukan
organisasi (Spitzberg dan Cupach, 2009).
Komunikasi organisasi merupakan motif dari suatu tujuan orang yang
berkomunikasi, yang dikemukakan secara sadar yang melibatkan banyak
kepentingan sesuai dengan penggunaaan media komunikasi yang efektif,
menghasilkan suatu komunikasi organisasi yang efektif tidak terlepas dari
adanya komunikasi internal dan eksternal.
Dimensi-dimensi komunikasi organisasi :
1. Komunikasi eksternal, digunakan anggota organisasi untuk interaksi dengan individu
di luar organisasi. Komunikasi eksternal membawa pesan organisasi dan lingkungan
organisasi yang relevan. Sistem pesan eksternal digunakan untuk menyampaikan
informasi dari lingkungan organisasi dan untuk memberikan lingkungan informasi
dari organisasi.
2. Komunikasi internal, ialah pola pesan yang dibagi (Share) antar anggota organisasi,
interaksi manusia yang terjadi dalam organisasi dan antar anggota organisasi. Saat
organisasi tumbuh pada ukuran atau kompleksitas atau menyebar ke luar area dan
zona waktu, ini memerlukan program komunikasi internal yang membantu
membangun tim.
Ini berarti komunikasi organisasi secara internal dan eksternal
menjadi penting dalam mewujudkan bagaimana komunikasi yang tercipta
dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut akan
dijelaskan pengertian komunikasi internal dan komunikasi eksternal :
1. Komunikasi Organisasi Internal
Komunikasi internal dapat dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal. Dan
komunikasi eksternal dilakukan melalui pemberian informasi, diskusi dan kerjasama yang
melibatkan adanya pembicaraan dengan menggunakan pesan yang mudah dimengerti
(Reardon, 1987).
Komunikasi organisasi secara internal melibatkan adanya suatu kegiatan
pemberian pesan dan penerimaan pesan dari atasan terhadap bawahan
atau orang lain, sehingga menghasilkan komunikasi internal secara
vertikal, horizontal, dan diagonal. Wujud komunikasi ini bervariasi sesuai
dengan bentuk kegiatan organisasi di dalam menerapkan komunikasi
organisasi yang efektif.
Naisbitt (2004) menyatakan bahwa komunikasi organisasi internal
secara vertikal, yaitu tindakan komunikasi yang bersifat perintah, teguran,
pujian, dan petunjuk atas segala kegiatan yang dikomunikasikan untuk
mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi internal secara
horizontal, yaitu tindakan komunikasi yang bersifat meditasi antar
pimpinan, antar pegawai dan antar unit kerja dalam membicarakan
sebuah kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Komunikasi
organisasi internal secara diagonal yaitu antar atasan dengan bawahan
dan unit kerja yang saling berkomunikasi dalam memahami sebuah pesan
yang diterima dan dikirim.
Memahami pentingnya komunikasi organisasi internal yang
melibatkan unsur pimpinan, bawahan dan unit kerja sebagai suatu bagian
yang tidak terlepas untuk menjadi bahan komunikasi organisasi.
Efektifnya unsur-unsur komunikasi organisasi internal dalam
mengkomunikasikan suatu permasalahan organisasi semakin memberikan
kemudahan bagi organisasi tersebut untuk memecahkan permasalahan
dalam mencapai tujuan organisasi (Rossy, 2008).
Memahami komunikasi organisasi internal pada dasarnya
memahami bagaimana organisasi melakukan komunikasi dalam
memberikan pesan dan menerima pesan yang melibatkan unsur-unsur
yang berkomunikasi dalam organisasi yaitu pimpinan, tim kerja, dan
bawahan (Nicholas, 2008).
2. Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal
Komunikasi organisasi internal yang melibatkan pimpinan, unit kerja,
dan bawahan, sering menghasilkan komunikasi organisasi internal secara
vertikal, yaitu suatu komunikasi yang sumber pesan diberikan oleh
pimpinan kepada unit kerja, kemudian dikelola oleh bawahan untuk
menghasilkan sebuah pesan informasi, perintah, teguran dan solusi dalam
menjalankan aktifitas organisasi (Simon, 2005). Berikut ditunjukan skema
komunikasi organiasi internal secara vertikal di bawah ini :
Gambar 1
Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal
Sumber : Simon (2005).
3. Komunikasi Organisasi Internal Secara Horizontal
ORGANISASI
PIMPINAN
UNIT KERJA
BAWAHAN
KOMUNIKASI SECARA VERTIKAL
PESAN PERINTAH TEGURAN SOLUSI
Pentingnya komunikasi organisasi internal juga terlihat dari
penerapan komunikasi secara horizontal. Komunikasi ini melibatkan unsur
pimpinan, unit kerja dan bawahan melalui sebuah komunikasi antar
pimpinan, antar unit kerja dan antar bawahan untuk membahas,
mengelolah dan memberi masukan yang dapat membangun sebuah
kontruksi komunikasi yang efektif untuk diterapkan bersama (Freddy,
2004). Lebih jelasnya pada digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2
Komunikasi Organisasi Internal secara Horisontal
Sumber : Freddy (2004)
4. Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal
ORGANISASI
PIMPINAN UNIT KERJA BAWAHAN
INPUT (Masukan) PROCESS (Mengolah)
OUTPUT (Hasil)
KIOMUNIKASI SECARA HORIZONTAL
Penerapan komunikasi organisasi internal dapat dilakukan melalui
komunikasi organisasi secara diagonal yaitu sebuah kegiatan komunikasi
dalam organisasi yang melibatkan pimpinan, unit kerja dan bawahan
untuk saling berkomunikasi dalam memajukan dan memecahkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan aktifitas organisasi, sebagaimana di
tunjukan pada skema di bawah ini (Scharamm, 2008).
Gambar 3
Komunikasi Organisasi Internal secara Diagonal
ORGANISASI
Pimpinan
Unit Kerja
Bawahan
Komunikasi secara Diagonal pemecahan Masalah
Sumber : Freddy (2004).
Berarti dalam suatu organisasi yang menjadikan komunikasi sebagai
sebuah tindakan di dalam melakukan komunikasi secara internal yang
melibatkan inter pribadi, antar pribadi, dialog atau pidato umum yang
melibatkan unsur pimpinan, unit kerja dan bawahan dalam rangka
memperbaiki dan menciptakan suatu komunikasi yang terjalin baik untuk
mencapai tujuan bersama.
Komunikasi orrganisasi internal yang diterapkan oleh setiap unsur
organisasi menjadi sebuah perhatian dan pertimbangan untuk memahami
arti penting komunikasi yang diterapkan dalam suatu organisasi. Semakin
terjalin komunikasi internal yang efektif, semakin memudahkan setiap
unsur yang berkepentingan dalam organisasi, guna meraih kemajuan dan
pencapaian tujuan. Effendy (2008) menyatakan komunikasi organisasi
internal yang efektif, yaitu terlibatnya seluruh komponen organisasi mulai
dari pimpinan, unit kerja dan bawahan untuk saling memberikan informasi
dan mengelolah pesan untuk mencapai tujuan. Berarti komunikasi
organisasi berperan penting terhadap keberhasilan organisasi.
Kaitanya dengan komunikasi organisasi internal pada instansi Dinas
Kesehatan Propinsi Maluku, hal tersebut sering ditemukan dari aspek
pelaksanaan atau tindakan yang dilakukan oleh pimpinan, unit kerja dan
bawahan dalam mengkomunikasikan berbagai kebijakan, program dan
tindak lanjut dari sebuah serangkaian kegiatan mengenai tugas pokok dan
fungsi pegawai untuk berkomunikasi secara horizontal, vertikasl dan
diagonal.
5. Komunikasi Organisasi Eksternal
Suatu organisasi yang maju dan berkembang selalu berkomunikasi
dengan organisasi lain. Herdment (2007) menyatakan keberhasilan suatu
organisasi tidak terlepas dari pentingnya komunikasi organisasi eksternal
yang diterapkan. Penerapan suatu komunikasi eksternal dibangun atas
adanya komunikasi timbal balik. Wujud komunikasi eksternal secara timbal
balik berupa pemberian informasi, kegiatan kerjasama dan diaolog antar
organisasi.
Komunikasi organisasi eksternal dapat dilihat dalam wujud
komunikasi berupa komunikasi antar organisasi meliputi kegiatan umpan
balik atas pemberiaan informasi. Nuhui (2005) menyatakan wujud
komunikasi organisasi eksternal antar organisasi dalam berbagai umpan
balik pemberian informasi biasanya diterapkan untuk saling memberikan
bahan atau materi yang dibutuhkan oleh masing-masing organisasi, dalam
memudahkan menjalankan kegiatan organisasinya. Selain itu wujud dari
komunikasi eksternal yaitu melakukan kerjasama dalam berbagai
kepentingan untuk saling membenahi dan melengkapi kegiatan organisasi
yang mengharuskan masing-masing organisasi untuk saling berdialog
dalam memajukan dan memecahkan persoalan organisasinya.
John dan Lay (2004) menyatakan bahwa dalam mengelolah sebuah
organisasi diperlukan adanya suatu tindakan dari pimpinan untuk
mengambil kebijakan dalam berkomunikasi dengan pihak luar atau
eksternal organisasi. Ini dimaksudkan dalam rangka menjalin adanya
hubungan komunikasi yang aktif diantara dua atau lebih organisasi yang
melakukan komunikasi.
Wujud komunikasi organisasi eksternal yaitu mengkomunikasikan
lebih dari satu bentuk kepentingan atau kebutuhan organisasi yang satu
dengan organisasi yang lainnya. Pada prinsipnya, suatu organisasi
melakukan komunikasi aktif dengan organisasi yang lain untuk melakukan
tukar informasi, menjalin kerjasama dan untuk berdialog memecahkan
persoalan bersama (Rachmi, 2007).
Gambaran sebuah komunikasi organisasi eksternal yang efektif yaitu
adanya kepentingan, kerjasama dan tujuan yang ingin dicapai. Melaui
komunikasi antar organisasi akan menghasilkan sebuah pencapaian
tujuan berdasarkan kepentingan dan kebutuhan. Devito (1989)
menyatakan komunikasi organisasi merupakan channel penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Berikut gambar hubungan timbal balik
komunikasi eksternal antara dua organisasi :
Gambar 4
Komunikasi Organisasi Eksternal Hubungan Timbal Balik
KOMUNIKASI KOMUNIKASI
ORGANISASI A
Kepentingan Kerjasama Tujuan
ORGANISASI B
Kepentingan Kerjasama
Tujuan
EKSTRERNAL
Ini berarti, suatu organisasi yang menerapkan komunikasi organisasi
eksternal pada dasarnya didasari oleh tiga aspek yang ingin dicapai yaitu :
1) melakukan komunikasi untuk mencapai kepentingan, 2) berkomunikasi
untuk bekerjasama, dan 3) berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Ketiga
hal ini diimplementasikan dalam wujud komunikasi dengan saling memberi
informasi, menjalin kerjasama dan melakukan dialog untuk menuntaskan
berbagai permasalahan dan manfaat dari aktifitas organisasi (Devito,
1989).
Muller (2004) menyatakan bahwa keberhasilan organisasi yang
berbasis pada komunikasi organisasi eksternal, yaitu selalu
mengutamakan terjalinnya komunikasi yang efektif melalui pertukaran
informasi antar organisasi, melakukan atau menjalin kerjasama dalam
berbagai urusan atau program dan melakukan pembahasan melalui dialog
atau simulasi untuk memecahkan adanya perbedaan diantara organisasi
tersebut untuk terlepas dari permasalahan. Melalui komunikasi organisasi
secara eksternal dengan melakukan komunikasi untuk mencari informasi
dari organisasi lain.
