komposisi kimia minyak kulit jeruk purut (citrus hystrix d ...€¦ · universitas kristen satya...

20
1 Komposisi Kimia Minyak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.), Kayu Manis (Cinnamomum burmanii (Nees) Blume) dan Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.)) serta Aplikasinya sebagai Agensia Aromatik dalam Pembuatan Solid Perfume Chemical Compotition of Kaffir Lime (Citrus hystrix D. C.) Peel, Cinnamon Bark (Cinnamomum burmanii (Nees) Blume) and Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.)) Oils and the Aplication as Aromatic Agent in Solid Perfume Macrina Enggar R. L.*, Hartati Soetjipto**, Lydia Ninan Lestario** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah Indonesia [email protected] ABSTRACT The purposes of this study were to determine the components of the kaffir lime peel, cinnamon bark, and vetiver oils using Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS), to apply oil blend affir lime peel, cinnamon bark and vetiver to determine the formulation of those oils that most preferred as solid perfume fragrance using organoleptic. Organoleptic data were analyzed using Randomized Completely Block Design (RCBD) and testing between equivalent treatment is carried out using a real Honest Significant Data (HSD) with a 5% level of significant. The composition of kaffir lime peel oil was composed of 21 with the most content of chemical components was citronellal (30,63%). The most content of chemical component of the cinnamon bark oil was cinnamic aldehyde (98,85%). The composition of vetiver oil was composed of 9 chemical components with the most content is isokhuzenic acid (29,06%). Based on the results of organoleptic, solid perfume with comparison of kaffir lime peel, cinnamon bark and vetiver oils (1: 1: 1) was classified fragrant, fresh, and did not cause irritation, but not preferred by the panelists. Keywords : kaffir lime peel oil, cinnamon bark oil, vetiver oil, GC-MS, solid perfume PENDAHULUAN Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman, sering disebut juga minyak eteris, minyak esensial, dan minyak menguap karena pada suhu kamar mudah menguap. Metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh minyak atsiri yaitu metode distilasi, namun dengan proses ekstraksi minyak nabati, minyak atsiri dalam tanaman tersebut akan ikut terekstrak di dalamnya (Gunawan dan Mulyani, 2004). Dalam penelitian ini digunakan beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yaitu jeruk purut, kayu manis dan akar wangi. Minyak atsiri dari kulit jeruk purut mengandung komponen kimia -pinena (35,65%), limonen (31,87%), -terpinen

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Komposisi Kimia Minyak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.), Kayu Manis

    (Cinnamomum burmanii (Nees) Blume) dan Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.))

    serta Aplikasinya sebagai Agensia Aromatik dalam Pembuatan Solid Perfume

    Chemical Compotition of Kaffir Lime (Citrus hystrix D. C.) Peel, Cinnamon Bark

    (Cinnamomum burmanii (Nees) Blume) and Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.)) Oils

    and the Aplication as Aromatic Agent in Solid Perfume

    Macrina Enggar R. L.*, Hartati Soetjipto**, Lydia Ninan Lestario**

    *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

    **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

    Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

    Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia

    [email protected]

    ABSTRACT

    The purposes of this study were to determine the components of the kaffir lime

    peel, cinnamon bark, and vetiver oils using Gas Chromatography-Mass Spectrometry

    (GC-MS), to apply oil blend affir lime peel, cinnamon bark and vetiver to determine the

    formulation of those oils that most preferred as solid perfume fragrance using

    organoleptic. Organoleptic data were analyzed using Randomized Completely Block

    Design (RCBD) and testing between equivalent treatment is carried out using a real

    Honest Significant Data (HSD) with a 5% level of significant. The composition of kaffir

    lime peel oil was composed of 21 with the most content of chemical components was

    citronellal (30,63%). The most content of chemical component of the cinnamon bark oil

    was cinnamic aldehyde (98,85%). The composition of vetiver oil was composed of 9

    chemical components with the most content is isokhuzenic acid (29,06%). Based on the

    results of organoleptic, solid perfume with comparison of kaffir lime peel, cinnamon

    bark and vetiver oils (1: 1: 1) was classified fragrant, fresh, and did not cause

    irritation, but not preferred by the panelists.

    Keywords : kaffir lime peel oil, cinnamon bark oil, vetiver oil, GC-MS, solid perfume

    PENDAHULUAN

    Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman, sering disebut

    juga minyak eteris, minyak esensial, dan minyak menguap karena pada suhu kamar

    mudah menguap. Metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh minyak atsiri yaitu

    metode distilasi, namun dengan proses ekstraksi minyak nabati, minyak atsiri dalam

    tanaman tersebut akan ikut terekstrak di dalamnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Dalam penelitian ini digunakan beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yaitu

    jeruk purut, kayu manis dan akar wangi. Minyak atsiri dari kulit jeruk purut

    mengandung komponen kimia -pinena (35,65%), limonen (31,87%), -terpinen

    mailto:[email protected]

  • 2

    (10,33%), sitronellal (6,48%) (Herawaty, 2005). Minyak atsiri kayu manis mengandung

    senyawa sinamaldehid (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%), alifatik aldehid

    dan felandren (Syahrurrozi, 2009). Sedangkan tanaman akar wangi bermarga Vertiveria

    merupakan tanaman penghasil minyak atsiri dengan komponen utama antara lain

    senyawa golongan seskuiterpen (30-40%), seskuiterpenol (18-25%) dan seskuiterpenon

    seperti asam benzoat, vetiverol, furfurol, dan vetivone, vetivene dan vetivenil

    vetivenat (Novi, 2010).

    Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa

    aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi pada

    tubuh manusia, obyek, atau ruangan. Meskipun parfum bukan merupakan kebutuhan

    primer masyarakat, namun tidak dipungkiri bahwa penggunaan parfum sudah menjadi

    gaya hidup sebagian masyarakat sehingga memiliki pasar tersendiri. Telah berkembang

    dan beredar di pasaran parfum-parfum dalam bentuk sediaan cair (cologne), krim

    maupun padat (solid perfume). Parfum dibuat dari zat pewangi yang dilarutkan dalam

    pelarut yang sesuai. Berdasarkan tingkat konsentrasinya parfum dibagi menjadi 5

    golongan (Hanafi, 2013):

    1. Ekstrak parfum : mengandung 20-40% konsentrat bahan wewangian dan wanginya

    bertahan hingga 6-8 jam.

    2. Eau de perfume (EDP) : mengandung 8-16% konsentrat bahan wewangian dan

    wanginya mulai menghilang setelah 4-6 jam.

    3. Eau de toilette (EDT) : mengandung 4-8% konsentrat bahan wewangian dan

    wanginya bertahan untuk 3-4 jam.

    4. Eau de cologne (EDC) : mengandung 2-4% konsentrat bahan wewanginan dan

    wanginya bertahan kurang dari 3 jam.

    5. Eau de fraiche : mengandung kurang dari 3% konsentrat bahan wewangian dan

    hanya bertahan sekitar 1 jam saja sehingga disebut dengan nama perfume mist atau

    splash.

    Menurut Aftel Mandy (2001), minyak esensial yang digunakan dalam

    pembuatan parfum diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan waktu penguapan

    atau ketahanan aroma minyak tersebut. Top note, merupakan senyawa yang paling cepat

    menguap dan biasanya aroma ini akan tercium pertama kalinya, memiliki ketahanan bau

    sekitar 30 menit. Kedua adalah middle note, biasanya beraroma floral atau pedas, akan

  • 3

    muncul setelah aroma top note menghilang, bertahan sekitar 30 – 60 menit. Ketiga

    adalah base note, aroma yang paling terakhir tercium dan memiliki waktu yang lama

    untuk menguap, aroma ini dapat bertahan hingga 6-8 jam. Dalam penelitian ini jeruk

    purut sebagai top note, kayu manis sebagai middle note dan akar wangi sebagai base

    note.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Menentukan komponan penyusun minyak kulit jeruk purut, kayu manis dan akar

    wangi menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).

    2. Menentukan formulasi campuran aroma dari kulit jeruk purut, kayu manis dan akar

    wangi yang paling disukai sebagai fragrance solid perfume dengan organoleptik.

    METODOLOGI

    Bahan dan Piranti

    Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan

    Agustus 2014 di laboraturium Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya

    Wacana Salatiga.

    Kayu manis (C. burmanii (Nees) Blume) dan akar wangi (V. zizanioides (L.))

    diperoleh dari Solo dan sekitarnya, sedangkan untuk kulit jeruk purut (C. hystrix D. C.)

    diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Bahan kimiawi yang digunakan antara lain

    heksana (teknis), Na2S2O3, akuades, asam stearat, trietanolamin, lanolin, propilen glikol,

    KOH, dan gliserin (pro analysis, Merck).

    Piranti yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitis 4 digit

    (Mettler H 80, Mettler Instrument Corp., USA), neraca analitis 2 digit (Ohaus TAJ602,

    Ohaus Corp., USA), oven (WTB binder), desikator (Wherteim GL 32), soxhlet,

    penangas air (Memmert), rotary evaporator, Moisture balance analyzer, Gas

    Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS), dan peralatan gelas.

    Metode Penelitian

    Preparasi Sampel

    Batang kayu manis (C. burmanii (Nees) Blume) dalam keadaan bersih dan

    kering, dipotong kecil-kecil, kemudian dihaluskan dengan menggunakan grinder dan

    disimpan ke dalam tempat yang tertutup rapat. Dilakukan preparasi sampel yang sama

    untuk akar wangi (V. zizanioides (L.)).

  • 4

    Kulit luar jeruk purut (C. hystrix D. C.) dalam keadaan segar dan bersih,

    dipotong kecil-kecil dan segera digunakan (sampel basah).

    Penentuan Kadar Air

    Penentuan kadar air menggunakan alat moisture balance analyzer dengan

    jumlah sampel masing-masing 1,000 gram.

    Ekstraksi Minyak Nabati (Huchin et al., 2013 yang dimodifikasi)

    Sebanyak 65 gram kulit kayu manis yang telah dihaluskan dengan grinder

    dimasukkan ke dalam kertas saring. Sampel diekstraksi dengan 400 mL heksana pada

    suhu 80 C menggunakan peralatan soxhlet selama 10 jam. Hasil ekstraksi dipekatkan

    dengan rotary evaporator dengan suhu 70 C. Minyak hasil ekstraksi dipindahkan ke

    dalam botol timbang yang telah diketahui massanya lalu disimpan pada suhu 20 C

    sampai siap untuk dianalisis.

