kolam

Upload: va-niez

Post on 30-Oct-2015

483 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKolam merupakan suatu wadah yang sering kita lihat atau kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kolam adalah genagan air yang kondisinya dapat dikendalikan. Biasanya kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton. Kolam tanah umumnya memiliki pematang yang rapuh dan mudah dilubangi hama seperti, kepiting sehinggah mudah bocor. Kolam memiliki banyak manfaat bagi manusia, kolam memiliki bentuk yang berfariasi, ada yang berbentuk segi empat,berbentuk bujur, dan ada juga yang berbentuk bundar. Kolam pada umumnya memiliki fungsi sebagai tempat pembudidayaan.Kolam merupakan salah satu bentuk ekosistem buatan yang berfungsi untuk pemeliharaan ikan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik dan abiotik ini dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan tersebut. Menurut Atmadja (1975), kolam merupakan perairan menggenang yang kegunaannya sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas airnya. Sehingga kualitas air yang baik akan menentukan pula kelangsungan hidup organisme-organisme didalamnya.Pada makalah ini akan dibahas lebih rinci jenis jenis biota baik hewan maupun tumbuhan yang hidup dikolam serta karateristik fisika, kimia dan biologi kolam serta hubungan interaksi pada ekosistem kolam.1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :1. Untuk mengetahui pngertian kolam.2. Untuk mengetahui karakteristik fisika, kimia dan biologi dari kolam.3. Untuk mengetahui jenis biota yang hidup di kolam.4. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi pada ekosistem kolam.

BAB 2 ISI

2.1 PENGERTIAN KOLAM

Gambar 1 kolamKolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfugsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami.2.2 FUNGSI DAN MANFAAT KOLAMa. Habitat Hidup Berbagai Jenis Hewan Dan Tumbuhan AirKolam umunya sengaja dibangun sebagai media hidup ikan dan atau hewan air budidaya lainnya. Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, lingkungan kolam harus dimanipulasi sedemikian rupa sehingga menyerupai habitat asli. Oleh karena itu, selain sebgai habitat ikan kolam juga merupakan habitat berbagai jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton). Benthos (misalnya cacing dan siput), neuston (misalnya : nyamuk, laba laba, dan capung), dan tumbuhan air (misalnya : Hydrilla). Secara umum kondisi ekologis kolam serupa dengan ekosistem perairan tergenang lainnya. Namun karena ditujukan bagi kegiatan budidaya maka keanekaragaman tumbuhan dan hewan di kolam jauh lebih terbatas dibandingkan ekosistem perairan tergenang yang bersifat alami.b. Sumber Plasma NutfahPlasma nutfah merupakan substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Dalam hal ini,kegiatan budidaya ikan dikolam dapat menjadi tempat pengembangan plasma nutfah ikan. Melalui penerapan bioteknoligi seperti kawin silang dan rekayasa genetic dapat dihasilkan berbagai varietas baru yang lebih baik dan unggul daripada jenis ikan local sebelumnya.2.3 SYARAT KOLAMSyarat esensial bagi suatu kolam yang efektif adalah: Kondisi topografi di tempat yag akan dibangun kolam haruslah memungkinkan pembangunan yang ekonomis, tenaga dan biaya adalah fungsi langsung, panjang dan dalam kolam juga harus diperhatikan Cukup air yang memenuhi syarat Terdapat bahan tanah yang kedap air, bukan pasir Semua kolam harus dilengkapi fasilitas pelimpasan untuk menyalurkan air kalau terjadi terjadi banjir, dengan aman Kolam harus dapat dikeringkan untuk perbaikan. Tanah bagian bawah (subsoil) haruslah terdiri dari bahan yang dapat menahan air Di sekitar kolam harus tertutup vegetasi rapat, tidak boleh terbuka atau digarap, untuk menghindari siltasi (pelumpuran) kolam.

