komunikasi interpersonal pada satuan polisi …eprints.ums.ac.id/56113/1/naskah publikasi.pdftarget...

19
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Diajukan oleh: ADE AYU NURLAELI F 100130030 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: vanxuyen

Post on 31-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI PAMONG

PRAJA (SATPOL PP)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Diajukan oleh:

ADE AYU NURLAELI

F 100130030

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

i

HALAM AN PERSETUJUAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI PAMONG

PRAJA (SATPOL PP)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ADE AYU NURLAELI

F 100130030

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Susatyo Yuwono, S.Psi.,M.Si, Psi.

NIK/NIDN. 838/0624067301

Page 3: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI PAMONG

PRAJA (SATPOL PP)

Oleh:

ADE AYU NURLAELI

F 100130030

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Senin, 31 Juli 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Dewan Penguji:

1. Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, Psi. (.........................................)

(Penguji Utama)

2. Aulia Kirana, S.Psi, MA (.........................................)

(Penguji Pendamping I)

3. Permata Ashfi Raihana, S.Psi, MA (.........................................)

(Penguji Pendmping II)

Surakarta, 31 Juli 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi

Dekan,

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi.

NIK/NIDN. 876/0615127401

Page 4: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Juli 2017

Yang Menyatakan,

Ade Ayu Nurlaeli

F 100 130 030

Page 5: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

1

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP)

Ade Ayu Nurlaeli

Susatyo Yuwono

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendiskripsikan komunikasi interpersonal

pada Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Populasi dalam penelitian ini

adalah Satpol PP Kota Solo dan Kabupaten Boyolali. Pengambilan informan

dalam penelitian menggunakan teknik snowball sampling sehingga ditetapkan

sebanyak 10 orang yaitu 8 anggota Satpol PP sebagai subjek utama dan 2 Kepala

Satpol PP sebagai subjek pendukung. Kriteria informan dalam penelitian ini

adalah (a) bekerja di kantor Satpol PP Solo dan Boyolali, (b) memiliki status

pegawai tetap atau sudah dilantik, (c) menjabat dibidang Trantibum, (d) bertugas

sebagai penindak para pelanggar dilapangan. Metode dalam penelitian ini adalah

kualitatif fenomenologi. Metode pengumpulan data menggunakan metode

wawancara dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan cara

pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan maka

dari itu hasil analisis data menunjukkan bahwa cara komunikasi yang dilakukan

antara pimpinan dengan anggota Satpol PP menggunakan koordinasi, mencakup

target operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh

Satpol PP dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) menggunakan pendekatan secara

kekeluargaan. Faktor pendukung komunikasi interpersonal Satpol PP yaitu sikap,

skill, usia, dan gender. Faktor penghambat komunikasi interpersonal Satpol PP

biasanya muncul dari para pelanggar yang keras kepala dan tidak mau mengikuti

prosedur yang telah diberikan oleh pemerintah daerah.

Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Satpol PP

Page 6: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

2

ABSTRACT

This research has a purpose to describe interpersonal communication at Satpol PP

(SATPOL PP). The population in this research is Satpol PP Kota Solo and

Boyolali District. Taking informant in research using snowball sampling

technique so that determined as many as 10 people that is 8 member of Satpol PP

as main subject and 2 Head of Satpol PP as supporting subject. The criteria of the

informants in this research are (a) working in Satpol PP Solo and Boyolali office,

(b) having permanent employee status or having been inaugurated, (c) serving in

the Trantibum field, (d) serving as prosecutors of violators in the field. The

method in this research is qualitative phenomenology. Methods of data collection

using interview and observation methods. Data analysis in this research use data

collecting, data reduction, data display, and conclusion. Therefore, the result of

data analysis shows that the way communication done between the leadership

with Satpol PP members use coordination, covering the target of operation and

operation action. Then the communication made by Satpol PP with the Street

Traders (PKL) using the approach in kinship. Factors supporting interpersonal

communication Satpol PP that is attitude, skill, age, and gender. The interpersonal

communication blocking factor of Satpol PP usually arises from violent offenders

and refuses to follow the procedures given by the local government.