    Dilakukan dengan cara yang sama terhadap sampel akar wangi sebanyak 15

    gram dengan pelarut heksana 300 mL selama 4 jam dan kulit jeruk purut sebanyak 40

    gram dengan pelarut heksana 300 mL selama 1 jam.

    Penentuan Formulasi

    Formulasi dilakukan dengan menggunakan hasil ekstraksi minyak kulit jeruk

    purut, kayu manis dan akar wangi dengan perbandingan massa (1:1:1), (1:2:2), (1:4:2),

    (1:2:4), (1:4:4), (1:8:4), (1:4:8), (1:2:8), dan (0:0:0) (sebagai kontrol).

    Pembuatan Solid Perfume (Athikomkulchai et al., 2008 yang dimodifikasi)

    Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan solid perfume adalah akuades

    60 gram, asam stearat 22,5 gram, trietanolamin 0,6 gram, lanolin 2 gram, KOH 0,5

    gram, gliserin 1,5 gram dan propilen glikol 2,5 gram. Bahan-bahan tersebut dibagi

    menjadi 2, yaitu fase minyak dan fase air.

    Fase minyak dan fase air masing-masing dipanaskan secara terpisah pada suhu

    70 C, ketika kedua fase sudah mencapai suhu yang sama, fase minyak ditambahkan ke

    dalam fase air sambil terus diaduk hingga homogen dan pengadukan dilakukan sampai

    suhu krim mencapai suhu ruang.

    Pembuatan solid perfume dilakukan dengan cara menimbang krim dasar

    sebanyak yang telah disesuaikan dengan masing-masing formulasi minyak kemudian

    dipanaskan dalam waterbath. Krim diangkat dari waterbath setelah mencair kemudian

  • 5

    ditambahkan formulasi minyak sambil terus diaduk hingga homogen dan pengadukan

    dilakukan sampai suhu krim mencapai suhu ruang.

    Uji Organoleptik (Badan Standar Nasional Indonesia, 2006)

    Pengujian terhadap sifat organoleptik dilakukan dengan panelis sebanyak 30

    orang dengan kisaran usia 19-25 tahun, pria atau wanita berstatus mahasiswa terhadap

    sediaan solid perfume. Terdapat 3 parameter penentuan yaitu tingkat keharuman,

    kesukaan dan jenis bau. Untuk tingkat keharuman terdapat 4 pilihan (sangat harum,

    harum, tidak harum, sangat tidak harum). Untuk jenis bau terdapat 4 pilihan (manis,

    segar, lembut, tajam). Kemudian untuk tingkat kesukaan terdapat 4 pilihan (sangat suka,

    suka, tidak suka, sangat tidak suka).

    Uji Iritasi (Adliani dkk., 2012)

    Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch

    Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 15 orang panelis. Uji tempel terbuka

    dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas

    tertentu 2,5 x 2,5 cm. Diamati reaksi yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh

    adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada lengan bawah bagian dalam yang

    diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (1), gatal-gatal diberi tanda (2),

    bengkak diberi tanda (3), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (0).

    Kriteria panelis uji iritasi yaitu wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani

    dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi, menyatakan kesediaannya dijadikan

    panelis uji iritasi.

    Uji Ketahanan Aroma

    Uji ketahanan aroma dilakukan untuk menguji intensitas aroma dari parfum

    tersebut. Uji ini dilakukan dengan cara mengoleskan produk parfum pada kulit dan

    dicatat waktunya sampai aroma dari parfum tersebut hilang seluruhnya.

    Penentuan Komponen Kimia Penyusun Minyak Kulit Jeruk Purut, Kayu Manis

    dan Akar Wangi (Ramadan et al., 2006)

    Penentuan komponen penyusun minyak kulit jeruk purut, kayu manis dan akar

    wangi menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) Shimadzu

    QP2010S di Laboraturium Kimia Organik, Fakultas MIPA-Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta. Jenis kolom yang digunakan adalah AGILENT HP 5MS, panjang kolom

    30 meter dan ID sebesar 0,25 mm. Kondisi pengoperasian alat menggunakan suhu

    pemanasan kolom: 60 °C, selama 5 menit, suhu injeksi: 310 °C selama 17 menit, mode

  • 6

    injeksi dengan split ratio sebesar 142,4 dan gas pembawa berupa helium dengan tekanan

    15,0 kPa, total aliran: 80,0 mL/menit, aliran kolom: 0,54 mL/menit serta kelajuan linier:

    26,7 cm/detik. Sedangkan untuk SM dengan kondisi sbb: waktu awal (start time) 3

    menit kemudian berlangsung sampai 70 menit (end time), interval 0,50 detik dengan

    scan speed 1250, awal m/v sebesar 28 dan berakhir m/v 600. Penentuan jenis senyawa

    dilakukan dengan bantuan perangkat data base Willey 7, Willey 229, NIST 12, NIST 62

    Library.

