komunikasi organisasi k.h. nu’man istichori di pondok...
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI ORGANISASI K.H. NU’MAN ISTICHORI
DI PONDOK PESANTREN DARUT TAFSIR CIBANTENG CIAMPEA
BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
KAMALUDIN
NIM: 109051000211
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN IlMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juni 2014
Kamaludin
i
ABSTRAK
Kamaludin (109051000211)
Komunikasi Organisasi KH. Nu’man Istichori Di Pondok Pesantren Darut-
Tafsir
Pondok Pesantren Darut-Tafsir ialah pondok pesantren yang tepatnya di
daerah Cibanteng Ciampea Bogor. Pondok pesantren ini berdiri dari tahun 1974
hingga sampai saat ini, pondok ini didirikan oleh seorang pahlawan revolusi yaitu
almarhum almagfurllah KH. Istichori pada jaman penjajahan jepang saat itu, lalu
beliau wafat pada tanggal 1995 dan kepemimpinan tersebut di turunkan kepada
anak beliau yang bernama bapak KH. Nu’man Istichori, kepemimpinan yang telah
diturunkan oleh ayahandanya almarhum almagfurllah KH. Istichori tidak di sia-
siakan sampai detik ini. Beliau masih memimpin Pondok Pesantren Darut-Tafsir
kurang lebih 20 tahun. Maka dari itu peneliti sangatlah tertarik untuk mengambil
skripsi tentang kepemimpinan beliau. Lalu peneliti merumuskan masalah yang
menjadikan acuan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kepemimpinan.
Lalu yang menjadi pertanyaan pertama bagaimana Gaya Kepemimpinan
KH. Nu’man Istichori dalam Komunikasi Organisasi di Pondok Pesantren Darut-
Tafsir? Dan bagaimana teknik pengambilan keputusan dalam komunikasi
organisasi di Pondok Pesantren Darut-Tafsir ?.
Komunikasi Organisasi KH. Nu’man Istichori di pondok Pesantren Darut-
Tafsir merupakan gaya kepemimpinan yang demokrasi, pemimpin yang
demokrasi selalu menyeimbangi kepentingan bersama, dengan melakukan
musyawarah mufakat, termasuk dalam hal teknik pengambilan keputusan. kyai
sebagai pemimpin selalu melakukan ini kepada bawahannya, karena untuk
pengambilan keputusan kyai selalu mengajak ustadz maupun santri dalam
membuat suatu keputusan bersama. Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari
komunikasi oragnisasinya. Peneliti menggunakan teori Charles Redding yang
mengemukakan lima dimensi iklim komunikasi sebagai indikator penelitian.
Metode yang digunakan ialah metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa data-data lisan dari para
informan dari prilaku yang diamati dengan melalui observasi lapangan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan
kepemimpinan yang demokratis di pondok tersebut, hal itu bisa dilihat dari
penjabaran 5 dimensi iklim komunikasi yang salah satunya ialah, partisipasi
membuat keputusan kyai ini menjadikan hal tersebut sebagai sarana yang objektif
dan demokratis demi terwujudnya mufakat dalam sebuah keputusan, serta
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengutarakan pendapat demi
kemajuan pondok pesantren dimasa mendatang.
Kata Kunci: Gaya Demokratis, Partisipasi, Mufakat, dan Iklim Komunikasi.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang memberikan nikmat sehat,iman dan islam dan
memberikan saya kemampuan sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad saw,
yang telah membawa kita menuju zaman yang terang benderang dan menjadikan
kita dapat mengenal islam.
Atas rahmat, barokah, dan hidayah, serta ridha Allah SWT., peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir peneliti untuk
menyelesaikan studi di jenjang Starata Satu (S1)Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti sadar bahwa pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan,
dan kekuatan yang penulis miliki dalam menyelesaikan skripsi masih terbatas dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti selalu berusaha untuk
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil, sehingga penyusunan skripsi ini berjalan baik.
Terima kasih dan syukur peneliti ucapkan atas segala dukungan dan
motivasi yang telah diberikan kepada peneliti dari berbagai pihak sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dukungan
dan motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam melalui
hambatan selama proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Rachmat Baihaky, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
iii
2. Bapak Noor Bekti, SE, M. Si. selaku Penasehat Akademik yang telah
memberi saran mengenai judul skripsi.
3. Bapak Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku ketua sidang fita Fathurrokhmah, M.Si
selaku sekertaris sidang, Siti Napsiyah, MSW., Dra. Hj. Musfirah Nurlaily,
MA., sebagai Penguji.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mewariskan ilmu kepada penulis selam masa perkuliahan. Semoga ilmu yang
diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat serta menjadi amal sholeh
yang akan terus mengalir.
6. Kepada seluruh ustadz dan ustadzah yang telah mempersilahkan saya untuk
melakukan penelitian di pondok pesantren darut-tafsir ini.
7. Kepada yang terhormat bapak KH. Nu’man istichori selaku pimpinan pondok
pesantren darut-tafsir , sekaligus sebagai subjek penilitian saya yang mau
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Keluarga tercinta pertama untuk ayahanda satirih (Alm) walaupun kini sudah
tenang di alam sana, semangatnya selalu ada untuk penulis dalam menjalani
aktivitas dan meraih kesuksesan dan ibunda siti aminah yang tidak pernah
putus untuk mendoakan di waktu siang maupun malam, hanya untuk anakmu
ini. untuk kaka-kakaku yang tercinta Taslimah, Suaibatulaslamiyah,
Nur’hasanah, Saidah, Muchlisoh, dan kaka iparku Subur, M. Wahyudi, Topik,
iv
Ahmad, atas motivasi dan doa kalian seboga semangat dan perjuanganku
menjadi jawaban untuk kesuksesanku nanti.
9. Teman-teman seperjuangan KPI.F 2009 khususnya Rizki Fadilah, Apriza
Ramdhan, Andika Eka Cahya, Muhammad Anas, Aryo Bimo Lukito, Fahrizal,
Sukma Indrawan, Tri Amirullah, Gita Rama Mahardika, Edy Laras Kasman,
Eron Sumantri, Imam Muzni, Azhari Surya Atmaja, dan sahabat-sahabat 2009
terutama Raditya Pradiptassa, Ilham Yudiansyah (Alm), Eko Wahyudi, Yazid,
Reza Akbar, Slamet Nurmawanto, Deni Sarwani, M. Iqbal, Aldi Cahya
Ramadhan, Gardika Kay Rizka, Novija Kurniawan, Indra Septiana Rosyad,
terima kasih atas segala dukungan dan perhatian yang luar biasa kepada
penulis.
10. Terimakasih teruntuk Temen Pondok Pesantren Darut-Tafsir, Riza Ramdhan,
Ade Bahtiara, M.Syahroni, M.Irfan Rizkiani, Zulkarnain Kecul, M. Tenjo,
Achuy, Dzulkifli Hamli, Saiful Ramadhan Someone.
11. Kepada semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu. Namun tidak mengurangi rasa hormat,
penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan
dukungannya. Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan dan
keikhlasan yang telah diberikan kepada penulis, Amin.
Jakarta, 15 April 2014
Kamaludin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Komunikasi organisasi ................................................................. 15
1. Pembagian Komunikasi Dalam Organisasi ............................ 17
2. Pengertian Organisasi............................................................. 19
3. Ciri-Ciri Organisasi ................................................................ 21
4. Fungsi Dan Tujuan Orgnisasi ................................................ 21
5. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi .................................. 22
6. Iklim Komunikasi Organisasi ................................................ 24
B. Kepemimpinan ............................................................................... 32
1. Pengertian Kepemimpinan ..................................................... 32
2. Gaya Kepemimpinan .............................................................. 34
C. Kepemimpinan Dalam Organisasi ................................................. 39
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUT-
TAFSIR
A. Biografi KH. Nu’man Istichori dan Sejarah Berdirnya
Pondok Pesantren Darut-Tafsir ................................................ 42
B. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Darut-Tafsir .................. 44
C. Sarana dan prasarana ................................................................ 44
D. Program ................................................................................... 45
E. Struktur ..................................................................................... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gaya Kepemimpinan Dalam Komunikasi KH. Nu’man Istichori
Organisasi Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea
Bogor .............................................................................................. 55
B. Teknik Pengambilan Keputusan KH. Nu’man Istichori Dalam
Komunikasi Organisasi Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Cibanteng Ciampea Bogor ............................................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Darut-Tafsir .................. 44
Tabel 1.2 : Program Pendidikan Pondok Pesantren-Darut-Tafsir .................... 45
Tabel 1.3 : Ekstrakulikuler Pondok Pesantren-Darut-Tafsir ............................ 46
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Darut-Tafsir .................. 46
Tabel 1.2 : Program Pendidikan Pondok Pesantren-Darut-Tafsir .................... 48
Tabel 1.3 : Ekstrakulikuler Pondok Pesantren-Darut-Tafsir ............................ 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren sebelum tahun 60-an, pusat-pusat pesantren di jawa di
madura lebih di kenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal
dari pengertian asrama-asrama para santri, yang disebut pondok atau tempat
tinggal yang dibuat dari bambu, barangkali berasal dari kata arab funduq yang
berarti Hotel atau Asrama.1
Kata pondok pesantren jika kita pisahan terdiri dari dua kata, yaitu
pondok dan pesantren, kata Pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduq
yang artinya tempat penginapan. Sedangkan Pesantren adalah salah satu
lembaga Iqomah Ad-Diin, diantara lembaga-lembaga itu memiliki dua fungsi
yaitu, Taffaqahu Fiddiin (pengajaran, pemahaman, pendalaman agama). Dua
fungsi Indzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran agama islam
kepada masyarakat).2
Pesantren ialah lembaga pendidikan islam tradisional untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam,
dengan menekankan moral agama.3
Dengan sistem asrama di mana-mana santri menerima ilmu agama
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah
kedaulatan dari lidership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri
1 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Yogyakarta: PL3ES, 1983), h. 18.
2 Din Haffifudin, Dakwah Actual, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1998), h.12.
3 Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Inis, 1994), h. 55.
2
khas yang bersifat kharismatik serta demokratis dalam pengambilan
keputusan.4
Pemimpin adalah seorang yang menjadi panutan bagi anggota dalam
suatu organisasi, lalu pemimpin pun berperan sentral untuk perkembangan
dalam suatu organisasi. Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi
bawahannya untuk bekerja semaksimal mungkin. Pemimpin juga harus
mampu menyatu dengan bawahan dan mampu mendengarkan keluhan (ide,
gagasan, saran) dan memberikan solusi terbaik untuk keluhan mereka.
Jika hal itu yang terjadi maka dengan sendirinya akan memotivasi
bawahan untuk bekerja lebih baik lagi. Dalam menjalankan tugasnya
pemimpin harus banyak berkomunikasi dengan bawahan, klien, atau teman
sejawat.
Untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam
upaya mencapai tujuan tertentu kepemimipinan merupakan masalah sosial
yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak
yang dipimpin untuk pencapaian tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi, dan mengkoordinasi.5
Dalam rangka melaksanakan tugasnya pemimpin harus menunjukan cara
atau gaya supaya bawahanya mau bekerja dengan baik. Cara atau gaya
tersebut mencakup perpaduan antara cara menjalin komunikasi yang
digunakan dengan kegiatannya yang membentuk pola yang disebut dengan
gaya kepemimpinan.
4 Qomar Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.1-2. 5 Soetopo Hendyat, Perilaku Organisasi Teori Dan Praktik Dalam Bidang Pendidikan,
(Bandung PT. Rosdakarya, 2010),h.210.
3
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia,
yaitu kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada perilaku pemimpin
yang mengarah pada hubungan kesejawatan, saling mempercayai, saling
menghargai, dan penuh kehangatan hubungan antara pimpinan dengan
stafnya.6
Pada intinya gaya kepemimpinan merupakan karakteristik kepribadian,
bukan perilaku. Perilaku kepemimpinan dari individu yang sama akan
berbeda dari situasi ke situasi, sementara yang mendorong itu struktur agar
perilaku itu bisa konstan. Perilaku kepemimpinan mengacu pada tindakan
spesifik seseorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan
kerja anggota kelompok. Sedangkan gaya kepemimpinan mengacu pada
struktur kebutuhan pemimpin yang memotivasi perilaku dalam berbagai
situasi antar pribadi.7
Menurut W.G Scott dan T.R Mitchell yang dikutip oleh Stephen P.
Robbins dalam buku perilaku organisasi bahwa iya menyatakan “komunikasi
menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi
yaitu kendali/kontrol, motivasi, pengungkapan emosiona, dan informasi.”8
Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun informal
secara formal misalnya seperti diadakannya rapat organisasi, surat memo, dan
lain-lain. Sedangkan komunikasi organisasi informal misalnya grpevine, yaitu
merupakan desas-desus (isu-isu) yang terjadi di organisasi.
6 Soetopo Hendyat, Perilaku Organisasi Teori Dan Praktik Dalam Bidang Pendidikan,
(Bandung PT. Rosdakarya, 2010),h. 232. 7 Soetopo Hendyat......, h.232,233
8 Stephen P.Robbins, Perlaku Organisasi, (Jakarta PT.Prenhallindo,1996), edisi Bahasa
Indonesia, h. 5.
