koalisi partai politik di indonesia dalam menyambut pemilu presiden 2014

Upload: arik-arifian-rosyadi

Post on 02-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    1/11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANG

    Partai politik merupakan sebuah organisasi politik yang terdiri dari beberapa

    anggota dengan tujuan mencapai kekuasaan politik. Sedangkan dalam buku dasar-

    dasar ilmu politik, partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut

    serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai

    politik sudah akrab di lingkungan kita. Sebagai lembaga politik, partai bukan

    sesuatu yang dengan sendirinya ada. kelahirannya mempunyai sejarah cukup

    panjang, meskipun juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakan

    organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda dibandingkan

    dengan organisasi negara.1Dan ia baru ada di negara modern seperti partai politik

    di indonesia. Partai politik di indonesia saat ini mengalami kemerosotan. Terbukti

    dari perolehan hasil suara kemarin. Bahwa hasil suara kemarin mengalamipenurunan jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang sebelumnya. Maka dari itu

    partai politik yang unggul dengan perolehan suara yang tidak sesuai dengan apa

    yang telah ditetapkan harus berkoalisi dengan partai lain.

    Koalisi merupakan gabungan antara kelompok satu dengan kelompok lain,

    antara partai satu dengan partai lain dengan kepentingan sendiri-sendiri.

    Pengertian koalisi sendiri dari wikipedia adalah persekutuan, gabungan atau

    aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki

    kepentingan sendiri-sendiri. Dalam hubungan internasional, sebuah koalisi bisa

    berarti sebuah gabungan beberapa negara yang dibentuk untuk tujuan tertentu.

    Koalisi bisa juga merujuk pada sekelompok orang/warganegara yang bergabungkarena tujuan yang serupa. Dalam pemerintahan dengan sistem parlementer,

    sebuah pemerintahan koalisi adalah sebuah pemerintahan yang tersusun dari

    koalisi beberapa partai. Dan setiap partai yang menang harus berkoalisi dengan

    partai lain. Seperti halnya partai politik sekarang ini.2

    Dari pengertian partai politik dan koalisi pastinya sudah tahu bahwa untuk

    mencapai kekuasaan politik, suatu partai harus mencapai 25% hasil suara dalam

    pemilihan calon legislatif. dan jika tidak memenuhi 25% maka suatu partai yang

    unggul harus berkoalisi dengan partai lain. Seperti kita lihat dalam pemilu

    legislatif di indonesia kemarin yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014

    membuktikan bahwa dari data hasil survey kompas tidak ada yang mencapaipresentase tersebut. Dan hanya mendapatkan tiga partai yang masih bertahan

    menjadi pilihan lebih dari 10 persen responden hingga akhir 2013. Selebihnya

    mengakhiri tahun tersebut dengan dukungan di bawah 10 persen dalam serial

    survei itu. Ketiga partai tersebut adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

    (PDI-P), Partai Golkar, Dan Partai Gerindra. Awalnya pada tahun 2012 PDI-P

    mendapat dukungan 13,3%, Partai Golkar memiliki dukungan yang lebih tinggi

    daripada PDI-P dengan presentase 15,4%, sedangkan Partai Gerindra mengawali

    1. Budiardjo, Miriam. (2008)Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : PT Gramedia

    Pustaka Utama.2. http://id.wikipedia.org/wiki/Koalisi.

    http://wiki/Sistem_parlementerhttp://wiki/Pemerintahan_koalisihttp://wiki/Pemerintahan_koalisihttp://wiki/Sistem_parlementer
  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    2/11

    capaian dukungan dalam survei ini dari awalan "menengah". Partai besutan

    Prabowo Subianto ini hanya meraup dukungan 6,1%. Dan pada tahun 2013 PDI-P

    mendapat tambahan dukungan lebih dari 10%, yaitu menjadi 23,6%. Berbeda

    dengan Partai Golkar pada survey tahun 2013 tidaklah luar biasa, naik menjadi 16

    persen. Namun, Golkar terus menambah dukungan, meski tetap tipis seperti padatahun 2014 sekarang ini. dan Partai Gerindra meraup suara sebanyak 13,6%. Dan