Desain Kolam Yang Baik Secara Umum2.4 PROSES PEMBUATAN KOLAMKolam merupakan lahan basah buatan yang dapat dikelolah dan diatur langsung oleh manusia untuk keperluan budidaya ikan. Berdasarkan proses pembentukannya, kolam dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kolam yang sengaja dibangun dan kolam yang tidak sengaja dibangun. Kolam yang sengaja dibangun adalah kolam yang sengaja diperuntukkan sebagai tempat pemeliharaan ikan. Kolam ini dibangun dan dipersiapkan sebagai media hidu ikan mulai dari ukuran kecil hingga dewasa, kolam ini dapat terdiri dari satu olam ataupun satu unit perkolaman (unit yang terdiri dari beberapa kolam dengan fungsi masing-masing). Sedangkan kolam yang tidak sengaja dibangun adalah kolam yang tadinya berupa lubang-lubang tergenang dan kemudian dimanfaatkan masyarakat untuk memelihara ikan. Kolam yang tidak sengaja dibangun ini umumnya tidak memenuhi syarat tehnis pembuatan kolam, sehingga produktifitasnya kurang baik. Lubang-lubang yang dimanfaatkan untuk kolam ini biasanya merupakan lubang bekas galian tambang misalnya galian pasir, tanah, dan timah.Pemilihan lokasi untuk membangun suatu kolam atau unit perkolaman harus memperhatikan faktor tehnis dan faktor sosil ekonomis. Faktor tehnis utama yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan di kolam adalah kondisi topografi lahan, jenis tanah, keberadaan sumber air yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta pengadaan benih dan pakan ikan. Sedangkan faktor sosial ekonomis yang harus dipertimbangkan adalah pemilihan lokasi perkolaman yang menguntungkan secara ekonomi, dilihat dari efisiensi produksi dan pemasaran, serta terjamin keamanannya.Topografi lahan merupakan faktor tehnis yang harus diperhatikan karena topografi lahan akan berpengaaruh pada tipe, luas, jumlah, dan kedalaman kolam yang dibuat. Ada dua tipe topografi yang mempunyai sifat dan kegunaan khusus dalam pembuatan kolam, yaitu tipe lembah berbentuk V dan tipe lembah dengan dasar tanah mendatar. Bentuk topografi lahan yang paling ideal untuk pembangunan kolam adalah lembah yang dasarnya mendatar dan terletak diantara kaki dua lereng dengan saluran sungai di tengah daratan. Pada daerah semacam ini kolam biasanya dibangun di kedua sisi aliran sungai, ukuran kolam yang dibangun bisa luas dan jumlahnya sangat banyak. Sungai yang terletak di tengah-tengah dataran juga memudahkan pemasukan, pengeluaran, dan pelimpahan air. Topografi lahan berupa lembah berbentuk V tajam serta lembah yang dasarnya terlalu datar tidak cocok dijadikan kolam ikan. Pada lembah berbentuk V tajam kita harus membuat pematang yang tinggi untuk mendapatkan kolam yang ukurannya kecil-kecil. Sedangkan pada lembah yang dasarnya terlalu datar dibutuhkan biaya penggalian tanah yang besar untuk pembuatan kolam, selain itu penggalian dan pembuangan airnyapun akan sulit.keadaan dan jenis tanah penting untuk diperhatikan karena hal ini akan berpengaruh langsung terhadap ukuran dan kemiringan pematang. Jenis tanah yang paling baik untuk pembuatan kolam adalah jenis tanah liat/lempung berpasir, jenis tanah ini tidak bersifat porous serta tidak mudah serta tidak mudah longsor dan mudah mendapatkan air. Tanah dengan kandungan pasir yang banyak apalagi berbatu-batu tidak cocok untuk dijadikan kolam karena tidak bisa menahan air serta sulit untuk dibentuk. Jenis tanah seperti ini hanya bisa dijadikan kolam apabila keseluruhannya ditembok.Air sebagai media hidup ikan merupakan faktor utama keberhasilan budidaya. Air permukaan (misalnya sungai dan waduk) merupakan sumber air yang cocok bagi kegiatan budidaya ikan. Sungai merupakan sumber pengairan kolam yang baik karena airnya mengandung unsur hara yang tinggi, unsur hara ini sngat penting untuk menumbuhkan makanan alami ikan. Sedangkan waduk merupakan sumber pengairan yang baik karena debit airnya relatif tetap, sehingga kontinuitas suplai air dapat terjamin. Air sungai umumnya banyak mengandung lumpur, sehingga sebelum dimanfaatkan, dibutuhkan upaya penyaringan dan pengendapan, sedangkan air waduk umumnya jauh lebih jernih karena zat-zat yang dikandungnya telah mengendap terlebih dahulu. Sumber air lain yang bisa digunakan bagi keperluan budidaya adalah air tanah, namun air tanah memiliki kandungan unsur hara dan nilai ph yang rendah sehingga kurang mendukung pertumbuhan ikan (Susanto, 1992).Karakteristik kimia air yang biasanya diukur untuk mengetahui kelayakan air bagi kegiatan budidaya adalah alkalinitas, kesadahan, dan ph. Selain mutu air yang baik, jumlah air yang mengisi kolam juga harus mencukupi sepanjang tahun. dalam kenyataannya apbila sumber air kolam bersal dari sungai maka debit air akan sangat tergantung pada musim. Pada saat musim hujan, apabila debit air terlalu besar, perlu dibuat saluran pengendali banjir agar debit air yang besar ini tidak masuk ke dalam kolam sedangkan apabila debit air berkurang maka diperlukan uasaha pengaturan air yang seefisien mungkin.jarak antara umber air dan kolam juga mempengaruhi kegiatan perkolaman, untuk itu perlu dibangun saluran pengangkut air misalnya jembatan air, terowongan, banguna terjun, saluran miring/seropotan, dan terowongan bawah. Saluran pengankut air ini bis adijadikan indikator fluktuasi debit air yang masuk ke dalam kolam. Pada saluran pengangkut air juga perlu dibangun bendungan sederhana yang berfungsi meninggikan permukaan air saluran agar debit air yang masuk ke kolam cukup besar (Susanto, 1992).

