kompetensi guru dalam perspektif...
TRANSCRIPT
KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN SURAT
AR-RAHMAN AYAT 1-4 )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
(
Oleh
Rahayu Mulyawati
1112011000094
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
RAHAYU MULYAWATI (1112011000094), “Kompetensi Guru Dalam Perspektif Al-
Qur’an (Kajian Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 dan Surat An-Nahl ayat 43-44)”. Skripsi
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini membahas mengenai Kompetensi Guru Menurut Perspektif Al-Qur’an Kajian
TafsirSurat Al-Nahl ayat 43-44 dan Surat Ar-Rahman Ayat 1-4 : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman
ayat 1-4 dan untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), melalui
jenis penelitian kualitatif, serta melalui metode penafsiran tahlili, dengan analisis deskriptif dari
data yang dihasilkan melalui kajian kitab-kitab dan referensi yang mendukung.
Hasil dari penulisan skripsi ini adalah Kompetensi yang harus dimiliki guru menurut al-
Qur’an surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah memiliki sifat kasih
sayang, lemah lembut, mempunyai wawasan yang tinggi, mempunyai inovasi dalam mengajar,
memiliki kemampuan karya tulis guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain. Adapun Kompetensi Guru dalam Surat al-Nahl ayat 43-44 dan
surat ar-Rahman ayat 1-4 yakni:
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi
Sosial.
Kata kunci: Kompetensi Guru : Surat Al-Nahl ayat 43-44: Surat Ar-Rahman ayat 1-4
ii
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن الر اهلل بسم
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
Swt, atas berkat nikmat, rahmat serta hidayah-Nya yang telah memberikan penulis
inspirasi, kecerahan dalam berpikir serta kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah
kepada baginda alam, pemegang panji islam, nabi besar Muhammad Saw, yang telah
membawa kegelapan menuju cahaya kebenaran, semoga kita dapati syafa’atnya di
hari kiamat nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga penulis terbantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan saran kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi.
iii
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.
8. Untuk Ibuku Bunda Turinem, engkau selamanya perempuan yang paling aku
hormati dan engkaulah yang membuat semua cita-citaku ini akan menjadi
kenyataan, dari air matamulah aku belajar jadi orang yang lebih giat lagi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Serta Ayahanda Admin yang selalu memberikan cinta
kasih dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakak Adit Prasetyo
dan Adik Raihan Ali serta Haqqi Husaini terimakasih atas motivasi dan doanya
untuk penulis semoga selalu dalam kasih sayang dan rahmat Allah Swt.
9. Teristimewa untuk Muhammad Firdaus, terimakasih atas segala bantuan,doa dan
support yang telah diberikan kepada penulis.
10. Terima kasih buat sahabat setia terkasih dan tersayang, seperjuangan yang
menginspirasi Febi Yustianingsih, Putri Amelia, Intan Rabiatul Adawiyah,
Susylowaty, Ranti Tri Kandita, Muhammad Taufik Hidayatullah yang bersedia
menemani dalam suka maupun duka.
11. Rena Qurota’Ayun, Syifa Syarifah, Syifa Fauziah, Rini Fadhillah, yang selalu
membantu penulis dalam mengajarkan penelitian ini dan memotivasi penuis agar
selalu tetap semangat mengerjakan skripsi ini.
12. Terima kasih pula kepada keluarga besar Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pusat Studi Al-Quran yang telah
menyediakan referensi yang dibutuhkan kepada penulis.
13. Keluarga besar SDN Limo 1 Ibu muniroh, Ibu Zulfah, Ibu Indah, Ibu Euis, Ibu
Tuti dan Ibu Puji yang selalu membuat hari-hari penulis berwarna dan memberi
nilai kehidupan memahami satu sama lain.
14. Keluarga besar Aktivitas Remaja Islam (ARISDA) yang telah membantu dan
mendoakan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh teman-teman PAI KANCA C semoga ikatan kebersamaan kita selalu
terikat erat.
16. Teman-teman PAI angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.
iv
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, mereka yang telah berkonstribusi
langsung maupun tidak, sedikit ataupun banyak dalam proses penyusunan skripsi ini,
tiada kata yang paling indah dan layak selain ucapan terima kasih, semoga semua
amal baik mereka bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah Swt. Harapan penulis
semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi
pembaca lainnya.
Jakarta, Februari 2017
Penulis
Rahayu Mulyawati
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
1 Tidak
dilambangka
n
16 ţ
2 b 17 ť
3 t 18 ‘
4 19 g
5 j 20 f
6 H 21 q
7 kh 22 k
8 d 23 l
9 ž 24 m
10 r 25 n
11 z 26 w
12 s 27 h
13 sy 28 ‘
14 Ş 29 y
15 đ 30 h
2. Vokal Tunggal
Tanda Huruf latin
A
I
U
vi
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
Ai
Au
4. M dd
Harakat dan Huruf Huruf Latin Â
Î
Û
5. T ’ Marbuţah
T Marbuţah hidup transliterasinya adalah /t/.
T Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kaya yang akhir katanya T ’ Marbuţah diikuti oleh kaya
sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka T ’ Marbuţah itu
ditranslitrasikan dengan /h/.
Contoh:
= hadiqat al-hayaw n t atau hadiqatul hayaw n t
= al-madrasat al-ibtid ’iyy h atau al-madrasatul
ibtid ’iyy h
6. Syaddah (Tasyd d)
Syaddah/tasyd d ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
Ditulis ‘allama
Ditulis yukarriru
vii
7. Kata sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf huruf syamsiyah ditransliterasikan
dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata
sambung/hubung.
Contoh:
= asy-syamsu
b. Kata sandang yang diikuti huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya.
Contoh:
= al-qamaru
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan sesuai
dan seperti alif.
Contoh:
= akaltu = tiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditranliterasikan dengan aprostof.
Contoh:
= ta’kul na = syai’un
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya.
Contoh:
= al-Qur n
= al-Mad natul Munawwarah
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
TRANSLITERASI ARAB- LATIN ..............................................................v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................6
D. Perumusan Masalah ....................................................................7
E. Tujuan Penelitian.. ......................................................................7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................7
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kompetensi Guru......................................................9
B. Macam-Macam Kompetensi Guru ...........................................11
C. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru ......................................16
D. Karakteristik Kompetensi Guru ................................................18
E. Manfaat Kompetensi Guru .......................................................21
F. Hasil Penelitian Relevan ...........................................................22
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian....................................................24
B. Metode Penelitian.................................................................... 24
C. Prosedur Penelitian.................................................................. 26
D. Teknik Analisi Data ................................................................ 26
ix
BAB IV: KOMPETENSI GURU DALAM SURAT AR-RAHMAN AYAT
1-4 DAN SURAT AL-NAHL AYAT 43-44
A. Surat Al-Nahl ayat 43-44
1. Teks dan Terjemahan Surat Al-Nahl ayat 43-44 ................29
2. Penjelasan kata …………………………………………..29
3. Asbabunnuzul ayat 43-44 Surat Al-Nahl .............................. 30
4. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43-44 .........................................30
5. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44 ..........42
B. Surat Ar-Rahman ayat 1-4
1. Teks dan Terjemahan Surat Ar-Rahman ayat 1-4 ............. 47
2. Asbabunnuzul ayat 1-4 Surat Ar-Rahman ..........................47
3. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .......................................47
4. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman ayat 1-4 .........57
C. Analisis Temuan Dan Implementasi Dalam Dunia Pendidikan
BAB V: PENUTUPAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 85
B. Implikasi ................................................................................... 86
C. Saran .................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah
orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu
menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya
dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.1
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih
terdapar hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Lebih luas lagi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonseia memiliki
semboyan yang snenatiasa melekat pada diri seorang guru. Semboyan itu ada pada
simbol pendidikan, yang berbunyi: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani”. Ing ngarsa sung tulada artinya, di depan menjadi
panutan. Guru diharapkan mampu menjadi contoh dan diikuti oleh orang lain,
terutama oleh muridya. Dalam bahasa jawa seorang guru itu “digugu dan ditiru”.
Segala ucapan dan perbuatnya selalu didengar dan dijadikan sebagai contoh. Ing
madya mangun karsa, artinya, di tengah menjadi mediator. Guru diharapkan
mampu menajdi mediator agar siswa mau berkarya. Guru tidak hanya memberi,
tetapi mampu memfasilitasi agar anak mau memaksimalkan potensi yang telah
dimiliki. Tut wuri handayani, artinya, di belakang memberikan dorongan. Guru
diharapkan mampu memberikan dorongan atau motivasi agar anak terus
1 Hamzah B Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Refomasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)Cet,V, h. 15
2
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Mendorong siswa agar selalu
melakukan hal-hal yang membawa manfaat, buat dirinya maupun orang lain.2
Dalam hal ini, Abuddin Nata mengatakan ada tiga syarat khusus untuk
profesi seorang pendidik, yaitu:
1. Seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan
yang akan diajarkannya dengan baik.
2. Seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of
knowledge)
3. Seorang guru professional harus berpegang teguh kepada kode etik
profesi.3
Adapun di dalam pendidikan Islam. Sejarah mencatat, bahwa Rasulullah
termasuk guru yang paling sukses dalam melaksanakan tugasnya. M. Fathullah
Gulen mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah manusia sempurna,
lengkap dan saleh. Dia berhasil mengubah orang liar dan buta huruf menjadi
tentara yang suci yang diberkahi, pendidik yang termasyhur, paglima yang tak
terkalahkan, negarawan yang terkemuka, dan pendiri peradaban yang paling luar
biasa dalam sejarah.4
Sejalan dengan itu, Abd al-Rahman Azzam mengatakan bahwa Nabi
Muhammad saw. Adalah warga pertama dan sekaligus guru dan pembimbing
masyarakat. Kehidupan hingga saat terakhirnya merupakan suatu catatan sejarah
yang sara dengan kenangan. Perkembangan kepribadian, kepercayaan dan
masyaraktnya merupakan sebuah drama kemanusiaan yang paling tinggi nilainya,
sebuah drama yang tidak saja disaksikan oleh orang-orang pada zamanya,
melainkan juga manusia belahan bumi yang lain setelah zamanya. Posisi Nabi
Muhammad saw yang demikian itu terkait erat dengan perananya sebagai Nabi
yang berhasil melaksanakan fungsi sebagai pembimbing, pendidik, dan guru yang
ideal.5
2 Najib Sulhah, Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat), (Surabaya: PT Jepe
Press Media Utama, 2011), cet ke-1, hal. 6 3 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 7
4 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
cet ke-1, hal 307-308.
5 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an, Ibid. Hal 309-310.
3
Berdasarkan hal tersebut, seorang guru perlu menerapkan syarat-syarat
tersebut, selain itu seorang guru professional harus memiliki beberapa kompetensi
yang dipersyaratkan sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukan dalam
bentuk unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya mencapai
suatu tujuan.
Diantara kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah pengendali
dan pengaruh proses, serta pembimbing ke arah perkembangan dan pertumbuhan
manusia didik bagi kehidupannya dimasa depan. Dan pendidik harus memahami
dan pandai menggunakan berbagai macam metode yang berdaya guna dalam
proses kependidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan
mereka yang bersifat kognitif, konatif (kemauan) dan emosional atau afektif serta
psikomotorik manusia didik dalam rangka fitrah masing-masing.6
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen, Bab IV telah dijelaskan tentang kompetensi guru,
pasal 10 berbunyi:
1. Bahwa kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan pofesi.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimakud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan Pemerintah.7
Dan penjelasan dari pasal 10 ayat (1) bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
guru, orang tua wali murid dan masyarakat sekitar. Yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
6 Sardiman A.M, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001),h. 161 7 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun
2005), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9
4
secara luas dan mendalam. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru
diatur dalam peraturan pemerintah.8
Jabatan guru telah hadir cukup lama di negara kita ini, meskipun
hakikatnya, fungsi, latar tugas, dam kedudukan sosiologisnya telah banyak
mengalami perubahan. Bahkan, ada yang secara lugas mengatakan bahwa sosok
guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru, dipercaya dan dijadikan
panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan menjadi oknum
yang wagu lan kuru. 9
Profesi guru saat ini masih banyak dibicarakan orang, baik dikalangan
pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan selama beberapa tahun
ini banyak media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan tetang guru.
Namun ironisnya berita-berita tersebut banyak yang melecehkan posisi guru, baik
yang sifatnya umum maupun yang sifatnya pribadi.
Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat
terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada guru itu sendiri, seperti
rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka, penguasaan guru terhadap
materi, dan metode pengajaran yang masih dibawah standar. Ditambah sikap guru
yang kejam terhadap murid yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang
yang berprofesi sebagai guru. Seperti halnya yang terjadi di Palembang, seorang
guru SMP menganiaya muridnya dengan cara memukul pundak dan kepala
sampai berkali-kali, hal tersebut dikarenakan murid tersebut membuat kegaduhan
dikelas.10
Penulis mendapati kembali satu kasus di lapangan yang mencerminkan
oknum guru ini tidak patut disebut sebagai guru yang dapat digugu dan ditiru.
Dimana kasus ini terjadi di kecamatan Pauh, kota Padang pada Rabu, 18 Mei
2016. Diberitakan oleh KataSumber.com, dia menggambarkan “Diduga Lakukan
Pelecehan Seksusal Terhadap Murid, Oknum Guru SD di Padang Ngaku Karena
8 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun 2005),
(Jakarta, Sinar Grafika, 2009)Cet 2, h. 9 9 Syafruddin Nurdin & M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)h. 1 10
www.Sindonews.com, Senin 16-05-16, 10.30 WIB
5
Sayang”. Dalam hal ini kapolsek Pauh, Kompol Wirman mengatakan, oknum
guru berinisia (N) ditangkap oleh aparat kepolisian karena diduga telah
mekalukan pelecehan seksual terhadap lima orang muridnya. Kelima muridnya
berinisial (S, F, T, R, dan ,Y), kelima korban itu mengaku bahwa mereka dipeluk
dan dicium oleh guru olahraganya. Kompol Wirman menambahkan bahwa oknum
guru olahraga berusia 54 tahun tersebut telah melakukan hal tersebut selama dua
tahun. Akibat perbuatannya oknum guru tersebut diancam hukuman minimal 5
tahun dan maksimal 15 tahun, karena melanggar pasal Undang-Undang No. 23
tahun 2002 tentang Perlingdungan Anak.11
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi
ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat
dari belajar dan mengajar, yang menjadi subjeknya adalah guru sebagai pengajar
dan guru yang baik adalah guru yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedomannya.
Allah menurunkan al-Qur’an untuk menjadi bahan yang harus dipelajari
dan diamalkan oleh manusia. Jika seseorang banyak belajar untuk mempelajari isi
kandungan al-Qur’an, maka aktivitas yang dilakukannyapun akan sejalan dengan
ajaran al-Qur’an. Oleh karena itu, pentingnya proses belajar menjadi modal dasar
dalam upaya meningkatkan derajat manusia.