    hasil suara terakhir pada tahun 2014 Partai PDI-P mengalami kemerosotan

    dibandingkan dengan hasil survey yang kedua menjadi 21,8%. Berbeda dengan

    Partai Golkar, Partai ini mengalami peningkatan dengan dukungan 16,5%. Dan

    Partai Gerindra turun menjadi 11,5%. Dari hasil-hasil survey ini ketiga partai

    tersebut harus berkoalisi dengan partai lain karena tidak mencapai presentase hasil

    suara yang ditentukan. Nah dalam hal ini banyak partai-partai lain yang ingin

    berkoalisi dengan ketiga-tiga partai tersebut. Seperti halnya partai islam. Partai-

    partai islam ikut berpartisipasi dalam koalisi partai politik untuk mendapatkan

    kursi kekuasaan atau kedudukan.

    Dalam bukunya Prof. Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik

    menjelaskan bahwa Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau

    kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain

    dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung,

    memengaruhi kebijakan pemerintah ( public policy ). Kegiatan ini mencakup

    tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat

    umum, mengadakan hubungan contacting atau lobbying dengan pejabat

    pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan

    sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya. Dalam kehidupan politik yang

    terjadi saat ini Partai Islam ikut berpartisipasi dalam berkoalisi dengan ketiga

    partai yang unggul yaitu untuk mendapatkan kursi kekuasaan atau kedudukansebagai capres-cawapres ataupun yang lainnya. Seperti partisipasi Partai Persatuan

    Pembangunan (PPP) dan PKS berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam

    mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. PKB berkoalisi dengan

    partai PDIP dan Partai NASDEM.

    Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan adalah partisipasi Partai

    Islam dalam berkoalisi dengan Partai Nasional. Awalnya partai islam tidak tahu

    mau kemana arahnya. Karena hasil suara Partai Islam juga tidak mencapai

    presentase. Dari itu muncul berbagai desakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

    Forum Ukhuwah Islmiyah (FUI) yang terjadi agar partai islam menggabungkan

    diri untuk berkoalisi jelang pemilihan presiden juli mendatang. Dan sekaranginilah marak-maraknya partai islam berkoalisi dengan ketiga partai unggul yaitu

    Partai Nasional. Partai-partai islam berkoalisi dengan caranya masing-masing.

    Dari permasalahan yang akan dibahas perlu namanya melakukan analisis terlebih

    dahulu. Dan untuk analisis masalah partai politik islam dalam berkoalisi dengan

    partai nasional akan menggunakan perspektif sosiologi politik dengan berbagai

    teori yang digunakan.

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    3/11

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Dari uraian latar belakang diatas maka di dapat rumusan masalah sebagai

    berikut :

    1.

    Bagaimana partisipasi partai islam dalam berkoalisi dengan partai

    nasional?

    1.3TUJUAN MASALAH

    Dari rumusan masalah diatas maka di dapat tujuan masalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui partisipasi partai islam dalam berkoalisi dengan partai

    nasional.2. Untuk mengetahui interaksi partai politik dalam berkoalisi

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    4/11

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Dalam masalah koalisi partai politik di indonesia dalam menyambut pemilu

    presiden 2014 maka akan menggunakan berbagai teori untuk bahan analisis

    masalah diantaranya sebagai berikut :

    2.1.Teori tindakan sosial

    Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada

    tindakan mereka. Hubungan sosial menurut Weber yaitu suatu tindakan dimana

    beberapa aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna

    dihubungkan serta diarahkan kepada tindakan orang lain. Masing-masing individu

    berinteraksi dan saling menanggapi. Weber juga membicarakan bentuk-bentuk

    empiris tindakan sosial dan antar-hubungan sosial tersebut. Weber membedakan

    dua jenis dasar dari pemahaman yang bersifat tafsiran dari arti, dari tiap jenispemahaman ini bisa dibagi sesuai dengan masing-masing pertaliannya, dengan