Keywords: Communication, Interpersonal Communication, Satpol PP

1. PENDAHULUAN

Era globalisasi sekarang ini, hampir semua orang ingin mendapatkan

kehidupan yang layak serta memiliki perekonomian yang cukup untuk diri sendiri,

pasangan hidup, dan keluarganya kelak. Hal ini yang memicu persaingan antar-

manusia mulai dari pengusaha, wiraswasta, serta para pedagang untuk

mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Uang itulah yang mampu membuat

sebagian orang harus melakukan berbagai cara untuk kelayakan hidupnya. Salah

satu contoh yang sedang diperdebatkan sekarang ini yaitu usaha yang dilakukan

oleh para pedagang kaki lima.

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan mampu menyediakan

lapangan kerja baru. Banyak orang menjadikan pedagang kaki lima sebagai

pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal. Jadi keterlibatan

dalam sektor informal lebih diakibatkan karena keterpaksaan saja dibanding

sebagai pilihan, hal ini terjadi karena tekanan dari sistem ekonomi yang tidak

Page 7: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

3

memberi tempat bagi mereka yang tidak mempunyai pendidikan dan ketrampilan

yang mencukupi. Sektor informal (PKL) menjadi pilihan alternatif, karena mudah

memasukinya, tidak perlu ketrampilan khusus, serta pasar yang kompetitif (seperti

pada definisi sektor informal oleh ILO), sehingga hal ini dapat menekan angka

pengangguran dan kemiskinan. Sektor informal terus berkembang dalam

menyerap tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor formal (Ginting, 2004).

Keberadaan PKL di Kota Surakarta juga menjadi dilema bagi pemerintah

kota. Jumlah pedagang kaki lima di Kota Surakarta atau dikenal juga sebagai Kota

Solo cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Kantor PKL Surakarta

menyebutkan jika tahun 2003 tercatat hanya 3.834 PKL, hasil pendataan pada

akhir 2005 meningkat 51,7 persen menjadi 5.817 PKL. Pada tahun 2007 jumlah

PKL turun menjadi 3.917 dan pada tahun 2010 menurun lagi jumlahnya menjadi

2014. Penurunan jumlah PKL ini disebabkan oleh keberhasilan Pemkot Solo

dalam menata PKL salah satunya adalah relokasi PKL di Monumen Banjarsari ke

Pasar Klithikan Nitihardjo Semanggi. (Yuliani, 2012).

Upaya penertiban sering kali mendapat penolakan bahkan perlawanan dari

PKL. Para Satpol PP berusaha mengosongkan lahan pemerintah dari PKL dengan

mendorong PKL dan mengangkat gerobak secara arogan tanpa ada komunikasi

terlebih dahulu (Oki, 2016). Tetapi sebenarnya wewenang yang dilakukan oleh

Satpol PP sendiri terdiri dari prosedur yang melakukan himbauan kepada PKL

yang melanggar dengan 3 kali pemberian surat peringatan lalu jka memang

prosedur tersebut tidak dipatuhi maka akan ada tahap dimana dagangan yang

diperjual belikan akan disita atau tahap eksekusi. Tindakan penertiban non-

yustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan

pelanggaran atas Perda atau peraturan kepala daerah. Menindak warga

masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat.

Kewajiban Satpol PP antara lain dengan menjunjung tinggi norma hukum,

norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan

berkembang di masyarakat. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik

Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tentu dalam kasus ini tidak bisa hanya

Page 8: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

4

menyalahkan anggota Satpol PP yang bertugas di lapangan, tetapi juga harus

melihat bagaimana pemimpin Satpol PP itu sendiri dalam memberi perintah. Kini,

masa kepemimpinan Jokowi, konsep yang disuguhkan oleh organisasi Satpol PP

berbeda. Organisasi ini lebih mengusung konsep persuasif dalam menertibkan

masyarakat khususnya para pedagang kaki lima (Kristanty, 2013).