Sejarah penafsiran al-Qur’an dimulai dengan penafsiran ayat-ayatnya
sesuai dengan hadis-hadis Rasulullah atau pendapat para sahabat. Penafsiran
demikian kemudian berkembang sehingga tidak disadari bercampurlah hadis-
hadis shahih dengan isroiliyyat (kisah-kisah yang bersumber dari ahli kitab yang
umumnya tdak sejalan dengan kesucian agama atau akal sehat), ini
mengakibatkan sebagian ulama menolak penafsiran yang menggambarkan
pendapat-pendapat penulisnya, atau menyatukan pendapat-pendapat tersebut
dengan hadis-hadis atau pendapat-pendapat sahabat yang dianggap benar.
Kompetensi seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas
mendidik harus sesuai dengan pengalaman dan keterampilan yang dimilikinya dan
11
www.Katasumber.com /diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknum-guru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/
6
harus disertakan dengan perilaku rasional yang dapat dipertanggung jawabkan
serta layak sebagai bagian dari seorang guru.
Kemudian jika macam-macam kompetensi tersebut dilihat dari sudut
pandang al-Qur’an yang menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan dan yang
telah banyak memberikan inspirasi edukatif, dengan cara mengadopsi konsep-
konsep al-Qur’an tentang kependidikan, misalnya ayat-ayat yang menjelaskan
tentang kompetensi guru.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis terinspirasi menumpahkan dalam
sebuah karya ilmiah yang berjudul “Kompetensi Guru Dalam Perspektif Al-
Qur’an (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 43-44 dan Ar-Rahman ayat 1-4)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam skripsi ini,
diantaranya yaitu:
1. Banyak guru yang belum memiliki kompetensi guru yang telah disebutkan
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
2. Banyaknya guru yang masih mengajar menggunkan metode konvensional.
3. Adanya guru yang melanggar kode etik guru, seperti guru yang melakukan
kekerasan terhadap muridnya.
4. Adanya tindak asusila yang dilakukan oleh satu oknum guru.
5. Banyak ayat-ayat yang berbicara tentang kompetensi guru.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari
meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya identifikasi
masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan
masalah, yaitu:
1. Yang dimaksud dengan tafsir surat al-Nahl ayat 43-44 dan ar-Rahman ayat 1-
4 adalah penjelasan tentang kandungan makna surat al- Nahl ayat 43-44 dan
7
ar-Rahman ayat 1-4 yang ada dalam kitab al-Qur’an dan tafsirnya,Tafsir
Tarbawi, Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-
Azhar dan Tafsir Nurul Qur’an.
2. Yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
professional, didalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka penulis
merumuskan masalah yaitu, Apa saja kompetensi guru menurut pandangan Al-
Qur’an dalam surat Al-Nahl ayat 43-44 dan surat Ar-Rahman ayat 1-4? dan
Bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan?
E. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kompetensi guru yang terdapat dalam al-Qur’an surat
al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan.
F. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penelitian ini
dapat dikembangkan dan diamalkan. Baik secara teoritis maupun secara praktis,
dengan itu maka manfaat penelitian ini memiliki dua unsur penting, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan pertimbangan terhadap guru agar meningkatkan mutu
pengajarannya dengan menanamkan kompetensi yang ada pada dirinya
dengan ajaran al-Qur’an di dalam surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-
Rahman ayat 1-4.
b. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir, serta membuka
kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan kembali dari
hasil penelitian ini.
8
2. Manfaat Praktis
a. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang subjek
pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan
dalam meneliti dan memahami al-Qur’an sebagai petunjuk.
b. Mengetahui bagaimana pandangan al-Qur`ân terhadap guru.
c. Bahan upaya pengembangan diri penulis maupun bagi orang yang
memerlukan
d. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu
(S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori
1. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi dalam bahasa Inggris adalah competency atau competence
yang berarti “kemampuan, wewenang, atau kecalapan”.1
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dikutip oleh Akmal
Hawi, kompetensi adalah keweangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan) sesuatu. Jika kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan,
maka hal ini erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan, atau
keterampilan guru. 2
Makna kompetensi dinyatakan sebagai perangkat tindakan cerdas yang
penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang tertentu,
di dalam pembelajaran kompetensi merupakan kemampuan dasar serta sikap
dan nilai penting yang dimiliki siswa yang telah mengalami pendidikan dan
latihan sebagai pengalaman belajar yang dilakukan secara berkesinambungan.
Istilah kompetensi memiliki banyak pengertian dikemukakan sebagai berikut:
a. Menurut Mc. Ashan sebagaimana dikutip oleh Akmal Hawi
”Competency is a knowledge, skill and abilities that a person
achieves, which become part of his or her being to the exent he or
she can satisfactorily perform, cognitif, afektif, psikomotor
behavior”. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
1 Jhon M. Echokola, et. All, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995)Cet. Ke-21,h. 132
2 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 1
10
baiknya.3 Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang
berkompetensi bukan hanya berdasarkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki dan ketarampilan serta melakukan pelatihan, tapi juga
membutuhkan aspek-aspek lain dalam individu yang akan menjadi
kekuatan yang baik.
b. Menurut Broke dan Stone yang dikutip oleh Akmal Hawi
“Competenci is descriptive of aucitativenature of teacher appears
to be entirely meaningful”. Kompetensi merupakan gambaran
hakikat kualitatif dan prilaku guru yang sangat berarti. 4
c. Menurut Syaiful Sagala “Kompetensi merupakan peleburan
pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu) dan keterampilan
(daya fisik), yang terwujud dalam satu perbuatan.5
d. Menurut UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 10, “Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam
melakukan tugas keprofesionalan. 6
e. Menurut Abdul Mujib “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
sebagai syarat unuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu”. 7
f. Mengenai kompetensi guru agama, Zakiah Deradjat mengatakan
bahwa “kompetensi guru adalah kewenangan untuk menentukan
pendidikan agama yang diajarkan pada jenjang tertentu disekolah
tempat guru itu mengajar.8
3 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)h. 3
4 Ibid, h. 3
5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 23
6 Ibid, h. 24
7 Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet.Ke-1, h. 44
8 Zakiah Daradjat ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta: Ruhama, 1994),
Cet.Ke-1, h. 95
11
g. Menurut E.Mulyasa “Kompetensi merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual
yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,
yang mencakup penguasaan materi, pemahaman kepada peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme.9
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
adalah suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu
berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan
dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk melakukan profesi tertentu.
2. Macam-Macam Kompetensi Guru
Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005. Macam-macam
kompetensi adalah:
a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dalam mewujudkan
masyarakat maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar Negara Republik Indonesia.
b. Bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan
mutu dan relavansi, serta tata pemerintahan yang baik dan
akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu
dilakukan pemberdayaan dan peningkatan guru dan dosen secara
terencana, terarah dan berkesinambungan. Dalam PP No. 19 Tahun
2005 tentang standar Naional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan
9 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2007), h. 26
12
bahwa seorang pendidik ataupun pengajar harus memiliki 4
kompetensi yaitu:
1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran yang luas dan mendalam dapat
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.
4) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektof dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua
dan masyarakat sekitar.
Dalam dunia pendidikan, macam-macam kompetensi guru menurut
beberapa para ahli berbeda-beda. Menurut Muhibbin Syah sebagaimana yang
dikutip Pupuh Faturrohman dan M. Sobry membagi kompetensi menjadi
sepuluh bagian, yaitu:
a. Menguasai bahan, yang meliputi:
1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
2) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi:
1) Merumuskan tujuan instruksional.
2) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
3) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.
4) Melaksanakan program belajar mengajar.
5) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik.
6) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
13
c. Mengelola kelas, meliputi:
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran
2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
d. Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi:
1) Mengenal, memilih dan menggunakan media.
2) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.
3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
proses belajar mengajar.
4) Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman
lapangan.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
meliputi:
1) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling
di sekolah.
2) Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan disekolah.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah:
1) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan
guna keperluan pengajaran. 10
Asian institute for Teacher Educators dalam Muhammad Ali yang
dikutip oleh Pupuh Faturrohman dan M. Sobry mengemukakan tentang
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada tiga macam
kompetensi, yaitu:
a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai:
1) Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama).
10 Pupuh Fathurrohmah dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 45
14
2) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3) Pengetahuan tentang inti demokrasi.
4) Pengetahuan tentang estetika.
5) Apresiasi dan kesadaran sosial.
6) Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7) Setia kepada harkat dan martabat manusia.
b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai
tentang mata pelajaran yang dipegangnya.
c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan dan perilaku anak.
3) Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai.
5) Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar
lain.
6) Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran.
7) Dapat mengevaluasi.
8) Dapat menumbuhkan kepribadian anak. 11
Kompetensi keguruan dalam pendidikan Islam sebenarnya sama
dengan kompetensi keguruan pada umumnya. Namun dalam pendidikan Islam
semua kompetensi yang dimiliki oleh pendidik (guru) harus in heren dengan
ke Islaman. Ada beberapa prinsip dalam ajaran agama Islam yang melandasi
profesionalitas pendidik (guru):
a) Ajaran Islam memberikan motivasi bagi pendidik (guru) agar bekerja
sesuai dengan keahlian. Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang yang
tidak profesional akan mengelami kegagalan. Sabda Rasulullah Saw
b) Ajaran Islam menekankan pentingnya keikhlasan dalam bekerja.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
11Ibid, h. 46
15
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan
mereka ialah surge „Adn yang mengalir dibawahnya sungai mereka kekal
didalamnya selama-lamanya”. (Q.S. Al-Bayyinah:7-8)
c) Ajaran Islam memberikan motivasi agar selalu berusaha dalam
meningkatkan dan mengembangkan profesionalitasnya. Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah seseuatu kaum sampai mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S.Al-Ra’d:
11)
d) Pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh guru, salah satu bentuk ubudiyah
kepada Allah (ibadah non ritual). Firman Allah:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”.(Q.S. Al-Dzhariat: 56)12
Al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan
tentang ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan sebagai berikut:
1) Guru harus mencintai murid-muridnya sebagaimana dia mencintai anak
kandungnya sendiri.
2) Guru jangan mengharap materi (upah) sebagai tujuan utama dari
pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah pekerjaan yang
diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. sedangkan upahnya terletak pada
terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
12
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan,(Jakarta: Kalam Mulia, 2013),h. 98-99
16
3) Guru harus mengingatkan kepada murid-muridnya agar tujuannya mencari
ilmu bukan untuk membanggakan diri atau mencari keuntungan pribadi,
tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4) Guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat,
yakni ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
5) Guru harus memberi contoh yang baik kepada muridya.
6) Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual
dan daya tangkap anak didiknya.
7) Guru harus mengamalkan apa yang diajarkannya.
8) Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya, sehingga di
samping tidak salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang
akrab, baik anatra guru dan anak didiknya.
9) Guru harus menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya,
sehingga akal pikiran anak tersebut dijiwai oleh keimanan itu.13
3. Usaha Peningkatan Kompetensi Guru
Dalam meningkatkan kompetensi guru banyak cara yang dapat
dilakukan. Cara tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Peningkatan
tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk berikut :
a. Seleksi Memasuki LPTK
untuk bisa diterima di LPTK perlu seleksi diperguruan tinggi seleksi itu
lebih bersifat akademik untuk meramalkan keberhasilan calon guru dalam
belajar di perguruan tinggi.
b. Pengembangan Profesional di LPTK
Dalam pendidikan di LPTK calon di didik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, yang diperlukan dalam pekerjaaannya nanti.
Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi
siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
13 Abudin Nata, Filsafat Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 124
17
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu
menjadi perhatian siswa dan mansyarakat.
Pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan,
pemahaman, dan penghayatan khusus yang di rencanakan, selama di
LPTK dalam proses perkuliahan dalam bentuk tatap muka, microteaching,
dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).
c. Sertifikasi dan Wewenang Mengajar
Pada saat ini sertifikasi dan kewenangan mengajar tidak melekat pada
ijazah tanda lulus dan lembaga pendidikan guru, melainkan dinyatakan
pula dengan Sertifikat “Akta Mengajar” sesuai dengan tingkat
kewenangan mengajar guru yang bersangkutan berdasarkan jenjang
pendidikan yang telah ditempuhnya. Akta mengajar itu diberikan pula
untuk mereka yang berpendidikan akademik secara umum (Non-LPTK),
untuk mendapatkan kewenangan mengajar melalui Program Pendidikan
Akta Mengajar yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Departemen Agama untuk guru agama melalui LPTK
yang memenuhi pesyaratan.
d. Pengembangan kompetensi Selama dalam Jabatan
Untuk meningkatkan kualitas kemampuan dan profesional guru yang telah
berada dan bekerja di lapangan diselenggarakan pendidikan dalam jabatan
guru.
Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan secara formal melalui
kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya. Adapun secara informal melalui media massa televise, radio,
Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.14
Menurut Jejen Musfah Pengetahuan dan keterampilan guru semesetinya
berkembang setiap saat sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus direspons para guru dengan
cara belajar melalui beragam sumber belajar. Kompetensi guru merupakan
14 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 483-486
18
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan
pendidikan disekolah. Untuk peningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan
dengan cara berikut:
1) Program pelatihan guru. Pelatihan ini dapat beruba Bahasa Inggris dan
yang dilakukan oleh pihak sekolah.
2) Mengadakan seminar dan sumber belajar, yaitu pengajian, bedah buku,
dan workshop.15
4. Karakteristik Kompetensi Guru
Karakterisik dapat ditinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi
dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses
belajar mengajar.
a. Fungsi, Peranan Guru, dan Kompetensinya
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa profesional guru
mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribdian,
keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa
kompetensi profesionl guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu
walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan
sesuai dengan peranan yang dikerjakan.
1) Guru sebagai Pendidik dan Pengajar
Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-
syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunya kestabilan emosi,
memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak
didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan
peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi
pendidikan.
Sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru
harus menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan yang
15 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik,( Jakarta: Kencana, 2011),h. 179
19
luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan mata pelajaran/bidang studi yang diajarkannya, menguasai
teori dan praktik mendidik.
2) Guru sebagai Anggota Masyarakat
Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syarat-
syarat kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru
harus bersikap terbuka, tidak bertindak otoriter, tidak bersikap
angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka menolong
dimanpun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap orang
lain.
3) Guru sebagai Pemimpin
Pernan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki
kepribadian, seperti: kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri
sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar
dan dapat cepat mengambil keputusan, bersikap objektif dan
mampu menguasai emosi, serta bertindak adil.selain dari itu, guru
harus menguasai ilmu tentang teori kepemimpinan dan dinamika
kelompok, menguasai prinsip-prinsip hubungan masyarakat,
menguasai teknik berkomunikasi, dan menguasai semua aspek
kegiatan organisasi persekolahan.
Untuk itu guru harus memiliki berbagai keterampilan yang
dibutuhkan sebagai pemimpin, seperti: berkerja dalam tim,
keterampilan berkomunikasi, bertindak selaku penasihat dan
orang tua bagi murid-murid.
4) Guru sebagai Pelaksana Administrasi Ringan
Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian, seperti
jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai
tata buku ringan, korespondensi, penyimpanan arsip dan
ekspedisi, dan administrasi pendidikan.
Untuk itu maka guru harus memiliki keterampilan seperti:
mengadministrasikan keuangan, keterampilan menyusun
20
Academik records, serta keterampilan mengetik, serta berbagai
keterampilan lainnya yang berkenaan dengan pelaksanaan
administrasi ringan disekolah.16
b. Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan studi literature terhadap pandangan Adams & Dickey
dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik
kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam
kelas (dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut
berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar, diantaranya:
1) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.
2) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok murid.
3) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki ketrampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
4) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
5) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara
memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan
penjelasan.
6) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki ketrampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
7) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih
dan meramu bahan pelajaran sevara profesional.
8) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki ketarampilam mengawasi
kegiatan anak dan ketertiban kelas.
9) Guru sebagai motivator, perlu memiliki ketarampilan mendorong
motivasi belajar kelas.
16 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2009),h. 38-44
21
10) Guru sebagai penanya, perlu memiliki ketarampilan cara bertanya
yang merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah.
11) Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara
memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi.
12) Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai
anak-anak secara objektif, kotinu, dan komprehensif.
13) Guru sebagai konselor, perlu memiliki keratampilan cara
membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. 17
5. Manfaat Kompetensi Guru
Walaupun menjadi tugas yang cukup berat bagi para guru untuk bisa
disebut profesional, namun mana kala guru dalam memenuhi persyaratan yang
berkenaan dengan kompetensi yang harus dimiliki, maka ada beberapa
manfaat untuk berbagai kepentingan yang meliputi:
pertama, standar kompetensi guru amat diperlukan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk meningkatkan mutu guru
melalui inservice training. Sementara lembaga pendidikan sekolah
memerlukannya untuk pembinaan intern dalam proses pendidikan.
Kedua, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar untuk
penyusunan instrument skill audit yang harus diikuti para guru. Oleh
karenanya, guru yang memiliki kompetensi pada tingkat dasar dalam jangka
waktu tertentu harus mengikuti diklat untuk memperoleh tingkat yang lebih
tinggi.
Ketiga, standar kompetensi guru dapat digunakan untuk menjadi salah
satu dasar penting untuk kegiatan penilaian guru. Miasalnya, memberikan
penilaian terhadap kinerja guru berprestasi.
Keempat, standar kompetensi guru juga amat terkait dengan sistem
akreditasi guru.
17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2009),h. 48-49
22
Kelima, standar kompetensi guru digunakan sebagai dasar pembinaan
guru, dengan standar kompetensi guru, maka pendidikan dan pelatihan dapat
dilaksanakan secara efektif, sehingga pelaksanaan diklat menjadi lebih efektif
dan efisien, karena yang harus mengikutinya adalah yang benar-benar
membutuhkannya. 18
6. Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah sebagai berikut:
a. Anggi Dwi Saputra, dengan judul penelitian “Kompetensi Guru Dalam
Perspektif Al-Qur’an (Tela’ah Surat An-Najm Ayat 5-10)”. Karya ini
menjelaskan tentang gambaran dan paparan kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru menurut al-Qur’an surat an-Najm ayat 5-10.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru pada surat an-Najm ayat 5-10 yaitu:
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial, serta memiliki kepribadian seperti
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.19
b. Ummi Hanny, dengan judul penelitian “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4
(Kajian Tentang Kompetensi Guru)”. Karya ini menjelaskan tentang
kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk
mendukung pelaksanaan serangkaian tugasnya dalam kegiatan belajar
mengajar Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru menurut Al-Qur’an surat Al-Qalam
ayat 1-4 adalah memiliki kepribadian seperti yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad Saw, menguasai dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi guna pengembangkan diri dan ilmu
18 Suparlan, Guru Sebagai Profesi,(Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006),h. 93-95
19
Anggi Dwi Saputra, “Kompetensi Guru Dalam Presfektif a Al-Qur’an (Tela’ah Surat An-Najm Ayat 5-10)”, skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2014, hal. 62, tidak dipublikasikan.
23
pengetahuan dan media komunikasi dengan orang lain. Adapun
relevansi Surat Al-Qalam ayat 1-4 dengan Peraturan Mendiknas No. 16
Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru bahwa terdapat
kesesuaian terkait dengan kompetensi guru, yakni: kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.20
20 Umy Hani, “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4 (Kajian Tentang Kompetensi Guru)”, skripsi
pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, hal. 63, tidak dipublikasikan.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah mengenai kajian tentang tafsir surat ar-
Rahman ayat 1-4 dan an-Nahl ayat 43-44.
Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu selama dua
semester terhitung dari tanggal 15 Maret 2016.
B. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti “cara
atau jalan”.di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bahasa Arab
menerjemahkannya dengan “thariqat” dan “manhaj”. Di dalam pemakaian
bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya);
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”.1
Dalam penlitian ini studi tafsir al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni
“suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang
benar tentang apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang
diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw”.2
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode deskriprif analisis yang menggunakan tehnik
analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library Research). Penelitian yang
bersifat deskripstif analitik ialah data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar,
prilaku) yang tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistic,
1 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat yang
Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet.Ke-2,h. 54
2 Ibid.h 55.
25
melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
sekedar angka atau frekuensi.3
Adapun literatur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan literatur/sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber
data. Sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau variabel penelitian. 4
Menurut Lofland Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.5
Mengenai analisis data, Menurut Sugiyono, Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.6 Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak
memulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun
ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan
dari fenomena yang ada di lapangan. Oleh karena itu, analisis data di dalam
penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. 7
Sehingga dalam hal ini analisis data kualitatif itu akan berlangsung terus-
menerus selama proses pengumpulan data.
Penelitian ini merupakan penelitian tafsir, dalam meneliti ayat-ayat al-
Qur`ân dengan mengacu pada pandangan al-Farmawi yang dikutip oleh Abudin
3 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), Cet.Ke-6, hal 39. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet.Ke-14, h. 172. 5 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), Cet.Ke-21, Hal 112.
6 Sugiyono,Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2013),h.
244.
7 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), cet ke-6, hal 38
26
Nata bahwa metode tafsir yang bercorak penalaran (bukan jalur riwayat) ini
terbagi menjadi empat macam metode, yaitu: tahlilî, ijmalî, muqârin, dan
mauđu’î.8
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tahlily. Metode
tafsir Tahlily atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy
adalah suatu metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan
ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-
ayat al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam mushaf. Dalam hubungan ini
mufasir mulai dari ayat ke ayat berikutnya, atau dari surah ke surah berikutnya
dengan mengikuti urutan ayat atau surah sesuai dengan yang termaktub di dalam
mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh seorang mufasir tajzi’iy/tahlily
diuraikan. Yaitu bermula dari kosa-kata, asbabun nuzul, munasabat, dan lain-
lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat.9
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moelong,
perhatian lebih banyak ditunjukan pada pembentukan teori substantive
berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dengan demikian yang
dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati.10
Prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini merupakan
langkah penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang
dikumpulkan digunakan. Kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang digunakan. Data yang
diperlukan/dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat
8Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 219
9 Ali Hasan, Ibid. Hal 41.
10
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), Cet.Ke-6, hal 35-36
27
ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri
cukup valid.11
Prosedur data penelitian tafsir tahlily disini para mufasir mulai menjelaskan
ayat-ayat al-Qur’an dengan cara meneliti semua aspeknya dan menyingkap
seluruh maksudnya, dimulai dari uraian makna kosa-kata, makna kalimat, maksud
setiap ungkapan, kaitan antarpemisah (munasabat) sampai sisi-sisi keterkaitan
antarpemisah itu (wajh al-munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul, riwayat-
riwayat yang berasal dari Nabi saw. Sahabat, dan tabi’in. Prosedur penelitian
tahlily dilakuakan dengan mengikuti susunan mushaf, ayat per ayat dan surah per-
surah. Metode ini terkadang menyertakan pula perkembangan kebudayaan
generasi Nabi sampai tabi’in, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian keabsahan
dan materi-materi khsusus lainya yang kesemuanya ditunjukan untuk memahami
al-Qur’an yang mulia. Para mufassir tidak seragam dalam mengoperasionalkan
metode tahlily ini. Ada yang menguraikaya secara ringkas, ada pula yang
menguraikanya secara terperinci.12
Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang
ditempuh dalam metode tahlily adalah sebagai berikut:
1. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada surat yang akan ditafsirkan
sebagaimana urutan dalam al-Qur’an (mushaf utsmani).
2. Menjelaskan asbabun-nuzul dengan menggunaka keterangan yang diberikan
oleh hadis (bi ar-riwayah).
3. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat dari surah an-Najm yang
ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya.
4. Menjelaskan makna yang terkandung dari surat yang berkenaan dengan
hukum mengenai suatu masalah atau lainya sesuai dengan kandungan ayat
tersebut.13
11 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), Cet.Ke-7, hal 174.
12
Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Tahlily dan Cara Penerapanya, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) cet ke-1, hal 23-24.
13 Abuddin Nata, Studi Islam Komrehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet ke-I, hal
169.
28
Setelah semua langkah tersebut di atas sudah ditempuh, mufasir tahlily lalu
menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan penjelasanya di atas, dan
kemudian ia memberikan penjelasan final mengenai isi dan maksud ayat al-
Qur’an tersebut.
Kelebihan metode ini anatara lain adanya potensi untuk memperkaya arti
kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat, syair-syair kuno dan
kaidah-kaidah ilmuan nahwu. Penafsiranya menyangkut segala aspek yang dapat
ditemukan oleh mufasir dalam setiap ayat. Analisis ayat dilakukan secara
menadalam sejalan dengan keahlian, kemampuan dan kecenderungan mufasir.
Kelebihan metode ini walaupun dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok
bahasan, karena seringkali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutanya
pada ayat lain.14
Setelah menguraikan pembahasan tafsir dan menganalisa kajian
deskritif kompetensi guru yang terkandung dalam surat ar-Rahman ayat 1-4 dan
al-Nahl ayat 43-44, selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari sejumlah ayat
pada surah-surah tersebut. Kesimpulan pada penelitian ini berkaitan dengan apa
saja isi kandungan surah ar-Rahman ayat 1-4 dan surah al-Nahl ayat 43-44,
kemudian hasil analisis apa saja yang ditemukan pada teori kompetensi guru, lalu
bagaimana mengamalkan teori kompetensi guru yang terkandung dalam ayat
tersebut pada kehidupan sehari-hari.
14 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, hal
86.
29
BAB IV
KOMPETENSI GURU MENURUT SURAT AL-NAHL AYAT 43-44 DAN
SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4
A. Surat An-Nahl ayat 43-44
1. Teks dan Terjemahan Ayat
٣٤
٣٣
43. Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
44. (Mereka kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab . Dan kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur‟an) kepadamu, agar engkau
menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada manusia apa
yang telah duturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.
2. Kosa-Kata Ayat
: Ahli kitab
: Mukjizat yang membuktikan kebenaran Rasul
: Bentuk jamak dari سبور, yaitu kitab-kitab yang memuat syariat dan
taklif yang disampaikan para rasul kepada hamba Allah.
: Al-Qur‟an
: Untuk menjelaskan kepada mereka rahasia-rahasia tasyri‟ yang
tersembunyi bagi mereka
30
3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat)
Dinamakan al-Nahl mengingat ayat 68 yang mengisyaratkan bahwa Allah
mungkin mengilhamkan kepada sebagian hamba-Nya untuk mengeluarkan
faedah-faedah yang manis lagi menyembuhkan dari al-Qur‟an dan untuk
mengisyaratkan kepada nikmat Allah dan hikmah menjadi lebah.
Kata sebagian ulama seluruh surat ini turun di Mekkah, tetapi sebagian
ada yang berkata bahwa surat ini turun di Mekkah selain dari tiga ayat
terakhir yang diturunkan di antara Mekkah dan Madinah di waktu Rasulullah
kembali dari Uhud. Surat ini juga dinamai an-Ni‟am, karena di dalam surah
ini Allah menerangkan tentang nikmat-nikmat-Nya.
Adapun pesesuaiannya surah ini dengan surah yang telah lalu, ialah di
akhir surah yang telah lalu Tuhan menerangkan tentang keadaan orang-orang
yang mengolok-olok Rasul dan mendustakannya dan bahwa semua mereka
akan ditanya di hari akhirat. Yang memberi pengertian bahwa semua mereka
itu akan dikumpulkan di hari kiamat dan akan diminta pertanggungjawaban
terhadap segala perbuatan mereka di dalam dunia.1
B. Tafsir Surat Al-Nahl Menurut Para Mufassir
1. Tafsir Surat Al-Nahl ayat 43
٣٤
“ Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang kami beri wahyu kepada mereka, mereka bertanya kepada ahl adz-
Dzikr jika kamu tidak mengetahui”
Quraish Shihab dalam Tarsir al-Misbah menjelaskan bahwa ayat-ayat
yang lalu menguraikan keburukan dan perbuatan ucapan kaum musyrikin
serta pengingkaran mereka terhadap keesaan Allah swt, keniscayaan hari
kemudian, dan kerasulan Nabi Muhammad saw. demikian juga penolakan
1 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Tafsir Al-Bayan (Tafsir Penjelas Al-Qur‟anul
Karim), (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 601
31
mereka terhadap apa yang diturunkan Allah swt, itu semua telah dibantah,
kini, ayat ini dan ayat-ayat berikutnya kembali menguraikan kesesatan
pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad saw. Dalam
penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi
utusan Allah atau paling tidak dia harus disertai oleh malaikat. Dalam tafsir
al-Misbah karangan Quraish Shihab menyatakan dalam ayat ini menegaskan
bahwa: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan
dan dimana pun, kecuali orang-orang lelaki, yakni jenis manusia pilihan
bukan malaikat, yang kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui
malaikat Jibril, maka, wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu,
bertanyalah kepada ahl adz-Dizkr, yakni orang-orang yang berpengetahuan,
jika kamu tidak mengetahui.2
Dalam kitab tafsir lain menjelaskan bahwa Allah swt tidak mengutus
Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang
diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang
diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as
hingga Nabi Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar mereka
itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas
diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada
Rasulullah saw diutus orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak
mungkin mengutus utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, tetapi
kalau Allah mau mengutus, maka utusNyalah seorang malaikat, seperti firman
Allah swt:
“ Dan mereka berkata:”Mengapa Rasul ini memakan makanan dan
berjalan dipasar-pasar?.Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang
malaikat agar malaikat itu memberi peringatan bersama-sama dengan
dia?”.(Q.S.Al-Furqan:7)
2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), cet ke-1, hal 589
32
Selanjutnya Syaikh Imam al-Qurthubi didalam Tafsir al-Qurthubi
menerangkan bahwa firman Allah ”Dan
kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka”. Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
musyrik Makkah yang mengingkari kenabian Muhammad saw. dan mereka
berkata, “Allah Maha Agung jika utusannya hanya seorang manusia. Apakah
Dia tidak mengutus seorang malaikat kepada kami?”. Lalu Allah swt.
membalikan perkataan mereka itu dengan firman-Nya: “Dan
kami tidak mengutus sebelum kamu, kepada umat –umat yang lalu wahai
Muhammad, “Kecuali orang-orang lelaki”, dari bangsa manusia.
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan”. Sufyan berkata, “Maksudnya, orang-orang mukmin Ahli
Kitab”. “Jika kamu tidak mengetahui”. Maka mereka (Ahli
Kitab) akan menyampaikan kepada kalian bahwa semua nabi adalah manusia
biasa. Ada yang mengatakan, artinya, maka bertanyalah kepada Ahli Kitab
jika mereka tidak beriman maka mereka mengakui bahwa para rasul adalah
manusia biasa.3
Diriwayatkan secara maknanya, dari Ibnu Abbas dan Mujahid yang
dikutip oleh al-Qurthubi. Ibnu Abbas berkata, adalah Ahli al-Qur‟an.