    menggunakan tindakan rasional ataupun emosional. Jenis pertama adalah

    pemahaman langsung yaitu memahami suatu tindakan dengan pengamatan

    langsung. Kedua, pemahaman bersifat penjelasan. Dalam tindakan ini tindakan

    khusus aktor ditempatkan pada suatu urutan motivasi yang bisa dimengerti, dan

    pemahamannya bisa dianggap sebagai suatu penjelasan dari kenyataan

    berlangsungnya perilaku. Max Weber dalam (J Dwi Narwoko dan Bagong

    Suyanto, 2006:18) mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang

    mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat yaitu;

    a. Rasionalitas instrumental

    Yaitu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan ataspertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

    ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

    b. Rasionalitas yang berorientasi nilai

    Alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang

    sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-

    nilai individu yang bersifat absolut.

    c.

    Tindakan tradisional

    Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang

    diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.

    d. Tindakan afektif

    Tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau

    perencanaan sadar. Tindakan afektif bersifat spontan, tidak rasional dan

    merupakan refleksi emosional dari individu.

    2.2Teori interaksi sosial

    Interaksi sosial menurut J.Gillin dan P.Gillin merupakan hubungan sosial

    yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar

    kelompok-kelompok manusia dan antar orang dengan kelompok-kelompok

    masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan

    pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara

    kedua belah pihak (Yulianti, 2003: 91). Interaksi sosial adalah kunci dari semua

    kehidupan sosial oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    5/11

    ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal

    balik antar individu dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan

    persoalan yang diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya

    (Ahmadi, 2004: 100). Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah Asosiatif dan

    Disasosiatif(Soerjono Soekanto, 2010:64).a. Asosiatif

    Asosiatif terdiri dari kerjasama (cooperation), akomodasi (accomodation).

    Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang

    perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan

    bersama. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan

    tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan

    kepribadiannya.

    b.

    Disasosiatif

    Disasosiatif terdiri dari persaingan (competition), dan kontravensi

    (contravention), dan pertentangan(conflict). Persaingan diartikan sebagai suatu

    proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaingmencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa

    tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok

    manusia) dengan cara menarik perhatian publikatau dengan mempertajam

    prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

    Kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain

    atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu.Pertentangan

    merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk

    memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang sering disertai

    dengan ancaman dan/atau kekerasan.

    Ciri-ciri interaksi sosial adalah jumlah pelaku lebih dari 1, terjadi komunikasimelalui kontak sosial, mempunyai maksud dan tujuan, dilaksanakan melalui suatu

    pola sistem tertentu. Dan syarat-syaratnya sebagai berikut : adanya kontak sosial,

    adanya komunikasi sosial, adanya tujuan yang jelas dan bermanfaat, adanya

    kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian kaidah sosial yang berlaku.3

    3Soekanto, Soerjono. (2012) Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT

    RajaGrafindo Persada

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    6/11

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau

    berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dalam hal tersebut setiap partai

    berlomba-lomba untuk menang dalam pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 9

    april 2014 kemarin. Namun tidak ada satu partai politik pun yang menang waktu

    pemilihan legislatif kemarin. Sehingga dari partai politik yang unggul dengan

    hasil suara yang tidak mencapai presentase harus berkoalisi dengan partai lain.

    berbagai partai politik berlomba-lomba ikut berpartisipasi untuk berkoalisi dengan

    ketiga partai yang unggul yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra.

    Menurut Miriam Budiardjo mendefinisikan bahwa partisipasi partai politik

    adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam

    kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih piminan negara secara

    langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan penmerintah. Kegiatan inimencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menjadi

    anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan

    pejabat pemerintah atau anggota parlemen.

