koko
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara histografi Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi
dan tsunami. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia dan lempeng Pasifik. Setiap kali lempeng ini bergeser menimbulkan
patahan yang menyebabkan gempa bumi. Selanjutnya dapat pula terjadi tumbukan
antar lempeng tektonik yang dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di
Aceh dan Sumatera Utara. Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
menunjukkan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa
dan tsunami salah satunya adalah Bengkulu. (www.pdat.co.id/hg/politica...19/po
diakses pada 6 Mei 2009 jam 13.59 WIB). Gambar 1.1. memperlihatkan zona
resiko bencana gempa bumi.
Gambar 1.1. Peta Pembagian wilayah gempa di Indonesia (Zona Resiko Gempa Bumi)
(sumber: Departemen PU 2007, 16)
2
Kota Bengkulu memiliki relief permukaan tanah yang bergelombang,
terdiri dari dataran pantai dan daerah berbukit-bukit serta beberapa tempat
terdapat cekungan alur sungai kecil. Kota Bengkulu di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Bengkulu Utara, di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bengkulu Selatan, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Bengkulu Utara (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu,
2008). Gambar 1.2. berikut memperlihatkan Setting tektonik regional Sumatra.
Gambar 1.2. . Setting tektonik regional Sumatra (sumber: http://en.wikibooks.org/wiki/File:Sumatra_map.jpg)
3
Berdasarkan berbagai kajian geologi, bahwa Pegunungan Barisan (dalam
hal ini adalah volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen
Tengah. Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen
Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc-nya
sendiri tidak ada. (Mulhadiono dan Asikin, 1989).
Pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih
merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode
setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan
Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah,
Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan Cekungan Sumatera Selatan
menjadi cekungan backarc (belakang busur). (Hall et al. 1993).
Profil topografi Kota Bengkulu yaitu mempunyai bentang alam
perbukitan yang bergelombang memanjang sejajar pantai dengan variasi
ketinggian mulai dari 0 – 5 meter sampai diatas 50 meter dpl. Di beberapa tempat
terdapat ketinggian dengan kedalaman sampai -5 meter dpl atau -10 meter dpl
yang ditempati oleh batuan karang, seperti : Pulau Tikus atau Pulau Karang Lebar.
Kota Bengkulu dibatasi oleh dataran pantai landai berbentuk tanjung dan teluk
disisi Barat, daerah rendah berawa dan Selatan. Secara fisik Kota Bengkulu
disusun oleh batuan lava andesit yang diatasnya ditutupi endapan breksi gunung
api, batu lempung, batu apung, endapan rawa dan batuan alluvilum. Dengan
kondisi alam tersebut Kota Bengkulu rentan terhadap bahaya alam, seperti:
Gempa bumi, tanah retak dan amblas, abrasi, longsor, banjir, dan badai laut,
sedangkan bahaya tsunami belum pernah tercatat dalam kondisi actual.
Letak Kota Bengkulu pada pertemuan lempeng tektonik Samudera
Hindia dan lempeng tektonik Asia menyebabkan Kota Bengkulu dalam beberapa
tahun terakhir sering dilanda gempa tektonik. (Stasiun Klimatologi Bengkulu,
2008). Gambar 1.3. memperlihatkan peta lempeng tektonik. Pada gambar
menunjukkan bahwa pulau Sumatera yaitu Bengkulu merupakan daerah
pegunungan aktif dan merupakan daerah lempeng tektonik.
4
Gambar 1.3. Peta lempeng tektonik (Sumber: Kusuma, 1993,25)
Perkembangan Kota Bengkulu yang dicirikan dengan semakin
beragamnya fungsi kota berdampak terhadap peningkatan kebutuhan lahan.
Dinamika perkembangan kegiatan dikawasan kota ini menimbulkan persaingan
antar pengguna lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan
lahan dengan intensitas yang makin tinggi. Pemanfaatan ruang di wilayah Kota
Bengkulu terdiri dari permukiman serta sarana prasarananya, perkantoran, sawah,
kebun, hutan belukar, cagar alam dan lain-lain. Penggunaan lahan untuk
permukiman yakni seluas 4.217,51 Ha. (Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bengkulu, 2008).
Gempa bumi sering melanda Bengkulu, pada tanggal 4 Juni 2000 gempa
bumi dengan kekuatan 8 skala Richter menimbulkan bencana paling besar di
Bengkulu. Berdasarkan catatan sejarah, bencana gempa juga pernah terjadi pada
tahun1833,1914, 1940, dan1980.
(www.siaga bencana.lipi.go.id/index.php?q=node/18 diakses pada 10 Mei 2009
pada jam 20.00 WIB).
Pada tahun 2007 terjadi lagi gempa yang cukup besar di Kota Bengkulu
yaitu 7,9 skala Richter. Jumlah gempa yang terjadi selama tahun 2007 tercatat
5
sebanyak 61 kali. (Stasiun Klimatologi Bengkulu, 2008). Gambar 1.4.
memperlihatkan gempa dan kekuatannya.