4
Di dalam kaitannya dengan penelitian kepemimpinan dalam komunikasi
organisasi, peneliti memilih Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng,
Ciampea Bogor, karena pondok pesantren ini berkiprah sudah cukup lama,
dari tahun 1974 sampai hingga sekarang ini. Lalu Pondok pesantren ini pun
didirikan oleh almarhum almagfurllah bapak KH. Istichori seorang pahlawan
revolusi kemerdekaan pada tahun 1946 s/d 1948 melawan penjajahan belanda
pada saat itu.9
Maka saya tertarik untuk melakukan penelitian di pondok pesantren
tersebut, dengan mengangkat judul penelitian kepemimpinan. Dan penelitian
ini ditunjukan kepada anak beliau sekaligus penerus ayahandanya, yaitu
bapak KH. Nu’man Istichori. Beliau memulai memimpin pondok pada tahun
1994, hingga sekarang ini, kiprah beliau pun tidak hanya memimpin pondok
Pesantren Darut-Tafsir. Akan tetapi beliau berdakwah di lingkupan
Kabupaten Bogor, menjadi ketua Majlis Ulama Sekabupaten Bogor, lalu
menjadi ketua Pondok Pesantren Sekabupaten Bogor, ketua umum
Silaturahmi Pengajian Sekabupaten Bogor.10
Alasan saya ingin mengankat penelitian ini karena saya ingin
mengetahuhi bagaimana cara kepemimpinan KH. Nu’man Istichori dalam
Komunikasi Organisasi didalam Pondok Pesantren Darut-Tafsir tersebut.
Dengan melihat pengalaman beliau dalam menjalankan organisasi di luar
pondok pesantren itu sendiri.
9 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5, h, 262 10
Hasil wawancara dengan KH. Nu’man Istichori selaku pimpinan Pondok Pesantren
Darut-Tafsir
5
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dangan judul “Komunikasi Organisasi KH. Nu’man Istichori di
Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea Bogor”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Setelah menulis dan melihat dari latar belakang diatas, penelitian ini
dibatasi pada Kepemimpinan Dalam Komunikasi Organisasi Pondok
Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea Bogor, maka di sini
komunikasi organisasinya hanya dibatasi pada komunikasi vertikal yaitu
dari atasan ke bawahan dan dari bawahan ke atasan.
2. Perumusan Masalah
Seperti yang tertulis di latar belakang yang telah peneliti gambarkan
di atas, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Gaya Kepemimpinan KH. Nu’man Istichori dalam
Komunikasi Organisasi di Pondok Pesatren Darut-Tafsir Cibanteng,
Ciampea Bogor?
b. Bagaimana cara pengambilan keputusan KH. Nu’man Istichori
dalam Komunikasi Organisasi di Pondok Pesatren Darut-Tafsir
Cibanteng, Ciampea Bogor?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
a. Untuk mengetahui bagaiman gaya Kepemimpinan Dalam
Komunikasi Organisasi Pondok Pesatren Darut-Tafsir Cibanteng,
Ciampea Bogor
b. Untuk mengetahui cara pengambilan keputusan dalam Komunikasi
Organisasi Pondok Pesatren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea Bogor
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Secara akademik yaitu: untuk memperkaya ilmu gaya
kepemimpianan dalam komunikasi organisasi, diharapkan penelitian
ini dapat menjadi tambahan referensi, dan peningkatan wawasan
akademik dalam bidang komunikasi organisasi khususnya yang
terkait dengan kepemimpinan.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis memberikan informasi bagi akademis dan
masyarakat luas mengenai gaya Kepemimpinan Dalam Komunikasi
Organisasi Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea
Bogor dalam ,mengaplikasikanya kepada santriwan dan santriwati
maupun masyarakat luas.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan pendekatan kualitatif,
yakni penelitian yang dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data
yang akurat berdasarkan fakta dilapangan disertai wawancara dengan
7
narasumber. “Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar
(natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat
kualitatif.11
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif hanyalah memaparkan
situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. Ciri dari
metode deskriftif ini ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah
(naturalistis setting). 12
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang aktual.
Keinginan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam organisasi
pesantren tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan
judul yang diangkat. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif
bersifat deskriptif. Data yang dihasilkannya berupa data dan yang didapat
berdasarkan hasil penelitian.
Dalam hal ini penulis membuat deskripsi tentang bagaimana
Kepemimpinan KH. Nu’man Istichori Dalam Organisasi Pondok
Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea Bogor. Metode penelitian
deskriptif kualitatif dipilih karena penulis mengidentifikasi serta
mendeskripsikan masalah-masalah yang berkenaan dengan
kepemimpinan dalam komunikasi organisasi.
11
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta
press ,2006), h. 41. 12
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung.PT. Remaja Rosda Karya,
2007), h. 35.
8
Adapun penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan
karya ilmiah (skripsi, tesis, and assurance).13
2. Subjek Dan Objek
Subjek penelitian di sini adalah pimpinan pondok pesantren darut-
tafsir yaitu bapak KH. Nu’man Istichori karena beliau adalah pimpinan
Pondok Pesantren Darut-Tafsir yang sangat berperan penting dalam
meningkat dan menurunnya santri dalam eksistensi podok pesantren,
maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pimpinan
Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng, Ciampea Bogor. Sedangkan
objek penelitian disini adalah kepemimpian dalam komunikasi organisasi
pada public internal di Pondok Pesantren Darut-Tafsir antara pimpinan
kepada guru-guru /ustazd dan ustadzah.
3. Tahapan Prosedur Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti. Untuk itu data primer dilakukan dengan mengadakan
wawancara, observasi dan penelusuran dokumen yang dilakukan
penulis tehadap Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng
Ciampea Bogor.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari
buku-buku, artikel, dan bahan informasi lainnyayang berkaitan
dengan masalah penelitian.
13
Hamid Nasuhi, Dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: CeQDA)
9
Pada buku metodologi penelitian kualitatif menurut lofland
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen,
dan lain-lain.14
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti adalah:
b. Observasi
Observasi adalah melakukan pengumpulan langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.15
Penelitian mengawasi dangan
cermat setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data yang akan diperoleh adalah gaya kepemimpinan dalam
komunikasi dalam komunikasi organisasi Pondok Pesantren Darut-
Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor. Dalam penelitian ini, peneliti
mengadakan pengamatan pada gaya kepemimpinan dalam
komunikasi organisasi dan cara pengambilan keputusan di Pondok
Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor alamat:
Cibanteng Ciampea Bogor, Jawa Barat, Indonesia Telepon: 0251-
8626047.fax: 0251-8626047.
c. Wawancara.
Dalam wawancara ini peneliti akan melakukan Focus Group
Discussion (FGD) terhadap, santri, guru/ ustadz dan wali murid,
alumni. Dan penulis juga akan melakukan wawancara terhadap
14
Lexy Meleong. M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), h.157. 15
Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung:CV. Tarsita. 1989),
h. 162.
10
pimpinan pondok yaitu KH. Nu’man Istichori selaku pimpinan
Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor. Lalu
ustadz imanulyakin selaku pengasuh di Pondok Pesantren Darut-
Tafsir. Dan Ade selaku santri kelas tiga SMA yang menjadi
pengurus Pondok Pesantren Darut-Tafsir. Serta Nur’asep Saifudin
sebagai alumni Pondok Pesantren Darut-Tafsir. Dalam proses
wawancara, penulis menggunakan beberapa media pendukung yaitu
tape recorder, alat tulis, foto digital dan lain-lain.
d. Dokumentasi.
Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan buku-buku,
lembar pengumuman di majalah dinding, majalah, artikel-artikel dari
internet yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Cibanteng Ciampea Bogor. serta iklim komunikasi dalam
kepemimpinan.
e. Pengolahan Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (fiald research) dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendeketan kualitatif yang
bersifat analisis deskriptif yaitu metode prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang memiliki
beberapa langkah penerapan.
Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang
menjadi bahan utama, gagasan primer diperoleh dari hasil wawasan
mendalam dengan narasumber. Langkah selanjutnya adalah
11
membahas gagasan primer tersebut pada hakikatnya adalah
memberikan penafsiran penulis terahadap gagasan yang telah
dideskripsikan.16
Setelah data-data diolah melalui proses analisis
data, lalu ditafsirkan sesuiai dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan.
f. Analisis Data
Pada tahapan ini interpretasi data atau penafsiran temuan
melalui kerangka konsep merupakan upaya memperoleh arti dan
makna yang lebih mendalam dan luas terahadap hasil penelitian yang
sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan
cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan
dan informasi yang diperoleh dari lapangan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses yang
terus menerus dilakukan seiring dilkukannya pengumpulan data.
Analisis data dilakukan untuk menarik kesimpulan. Analisis data
menurut Moleong (2004) adalah proses mengorganisasikan data dan
mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dalam menganalisis data hasil penelitian, penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. Data yang dianalisis yaitu data yang diperoleh
dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen yang tersedia.
16
Lexy Meleong. M.A. Metodologi Penelitian Kulitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), h. 156
12
Analisis data dalam penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu
setelah data diklasifikasikan sesuai aspek data yang terkumpul lalu
diiterprestasikan secara logis. Dengan demikian akan tergambar
sejauh manakah alat komunikasi dalam pengembangan
kepemimpinan, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis
melalui observasi dan wawancara, setelah itu dianalisis kemudian
disusun dalam laporan penelitian.
E. Tinjauan Pustaka.
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku, serta skripsi-
skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi organisasi. Buku-buku
yang digunakan di antaranya Ilmu Komunikasi teori dan praktik karya Onong
Uchayana Efendi, kepemimpinan dan komunikasi karya Onong Uchayana,
komunikasi dan hubungan masyarakat karya H.A. W Widjaya dan lain-lain.
Adapun skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi organisasi
diantarnya:
1. Komunikasi Organisasi Perencanaan Pembangunan Daerah Bogor,
Penulis Hayustiro. Pada skripsi ini Hayustiro meneliti media yang
digunakan pimpinan BAPPEDA dalam menyampaikan informasi kepada
anggotanya. Persamaannya dengan penelitian ini adalah keduanya
mengangkat permasalahan dari segi komunikasi organisasinya, dan
perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini tidak
membahas kepemimpian.17
17
Hayustiro, Komunikasi Organisasi Di Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten
Bogor, skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.
13
2. Eska Ariyanti dalam skripsinya mengungkapkan tentang komunikasi
organisasi dalam kepemimpinan di SMU Muhammadiyah 04 Jakarta.
Secara garis besar berisikan tentang komunikasi organisasi pada
kepemimpianan di SMU Muhammdiyah 04 Jakarta. Persamaannya
sama-sama membahas tentang komunikasi organisasi, sedangkan
perbedaannya terletak pada subjek dan obyeknya.18
F. Sistematika Penulisan.
Untuk membahas materi dalam skripsi ini, sudah tentu diperlukan
sistematika penulisan yang tepat. Sistematika pada skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini akan memaparkan yang membahas tentang Gaya Kepemimpinan dan
Komunikasi Organisasi.
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUT
TAFSIR
Bab ini akan menjelaskan tentang Sejarah ,Visi dan Misi, Sarana dan
Prasarana, Tujuan, Program, Struktur.
18
Eska Asriyati, Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan di SMU muhammadiyah
04 Jakarta, skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2010.
14
BAB IV
Bab ini akan memaparkan gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi Di Pondok
Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor, dan menjelaskan
bagaimana cara pengambilan keputusan dalam Komunikasi Organisasi Di
Pondok Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Komunikasi Organisasi
Definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu definisi
fungsional dan definisi interpretif, ”secara fungsional komunikasi organisasi
didefinsikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. ”suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dan hubungan hirarkis antara
hubungan satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan
kemudian disisi lain, “secara interpretif, komunikasi organisasi didefinisikan
sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi.”
Komunikasi organisasi adalah “pelaku perorganisasian” yang terjadi dan
bagaimana mereka yang terlihat dalam proses itu berinteraksi dan memberi
makna atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya komunikasi organisasi
adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. 1
Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang
diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-
bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan di mengerti oleh
orang lain.2 Ahli Katz dan Khan menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu
proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan
setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
1 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet.ke-
7,h.33 2 YS. Gundi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: grasindo,1998),h. 69
16
Sedangkan organisasi adalah sistem kegiatan terkoordinasi dari
kelompok orang yang bekerja sama mengarah pada tujuan bersama, di bawah
kewenangan dan kepemimpinan.3 Komunikasi dalam organisasi merupakan
hal yang tidak terpisahkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan
internal maupun ekternal perusahaan perlu dihubungkan oleh proses-proses
komunikasi yang baik dan terencana. Bagitu pula komunikasi dalam internal
perusahaan atau organisasi, yaitu bagaimana para anggota organisasi
menciptakan komunikasi yang efektif dengan tujuan menciptakan kebiasaan
atau tingkah laku yang positif pada setiap anggota organisasi.
Berikut persepsi mengenai komunikasi organisasi :
Persepsi Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal,
hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward
atau komunikasi atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi bawahan kepada atasan.
Persepsi Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi
merupakan arus informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi
menurut katz dan khan organisasi adalah sebagai auatu sistem terbuka yang
menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi
produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini
kepada lingkungan.4
3 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kempemimpian, (Jakarta:PT.Raja Grafindo
persada,1994), Cet.ke-7,h.11. 4 Kartini Kartono, h.11.
17
Persepsi zelko dan dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi ekternal. Komunikasi internal adalah komunikasi
dalam organisasi itu sendiri, Sedangkan komunikasi ekternal adalah
komunikasi terhadap lingkungan luarnya.
Persepsi greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi
termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi.5Dan
beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi maka peneliti
mendefinisikan bahwa komunikasi organisasi adalah pelaku
pengorganisasian, bagaimana anggota organisasi ikut terlibat dalam proses
berinteraksi dan bagaimana anggota organisasi ikut terlibat dalam proses
berinteraksi dan bagaimana anggota organisasi itu memberikan makna berupa
pesan atas apa yang berada di dalam organisasinya.