    Analisis Data

    Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK

    (Rancangan Acak Kelompok) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan

    adalah banyaknya formulasi minyak yaitu (1:1:1), (1:2:2), (1:4:2), (1:2:4), (1:4:4),

    (1:8:4), (1:4:8), (1:2:8), dan (0:0:0) (sebagai kontrol), sementara sebagai kelompok

    adalah waktu analisa. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan

    uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torrie, 1980)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kadar Air, Lama Waktu Ekstraksi dan Rendemen Minyak Kulit Jeruk Purut,

    Kayu Manis dan Akar Wangi

    Kadar air kulit jeruk purut, kayu manis dan akar wangi dan lama waktu ekstraksi

    serta rendemen minyak yang dihasilkan disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kadar Air dan Rendemen Minyak Kulit Jeruk Purut, Kayu Manis dan Akar

    Wangi

    Rendemen

    Tabel 1. menunjukkan rendemen minyak kulit jeruk purut yang tertinggi pada

    ekstraksi 1 jam yaitu sebesar 10,19% sedangkan rendemen minyak kayu manis diambil

    Sampel Kadar Air

    (%) Ekstraksi

    (jam) Rendemen Minyak

    (%)

    Kulit Jeruk Purut 77,11

    1 10,19 2 5,22 4 7,14 6 5,52

    Kayu Manis 14,70 8 1,00

    10 2,90 13 3,20

    Akar Wangi 15,69 2 3,09 4 7,78 6 5,52

  • 7

    pada hasil ekstraksi selama 10 jam yaitu 2,90% karena hasil dengan ekstraksi 13 jam

    tidak jauh berbeda dan rendemen akar wangi sebesar 7,78% pada lama ekstraksi 4 jam.

    Kadar Air

    Kadar air merupakan salah satu parameter uji penting terhadap sifat kimia

    minyak, karena terkait dengan reaksi hidrolisa. Reaksi tersebut dapat menyebabkan

    kerusakan minyak, karena adanya kandungan sejumlah air dalam minyak (Ketaren,

    1986).

    Tabel 1. menunjukkan bahwa kadar air minyak kulit jeruk purut sangat tinggi,

    karena sampel yang digunakan berupa sampel segar atau sampel basah yaitu 77,11%.

    Sedangkan kadar air kayu manis 14,70% dan akar wangi 15,69%.

    Komponen Kimia Penyusun Kulit Jeruk Purut

    Hasil pegukuran GC-MS minyak ekstrak kulit jeruk purut disajikan dalam

    Gambar 1.

    Gambar 1. Kromatogram GC-MS Minyak Kulit Jeruk Purut (C. hystrix D. C.)

    Analisis minyak kulit jeruk purut (C. hystrix D. C.) dengan GC-MS

    menunjukkan adanya 21 puncak yang muncul pada kromatogram dengan 1 komponen

    yang tidak teridentifikasi yaitu puncak nomor 21. Hasil analisis data hasil spektroskopi

    massa 3 puncak tertinggi yaitu puncak ke 9, 3 dan 5, dilakukan dengan membandingkan

    spectra data base Wiley yang disajikan pada Gambar 2.

  • 8

    a1

    a2

    Gambar 2. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Kulit Jerut Purut dengan data base Wiley (a1) Puncak 9 Minyak Kulit Jeruk Purut (a2) Citronellal Wiley

    Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 9 (Gambar 1),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum a2 (Wiley), yang teridentifikasi

    sebagai citronellal, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 9 (Gambar 1)

    merupakan puncak dari citronellal.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 3 (Gambar 1) serupa

    dengan spektrum b2 (Wiley) (Gambar 3), yang teridentifikasi sebagai -pinene,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 1) adalah -pinene.

    b1

    b2

    Gambar 3. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Kulit Jeruk Purut dengan data base

    Wiley (b1) Puncak 3 Minyak Kulit Jeruk Purut (b2) -pinene Wiley

    Demikian pula untuk spektra puncak nomor 5 serupa dengan spektrum c2

    (Wiley) (Gambar 4), yang teridentifikasi sebagai limonene, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 5 (Gambar 1) adalah limonene.

  • 9

    c1

    c2

    Gambar 4. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Kulit Jeruk Purut dengan data base

    Wiley (c1) Puncak 5 Minyak Kulit Jeruk Purut (c2) Limonene Wiley

    Dengan cara yang sama semua komponen penyusun minyak kulit jeruk purut dapat

    teridentifikasi, dan hasil identifikasi disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Kulit Jeruk Purut

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia Rumus

    Molekul BM

    Kandungan (%)

    1 7,407 -Pinene C10H16 136 0,83 2 8,754 sabinene C10H16 136 11,49 3 8,866 -Pinene C10H16 136 14,10 4 9,348 myrcene C10H16 136 0,99 5 10,681 limonene C10H16 136 13,77 6 12,018 trans-Sabinene hydrate C10H18O 154 4,04 7 13,100 cis-Sabinene hydrate C10H18O 154 0,47 8 13,172 linalool C10H18O 154 3,53 9 15,022 citronellal C10H18O 154 30,63

    10 15,942 azulene C10H8 128 0,39 11 16,217 -Terpineol C10H18O 128 4,25 12 17,413 citronellol C10H20O 156 4,32 13 21,093 citronellyl acetate C12H22O2 198 0,88 14 21,812 copaene C15H24 204 1,22 15 21,975 geranyl acetate C12H20O2 196 0,80 16 22,207 germacrene d C15H24 204 1,46 17 23,049 -Caryophyllene C15H24 204 0,84 18 24,709 germacrene d C15H24 204 0,69 19 25,767 delta-Cadinene C15H24 204 1,40 20 26,465 hedycaryol C15H26O 222 1,13 21 45,303 - C9H16D2O 142 2,75

    Total 99,98

    Tabel 2 menunjukkan adanya 20 komponen yang teridentifikasi pada minyak kulit

    jeruk purut. Dan 3 komponen dengan puncak tertinggi yaitu citronellal sebesar 30,63%,

    beta-pinene sebesar 14,10% dan limonene sebesar 13,77%.