Satpol PP merupakan aparat pemerintah yang bertugas mewujudkan

ketentraman dan ketertiban masyarakat. Tugas menentramkan dan menertibkan

masyarakat yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 5, Pedoman Organisasi dan Tata

Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2011. Beberapa data

menunjukkan petugas Satpol PP identik dengan perilaku yang tidak humanis

dalam menjalankan fungsinya sebagai perangkat daerah yang menertibkan

masyarakat.

Menurut Francisca (2015), Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda

menggunakan komunikasi interpersonal sebagai salah satu strategi komunikasi

yang dianggap efektif melalui tatap muka langsung “face to face” kepada

pedagang kaki lima yang kemungkinan terjadinya gangguan ataupun kurang

pengertian terhadap penyampaian pesan sangat kecil jika dibandingkan dengan

menggunakan surat edaran ataupun selebaran. Komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun nonverbal (Pontoh, 2013).

Sekarang yang dilakukan oleh Satpol PP ialah melakukan tugas dengan

baik sesuai dengan tujuan tanpa menggunakan kekerasan melainkan melakukan

komunikasi interpersonal kepada masyarakat khususnya para pedagang kaki lima

yang memanfaatkan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Rakhmat

(2007) dan Pieter (2012) komunikasi interpersonal memiliki empat aspek dalam

sistemnya, yaitu: sensasi, persepsi, keterbukaan, kesetaraan atau kesamaan.

Aparat Satpol PP harus dibekali dengan keterampilan dan kemampuan

teknis agar mampu mengomunikasikan peraturan yang berlaku pada masyarakat.

Karena dengan komunikasi inilah Satpol PP bisa diterima oleh kalangan

Page 9: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

5

masyarakat tanpa adanya kekerasan ataupun tindakan yang mengakibatkan

kerusuhan atau bentrok yang terjadi diantara kedua belah pihak yang

bersangkutan (Anggiyowati, 2014). Maka dari itu menurut Bienvenu (1987)

faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal Satpol PP seperti; self

concept, ability, skill experience, emotion, dan self disclousure.

Kekerasan sering terjadi dan melukai kedua belah pihak dikarenakan sikap

menentang para masyarakat atau pedagang yang sudah nyaman dengan kebijakan

serta fasilitas negara yang dipakai secara ilegal. Menurut Maulana (2015), petugas

Satpol PP tidak akan secara sengaja melakukan kekerasan tersebut, begitupun

dengan PKL, pasti memiliki alasan untuk tetap jualan di area terlarang tersebut.

Kejadian ini sering terjadi disekitar kita, dan yang menjadi perhatian, apakah tidak

ada cara lain selain merusak lapak para PKL dan membawanya. Sebenarnya kita

masih punya nurani untuk melakukan hal itu.

Peristiwa yang seharusnya tidak terjadi, bisa bahkan akan sering dialami

jika pola komunikasi yang dilakukan oleh para Satpol PP kurang tepat. Untuk itu,

penulis lebih menekankan pada cara Satuan Polisi Pamong Praja dalam

mengantisipasi adanya penolakan ataupun cara Satpol PP sendiri dalam

mengkomunikasikan kepada masyarakat khususnya para PKL yang sebenarnyan

butuh perhatian khusus dari pemerintah. Upaya penertiban yang dalam hal ini

menjadi tugas yang diemban petugas Satpol PP, semestinya dilakukan dengan

manusiawi, lebih menggunakan pendekatan komunikasi persuasif.