Komunikasi dapat terjadi antara orang-orang yang berada di dalam
organisasi, juga antar orang yang berada diluar organisasi, komunikasi
organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Komunikasi
organisasi meliputi arus informasi, pertukaran informasi dan komunikasi
organisasi juga meliputi manusia dan sikapnya, perasaannya, dan
hubungannya antar public internal dalam suatu orgnisasi.
1. Pembagian Komunikasi Dalam Organisasi
Jenis-jenis komunikasi
Pertama komunikasi ke bawah (downward communication) yang
berasal dari seorang yang mempunyai status yang lebih rendah.
5 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet, ke-7,
h.65-66.
18
Komunikasi ke bawah, biasanya berupa policy/ kebijakan, perintah
petunjuk, dan informasi yang bersifat umum. Komunikasi ini dapat
dilakukan melalui tatap muka, melalui telpon, papan buletin,
pengumuman, buku pedoman, edaran tertulis dan sebagainya.6
Kedua, komunikasi ke atas (upward communication) merupakan
kebalikan komunikasi ke bawah. Biasanya berisi laporan, pengaduan,
desas-desus (rumors), permohonan, tuntutan dan keinginan. Komunikasi
ini dapat dilakukan lewat tatap muka, demonstrasi, surat terbuka, surat
kaleng, dan sebagainya. Seorang pemimpin harus memperhatikan
komunikasi ke atas, agar dapat mengetahui apa yang dilakukan bawahan
dan dapat mengecek komunkasi ke bawahnya dapat dilaksanakan dengan
baik. Namun pemimpin harus mengendalikan komunikasi ke atas ini
dengan menggunakan jalur yang baik. Misalnya desas-desus kiranya dapat
dicari penyebabnya dan segera diselesaikan. Penggunaan cara demonstrasi
dan surat kaleng pun sedapat mungkin dihindari. Ciptakan iklim
keterbukaan agar cara-cara ini tidak di manfaatkan.7
Ketiga, komunikasi horizontal (horizontal communication), yaitu
komunikasi antar-status yang sama dalam organisasi bisnis. Komunikasi
horizontal mempunyai dua tujuan, yaitu untuk mempercepat jalannya
komunikasi antar-bagian yang memiliki status yang sama, dan dapat
menyatukan organisasi secara sosial. Sebagai contoh, ustadz dan antar
6 R. Wane Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Dan Strategi
Meningkatkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2005), Cet, ke-4,
h,184-194 7 R. Wane Pace dan Don F. Faules, Cet, ke-4, h,184-194
19
pengurus pondok satu samalain bisa dapat mengambil keputusan sendiri
tanpa harus melawati kyai.8
Di samping jenis di atas, ada komunikasi verbal yang menggunakan
kata-kata, baik lisan maupun tulisan dan komunikasi non-verbal yang tidak
menggunakan kata-kata dalam berkomunikasi. Contoh dari komunikasi
non-verbal adalah mengirim bunga kepada teman kerja, mengirim
cenderamata kepada pemimpin, memakai parfum menye nangkan pihak
lain (misalnya dalam negoisasi pemasaran produk), memakai pakaian yang
pantas, yang layak, dan sesuai dengan konteks, dan sebagainya, serta
gerakan gestural.
Ada jenis komunikasi yang lain yang disebut komunikasi langsung
dan tidak langsung. Teknik komunikasi tersebut meliputi pertemuan
individual dan massal, media cetak dan media elektronik. Pertemuan bisa
berupa rapat anggota, seminar, diskusi, panel, lokakarya, simposium, dan
rapat umum/ kampanye. dengan menggunakan media biasa berupa media
cetak surat, edaran, surat kabar, majalah, jurnal, leaflet, pamflet, buku,
pengumaman, foto, dan gambar. Media elektronik bisa memakai telepon,
radio, televisi, E-mail, internet, dan komputer serta feximile. Contoh
media tersebut dapat digunakan dalam berkomunikasi pada zaman ini. 9
2. Pengertian organisasi
Ada bermacam-macam penadapat mengenai apa yang di maksud
dengan organisasi :
8 R. Wane Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Dan Strategi
Meningkatkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2005), Cet, ke-4, h,195 9 R. Wane Pace dan Don F. Faules, Cet, ke-4, h,184-194
20
Schein (1982) dalam buku Arni Muhammad Komunikasi Organisasi
mengatakan bahwa, “organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab, dan
organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur,
tujuan, saling berhubungan, dan tergantung pada komunikasi manusia
untuk mengkoordinasikan aktifitas dalam organsasi tersebut. 10
Selanjutnya dalam buku Onong Uchayana “ilmu komunikasi teori
dan praktek”, Khocler mengatakan organisasi adalah “sistem hubungan
yang berstruktur yang mengkoordinasi suatu usaha kelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu.” Lain lagi dengan pendapat Wright yang dikutip
Onong Uchayana, Wright mengatakan “organisasi adalah suatu bentuk
sistem terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan oleh dua orang lebih
untuk menacapai suatu tujuan bersama. ”11
Dari beberapa pandangan di atas menganai organisasi, maka dapat
ditarik kesimpulan organisasi adalah usaha yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih, yang di definisikan oleh Wright mereka memiliki tujuan yang
sama atau tujuan umum dan terbagi dalam sistem kepangkatan yang harus
dipertanggung jawabkan. Organisasi juga terdapat komponen yang
dikatakan oleh Khocler semuanya memiliki ketergantungan satu sama lain,
dan dalam sistem tersebut dibutuhkan koordinasi untuk mencapai tujuan
bersama. Sehingga organisasi merupakan sistem, karena satu bagian
10
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet.ke-
7, h.17-18 11
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Prekatek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2002). Cet.ke-6, h. 7.
21
bergantung dengan bagian lainnya dan organisasi merupakan sebuah
sistem untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam mencapai tujuan bersama
atau tujuan umum.
3. Ciri-ciri organisasi
Tiap organisasi mempunyai karakteristik yang umum, yaitu:
a. Dinamis, yaitu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan.
b. Memerlukan informasi.
c. Mempunyai tujuan.
d. Terstruktur.12
Organisasi memang membutuhkan faktor yang disebutkan di atas Dan
harus ditanggapi dengan bijak kerana bagaimanapun organisasi
memerlukan kemajuan dalam roda organisasinya, untuk mempermudah
koordinasi atau pembagian kerja maka dibutuhkan struktur organisasi agar
jelas pembagian kerjanya sehingga roda organisasi dapat berputar dengan
lancar.
4. Fungsi Dan Tujuan Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah memenuhi
kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab,
memproduksi hasil produksi dan mempengaruhi orang.13
Adapun tujuan organisasi adalah yang paling penting dan
kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan
bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi, yang lainya
mengatakan apakah tujuan terbentuk suatu fungsi lain dari pada
12
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet.ke-7,
h.17-18. 13
Arni Muhammad, Cet.ke-7, h.17-18.
22
membenarkan tindakan yang lalu. Kemudian ahli tingkah laku
menjelaskan bahwa individu-individu yang mempunyai tujuan.
Bagi kebanyakan analisis, tujuan merupakan suatu titik sentral
petunjuk dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi sebagai suatu
konsepsi akhir yang diinginkan.
5. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Dalam suatu oraganisasi, baik yang berorientasi untuk menarik
keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi
organisasi, yaitu Fungsi informative, regulative, persuasive, dan
intergratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi informatif
Orgnisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi.
Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat
waktu.14
b. Fungsi Regulatif
“fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi
regulative ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam
tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan informasi dan memberikan instruksi atau perintah,
kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulative pada dasarnya
14
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi.(Jakarta:Kencana Prenada Media
Group,2007),h.274
23
berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.”15
c. Fungsi Persuasif
Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan dalam
sebuah organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari
karyawan. Fungsi persuasif adalah penyeimbang dari pemberian
instruksi. Seorang atasan harus pintar-pintar mendapatkan hati
karyawan, maka persuasif inilah caranya. Untuk atasan dalam
memberikan instruksi pekerjaan harus dibarengi dengan sikap
mengajak yang santun dan bijak, sebab pekerjaan yang dilakukan
dengan sukarela oleh kryawan akan menghasilkan hasil pekerjaan
yang maksimal dibandingkan jika pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.16
d. Fungsi Intergratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. “Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti
penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter) dan laporan
kemajuan organisasi; juga saluran informal, seperti perbincangan
antarpribadi dalam masa kerja, pertandingan olahraga, makan siang,
dan lain-lain.”17
15
Soleh Soemirat dkk, Komunikasi Organisional,(Jakarta:Universitas Terbuka,2000),
modul kuliah,h. 2.5 16
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), h.276 17
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2007),
h. 277.
24
6. Iklim Komunikasi Organisasi
Face dan Faules dalam bukunya “komunikasi organisasi” mengutip
asumsi Redding mengenai “iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting
daripada keterampilan atau tekhnik-tekhnik.” Iklim komunikasi organisasi
merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk
menunjukan kepada anggota organisasi tersebut mempercayai mereka dan
memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko; mendorong mereka
dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas
mereka; menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang
organisasi.
Iklim komunikasi organisasi dalam suatu peruasahan sangat
menentukan kinerja karyawannya, maka dari itu pemimpin harus jeli
dalam menangkap situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaannya.
Istilah iklim di sini merupakan kiasan (metafora). Kiasan adalah bentuk
ucapan yang di dalamnya suatu istilah atau frase yang jelas artinya
diterapkan pada situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu
kemiripan, contohnya “tempat ini seperti kebun binatang” meskipun
perbandingannya tersebut memberi informasi mengenai isi, struktur, dan
arti situasi baru tersebut.
Untuk menelaah iklim komunikasi organisasi, maka harus memilah
terlebih dahulu apa itu iklim komunikasi dan apa itu iklim organisasi,
kedua bentuk iklim tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lain. Dan untuk pertama kali dibahas terlebih dahulu iklim komunikasi.
25
a. Iklim Komunikasi
Pengertian dari iklim komunikasi adalah persepsi anggota
terhadap pesan-pesan dan hubungan pesan dengan kejadian dalam
sebuah organisasi. Ada hubungan yang sekuler antara iklim organisasi
dengan iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan
pada perkembangan iklim, di antaranya iklim organisasi. Iklim
organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota
organisasi bertingjkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi
yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi
berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota
yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak
berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.18
Iklim komunikasi yang baik mengindikasikan adanya
pembentukan kepribadian serta persepsi yang positif bagi karyawan
agar terus menanamkan kepercayaan terhadap perusahaan dan seluruh
menejemen didalamnya.
Seperti dikutip oleh Wayne dan Pace dalam bukunya
“komunikasi organisasi”, Frantz mengatakan “iklim komunikasi dapat
menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas
organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi.
Usaha dalam hal ini merujuk kepada penggunaan tubuh secara fisik
dalam bentuk mengangkat, berbicara, atau berjalan dan penggunaan
18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet.ke-
7, h. 85.
26
pikiran mental dalam bentuk berfikir, menganalisis, dan memecahkan
masalah”.19
Seperti beberapa pandangan mengenai iklim komunikasi yang
ditanggapi oleh para pakar komunikasi, diantaranya adalah :
1) Wayne Pace dan don F. Faules mengatakan komunikasi
merupaka gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa
komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai
lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan
kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi. Iklim
komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan
peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam
organisasi.20
“iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-
persepsi atas unsure-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur terhadap komunikasi.21
2) Selanjutnya Dennis (1975) mengemukakan iklim komunikasi
sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai
lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota
organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian
yang terjadi didalam organisasi.
Dari sebagian pendapat mengenai iklim komunikasi diatas, maka
penulis menyimpulkan bahwa iklim komunikasi ialah persepsi
anggota terhadap kualitas interaksi dan hubungan pesan dengan
19
R. Wayne Pace and don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, (PT. Remaja Rosda Karya, september 2006) cet.ke-6, h. 154. 20
R. Wayne Pace and don F. Faules, cet.ke-6, h. 147. 21
R. Wayne Pace and don F. Faules, cet.ke-6, h. 149.
27
kejadian dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif dapat
menimbulkan kepuasan kerja dalam organisasi.
b. Iklim Organisasi
Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang di kutip oleh soleh
soemirat, Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna dalam buku komunikasi
organisasional menyatakan bahwa:
Iklim organisasi adalah „sifat emosional intern organisasi‟ yang
didasarkan pada bagian senangnya para anggota organisasi terhadap
satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut di buat atas
dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca.
Beberapa iklim kerja dikatagorikan hangat dan gembira bila orang-
orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan sesuai
dengan martabatnya.22
Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi
sebagai berikut:
1) Rasa tanggung jawab.
2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan.
3) Ganjaran atau reward.
4) Rasa persaudaraan.
5) Semangat tim.
Hillinger dan Slocum (Jablin, 1987) mengemukakan iklim
organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi.
Mereka mengatakan iklim organisasi adalah suatu set atribut
22
Soleh Soemirat dkk, Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000),
modul kuliah, h. 7.5.
28
organisasi dan subsistemnyayang dapat dirasakan oleh anggota
organisasi yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi
terhadap anggota dan lingkungannya.23
Menurut hemat peneliti, pengertian mengenai iklim organisasi
belum ada kesepakatan yang sama dari para ilmuwan karena
pengertian mengenai iklim organisasi ini sendiri sangat komfleks
cakupan pembahasannya, dan mencakup semua unsur dasar organisasi
yaitu, anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan
pengolahan, struktur dan pedoman,. Namun dari pengertian di atas
dapat di simpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi dan
kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari
perpaduan unsur-unsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja
anggota organisasi.