Ada pula yang berpendapat, Ahli Ilmu, keduanya mempunyai makna yang
saling berdekatan.4
Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi berpendapat
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang kami beri wahyu”. Kaum musyrikin Arab tidak
3Syaikh Imam Al-Qurthubi, Op.cit, h. 269
4 Ibid.269
33
percaya Nabi Muhmmad saw. seorang Rasul. Mereka mengatakan „Allah
terlalu besar dibanding bahwa Rasul-Nya adalah seorang manusia‟,
Maksudnya Allah itu Maha Besar,tidak mungkin Rasul-Nya seorang manusia.
Untuk membantah hal itu Allah menurunkan surat Yunus bahwa sikap heran
adanya Rasul seorang manusia tidak benar:
“ Patutkan menjadi keheranan bagi manusiabahwa Kami wahyukan
kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada
manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka
mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka”. Orang-orang
kafir berkata, “Sesungguhnya orang ini (Muhammad)benar-benar adalah
pesihir yang nyata”.5
Manusia tidak layak menolak manusia sebagai Rasul Allah, oleh karena
hal itu wewenang Allah. Sebagai seorang Rasul manusia terpilih itu
menerima wahyu, yang menghendaki perlunya orang itu memiliki kesucian
pribadi yang istimewa. Dan tugasnya adalah berdakwah, yang memerlukan
ekuatan rohani dan jasmani yang tabgguh. Oleh karena itu Allah yang lebih
tahu siapa yang pantas untuk diangkat-Nya sebagai Rasul-Nya, yang suci
pribadinya dan kuat jasmani dan rohaninya itu, manusia boleh
mempertanyakan dan mengirinya.6
Sementara itu didalam Tafsir Nurul Qur‟an menjelaskan tentang ayat ini
bahwa Allah menuturkan, “Kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai
Muhammad, seorang Rasul pun kepada kaum manapun, melainkan rasul itu
dikukuhkan dan dibekali dengan wahyu kami, yang terhadapnya kaummu
mengemukakan keberatan soal mengapa nabi mereka bukan seorang
malaikat, melainkan hanya seorang manusia. Katakanlah kepada mereka agar
mereka mencari kebenaran dengan merujuk pada ahludzdzikr (ahli zikir),
5Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54
6 Ibid, h. 62
34
yakni orang-orang yang memiliki pengetahuan dan para ulama ditengah
setiap kaum, jika mereka tak mampu mengajukan pertanyaan-pertanyan
mengenai masalah tersebut kepada para nabi yang termasuk dalam jenis
manusia.
Menurut Ibnu Abbas yang dikutip didalam Tafsir Nurul Quran, yang
dimaksud ahludzdzikr dalam konteks ini adalah para ulama Nasrani dan
Yahudi. Jadi, ayat diatas maksudnya, “Jika mereka ragu-ragu tentang
kebenaran masalah ini, hendaklah mereka bertanya kepada ahli Taurat dan
Injil untuk mengklarifikasinya”. Kata-kata ini dialamatkan pada orang-orang
kafir. Sebab, segenap informasi yang disampaikan kepada mereka oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani dari kitab-kitabnya dapat mereka terima meskipun
mereka menolak perkataan Nabi saw dikarenakan permusuhannya yang amat
sangat. Akan tetapi, sebagian orang mengatakan bahwa ahludzdzkir berarti
„para pengikut al-Qur‟an‟. Sebab, dzikr berarti al-Qur‟an.7
Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar “Dan tidaklah Kami mengutus
sebelum engkau melainkan orang-orang laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka.” Hal ini diperingatkan kembali kepada beliau, Rasul Allah
bahwa itu, da nisi pengajarannyapun sama. Bahkan nasib pertentangan pun
kebanyakan bersamaan. Sebab mereka itu semuanya adalah manusia, orang-
orang laki-laki yang tidak lepas daripada suka dan duka. Maka disuruhlah
Nabi saw menyampaikan kepada orang-orang itu “Maka kepada ahli-ahli
yang telah mempunyai peringatan, jika kamu belum mengetahui.” Jika masih
kurang percaya akan hal itu, mereka boleh menanyakan kepada Ahludz-Dzikri
, ahli peringatan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menerima
kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang-
orang yang jujur, niscaya akan meeka beritahukan hal yang sebenarnya itu.8
Dalam Tafsir al-Azhar Ahludz-Dzikri, orang yang ahli peringatan, atau
orang yang berpengetahuan lebih luas. Umum arti ayat menyuruhkan orang
yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih tahu, karena ilmu pengetahuan itu
7 Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 522
8 Hamka,Tafsir Al-Azhar Juz XIII-XIV (Terj), (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983),h. 248
35
adalah umum sifatnya, berfaedah buat mencari kebenaran. Menurut yang
dirawikan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa ahludz-dzikri disini
maksudnya adalah Ahlu-Kitab. Sebelum Ahlul-kitab itu dipengaruhi oleh
nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-nabi dan
Rasul-rasul yang terdahulu semuanya adalah manusia belaka, manusia pilihan
yang diberi wahyu oleh Allah.9
Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan رجال (laki-laki) yang
menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan.
Perempuan, sebagaimana dinyatakan al-Qur‟an, ada yang menerima wahyu,
seperti ibu Nabi Musa, tetapi wahyu yang disampiakan kepadanya bukan
syariat tetapi hanya perintah untuk menghanyutkan Musa dan menyusuinya.
Hal ini berarti bahwa wahyu yang diberikan itu adalah wahyu secara harfiyah,
yaitu memasukan ilmu secara cepat kedalam lubuk hati manusia, yakni ilham.
10
adalah orang-orang yang paham اهل الذكز ,maksudnya adalah wahyu الذكز
tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl kitab. Jadi, bila kalian
wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu
adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab apakah
Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat atau bukan.
Pasti jawaban mereka adalah manusia.11
Sementara menurut M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, kata رجال
pada ayat ini sebagai alasan untuk menyatakan bahwa semua manusia yang
diangat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita. Dari
segi bahasa kata رجال yang merupakan bentuk jamak dari kata (رخل)
seringkali dipahami dengan arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-ayat
al-Qur‟an yang mengesankan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti jenis
kelamin lelaki. Ia digunakan juga untuk menunjuk manusia yang memiliki
keistimewaan atau ketokohan, atau ciri tertentu yang membedakan mereka
dari yang lain. Sesuai dengan firman-Nya:
9 Ibid,249
10
Salman Harun, Op.cit, h. 63
11
Ibid,63
36
“Dan orang-orang yang di atas A‟raf memanggil beberapa orang
(pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-
tandanya dengan mengatakan: Harta yang kamu kumpulkan dan apa
yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi kamu manfaat.”
(Q.S.al-A‟raf:48)12
Sementara itu, kata ( اهل الذكر ) ahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh
banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka
adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para
rasul yang diutus Allah. Disisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-
kitab yang dalam ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr menyangkut apa
yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif,
menunjukan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan.
Sejalan dengan sabda Nabi saw “Hikmah adalah sesuatu yang didambakan
seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia yang lebih wajar
mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang popular “Tuntutlah
ilmu walaupun di negeri Cina.” Ini semua merupakan landasan untuk
menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal, terbuka,
serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan untuk kemaslahatan
seluruh manusia.13
Selanjutnya menurut Ahmad Mustafa al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi
tidaklah kami mengutus para rasul sebelummu
kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan
melaksanakan perintah Ku, kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani
Adam yang Kami wahyukan kepada mereka, bukan para maialaikat.
Ringkasnya, sesungguhnya Kami tidak mengutus kepada kaummu, kecuali
12 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 235
13
Ibid,236
37
seperti orang-orang yang pernah Kami utus kepada umat-umat sebelum
mereka, yakni para rasul dari jenis mereka dan berbuat seperti mereka
berbuat.14
Selanjutnya , maka tanyakanlah kepada ahli
kitab di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang
diutus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat
silakan kalian mengingkari Muhammad saw. Tetapi jika mereka itu manusia,
jangan kalian ingkari dia.
Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya kita boleh
menuntut ilmu kepada ahlinya, di mana saja dan siapa saja sebab yang kita
cari ialah kebenaran. Dalam hal yang mnegenai ilmu-ilmu agama Islam, maka
kita bertanya kepada Ahludz-Dzikri da;am hal Islam, dan ilmu-ilmu yang
lain, yang lebih umum kita bertanya kepada ahludz-dzikrinya sendiri, itu
sebagai tanda kita berpaham luas dan berlapang dada.
2. Tafsir Surat al-Nahl ayat 44
“Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan
kepada engkau peringatan, supaya emgkau terangkan kepada manusia
apa yang diturunkan kepada mereka. Mudah-mudahan mereka berfikir.”
Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi,
Orang Arab mengatakan zabartu al kitaba, berarti saya menulis kitab,
seperti fiman Allah:
14 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terejemahan), (Semarang: Toba Putra,
1989), Cet ke-1, hal 161
38
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku
catatan.”(Q.S. Al-Qomar:52)
Yakni, Kami tidak mengutus para rasul, kecuali mereka itu laki-laki
dengan membawa dalil-dalil dan hujah-hujah yang membuktikan kebenaran
kenabian mereka, serta kitab-kitab yang memuat berbagai taklif dan syariat
yang mereka sampaikan dari Allah kepada para hamba.
Selanjutnya, bahwa Allah menurunkan al-Qur‟an kepadamu sebagai
peringatan bagi manusia agar kamu memberitahu mereka tentang apa yang
telah diturunkan kepada mereka, berupa hukum syariat dan ikhwal umat-umat
yang dibinasakan dengan azab, sebagai balasan atas penentangan mereka
terhadap para nabi dan agar kamu menjelaskan hukum-hukum yang sulit oleh
mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara garis besar, sesuai
dengan tingkat kesiapan dan pemahaman mereka terhadap rahasia tasyri‟.
Yakni, Kami turunkan al-Qur‟an itu agar kamu menaati mereka berpikir
tentang rahasia dan pelajaran ini, serta agar mereka jauh dari mengikuti jejak
para pedusta terdahulu, sehingga mereka ditimpa azab seperti yang telah
ditimpakan kepada mereka.15
Sementara itu M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan
tentang ayat ini, bahwa rasul yang Kami utus sebelummu itu semua
membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat-mukjizat nyata yang
membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul, dan sebagian membawa pula
zubur yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan
nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati, dan Kami turubkan
kepadamu adz-Dzikr yakni al-Qur‟an, agar engkau menerangkan kepada
seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka yakni al-Qur‟an
itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan
15 Ibid,162
39
supaya mereka senantiasa berpikir lalu menarik pelajaran untuk
kemaslahatan hidup duniawi dan uhkrawi mereka. 16
Selanjutnya menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar Nabi-nabi dan Rasul-
rasul itu diutus Tuhan: “Dengan penjelasan-penjelasan dan kitab-kitab.”
Penjelasan, yaitu keterangan-keterangan dan alasan-alasan untuk menguatkan
pendirian bahwa Allah itu ada dan tunggal, tidak berserikat dengan yang lain.
“Kitab-kitab”, zubur kata jama‟ dari zabur, artinya kitab-kitab. Semua kitab-
kitab itu, baik Taurat yang diturunkan kepada Musa, Injil kepada Isa, Mazmur
atau Zabur kepada Daud, dan Shuhuf, yaitu catatan-catatan yang diterima
Nabi Ibrahim, semuanya itu disebut “zubur”. “Dan kami turunkan kepada
engkau peringatan.” Yakni al-Qur‟an “supaya engkau terangkan kepada
manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” Dengan ayat ini teranglah
bahwa kewajiban Nabi Muhammad saw. menyampaikan peringatan (al-
Qur‟an) bukanlah kewajiban yang baru sekarang, melainkan sambungan mata
rantai saja dari rencana Tuhan membimbing dan memberi petunjuk umat
manusia yang telah dimulai sejak Adam sampai kepada berpuluh Rasul
sesudahnya, sampai kepada Muhammad saw. “Mudah-mudahan mereka akan
berfikir”. Sebab maksud al-Qur‟an atau peringatan ini, memang yang utama
sekali mengajak orang kafir berfikir tentang dirinya, tentang hidupnya, tentang
Tuhannya dan hubungannya dengan Tuhan itu.17
Kemudian az-zabur adalah jamak dari kata ( zabur yakni
tulisan. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat,
Injil, Zabur, dan Al-Qur‟an. Para ulama berpendapat, bahwa zubur adalah
kitab-kitab singkat yang tidak mengandung syariat, tetapi sekedar nasihat-
nasihat.18
Sementara dalam Tafsir Nurul Qur‟an menerangkan istilah bahasa Arab
bayyinat, berarti bukti-bukti jelas dari misi kenabian, juga mukjizat, dan kata
16 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237
17
Hamka, Tafsir Al-Azhar JuzuXIII-XIV(Terj), ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 250
18
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 237
40
zubur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti „kitab langit‟. Ayat ini
mungkin merujuk pada dua jenis wahyu, yang pertama adalah al-Qur‟an yang
merupakan milik semua manusia, dan yang kedua adalah penafsiran dan
penjelasan tentang al-Qur‟an yang khusus bagi Nabi Muhammad saw. Jadi
maksudnya kira-kira, “Kami mengirimkan kepadamu adz-dzikr agar kamu
menjelaskan penafsiran al-Qur‟an yang telah diturunkan untuk umat
manusia”.
Oleh karena itu, para nabi memiliki mukjizat-mukjizat maupun kitab-kitab
suci, agar manusia tidak mencampuradukan antara yang benar dan yang salah.
Selaras dengan ayat di atas yang mengatakan “Kami mengirim nabi-nabi
sebelum kamu dengan membawa bukti-bukti yang jelas (mukjizat-mukjizat)
dan kitab-kitab suci).”19
Lebih jauh Syaikh Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi
menjelaskan “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
kitab.” Ada yang berpendapat (keterangan-keterangan) berkaitan
dengan (Kami telah mengutus). Dalam ungkapan ini didahulukan kata
tertentu dan diakhirkan kata yang lainnya. Maksudnya, Kami tidak mengutus
sebelummu dengan berbagai keterangan dan mukjizat melainkan para pria.20
Pengulangan kata turun dua kali yakni ( Kami turunkan
kepadamu dan ( Apa yang telah diturunkan kepada mereka
mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah
penurunan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad saw. yang bersifat langsung
dari Allah swt., dan dengan redaksi pilihan-Nya sendiri, sedangakn yang
kedua adalah yang ditunjukan kepada manusia seluruhnya. Ini adalah
19 Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 525
20
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,
h. 270
41
penjelasan-penjelasan Nabi Muhammad saw. tentang al-Qur‟an. Penjelasan
yang dimaksud adalah berdasar wewenang yang diberikan Allah kepada Nabi
Muhammad saw. dan wahyu atau ilham-Nya yang beliau sampaikan dengan
bahasa dan redaksi beliau.