Berdasarkan uraian dan fenomena di atas dapat dibuat pertanyaan

penelitiannya yaitu bagaimana cara komunikasi interpersonal pada Satuan Polisi

Pamong Praja? Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mendiskripsikan pola komunikasi interpersonal pada Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP). Melalui penelitian ini diharapkan bagi Satuan Polisi Pamong Praja,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang peranan Satpol PP

dalam pola komunikasi interpersonal. Bagi pedagang, penelitian ini juga

diharapkan agar mampu menengahi perselisihan antara Satpol PP dengan para

PKL. Memberikan sumbangan ilmiah sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya psikologi sosial dengan menerapkan hasil penelitian

Page 10: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

6

sebagai tambahan informasi mengenai cara komunikasi interpersonal pada Satuan

Polisi Pamong Praja.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi.

Fokus pada penelitian ini adalah pola komunikasi interpersonal yang dilakukan

oleh kalangan Satpol PP yang membantu pengaturan atau penertiban di

lingkungan daerah. Dengan beberapa aspek yang mempengaruhi pola komunikasi

yang telah diterapkan oleh Satpol PP yang mengakibatkan pemberian sikap timbal

balik yang berbeda-beda. Respon yang di dapat serta pendalaman cara komunikasi

interpersonal inilah yang harus diperjelas serta mengetahui akibat yang akan

ditimbulkan.

Kriteria informan untuk penelitian ini adalah: (a) bekerja di kantor Satpol

PP Surakarta dan Boyolali, (b) memiliki status pegawai tetap atau sudah dilantik,

(c) memiliki jabatan sebagai anggota dibidang trantibum, (d) bertugas sebagai

penindak para pelanggar di lapangan. Jumlah informan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 10 orang yaitu 8 subjek utama dan 2 subjek pendukung.

Penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball

sampling.

Tabel 1. Informan Penelitian

Wilayah Kota Boyolali

No Informan Usia Jenis Kelamin

1 Mas RA

(Anggota) ± 26 tahun Laki – Laki

2 Mas AP

(Anggota) ± 28 tahun Laki – Laki

3 Mbak DL

(Anggota) ± 25 tahun Perempuan

4 Mas VN

(Anggota) ± 28 tahun Laki - Laki

5 Bp TJ

(Kepala) ± 41 tahun Laki - Laki

Page 11: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

7

Wilayah Kota Surakarta

No Informan Usia Jenis Kelamin

1 Bp H

(Anggota) ± 33 tahun Laki - Laki

2 Bp AH

(Anggota) ± 57 tahun Laki – Laki

3 Bp AHW

(Anggota) ± 40 tahun Laki - Laki

4 Bp W

(Anggota) ± 56 tahun Laki - Laki

5 Bp AS

(Kepala) ± 47 tahun Laki - Laki

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan

observasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Anggota Satpol PP yang menjadi informan dalam penelitian ini sebelum

melakukan pendekatan komunikasi interpersonal sudah mendapatkan pelatihan,

workshop, maupun diklat terkait komunikasi interpersonal yang merupakan

bagian dari SOP Satpol PP. Pelatihan tersebut diberikan oleh Dinas Kota

Surakarta ataupun Dinas Kepolisian dengan pembekalan pemahaman baik secara

teori maupun praktik terkait komunikasi interpersonal.

Dilihat dari hasil wawancara, didapatkan hasil dari bentuk perilaku yang

dilakukan oleh anggota Satpol PP untuk meningkatkan komunikasi interpersonal

adalah dengan melakukan penegakan PERDA, pengamanan dan pengawasan

wilayah, serta perlindungan masyarakat, hal itu sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Johnston & Alyce (2013) yang menjelaskan bahwa Satuan

Polisi merupakan organisasi yang sangat erat dengan masyarakat yang fungsi

utamanya adalah menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sehingga

penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan dengan

lancar. hasil observasi, prosedur penertiban Satpol PP yang diterapkan dalam

komunikasi interpersonal salah satunya adalah menjelaskan kepada pelanggar

tentang pelanggaran berdagang yang dilakukan oleh PKL sebelum proses

penindakan, hal ini sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Satpol PP

(2010) yang menyatakan bahwa melakukan tindakan penertiban non yustisial

Page 12: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

8

terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan

pelanggaran atas Perda dan atau peraturan kepala daerah.