Iklim organisasi yang positif tidak hanya akan menguntungkan
organisasi semata, akan tetapi akan sangat penting bagi kehidupan
manusia yang ada dalam organisasi tersebut, karena jika iklim
organisasi positif maka kinerja dalam organisasi akan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas,
ditemukan kesamaan di antara keduanya, yaitu sama-sama dapat
mempengaruhi anggota organisasi, setelah kita menelaah iklim
komunikasi dan iklim organisasi , maka kita akan membahas secara
keseluruhan yaitu iklim komunikasi organisasi . menurut Falcinone
23
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet.ke-7,
h. 84.
29
yang dikutip oleh Wayne dan Faules dalam buku komunikasi
organisasi, menjelaskan bahwa :
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan
gabungan dari suatu fenomena global yang di sebut komunikasi
organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas
sifat-sifat itu. Iklim di pandang sebagai suatu kualitas pengalaman
subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif
langgeng pada organisasi.24
Untuk menegtahui iklim komunikasi organisasi maka dapat
mengkaji teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad
dalam buku komunikasi organisasi yang mengemukakan lima dimensi
penting dari iklim organisasi, yaitu:
1). Supportivennes”, atau bawahan mengamati bahwa hubungan
mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan
menjaga perasaan diri beharga, dan penting.
2). Partisipasi membuat keputusan.
3). Kepercayaan, dapat di percaya, dan dapat menyimpan rahasia .
4). Keterbukaan, dan keterusterangan.
5). Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.25
24
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)
Cet.ke-7, h. 149 25
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Cet.ke-7,
h. 85.
30
Supportivennes dapat di bagi menjadi beberapa kategori, menurut
Gibb yang dikutip oleh soleh soemirat, dkk dalam buku komunikasi
organisasional bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota
organisasi mengarahkan kepada iklim supportivennes. Di antara
tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut :
1) Deskripsi anggota organisasi memokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang dapat diamati dari evaluasi secara subjektif atau
emosional
2) Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi
mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3) Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan
dalam merspons situasi yang terjadi.
4) Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan
pengertian terhadap anggota lainnya.
5) Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan
kekuasaan.
6) Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan
menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.26
Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk
mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim
komunikasi organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan
karena iklim komunikasi organisasi juga memberikan pedoman bagi
26
Soleh Soemirat dkk, Komunikasi Organisasional, (jakarta: universitas terbuka, 2000),
modul kuliah, h. 7.5.
31
keputusan dan prilaku individu. Hal ini ditegaskan dengan pendapat
Guzley yang di kutip oleh Akhi Muwafik Saleh dalam buku fungsi
komunikasi dalam organisasi, bahwa:
Keputusan dan perilaku individu berupa keputusan-keputusan
yang diambil anggota organisasi untuk melaksakan pekerjaan mereka
secara efektif, untuk mengingatkan diri mereka dengan organisasi,
untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam
organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan sejawat
dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksnakan tugas secara
kreatif, untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya.27
Di sini dapat dilihat bahwa iklim komunikasi di dalam sebuah
organisasi itu perlu untuk diperhatikan agar dapat menciptakan sebuah
organisasi yag efektif. Di dalam buku komunikasi organisasi yang di
tulis oleh Pace dan faules menegaskan hal ini dengan mengemukakan
bahwa iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan
dan prilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk
meningkatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur
dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara
bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi
lainnya, untuk melaksankan tugas secara kreatif, dan untuk
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan
27
Akhi Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel di akses pada
tanggal 11 Januari 2012 dari www. Muwafikcenter.blogspot.com
32
organisasi dan operasinya, semua ini dipengaruhi oleh iklim
komunikasi. Iklim yang negatif dapat benar-benar merusak yang
dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja
dan berpartisipasi untuk organisasi. Jadi, iklim komunikasi
memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi
untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam organisasi.
Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa iklim
komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting untuk
meningkatkan kerja anggota organisasi dan menjadikan anggota
organisasi bertanggung jawab atas kerjanya, serta turut berpartisipasi
dalam menawarkan gagasan-gagasan inovatif, dan partisipasi
anggota dalam membuat keputusan bagi penyempurnaan organisasi.
Iklim komunikasi memainkan peranan sentral dalam mendorong
anggota organisasi untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan
mereka dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung
meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi dan iklim
komunikasi yang kuat seringkali menghasilkan praktik-praktik
pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang
lain untuk mendukung pencapaian tujuan yang releven.28
Dalam organisasi
formal maupun informal selalu ada seseorang yang dianggap memiliki
28
John M. Ivan Cevich , Robert Konopaske, Michael T. matteson, Perilaku dan
Manajemen Organisasi, (Jakarta:erlangga,2005), h. 194.
33
kemampuan lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan
lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang
dipercayakan untuk mengatur orang lain dalam organisasi, biasanya orang
seperti itu disebut pemimpin.
Kepemimpinan mendapat awalan „ ke‟ dan sisipan „em‟ serta akhiran
„an‟ . menurut tata bahasanya awalan „ke‟ dan „ke-an‟ berfungsi sebagai
pembentukan kata benda abstrak yang menagandung arti menjadi atau
peristiwa. Sedangkan sisipan „em‟ pada kata pemimpin berfungsi
membentuk kata baru yang artinya tak berbeda dengan kata dasarnya. Arti
sisipan „em‟ di sini menagandung sifat. Jika pemimpin berasal dari kata
„pimpin‟ yang mendapat awalan „pe‟ mempunyai arti orang yang
melakukan, jadi pemimpin adalah orang yang memimpin.29
Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut istilah, dalam hal ini
para ahli banyak berpendapat , diantaranya:
Onong Uchajana dalam bukunya Human Relation dan Public Relation
dalam Management, mengatakan bahwa, “kepemimpinan adalah suatu
proses dimana seseorang memimpin (directs), membimbing (guides),
mempengaruhi (influence), atau mengontrol (controls), pikiran, perasaan
atau tingkah laku orang lain.”
Dalam bukunya kepemimpinan dan perilaku organisasi, Veithzal
Rivai mangatakan bahwa, “kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain, baik di dalam organisasi maupun di luar
organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam situasi dan
29
M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:bumi aksana, 1994), cet, ke-3 h. 87.
34
kondisi tertentu. Proses mempengaruhi tersebut sering melibatkan
berbagai kekuasaan seperti ancaman , penghargaan, otoritas, maupun
bujukan,”30
Di samping itu, Howard H. Hoyt seperti yang dikutip oleh Kartini
Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan, mendefinisikan
kepemimpinan sebagai berikut:
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi tingkah laku manusia,
kemampuan untuk membimbing orang.”31
Dari ketiga pengertian diatas
penulis dapat mendifinisikan bahwa kepemimpinan adalah suatu
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mendukung
pencapaian tujuan organisasi yang releven, dimana seorang pemimpin
dapat membimbing, mempengaruhi, mebujuk, mengontrol pikiran,
perasaan atau tingkah laku anggota organisasi untuk mencapai tujuan
bersama.
2. Gaya Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan sering disebut sebagai perilaku
kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style). “gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin,
baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya
kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah,
keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.32
30
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: raja grafindo
persada, 2004), h. 3. 31
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: raya grafindo persada, 1998),
cet, ke-8, h. 49. 32
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004) h. 64.
35
Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe atau gaya-gaya kepemimpinan
tersebut diatas dengan maksud memberikan gambaran yang jelas
mengenai persamaan dan perbedaannya.
a. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpinan otoriter semacam ini menentukan kebijakan
kelompok dan membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau
memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin ini bersifat
impersonal yang mana komunikasi mengalir dari pemimpin ke
pemimpin, tetapi jarang dari anggota ke anggota.
Pemimpin otoriter brusaha meminimumkan komunikasi antar
kelompok, sehingga membuat peran pemimpin menjadi lebih penting.
Pemimpin otoriter mengasumsikan tanggung jawab terbesar bagi
perkembangan kelompok dan menginginkan tidak adanhya campur
tangan dari para anggota, pemimpin ini mengharapkan kelompok
dapat menerima keputusannya, dan pemimpin ini memusatkan
tanggung jawab kepada dirinya sendiri.
Gaya pemimpin otoriter adalah seorang pemimpin dalam
menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tanpa
berkonsultasi atau memastikan persetujuan dari para anggotanya.
Pemimpin ini bersifat impersonal.”33
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter diantaranya adalah:
1). Semua ketentuan kebijakan oleh pemimpin
33
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang:UMM press, 2008), h. 266.
36
2). Teknik dan langakah aktifitas ditentukan oleh penguasa satu
persatu, sehingga langkah-langkah masa depan umumnya selalu
tidak pasti
3). Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama
setiap anggota.
4). Penguasa cenderung bersifat „pribadi‟ dalam memuji dan mencela
pekerjaan masing- masing anggota; mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.34
b. Kepemimpinan Demokrasi
Pemimpin seperti ini memberikan pengarahan, tetapi
mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan
cara yang dikehendaki anggotanya. Para anggota kelompok didorong
untuk menentukan sasaran dan prosedur. Pemimpin demokrasi
merangsang timbulnya pengarahan sendiri dan aktualisasi diri pada
para anggota kelompok. Tidak seperti pemimpin lepas kendali,
pemimpin demokratis memberikan pemantapan kepada para
anggotanya dan berkontribusi memberikan saran untuk pengarahan
dan alternatif tindakan. Gaya kepemimpinan demokrasi adalah
seorang pemimpin dalam menetukan kebijakan melibatkan anggota
kelompok untuk dimintai masukan-masukan sehingga tugas pemimpin
selain memberikan pengarahan juga mengijinkan kelompok untuk
mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikehendaki para
anggotanya.
34
Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi Dan Manajemen, (Jakarta:bumi
aksara, 1995), cet-5, h. 536.
37
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokrasi adalah:
1) Semua Kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
di ambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan.
2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk
tujuan kelompok di buat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk
teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur
yang dapat di pilih.
3) Para anggota bebas bekerja dangan siapa saja yang mereka pilih,
dan pemberian tugas ditentukan oleh kelompok.
4) Pemimpin adalah objektif atau “fect minded” dalam memberikan
pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota
kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan
banyak pekerjaan.35
Mengenai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
selain harus memiliki kemampuan yang lebih pemimpin juga perlu
memiliki sifat kemanusiaan, demokrasi dalam banyak hal dan
mencintai bawahannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Ali – Imran ayat 159 :
Artinya: “maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah meraka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma‟afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
35
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang:UMM press, 2008), h. 266-267.
38
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada
Allah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepadanya.”36
Dalam ayat tersebut terdapat kalimat musyawarah yang artinya
meminta pendapat dan mencari kebenaran, itu merupakan salah satu
prinsip dalam demokrasi yang di anut sebagian besar bangsa di dunia.
Dalam agama islam bermusyawarah merupakan pencapaian mufakat
bersama yang di syariatkan.
c. Kepemimpinan Laisser Faire
Gaya kepemimpinan ini juga biasa disebut gaya kepemimpinan
lepas kendali karena pemimpin ini tidak berinisiatif untuk
mengarahkan atau menyarankan alternatif tindakan. “Gaya
kepemimpinan Laisser Faire adalah seorang pemimpin dalam
menentukan kebijakan tidak meiliki inisiatif untuk mengarahkan atau
menyarankan alternatif tindakan. ” 37
akan tetapi pemimpin ini lebih
mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan
pekerjaanya sendiri. Bahkan termasuk juga mngijinkan untuk
melakukan kesalahan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan laisser faire diantaranya:
1) Kebebasan penuh untuk keputusan kelompok atau individu
dengan minimnya partisipasi pemimpin.
2) Macam-macam bahan disediakan pemimpin, yang dengan jelas
mangatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada
36
Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 103. 37
Abdullah Masmah, Komunikasi Organisasi, (Malang:UMM Press, 2008), h. 267.
39
permintaan, ia tidak turut mangambil bagian dalam diskusi
kelompok.
3) Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali
4) Komentar spontan yang tidak frekuen atau aktifitas-aktifitas
anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau
mangatur kejadian-kejadian.38
C. Kepemimpinan Dalam Organisasi
Manusia pada akhirnya harus menyadari bahwa dirinya adalah anggota
dari satu dunia yang teratur dan mempunyai ketertiban sendiri, tanpa
ketertiban dunia akan menjadi kacau, kekacauan yang tidak dapat terkendali,
dan pasti mengakibatkan musibah bagi ummat manusia. Maka salah satu cara
untuk memelihara, mengurus, mengelola, mengendalikan dan mangatur
terhadap dunia ini ialah: sarana berupa administrasi. Administrasi secara
harfiah berasal dari “ad” dan “ministrare”= mengelola, mengurus, memlihara,
mengendalikan, dan memerintah.
Selanjutnya, manusia dengan akal budinya dan makhluk paling cerdas,
berusaha mengelola satu bentuk orde yang tertib. Sehubungan dengan ini,
manusia modern oleh Wiliam H.Whyte dalam buku kartini (2001) disebut
sebagai organization man, sebab dia selalu sibuk mengorganisir sesuatu.
Sedang “mengorganisir” itu artinya: mengatur, memimpin kerjasama dari
bagian-bagian. Sedang Sondang P.Siagian dalam buku Filsafat Administrasi
menyebut manusia sebagai homo administratikus.39
38
Winardi SE, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Bandung: Rineka Cipta, 1990), h. 79.
39
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: raya grafindo persada,
1998), cet, ke-11, h. 6.
40
Selanjutnya, beberapa orang sarjana lainya memberikan uraian lain
mengenai organisasi. Antara lain sebagai berikut: Willim G.Scott
merumuskan organisasi sebagai, “sistem kegiatan-kegiatan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja secara bersama-sama, menuju kearah tujuan
bersama di bawah kewenangan dan kepemimpinan.” Maka agar terjadi
ketertiban dalam kegiatan organisasi diperlukan adanya pengaturan mengenai
pembagian tugas, cara kerja, hubungan antara karyawan. Maka kegiatan
pengaturan dalam organisasi itulah yang disebut administrasi, yang perlu
dikendalikan atau dipimpin oleh seorang administrator atau pemimpin.