    Dari hasil Pemilu kemarin yang hanya diikuti oleh 12 partai politik, karena

    ke 15 partai politik kemarin tidak memenuhi electoral treshold. Dan kesepuluh

    partai tersebutadalah partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Golkar, Gerindra, Partai

    Demokrat, PAN, PPP, PBB, PKPI serta Partai Hanura. Namun semua partai

    politik tersebut tidak mencapai presentase hasil suara yang telah ditentukan. Dari

    berbagai hasil quict qount serta survey membuktikan bahwa Dan hanya ada tiga

    partai politik yang unggul yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. Maka dari itu ketigaparpol tersebut harus berkoalisi dengan parpol lain seperti parpol islam. Namun

    parpol islam tidak langsung berkoalisi dengan parpol nasional. Sehingga berbagai

    desakan dari MUI dan FUI meminta partai islam agar menggabungkan diri untuk

    berkoalisi dengan ketiga partai unggul. Seperti terlihat dalam percakapan ketua

    umum MUI Din Syamsudin pada tanggal 21 april 2014 saat rapat tertutupmengimbau seluruh parpol Islam agar bersatu untuk membentuk sebuah koalisi strategisdi Pilpres 2014 karena menurutnya hal ini sebagai tanggung jawab parpol Islam ataskepercayaan publik. Dan saat ini terbukti bahwa parpol yang berbasis islam berkoalisi

    dengan parpol nasional. Hal tersebut terlihat dari interaksi partai islam dengan partai

    nasional saat ini. seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan PKS berkoalisi

    dengan Partai Gerindra dalam mendukung Prabowo Subianto sebagai calonpresiden. PKB berkoalisi dengan partai PDIP dan Partai NASDEM. Berbagai

    macam strategi atau tindakan yang digunakan oleh partai politik dalam berkoalisi.

    Dari teori max weber tindakan sosial sudah jelas bahwa untuk mencapai

    tujuannya seseorang didasarkan pada pertimbangan dan pilihan sadar yang

    berhubungan dengan tujuan tindakan tersebut dan ketersediaan alat yang

    digunakan. Dalam hal ini seluruh partai islam yang berkoalisi mempunyai cara

    masing-masing. Ada partai yang tidak ingin berkoalisi dengan partai yang punya

    masalah. Dan ada juga partai yang ingin berkoalisi jika partai tersebut

    menguntungkan, padahal dalam Undang-Undang tentang Pilpres menegaskan,

    syarat ambang batas parpol atau gabungan parpol untuk bisa mengusung pasangan

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    7/11

    capres-cawapres (presidential threshold/Pres-T) adalah 25 persen perolehan suara

    parpol secara nasional pada pileg atau 20 persen perolehan kursi parpol di DPR.

    Dengan syarat itu, diperkirakan hanya PDIP yang bisa memenuhi syarat Pres-T.

    Partai lain harus menjalin koalisi untuk bisa memenuhi syarat itu. Dalam kondisi

    seperti itu, parpol menengah, yakni parpol yang memperoleh suara antara 3,5persen hingga 10 persen memiliki peranan penting dalam pembentukan koalisi.

    Partai-partai menengah itu yang bisa menentukan poros-poros capres pada pilpres

    mendatang. Tanpa keikutsertaan partai menengah dalam poros koalisi, mustahil

    bagi partai besar untuk bisa mengusung capres. Maka dari itu perlu agar para

    parpol tidak memikirkan kekuasaan yang didapat saja tapi dari koalisi parpol

    tersebut seharusnya memikirkan indonesia kedepannya. Dan harus berpikir

    rasional yang berorientasi pada nilai. Maka hal itu terlihat dengan kondisi capres

    dari partai yang memperoleh suara besar dan sudah mendeklarasikan diri

    menghadapi situasi yang dilematis, terutama dua capres yakni Prabowo Subianto

    (Partai Gerindra) dan Aburizal Bakrie (Partai Golkar). Jika partai mereka tidak

    mampu menggalang kekuatan koalisi untuk memenuhi syarat Pres-T, posisi duatokoh itu untuk bisa ikut pilpres terancam. Artinya, sekali lagi, partai menengah

    berada pada posisi yang menguntungkan. Meski suara yang diperoleh pada pileg

    lalu kecil, mereka merasa memiliki nilai yang tinggi dalam menentukan peta

    capres mendatang. Di sisi lain, partai menengah tetap ingin berada di

    pemerintahan, sehingga patut dicurigai kalau partai menengah meminta jatah

    menteri dalam jumlah yang signifikan untuk ditukar dengan perolehan suara

    mereka. Pembicaraan koalisi yang alot di antara partai besar dan menengah itu

    menimbulkan kecurigaan di mata publik bahwa telah terjadi praktik bagi-bagi

    kekuasaan. Partai menengah pun jual mahal, karena merasa dibutuhkan partai

    besar untuk bisa memenuhi syarat Pres-T. PKB, misalnya, langsung menawarkanposisi cawapres jika capres atau partai besar ingin mereka bergabung. lain-lain.