Gambar 1.4. Peta Gempa dan Kekuatannya di pulau sumatera
( sumber : hhtp://rovicky.multiply.com(journal/item/138 diakses pada tanggal 8 Mei 2009 Jam 11.45 WIB)
Terjadinya gempa bumi ini, telah menimbulkan korban jiwa, serta arus
pengungsian. Bangunan rumah yang rusak berat dan kerusakan infrastruktur
lainnya menimbulkan trauma bencana yang cukup mendalam pada masyarakat
Kota Bengkulu. Badan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu (2007).
Bangunan yang rusak bisa dilihat dari ditemukannya sederetan rumah-
rumah rusak penduduk yang lokasinya di sepanjang Jalan Srigunting, kecamatan
Gading Cempaka yang berada dalam satu garis lurus," menurut Peneliti Geologi
Teknik dari Puslit Geoteknologi LIPI Dr Adrin Tohari di Bengkulu, yang bersama
timnya mengkaji kerusakan bangunan dan infrastruktur akibat gempa Bengkulu.
Banyaknya bangunan rusak karena berada di jalur sesar aktif, juga ditemukan di
Kecamatan Lais, Bengkulu. Jalur sesar aktif ini di Kota Bengkulu lokasinya
adalah di kelurahan Tanah Patah, Kebun Tebeng, Lempuing, Pagar Dewa, pada
lokasi ini bangunan perumahan hancur akibat gempa.
6
Pada gempa Bengkulu Juni tahun 2000 dari hasil wawancara dengan
penduduk, di lokasi yang sama juga mengalami retakan, dan disebut oleh
penduduk setempat sebagai "urat gempa". ( sumber :
hhtp://www.tempo.co.id/hg/stokfoto/2005/01/10/stf,20050110-127,id.html di
akses pada tanggal 1 Juli 2009 Jam 12.45 WIB). Dan pada gempa berikutnya
yang terjadi pada September tahun 2007, lokasi perumahan yang hancur dan parah
adalah lokasi yang sama pada gempa pertama (gempa Juni Tahun 2000) yaitu
lokasinya pada daerah KelurahanTanah Patah, Kebun Tebeng, Lempuing dan
Pagar Dewa. Lokasi gempa di Kelurahan Pagar Dewa tidak hanya merusak daerah
permukiman tetapi juga merusak bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu
dan merusak bangunan sekolah. Hal ini menyebabkan trauma bagi masyarakat
Bengkulu, adanya trauma pada masyarakat yang diakibatkan oleh gempa maka
perlu suatu konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu,
dan diharapkan memberikan pengetahuan tentang tempat tinggal yang tidak
menakutkan dikarenakan gempa yang masih berpotensial terjadi di daerah ini.
Karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana konsep
pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu sehingga
mempunyai kelayakan lahan permukiman. Gambar 1.5 memperlihatkan lokasi
daerah permukiman yang terkena gempa bumi.
Gambar 1.5 Lokasi Daerah Permukiman yang terkena gempa (Sumber : TIM BENGKULU, Juni 2006)
7
1.2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan utama adalah lokasi permukiman yang terletak pada sesar
gempa Sumatera sehingga tidak aman atau tidak cocok untuk lokasi perumahan,
maka permasalahan penelitian yang harus dijawab agar dapat memberikan
masukan untuk konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota
Bengkulu sehingga mempunyai kelayakan lokasi permukiman adalah :
Kriteria apa saja yang tepat untuk lokasi permukiman aman gempa di Kota
Bengkulu ?
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
Menyusun konsep penentuan lokasi permukiman aman gempa di Kota Bengkulu.
Sasaran Penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana.
2. Menentukan criteria penentu lokasi.
3. Menyususn konsep pemilihan lokasi permukiman aman gempa di Kota
Bengkulu
1.4. Lingkup Penelitian
1.4.1 Lingkup wilayah Penelitian
Lingkup wilayah penelitian dilakukan pada Kota Bengkulu
1.4.2. Lingkup Pembahasan
Penelitian ini difokuskan pada :
1. Aspek fisik : Gempa bumi, lokasi perumahan
2. Aspek nonfisik : Social dan budaya masyarakat.
1.4.3 Lingkup Substansi
Lingkup substansi penelitian meliputi lahan dan teori yang berhubungan
dengan lokasi, geologi, lahan, perumahan dan permukiman, mitigasi bencana.
8
Gambar 1.6 Lokasi penelitian, Peta Kota Bengkulu (Sumber : BAPPEDA Kota Bengkulu, 2008)
9
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaaat yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan bagi ilmu pengetahuan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan bidang arsitektur, khususnya bidang perumahan
permukiman dalam pemilihan lokasi di daerah rawan gempa.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi pemerintah Kota untuk menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan lokasi permukiman yang berada di daearh rawan gempa
bumi.
10
Halaman ini sengaja dikosongkan