Administrasi menurut Sondang P.Siagian ialah, “keseluruhan proses
kerjasama antara dua orang atau lebih didasarkan atas rasionalitas tertentu
untuk mencapai sasaran secara efektif”.
Hubungan kepemimpinan dalam organisasi itu erat sekali, kepemimpinan
tertentu mempunyai fungsi sebagai penggerak dan koordinator dari
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, semua dana, dan sarana yang
disiapkan oleh sekumpulan manusia yang berorganisasi.
Dalam buku kepemimpinan karya kartini, R,W Morell menyatakan
manajemen sebagai berikut “manajemen adalah aktifitas dalam organisasi,
terdiri dari penentuan tujuan-tujuan suatu organisasi, dan penentuan saran-
saran untuk mencapai sasaran secara efektif”.40
Pada umumnya manajemen
berfungsi untuk merencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi, dan
mengontrol segenap aktivitas organisasi serta administrasi.
40
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: raya grafindo persada, 1998),
cet, ke-8, h. 11.
41
Maka keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih
bergantung pada kepemimpinannya; yaitu apakah kepemimpinan tersebut
mampu menggerakan semua sumber daya manusia, sumberdaya alam, sarana,
dana dan waktu secara efektif-efesien serta terpadu dalam proses manajemen.
Karena itu kepemimpinan merupakan inti dari organisasi, manajemen, dan
administrasi. Semua pengaturan, tatatertib dan administrasi itu harus
dikendalikan oleh pemimpin dengan kepemimpinannya.
Hubungan kepemimpinan dengan komunikasi organisasi ialah bahwa
kepemimpinan lebih merupakan tindakan melakukan perubahan, dapat
memotivasi, dan memberikan inspirasi kepada bawahannya dan itu bisa
dicapai melalui komunikasi yang efektif.
Kemudian penulis mencoba untuk menghubungkan kepemimpinan KH.
Nu‟man Istichori dalam komunikasi organisasi pada Pondok Pesantren Darut-
Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor, Jawa Barat, Indonesia Telepon: 0251-
8626047.fax: 0251-8626047. Pondok Darut-tafsir ini merupakan pondok
yang dipimpin oleh KH. Nu‟man Istichori beliau adalah anak dari pendiri
Pondok Pesantren Darut-Tafsir, yang notabene bertempat tinggal di dalam
wilayah pondok pesantren darut-tafsir tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti kepemimpinannya dalam komunikasi organisasi Pondok Pesantren
Darut-Tafsir.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUT-TAFSIR DAN
KH. NU’MAN ISTICHORI
A. Biografi KH. Nu’man Istichori dan Sejarah Berdirinya Pondok
Pesantren Darut-Tafsir Cibanteng Ciampea Bogor
Terlahir dengan nama KH. Nu’man Istichori beliau lahir di Bogor
pada tanggal 1 Februari 1950, beliau meluai mempin Pondok Pesantren
Darut-Tafsir pada tahun 1994, pendidikan beliau dimulai dari MI (Madrasah
Ibtidaiyah), lalu beliau belajar di pesantren Gontor, setelah lulus dari
pesantren beliau melanjutkan jenjang sarjananya di Universitas IAIN Sunan
Gunung Jati, Bandung, setelah lulus sarjana beliau melakukan kegiatan
ekstrakulikuler dengan kursus B.arab langsung dengan kedubes RI (Republik
Indonesia), kursus menejemen kepala madrasah, dan kursus menejemen
kepala pesantren. Dan organisasi yang beliau ikuti selama ini, ialah GP ansor,
IPNU (Ikatan Pelajar NU), penasehat majlis ulama sekabupaten bogor, ketua
forum pondok pesantren sekabupaten bogor, ketua umum silaturahmi
pengajian sekabupaten Bogor.
Adapun silsilah keluarga beliau adalah; Garis silsilah dari pihak ayah ;
KH. Muhammad Istichori bin KH. Abdurrahman bin KH. Manarah bin KH.
Beran bin KH. Nurjen bin mas dalem Anggayudha bin. Pangeran Aryawinata
(Pangeran Sumedang) dan seterusnya. Sedangkan silsilah dari pihak Ibu
adalah Hj. Aemi binti KH. Asyirun bin KH. Beran dan seterusnya. Dari
silsilah tersebut dari pihak ayah maupun dari pihak ibu masih ada ikatan
43
keluarga dekat, yaitu bersumber dari keturunan KH. Baran bin Mas Dalem
Angga Yudha bin Pangeran Aryawinata ( Pangeran Sumedang ).1
Pada tanggal 5 mei, 1974 pondok pesantren ini berpindah tempat dari
Gunung Batu Kecamatan Ciomas, ke Cibanteng Kecamatan Ciampea.
Dengan keyakinan ditempat yang baru itu akan lebih berkembang, dan hingga
sampai saat inilah pondok pesantren darut-tafsir ini berada di daerah
Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dan berdekatan dari
institut pertanian Bogor 2 km jaraknya.2
PP. Darut Tafsir. Pondok darut-tafsir pun di pindah tangan oleh anak
beliau KH. Nu’man Istichori beliaulah penerus sekaligus pimpinan pondok
hingga sampai saat ini.
Beliau pun tidak menghilangkan tradisi pondok pesantren yang telah
dibangunnya ini, Pesantren yang telah hidup berabad-abad lamanya di
Persada Ibu Pertiwi mempunyai tradisinya sendiri. Yaitu Pendidikan dan
Pengajaran tidak mempunyai batas waktu. Kyai sebagai gurunya senantiasa
berada ditengah-tengah santrinya. Hubungan kyai dengan santrinya sangat
erat sekali, bagaikan keluarganya sendiri. Para santri bukan saja menerima
pelajaran-pelajaran dari kyainya, tapi juga mengikuti segala jejak langkahnya,
dan disinlah terletak ruh pesantren.
Pengembangan itu muncul ketika struktur pembelajaran pondok
pesantren darut-tafsir ini mengikuti kurikulum dari pemerintah dibuatlah
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Madrasah Aliyah (MA) dan sekolah
1 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
Lampiran 5, h, 262 2 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5, h ,265
44
menengah akhir (SMA), barulah pengembangan itu muncul, santri-santri
pada saat itu hingga sekarang dapat mempelajari pelajaran pondok sampai
dengan pelajaran umumiah.
B. Tujuan Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Pondok Pesantren Darut Tafsir didirikan, sebagaimana ikhtisar sejarah
lahirnya, memiliki tujuan antara lain:
1. Sebagai wadah dalam berkhidmat terhadap kewajiban setiap insane dalam
upaya izzul Islam wal Muslim.
2. Pemberian layanan pendidikan kepada ummat, yang sesuai dengan ajaran
Islam secara optimal dan ideal, sehingga ummat mampu menjadi pelaku
segala pembaharuan dan kemajuan.
3. Berupaya menjembatani perbedaan-perbedaan faham fiqhiyyah melalui
pendekatan keilmuan, serta perbedaan faham politik dan lainnya. Sehingga
diharapkan akan terwujud Ukhuwah Islamiyah secara harmonis.3
C. Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Tabel 1.1
Sarana dan Prasarana Fungsi
1. Masjid
2. Lap Bola
3. Lap Bulutangkis
1) Memudahkan santri untuk solat berjama’ah
dipondok pesantren darut-tafsir
2) Santriwan dapat bermain bola tanpa
menyewa lapangan dan juga dapat dijadikan
lapangan pramuka
3) Dapat dijadikan arena bermaen bulu tangkis
dan juga dapat dijadikan lapangan tempat
untuk senam pagi dan lapangan upacara
3 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5,h, 269.
45
4. Kantin
5. Aula
6. Kelas
7. Ruang Osis
8. Ruang Rapat
9. Lab Komputer
bendera setiap senin
4) Tempat dan sarana prasarana santri utuk
membeli kebutuhan sehari-hari guna tidak
dibolehkannya keluar dari pon-pes.
5) Tempat untuk perkumpulan santriawan dan
santriawati dalam muhadoroh setiap kamis
malam jum’at
6) Tempat untuk berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar di sekolah pon-pes darut-
tafsir
7) Ruang perkumpulan organisasi intra sekolah
(osis)
8) Biasa dipakai untuk mengadakan rapat guru-
guru maupun tempat orang tua wali bertemu
dengan anaknya
9) Tempat belajar komputer dan
pengaplikasiannya.
Sumber : Wawancara.4
D. Program Pendidikan Dan Ekstrakulikuler Pondok Pesantren-Darut-
Tafsir
1. Pendidikan formal
Siswa dan siswi pondok pesantren darut-tafsir mengikuti kegiatan
belajar mengajar dari jam 07:30 sampa dengan jam 12:30
2. Pendidikan informal
Tabel 1.2
Jenis kegiatan Hari dan jam
a) Sekolah diniyah
b) Olahraga
c) Pramuka
Senin- minggu jam : 13: 00
Jum’at pagi jam 08:00
Sabtu dan minggu jam 09:00 sampai
selasai
4 Wawancara Pribadi Dengan Imanulyakin, Pengurus Pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pondok Pesantren Darut-Tafsir.
46
d) Muhadhoroh
e) Marawis
f) Keterampilan putri
g) Program bahasa
Kamis malam jam 19:30 ba’da isya
Jum’at siang jam 13:30 ba’da solat
jum’at
Jum’at siang jam 13:30 ba’da juhur
Setiap hari ba’da subuh
Sumber : Wawancara5
3. Ektrakulikuler
Tabel 1.3
Jenis Kegiatan Waktu Penyelenggaraan Keterangan
1. Pramuka
2. Muhadhoroh
3. Kaligrafi
4. Marawis
5. Keterampilan putrid
Sabtu dan Ahad
Malam Jum’at (putri)
Malam Ahad (putra)
Jum’at
Jum’at
Jum’at
Wajib
Wajib
Wajib
Sukarela
Sukarela
Sukarela
Sumber: Wawancara6
E. Struktur Organisasi Di Pondok Pesantren Darut-Tafsir
SUSUNAN PENGURUS PRIODE 2012-2013
YAYASAN PEMBINA DAN PEMELIHARA PP. DARUT TAFSIR
1. BADAN PENGURUS
Ketua Umum
Wakil Ketua
Sekretaris Umum
: KH. Nu’man Istichori
: Drs. Ahmad Halwan Istichori
: Drs. Nadjib Istichori
: Drs. Abdul Muiz Istichori
5 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5, h, 272 6 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5, h, 272.
47
Sekretaris
Bendahara Umum
2. BIDANG-BIDANG
Bidang Pendidikan & pengajaran
Bidang Pembangunan & Pengembangan
Bidang Kesekretariatan
Bidang Perpustakaan & Laboratorium
Bidang Pengabdian & HUMAS
: Imanul Yaqin, S.Sos.I
: Jajat Faizah, BA
: Mukholil Isma’il, S. Ag
: Tadmuddin, S. Ag
: Isma’il Ishak, S. Ag
: Hadjmi Sunarya, BA
: As’ad Utsman, S. Ag
: Drs. Madyani
: Tatang Kosasih, BA
3. BADAN PENGAWAS : Drs. Jalaluddin Istichori
: Ir. Hasan Basri
4. PENGURUS UNIT-UNIT BAGIAN
I. Madrasah Tsanawiyah
Kepala Madrasah
Waka. Madrasah
II. Madrasah Aliyah
Kepala Madrasah
Waka. Madrasah
III. Sekolah Mengah Atas
Kepala Sekolah
Waka. Sekolah
IV. Madrasah Diniyah
: Drs. Jalaluddin Istichori, MM
: Abdul Hakim, S. Kom
: Irta, SE
: Isma’il Ishak S. Ag
: Herawati, S. Pd
: Tadmuddin, S. Ag
48
Kepala Diniyah
Waka. Diniyah
V. Bagian Pengasuhan
Pengasuhan Putra
Pengasuhan Putri
: Drs. Madyani
: Mukholil Isma’il, S. Ag
: Ust. Kosasih
: Imanul Yaqin, S. Sos. I
: Bambang Handoko, S. Pt
: Ustz. Mardhiyah, S. Ag
: Ustz. Nurul Muthmainnah
TATA KERJA PENGURUS DAN PEMBAGIAN TUGAS
YAYASAN PEMBINA DAN PEMELIHARA PP. DARUT TAFSIR
I. TATA KERJA DAN PEMBAGIAN TUGAS BADAN PENGURUS
A. Ketua Umum/ Pimpinan Umum
1. Bertindak selaku penanggung jawab organisasi secara utuh baik ke
dalam maupun keluar organisasi,
2. Mengkoordinir dan atau memantau langsung atau tidak langsung
terhadap jalannya organisasi
3. Memegang dan membuat garis kebijaksanaan umum organisasi
berdasarkan musyawarah/ mufakat,
4. Berkewenangan memberi petunjuk-petunjuk teknis kepada pengurus
dalam bidang dan tugasnya masing-masing,
5. Menunjuk, mengangkat dan memberhentikan (berdasarkan
musyawarah):
49
a. Pengurus lainnya
b. Kepala-kepala bidang/ bagian
c. Kepala-kepala/ Ketua-ketua Unit
d. Kepala-kepala Sekolah (Madrasah Tsanawiyah, Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Diniyah)
6. Memberikan bimbingan kepada bawahan tentang bagaimana
seharusnya menjadi anggota organisasi yang baik dan bertanggung
jawab,
7. Demi mengambil kebijaksanaan, Ketua umum/ pimpinan umum
meminta pertanggung jawaban hanya kepada pengurus yang
membidanginya,
8. Membuat Rancangan Anggaran Belanja Organisasi,
9. Menandatangani surat-surat yang berkaitan dengan kepentingan
organisasi,
10. Memimpin rapat-rapat dan pertemuan organisasi,
11. Menerima saran, pendapat dan kritik guna kelancaran tugas dan
perbaikan organisasi di masa datang.