Thabathaba‟I menegaskan bahwa diturunkannya al-Qur‟an kepada
umatmanusia dan turunyya kepada Nabi Muhammadsaw. Adalah sama,
dalam arti diturunkannya kepada manusia dan turunnya kepada Nabi saw.
adalah agar mereka semua (Nabi dan seluruh manusia) mengambil dan
menerapkannya. Ayat ini menurutnya bermaksud menegaskan bahwa tujuan
turunnya al-Qur‟an adalah untuk semua manusia, dan keadaanmu wahai Nabi
Muhammad serta seluruh manusia dalam hal ini sama. 21
Lanjutnya, “Agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” Dalam al-Qur‟an ini
terdapat hukum-hukum dan janji, serta ancaman atas ucapan dan perbuatan
manusia. Rasulullah saw. menjelaskan apa yang Dia maksud dari firman
himpunkan di dalam Kitab-Nya. Baik berupa hukum-hukum sholat, zakat,
dan lain sebagainya berupa hal-hal yang belum Dia jelaskan secara rinci.
“Dan supaya mereka memikirkan”,sehingga mereka mendapat
pelajaran.22
Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan tentang ayat ini bahwa
Nabi Muhammad juga Allah beri wahyu lengkap yaitu al-Qur‟an. Tugas
beliau adalah menjelaskan wahyu yang diturunkan kepada beliau itu kepada
seluruh manusia. Penjelasan beliau adalah dalam bentuk Sunnah (hadis), yang
terbagi dua, Bayan Ta‟kid (menguatkan dengan memberikan penjelasan-
21 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Terj),(Jakarta: Lentera Hati, 2002),h. 238
22
Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.Cit.h.271
42
penjelasan dam contoh-contoh), dan Bayan Tafsir (menjelaskan dengan
memberikan rincian, batasan, bahkan tambahan).23
M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah juga berpendapat bahwa ayat
ini menugaskan Nabi Muhammas saw. untuk menjelaskan al-Qur‟an. Bayan
atau penjelasan Nabi Muhammad saw. itu bermacam-macam dan bertingkat-
tingkat. Memang as-Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-
Qur‟an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara‟. Ada dua
fungsi penjelasan Nabi Muhammad saw. dalam kaitannya dengan al-Qur‟an,
yaitu Bayan Ta‟kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau
menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam al-Qur‟an, sedangkan
yang kedua memperjelas,merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari
ayat-ayat al-Qur‟an.24
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Nabi saw.
untuk menjelaskan al-Qur‟an, sementara kewajiban manusia adalah menerima
penjelaskan-penjelasan tersebut atas dasar pemikiran yang sehat. Sebab, al-
Qur‟an adalah adz-dzikr atau „pengingat‟, dan di saat yang sama merupakan
cara untuk mengundang perhatian manusia, seraya menjauhkannya dari
kealpaan, kelupaan, dan perilaku keliru.25
C. Kompetensi Guru Dalam Surat Al-Nahl ayat 43-44
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik yang
meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
tentang peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diologis,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
23 Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2013), cet ke-1. h 64
24
M.Quraish Shihab,Op.Cit.h. 239
25
Kamal Faqih Imani,Tafsir Nurul Quran 8, (Jakarta: Al-Huda,2005),h. 526
43
Dalam hal ini ditemukan dua kompetensi pedagogik dalam surat an-Nahl
ayat 43-44, yakni
adalah wahyu, اهل الذكر adalah orang-orang yang paham tentang wahyu,
dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab. Jadi, bila kalian wahai kaum
musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah kepada manusia itu adalah juga
seorang manusia, maka bertanyalah kepada Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul
sebelum Nabi Muhammad seorang manusia, malaikat, atau bukan. Pasti
jawaban mereka adalah manusia
Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus
lebih unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik
maupun afektif dan seorang guru harus memiliki inovasi dalam mengelola
pembelajaran. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang
dikatakan gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang
guru sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga
sesuai dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap
gurunya sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak
diketahuinya kepada gurunya.
Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru
adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan
disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan
sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia
dapat.
44
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara meluas dan mendalam26
yaitu meliputi konsep, struktur,
dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Berkaitan dengan hal ini ditemukan kompetensi profesional dalam surat
al-Nahl ayat 44, yakni:
Kata bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi kenabian sedangkan zabur
adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab langit. Penjelasannya yaitu
bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk menerangkan
kepada umat manusia yang belum mengetahui tentang apa yang dibawanya
dan dibawa oleh Nabi sebelumnya, dengan bukti-bukti yang jelas dan kitab-
kitab suci. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru harus mempunyai
panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat
(zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki
oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif dan
bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan
diri dan religius. Berkaitan dengan hal ini, ditemukan kompetensi kepribadian
dalam surat al-Nahl ayat 43, yakni:
26 M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40
45
Manusia sebagai Rasul dalam ayat ini dinyatakan „laki-laki‟ yang
menunjukan bahwa Rasul itu seorang laki-laki, tidak ada Rasul perempuan.
Namun dalam dunia pendidikan guru boleh seorang perempuan, yang
terpenting bahwa ia disiapkan dengan baik, baik dalam segi perbuataannya,
sifatmya, agamanya dan pengetahuannya. Sebagaimana nabi disiapkan oleh
Allah dengan bimbingan dan pengetahuan yang diberikan kepadanya. Ayat ini
menjelaskan bahwa seorang guru tidak harus laki-laki asalakan orang tersebut
mempunyai sifat yang baik yang dapat diteladani oleh murid-muridnya, mau
mengevaluasi diri sendiri melalui bimbingan-bimbingan, dan bersikap mantap,
tegas, arif, dan bijakasana terhadap anak didiknya.
D. Surah Ar-Rahman ayat 1-4
1. Teks dan Terjemahan Ayat
1. (Tuhan) yang maha pemurah
2. Yang telah mengajarkan al-Qur‟an
3. Dia menciptakan manusia
4. Mengajarnya pandai bicara
2. Kosa-Kata Ayat
= Ar-Rahman : salah satu di antara nama-nama Allah yang indah
(Asmaul Husna).
= umat manusia27
27
Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Terj). (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989),h. 184
46
= kata al-bayan berasal dari bana-yabinu-bayanan yang berarti nyata,
terang dan jelas. Dengan al-bayan dapat terungkap apa yang belum jelas.
Pengajaran al-bayan oleh Allah tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi
mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.28
3. Asbabunnuzul (Latar Belakang Turunnya Al-Qur’an)
Surat ar-Rahman terdiri dari 78 ayat, termasuk kelompok surah
Madaniyyah, diturunkan sesudah surat ar-rad. Dinamai ar-Rahman (Yang
Maha Pemurah), diambil dari kata ar-rahman yang terdapat pada ayat
pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah.
Sebagian besar dari isi surah ini menerangkan kemurahan Allah kepada
hamba-hamba-Nya, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga
kepada mereka baik di dunia maupun diakhirat nanti.29
Surat ini pula berisi
tentang penjelasan-penjelasan bagi nikmat Allah yang dimulai dengan nikmat
yang paling besar yang dicurahkan kepada manusia yaitu Al-Qur‟an,
kemudian nikmat yang terbentang dalam alam ini, kemudian tentang kejadian
manusia, sesudah itu tentang hal kiamat dan keadaan neraka. Pada akhirnya
diterangkan tentang hal surge dan segala kenikmatan yang didalamnya
disediakan untuk As Sabiqin dan Ashhabul Yamin.30
28
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010 ), Hal 590.
29 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010), Hal 589
30
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul
Karim),(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),h. 1263
47
E. Tafsir Surat Ar-Rahman Menurut Para Mufassir
1. Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 1-2
“Ar-Rahman. Dialah yang telah mengajarkan al-Qur‟an”
Ahmad Mustafa al-Maraghi di dalam tafsir Maraghi, menjelaskan bahwa
Allah telah mengajari Nabi Muhammad saw al-Qur‟an dan Nabi Muhammad
mengajarkan kepada umatnya. Ayat ini sebagai jawaban kepada penduduk
Mekah ketika mereka mengatakan:
“Sesungguhnya al-Qur‟an itu diajarlan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad).” (Q.S. An-Nahl:103).
Dan oleh karena surat ini menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat yang
telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka terlebih dahulu
Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya
dan terbanyak manfaatnya. Bahkan paling sempurna faidahnya, yaitu nikmat
diajarkannya al-Qur‟an al-Karim. Karena dengan mengikuti al-Qur‟anul
Karim, maka diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan
menempuh jalannya. Lalu doperolehlah segala keinginan di dunia dan di
akhirat, karena Al-Qur‟anlah puncak dari segala kitab Samawi, yang telah
diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik.31
M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah mengatakan , surah ini dimulai
dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni
Allah yang mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk dalam kehidupan
dunia ini, baik manusia atau jin yang taat dan durhaka, malaikat, binatang,
maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Dimulainya surah ini dengan kata
31 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi (Terjemahan), (Semarang: Toba Putra,
1989), Cet ke-1, hal 183
48
tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tah mereka dengan harapan
akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.32
Kata terambil dari akar kata “rahmat”, dengan alasan bahwa
“timbangan” kata tersebut dikenal dalam bahasa Arab. Rahman setimbang
dengan kata fa‟lan , timbangan fa‟lan biasanya menunjukan kepada
kesempurnaan atau kesamarataan. Oleh sebab itu sehingga tidak ada bentuk
jamak dari kata Rahman karena kesempurnaannya itu, dan tidak ada juga yang
wajar dinamai Rahman kecuali Allah swt. didalam surat al-Isra ayat 110 Allah
berfirman
“Katakanlah: “ Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al-Asma‟ al-Husna (nama-
nama terbaik).” (Q.S. Al-Isra:110)33
Sementara itu Hamka dalam tafsir al Azhar menerangkan arti dari
Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya ialah Rahmat,
yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala segi
dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud
dalam dunia ini. Di dalam ayat-ayat al-Qur‟an kita akan bertemu dengan ayat-
ayat yang menyebutkan Rahmat Allah, tidak kurang daripada 60 kali. Dan
dengan jelas pula Tuhan bersabda:
“Dia telah memastikan kepada diriNya sendiri supaya memberi
rahmat”(Q.S. al-An‟am:12)
Dan sabdaNya pula:
32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an), (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), Cet Ke-1, hal 277
33
Ibid, h. 41-42
49
“ Dan Tuhan engkau itu adalah kaya, Dia mempunyai Rahmat.” (Q.S. al-
An‟am: 133)
Maka kalau kiranya Allah adalah bersifat Rahman, semestinya kita
sebagai insan ini meniru pula sifat Tuhan itu, sebagai mana tersebut di dalam
Hadis:
“Kasihanilah olehmu orang yang ada di muka bumi, agar kasih pula
kepada engkau Tuhan yang di langit”.(H.R at-Termidz)34
Setelah itu mulailah Tuhan memperincikan RahmatNya itu. “Yang
mengajarkan al-Qur‟an.” Inilah salah satu dari Rahman, atau kasihsayang
Tuhan kepada manusia, yaitu diajarkan kepada manusia itu al-Qur‟an, yaitu
Wahyu Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yang dengan
sebab al-Qur‟an itu manusia dikeluarkan daripada gelap gulita kepada terang
menderang, dibawa kepada jalan yang lurus. Maka tersebutlah pula di dalam
surat al-Qiyamah:
“Apakah menyangka manusia bahwa mereka akan dibiarkan saja kucar-
kacir?.”(Q.S.al-Qiyamah:36)
Maka datanglah pelajaran al-Qur‟an kepada manusia, adalah sebagai
menggenapkan kasih sayang Tuhan kepada manusia, sesuai pula dengan
sabda Tuhan:
34 Hamka,Tafsir al-Azhar juzu‟XXVII,(Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980),h. 180
50
“Dan tidaklah Kami utus akan dikau, melainkan sebagai Rahmat bagi seisi
Alam.”(Q.S. al-Anbiya:107)
Rahmat Ilahi yang paling utama ialah ilmu pengetahuan yang
dianugerahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah suatu
kebahagiaan.35
Sementara itu menurut Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi, berpendapat
Ar-Rahman adalah maha pengasih kepada seluruh makhluk-Nya. Kasih-Nya
tak pilih kasih. Jangankan manusia, apa saja hewan yang melata diatas bumi
ini pun ia jamin rezekinya bila berusaha. Didalam ayat lain Allah berfirman
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitb yang
nyata(Lauh Mahfuzh).”(Q.S.Al-Hud:6)
Karena itu ia mengasih menusia yang kafir atau jahat sekalipun. Namun
saja kasih-Nya itu tanpa sayang-Nya (ar-rahim). Sayang-Nya itu hanya untuk
orang baik dan diberikan-Nya terutama nanti di akhirat sedangkan Kasih-Nya
hanya didunia. Penyebutan Tuhan dengan nama ar-Rahman itu mengejutkan
masyarakat jahiliyah Arab. Sebabnya antara lain, nama itu menggah mereka,
karena selama ini mereka memahami bahwa Tuhan itu sesuatu zat yang
Mahadahsyat yang perlu ditakuti serta nama itu menarik hati mereka, karena
dinyatakan sebagai “Yang Mahakasih” yang menyejukan hati mereka.36
Syaikh Imam al Qurthubi dalam tafsir Al-Qurthubi menjelaskan bahwa
Sa‟id bin Jubair dan Amir Asy-Sya‟bi berkata “ , ada tiga pembuka
35Ibid,181
36
Salman Harun, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2013), Cet.Ke-1.h. 53-54
51
surah yang apabila ketiganya digabungkan maka menjadi salah satu nama
Allah swt, yaitu, bila digabungkan menjadi . . Firman Allah
swt “yang telah mengajarkan al-Qur‟an”, maksudnya yang telah
mengajarkannya kepada Nabi-Nya hingga ia dapat menyampaikannya kepada
seluruh manusia. Surat ini diturunkan ketika orang-orang bertanya “apa itu
itu?” Ada juga yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai
bantahan atas penduduk Mekkah ketika mereka berkata “sesungguhnya yang
mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, yaitu Yamamah yang bernama
Rahman.” Yang mereka maksud ialah Musailamah al Kazab (si pembohong).
Allah swt pun menurunkan firman-Nya “Tuhan yang
maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an”. 37
Selanjutnya Salman Harun dalam tafsir Tarbawi menjelaskan kalimat
bahwa Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi-Nya Muhammad
saw. dengan cara mula-mula Allah mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu
Jibril menyampaikannya kepada beliau. Kemudian beliau menyampaikannya
kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya kepada umat
manusia.38
Dalam tafsir al-misbah Quraish Shihab menerangkan kata
„allama/mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak ulama yang
menyebutkan objeknya adalah kata al-insan/manusia yang
diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba‟I menambahkan bahwa jin juga
termasuk karena surah ini ditunjukan kepada manusia dan jin. Malaikat Jibril
37 Syaikh Imam al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 516
38
Salman Harun, op.cit. h 54
52
yang menerima dari Allah wahyu-wahyu al-Qur‟an untuk disampaikan
kepada Rasul Saw, termasuk juga yang diajar-Nya, karena bagaimana
mungkin malaikat dapat menyapaikan bahkan mengajarkannya kepada Nabi
Muhammad saw. Didalam ayat lain Allah berfirman dalam surah an-Najm
ayat 5
“Dia diajar oleh (jibril) yang sangat kuat.”(Q.S. An-Najm:5)
Malaikat Jibril tidak mampu mengajarkan firman Allah itu kepada Nabi
Muhammad saw, jika malaikat itu sendiri tidak memperoleh pengajaran dari
Allah swt.39
Syaikh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Qurthubi memaparkan
bahwa Az-Zajjaj berkata, makna firman Allah swt adalah dia
memudahkan al-Qur‟an untuk diingat dan dibaca. Sebagaimana dia
berfirman:
‟‟Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk
pelajaran.‟‟(Q.S. Al-Qamar:17)40
2. Tafsir Surat ar-Rahman ayat 3-4
“Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai berbicara.”