Menurut Laurent (2005) melalui komunikasi yang efektif dengan
mitra organisasi lain yang ingin melakukan pertukaran informasi,
dirasakan manfaatnya untuk mendapatkan berbagai database laporan,
program dan berbagai bentuk akses informasi yang dibutuhkan oleh
Sumber : Devito (1989).
organisasi. Termasuk melaui komunikasi organisasi secara eksternal,
setiap komponen dari organisasi baik pimpinan, unit kerja dan bawahan,
dapat melakukan kerjasama dengan organisasi lain melalui sebuah
komunikasi yang aktif dan pro aktif untuk mengembangkan komunikasi
eksternal. Komunikasi yang efektif yaitu komunikasi melalui kerjasama
antar dua organisasi yang dijalin berdasarkan adanya komunikasi yang
progresif, intensif, transparan dan akuntabel (Muller, 2004).
Komunikasi organisasi eksternal yang sering diimplementasikan oleh
beberapa organisasi yaitu melalui sebuah kegiatan yang bersifat dialog
antar organisasi. Kegiatan komunikasi dialog ini dapat dilakukan melalui
komunikasi antar pimpinan, antar pimpinan, antar unit kerja, dan antar
bawahan atau dapat dilakukan dengan massal melalui seminar,
sarasehan, ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan untuk
mengkomunikasikan dua organisasi yang biasanya dilakukan sesuai
kesepakatan ( Justin, 2006).
Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi
yang dilakukan pimpinan, baik dengan para pegawai maupun dengan
khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka
pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy, 2009: 214). Manajemen sering mempunyai masalah
tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat
penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama,
komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat
dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer
mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.
Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya
agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu
dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan
bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan
manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok
dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen, melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan
komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand
Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukan
komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.
Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim,
berita (pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini : Model ini
menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang,
komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat
mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang
mendengar, komunikasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang
terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :
Pengirim Pesan Penerima
Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang
diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan simbol-simbol,
kemudian disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima,
penerima menangkap simbol-simbol dan diterjemahkan kembali atau
diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan mengirimkan berbagai
bentuk umpan balik kepada pengirim.
Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang
dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang akan digunakan
untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai
bentuk simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan
pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, dsb.
Langkah ketiga sumber mengirimkan pesan melalui berbagai saluran
komunikasi silan. Manfaat komunikasi lisan, antar pribadi adalah
kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan penerima,
memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara, dll)
disampaikannya pesan secara tepat, dan memungkinkan umpan balik
diproleh. Sedangkan komunikasi tertulis dapat disampaikan melalui media
seperti: memo, surat, laporan, catatan, bulletin, surat kabar dsb.
Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan atau
dokumen untuk kepenting masa mendatang. Langkah keempat adalah
penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya penerima
menerima pesan melalu panca indera mereka.. banyak pesan penting
yang tidak diterima oleh seseorang karena mereka tidak menerima pesan
karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat. Langkah kelima
adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami simbol-simbol yang
dipergunakan oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar
belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga dan gangguan
disekitarnya.
Penerapan komunikasi dua arah antara pimpinan dan stafnya
(atasan dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi
menjadi faktor penentu berhasil tidaknya orang lain memahami ide,
gagasan yang ia sampaikan. Langkah terakhir adalah umpan balik.
Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon,
jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah
berakhir. Inilah yang disebut bahwa komunikasi yang efektif itu akan
menimbulkan interaksi yang baik pula dalam melaksanakan tujuan
organisasi.
Gambar di bawah ini melukiskan konsep suatu sistem komunikasi
organisasi. Garis yang putus-putus melukiskan gagasan bahwa
hubungan-hubungan ditentukan secara alami; hubungan-hubungan itu
juga menunjukkan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan
mungkin berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan
lingkungan yang internal dan eksternal.
Gambar 5
Sistem Komunikasi Organisasi
Sumber: Poole (2003)
Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu
orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan
suatu pertunjukkan. Karena fokusnya adalah komunikasi di antara
anggota-anggota suatu organisasi. Analisis komunikasi organisasi
menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara
simultan.
Suatu sistem didefinisikan oleh Poole (2003) sebagai “setiap
identitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua keadaan atau
lebih” . Dalam suatu sistem komunikasi, keadaan itu adalah hubungan
antara orang-orang. Dalam suatu sistem komunikasi organisasi keadaan
tersebut adalah hubungan antara orang-orang dalam jabatan-jabatan
(posisi-posisi). Unit mendasar komunikasi organisasi adalah seseorang
dalam suatu jabatan. Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan,
menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan,
pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan
suatu figur atau gambar yang sesuai dengan keadaan orang tersebut.
Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dal
komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang
terjadi:
1. Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (
display) menurut Random House Dictionary of The English Language
1987: anda membawa sesuatu untuk diperhatikan
orang lain; menyebarkan ses
secara lengkap dan menyenangkan.
2. Penafsiran pesan atau penaf
menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).
Gambar 6 melukiskan
berperilaku tersebut dengan garis bergerigi.
Gambar 6.
Perilaku Komunikasi Organisasi
Sumber: Poole (2003)
Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dal
komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang
Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (
) menurut Random House Dictionary of The English Language
1987: anda membawa sesuatu untuk diperhatikan seseorang a
orang lain; menyebarkan sesuatu sehingga sesuatu dapat terlihat
secara lengkap dan menyenangkan.
Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukkan (to intepret
menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).
Gambar 6 melukiskan kedua proses ini dengan membagi orang yang
berperilaku tersebut dengan garis bergerigi.
Perilaku Komunikasi Organisasi
Sumber: Poole (2003)
Bila melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi, menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang
Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (to
) menurut Random House Dictionary of The English Language
seseorang atau
uatu sehingga sesuatu dapat terlihat
siran pertunjukkan (to intepret:
menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu).
kedua proses ini dengan membagi orang yang
Kaitanya dengan penerapan komunikasi organisasi secara eksternal
telah dibangun berdasarkan tindakan perilaku komunikasi dengan
organisasi lainya. Seperti komunikasi yang diterapkan oleh Dinas
Kesehatan Propinsi Maluku biasanya melalui kegiatan pertukaran
informasi dengan instansi-instansi lain yang berkaitan dengan kesehatan,
melakukan berbagai kerjasama melalui serangkaian komunikasi aktif
untuk melakukan kesepakatan dan melakukan komunikasi dengan
berdialog tentang berbagai hal untuk memecahkan persoalan yang
berkaitan dengan kesehatan yang ditangani oleh dua pihak atau lebih
untuk menyukseskan program kesehatan.
E. Penerapan Bentuk Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam
organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses
penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara
timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli,
(Face dan Faules, 2001:41) yakni sebagai berikut :
1. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi
internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward
atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi
dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-
orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi
program.
2. Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah
komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada
atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama pegawai yang
sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang
komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti
komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan
masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi
dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama
anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan
perasaan di antara sesama anggota organisasi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah proses yang yang terjadi dalam organisasi, dan di
dalam sana proses komunikasi yang terjadi terbagi dalam empat aspek
yaitu : komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke
atas (upward communication), komunikasi horizontal (horizontal
communication), dan komunikasi lintas saluran.
Adapun pengertian dari komunikasi organisasi menurut Pace
(2001:143) didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan
diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu
organisasi. Dalam sebuah teori tentang Komunikasi organisasi (Face dan
Faules, 2001:145) dikemukakan bahwa keputusan-keputusan yang
diambil oleh anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara
efektif, unutk bersikap jujur kepada organisasi, untuk meraih semangat
dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk
menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan
organisasinya adalah di pengaruhi oleh komunikasi.
Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu
manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalam suatu
sistem manajemen modern. Ada yang diklasifikasikan sebagai pemimpin
dan ada yang bertindak sebagai bawahan (Ruslan, 2002:88).
Pace (2001:31) definisi komunikasi organisasi secara fungsional
ialah pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu komunikasi terdiri
dari unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu
dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Secara interpretatif
dapat diartikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang
merupakan organisasi.
Komunikasi organisasi melingkupi komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok. Kepentingan bersama dan tujuan organisasi
menjadi orientasi komunikasi organisasi. Hirarki organisasi menentukan
pola komunikasi yang terjadi. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu
masyarakat atau organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan
media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk
mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2006:21).
Komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara dua orang secara
tatap muka (face to face), walaupun dapat juga melalui media telepon.
Komunikasi interpersonal terbangun dari komunikasi intrapersonal karena
seseorang akan menyusun komunikasi efektif saat interaksi. Hal
terpenting ialah komunikasi interpersonal membangun hubungan antar
manusia. Komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai transaksi pesan
verbal dan nonverbal antara tiga hingga lima belas orang yang saling
berbagi tujuan utama, yang merasa kebersamaan dalam grup, dan yang
berdampak pada yang lain (Beebe, 2001:28).
Purwanto (2006:30) memaparkan bahwa suatu komunikasi bisa
dimasukkan dalam lingkup komunikasi kelompok apabila, pertama, proses
komunikasi dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang
pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih banyak daripada
tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan
mana sumber dan mana penerima (receiver). Umpan balik atau feedback
yang didapat tidak maksimal karena waktu terbatas dan khalayak relatif
banyak. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan
spontanitas untuk kalangan tertentu.
Komunikasi kelompok terlibat di dalam lingkup komunikasi
organisasi. Kelompok-kelompok kecil saling berinteraksi sehingga terjadi
komunikasi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ernest
Bormann dalam Beebe (2003:42) bahwa grup berasal dari berbagai
macam share kepribadian. Teori tindakan simbolik yaitu menjelaskan
bagaimana tipe komunikasi membentuk identitas grup dan budaya, yang
berdampak pada konsensus bersama dengan berbagi emosi, motivasi
dan makna.
Beebe (2001:44) merumuskan teori struktur yang memberikan
framework umum yang menjelaskan bagaimana orang menggunakan
aturan dan sumberdaya untuk interaksi dalam sistem sosial. Struktur
menjelaskan bagaimana grup memproduksi dan reproduksi sistem sosial
oleh anggota grup yang menggunakan aturan dan sumberdaya dalam
interaksi.
Menurut James Taylor dalam Littlejohn (2005), organisasi ialah
proses sirkular dengan interaksi dan interpretasi yang berdampak pada
orang lain. Interaksi merupakan proses berbagi makna yang dibentuk
dalam interaksi. Percakapan ialah interaksi, atau bagaimana kata yang
digunakan, sikap dan esturnya. Teks ialah apa yang dikatakan, isi dan ide
dalam bahasa yang dipakai. Bahasa dari text memberikan struktur kata
dan tata bahasa yang menuntun anda untuk memaknai apa yang
dikatakan atau ditulis. Namun, dua proses ini percakapan dan text tidak
dapat dipisahkan. Percakapan memahami bentuk dari teks dan teks
memahami bentuk percakapan. Proses Taylor ini disebut double
translation. Pertama, penterjemahan dari teks menjadi percakapan.
Kedua, penterjemahan dari percakapan menjadi teks.
Saat berkomunikasi, mengikuti model atau ide komunikasi.