B. SEKRETARIS
1. Ketatausahaan organisasi baik ke dalam maupun keluar organisasi,
2. Rumah tangga organisasi dan kelengkapan organisasi serta
kelengkapan administrasinya,
3. Membina ketatausahaan Bidang-bidang di lingkungan organisasi,
antara lain:
50
a. Ketatausahaan sekolah-sekolah
b. Ketatausahaan kesiswaan/ santri
c. Ketatausahaan Diniyah
d. Ketatausahaan bagian-bagian yang telah dan akan dibentuk
4. Pendataan-pendataan dan inventarisasi
5. Rencana kerja kegiatan organisasi
6. Pengadiministrasian dan menajemen seluruh bidang dan unit kerja
di lingkungan organisasi
7. Menyiapkan, memelihara dan mengembangkan sarana
kesekretariatan
8. Menandatangani surat-surat yang berkenaan dengan kepentingan
organisasi
9. Mewakili Ketua/ pimpinan di dalam maupun keluar organisasi,
10. Menerima saran, pendapat dan kritik guna kelancaran dan
perbaikan tugasnya,
11. Melaksanakan tugas-tugas lainnya.
C. BENDAHARA
1. Menghimpun, menyimpan, mengamankan serta mencari sumber
dana dari dan untuk organisasi,
2. Mengeluarkan dana untuk kepentingan organisasi dengan
persetujuan Ketua/ pimpinan,
3. Mengadministrasikan dengan baik dan benar seluruh dana dari dan
untuk organisasi,
51
4. Mewakili Ketua/ pimpinan ke dalam maupun keluar organisasi,
5. Melaksanakan tugas lainnya dari Ketua/ pimpinan
6. Bertanggung jawab terhadap tugasnya,
7. Menandatangani surat-surat yang berekenaan dengan kepentingan
organisasi,
8. Menerima saran, pendapat dan kritik guna kelancaran tugas dan
perbaikan organisasi di masa mendatang
D. BIDANG-BIDANG/ BAGIAN-BAGIAN
1. Bidang Pendidikan dan Pengajaran
a. Mengkoordinir kegiatan proses pembelajaran di lingkungan
organisasi yakni: Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,
Sekolah Menengah Atas, Madrasah Diniyah, kursus-kursus
maupun ekstrakurikuler-ekstrakurikuler.
b. Menyiapkan, merencanakan dan mengembangkan bahan-
bahan pengajaran, bersama-sama dengan para kepala
masdrasah, dan kursus-kursus.
c. Menyiapkan, merencanakan evaluasi serta tindak lanjutnya
bersama-sama para kepala madrasah/ sekolah serta kursus-
kursus,
d. Menyiapkan kalender pendidikan dam kurikulum-kurikulum
e. Menerima tugas lainnya dari Ketua
f. Mempertanggungjawabkan bidang tugasnya
g. Menerima saran, pendapat dan kritik guna perbaikan dan
kelancaran tugasnya di masa mendatang.
52
2. Bidang Pembangunan dan Pengembangan
a. Membuat perencanaan pembangunan dan pengembangan
komplek PP. Darut Tafsir, sehingga menjadi kampus yang ideal
b. Menata, mengurus dan memelihara gedung-gedung yang telah
dan akan dimiliki,
c. Membantu mengawasi proses pelaksanaan pembangunan
d. Membantu menggali sumber dana guna terlaksananya program
pembangunan
e. Menerima tugas lainnya dari Ketua
f. Bertanggung jawab atas bidang tugasnya
g. Menerima saran, pendapat dan kritik guna perbaikan dan
kelancaran tugasnya di masa mendatang.
3. Bidang Laboratorium dan Perpustakaan
a. Merencanakan dan mengembangkan perpustakaan
b. Menyiapkan kader-kader pustakawan/ wati
c. Mengadakan penyuluhan tentang perpustakaan kepada santri/
siswa
d. Mengadakan kerjasama dengan organisasi lain dalam bidang
perpustakaan
e. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen perpustakaan
f. Merencanakan, melengkapi dan mengembangkan bahan-bahan
penunjang perpustakaan
g. Menerima tugas lainnya dari Ketua
h. Mempertanggungjawabkan bidang tugasnya
53
i. Menerima saran, pendapat dan kritik guna perbaikan dan
kelancaran tugasnya di masa mendatang.
4. Bidang Pengabdian dan Hubungan Masyarakat
a. Membina para alumni PP. Darut Tafsir
b. Menginformasikan tentang segala kegiatan PP. Darut Tafsir,
baik kepada alumni maupun masyarakat luas,
c. Merencanakan dan membuat majalah, buletin, brosur, dan
lainnya
d. Mengadakan kerjasama dengan humas-humas organisasi
lainnya
e. Melakukan pendokumentasian kegiatan-kegiatan organisasi
f. Menyelenggarakan administrasi kehumasan
g. Menerima tugas lainnya dari Ketua
h. Mempertanggungjawabkan bidang tugasnya
i. Menerima saran, pendapat dan kritik guna perbaikan dan
kelancaran tugasnya di masa mendatang.
II. TATA KERJA BADAN PENGAWAS
1. Mengawasi jalannya organisasi, serta melakukan pemeriksaan
pembukuan keuangan
2. Memberikan penilaian objektif terhadap proses dan hasil kerja pengurus
3. Melaksanakan administrasi pengawasan, serta melaporkan hasil
kerjanya kepada Dewan Pendiri
4. Bertanggung jawab atas bisang tugasnya
54
5. Menerima saran, pendapat dan kritik guna kelancaran dan perbaikan
tugasnya di masa mendatang.7
7 Data dikutip dari Dokumen Yayasan Pondok Pesantren Darut Tafsir Tahun 2013,
lampiran 5, h, 277.
55
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Komunikasi Organisasi KH. Nu’man Istichori di pondok Pesantren
Darut-Tafsir merupakan gaya kepemimpinan yang demokrasi, pemimpin
yang demokrasi selalu menyeimbangi kepentingan bersama, dengan
melakukan musyawarah mufakat, termasuk dalam hal teknik pengambilan
keputusan. kyai sebagai pemimpin selalu melakukan ini kepada bawahannya,
karena untuk pengambilan keputusan kyai selalu mengajak ustadz maupun
santri dalam membuat suatu keputusan bersama. Komunikasi yang efektif
dapat dilihat dari komunikasi oragnisasinya. Peneliti menggunakan teori
Charles Redding yang mengemukakan lima dimensi iklim komunikasi
sebagai indikator penelitian.
A. Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Setiap pemimpin dalam suatu organisasi memiliki gaya masing-masing ,
inti dari gaya kepemimpinan ialah bagaimana cara pemimpin mengambil
sebuah keputusan. Pemimpin mengambil bagian yang sentral dalam
memahami prilaku kelompok, karena pemimpinlah yang biasanya
memberikan pengarahan menuju pencapaian bersama.
Peneliti menganalisis kepemimpinan KH. Nu’man Istichori berdasarkan
4 ciri gaya kepemimpinan demokrasi :
1. Keputusan Yang Dibuat Bersama Bersifat Musyawarah
Keputusan yang telah dimusyawarahkan secara mufakat dalam
rapat, maka keputusan tersebut sifatnya mutlak dan tidak dapat diganggu
56
gugat oleh siapapun. Dalam kegiatan pesantren hampir keseluruhan
merupakan hasil dari musyawarah, hal ini di laksanakan agar semua
pengurus pondok dapat mengikuti dan bertanggung jawab dalam
kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, peneliti dapat
menganalisis bahwa KH. Nu’man Istichori memiliki ciri-ciri pemimpin
yang demokratis, beliau sering membuat keputusan dengan bekonsultasi
terlebih dahulu, baik dengan ustadz maupun santri sebagai pengurus
pondok pesantren darut-tafsir. Komunikasi sering mengalir dari bawahan
keatasan maupun dari atasan ke bawahan. Senada dengan perkataan
imanulyakin, ustadz di Pondok Pesantren Darut-Tafsir , menurutnya
“Setahu saya selama ini gaya pemimpin yang di gunakan oleh
KH. Nu’man istichori adalah gaya kepemimpinan yang
demokratis, terbukti dalam pengambilan keputusan seorang kiyai
senantiasa melibatkan bawahannya, seperti yang telah saya
utarakan kepada anda tentang permasalahan yang berkaitan
kesiswaan, kurikulum dan keuangan. Seorang kiyai selalu
melibatkan pengurus tertentu untuk pengambilan keputusan yang
dianggap paling mendukung untuk kemajuan pesantren.1”
Pemimpin yang demokratis ialah pemimpin yang menjalani fungsi
komunikasi secara efektif dan efesien dengan bawahannya, komunikasi
tersebut mengalir dua arah. Ketika peneliti mengkonfirmasi ulang
mengenai gaya kepemimpinan di pondok pesantren darut-tafsir kyai
mengutarakan,
“Sikap pemimpin itu dilihat dari keadaan, keadaaan yang
dimaksud adalah keadaan yang sebelum dan sesudah
pengambilan keputusan. pada saat sebelum pengambilan
keputusan, saya selalu berkonsultasi dengan bawahan saya,
setelah mendapat masukan dari bawahan, barulah saya akan
1 Wawancara Pribadi Dengan imanulyakin, ustadz pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pesantren Darut-Tafsir.
57
memutuskan keputusan itu dengan sikap tegas”2.
“Pada saat saya mengambil keputusan saya selalu memperhatikan
keadaan sekitar karena, bawahan di pesantren ini bukan orang-
orang yang ditindak secara otoriter, mereka memiliki banyak
masukan dan sekalipun saya pemimpin saya tidak boleh
memaksakan kehendak. Tetapi saya harus tetap bersikap tegas
dan bijaksana.3”
Pengambilan keputusan dalam komunikasi organisasi memang
dibutuhkan sifat demokratis seorang pemimpin agar tercapainya tujuan
bersama, karena pemimpin itu tidak dapat berjalan sendiri pada saat
memecahkan masalah, pemimpin yang baik harus mau menarima
menerima baik ide atau gagasan dari bawahan. Pemimpin yang baik ialah
pemimpin yang bukan sesuka hatinya dalam menentukan suatu
kebijakan.
Kesuksesan seorang pemimpin dipengaruhi dari beberapa faktor,
yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan dan keadaan. Ketiga faktor tersebut
harus selaras dan disatukan, sehingga gaya kepemimpinan yang
dijalankan dapat berfungsi dengan baik.
Menurut Stephen P.Robbins dalam teori ciri menguraikan, yang
membedakan pemimpin dengan yang bukan pemimpin itu ada 6 ciri
yaitu, ambisi dan energy, hasrat untuk selalu memempin, kejujuran dan
keutuhan, percaya diri, kecerdasan, dan pengetahuan yang relefan dengan
pekerjaan.
Melalui konfirmasi Kyai dan santrinya, kiyai hampir memiliki ke-6
ciri itu walaupun tidak begitu sempurna. Kejujuran, kecerdasan serta
2 Wawancara Pribadi dengan KH. Nu’man Istichori, Pimpinan Pondok, Bogor, 29 Maret
2014, Pesantren Darut-Tafsir. 3 Wawancara Pribadi dengan KH. Nu’man Istichori, Pimpinan Pondok, Bogor, 29 Maret
2014, Pesantren Darut-Tafsir.
58
pengetahuan yang luas mengenai dunia pendidikan terlihat sangat
menonjol pada diri kyai, mungkin hal ini yang membawa pesantren
kepada kemajuan yang dicapai selama ini. Pengetahuan pemimpin
pesantren selama kurang lebih 20 tahun ini membuat percaya diri yang
besar kepada khalayak luas. Sikap kejujuran yang dimiliki kiyai dan guru
ialah memupukan rasa saling percaya yang erat.
2. Anggota Bekerja Secara Bebas
Di pesantren ini terdapat kegiatan rutin yang dilakukan oleh pihak
pesantren yaitu kegitan Haul pesantren. Pada saat sebelum pelaksanaan
Haul, akan dibentuk panitia yang terdiri dari ustadz dan santri. Ustadz
berhak menentukan rekan yang agar dilihat masyarakat luas, pada saat
membuat Haul pesantren darut-tafsir ustadz berhak menentukan
banyaknya rekan kerja untuk pelaksanaan haul. Hal ini dapat
mencerminkan bahwa ustadz bebas memilih untuk bekerja dengan siapa
saja. Dan kebebasan memilih rekan kerja ini disepakati oleh kiyai karena
menurutnya kegiatan haul memerlukan sumber daya manusia cukup
banyak sehingga terjadi keselarasan dalam bekerja.
3. Pemberian Alternative Keputusan
Dalam rapat semua ustadz yang bersangkutan harus mengutarakan
pendapatnya, seperti halnya ketika Peraktek Keguruan Lapangan (PKL)
dan Peraktek Dakwah Lapangan (PDL). Pada rapat yang dilaksanakan
diruang rapat, kiyai mengajak ustadz yang hadir untuk mendiskusikan
kegiatan PKL dan PDL, pada rapat itu yang dibahas adalah tempat mana
saja yang dijadikan tujuan para santri, maka beberapa ustadz
59
mengusulkan 6 tempat PKL dan PDL karena pertimbangan waktu yang
singkat, sedangkan dari guru mengusulkan 9 tempat PKL dan PDL
dengan hitungan waktu 2 bulan sedangkan kiyai memiliki usulan untuk
melakukan PKL dan PDL 6 tempat dengan waktu 1 bulan. Hasil akhir
dari voting suara ialah usulan dari ustadz yang pertama mendapat banyak
tanggapan dan guru yang lainnya menyetujui PKL dan PDL hanya
dilakukan di 6 tempat dalam kurun waktu 1 bulan. Dan semua pihak baik
dari kiyai ustadz dan guru menyetujui musyawarah mufakat ini.