Persepsi dalam komunikasi interpersonal juga terlihat dari hasil

wawancara didapatkan bahwa bentuk koordinasi dengan membuat rapat kecil atau

diskusi yang dilakukan agar tindakan yang dilakukan lebih terorganisir, memberi

solusi dengan menerapkan budaya jawa “adoh ratu cedhak ratu” serta membuat

orang berfikir bahwa Satpol PP tidak buruk. Sesuai dengan pendapat dari

Rakhmat (2007), bahwa komunikasi interpersonal juga menuntut adanya tindakan

saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

Dengan kata lain para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran,

gagasan, dan sebagainya.

Hasil observasi, proses koordinasi Satpol PP yang diterapkan dalam

komunikasi interpersonal salah satunya adalah penjelasan oleh Kepala Satpol PP

terkait bagaimana cara mengatasi para pelanggar di lapangan dan anggota Satpol

PP yang akan bertugas memberikan feedback dengan cara menanyakan

pertanyaaan solusi yang akan diberikan kepada pelanggar (PKL), hal ini sesuai

dengan pernyataan yang disimpulkan oleh Dance dalam Rakhmat (2007),

mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviourisme sebagai usaha

”menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal”, ketika lambang-

lambang verbal bertindak sebagai stimuli.

Didapatkan bahwa cara menyikapi pelanggaran dengan peneguran di

lakukan dengan bahasa yang halus, tidak menyinggung perasaan, dan berusaha

manusiawi menjalankan tugas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Pieter

(2012), bahwa komunikasi interpersonal komunikasi interpersonal pada dasarnya

merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang dengan orang lain, di mana

lambang-lambang pesan secara efektif digunakan adalah bahasa.

Data observasi cara menyikapi oleh Satpol PP terhadap pelanggaran yang

dilakukan salah satunya adalah penjelasan oleh anggota Satpol PP pada saat ingin

mengambil barang dagangan yang akan dibawa ke Kantor Satpol PP dengan

memberikan informasi dengan jelas, hal ini sesuai dengan pernyataan yang

disimpulkan oleh Yuksel & Fatih (2013), polisi harus terlibat dalam masyarakat

Page 13: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

9

dan harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam rangka untuk

mengidentifikasi penyebab dari masalah-masalah yang terjadi. Polisi juga mampu

membantu masyarakat dalam mengatasi masalah sendiri.

Terkait dengan kewajiban sebagai Satpol PP yang dilakukan anggota

Satpol PP, cara komunikasi dengan baik terhadap orang lain, yaitu menggunakan

bahasa yang sopan dan baik. sesuai dengan pendapat dari Pieter (2012), bahwa

sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi

antarpribadi. Pertama harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi, yang

penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang

umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran

sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

Hasil observasi, cara komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP terhadap

pelanggaran yang dilakukan salah satunya adalah menggunakan bahasa yang baik,

menjelaskan bahwa sebelum proses penyitaan barang para anggota Satpol PP

hendaknya menjelaskan maksut dan tujuan penindakan yang dilakukan dengan

jelas hingga para pelanggar mengerti akan pelanggaran yang dilakukan, hal ini

sesuai dengan pernyataan yang disimpulkan oleh Pontoh (2013), komunikasi

interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat

untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan

kelimat alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita

komunikasikan kepada komunikan kita.