39 M. Quraish Shihab,op.cit , h. 278
40
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi(Terj),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet I,
h. 516
53
Salman Harun didalam Tafsir Tarbawi, berpendapat bahwa
yang terdapat dalam surat ar-Rahman juga menerangkan tentang penciptaan
manusia yang khusus disebutkan didalam surat ini, dan juga karena manusia
adalah makhuk-Nya yang paling mulia. Hanya manusia yang memiliki
jasmani yang paling sempurna dengan otak dan panca indera yang sempurna
pula. Disamping itu hanya manusia yang berdiri tegak dan tangannya lepas.
Dengan berdiri tegak kepala ketas, maka manusia dapar berpikir, yang
melahirkan ilmu pengetahuan. Dan dengan tangan lepas manusia dapat
merealisasikan ilmu pengetahuannya, yang melahirkan teknologi. Terlebih
lagi hanya manusia yang memiliki kalbu. Dengan kalbu manusia dapat
menerima agama lalu bermoral dan bertuhan. Hanya manusia yang memiliki
kecerdasan sehingga mengembangkan ilmu dan teknologi. 41
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Allah ar-Rahman
yang mengajarkan al-Qur‟an itu Dialah yang menciptakan manusia makhluk
yang paling membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang paling berpotensi
memanfaatkan tuntunan itu dan mengajarnya ekspresi yakni kemampuan
menjelaskan apa yang ada dalam benaknya, dengan berbagai cara utamanya
adalah bercakap dengan baik dan benar. Kata ( al-insan pada ayat ini
mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. hingga akhir zaman.42
Selanjutnya al-Marogi berpendapat tentang adalah
bahwa Allah telah menciptakan manusia ini dan mengajarinya
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbertik dalam
sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad saw. tak akan
dapat mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya. Oleh karena manusia itu
makhluk sosial menurut tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat
dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling
41 Salman Harun, Op.cit, h.54
42
Quraish Shihab, Op. cit, h. 494
54
memahamkan sesamanya, dan untuk menulis kepada sesamanya yang berada
ditempat-tempat jauh dan negeri-negeri seberang, disamping itu untuk
memlihara ilmu-ilmu orang terdahulu, supaya dapat diambil manfaatnya oleh
generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi atas
hasil usaha yang diperoleh oleh generasi yang lalu.43
Lebih jauh al-Qurthubi menerangkan firman Allah “Dia
menciptakan manusia.” Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Hasan berkata,
maksudnya adalah Adam as. Dan firman Allah Mengajarnya
pandai berbicara”. Maksudnya, mengajarkan nama-nama segala sesuatu. Ada
juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah mengajarkan bahasa
seluruhnya.44
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dan juga Ibnu Kaisan yang dikutip
dalam Tafsir al-Qurthubi bahwa maksud disini adalah Muhammad saw
dan maksud adalah kejelasan yang halal dari yang haram dan petunjuk
dari kesesatan. Adalagi yang mengatakan bahwa maksudnya adalah apa yang
telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena, Dia menjelaskna tentang
orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang, juga hari kiamat.
Ada pula yang mengatakan maksud dari kata adalah kebaikan dan
keburukan. Rabi‟ bin Annas berkata “maksudnya adalah apa yang bermanfaat
baginya dan yang memudharatkannya”. Dan selanjutnya ada pula yang
berpendapat bahwa maksud kata adalah seluruh manusia. Artinya, itu
adalah nama bagi jenis, sementara maksud , berdasarkan pendapat ini
43 Ahmad Musthopa al-Maraghi, Tafsir Al-maraghi (Terj).(Semarang:PT. Karya Toha Putra,
1989), cet.2, h. 188
44
Syaikh Imam al-Qurthubi, Op.cit, h. 517
55
adalah bicara dan paham. Ini termasuk hal yang menjadikan manusia lebih
utama dari seluruh makhluk hidup. 45
As-Suddi berkata yang dikutip pula oleh Syeikh Imam al-Qurthubi
didalam tafsirnya al-Qurthubi “Dia mengajarkan kepada setiap kaum bahasa
mereka yang mereka gunakan untuk berkomunikasi”. Yaman berkata,
maksudnya adalah tulisan dan menulis dengan menggunakan pena.
Padananya adalah firman Allah swt “Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S.Al-Alaq:4-5).46
Selanjutnya Salman Harun dalam Tafsir Tarbawi memaparkan
“Mengajanya pandai berbicara” Allah memberi manusia kemampuan
berbicara. Tidak hanya berbicar tetapi juga kemampuan menjelaskan
pikirannya. Dan tidak hanya menjelaskan pikirannya tetapi juga kemampuan
logika dan berteori. al-bayan adalah ekspresi , baik dengan perbuatan,
perkataan, ataupun pikiran.47
Selanjutnya, Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan tentang
“yang menciptakan manusia” bahwa penciptaan manusia pun adalah
satu diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab di antara begitu
banyak makhluk ilahi didalam alam, manusialah satu-satunya makhluk paling
mulia. Kemudian itulah salah satu Rahman Ilahi:
45 Ibid, h. 517
46
Ibid, h. 518
47
Salman Harun, Op.cit,h.55
56
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam dan Kami
tanggung dia di darat dan di laut dan Kami beri rezeki dia dengan yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.(Q.S.Al-Isra‟:70)
Maka terbentanglak alam luas ini dan berdiamlah manusia di atasnya.
Maka dengan Rahmat Allah yang ada pada manusia tadi, yaitu akalnya dan
fikirannya dapatlah manusia menyesuaikan dirinya dengan alam. Manusia
dengan akal budinya mampu menembus jarak dan perpisahan yang jauh
dengan membuat bahtera dan kapal untuk menghubungkannya satu dengan
yang lain. Diantara begitu banyak makhluk Tuhan di dalam dunia ini,
manusialah yang dikaruniai perkembangan akal dan fikiran, sehingga
timbullah pepatah yang terkenal, bahwasannya tabiat manusia itu ialah hidup
yang lebih maju.48
Selanjutnya Hamka memaparkan tentang “yang mengajarkan
kepadanya berbicara”. Barulah Rahman Allah kepada manusia tadi lebih
sempurna lagi, karena manusiapun diajar oleh Tuhan menyatakan perasaan
hatinya dengan kata-kata. itulah yang didalam bahasa Arab disebut “al-
Bayaan”, yaitu menjelaskan, menerangkan apa yang terasa di hati, sehingga
timbullah bahasa-bahasa. Kitapun sudah sama maklum bagaimana pentingnya
kemajuan bahasa karena kemajuan ilmu pengetahuan. Suatu bangsa yang
lebih maju, terutama dilihat orang dalam kesanggupan memakai bahasa,
memakai bicara. Alangkah malang yang tidak sanggup memakai lidahnya
untuk mentakan perasaan hatinya, “bagai orang bisu bermimpi” kemana dan
bagaimana dia akan menerangkan mimpinya? Oleh sebab itu jelaslah bahwa
pemakaian bahasa adalah salah satu di antara Rahman Allah juga di muka
bumi ini. Beribu-ribu sampai berjuta-juta buku-buku yang dikarang, dalam
beratus ragam bahasa, semuanya menyatakan apa yang terasa di hati sebagai
hasil penyelidikan, pengelaman, dan kemajuan hidup.49
48 Hamka,Tafsir Al-Azhar Juzu‟ XXVII,(Jakarta:Pustaka Panji Mas,1980),h. 182
49
Ibid,182
57
F. Kompetensi Guru Dalam Surat Ar-Rahman Ayat 1-4
1. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara meluas dan mendalam50
yaitu meliputi konsep, struktur,
dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Berhubungan dengan kompetensi ini, ditemukan kompetensi profesional
dalam surat ar-Rahman, yakni:
Allah mengajarkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad melalui malaikat
Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya kepada Jibril a.s lalu Jibril
menyampaikannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad
menyampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyampaikannya
kepada umat manusia. penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman
kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu
menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya
kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu
mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki
oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif
dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri,
50
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h. 40
58
mengembangkan diri dan religius. Hal ini sejalan dengan kompetensi guru
yang terdapat dalam surat ar-Rahman ayat pertama, yakni:
Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan
seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus
sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta
didiknya. Seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka
muridnyapun akan bersikap demikian.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan
sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Hal ini sejalan dengan kompetensi yang ditemukan dalam surat ar-
Rahman ayat keempat, yakni:
Kata tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau
menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah
potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga akhirnya potensi itu terasah
dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Kemudian dalam kata ( ) pada
mulanya berarti jelas,namun ada pula yang berpendapat “potensi
menggungkapkan”, yakni kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap
apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al-bayan itu tidak hanya terbatas
pada ucapan saja melainkan mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni
dan raut muka. Allah memberikan Nabi Adam atau Nabi Muhammad
kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya
59
dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya timbullah bahasa-bahasa yang
mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan kemampuan berbicara inilah
yang membuat proses penyampaian pelajaran menjadi sangat jelas dan mudah
dimengerti.
Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid
harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan
murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat
sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara
pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga
memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
G. Analisis Temuan Kompetensi Guru dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4
dan Surat al-Nahl Ayat 43-44 dan Implementasinya Dalam Dunia
Pendidikan
Seorang guru dianggap kompeten apabila ia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kepribadiannya, menguasai ilmu pengetahuan yang luas,
memiliki keterampilan, memiliki kemampuan berkarya sehingga dapat
mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab, dapat
hidup bermasyarakat dan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai
nilai-nilai pluralism serta kedamaian.
Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional Indonesia, disamping itu, guru harus bersifat
inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif dalam menghadapi para
peserta didik yang beragam, tentunya seorang guru harus menguasai materi
pelajaran, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung bidang
pengembangan yang berlaku dalam pengembangan materi pelajaran secara
kreatif. Karena hal ini juga diterangkan dalam undang-undang, yaitu:
60
Standar guru yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa guru
memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik (kemampuan
mengelola pelajaran peserta didik), kompetensi kepribadian (kompetensi
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi
teladan), kompetensi sosial (berinteraksi secara efisein dengan peserta didik,
dan masyarakat sekitar), dan kompetensi profesional (kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam)
Dalam bergaul dengan peserta didik, tenaga pendidikan, orang tua wali,
masyarakat, guru juga harus bersikap komunikatif, empatik dan santun.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan mampu
menjadi teladan bagi mereka, menampilkan diri menjadi pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi,rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri,
menjunjung kode etik profesi guru, beradaptasi ditempat bertugas diseluruh
Indonesia yang memiliki keberagaman sosial budaya.
Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan pendidikan. Kompetensi guru tersebut meliputi:
1. Kompetensi intelektual; perangkat kemampuan fisik yang diperlukan
untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai
situasi.
2. Kompetensi pribadi; perangkat perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi
mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas dan pemahaman
diri.
3. Kompetensi sosial; perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar
dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif.
61
4. Kompetensi spiritual; pemahaman penghayatan serta pengalaman
kaidah-kaidah keagamaan.
5. Kompetensi fisik; perangkat fisik yang diperlukan untuk menunjang
pelaksaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.51
Dari pengertian kompetensi guru diatas, dapat penulis jabarkan bahwa
seorang guru harus dapat menguasai karakteristik para peserta didik dalam
berbagai aspek, diantaranya aspek fisik, moral, emosional dan intelektual
selanjutnya guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, kemudian dapat mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Seorang guru juga harus
kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dikelas,
memfasilitasi pengembangan potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara
afektif, empatik dan santun dengan peserta didik. Selanjutnya, guru harus
mampu memberikan penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar,
kemudian memanfaatkan hasil penilai dan evaluasi untuk kepentingan
kegiatan pengembangan.
Masalah kompetensi guru di Indonesia merupakan keutamaan yang harus
dimiliki oleh setiap guru, baik yang berhubungan dengan pribadi guru
(internal) maupun saat melakukan interaksi dengan peserta didik, sesame
guru dan masyarakat (eksternal). Agar guru dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam pendidikan secara profesional. Sehingga pendidikan menjadi
media trasformasi keilmuan, pengalaman, emosional, dan spiritual, dan
peningkatan sumber daya masyarakat (SDM) dapat terwujud sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan
51 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 55-61
62
kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum
atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan diologis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.52
Seorang guru harus memahami tingkat pendidikan dan konsep yang
terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan,
konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan
keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antar
sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi
pendidikan.
Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut agar
membuat guru sadar posisi stategisnya ditengah masyarakat dan perannya
yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer menulis”
Pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku
melalui prosedur yang standar”.53
Dalam ayat ini menggambarkan bahwa seorang guru harus mempunyai
wawasan atau bidang keilmuan yang lebih tinggi daripada peserta didiknya,
sehingga guru dapat menanamkan hal-hal yang belum diketahui oleh
muridnya yang pada akhirnya hakikat belajar yang pada awalnya belum
mengetahui menjadi mengetahui. Hal demikian ini seperti didalam surat al-
Nahl ayat 43
Menurut Salman Harun, adalah wahyu, اهل الذكر adalah orang-orang
yang paham tentang wahyu, dalam kasus ini maksudnya adalah Ahl Kitab.
52 Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 31
53
Ibid,h. 31
63
Jadi, bila kalian wahai kaum musyrikin tidak percaya bahwa Rasul Allah
kepada manusia itu adalah juga seorang manusia, maka bertanyalah kepada
Ahl Kitab, apakah Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad seorang manusia,
malaikat, atau bukan. Pasti jawaban mereka adalah manusia.54
Dalam ayat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru harus lebih
unggul terhadap muridnya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik maupun
afektif. Seorang murid biasanya lebih percaya kepada apa yang dikatakan
gurunya dibandingkan oleh orang tuanya, maka dari itu seorang guru
sebaiknya mentransfer ilmu pengetahuan yang positif, valid dan juga sesuai
dengan usia peserta didiknya. Rasa percaya seorang murid terhadap gurunya
sangat besar, sehingga murid akan selalu bertanya hal-hal yang tidak
diketahuinya kepada gurunya. Eksistensi seorang guru sungguh sangat
penting sehingga orang yang mnegikuti pendidikan dan pembelajaran
membutuhkan guru untuk membimbing dan mengarahkan segala hal untuk
mencapai tujuan belajarnya. Seorang guru harus terus menerus
memperbaharui pengetahuannya sejalan dengan perkembangan zaman yang
terus berubah. Untuk mencapai kondisi tersebut, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengondisikan guru agar memiliki kualitas dan kualifikasi
yang memadai, tingkat kelayakannya sesuai dengan bidang yang ditangani,
sehingga jika gurunya sudah berkualitas, upaya peningkatan kualitas sumber
daya alam (peserta didik) merupakan hal yang mudah untuk diwujudkan.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik. Maka seorang guru harus dilengkapi kemampuan sebagai
berikut:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. Pemahaman terhadap peserta didik.