2.5 KARAKTERISTIK FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI KOLAM2.5.1 Karakteristik fisika 1. SuhuPada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF). Pengukuran suhu pada kolam air dalam kedalaman tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan reversing thermometer, thermophone, atau thermister (APHA,1976). Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan bilogi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Effendi, 2003). Menurut Susanto (2002), suhu air kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan berkisar 2530oC. Daya toleransi organisme terhadap suhu kritis dapat berbeda untuk setiap jenisnya, sehingga perubahan suhu dapat menyebabkan peruhahan komposisi komunitas (Welch, 1952). Perubahan suhu menurut Pescod (1973) tidak boleh lebih dari 1,7 0C, sedangkan suhu optimum menurut Wardoyo (1981), berkisar antara 24-26 0C. Fitoplankton dapat tumbuh subur pada temperatur 25-30 C terutama jika tersedia karbondioksida bebas dari nitrogen yang mencukupi (Pescod, 1973).2. Kecerahan Kecerahan ialah penyerapan yang dihasilkan dari kekilauan sasaran penglihatan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi,2003). Radiasi matahari adalah komponen dasar yang penting dalam keseluruhan dinamika ekosistem air tawar. Hampir seluruh energi yang mengatur metabolisme dari perairan lentik secara langsung berasal dari energi matahari. Bahan organik terlarut pada penyerapan energi cahaya sangat terlihat. Air di perairan lentik dengan adanya peningkatan konsentrasi dan organik terlarut, tidak hanya secara drastis mengurangi transmisi cahaya tapi juga menjelaskan absorbsi cahaya secara selektif (Wetzel, 1983). Kondisi kecerahan pada kolam yang hendak digunakan untuk pemeliharaan ikan adalah lebih besar dari 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan (Susanto, 2002).3. Kedalaman Kolam harus memiliki kedalaman yang berbeda-beda untuk dapat berfungsi dengan baik. Dasar yang dangkal di sekitar tepian dan bagian yang lebih dalam di daerah tengah merupakan kondisi yang ideal untuk kolam atau bisa juga dalam di satu sisi dan dangkal di sisi lainnya. Daerah kolam yang dangkal memberikan tempat bagi tanaman air yang menyediakan pangan bagi ikan dan rumah bagi ikan-ikan kecil dan daerah dengan suhu yang lebih hangat akan mendorong plankton dan hewan kecil (yang menjadi pakan ikan) untuk tumbuh di daerah ini, Kedalaman kolam yang optimum adalah 100-200 cm (Asmawi, 1983).4. Warna Warna air dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kehadiran plankton, larutan yang tersuspensi, dekomposisi bahan organik, dan bahan-bahan mineral yang terdapat di dalam air. Warna perairan yang hijau muda disebabkan karena adanya penyerapan dan penghamburan cahaya matahari oleh Chlorella dan Dunaleilla yang keduanya termasuk fitoplankton golongan Chlorophyta (alga hijau). Terkadang juga disebabkan oleh jenis Chaemotomorpha dan Enteromorpha yang bentuknya seperti benang (Gufran, 2005).5. Bau Persoalan bau yang disebabkan polusi kimia dapat diselesaikan dengan cara pencarian lokasi sumber bau dan menghentikan masuknya zat kimia tersebut kedalam kolam. Disamping itu terkadang zat dasar geologi tanah area kolam seperti kandungan sulfur (belerang) dan besi yang sangat tinggi dapat pula menyebabkan bau kurang sedap. Kondisi-kondisi tersebut secara umum tidak dapat diatasi dengan aplikasi filter atau saringan (Rochdianto, 1995). Effendi (2007) menyatakan bahwa kondisi perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah tidak berwarna dan tidak berbau.2.5.2 Sifat Kimia Kolam1. Oksigen terlarut (DO)Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya (Fardiaz, 2006). Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami berbeda, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitute) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2007).Pada kolom air, setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan tekanan sekitar 1 atmosfer (Cole, 1988 dalam Effendie, 2007). Kadar oksigen terlarut juga berubah-ubah secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) masa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Effendi, 2007). Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati (Fardiaz, 2006). Sedangkan Soeseno (1974) menyebutkan bahwa perairan yang mengandung oksigen terlarut 5 ppm pada suhu 20-300C cukup baik utuk kehidupan ikan dan akan mencapai kejenuhan apabila kandungan oksigen sudah mencapai 7-9 ppm.Kandungan O2 terlarut pada perairan mengalami fluktuasi baik harian maupun musiman. Fluktuasi ini dipengaruhi oleh perubahan suhu dan aktifitas fotosintesis dari tumbuhan air. O2 terlarut di dalam air mengalami fluktuasi sepanjang hari, yaitu kandungannya rendah pada waktu malam hari di mana proses respirasi terbesar terjadi dan kandungan tinggi pada waktu sore hari di mana proses fotosintesis mencapai puncaknya (Barus, 2002).Kebutuhan oksigen ikan beragam dengan spesies dan umur ikan. Ikan air dingin membutuhkan lebih banyak oksigen terlarut daripada ikan lainnya, mungkin karena jenis ikan yang hidup di air dingin lebih aktif dibandingkan dengan ikan yang hidup diperairan yang lebih hangat. Kisaran antara 3-6 mg/liter merupakan tingkat kritis DO untuk hampir semua jenis ikan. Di bawah 3 mg/liter, penurunan lebih lanjut hanya penting dalam kaitannya dengan munculnya kondisi anaerob lokal. Kerusakan utama terhadap ikan dan kehidupan akuatik lainnya telah terjadi pada kondisi seperti ini. Di atas 6 mg/liter, keuntungan utama dari penambahan oksigen terlarut adalah sebagai cadangan atau penyangga untuk menghadapi shock load buangan limbah yang membutuhkan banyak oksigen (Ilyas et al, 1990).2. Karbondioksida bebas (Co2 bebas)Karbondioksida bebas digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat sebagai ion bikarbonat dan ion karbonat. Karbondioksida bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer (Effendi, 2007). Menurut Heru (1995), kandungan CO2 bebas dalam air untuk pemeliharaan ikan yang dibutuhkan sangat banyak, lebih banyak daripada oksigen. Kandungan CO2 maksimum dalam air masih dianggap tidak membahayakan bagi ikan adalah sekitar 25 ppm.Namun menurut Boyd (1988) dalam Effendi (2007) kadar karbondioksida di perairan dapat mengalami pengurangan, bahkan hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasi air. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5 mg/liter. Kadar karbondioksida bebas sebesar 10 mg/liter masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai dengan kadar oksigen yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan hidup hingga kadar karbondioksida bebas mencapai sebesar 60 mg/liter. Karbondioksida bebas dalam suatu perairan berkisar < 12 ppm. Apabila CO2 bebas ini telah habis dalam perairan, maka yang digunakan oleh organisme nabati adalah CO2 terikat (Pescod,1973). Keracunan CO2 terjadi karena daya serap hemoglobin terhadap O2 terganggu (hemoglobin telah jenuh oleh CO2 yang mengakibatkan organisme mati lemas disebabkan sesak nafas). Kandungan CO2 dalam air yang aman tidak boleh melebihi 25 mg/L, sedangkan konsentrasi CO2 lebih dari 100 mg/L akan menyebabkan semua organisme akuatik mengalami kematian (Wardoyo, 1981).