Keterbukaan juga dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal. Terkait

dengan kewajiban sebagai Satpol PP yang dilakukan anggota Satpol PP, cara

komunikasi dengan baik terhadap orang lain, yaitu menggunakan bahasa yang

sopan dan baik. Hasil wawancara didapatkan bahwa cara komunikasi yang

sebaiknya dilakukan adalah menggunakan pendekatan secara kekeluargaan, sopan

santun, unggah ungguh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Pieter (2012),

bahwa sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam

komunikasi antarpribadi. Pertama harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi,

yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah

Page 14: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

10

yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran

sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

Hasil observasi, cara komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP terhadap

pelanggaran yang dilakukan salah satunya adalah menggunakan bahasa yang baik,

menjelaskan bahwa sebelum proses penyitaan barang para anggota Satpol PP

hendaknya menjelaskan maksut dan tujuan penindakan yang dilakukan dengan

jelas hingga para pelanggar mengerti akan pelanggaran yang dilakukan, hal ini

sesuai dengan pernyataan yang disimpulkan oleh Pontoh (2013), komunikasi

interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat

untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan

kelimat alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita

komunikasikan kepada komunikan kita.

Didapatkan bahwa cara menanggapi yang sebaiknya dilakukan adalah

berkomunikasi dengan cara halus, sopan santun, dan wajib melayani secara

humanis serta menyampaikan dengan santun, sopan, dan persuasif. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat dari Pieter (2012), bahwa komunikasi antar pribadi akan

lebih bisa efektif jika orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana

kesamaan. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman dan

sebagainya. Hasil observasi, cara komunikasi dan menyikapi pelanggaran yang

dilakukan yaitu pada saat proses penindakan para anggota dan pelanggar

bekerjasama dalam membereskan barang dagangan tanpa adanya kekerasan atau

kericuhan, hal ini sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) (2010),

yang menjelaskan tugas Satpol PP dalam melakukan penertiban adalah suatu

keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur.

Keunikan dari hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu terdapat pada hasil

wawancara dengan mengatakan istilah “adoh ratu cedak watu”. Hal tersebut

dijelaskan oleh Tartono (2009) bahwa dapat diartikan sebagai wujud untuk

menaati nasehat agar orang tidak mengunggulkan diri, tidak menyombongkan diri.

Pernyataan yang unik juga disampaikan oleh informan pendukung TJ yang

menyampaikan istilah “astabrata.”. Hal tersebut dijelaskan oleh As’ad (2011)

Page 15: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

11

bahwa “astabrata” menjelaskan tentang setiap raja harus bertindak berlandaskan

pada kedelapan sifat dewa yaitu; elemen angin, elemen bulan, elemen matahari,

elemen api, elemen langit, elemen bumi, elemen samudra, dan elemen bintang.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa anggota

Satpol PP menggunakan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan

kewajiban atau tugasnya sesuai dengan aturan dari masing-masing daerah. Satpol

PP menggunakan tindakan penertiban non yustisial yang mempunyai tugas

menegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum.

Komunikasi yang dilakukan antara pimpinan Satpol PP dengan anggota Satpol PP

menggunakan koordinasi sebelum melakukan proses penindakan atas pelanggaran

yang terjadi. Koordinasi yang diterapkan oleh Kepala Satpol PP mencakup

tentang target operasi dan tindakan yang akan dilakukan. Hal tersebut dikatakan

efektif karena dipakai sebagai acuan atas keberhasilan Kepala Satpol PP dalam

mengarahkan anggotanya serta melihat bagaimana anggota menyelesaikan

kewajiban dari tugas yang diberikan oleh pimpinan.

Faktor pendukung peran Satpol PP dalam melakukan komunikasi

interpersonal untuk penertiban yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) mengerti tentang

peraturan di kawasan yang dilarang untuk berjualan yang disampaikan oleh Satpol

PP sehingga terwujudnya penciptaan kota yang tertib, indah dan nyaman.

Sedangkan, faktor penghambatnya yang menyebabkan terganggunya ketentraman

dan ketertiban umum kurangnya kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan Pedagang

Kaki Lima (PKL) terhadap Peraturan Daerah yang diberlakukan terhadap PKL.