  • 10

    Tabel 3. Komponen Penyusun Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut

    Kromatogram Komponen Kimia Kandungan

    (%)

    1 -pinena 35,65 2 Limonen 31,87 3 -terpinen 10,33 4 Sitronellal 6,48 5 Tidak teridentifikasi 4,22 6 2,3,3-trimetil-bisiklo (2,2,1) heptan 2-ol 11,55

    Sumber : Herawaty (2005)

    Herawaty (2005) melaporkan bahwa komponen utama minyak atsiri kulit jeruk

    purut adalah -pinena (35,65%), limonen (31,87%), -terpinen (10,33%), sitronellal

    (6,48%), komponen tidak teridentifikasi (4,22%) dan 2,3,3-trimetil-bisiklo (2,2,1)

    heptan 2-ol (11,55%). Bila dibandingkan, terdapat perbedaan antara komponen

    penyusun minyak kulit jeruk purut hasil penelitian ini dengan penelitian Herawaty

    (2005). Namun 3 komponen utama hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan

    komponen utama minyak atsiri kulit jeruk purut hasil penelitian Herawaty (2005).

    Komponen utama dalam penelitian ini memiliki bobot molekul 154 sebagaimana

    bobot molekul sitronellal, memiliki formula C10H18O. Puncak dasar muncul pada m/z =

    154 dengan molekul yang sangat kecil, menunjukkan sifat yang kurang stabil dan

    mudah mengalami fragmentasi pada puncak molekul dengan m/z yang lebih rendah.

    Puncak m/z = 139 terbentuk dari puncak m/z = 154 dengan cara melepaskan gugus CH3

    (Dhiaul et al., 2004). Pola fragmentasi senyawa sitronellal dapat dilihat pada Gambar

    5.

    Gambar 5. Pola Fragmentasi Senyawa Sitronellal (Mayasari, 2013)

  • 11

    Komponen Kimia Penyusun Kayu Manis

    Hasil pegukuran GC-MS minyak ekstrak kulit kayu manis disajikan dalam

    Gambar 6.

    Gambar 6. Kromatogram GC-MS Minyak Kayu Manis (C. burmanii (Nees) Blume)

    Analisa minyak kayu manis (C. burmanii (Nees) Blume) dengan GC-MS

    menunjukkan adanya 2 puncak yang muncul pada kromatogram. Analisa data hasil

    spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan spectra data base Wiley yang

    disajikan pada Gambar 7.

    d1

    d2

    Gambar 7. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Kayu Manis dengan data base

    Wiley (d1) Puncak 1 Minyak Kayu Manis (d2) Cinnamic aldehyde Wiley

    Spektrum d1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 6),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum d2 (Wiley), yang teridentifikasi

    sebagai cinnamic aldehyde, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1

    (Gambar 6) merupakan puncak dari cinnamic aldehyde.

  • 12

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 6) serupa

    dengan spektrum e2 (Wiley) (Gambar 8), yang teridentifikasi sebagai -caryophillene,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2 (Gambar 6) adalah -

    caryophillene.

    e1

    e2

    Gambar 8. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Kayu Manis dengan data base

    Wiley (e1) Puncak 2 Minyak Kayu Manis (e2) -caryophillene Wiley

    Komposisi penyusun minyak kayu manis yang telah teridentifikasi disajikan pada

    Tabel 4.

    Tabel 4. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Kayu Manis

    No

    Puncak

    Indeks

    Retensi Komponen Kimia

    Rumus

    Molekul BM

    Kandungan

    (%)

    1 18,922 cinnamic aldehyde C9H8O 132 98,85

    2 23,061 -caryophillene C15H24 204 1,15

    Total 100,00

    Tabel 4 menunjukkan adanya 2 komponen yang teridentifikasi pada minyak kayu

    manis, yaitu cinnamic aldehyde (puncak nomor 1) sebesar 98,85% dan -caryophillene

    (puncak nomor 2) sebesar 1,15%.

    Prasetya dkk., (2006) melaporkan bahwa komponen kimia penyusun minyak

    kulit batang kayu manis mengandung cinnamic aldehyde (91,18%), eugenol (7,64%),

    dan cinnamyl acetate (1,18%). Hasil penelitian tersebut sedikit berbeda dari hasil

    analisa KG-MS dalam penelitian ini karena adanya eugenol, namun komponen utama

    yang dihasilkan tetap sama yaitu cinnamic aldehyde. Perbedaan ini dimungkinkan

    karena adanya perbedaan tempat tumbuh sampel yang diperoleh (Wahyu dkk., 2013).

    Puncak 1 dengan m/z = 131 menunjukkan senyawa khas aldehid aromatis dari

    Ar-CH=CHCO+. Selanjutnya keberadaan senyawa aldehid ditunjukkan dengan

  • 13

    pelepasan CHCHCO menghasilkan puncak ion fenil (m/z = 77) (Prasetya dkk., 2006).