Jika keputusan telah didapat oleh semua pihak tidak ada seorangpun
yang mampu mengubah keputusan, karena dalam setiap pengambilan
keputusan hasil dari musyawarah mufakatlah yang menjadi otoritas dari
pelaksanaan kegiatan.
4. Keputusan Kelompok Diskusi Serta Dorongan Dari Seorang
Pemimpin
Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Imanulyakin yang
menjabat sebagai ustadz pengasuh di Pondok Pesantren Darut-Tafsir,
jika rapat Himpunan Alumni Darut-Tafsir (HIMADA) yang diadakan di
pondok pesantren sedangkan kiyai tidak berada dilingkungan pesantren
maka ustadz yang berwenang akan diberi tugas untuk memimpin rapat
guna mencapai sebuah keputusan.
Ketika rapat HIMADA pada tanggal 1 juni 2013 rapat dipimpin oleh
ustadz Mohyani selaku ketua alumni di pondok pesantren darut-tafsir,
dan dapat diikuti oleh ustadz yang berwenang dan beberapa perwakilan
alumni. Pada saat rapat tersebut membahas program yang dilaksanakan
60
oleh alumni. Berdasarkan hasil keputusan yang disepakati oleh semua
pihak maka kegiatan membuat profil pesantren akan dilaksanakan mulai
1 juli 2013 setelah itu ustadz dan guru akan menyampaikan hasil
keputusan rapat kepada kiyai.
“ketika diadakan rapat seperti kemarin tapi kondisinya kiyai
berhalangan hadir, pihak sekolah menjadi bingung siapa yang
memimpin rapat karena biasanya yang memimpin rapat ialah
kiyai, tugas kiyai dialih punsikan kepada ustadz kepercayaan
maka ustadz kepercayaan itu harus memimpin rapat dan
mengambil sebuah keputusan yang telah disepakati seluruh pihak
serta lansung disampaikan kepada kiyai dan biasanya kiyai
langsung setuju dengan kemufakatan bersama.”4
B. Pengambilan Keputusan Dalam Komunikasi Organisasi Di Pondok
Pesantren Darut-Tafsir
Setiap organisasi memiliki atmosfir tersendiri, ahli komunikasi
menggunakan istilah komunikasi organisasi untuk menggambarkan tingkat
kenyamanan para ustadz di pondok. Iklim komnukasi organisasi sangat
berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan, dan kenyaman para ustadz. Iklim
komunikasi yang bersifat positif mampu menciptakan suasuna kerja yang
bersifat kekeliuargaan dan ustadz akan merasa bebas leluasa mengemukakan
apa yanga ada dalam pikiran mereka baik itu kepada rekan kerjaa sejawad
ataupun kiyai. Suasana yang nyaman di tempat kerja adalah iklim yang
mendukung untuk menganalisa, peneliti menggunakan teori Charles Redding
yang mengemukakan lima dimensi penting dalam iklim komunikasi
organisasi dan akan diuraikan satu persatu.
4 Wawancara Pribadi Dengan Imanulyakin, pengurus pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pesantren Darut-Tafsir.
61
1. Supportivenness
Supportivenness adalah dukungan atasan kepada bawahan dapat
dilihat dari seberapa seringnya kiyai memberikan saran, sarana dan
solusi. Untuk mempermudah kinerja ustadz maka kiyai memberikan
fasilitas tempat tinggal untuk ustadz bermukim di pesantren, selain itu
untuk menunjang eksistensi dan potensi ustadz, kiyai mengajak dan
mempasilitasi ustadz untuk mengikuti trening di beberapa pelatihan.
“dukungan dari kiyai banyak, terutama yang kita ketahui untuk
menunjang kinerja ustadz bentuk dari dukungan itu berupa
pelatihan yang diikuti oleh ustadz dan memperoleh banyak manfaat
tentang proses pengajaran. Tujuan dari pelatihan itu untuk
menciptakan ustadz dan guru-guru yang berkualitas.”5
Masukan dari ustadz sering diterima kiyai dan menjadi bahan
pertimbangannya, dari bahan pertimbangan itu kiyai akan memanggil
ustadz yang berwenang keruangannya, dan dalam pembicaraan itu kiyai
akan mendengarkan laporan permasalahan yang terjadi. Dan jika
memang ustadz merasa kesulitan untuk menagani masalah tersebut
maka kiyai akan memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah.
2. Partisipasi Membuat Keputusan
Dalam rapat yang diadakan di pesantren darut-tafsir, setiap ustadz
dan alumni pondok pesantren darut-tafsir di harapkan memberikan
masukan, gagasan, dengan tujuan agar ada berapa opsi untuk
memecahkan masalah. Hampir semua ustadz dan alumni aktif dalam
komunikasi pada saat rapat berlangsung. Contohnya ketika rapat pada
bulan desember 2013 membahas tentang strategi dalam penerimaan
5 Wawancara Pribadi Dengan Imanulyakin, pengurus pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pesantren Darut-Tafsir.
62
santri baru dan menyebarluaskan info pesantren darut-tafsir, beberapa
ustadz dan alumni memberikan gagasan agar penyebarluasan info
baiknya dilakukan sesuai perkembangan jaman, seperti melalui internet.
Tentang strategi pemasaran kiyai memberi masukan sebaiknya
mengikuti tahun-tahun sebelumnya, kemudian keputusan ditetapkan
melalui pengambilan suara secara voting. Dan hasil dari voting tersebut
merupaka kesepakatan bersama. Seperti yang disampaikan oleh ustadz:
“waktu itu pernah kami membicarakan soal strategi penerimaan
santri baru, akhirnya ada salah satu ustadz yang mengusulkan
strategi pemasaran melalui internet, karena media internet adalah
media yang mengikuti perkembangan jaman, jika masih
menggunakan brosur dan sepanduk itu katanya sudah ketinggalan
jaman, setelah kami pertimbangkan ada benarnya dan
alhamdulillah sudah terealisasikan.”6
3. Kepercayaan
Kepercayaan adanya saling percaya antara atasan dan bawahan
adalah rasa yang mahal harganya dalam menjalin organisasi, kiyai
percaya akan tanggung jawab yang telah diberikan oleh ustadz, dan
ustadzpun menjalankan beban tanggung jawab yang telah diberikan
dengan semaksimal mungkin. Dengan adanya rasa percaya ini kiyai
tidak begitu saja lepas tangan dengan apa yang dikerjakan oleh ustadz
akan tetapi kiyai tetap melakukan kontrol, sebab rasa percaya yang
diberikan semata-mata sebagai rasa demokratisnya seorang pemimpin
dengan memberikan kepercayaan penuh kepada bawahannya, namun
untuk membatasi kepercayaan itu tetap mengontrol dan memberi arahan
kepada bawahannya, seperti yang diungkapkan oleh kiyai:
6 Wawancara Pribadi Dengan Imanulyakin, pengurus pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pesantren Darut-Tafsir.
63
“saya selalu berusaha jujur baik dengan ustadz atau lainnya dan saya sangat mempercayai mereka karena jika kejujuran dan kepercayaan tidak dijalani secara bersamaan dan tidak diterapkan dalam struktur organisasi maka akan percuma. Oleh karena itu mereka harus saling jujur dan mempercayai satu sama lain yang telah diamanatkan kepada masing-masing bawahan.”
7
Faktor kesuksesan dalam menjalankan sebuah organisasi ialah rasa
kepercayaan dan kejujuran yang dimiliki masing-masing anggotanya.
Jadi rasa kepercayaan dan kejujuran bukan hanya milik atasan atau
bawahan saja, melainkan milik kedua-duanya.
4. Keterbukaan
Selain faktor diatas maka ada satu hal lagi yang menjadi perhatian
anggota organisasi yaitu sifat keterbukaan, karena dalam menjalankan
tugasnya atau masalah yang ada dalam organisasi, semua harus
memiliki sifat terbuka, atasan hendaknya terbuka dengan bawahan
begitupun sebaliknya, sebab rasa keterbukaan akan memupuk rasa
kekeluargaan yang tinggi dalam organisasi.
Keterbukaan ialah salah satu sikap untuk meningkatkan rasa
empati, sehingga anggota organisasi saling pengertian satu dan lainnya.
Kedekatan yang terjalin antar organisasi diawali oleh rasa keterbukaan
dan mempererat rasa persaudaraan. Keterbukaan dapat dilakukan
melalui berkomunikasi baik dengan formal maupun informal. Melalui
komunikasi formal misalnya dalam kondisi rapat. Dan komunikasi
informal dalam kondisi rileks atau santai.
Melihat hal semacam ini atasan harus bisa berbaur dengan
bawahannya bukan hanya mengenai masalah pekerjaan namun bisa juga
membicarakan tentang kehidupan pribadi.
7 Wawancara Pribadi dengan KH. Nu’man Istichori, Pimpinan Pondok, Bogor, 29 Maret
2014, Pesantren Darut-Tafsir.
64
“kalau bicara konteks pekerjaan itu sudah pasti namanya
informal. Menurut saya melalui komunikasi informal saya dapat
mengetahui lebih mendalam soal ustadz itu.”8
5. Tujuan Kinerja Yang Tinggi
Tujuan kinerja harus dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota
oragnisasi, atasan harus memberikan informasi yang jelas mengenai
tugas pekerjaan bawahannya agar tidak terjadi kesalahan di kemudian
hari, hal ini dilakukan agar tercapainya tujuan, visi dan missi organisasi
tersebut. Tujuan dari organisasi itu adalah acuan kariawan dalam
bekerja, karena dalam adanya tujuan menjadi motivasi dalam organisasi
di pondok pesantren darut-tafsir setiap ustadz diberikan buku pedoman
proses belajar mengajar agar mereka melihat batasan-batasan yang
harus di sampaikan kepada santri dan ustadz dapat bekerja dengan baik.
“kejelasan mengenai pekerjaan ustadz saya rasa cukup jelas, setiap awal tahun ajaran biasanya kita akan mengikuti rapat yang diselenggarakan oleh pesantren dan dipimpin oleh kiyai berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing ustadz.”
9
Dipondok pesantren darut-tafsir soal kejelasan informasi mengenai
pekerjaan yang didapatkan dari buku pedoman yang berasal dari
pesantren, bila ada satu hal yang kurang jelas maka ustadz bisa bertanya
kepada penannggung jawab yang bersangkuatan atau bertanya langsung
kepada kiyai, namun jalannya mengikuti prosedur yang ada. Misalkan
mengenai profil pondok pesantren bisa ditanyakan kepada KH. Nu’man
Istichori, untuk membicarakan dengan atasan merupakan hal yang
cukup mudah namun prosedur pesantren harus dijalankan sesuai dengan
peraturan yang ada.
8 Wawancara Pribadi dengan KH. Nu’man Istichori, Pimpinan Pondok, Bogor, 29 Maret
2014, Pesantren Darut-Tafsir. 9 Wawancara Pribadi Dengan Imanulyakin, pengurus pondok, Bogor, 29 Maret 2014,
Pesantren Darut-Tafsir.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, sebagai upaya dari hasil pembahansan dalam penulisan
skripsi ini maka dapat di simpulkan :
1. Gaya kepemimpinan yang dipakai adalah gaya demokrasi
Bahwa gaya kepemimpinan KH. Nu’man Istichori dalam
komunikasi organisasi dipondok pesantren darut-tasir merupakan bentuk
dari gaya kepemimpinan demokrasi, dimana kiyai sebagai pemimpin
memiliki sikap tegas namun tidak otoriter, ketegasan di butuhkan pada
setiap tubuh pemimpin agar iya mampu mengarahkan anggota organisasi
dalam pencapaian tujuan bersama.
Kiyai berlaku demoksrasi dalam hal apapun misalnya, berdemokrasi
dalam pengambilan keputusan pada komunikasi organisasi, komunikasi
yang digunakan adalah komunikasi dua arah. Sehingga bukan hanya kiyai
yang dapat mengutarakan pendapat akan tetapi ustadz pun ikut andil
didalamnya.
2. Teknik dalam pengambilan keputusan
Dalam dimensi iklim komunikasi, dimana iklim komunikasi terdapat
partisipasi dalam membuat keputusan, keputusan yang diambil dalam
komunikasi organisasi di pondok pesantren darut-tafsor ini cenderung
bersifat demokrasi dimana pemimpin mampu mempengaruhi dan
mengarahkan ustadz agar turut serta dalam membuat keputusan, sehingga
66
keputusan bukan hanya milik pimpinan semata namun anggota organisasi
bersama. Hal itu dilaksanakan dengan maksud agar tujuan, visi dan misi
dapat diraih dengan kerjasama yang baik, dan anatara pemimpin dan
bawahan saling bertukar pikiran demi kemajuan pesantren. Jika hanya
kiyai yang memikirkan kemajuan pesantren hal ini dirasa sangat berat bila
ustadz memberi masukan mengenai program kerja pesantren dan di
setujui semua pihak maka proses pelaksanaan dilapangan akan mendapat
dukungan yang sangat besar, sebab ustadz akan lebih bertanggung jawab
dalam merealisasikan.
B. Saran
1. Diharapkan dengan adanya penelitian di Pondok Pesantren Darut-Tafsir
ini mengenai Komunikasi Organisasi KH. Nu’man Istichori di Pondok
Pesantren Darut-Tafsir, para ustadz dan santri mampu mengutarakan
ide/gagasannya untuk kemajuan pondok.