Komunikasi harus meliputi interaksi dengan proses interpretasi yang
dibedakan tidak hanya tindakan namun juga respon dari tindakan. Taylor
menyebutnya proses coorientation, bahwa dua orang berorientasi pada
objek biasa (topik, isu, concern, situasi, ide, tujuan, personal, grup, dan
lainnya). Individu mempunyai peran dalam agen organisasi dan
mengkodefikasi aspek organisasi dari kelebihan atau kekurangan teks
formal yang dibuat dalam peta aspek organisasi. Jika anda mengamati
orang berkomunikasi dan melihat pola interaksi dan hubungan mereka,
anda memperhatikan permukaan struktur organisasi, keseharian aktifitas
anggotanya. Struktur dalam seperti tata bahasa atau rencana struktural.
Struktur dalam dibuat oleh orang yang berkomunikasi dengan lainnya dan
dituntun dengan komunikasi itu.
Dalam suatu organisasi, suatu waktu pada sub-divisi atau unit
tambahan, otoritas terletak pada kolektifitas: kontrol sosial, hubungan dan
reward organisasi secara personal yang utama, status struktur ialah
egaliter. Hubungan komunikasi yang terjalin baik antara manajer satu
dengan manajer lain, manajer dengan pegawai, atau antar pegawai
merupakan salah satu kunci keberhasilan manajer dalam mencapai tujuan
organisasi. Berikut digambarkan perkembangan konteks komunikasi dari
Littlejohn (2005).
Gambar 7
Perkembangan Konteks Komunikasi
Sumber: Little John (2005:248)
Menurut Mintzberg dalam Djoko Purwanto mengatakan tiga peran
manajerial yang dapat diterapkan oleh seorang manajer dalam suatu
organisasi yaitu, peran interpersonal, peran informasional dan peran
keputusan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 8
Peran Manajerial menurut Mintzberg
Sumber: Little John (2005:248).
F. Kerangka Pikir
Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pustaka yang telah
dikemukakan terlebih dahulu, maka kerangka pemikiran ini menjadi
sebuah arah untuk menggambarkan hal-hal yang menjadi fokus pemikiran
dalam penelitian ini. Pada prinsipnya, ada dua hal yang menjadi prinsip
fokus dalam penelitian ini yaitu komunikasi organisasi dan kinerja
pegawai.
Terwujudnya komunikasi organisasi secara internal dan eksternal
pada Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang melibatkan adanya
komunikasi pimpinan, unit kerja, bawahan dan mitra kerja organisasi lain
menjadikan Dinas Kesehatan mampu mengkomunikasikan kebijakan dan
program secara internal dan eksternal.
Mengacu kepada teori yang dikemukakan Effendy (1994) yang
menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh
kemampuan dari setiap individu untuk mengkomunikasikan aktifitas
kerjanya dalam mencapai tujuan. Komunikasi yang terpenting pada
organisasi meliputi komunikasi internal dan eksternal.
Bentuk komunikasi dikelompokan menjadi dua, yaitu Komunikasi
organisasi secara internal adalah proses penyampaian pesan antara
anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi,
seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama
bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi
antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa
merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan
media massa).
Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan
kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, kepada
bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-
saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan. Komunikasi
horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam
komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi
atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar
pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini
membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan
memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan
kepuasan kerja, dan komunikasi diagonal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,
komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat
dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan
hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja.
Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik, yaitu ;
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan
umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi;
press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film
dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers dan Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang
dilakukan oleh organisasi.
Uraian-uraian tersebut di atas menjadi sebuah pemikiran bagi
peneliti yang dituangkan dalam sebuah kerangka pemikiran yang
bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengembangkan suatu
penelitian yang sistematik, konsisten, logis dan komplet di dalam
pengamatannya. Lebih jelasnya ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 9
Kerangka Pikir
KOMUNIKASI ORGANISASI INTERNAL
Komunikasi Vertikal Komuinikasi Horizontal
Komunikasi Diagonal
KOMUNIKASI ORGANISASI
KOMUNIKASI ORGANISASI EKSTERNAL
Pemberian Informasi pada khalayak (Lisan dan Tulisan)
Menjalin Kerjasama
Berdialog
DINAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui tahapan-
tahapan, serta urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan, maka akan
diuraikan urutan-urutannya yaitu: desain penelitian, lokasi penelitian,
informan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data (Nasir, 2000:51).
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan strategi studi kasus. Alasan
menggunakan studi kasus, yaitu penelitian memusatkan perhatian pada
kasus secara intensif dan detail tentang komunikasi organisasi. Pendapat
lain yang mendasari penggunaan pendekatan studi kasus dalam
penelitian ini adalah pendapat Muhajir (1990:60-61) yang mengatakan
bahwa metodologi penelitian yang mencakup dalam studi kasus
pendekatan eksplorasi yang menggambarkan secara luas tentang bentuk
komunikasi organisasi baik yang dilakukan secara internal maupun
eksternal.
Schramm (dalam Yin, 2005:17) menyebutkan definisi lain dari segi
topik yang dapat disimpulkan bahwa esensi studi kasus adalah mencoba
menjelaskan keputusan-keputusan tertentu tentang mengapa studi kasus
tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya dan apa hasilnya.
Selanjutnya definisi teknis yang diberikan kepada studi kasus (Yin,
1984a:1981b) adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di
dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena
dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber
dimanfaatkan.
Penggunaan strategi studi kasus pada penelitian ini dibarengi
dengan penerapan analisis kualitatif. Di mana ciri-ciri utama penelitian
yang menggunakan metode kualitatif menurut Edmund H (dalam
Mikkelsenn, 1993:318-321) antara lain adalah:
1. Sifat data mencerminkan interpretasi yang mendalam dan menyeluruh
atas fenomena tertentu (kasus). Data-data dikelompokkan dalam
kelas-kelas, tidak menurut urutan angka, membumi, peka dan
beragam. Berfokus pada variasi, nilai-nilai yang ekstrim, partikular,
penyimpangan, problematis dan perspektif.
2. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara semi-
terstruktur, studi kepustakaan.
3. Pertanyaan diformulasi secara terbuka dengan spesifikasi longgar dan
kemungkinan jawabannya. Kemungkinan untuk spesifikasi selama
proses menurut checklist kasar. Pertanyaan dan jawaban berlangsung
secara dua arah antara peneliti dan responden.
4. Maksimalisasi informasi menjadi pedoman pemilihan responden.
Dengan prinsip bahwa setiap responden adalah orang yang unik
(orang kunci).
5. Kesalahan sebagian besar bersumber dari kondisi apabila responden
tidak mengerti atau bila responden menyensor sendiri.
6. Keputusan terhadap relevansi data dikontrol dan kemungkinan diubah
bersama dalam proses responden dan peneliti.
7. Bentuk analisis yang digunakan adalah analisis dan interpretasi kritis
atas bahan sumber. Memilih tema dan mensistemasikan serta
mengikhtisarkan wawancara dan pengamatan, interpretasi dan
komentar.
8. Teori-teori yang ada digunakannya hanya sebagai titik tolak analisis.
Teori-teori selanjutnya dikembangkan dan membentuk konsep baru
dan hubungan baru. Isu konsep baru dipelajari dan digambarkan.
Penerapan praktis dari teori yang digambarkan itu.
Fokus sutama dalam penelitian adalah menjelaskan komunikasi
organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
B. Lokasi Penelitian
Dilaksanakan di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Lokasi ini
sengaja dipilih karena beberapa pertimbangan antara lain:
1. Dinas kesehatan Provinsi Maluku, merupakan unit pelayanan
kesehatan yang berkomunikasi langsung dengan masyarakat (publik)
dalam pelayanan kesehatan.
2. Adanya kesenjangan yang menyebabkan perlunya diterapkan
komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
C. Informan Penelitian
Peneliti memilih subyek penelitian dengan cara purposive yaitu
pemilihan subyek secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria atau
pertimbangan tertentu (Yin, 2005:67). Kriteria yang ditentukan peneliti
bahwa subyek-subyek yang dipilih adalah mereka yang lebih mengetahui
dan dapat memberikan informasi mengenai model pengembangan
sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, sehingga
peneliti dapat memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian
ini.
Dalam menentukan subyek penelitian didahului dengan penentuan
key informant yang membuka jalan untuk penelitian ini. Key informant
merupakan orang yang paling berwenang dalam menentukan kebijakan
yang harus dilaksanakan sehubungan dengan model pengembangan
sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dan
merupakan orang yang menjadi kunci pokok untuk mendapatkan data
primer, karena dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan key
informant lebih banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti.
Selanjutnya oleh key informant peneliti dibantu dalam menentukan
subyek-subyek penelitian yang telah ditentukan, karena key informant
lebih tahu orang-orang yang dapat memberikan data-data yang
dibutuhkan peneliti untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.
Adapun yang menjadi key informant dalam penelitian pada intinya
mempunyai tugas dan andil yang besar dalam menerapkan komunikasi
organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, antara lain:
1. Kepala Dinas Kesehatan
2. Kepala Kelompok Jabatan Fungsional
3. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
4. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
5. Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana
6. Kepala Bidang Pemberdayaan dan Promosi
7. Kepala Seksi Pemberdayan Masyarakat
8. 1 orang staf Dinas Kesehatan
9. Pihak Kecamatan
10. 1 orang tokoh masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan
Jadi jumlah informan penelitian ini adalah 10 orang.
D. Jenis dan Sumber Data
Sumber data menurut Arikunto (1998:114) adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh. Dari hasil penelitian ini jenis data yang digunakan
oleh penulis berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara
dan pengamatan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan
penelitian, maka harus ditentukan sumber data yang akan digunakan
dalam penelitian. Arikunto (1998:114) menyatakan bahwa sumber data
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu person, place dan paper. Keterangan
singkat untuk ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Person, sumber data berupa orang yaitu sumber data yang bisa
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
jawaban tertulis.
2. Place, sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang
menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Keduanya
merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi.
3. Paper, sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang
menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-
simbol lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nasir (1998:211) bahwa “pengumpulan data adalah suatu
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh yang
diperlukan”. Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis
melakukan teknik pengumpulan data, sehingga memperoleh data, fakta
serta sesuatu yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Teknik Wawancara Mendalam
Cara mengumpulkan data dengan melakukan wawancara mendalam
dengan memberikan pertanyaan secara lisan yang telah disusun sebagai
pedoman dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan data. Peneliti
dituntut untuk memiliki keahlian dalam menggali informasi dari informan
agar data yang diinginkan benar-benar didapatkan. Dengan wawancara
mendalam penelitian dapat menghasilkan data yang kaya, rinci dan penuh
hal-hal yang baru.
2. Teknik Observasi
Teknik di mana peneliti mengamati gejala atau peristiwa yang terjadi
di lapangan pada saat proses penelitian sedang berlangsung. Menurut
Guba dan Lincorn (dalam Moleong, 2001:125-126) teknik pengamatan
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.
Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan
beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi pengamatan dapat menjadi alat
yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang
kompleks, sehingga informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan
lengkap dan valid.
3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi
Teknik pengumpulan data tertulis yang ada berupa catatan
peraturan-peraturan, dokumen-dokumen atau arsip-arsip dan data
monografi yang berhubungan dengan obyek penelitian kemudian
mempelajari yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami, sehingga mencapai suatu
kesimpulan yang tepat dan tersusun secara sistematis. M. Nazir
(1999:419) menyatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan-
kegiatan untuk mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi
serta mengikat data, sehingga mudah dibaca. Dalam menganalisis data
akan berlaku proses mengorganisasikan, mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
dan dirumuskan kerangka kerja seperti yang disarankan oleh data.