    hal tersebut merupakan strategi yang digunakan oleh berbagai parpol baik parpol

    nasional ataupun parpol yang berbasis islam.

    Partai politik di masa sekarang sudah mulai meninggalkan politik aliran,

    terbukti dengan munculnya banyak koalisi antar partai yang sepintas memiliki

    ideologi yang berbeda. Menurut Clifford Geertz, pada tahun 1950-an partai politik

    di Indonesia masih dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut ideologinya.

    Seperti misalnya PKI yang banyak didukung oleh para kaum abangan, kemudian

    PNI yang lebih banyak mendapat dukungan dari kaum aristokrat Jawa yang,

    menurut Geertz, termasuk ke dalam kaum priyayi. Sementara para santrimemberikan dukungannya kepada Masyumi yang pada kala itu memang mewakili

    kepentingannya. Partai politik di masa sekarang ini mulai susah untuk

    diidentifikasikan ideologi atau jati dirinya. Kebanyakan partai seakan memiliki

    ideologi ganda dan tidak hanya memusatkan diri pada dukungan satu kaum seperti

    yang terjadi pada tahun 1950-an. Koalisi yang terbentuk antara partai politik di

    masa sekarang ini lebih banyak berdasarkan kepada kepentingan yang dimiliki

    dibandingkan berdasar pada ideologi. Jadi, tokoh atau stakeholderyang termasuk

    dalam kasus kaburnya garis politik aliran dalam partai politik di Indonesia ini

    antara lain adalah partai-partai politik itu sendiri, masyarakat yang memilih serta

    para elite partai yang berkepentingan.

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    8/11

    Dalam kasus mengaburnya batas politik aliran dalam sistem partai politik di

    Indonesia, masing-masing aktor dan kekuatan memiliki posisi dan

    kepentingannya masing-masing. Para elite partai politik jelas berkontribusi besar

    dalam terkikisnya politik aliran karena mereka lah yang menentukan akan dibawa

    kemana partai tersebut. Jika mereka tidak memegang teguh ideologi yang dianut,maka partai tersebut juga akan kehilangan jati diri, muncul ketidak-jelasan dalam

    mendefinisikan ideologi partai. Para elite politik ini memilih untuk sedikit

    melenceng dari ideologi awal partai karena mereka memiliki kepentingan.

    Beberapa partai harus berkoalisi dengan partai yang memiliki ideologi yang

    berbeda dengan mereka agar mendapatkan kekuasaan dalam memperebutkan

    kursi di legislatif maupun eksekutif. Masyarakat sendiri berpotensi menjadi

    penyebab terkikisnya politik aliran ini karena masyarakat mulai memilih

    pemimpin berdasarkan figur dan bukannya partai. Keterikatan masyarakat atas

    partai mulai memudar dan hal ini yang menjadi pemicu elit partai politik

    terpaksa melakukan koalisi dengan partai lain meskipun tidak memiliki ideologi

    yang sama dengan mereka. Interaksi antara aktor-aktor tersebut pun terjadi danbiasanya akan menghasilkan interaksi yang saling menguntungkan. Elit partai

    politik akan berinteraksi dengan elit dari partai lainnya untuk membangun suatu

    kerja sama yang saling menguntungkan. Sementara masyarakat, dalam kaitannya

    sebagai voters, akan berinteraksi dengan para elit ini dalam hal memilih partai

    politik mana yang akan dipilihnya.