    Pola fragmentasi senyawa cinnamic aldehyde disajikan pada Gambar 9.

    Gambar 9. Pola Fragmentasi Senyawa Cinnamic aldehyde (Prasetya dkk., 2006)

    Komponen Kimia Penyusun Akar Wangi

    Hasil pegukuran GC-MS minyak ekstrak akar wangi disajikan dalam Gambar

    10.

    Gambar 10. Kromatogram GC-MS Minyak Akar Wangi (V. zizanioides (L.))

    Analisa minyak akar wangi (V. zizanioides (L.)) dengan GC-MS menunjukkan

    adanya 15 puncak yang muncul pada kromatogram dengan 1 komponen yang tidak

    teridentifikasi yaitu komponen pada puncak nomor 4. Sedangkan analisa data hasil

    spektroskopi massa 3 puncak tertinggi yaitu puncak ke 11, 7 dan 10, dilakukan dengan

    membandingan spectra data base Wiley yang disajikan pada Gambar 11.

  • 14

    f1

    f2

    Gambar 11. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Akar Wangi dengan data base

    Wiley (f1) Puncak 11 Minyak Akar Wangi (f2) Isokhuzenic acid (Lailatul, 2010)

    Spektrum f1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 11 (Gambar 10),

    dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum f2, yang diduga merupakan

    senyawa isokhuzenic acid.

    Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 7 (Gambar 12) serupa

    dengan spektrum g2 (Wiley) (Gambar 12), yang teridentifikasi sebagai clovene,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 7 (Gambar 10) adalah clovene.

    g1

    g2

    Gambar 12. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Akar Wangi dengan data base

    Wiley (g1) Puncak 7 Minyak Akar Wangi (g2) Clovene Wiley

    Demikian pula untuk spektra puncak nomor 10 serupa dengan spektrum h2

    (Wiley) (Gambar 13), yang teridentifikasi sebagai solavetivone, sehingga dapat

    disimpulkan bahwa puncak nomor 10 (Gambar 10) adalah solavetivone.

  • 15

    h1

    h2

    Gambar 13. Perbandingan Spektrum Massa Minyak Akar Wangi dengan data base

    Wiley (h1) Puncak 10 Minyak Akar Wangi (h2) Solavetivone Wiley

    Komposisi penyusun minyak akar wangi yang telah teridentifikasi disajikan pada

    Tabel 5.

    Tabel 5. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Akar Wangi

    No Puncak

    Indeks Retensi

    Komponen Kimia Rumus

    Molekul BM

    Kandungan

    (%)

    1 9,655 decane C10H22 142 0,83 2 13,158 undecane C11H24 156 0,67 3 15,953 azulene C10H8 128 2,04 4 26,804 - C15H26O 222 2,03 5 27,811 alloaromadendrene C15H24 204 1,42 6 31,086 - C15H26O2 238 6,64 7 31,196 clovene C15H24 204 28,26 8 32,213 velerenol C15H24O 220 7,42 9 32,592 nootkatone C15H22O 218 1,27

    10 32,828 solavetivone C15H22O 218 8,60 11 33,130 isokhuzenic acid C15H22O2 234 29,06 12 33,380 valerenal C15H22O 218 4,51 13 33,780 cycloisosativene C14H22O2 222 2,25 14 34,184 benzophyran C13H20O 192 2,05 15 34,967 caryophyllene oxide C16H20O4 276 2,97

    Total 100,02

    Tabel 5 menunjukkan adanya 15 komponen yang teridentifikasi pada minyak akar

    wangi. Dan 3 komponen dengan puncak tertinggi yaitu isokhuzenic acid sebesar

    29,06%, clovene sebesar 28,26% dan solavetivone sebesar 8,60%.

    Sani (2011) melaporkan bahwa komponen utama penyusun minyak atsiri akar

    wangi antara lain vetivenol 60-75%, vetiveron 7,8-35,1% dan 0,28% mengandung

    vetivena, asam palmitat, asam benzoat dan asam vetivenat. Menurut Shibamoto et al.

    (1981), komponen yang terkandung dalam fraksi fenolik minyak akar wangi asal India

  • 16

    antara lain, metoksifenol, o-kresol, p-kresol, mkresol, eugenol, 4-vinilguaikol, cis-

    isoeugenol, trans-isoeugenol, 4-vinilfenol, vanilin dan asam zizanoat. Sedangkan

    penelitian Cazaussus et al. (1988), menunjukkan 100 komponen yang berhasil

    teridentifikasi.

    Nampaknya minyak atsiri akar wangi yang menjadi aroma khas dari minyak

    akar wangi memiliki variasi yang sangat besar, terbukti dari berbagai hasil penelitian

    yang menunjukkan komponen senyawa penyusun yang relatif tidak sama. Adanya

    perbedaan-perbedaan komponen penyusun minyak akar wangi sangat dipengaruhi oleh

    sifat fisiko-kimianya. Sifat fisiko-kimia minyak akar wangi dipengaruhi oleh beberapa

    faktor seperti asal daerah, jenis tanaman, umur panen dan metode yang digunakan.

    (Mulyono dkk., 2012). Struktur senyawa isokhuzenic acid disajikan pada Gambar 14.