Pada penelitian ini, untuk menganalisis data yang telah terkumpul
menggunakan teknik analisa data kualitatif, yaitu data yang telah
dikumpulkan, dihimpun baik data primer maupun sekunder dan
selanjutnya disusun, dianalisis, diinterprestasikan kemudian diambil
kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang diteliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun
2008-2013 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah merupakan
Dokumen Perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program
program bidang Kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas
Kesehatan khususnya kegiatan-kegiatan bidang kesehatan dengan
dorongan dan peran aktif masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima) Tahun ke
depan.
Dalam hal pelayanan kesehatan tentu dibutuhkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang professional dan memiliki kualitas yang baik. Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku memiliki Sumber Daya manusia yang sangat
kurang baik kualitasnya maupun kwantitasnya. Selain itu distribusi dan
penyebaran sumber daya manusia kesehatan masih terkonsentrasi pada
suatu unit pelayanan tertentu di daerah tertentu, sehingga terkesan
tenaga kesehatan masih kurang atau terbatas.
Agar dapat mencapai tujuan kinerja sebagaimana yang diharapkan
maka Perencanaan Dinas Kesehatan harus dilaksanakan secara terpadu
dan berkelanjutan dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia, sarana
dan prasarana yang memadai sehingga dapat menciptakan sinergisitas
guna mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mempunyai tugas pokok
membantu Gubernur dan Wakil Gubernur dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah di bidang kesehatan tidak terlepas dari pentingnya
komunikasi organisasi. Setiap unsur pimpinan pada Dinas Kesehatan
selalu melakukan komunikasi organisasi bertumpuh pada pelaksanaan
tugas pokok Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
Komunikasi organisasi yang dikomunikasikan yaitu sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan sesuai rencana strategis
daerah atau RPJMD.
2. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan.
3. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayaan umum di bidang
kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4. Pembinaan teknis di bidang kesehatan.
5. Pembinaan unit pelaksana teknis daerah.
6. Pembinaan kelompok fungsional
7. Pelaksanaan ketatasahaan.
8. Pelaksanaan kebijakan Gubernur yang diberikan sesuai fungsi dinas.
9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai tugas
dan fungsi.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut organisasi Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku melakukan komunikasi dengan jajaran
pimpinan, unit kerja yang terlibat dan bawahan untuk melakukan
perumusan kebijakan dibidang kesehatan, pemberiaan perizinan dan
pelaksanaan pelayanan umum dibidang kesehatan, melaksanakan bidang
teknis pada bidang kesehatan, pembinaan unit pelaksana teknis daerah,
kelompok fungsional, pelaksanaan kesehatan serta realisasi kebijakan
Gubernur yang sejalan dengan tupoksi organisasi.
Penekanan komunikasi organisasi pembangunan bidang kesehatan
harus menjawab visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yaitu
pemberian pelayanan kesehatan dasar gratis di semua unit pelayanan,
Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
(Pustu) kepada masyarakat miskin secara bermakna tanpa kecuali. Untuk
melaksanakan tugas pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku perlu
dilakukan komunikasi organisasi secara intensif di dalam merumuskan
kebijakan teknis guna pelaksanaan secara efektif dan efisien, sehingga
program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang
telah ditentukan.
Hasil komunikasi organisasi yang dilakukan selama ini selalu
berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 92/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Satuan
kerja perangkat daerah telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Provinsi Maluku Nomor 03 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Maluku telah menetapkan
struktur organisasi.
Pelaksanaan komunikasi organisasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku tidak terlepas dari adanya semangat kultur yang melekat pada
masyarakat Maluku, karenanya komunikasi organisasi yang efektif
diwacanakan dalam semangat orang basudara pela gandong
bekerjasama dalam upaya mencapai visi: ”masyarakat Maluku yang
mandiri untuk hidup sehat dengan pola pendekatan kepulauan”. Untuk
mencapai visi tersebut, dirumuskan misi pembangunan kesehatan Maluku
yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.
2. Mewujudkan akses pelayanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau
dan berkualitas berbasis kepulauan.
3. Mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam lingkungan yang
sehat dan bebas dari penyakit.
4. Mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya
kesehatan promotif dan preventif tanpa melupakan kuratif dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara profesional.
Komunikasi organisasi yang efektif dilakukan pada jajaran Dinas
Kesehatan, yaitu melakukan tujuan umum dari pembangunan kesehatan
Provinsi Maluku adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Adapun tujuan khusus berdasarkan visi dan misi
yang ada dan berkembang dalam masyarakat yang ingin dicapai adalah:
1. Berubahnya wawasan kesehatan: mindset atau paradigma atau cara
pandang semua pihak dalam menangani permasalahan kesehatan di
Provinsi Maluku.
2. Terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.
3. Terwujudnya masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat
dan bebas dari penyakit.
4. Terwujudnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang
bermutu, terjangkau dan merata.
5. Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
6. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau dan
berkualitas dengan pola pendekatan gugus pulau dan laut pulau.
1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Propinsi Maluku
Satuan Kerja Perangkat Daerah telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi Maluku nomor : 03 Tahun 2007 tentang pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Maluku telah
menetapkan struktur organisasi sebagai berikut :
1) Eselon II : 1 (satu) orang
2) Esolon III : 5 (lima) orang
3) Eselon IV : 12 (dua belas) orang
Berdasarkan peraturan Gubernur Maluku Nomor40 tahun 2009,
tentang Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, pada
gambar 10.
Dengan Susunan organisasi dinas kesehatan Provinsi Maluku,
terdiri dari:
a) Kepala Dinas : dr. Basalamah Fatma, M.Kes
b) Sekertariat : drg. Marasabessy Hadidjah
1) Sub bagian kepegawaian dan umum : Dra. Elsina wattimena
2) Sub bagian perencanaan : Johana Rahail, S. Pd, M.Kes
3) Sub bagian keuangan : Darmawati. T, SKM, M.Kes
c) Kepala Bidang pelayanan kesehatan : dr. Justini Pawa, M.Kes
1) Kepala Seksi kesehatan masyarakat : Halimah Marasabessy, SKM, M.Kes
2) Kepala Seksi upaya kesehatan perorangan: Bernadetta Rosianti, SKM, M.Kes
3) Kepala Bidang upaya penanggulangan penyakit dan bencana : dr. Ritha Taihitu,
M.Kes
1) Kepala Seksi penanggulangan penyakit dan kesehatan lingkungan Josep Selano,
SKM
2) Kepala Seksi pengamatan penyakit dan bencana : Ir. Jacob Mustamu
4) Kepala Bidang pemberdayaan dan promosi : Siti Yulia Malawat, SKM, M.Kes
1) Kepala Seksi pemberdayaan masyarakat : Helda Vera de Jong, SKM, M.Kes
2) Kepala Seksi promosi : Elvi Yana Tikupasang, SKM, M.Kes
5) Kepala Bidang farmasi dan makanan : Drs. Tan Ryan Ricardo, Apt, M.Kes
1) Kepala Seksi farmasi : Ir. Mustamu Johanis
2) Kepala Seksi makanan : Taha Hentihu, SKM
6) Kelompok jabatan fungsional.
7) Unit pelaksana teknik dinas.
2. Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Sumber daya kesehatan saat ini :
1) Tenaga dokter spesialis, dr.umum, drg : 285 orang
2) Tenaga Bidan : 956 orang
3) Tenaga Bidan Desa : 673 orang
4) Perawat : 2251 orang.
3. Sarana
Sarana Pelayanan Kesehatan saat ini terdiri dari :
1) Rumah Sakit : 21 bh
2) Puskesmas : 152 bh
3) Puskesmas pembantu (Pustu) : 491 bh
4) Poskedes : 200 bh
4. Pembiayaan
Pembiayaan anggaran yang dialokasikan untuk menyalenggarakan
pembangunan Kesehatan berasal dari :
1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
3) Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten/Kota
4) Dana Tugas Perbantuan (TP).
B. Bentuk Komunikasi Organisasi Internal yang diterapkan pegawai Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku
Penerapan komunikasi organisasi Internal pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku,
yaitu melalui komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal. Pada prinsipnya komunikasi
vertikal yang dilakukan pada Dinas Kesehatan, yaitu Komunikasi antar pimpinan, unit
kerja dan bawahan dalam bentuk pesan, perintah, teguran, dan solusi. Prinsip
komunikasi yang diterapkan untuk komunikasi horisontal dilakukan antar pimpinan, unit
kerja dan bawahan, dalam bentuk komunikasi berdasarkan kegiatan kerja yaitu masukan,
pengolahan dan hasil kerja yang telah dikomunikasilkan. Sedangkan prinsip yang
diterapkan untuk komunikasi diagonal yaitu melakukan komunikasi yang melibatkan
semua unsur organiasasi untuk memecahkan permasalahan organiasi melalui
komunikasi internal organisasi.
Berdasarkan uraian deskriptif Dinas Kesehatan propinsi Maluku,
yang memahami pentingnya komunikasi organisasi secara internal yang
diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dalam rangka
terwujudnya visi dan misi maka peneliti melakukan wawancara dengan dr.
Basalamah Fatma, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku, untuk mengetahui penerapan komunikasi organisasi secara
internal yang ada di instansinya.
”Saya dalam membantu tugas Gubernur selaku pimpinan yang bertanggung jawab dalam pembangunan di bidang kesehatan, berupaya untuk menjalankan anjuran Gubernur yang telah disampaikan kepada saya sesuai tupoksi, untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar pada semua unit pelayanan, rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan kepada masyarakat miskin tanpa tekecuali, untuk pelaksanaanya maka kami berkomunikasi dengan jajaran pimpinan unit kerja dan para staf untuk melaksanakan kebijakan tersebut ’’ (13 Juni 2011).
Berdasarkan uraian wawancara diatas, kemudian peneliti melakukan
wawancara dengan Kepala Kelompok jabatan fungsional Ibu Miskiah
Tuhulele, untuk menayakan penerapan komunikasi organisasi Internal
sesuai dengan perintah dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku.
”Selama ini Kepala Dinas telah melakukan komunikasi organisasi kepada setiap unit kerja dan stafnya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, khususnya yang berkaitan dengan perumusan kegiatan strategis daerah atau RPJMD, melaksanakan kebijakan teknis bidang kesehatan berdasarkan undang-undang, melakukan pembinaan teknis kesehatan,
pembinaan kelompok fungsional, melakukan tata laksana dan hal-hal yang dihasilkan dari rapat dan pertemuan yang mengkomunikasikan hal-hal penting berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi.Mengingat Provinsi Maluku adalah provinsi kepulauan, maka Kepala Dinas Kesehatan telah melakukan komunikasi organisasi secara intensif kesehatan dengan para jajarannya untuk merumuskan sebuah visi dan misi pembangunan kesehatan. Visi ini merupakan hasil komunikasi yang mencetuskan bahwa masyarakat Maluku yang mandiri untuk hidup sehat dengan pola pendekatan kepulauan. Selanjutnya misi yang diemban yaitu mewujudkan masyarakat yang mandiri dengan berprilaku hidup sehat, mewujudkan akses layanan kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan berkualitas, mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit, mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif tanpa melakukan kuratif dan rehabilitasi dan untuk menjaankanya saya dan para staf berkoordinasi dengan bagian pemberdayaan masyarakat” (16 Juni 2011)
Berdasarkan uraian yang dikemukan oleh Kepala Kelompok Jabatan
Fungsional, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan Helda Vera
de Jong, SKM, M.Kes selalu Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat.