    Dalam partisipasi partai politik tentu terlihat bahwa ada interaksi sosial yang

    dilakukan oleh berbagai parpol dalam berkoalisi mulai dari setelah pemilihan

    legislatif hingga saat ini. Interaksi tersebut terlihat ketika para parpol mengadakan

    pertemuan dengan masing-masing parpol yang berkoalisi. Dan interaksi tersebut

    tidak ada selesai-selesainya sampai saat ini. hal tersebut adalah untuk menjalin

    kerjasama dan ada hubungan timbal balik dalam hal tersebut. Interaksi antar Partai

    Politik atau yang sering disebut Koalisi Partai Politik, jika kita melihat lagi

    kebelakang, lebih banyak di latar belakangi oleh bagi-bagi kekuasan dan menteri

    di kabinet, yang pada ujungnya berdampak pada lahirnya para koruptor. Partai

    Politik yang menjalankan koalisi, diharapkan bisa benar-benar berkomitemen

    bersama untuk dapat mencapai keberlangsungan pembangunan nasional yang

    berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Tentunya dalam koalisi parpol ini

    masyarakat sangat berharap Partai Politik yang saling berinteraksi tersebut lebih

    mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dari pada sekedar bagi-bagi

    kekuasaan serta posisi menteri di kabinet.

    Sebagaimana diketahui ditengah hiruk pikutnya parpol yang saling

    bertandang ke parpol lain untuk berkoalisi. Partai Demokrat terbilang sedikit telat

    melakukan tindakan demikian. justru Partai Demokrat tetap sibuk melanjutkan

    konvensi menjaring calon presiden dari sebelas peserta yang ikut. Pada pekan

    ketiga setelah pemilu legislative 2014, SBY ternyata berkenan menjalin

    komunikasi dengan Megawati Sukarnoputri ketua Umum Partai Demokrasi

    Indonesia Perjuangan. Selaku parpol yang memiliki suara terbanyak. Hasrat rujuk

    politik dengan PDI-P untuk memecahkan dinginnya hubungan SBY dan

    Megawati yang berlangsung selama satu dekade ini. Jika itktiar rujuk politik

    dengan PDI-P bisa direalisasikan. Ini menjadi langkah besar bagi Partai Demokrat

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    9/11

    ditengah keterpurukannya. Selain itu SBY tengah berusaha menunjukan kepada

    publik bahwa Partai Demokrat belum habis benar. SBY tengah menjalankan

    manuver politiknya dengan merendahkan diri menjalin komunikasi dengan parpol

    lain, walau pun dengan Megawati dan PDI-P yang notabene adalah lawan

    politiknya. SBY dan PD sedang membangun koalisi alternetif, dengan parpol lain.

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    10/11

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Dalam koalisi partai politik sebagaimana koalisi merupakan kerjasama antarorang-perorangan atau kelompok dengan kelompok. Maka dalam kerjasama atau

    koalisi antar kedua partai ada sebuah interaksi sosial atau hubungan timbal balik

    antar kelompok partai. partai yang satu dengan yang lain saling menguntungkan

    karena sebelum berkoalisi mereka memikirkan sesuatu yang bernilai, dalam

    teorinya max weber yaitu rasionalitas intrumental. Seperti Partai Persatuan

    Pembangunan (PPP) dan PKS yang sudah berkoalisi saat ini dengan Partai

    Gerindra dalam mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. PKB

    berkoalisi dengan partai PDIP dan Partai NASDEM. Lain dengan golkar yang

    belum berkoalisi karena masih menunggu awal mei untuk berkoalisi.

  • 8/10/2019 Koalisi Partai Politik Di Indonesia Dalam Menyambut Pemilu Presiden 2014

    11/11

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiardjo, Miriam. (2008)Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : PT Gramedia

    Pustaka Utama.

    Soekanto, Soerjono. (2012) Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT RajaGrafindo

    Persada.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Koalisi

    http://nasional.kompas.com/read/2014/01/09/1324392/Survei.Kompas.Hanya.Tig

    a.Partai.Raup.Suara.di.Atas.10.Persen

    http://eprints.uny.ac.id/8869/3/BAB%202%20-%2008413244025.pdf