    Gambar 14. Struktur Senyawa Isokhuzenic acid (Lailatul, 2010)

    Solid Perfume

    Formulasi dilakukan dengan menggunakan hasil ekstraksi minyak kulit jeruk

    purut, kayu manis dan akar wangi dengan perbandingan masa. Untuk pembuatan solid

    perfume, ditambahkan sebesar 1% minyak dari jumlah krim, dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6. Perbandingan Formulasi Minyak dan Jumlah Krim yang Digunakan

    Formulasi A B C D E F G H I**

    Perbandingan

    Minyak

    (JP:KM:AW)*

    1:1:1 1:2:2 1:4:2 1:2:4 1:4:4 1:8:4 1:4:8 1:2:8 0:0:0

    Krim (gr) 3 5 7 7 9 13 13 11 Base

    cream

    Keterangan : *JP (Jeruk Purut), KM (Kayu Manis), AW (Akar Wangi)

    **Formulasi I tanpa hasil ekstraksi, menggunakan base cream (kontrol)

    Melihat persentase minyak yang ditambahkan ke dalam krim hanya sebesar 1%,

    maka solid perfume ini merupakan jenis parfum Eau de Fraiche (splash) (Turin, 2009).

  • 17

    Organoleptik

    Solid perfume diuji organoleptik dengan total panelis 30 orang kisaran usia 19-

    25 tahun, pria dan wanita berstatus mahasiswa. Terdapat 3 parameter penentuan, yang

    pertama tingkat keharuman dengan skor nilai 4 untuk sangat harum, 3 untuk harum, 2

    untuk tidak harum dan 1 untuk sangat tidak harum. Yang kedua jenis aroma dengan

    skor nilai 4 untuk manis, 3 untuk segar, 2 untuk lembut dan 1 untuk tajam. Yang ketiga

    tingkat kesukaan dengan skor nilai 4 untuk sangat suka, 3 untuk suka, 2 untuk tidak

    suka dan 1 untuk sangat tidak suka (SNI, 2006). Hasil organoleptik disajikan pada

    Tabel 7.

    Tabel 7. Hasil Uji Organoleptik Solid Perfume

    Formulasi Keharuman

    Rataan ± SE

    Jenis Aroma

    Rataan ± SE

    Kesukaan

    Rataan ± SE

    I 2,40 ± 0,18a 2,07 ± 0,25

    a 2,33 ± 0,15

    a

    D 2,63 ± 0,24ab

    2,67 ± 0,29ab

    2,60 ± 0,22ab

    F 2,70 ± 0,23ab

    2,77 ± 0,35ab

    2,57 ± 0,22ab

    H 2,77 ± 0,24abc

    2,63 ± 0,29ab

    2,67 ± 0,22b

    C 2,83 ± 0,23bc

    2,87 ± 0,36ab

    2,77 ± 0,15b

    B 2,87 ± 0,16bc

    2,03 ± 0,29ab

    2,73 ± 0,19b

    E 2,87 ± 0,23bc

    2,73 ± 0,33ab

    2,60 ± 0,22ab

    G 2,90 ± 0,17bc

    2,77 ± 0,28ab

    2,77 ± 0,20b

    A 3,23 ± 0,18c 3,30 ± 0,34

    b 2,87 ± 0,23

    b

    W 0,425 0,649 0,430

    Keterangan : *SE = Simpangan Baku Taksiran

    *W = BNJ 5 %

    *Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata

    sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar

    perlakuan tidak berbeda nyata.

    Hasil organoleptik menunjukkan bahwa hanya formulasi A tergolong harum

    dengan jenis aroma segar walaupun masih tidak disukai oleh panelis.

    Uji Iritasi

    Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa solid perfume yang digunakan tidak

    menimbulkan gejala-gejala iritasi terhadap panelis sehingga krim parfum dapat

    digunakan dengan aman.

  • 18

    Uji Ketahanan Aroma

    Uji ketahanan intensitas aroma dilakukan pada formulasi terpilih yaitu formulasi

    A, disajikan pada Tabel 8.

    Tabel 8. Uji Ketahanan Aroma

    Formulasi Waktu (menit) Aroma

    A

    0 + + + +

    4 + + +

    9 + +

    68 + (hilang)

    Uji ketahanan intensitas aroma menunjukkan berapa lama parfum yang

    digunakan dapat bertahan hingga aromanya menghilang. Pada Tabel 8, dapat dilihat

    bahwa dari ketiga formulasi hanya bertahan dari 0 menit hingga ± 50 menit, sehingga

    dapat disimpulkan parfum yang telah dibuat merupakan jenis parfum Eau de Fraiche

    yang bertahan kurang lebih 1 jam. Hal ini juga sesuai dengan jenis parfum yang telah

    dibuat dengan konsentrat bahan wewangian sebanyak 1%.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

    1) Komposisi kimia penyusun minyak kulit jeruk purut terdiri atas 21 komponen kimia

    dengan kandungan terbanyak citronellal sebesar 30,63%, minyak kayu manis terdiri

    atas 2 komponen kimia dengan kandungan terbanyak cinnamic aldehyde sebesar

    98,85%, sedangkan minyak akar wangi terdiri atas 15 komponen kimia dengan

    kandungan terbanyak isokhuzenic acid sebesar 29,06%.