”Saya dalam menjalankan tugas pokok berdasarkan visi,misi dan tujuan Dinas Kesehatan, telah melakukan komunikasi organisasi dalam pemantapan pelaksanaan kegiatan kesehatan yang mengacu kepada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES?SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antar pemerintah, pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah daerah kabupaten untuk melaksanakan pembangunan kesehatan secara maksimal dan ini selalu dikomunikasikan dengan pimpinan Kelompok Jabatan Funsional berdasarka instruksi gubernur yg disampaikan Kepala Dinas” (22 Juni 2011)
Berdasarkan uraian di atas dan hasil wawancara yang telah
dilakukan secara Internal oleh Kepala Dinas dengan Kepala Kelompok
Jabatan Fungsional dan Kepala Seksi pemberdayaan Masyarakat
menunjukan bahwa penerapan komunikasi organisasi Internal yang
diterapkan dalam rangka perwujudan Visi dan Misi Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku telah dikomunikasikan secara, sesuai tugas pokok dan
fungsi dalam membantu tugas kepemimpinan Gubernur dalam bidang
pembangunan kesehatan.
a. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal Secara Vertikal
Berikut ditunjukan penerapan komunikasi organisasi internal, secara vertikal dari
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan kepada unit kerja dan bawahannya,
untuk dikomunikasikan melalui pesan, perintah, teguran, dan solusi atas berbagai
masalah yang dilakukan oleh unit kerja dan bawahannya. Seperti melakukan komunikasi
internal dengan menjalankan 18 Upaya Kesehatan Dasar yang kemudian dikelompokan
menjadi Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Pimpinan
memanggil semua unit kerja dan para staf untuk mengkomunikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan ;
a. Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari ;
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan lingkungan
3) Kesehatan ibu dan anak
4) Keluarga berencana
5) Perbaikan gizi masyarakat
6) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
7) Pengobatan
b. Upaya Kesehatan pengembangan, diterapkan berdasarkan ;
a) Permasalahan yang ada, b) Demand masyarakat, dan c) Kemampuan
puskesmas.Upaya Kesehatan Pengembangan, diantaranya :
1) Kesehatan sekolah
2) Kesehatan gigi dan mulut
3) Kesehatan olaraga
4) Perawatan kesehatan masyarakat
5) Kesehatan kerja
6) Kesehatan jiwa
7) Kesehatan mata
8) Pelayanan kesehatan medik dasar dengan laboratorium dan pencitraan
sederhana
9) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
10) Kesehatan usia lanjut
11) Pembinaan pengobatan tradisional.
Berikut hasil wawancara mengenai penerapan bentuk komunikasi
Internal secara vertikal, yang dilakukan oleh dr. Basalamah Fatma, M.Kes
selaku Kepala Dinas Kesehatan kepada masing-asing unit kerja dan
perangkatnya.
”Saya memanggil, dalam berbagai kesempatan untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan komunikasi internal yang terjadi saat ini, khususnya yang berkaitan dengan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya ini saya harapkan pada masing-masing unit kerja untuk mengkomunikasikannya pada aparat jajaran dan bawahannya, agar dapat menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya” (13 Juni 2011)
Untuk melaksanakan program-program tersebut Dinas Kesehatan
maka Kepala Dinas Kesehatan berkomunikasi secara vertikal dengan
Kepala Bidang pelayanan Kesehatan.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mengenai berbagai
bentuk komunikasi organisasi internal secara vertikal yang berkaitan
dengan tugas pokok dan fungsi dr. Justini Pawa, M.Kes Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
”Terkait dengan pesan Kepala Dinas Kesehatan dalam rapat bulanan yang dilaksanakan, maka saya selaku Kepala Bidang pelayanan Kesehatan telah menginstruksikan pada staf saya, segenap jajaran Rumah sakit, Puskesmas, Posyandu dan Puskesmas Pembantu, serta telah bekomunikasi melalui pesan dengan Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, agar meninstruksikan staf dan
jajaranya untuk bekerja sama, dalam pelaksanaan Kesehatan wajib bagi masyarakat. wujud dari pelaksanaannya telah terdata pemberiaan Imunisasi setiap 6 bulan sekali pada balita dan ibu hamil di posyandu dan puskesmas, pemberian Pil-suntikan KB, pemberian vaksinansi, penyuluhan Gizi yang akan dilakukan oleh dr. Ritha Taihitu, M.Kes selaku Kepala bagian penanggulangan Penyakit dan Bencana beserta jajaranya, agar tecipta masyarakat yang sehat guan pembanguan Maluku ke depan ” (15 Juni 2011)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dalam rangka pelaksanaan
upaya kesehatan dasar sesuai pesan dan instruksi Kepala Dinas
Kesehatan lewat rapat bulanan, maka lewat Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan yang dikomunikasikan langsung pada stafnya dan Kepada
Bidang penanggulangan Penyakit, serta stafnya, maka
penegembanganya akan di lakukan pada Rumah Sakit, Puskesmas,
Posyandu dan bagian pelayanan kesehatan lainya dalam pelayananya
bagi pengembangan kesehatan masyarakat Maluku
b. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal secara Horizontal
Berikut bentuk pelayanan kesehatan yang dikomunikasikan secara
internal horisontal yaitu adanya program pengadaan, peningkatan dan
perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, puskesmas pembantu dan
jaringannya yang tujuannya menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai dalam memberikan pela yanan kesehatan.
Hasil komunikasi organisasi internal secara horizontal antara
pimpinan, unit kerja dan bawahan yang diterapkan tepat sasaran yaitu
puskesmas ditingkatkan menjadi puskesmas rawat inap mencapai 152
buah puskesmas dengan kegiatan pokok, yaitu peningkatkn puskesmas
menjadi puskesmas rawat inap. Selanjutnya komunikasi organisasi
internal secara horizontal yang intensif diterapkan melalui program
pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Rumah
Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang
bertujuan untuk meningkatkan ketersediaaan pelayanan kesehatan,
dengan sasaran yaitu menyediakan sarana dan prasarana Rumah Sakit,
Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang memenuhi
standar pelayanan kesehatan yang berlaku. Kegiatan pokok yang
dilaksanakan yaitu pengadaan, peningkatan dan perbaikan prasarana
Rumah Sakit serta jariganya, serta membangun skill laboratorium.
Komunikasi secara horisontal, juga diterapkan pada program
pemeliharaan sarana dan prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa,
Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Mata yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah
Sakit Paru, Rumah Sakit Mata. Sasaran dari komunikasi ini yaitu semua
sarana dan prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit
Paru, Rumah Sakit Mata menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dengan standar kualitas pelayanan kesehatan, dalam hal ini setiap
bawahan menjalankan tugas pokok dan fungsi melakukan pemeliharaan
sarana dan prasarana rumah sakit dan jaringannya.
Hasil wawancara dengan dr. Justini Pawa, M.Kes selaku Kepala
Bidang pelayanan Kesehatan, untuk melihat wujud dari komunikasi
organisasi secara horizontal yang diterapkan pada Dinas Kesehatan
Propinsi Maluku berkaitan dengan program dan kegiatan yang dilakukan
secara internal, sesuai tupoksinya membantu Kepala Dinas menyususn
rencana perumusan dan penyabaran kebijakan teknis di bidang pelayanan
kesehatan melalui komunikasi secara horizontal.
”Selama ini program dan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebelum dilaksanakan lebih dahulu dikomunikasikan oleh para pimpinan unit kerja dan jajarannya, untuk membicarakan berbagai program yang dilakukan secara efektif sesuai tujuan, sasaran dan kegiatan pokok yang diterapkan” (24 Juni 2011)
Hasil wawancara dari komunikasi organisasi secara internal melalui
tindakan, komunikasi horizontal pada intinya pihak yang melakukan
komunikasi dengan membicarakan berbagai program kegiatan pengadaan
,peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan yang sesuai
dengan tujuan, sasaran, dan pelaksanaannya.
Wujud dari program dan kegiatan tersebut, seperti program
pengadaan, peningkatan dan perbaikan, serta pemeliharaan saran dan
prasarana Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, Rsumah Sakit Paru, Rumah
Sakit Mata. Berikut hasil wawancara dengan K.Hentihu, SKM, M.Kes staf
Dinas kesehatan yang berkaitan dengan program dan kegiatan yang
dilakukan di Dinas Kesehatan Propinsi Maluku, yang telah
dikomunikasikan kepada bawahanya.
”Sebagai pelaksana Dinas Kesehatan, kami telah mendapatkan pesan, perintah mengenai berbagai program pengadaan, peningkatan dan perbaikan, serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan melalui konsultasi dengan mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan tersebut sehingga, seringkali saya sebagai pelaksana mendapatkan teguran dan diminta
untuk memberikan solusi dalam memperbaiki program dan kegiatan yang sedang berjsalan untuk menindaklanjuti dengan baik” (1 Juli 2011)
Hasil wawancara ini pada intinya menegaskan bahwa komunikasi
organisasi secara horisontal telah diterapkan dengan melibatkan
pimpinan, unit kerja dan bawahan sebagai pelaksana untuk melaksanakan
program dan kegiatan yang diterapkan pada Dinas Kesehatan.
c. Penerapan Komunikasi Organisasi Internal Secara Diagonal
Selanjutnya komunikasi organisasi internal secara diagonal yang
diterapkan pada Dinas Kesehatan, yaitu melibatkan semua unsur yang
terlibat dalam berbagai kegiatan dan program kerja. Seperti komunikasi
organisasi diagonal yang diterapkan yaitu pelaksanaan tugas pokok dan
fugsi Kepala Dinas yang dikomunikasikan kepada setiap pimpinan unit
kerja dan bawahanya untuk mendukung tugas tersebut.
Berkaitan dengan komunikasi organisasi secara diagonal yaitu
pimpinan selalu meminta untuk membantu dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi kepala dinas adalah sebagai berikut :
a. Menyusun rencana dan program kerja Dinas
b. Menkordinasikan penyusunan rencana dan program kerja dinas
c. Merumuskan kebijakan umum Dinas serta menyelenggarakan administrasi
berdasarkan kewenangan
d. Mendisribusikan tugas kepada bawahan
e. Menilai prestasi kerja bawahan
f. Melaksanakan pembinanan umum dan pembinaan teknis di bidang kesehatan
g. Menyediakan dukungan kerjasama antar kabupaten kota
h. Melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum dan perizinan
i. Melaksanakan bimbingan umum dan teknis dalam pencapaian Program Dinas
j. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan
k. Melaksanakan sistem pengendalian interen
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan
m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui Serkertaris Daerah.