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perancangan pembelajaran.
54 Salman Harun, tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟an, (Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2013), cet ke-1. Hal 63
64
e. Evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.55
Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung
jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau
perbaikan program pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, ada empat hal
yang harus dilakukan yakni, menilai kesesuaian program yang ada dengan
tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan
program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan
program.56
Hal ini berkaitan dengan apa yang dikatakan didalam surat al-
Nahl ayat 44 dalam kata yakni:
“Agar kamu menerangkan pada umat manusia”
Didalam ayat 44 Surat al-Nahl jika dihubungkan dengan kompetensi guru
adalah setiap guru wajib memahami setiap bahan ajar/materi yang akan
disampaikan seperti wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
menjadi sangat penting. Karena bahan ajar atau materi yang disampaikan
sangat berguna bagi peserta didik dalam memahami pelajaran yang akan dia
dapat.
Dalam menyampaikan bahan pengajaran itu yang perlu diperhatikan
adalah:
1) Bahan yang disampaikan benar, tidak ada yang menyimpang
2) Penyampaian lancar, tidak tersedat-sedat.
3) Penyampaian harus sistematis.
4) Behasannya jelas dan benar, mudah dipahami oleh murid-murid
55 Jejen Musfah,Opcit,h. 32
56
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009),
Cet.Ke-4, h, 78
65
Proses belajar mengajar dapat juga disebut dengan proses pengajaran,
karena didalam proses tersebut terdapat unsur interaksi antara guru dengan
siswa. Melalui kegiatan terpadu dan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan
oleh siswa, dan kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Selain terjadi
interaksi dalam proses pengajaran itu, juga terdapat 4 komponen utama yang
perlu diatur dan dikembangkan secara baik, sehingga dari semua komponen
itu saling berpengaruh dan berhubungan dalam pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan, 4 komponen itu antara lain:
a) Tujuan
b) Bahan pengajaran
c) Metode dan alat
d) Evaluasi
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menguasai bahan
pengajaran oleh guru itu sangat mempengaruhi keberhasilan atau pencapaian
tujuan dalam proses belajar mengajar. Karena salah satu dari proses belajar
mengajar itu adalah kompetensi penguasaan bahan pengajaran. Kemudian
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai kompetensi
akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non akademik.
Dalam teori lain dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan, pembelajaran untuk kepentingan
peserta didik, paling tidak harus meliputi pemahaman wawasan atau
landasan kepemimpinan dan pemahaman terhadap peserta didik. Selain
itu, juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum silabus
termasuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik serta
diologis. Ada pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi akhir belajar,
dan pengembangan peserta didik didalamnya. Ini semua dimaksudkan
demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh guru, sekali
lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.57
Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, guru diharapkan
dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Untuk
57 Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995),h. 54
66
melaksanakan proses belajar mengajar yang maksimal guru memang tidak
cukup mengandalkan rancangan yang telah dibuatnya. Guru harus tetap
mencari metode dan strategi pembelajaran yang lain.
2. Kompetensi Profesional
Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai
jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan
orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa
guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah
khusus.58
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara meluas dan mendalam59
yaitu meliputi konsep, struktur,
dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.60
Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan
bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan
pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus
memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak
pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
58 Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.
31
59
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h.
40
60
Jejen Musfah,Opcit,h. 54
67
mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran
yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.61
Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang artinya sebagai
jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu
pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan
orang lain, instansi atau lembaga. Menurut pendapat Ward dijelaskan bahwa
guru dikatakan profesional adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang pekerjaannya yang diperoleh oleh latihan atau sekolah
khusus.62
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara meluas dan mendalam63
yaitu meliputi konsep, struktur,
dan metode keilmuan teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.64
Kompetensi profesional dalam arti guru harus menguasai keilmuan
bidang studi yang diajarkannya, serta mampu melakukan kajian keritis dan
pendalaman isi bidang studi. Sebagai seorang profesional, guru harus
memiliki kpmpetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak
pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran
yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.65
61Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta:
Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39
62
Martinis Yamin dkk, Standarisasi Kinerja Guru,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.
31
63
M.Gorky Sembiring,Menjadi Guru Sejati, (Jogyakarta: Best Publisher, 2009)Cet. Ke-2, h.
40
64 Jejen Musfah,Opcit,h. 54
65
Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Jakarta:
Alfabeta,2013)Cet,Ke-4,h. 39
68
Sebelum memberikan materi ajar seorang guru harus yakin bahwa materi
yang diberikan telah teruji kebenarannya, dan materi tersebut dikaitkan
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi yang diberikan
harus bersifat standar, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Materi yang
diberikan hendaknya yang menarik yang mampu memotivasikan peserta didik
sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengembangkan minat yang
dimilikinya dan mengembangkan apa yang ada dalam diri mereka melalui
proses belajar mengajar disekolah. Hasil pembelajaran yang diperoleh peserta
didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benar-
benar dapat bekerja menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Seperti
apa yang terdapat didalam surat ar-Rahman ayat 2
“Yang mengajarkannya al-Qur‟an”
Salman Harun mengatakan bahwa Allah mengajarkan al-Qur‟an kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Allah mula-mula mengajarkannya
kepada Jibril a.s lalu Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad.
Kemudian Nabi Muhammad menyampaikannya kepada para sahabat, dan
para sahabat menyampaikannya kepada umat manusia.66
Kemudian kompetensi guru didalam kata / allama setelah dianalisis
dari Tafsir al-Maraghi, penulis menganalisis bahwa didalam surat ar-Rahman
kata ini dapat diartikan guru yang kompeten atau profesional harus mampu
menguasai materi dalam mengajar, kemudian mampu menyampaikannya
kepada peserta didik melalui metode yang tepat, kemudian mampu
mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik.
66 Salman Harun,Tafsir Tarbawi (Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Qur‟an), ( Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2013), Cet Ke-1, h. 54
69
Kemampuan profesional guru berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi
kurikulum pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.67
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan
akademik (mata pelajaran/ bidang study) yang diajarkan dan terpadu dengan
kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa
akademik.68
Selain itu menjadi seorang guru haruslah teliti dalam segala hal,
terutama dalam menyampaikan materi yang diajarkannya karena teliti dalam
bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga al-Qur‟an
menuntut kita agar berkerja dengan penuh kesungguhan, apik dan bukan asal
jadi. Dalam surat al-An‟am dinyatakan:
“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari
dunia ini, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan
mendapatkan keberuntungan.”(Q.S.Al-An‟am: 135)
Menurut badan Standar Nasional Pendidikan No. 88 Tahun 2006,
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang meliputi:
a. Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan mata pelajaran.
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
c. Hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.
d. Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
67 Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata
kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016
68
Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),h. 56
70
e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.69
Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan
sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.70
Seorang guru yang profesional harus memiliki keahlian, keterampilan, dan
kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara; “Tut wuri handayani,
ing garso sung tolodo, ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan
hanya menguasai materi pembelajaran saja akan tetapi dapat mengayomi
muridnya. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap
pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin
membaca literature-literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku
yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. Hal tersebut sejalan
dengan ayat
“Berikut kitab-kitab dan keterangan-keterangan”
Menurut Tafsir Nurul Qur‟an bayyinat berarti bukti-bukti jelas misi
kenabian sedangkan zabur adalah bentuk jamak dari zabur yang berarti kitab
langit. Penjelasannya yaitu bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi
69 Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Prenadamedia Group,2011),h. 54
70
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet.
4, h, 135-136
71
Muhammad untuk menerangkan kepada umat manusia yang belum
mengetahui tentang apa yang dibawanya dan dibawa oleh Nabi sebelumnya,
dengan bukti-bukti yang jelas dan kitab-kitab suci.
Ayat ini menjelaskan bahwa seorang guru harus mempunyai
panduan/referensi berupa buku-buku pegangan (bayyinat) dan diktat-diktat
(zubur) hal ini bertujuan sebagai tuntutan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Seorang guru selain harus mempunyai bahan ajar yang akurat juga harus
memahami materi pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki
guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.
Untuk kepentingan tersebut, guru harus menentukan secara tepat materi yang
relavan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Beberapa kriteria
yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang
akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan, sedikitnya mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a) Validitas (Validity) atau tingkat ketepatan materi, sebelum memberikan
materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan
telah teruji kebenarannya.
b) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tesebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan
harus relavan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga
bermanfaat bagi kehidupannya.
c) Relevansi (Relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya
tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi
lingkungan setempat dan kebutuhan lapangan pekerjaan serta masyarakat
pengguna saat ini dan yang akan datang.
d) Kemenarikan (Interes) pengertian menarik disini bukan hanya sekedar
menarik perhatian peserta didik pada sat mempelajari suatu materi
pelajaran.
e) Kepuasan (Satisfacation) kepuasan yang dimaksud merupakan
pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi
kehidupannya, dan peserta didik benar-benar dapat bekerja dengan
menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Dengan memperoleh
nilai/inseftif yang sangat berarti bagi kehidupannya dimasa depan.71
71 Ibid,h. 140-141
72
1. Mengorganisasikan Materi Pembelajaran
Seorang guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik
karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta
didik. Disamping itu, guru juga berperan sebagai perencana (designer),
pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) materi pembelajaran.
Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
peserta didik dengan penyedian ilmu yang tepat dan latihan keterampilan
yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap materi
pembelajaran yang efektif dan terorganisasi. Untuk itu diperlukan peran baru
dari para guru, mereka dituntut memiliki keterampilan-keterampilan teknis
yang memungkinkan untuk mengorganisasikan bahan pembelajaran serta
menyampampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.72
2. Mendayagunakan Sumber Belajar
Derasnya arus informasi yang berkembang dimasyarakat menuntut setiap
orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya, kalau
tidak kita akan ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam pembelajaran
disekolah, untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut tidak hanya
mengandalkan terhadap apa yang ada didalam kelas, tetapi harus mampu dan
mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan. Guru
dituntut tidak hanya mendaya gunakan sumber-sumber pembelajaran yang
ada disekolah tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti
majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari
sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehigga tidak terjadi
kesenjangan dalam pola pikir peserta didik.73
72 Ibid,h. 148-149
73
Ibid,h. 156
73
3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang dimiliki
oleh seorang guru berupa berakhlak mulia, mantap, stabil dan dewasa, arif
dan bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri,
mengembangkan diri dan religius.74
Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Syaiful Sagala kepribadian
disebut juga sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat
diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu
persoalan, atau memalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur
baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan
tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian orang
tersebut.75
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup hanya “tahu” sesuatu materi
yang akan diajarakan, tetapi yang pertama kali ia harus merupakan seseorang
yang memang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala tingkat
kedewasaannya. Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru,
seseorang harus memiliki kepribadian.76
Dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk pandai dalam hal kognitif
saja , tetapi guru harus mempunyai kompetensi pendukung lainnya yang
membuat peserta didik tertarik menimba ilmu kepadanya. Seorang guru harus
mempunyai sifat kasih sayang dan lemah lembut serta penuh cinta kepada
peserta didiknya, karena guru merupakan orang tua disekolah, dimana salah
satu tugas orang tua adalah memberikan kasih sayang yang tulus terhadap
anak-anaknya. Hal ini tertuang dalam ayat
74 Ibid,h. 43
75
Syaiful Sagala, Opcit,h. 33
76
Sardiman.A.M.,Interaksi & Motivasi Belajar mengajar,(Jakarta:Rajawali Press,2011)Cet. Ke-19, h. 137
74
“(Tuhan) yang maha pemurah”
Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pendidik selain mengajarkan
seseorang juga harus memiliki sifat kasih sayang serta cinta yang tulus
sehingga tidak mudah emosi dan selalu sabar dalam mengajarkan peserta
didiknya.seorang guru yang menyayangi muridnya dengan tulus maka
muridnyapun akan bersikap demikian. Seperti dalam hadis Nabi saw
dikatakan pula
“Barang siapa tidak menyayangi tidak akan disayangi.”(HR.Muslim)
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan. Khususnya dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia adalah makhluk
mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam pembentukan
pribadinya. Semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal dan
kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses
pembentukan pribadinya. Oleh karena itu guru harus tampil beda dari
penampilan orang lain yang bukan guru. Sebab penampilan guru, bisa
membuat murid nyaman dan senang dalam belajar.
Menurut para ahli pendidikan Islam salah satu sifat yang harus dimiliki
oleh seorang guru adalah kasih sayang kepada anak didik dan bersikap lemah
lembut. Asma Hasan Fahmi menjelaskan bahwa kasih sayang itu dapat dibagi
dua, pertama, kasih sayang dalam pergaulan; berarti guru harus lemah lembut
dalam pergaulan. Konsep ini mangajarkan agar tatkala menasihati murid yang
melakukan kesalahan, hendaknya menegurnya dengan cara memberikan
penjelasan, bukan dengan cara mencelanya. Kedua, kasih sayang yang
diterapkan dalam mengajar. Ini berarti guru tidak boleh memaksa murid
mempelajari sesuatu yang belum dapat dijangkaunya. Pengajaran harus
dirasakan mudah oleh anak didik.
75
Tekanan pada sifat kasih sayang seolah-olah lebih dipentingkan daripada
keahlian mengajar hal ini merujuk atas paham bahwa apabila guru telah
memiliki kasih sayang yang tinggi kepada muridnya, maka guru tersebut akan
berusaha sekuat-kuatnya untuk meningkatkan keahliannya karena ia ingin
memberikan yang terbaik kepada peserta didiknya.77
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap dan
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.78
a. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat
dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap,
stabil, dan dewasa. Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang
disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil,
dan kurang dewasa. Kondidi kepribadian yang demikian sering membuat
guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji,
bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang merusak citra dan
martabat guru. Berbagai kasus disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang
kompeten, kurang stabil dalam emosi dan berprilaku asusila kepada peserta
didiknya. Sering kali kita dengar banyak disurat-surat kabar, media cetak,
media-media elektronik dan diberbagai media lainnya.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang
sering memancing emosinya, kestabilan emosi sangat diperlukan namun tidak
semua orang dapat mengontrol emosi terhadap rangsangan yang
menyinggung perasan, dan memamg diakui bahwa setiapb orang mempunyai
tempramen yang berbeda-beda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut,
upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah
marah akan membuat peserta didik menjadi takut untuk mengikuti kegiatan
77 Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1991),Cet,Ke-
1,h. 86
78
Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1
76
belajar, sebab karena ketakutan itu yang membuat minat mereka terhadap
belajar menjadi terganggu. Baik dalam segi konsentrasinya maupun dalam
segi psikologinya, mereka akan sangat takut apabila salah, takut dimarahi
oleh gurunya.
b. Disiplin, Arif, dan Berwibawa
Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan
kedisiplinan gurunya, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak
akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang
disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus
ditunjukan untuk membantu peserta didik menemukan
diri;mengatasi,mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,
sehingga mereka dapat mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
c. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
Ini sejalan dengan Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang
mengatakan:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-
Ahzab: 21)
Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia adalah seorang guru. Terdapat kecenderungan yang besar
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan
menjadi sorotan peserta didik serta orang yang berada disekitar
77
lingkungannya yang menganggap dan mengakuinya sebagai seorang guru,
sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab sebagai teladan
yang baik.
d. Berakhlak Mulia
Guru harus berakhlak mulia, karena guru adalah seorang penasihat bagi
peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak mempunyai
latihan khusus sebagai penasihat. Banyak guru yang menganggap bahwa
konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha
mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang
melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru tingkat manapun manapun
berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan yang harus
berakhlak mulia, kegiatan pembelajaran guru meletakannya pada posisi
tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan gurunya, peserta didik
akan menentukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin
mungkin akan menyalahkan apa yang mungkin ditemukannya, serta akan
mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru
menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik
berpaling kepadanya untuk medapat nasihat dan kepercayaan diri. Disinilah
pentingnya guru berakhlak mulia.79
Kemudian guru juga harus memiliki sifat
lemah lembut terhadap peserta didiknya dan tidak berhati kasar/membentak
kepada peserta didiknya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali-Imran
ayat 159:
79
E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet. 4, h, 117-129
78
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad,Maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”(Q.S.Ali-Imran: 159)
4. Kompetensi Sosial
Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan
masyarakat. Disatu pihak guru adalah warga masyarakatnya dan dilain pihak
guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat.