2. Disarankan kepada pimpinan pondok pesantren darut-tafsir agar dapat
menambah pasilitas yang ada, guna memotivasi santri dalam kegiatan
belajar mengajar di pondok pesantren darut-tafsir ini.
3. Diharapkan kepada ustadz dan usatdzah di pondok peasantren darut-tafsir
ini lebih sering mengikuti program trening pengajaran guna meningkatkan
kualitas pengajaran di pondok pesantren.
4. Diharapkan kepada santri pondok pesantren darut-tafsir, dapat menjaga
fasilitas yang ada, agar fasilitas tersebut terus membaik sampai dengan
regenerasi berikutnya.
67
5. Di sarankan kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, agar
jurusan ini tidak hanya mengandalkan materi saja, melainkan peraktek
langsung kepada pelaksanaannya, dan juga fasilitas yang lebih mumpuni
agar mahasiswanya lebih paham lagi dengan jurusan mereka.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arifin M, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksana, Cet, Ke-3, 1994.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007.
Cevich John M. Ivan, Konopaske Robert and Matteson Michael T. Perilaku dan
Manajemen Organisasi, Jakarta: Erlangga, 2005.
Gundi YS, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: Grasindo,1998.
Hamid Nasuha, Rofi Ismatu, Faturrahman Oman, M. Syairozi Dimyati, Netty
Hartati, Spoyiansyah Jaya Putra, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta:
CeQDA.
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi Teori Dan Praktik Dalam Bidang
Pendidikan, Bandung PT. Rosdakarya, 2010.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN
jakarta Press , 2006.
Kartono Kartini, Pemimpin dan Kempemimpian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Cet.ke-7, 1994.
Kast Fremont E. and Rosenzweig James E. Organisasi Dan Manajemen, Jakarta:
Bumi Aksara, cet-5, 1995.
Mahdi Jamal, Menjadi Pemimpin Yang Efektif dan Berpengaruh, Bandung: PT.
Syamil Cipta Media, 2008.
Masmuh Abdullah, Komunikasi Organisasi, Malang: UMM Press, 2008.
Meleong Lexy. M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja
Rosda Karya, 2004.
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.ke-7,
2005.
R. Pace Wayne and Faules Don F. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, PT. Remaja Rosda Karya, Cet.Ke-6, 2006
Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung PT. Remaja Rosda
Karya, 2007.
69
Rivai Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Robbins Stephen P, Perlaku Organisasi, Jakarta PT. Prenhallindo, 1996.
Soemirat Soleh dkk, Komunikasi Organisional, Jakarta: Universitas Terbuka,
2000.
Surahmad Winarno, Menyusun Rencana Penelitian, Bandung: CV Tarsita, 1989.
Uchyana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Prekatek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet.ke-6, 2002.
Winardi SE, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Bandung: Rineka Cipta, 1990.
70
BERITA WAWANCARA KEPEMIMPINAN KH. NU’MAN ISTOCHORI
DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI DI PONDOK PESANTREN
DARUT-TAFSIR
Oleh : Kamaludin
Nim: 109051000211
Responden : KH. Nu’man Istochori
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Koresponden : Kamaludin
Waktu : Sabtu Tanggal 29 Maret 2014, Pukul 13.00
Tempat : Pondok Pesantren Darut-Tafsir
1. Menurut bapak Faktor apa yang mempengaruhi sikap pemimpin ?
“Sikap pemimpin itu diliat dari keadaan, keadaaan yang dimaksud adalah
keadaan yang sebelum dan sesudah pengambilan keputusan. pada saat sebelum
pengambilan keputusan, saya selalu berkonsultasi dengan bawahan saya,
setelah mendapat masukan dari bawahan, barulah saya akan memutuskan
keputusan itu dengan sikap tegas.”
2. Sikap apa yang bapak kyai ditunjukan dari seorang pemimpin terhadap ustadz?
“Saya selalu berusaha jujur baik dengan ustadz atau lainnya dan saya sangat
mempercayai mereka karena jika kejujuran dan kepercayaan tidak dijalani
secara bersamaan dan tidak diterapkan dalam struktur organisasi maka akan
percuma. Oleh karena itu mereka harus saling jujur dan mempercayai satu
sama lain yang telah diamanatkan kepada masing-masing bawahan.”
3. Komunikasi apa yang bapak kyai digunakan dalam konteks di luar pekerjaan?
“Kalau bicara konteks pekerjaan itu sudah pasti namanya informal. Menurut
saya melalui komunikasi informal saya dapat mengetahui lebih mendalam soal
ustadz itu.”
71
4. Bagaimana cara bapak didalam pengambilan keputusan di pondok pesantren
darut-tafsir ?
“Pada saat saya mengambil keputusan saya selalu memperhatikan keadaan
sekitar karena, bawahan di pesantren ini bukan orang-orang yang ditindak
secara otoriter, mereka memiliki banyak masukan dan sekalipun saya
pemimpin saya tidak boleh memaksakan kehendak. Tetapi saya harus tetap
bersikap tegas dan bijaksana.”
5. Biasanya berapa kali bapak mengadakan rapat dengan semua pengurus
pondok pesantren darut-tafsir ?
“Pertemuan diadakan oleh setiap pengurus 1 bulan sekali pertemuan.”
6. Apakah bapak memberikan kebebasan kepada ustadz dalam menyampaikan
pendapat kepada atasan ?
“Ustadz diberi kebebasan dengan sebebas-bebasnya untuk menyampaikan apa
yang ada dipikirannya terutama yang berkaitan tentang kemajuan pondok.”
76
BERITA WAWANCARA KEPEMIMPINAN KH. NU’MAN ISTOCHORI
DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI DI PONDOK PESANTREN
DARUT-TAFSIR
Oleh : Kamaludin
Nim: 109051000211
Responden : Ade Iskandar
Jabatan : Santri Pondok Pesantren Darut-Tafasir
Koresponden : Kamaludin
Waktu : Sabtu Tanggal 28 April 2014, Pukul 15:00
Tempat : Pondok Pesantren Darut-Tafsir
1. Bagi santri kepimimpinan KH. Nu’man Istichori seperti apa?
“pa kiyai adalah sosok pemimpin untuk menjadi panutan bagi para santri,
beliau tidak hanya mengajarkan ilmu dari segi teori saja, tetapi juga
mengajarkan para santri dari segi pelaksanaan beliau suka member contoh-
contoh perbuatan yang baik pada santri, untuk membuat santri lebih mengerti
dengan apa yang beliau ajarkan”
2. Sudah berhasilkah pakiyai sebagai pemimpin ?
“Tak ada gading yang tak patah, tak ada manusia yang sempurna. Apa lagi
dalam masalah kepemimpinan kekurangannya pasti ada baik dari segi teknis
maupun dari segi materi yang telah beliau kasih ke santri,kalo menurut saya
pakiyai sudah cukup baik dalam memimpin pondok pesantren darut-tafsir.”
3. Pernahkah diadakan rapat dengan santri mengenai pondok ?
“dalam organisasi di pondok pakiyai sangat support santrinya dalam
berorganisasi terutama organisasi kami yaitu OSPIDA (Organisasi Pelajar
Islam Darut-Tafsir) dalam rapat/ pertemuan kami dengan pakiyai diadakannya
pada 1 bulan sekali mengenai program yang kita adakan setiap harinya. Dan
rapat sesekali diadakan mendadak jika dating permasalahan terhadap sanri
lainnya.”
77
4. Gaya kepemimpinan yang seperti apa yang anda inginkan terhadap pakiyai ?
“Yang saya inginkan pakiyai selalu memantau atau terjun langsung ke
pondok, tidak hanya sekedar pemberi materi saja, melainkan memberikan
masukan agar kita lebih memiliki rasa kepemimpinan beliau, ya seperti gaya
pemimpin yang memiliki perencanaan, pengontrolan dalam arti secara
lansung, dan lebih peka terhadap keluhan santri.”
Informan
Ade Iskandar
72
BERITA WAWANCARA KEPEMIMPINAN KH. NU’MAN ISTOCHORI
DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI DI PONDOK PESANTREN
DARUT-TAFSIR
Oleh : Kamaludin
Nim: 109051000211
Responden : Ustadz Imanulyakin
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Koresponden : Kamaludin
Waktu : Sabtu Tanggal 29 Maret 2014, Pukul 13.00
Tempat : Pondok Pesantren Darut-Tafsir
1. Bagaimana menurut anda gaya kepemimpinan KH. Nu’man Istichori?
“Setahu saya selama ini gaya pemimpin yang di gunakan oleh KH. Nu’man
istichori adalah gaya kepemimpinan yang demokratis, terbukti dalam
pengambilan keputusan seorang kiyai senantiasa melibatkan bawahannya,
seperti yang telah saya utarakan kepada anda tentang permasalahan yang
berkaitan kesiswaan, kurikulum dan keuangan. Seorang kiyai selalu
melibatkan pengurus tertentu untuk pengambilan keputusan yang dianggap
paling mendukung untuk kemajuan pesantren.”
2. Bagaimana jika diadakan rapat, sedangkan bapak kyai berhalangan hadir?
“Ketika diadakan rapat seperti kemarin tapi kondisinya kyai berhalangan
hadir, pihak sekolah menjadi bingung siapa yang memimpin rapat karena
biasanya yang memimpin rapat ialah kyai, tugas kyai dialih pungsikan kepada
ustadz kepercayaan pakyai, maka ustadz kepercayaan itu harus memimpin
rapat dan mengambil sebuah keputusan yang telah disepakati seluruh pihak
serta langsung disampaikan kepada kyai dan biasanya kyai langsung setuju
dengan kemufakatan bersama.”
3. Dukungan yang seperti apa yang pernah kyai berikan?
“Dukungan dari kyai banyak, terutama yang kita ketahui untuk menunjang
kinerja ustadz bentuk dari dukungan itu berupa pelatihan yang diikuti oleh
73
ustadz dan memperoleh banyak manfaat tentang proses pengajaran. Tujuan
dari pelatihan itu untuk menciptakan ustadz dan guru-guru yang berkualitas.”
4. Apa yang anda lakukan ketika ada usulan dari ustadz lain?
“Waktu itu pernah kami membicarakan soal strategi penerimaan santri baru,
akhirnya ada salah satu ustadz yang mengusulkan strategi pemasaran melalui
internet, karena media internet adalah media yang mengikuti perkembangan
jaman, jika masih menggunakan brosur dan sepanduk itu katanya sudah
ketinggalan jaman, setelah kami pertimbangkan ada benarnya dan
alhamdulillah sudah terealisasikan.”
5. Bagaiman cara kerja ustadz dalam pondok pesantren ?
“Kejelasan mengenai pekerjaan ustadz saya rasa cukup jelas, setiap awal
tahun ajaran biasanya kita akan mengikuti rapat yang diselenggarakan oleh
pesantren dan dipimpin oleh kiyai berkaitan dengan hak dan kewajiban
masing-masing ustadz.”
Informan
Imanul Yakin
74
BERITA WAWANCARA KEPEMIMPINAN KH. NU’MAN ISTOCHORI
DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI DI PONDOK PESANTREN
DARUT-TAFSIR
Oleh : Kamaludin
Nim: 109051000211
Responden : Nur’asep Saifudin
Jabatan : Alumni Pondok Pesantren Darut-Tafsir
Koresponden : Kamaludin
Waktu : Kamis Tanggal 13 Maret 2014, Pukul 17.00
Tempat : Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Bagaimana menurut anda gaya kepemimpinan KH. Nu’man Istichori?
“Menurut saya gaya kepemimpinan yang dilakuakan oleh kyai nu’man
kepemimpinan yang sangat demokrasi, semisal saja ketika alumni mengajukan
kegiatan dipondok dalam kegiatan tersebut pakyai sempatnya hadir dalam
kegatan tersebut, lalu member support yang sangat kepada alumni semua yang
hadir saat itu, dia mau diberi usulan oleh kami, ya usulan baik untuk pondok si
yang terpenting.”
2. Bagaimana Menurut Anda Ketika Bapak Kyai Mengambil Keputusan ?
“Sudah baik ya. Kalo menurut saya, cara dia mengambil keputusan harus
dengan bermusyawarah dulu barulah dia memutuskan kalo keputasan itu harus
dijalankan ya hayuk dijalankan bersama-sama dia sosok yang seperti itu.”
3. Pernahkah diadakan rapat bersama alumni mengenai pondok pesantren darut-
tafsir?
“Kami dalam hal ini, sering sekali mengadakan rapat, karena alumni itu
sendiri mempunyai organisasi yang berkaitan dengan pondok, yaitu himpunan
alumni darut-tafsir (HIMADA).”
75
4. Berapa kali pertemuan diadakannya rapat bersama pakyai ?
“Tidak tentu si ya. Jika memang ada acara saja alumni mengundang pakyai
untuk menghadiri rapat tersebut, kalo tidak ada acara ya tidak ada rapat.”
Informan
Nur’asep Saifudin
80
Pengesahan Pengurus Baru Yang Ditanda Tangani Oleh KH. Nu’man Istichori
Pengesahan Pengurus Baru Yang Ditanda Tangani Oleh KH. Nu’man Istichori
81
Setelah Mengesahkan Pengurus Baru Pondok Pesantren Darut-Tafsir
82
Wawancara KH. Nu’man Istichori
83
Wawancara dengan Alumni Pondok Pesantren Darut-Tafsir
84
Rapat Bersama Satri Selaku Pengurus Pondok
Selesai Rapat Dengan Para Ustadz Dan Dewan Guru Pondok Pesantren Darut-Tafsir
85
Dewan guru bersama KH. Nu’man Istichori