Selain itu, komunikasi organisasi internal secara diagonal juga
melibatkan suatu komunikasi untuk melihat pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi masing-masing unit kerja Dinas Kesehastan Provinsi Maluku yaitu
melaksanakan kegiatan :
a. Penyusunan rencana kerja dan program unit kerja
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi kerja bawahan
d. Mengelolah, memelihara dan mendistribusikan barang bergerak dan atau tidak
bergerak serta menyiapkan usulan penghapusanya
e. Memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor serta
melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan Dinas
f. Mengelola urusan surat menyurat
g. Melaksanakan urusan kepegawaian
h. Menyiapakan bahan telaan kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan
Dinas
i. Menyusun dan meneliti bahan penyusunan produk hukum serta menghimpun
peraturan perundang undangan yang berlaku
j. Melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan
k. Melaksanakan sistem pengendalian interen
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan
m. Melaporkan hasil pelaksanaan tuhgas kepada pemimpin
n. Melaksanakan dan menindaklanjuti segala kegiatan yang telah diwenangkan sesuai
dengan unit kerja masing-masing
Pada intinya, komunikasi organisasi internal secara diagonal yaitu
melibatkan seluruh jajaran pimpinan, unit kerja dan bawahan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi melalui petunjuk yang telah
dikomunikasikan secara diagonal antara unsur yang terkait dalam
pelaksanaan tugas tersebut.
Berikut wawancara dengan Dra. Elsina wattimena selaku Kepala Sub
Bagian Kepegawaian dan Umum yang diwawancara berkaitan dengan
tupoksinya membantu sekertaris melaksanakan urusan kepegawaian dan
umum, yg dikomunikasikan saecara diagonal berdasarkan instruksi
pimpinan kepada bawahanya.
”Saya dalam melaksanakan tugas dari pimpinan untuk disampaikan kepada bawahan, kami lakukan dengan komunikasi organisasi secara diagonal yaitu dengan memberikan pandangan dan pemahaman tentang tugas yang harus dilaksanakan berkaitan dengan urusan kepegawaian dan umum, antara lain menyusun rencana kerja dan program kerja, memberikan petunjuk kepada bawaan, menilai kerja bawaan, mengelola, memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor serta melaksanakan kegiatan kerumahtanggan Dinas, mengelola urusan surat menyurat, melaksanakan urusan kepegawaian, menyiapakan bahan telaahan untuk mengkomunikasikan kajian dan analisis organisasi dan ketatalaksanaan Dinas, melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan, melaksanakan sistem pengendalian intern, melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan dan, melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada pimpinan” (16 Juni 2011)
Intinya, hasil wawancara ini menegasakan bahwa komunikasi
organisasi internal secara diagonal yaitu membicarakan dan
mengkomunikasikan pentingnya suatu pelaksanaan tugas pokok sesuai
unit kerja dalam hal ini urusan kepegawaian dan bagian umum.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan dr. Justini Pawa,
M.Kes selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dalam menerapkan
komunikasi organisasi internal secara diagonal sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
”Komunikasi organisasi internal secara diagonal yang saya terapkan berkaitan dengan bidang pelayanan kesehatan, kepada jajaran yang saya pimpin meliputi mengkomunikasikan penyusunan rencana dan program kerja bidang, mengkoordinasikan program kerja masing-masing seksi, menilai perstasi kerja bawaan, membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala seksi dan bawaan, melaksanakan bimbingan dan pengendalian kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, melaksanakan bimbingan dan pengendalian wabah dan bencana, meliputi kesiasiagaan, mitigasi, tanggap darurat dan pemulihan, memberikan rekomendasi izin tenaga kesehatan asing, rekomendasi ijin sarana kesehatan tertentu yang diberikan pemerintah pusat, izin sarana kesehatan meliputi rumah sakit khusus. Rumah sakit swasta serta sarana keehatan penunjang yang setara dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala dinas” (24 Juni 2011)
Berdasarkan uraian dan hasil wawancara yang dilakukan dengan
Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum dan Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, berkaitan
dengan komunikasi organisasi secara diagonal yang diterapkan oleh
Kepala Bidang dan staf dalam unit kerja serta dikoordinasikan secara
menyeluruh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, demi tercapainya
tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi internal yang diterapkan pada Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku meliputi komunikasi secara vertikal, horizontal
dan diagonal. Dimana komunikasi secara Internal yaitu pemberian pesan
dari Pimpinan (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Maluku, kepada
bawahanya dalam pelaksanaan viai dan misi Dinas Kesehatan, sesuai
tugas pokok dan fungsi.
Komunikasi organisasi internal secara vertikal telah diterapkan
dengan melakukan komunikasi yang melibatkan pimpinan sebagai Kepala
dinas yang memerintakan bawaanya umtuk melaksanakan kebijakan dan
tugas pokok yang diemban oleh Dinas Kesehatan kepada masing-masing
unit kerja meliputi unit kelompok jabatan fungsional, bagian kepegawaian
umum, bagian pelayanan kesehatan, bagian penanggulangan penyakit
dan bencana, bagian pemberdayaan dan promosi, serta seksi
pemberdayaan masyarakat, untuk dikomunikasikan pada jajaranya dalam
pelaksaan kesehatan wajib bagi Masyarakat lewat unit Pelayanan
kesehatan sesuai tugas pokok masing-masing unit kerja demi tercapainya
masyarakat Maluku yang mandiri, berperilaku sehat dan bersih.
Komunikasi organisasi internal secara horisontal telah diterapkan
dalam melakukan komunikasi yang melibatkan pimpinan unit kerja dalam
menginstruksikan perintah pimpinan kepada masing-masing jajaranya
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
bagi pelaksanakan berbagai program dan kegiatan pengadaan,
peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan yang
melibatkan masing-masing unit kerja demi terwujudnya Kesehatan yang
Promotif dan preventf.
Komunikasi organisasi internal secara diagonal telah diterapakan
dengan melakukan komunikasi organisasi pada seluruh elemen organisasi
mulai dari jajaran pemimpin, unit kerja dan bawahan untuk
mengkomunikasikan berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi masing-masing unit kerja. Komunikasi ini dilakukan untuk
membantu pelaksanaan tugas yang diemban oleh Kepala Dinas dan unit
kerja lainya demi terciptanya tujuan organisasi.
C. Bentuk Komunikasi Organisasi Eksternal yang diterapkan Pegawai Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku
a. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Pemberian Informasi.
Wujud dari penerapan komunikasi eksternal melalui pemberian
informasi kepada instansi lain atau kegiatan komunikasi dengan baik
selama ini berupa pemberian informasi yang berkaitan dengan program
pengenalan obat dan perbekalan kesehatan, program upaya kesehatan
masyarakat, pengembangan obat asli indonesia, program kegiatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,program perbaikan
gizi, dan lingkungan sehat.
Wujud komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan berdasarkan
komunikasi timbal balik yang berkaitan dengan pemberian informasi ini
diperlukan untuk memperkenalkan kepada pihak organisasi lain yang
berkaitan dengan program dan kegiatan Dinas Kesehatan. Seperti
program pengenalan obat dan perbekalan kesehatan Termasuk obat
tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika. Sasaran
dari kegiatan ini yaitu meningkatnya penggunaan obat generik di PKD
menjadi 98%, meningkatnya penggunaaan pembekalan kesehatan yang
memenuhi standar kesehatan, dan sarana kesehatan yang dimonitoring
meningkat menjadi 90%. Kegiatan pokok yang diselenggarakan yaitu
pengadaan obat dan pembekalan kesehatan serta monitoring, eveluasi
dan pelaporan.
Termasuk pula kegiatan komunikasi organisasi eksternal yang
dikomunikasikan dengan pihak organisasi lain dan masyarakat yang
berkaitan dengan program upaya kesehatan masyarakat. Pihak Dinas
Kesehatan mengkomunikasikan tujuan, sasaran dan kegiatan yang
dilakukan. Tujuanya yaitu meningkatkan jumlah, pemerataan dan kualitas
pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringanya, meliputi
puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan Bidng Desa. Sasaran dari
komunikasi eksternal ini yaitu semua kabupaten/kota memiliki layanan
PSC 24 jam, kelolmpok kerja mendapatkan UKK di 9 kabupaten kota,
tenaga kesehatan teladan dan kelompok masyarakat yang rentan
memperoleh pelayanan kesehatan gratis di desa sasaran. Kegiatan pokok
yang diselenggarakan meliputi peporasional P3K dan Safe Community
(Patroli Ambulance Advance RS), upaya kesehatan kerja, peningkatan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan penduduk miskin dan peningkatan
kesehatan masyarakat.
Pihak Dinas Kesehatan juga melakukan komunikasi organisasi
terhadap pihak lain melalui kegiatan program pengawasan obat dan
makanan yang melibatkan berbagai pihak dalam rangka mencapai tujuan,
sasaran dan kegiatan pokok yang diberikan. Tujuannya yaitu terawasinya
mutu keamanan dan khasiat produk terapetik obat, obat tradiosional (OT),
kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRK), produk
komplemen (PK) dan makanan serta produk hasil olahanya. Sasaran dari
penerapan komunikasi eksternal ini yaitu pada pelayanan kefarmasian
yang diawasi dan dikendalikan mencapai 95%. Kegiatan pokok yang
dilaksanakan yaitu pengawasan dan pengendalian pelayanan
kefarmasian, peniangkatan pengawasan keamanan pangan
berbahayadan peningkatan mutu pelayanan farmasi.
Menindaklanjuti berbagai komunikasi organisasi eksternal melalui
pemberian informasi pada pihak lain, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
telah menginformasikan dan memperkenalkan obat asli Indonesia dengan
tujuan memberikan pelayanan pengobatan tradisional yang aman dan
dapat dipertanggung-jawabkan, dengan sasaran pengobat tradisional
yang terdaftar mencapai 95%, semua kabupaten kota melaksanakan toga
dan pengobat tradisional yang memenuhi standar kesehatan mencapai
95%. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu revitalisasi dan pembinaan
pengobatan tradisional, pembinaan toga dan pelayanan pengobatan
tradisional.
Komunikasi organisasi esternal dalam memberikan informasi kepada
pihak lain khususnya instansi organisasi yang terkait dengan program
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk hidup sehat mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong
terbentuknya kemampuan tersebut. Sasaran dari hasil komunikasi ini yaitu
terbentuknya wilayah Provinsi Maluku yang siaga dalam meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di tatahan rumah tangga, sekolah, fasilitas
pemerintah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. Kegiatan yang
dilaksanakan yaitu mengembangkan media promosi dan informasi sadar
hidup sehat, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemanfaatan kesehatan
sarana kesehatan, peningkatan peningkatan tenaga penyukuh kesehatan,
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dan
generasi muda.
Selanjutnya pihak Dinas Kesehatan melakukan komunikasi
organisasi dengan organisasi lain termaksuk dalam hal ini pemberian
informasi yang berkaitan dengan program perbaikan gizi masyarakat
dengan tujuan meningkatnya status gizi masyarakat secara ,optimal
sehingga dapat meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber
daya manusia. Sasaran dari komunikasi ini yaitu seluruh wilayah
kecamatan bebas rawan gizi, balita mendapat makanan tambahan
pendamping ASI, keluarga sadar gizi menjadi 45%, semau balita dengan
gizi kurang mendapat perawatan, meningkatya cakupan pemberian ASI
eklusif 50%,menurunya prevalensi berat badan bayi lahir rendah (bblr) :
1,75%, meningkatnya cakupan pemberian vitamin A menjadi 90%,
meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet fe-iii menjadi 86%,
meningkatnya cakupan ibu hamil mendapat tablet fe-i menjadi 90% dan
meningkatnya cakupan penanggulangan garam beryodium menjadi 75%.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu peningkatan gizi masyarakat,
serta penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat.