Dalam melakukan profesinya, seorang guru harus mampu menunjukan diri
sebagai pribadi yang senantiasa berinteraksi dan bergaul dalam lingkungan
dimana ia menjalankan profesinya, dan disinilah kompetensi sosial sangat
diperlukan.
Berbagai teori tentang kompetensi sosial sebagai berikut: kompetensi
sosial meliputi kualitas guru sebagai bagian dari kehidupan sosial.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.80
Artinya seorang guru harus bisa menunjukan kemampuannya dalam
berkomunikasi, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sasama teman
guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.kompetensi
sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat yang
memiliki kemampuan: berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan berkompetensi
agar mampu berkompetensi secara lisan tulisan dan secara isyarat, mampu
80 Dikutip dari Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata
kuliah Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016
79
pula memilah memilih dalam memanfaatkan alat telekomunikasi yang sesuai
secara fungsional dan bergaul secara efektif dengan berbagai kalangan serta
lapisan. Pergaulan itu bisa dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
pendidikan atau orang tua peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa guru
dalam ranag kompetensi sosial harus kompeten bergaul secara santuan
dengan masyarakat disekitar tempat kerja dan lingkungan tempat tinggalnya.
Kompetensi sosial jika dilihat dari kualifikasi guru adalah:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak deskriminatif karena
perbedaan agama, jenis kelamin, suku, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesame
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c. Beradaptasi ditempat tugas diseluruh wilayah kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Seorang guru
dituntut untuk memiliki cultural intelligence yaitu kemampuan untuk
dapat beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam
diseluruh Indonesia.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.81
Hal ini sangat berkaitan dengan ayat 4 surat ar-Rahman.
“Mengajarinya pandai berbicara”
Menurut M.Quraish Shihab kata tidak selalu dalam bentuk
mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat
juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga
akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
Kemudian dalam kata ( ) pada mulanya berarti jelas,namun ada pula yang
berpendapat “potensi menggungkapkan”, yakni kalam/ucapan yang
dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak, akan tetapi al-
81
Ibid,h. 49-51
80
bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan saja melainkan mencakup segala
bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.82
Jika dilihat dari apa yang
ditafsirkan oleh M.Quraish Shihab bahwasannya Allah memberikan Nabi
Adam atau Nabi Muhammad kemampuan untuk berbicara, mengungkapkan
apa yang ada dalam benaknya dalam bentuk kata-kata yang pada akhirnya
timbullah bahasa-bahasa yang mudah untuk dipahami. Dengan menggunakan
kemampuan berbicara inilah yang membuat proses penyampaian pelajaran
menjadi sangat jelas dan mudah dimengerti.
Didalam surat ini menggambarkan bahwasannya seorang guru dan murid
harus bisa menjalin komunikasi yang efektif, tidak terbatas hanya dengan
murid saja, tetapi seorang guru harus membangun komunikasi dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali bahkan dengan masyarakat
sekitar. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara
pihak sekolah dengan pihak yang berada diluar sekolah sehingga
memudahkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Selain itu
seorang guru juga harus dapat mengidentifikasi kompetensi yang ingin
dicapai bagi peserta didik, banyak sekali peserta didik yang mempunyai
kemampuan tetapi mereka tidak bisa mengungkapkannya, baik melalui kata-
kata maupun tindakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk mengekpsresikan pendapatnya masing-
masing secara langsung kepada guru, dan guru membantu mereka dalam
menyelesaikan hambatan-hambatannya, sehingga antara guru dengan peserta
didik terjalin komunikasi yang efektif.
Kompetensi sosial dalam arti guru harus mampu berkomunikasi dan
bergaul dengan peserta didik, anggota sekolah dan masyarakat yakni dengan
kemampuan bersikap menarik, empati, kolaboratif, suka menolong,
komunikatif, dan kooperatif.
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam memberikan contoh
yang baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan
82M.Quraish Shihab,Tafsir Al-misbah Jilid 13,(Jakarta: Lentera Hati, 2002),Cet.1,H.495
81
kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Guru harus berjiwa
sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu
individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang sekitarnya.83
Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan
kebaikan gurunya akan tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan
kekurangannya, demikian halnya dengan masyarakat. Oleh karena itu,
sebaiknya guru harus sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta
didik tentang penampilannya sehari-hari, baik disekolah maupun
dimasyarakat,dan segera memnfaatkan pendapat yang telah diterima dalam
upaya merubah atau memperbaiki penampilan tertentu, selain itu seorang
guru juga harus memiliki pengetahuan tentang adatistiadat, baik sosial
maupun agama, budaya, tradisi, dan memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,
serta setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat,
kecerdasan, dan kecakapan saja (kognitif). Tetapi, harus beritikad baik
sehingga hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam
melaksanakan tugasnya. Tingkah laku yang dilakukan oleh seorang guru akan
menjadi panutan bagi peserta didik maupun masyarakat. Apabila masyarakat
telah mengetahui bahwa guru-guru disekolah tertentu dapat dijadikan suri
tauladan dimasyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan
menjadi lebih besar dan penilaian masyarakat terhadap sekolah tersebutpun
akan positif.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 (ayat 3)
butir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.84
Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan tidak bisa terlepas dari
kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru
83 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru,(Jakarta: Prenamedia Group, 2011)Cet, Ke-1,
h. 52
84
Kunandar,Guru Profesional(Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),h. 77
82
dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang meadai, terutama dalam
kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pelajaran sekolah
tetapi pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat.
1) Pentingnya Kompetensi Sosial
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan
kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat
disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah
bahwa “guru nisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan
yang disampiakan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya
bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat,
untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang
dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara
nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada
nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat
melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan
dengan nilai tersebut, jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang
dianut, maka dengan cara tyang tepat dia menyikapi hal tersebut, wawasan
nasional mutlak diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran.
2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif
Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar
dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun
dimasyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
a). Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
b). Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
83
c). Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
d). Memiliki pengetahuan tentang estetika
e). memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
f). memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
g). Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
3) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan
dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam
peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini merupakan usaha
koperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah
yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personal sekolah dengan
masyarakat.
4) Peran Guru di Masyarakat
Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan
beberapa hal sebagai berikut:
a). Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik Husemas
b). Membuat diri lebih baik lagi dalam bermasyarakat
c). Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya.
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan dimasa
yang akan datang
5) Guru Sebagai Agen Perubahan Sosial
UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang
mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar
hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan
kepribadian yang berakhlak, dan berkarakter, salah satu tugas guru adalah
84
menterjemahkan pengalaman yang telah laku kedalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik.85
85 E.Mulyasa,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2009), Cet.
IV, h, 173-181
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang sudah peneliti lakukan pada bab
sebelumnya, maka penulis simpulkan kompetesi guru yang terkandung dalam
surat al-Nahl ayat 43-44 dan surat ar-Rahman ayat 1-4 adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial.
Dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi pedagogik yang
tersirat bahwa seorang guru harus mempunyai wawasan atau bidang keilmuan
yang tinggi dibadingkan dengan anak muridnya ( ), selain itu
seorang guru harus memahami bahan ajar/materi serta cara untuk
menyampaikannya sehingga akan mudah dipahami oleh anak muridnya
Kemudian dalam surat ar-Rahman ayat 2 dan al-Nahl ayat 43 terkandung
kompetensi profesional yang mengharuskan seorang guru menguasai materi
yang akan disampaikannya dalam hal tersebut materi yang disampaikan harus
teruji kebenarannya ( selanjutnya seorang guru diharuskan
mempunyai buku paduan/referensi berupa buku pegangan sebagai tuntuna
dalam mengajar (
Selanjutnya dalam surat al-Nahl ayat 43-44 terkandung kompetensi
kepribadian yang tersirat bahwasannya seorang guru harus mempunyai sifat
kasih sayang dan lemah lembut terhadap anak muridnya sehingga mereka
dapat nyaman dalam kegiatan pembelajaran ( serta mempunyai sifat
86
yang tegas, arid, adil dan bijaksana sehingga tidak pilih kasih kepada anak
muridnya ( ا .
Surat ar-Rahman ayat 4 menjelaskan tentang kompetensi sosial yang
menggambarkan bahwa seorang guru harus bisa menjalin komunikasi yang
baik terhadap murid, warga sekolah serta orang tua/wali murid sehingga
suasana disekolahpu menjadi harmonis (
B. Implementasi
Untuk mengimplementasikan kompetensi guru dalam sebuah
pengajaran, seorang guru harus rajin membaca, berfikir, dan tentu harus
kreatif agar dapat menemukan perumpamaan-perumpamaan saat akan
mengajar, atau saat secara tiba-tiba ia akan menyampaikannya. Dan seorang
guru harus melatih pribadinya untuk menjadi manusia yang selalu berbuat
baik dan menjadi teladan bagi anak didiknya.
Adapun cara untuk menerapkan peneladanan kompetensi guru yang
ialah dengan metode yang tepat dan sesuai acuan, antara lain dengan metode
ceramah, diskusi, teladan, dan metode proyek. Untuk menimbulkan hasil yang
lebih spesifik maka dilakukan pendekatan pendidikan berasrama (boarding
school) supaya kompetensi-kompetensi yang diperlukan itu dapat dididikan
dan dibiasakan.
C. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan penulis
pada penelitian ini, penulis akan mengemukakan masukan atau saran, antara
lain sebagai berikut:
1. Sebagai subjek pendidikan, hendaknya guru mampu menjadi model dan
teladan yang baik bagi para peserta didiknya, mampu menguasai materi
yang diajarkan dengan sangat baik dan sesuai dengan rujukan
(kurikulum) sekolah, dan mampu menjadi teladan bagi anak murid.
87
2. Terus menerus menggali isi dan makna al-Qur’an. Sebab, banyak sekali
makna-makna yang terkandung didalam al-Qur’an tentang pendidikan
dan khususnya tentang kompetensi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Al-Farmawi, Abdul Hayy , Tafsir Kajian Metodologis, Bandung: Pustaka Setia,
2002, Cet.Ke-1
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa , Tafsir Al-Margahi (Terjemahan). Semarang: Toba
Putra, 1989, Cet Ke-1
Al-Qurthubi, Syaikh , Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010, Cet.Ke-14
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi , Al Bayan ( Tafsir Penjelas Al-Quranul
Karim). Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002
Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran al-Quran, Kajian Kritis terhadap Ayat-Ayat
yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet ke-2
Buchori, Didin Saefuddin¸ Metodologi Studi Islam. Bogor: Granada Sarana Pustaka,
2005
Daradjat, Zakiah ,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama,
1994, Cet.Ke-1
Echokola , Jhon M, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995. Cet. Ke-21
Farihah, Ipah , Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
Lembaga UIN Jakarta, 2006
Fathurrohmah , Pupuh dan Sutikno, M.Sobry, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama,
2007
89
89
Hakim, Abdul Atang dan Mubarok Jaih, Metodelogi Studi Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2007
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
Hamka,Tafsir al-Azhar juzu’XXVII. Jakarta: Pustaka Panji Mas,1980
Harun, Salman, Tafsir Tarbawi Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Ciputat:
UIN Jakarta Press, 2013, Cet.Ke-1
Hawi, Akmal , Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2013
Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran 8. Jakarta: Al-Huda,2005
Kadir, Abdul Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:Kencana, 2012,Cet.Ke-1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan tafsirnya Jilid IX Juz 27,. Jakarta: Lentera
Abadi, 2010
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama, 1994 ,Cet.Ke- 1
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007
Makalah Pengembangan Profesi Keguruan.hal 9, dalam mengikuti mata kuliah
Pengembangan Profesi Keguruan (2 SKS) di semester 8 tahun ajaran 2016
Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), Cet.Ke-6
M, Sardiman A, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001
90
90
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Cet. Ke-221
Mudlofir, Ali , Pendidik Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2007
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2011
Nata, Abuddin, Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005
-----, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2011
-----,Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005,Cet.Ke-1
-----, Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011, Cet.Ke-1
Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, Cet.Ke-7
Nurdin, Syafruddin Nurdin dan Usman, M. Basyiruddin, Guru Profesional &
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013
Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press,2005
Sagala, Syaiful , Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta, 2013
Sembiring, M.Gorky, Menjadi Guru Sejati. Jogyakarta: Best Publisher, 2009, Cet.
Ke-2
Shiddiq, Sapiuddin, Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana,2011
91
91
Shihab, M.Quraish , Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2003 ,Cet.Ke-VI
-----. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an). Jakarta: Lentera
Hati, 2002, Cet.Ke-1
-----. Wawasan Al-Qur’an. Jakarta: PT.Mizan Pustaka , 2008
Sholeh, Asruron Ni’am ,Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas, 2006,
Cet.Ke-1
Soekartawi dkk, Meningkatkan Rancangan Instruksional. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2012
Sukardjo, M dan Komarudin, Ukim, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung
: Rosdakarya, 1997
Sulhah, Najib , Karakter Guru Masa Depan (Sukses dan Bermartabat). Surabaya: PT
Jepe Press Media Utama,2011, Cet.Ke-1
Suparlan, Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing,2006
Syarifuddin, Amir ,Ushul Fiqh. Jakarta:Kencana, 2008, Cet.Ke- 5
Tatang, IlmuPendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Tahun
2005). Jakarta, Sinar Grafika, 2009, Cet.Ke-2
Uno, Hamzah B, Profesi Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. Ke-5
www.Sindonews.com./guru smp/menganiaya/muridnya/dengan/cara/memukul
92
92
www.Katasumber.com /diduga-lakukan-pelecehan-seksual-terhadap-murid-oknum-
guru-sd-dipadang-ngaku-karena-sayang/
Yamin, Martinis Dkk, Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press,
2010
BIODATA PENULIS
Rahayu Mulyawati, penulis lahir di Bogor pada tanggal
22 Oktober 1994, merupakan anak kelima dari 2 bersaudara
dari pasangan Admin dan Turinem yang beralamatkan di
Jalan Jati Indah RT 005 RW 004 No 49 Sawangan Baru
Kota Depok. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar
(SD) pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus pada tahun 2009,
setelah itu melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) lulus pada tahun 2012. Setelah lulus dari Sekolah
Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan masuk
pada tahun 2012.