Keunikan pada hasil analisis dan pembahasan adalah adanya pernyataan

dari anggota Satpol PP yang menggunakan filosofi jawa “adoh ratu cedak watu”

yang berarti ungkapan hati seseorang untuk merendah dan tidak menganggap diri

paling hebat di hadapan orang lain dan pernyataan yang di ungkapkan oleh Kepala

Satpol PP yang sama-sama menggunakan filosifi jawa “astabrata” diartikan

delapan cara kepemimpinan menggunakan elemen-elemen alam; elemen matahari

yang berarti kehati-hatian, elemen angin yang berarti sifat ketelitian, elemen bulan

yang berarti pemberi motivasi, elemen api berarti tegas dalam memimpin, elemen

Page 16: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

12

bumi yang berarti murah hati dan adil, elemen langit berarti ilmu yang luas,

elemen samudra yaitu terbuka dalam menampung aspirasi, dan elemen bintang

yaitu percaya diri serta memegang teguh prinsipnya.

Anggota Satpol PP, untuk tetap menerapkan komunikasi dalam

menertibkan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah kota, diharapkan

seluruh anggota Satpol PP meningkatkan cara-cara atau tindakan yang lebih

mudah dipahami oleh masyarakat sebelum sampai ke proses eksekusi dan peneliti

menyarankan khususnya anggota Satpol PP laki-laki lebih menggunakan bahasa

yang halus dengan cara pada saat patroli diminta agar menyempatkan waktu untuk

berkomunikasi atau silaturahmi dengan masyarakat terutama para PKL sekaligus

mengasah cara komunikasi yang sesuai untuk diterapkan kepada masyarakat.

Diharapkan bagi peneliti yang akan datang melakukan penelitian dengan

tema yang serupa, diharapkan dapat lebih mengembangkan dan menambah

variabel yang mungkin dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal serta

memperluas wilayah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Al’Ain, M.O., Mulyana, O.P. (2013). Pelatihan asertif untuk meningkatkan

komunikasi interpersonal anggota HIMA (Himpunan Mahasiswa) prodi

psikologi FIP UNESA. eJournal Character, 2(1), 89-92. Diunduh dari:

http://ejournal.unesa.ac.id/article/6487/13/article.pdf

Anggiyowati, P. (2014). Implementasi penertiban PKL oleh satuan polisi pamong

praja SATPOL PP berdasarkan peraturan daerah nomor 9 tahun 2011.

Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

As’ad, M., Jati, W., dan Virdanianty, M. (2011). Studi eksplorasi konstrak

kepemimpinan model jawa: asta brata. Jurnal Psikologi, 38(2), 229-233.

DOI: http://dx.doi.org/10.21070/psikologia.v2i1.138

Bazarova, N.N., Taft, J.G., Choi, Y.H., dan Cosley, D. (2014). Managing

impressions and relationship on facebook: self-presentational and relational

concerns revealed through the analysis of language style. Journal Of

language and sosial psychology, 32(2), 121-141. DOI:

10.1146/annurev.psych.54.101601.145056

Bienvenu, M.J. (1987). Interpersonal communication inventory. University

Associates. Inc.

Page 17: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

13

Bungin, M.B. (2007). Penelitian kualitatif (komunikasi, ekonomi, kebijakan

publik, dan ilmu sosial lainnya). Jakarta: Prenada Media Group.

Cappellazo, T.M. (2016). Police interactions with mentally ill individuals.

Sociological Imagination: Western’s Undergraduate sociology Student

Journal, 5(1), 1-5. DOI: 10.5539/jel.v5n3p288

Creswell, J.W. (2010). Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. Los Angeles: Sage.