Uraian diatas merupakan penerapan komunikasi eksternal yang
dilakukan dengan pemberian informasi kepada organisasi lain dan pihak
masyarakat yang berkaitan dengan program pemberian informasi yang
harus disosialisasikan. Berikut wawancara dengan Helda Vera de Jong,
SKM, M.Kes selaku Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku yang bertugas membantu Kepala Dinas
menyusun rencana perumusan dan penjabaran kebijakan teknis dibidang
pemberdayaan dan promosi.
”Pada dasarnya kegiatan komunikasi organisasi eksternal dalam penyampaian informasi yang terkait dengan masyarakat dilakukan dengan tujuan, sasaran, dan kegiatan yang dilakukan untuk dikomunikasikan ke seluruh lapisan tentang penintingnya program obat dan perbekalan kesehatan, program upaya kesehatan masyarakat, program upaya pengembangan obat asli Indonesia, program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat. Ini dimaksudkan agar organisasi lain dan masyarakat mendukung program Dinas Kesehatan Provinsi Maluku” (22 Juni 2011).
Inti dari wawancara ini adalah bagaimana kegiatan komunikasi
organisasi eksternal dapat disosialisasikan melalui penyampaian informasi
kepada organisi lainya dan masyarakat, wujud penyampaian ini penting
dalam komunikasi organisasi eksternal. Berikut wawancara dengan M.
Latumahina, S.Si, MPH staf Bidang Farmasi dan Makanan yang
melakukan komunikasi dengan pihak organisasi lain dan masyarakat.
”Selama ini saya melakukan komunikasi eksternal kepada pihak organisasi lain seperti pihak kelurahan, kecamatan dan tokoh masyarakat dalam mengkomunikasikan program inti tentang kesehatan, penggunaan obat, alat pengobatan, kegiatan perkenalan toga, perbaikan gizi dan lainya
harus secara insentif dikomunikasikan, agar pihak yang terkait dan masyarakat membantu keberhasilan program kesehatan” (1 Juli 2011)
Artinya dalam melakukan pengenalan dan pemberian informasi
kepada masyarakat Dinas Kesehatan harus insentif melakukan
komunikasi organisasi, seperti dengan Ibu E. Matulessy seorang tokoh
masyarakat yang diwawancarai sebagai berikut :
”Melalui komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dalam memperkenalkan program kesehatan, saya sebagai masayarakat mendukung serta mencari informasi untuk memahami dan mensosialisasikan kegiatan tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat” (4 Juli 2011)
Hasil wawancara ini menegaskan bahwa penerapan komunikasi
organisasi secara eksternal melalui pemberian informasi kepada
masyarakat, telah di komunikaikan dengan antar staf dalam unit kerja
yang berhubungan langsung sesuai tugas pokok dan fungsinya, serta
disosialisasikan pada masyarakat dan diterima dengan baik, guna
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
b. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Kerjasama Antar
Organisasi.
Berikut penerapan komunikasi eksternal melalui kegiatan kerjasama
antar organisasi dengan organisasi lain dan masyarakat, berkaitan
dengan kegiatan kesehatan. Wujud komunikasi organisasi dalam bentuk
kerjasama, yaitu melakukan kerjasama dalam program pengembangan
lingkungan sehat, program pencegahan dan penanggulanan penyakit
menukar, standarlisasi pelayanan kesehatan, dan program pelayanan
kesehatan pendududuk miskin. Program-program ini harus
dikomunikasikan dengan berbagai instansi dan masyarakat untuk
kerjasama.
Penerapan komunikasi organisasi eksternal melalui kegiatan
kerjasama yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku terhadap
instansi lain dan masyarakat yaitu melalui program pengembangan
lingkungan sehat. Program ini dilakukan dengan melibatkan organisasi
lain dan masyarakat untuk mengkomunikasikan tujuan, sasaran dan
kegiatan pokok yang akan diterapkan. Tujuanya yaitu mewujudkan mutu
lingkunagn hidup yang sehat agar dapat menurungkan angka kesakitan
dan kematian penyakit berbasis lingkungan melalui pengembanagan
sistem kesehatan kewilayaan untuk menggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Sasaran dari komunikasi melalui kegiatan kerjasama ini yaitu
meningkatkan persentasi keluarga menggunakan sarana air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan menjadi 96% fan keluarga menggunakan
jamban yang memenuhi syrat kesehatan menjadi 84%, meningkatnya
persentasi keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 88%, meningkatnya persentase tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan menjadi 93%, meningkatnya peresentasi
tempat pengolahan makanan TPM yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 100%. Kegiatan pokok yang diterapakan yaitu berkerjasama
dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar bagi penduduk
miskin, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian
dampak resiko pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah
sehat.
Penerapan komunikasi organisasi eksternal melaui kerjasama yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan denagan organisasi lain dan masyarakat
yaitu melakukan program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular. Wujud kerjasama ini dikomunikasikan dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakitk
menular dan penyakit tidak menular. Sasaran meliputi semua desa
mencapai UCI (Universal Child Immunization), terselenggaranya sistem
surlians dan kewaspadaan dini serta penanggulangan KLB-wabah,
menularnya Angka Accute Flacid Paralysis(AFP rate) menjadi 2/100.000
penduduk, meningkatnya Cakupan Keberhasilan pengobatan TB manjadi
85%, menurunya Angka Kematian diare (CFR) akibat penyakit DBD
menjadi < 1/1000 penduduk, meningkatkan Cakupan penemuan
pneumonia Balita 94% dan meningkatnya persentase ODHA yang
memenuhi syarat mendapat ARV 81% serta tercapainya Angka prevalensi
kusta < 1/10.000 penduduk. Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu
peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah,
penerapan imunisasi, pencegahan dan penanggulangan polio,
pencegahan penularan penyakit endemik mulai dari TB, diare, kusta,
demam berdarah, malaria, HIV/AIDS, pneumoni dan penyakit lain yang
berpotensi menimbulkan wabah.
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku juga melakukan kegiatan
komunikasi organisasi eksternal melalui kerjasama dengan berbagai pihak
dalam mengsosialisasikan program standarlisasi pelayanan kesehatan
dengan banyak berdialog dan bekarjasama untuk tujuan terselenggarnya
pelayanan kesehatan yang memenuhi standar, dengan sasaran yaitu
sarana dan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan,
evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan,
pembangunan dan pemuktahiran data serta penelitian di bidang
kesehatan.
Termasuk pula secara intensif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
melakuakan komunikasi organisasi eksternal dengan pihak masyarakat
berkaitan dengan program pelayanan kesehatan penduduk miskin melalui
kerjasama dalam terlayaninya penduduk miskin mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sasaranya untuk seluruh penduuduk miskin Provinsi
Maluku dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kegiatan pokok
yaitu menyediakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Uraian di atas merupakan penerapan komunikasi organisasi
eksternal melalui kerjasama dengan berbagai pihak maupun dari pihak
masyarakat. Berikut wawancara dengan pihak kecamatan sebagai mitra
kerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam menjalankan program inti
kesehatan.
”Di kantor kecamatan ini selalu dilakukan sosialisasi bidang kesehatan, khususnya dalam hal penanggukangan lingkungan hidup, pencegahan penyakit melular, pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan berbagai penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan sebagai
wujud kerjasama untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat” (4 Juli 2011)
Selanjutnya dilakukan wawancara untuk memahami pentingnya
komunikasi organisasi eksternal melalui kerjasama dengan pihak
masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan. Wawancara
dengan Bapak. R. Louhanapessy sebagai tokoh masyarakat sebagai
berikut:
”Saya merasakan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dngan melibatkan pihak kasehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan sangat penting terlihat dari komunikasi antar organisasi untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengsosialisasikan program pembangunan kesehatan, perbaikan lingkungan hidup, penanganan pencegahan penyakit menular dan tindakan pemeliharan kesehatan” (4 Juli 2011)
Ini berarti penerapan komunikasi eksternal melalui kerjasama yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku yang melibatkan instansi
lain seperti kecamatan dan kelurahan untuk melakukan kerjasama dalam
penanggulangan berbagai kegiatan penangan kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan masyarakat dan melakukan penanganan perbaikan
penanganan masyarakat miskin. Ini telah terkomunikasikan dengan baik
antara Dinas Kesehatan dan instansi lain serta masyarakat.
c. Penerapan Komunikasi Organisasi Eksternal Melalui Dialog
Berikut komunikasi organisasi eksternal melalui dialog yang
dilakukan dengan dinas Kesehatan Provinsi Maluku dengan organisasi
lain dan masyarakat pada berbagai kegiatan yaitu dialog program
kemitraasn pelayanan masyarakat, program pengawasaan dan
pengendalian kesehatan makanan, progaram peningkatan kesehatan
melahirkan ibu dan anak, serta program pendidikan peningkatan kapasitas
sumberdaya aparatur. Program ini dilakukan melalui komunikasi
organisasi dengan cara melakukan dialog kepada pihak yang terkait.
Penerapan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog program
kemitraan peningkatan pelayanan masyarakat bertujuan untuk
terlindunginya kesehatan masyarakat dengan sistem jaminan
pemeliharaan kesehatan. Sasaran dari hasil dialog ini yaitu masyarakat
yang nenjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar
mencapai 80%. Kegiatan pokok yang diterapkan yaitu
mengkomunikasikan pelayanan kesehatan kapada masyarakat miskin dan
kemitraan asuransi kesehatan masyarakat melalui jaminan kesehatan
masyarakat.
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku juga melakukan komunikasi
organisasi eksternal melalui dialog tentang program pengawasan dan
pengendalian kesehatan makanan yang bertujuan untuk terjaminnya mutu
dan keamanan makanan serta produk hasil olahanya. Saranan dari
program ini yaitu terawasi dan terkendalinya mutu dan keamanan
makanan serta produk hasil olahanya 80% dengan kegiatan pokok yaitu
peningkatan pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan
makanan, peningkatan pemberdayaan konsumen dan masyarakat serta
kegiatan bimbingan dan pengendalian.
Termasuk secara intensif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
melakukan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog tentang
program peningakatan keselamatan ibu melahirkan anak yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan dan keselamatan ibu melahirkan anak.
Saranan dari program ini yaitu yaitu seluruh persalinan mendapat
pertolongan tenaga kesehatan, ibu hamil mendapat pelayanan K1: 100%,
ibu hamil mendapat pelayanan K4: 95%, ibu hamil dengan komplikasi
yang ditangani menjadi 98%, pelayanan ibu nifas mencapai 98% dan
peserta KB aktif menjadi 75%. Kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu
persalinan ibu hamil dari keluarga kurang mamspu serta melakukan
bimbingan dan persalinan.
Demikian halnya dengan program pendidikan peningkatan kapasitas
sumber daya aparatur juga dilakukan dengan komunikasi organisasi
eksternal melalui dialog dalam rangka meningkatkan kapasitas aparatur
yang bertujuan meningkatanya kemampuan, keterampilan dan
profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri sipil yang berkaitan
dngan kesehatan dalam pelaksanaan tugas kedinasan yang
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal. Sasaran dari kegiatan
yaitu jumlah tenaga teknis yang ditingkatkan kemampuanya sebanyak
50%, terealisasi pemenuhan kebutuhan tenaga PTT sebanyak 80%,
pelatihan dan pendidikan formal, pembinaan dan penyebarluasan tenaga
kesehatan serta perencanaan dan pendtaan tenaga kesehatan.