3. DMADMA (daya menggabung asam) adalah salah satu cara untuk menyatakan alkalinitas suatu perairan. Jumlah DMA yang terdapat dalam suatu perairan menunjukkan kapasitas penyangga atau kesuburan perairan tersebut, dan juga untuk menentukan baik buruknya perairan tersebut sebagai lingkungan hidup bagi organisme-organisme air (Soeseno, 1974). Menurut Wardoyo (1981), DMA dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator subur atau tidaknya suatu perairan. DMA mempengaruhi pergoncangan pH sehingga perairan tersebut semakin mantap (Soeseno, 1970). Nilai alkalinitas suatu perairan dapat digunakan sebagai parameter perairan untuk menduga kesuburan (Wardoyo, 1981). Nilai DMA yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat pertumbuhun ikan yang dipelihara. Kandungan DMA suatu perairan mempengaruhi faktor kimia dan biologi suatu perairan (Asmawi, 1983). Faktor kimia perairannya terhadap nilai pH, semakin besar kandungan DMA maka akan semakin besar pula pHnya. Faktor biologi perairannya adalah mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan biota yang hidup dalam perairan tersebut. Besar kecilnya nilai DMA suatu perairan dapat menunjukkan kapasitas penyangga dan tingkat kesuburannya (Siregar, 2000). Soeseno (1974), mengemukakan bahwa nilai alkalinitas yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat perkembangan organisme perairan. DMA di perairan berkisar 2,0 5,0 ppm dan membagi perairan menjadi empat golongan sebagai berikut :1) Perairan dengan DMA 0-0,5 terlalu asam dan tidak produktif sehingga tidak baik untuk pemeliharaan ikan.2) Perairan dengan DMA 0,5-2,0 memiliki pH belum mantap tetapi sudah dapat dipakai untuk memelihara ikan dan produktivitasnya tergolong tinggi.3) Perairan dengan DMA 2,0-4,0 pH sudah agak basa, sangat produktif dan baik untuk pemeliharaan ikan.4) Perairan dengan DMA 5,0 maka tergolong terlampau basa sehingga kurang baik untuk pemeliharaan ikan. 2.5. 3 Sifat Biologi Kolam1 PlanktonPlankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya gerak/ kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken, 1992 dalam Yazwar, 2008). Plankton terbagi dua jenis yakni plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewan (zooplankton) (Newel & Newel 1977 dalam Yazwar, 2008). Plankton pada ekosistem perairan mempunyai peranan penting, yaitu sebagai produsen primer dan konsumen primer. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti aliran air. Fitoplankton merupakan produsen primer, sedangkan zooplanton sebagai konsumen primer, yaitu pemakan fitoplankton. Zooplankton yang berada di dalam perairan banyak ditemukan pada kecepatan arus yang rendah dan kekeruhan air yang kecil (Barus, 2002).Kehadiran plankton di suatu ekosistem perairan sangat penting, karena fungsinya sebagai produsen primer atau karena kemampuannya dalam mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis (Heddy & Kurniati, 1996 dalam Yazwar, 2008). 2. KelimpahanKesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan tersebut (Sagala, 2009). Dalam ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air disebut sebagai produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan fotosistesis (Barus, 2001). Dalam pertumbuhannya fitoplankton membutuhkan nutrisi baik makro dan mikro. Elemen yang termasuk dalam makro nutrisi terdiri dari : C, H, O, N, S, P, K, Mg, Ca,Na, dan Cl, sedangkan mikro nutrisi terdiri dari Fe, Mg, Co, Zu, B, Si, Mm, dan Cu. Elemen tersebut merupakan penyusun sel plankton sama dengan sel tumbuhan (Bold & Wayne, 1985 dalam Yazwar, 2008 ). Dari sudut ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subkelas kopepoda. Kopepoda adalah Crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton, merupakan herbivora primer (Nybakken, 1992 dalam Siregar, 2009). Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik baik berupa fitoplankton maupun detritus. Kepadatan zooplankton di suatu perairan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Umumnya zooplankton ditemukan pada perairan yang mempunyai kecepatan arus rendah serta kekeruhan air yang sedikit (Barus, 2004 dalam Siregar 2009).3. KeragamanKeragaman adalah salah satu sifat komunitas yang memperlihatkan jumlah spesies organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1971). Keanekaragaman plankton yang tinggi mendukung tingkat tropik diatasnya, yaitu hewan karang dan ikan-ikan demersal. Kelimpahan dan distribusi zooplankton demersal dikontrol oleh planktivores, khususnya ikan (Cahoon, 1992). Apabila indeks keragaman >2 maka perairan tersebut dikatakan tidak tercemar atau tercemar sangat ringan, bila indeks 2,0-1,6 maka perairan tersebut dikatakan tercemar ringan, apabila indeks keragaman 1,5-1,0 maka perairan tersebut dikatakan tercemar sedang, dan apabila indeks keragaman