    2) Berdasarkan hasil analisa data uji organoleptik, solid perfume dengan perbandingan

    masa minyak kulit jeruk purut, kayu mansi dan akar wangi (1:1:1) yang dihasilkan

    tergolong harum, segar dan tidak menimbulkan iritasi, namun tidak disukai oleh

    panelis.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Adliani, N., Nazliniwaty, dan Purba, D. 2012. Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari

    Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.). Journal of

    Pharmaceutics and Pharmacology, vol. 1 (2) : 87 – 94.

    Aftel and Mandy. 2001. Essence & Alchemy : A Natural History of Perfume. Gibbs Smith

    Publisher Weekly.

    Athikomkulchai, S., Watthanachaiyingcharoen, R., Tunvichien, S., Vayumhasuwan, P.,

    Karnsomkiet, P., Sae-Jong, P. and Ruangrungsi, N. 2008.'The Development of Anti-

    Acne Products From Eucalyptus Globulus and Psidium Guajava Oil', Journal Health

    Res, vol. 22 (3) : 109 - 113.

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2006. SNI 01-2346-2006: Petunjuk Pengujian

    Organoleptik dan atau Uji Sensori. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

    Cazaussus, A., Pes, A., Sellier, N., and Tabet, J.C. 1988. GC-MS and GC-MS-MS Analysis of a

    Complex Essential Oil. Chromatographia 25 (10) : 865 - 869.

    Dhiaul, E. I., Hardjono S., and Muchalal, M. 2004. Study of Catalytic Cyclisation of (+)-

    Citronellal with Zn/-Alumina As Catalyst. Indonesian Journal of Chemistry 4 (3) : 192 - 196.

    Gunawan, D., dan Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta : Penebar

    Swadaya.

    Hanafi, M. 2013. Makalah Parfum. Melalui

    [12/2/14]

    Herawaty, G. 2005. Karakterisasi Simplisia dan Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Kulit

    Buah Jeruk Purut (Cytrus hystrix DC) Kering. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian

    vol. 3 (1) : 15 - 17. Farmasi FMIPA-USU. Medan.

    Huchin, V., Ivan, E., Raciel, E., Luis, F., and Enrique, S. 2013. Chemical Composition of Crude

    Oil from The Seeds of Pumpkin (Cucurbita spp.) and Mamey Sapota (Pouteris sapota

    Jacq.) Grown in Yucatan, Mexico. Journal of Food vol. 11 (4) : 324 - 327.

    Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.

    Lailatul, L. K., Kadarohman, A., dan Eko, R. 2010. Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol

    Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Terhadap Larva

    Nyamuk Aedes Aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus. Jurnal Sains dan

    Teknologi Kimia vol 1 (1) : 59 - 65.

    Mayasari, D., Afghani, J., dan Wibowo, M. A. 2013. Pengaruh Variasi Waktu dan Ukuran

    Sampel terhadap Komponen Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.).

    JKK, tahun 2013, vol. 2 (2) : 74 - 77.

    Mulyono, E., Sumangat, D., dan Hidayat, T. 2012. Peningkatan Mutu dan Efisiensi Produksi

    Minyak Akar Wangi Melalui Teknologi Penyulingan dengan Tekanan Uap Bertahap.

    Bogor : Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian vol 8 (1) : 35 - 47.

    http://hanafimisura.blogspot.com/2013/01/makalah-parfum.html

  • 20

    Novi, R. 2010. Pemanfaatan Minyak Atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) dari Famili

    Poaceae sebagai Senyawa Antimikroba dan Insektisida Alami. Penelitian Aktivitas

    Kimiawi Tumbuhan ITS, Kimia FMIPA-ITS. Surabaya.

    Prasetya, N. B. A., dan Ngadiwiyana. 2006. Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Kulit

    Batang Kayu Manis (Cinnamomum cassia) Menggunakan GC-MS. JSKA, vol 9 (1) : 1 -

    4.

    Ramadan, F. M., Sharanabasappa, G., Seetaram, Y.N., Shesagiri, M., and Moersel, J.T. 2006.

    Characterisation of Fatty Acid and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhinia

    purpurea L.) Seed Oil. Journal Article of Science Direct Food Chemistry vol 98 (2) :

    359 - 365.

    Sani, MT. 2011. Minyak dari Tumbuhan Akar Wangi. Surabaya : Unesa Univercity Press.

    Shibamoto T, and Nishimura O. 1982. Isolation and Identidication of Phenols in Oil of Vetiver.

    Phytochemistry vol. 21 (3) : 793.

    Steel, R., dan Torie, J. H. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik.

    Jakarta : Gramedia.

    Syahrurrozi, 2009. Penetapan Kadar Minyak Atsiri dan Kadar Air pada Kayu Manis dengan

    Metode Destilasi. Tugas Akhir Analisis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi-USU.

    Medan.

    Turin, L., and Sanchez, T. 2009. Perfumes: The A-Z Guide. United States : Penguin Putnam Inc.

    Wahyu, A. W., Yulfi, Z., dan Perry, B. 2013. Minyak Atsiri dari Kulit Batang Cinnamomum

    burmannii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae sebagai Insektisida Alami, Antibakteri

    dan Antioksidan. Kimia FMIPA-ITS. Surabaya.