Termasuk dalam hal ini komunikasi organisasi eksternal melalui
dialog yang dilakukan Dinas Kesehatan yaitu tentang kebijakan program
transisi yang belum teroptimalisasi penerapanya meliputi :
a. Program peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.
b. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung
dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak
pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
c. Peningkatan dan pemeliharaan mutu, efisiensi akuntabilitas lembaga dan pelayanan
kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
sarana prasarana dalam bidang medis, mutu serta ketersediaan obat yang
terjangkau oleh masyarakat.
d. Peningkatan hubungan kerjasama dan koordinasi antara daerah baik antar
kabupaten kota maupun luar antar provinsi dengan kabupaten kota.
e. Pengembangan Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
f. Program pengawasan obat dan makanan serta pemantapan manajemen
pembangunan kesehatan dengan konsep paradigma sehat secara sinergis lintas
sektor.
Uraian di atas merupakan bentuk penerapan komunikasi organisasi
eksternal melalui dialog yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku kepada berbagai instansi dan masyarakat dalam berbagai
sosialisasinya. Berikut wawancara dengan beberapa pihak yang terkait
dengan sosisalisi komunikasi organisasi eksternal melalui dialog tentang
program yang telah dilaksanakan. Wawancara dilakukan dengan Helda
Vera de Jong, SKM. M.Kes selaku Kepala Seksi Pemberdayaan
Masyarakat.
”Kegiatan program yang disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan pada penerapan komunikasi organisasi melalui dialog dengan pihak terkait dalam membahas pentingnya program kemitraan pelayanan masyarakat, program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan, program peningkatan kesehatan makanan, program peningkatan keselamatan melahirkan ibu dan anak, serta program pendidikan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur. Program ini dilakukan melalui komunikasi organisasi dengan cara melakukan dialog kepada pihak yang terkait” (22 Juni 2011).
Wawancara ini menunjukan bahwa komunikasi organisasi eksternal
melalui dialog telah diwacanakan untuk diterapakan. Berikut wawancara
dengan dr. Ritha Tahitu, M.Kes selaku Kepala Bidang Penanggulangan
Penyakit dan Bencana.
”Saya dalam melakukan komunikasi organisasi eksternal melalui dialog dengan pihak terkait selalu mengedepankan adanya umpan balik dari pihak lain dalam melihat sebuah tindakan penanggulangan penyakit dan bencana sesuai dengan persamaan persepsi dari hasil dialog untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat ”(20 Juni 2011).
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Ibu. D. Resley
seorang tokoh masyarakat yang terlibat dalam dialog pelaksanaan
program kesehatan.
”Saya selaku tokoh masyarakat merasa terpanggil untuk selalu berdialog dengan piihak Dinas Kesehatan untuk memberikan berbagai pencerahan dan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya kegiatan kesehatan untuk mewujudkan kualitas kesehatan masyarakat. Karena banyak masyarakat kita yang belum berprestasi aktif mendukung kebijakan dan program pemerintah. Karenanya sangat tepat dilakukan komunikasi eksternal melalui dialog yang intensif ” (4 Juli 2011).
Ini berarti tindakan dialog dalam melakukan komunikasi organisasi
eksternal telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan di
masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan melalui dialog memberikan
adanya pencerahan dan keterlibatan masyarakat untuk menyukseskan
kegiatan kesehatan yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Maluku.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil wawancara mengenai
penerapan komunikasi organisasi ekternal melalui pemberian informasi
antar kepala seksi pemberdayaan dan salah seorang staf bidang farmasi
dan makanan, dengan cara mensosialisasikan program kesehatan agar
masyarakat mengerti kegunaan obat generik, pengembangan obat asli
Indonesia, program perbaikan gizi dan menciptakan lingkungan yang
sehat dengan memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang
tersedia di lingkungan masing-masing.
Penerapan komunikasi organisasi eksternal yang dilakukan melalui
kerjasama antar organisasi telah dikomunikasikan antara pihak Dinas
Kesehatan, melibatkan instansi kecamatan atau kelurahan serta
masyarakat bagi pengembangan lingkungan yang sehat, program
penanggulangan penyakit, standarisasi pelayanan kesehatan dan
program pelayanan kesehatan masyarakat miskin melalui sosialisasi, telah
dilakukan dan diterima oleh masyarakat bagi pengembangan ke depan.
Berdasarkan hasil wawancara penerapan komunikasi internal yang
dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal dan penerapan
komunikasi organisasi eksternal secara timbal-balik berupa pemberian
informasi, kegiatan kerjasama dan dialog telah diterapkan, sesuai dengan
kegiatan dan program kesehatan yang dikomunikasikan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku selaku pimpinan beserta masing-
masing unit kerja dan bawahannya terkait dalam pemberian layanan
publik pada masyarakat dengan tujuan merumuskan kebijakan teknis
dibidang kesehatan, serta mewujudkan visi dan misi Dinas Kesehatan
Provinsi maluku.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penerapan Komunikasi organisasi yang diterapkan pada Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku telah dilaksanakan oleh kepala dinas
beserta unit kerja dan bawahanya, bagi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi untuk membantu Gubernur dalam pembangunan di bidang
kesehatan, guna memenuhi kebutuhan pelayanan publik.
2. Bentuk komunikasi organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
dikelompokkan menjadi dua yaitu komunikasi organisasi secara
internal dan komunikasi organisasi secara eksternal. Komunikasi
organisasi secara internal yaitu komunikasi yang berlangsung dalam
ruang lingkup atau lingkungan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan
komunikasi diagonal. Sedangkan secara eksternal berupa pemberian
pelayanan kesehatan maksimal, kegiatan penyuluhan bidang
kesehatan dan kegiatan penyaluran bantuan obat-obatan dan fasilitas
medis kepada masyarakat.
B. Saran
Dalam rangka peningkatan penerapan komunikasi organisasi pada
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan dalam sistem komunikasi
organisasi yang telah diterapkan pada Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku, agar antara pimpinan, pegawai dan masyarakat tidak
mengalami gap yang dapat menyebabkan adanya mis-komunikasi
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pelayanan pada publik.
2. Perlu perhatian dari seluruh pegawai Dinas Kesehatan Propinsi
Maluku,untuk terus memperbaiki bentuk komunikasi organisasi yang
diterapkan baik secara internal maupun secara eksternal melalui
peningkatan kemampuan jejaring organisasi di dalam menciptakan
sebuah komunikasi yang efektif baik dari dalam organisasi maupun
dari luar organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Beebe, Lestines, 2001. Organization in Application of Communication.
Prentice Hall, Ohio Press. Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O, 2003. Taksonomi Konsep
Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus.
Dance dan Larson dalam valdiansyah, 2004. Komunikasi dan Komunikan. Grasindo Jakarta,
Dewey, Larry, and Humbert, Bill Gilbert, 2009, Seni Berbicara: kepada
siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Effendy, Onong Uchjana, 2009. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Rosdakarya. Freddy, 2004, how to good communicate. Mac graw hill ohio perss
Goode. 1959. Theories of Human Communication. New York: Wadsworth Publishing.
DeVito, Joseph A., 1989, Komunikasi antar manusia (edisi kelima),
Profesional Books, Jakarta ----------------------, 1986. The Interpersonal Communication. 4th Edition.
New York : Harper and Row Publisher Haeruddin, 2006. Komunikasi dan Pengkomunikasian. Penerbit Rajawali
Press, Jakarta. Handoko, T. Hani, 2004. Manajemen. Penerbit BPFE, Jogyakarta Hasan, Sadik, 2004. Komunikasi dan Etika Berkomunikasi. Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta. Herdment, 2007, Application of public administration. Prentince hall New
York,
Kortel, Tubbs, SL, 2005, Human Communication, Fourth Edition. Random House Inc .New York.
Kreps, Danielson, 1990. Communication Model and Practices. Published
by Prentice Hall, New York. Lasswell, Harold, 2005, Theories Of Human Communication, Fifth Edition,
Wadsworth Publishing Company, California. Laurent, 2005, Administration communication. Jhon wiley and son Tokyo
Lesmana, Mulyana, D, 2006, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Edisi ke
6, Rosdakarya, Bandung.
Littlejohn, 2005. Organization Communication. Sage Publishing, New
York.
Marethen, Jr., 2004. Communication in Definition of Concept. Published by
John Wiley and Sons, New York.
Muller, 2004, Public administration.Handbook press. New York
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Rosda.
Nasir, Moh., 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nicholas, Mario, 2008. Organization Communication .Published by Jhon
Wiley and Sons, New York.
Nuhui, Muspida, 2005. Penerapan Komunikasi dan Bentuk-bentuk
Komunikasi Efektif. Penerbit Dian Sarana, Surabaya.
Nurudin Tannen, 2004, Seni Komunikasi Efektif: Membangun Relasi
Dengan Membina Gaya Percakapan, (alih bahasa dra. Amitya
Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Pace, Don R. Wane, dan Faules, F, 2001. Communication Organization.
Published by John Wiley and Sons, New York.
-----------------------------------, 2006. Communication Organization in
Government. Published by John Wiley and Sons, New York.
Pawito, dan C Sardjono, 2009. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan
Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Poole, George and Mc. Phee, Jones, 2003. Internal and External
Communication: Theory and Conceptual Critic. John Wiley and
Sons, New York.
People and Mc Phee, 2003, Mass Communication as Good Theory.
Prentice hall. New York
Purwanto, Andrik., 2006. Komunikasi Multikultural. Cetakan Ke-1.
Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Rakhmat, Jalaluddin, 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Edisi Revisi.
Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.
-------------------------, 2008. Komunikasi Interpersonal. Edisi Revisi.
Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.
-------------------------, 2008. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Edisi Revisi.
Bandung: Penerbit Remadja Rosdakarya.
Reardon Berlo, SA, S.J. 1987. Interpersonal Communication, Relating to
Others, Allyn and Bacon. Boston. Rossy, 2008 the communicate, Jhon Wiley and Sons. New York. Ruslan, A.F., 2002. Manajemen, Erlangga, Jakarta. Salusu, J, 1996. Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. Sarwoto, Adi, 1999. Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2009. Pengantar Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka. Siagian, Sondang P, 1999. Manajemen Organisasi. Penerbit Gunung
Agung, Jakarta. Simmon, Tiendry, 2005. The basic technique of public communication.
Prentice Hall, New York. Sukaran, Sucito, 2005. Komunikasi dan Unsur-unsur Komunikasi. Penerbit
Liberty, Yogyakarta. Sunerto, Kenneth. K dan Bodaken Edward. M, 2006. Trans-Per
Understanding Human Communication, Houghton Mifflin Company. Boston.
Suprapto, Tommy, 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media Pressindo.
Sutarto, 2004. Aspek Manusia Dalam Organisasi, Penerbit Erlangga,
Jakarta. Vardiansyah, Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1.
Bogor: Ghalia Indonesia. Walber, John, 2006, Theories of Human Communication, Belmont,
California: Wadsworth Publishing Company. William I. Gorden dalam Mulyana, 2005, Komunikasi Massa. Tarsito
Bandung. Yumi, Wiryanto, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada. Internet: “Definisi Komunikasi.” Blogdetik.com. 11 Mei 2011.
<http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/> Riswandi. “Definisi Komunikasi dan Tingkatan Proses Komunikasi.”
WordPress.com 17 Oktober 2006. 10 Mei 2011. <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi/>.
Zubair, Agustina. “Definisi Komunikasi.” WordPress.com 17 Oktober 2006.
10 Mei 2011. <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi>.