Denzin, N.K., & Lincoln, Y.S. (2009). Handbook of Qualitative Research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Devito, J.A. (1997). Komunikasi Antar manusia. Jakarta: Professional Books

Englander, M. (2012). The Interview: Data Collection in Description

Phenomenological Human Scientific Research. Journal of

Phenomenological Psychological, 43, 14. Diunduh dari:

http://www.macrothink.org/journal/index.php/ije/article/download/446/3

61

Francisca, L.M. (2015). Peran Satpol PP Dalam Melakukan Komunikasi

Interpersonal Untuk Penertiban Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus PKL Di

Jalan Gajah Mada Kota Samarinda). eJournal Ilmu Komunikasi, 3(1), 458-

472. Diunduh dari:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:SghKEoVe4xUJ:ej

ournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content-uploads/2015/03-JURNAL-

%25201%250-(03-04-15-07-14-01).pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Hajmirsadeghi, R.S., Shamsuddin, S., Lamit, H.B., dan Foroughi, A. (2013).

Design’s Factors Influencing Social Interaction in Public Squares. European

Online Journal of Natural and Social Sciences, 2(4), 1805-3602. Diunduh

dari:http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:IULFTQGacP

4J:europeanscience.com/eojnss/article/download/264/pdf+&cd=1&hl=id&ct

=clnk&client=firefox-b

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika.

Ismaji, T. (2015). Tugas Satpol PP Tidak Ringan. http://m.harianjogja.com/.

Diunduh dari: http://www.harianjogja.com/baca/2009/04/30/tugas-satpol-

pp-tidak-ringan-132261

Johnston, J., Alyce, M. (2013). Comunicating Justice: A Comparison Of Courts

and Police Use Of Contemporary Media. International Journal of

Communication,7, 1668-1669. Diunduh dari:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:6zWgMFCwE6UJ:

Page 18: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

14

ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/2029+&cd=1&hl=id&ct=clnk&client=fi

refox-b

Maulana, I. (2015). Ketika Hati Nurani Berbicara Penertiban PKL.

http://m.kompasiana.com/. Diunduh dari:

http://www.kompasiana.com/ilyasm/ketika-hati-nurani-berbicara-penertiba-

pkl_5642fa85d17a6178048b456a

Oki, (2016). Niat Blusukan, Djarot Terjebak BentrokSatpol PPdengan PKL.

http://m.rimanews.com/. Diunduh dari:

http://archive.rimanews.com/nasional/politik/read/20161025/306532/Niat-

Blusukan-Djarot-Terjebak-Bentrok-Satpol-PP-dengan-PKL/

Pieter, H.Z. (2012). Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik

Kebidanan. Suatu Kajian Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.

Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Pontoh, W.P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam

Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal “Acta Diurna”, 1(1), 01-11.

Diunduh dari: http://webcache.googleusercontent.com/search?qcache-

d6tZ4J4oyysJ:ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/viewFile/9

74/788.%2520Diakses+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Puspitasari, R.P., Laksmiwati. (2012). Hubungan Konsep Diri Dan Kepercayaan

Diri Dengan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja Putus

Sekolah. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 3(1), 134-138. Diunduh dari:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1580/1680

Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B., & Zechmeister, J.S. (2012). Metode

Penelitian Dalam Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Siburian, A.T. (2013). The Effect Of Interpersonal Communication,

Organizational Culture, Job Satisfaction, and Achievement Motivation to

Organizational Commitment Of State High School Teacher in the District

Humbang Hasundutan, North Sumatra, Indonesia. International Journal of

Page 19: KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SATUAN POLISI …eprints.ums.ac.id/56113/1/NASKAH PUBLIKASI.pdftarget operasi dan tindakan operasi. Kemudian komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP

15

Humanities and Social Science, 03(12), 251-252. DOI:

10.1163/156916212X632943

SOPSatpolPP. 2016. Standar Operasional Prosedur Satpol PP. Diunduh dari:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:tWMxGWN7uY

EJ:satpolpp.jatengprov.go.id/+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Tartono, St.S. (2009). Pitutur Adi Luhur. Yayasan Pustaka Nusantara:

Yogyakarta.

Yuksel, Y., Fatih, T. (2013). Citizen Satisfaction With Police And Community

Policing. European Scientific Journal, 9(14), 29-30. Diunduh dari:

www.aafp.org/afp/2003/1015/p1555.pdf